LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI"

Transkripsi

1 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PRAKTIKUM PEMBUATAN TEMPE DARI KEDELAI DAN PEMBUATAN TAPE DARI SINGKONG Dibuat oleh: Yesaya Reuben Natanael ( ) LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2015

2 3 LAPORAN RESMI PEMBUATAN TEMPE DARI KEDELAI DAN PEMBUATAN TAPE DARI SINGKONG I. Tujuan I.1 Pembuatan Tempe dari Kedelai Untuk mengetahui bahwa jamur dapat memfermentasikan suatu bahan sehingga mudah dicernakan oleh usus. I.2 Pembuatan Tape dari Singkong I.2.1 Untuk mengetahui cara penerapan bioteknologi dengan fermentasi tape. I.2.2 Mengetahui peranan organisme Saccharomyces cereviceae dalam peragian. Pengamatan II.1 Pembuatan Tempe dari Kedelai Percobaan pembuatan tempe dari kedelai menggunakan mikroorganisme Rhizopus oryzae. Tabel II.1.1 Hasil Pengamatan Percobaan Pembuatan Tempe dari Kedelai dengan Menggunakan Petridish Waktu Variabel Pengamatan Petridish Terbuka Petridish Tertutup 24 jam Jamur belum tumbuh dan mengalami kontaminasi a. Warna: Kuning kecoklatan b. Bau: Tidak sedap c. Tekstur: Belum memadat Jamur belum tumbuh dan tidak mengalami kontaminas b. Bau: Khas kedele c. Tekstur: belum memadat

3 4 d. Rasa: - d. Rasa: - 46 jam Jamur tumbuh dan mengalami kontaminasi a. Warna: Sebagian jamur berwarna hitam b. Bau: Tidak sedap c. Tekstur: Keras d. Rasa :- Jamur tumbuh dan tidak mengalami kontaminasi b. Bau: Aroma khas tempe c. Tekstur: Permukaan halus dan agak empuk d. Rasa : Tidak ada rasa asam Tabel II.1.2 Hasil Pengamatan Percobaan Pembuatan Tempe dari Kedelai dengan Menggunakan Plastik Variabel Waktu Pengamatan Plastik Terbuka Plastik Tertutup 24 jam Belum tumbuh dan tidak Belum tumbuh dan tidak mengalami kontaminasi mengalami kontaminasi

4 5 b. Bau: Tidak sedap c. Tekstur: Belum memadat d. Rasa :- b. Bau: - c. Tekstur: Belum memadat d. Rasa: - 46 jam Tumbuh dan tidak terkontaminasi b. Bau: Aroma khas tempe c. Tekstur: Padat dan lembut d. Rasa: Ttidak ada rasa asam Tidak tumbuh dan tidak mengalami kontaminasi b. Bau: Tidak sedap c. Tekstur: Tidak ada perubahan d. Rasa: - Tabel II.1.3 Hasil Pengamatan Percobaan Pembuatan Tempe dari Kedelai dengan Menggunakan Daun Pisang Variabel Waktu Pengamatan Daun Pisang Terbuka Daun Pisang Tertutup 24 jam Jamur tumbuh sedikit dan tidak mengalami kontaminasi Jamur belum tumbuh dan tidak mengalami kontaminasi

5 6 b. Bau: Tidak terlalu sedap c. Tekstur: Belum Memadat d. Rasa : - b. Bau: Aroma tempe c. Tekstur: Belum memadat d. Rasa:- 46 jam Tumbuh dan tidak mengalami kontaminasi b. Bau: aroma khas tempe c. Tekstur: Sudah memadat dan lembut d. Rasa: Tidak ada rasa asam Tumbuh sedikit dan tidak mengalami kontaminasi b. Bau: Aroma khas tempe c. Tekstur: Bagian pinggir sudah memadat d. Rasa: -

6 7 II.2 Pembuatan Tape dari Singkong Percobaan pembuatan tape dari singkong menggunakan mikroorganisme Saccharomyces cereviciae. Tabel II.2.1 Hasil Pengamatan Percobaan Pembuatan Tape dari Singkong dengan Menggunakan Daun Pisang Waktu Pengamatan Hasil Pengamatan 24 jam Tumbuh jamur dan tidak mengalami kontaminasi 2. Kondisi tape: pucat kekuningan b. Bau: Bau tape dan alkohol kurang menusuk c. Tekstur: Lembek ada bagian permukaan saja d. Rasa: rasanya kurang manis 46 jam 3. Kondisi jamur: Tumbuh jamur dan tidak mengalami kontaminasi 4. Kondisi tape: kekuningan b. Bau: Aromanya asam c. Tekstur: Lembek hingga bagian tengahnya d. Rasa: Manis

7 8 II. Pembahasan III.1 Pembuatan Tempe dari Kedelai Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui bahwa jamur dapat memfermentasikan suatu bahan agar mudah dicerna oleh usus. Tempe adalah produk fermentasi oleh jamur dengan bahan baku kacang kedelai yang telah direndam dan dimasak supaya lembut. Hasil fermentasi kacang kedelai oleh jamur ini menghasilkan tekstur yang padat, dan kaya protein, sehingga banyak digunakan sebagai bahan olahan pengganti protein hewani/daging yang biasa disebut mock burgers di Amerika Serikat. Tempe sangat populer utamanya di Indonesia dan acapkali disebut sebagai kuliner nasional (Babu,2009). Jamur yang digunakan untuk fermentasi adalah genus Rhizopus, beberapa jenis jamur dari genus Rhizopus yang banyak digunakan adalah Rhizopus stolonifer, Rhizopus arrhizuz, Rhizopus oryzae, dan Rhizopus formosaensis. Pada ragi tempe komersial umumnya ditemukan tidak hanya jamur kapang, namun juga ragi, bakteri gram-negatif, dan bakteri asam laktat (Babu,2009). Tempe secara umum dapat dibuat dari beberapa jenis kacang-kacangan, namun pada kali ini pembuatan tempe dilakukan menggunakan bahan baku kacang kedelai. Kacang kedelai, layaknya kacang-kacangan lain merupakan bahan yang kaya protein dan nutrisi pada umumnya. Kacang kedelai memiliki 35% kandungan protein dan memiliki delapan asam amino esensial (Shurtleff dan Aoyagi, 2001). Hasil fermentasi kacang kedelai, seperti tempe, memiliki kandungan protein yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan daging ayam dan sapi, dimana tempe memiliki kandungan protein sebesar 43% (Shurtleff dan Aoyagi, 2001). Namun, secara umum, banyak dari produk yang terbuat dai kacang-kacangan akan sulit untuk dicerna oleh tubuh, tetapi tidak demikian untuk tempe, karena pada proses pembuatannya menyebabkan tempe menjadi tidak memproduksi gas dalam perut, menurunkan tingkat oligosakarida (senyawa kompleks gula), bahkan membantu memecahkan beberapa lemak dan protein sehingga lebih mudah dicerna oleh tubuh (Shurtleff dan Aoyagi, 2001). Penggunaan kacang kedelai yang berkualitas baik akan sangat memengaruhi hasil dari tempe yang dibuat, maka langkah pertamanya ialah memilih kacang kedelai yang berkualitas. Pemilihan ini dapat dilakukan dengan merendam kacang kedelai dalam air kemudian membuang kacang yang mengambang, membuang kacang kedelai yang berwarna kehitaman, dan kotoran yang kasat mata. Selanjutnya kacang kedelai dicuci dengan air bersih agar semua kotoranya hilang. Setelah bersih, kacang kedelai direbus selama kurang lebih 30 menit. Tujuan dilakukan perebusan ialah agar lebih mudah pada saat melepaskan kulit ari dari kacang kedelai. Selanjutnya kacang

8 9 kedelai direndam dalam air perebus dimana air perebus telah ditambahkan cuka sebanyak 10 ml asam cuka per liter air perebus selama satu malam sehingga diperoleh ph kacang kedelai dan larutannya sebesar 5. Tujuan dari menurunkan ph kacang kedelai adalah untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang tidak diinginkan. Pertumbuhan jamur Rhizopus sp. tidak terganggu. Jamur dapat tumbuh baik pada ph diatas 3,5 dan tetap tumbuh pada ph yang lebih asam namun akan lebih lambat proses pertumbuhannya (Babu, 2009). Selain itu perendaman bertujuan untuk membuat kacang kedelai dapat menyerap air, sehingga pertumbuhan jamur pada saat penambahan bibit tempe akan lebih maksimal. Setelah direndam selama satu malam, proses selanjutnya ialah membuang kulit ari dari kacang kedelai. Proses pembuangan kulit ari dapat dilakukan dengan menggosok kacang kedelai dengan tangan, namun cara yang efektif ialah dengan menginjak-injak kacang kedelai, lalu dimasukan ke dalam air sehingga kulit ari kacang kedelai tersebut akan mengambang dan dapat dipisahkan dari kacang kedelai. Tujuan dari pemisahan dari kulit ari kacang kedelai adalah untuk medorong pertumbuhan jamur agar lebih baik (Babu, 2009). Setelah kulit ari dibuang, kacang kedelai direbus kembali dengan air bersih. Perebusan dilakukan selama 90 menit dengan air mendidih. Tujuan dari perebusan ini ialah agar kacang kedelai menjadi lebih lunak dan lebih mudah difermentasikan oleh jamur selain itu serta membuat bakteri yang lain yang tumbuh pada saat proses perendaman akan mati dengan panas dari air yang mendidih. Proses berikutnya ialah menaruh kacang kedelai pada nyiru agar suhu kacang kedelai turun sampai suhu o C dan juga agar kacang kedelai tidak terlalu basah pada saat ditambahkan bibit tempe. Hal ini dilakukan karena suhu o C merupakan suhu optimal dilakukannya inokulasi jamur pada kacang kedelai (Babu, 2009). Pada proses inkubasi maupun penambahan kacang kedelai tidak boleh berkontak dengan air, sehingga harus terlebih dahulu dikeringkan (Babu, 2009). Proses selanjutnya ialah menambahkan bibit tempe ke dalam kacang kedelai. Jumlah ragi yang cukup harus tepat agar dapat dihasilkan tempe yang baik. Ragi tempe yang ditambahkan sebanyak 2 gram / kg kacang kedelai. Pada saat penambahan ragi pada kacang kedelai, hal ini harus dilakukan hingga ragi tercampur dengan rata. Hal ini dapat dilakukan dengan mencampur ragi dengan tangan, sehingga ragi tempe tercampur rata pada kacang kedelai. Kacang kedelai yang telah ditambahi dengan ragi kemudian dibungkus dengan 6 variabel pembungkusan yang berbeda, yaitu dengan plastik berlubang, plastik tanpa lubang, daun pisang dengan lubang, daun pisang tanpa lubang, cawan petri yang dibiarkan terbuka, dan cawan petri

9 10 yang tertutup. Cawan petri yang digunakan telah sebelumnya disterilisasi dengan cara dibersihkan dengan alkohol 70% dengan tujuan untuk memusnahkan semua mikroorganisme yang berada di cawan petri tersebut. Berat kacang kedelai untuk cawan petri ialah 50 gram, sedangkan untuk daun pisang dan plastik masing masing 98 gram. Secara umum, variabel-variabel yang berbeda ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi terbaik untuk membuat tempe berdasarkan ketersedian udara. Setelah itu kacang kedelai yang sudah diberi ragi dan dibungkus dengan variabel-variabel yang berbeda ini diinkubasikan selama 45 jam pada suhu 37 o C, diamati pada 24 jam pertama dan pada 48 jam masa inkubasi. Suhu 37 o C merupakan suhu optimal jamur Rhizopus sp untuk tumbuh (Babu, 2009). Dari penilitian, suhu dibawah 45 o C dan diatas 25 o C masih memberikan hasil pertumubuhan jamur yang memuaskan, akan tetapi bila inkubasi dilakukan pada suhu 25 o C proses fermentasi kacang kedelai untuk menjadi tempe membutuhkan waktu selama 5 hari, atau 5 kali lipat lebih lama daripada fermentasi pada suhu optimalnya, 37 o C (Babu, 2009). Pengamatan setelah 24 jam masa inkubasi terlihat bahwa kacang kedelai yang dibungkus daun pisang berlubang dan daun pisang tidak berlubang terdapat hifa putih pada kacang kedelai. Namun hanya terlihat sedikit substrat putih, dan kacang masih terpisah-pisah. Sementara pada tempat lainya seperti pada petridish dan plastik, tidak terlihat adanya substrat putih atau pertumbuhan hifa disana dan kondisi kacang kedelai masih terpisah pisah. Pengamatan awal ini menandakan bahwa supaya jamur Rhizopus oryzae dapat tumbuh dan memfermentasikan tempe, namun belum dapat disimpulkan apa apa mengenai peranan oksigen pada pertumubuhan jamur tersebut. Pada pengamatan 24 jam, tekstur tempe pada umumnya belum terbentuk. Hal ini menandakan bahwa fermentasi tempe belum selesai dan tempe belum matang. Maka selanjutnya dimasukan kembali pada inkubator dengan suhu 37 o C. a Gambar III.1.1 Tempe pada daun pisang yang dilubangi (a) dan tertutup (b) 24 jam b

10 11 a Gambar III.1.2 Tempe pada plastik yang dilubangi (a) dan tertutup (b) 24 jam b a Gambar III.1.3 Tempe pada petridish yang terbuka (a) dan tertutup (b) 24 jam b Pada pengamatan 46 jam, tempe yang dibungkus dengan daun pisang berlubang, plastik berlubang, dan cawan petri tertutup, telah terbentuk tempe yang matang. Tempe yang terbentuk memiliki tekstur tempe yang keras, padat dan kokoh, hal ini ditandai ketika tempe dipotong, tempe masih bertekstur cake yang kuat di mana kacang kedelai tidak berjatuhan. Menurut literatur, tempe yang baik ketika kacang kedelai terlekat secara kokoh dan kompak, terselimuti miselium putih secara merata dan memiliki karakteristik yang padat (Shurtleff dan Aoyagi, 2001). Maka dapat dikatakan bahwa tempe pada daun pisang berlubang, plastik berlubang dan cawan petri tertutup merupakan tempe yang baik. Sementara itu pada tempe yang dibungkus dengan daun pisang tidak berlubang, terdapat miselium cukup merata namun terdapat beberapa bagian yang masih tidak padat, sehingga bukanlah tempe yang baik. Pada cawan petri terbuka terdapat warna hitam yang menandakan jamur ini telah bersporulasi akibat fermentasi yang terlalu lama serta ada kemungkinan terjadinya kontaminasi. Sementara tempe yang dibungkus dengan plastik tertutup tidak terlihat adanya pertumubuhan dari jamur yang ditandai tidak adanya miselium yang terbentuk maupun hifa putih yang terbentuk pada kacang kedelai.

11 12 a Gambar III.1.4 Tempe pada daun pisang yang dilubangi (a) dan tertutup (b) 48 jam b a Gambar III.1.5 Tempe pada plastik yang dilubangi (a) dan tertutup (b) 46 jam b a Gambar III.1.6 Tempe pada petridish yang terbuka (a) dan tertutup (b) 46 jam b Dari hasil percobaan, menunjukan bahwa jamur membutuhkan asupan udara yang cukup untuk dapat tumbuh, namun udara tersebut tidak dapat terlalu banyak. Secara umum, jamur membutuhkan keberadaan oksigen untuk tumbuh (Babu, 2009). Hal ini sesuai dengan percobaan dimana pada konndisi plastic tertutup dimana udara sama sekali tidak dapat masuk, tidak terjadi pertumbuhan jamur. Pada daun pisang tertutup, tetap ada udara yang masuk dari pori daun namun jumlahnya sangat sedikit, sehingga pertumbuhan terjadi namun tidak maksimal. Sedangkan untuk cawan petri tertutup, daun pisang berlubang serta plastik berlubang, pertumbuhan jamur sangat baik karena mendapat asupan oksigen yang cukup. Namun faktor lain yang menentukan pertumbuhan jamur ialah kelembapan (Babu, 2009). Pada cawan petri terbuka, terdapat terlalu banyak kontak

12 13 dengan udara, dan ketika dimasukan ke dalam inkubator, menyebabkan kurang lembabnya lingkungan tersebut, dibuktikan dengan keadaan kacang kedelai yang kering. Hal ini menyebabkan pertumbuhan jamur kurang maksimal, sehingga pada cawan petri terbuka tidak terbentuk tempe yang baik. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa supaya jamur dapat memfermentasi tempe dibutuhkan asupan udara yang cukup agar jamur dapat berkembang dengan baik, serta kelembaban yang tinggi (Babu, 2009). Maka dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa jamur Rhizopus oryzae dapat memfermentasi kacang kedelai menjadi tempe yang mudah dicerna usus. Tempe lebih mudah dicerna oleh usus dibandingkan dengan kacang kedelai. Fermentasi membuat kacang kedelai menjadi lebih lembut dan lunak karena jamur yang ada pada proses fermentasi mencerna nutrien dasar menjadi bentuk solid yang dapat larut dan nitrogen (Shurtleff dan Aoyagi, 2001). Enzim protease yang terdapat pada jamur juga memecahkan protein menjadi asam amino, agar lebih mudah dicerna oleh usus, sedangakan enzim lipase memecah lipid menjadi asam lemak, sehingga lebih mudah dicerna oleh usus (Shurtleff dan Aoyagi, 2001). Proses fermentasi juga menghilangkan bakteri, bau, dan rasa yang tidak diinginkan dari kedelai (Shurtleff dan Aoyagi, 2001). III.2 Pembuatan Tape dari Singkong Tujuan dari percobaan pembuatan tape singkong ini adalah untuk mengetahui penerapan bioteknologi dengan fermentasi tape dan peranan organisme Saccharomyces cerevisiae dalam peragian. Salah satu penerapan bioteknologi yang telah diterapkan sejak lama adalah fermentasi. Fermentasi makanan telah dilakukan sejak lama untuk memproses dan mengawetkan makanan. Makanan yang difermentasi pada umumnya memiliki rasa yang enak, dan umumnya memiliki bau, tekstur yang baik serta baik untuk disimpan pada keadaan ambien (Law, 2011). Tape merupakan suatu produk makanan yang dibuat oleh proses fermentasi. Umumnya tapai berbahan dasar ketan (Oryza sativa glutinosa), namun selain itu singkong (Manihot utilissima) sering digunakan sebagai bahan untuk difermentasi (Law, 2011). Manusia telah memfermentasi umbi-umbian selama lebih dari 1000 tahun. Fermentasi meningkatkan kandungan nutrisi, tekstur, dan rasa dari ubi kayu (Law, 2011). Fermentasi tape berlangsung secara fakultatif anaerobik, dan alkoholik di mana fermentasi ini menghasilkan alkohol sebagai produk samping selain produk akhir. Fermentasi dilakukan oleh khamir (Saccharomyces cerevisiae) dan kapang (Aspergillus sp.). Khamir dan kapang ini dapat ditemukan pada ragi tape komersial (Rukmana, 2001).

13 14 Tabel III.1.1 Komposisi kandungan kimia singkong dan tape (per 100 gram) Pada pembuatan tapai, digunakan ragi tapai sebagai bahan atau zat yang berfungsi untuk memfermentasi. Salah satu cara membuat ragi yang sering dilakukan pada desa yaitu ragi dibuat dengan mencampur beberapa bahan yaitu, tapung beras, bawang putih, akar tumbuhan Alpina galanga, lada hitam, lada putih, cabai merah, kayu manis, buah adas, gula tebu, lemon, dan air kelapa. Beberapa tetes sari jahe ditambahkan, dan air juga ditambahkan sehingga adonan tebal yang kemudian dicetak. Adonan yang sudah dibentuk ini kemudian diletakkan pada suatu tempat yang bebas angin selama 2-3 hari, dimana tempat ini sebagai fermentasi natural. Selanjutnya adonan kemudian dikeringkan dengan bantuan cahaya matahari. Ragi tape merupakan campuran beberapa mikroorganisme antara lain Amylomyces rouxii, Rhizopus oryzae, Endomycopsis burtonii, Mucor sp., Candida utilis, Saccharomycopsis fibuligera, Sacharomyces cerevisiae, dan beberapa bakteri : Pediococcus sp., Bacillus sp. (Gandjar, 2003) Pada percobaan ini digunakan bahan baku berupa tape singkong dan ragi tapai. Hal pertama yang dilakukan ialah mengupas singkong dan mengupas bagian kulit arinya dengan kesat (mengerok bagian lendirnya). Setelah dikupas singkong, lalu singkong dicuci dengan air bersih. Selanjutnya singkong kemudian dikukus menggunakan dandang hingga ¾ matang yang ditandai dengan singkong yang sudah dikukus ini bisa ditusuk dengan garpu. Tujuan pengukusan adalah agar singkong lebih lunak dan lebih mudah dipecahkan oleh mikroorganisme yang memfermentasikan singkong tersebut. Selanjutnya singkong ditiriskan. Tujuan meniriskan singkong adalah agar singkong tidak terlalu basah karena berpotensi menyebabkan singkong membusuk dan juga agar suhu singkong lebih dingin agar pada saat penambahan ragi dapat tumbuh dengan baik. Kemudian setelah singkong dingin, singkong di taruh di baskom atau Tupperware yang dialasi

14 15 dengan daun pisang. Selanjutnya ragi tapai dibalurkan ke singkong secara merata. Penambahan ragi tidaklah terlalu banyak karena bila penambahan ragi terlalu banyak dapat mempercepat proses fermentasi dan dapat membuat tape menjadi rasnaya asam dan bahkan berpotensi menjadi racun (Gandjar, 2003). Selanjutnya singkong ditutup dengan daun pisang dan ditutup dengan rapat dan diinkubasikan pada suhu 30 o C pada inkubator. Pada proses inkubasi juga tidak dapat dilakukan terlalu lama karena dapat membuat tape menjadi sangat asam (Gandjar, 2003). Secara umum proses fermentasi yang terjadi ialah: C 6 H 12 O 6 2 C 2 H 5 OH + 2 CO 2 Glukosa Etanol Karbondioksida Proses ini terjadi secara anaerob atau dalam artian tanpa adanya oksigen pada lingkungan terjadinya proses fermentasi. Namun bila dijabarkan lebih lanjut, pada fermentasi ini ialah pati yang dipecah menjadi maltose lalu glukosa, sehingga terbentuk asam piruvat dan baru terbentuklah etanol. Jadi fermentasi yang terjadi pada singkong ialah memecah pati dari singkong menjadi suatu etanol pada proses yang anaerob. Secara umum, proses pemecahan pati menjadi glukosa merupakan peranan dari khamir ataupun kapang, dan ragi tape berperan mengubah glukosa menjadi alkohol (Rukmana, 2001). Saccharomyces cerevisiae yang terdapat pada ragi tape berperan besar dalam mendekomposisi glukosa menjadi alkohol.(gandjar, 2003). Gambar III.2.1 Reaksi fermentasi alkohol tape

15 16 Setelah 24 jam inkubasi, tape diamati. Hasil tape myang didapatkan bahwa rasa dari tape belum terlalu manis, dan belum tercium bau alkohol yang terlalu kuat, sementara itu tekstur dari tape empuk dan basah pada bagian luarnya saja, dengan warna putih. Gambar III.2.2 Tape setelah pada 24 jam Pada pengamatan tape yang diinkubasikan selama 46 jam, uji organoleptik menandakan bahwa rasa dari tape manis dengan sedikit asam, dengan bau alkohol, tekstur tape empuk dan basah, dengan warna putih kekuningan dengan terlihat serbuk putih. Sesuai dengan literatur bahwa tape akan berasa manis dan terdapat rasa maupun bau alkohol yang merupakan hasil dari fermentasi. Pada percobaan kali ini digunakan dua wadah yang berbeda, kedua wadah ini memberikan cita rasa serta tekstur yang berbeda, dimana yang ada pada baskom lebih basah dan rasanya kurang manis bila dibandingkan dengan yang di dalam Tupperware. Dengan demikian dapat dilihat bahwa kualitas tape lebih baik terdapat pada yang ada di dalam Tupperware hal ini sesuai dengan literatur karena pada Tupperware oksigen lebih sedikit dan prosesnya lebih anaerob. a Gambar III.2.3 Tape setelah 46 jam pada baskom (a) dan Tupperware (b) b Dari hasil percobaan, didapatkan kualitas tape yang baik dimana terdapat rasa manis dan bau alkohol yang kuat. Kualitas tape sendiri dapat dipengaruhi oleh 4 hal. Pertama ialah jenis varietas

16 17 singkong dimana singkong yang mengandung lebih sedikit HCN akan menghasilkan tape yang lebih baik. Kedua, pemberian ragi yang tidak berlebihan. Ketiga ialah kualitas ragi tape yang digunakan akan sangat memengaruhi kualitas tape. Terakhir ialah kerapatan penutupan wadah, hal ini dikarenakan tape terfermentasi secara anaerob, maka semakin rapat penutupnya maka semakin baik hasil tapenya. (Rukmana, 2001) Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa proses pembuatan tape merupakan proses bioteknologi dengan fermentasi oleh ragi tape, dan peranan Saccharomyces cerevisiae adalah untuk mendekomposisi glukosa menjadi alkohol.

17 18 IV. Kesimpulan IV.1 Pembuatan Tempe dari Kedelai Dari percobaan pembuaatan tempe kedelai ini dapat diketahui bahwa jamur Rhizopus oryzae mampu memfermentasi kacang kedelai menjadi tempe yang lebih mudah dicerna oleh tubuh IV.2. Pembuatan Tape Singkong Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Pada pembuatan tape singkong telah diketahui proses bioteknologi dengan proses fermentasi singkong menjadi tape. 2. Mikroorganisme Saccharomyces cerevisiae berperan dalam proses pembuatan tape untuk mendekomposisi gula sederhana menjadi alkohol. Daftar Pustaka Babu, Dinesh P., et al A Low Cost Nutritious Food Tempeh, A Review. World Journal of Dairy and Food Sciences (4) 1: Gandjar, I Tapai from Cassava and Cereals. Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Indonesia. Law, S.V., et al Mini Review: Popular Fermented Food and Beverages in Southeast Asia. International Food Research Journal 18: Rukmana, Rahmat dan Yuyun Yuniarsih Teknologi Tepat Guna: Aneka Olahan Ubi Kayu. Jakarta: Kanisius Shurtlett, William dan Aiko Aoyagi The Book Of Tempeh: A Cultured Soy Food. California: 10Speed Press

II. Tujuan : Setelah melakukan percobaan ini praktikan dapat mengetahui proses pembuatan dan proses fermentasi pada tape singkong.

II. Tujuan : Setelah melakukan percobaan ini praktikan dapat mengetahui proses pembuatan dan proses fermentasi pada tape singkong. I. Judul Praktikum : Pembuatan Tape Singkong II. Tujuan : Setelah melakukan percobaan ini praktikan dapat mengetahui proses pembuatan dan proses fermentasi pada tape singkong. III. Landasan Teori : Singkong

Lebih terperinci

PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PEMBUATAN TEMPE

PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PEMBUATAN TEMPE PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PEMBUATAN TEMPE Disusun Oleh: Mukaromah K3310058 Nuryanto K3310060 Sita Untari K3310079 Uswatun Hasanah K3310081 Pendidikan Kimia A PROGAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

... TAPE. Yuniar Lidyawati ( ) Anita Novalia ( ) Dyan Fitrisari ( )

... TAPE. Yuniar Lidyawati ( ) Anita Novalia ( ) Dyan Fitrisari ( ) ... TAPE Yuniar Lidyawati (0711030030) Anita Novalia (0711030050) Dyan Fitrisari (0711030060) Masih didominasinya nya industri fermentasi di Indonesia oleh kegiatan tradisional Nilai tambah dari produk

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TEMPE MENDOAN BERBAGAI RASA DISUSUN OLEH : NAMA : REENATO GILANG NIM : 11.11.5583 KELAS : 11-S1 TI-14 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012/2013 ABSTRAK Pada saat ini,sedang

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TAPE SINGKONG

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TAPE SINGKONG KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TAPE SINGKONG Di susun Oleh: Nama : Ade Cakhyo G NIM : 11.11.5206 Kelas : S1.TI.08 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Singkong merupakan bahan makanan yang mengandung karbohidrat.

Lebih terperinci

Kata pengantar...2 Daftar isi...3 Bab I pendahuluan A. Latar belakang...4 B. Rumusan masalah...4 C. Tujuan penelitian... 5 D. Manfaat penelitian...

Kata pengantar...2 Daftar isi...3 Bab I pendahuluan A. Latar belakang...4 B. Rumusan masalah...4 C. Tujuan penelitian... 5 D. Manfaat penelitian... Daftar isi Kata pengantar...2 Daftar isi...3 Bab I pendahuluan A. Latar belakang...4 B. Rumusan masalah...4 C. Tujuan penelitian... 5 D. Manfaat penelitian...5 Bab II Tinjauan Pustaka A. Tinjauan pustaka...

Lebih terperinci

V. LANDASAN TEORI ALAT DAN BAHAN. 1 Panci. 2 Singkong. 3 Kompor. 4 Ragi tape. 5 Ayakan Tepung. 6 Daun pisang. 7 Nampan. 8 Kantong plastik.

V. LANDASAN TEORI ALAT DAN BAHAN. 1 Panci. 2 Singkong. 3 Kompor. 4 Ragi tape. 5 Ayakan Tepung. 6 Daun pisang. 7 Nampan. 8 Kantong plastik. I. NOMOR PERCOBAAN : 5 II. TANGGAL PERCOBAAN : 17 FEBRUARI 2016 III. JUDUL PERCOBAAN : PEMBUATAN TAPE SINGKONG IV. TUJUAN : Untuk membuat tape singkong. V. LANDASAN TEORI VI. ALAT DAN BAHAN 1 Panci 2 Singkong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu, bioteknologi konvensional (tradisional) dan bioteknologi

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu, bioteknologi konvensional (tradisional) dan bioteknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bioteknologi adalah pemanfaatan mikroorganisme untuk menghasilkan suatu produk yang dapat digunakan oleh manusia. Bioteknologi dibagi menjadi dua, yaitu, bioteknologi

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PEMBUATAN TEMPE KEDELAI DAN TAPE SINGKONG

LAPORAN RESMI PEMBUATAN TEMPE KEDELAI DAN TAPE SINGKONG 1 Laporan Resmi Praktikum LAPORAN RESMI PEMBUATAN TEMPE KEDELAI DAN TAPE SINGKONG I. Tujuan I.1 Pembuatan Tempe dari Kedelai Untuk mengtahui bahwa jamur dapat memfermentasikan suatu bahan sehingga mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) berasal dari Amerika Tengah, pada tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia (Rukmana, 2001). Ubi jalar (Ipomoea

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tape merupakan makanan tradisional khas Indonesia yang dalam pembuatannya memanfaatkan proses fermentasi dengan bantuan ragi yang sudah terdapat dipasaran. Ragi yang

Lebih terperinci

KUALITAS TEPUNG BERAS SEBAGAI BAHAN BAKU CAMPURAN RAGI TEMPE (Rhizopus oligosporus) DILIHAT DARI HASIL PRODUKSI TEMPE KEDELAI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

KUALITAS TEPUNG BERAS SEBAGAI BAHAN BAKU CAMPURAN RAGI TEMPE (Rhizopus oligosporus) DILIHAT DARI HASIL PRODUKSI TEMPE KEDELAI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH KUALITAS TEPUNG BERAS SEBAGAI BAHAN BAKU CAMPURAN RAGI TEMPE (Rhizopus oligosporus) DILIHAT DARI HASIL PRODUKSI TEMPE KEDELAI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI I. NOMOR PERCOBAAN : 8 II. JUDUL PERCOBAAN : PEMBUATAN TAPE KETAN HITAM III. TUJUAN : 1. Mengetahui proses fermentasi yang terjadi pada proses pembuatan tape. 2. Mengetahui

Lebih terperinci

LAPORAN BIOINDUSTRI FERMENTASI TAPE CAMPURAN BERAS KETAN HITAM DAN PUTIH

LAPORAN BIOINDUSTRI FERMENTASI TAPE CAMPURAN BERAS KETAN HITAM DAN PUTIH LAPORAN BIOINDUSTRI FERMENTASI TAPE CAMPURAN BERAS KETAN HITAM DAN PUTIH Oleh: Nama : Miftah Zaini T. 115100300111025 Zaenal Alim Mahmud 115100300111052 Evelyn Widasari 115100301111010 Chafida Rofiatul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Dalam SNI tempe didefinisikan sebagai produk makanan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Dalam SNI tempe didefinisikan sebagai produk makanan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempe merupakan makanan tradisional khas dan telah dikenal lama di Indonesia. Dalam SNI 3144-2009 tempe didefinisikan sebagai produk makanan hasil fermentasi biji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan merupakan hasil olahan dari kacang kedelai yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan merupakan hasil olahan dari kacang kedelai yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahu adalah salah satu jenis makanan yang banyak digemari masyarakat Indonesia dan merupakan hasil olahan dari kacang kedelai yang kaya akan protein. Karena itu, tahu

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PEMBUATAN TEMPE. Disusunoleh: Nama: Yulia Nur Isnaini Kelas : S1 TI 2I NIM :

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PEMBUATAN TEMPE. Disusunoleh: Nama: Yulia Nur Isnaini Kelas : S1 TI 2I NIM : KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PEMBUATAN TEMPE Disusunoleh: Nama: Yulia Nur Isnaini Kelas : S1 TI 2I NIM : 10 11 4210 1 INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE 1). Pengertian Tempe Tempe adalah makanan yang dibuat dari

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL OBSERVASI PEMBUATAN TEMPE

LAPORAN HASIL OBSERVASI PEMBUATAN TEMPE LAPORAN HASIL OBSERVASI PEMBUATAN TEMPE Disusun Oleh: AHMAD FIRDAUS AHMAD RIKI PADILA AL-IMRON ANDREANSYAH SEKOLAH sman 20 kab tangerang TAHUN AJARAN 2017 1 Kata Pengantar Puji syukur saya panjatkan ke

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diinkubasi dengan pembungkus daun Jati (Tectona grandis L.). Koji lamtoro yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diinkubasi dengan pembungkus daun Jati (Tectona grandis L.). Koji lamtoro yang digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan kecap melalui 2 tahap fermentasi, yaitu fermentasi koji dan moromi. Pada tahap fermentasi koji, koji dengan variasi inokulum ragi tempe dan usar

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Berbagai jenis makanan dan minuman yang dibuat melalui proses fermentasi telah lama dikenal. Dalam prosesnya, inokulum atau starter berperan penting dalam fermentasi.

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK BONGGOL DAN KULIT NANAS PADA PROSES FERMENTASI TEMPE

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK BONGGOL DAN KULIT NANAS PADA PROSES FERMENTASI TEMPE PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK BONGGOL DAN KULIT NANAS PADA PROSES FERMENTASI TEMPE Siti Miskah, Rini Daslam, Dwi Endah Suryani Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Abstrak Nanas merupakan

Lebih terperinci

BAHAN MAKANAN SETENGAH JADI

BAHAN MAKANAN SETENGAH JADI BAHAN MAKANAN SETENGAH JADI Definisi : * Bahan makanan olahan yang harus diolah kembali sebelum dikonsumsi manusia * Mengalami satu atau lebih proses pengolahan Keuntungan: * Masa simpan lebih panjang

Lebih terperinci

OLEH: YULFINA HAYATI

OLEH: YULFINA HAYATI PENGOLAHAN HASIL KEDELAI (Glycine max) OLEH: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Dalam usaha budidaya tanaman pangan dan tanaman perdagangan, kegiatan penanganan dan pengelolaan tanaman sangat penting diperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan salah satu alternatif energi pengganti minyak bumi

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan salah satu alternatif energi pengganti minyak bumi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bioetanol merupakan salah satu alternatif energi pengganti minyak bumi yang ramah lingkungan. Selain dapat mengurangi polusi, penggunaan bioetanol juga dapat menghemat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beras adalah salah satu bagian paling penting di dunia untuk konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Beras adalah salah satu bagian paling penting di dunia untuk konsumsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk memulihkan dan memperbaiki jaringan

Lebih terperinci

FERMENTASI TEMPE MATERI KULIAH BIOINDUSTRI NUR HIDAYAT

FERMENTASI TEMPE MATERI KULIAH BIOINDUSTRI NUR HIDAYAT FERMENTASI TEMPE MATERI KULIAH BIOINDUSTRI NUR HIDAYAT Tempe tradisional Digunakan untuk makanan Modifikasi limbah pertanian bahan tidak bernilai ekonomi dapat dipakai langsung atau untuk pakan Bahan dibungkus

Lebih terperinci

FERMENTASI TAPE KETAN

FERMENTASI TAPE KETAN FERMENTASI TAPE KETAN BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Biologi merupakan suatu ilmu yang berdekatan dengan kehidupan kita sehari-hari dan biologi merupakan suatu penghubung dari semua ilmu alam dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fermentasi tercapai, sehingga harus segera dikonsumsi (Hidayat, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. fermentasi tercapai, sehingga harus segera dikonsumsi (Hidayat, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tape merupakan makanan selingan yang cukup populer di Indonesia dan Malaysia. Pada dasarnya ada dua tipe tape, yaitu tape ketan dan tape singkong. Tape memiliki rasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia, disebabkan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan cadangan BBM semakin berkurang, karena

Lebih terperinci

PENGANTAR BIOTEKNOLOGI

PENGANTAR BIOTEKNOLOGI PENGANTAR BIOTEKNOLOGI ( TEMPE ) DISUSUN OLEH : Nama : Nurul Muhlishah NIM : 1214140008 Kelas : B Kelompok : VII (tujuh) Asisten : Gabriella Natalica P JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Kecap Asin/Manis CARA MEMBUAT:

Kecap Asin/Manis CARA MEMBUAT: Kecap Asin/Manis BAHAN: 1 kg kedelai putih atau hitam 3 gr ragi tempe 3 lbr daun salam 2 btg serai 3 Daun jeruk 1 lembar 4 cm lengkuas 1 sdt pokak 6 kg gula merah 1 ½ lt air untuk melarutkan gula merah

Lebih terperinci

FERMENTASI TEMPE MATERI KULIAH MIKROBIOLOGI INDUSTRI NUR HIDAYAT

FERMENTASI TEMPE MATERI KULIAH MIKROBIOLOGI INDUSTRI NUR HIDAYAT FERMENTASI TEMPE MATERI KULIAH MIKROBIOLOGI INDUSTRI NUR HIDAYAT Tempe tradisional Digunakan untuk makanan Modifikasi limbah pertanian bahan tidak bernilai ekonomi dapat dipakai langsung atau untuk pakan

Lebih terperinci

FERMENTASI KEDELAI PEMBUATAN TEMPE, TEMPE GEMBUS DAN ONCOM HITAM

FERMENTASI KEDELAI PEMBUATAN TEMPE, TEMPE GEMBUS DAN ONCOM HITAM Laporan Praktikum Hari, tanggal : Rabu, 29 April 2015 Teknologi Fermentasi Dosen : Ir. CC. Nurwitri, DAA Asisten Dosen : Embun Novita A.Md FERMENTASI KEDELAI PEMBUATAN TEMPE, TEMPE GEMBUS DAN ONCOM HITAM

Lebih terperinci

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU Oleh: Gusti Setiavani, S.TP, M.P Staff Pengajar di STPP Medan Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tape merupakan makanan fermentasi tradisional yang sudah tidak asing lagi. Tape dibuat dari beras, beras ketan, atau dari singkong (ketela pohon). Berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PELAKSANAAN

BAB III METODE PELAKSANAAN BAB III METODE PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Proses pembuatan dari Tape Ketan Beta karoten ini akan dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 1 Mei 2015 pukul 09.00-17.00 di Jln. Gombang alas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi PENDAHULUAN Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditi pertanian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein, karena daging mengandung protein yang bermutu tinggi, yang mampu menyumbangkan

Lebih terperinci

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd NATA putri Anjarsari, S.Si., M.Pd putri_anjarsari@uny.ac.id Nata adalah kumpulan sel bakteri (selulosa) yang mempunyai tekstur kenyal, putih, menyerupai gel dan terapung pada bagian permukaan cairan (nata

Lebih terperinci

BIOETANOL DARI PATI (UBI KAYU/SINGKONG) 3/8/2012

BIOETANOL DARI PATI (UBI KAYU/SINGKONG) 3/8/2012 BIOETANOL DARI PATI (UBI KAYU/SINGKONG) Ubi kayu (Manihot utilissima Pohl) merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ketela pohon, singkong, atau kasape. Ubi kayu berasal dari benua Amerika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang cm dan garis tengah cm. Buah nangka terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. panjang cm dan garis tengah cm. Buah nangka terdiri atas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tanaman nangka merupakan jenis tanaman yang banyak ditanam di daerah tropis, seperti Indonesia. Tanaman ini diduga berasal dari India bagian selatan yang kemudian menyebar

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Biotek

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Biotek Nama : UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Biotek Kelas : 7 Waktu : 12.15-13.45 No.Induk : Hari/Tanggal : Kamis, 04 Desember 2014 Petunjuk Umum: Nilai : 1. Isikan

Lebih terperinci

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN BAB VI PEMBAHASAN Dalam praktikum ini membahas mengenai inokulum tape. Tape adalah sejenis panganan yang dihasilkan dari proses peragian ( fermentasi). Tape bisa dibuat dari singkong (ubi kayu) dan hasilnya

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN terdiri dari : Tahapan-tahapan proses pengolahan stick singkong di UKM Flamboyan 4.1 Persiapan Bahan Baku Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBUNGKUS YANG BERBEDA TERHADAP KADAR ETANOL DAN ORGANOLEPTIK TAPE UWI (Dioscorea alata L) NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PEMBUNGKUS YANG BERBEDA TERHADAP KADAR ETANOL DAN ORGANOLEPTIK TAPE UWI (Dioscorea alata L) NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PEMBUNGKUS YANG BERBEDA TERHADAP KADAR ETANOL DAN ORGANOLEPTIK TAPE UWI (Dioscorea alata L) NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: RAHAYU RETNO W A 420090005 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI RAGI TERHADAP UJI ORGANOLEPTIK TAPE UBI JALAR

PENGARUH KONSENTRASI RAGI TERHADAP UJI ORGANOLEPTIK TAPE UBI JALAR PENGARUH KONSENTRASI RAGI TERHADAP UJI ORGANOLEPTIK TAPE UBI JALAR Oleh: Muhammad Teguh Budiono Abstrak: Tape merupakan makanan tradisional Indonesia yang diolah melalui proses fermentasi dan melibatkan

Lebih terperinci

tips: Menyimpan Tahu Segar

tips: Menyimpan Tahu Segar Tip's Memasak Tip's Memasak tips: Kaldu Udang Mendapatkan kaldu udang yang gurih, sangrai atau panggang kulit, dan kepala udang hingga kering dan harum. Angkat lalu rebus dengan air secukupnya di atas

Lebih terperinci

tips: Menyimpan Tahu Segar

tips: Menyimpan Tahu Segar Tip's Memasak Tip's Memasak tips: Kaldu Udang Mendapatkan kaldu udang yang gurih, sangrai atau panggang kulit, dan kepala udang hingga kering dan harum. Angkat lalu rebus dengan air secukupnya di atas

Lebih terperinci

PENGOLAHAN KEDELAI MENJADI TEMPE KEJO SECARA SEDERHANA

PENGOLAHAN KEDELAI MENJADI TEMPE KEJO SECARA SEDERHANA PENGOLAHAN KEDELAI MENJADI TEMPE KEJO SECARA SEDERHANA DI UNIT PENGOLAHAN HASIL BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI Oleh : Kemas Muhammad Erwansyah, S.TP NIP. 19820916200901 1010 I. PENDAHULUAN Kedelai mempunyai

Lebih terperinci

Peranan teknologi pangan

Peranan teknologi pangan Peranan teknologi pangan Peranan teknologi pangan (pengembangan produk olahan) harus ditingkatkan untuk antisipasi kompetisi global saat ini dan di masa depan. Salah satunya dengan memanfaatkan mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecap Kedelai 1. Definisi Kecap Kedelai Kecap merupakan ekstrak dari hasil fermentasi kedelai yang dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu, dengan

Lebih terperinci

T E M P E 1. PENDAHULUAN

T E M P E 1. PENDAHULUAN T E M P E 1. PENDAHULUAN Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat

Lebih terperinci

Penggunaan Tepung Tempe, Tepung Kedelai dan Campurannya. sebagai Media Usar Tempe

Penggunaan Tepung Tempe, Tepung Kedelai dan Campurannya. sebagai Media Usar Tempe Penggunaan Tepung Tempe, Tepung Kedelai dan Campurannya sebagai Media Usar Tempe (The Use of Tempe, Soybean Flour and Both as a media of Tempe Starter) Oleh, Fitriana Wahyu Nugraheni NIM : 412011003 SKRIPSI

Lebih terperinci

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan 1 Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan Pengertian Abon Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi, kerbau,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bakteri merupakan mikroorganisme yang hidup di air, udara, tanah dan. makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup

I. PENDAHULUAN. Bakteri merupakan mikroorganisme yang hidup di air, udara, tanah dan. makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri merupakan mikroorganisme yang hidup di air, udara, tanah dan makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup berkumpul di dalam suatu medium yang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI FERMENTASI ACARA IV PEMBUATAN TAPE

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI FERMENTASI ACARA IV PEMBUATAN TAPE LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI FERMENTASI ACARA IV PEMBUATAN TAPE OLEH LALU AHMAD SEPTIAWAN J1A 012 068 VIII (Delapan) PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN dan AGROINDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

TEMPE. Sub Pokok Bahasan

TEMPE. Sub Pokok Bahasan TEMPE Agroindustri Produk Fermentasi TIP FTP UB Mas ud Effendi Sub Pokok Bahasan Mikrobiologis inokulum tempe Mekanisme pembenntukan tempe Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tempe Tahapan proses

Lebih terperinci

SKRIPSI. MEMPELAJARI PENGARUH PENYIMPANAN TAPE KETAN (Oryza sativa glutinosa) TERHADAP DAYA TERIMA KONSUMEN. Oleh: YENY NUR PUTRI F

SKRIPSI. MEMPELAJARI PENGARUH PENYIMPANAN TAPE KETAN (Oryza sativa glutinosa) TERHADAP DAYA TERIMA KONSUMEN. Oleh: YENY NUR PUTRI F SKRIPSI MEMPELAJARI PENGARUH PENYIMPANAN TAPE KETAN (Oryza sativa glutinosa) TERHADAP DAYA TERIMA KONSUMEN Oleh: YENY NUR PUTRI F24103064 2007 DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

Metode penelitian Rancangan penelitian (reseach Design) Rancangan Percobaan

Metode penelitian Rancangan penelitian (reseach Design) Rancangan Percobaan Abstrak Wedang cor merupakan minuman khas jember yang biasanya di jual dipenggiran jalan. Minuman ini sangat diminati oleh kalangan Mahasiswa maupun mayarakat. Wedang cor ini terdiri dari jahe, ketan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka kebutuhan energi juga mengalami peningkatan. Hal tersebut tidak

BAB I PENDAHULUAN. maka kebutuhan energi juga mengalami peningkatan. Hal tersebut tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya perkembangan teknologi di dunia, maka kebutuhan energi juga mengalami peningkatan. Hal tersebut tidak diimbangi dengan ketersediaan sumber

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Lama Waktu Perendaman Biji Kedelai dan Lama Waktu. Fermentasi Terhadap Kualitas Fisik Tempe Kedelai

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Lama Waktu Perendaman Biji Kedelai dan Lama Waktu. Fermentasi Terhadap Kualitas Fisik Tempe Kedelai 192 BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Lama Waktu Perendaman Biji Kedelai dan Lama Waktu Fermentasi Terhadap Kualitas Fisik Tempe Kedelai Perlakuan lama waktu perendaman dimulai dari 6 jam, 7 jam dan 8 jam yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prol Tape 1. Pengertian Prol Tape Prol adalah produk makanan semi basah yang dibuat dengan pencampuran bahan secara bertahap dan proses akhirnya dengan pemanggangan adonan, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tropis terutama di Indonesia, tanaman nangka menghasilkan buah yang

BAB I PENDAHULUAN. tropis terutama di Indonesia, tanaman nangka menghasilkan buah yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tanaman nangka merupakan tanaman yang dapat tumbuh di daerah tropis terutama di Indonesia, tanaman nangka menghasilkan buah yang banyak digunakan masyarakat. Buah nangka

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama fermentasi berlangsung terjadi perubahan terhadap komposisi kimia substrat yaitu asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral, selain itu juga

Lebih terperinci

Kerja Enzim Katalase

Kerja Enzim Katalase Kegiatan 2.1 : Kerja Enzim Katalase I.Tujuan : 1. Mengetahui dan memahami kerja Enzim Katalase di dalam organ hati. 2. Mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim II. Alat dan Bahan : 1. Tabung

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEMPE YANG TAHAN DISIMPAN. Disusun Oleh :

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEMPE YANG TAHAN DISIMPAN. Disusun Oleh : LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEMPE YANG TAHAN DISIMPAN Disusun Oleh : NISA EL FITRI RIZKA RACHMANIAR (I8313038) (I8313055) PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi Bioproses PHP, Vol. 1, No. 1, April 2015

Jurnal Teknologi Bioproses PHP, Vol. 1, No. 1, April 2015 Pengaruh Perbedaan Lama Fermentasi dan Jenis Media Menggunakan Starter Buatan dan Pasar Terhadap Kualitas Tape The Effect Of Fermentation Time Difference and Media Types Using Artificial Starter And Markets

Lebih terperinci

Mikroorganisme dalam Industri Fermentasi

Mikroorganisme dalam Industri Fermentasi Mikroorganisme dalam Industri Fermentasi Mas ud Effendi Agroindustri Produk Fermentasi TIP FTP - UB Mikrobia yang sering digunakan dalam fermentasi Bakteri (bacteria) Khamir (yeast) Jamur (fungi) 1 Bakteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil olahan fermentasi sudah banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain. Salah satu yang populer

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Sayuran Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai konsekuensi logis dari aktivitas serta pemenuhan kebutuhan penduduk kota. Berdasarkan sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup. Bakteri juga banyak terdapat pada saluran pencernaan ternak

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup. Bakteri juga banyak terdapat pada saluran pencernaan ternak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri merupakan mikroorganisme yang hidup di air, udara, tanah dan makhluk hidup. Bakteri juga banyak terdapat pada saluran pencernaan ternak unggas, baik bakteri yang

Lebih terperinci

PAPER BIOKIMIA PANGAN

PAPER BIOKIMIA PANGAN PAPER BIOKIMIA PANGAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia terkait erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari urusan sandang dan pangan, bahan bakar, obat-obatan sampai bahan konstruksi

Lebih terperinci

3. Untuk mempermudah bagi mereka mereka yang berminat untuk mendirikan industri rumah tangga yang mengspesialisasikan pembuatan tempe. C.

3. Untuk mempermudah bagi mereka mereka yang berminat untuk mendirikan industri rumah tangga yang mengspesialisasikan pembuatan tempe. C. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tempe merupakan salah satu makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Tempe merupakan salah satu produk olahan berbasis bioteknologi. Bioteknologi merupakan bidang

Lebih terperinci

BAB III REKAYASA PENURUNAN GENERASI PDA KE GENERASI BIBIT INDUK F1 3.1. Pembuatan Bibit Induk F1 Bibit induk F1 adalah hasil turunan generasi dari bibit PDA. Media yang digunakan bisa dari serbuk gergajian,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terasi Terasi atau belacan adalah salah satu produk awetan yang berasal dari ikan dan udang rebon segar yang telah diolah melalui proses pemeraman atau fermentasi, disertai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Merah Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah atau kacang jogo ini mempunyai nama ilmiah yang sama dengan kacang buncis, yaitu Phaseolus vulgaris

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA DEWI FATMAWATI

LEMBAR KERJA SISWA DEWI FATMAWATI 2015 LEMBAR KERJA SISWA DEWI FATMAWATI 4401413046 Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis-jenis jamur berdasarkan hasil pengamatan, percobaan, dan kajian literatur, serta peranannya bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele dumbo merupakan komoditas perikanan yang banyak dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang gurih. Selain itu ikan lele dumbo

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. khas serta berwarna putih atau sedikit keabu-abuan. Tempe dibuat dengan cara

I PENDAHULUAN. khas serta berwarna putih atau sedikit keabu-abuan. Tempe dibuat dengan cara I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Kapang Rhizopus oligosporus Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker & Moore (1996) adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Kelas Ordo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka. B. Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan

Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan 1 P a g e Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan Pengasapan Ikan Menurut perkiraan FAO,2 % dari hasil tangkapan ikan dunia diawetkan dengan cara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mikroorganisme merupakan bagian dari kekayaan dan keragaman hayati

I. PENDAHULUAN. Mikroorganisme merupakan bagian dari kekayaan dan keragaman hayati I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikroorganisme merupakan bagian dari kekayaan dan keragaman hayati Indonesia yang dapat diisolasi dari setiap lapisan tanah dan perairan atau laut. Salah satu mikroorganisme

Lebih terperinci

PERBEDAAN KADAR PROTEIN TAPE SINGKONG (Manihot utilisima) BIASA DENGAN YANG DIBERI PENAMBAHAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) Jurnal Publikasi

PERBEDAAN KADAR PROTEIN TAPE SINGKONG (Manihot utilisima) BIASA DENGAN YANG DIBERI PENAMBAHAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) Jurnal Publikasi PERBEDAAN KADAR PROTEIN TAPE SINGKONG (Manihot utilisima) BIASA DENGAN YANG DIBERI PENAMBAHAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) Jurnal Publikasi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negeri yang sangat dikagumi akan kekayaan alamnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negeri yang sangat dikagumi akan kekayaan alamnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negeri yang sangat dikagumi akan kekayaan alamnya. Di samping kekayaan-kekayaan alam yang sudah digali dan dimanfaatkan secara baik, namun masih banyak

Lebih terperinci

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil umbi-umbian, antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil umbi-umbian, antara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil umbi-umbian, antara lain singkong atau ubi kayu, ubi jalar, ubi talas, dan lain sebagainya. Umbi-umbian merupakan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Etanol disebut juga etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH atau

BAB I PENDAHULUAN. Etanol disebut juga etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Etanol disebut juga etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH atau CH3CH2OH dengan titik didihnya 78,4 C. Sementara bioetanol adalah etanol yang diproduksi dari proses

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu dan

I PENDAHULUAN. (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu dan I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap objek penelitian.

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN BAB VI PEMBAHASAN Praktikum kali ini membahas mengenai isolasi khamir pada cider nanas. Cider merupakan suatu produk pangan berupa minuman hasil fermentasi dengan kandungan alkohol antara 6,5% sampai sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Biakan murni merupakan tahapan awal di dalam pembuatan bibit jamur. Pembuatan biakan murni diperlukan ketelitian, kebersihan, dan keterampilan. Pertumbuhan miselium

Lebih terperinci

Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian

Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Teknologi Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian Mas ud Effendi Tahap Awal Proses Pengolahan (1) Kualitas produk olahan yang dihasilkan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Konsumsi tempe rata-rata per orang per

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Konsumsi tempe rata-rata per orang per BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia saat

Lebih terperinci

TELUR ASIN PENDAHULUAN

TELUR ASIN PENDAHULUAN TELUR ASIN PENDAHULUAN Telur asin,merupakan telur itik olahan yang berkalsium tinggi. Selain itu juga mengandung hampir semua unsur gizi dan mineral. Oleh karena itu, telur asin baik dikonsumsi oleh bayi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Onggok Onggok adalah limbah dari pabrik tapioka (singkong) yang kering, padat dan keras, biasanya berukuran satu kepal atau pecahan lebih kecil tergantung dari hasil pemerasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya bioteknologi, terdapat kecenderungan bahwa

I. PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya bioteknologi, terdapat kecenderungan bahwa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkembangnya bioteknologi, terdapat kecenderungan bahwa masyarakat lebih mengutamakan makanan yang bebas dari pencemaran bahan kimia sintetik dan antibiotik

Lebih terperinci