ANALISIS PRODUKTIVITAS SENTRA INDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DI WILAYAH KABUPATEN KEDIRI DENGAN MODEL APC DAN CRAIG-HARRIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PRODUKTIVITAS SENTRA INDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DI WILAYAH KABUPATEN KEDIRI DENGAN MODEL APC DAN CRAIG-HARRIS"

Transkripsi

1 ANALISIS PRODUKTIVITAS SENTRA INDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DI WILAYAH KABUPATEN KEDIRI DENGAN MODEL APC DAN CRAIG-HARRIS OLEH : Lilia Pasca Riani UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2015 EJAVEC 2015 BANK INDONESIA & UNIVERSITAS AIRLANGGA 1

2 ANALISIS PRODUKTIVITAS SENTRA INDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DI WILAYAH KABUPATEN KEDIRI DENGAN MODEL APC DAN CRAIG-HARRIS Lilia Pasca Riani Universitas Nusantara PGRI Kediri bungalilia@gmail.com ABSTRAK : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur indeks profitabilitas menurut model APC dan nilai produktivitas menurut model Craigg-Harris. Obyek penelitian ini adalah sentra industri tepung tapioka di Kecamatan Tarokan Kabupaten Kediri. Sebagai sampel menggunakan 4 responden pemilik usaha tepung tapioka pada sentra industri tersebut. Teknik analisa data menggunakan 4 tahapan, yaitu 1) mengklasifikasikan komponen input, 2) mengukur indeks provitabilitas menurut model APC, 3) menghitung nilai produktivitas menurut model Craigg-Harris, dan 4) membandingkan kedua model. Hasil yang diperoleh adalah indeks profitabilitas model APC, indeks input material menurun sebesar 35%, input tenaga kerja meningkat sebesar 37%; input energi meningkat sebesar 14%; input modal meningkat sebesar 28%; dan input total menurun sebesar 19%. Sedangkan perhitungan nilai produktivitas model Craigg-Harris berbasis selisih antara periode berlaku dan periode dasar. Peningkatan nilai produktivitas tertinggi adalah pada produktivitas untuk input energi yaitu sebesar 71% Kata Kunci : Usaha Tepung Tapioka, Produktivitas, Model APC, Model Craig-Harris I. PENDAHULUAN Propinsi Jawa Timur memiliki berbagai keanekaragaman karakteristik pada setiap wilayah kabupaten/kota. Wilayah Gerbang Kertosusila lebih mengedepankan sisi industrialisasi dan penanaman modal yang besar untuk sektor industri. Wilayah penyokong seperti Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Pacitan lebih mengedepankan sisi kebudayaan dan pariwisata, wilayah timur seperti Kabupaten Situbondo dan Banyuwangi lebih mengutamakan sektor perikanan dan hasil laut, sedangkan wilayah Jawa Timur bagian barat daya lebih mengedepankan sektor pertanian dan perkebunan salah satunya adalah area Kabupaten Kediri. Kabupaten Kediri memiliki lahan pertanian dan perkebunan yang luas dan subur, terutama di kawasan lereng Gunung Kelud. Sehingga menjadi mata pencaharian mayoritas penduduk diwilayah ini, yaitu terkait dengan pengolahan lahan pertanian dan perkebunan, juga mengolah bahan-bahan hasil pertanian dan perkebunan tersebut menjadi berbagai komiditas unggulan.. Komoditas perkebunan paling banyak adalah singkong/ketela pohon/ubi kayu. Masyarakat sekitar EJAVEC 2015 BANK INDONESIA & UNIVERSITAS AIRLANGGA 2

3 mengolah hasil perkebunan singkong atau ketela pohon atau ubi menjadi aneka ragam makanan tradisional khas daerah seperti getuk, timus, jemblem, dan keripik aneka rasa, juga diolah menjadi bahan dasar pangan. Pada dasarnya pengolahan singkong dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu hasil fermentasi singkong (tape/peuyem), singkong yang dikeringkan (gaplek) dan tepung singkong atau tepung tapioka (tepung kanji). Di Kecamatan Tarokan terdapat 44 Home Industry yang mengolah hasil perkebunan rakyat ketela pohon menjadi tepung tapioka (Kedirikab.go.id). Kecamatan Tarokan, tepatnya di Desa Bulusari merupakan salah satu dari sentra industri krupuk Kali atau kerupuk Upil atau masyarakat sekitar menyebutnya Opak Kali. Produk krupuk ini sudah dikenal diberbagai kalangan, di sekitar Kabupaten Kediri, bahkan area pemasarannya sudah sampai luar propinsi dan luar pulau jawa. Tepung tapioka merupakan bahan dasar pembuatan krupuk juga di produksi di wilayah tersebut. Menurut Koordinator PPL (Petugas Penyuluh Lapangan) seperti dikutip dalam situs resmi pemerintah Kabupaten Kediri (kedirikab.go.id), menjelaskan bahwa pengusaha tepung tapioka di desa Bulusari ini mampu menghasilkan 5 8 ton tepung tapioka perhari. Meskipun bahan baku singkong atau ketela pohon mayoritas harus didatangkan dari kecamatan lain, seperti kecamatan Kandat, Kecamatan Badas, Kecapatan Puncu, dan Kecamatan Wates di lereng sekitar Gunung Kelud. Proses produksi tepung tapioka di Kecamatan Tarokan mengalami berbagai kendala, seperti harga bahan baku singkong semakin mahal, upah kerja yang tidak sebanding dengan peningkatan harga jual membuat margin laba semakin tipis, dan penggunaan teknologi tradisional dengan mengandalkan sinar matahari, sehingga perlu efektifitas dan efisiensi yang tinggi agar usaha ini tetap berlangsung. Salah satu cara untuk mengukur dan memprediksi tingkat efektifitas dan efisiensi kerja adalah menerapkan konsep produktivitas. Terdapat banyak cara dalam mengukur produktivitas kerja yang masingmasing memiliki fungsi dan sudut pandang yang berbeda, disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Tujuan dari penelitian ini yaitu membahas pengukuran produktivitas kerja pada sentra industri tepung tapioka di Kabupaten Kediri dengan membandingkan dua model, yaitu Model APC dan Model Craig-Harris. EJAVEC 2015 BANK INDONESIA & UNIVERSITAS AIRLANGGA 3

4 II. TINJAUAN LITERATUR II.1 Konsep Produktivitas Heizer dan Render (2009 : 18) mengemukakan bahwa proses pembuatan barang dan jasa memerlukan transformasi sumber daya. Semakin efisien kita melakukan perubahan ini, kita menjadi semakin produktif dan nilai yang ditambahkan pada barang dan jasa yang dihasilkan menjadi lebih tinggi. Menurut Pribadiyono (2006) produktivitas merupakan suatu istilah yang seringkali disama artikan dengan kata produksi. Dalam kenyataannya, antara produktivitas dan produksi mempunyai arti yang berbeda. Karena pada saat produksi tinggi belum tentu produktivitasnya juga tinggi, bisa jadi produktivitasnya semakin rendah. Tinggi rendahnya suatu produktivitas berkaitan dengan efisiensi dan penggunaan sumber-sumber daya (input) dalam menghasilkan suatu produk atau jasa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produktivitas berkaitan dengan edisiensi penggunaan input dalam memproduksi output (barang dan/atau jasa). Produktivitas (Heizer dan Render 2009 : 18) merupakan rasio perbandingan antara output (hasil dari proses yakni barang, atau jasa, atau keduanya) dibagi dengan input (pengorbanan yang telah dilakukan yakni sumber-sumber daya seperti tenaga kerja, modal, teknologi, energi, dan bahan baku). Dengan kata lain bahwa produktivitas memiliki dua dimensi. Dimensi pertama adalah efektifitas yang mengarah kepada pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan waktu. Dimensi kedua adalah efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan (Umar, 2005). Berikut adalah gambar keterkaitan antara efisiensi, efektifitas, kualitas, dan produktivitas : Produktivitas = Produktivitas = Keluaran (Output) Masukan (Input) Hasil yang dicapai Sumber sumber daya yang digunakan Produktivitas = Efektivitas Efisiensi EJAVEC 2015 BANK INDONESIA & UNIVERSITAS AIRLANGGA 4

5 II.2 Peningkatan Produktivitas Menurut Haizer dan Render (2009), peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu : 1. Jumlah output yang dihasilkan sama, dengan input atau sumber daya yang digunakan yang semakin menurun atau berkurang 2. Jumlah output yang dihasilkan meningkat, dengan input atau sumber daya yang digunakan sama. 3. Jumlah output yang dihasilkan dan input atau penggunaan sumber daya yang digunakan sama sama meningkat, tetapi peningkatan output yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan peningkatan jumlah input yang digunakan 4. Jumpat output yang dihasilkan dan input yang digunakan sama sama menurun, tetapi penurunan inputyang digunakan besarnya lebih besar dibandingkan dengan penurunan output yang dihasilkan. II.3 Pengukuran Produktivitas Pengukuran produktivitas ada 3 cara, yakni produktivitas total, produktivitas faktor tunggal, dan produktivitas multifaktor (Hatten, 2011 : 464; dan Heizer & Render, 2009:21). Berikut adalah persamaannya: Produktifitas Total = Total Output Total Input Produktifitas Faktol Tunggal = Total Output Sala satu faktor Input yang digunakan Produktifitas Multifaktor = Total Output Beberapa faktor Input yang digunakan Dari ketiga cara pengukuran produktivitas diatas kesemuanya sangat bermanfaat untuk mengetahui kondisi dari keefektivan dan efisiensi sebuah perusahaan. Hasil perhitungan yang menunjukkan angka yang tinggi (mendekati 100%) bukan menjadi jaminan perusahaan tersebut sudah berjalan baik. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan membandingkan angka hasil perhitungan tersebut dengan hasil di periode sebelumnya atau membandingkan dengan EJAVEC 2015 BANK INDONESIA & UNIVERSITAS AIRLANGGA 5

6 perusahaan lain yang sejenis. Apabila angka menunjukkan hal yang lebih tinggi dari sebelumnya atau dari pesaingnya, maka produktivitas perusahaan tersebut tergolong tinggi/baik. II.4 Model Pengukuran Produktivitas APC Dalam model APC (American Productivity Center), menurut Masharyono, dkk (2010) mengutip dari Gupta dan Dey (2010) menyebutkan bahwa kuantitas output dan input setiap tahun digandakan dengan harga-harga tahun dasar untuk menghasilkan indeks produktivitas. Sedangkan kuantitas ouput dan input setiap tahun digandakan dengan harga-harga pada tahun yang berlaku menghasilkan indeks profitabilitas. Harga-harga dan biaya-biaya perunit setiap tahun digandakan dengan kuantitas output dan input pada tahun berlaku akan menghasilkan indeks perbaikan harga. Menurut Gupta dan Dey (2010) seperti dikutip oleh Masharyono, dkk (2010), pengukuran produktivitas dengan model APC menampakkan hubungan antara produktivitas, profitabilitas, dan indeks perbaikan harga seperti dalam rumus berikut : Indeks Produktivitas = Indeks Profitabilitas Indeks Perbaikan Harga Indeks Profitabilitas = Indeks produktivitas x Indeks Perbaikan Harga Indeks Perbaikan Harga = Indeks Profitabilitas Indeks Produktivitas II.5 Model Pengukuran Produktivitas menurut Craig - Harris Model pengukuran produktivitas ini merujuk pada pengukuran produktivitas total yang dapat menggambarkan tingkat efisiensi dan pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan dengan mengasumsikan bahwa tujuan perusahaan berorientasi pada profit maksimum (Setiadi, dkk, 2014). Menurut Craig dan Harris (1973) EJAVEC 2015 BANK INDONESIA & UNIVERSITAS AIRLANGGA 6

7 seperti dikutip oleh Setiadi, dkk (2014), produktivitas total diformulasikan sebagai berikut : Pt = Dimana : Pt = Produktivitas Total Qt = Output Total L = Labor Input (tenaga kerja) C = Capital Input (Modal) Qt L + C + R + Q R = Raw Material input (bahan baku) Q = Miscellaneus Input (Input lainnya) Sedangkan nilai produktivitas parsial diukur berdasarkan masing-masing input yang digunakan. berikut adalah perumusannya 1. Nilai produktivitas parsial untuk input bahan baku : P = Output Baan Baku 2. Nilai produktivitas parsial untuk input tenaga kerja : P = Output Tenaga Kerja 3. Nilai produktivitas parsial untuk input energi : P = 4. Nilai produktivitas untuk input modal : Output Listrik + Solar P = Output Modal III. METODE PENELITIAN III.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan analisis perbandingan pengukuran produktivitas Model Mundel dan Model Craig-Harris, yaitu mengambil suatu masalah kemudian menganalisisnya sesuai dengan teori yang ada. EJAVEC 2015 BANK INDONESIA & UNIVERSITAS AIRLANGGA 7

8 III.2 Obyek dan Sampel Penelitian Obyek penelitian dalam artikel ini adalah Sentra Pengolahan Tepung Tapioka di Desa Bulusari Kecamatan Tarokan Kabupaten Kediri. Penentuan sampel penelitian ini dilakukan secara purposiveyaitu 4 Home Industry pengolahan tepung tapioka milik Bapak Slamet, Bapak Komari, Bapak Sobirin, dan Bapak Parlan dengan pertimbangan bahwa ke empat pemilik tersebut memiliki hasil produksi yang lebih banyak. III.3 Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara langsung dengan pemilik Home Industry tepung tapioka Bapak Slamet, Bapak Komari, Bapak Sobirin, dan Bapak Parlan. sedangkan data sekunder diperoleh melalui instansi pemerintah kabupaten Kediri, Badan Pusat Statistik, dan Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Kediri. III.4 Teknik Analisis Data Tehnik yang digunakan dalam menganalisis data adalalah analisis deskriptif kuantitatif. Teknis analisis kuntitatif digunakan untuk menghitung indeks produktivitas dan nilai produktivitas yang selanjutnya akan digunakan untuk menganalisis produktivitas berdasarkan model APC dan Craig-Harris. Berikut tahapannya : 1. Mengkasifikasikan komponen input 2. Mengukur produktivitas menurut Model APC dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Menghitung nilai input dengan mengalikan kuantitas input per periode dengan harga tahun dasar (periode dasar), Menghitung produktivitas faktor tunggal per periode, kemudian menghitung indeks produktivitas atas harga tahun dasarnya. b. Menghitung indeks produktivitas input atas dasar harga yang berlaku dengan membagi nilai input periode berlaku dan nilai input periode dasar, c. Menghitung indeks profitabilitas per input (faktor tunggal) d. Menentukan indeks perbaikan harga dan menyimpulkan peningkatan atau penurunan produktivitas, profitabilitas, dan indeks perbaikan harga EJAVEC 2015 BANK INDONESIA & UNIVERSITAS AIRLANGGA 8

9 3. Mengukur produktivitas menurut Model Craig-Harris dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Menghitung nilai produktivitas total setiap periode b. Menghitung nilai produktivitas parsial setiap periode c. Menentukan peningkatan atau penurunan nilai produktivitas 4. Melakukan analisa perbandingan kedua model IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Pemaparan Data Hasil Produksi Yang Dicapai Dan Sumber-Sumber Daya Yang Dipakai Berikut adalah data Input Output Pabrik pengolahan tepung tapioka di sentra UKM pengolahan tepung tapioka di Kecamatan Tarokan, Kabupaten Kediri dari tahun 2013 dan Tabel 1. Data Rata-rata Ouput Input ke empat UKM Pabrik Tepung Tapioka Periode Tahun 2013 Periode Tahun 2014 Komponen Analisa (Tahun Dasar) (Tahun Berlaku) Kuantitas Harga Jumlah (Rp) Kuantitas Harga Jumlah (Rp) Output Tepung Tapioka (Kg per tahun) Input Material Singkong (Kg Per tahun) Tenaga Kerja Energi Listrik Solar 2.660, , Total Energi Modal Karung Goni (Pcs) Benang Wol (Meter) Total Modal Total Input Sumber : Data primer, diolah 2015 Tabel diatas merupakan pemaparan data mentah mengenai perhitungan total output yang diperoleh dari kuantitas output dikalikan dengan harga produk per Kg. Sedangkan total input diperoleh dari penjumlahan masing-masing komponen input, yaitu material, tenaga kerja, energi, dan modal. EJAVEC 2015 BANK INDONESIA & UNIVERSITAS AIRLANGGA 9

10 IV.2 Mengklasifikasikan komponen input Berikut adalah paparan tabel komponen input yang telah diklasifikasikan : Tabel 2. Klasifikasi Input No. Komponen Input Priode 2013 (Dasar) Periode 2014 (Berlaku) 1 Material Tenaga Kerja Energi Modal Total Input Sumber : Data Primer, diolah 2015 Dilihat dari tabel diatas terjadi peningkatan total input sebesar 81% total input dari tahun 2013 ke tahun Hal ini disebabkan adanya peningkatan yang signifikan pada komponen input material dan tenaga kerja. IV.3 Mengukur produktivitas menurut Model APC a. Menghitung nilai masing-masing komponen input dengan mengalikan kuantitas input per periode dengan harga tahun dasar, kemudian menghitung indeks produktivitas factor tunggal per periode Berikut adalah tabel paparan data nya: Tabel 3. Perhitungan Indeks Produktivitas atas harga tahun dasar (Harga Konstan) Komponen Atas harga tahun dasar Indeks Periode dasar Periode berlaku Produktivitas Total Output ,39 Input Material ,17 Input Tenaga Kerja ,07 Input Energi ,12 Input Modal ,10 Total Input ,14 IP Material 2,95 3,52 1,19 IP Tenaga Kerja 6,45 8,39 1,30 IP Energi 32,77 40,72 1,24 IP Modal 30,04 37,95 1,26 IP Total Input 1,79 2,20 1,23 Sumber : Data Primer, Diolah 2015 EJAVEC 2015 BANK INDONESIA & UNIVERSITAS AIRLANGGA 10

11 Dari tabel 3 diatas, dapat diketahui berdasarkan harga tahun dasar (konstan) indeks produktivitas material menunjukkan angka 1.19 berarti terjadi peningkatan produktivitas untuk input material sebesar 19% atas harga tahun dasar (konstan), hal ini disebabkan karena terjadi penambahan input material yang lebih kecil dibandingkan dengan penambahan output tepung tapioka. Indeks produktivitas tenaga kerja menunjukkan angka 1.30 berarti terjadi peningkatan sebesar 30%, hal ini tampak pada terjadi penambahan output tepung tapioka yang lebih besar dibandingkan dengan penambahan input tenaga kerja, atau dengan menambah jumlah tenaga kerja sebanyak 1 orang dapat memberikan kontribusi yang besar sehingga tepung tapioka yang dihasilkan lebih banyak. Indeks produktivitas energy menunjukkan angka 1,24 berarti terjadi peningkatan sebesar 24% atas harga tahun dasar (konstan). Hal ini berarti dengan biaya energy yang sama daru tahun 2013 ke tahun 2014, terjadi penambahan biaya solar dan biaya listrik, tetapi penambahan biaya-biaya tersebut lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan output tepung tapioka yang dihasilkan. Indeks produktivitas modal menunjukkan angka 1.26 artinya terjadi peningkatan produktivitas modal atas harga tahun dasar (konstan) sebesar 26%. Hal ini dapat di telusuri dari terdapat penambahan jumlah karung goni dan benang wol yang dibutuhkan, walaupun harganya tetap tetapi penambahan output tepung terigu yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan penambahan biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli karung goni dan benang wol. Sedangkan indeks produktivitas total input menunjukkan angka 1.23 berarti terjadi peningkatan produktivitas total input sebesar 23% atas harga tahun dasar (konstan), berarti adanya penambahan output berupa tepung tapioka lebih besar dibandingkan dengan penambahan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk membeli input atau sumber-sumber daya yang dibutuhkan. EJAVEC 2015 BANK INDONESIA & UNIVERSITAS AIRLANGGA 11

12 b. Menghitung indeks input pada masing-masing input berdasarkan harga tahun berlaku, kemudian membagi dengan masing-masing input atas dasar harga tahun dasar (konstan) Tabel 4. Perhitungan indeks input berdasarkan harga tahun berlaku dan indeks input berdasarkan harga tahun dasar (konstan) Komponen Atas Dasar Harga yang Berlaku Indeks Periode dasar 2013 Periode berlaku 2014 Output ,47 Input Material ,26 Tenaga Kerja ,07 Energi ,29 Modal ,15 Total Input ,81 Sumber : Data Primer, diolah 2015 Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan output sebesar 47% dilihat dari hasil perhitungan indeks ouput sebesar 1,47, yaitu indeks output meningkat sebesar 147%, indeks input material naik lebih 2 kali lipat yaitu sebesar 226%, sedangkan indeks input tenaga kerja, energy, dan modal masing-masing meningkan sebesar 7%, 29%, dan 15%. Indeks total input juga menunjukkan peningkatan sebesar 81%. c. Menghitung Indeks Profitabilitas untuk masing-masing input (factor tunggal) Berikut adalah penyajian data perhitungan indeks profitabilitas untuk masing-masing input dihitung dengan membagi indeks output dengan indeks masing-masing input. Tabel 5. Indeks Profitabilitas Input Komponen Indeks Output-Input Indeks Profitabilitas Input Output 1,47 Input Material 2,26 0,65 Tenaga Kerja 1,07 1,37 Energi 1,29 1,14 Modal 1,15 1,28 Total Input 1,81 0,81 Sumber : Data Primer, diolah 2015 EJAVEC 2015 BANK INDONESIA & UNIVERSITAS AIRLANGGA 12

13 Dari perhitungan diatas dapat diketahui indeks profitabilitas masingmasing input, untuk material menurun sebesar sebesar 35%, hal ini berarti peningkatan harga dan jumlah output tepung tapioka dari tahun 2013 ke tahun 2014 lebih kecil dibandingkan dengan penambahan biaya dan jumlah input material. Indeks input tenaga kerja meningkat sebesar 37%, hal ini berarti peningkatan harga dan jumlah output tepung tapioka dari tahun 2013 ke tahun 2014 lebih besar dibandingkan dengan penambahan biaya dan jumlah input tenaga kerja. Indeks input energi meningkat sebesar 14%, hal ini berarti peningkatan harga dan jumlah output tepung tapioka dari tahun 2013 ke tahun 2014 lebih besar dibandingkan dengan penambahan biaya dan jumlah input energi. Indeks input modal meningkat sebesar 28%, hal ini berarti peningkatan harga dan jumlah output tepung tapioka dari tahun 2013 ke tahun 2014 lebih besar dibandingkan dengan penambahan biaya dan jumlah input modal. Indeks profitabilitas input total menurun sebesar 19%. Hal ini berarti peningkatan harga dan jumlah output tepung tapioka dari tahun 2013 ke tahun 2014 lebih kecil dibandingkan dengan penambahan biaya dan jumlah input total. d. Menghitung Indeks Perbaikan Harga Perhitungan indeks perbaikan harga adalah dengan membagi indeks profitabilitas masing-masing input dengan indeks produktivitas masingmasing input. Berikut penyajian tabel nya: Tabel 6. Indeks Perbaikan Harga Komponen Input Indeks Profitabilitas Indeks Produktivitas Indeks Perbaikan Harga Material 0,65 1,19 0,55 Tenaga Kerja 1,37 1,30 1,05 Energi 1,14 1,24 0,92 Modal 1,28 1,26 1,02 Total Input 0,81 1,23 0,66 Sumber : data Primer, diolah 2015 EJAVEC 2015 BANK INDONESIA & UNIVERSITAS AIRLANGGA 13

14 Dari tabel diatas, tampak bahwa indeks perbaikan harga tertinggi ditunjukkan oleh input tenaga kerja yaitu sebesar 1,05; urutan berikutnya adalah input modal sebesar 1,02; input energy sebesar 0,92; dan input material sebesar 0,55; sedangkan indeks perbaikan harga input total menunjukkan angka 0,66. IV.4 Mengukur Produktivitas menurut Craig-Harris a. Menghitung nilai produktivitas total setiap periode Nilai Produktivitas per periode = Output Input Baan Baku + Input Tenaga Kerja + Input Energi + Input Modal Nilai Produktivitas taun 2013 = Nilai Produktivitas taun 2014 = = = 1, = = 1,45 b. Menghitung nilai produktivitas parsial setiap periode Berikut adalah perhitungan nilai produktivitas parsial untuk masingmasing input yang digunakan, dengan rumus : Nilai Produktivitas Parsial Input = Output Input Parsial EJAVEC 2015 BANK INDONESIA & UNIVERSITAS AIRLANGGA 14

15 Tabel 7. Hasil Perhitungan Nilai Produktivitas Parsial No. Komponen Nominal Rupiah Nilai Produktivitas Parsial Periode Tahun Material ,95 2. Tenaga Kerja ,45 3. Energi ,77 4. Modal ,04 Periode Tahun Material ,92 2. Tenaga Kerja ,85 3. Energi ,33 4. Modal ,44 Sumber : data primer diolah, 2015 c. Menentukan peningkatan atau penurunan nilai produktivitas Tahap selanjutnya dalam model Craig-Harris adalah menentukan level peningkatan atau penurunan nilai produktivitas menurut model Craig-Harris Tabel 8. Hasil pengukuran nilai produktivitas model Craig-Harris No. Komponen Nilai Produktivitas Parsial Tahun 2013 Tahun 2014 Selisih 1. Material 2,95 1,92-1,03 (-34,91%) 2. Tenaga Kerja 6,45 8,85 +2,4 (37,21%) 3. Energi 21,77 37,33 +15,56 (71,47%) 4. Modal 30,04 38,44 +8,4 (27,96%) 5. Total 1,79 1,45-0,34 (-18,99%) Sumber : data primer diolah, 2015 Dari tabel 8 diatas, dapat diketahui selisih nilai produktivitas material antara tahun menunjukkan angka 1,03 berarti terjadi penurunan produktivitas untuk input material sebesar 34,91%. Selisih nilai produktivitas tenaga kerja antara tahun menunjukkan angka + 2,40 berarti terjadi peningkatan sebesar 37,21%. Selisih nilai produktivitas energi antara tahun menunjukkan angka + 15,56 berarti terjadi peningkatan sebesar 71,47%. Selisih Nilai produktivitas modal antara tahun menunjukkan angka + 8,40 artinya terjadi peningkatan produktivitas modal sebesar 27,96%. Sedangkan selisih nilai produktivitas total inputantara tahun menunjukkan angka 0,34 berarti terjadi penurunan produktivitas total input sebesar 19%. EJAVEC 2015 BANK INDONESIA & UNIVERSITAS AIRLANGGA 15

16 IV.5 Melakukan analisa perbandingan kedua model Tabel 9. Perbandingan Hasil Pengukuran Produktivitas Model APC dan Model Craig-Harris tahun Hasil Pengukuran Produktivitas Model APC Model Craig-Harris No. Komponen Keterangan IPF Nilai IP IPH Prosentase Rasio % Produktivitas 1. Input Material 0,65-35% 1,19 0,55-1,02 34% Sama Menurun 2. Input Tenaga Kerja 1,37 +37% 1,30 1,05 + 2,40 37% Sama Meningkat 3. Input Energi 1,14 +14% 1,24 0, ,56 71% Sama Meningkat 4. Input Modal 1,28 +28% 1,26 1,02 + 8,39 28% Sama Meningkat 5. Input Total 0,81-19% 1,23 0,66-0,33 19% Sama Menurun Sumber : data primer diolah, 2015 Dari tabel diatas, terlihat perbedaan angka hasil perhitungan produktivitas. Menurut APC, hasil perhitungan disebut dengan indeks produtivitas, indeks profitabilitas, dan indeks perbaikan harga. Pwehitungan menurut model APC semuanya berbasis indeks yaitu rasio atau membagi antara periode berlaku dengan periode dasar. Ssedangkan perhitungan produktivitas menurut Craig-Harris disebut dengan nilai produktivitas, yang diperoleh dari selisih antara hasil perhitungan produktivitas periode berlaku (tahun 2014) dikurangi dengan hasil perhitungan produktivitas periode dasar (tahun 2013). Menurut model APC, perhitungan perbandingan antara periode berlaku dengan periode dasar disebut dengan indeks profitabilitas adalah yang relevan dibandingkan dengan perhitungan produktivitas menurut model Craig-Harris yang berbasis selisih. Pada kolom keterangan menunjukkan bahwa semua komponen input hasilnya sama antara perhitungan indeks profitabilitas menurut model APC dan perhitungan nilai Produktivitas menurut Model Craig-Harris. Meskipun begitu terdapat beberapa perbedaan angka hasil perhitungan, antara lain untuk input material sama sama diartikan menurun tetapi angkanya berbeda, yaitu sebesar 35% pada Model APC, dan 34% pada Model Craig-Harris; input tenaga kerja meningkat sebesar 37% pada Model APC dan 37% pada Model Craig-Harris; Input energi meningkat sebesar 14% pada Model APC dan 71% EJAVEC 2015 BANK INDONESIA & UNIVERSITAS AIRLANGGA 16

17 pada Model Craig-Haris; Input Modal sama-sama mengalami peningkatan sebesar 28% baik pada Model APC maupun Model Craig-Harris; sedangkan input total mengalami penurunan sebesar 19% pada Model APC dan sebesar 19% pada Model Craig-Harris. V. KESIMPULAN DAN SARAN Dari perhitungan produktivitas menurut Model APC dan Model Craig-Harris, terdapat persamaan hasil, yaitu pada produktivitas parsial terdapat penurunan untuk input material. Penurunan produktivitas parsial pada input material nampaknya memiliki dampak yang sangat besar, terbukti bahwa hasil produktivitas untuk input total juga mengalami penurunan, meskipun perhitungan produktivitas parsial untuk input yang lain mengalami peningkatan. Pada input material perhitungan indeks profitabilitas menurut model APC menunjukkan angka penurunan sebesar -35%, hal ini berarti penambahan jumlah produksi dan peningkatan harga jual produk tepung tapioka pada sentra industri tepung tapioka di kecamatan Tarokan ini tidak sebanding dengan peningkatan biaya bahan baku yang terjadi. Permasalan ini dinilai krusial karena peningkatan biayabiaya untuk membeli bahan baku yang secara kuantitas juga bertambah besar sangat mempengaruhi indeks profitabilitas total input. Terbukti dalam perhitungan indeks profitabilitas input total menurun sebesar -33%. Meskipun indeks profitabilitas parsial untuk input yang lain seperti tenaga kerja, energi, dan modal mengalami peningkatan. Para pengusaha tepung tapioka diharapkan jeli melihat permasalahan ini, apabila ditelisik dari data awal ditemukan bahwa indeks output mengalami peningkatan sebesar +47% (1,47) sedangkat indeks input material meningkat lebih dari 2 kali lipat (2,26). Berarti pada tahun 2014 penggunaan material meningkat 2 kali lipat tidak sebanding dengan penambahan jumlah produk jadi yang hanya meningkat sebesar 47%. Banyak pemborosan terjadi dan sangat tidak efisien. Perlu adanya usaha efisiensi lebih keras agar produktivitas dan profitabilitas meningkat. Berbagai cara dalam pengendalian persediaan material dapat dilakukan antara lain lebih selektif dalam pemilihan bahan baku, lebih mengendalikan biaya-biaya penyimpanan dan biaya pengiriman bahan baku dari supplier hingga sampai di EJAVEC 2015 BANK INDONESIA & UNIVERSITAS AIRLANGGA 17

18 gudang penyimpanan. Memperketat kendali pada penyimpanan bahan baku digudang agar tidak banyak bahan baku ketela pohon yang rusak karena perubahan suhu udara, perubahan kelembaban yang ekstrim pada musim penghujan, dan hama tikus. Saran bagi pemilik UKM pengolah tepung tapioka yang diberikan adalah lebih efisien dalam menggunakan sumber-sumber daya, terutama sumber daya yang terhitung menunjukkan produktivitas menurun seperti material. Kontribusi sumberdaya ini sangat besar sehingga menyebabkan produktivitas total mengalami penurunan. Lebih selektif dalam memilih bahan baku sangat membantu efisiensi terkait dengan kualitas bahan baku, harga bahan baku, dan jumlah bahan baku yang dipakai. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah belum mencakup signifikansi pengaruh perubahan input terhadap perubahan output, sehingga masih dapat diteliti pada penelitian selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Kredit, BPR, dan UMKM Bank Indonesia (2009). Pola Pembiayaan Industri Pengolahan Tepung Tapioka (online) tersedia di : [diakses tanggal 8 Februari 2015]. Masharyono, et al (2010). Analisis Pengukuran Produktivitas Dengan Model American Productivity Center (APC) dan Marvin E. Mundel (Studi Kasus pada Bagian Pabrikasi PG. Madubaru Madukismo) [online] tersedia di : Jurnal_Inovasi_Industri_Vol_1_No._1_-_3 [diakses tanggal 8 Februari 2015]. Winarni, (2014). Analisis Pengukuran Produktivitas Dengan Menggunakan Model Mundel dan APC [onlie] tersedia di : pdf [diakses tanggal 8 Februari 2015]. Muhaimin, Abdul Wahib, Prawiyanti, Ratna. (2010). Strategi Pengembangan Agroindustri Tapioka Pada Skala Usaha Kecil. Journal of Agricultural Socio- Economics AGRISE Volume X No. 3, Bulan Agustus [online] tersedia di : [diakses tanggal 10 Februari 2015]. Heizer, J., Render, B., (2009). Operations Management, Buku 9, Jilid 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Hatten, Timothy S., (2012). Small Business Management : Entrepreneurship and Beyond, Fifth Edition, South-Western Cengage Learning, Mason, USA. EJAVEC 2015 BANK INDONESIA & UNIVERSITAS AIRLANGGA 18

19 Pribadiyono, (2006). Aplikasi Sistem Pengukuran Produktivitas : Kaitannya dengan Pengupahan, Jurnal Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra, Vol. 8, No. 2, pp Setiade, Ivan, Deoranto, Panji, Astuti, Retno. (2014). Analisis Produktivitas Sektor Kebun PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari Lawang Malang Menggunakan Craig-Harris Productivity Model. [online] tersedia di : [diakses tanggal 10 Oktober 2015]. Sutiyono. (2007). Analisis Produktivitas Berdasarkan Pendekatan Metode American Productivity Center di PT. GFI Sidoarjo. [online] tersedia di : /ojs336/index.php/tekmapro/article/viewFile/287/234.pdf [diakses tanggal 5 Juli 2015] Umar, H Riset Sumber Daya Manusia. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. EJAVEC 2015 BANK INDONESIA & UNIVERSITAS AIRLANGGA 19

BAB I PENDAHULUAN. umbi umbian yang cukup penting di Indonesia baik sebagai sumber pangan

BAB I PENDAHULUAN. umbi umbian yang cukup penting di Indonesia baik sebagai sumber pangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ubi kayu atau ketela pohon adalah salah satu komoditas pertanian jenis umbi umbian yang cukup penting di Indonesia baik sebagai sumber pangan maupun sumber pakan. Hal

Lebih terperinci

perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain. Produktivitas dapat menjadi suatu indikator

perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain. Produktivitas dapat menjadi suatu indikator Persaingan bisnis yang sangat kompetitif saat ini menuntut setiap perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain. Produktivitas dapat menjadi suatu indikator

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di PT. IGS yang bertempat di Jl. Gili Sampeng, kemanggisan - Jakarta Barat dan pada bagian ini juga dijelaskan langkah-langkah untuk memecahkan

Lebih terperinci

JURNAL ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN MODEL MARVIN E. MUNDEL (STUDI KASUS PADA UD. BALLISTA TAHU CHIPS DI KEDIRI)

JURNAL ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN MODEL MARVIN E. MUNDEL (STUDI KASUS PADA UD. BALLISTA TAHU CHIPS DI KEDIRI) JURNAL ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN MODEL MARVIN E. MUNDEL (STUDI KASUS PADA UD. BALLISTA TAHU CHIPS DI KEDIRI) PRODUCTIVITY MEASUREMENT MODEL ANALYSIS USING MARVIN E. MUNDEL (CASE STUDY

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA & DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA & DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA & DASAR TEORI Bab 2 ini menjelaskan mengenai tinjauan pustaka yang membandingkan penelitian terdahulu yang sejenis dengan penelitian yang sekarang dilakukan, dan membahas tentang

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMBUATAN KAIN GREY DENGAN PENDEKATAN METODE AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER DAN COBB-DOUGLAS ABSTRACT

ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMBUATAN KAIN GREY DENGAN PENDEKATAN METODE AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER DAN COBB-DOUGLAS ABSTRACT ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMBUATAN KAIN GREY DENGAN PENDEKATAN METODE AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER DAN COBB-DOUGLAS Abdul Jalal 1, Helvi Kusumawati 2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS UD ASIKIE MONDE KABUPATEN NGANJUK MENGGUNAKAN MODEL MARVIN E. MUNDEL

ANALISIS PRODUKTIVITAS UD ASIKIE MONDE KABUPATEN NGANJUK MENGGUNAKAN MODEL MARVIN E. MUNDEL ANALISIS PRODUKTIVITAS UD ASIKIE MONDE KABUPATEN NGANJUK MENGGUNAKAN MODEL MARVIN E. MUNDEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) Pada Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil adalah realitas bahwa produktivitasnya rendah. Sudah menjadi pengertian

BAB I PENDAHULUAN. kecil adalah realitas bahwa produktivitasnya rendah. Sudah menjadi pengertian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan salah satu motor penggerak krusial bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi lokal. UKM memiliki kontribusi yang besar terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan definisi Operasional Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 kelompok variable, yaitu variable terikat (dependen) dan variable

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor pertanian. Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan. mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi

Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan. mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi negara. Pengaruh agroindustri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya masing-masing. Karakteristik antara satu wilayah dengan wilayah lainnya memiliki perbedaan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN METODE THE AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER (APC) (Studi Kasus di PT. Iskandar Tex, Surakarta)

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN METODE THE AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER (APC) (Studi Kasus di PT. Iskandar Tex, Surakarta) NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN METODE THE AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER (APC) (Studi Kasus di PT. Iskandar Tex, Surakarta) Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perekonomian nasional tidak terlepas dari berkembangnya sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut. Hal itu menjadi prioritas perusahaan dalam mencapai

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut. Hal itu menjadi prioritas perusahaan dalam mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring berkembangnya era globalisasi, keberhasilan suatu perusahaan atau industri tercermin dari tingginya pencapaian produktivitas perusahaan tersebut. Hal itu menjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ketela pohon atau ubi kayu dengan nama latin Manihot utilissima merupakan salah satu komoditas pangan penting di Indonesia selain tanaman padi, jagung, kedelai, kacang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat oleh karena itu menuntut setiap perusahaan untuk selalu

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat oleh karena itu menuntut setiap perusahaan untuk selalu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis di dunia Industri dari tahun ketahun berkembang sangat pesat oleh karena itu menuntut setiap perusahaan untuk selalu memiliki kemampuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian produktivitas Produktivitas adalah perbandingan antara keluaran (Output) dan masukan (Input) pada perusahaan, dapat diartikan sebagai rasio antara jumlah output yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Suatu perusahaan didalam setiap menghadapi era globalisasi dimana persaingan bisnis dipasar global menjadi sangat kompetitif dan orientasi perusahaan diharuskan untuk

Lebih terperinci

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS BERDASARKAN MODEL MUNDEL DAN APC UNTUK MENCIPTAKAN KEUNGGULAN BIAYA PRODUKSI (Studi Kasus : PT.

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS BERDASARKAN MODEL MUNDEL DAN APC UNTUK MENCIPTAKAN KEUNGGULAN BIAYA PRODUKSI (Studi Kasus : PT. PENGUKURAN PRODUKTIVITAS BERDASARKAN MODEL MUNDEL DAN APC UNTUK MENCIPTAKAN KEUNGGULAN BIAYA PRODUKSI (Studi Kasus : PT. ITS Jakarta) Robertus Tang Herman*), Faisal Safa*), Rhiren R. Mukti*) Binus University,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral dari sektor pertanian memberikan kontribusi penting pada proses industrialisasi di wilayah

Lebih terperinci

Produktivitas Bioetanol Menggunakan Metode American Productivity Center (APC): Studi Kasus di PT. Panca Jaya Raharja I.

Produktivitas Bioetanol Menggunakan Metode American Productivity Center (APC): Studi Kasus di PT. Panca Jaya Raharja I. 1 Produktivitas Bioetanol Menggunakan Metode American Productivity Center (APC): Studi Kasus di PT. Panca Jaya Raharja Productivity Measurement of Bioethanol Using American Productivity Center (APC) Methods:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Singkong (Manihot utilissima) atau yang biasa disebut juga dengan nama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Singkong (Manihot utilissima) atau yang biasa disebut juga dengan nama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Singkong (Manihot utilissima) atau yang biasa disebut juga dengan nama ubi kayu atau ketela pohon, merupakan bahan baku berbagai produk industri seperti industri makanan,

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS MELALUI PENDEKATAN THE AMERICAN PRODUCTIVTY CENTER MODEL (Studi Kasus PT. Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional III Malang)

ANALISIS PRODUKTIVITAS MELALUI PENDEKATAN THE AMERICAN PRODUCTIVTY CENTER MODEL (Studi Kasus PT. Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional III Malang) ANALISIS PRODUKTIVITAS MELALUI PENDEKATAN THE AMERICAN PRODUCTIVTY CENTER MODEL (Studi Kasus PT. Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional III Malang) ANALYSIS OF PRODUCTIVITYBY USINGTHE AMERICAN PRODUCTIVITY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi pertanian dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi pertanian dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi pertanian dan peternakan yang cukup melimpah yang dimanfaatkan untuk meningkatkan pembangunan pertanian di

Lebih terperinci

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU Ubi kayu menjadi salah satu fokus kebijakan pembangunan pertanian 2015 2019, karena memiliki beragam produk turunan yang sangat prospektif dan berkelanjutan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian adalah sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan dalam pertumbuhan ekonomi, penerimaan devisa negara,

Lebih terperinci

atau keluaran yang dihasilkan dari proses.

atau keluaran yang dihasilkan dari proses. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produktivitas merupakan hal yang mendasar yang harus ada pada setiap perusahaan. Setiap industri tentunya akan selalu meningkatkan produktivitas untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola konsumsi makanan pada masyarakat memberikan dampak positif bagi upaya penganekaragaman pangan. Perkembangan makanan olahan yang berbasis tepung semakin

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI KERUPUK SINGKONG (Studi Kasus di Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Wisata Batu)

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI KERUPUK SINGKONG (Studi Kasus di Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Wisata Batu) Habitat Volume XXIV, No. 3, Bulan Desember 2013 ISSN: 0853-5167 ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI KERUPUK SINGKONG (Studi Kasus di Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Wisata Batu) BUSINESS ANALYSIS OF CASSAVA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Indonesia yang sempat menempati posisi ke-5

BAB 1 PENDAHULUAN. negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Indonesia yang sempat menempati posisi ke-5 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teh merupakan salah satu dari komoditas perkebunan sebagai penyumbang devisa negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Indonesia yang sempat menempati posisi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MUNDEL DAN APC

ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MUNDEL DAN APC ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MUNDEL DAN APC Oleh : Winarni. winarni@akprind.ac.id Teknik Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta ABSTRAK Setiap kegiatan produksi

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. perlu adanya peningkatan performansi produksi agar mampu. efisien sumber daya yang ada untuk mencapai hasil yang optimal.

BAB I PEDAHULUAN. perlu adanya peningkatan performansi produksi agar mampu. efisien sumber daya yang ada untuk mencapai hasil yang optimal. BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan dalam meningkatkan kemampuan daya saingnya perlu adanya peningkatan performansi produksi agar mampu mempertahankan dan meningkatkan posisinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk menghasilkan suatu barang. Pentingnya masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk menghasilkan suatu barang. Pentingnya masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produktivitas merupakan salah satu faktor penting yang digunakan dalam pengukuran kinerja suatu perusahaan. Produktivitas memberikan gambaran pada perusahaan dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Teknologi Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu mengalami perkembangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu komoditas pangan yang patut dipertimbangkan untuk dikembangkan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu komoditas pangan yang patut dipertimbangkan untuk dikembangkan 13 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu komoditas pangan yang patut dipertimbangkan untuk dikembangkan di Indonesia adalah umbi-umbian seperti singkong atau ubi kayu. Sumatera Utara merupakan salah satu

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS SEKTOR KEBUN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (Persero) WONOSARI LAWANG MALANG MENGGUNAKAN CRAIG-HARRIS PRODUCTIVITY MODEL

ANALISIS PRODUKTIVITAS SEKTOR KEBUN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (Persero) WONOSARI LAWANG MALANG MENGGUNAKAN CRAIG-HARRIS PRODUCTIVITY MODEL ANALISIS PRODUKTIVITAS SEKTOR KEBUN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (Persero) WONOSARI LAWANG MALANG MENGGUNAKAN CRAIG-HARRIS PRODUCTIVITY MODEL Productivity Analysis Of The Plantation Sector PT (Persero)

Lebih terperinci

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN (Business Performance of Kelanting Agroindustry in Karang Anyar Village, Gedongtataan District, Pesawaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi perhatian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi perhatian pemerintah untuk memperbaiki keadaan negara Indonesia pada saat ini. Sektor industri merujuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan, baik untuk meningkatkan gizi masyarakat maupun untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur menempati posisi tertinggi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan 38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 18 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi Nasional yang bertumpu pada upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur seperti

Lebih terperinci

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari I. A. Latar Belakang dan Masalah Perioritas pembangunan di Indonesia diletakkan pada pembangunan bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang penting karena secara tradisional Indonesia merupakan negara agraris yang bergantung pada sektor

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN TAHU DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX)

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN TAHU DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) AGROINTEK Volume 9, No. 2 Agustus 2015 109 PENGUKURAN PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN TAHU DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) Agus Supriyanto 1, Banun Diyah Probowati 2, Burhan 2 1 Alumni Program Studi Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun wisatawan mancanegara. Dengan peran ini, Yogyakarta menjadi

BAB I PENDAHULUAN. maupun wisatawan mancanegara. Dengan peran ini, Yogyakarta menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia. Propinsi ini kerap dikunjungi oleh wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat dapat menyebabkan lamanya waktu untuk pemindahan bahan

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat dapat menyebabkan lamanya waktu untuk pemindahan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tata letak dan penanganan bahan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas dan kinerja dari suatu industri. Tata letak yang kurang tepat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era perdagangan saat ini, setiap perusahaan berusaha untuk merencanakan dan mengembangkan strategi guna memperbaiki kinerjanya dan mempertahankan eksistensi.

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Agroindustri Aneka Keripik Putri Tunggal di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin

Analisis Pendapatan Agroindustri Aneka Keripik Putri Tunggal di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin JSAI Analisis Pendapatan Agroindustri Aneka Keripik Putri Tunggal di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin Sabaruddin Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Muara Bungo, Jambi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

No. Uraian Rata-rata/Produsen 1. Nilai Tambah Bruto (Rp) ,56 2. Jumlah Bahan Baku (Kg) 6.900,00 Nilai Tambah per Bahan Baku (Rp/Kg) 493,56

No. Uraian Rata-rata/Produsen 1. Nilai Tambah Bruto (Rp) ,56 2. Jumlah Bahan Baku (Kg) 6.900,00 Nilai Tambah per Bahan Baku (Rp/Kg) 493,56 No. Uraian Rata-rata/Produsen 1. Nilai Tambah Bruto (Rp) 3.405.545,56 2. Jumlah Bahan Baku (Kg) 6.900,00 Nilai Tambah per Bahan Baku (Rp/Kg) 493,56 Tabel 11. Rata-rata Nilai Tambah per Tenaga Kerja Industri

Lebih terperinci

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT Rachmat Hendayana Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Jl Tentara Pelajar, 10 Bogor ABSTRAK Makalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk hasil pertanian. Dalam proses ini dipengaruhi oleh beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. produk hasil pertanian. Dalam proses ini dipengaruhi oleh beberapa faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan agroindustri memiliki tujuan memberi nilai tambah pada produk hasil pertanian. Dalam proses ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang semua bekerja secara

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM HOME INDUSTRY KERUPUK IKAN. Penelitian dilakukan pada daerah sentra home industry pengolahan kerupuk

4 KEADAAN UMUM HOME INDUSTRY KERUPUK IKAN. Penelitian dilakukan pada daerah sentra home industry pengolahan kerupuk 4 KEADAAN UMUM HOME INDUSTRY KERUPUK IKAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian Penelitian dilakukan pada daerah sentra home industry pengolahan kerupuk ikan di Desa Pabean Kecamatan Tambak Boyo Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat cocok dijadikan camilan. Kacang dapat diolah menjadi kacang

BAB I PENDAHULUAN. sangat cocok dijadikan camilan. Kacang dapat diolah menjadi kacang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang tanah merupakan tanaman polong-polongan yang memiliki kandungan protein dan lemak yang cukup tinggi serta telah banyak dibudidayakan di Indonesia. Saat ini telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional, hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE MARVIN E. MUNDEL DI PTPN IV PKS PABATU, TEBING TINGGI

ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE MARVIN E. MUNDEL DI PTPN IV PKS PABATU, TEBING TINGGI ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE MARVIN E. MUNDEL DI PTPN IV PKS PABATU, TEBING TINGGI Bakhtiar, Diana, Fariz Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh bakti66@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA TAHU PADA INDUSTRI TAHU AFIFAH DI KOTA PALU

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA TAHU PADA INDUSTRI TAHU AFIFAH DI KOTA PALU e-j. Agrotekbis 5 (2) : 238-242, April 2017 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PROFITABILITAS USAHA TAHU PADA INDUSTRI TAHU AFIFAH DI KOTA PALU Profitability Analysis of Tofu Business in Tofu Afifah Industry Palu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh 22 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data sehubungan dengan tujuan penelitian. Agroindustri gula aren dan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI PANGAN OLAHAN BERBAHAN DASAR KETELA POHON PENDAHULUAN

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI PANGAN OLAHAN BERBAHAN DASAR KETELA POHON PENDAHULUAN P R O S I D I N G 516 STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI PANGAN OLAHAN BERBAHAN DASAR KETELA POHON SRDm Rita Hanafie 1, Soetriono 2, Alfiana 3 1) Fakultas Pertanian Universitas Widyagama Malang, 2) Fakultas

Lebih terperinci

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : 1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian harus dipandang dari dua pilar utama secara terintegrasi dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm agriculture/agribusiness)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produktivitas 1 Produktivitas dapat digambarkan dalam dua pengertian yaitu secara teknis dan finansial. Pengertian produktivitas secara teknis adalah pengefesiensian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor industri mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan bagian dari pembangunan nasional. Secara umum posisi sektor perkebunan dalam perekonomian nasional

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Produktivitas tinggi apabila kegiatan untuk menghasilkan produk pun

BAB II LANDASAN TEORI. Produktivitas tinggi apabila kegiatan untuk menghasilkan produk pun 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Produktivitas Produktivitas tinggi apabila kegiatan untuk menghasilkan produk pun tinggi. Produktivitas berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan produk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama beras sebagai bahan pangan pokok dan umbi-umbian cukup tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. terutama beras sebagai bahan pangan pokok dan umbi-umbian cukup tinggi. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Serealia dan umbi-umbian banyak tumbuh di Indonesia. Produksi serealia terutama beras sebagai bahan pangan pokok dan umbi-umbian cukup tinggi. Begitu pula dengan bertambahnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUN PUSTAKA. dimiliki untuk mencapai tujuan perusahaan.

BAB II TINJAUN PUSTAKA. dimiliki untuk mencapai tujuan perusahaan. BAB II TINJAUN PUSTAKA A. Pengertian Manajemen Operasi Manajemen operasi adalah serangkain kegiatan yang membuat barang dan jasa melalui perubahan dari masukan menjadi keluaran. Barry Render dan Jay Heizer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang

BAB I PENDAHULUAN. PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang memproduksi minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil : CPO). Perusahaan ini mengolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah CV Cihanjuang Inti Teknik merupakan perusahaan yang bergaerak dibidang minuman tradisional atau minuman ringan yang dimana CV. Cihanjuang Inti Teknik (Cintek)

Lebih terperinci

Analisis Biaya dan Profitabilitas Usaha Roti Pada Ganep Bakery di Surakarta

Analisis Biaya dan Profitabilitas Usaha Roti Pada Ganep Bakery di Surakarta Analisis Biaya dan Profitabilitas Usaha Roti Pada Ganep Bakery di Surakarta Nugraheni Retnaningsih Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Univet Bantara Sukoharjo, Jl. Lj. S. Humardani No.1 Jombor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Ubi kayu atau singkong merupakan salah satu sumber karbohidrat yang berasal dari umbi. Ubi

Lebih terperinci

Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien

Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=74226&lokasi=lokal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pemilihan lokasi usaha oleh suatu organisasi (perusahaan) akan mempengaruhi risiko (risk) dan keuntungan (profit) perusahaan tersebut secara keseluruhan. Kondisi ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian di Indonesia. Sektor pertanian terbagi atas subsektor tanaman pangan, subsektor hortikultura, subsektor kehutanan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan bertambahnya luas areal untuk bangunan. Kejadian ini

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan bertambahnya luas areal untuk bangunan. Kejadian ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang subur dengan sumber daya alam yang beraneka ragam, termasuk diantaranya adalah potensi perkebunan dan pertanian. Meskipun demikian

Lebih terperinci

OLEH: WIWIN PURWATININGSIH

OLEH: WIWIN PURWATININGSIH ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEPUNG TAPIOKA MENGGUNAKAN METODE EOQ PADA HOME INDUSTRI PRODUKSI KERUPUK BAPAK SURYANTO KECAMATAN TAROKAN KABUPATEN KEDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMAKASIH...v. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMAKASIH...v. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH...v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN...xv

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 2 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan daerah kepulauan dengan luas wilayah perairan mencapai 4 (empat) kali dari seluruh luas wilayah daratan Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif, setiap. perusahaan dituntut untuk mampu meningkatkan efisiensi dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif, setiap. perusahaan dituntut untuk mampu meningkatkan efisiensi dan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif, setiap perusahaan dituntut untuk mampu meningkatkan efisiensi dan kemampuan pengelolaan sumber daya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan konsep kualitas, kerjasama tim, produktivitas serta kepuasan pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan konsep kualitas, kerjasama tim, produktivitas serta kepuasan pelanggan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah entitas bisnis yang bergerak di bidang manufaktur, pengelolaan manajemen kualitas sangatlah diperlukan. Perpaduan antara fungsi dari perusahaan

Lebih terperinci

Analisis Biaya dan Profitabilitas Usaha Roti pada Ganep Bakery di Surakarta

Analisis Biaya dan Profitabilitas Usaha Roti pada Ganep Bakery di Surakarta Analisis Biaya dan Profitabilitas Usaha Roti pada Ganep Bakery di Surakarta Nugraheni Retnaningsih Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Univet Bantara Sukoharjo, Jl. Lj. S. Humardani No.1 Jombor

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor yang mempunyai peranan strategis bagi perekonomian Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis sebagai penyedia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditi salak merupakan salah satu jenis buah tropis asli Indonesia yang menjadi komoditas unggulan dan salah satu tanaman yang cocok untuk dikembangkan. Di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari. pembangunan Nasional yang bertujuan untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari. pembangunan Nasional yang bertujuan untuk mewujudkan I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan Nasional yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undangundang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah khatulistiwa termasuk wilayah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim seperti perubahan pola curah hujan,

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam menjalankan suatu perusahaan diperlukan keputusan yang tepat dan akurat terhadap konsep biaya yang ada. Ada beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah produktivitas parsial di PT.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah produktivitas parsial di PT. BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah produktivitas parsial di PT. PUMARIN (Pusaka Marmer Indahraya), yaitu sebuah perusahan yang bergerak

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN UKM KRIPIK SINGKONG RASA GADUNG DI DESA PULE KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI ABSTRAK

PEMBERDAYAAN UKM KRIPIK SINGKONG RASA GADUNG DI DESA PULE KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI ABSTRAK PEMBERDAYAAN UKM KRIPIK SINGKONG RASA GADUNG DI DESA PULE KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI Wiwit R 1, E.W. Riptanti 2, dan C. Anam 3 1,2 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNS Surakarta

Lebih terperinci