BAB III METODE PENELITIAN. survei analitik dengan rancangan cross sectional, yaitu pengukuran variabel bebas

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN. survei analitik dengan rancangan cross sectional, yaitu pengukuran variabel bebas"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei analitik dengan rancangan cross sectional, yaitu pengukuran variabel bebas dan variabel terikat dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010). 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di bagian stasiun pengeringan PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara, dikarenakan belum pernah ada penelitian mengenai hubungan tekanan panas dengan tekanan darah pada pekerja di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan April Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah 27 orang yang bekerja di stasiun pengeringan Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi sebanyak 27 orang.

2 3.4 Metode Pengumpulan Data Data Primer Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pengamatan langsung, pengukuran tekanan panas dilakukan dengan Area Heatstress Monitor merk Questemp dan pengukuran tekanan darah dilakukan dengan tensi meter Data Sekunder Data sekunder di peroleh dari PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong yang meliputi profil perusahaan dan gambaran umum perusahaan. 3.5 Variabel dan Definisi Operasional Variabel Variabel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi : 1. Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah tekanan panas di stasiun pengeringan. 2. Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah tekanan darah pada pekerja di stasiun pengeringan Definisi Operasional 1. Tekanan panas (Heat Stress) adalah batasan kemampuan penerimaan panas yang diterima pekerja dari kontribusi kombinasi metabolisme tubuh akibat melakukan pekerjaan dan factor lingkungan (temperatur udara, kelembaban, pergerakan udara, dan radiasi perpindahan panas) dan pakaian yang digunakan. Tekanan panas diukur dengan alat ukur Area Heatstress Monitor. 2. Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah dari sistem sirkulasi atau sistem vascular terhadap dinding pembuluh darah. Tekanan darah

3 merupakan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik pekerja di stasiun pengeringan PT. Perkebunan Nusantara IV Bah Butong yang diukur dengan menggunakan tensi meter digital OMRON. 3.6 Metode Pengukuran Tekanan Panas Tekanan panas diukur dengan alat yang bernama Area Heatstress Monitor merk Questemp, alat tersebut dioperasikan oleh asisten Laboratorium Teknik Industri USU. Questemp tidak dapat menunjukkan angka ISBB lingkungan secara langsung. Questemp hanya dapat menunjukkan angka suhu basah (Wet Bulb) dan suhu radiasi (Globe). Oleh karena itu, untuk mendapatkan ISBB lingkungan kerja terlebih dahulu harus mengetahui suhu basah (Wet Bulb) dan suhu radiasi (Globe) di lingkungan kerja tersebut. Setelah mengetahui angka Wet Bulb dan Globe, barulah dapat dicari suhu pada lingkungan kerja tersebut atau ISBB. Untuk pekerja di stasiun pengeringan, pekerja tidak mengalami paparan sinar matahari secara langsung. Untuk itu dapat dipakai rumus kedua ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi (Globe). Menurut analisa, pekerja di stasiun pengeringan PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong termasuk kedalam kategori jam kerja 75% - 100% dan dalam beban kerja sedang. Jadi suhu yang diperkenankan oleh Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER. 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja adalah tidak lebih dari 28 0 C. Adapun cara pengukurannya : 1. Tombol power ditekan 2. Tombol C atau F ditekan untuk menentukan suhu yang digunakan

4 3. Tombol globe ditekan untuk menentukan suhu bola 4. Tombol wet bulb ditekan untuk mendapatkan suhu bola basah 5. Hasil akan keluar kemudian dicatat 6. Tombol power ditekan kembali untuk mematikan Pengukuran dilakukan di dua titik setiap mesin pengeringan yang ada di stasiun pengeringan yaitu di depan dan di belakang mesin. Pengukuran dilakukan pada pukul WIB WIB dengan tiga kali pengukuran yaitu pada awal, pertengahan dan akhir shift kerja, kemudian dari data tersebut diambil rata-ratanya sehingga didapatkan data suhu pada lingkungan kerja tersebut. Adapun kategori untuk tekanan panas adalah : 1. Tempat kerja memenuhi syarat yaitu tempat kerja dengan suhu yang tidak melebihi 28,0 0 C. 2. Tempat kerja tidak memenuhi syarat yaitu tempat kerja dengan suhu yang melebihi 28,0 0 C Tekanan Darah Pengukuran dilakukan dengan menggunakan tensi meter digital OMRON dengan satuan mmhg yang diukur oleh tenaga medis. Dimana tekanan darah optimal orang dewasa menurut WHO-ISH 1999 adalah 120/80 mmhg. Pengukuran tekanan darah pada tenaga kerja dilakukan pada pukul WIB WIB dengan tiga kali pengukuran yaitu sebelum bekerja, saat waktu istirahat dan 15 menit sesudah pekerja melakukan pekerjaannya. Adapun cara pengukurannya adalah: 1. Pasang manset perekat pada lengan

5 2. Tekan tombol power 3. Tunggu hingga angka pada monitor stabil 4. Catat hasil pengukuran tekanan darah tersebut. Adapun kategori untuk tekanan darah adalah: 1. Tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg atau tekanan darah sebelum pekerja melakukan pekerjaannya. 2. Tekanan darah meningkat yaitu jika tekanan darah pekerja setelah bekerja melebihi tekanan darah sebelum pekerja melakukan pekerjaannya. 3.7 Metode Analisis Data Dalam suatu penelitian, analisis data merupakan salah satu langkah yang penting. Hal ini disebabkan karena data yang diperoleh langsung dari penelitian masih mentah dan belum memberikan informasi. Data-data tersebut dianalisis menggunakan program Statistic Package For The Social Science (SPSS). Analisis penelitian ini mencakup : 1. Analisa univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal variable variabel independen dan dependen dalam bentuk distribusi frekuensi. 2. Analisis bivariat, yaitu analisis lanjutan untuk melihat hubungan antara variabel independen (tekanan panas) dan variabel dependen (tekanan darah) menggunakan uji Chi Square dengan membandingkan nilai a sebesar 0,05 pada taraf kepercayaan 95%. Jika P value < 0,05 artinya ada hubungan yang bermakna antara variabel independen (tekanan panas) dengan variabel dependen (tekanan darah). Jika P value > 0,05 artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara tekanan Panas dengan tekanan darah.

6 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sejarah Singkat Berdirinya PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong Perkebunan Bah Butong dibuka pada tahun 1917 oleh Nederland Handel Maskapai (NV.NHM). Pabrik pertama didirikan pada tahun 1927 dan mulai beroperasi sejak tahun Secara kelembagaan, tahun 1957 Pemerintah Indonesia melakukan pengambil alihan perusahaan yang dikelola bangsa asing, termasuk perusahaan NHM, melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 229/UM/57, Tanggal 10 Agustus 1957 yang diperkuat dengan Undang-Undang Nasionalisasi Nomor. 86/1958. Tahun 1961, PPN Baru dan Pusat Perkebunan Negara dilebur menjadi Badan Pimpinan Umum PPN Daerah Sumatera Utara I-IX melalui U.U. Nomor. 141 Tahun 1961 Sumut III dan Jo PP Nomor 141 Tahun Tahun 1963 Perkebunan Teh Sumatera Utara dialihkan menjadi Perusahaan Aneka Tanaman IV ( ANTAN-IV ) melalaui PP Nomor 27 Tahun Pada tahun 1968 terjadi perubahan menjadi Perusahaan Negara Perkebunan VIII (PNP VIII) melalui PP Nomor 141 Tahun 1968 Tanggal 13 April Perubahan berikutnya mulai tahun 1974 menjadi Persero yaitu PT Perkebunan VIII ( PTP VIII ) melalui Akta Notaris GHS Lumban Tobing, SH Nomor 65 Tanggal : 31 April 1974 yang diperkuat SK Menteri Pertanian Nomor

7 YA/5/5/23, Tanggal : 07 Januari Setelah mengalami beberapa kali pergantian nama perusahaan maka pada tahun 1974 nama perusahaan menjadi perusahaan negara PT. Perkebunan VIII (PTP VIII) mengusahakan 6 (Enam) Unit Usaha Teh yaitu Unit Balimbingan, Marjandi, Bah Birung Ulu, Sidamanik, Bah Butong, Toba Sari dan Sibosur. Pada tanggal 11 Maret 1996 terjadi restrukturisasi kembali, dimana Perkebunan Bah Butong masuk dalam lingkup PTP Nusantara IV melalui Akte Pendirian PTPN IV Nomor. 37 Tanggal 11 Maret 1996 yang mengatur peleburan PTP VI, VII dan VIII menjadi PT Perkebunan Nusantara IV (PERSERO). Sejak tahun 1998 s/d 2000 dibangun pabrik baru yang lebih besar dan modern, diresmikan pada tanggal 20 Januari Keadaan Umum Perusahaan Lokasi Kebun Bah Butong berada di Kecamatan Sidamanik, 26 Km dari Kota Pematang Siantar dan 155 Km dari Kantor Pusat yang berada di Kota Medan. Luar Areal HGU = Ha dengan luas TM = Ha dengan ketinggian 890 mdpl. Jenis klon tanaman the terdiri dari tanaman klonal (Gambung Grup). Unit Usaha Sidamanik, Bah Butong dan Toba Sari manajemen PTPN IV mempertahankan komoditas teh tetap diusahakan dan mulai januari 2012 produksi dari Unit Tobasari dan Sidamanik diolah di pabrik unit usaha Bah Butong Kec. Sidamanik Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara.

8 Tabel 4.1 Jumlah Karyawan PT Perkebunan Nusantara IV Bah Butong Uraian Karyawan Pimpinan Karyawan Pelaksana Jumlah Visi dan Misi Perusahaan 1. Visi Perusahaan Menjadi pusat keunggulan perusahaan agro industri pada segmen teh dengan tata kelola perusahaan yang baik, mampu bersaing baik disektor hulu dan hilir ditingkat nasional maupun internasional serta berwawasan lingkungan. 2. Misi Perusahaan 1. Menjamin keberlanjutan usaha yang kompettitif. 2. Meningkatkan daya saing produk secara berkesinambungan dengan sistem, cara dan lingkungan kerja yang mendorong munculnya kreativitas dan inovasi untuk meningkatkan produksitivitas dan efisien. 3. Meningkatkan laba secara berkesinambungan. 4. Mengelola usaha secara profesional untuk meningkatkan nilai perusahaan yang mempedomani etika bisnis dan Tata Kelola Perusahaan yang baik (GCG). 5. Meningkatkan tanggung jawab sosial dan lingkungan. 6. Melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program pemerintah pusat/ daerah.

9 4.1.4 Proses Pengolahan Teh Hitam Proses produksi di PT Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Bah Butong dimulai dengan mengolah bahan baku sampai menjadi produk, dimana bahan baku disini adalah pucuk teh dan produk yang dihasilkan adalah teh hitam, tujuan pokok yang hendak dicapai adalah Outer quality (bentuk luar : bentuk teh yang sesuai dengan standart). Inner quality (rasa dan aroma). Sistem pengolahan teh hitam ada dua macam yaitu : sistem ORTODOX dan sistem CTC. Perkebunan Bah Butong mengolah teh hitam dengan sistem kombinasi ORTODOX Rector Vane dengan kapasiats olah : Kg teh kering per jam dan kapasitas tamping daun teh basah ± 100 ton. Dalam proses pengolahan teh hitam dilakukan beberapa tahapan tahapan pengolahan. Proses tersebut di mulai dari : 5. Stasiun Penerimaan Daun Teh basah 6. Stasiun Pelayuan 7. Stasiun Turunan Daun Layu 8. Stasiun Penggulungan 9. Stasiun Fermentasi (reaksi oksidasi enzimatis) 10. Stasiun Pengeringan 11. Stasiun Prasortasi 12. Stasiun Sortasi 13. Stasiun Pengepakan. 1) Stasiun Penerimaan Daun Teh Basah (DTB) Penerimaan DTB dari Afdeling dilakukan tiga kali sehari. DTB diangkut ke

10 ruang pelayuan dan dimasukkan ke WT (Withering Trough) dengan alat angkut MONORAIL, selanjutnya DTB dibeber/dikirap untuk dilayukan. Cara analisa mutu pucuk halus kasar sebagai berikut : 1. Ambil pucuk teh segar yang telah dibeber diatas WT, setiap mandoran, setiap waktu timbang sebanyak 6 (enam) tempat secara diagonal, pertama dari bagian atas, kedua dari bagian tengah, ketiga dari bagian bawah masingmasing sebanyak 250 gr. 2. Kumpulkan pucuk teh segar dalam keranjang, aduk sampai rata dibagi 4 (empat) bagian. Sampel diambil 2 (dua) bagian secara diagonal. 3. Ambil sampel sebanyak 250 gr. Kemudian pisahkan pucuk teh segar dari bagian yang getas, yang kasar, gulma dan pucuk lanas/memar. 4. Timbang bagian pucuk yang getas = a gr 5. Timbang bagian pucuk yang kasar = b gr 6. Timbang bagian gulma = c gr 7. Timbang bagian pucuk lanas/memar = d gr 2) Stasiun Pelayuan Tujuan pelayuan adalah mengurangi kandungan air daun agar konsentrasi polifenol dari enzim meningkat sehingga cocok untuk oksidasi. Secara fisik daun menjadi lemas dan mudah dibentuk menggulung. Selain itu pelayuan juga perlu mengakomodasikan terjadinya perubahan kimia/fisiologis lepas panen mendukung terbentuknya calon aroma yang berjalan lambat. Selama pelayuan terjadi perubahan biokimia yang juga merupakan proses penting, karena berpengaruh pada komposisi kimia dari senyawa yang akan terbentuk

11 kemudian dan menentukan karakteristik liquor dan flavor teh jadi. Selam proses pelayuan, sebagian air pucuk diuapkan secara bartahap, dengan mengalirkan udara melalui permukaannya, yang dinamakan pelayuan fisik atau pelayuan saja, sedangkan proses perubahan biokimia dan enzimatik dinamakan pelayuan kimia. 3) Stasiun Turunan Daun Layu Setelah proses pelayuan, daun teh diangkut menuju stasiun turunan daun layu. Proses turunan daun layu ini merupakan perantara sebelum daun teh diangkut untuk proses penggulungan. 4) Stasiun Penggulungan Penggulungan akan memecah sel sehingga terjadi pertemuan polifenol dan enzim oksidase, karena itu saat mulai digulung selalu dianggap sebagai awal oksidasi polifenol. Pada fase ini kondisi lingkungan (suhu, kelembaban, oksigen dan rentang waktu harus dikendalikan dengan baik. Kerataan tingkat oksidasi pada bubuk hasil penggulungan diusahakan melalui sortasi basah yang biasanya dilaksanakan dengan pengayakan. Tujuan penggulungan adalah untuk mendapatkan partikel teh yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pengolahan selanjutnya, yaitu fermentasi, pengeringan dan sortasi. Proses penggulungan harus dapat menghasilkan partikel teh dengan tekstur dan ukuran yang homogen serta bentuk dan penampakan (appearance) tertentu sesuai permintaan pasar. Tekstur tidak boleh flaky tetapi mendekati sferik (gelintingan berbentuk bulat dan padat) serta memiliki kekuatan mekanik yang tinggi, hingga akan mempunyai struktur yang kokoh dan tidak mudah pecah atau rusak pada perlakuan sortasi pengepakan dan transportasi.

12 5) Stasiun Fermentasi (Oksidasi Enzimatis) Penggunaan istilah fermentasi sebenarnya tidaklah tepat, karena dapat memberikan pengertian yang salah. Sebenarnya yang terjadi di tahap pengolahan teh ini bukanlah aktivitas mikroorganisme, melainkan reaksi kimia murni, tepatnya reaksi oksidasi enzimatik. Tetapi karena sudah menjadi istilah buku di dunia industri teh, baik di kalangan produsen maupun yang bergerak di bidang tata niaga, maka istilah fermentasi tetap digunakan. Reaksi kimia yang terjadi selama fermentasi sangat kompleks dan belum seluruhnya diketahui. Penelitian terhadap reaksi kimia ini masih terus berlanjut, terutama dengan tersedianya peralatan analitik yang canggih. Perubahan kimia yang terjadi selama proses fermentasi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, jauh lebih berarti dibandingkan dengan perubahan kimia pada proses pelayuan. Reaksi oksidasi enzimatik polifenol teh yang terjadi selama proses fermentasi inilah yang membentuk karakter appearance (penampakan), liquor (air seduhan) dan infused leaf (ampas seduhan). Sebagian besar karakter appearance seperti flaky, leafy, grainy dan bold terjadi selama proses maserasi, sedangkan choppy, irregular, mixed dan stalky terjadi selama proses sortasi dan hanya blackish dan brownish yang terbentuk selama proses fermentasi. Flavor merupakan salah satu faktor terpenting dalam penentuan mutu teh jadi. Senyawa utama yang menghasilkan flavor antara lain adalah polifenol, kafein, dan asam amino, dan untuk aroma adalah terpenoid, alkhol dan senyawa karbonil, sedangkan klorofil selain berpengaruh terhadap flavor, juga pada appearance. Ketebalan sebaran bubuk yang difermentasi bervariasi antara 4 10 cm. Ketebalan sebaran bubuk mempengaruhi kecepatan naiknya suhu bubuk. Semakin tebal sebaran bubuk, kenaikan suhunya semakin cepat. Oleh karena itu, sebaran

13 bubuk yang lebih tebal harus diikuti oleh waktu fermentasi yang lebih pendek. Reaksi Oksidasi Enzymatis yang terjadi dalam proses fermentasi adalah merupakan reaksi kimia antara oksigen dengan polifenol teh dengan bantuan enzym yang membentuk karakter Appearance (penampakan), liquor (air seduhan), dan Infused leaf (ampas seduhan). Tabel 4.2 Waktu Fermentasi Bubuk I Bubuk II Bubuk III Bubuk IV Badag (menit) (menit) (menit) (menit) (menit) ) Stasiun Pengeringan Pengeringan merupakan proses dehidrasi, yaitu penguapan air teh fermen yang dilakukan dengan bantuan udara. Udara merupakan media yang paling baik dan murah bagi transfer kalor dari sumber kalor kepartikel teh, karena secara kuantitatif penggunaan udara dapat dikendalikan secara efektif dan efisien. Pengeringan akan menghentikan proses oksidasi polifenol teh pada saat dimana senyawa polifenol, hasil antara oksidasi maupun produk akhir oksidasi berada dalam timbangan tertentu yang memberikan mutu teh terbaik. Pada proses pengeringan terjadi difusi air dari dalam sel pucuk ke permukaan partikel teh untuk kemudian menguap. Tetapi bila temperatur udara-keluar terlalu tinggi, kecepatan penguapan pada tahap awal proses pengeringan akan menjadi sangat besar, hingga permukaan teh akan mengering yang akan menghambat difusi dan penguapan air selanjutnya. Pada kejadian ini dikenal sebagai case-herdening dan liquor akan menjadi thin dan harsh. Untuk menghindarkan terjadinya case-herdening, temperature udarakeluar sebaiknya tidak lebih tinggi dari 52 o C, yang dapat menyebabkan terlalu

14 cepatnya penghentian oksidasi enzimatik. Tabel 4.3 Temperatur dan Lama Pengeringan Mesin Temperatur Inlet Temperatur Waktu (menit) Pengeringan Ourlet Two Stage Drier C C (TSD) Fluid Bed Drier C C (FBD) 7) Stasiun Prasortasi Setelah proses pengeringan selesai, bubuk teh dimasukkan ke dalam mesin prasortasi. Mesin prasortasi ini merupakan mesin perantara sebelum dilakukannya pemisahan jenis teh pada mesin sortasi. 8) Stasiun Sortasi Sortasi adalah proses pemisahan jenis teh jadi berdasarkan ukuran partikel, berat jenis partikel, sehingga sesuai dengan standar yang berlaku. Sortasi pada dasarnya bertujuan adalah menyeragamkan ukuran, density dan bentuk partikel teh kering. Menyesuaikan ukuran partikel teh dengan ukuran jenis yang dibuat. Menghilangkan kotoran/benda asing bukan partikel pucuk teh yang mengganggu mutunya. Tujuan tersebut dicapai melalui pengayakan (berputar, maju mundur, getaran), penghembusan, pemotongan, pengerusan, penghilangan tangkai, serat dan benda asing lainnya. Sortasi merupakan satu-satunya proses pengolahan teh yang tidak memiliki ketentuan yang pasti, hingga tidak ada pola kerja yang tetap yang dapat diikuti. Karena itu dibutuhkan penilaian yang sesame untuk memutuskan apakah ukuran dan bentuk hasil sortasi sudah cukup rata (even), cukup bersih (clean) dari serat dan tulang daun, hingga dapat diketahui apakah suatu pekerjaan sortasi perlu diulang atau

15 tidak. Untuk mengambil keputusan seperti ini diperlukan kemampuan dan integritas yang tinggi. Meskipun telah diadakan sortasi basah, bentuk dan ukuran partikel teh kering yang dihasilkan oleh mesin pengering, masih heterogen, oleh sebab itu perlu dilakukan sortasi. Tujuan dari sortasi adalah untuk mendapatkan ukuran dan warna partikel yang seragam sesuai dengan standart yang diinginkan oleh konsumen meliputi : a) Memisah-misahkan teh kering menjadi beberapa grade yang sesuai dengan standart perdagangan teh. b) Menyeragamkan bentuk, ukuran dan warna pada masing-masing grade. c) Membersihkan teh dari serat, tangkai dan bahan-bahan lain (debu, sampah dan lain-lain). Metode sortasi yang berlaku disuatu pabrik belum tentu sesuai untuk pabrik lain. Acuan pelaksanaan sortasi walaupun pengerjaannya tidak harus berurutan, yaitu: a) Pemisahan berdasarkan ukuran b) Pemisahan serat dan tulang dari fraksi daun c) Pemisahan berdasarkan berat d) Reduksi ukuran partikel teh 9) Stasiun Pengepakan Pengepakan dilaksanakan dalam peti kayu ataupun kantong kertas lapis, untuk melindungi mutu teh sesudah pengolahan selama disimpan maupun selama didistribusikan kepada konsumen. Pengepakan adalah proses pengemasan bubuk jadi yang telah disortasi kedalam kemasan. Adapun tujuan pengepakan adalah:

16 a) Melindungi produk dari kerusakan b) Memudahkan transportasi c) Efisien dalam penyimpanan di gudang d) Sebagai alat promosi Pengepakan dilakukan bila stok teh jadi didalam bin mencapai minimal satu chop yang ditentukan oleh KDP/asisten. Bin adalah tempat penampungan sementara bubuk yang telah disortasi sebelum bubuk dikemas/di pack. Bin terdiri dari ruangruangan yang bertujuan untuk menyimpan teh jadi sesuai dengan jenisnya masingmasing. Kapasitas bin sekitar 2 ton/ruangan. Proses pengepakan dilakukan dengan carat eh jadi yang akan di pack dikeluarkan dari bin untuk dimasukkan kedalam ruangan blender secara bergiliran. Setelah ruang blender penuh, maka klep pengeruaran dibuka untyuk mengisi hopper pengisian ke paper sack. Pengangkutan bubuk dari bin menuju blender menggunakan conveyor. 4.2 Analisis Univariat Karakteristik Pekerja Untuk mengetahui identitas pekerja dalam penelitian ini, maka dapat dilihat dari karakteristik pekerja sebagai berikut : Tabel 4.4 Identitas Pekerja Karakteristik Frekuensi Persen (%) Jenis Kelamin Laki-laki 17 62,9 Perempuan 10 37,1 Total ,0 Umur 50 Tahun 17 62,9 50 Tahun 10 37,1

17 Total ,0 Masa Kerja 22 Tahun 10 37,1 22 Tahun 17 62,9 Total ,0 Sumber : Data Penelitian (diolah) Dari tabel diatas dapat dilihat dari 27 pekerja yang diteliti berjenis kelamin laik-laki sebanyak 17 orang atau 62,9% dan perempuan sebanyak 10 orang atau 37,1%. Berdasarkan umur dapat dilihat bahwa pekerja mayoritas berada pada kelompok umur 50 tahun sebanyak 17 orang atau 62,9% dan untuk kelompok umur >50 tahun sebanyak 10 orang atau 37,1%. Berdasarkan masa kerja dapat dilihat bahwa pekerja telah bekerja 22 tahun sebanyak 10 orang atau 37,1% dan dengan masa kerja >22 tahun sebanyak 17 orang atau 62,9% Tekanan Panas di Stasiun Pengeringan Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Tekanan Panas Titik Pengukuran Rata-Rata ISBB ( C) Mesin FBD 1 Depan 31,0 Belakang 30,1 Mesin FBD 2 Depan 32,6 Belakang 30,8 Mesin FBD 3 Depan 31,2 Belakang 32,9 Mesin FBD 4 Depan 27,6 Belakang 33,0 Mesin TSD 1 Depan 32,3 Belakang 31,2 Mesin TSD 2 Depan 29,0 Belakang 32,3 Mesin TSD 3 Depan 31,1

18 Belakang 32,4 Rata-Rata 31,2 Keterangan : FBD : Fluid Bed Drier TSD : Two Stage Drier Dari hasil pengukuran diketahui bahwa rata-rata ISBB di stasiun pengeringan adalah 31,2 C dengan ISBB minimal adalah 27,6 C dan ISBB maksimal adalah 33,0 C. Berdasarkan hasil pengukuran tekanan panas tersebut kemudian dikategorikan menjadi dua kategori yaitu tempat kerja memenuhi syarat yaitu tempat kerja dengan suhu yang tidak melebihi 28 C dan tempat kerja tidak memenuhi syarat yaitu tempat kerja dengan suhu yang melebihi 28 C. Pada masing-masing titik pengukuran terdapat 2 orang pekerja sehingga setiap 2 orang pekerja memiliki tempat kerja dengan tekanan panas yang sama. Namun pada titik pengukuran terakhir yaitu di belakang mesin TSD 3 hanya ada 1 orang pekerja. Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tekanan Panas Tekanan Panas (ISBB) Frekuensi Persentase (%) Tempat Kerja Memenuhi 2 7,4 Syarat Tempat Kerja Tidak Memenuhi 25 92,6 Syarat Total Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tekanan panas yang disesuaikan dengan beban kerja dari 27 pekerja dengan tempat kerja yang memenuhi syarat sebanyak 2 atau 7,4% dan tempat kerja yang tidak memenuhi syarat sebanyak 25 atau 92,6%. Hal tersebut dikarenakan cuaca lingkungan ketika peneliti melakukan pengukuran tekanan panas memang dalam keadaan panas. Semakin panas cuaca, maka akan semakin tinggi pula suhu pada stasiun pengeringan. Hal lainnya

19 dikarenakan pada saat produksi, tungku yang digunakan dalam proses pengeringan membutuhkan suhu yang tinggi, sehingga menambah tekanan panas didalam ruangan karena tempat kerja tersebut merupakan ruangan terutup Tekanan Darah pada Pekerja di Stasiun Pengeringan Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Tekanan Darah pada Pekerja Tekanan Darah (mmhg) No Sebelum Sesudah Sistolik Diastolik Sistolik Diastolik Rata-Rata Dari hasil pengukuran tekanan darah pekerja di stasiun pengeringan diperoleh perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan pekerjaannya, dimana tekanan darah normal sistolik adalah antara mmhg dan tekanan darah

20 diastolik mmhg. Pada tabel di atas dapat dilihat rata-rata tekanan darah sistolik sebelum bekerja sebesar 118 mmhg dan rata-rata tekanan darah diastolik sebelum bekerja sebesar 76 mmhg. Sedangkan rata-rata tekanan darah sistolik setelah bekerja sebesar 133 mmhg dan rata-rata tekanan darah diastolik setelah bekerja sebesar 85 mmhg. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan tekanan darah sebelum dan sesudah pekerja melakukan pekerjaannya. Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Perubahan Tekanan Darah pada Pekerja No Tekanan Darah Frekuensi Persentase (%) 1 Normal 3 11,1 2 Meningkat 24 88,9 Jumlah Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebelum dan sesudah terpapar panas di lingkungan kerja pekerja dengan tekanan darah normal sebanyak 3 orang atau 11,1% dan yang paling banyak tekanan darah meningkat sebanyak 24 orang atau 88,9%. Hal ini jelas menunjukkan adanya peningkatan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja di lingkungan kerja yang panas. 4.3 Analisis Bivariat Untuk mengetahui hubungan dua variabel yaitu antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen maka digunakan analisis statistik bivariat. Pada penelitian ini analisis bivariat yang digunakan adalah uji Chi Square, masing-masing variabel independen dan variabel dependen yang sudah dikategorikan diuji apakah ada hubungan antara variabel independen yaitu tekanan panas dengan variabel dependen yaitu tekanan darah. Jika nilai p < 0,05 maka ada hubungan antara variabel independen (tekanan panas) dengan variabel dependen (tekanan darah).

21 Tabel 4.9 Hubungan Tekanan Panas dengan Tekanan Darah Pekerja Tekanan Panas Tekanan Memenuhi Tidak Total Darah Syarat Memenuhi P No (28 C) Syarat (>28 C) f % F % F % 1 Normal 2 66,7 1 33, ,0 0,009 2 Meningkat ,0 Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tekanan panas dengan tekanan darah pekerja di stasiun pengeringan diperoleh data bahwa ada 2 pekerja dengan tekanan darah normal pada tempat kerja yang memenuhi syarat (66,7%) dan 1 orang dengan tekanan darah normal pada tempat kerja yang tidak memenuhi syarat (33,3%). Sedangkan 24 pekerja mengalami peningkatan tekanan darah pada tempat kerja yang tidak memenuhi syarat (100%). Pada hasil uji Chi Square antara tekanan panas dengan tekanan darah dapat diketahui nilai p = 0,009 dimana p < 0,05 artinya ada hubungan tekanan panas dengan terjadinya kenaikan tekanan darah pada pekerja di stasiun pengeringan.

22 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Pekerja Dari hasil penelitian diperoleh bahwa karakteristik responden bervariasi mulai dari umur, jenis kelamin dan masa kerja. Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa kelompok umur yang terbanyak adalah kelompok umur 50 tahun yaitu 17 orang (62,9%) dan sisanya pada umur >50 tahun yaitu 10 orang (37,1%). Dalam penelitian Pitaloka tekanan darah akan cenderung tinggi bersama dengan peningkatan usia. Umumnya sistolik akan meningkat sejalan dengan peningkatan usia, sedangkan diastolik akan meningkat sampai usia 55 tahun untuk kemudian menurun lagi. Pada jenis kelamin, pekerja pria lebih banyak dibanding pekerja wanita yaitu 17 orang (62,9%) dimana tekanan darah pekerja pria cenderung lebih tinggi dibanding dengan tekanan darah pekerja wanita. Namun ada juga beberapa pekerja wanita yang memiliki tekanan darah tinggi. Untuk masa kerja yang paling banyak adalah pada masa kerja 22 tahun (62,9%). Masa kerja berhubungan dengan aklimatisasi tenaga kerja terhadap tekanan panas. Menurut Santoso (2004) pekerja baru yang mulai bekerja pada lingkungan kerja dengan tekanan panas yang tinggi akan mengalami proses aklimatisasi terhadap intensitas paparan panas yang sebelumnya tidak pernah dialaminya. Proses aklimatisasi ini biasanya memerlukan waktu 7-10 hari.

23 5.2 Analisis Univariat Tekanan Panas (ISBB) Tekanan panas adalah kombinasi suhu udara, kelembapan udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Tekanan panas dalam penelitian ini adalah suhu di stasiun pengeringan. (Suma mur, 2009) Berdasarkan hasil pengukuran tekanan panas di stasiun pengeringan diketahui bahwa bahwa rata-rata ISBB di stasiun pengeringan adalah 31,2 C dengan ISBB minimal 27,6 C dan ISBB maksimal 33,0 C. Hasil pengukuran tekanan panas tersebut kemudian dikategorikan menjadi dua kategori yaitu tempat kerja yang memenuhi syarat dan tempat kerja yang tidak memenuhi syarat yang disesuaikan berdasarkan beban kerja pekerja di stasiun pengeringan, sehingga didapatkan tempat kerja di stasiun pengeringan yang memenuhi syarat sebanyak 2 atau 7,4% dan tempat kerja yang tidak memenuhi syarat sebanyak 25 atau 92,6%. Dari hasil pengukuran tekanan panas di stasiun pengeringan diperoleh ISBB terendah 27,6 C dan ISBB tertinggi 33.0 C. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER. 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja termasuk dalam kategori jam kerja 75%-100% dengan beban kerja sedang, maka ISBB yang diperkenankan sebesar 28 C. Hasil pengukuran yang dilakukan di stasiun pengeringan didapatkan mayoritas tempat kerja yang melebihi ISBB yang diperkenankan. Hal tersebut dikarenakan tungku yang digunakan dalam proses pengeringan membutuhkan suhu yang tinggi, dan suhu sekitar tempat kerja yang panas sehingga menambah tekanan panas di dalam ruangan karena tempat kerja tersebut merupakan ruangan tertutup.

24 Proses pengeringan membutuhkan suhu yang tinggi dan ini menghasilkan panas yang berlebih pada tungkunya. Proses pengeringan teh ini harus benar-benar sempurna agar kadar air didalam teh berkurang sehingga dapat tahan lama disimpan, oleh karena itu dibutuhkan suhu yang tinggi agar proses pengeringannya sempurna. Untuk mengatasi lingkungan kerja yang panas pihak perusahaan juga telah melakukan hal sebagai berikut : pembuatan beberapa ventilasi di ruangan dan penyediaan air galon. Walaupun hal tersebut sudah dilakukan tetapi dapat dirasakan bahwa kondisi lingkungan di stasiun pengeringan tersebut masih terasa panas Tekanan Darah Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata tekanan darah sistolik sebelum bekerja sebesar 118 mmhg dan rata-rata tekanan darah diastolik sebelum bekerja sebesar 76 mmhg. Sedangkan rata-rata tekanan darah sistolik setelah bekerja sebesar 133 mmhg dan rata-rata tekanan darah diastolik setelah bekerja sebesar 85 mmhg. Dari hasil tabel distribusi frekuensi perubahan tekanan darah pekerja di stasiun pengeringan, dapat dilihat dari 27 pekerja dengan tekanan darah normal sebanyak 3 orang atau 11,1% dan tekanan darah meningkat sebanyak 24 orang atau 88,9%. Adanya perubahan tekanan darah pekerja di stasiun pengeringan disebabkan karena tekanan panas saat pekerja bekerja melebihi ISBB yang diperkenankan, ditambah lagi pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri dikarenakan kurang nyaman saat bekerja. Sehingga pekerja langsung terpapar panas dari mesin pengeringan. Beberapa di antara mereka mengaku sering mengalami pusing, mata berkunang-kunang, cepat merasa lelah, cepat merasa haus dan tidak nyaman saat

25 bekerja. Gejala ini sering dirasakan setelah empat sampai lima jam bekerja. Pihak perusahaan telah menyediakan air minum galon yang diletakkan di sudut stasiun pengeringan ini, namun jarang sekali didapati pekerja yang mau meminum air mineral tersebut sebelum dan sesudah bekerja. 5.3 Analisis Bivariat Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tekanan panas dengan tekanan darah pekerja di stasiun pengeringan diperoleh data bahwa ada 2 pekerja dengan tekanan darah normal pada tempat kerja yang memenuhi syarat (66,7%) dan 1 orang dengan tekanan darah normal pada tempat kerja yang tidak memenuhi syarat (33,3%). Sedangkan 24 pekerja mengalami peningkatan tekanan darah pada tempat kerja yang tidak memenuhi syarat (100%). Pada hasil uji Chi Square antara tekanan panas dengan tekanan darah dapat diketahui nilai p = 0,009 dimana p < 0,05 artinya ada hubungan tekanan panas dengan terjadinya kenaikan tekanan darah pada pekerja di stasiun pengeringan. Hal diatas didukung dengan hasil pengukuran tekanan panas di stasiun pengeringan yang menunjukkan hasil untuk tekanan panas rata-rata adalah sebesar 31,2 C melebihi NAB menurut PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja yaitu sebesar 28 C dengan pengaturan waktu kerja 75% kerja dan 25% istirahat, sedangkan untuk hasil pengukuran tekanan darah menunjukkan perbedaan antara sebelum melakukan pekerjaan dan sesudah melakukan pekerjaan. Menurut Santoso (2004) Tenaga kerja yang terpapar panas di lingkungan kerja akan mengalami heat strain. Heat strain atau tegangan panas merupakan efek yang

26 diterima tubuh atas beban iklim kerja tersebut. Salah satu indikator heat strain adalah tekanan darah. Untuk itu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan yang lebih serius perlu adanya upaya pengendalian. Grandjean (1988) juga menyatakan jika suhu lingkungan meningkat, maka efek fisiologis yang terjadi adalah peningkatan kelelahan, peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, mengurangi aktivitas organ pencernaan, sedikit peningkatan suhu inti dan peningkatan tajam suhu shell (suhu kulit akan naik dari 32 C ke C), peningkatan aliran darah melalui kulit, dan peningkatan produksi keringat yang menjadi berlebihan jika suhu kulit mencapai 34 C atau lebih.

27 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Hasil penelitian di PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong tahun 2017, diperoleh bahwa : 1. Dari hasil pengukuran tekanan panas di stasiun pengeringan, diperoleh tekanan panas rata-rata di stasiun pengeringan sebesar 31,2 C dengan tempat kerja yang memenuhi syarat sebanyak 2 atau 7,4% dan tempat kerja yang tidak memenuhi syarat sebanyak 25 atau 92,6%. 2. Dari hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja di stasiun pengeringan dari 27 pekerja dengan tekanan darah normal sebanyak 3 orang atau 11,1% dan tekanan darah meningkat sebanyak 24 orang atau 88,9%. 3. Terdapat hubungan antara tekanan panas dengan tekanan darah pada pekerja di PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong tahun 2017 (p=0,009). 6.2 Saran 1. Sebaiknya perusahaan menyediakan exhaust fan dalam ruangan untuk menurunkan tekanan panas di tempat kerja. 2. Sebaiknya pekerja sering mengonsumsi air yang telah disediakan oleh perusahaan dan istirahat yang cukup.

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PUCUK DAUN TEH Kadar Air 74-77% Bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepedulian pemerintah Indonesia terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk meningkatkan kesadaran bagi pihak perusahaan dan tenaga kerja telah diatur dalam

Lebih terperinci

MESIN PENGERING PADA PENGOLAHAN TEH HITAM ORTHODOX DI PT

MESIN PENGERING PADA PENGOLAHAN TEH HITAM ORTHODOX DI PT MESIN PENGERING PADA PENGOLAHAN TEH HITAM ORTHODOX DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VI (PERSERO) UNIT USAHA DANAU KEMBAR KABUPATEN SOLOK PROPINSI SUMATERA BARAT Deri Yendri Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik

Lebih terperinci

Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih. Vileora Putri Christna 14.I1.0172

Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih. Vileora Putri Christna 14.I1.0172 Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih Vileora Putri Christna 14.I1.0172 PROFIL PERUSAHAAN PTPN IX pada awalnya merupakan penggabungan 2 unit kebun Semugih dan Pesantren.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi :

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi : BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek penelitian tenaga kerja meliputi : 1. Umur Umur merupakan salah satu faktor yang juga memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan hasil pertanian merupakan bentuk dari proses pengeringan. Melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. dan hasil pertanian merupakan bentuk dari proses pengeringan. Melalui proses BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Proses pengeringan telah di kenal manusia sejak lama. Penjemuran pakaian dan hasil pertanian merupakan bentuk dari proses pengeringan. Melalui proses pengeringan berbagai

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN DENYUT NADI PADA PEKERJA DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV KEBUN BAH BUTONG TAHUN 2015

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN DENYUT NADI PADA PEKERJA DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV KEBUN BAH BUTONG TAHUN 2015 HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN DENYUT NADI PADA PEKERJA DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV KEBUN BAH BUTONG TAHUN 2015 (THE CORRELATION BETWEEN HEAT STRESS WITH WORKER S PULSE AT PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV BAH

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PUCUK DAUN TEH Pucuk teh sangat menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi fisik lingkungan tempat kerja dimana pekerja beraktifitas sehari-hari mempunyai pengaruh terhadap gangguan bahaya baik langsung dan tidak langsung bagi keselamatan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab I. I.1 Latar Belakang

Pendahuluan. Bab I. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Perkembangan teh saat ini mengalami pengingkatan di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari berkembang dan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dari ranah perkebunan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai faktor bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi fisik lingkungan tempat kerja dimana pekerja beraktifitas sehari-hari mempunyai pengaruh terhadap gangguan bahaya baik langsung dan tidak langsung bagi keselamatan

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM MENGGUNAKAN METODE CTC (Crushing, Tearing, Cutting) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG

PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM MENGGUNAKAN METODE CTC (Crushing, Tearing, Cutting) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM MENGGUNAKAN METODE CTC (Crushing, Tearing, Cutting) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH : MONICA NATALIA (6103004094)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun di luar negeri. Setiap perusahaan bersaing untuk menarik perhatian

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun di luar negeri. Setiap perusahaan bersaing untuk menarik perhatian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan semakin mengglobalnya perekonomian dunia dan era perdagangan bebas, di Indonesia juga dapat diharapkan menjadi salah satu pemain penting. Dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 27, Ayat (2) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 27, Ayat (2) menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 27, Ayat (2) menyatakan bahwa "tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan". Dengan

Lebih terperinci

Tabel I.1 Volume Ekspor Teh Indonesia (Ditjenbun, 2014)

Tabel I.1 Volume Ekspor Teh Indonesia (Ditjenbun, 2014) BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki hijau yang sangat luas. Sebagian besar kawasan hijau diolah sebagai kawasan perkebunan yang hasilnya menjadi pemasukan keuangan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, IPB dan pabrik Jolotigo, PT Perkebunan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS BIAYA PRODUKSI Analisis biaya dilakukan mulai dari pemeliharaan tanaman, panen, proses pengangkutan, proses pengolahan hingga pengepakan. 1. Biaya Perawatan Tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Tanaman teh di kebun Cisaruni

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Tanaman teh di kebun Cisaruni II. TINJAUAN PUSTAKA A. TANAMAN TEH Tanaman teh (Thea sinensis L.) merupakan salah satu tanaman keras dikelola secara perkebunan yang termasuk family Theaceae, ordo Guttaferales dan kelas Thalaniflora

Lebih terperinci

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index)

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index) Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index) KEPMENAKER NO.51 TAHUN 1999 TENTANG NAB FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA 1. Iklim kerja : hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO Akmal Dwiyana Kau, Sunarto Kadir, Ramly Abudi 1 akmalkau@gmail.com Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN 2013 Hamdani STIKES Harapan Ibu Jambi Prodi IKM Korespondensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Metode Survai Analitik dengan mengunakan pendekatan cross sectional merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah-daerah yang rendah

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah-daerah yang rendah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkebunan Teh merupakan salah satu aspek dari sektor pertanian yang menguntungkan di Indonesia, mengingat letak geografisnya yang strategis. Kebutuhan dunia akan komoditas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. serta karunia-nya penulis telah dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja

KATA PENGANTAR. serta karunia-nya penulis telah dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana atas rahmat serta karunia-nya penulis telah dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) dengan judul

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR AIR DARI BUBUK TEH HASIL FERMENTASI TERHADAP KAPASITAS PRODUKSI PADA STASIUN PENGERINGAN DI PABRIK TEH PTPN IV UNIT KEBUN BAH BUTONG

PENGARUH KADAR AIR DARI BUBUK TEH HASIL FERMENTASI TERHADAP KAPASITAS PRODUKSI PADA STASIUN PENGERINGAN DI PABRIK TEH PTPN IV UNIT KEBUN BAH BUTONG ii PENGARUH KADAR AIR DARI BUBUK TEH HASIL FERMENTASI TERHADAP KAPASITAS PRODUKSI PADA STASIUN PENGERINGAN DI PABRIK TEH PTPN IV UNIT KEBUN BAH BUTONG KARYA ILMIAH NETTI V.N. SEMBIRING 062409043 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero), disingkat PTPN VIII, dibentuk berdasarkan PP No. 13 Tahun 1996, tanggal 14 Februari 1996. PTPN VIII mengelola 24 perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi. Namun dalam penerapan teknologi tinggi tersebut sering tidak diikuti oleh kesiapan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan kerja adalah keadaan sekitar baik secara fisik dan non fisik yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi keadaan lingkungan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak dikonsumsi di dunia setelah air, dengan konsumsi per

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak dikonsumsi di dunia setelah air, dengan konsumsi per BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh sebagai minuman telah dikenal dan menjadi bagian dari kebudayaan dunia sejak berabad-abad yang lampau. Teh adalah minuman yang paling banyak dikonsumsi di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Apabila dikelola secara baik dapat dimanfaatkan devisa Negara. Telah banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bila berada dalam temperatur ekstrim selama durasi waktu tertentu. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. bila berada dalam temperatur ekstrim selama durasi waktu tertentu. Kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Faktor temperatur pada suatu lingkungan kerja merupakan salah satu faktor fisik yang dapat berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan bagi pekerja, bila

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang. (Sumber: Badan Pusat Statistik) Sumber : Annual Report PTPN VIII Tahun Tabel I. 1 Perkembangan Ekspor Teh di Indonesia

I.1 Latar Belakang. (Sumber: Badan Pusat Statistik) Sumber : Annual Report PTPN VIII Tahun Tabel I. 1 Perkembangan Ekspor Teh di Indonesia BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teh merupakan salah satu minuman yang banyak dikonsumsi atau diminati setelah air mineral, teh sebagai minuman dapat meningkatkan kesehatan manusia karena mengandung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanan Praktek Produksi Proses Pembuatan Teh Herbal Daun Sirsak dengan Campuran Kayu Manis, Daun Stevia dan Secang dalam Kemasan Celup dilaksanakan mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin,

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi iklim kerja yang kurang sesuai, seperti suhu lingkungan kerja yang terlalu panas atau dingin, dapat menimbulkan masalah kesehatan pekerja. Iklim kerja panas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan metode analitik observasional dengan cara pendekatan cross sectional yaitu penelitian untuk mencari hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Iklim Kerja 1. Pengertian Iklim kerja Iklim kerja adalah keadaan udara di tempat kerja. 2 Iklim kerja merupakan interaksi berbagai variabel seperti; temperatur, kelembapan udara,

Lebih terperinci

Pengeringan Untuk Pengawetan

Pengeringan Untuk Pengawetan TBM ke-6 Pengeringan Untuk Pengawetan Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Masa Kerja Masa kerja dihitung dari hari pertama masuk kerja sampai dengan saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar Wilayah Blitar merupakan wilayah yang strategis dikarenakan wilayah Blitar berbatasan dengan beberapa Kabupaten yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan yang sangat komplek. Dewasa ini juga telah terjadi trend dan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan yang sangat komplek. Dewasa ini juga telah terjadi trend dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi dewasa ini, persaingan diantara perusahaan baik di dalam maupun luar negeri semakin ketat dan keras. Disamping itu juga terjadi perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas yang dibebankan pada mereka. Keadaan tersebut

Lebih terperinci

PENGERINGAN BUBUK TEH DENGAN MENGGUNAKAN FLUID BED DRYER (FBD) (Aplikasi PTP.N.IV Bah butong Simalungun)

PENGERINGAN BUBUK TEH DENGAN MENGGUNAKAN FLUID BED DRYER (FBD) (Aplikasi PTP.N.IV Bah butong Simalungun) PENGERINGAN BUBUK TEH DENGAN MENGGUNAKAN FLUID BED DRYER (FBD) (Aplikasi PTP.N.IV Bah butong Simalungun) Oleh : IRWAN OMPUSUNGGU 055203011 Karya Akhir ini Digunakan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Perbedaan tekanan darah pada tenaga kerja terpapar panas di atas dan. di bawah NAB di PT. Aneka Adhilogam Karya Ceper Klaten.

BAB V PEMBAHASAN. A. Perbedaan tekanan darah pada tenaga kerja terpapar panas di atas dan. di bawah NAB di PT. Aneka Adhilogam Karya Ceper Klaten. BAB V PEMBAHASAN A. Perbedaan tekanan darah pada tenaga kerja terpapar panas di atas dan di bawah NAB di PT. Aneka Adhilogam Karya Ceper Klaten. Hasil penelitian menunjukkan setelah bekerja untuk sistole

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN E. Hipotesis Ada hubungan antara tekanan panas dengan tingkat kelelahan tenaga kerja pada industri tahu di RW 04 Kelurahan Mijen Kecamatan Candi Mulyo Kabupaten Magelang Tahun 2007. BAB III METODE PENELITIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII adalah salah satu diantara perkebunan milik Negara yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 13 tahun 1996, seperti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kerja. 2 Iklim kerja atau cuaca kerja yang terlalu panas atau dingin dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan industri dengan produk dan distribusinya telah menimbulkan suatu lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas. menyangkut panas akan meningkat (ACGIH, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas. menyangkut panas akan meningkat (ACGIH, 2005). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Panas 2.1.1 Defenisi Tekanan Panas Menurut Suma mur (2009) cuaca kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG

PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH : David Cahyadi Sutrisno (6103008036) Mario Kurniawan (6103008112)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanas (Ananas comosus L. Merr) Nanas merupakan tanaman buah yang banyak dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini mempunyai banyak manfaat terutama pada buahnya.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Bagian buah dan biji jarak pagar.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Bagian buah dan biji jarak pagar. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Spesifikasi Biji Jarak Pagar Tanaman jarak (Jatropha curcas L.) dikenal sebagai jarak pagar. Menurut Hambali et al. (2007), tanaman jarak pagar dapat hidup dan berkembang dari dataran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Wilayah Semarang Timur memiliki tiga pasar yaitu Pasar Gayamsari, Pasar Pedurungan,dan Pasar Parangkusuma. Pada masing masing

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN BIJI TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) afd. WONOSARI MALANG PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

PROSES PENGOLAHAN BIJI TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) afd. WONOSARI MALANG PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN PROSES PENGOLAHAN BIJI TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) afd. WONOSARI MALANG PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH: DELLA YUNITA W. 6103009076 MELISA SUGIARTO 6103009077

Lebih terperinci

bakey, burnt, dan overfried yaitu suatu keadaan dimana air seduhan teh

bakey, burnt, dan overfried yaitu suatu keadaan dimana air seduhan teh Pengendalian Proses Dan Automatisasi Tahap Pengeringan Pada Proses Pengolahan Teh Hitam Sistem CTC (Crushing, Tearling, Curling) di PTPN VIII Kebun Kertamanah A. Pendahuluan Pengeringan merupakan proses

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. TANAMAN TEH Tanaman teh (Thea sinensis L) merupakan salah satu tanaman keras dikelola secara perkebunan yang termasuk family Theaceae, ordo Guttaferales dan kelas Thalaniflora (Benson,

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG. Roswita Sela 14.I1.0174

IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG. Roswita Sela 14.I1.0174 IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG Roswita Sela 14.I1.0174 OUTLINE PROFIL PERUSAHAAN PROSES PRODUKSI SANITASI KESIMPULAN SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN

Lebih terperinci

Pengertian Iklim Kerja Macam-Macam Iklim Kerja

Pengertian Iklim Kerja Macam-Macam Iklim Kerja Pengertian Iklim Kerja Iklim kerja adalah faktor-faktor termis dalam lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Manusia mempertahankan suhu tubuhnya antara 36-37 0 C dengan berbagai cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teh merupakan salah satu minuman yang banyak di konsumsi oleh masyarakat indonesia maupun masyarakat dunia dikarenakan teh mempunyai rasa dan aroma yang khas. Selain

Lebih terperinci

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Denny Dermawan 1, Mochamad Luqman Ashari 2, Wiediartini 3 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan. Bab ini akan menampilkan data yang diperoleh selama penelitian beserta pengolahan dan pembahasannya

Bab V Hasil dan Pembahasan. Bab ini akan menampilkan data yang diperoleh selama penelitian beserta pengolahan dan pembahasannya Bab V Hasil dan Pembahasan Bab ini akan menampilkan data yang diperoleh selama penelitian beserta pengolahan dan pembahasannya V.1 Identifikasi Bahaya Teknik yang digunakan untuk penentuan bahaya dalam

Lebih terperinci

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI BENGKEL KONSTRUKSI POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI BENGKEL KONSTRUKSI POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI BENGKEL KONSTRUKSI POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA Nugroho Dwi Prasetyo, Rizki Gusti, Alfi Torich, Denny Dermawan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dimana variabel

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dimana variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik yaitu penelitian yang menjelaskan adanya perbedaan antara variabel-variabel melalui pungujian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Tinjauan Pustaka Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi di antaranya

Lebih terperinci

1. Teh Hijau (Green Tea)

1. Teh Hijau (Green Tea) Siapa yang tidak kenal dengan teh? minuman teh merupakan minuman penyegar yang paling populer dan paling banyak dikonsumsi di dunia, setelah air putih. Teh diproduksi dari pucuk daun muda tanaman teh (Camelia

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN Kebun Cisaruni merupakan salah satu unit kebun dari 45 unit yang ada di bawah naungan PT. Perkebunan Nusantara VIII yang berkantor pusat di Jl. Sindangsirna

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DAN EFISIENSI ENERGI PADA ALAT PENGERINGAN DAUN SELEDRI BERBASIS KONTROL SUHU DAN HUMIDITY UDARA

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DAN EFISIENSI ENERGI PADA ALAT PENGERINGAN DAUN SELEDRI BERBASIS KONTROL SUHU DAN HUMIDITY UDARA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DAN EFISIENSI ENERGI PADA ALAT PENGERINGAN DAUN SELEDRI BERBASIS KONTROL SUHU DAN HUMIDITY UDARA Jurusan Teknik Elektro, Fakultas. Teknik, Universitas Negeri Semarang Email:ulfaharief@yahoo.com,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Kebun Batang Serangan dibuka pada tahun 1910 yang dikelola oleh pemerintahan Belanda dengan nama perusahaan NV.BDM (Breningde Deli Maatscappinjen).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja serta mendorong pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja serta mendorong pengembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang memegang peranan cukup penting dalam perekonomian Indonesia, yakni sebagai penghasil devisa negara, penyedia

Lebih terperinci

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Oleh: Ir. Nur Asni, MS PENDAHULUAN Tanaman kopi (Coffea.sp) merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan sebagai

Lebih terperinci

IV-138 DAFTAR ISTILAH

IV-138 DAFTAR ISTILAH IV-138 DAFTAR ISTILAH Evaporasi; (penguapan air dari kulit) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan teknologi sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan merugikan manusia

Lebih terperinci

PENGERINGAN. Teti Estiasih - PS ITP - THP - FTP - UB

PENGERINGAN. Teti Estiasih - PS ITP - THP - FTP - UB PENGERINGAN 1 DEFINISI Pengeringan merupakan metode pengawetan dengan cara pengurangan kadar air dari bahan sehingga daya simpan dapat diperpanjang Perpanjangan daya simpan terjadi karena aktivitas m.o.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah analitik dengan pendekatan cross sectional dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah analitik dengan pendekatan cross sectional dimana BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah analitik dengan pendekatan cross sectional dimana seluruh variabel dalam penelitian diukur dua kali pada saat yang sama dengan tujuan

Lebih terperinci

1. PROSPEK TEH HIJAU SEBAGAI INDUSTRI HILIR TEH

1. PROSPEK TEH HIJAU SEBAGAI INDUSTRI HILIR TEH TEKNOLOGI HILIR TEH Pokok Bahasan : 1. Prospek Teh Hijau Sebagai Bahan Baku Industri Hilir Teh 2. Teh Wangi 3. Teh Instan 4. Tablet Effervescent Teh Hijau (TETH) 5. Teh Katekin Tinggi 6. Teh celup, botol

Lebih terperinci

Gambar I. 1 Biaya penggunaan otomasi global (Credit Suisse,2012)

Gambar I. 1 Biaya penggunaan otomasi global (Credit Suisse,2012) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Diawali dengan ditemukannya mesin uap yang mendorong revolusi industri atau dikenal juga dengan industri 1.0 pada tahun 1784, revolusi industri terus berkembang mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan terluas dan penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia.Secara umum kondisi

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan terluas dan penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia.Secara umum kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang memiliki lahan perkebunan terluas dan penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia.Secara umum kondisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemasok utama kakao dunia dengan persentase 13,6% (BPS, 2011). Menurut

I. PENDAHULUAN. pemasok utama kakao dunia dengan persentase 13,6% (BPS, 2011). Menurut I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang dapat memberikan kontribusi untuk peningkatan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu negara pemasok utama kakao

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan menggunakan metode cross-sectional dimana setiap subjek penelitian hanya di observasi satu kali dan

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

STUDI PEMBUATAN TEH DAUN KOPI

STUDI PEMBUATAN TEH DAUN KOPI STUDI PEMBUATAN TEH DAUN KOPI (Study of Tea Making from Coffee Leaves) Freddy Hotmaruli Tua Siringoringo 1*, Zulkifli Lubis 1, Rona J. Nainggolan 1 Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian USU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sehat menurut Santoso (2004:16) terbagi dalam dua tingkatan yaitu sehat statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat dinamis

Lebih terperinci

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi perekonomian nasional, termasuk didalamnya agribisnis. Kesepakatankesepakatan GATT, WTO,

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PTPN IV BAH BIRUNG ULU PEMATANG SIANTAR. A. Sejarah Ringkas PTPN IV Bah Birung Ulu Pematang Siantar

BAB II PROFIL PTPN IV BAH BIRUNG ULU PEMATANG SIANTAR. A. Sejarah Ringkas PTPN IV Bah Birung Ulu Pematang Siantar BAB II PROFIL PTPN IV BAH BIRUNG ULU PEMATANG SIANTAR A. Sejarah Ringkas PTPN IV Bah Birung Ulu Pematang Siantar Unit usaha Bah Birung Ulu merupakan salah satu dari 36 unit usaha di PT.Perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV Bagus Trijaya Kusuma 140608067 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ATMA JAYA 2017 Scanned by CamScanner Scanned by

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpotensi menimbulkan potensi bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja bila berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa getah karet akan diolah menjadi crumb rubber. Bagian Balling Press ini

BAB I PENDAHULUAN. berupa getah karet akan diolah menjadi crumb rubber. Bagian Balling Press ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan dan pengolahan karet. Hasil perkebunan berupa getah karet akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Perusahaan didirikan dengan nama PT. Perkebunan Mitra Kerinci pada tanggal 17 Juli 1990 berdasarkan SK Mentan dan Menkeu tentang persetujuan usaha

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan 46 PEMBAHASAN Analisis Hasil Petikan Analisis hasil petikan merupakan suatu langkah untuk mengetahui cara maupun hasil pelaksanaan pemetikan pada suatu waktu, sebab pada pucuk yang telah dipetik perlu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) menetapkan bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan. Pekerjaan dan penghidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ribuan orang cedera setiap tahun (Ramli, 2009). (K3) perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. ribuan orang cedera setiap tahun (Ramli, 2009). (K3) perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program pembangunan di Indonesia telah membawa kemajuan pesat disegala bidang kehidupan seperti sektor industri, jasa, properti, pertambangan, transportasi, dan lainnya.

Lebih terperinci

Prinsip proses pengawetan dengan penurunan kadar air pada bahan pangan hasil ternak. Firman Jaya

Prinsip proses pengawetan dengan penurunan kadar air pada bahan pangan hasil ternak. Firman Jaya Prinsip proses pengawetan dengan penurunan kadar air pada bahan pangan hasil ternak Firman Jaya OUTLINE PENGERINGAN PENGASAPAN PENGGARAMAN/ CURING PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat 20 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. sampel penelitian adalah perempuan, sehingga data karakteristik jenis. responden tidak memberikan pengaruh terhadap kelelahan.

BAB V PEMBAHASAN. sampel penelitian adalah perempuan, sehingga data karakteristik jenis. responden tidak memberikan pengaruh terhadap kelelahan. BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian 1. Jenis Kelamin Karakteristik responden jenis kelamin yang digunakan sebagai sampel penelitian adalah perempuan, sehingga data karakteristik jenis kelamin

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.51/MEN/1999 T E N T A N G NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.51/MEN/1999 T E N T A N G NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA KEPUTUSAN T E N T A N G NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA Menimbang: a. bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 3 ayat (1) huruf g Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, perlu

Lebih terperinci