BAB I PENDAHULUAN. didunia ini ditemukan mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data statistik, angka
|
|
- Liana Ratna Hardja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organization), masalah gangguan jiwa di dunia ini sudah menjadi maslah yang semakin serius. Paling tidak, ada satu dari empat orang di dunia ini mengalami gangguan jiwa. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang didunia ini ditemukan mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data statistik, angka pasien gangguan jiwa memang sangat mengkhawatirkan (Yosep, 2007). Menurut UU Kesehatan Jiwa No.3 Tahun 1966, Kesehatan Jiwa adalah suatu keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik intelektual, emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini selaras dengan orang lain. Sedangkan menurut American Nureses Associations (ANA) keperawatan jiwa merupakan suatu bidang khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu perilaku manusia sebagai ilmu dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai caranya untuk meningkatkan, mempertahankan, memulikan keehatan jiwa. Di Rumah Sakit Jiwa di Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran, 20% halusinasi penglihatan, dan 10% adalah halusinasi penghidup, pengecap dan perabaan. Angka terjadinya halusinasi cukup tinggi. Berdasarkan hasil 2 pengkajian di Rumah Sakit Jiwa Medan ditemukan 85% pasien dengan kasus halusinasi. Menurut perawat di Rumah Sakit Grhasia Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya diruang kelas III rata-rata angka halusinasi mencapai 46,7% setiap bulannya (Mamnu ah, 2010). Gangguan orientasi realita adalah ketidakmampuan individu untuk menilai dan berespon pada realita. Klien tidak dapat
2 membedakan rangsangan internal dan eksternal tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan. Klien juga tidak mampu untuk memberikan respon yang akurat, sehingga tampak perilaku yang sulit dimengerti. Halusinasi adalah penyerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua panca indera dan terjadi disaat individu sadar penuh (Depkes dalam Dermawan dan Rusdi, 2013). Halusinasi pendengaran ialah klien mendengar suara-suara yang tidak berhubungan dengan stimulasi nyata yang orang lain tidak mendengarnya (Dermawan dan Rusdi, 2013). Sedangkan menurut Kusnawati (2010) halusinasi pendengaran adalah klien mendengar suara-suara yang jelas maupun tidak jelas, dimana suara tersebut bisa mengajak klien berbicara atau melakukan sesuatu. Berdasarkan hasil laporan Rekam Medik (RM) Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, didapatkan data dari bulan januari sampai Februari 2014 tercatat jumlah pasien rawat inap 403 orang sedangkan jumlah kasus yang ada pada semua pasien baik rawat inap maupun rawat jalan kasus halusinasi mencapai 5077 kasus, perilaku kekerasan 4074 kasus, isolasi sosial : menarik diri 1617 kasus, harga diri rendah 1087 kasus dan deficit perawatan diri 1634 kasus. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan tinakan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan halusinasi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka kelompok merumuskan bagaimana penatalaksanaan asuhan keperawatan pada Nn.S dengan masalah utama gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di ruang Kutilang Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerjan Jakarta.
3 C. Tujuan Laporan Kasus Adapun tujuan laporan kasus ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Umum : Mendapatkan pengalaman dalam Asuhan Keperawatan pada klien dengan halusinasi pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerjan Jakarta, yang meliputi pengkajian, penegakkan diagnose, merencanakan dan melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi. 2. Tujuan Khusus : Tujuan penulisan karya Tulis ilmiah ini adalah agar perawat mampu : a. Melaksanakan pengkajian data pada klien dengan masalah utama gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran. b. Menganalisa data pada klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran. c. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran. d. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran. e. Mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran. f. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran. BAB II GANGGUAN SENSORI PERSEPTUAL : HALUSINASI
4 I. Kasus (Masalah Utama) Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi A. Pengertian Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghidu. Klien merasa stimulus yang sebetul-betulnya tidak ada (Damaiyanti,2012). Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan interna (pikiran) dan rangsangan eksterna (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal padahal tidak ada orang yang berbicara (Direja, 2011). Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar/bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik atapun histerik (Trimelia, 2011). B. Penyebab Faktor-faktor penyebab halusinasi dibagi dua (Yosep, 2010 )yaitu : 1. Faktor predisposisi a. Faktor Perkembangan Tugas perkembangan klien yang terganggu mislanya rendahnya control dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilangnya kepercayaan diri dan lebih rentan terhadap stress. b. Faktor Susiokultur Seseorang yang tidak diterima oleh lingkungannya sejak bayi akan merasa disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada lingkungannya. c. Faktor Biokimia
5 Stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan Dymetytranferse (DMP). Akibat stress bekepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak. Misalnya terjadi ketidakseimbangan acetylcholine dan dopamine. d. Faktor Psikologis Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adaktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal. e. Faktor Genetik dan Pola Asuh Anak sehat yang diasuh oleh orang tua yang mengalami gangguan jiwa cenderung mengalami gangguan jiwa dan faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit. Pada kasus Ny. S faktor predisposisi klien mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak mengenakan yaitu klien pernah kehilangan pacar saat SMA,respon klien sangat sedih klien tidak mau keluar rumah. 2. Faktor presipitasi a. Dimensi Fisik Halusinasi dapat timbul oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan dalam waktu lama. b. Dimensi Emosional Perasaaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. c. Dimensi Intelektual
6 Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi akan memperlihatkan penurunan fungsi ego seseorang yang pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego itu sendiri untuk melawan implus yang menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien. d. Dimensi Sosial Dalam dimensi sosial ini klien mengalami gangguan interaksi sosial dan menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat membahayakan. e. Dimensi Spriritual Secara spriritual klien dengan halusinasi dimulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya keinginan untuk beribadah dan jarang berupaya secara spriritual untuk menyucikan diri. Klien sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan memburuk. Pada kasus Nn. S klien mengatakan klien masuk di RSJ Soeharto Heerjan diatar oleh ibu karena dirumah klien sering bicara sendiri,klien sering mendengar suara-suara yang menyuru klien merokok. C. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala seseorang yang mengalami halusinasi adalah : 1. Tahap 1 (Comforting) a. Tertawa tidak sesuai dengan situasi b. Menggerakkan bibir tanpa bicara c. Bicara lambat d. Diam dan pikirannya dipenuhi pikiran yang menyenangkan. 2. Tahap 2 (Condeming) a. Cemas b. Kosentrasi menurun c. Ketidakmampuan membedakan realita
7 3. Tahap 3 a. Pasien cenderung mengikuti halusinasi b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain c. Perhatian dan konsentrasi menurun d. Efek labil e. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk) 4. Tahap 4 (Controlling) a. Pasien mengikuti halusinasi b. Pasien tidak mampu mengendalikan diri c. Berisiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan D. Rentang Respon Respon Adaftif Respon Maladaftif Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan pikiran Persepsi akurat Ilusi Halusinasi Emosi konsisten dengan pengalaman Reaksi emosi Sulit berespon emosi Perilaku sesuai Perilaku tidak biasa Perilaku disorganisasi Berhubungan sosial Menarik diri Isolasi sosial E. Mekanisme Koping Kaji mekanisme koping yang sering digunakan klien, meliputi : 1. Regresi : Menjadi malas beraktifitas sehari-hari 2. Proyeksi : Mengalihkantanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu benda. 3. Menarik diri : Sulit mempercayai orang lain dan dengan stimulus internal 4. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien. F. Akibat Akibat dari perubahan sensori persepsi halusinasi adalah resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan adalah suatu perilaku mal adaktive dalam dalam memanifestasikan perasaan marah yang dialami seseorang. Perilaku tersebut dapat berupa mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Marah sendiri merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. Perasaan marah sendiri merupakan hal yang wajar sepanjang perilaku yang dimanifestasikan berada pada rentang adaptif.
8 G. Pohon Masalah Resiko Perilaku Kekerasan Gangguan sensori perseptual : Halusinasi Interaksi sosial menarik diri Harga diri rendah H. Data yang Perlu Dikaji Masalah keperawatan A. Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi (pendengaran, Penglihatan, Perabaan, penciuman, pengecapan ) Data yang perlu dikaji Subjektif: 1. Klien mengatakan mendengar sesuatu. 2. Klien mengatakan melihat bayangan putih. 3. Klien mengatakan dirinya seperti disengat listrik.
9 4. Klien mencium bau-bauan yang tidak sedap, seperti feses. 5. Klien mengatakan kepalanya melayang di udara. 6. Klien mengatakan dirinya merasakan ada sesuatu yang berbeda pada dirinya. Objektif: 1. Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri saat dikaji. 2. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu. 3. Berhenti bicara di tengah- tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu. 4. Disorientasi. 5. Kosentrasi rendah. 6. Pikiran cepat berubah-ubah. 7. Kekacauan alur pikiran. Data dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar,berkata apabila halusinasi yang dialami adalah halusinas dengar, atau apa bentuk bayangan yang dilihat oleh klien bila B. Isi Halusinaasi jenis halusinasi adalah halusinasi penglihatan, bau apa yang tercium untuk halusinasi penghidu, rasa apa
10 yang dikecap untuk halusinasi pengecapan, atau merasakan apa di permukaan tubuh bila halusinasi perabaan. Data yang dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan pengalaman halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu atau bulan, pengalaman halusinasi itu muncul, bila mungkin C. Waktu dan Frekuensi Halusinasi klien diminta menjelaskan kapan persisnya waktu terjadi halusinasi tersebut. Informasi ini penting untuk mengidentifasi pencetus halusinasi dan menentukan bilamana klien perlu diperhatikan saat mengalami halusinasi. Perlu diidentifikasi situasi yang dialami klien sebelum mengalami halusinasi. Data dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien peristiwa atau kejadian yang dialami sebelum halusinasi D. Situasi Pencetus Halusinasi muncul. Selain itu, juga bisa mengobservasi apa yang dialamai klien menjelang muncul halusinasi untuk
11 memvalidasi klien. Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien bisa dikaji dengan menanyakan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman halusinasi. E. Respon Klien Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasi atau sudah tidak berdaya lagi terhadap halusinasi. I. Rencana Tindakan Keperawatan : Terlampir. J. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan persepsi sensorik: halusinasi (pendengaran, penglihatan, perabaan, penciuman, pengecapan). 2. isolasi sosial : menarik diri 3. resiko perilaku kekerasan
12 BAB III TINJAUAN KASUS Identitas klien Nama : Nn. S (P) Umur : 38 tahun Tanggal pengkajian : 12 Januari 2017 Klien masuk di IGD diantar oleh ibu, klien mengatakan dirumah klien sering bicara sendiri dan kadang marah-marah, klien mengatakan kadang mendengar suara menyuruh klien untuk merokok. Klien pernah mengalami gangguang jiwa dimasa lalu tahun 2015 dan dirawat di RSJ soeharto heerjan, tetapi pengobatan sebelumnya dinyatakan kurang berhasil dan pasien kambuh lagi setelah satu tahun lebih pengobatan, anggota keluarga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. Pengalaman masa lalu klien pernah kehilangan pacar saat SMA pacar klien meninggal, klien sangat sedih tidak mau keluar rumah hanya berbicara dengan orang tua dan saudara saja. TTV : TD 110/70mmHg, N: 80x/menit, S: 36 C, RR: 20x/menit TB: 153 cm, BB : 56 Kg, keluhan fisik tidak ada Psikososial Genogram
13 Keterangan : : laki-laki : perempuan : pasien : sudah meninggal : tinggal serumah Penjelasan : Pola asuh dalam keluarga, antara ibu dan ayah klien berbeda, misalnya ayah kurang dekat dengan anak-anaknya, sedangkan ibu lebih dekat dan perhatian dengan anakanaknya, pola komunikasi dalam keluarga tidak terlalu sering, klien sering menyendiri dikamar dan berdiam diri karena sering mendengar suara bisikan. Klien sering diatur oleh keluarga setiap keputusan tergantung oleh orang tua. Dalam keluarga tidak ada penyakit keturunan.
14 Konsep diri Klien merasa dirinya tampan dan tertarik pada perempuan, klien adalah anak ke 3 dari 4 bersaudara, klien mengatakan klien kadang membantu orang tua cuci piring, klien ingin sembuh dan pulang ke rumah, klien mempunyai hubungan yang baik dengan orang lain. Orang yang paling berarti adalah Ibu, klien tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok, karena klien mengatakan klien malas bergaul dengan orang lain. Klien beragama islam, klien mengatakan klien kadang-kadang sholat. Klien beragama islam, klien mengatakan kadang-kadang sholat. Klien memakai baju sesuai dengan seragam RSJ. Kien tampak sedih dan terdiam menunduk saat membicarakan masa lalu, klien hanya bereaksi jika ada stimulus emosi yang kuat dan kadang-kadang klien melakukan kontak mata saat berbincang-bincang dengan orang lain. Kebutuhan persipan pulang klien, klien diberi bantuan minimal saat makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian, kebersihan diri dan diharapkan keluarga dapat turut ikut mendukung dan membantu dalam memenuhi kebutuhan yang lainnya. Aspek medik 1. dianosa medik : shkizoprenia 2. terapy yang diberikan : - Atifan 2 x 1 tab, Resperidon 2 x 2 tablet, Defakote 2 x 1 tab, Heksimer 2 x 1 tab
15 Inisial nama Ruangan ANALISA DATA : Nn. S : PICU Kutilang No Data Fokus Diagnosa 1. DS : Gangguan persepsi sensori - Klien mengatakan sering berbicara sendiri - Klien mengatakan sering mendengar suara : halusinasi dengar DO : menyuruhnya merokok - Klien mengatakan mendengar suara-suara kadang-kadang 3 kali sehari, pada saat klien sedang sendirian - Klien mengatakan sering berjalan jauh dari rumah - Klien tampak diam dan bingung - klien kadang-kadang terlihat berbicara sendri - Klien kadang terlihat mondar-mandir 2. DS : - Klien mengatakan malas berbicara dengan Isolasi sosial : menarik diri orang lain. DO : - Klien tampak lebih banyak menyendiri - Klien tampak berbincang-bicang bila ada yang mengajak klien berbicara - Klien hanya menjawab iya, tidak atau lupa saat ditanya
16 3. DS - Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat pada tahun 2015 di RSJ Soeharto Penatalaksanaan regiment terapeutik tidak efektif DO heerdjan - Ibu klien mengatakan klien kadang tidak mau minum obat - Klien mengatakan bosan minum obat - Klien minum obat saat dibantu atau diingatkan - Klien belum bisa mengingat jadwal minum obat - Klien tampak murung saat di ingatkan jadwal minum obat. 4. DS. - Klien mengatakan pengen merokok - klien mengatakan kadang masih Resiko perilaku kekerasan mendengar suara. - Klien mengatakan saat mendengar suarasuara klien diam dan kadang-kadang kesal DO. - klien tampak bingung - klien kadang terlihat kesal - klien tampak marah bila merasa tidak nyaman POHON MASALAH Resiko Perilaku Kekerasan Gangguan sensori perseptual : Halusinasi Regiment terapeutik tidak efektif Isolasi sosial menarik diri Daftar diagnosa
17 1. persepsi sensori : halusinasi pendengaran 2. Isolasi sosial : menarik diri 3. Penatalaksanaan regiment terapeutik tidak efektif 4. Resiko perilaku kekerasan IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Inisial nama : Nn.S Nama Mahasiswa : Ruangan : Kutilang Nim Tanggal Tindakan keperawatan Evaluasi 19/1/2017 Dx. S. Jam wib Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran Setelah klien diberikan perawatan dan dilakukan tindakan SP 1 SP4 dari tanggal 17/1/2017 sampai 19/1/2017 yaitu : - Mengenal halusinasi - Mengontrol halusinasi dengan menghardik - Mengajarkan klien cara mengontrol halusinasi dengan berbincang-bincang dengan orang lain - Menjelaskan tentang manfaat - Klien mengatakan nama klien Nn S umur 38 thn - klien mengatakan kadangkadang masih mendengar suara-suara bila klien sendirian, kadang 2x sehari - klien mengatakan bila suara-suara datang,kadangkadang klien menghardik kadang hanya diam saja - klien mengatakan klien berbincang-bincang dengan orang lain mengajak. bila ada yang
18 minum obat,kerugian tidak minum obat, mengenalkan obat oral yang sedang dikonsumsi pasien,nama,warna,dosis dan efek terapi. - mengajarkan klien mengontrol halusinasi dengan jadwal kegiatan sehari-hari membuat DO. - Klien mengatakan sehari minum obat 3x - Klien mengatakan minum obat bila diingatkan oleh perawat. - Klien tampak masih bingung - Pasien tampak jarang melakukan kontak mata - Pasien tampak menjawab pertanyaan dengan singkat - Pasien mampu mengungkapkan halusinasinya - Klien kadang-kadang tampak berbincangbincang dengan teman sekamar. - Klien mampu menghardik tapi hanya sekali saja dalam sehari - Klien tampak minum obat bila diingatkan oleh perawat - Klien tampak belum mampu mengingat jadwal minum obat A.
19 - Gangguan persepsi sensori : Halusinasi - Isolasi sosia : menarik diri - Penatalaksanaan terapeutik tidak efektif - Resiko perilaku kekerasan P. - Ajarkan kembali cara mengontrol halusinasi sehari 3x dan bila halusinasi muncul - Motivasi klien untuk berbincang-bincang dengan teman atau perawat saat halusinasi muncul - Ajarkan klien untuk membuat jadwal harian atau melakukan kesibukan saat halusinasi muncul - Jelaskan kepada klien tentang obat-obatan yang sedang dikonsumsi, fungsi, frekuensi dan akibat bila tidak minum obat secara rutin sesuai dosis. - Beri pujian kepada klien bila klien mampu melakukan kegiatan dengan baik.
20 Nama Perawat TTD
21 BAB IV PEMBAHASAN 1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran Halusinasi Adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi sensori, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penglihatan. Klien merasakan stimulasi yang sebetul betulnya tidak ada. Pada kasus kali ini akan membahas mengenai halusinasi pendengaran yang terjadi pada Nn. S umur 38 tahun, berjenis kelamin perempuan dan dirawat diruang (PICU) kutilang. Klien diantar ibunya ke RSJ Soeharto Heerdjan jakarta barat karena sering ngomong sendiri, marah - marah bahkan sering pergi dari rumah. Klien pernah dirawat 2 kali di RSJ Soeharto Heerdjan dengan kasus yang sama yaitu halusinasi pendengaran. Dari hasil pengkajian yang didapat klien mengatakan bahwa klien sering mendengar suara- suara bisikan seperti menyuruhnya merokok, menyuruhnya untuk tidak melakukan pekerjaan rumah, menyuruhnya untuk pergi dari rumah dan klien sering menyendiri dan berdiam diri dikamar. Hambatan yang di temukan pada klien Nn. S saat pengkajian adalah disaat ditanya klien kadang males untuk menjawab pertanyaan. Dia lebih banyak diam. Solusi yang akan kita lakukan adalah dengan membina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik, mengajarkan klien cara menghardik, menyarankan kepada klien agar mengajak teman-temannya bercakapcakap apabila suara itu datang lagi, melibatkan klien dalam kegiatan yang terjadwal dan menjelaskan kepada klien mengenai obat-obatan yang harus klien minum secara rutin. 2. Regimen terapeutik inefektik Saat pengkajian pada Nn. S, Klien mengatakan bahwa dia sudah 3 kali dirawat di RSJ Soeharto Heerdjan dengan kasus yang sama. Selama dirumah klien malas untuk
22 minum obat secara teratur, sehingga terapi yang seharusnya diminum akhirnya berhenti. Hambatan yang ditemukan pada Nn. S bahwa Nn. S paling malas minum obat karena Nn. S mengatakan bahwa obatnya pahit dan klien juga tidak tau manfaat obat bagi dirinya. Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menjelaskan kepada klien mengenai; manfaat minum obat, kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat serta buat kontrak dan mendiskusikannya dengan keluarga mengenai cara merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi dirumah seperti libatkan klien dalam kegiatan, jangan biarkan sendiri,ajak makan bersama,berpergian bersama, memantau obat-obatan dan cara pemberiannya untuk mengatasi hak Lusinasi. 3. Gangguan interaksi sosial menarik diri Masalah interaksi soaial menarik diri juga terjadi pada Nn S karena Nn. S suka diam dan menyendiri dikamar, jarang bergaul dan bercakap-cakap dengan temannya, klien kadang aktif menjawab pertanyaan perawat, namun sesekali klien malas untuk menjawab pertanyaannya. Hambatan yang dialami pada Nn. S saat melakukan pengkajian adalah Nn. S orangnya diam dan suka menyendiri. Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah melakukan pendekatan terapeutik membina hubungan saling percaya, mendiskusikan dengan klien penyebab menarik diri pada klien sehingga tidak mau bergaul dengan temannya. Menjelaskan kepada klien manfaat berhubungan sosial dan kerugian menarik diri. Libatkan keluarga untuk membantu klien mengatasi menari diri. Memantau klien saat penggunaan obat.
23 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian diatas mengenai halusinasi dan pelaksanaan asuhankeperawatan terhadap pasien, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagaiberikut : Saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasiditemukan adanya perilaku menarik diri sehingga perlu dilakukan pendekatansecara terus menerus, membina hubungan saling percaya yang dapatmenciptakan suasana terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yangdiberikan. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien khususnya denganhalusinasi, pasien sangat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai systempendukung yang mengerti keadaaan dan permasalahan dirinya. Disamping ituperawat / petugas kesehatan juga membutuhkan kehadiran keluarga dalammemberikan data yang diperlukan dan membina kerjasama dalam memberiperawatan pada pasien. Dalam hal ini penulis dapat menyimpulkan bahwaperan serta keluarga merupakan faktor penting dalam proses penyembuhanklien. Saran-saran Dalam memberikan asuhan keperawatan hendaknya perawat mengikuti langkahlangkah proses keperawatan dan melaksanakannya secara sistematis dan tertulis agar tindakan berhasil dengan optimal Bagi keluarga klien hendaknya sering mengunjungi klien dirumah sakit,sehingga keluarga dapat mengetahui perkembangan kondisi klien dan dapat membantu perawat bekerja sama dalam pemberian asuhan keperawatan bagiklien.
24 DAFTAR PUSTAKA Damayanti, Nidya Buku Bimbingan Konseling. Yogyakarta: Araska Keliat &Akemat, (2010). Jurnal Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta S. N. Ade Herma Direja. (2011).Asuhan Keperawan Jiwa Yogyakarta : Nuha Medik W. Stuart, G. (2007).Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5.Buku saku kedokteran.jakarta : EG Yosep, Iyus Keperawatan Jiwa. Reflika Aditama
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)
BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, baubauan, pengecapan
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya
BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian
Lebih terperinciKoping individu tidak efektif
LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI I. PROSES TERJADINYA MASALAH Isolasi social merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain
Lebih terperinciBAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG A. Identitas Pasien 1. Inisial : Sdr. W 2. Umur : 26 tahun 3. No.CM : 064601
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Disusun oleh : TRI ARI AYUNANINGRUM J 200 080 051 KARYA TULIS ILMIAH
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merusak stimulasi yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun oleh : CAHYO FIRMAN TRISNO. S J 200 090
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dari masalah yang diteliti, rumusan masalah, tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian, serta manfaat penelitian. 1.1. Latar Belakang
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI ILMIAH
NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. Z DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA DisusunOleh : HILYATUN NISA J 200 090
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Nama Umur Pendidikan Alamat Agama : Tn.G : 30 th : tamat SMA : Blora : Islam Tanggal masuk : 06/12/2009 Tgl pengkajian : 06/12/2009 No.cm : 06 80
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO dalam
Lebih terperinciBAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)
BAB II TUNJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) Menarik diri merupakan suatu keadaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan,
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Adapun definisi lain yang terkait dengan halusinasi adalah hilangnya
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Halusinasi Halusinasi didefinisikan sebagai terganggunya persepi sensori seseorang, tetapi tidak terdapat stimulus dari luar (Varcarolis, 2006, dalam Yosep, 2011). Adapun
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh
PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh Afandi 1), Y.Susilowati 2) 1) Alumni Akademi Keperawatan Krida Husada,
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulasi yang mendekat yang diprakarsai secara internal atau eksternal
Lebih terperinciMERAWAT PASIEN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORIK : HALUSINASI
MERAWAT PASIEN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORIK : HALUSINASI Oleh : ERFANDI A. Definisi Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra sesorang pasien yang terjadi dalam keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya maupun lingkungan luarnya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu
1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dari masalah yang diteliti, rumusan masalah, tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian, serta manfaat penelitian ini. A. Latar
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa
ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 5 Januari 2008 diruang II Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan Skizofrenia berkelanjutan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Halusinasi 2.1.1 Pengertian Halusinasi Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia. Dari seluruh skizofrenia,
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Persepsi ialah daya mengenal barang, kwalitas atau hubungan serta perbedaan antara suatu hal melalui proses mangamati, mengetahui dan mengartikan setelah panca indranya
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN A. Pembahasan Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan yang penulis dapatkan antara konsep dasar teori dan kasus nyata Sdr. D diruang Dewa Ruci RSJD Amino Gondohutomo
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. L DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. L DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi
Lebih terperinciPENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.
PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr. SOEROJO MAGELANG Muhammad Nur Firman 1, Abdul Wakhid 2, Wulansari 3 123
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO dalam
Lebih terperinciBAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu
BAB II KONSEP TEORI A. Pengertian Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang datang internal / eksternal (Carpenito,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama
Lebih terperinci/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas
1 /BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara - negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang
Lebih terperinciPROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE)
1 PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE) A. Identitas Klien Inisial Klien Usia Agama Pendidikan : Ny. F : 42 Tahun : Islam : SMA Nomor Register : 02. 14. 77 Masuk RSJSH : 27/03/2012 Nama Keluarga Alamat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia saat ini, banyak mengalami keprihatinan dengan kesehatan, salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari perhatian. Orang sengaja
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Halusinasi 1.1 Pengertian Halusinasi Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001). Halusinasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. halusinasi. Meskipun bentuk halusinasinya bervariasi tetapi sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO, kesehatan jiwa merupakan berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Inisial klien : Tn W Umur : 38 Th Jenis Kelamin : Laki-Laki Suku : Jawa Alamat : Desa terban RT 008 / 001 penawangan, Grobogan Tanggal pengkajian
Lebih terperinciA. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri
A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat Mendapatkkan gelar ahli madya keperawatan Disusun
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 19 Januari 2009, jam 10.00 WIB, di Ruang VIII Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondhohutomo Semarang. 1. Biodata a. Identitas klien
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial
BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial
BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi
Lebih terperinciLAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN PADA
ARTIKEL LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN PADA Tn.S DENGAN SKIZOFRENIA PARANOID DI RUMAH SAKIT JIWA Prof. Dr. SOEROJO MAGELANG Oleh: RESHA OCTAVIALIN 0131758
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai karakteristik positif yang menggabarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih. Pengertian
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih Pengertian Hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan ra ngsangan internal(pikiran) dan rangsangan eksternal(dunia
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR A.
BAB II KONSEP DASAR A. Definisi Skizofrenia (schizophrenia) adalah gangguan yang terjadi pada fungsi otak. Melinda Herman (2008), mendefinisikan skizofrenia sebagai penyakit neurologis yang mempengaruhi
Lebih terperinciPENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA RUANGAN RAWAT : TANGGAL DIRAWAT : I. IDENTITAS KLIEN Inisial : ( L
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 Desember 2008 diruang III Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan Skizofrenia paranoid.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi, dan sosial, yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang No.9 tahun 1960 kesehatan merupakan keadaan yang meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari sakit, cacat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan kesehatan mental psikiatri sebagai efek negatif modernisasi atau akibat krisis multidimensional dapat timbul dalam bentuk tekanan dan kesulitan pada seseorang
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL
LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL A. Pengertian Isolasi social adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.
PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh R.Purwasih 1), Y. Susilowati 2), 1) Alumni Akademi Keperawatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Halusinasi adalah perubahan sensori dimana pasien merasakan sensasi yang tidak ada berupa suara, penglihatan, pengecapan,dan perabaan (Damaiyanti, 2012). Menurut Valcarolis
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 desember 2010, pukul 09.00 WIB di ruang Gatot Koco Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondhohutomo Semarang, dengan diagnosa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Masalah gangguan kesehatan jiwa menurut data World Health
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional, secara optimal dari sekarang, dan perkembangan ini berjalan selaras dengan
Lebih terperinciBAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register
14 BAB III RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2004 1. Identitas a. Identitas pasien Nama klien Ny. K, umur 30 tahun, agama Kristen, pendidikan SD, suku/bangsa
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang dapat menimbulkan perilaku aneh, tidak enak dipandang, membingungkan, kesukaran mengelola, dan
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia pernah menderita masalah kesehatan jiwa, 1%
Lebih terperinciPROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA
PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA Disusun Oleh: DESI SUCI ANGRAENI SRI WAHYUNINGSIH PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Lebih terperinciPROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny.
PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny. V DI TANGGERANG DI SUSUN OLEH MARIA FRANSISKA 1410721043 PROGRAM STUDI PROVESI NERS FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi juga merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa merupakan perasaan sehat
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS
BAB III TINJAUAN KASUS Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 Desember 2009 jam 10.00 wib A. Pengkajian Tanggal masuk Rumah Sakit : 05-11-2009 Bangsal di rawat : Gatotkoco/ruang VI No Rekam Medis : 067714
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain. Konsep tentang manusia bermacam-macam. Ada yang menyatakan bahwa manusia adalah
Lebih terperinciSTUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. P DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENGLIHATAN DI RUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. P DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENGLIHATAN DI RUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI A. Konsep Dasar Teori 1. Definisi Isolasi sosial merupakan kondisi ketika individu atau kelompok mengalami,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak muncul sama sekali. Namun jika kondisi lingkungan justru mendukung
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Skizofrenia Menurut Hawari (2001) skizofrenia dapat dipicu dari faktor genetik. Namun jika lingkungan sosial mendukung seseorang menjadi pribadi yang terbuka maka sebenarnya
Lebih terperinciLampiran 1. JADUAL KEGIATAN HARIAN Nama : No. Kode: Ruang Rawat : No. Waktu Kegiatan Tanggal Pelaksanaan Ket
Lampiran 1 JADUAL KEGIATAN HARIAN Nama : No. Kode: Ruang Rawat : No. Waktu Kegiatan Tanggal Pelaksanaan Ket 1. 05.00-06.00 2. 06.00-07.00 3. 07.00-08.00 4. 08.00-09.00 5. 09.00-10.00 6. 10.00-11.00 7.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN) NAMA KELOMPOK 6 A4E : 1. Made Udayati (10.321.0864) 2. Kadek Ayu Kesuma W. (10.321.0858) 3. Kadek Ninik Purniawati (10.321.0859) 4. Luh Gede Wedawati (10.321.0867)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perilaku kekerasan merupakan salah satu yang diekspresikan dengan melakukan ancaman, menciderai orang lain ataupun merusak lingkungan (Keliat dkk, 2011). Kemarahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara Umun Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung
Lebih terperinciPENJELASAN TENTANG PENELITIAN:
Lampiran 2 PENJELASAN TENTANG PENELITIAN: Saya yang bertanggung jawab di bawah ini: Nama : Elia Sertius Status : Mahasiswa Program Ilmu Keperawatan (S1) Fakultas IlmuKesehatan Universitas Esa Unggul. NIM
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) 1.1 Defenisi Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS. dr. Aminogondhohutomo, data diperoleh dari hasil wawancara dengan klien
BAB III TINJAUAN KASUS I. PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 Januari 2008 di ruang XII RSJD dr. Aminogondhohutomo, data diperoleh dari hasil wawancara dengan klien dan data dari catatan medik
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS. 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal di Ruang ketergantungan
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 18-12-2008 di Ruang ketergantungan obat Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondho Hutomo Semarang, dengan diagnosa medis skizofrenia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan Jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan dan mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sistem pasien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan professional yang didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014 merupakan suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar. menjawabpertanyaan what misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawabpertanyaan what misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku, dan sosialisasi dengan orang sekitar (World Health Organization,
BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan sekumpulan gangguan pada fungsi pikir, emosi, perilaku, dan sosialisasi dengan orang sekitar (World Health Organization, 2001). Gangguan jiwa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di era globalisasi dan persaingan bebas ini cenderung semakin meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh dengan tekanan seperti kehilangan
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri ( Stuart, 2006 ). Gangguan
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA PASIEN HALUSINASI DI RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG 4 ABSTRAK Gangguan jiwa tidak dianggap
Lebih terperinciSTUDI KASUS ASUHANKEPERAWATAN PADA Nn. M DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RSJD SURAKARTA
STUDI KASUS ASUHANKEPERAWATAN PADA Nn. M DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RSJD SURAKARTA DISUSUN OLEH : DEVI ANGGRAINI NIM. P.10013 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun 2012(RUU KESWA,2012) adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental, dan spiritual
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan hubungan sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel dan menimbulkan perilaku maladaptif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Multi krisis yang menimpa masyarakat dewasa ini merupakan salah satu pemicu yang menimbulkan stres, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia.
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI
LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI A. Konsep Dasar Teori 1. Pengertian Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi hidup manusia menurut WHO, sehat diartikan sebagai suatu keadaan sempurna baik fisik, mental, dan sosial serta bukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolation (isolasi) merupakan mekanisme pertahanan dimana emosi diasingkan dari muatan impuls kesakitan atau memori (Cervone, 2011). Pikiran isolasi sosial ( social
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI ILMIAH
NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. W DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG PRINGGODANI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Disusun Oleh : DHERI PUTHUT SANTOSA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1996, kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang
Lebih terperinciSTRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN Masalah : Isolasi sosial Pertemuan : I (satu)
CONTOH KASUS Setiap lansia pada akhirnya akan mengalami penurunan fungsi organ, Hal ini timbul karena penyebab organik ataupun emosional (fungsional) dan yang menunjukkan gangguan kemampuan berpikir, bereakasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya manusia memerlukan hubungan interpersonal yang positif baik dengan individu lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini berarti seseorang
Lebih terperinci