TINJAUAN PUSTAKA. Sejarah Tanaman Kelapa Sawit

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA. Sejarah Tanaman Kelapa Sawit"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun Pada waktu itu ada 4 bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam ditanam di kebun Raya Bogor. Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet yang berasal dari Belgia. Perkembangan budidaya kelapa sawit dilanjutkan oleh K.Schadt yang mempelopori usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera Utara (Deli) dan Aceh dengan luas areal ha (Lubis, 1992). Pada masa pendudukan Jepang, perkebunan kelapa sawit menjadi terlantar sehingga ekspor CPO sempat terhenti. Banyak kebun kelapa sawit yang diganti tanamannya menjadi tanaman pangan, sehingga banyak pabrik kelapa sawit yang menjadi tutup. Setelah merdeka, perkebunan kelapa sawit mulai bangkit dan berkembang lagi. Pada tahun 1957, luas kebun kelapa sawit berkembang menjadi ha dengan produksi CPO ton (Lubis, 1992). Pada masa pemerintahan Orde Baru, pembangunan perkebunan ditujukan untuk menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sektor penghasil devisa Negara. Lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat dengan dukungan Pemerintah yang melaksanakan program Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR BUN) (Lubis, 1992). Selain itu, Perusahaan Besar Negara atau PTPN juga memperluas lahan kelapa sawit. Wilayah kerja PTPN tersebar mulai dari NAD sampai dengan Sulawesi. Mulai tahun 2007, perkebunan kelapa sawit mulai tumbuh di Papua. Perusahaan Swasta yang bergerak di bidang kelapa sawit antara lain adalah Socfindo, Lonsum, dan Tania Jaya. Dengan berkembangnya industri hasil olahan minyak kelapa sawit, banyak Perusahaan Swasta baru yang bergerak di sektor perkebunan kelapa sawit, terutaman perusahaan besar

2 5 seperti Perusahaan Bayer, PT Sinar Mas Group, PT Sampoerna Agro Tbk, PT Wilmar dan PT Astra Agro Lestari Tbk (Administrator, 2000a). Berdasarkan data statistik Ditjenbun (Administrator, 2008b), luas areal kebun kelapa sawit nasional pada tahun 2003 adalah ha dan meningkat menjadi ha pada tahun 2007 yang meliputi 22 provinsi. Secara rinci, luas areal kelapa sawit nasional dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: (1) Perkebunan Rakyat yang mencapai ha pada tahun 2003 dan meningkat menjadi ha pada tahun (2) Perusahaan Besar Negara yang luasnya ha pada tahun 2003 dan meningkat menjadi ha pada tahun (3) Perusahaan Besar Swasta dimana luasnya paling besar yaitu ha pada tahun 2003 dan pada tahun 2007 meningkat menjadi ha. Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit termasuk dalam Divisio : Magnoliophyta, Kelas : Monocotyledoneae, Ordo : Arecales, Famili : Arecaceae, Sub famili : Palminae, Genus : Elaeis dan Species : Elaeis guineensis Jacq. Untuk membedakan varietas kelapa sawit, terdapat dua kriteria yang digunakan yaitu berdasar tebal tipisnya cangkang (endocarp) dan warna buah. Berdasar tebal tipis cangkang, kelapa sawit digolongkan menjadi 3 varietas, yaitu: Dura, Pisifera dan Tenera. Sedangkan berdasar warna buah, kelapa sawit dibagi menjadi 3 varietas, yaitu: Nigrescens, Virescens dan Albescens (Lubis, 1992). Kelapa sawit memiliki sifat-sifat bagian vegetatif dan bagian generatif yang khas. Bagian vegetatif kelapa sawit yang penting antara lain akar, batang dan daun. Akar kelapa sawit terdiri dari 4 macam, yaitu: akar primer, sekunder, tersier dan kuarter. Batang kelapa sawit tumbuh lurus ke atas dengan diameter sekitar cm. Tinggi batang dapat mencapai 30 m. Daun kelapa sawit bersirip genap dan bertulang sejajar. Tiap pelepah daun terdapat anak daun yang jumlahnya dapat mencapai 160 pasang. Duduk daun (filotaksis) pada batang tersusun melingkar membentuk spiral (Corley & Gray, 1976; Lubis, 1992).

3 6 Bunga kelapa sawit termasuk tipe berumah satu (Monoeceous) dengan tandan bunga terletak di ketiak daun. Primordia bunga terbentuk kurang-lebih 34 bulan sebelum bunga matang yang siap melakukan penyerbukan. Diferensiasi bunga jantan dan betina terjadi pada bulan sebelum antesis. Bunga jantan maupun betina biasanya terbuka selama dua hari dan pada musim hujan dapat mencapai 4 hari. Tepung sari dapat menyerbuk selama 2-3 hari, namun semakin lama daya hidupnya semakin menurun. Morfologi bunga kelapa sawit jantan dan betina ditunjukkan pada Gambar 1. a b c d Gambar 1. Bunga tanaman kelapa sawit, a). Infloresensia bunga betina saat antesis, b). Infloresensia bunga betina yang telah dewasa dengan putik yang terlihat jelas, c). Infloressensia bunga jantan saat antesis, d). Infloresensia bunga jantan yang telah dewasa (Adam et al., 2005). Tanaman kelapa sawit di lapangan mulai berbunga pada umur bulan yang berasal dari bibit umur 11 bulan, namun buah yang dihasilkan belum ekonomis untuk dipanen. Mulai umur 2,5 tahun, tanaman kelapa sawit berproduksi secara stabil dan konsisten bila tidak terjadi gangguan lingkungan seperti perubahan iklim dan serangan hama. Oleh karena itu, pemanenan buah kelapa sawit dilakukan mulai umur 2,5 tahun (Lubis, 1992).

4 7 Proses pembentukan buah dimulai dari proses polinasi dan fertilisasi tepung sari ke putik sampai perkembangan buah menjadi masak. Waktu yang diperlukan selama proses pembentukan tidak sama tergantung iklim setempat. Buah yang masih muda berwarna ungu, kemudian secara berangsur berubah menjadi merah-kekuningan seiring dengan tingkat kematangan. Proses pembentukan minyak berlangsung selama 24 hari sampai buah mencapai tingkat masak. Masaknya buah dalam satu tandan berangsur-angsur mulai dari bagian atas menuju ke arah bawah atau bagian pangkal (Corley & Gray, 1976; Lubis, 1992). Buah yang masak akan terbentuk 5-6 bulan setelah antesis tergantung iklim setempat. Tiap buah panjangnya 2-5 cm dan beratnya mencapai 30 g atau lebih. Buah kelapa sawit termasuk tipe buah batu yang tersusun atas: kulit buah (exocarp), daging buah (pulp, endocarp), cangkang (tempurung) dan inti/biji (kernel, endosperm). Exocarp dan mesocarp disebut sebagai pericarp yang merupakan bagian yang mengandung minyak terbesar (24%) sedangkan kandungan minyak dalam kernel hanya 4% (Corley & Gray, 1976; Lubis, 1992). Kultur Jaringan Tanaman Kelapa Sawit Penelitian mengenai kultur jaringan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) telah dimulai lebih dari tiga dasawarsa yang lalu oleh ORSTOM-IRHO/CIRAD di Perancis (Rabechault et al., 1972) dan Unilever di Inggris (Smith & Thomas, 1973) melalui embriogenesis somatik, untuk menghasilkan bibit kelapa sawit secara massal. Sistem kultur yang dilakukan pada awalnya adalah kultur dalam medium padat. Dalam perkembangannya, telah dilakukan kultur dalam medium cair (Sumaryono et al., 1994; Ginting & Fatmawati, 1997) dan medium cair sistem perendaman sesaat (TIS, temporary immersion system) (Tahardi, 1998b; Etienne & Berthouly, 2002). Sistem kultur cair dikembangkan terutama dengan tujuan otomatisasi dan scaleup produksi planlet serta meningkatkan pertumbuhan dan keseragaman kultur (Touchet et al., 1991; Sumaryono et al., 1994; Ginting & Fatmawati, 1997; Tahardi, 1998a, 1999). Sedangkan sistem perendaman sesaat (PS) ditujukan terutama untuk menghindari terjadinya abnormalitas. Sistem ini telah diaplikasikan untuk perbanyakan in vitro secara massal pada berbagai jenis tanaman (Etienne & Berthouly, 2002). Hasil

5 8 penelitian pada kelapa sawit (Tahardi, 1998b) menunjukkan bahwa frekuensi produksi embrio somatik dari kalus nodular sangat tinggi, di samping itu sinkronisasi perkembangan embrio juga lebih baik sehingga diperoleh embrio somatik yang lebih seragam. Beberapa peneliti melaporkan bahwa produktivitas tanaman kelapa sawit klonal hasil kultur jaringan terbukti lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman asal benih. Berdasarkan satuan tanaman, produktifitas tersebut meningkat 23 sampai 39% (Subronto et al., 1995; Soh et al., 2006). Namun terjadinya abnormalitas organ reproduktif dari populasi bibit asal kultur jaringan menyebabkan penurunan produksi. Tingkat abnormalitas bibit asal kultur jaringan dilaporkan rata-rata 5-10% (Jaligot et al., 2000), 10-40% (Subronto et al., 1995) bahkan sampai 100% (Soh et al., 2006). Hal ini tentu sangat merugikan karena akan menurunkan produktivitas kebun. Akibatnya, komersialisasi bibit kelapa sawit asal kultur jaringan menjadi terhambat Abnormalitas Organ Reproduktif Tanaman Kelapa Sawit Permasalahan yang timbul pada tanaman kelapa sawit asal kultur jaringan adalah terjadinya abnormalitas organ reproduktif. Beberapa laporan menunjukkan adanya beberapa jenis abnormalitas yang terjadi, yaitu bunga steril (jantan semua), gugur buah dan buah bersayap atau bermantel (mantled). Dibandingkan dengan tanaman kelapa sawit normal, secara fenotipik tanaman abnormal ini memperlihatkan perbedaan yang sangat mencolok. Kadang-kadang dalam satu pohon tandan bunga yang terbentuk sebagian besar berupa bunga jantan atau jantan semua. Fenotipe abnormal yang paling banyak dijumpai adalah buah mantled. Abnormalitas jenis ini ditandai dengan terbentuknya buah yang tampak seperti terbelah-belah atau berlapis-lapis sehingga terlihat seperti bermantel atau bersayap yang berasal dari organ bunga betina. Hetharie (2008) menggolongkan tingkat abnormalitas buah bermantel kelapa sawit menjadi 3 kelompok yaitu: (1) Abnormalitas ringan (AbR), dicirikan dengan terbentuknya karpel tambahan dimana batasan antara karpel tambahan tersebut hanya terlihat pada bagian ujung buah, mesokarp berdaging, dan mempunyai biji. (2) Abnormalitas berat (AbB), dicirikan dengan adanya karpel tambahan dari bagian ujung ke bagian tengah

6 9 buah yang terpisah dengan karpel utama, batasan antara karpel tambahan sangat jelas dari ujung ke bagian tengah buah dan selanjutnya manyatu dengan karpel utama, mesokarp berdaging dan mempunyuai biji. (3) Abnormalitas sangat berat (AbSB), dicirikan dengan terbentuknya karpel tambahan yang terpisah dari karpel utama mulai dari ujung sampai sepertiga dari pangkal buah demikian juga antar karpel tambahan serta tidak mempunyai biji. Larkin & Scowcroft (1981) mengemukakan bahwa, abnormalitas pada tanaman kelapa sawit hasil kultur jaringan merupakan salah satu bentuk variasi somaklonal, yaitu keragaman genetik pada tanaman yang diregenerasi dari kultur jaringan. Kadangkala tanaman abnormal dapat pulih menjadi tanaman normal seiring dengan waktu, karena itu kelainan ini bersifat epigenetik, akibat terjadinya perubahan pada ekspresi gen (Tregear et al., 2002). Abnormalitas tersebut mungkin disebabkan oleh zat pengatur tumbuh (Jones, 1991; Paranjothy et al., 1993; Eeuwens et al., 2002a), kondisi kalus (Duran-Gasselin et al., 1993), lama subkultur dan umur kalus (Paranjothy et al., 1993; Eeuwens et al., 2002b), serta tekanan seleksi, jenis eksplan, level ploidi dan kecepatan proliferasi kalus (Karp, 1995). Hasil penelitian Eeuwens et al. (2002a) menunjukkan bahwa terbentuknya buah mantel diakibatkan penggunaan hormon tumbuh auksin (2,4- D dan NAA) dan sitokinin (kinetin dan BAP) dalam medium kultur. Semakin tinggi perbandingan antara sitokinin dengan auksin maka semakin tinggi tingkat abnormalitas. Penelitian abnormalitas kelapa sawit di tingkat molekuler telah dimulai lebih dari satu dasawarsa. Jaligot et al. (2000) dan Matthes et al. (2001) melaporkan bahwa terbentuknya variasi somaklonal pada tanaman kelapa sawit disebabkan karena terjadinya perubahan pola metilasi DNA. Hasil penelitian lain menyebutkan bahwa terbentuknya buah mantel ini akibat proses feminisasi androecium bunga jantan maupun betina menjadi struktur menyerupai karpel (karpeloid) dan petal kedua bunga tersebut berkembang menjadi struktur menyerupai sepal (sepaloid) (Corley et al., 1986). Pada bunga jantan abnormal, stamen berkembang sebagai struktur karpeloid sedangkan bunga betina abnormal dan staminodes (vestigial stamen) berkembang sebagai struktur pseudocarpel. Dengan demikian, abnormalitas kelapa sawit hasil kultur jaringan mirip dengan mutan tipe B pada tanaman A. thaliana maupun A. majus (Tregear et al., 2002).

7 10 Gen-gen Pembungaan Tanaman LFY dan AG sebagai Gen Penting untuk Pembungaan Tanaman. Secara fisiologi molekuler tanaman, diketahui 4 perbedaan tipe meristem yang menginisiasi perkembangan organ bunga. Dalam proses perkembangannya, organ bunga tersebut membentuk susunan lingkaran (ring) dari luar ke dalam dengan urutan sebagai berikut : sepal, petal, stamen dan karpel (Coen and Carpenter, 1993). Hasil penelitian pada tanaman Arabidopsis thaliana menunjukkan bahwa perkembangan identitas organ bunga dipengaruhi oleh ekspresi beberapa gen pembungaan yaitu APETALA1 (AP1), APETALA2 (AP2), APETALA3 (AP3), PISTILATA (PI) dan AGAMOUS (AG) (Taiz dan Zeiger, 2002). Berdasar aktifitas gen-gen tersebut, dikelompokkan menjadi 3 tipe atau kelompok gen yang berpengaruh dalam perkembangan identitas organ bunga, yang kemudian dikenal sebagai model ABC seperti terlihat pada Gambar 2 (Taiz dan Zeiger, 2002). Aktifitas tipe A disandikan oleh gen AP1 dan AP2 yang mengontrol perkembangan identitas organ pada lingkaran pertama dan kedua yaitu pembentukan sepal dan petal. Tipe B disandikan oleh gen AP3 dan PI yang mengontrol perkembangan identitas organ pada lingkaran kedua dan ketiga yaitu pembentukan petala dan stamen. Sedangkan tipe C disandikan oleh gen AG yang mengontrol perkembangan identitas organ pada lingkaran ketiga dan keempat yaitu pembentukan stamen dan karpel (Pineiro & Coupland, 1998; Taiz & Zeiger, 2002). Dari hasil penelitian tentang hubungan antara masing-masing gen ABC tersebut, diperoleh tiga bentuk fenotipik bunga: (1) Apabila gen pembungaan yang bekerja hanya gen A dan B saja, maka bunga yang terbentuk hanya memiliki sepal dan petal sehingga bunga tersebut tidak mempunyai kelamin baik jantan maupun betina. (2) Apabila gen yang bekerja hanya gen A dan C, maka bunga yang terbentuk hanya memiliki sepal dan karpel saja sehingga kehilangan petal dan stamen. (3) Sedangkan bila hanya gen B dan C saja yang bekerja, maka bunga yang terbentuk hanya memiliki stamen dan karpel saja tidak memiliki sepal dan petal (Coen & Meyerowitz, 1991; Taiz & Zeiger, 2002). Dengan semakin pesatnya kemajuan penelitian gen pembungaan pada tanaman, maka model gen ABC berkembang menjadi model gen ABCDE (Pelaz et al., 2000; Pinyopich et al., 2003). Model tersebut melengkapi fungsi dari model gen ABC dengan

8 11 penambahan gen D yang berfungsi untuk menentukan perkembangan bakal buah (ovule) dan gen E yang berfungsi untuk mendorong perkembangan seluruh organ bunga pada tanaman. Gambar 2. Model gen ABC untuk proses pembentukan organ bunga (Taiz & Zeiger, 2002). Lebih jauh Ordge et al. (2005) melaporkan bahwa pada Arabidopsis thaliana, gen LEAFY (LFY) berperan sebagai pusat untuk mengintegrasikan sinyal dan meregulasi sebagian pembungaan melalui interaksi antara TERMINAL FLOWER1 (TFL1) dan AGAMOUS (AG). Homologi antara LFY, TFL1 dan AG mempunyai tingkat konservasi yang tinggi pada tingkat sekuen dan menunjukkan fungsi homologi saat terekspresi secara ektopik pada tanaman Arabidopsis transgenik. Ekspresi gen LFY dapat ditriger atau dipacu oleh gen AGAMOUS-LIKE20 (AGL20) kemudian LFY mendorong ekspresi gen AP1. Pada Arabidopsis, gen LFY dan AP1 mempunyai hubungan timbal balik yang saling berpengaruh, sehingga ekspresi gen AP1 juga menstimulasi ekspresi gen LFY atau sebaliknya (Simon et al., 1996). Di samping itu, aktifitas gen LFY dan LMI1 secara bersama-sama mempengaruhi ekspresi gen CAL (CAULIFLOWER) yang

9 12 berperan penentu identitas dan formasi meristem bunga (Kempin et al., 1995; Saddic et al., 2006). Gen AG adalah keluarga gen MADS-Box yang diperlukan dalam pembentukan identitas organ bunga. Gen ini berperan dalam pembentukan dan perkembangan stamen (kepala dan benang sari) dan karpela (pistil/putik). Tingkat ekspresi gen AG dapat ditekan oleh gen lain seperti BELLRINGER (BELL) sehingga pengaruh gen AG dalam pembentukan meristem bunga dan infloresensia menjadi terhambat (Bao et al., 2004). Mizukami & Ma (1997), melaporkan adanya fungsi ektopik gen AG yang mempengaruhi proses transisi SAM (shoot apical meristem) dari pertumbuhan vegetatif ke generatif. Dalam proses pembentukan organ bunga, terdapat beberapa gen yang saling berinteraksi sehingga berpengaruh pada tingkat ekspresi. Lintasan atau pathway gengen pembungaan dan interaksinya dengan gen-gen lain terlihat pada Gambar 3 (Lemmetynen, 2003). Berdasar lintasan tersebut, gen LFY secara langsung dipengaruhi GA1 dan GA24. Selanjutnya ekspresi gen LFY menginduksi ekspresi gen AP3 dan PI yang akan menginduksi pembentukan organ petal dan stamen. Disamping itu, gen LFY juga menstimulasi ekspresi gen AG yang akan menginduksi organ stamen dan karpel (organ reproduktif tanaman).

10 13 Gambar 3. Lintasan gen-gen yang berpengaruh dalam proses pembentukan organ bunga (Lemmetynen, 2003). Penelitian gen-gen pembungaan pada tanaman kelapa sawit belum banyak dilaporkan seperti pada tanaman Arabidopsis thaliana. Hasil penelitian gen pembungaan kelapa sawit yang telah dilaporkan adalah gen APETALA1 (AP1) (Afdal, 2007). Hasil penelitian tersebut melaporkan bahwa abnormalitas buah mantel terkait dengan akumulasi transkrip gen AP1. Pada tanaman abnormal mengakumulasi transkrip AP1 lebih tinggi dari pada normal, namun tidak ada perbedaan sekuen nukleotida antara gen AP1 tanaman kelapa sawit abnormal dan normal.

11 14 Bioinformatika Bioinformatika adalah penelitian, pengembangan dan aplikasi teknik komputasional beserta pendekatannya yang bertujuan untuk memperkaya penggunaan data-data cabang ilmu biologi, kesehatan, dan kedokteran. Ruang lingkup dari penggunaan data ini antara lain pencarian, penyimpanan, pengorganisasian, pengarsipan, analisis dan penyajian data (Nih, 2000). Beberapa software dan data untuk pengolahan data bioinformatika telah tersedia di berbagai situs internet baik secara online seperti: dan Primer3 maupun offline seperti: program BioEdit, NJPlot, DNA Star dan Treecon. Penyejajaran sekuen (Sequence Alignment). Penyejajaran sekuen ditujukan untuk menentukan apakah dua buah atau lebih sekuen mempunyai kemiripan dengan mempertimbangkan pengaruh secara homologi. Kemiripan adalah pengukuran kesamaan gen secara kuantitaif dengan menggunakan metode-metode yang sesuai. Sedangkan homologi adalah kesimpulan bahwa dua atau lebih sekuen mempunyai hubungan evolusi (Baxevanis, 2001). BLAST (Basic Local Alignment Search Tool) merupakan salah satu data base dan program yang sering digunakan untuk penyejajaran sekuen. Program ini dirancang untuk mengeksplorasi semua database sekuen yang diminta baik berupa nukleotida maupun protein. Program BLAST juga dapat digunakan untuk mendeteksi hubungan antara sekuen yang hanya berbagi daerah tertentu yang memiliki kesamaan (Biotrain, 2003). BLAST menggunakan analisis statistik untuk menghasilkan skor (bits) dan E- value. Skor menunjukkan tingkat keakuratan nilai penjajaran (alignment) sekuen nukleotida atau protein yang tidak diketahui dengan sekuen nukleotida atau protein yang terdapat dalam database. Semakin tinggi skor maka semakin tinggi tingkat homologi kedua sekuen tersebut dan begitu pula sebaliknya. Skor dibawah 50 menunjukkan bahwa hasil penjajaran kedua sekuen tersebut tidak dapat dipercaya. E-value menunjukkan nilai statistik yang signifikan dari penjajaran sekuen nukleotida atau protein yang tidak diketahui dengan sekuen nukleotida atau protein yang terdapat dalam database. Semakin rendah E-value maka semakin tinggi tingkat homologi kedua sekuen dan sebaliknya. Untuk memastikan adanya homologi, E-value harus lebih rendah dari

12 15 e-04 (Claverie & Notredame, 2003). Variasi Program BLAST yang sering digunakan antara lain : BLASTn : membandingkan sekuen nukleotida dengan sekuen nukleotida lainnya dalam database. BLASTx : membandingkan sekuen nukleotida yang ditranslasi menjadi protein dengan protein dalam database. BLASTp : membandingkan sekuen protein dengan protein dalam database. Selain penyejajaran sekuen, masih banyak tersedia fasilitas lain yang terdapat pada beberapa program tersebut untuk analisis bioinformatika lainnya. Beberapa program tersebut yang sering digunakan antara lain : Vector Screen : membersihkan kontaminan nukleotida dari vektor hasil sekuensing. BLAST2seq : membandingkan atau menyejajarakan nukelotida antara dua sekuen. Restriction map : identifikasi peta restriksi beserta daftar enzim restriksi yang dapat digunakan pada suatu sekuen. ClustalW : menyejajarkan susunan nukleotida pada beberapa sekuen serta tingkat similaritas atau tingkat kemiripan. Phylogenetic tree: analisis tingkat kekerabatan spesies yang ditunjukkan dengan diagram pohon. Reverse complement : membalik susunan nukleotida pada suatu sekuen. Find ORF : mencari titik ORF (open reading frame) pada suatu sekuen. (Claverie & Notredame, 2003).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) bukanlah tanaman asli Indonesia tetapi berasal dari Afrika. Kelapa sawit diintroduksi ke Asia Tenggara pada

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN UMUM

BAB VII PEMBAHASAN UMUM 131 BAB VII PEMBAHASAN UMUM Perbanyakan kelapa sawit melalui kultur jaringan merupakan tindakan bijak untuk menanggulangi kekurangan bibit sawit di Indonesia. Namun tanamantanaman hasil kultur jaringan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di

PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di Indonesia, dan memegang peranan penting diantaranya iklim, tenaga kerja, dan kesediaan lahan yang masih cukup

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit (E. guineensis Jacq.) berasal dari tiga kata yaitu Elaeis berasal dari Elation berarti minyak dalam bahasa Yunani, Guneensis berasal dari bahasa

Lebih terperinci

TI JAUA PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TI JAUA PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 4 TI JAUA PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman yang dikenal sebagai sumber utama penghasil minyak nabati sesudah kelapa. Minyak sawit kaya akan pro-vitamin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang 20 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) sebagai penghasil minyak nabati mempunyai kekhasan tersendiri dari tanaman kelapa umumnya. Minyak dapat dihasilkan dari dua bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa Sawit merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati terpenting di Indonesia. Ditinjau dari segi ekonomi, kelapa sawit memegang peranan penting untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.) Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil perennial dengan periode regenerasi yang panjang sekitar 20 tahun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit disebut dengan nama latin Elaeis guineensis Jacq. Elaeis berasal dari Elaion yang dalam bahasa Yunani berarti minyak. Guineensis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomi diklasifikasikan ke dalam ordo Palmales, Famili Palmae, Subfamili Cocoidae,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kelapa Sawit Pohon kelapa sawit terdiri dari pada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersial dalam pengeluaran minyak kelapa sawit.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit diperkirakan berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan. Tanaman ini lebih berkembang di Asia Tenggara. Bibit kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

VII. UJI EKSPRESI GEN TcAP1 (APETALA1 KAKAO) PADA TANAMAN MODEL. Abstrak

VII. UJI EKSPRESI GEN TcAP1 (APETALA1 KAKAO) PADA TANAMAN MODEL. Abstrak VII. UJI EKSPRESI GEN TcAP1 (APETALA1 KAKAO) PADA TANAMAN MODEL Abstrak Pada berbagai spesies termasuk kakao, gen AP1 (APETALA1) diketahui sebagai gen penanda pembungaan yang mengendalikan terbentuknya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya di Brazil. Spesies E. oleifera dan E. odora berasal dari kawasan Amerika

Lebih terperinci

III.Fisiologi Benih Sawit

III.Fisiologi Benih Sawit III.Fisiologi Benih Sawit Kelapa sawit dibedakan ke dalam tiga tipe berdasarkan ketebalan cangkang (shell), karakter ini dikendalikan oleh gen mayor tunggal yang bertindak kodominan, karekteristik tersebut

Lebih terperinci

Tujuan TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

Tujuan TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 2 Pembibitan merupakan kegiatan teknis budidaya yang dapat dilakukan untuk memperoleh bibit kelapa sawit yang berkualitas. Kegiatan pemeliharaan merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan pembibitan.

Lebih terperinci

VIII. PEMBAHASAN UMUM. Produktivitas tanaman kakao di Indonesia masih tergolong rendah.

VIII. PEMBAHASAN UMUM. Produktivitas tanaman kakao di Indonesia masih tergolong rendah. VIII. PEMBAHASAN UMUM Produktivitas tanaman kakao di Indonesia masih tergolong rendah. Masalah utama yang dapat menurunkan produksi kakao secara berarti adalah adanya serangan penggerek buah kakao (PBK),

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu dari beberapa tanaman palma penghasil minyak yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan termasuk industri padat karya. Pengusahaan tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit merupakan tanaman utama perkebunan di Indonesia disamping karet, the, coklat dan lain-lain. Kelapa sawit mempunyai masa depan yang cukup cerah saat ini.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Fenotipe organ reproduktif kelapa sawit normal dan abnormal.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Fenotipe organ reproduktif kelapa sawit normal dan abnormal. HASIL DAN PEMBAHASAN Fenotipe organ reproduktif kelapa sawit normal dan abnormal. Dalam perkembangannya, organ reproduktif mengalami perubahan yang mengakibatkan terjadinya perbedaan fenotipe antara kelapa

Lebih terperinci

II. TINJUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat,

II. TINJUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat, II. TINJUAN PUSTAKA 2.1.Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat, tetapi dapat dikembangkan diluar daerah asalnya termasuk Indonesia. Pada tahun 1848

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya produktivitas tebu dan rendahnya tingkat rendemen gula. Rata-rata produktivitas tebu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jack.) Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Nigeria di Afrika Barat, kemudian menyebar ke Amerika Selatan dan sampai kesemenanjung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Agribisnis kelapa sawit membutuhkan organisasi dan manajemen yang baik mulai dari proses perencanaan bisnis hingga penjualan crude palm oil (CPO) ke

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

Keragaman Somaklonal. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP

Keragaman Somaklonal. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP Keragaman Somaklonal Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP Mekanisme Terjadinya Keragaman Somaklonal Keragaman somaklonal adalah keragaman genetik tanaman yang terjadi sebagai hasil kultur

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nenas merupakan buah tropika ketiga setelah pisang dan mangga yang diperdagangkan secara global (Petty et al. 2002) dalam bentuk nenas segar dan produk olahan. Hampir

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

Inovasi Kultur Jaringan Kelapa Sawit

Inovasi Kultur Jaringan Kelapa Sawit Inovasi Kultur Jaringan Kelapa Sawit Perluasan lahan kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) di Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya, bahkan perusahaan perkebunan negara yaitu PT. Perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA In House Training Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit Indonesia Medan, 30-31 Mei 2011

INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA In House Training Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit Indonesia Medan, 30-31 Mei 2011 INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA In House Training Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit Indonesia Medan, 30-31 Mei 2011 Ignatius Ery Kurniawan PT. MITRA MEDIA NUSANTARA 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN

Lebih terperinci

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang AgroinovasI Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale. L.) merupakan salah satu tanaman

Lebih terperinci

LABORATORIUM BIAK SEL DAN MIKROPROPAGASI TANAMAN PUSAT PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN BIOINDUSTRI INDONESIA

LABORATORIUM BIAK SEL DAN MIKROPROPAGASI TANAMAN PUSAT PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN BIOINDUSTRI INDONESIA LABORATORIUM BIAK SEL DAN MIKROPROPAGASI TANAMAN PUSAT PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN BIOINDUSTRI INDONESIA Lokasi Terletak di dalam Kebun Percobaan Ciomas, Jalan Jabaru II No. 21, Ciomas, Bogor 16119, sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian yang cukup penting. Komoditas kacang tanah diusahakan 70% di lahan kering dan hanya 30% di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

BAB II. PEMBENTUKAN DAN PERKEMBANGAN BENIH SECARA GENERATIF

BAB II. PEMBENTUKAN DAN PERKEMBANGAN BENIH SECARA GENERATIF BAB II. PEMBENTUKAN DAN PERKEMBANGAN BENIH SECARA GENERATIF PEMBUNGAAN: Struktur Bunga: Bunga merupakan modifikasi dari tunas vegetatif/batang dengan bagian daun khusus yang berubah fungsi menjadi alat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pola Pita DNA Monomorfis Beberapa Tanaman dari Klon yang Sama

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pola Pita DNA Monomorfis Beberapa Tanaman dari Klon yang Sama 121 HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Pita DNA Monomorfis Beberapa Tanaman dari Klon yang Sama Tiga tanaman yang digunakan dari klon MK 152 menunjukkan morfologi organ bunga abnormal dengan adanya struktur seperti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Angiospermae, Sub-kelas : Monocotyledonea, Ordo : Arecales, Famili : Arecaeae,

TINJAUAN PUSTAKA. Angiospermae, Sub-kelas : Monocotyledonea, Ordo : Arecales, Famili : Arecaeae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman kelapa sawit menurut Mangoensukarjo dan Semangun (2003) adalah : Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Kelas : Angiospermae, Sub-kelas : Monocotyledonea,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pisang merupakan salah satu jenis tanaman asal Asia Tenggara yang kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tanaman pisang memiliki ciri spesifik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Pohon kelapa sawit terdiri dari pada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersial dalam pengeluaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983) diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Subkingdom : Spermatophyta Superdivisio : Angiospermae Divisio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang Pisang termasuk ke dalam famili Musaceae. Famili Musaceae terdiri dari dua genera, yaitu genus Musa dan Ensete. Genus Musa terbagi atas empat kelompok, yaitu Australimusa,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang mempunyai bentuk dan penampilan yang indah (Iswanto, 2002). Tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini di. Divisi : Spermatophyta. Subdivisi : Angiospermae

TINJAUAN PUSTAKA. dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini di. Divisi : Spermatophyta. Subdivisi : Angiospermae II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Dan Morfologi Kelapa Sawit 1. Klasifikasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Perbanyakan tanaman secara generatif biasanya dilakukan melalui biji dan mengalami penyerbukan

Lebih terperinci

PEMBAHASA. Proses Pengadaan Bahan Tanaman

PEMBAHASA. Proses Pengadaan Bahan Tanaman 51 PEMBAHASA Proses Pengadaan Bahan Tanaman Pengadaan Bahan Tanaman Secara Konvensional. Teknik pengadaan bahan tanaman secara konvensional di PPKS melalui penyerbukan bantuan (assisted pollination) oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) merupakan jenis. pesona, bahkan menjadi penyumbang devisa bagi negara.

I. PENDAHULUAN. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) merupakan jenis. pesona, bahkan menjadi penyumbang devisa bagi negara. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) merupakan jenis anggrek asli Indonesia yang penyebarannya meliputi daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.

Lebih terperinci

STUDI EKSPRESI GEN PENYANDI AGAMOUS DAN LEAFY TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) NORMAL DAN ABNORMAL HASIL KULTUR JARINGAN IMRON RIYADI

STUDI EKSPRESI GEN PENYANDI AGAMOUS DAN LEAFY TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) NORMAL DAN ABNORMAL HASIL KULTUR JARINGAN IMRON RIYADI STUDI EKSPRESI GEN PENYANDI AGAMOUS DAN LEAFY TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) NORMAL DAN ABNORMAL HASIL KULTUR JARINGAN IMRON RIYADI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas atau Pineapple bukan tanaman asli Indonesia Penyebaran nanas di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pengisi di lahan pekarangan, lambat laun meluas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pasar bebas dipandang sebagai peluang sekaligus ancaman bagi sektor pertanian Indonesia, ditambah dengan lahirnya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 yang diwanti-wanti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan nasional sebagai sumber protein dan minyak nabati, dalam setiap 100 g kacang tanah mentah mengandung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) Kopi tergolong pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae. Tumbuhan ini tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah didomestikasi sebelum masa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam industri otomotif dan merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memberikan sumbangan besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

I. PENGENALAN NATIONAL CENTRE FOR BIOTECHNOLOGY INFORMATION (NCBI)

I. PENGENALAN NATIONAL CENTRE FOR BIOTECHNOLOGY INFORMATION (NCBI) I. PENGENALAN NATIONAL CENTRE FOR BIOTECHNOLOGY INFORMATION (NCBI) A. PENDAHULUAN NCBI (National Centre for Biotechnology Information) merupakan suatu institusi yang menyediakan sumber informasi terkait

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kata Elaeis berasal dari kata Elaion berarti minyak dalam

Lebih terperinci

BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN

BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN PEMBAGIAN KULTUR JARINGAN Kultur organ (kultur meristem, pucuk, embrio) Kultur kalus Kultur suspensi sel Kultur protoplasma Kultur haploid ( kultur anther,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut : BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut : Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida Kelas : Angiospermae Sub Kelas : Monocotyledoneane

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor agribisnis kelapa sawit (elais guineensis jacq) di Indonesia tercatat memiliki

I. PENDAHULUAN. Sektor agribisnis kelapa sawit (elais guineensis jacq) di Indonesia tercatat memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor agribisnis kelapa sawit (elais guineensis jacq) di Indonesia tercatat memiliki perkembangan yang sangat pesat. Hal ini terlihat dari luas areal kelapa sawit yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani, Penyebaran dan Manfaat Tanaman Jarak Pagar ( Jatropha curcas L.) Kultur Jaringan Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani, Penyebaran dan Manfaat Tanaman Jarak Pagar ( Jatropha curcas L.) Kultur Jaringan Tanaman 18 TINJAUAN PUSTAKA Botani, Penyebaran dan Manfaat Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Klasifikasi botani jarak pagar menurut Hambali et al. (2006) yaitu : Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom Divisi Sub-divisi Class Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pisang Barangan (Musa acuminata L.) Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa berdaun besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya seperti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) merupakan anggrek yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) merupakan anggrek yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) merupakan anggrek yang diyakni merupakan anggrek terbesar yang pernah ada. Anggrek ini tersebar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit diduga berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kelapa sawit memiliki struktur tanaman yang terdiri atas akar, batang, daun,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan tajam. bentuk daunnya menyirip, tersusun rozet pada ujung batang (Hartono,

TINJAUAN PUSTAKA. dan tajam. bentuk daunnya menyirip, tersusun rozet pada ujung batang (Hartono, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit memiliki klasifikasi: Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae (dahulu disebut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Kecambah Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya

II. TINJAUAN PUSTAKA Kecambah Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Kelapa Sawit 2.1.1 Kecambah Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya tumbuh menjadi tanaman. Susunan buah kelapa sawit dari lapisan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor Agribisnis Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia tercatat memiliki

I. PENDAHULUAN. Sektor Agribisnis Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia tercatat memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Sektor Agribisnis Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia tercatat memiliki perkembangan yang sangat pesat. Pada tahun 1980, luas lahan kebun kelapa sawit mencapai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman yang termasuk dalam famili Gramineae dan genus Oryza (Grist, 1959). Padi dapat tumbuh pada berbagai lokasi dan iklim yang berbeda.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Akar tanaman kelapa sawit tidak berbuku, ujungnya runcing, dan berwarna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan diindonesia oleh pemerintah kolonial belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada 4 batang bibit kelapa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk Bahan tanam awal (eksplan) merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan perbanyakan tanaman secara in vitro. Eksplan yang baik untuk digunakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Tebu Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu rumput-rumputan. Saccharum officinarum merupakan spesies paling penting

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Kelapa sawit termasuk tanaman jangka panjang. Tinggi kelapa sawit dapat mencapai 13-18 meter. Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam tanaman berbiji satu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. m yang mempunyai batang di bawah tanah atau rhizom. Bonggol (Corm) mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. m yang mempunyai batang di bawah tanah atau rhizom. Bonggol (Corm) mempunyai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Pisang Barangan Pisang merupakan tanaman monokotil dan herba perennial dengan tinggi 2-9 m yang mempunyai batang di bawah tanah atau rhizom. Bonggol (Corm) mempunyai pucuk

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR FISIOLOGIS KECAMBAH BENIH SUMBER EKSPLAN

PENGARUH UMUR FISIOLOGIS KECAMBAH BENIH SUMBER EKSPLAN 0 PENGARUH UMUR FISIOLOGIS KECAMBAH BENIH SUMBER EKSPLAN (Leaflet) TERHADAP INDUKSI EMBRIO SOMATIK DUA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) SECARA IN VITRO Oleh Diana Apriliana FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Jones dan Luchsinger (1979), tumbuhan anggrek termasuk ke dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari sekian banyak tumbuhan berbunga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Penanaman dilakukan dengan menanam di Kebun Raya Bogor,

Lebih terperinci

Isi Materi Kuliah. Pengertian Kalus. Aplikasi Kultur Kalus. Kultur Kalus 6/30/2011

Isi Materi Kuliah. Pengertian Kalus. Aplikasi Kultur Kalus. Kultur Kalus 6/30/2011 Teknologi Kultur Jaringan Tanaman materi kuliah pertemuan ke 9 Isi Materi Kuliah Kultur Kalus Sri Sumarsih Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian UPN Veteran Yogyakarta Email: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog:

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Kelapa sawit tumbuh tegak lurus dapat mencapai 15-20 m. Tanaman ini berumah satu atau monoeclous dimana bunga jantan dan bunga betina terdapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. subdivisio Angiospermae, digolongkan ke dalam kelas Monocotyledonae,

TINJAUAN PUSTAKA. subdivisio Angiospermae, digolongkan ke dalam kelas Monocotyledonae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan literatur Grist (1960), tanaman padi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan ke dalam divisio Spermatophytae dengan subdivisio Angiospermae,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan pangan terus menjadi ancaman bagi keberlangsungan hidup manusia. Peningkatan jumlah populasi dunia, peningkatan suhu bumi yang disebabkan efek pemanasan global,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan yang menjadi andalan nasional karena merupakan sumber protein nabati penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun mencapai US$ 681 juta pada tahun 2011 (FAO, 2013). Kopi memegang

BAB I PENDAHULUAN. tahun mencapai US$ 681 juta pada tahun 2011 (FAO, 2013). Kopi memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan komoditas perkebunan terbesar ke empat di Indonesia setelah karet, kelapa sawit dan cokelat (BPS, 2013). Komoditas tersebut mampu menjadi sumber pendapatan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN MUSTIKA PT SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh CINDY CHAIRUNISA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

3 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat 15 Tabel 8 Daftar komposisi media pada kultur mangga Komponen A B C D E Unsur makro ½ MS B5 B5 B5 ½B5 Unsur mikro MS MS MS MS MS Fe-EDTA ½MS MS MS MS MS Vitamin dan asam amino MS MS MS MS MS Asam askorbat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR. Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Nursid Sumaatmadja, 1997:11).

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR. Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Nursid Sumaatmadja, 1997:11). II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau

Lebih terperinci

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis makanan yang salah satunya adalah cokelat yang berasal dari buah kakao.kakao merupakan salah satu komoditas

Lebih terperinci