RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN
|
|
- Farida Dharmawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Lampiran : Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor : 11 Tahun 2011 Tanggal : 25 Nopember 2011 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN
2 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang I Dasar Hukum Penyusunan I Hubungan RPJP dengan Dokumen-Dokumen Perencanaan I - 5 Lainnya 1.4. Sistematika Penulisan I Maksud dan Tujuan I - 7 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT II Aspek Geografi dan Demografi II Aspek Kesejahteraan Rakyat II Aspek Pelayanan Umum II Aspek Daya Saing II - 53 BAB III ANALISIS ISU-ISU STARATEGIS PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG TAHUN III Permasalahan Pembangunan III Isu-isu Strategis III - 12 BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN IV Visi IV Misi IV - 1 BAB V ARAH, TAHAPAN, DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG TAHUN Arah Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Tahun Tahapan dan Skala Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Tahun V - 1 V - 1 V - 38 BAB VI PENUTUP VI - 1 Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun
3 Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan pelaksanaannya diperlukan suatu pedoman yang memberikan arah pembangunan yang hendak dilaksanakan untuk meningkat kesejahteraan masyarakat, meningkatkan pelayanan umum dan meningkatkan daya saing daerah. Pembangunan diselenggarakan dengan berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan materil dan spirituil. Untuk itu diperlukan suatu dokumen perencanaan, yang disusun melalui lima pendekatan dalam seluruh rangkaian perencanaan, yaitu: (1) politik; (2) teknokratik; (3) partisipatif; (4) atas-bawah (top-down); dan (5) bawah-atas (bottom-up). Selain itu Perencanaan Pembangunan Daerah perlu disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan. Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menentukan bahwa RPJP Daerah memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang mengacu pada RPJP Provinsi dan RPJP Nasional. Secara lebih teknis RPJP Daerah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. RPJP ini merupakan kesinambungan dari perencanaan pembangunan daerah yang ada sebelumnya yang memberikan arah, acuan dan sebagai landasan pembangunan Kabupaten Tanjung Jabung Barat dala kurun waktu dua puluh tahun ke depan. Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun I - 1
4 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Dasar Hukum dalam penyusunan Rencana Pembangunan jangka panjang (RPJP) Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Sarolangun Bangko, Daerah Tingkat II Tanjung Jabung dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten di Provinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2755); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287); 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonsia Nomor 4437) sebagaimana telah dua kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun I - 2
5 7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739); 8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 9. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4690); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588); 13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun I - 3
6 Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 18. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Dana Dekosentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun I - 4
7 Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah 1.3. Hubungan RPJP dengan Dokumen-Dokumen Perencanaan Lainnya. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), mengaturkan bahwa penyusunan RPJP daerah harus dilakukan dengan mengacu pada RPJP Nasional. Hal ini guna menjamin sinergisitas antar pembangunan nasional dan pembangunan daerah dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi pembangunan nasional. Dilain sisi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) adalah merupakan acuan dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) disamping dengan memperhatikan RPJM Nasional. Secara grafis, keterkaitan antara RPJP Nasional dengan RPJP dan RPJMD dapat dilihat pada gambar berikut. Alur Perencanaan dan Penganggaran Renstra KL Pedoman Renja - KL Pedoman RKA-KL Rincian APBN Pedoman Diacu RPJP Nasional Pedoman RPJM Nasional Dijabar kan RKP Pedoman RAPBN APBN Diacu Diperhatikan Diserasikan melalui Musrenbang RPJP Daerah Pedoman RPJM Daerah Dijabar kan RKP Daerah Pedoman RAPBD APBD Pedoman Diacu Renstra SKPD Pedoman Renja - SKPD Pedoman RKA - SKPD Rincian APBD UU SPPN UU KN 15 Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun I - 5
8 1.4. Sistematika Penulisan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun disusun dalam tata urut sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Dasar Hukum Penyusunan 1.3. Hubungan RPJP dengan Dokumen-Dokumen Perencanaan Lainnya 1.4. Sistematika Penulisan 1.5. Maksud dan Tujuan BAB II BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT 2.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.2. Aspek Kesejahteraan Rakyat 2.3. Aspek Pelayanan Umum 2.4. Aspek Daya Saing ANALISIS ISU-ISU STARATEGIS PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG TAHUN Permasalahan Pembangunan 3.2. Isu-isu Strategis BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN Visi 4.2. Misi BAB V ARAH, TAHAPAN, DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG TAHUN Arah Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Tahun Tahapan dan Skala Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Tahun BAB VI PENUTUP Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun I - 6
9 1.5. Maksud dan Tujuan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun , selanjutnya disebut RPJPD, adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam penyusunan RPJMD, masyarakat, dan dunia usaha di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan daerah sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak. Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun I - 7
10 Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2.1. Aspek Geografi dan Demografi Karakteristik Lokasi dan Wilayah Tanjung Jabung Barat adalah salah satu Kabupaten yang terletak di Pantai Timur Provinsi Jambi, tepatnya antara 0 o o 41 Lintang Selatan dan antara 103 o o 21 Bujur Timur. Berdasarkan letak geografisnya Kabupaten Tanjung Jabung Barat berbatasan dengan : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Batanghari 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Selat Berhala dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Tebo. Gambar 2.1. Peta Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun II - 1
11 Sebelum dilakukan pemekaran, secara administrasi dan politik, Kabupaten Tanjung Jabung Barat tergabung dengan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, yang ketika itu terdiri dari 10 (sepuluh) kecamatan dengan 120 (seratus dua puluh) desa/kelurahan. Setelah dilakukan pemekaran Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdiri dari 5 (lima) kecamatan, yaitu Kecamatan Tungkal Ilir, Tungkal Ulu, Pengabuan, Betara dan Merlung dengan jumlah desa sebanyak 52 (lima puluh dua) desa dan 5 (lima) kelurahan. Luas wilayah keseluruhan adalah seluas 5.503,5 Km 2 atau sekitar ± 26,68 % dari total luas Provinsi Jambi. Dan untuk lebih jelasnya luas wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat per kecamatan dan jumlah Kelurahan/Desa dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 2.1. Pembagian Wilayah Administrasi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Sebelum Pemekaran Kecamatan Tahun No Kecamatan Ibukota Luas Penduduk Kelurahan/Desa (Km) (Jiwa) Kel. Desa Jml. 1 Tungkal Ulu PelabuhanDagang 1.576, Merlung Merlung 1.601, Tungkal Ilir Kuala Tungkal 252, Pengabuan Teluk Nilau 1.197, Betara Mekar Jaya 874, Jumlah 5.503, Sumber : Tanjab Barat dalam Angka 2007 Kondisi sebagaimana digambarkan dalam Tabel 2.1. merupakan pembagian wilayah administrasi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebelum pemekaran kecamatan. Setelah pemekaran kecamatan dalam Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2008 sebagaimana ditetapkan dalam Perda Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kecamatan Tebing Tinggi, Kecamatan Batang Asam, Kecamatan Renah Mendaluh, Kecamatan Muara Papalik, Kecamatan Seberang Kota, Kecamatan Bram Itam, Kecamatan Kuala Betara dan Kecamatan Senyerang. Jumlah kecamatan dimekarkan menjadai 13 kecamatan, dan desa dimekarkan menjadi 70 desa/kelurahan seperti terlihat pada Tabel 2.2 dibawah. Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun II - 2
12 Tabel 2.2. Pembagian Wilayah Administrasi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Setelah Pemekaran Kecamatan Tahun Kecamatan Ibu Kota Kecamatan Luas (Km2) Penduduk (Jiwa) Desa Kelurahan Jumlah 1. Tungkal Ulu Pelabuhan Dagang 345,69 12, Merlung Merlung 311,65 12, Batang Asam Kebun Dusun 1.042,37 17, Tebing Tinggi Tebing Tinggi 342,89 23, Renah Mendaluh Lubuk Kambing 473,72 10, Muara Papalik Rantau Badak 336,38 8, Pengabuan Teluk Nilau 440,13 23, Senyerang Senyerang 426,63 22, Tungkal Ilir Tungkal IV Kota 100,31 62, Bram Itam Bram Itam Kiri 312,66 15, Seberang Kota Tungkal V 121,29 9, Betara Mekar Jaya 570,21 20, Kuala Betara Betara Kiri 185,89 11, Jumlah 5.009,82 250, Sumber : Tanjab Barat dalam Angka 2008 Setelah pemekaran kecamatan dalam Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2008 sebagaimana ditetapkan dalam Perda Nomor 8 Tahun 2008, jumlah kecamatan meningkat dari 5 kecamatan menjadi 13 kecamatan, jumlah kelurahan meningkat dari 5 kelurahan menjadi 16 kelurahan, sedangkan jumlah desa berkurang dari 59 menjadi 54 desa. Namun secara keseluruhan jumlah desa/kelurahan meningkat dari 64 desa/kelurahan menjadi 70 desa/kelurahan. Adapun jumlah kecamatan dan desa/kelurahan setelah pemekaran adalah sebagaimana digambarkan pada tabel berikut. Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun II - 3
13 Tabel 2.3. Nama dan Jumlah Kecamatan dan Desa/Kelurahan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2008 NO KECAMATAN IBU KOTA DESA/KELURAHAN 1 TUNGKAL ILIR Tungkal IV Kota 1. Kel. Tungkal IV. Kota 2. Kel. Tungkal III 3. Kel. Tungkal Harapan 4. Kel. Tungkal II 5. Desa Tungkal I 6. Desa Teluk Sialang 2 SEBERANG KOTA Tungkal V 1. Kel. Tungkal V 2. Desa Tungkal IV. Desa 3. Desa Kuala Baru 4. Desa Teluk Pulai Raya 3 BRAM ITAM Bram Itam Kiri 1. Desa Bram Itam Kiri 2. Desa Bram Itam Kanan 3. Desa Tanjung Senjulang 4. Desa Pembengis 4 TUNGKAL ULU Pelabuhan Dagang 1. Kel. Pelabuhan Dagang 2. Desa Badang 3. Desa Tanjung Tayas 4. Desa Kuala Dasal 5. Desa Pematang Pauh 6. Desa Taman Raja 7. Desa Brasau 5 TEBING TINGGI Tebing Tinggi 1. Desa Tebing Tinggi 2. Desa Purwodadi 3. Desa Suka Damai 4. Desa Adi Jaya 5. Desa Kelagian 6 BATANG ASAM Kebun -Dusun 1. Desa Dusun Kebun 2. Desa Sri Agung 3. Desa Suban 4. Desa Tanjung Bojo 5. Desa Kampung Baru 6. Desa Lubuk Bernal 7 MERLUNG Merlung 1. Desa Merlung 2. Desa Lubuk Terap 3. Desa Penyabungan 4. Desa Tanjung Paku 5. Desa Tanjung Benanak 6. Desa Bukit Harapan 7. Desa Adi Purwa 8. Desa Pinang Gading 8 RENAH MENDALUH Lubuk Kambing 1. Desa Lubuk Kambing 2. Desa Pulau Pauh 3. Desa Rantau Benar 4. Desa Lampisi 5. Desa Cinta Damai 6. Desa Sungai Rotan 9 MUARA PAPALIK Rantau Badak 1. Desa Rantau Badak 2. Desa Dusun Mudo 3. Desa Intan Jaya 4. Desa Bukit Indah 5. Desa Kemang Manis Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun II - 4
14 NO KECAMATAN IBU KOTA DESA/KELURAHAN 10 BETARA Mekar Jaya 1. Desa Mekar Jaya 2. Desa Makmur Jaya 3. Desa Pematang Lumut 4. Desa Serdang Jaya 11 KULATA BETARA Betara Kiri 1. Desa Betara Kiri 2. Desa Sungai Dualap 3. Desa Betara Kanan 4. Desa Sungai Gebar 12 PENGABUAN Teluk Nilau 1. Kel. Teluk Nilau 2. Desa Parit Pullin 3. Desa Sungai Serindit 4. Desa Mekar Jati 13 SENYERANG Senyerang 1. Desa Senyerang 2. Desa Sungai Kayu Aro, 3. Desa Teluk Ketapang 4. Desa Sungai Rambai 5. Desa Margo Rukun 6. Desa Lumahan 7. Desa Kempas Jaya Sumber: Setda Kab. Tanjung Jabung Barat, 2009 Secara topografi Kabupaten Tanjung Jabung Barat terletak di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara meter dari permukaan laut. Tabel 2.4. Rata-rata Ketinggian Ibukota Kecamatan dari Permukaan Air Laut Dirinci menurut Wilayah Tanah Usaha dalam Km 2 Tahun Kecamatan Ketinggian dari Permukaan Laut 0-25 m m >500 m Jumlah (Ha) (Ha) (Ha) (1) (2) (3) (4) (5) 1. Tungkal Ulu Merlung Batang Asam * * * * 4. Tebing Tinggi * * * * 5. Renah Mendaluh * * * * 6. Muara Papalik * * * * 7. Pengabuan Senyerang * * * * 9. Tungkal Ilir Bram Itam * * * * 11. Seberang Kota * * * * 12. Betara Kuala Betara * * * * Jumlah % 44,79 52,78 2,42 100,00 *) Data masih bergabung dengan kecamatan induk Sumber : 1.Badan Pertanahan Nasional Kab. Tanjung Jabung Barat 2.Tanjung Jabung Barat Dalam Angka 2008 Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun II - 5
15 Berdasarkan lereng dan ketinggian, maka disusunlah Wilayah Tanah Usaha yang merupakan arahan teknis, areal-areal mana yang dapat dan boleh diusahakan tanpa mengganggu dan merusak sumber daya alam, terutama tanah dan air. Untuk membangun Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang berbasis pertanian dengan orientasi agribisnis dan agroindustri yang bermuara pada Ekonomi Kerakyatan, maka kabupaten ini dibagi dalam 3 (tiga) wilayah. 1. Wilayah Basah, di wilayah ini dikembangkan padi, sayur-sayuran, palawija tambak/kolam keramba dan pengembangan peternakan unggas, terutama bebek. 2. Wilayah Basah/Kering, pengembangan padi, palawija termasuk sayursayuran dan ternak seperti kambing dan ayam. 3. Wilayah Kering, pengembangan ternak besar dan perkebunan. Berdasarkan klasifikasi dan luas lereng, maka wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat dibagi menjadi empat klasifikasi kemiringan yaitu 0-2% dimana wilayah yang terluas berada di Kecamatan Pengabuan dan Betara, total luas wilayah dengan kemiringan tersebut adalah Ha atau 54,77 persen dari total wilayah. Klasifikasi 2-15% seluas Ha atau 30,09 persen dari total wilayah, kemudian klasifikasi 15-40% seluas Ha atau 10,96 persen dan klasifikasi diatas 40 persen seluas Ha atau 4,18 persen dari total wilayah. Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun II - 6
16 Tabel 2.5. Klasifikasi dan Luas Lereng Menurut Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Kecamatan 0-2 % (Ha) Klasifikasi dan Luas Lereng 2 15 % (Ha) % (Ha) > 40 % (Ha) Jumlah (Ha) 1. Tungkal Ulu Merlung Batang Asam * * * * * 4. Tebing Tinggi * * * * * 5. Renah Mendaluh * * * * * 6. Muara Papalik * * * * * 7. Pengabuan Senyerang * * * * * 9. Tungkal Ilir Bram Itam * * * * * 11. Seberang Kota * * * * * 12. Betara Kuala Betara * * * * * Jumlah % 54,77 30,09 10,96 4,18 100,00 *) Data masih bergabung dengan kecamatan induk Sumber : 1.Badan Pertanahan Nasional Kab. Tanjung Jabung Barat 2.Tanjung Jabung Barat Dalam Angka 2008 Selanjutnya pada tabel berikut dapat dilihat jenis tanah dan penyebarannya di masing-masing kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Sebagian besar atau 65,03 persen jenis tanah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah jenis tanah podzolik, kemudian 14,52 persen adalah jenis tanah organosol dan 11,98 persen adalah tanah endapan sebagaian besar jenis tanah ini terdapat Kecamatan Tungkal Ilir, Pengabuan dan Betara. Jenis tanah ini relatif lebih subur, sehingga sesuai untuk sektor pertanian, terutama untuk padi, sayur-sayuran dan tanaman muda lainnya. Selanjutnya untuk jenis tanah gleisol luasnya hanya 8,47 persen atau Ha, Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun II - 7
17 sedangkan untuk jenis tanah andosol dan latosol tidak terdapat diseluruh kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Tabel 2.6. Penyebaran Jenis Tanah Menurut Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Jenis Tanah Kecamatan Tanah Jumlah Organosol Podzolik Gleisol Andosol Latosol Endapan (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) Tungkal Ulu Merlung Batang Asam * * * * * * * 4. Tebing Tinggi * * * * * * * 5. Renah Mendaluh * * * * * * * 6. Muara Papalik * * * * * * * 7. Pengabuan Senyerang * * * * * * * 9. Tungkal Ilir Bram Itam * * * * * * * 11. Seberang Kota * * * * * * * 12. Betara Kuala Betara * * * * * * * Jumlah % 14,52 11,98 65,03 8, *) Data masih bergabung dengan kecamatan induk Sumber : 1.Badan Pertanahan Nasional Kab. Tanjung Jabung Barat 2.Tanjung Jabung Barat Dalam Angka 2008 Kabupaten ini beriklim tropis dengan temperatur rata-rata 26.9 o C, suhu minimun adalah 21,9 o C dan maksimum 32 o C. Curah hujan rata-rata berkisar antara mm/tahun atau rata berkisar antara ,6 mm/bulan dengan hari hujan berkisar antara hari/bulan. Artinya distribusi hujan bulanan cukup merata. Puncak bulan basah terjadi pada bulan Nopember Januari dan bulan kering pada bulan Juni sampai dengan Agustus sebagaimana daerah lain yang ada di Provinsi Jambi Potensi Pengembangan Wilayah Pengembangan wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya. Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun II - 8
18 a. Kawasan Lindung Kawasan lindung yaitu kawasan yang berfungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya binaan, nilai sejarah, dan budidaya bangsa untuk kepentingan pembangunan yang berkelanjutan. Luas kawasan lindung di Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah ,72 Ha, atau 8,33 % dari luas areal Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Luas dan penyebaran masing-masing kawasan lindung dapat dilihat pada Tabel 2.7. dibawah ini. NO I Tabel 2.7. Luas Kawasan Lindung Kabupaten Tanjung Jabung Barat JENIS KAWASAN KAWASAN YANG MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KAWASAN BAWAHANNYA PERKIRAAN LUAS (HA) % THD LUAS KAB ,00 2,90 1 Hutan Lindung Gambut ,00 2,90 II KAWASAN PERLINDUNGAN ,00 3,81 SETEMPAT 1 Sempadan Pantai ,00 2,54 2 Sempadan Sungai 6.989,00 1,27 III KAWASAN SUAKA ALAM DAN CAGAR 8.877,72 1,62 BUDAYA 1 Taman Nasional Bukit Tigapuluh 8.790,72 1,60 2 Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur 87,00 0,02 LUAS KAWASAN LINDUNG ,72 8,33 LUAS WILAYAH KABUPATEN TANJUNG ,00 JABUNG BARAT Sumber : Hasil Analisis, 2010 b. Kawasan Budidaya Kawasan budidaya yaitu kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya binaan, dan sumberdaya manusia. Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun II - 9
19 Tabel 2.8. Luas Kawasan Budidaya Kabupaten Tanjung Jabung Barat No Jenis Kawasan Perkiraan % thd luas Luas (Ha) Kab. 1 Hutan Produksi ,14 31,53 2 Hutan Produksi Terbatas ,69 8,12 3 Pertanian dan Non Pertanian ,60 55,78 LUAS KAWASAN BUDIDAYA ,43 95,43 LUAS WILAYAH KABUPATEN TANJUNG ,00 JABUNG BARAT Sumber : Hasil Analisis, 2010 Dalam kawasan budidaya terdapat pula kawasan andalan yang merupakan keterpaduan dan keterkaitan berbagai kegiatan produksi dan kawasan fungsional yang mempunyai dampak terhadap perkembangan perekonomian daerah Wilayah Rawan Bencana Menurut data/informasi yang diperoleh bencana alam yang dikategorikan besar dan yang menimbulkan korban jiwa belum pernah terjadi, dalam kurun waktu beberapa tahun ini, Secara umum wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat dikenali memiliki beberapa potensi bahaya yang dapat menimbulkan bencana yakni potensi bencana banjir yang sering terjadi di Desa Lubuk Bernai dan sepanjang sungai di Betara Kiri, serta potensi bencana kebakaran yang sering dialami di Kota Kuala Tungkal Demografi Jumlah penduduk merupakan modal dasar dalam pembangunan, namun jumlah penduduk yang besar jika tidak diikuti dengan peningkatan kualitasnya justru dapat menjadi beban pembangunan. Oleh karena itu masalah kependudukan harus mendapat perhatian yang serius, sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai modal pembangunan. Pada tahun 2007 penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat berjumlah jiwa. Dilihat dari sisi pertumbuhannya, tingkat pertumbuhan penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat relatif tinggi, dengan rata-rata pertumbuhan tahun sebesar 1,90%. Mengenai Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun II - 10
20 jumlah dan perkembangan penduduk Tanjung Jabung Barat per kecamatan dapat digambarkan dalam tabel berikut. Tabel 2.9. Jumlah dan pertumbuhan penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat perkecamatan Sebelum Pemekaran Kecamatan Tahun No Kecamatan Penduduk (Jiwa) Pert. Rata-rata (%) 1 Tungkal Ulu ,18 2 Merlung ,66 3 Tungkal Ilir ,84 4 Pengabuan ,55 5 Betara ,14 Jumlah ,90 Sumber: BPS Kabupaten Tanjab Barat tahun 2007 Dilihat dari pertumbuhan penduduk perkecamatan, antara satu kecamatan dengan yang lainnya tidak sama, dengan tingkat pertumbuhan tertinggi berada di Kecamatan Merlung (3,66) dan terendah di Kecamatan Tungkal Ilir (0,84%). Secara umum tingkat pertumbuhan rata-rata penduduk di Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama periode dapat dikatakan cukup tinggi yaitu sebesar 1,90% pertahun. Sedangkan pertumbuhan penduduk selama periode sebesar 1,95%, artinya pertumbuhan rata-ratanya lebih tinggi dibanding periode Pertumbuhan penduduk yang tinggi ini tidak saja disebabkan oleh tingkat kelahiran, akan tetapi juga disumbang oleh migrasi penduduk dari luar ke dalam Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebagai akibat semakin membaiknya kondisi perekonomian dan sosial di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Setelah dilakukan pemekaran kecamatan pada tahun 2008, penyebaran penduduk per kecamatan semakin baik, hanya Kecamatan Tungkal Ilir yang kepadatan penduduknya relatif tinggi yaitu 620,18 jiwa per KM 2 dengan penyebaran penduduk sebesar 24,81 persen dari total penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat ada di Kecamatan Tungkal Ilir. Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun II - 11
21 Tabel Banyaknya Penduduk, Kepadatan dan Penyebaran Penduduk serta Luas Wilayah Menurut Kecamatan dalam Kab. Tanjung Jabung Barat Kecamatan Penduduk Kepadatan Penduduk Per Km2 Penyebaran Penduduk (%) Luas Daerah/Area (Km2) 1. Tungkal Ulu , ,69 2. Merlung , ,65 3. Batang Asam , ,37 4. Tebing Tinggi , ,89 5. Renah Mendaluh , ,72 6. Muara Papalik , ,38 7. Pengabuan , ,13 8. Senyerang , ,63 9. Tungkal Ilir , , Bram Itam , , Seberang Kota , , Betara , , Kuala Betara , ,89 Jumlah , ,82 Total Sumber: BPS Kabupaten Tanjab Barat tahun Perkembangan jumlah penduduk yang cepat akan berpengaruh terhadap tingkat kepadatan pada suatu wilayah. Berkenaan dengan hal ini, dengan luas wilayah 5.503,5 km 2, dan jumlah penduduk pada tahun 2008 sebesar jiwa, maka dilihat dari sisi kepadatannya termasuk daerah yang belum padat penduduknya, yaitu rata-rata 50 jiwa per Km. Meskipun demikian dilihat dari trend perkembangannya cenderung semakin meningkat kepadatannya, dimana pada tahun 2007 tingkat kepadatan penduduknya sebesar 44,6 penduduk per km 2, pada tahun 2008 meningkat menjadi 50,05 per km 2. Perkembangan kepadatan penduduk di Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun dapat dilihat pada tabel berikut. Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun II - 12
22 Tabel Kepadatan Penduduk di Kabupaten Tanjab Barat Tahun No Tahun Jumlah Penduduk Kepadatan , , , , , ,05 Sumber : BPS Kabupaten Tanjab Barat tahun 2009 Dilihat dari sisi jenis kelamin dan kelompok umur, perkembangan penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama periode dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel Jumlah Penduduk Kabupaten Tanjab Barat Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun No Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah , Sumber : BPS Kabupaten Tanjab Barat tahun 2009 Berdasarkan data tersebut, maka perkembangan penduduk berdasar jenis kelamin menunjukkan, bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih besar di banding dengan jumlah penduduk perempuan. Pada tahun 2006 penduduk perempuan terdiri dari 48,48% sedang penduduk laki-laki 51,52%, kemudian pada tahun 2007 jumlah penduduk perempuan persentasenya meningkat menjadi 48,95%, sedangkan penduduk laki-laki menurun menjadi 51,05% dari Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun II - 13
23 total penduduk. Pada tahun 2008 rasio penduduk laki-laki meningkat menjadi 52,69 persen, sedangkan rasio penduduk perempuan menurun menjadi 47,31 persen.hal ini menunjukkan terjadi peningkatan jumlah penduduk laki-laki secara signifikan dibandingkan penduduk laki-laki. Dilihat dari kelompok umur, penduduk Kabupten Tanjung Jabung Barat pada tahun 2008 dapat digambarkan dalam tabel berikut. Tabel Jumlah Penduduk Kab.Tanjab Barat Berdasarkan Jenis Kelamin dan kelompok umur Tahun Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) Jumlah Total Sumber: BPS Kabupaten Tanjab Barat tahun 2009 Berdasarkan data di atas, maka sebagian besar penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat tergolong dalam kelompok penduduk usia remaja tahun 11,73%, balita 0-4 tahun sebesar 10,74% dan anak-anak 5-9 tahun sebesar 10,32%. Jika dikaitkan dengan usia produktif dapat dikatakan, bahwa sebagian besar penduduk merupakan kelompok penduduk pada usia tidak produktif. Di sisi lain sebagian besar merupakan penduduk usia sekolah dan rentan terhadap masalah kesehatan. Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun II - 14
24 2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat Perekonomian Daerah a. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator dari dampak kebijaksanaan pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan kontribusi dari pertumbuhan berbagai macam sektor ekonomi, yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan yang telah dicapai dan berguna untuk menentukan arah pembangunannya dimasa yang akan datang. Kondisi ekonomi makro pada tahun 2007 dan 2008 telah memberikan fondasi yang relatif baik dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tahun 2009 ini. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 sebesar 7,94%, namun pada tahun 2008 mengalami penurunan karena krisis global dimana harga terhadap komoditi perkebunan mengalami penurunan sehingga pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan menjadi 5,99%. Demikian juga pertumbuhan sektoral kelompok primer diperkirakan juga meningkat dari 9,65% tahun 2007 menjadi 9,76% tahun Pertumbuhan sektoral kelompok sekunder dan tersier diperkirakan juga meningkat masing-masing dari 6,18% dan 8,10% tahun 2007 menjadi 6,27% dan 8,31% tahun Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama tahun , yang ditunjukkan oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2000 rata-rata pertumbuhannya sebesar 7,42 persen dengan migas. Sedangkan rata-rata pertumbuhan PDRB tanpa migas selama periode yang sama sebesar 6,60 persen pertahun. Berdasarkan data diatas, maka dapat dikatakan kontribusi sektor migas telah berkontribusi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000 dengan dan tanpa migas periode Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun II - 15
25 Tabel 2.14 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tanjung Jabung Barat Atas Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun (Juta Rupiah) LAPANGAN USAHA Pertanian , , , , ,69 2. Pertambangan & Penggalian , , , , ,49 3. Industri Pengolahan , , , , ,23 4. Listrik, Gas & Air Bersih 6.446, , , , ,91 5. Bangunan , , , , ,89 6. Perdag., Hotel & Restoran , , , , ,80 7. Pengangkutan & Komunikasi , , , , ,80 8. Keu. Persewaan, & Jasa Persh , , , , ,97 9. Jasa-Jasa , , , , ,33 PDRB Dengan Migas , , , , ,11 PDRB Tanpa Migas , , , , ,76 Sumber: BPS Kab. Tanjab Barat, 2009 PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan migas menurut harga konstan, tahun 2004 adalah sebesar Rp 1.501,03 milyar, tahun 2008 sebesar Rp ,25 milyar, atau naik sebesar Rp 497,22 milyar atau angka ini naik sebesar 33,13 % dibandingkan dengan tahun 2004 atau naik rata-rata sebesar 7,42 % pertahun, sedangkan PDRB tanpa migas menurut harga konstan pada tahun 2004 sebesar Rp 1.357,16 milyar, pada tahun 2008 meningkat menjadi Rp.1.752,33 milyar, atau tumbuh rata-rata sebesar 6,59% pertahun. Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun II - 16
26 Tabel Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat Menurut Lapangan Usaha Tahun (%) LAPANGAN USAHA GR (%) 1. Pertanian 5,40 6,94 7,83 8,36 6,89 7,51 2. Pertambangan & Penggalian 35,96 17,30 13,15 12,09 8,00 12,59 3. Industri Pengolahan 2,00 3,27 5,63 5,73 3,31 4,48 4. Listrik, Gas & Air Bersih 13,57 13,21 11,94 8,94 8,76 10,70 5. Bangunan 32,29 17,16 18,01 19,03 13,83 16,99 6. Perdag., Hotel & Restoran 4,64 8,82 10,54 10,55 8,42 9,58 7. Pengangkutan & Komunikasi 7,80 8,06 8,85 9,23 9,24 8,84 8. Keu. Persewaan, & Jasa Persh 7,32 3,92 3,76 3,87 6,39 4,48 9. Jasa-Jasa 18,17 14,74 4,97 4,37 3,70 6,85 PDRB Dengan Migas 7,95 7,81 7,91 7,97 5,99 7,42 PDRB Tanpa Migas 5,46 6,79 6,62 7,28 5, Keterangan GR = Pertumbuhan Rata-rata (%) Sumber: BPS Kab.Tanjab Barat, 2009 Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun untuk PDRB dengan Migas rata-rata sebesar 7,91% dan tanpa Migas sebesar 6,54%. Laju pertumbuhan tertinggi adalah sektor bangunan rata-rata sebesar 21,47%, sektor pertambangan dan Penggalian rata-rata sebesar 19,26%, sementara Industri Pengolahan mengalami laju pertumbuhan terendah selama periode yaitu rata-rata sebesar 4,14% pertahun. Jika dibandingkan laju pertumbuhan ekonomi antara Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Provinsi Jambi, dengan Migas, selama tahun , maka pertumbuhan ekonomi Tanjung Jabung Barat lebih tinggi yaitu rata-rata sebesar 7,42 persen, sedangkan Provinsi Jambi hanya mencapai 5,91 persen. Namun pertumbuhan PDRB harga konstan tanpa migas, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi relatif lebih tinggi yaitu rata-rata sebesar 6,66 persen, sedangkan Kabupaten Tanjung Jabung Barat tanpa migas rata-rata sebesar 6,54 persen pertahun pada periode yang sama. Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun II - 17
27 Tabel Laju Pertumbuhan Ekonomi Kab. Tanjung Jabung Barat dan Provinsi Jambi Tahun (Juta Rupiah). Uraian PDRB Dgn Migas , , , , ,11 7,42 GR (%) Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi Pert. (%) 7,95 7,81 7,91 7,97 5,99 Tp Migas , , , , ,76 6,60 Pert. (%) 5,46 6,79 6,62 7,28 5,69 Dgn Migas ,8 6,36 Pert. (%) 5,38 5,57 5,89 6,82 7,16 Tp Migas ,4 6,88 Pert. (%) 6,47 6,34 5,49 8,36 7,36 Keterangan GR = Pertumbuhan Rata-rata (%) Sumber: BPS Kab.Tanjab Barat, 2009 dan BPS Provinsi Jambi, 2009 Tabel memperlihatkan bahwa persentase kontribusi sektor migas di Kabupaten Tanjung Jabung Barat lebih tinggi di banding dengan Provinsi Jambi, dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat menjadi modal utama bagi pengembangan daerah, namun perlu upaya peningkatan infrastruktur untuk dapat meningkatkan investasi di sektor tersebut. b. Struktur Ekonomi Perubahan struktur ekonomi pada hakekatnya muncul sebagai konsekuensi logis dari adanya perbedaan laju pertumbuhan antara sektor produksi dan komponen permintaan agregat. Proses perubahan struktur itu sendiri dapat diidentifikasi melalui pergeseran kegiatan ekonomi, yakni dari sektor primer ke sektor industri, utilitas dan jasa. Keempat kelompok sektor utama ini masing-masing memiliki tingkat produktivitas, laju pertumbuhan produksi, dan laju pertumbuhan proporsi terhadap PDRB yang berbeda satu sama lainnya. Pada tabel berikut dapat dilihat perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tanjung Jabung Barat Atas Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun II - 18
28 Tabel Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tanjung Jabung Barat Atas Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun (Juta Rupiah) LAPANGAN USAHA Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdag., Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keu. Persewaan, & Jasa Persh Jasa-Jasa PDRB Dengan Migas PDRB Tanpa Migas Sumber: BPS Kab. Tanjab Barat, 2009 PDRB dengan migas atas harga berlaku pada tahun 2004 sebesar Rp 2.446,78 milyar, tahun 2008 sebesar 4.679,80 milyar, atau meningkat Rp 2.233,02 milyar selama kurun waktu 5 tahun. Sedangkan PDRB tanpa migas tahun 2004 sebesar Rp 2.148,63 milyar, tahun 2008 sebesar Rp 3.720,95 milyar atau meningkat Rp 1.572,33 milyar. Perbandingan ini menunjukkan bahwa ekploitasi sumberdaya minyak dan gas yang selama ini diupayakan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat bekerjasama dengan pihak swasta telah berkontribusi walaupun relatif masih kecil dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Pada tabel berikut dapat dilihat kontribusi masing-masing sektor dalam PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Barat Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Berlaku Periode Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun II - 19
29 Tabel Kontribusi Sektor Ekonomi Dalam PDRB Kab. Tanjung Jabung Barat Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Berlaku Periode (%). LAPANGAN USAHA SR (%) 1. Pertanian 23,58 21,99 21,45 21,08 21,53 21,93 2. Pertambangan & Penggalian 13,14 17,41 18,49 20,24 21,44 18,14 3. Industri Pengolahan 31,26 30,05 29,44 28,80 26,93 29,30 4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,62 0,63 0,67 0,70 0,70 0,66 5. Bangunan 0,88 0,91 1,18 1,30 1,38 1,13 6. Perdag., Hotel & Restoran 13,83 12,75 12,59 12,53 13,43 13,03 7. Pengangkutan & Komunikasi 3,30 3,06 3,18 3,11 3,07 3,14 8. Keu. Persewaan, & Jasa Persh 2,49 2,54 2,40 2,27 2,23 2,39 9. Jasa-Jasa 10,90 10,66 10,60 9,97 9,28 10,28 PDRB Dengan Migas 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 PDRB Tanpa Migas 87,81 83,54 82,47 80,69 79,51 Sumber: BPS Kab.Tanjab Barat, Keterangan SR= Kontribusi rata-rata (%) Selama periode telah terjadi pergeseran struktur ekonomi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Urutan tiga besar sektor terbesar pembentuk PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2004 adalah sektor industri pengolahan (31,26%), sektor pertanian (23,58%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (13,83%). Pada tahun 2008 urutan tiga besar adalah sektor industri pengolahan (29,30%), sektor pertanian (21,93%), dan sektor pertambangan dan penggalian (18,14%). Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi sektoral di Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama periode , maka kontribusi sektor juga mengalami perkembangan yang relatif cepat, hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor pertanian dari 23,58 persen tahun 2004 menurun menjadi 21,93 persen tahun Sedangkan sektor pertambangan mengalami kenaikan dari 13,14 persen tahun 2004 menjadi 18,14 persen tahun Keadaan ini memperlihatkan terjadi pergeseran struktur ekonomi di sektor primer. Kontribusi sektor industri pengolahan juga mengalami penurunan dari 31,26 persen tahun 2004 menjadi 29,30 persen tahun 2008, namun satu hal yang menggembirakan kontribusi sektor jasa mengalami peningkatan dari 10,90 persen pada tahun 2004 menjadi 10,28 persen pada tahun 2008, sektor lain yang mengalami peningkatan adalah sektor bangunan dari 0,88 persen Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun II - 20
30 tahun 2004 menjadi 1,13 persen tahun 2007, sedangkan sektor lainnya kontribusinya relatif tetap. Disisi lain kontribusi sektoral kelompok primer pada tahun 2008 relatif meningkat yaitu dari 40,52% tahun 2007 meningkat menjadi 40,52% tahun Demikian juga kelompok tersier meningkat dari 28,29% tahun 2007 menjadi 28,31% tahun Namun kontribusi sektoral kelompok sekunder menurun dari 31,27% tahun 2007 menjadi 31,17% tahun Keadaan ini menggambarkan terjadi perubahan kontribusi sektoral yang mengarah kepada peningkatan sektor primer terutama tambang dan sektor jasa. Hal ini berarti terjadi perubahan kesempatan kerja dari sektor pertanian ke sektor jasa. Jika hal ini berjalan sesuai dengan teori, maka tingkat penyerapan tenaga kerja akan lebih tinggi yang juga dibarengi dengan peningkatan pendapatan perkapita masyarakat. Penurunan kontribusi sektor pertanian pada PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Barat dari 23,46% tahun 2003 menjadi 21,40% tahun 2007, yang disebabkan antara lain dari kurang bergairahnya sektor pertanian dewasa ini karena tidak seimbangnya biaya produksi dengan pendapatan petani akibat menurunnya nilai tukar komoditi pertanian terhadap produk manufaktur, sementara alat-alat dan kebutuhan pertanian semakin mahal, disisi lain subsidi input maupun subsidi output di tingkat petani semakin berkurang bahkan terjadi penghapusan subsidi di beberapa sektor pertanian. Sektor Pertambangan dan Penggalian dari tahun ketahun menunjukkan peningkatan yang sangat tajam dalam kontribusi PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Barat dari 6,41% tahun 2003 meningkat menjadi 19,05% pada tahun 2007 atau mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 17,47% selama periode Hal ini disebabkan banyaknya investor asing yang berminat menanamkan investasinya dalam sektor Pertambangan dan Penggalian di Kabupaten Tanjung Barat. Kontribusi sektor Industri Pengolahan mengalami penurunan dengan kontribusi rata-rata 30,65% tetapi sektor ini masih sebagai sektor penyumbang terbesar terhadap PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Kebutuhan masyarakat akan Listrik, Gas dan Air Bersih terus meningkat sesuai dengan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun II - 21
31 Barat. Hal ini disebabkan masyarakat ingin mendapatkan kehidupan yang layak nyaman dan sejahtera. Berkenaan dengan itu pertumbuhan dibidang Listrik, Gas dan Air Bersih mengalami peningkatan kontribusi pada PDRB dari 0,44% tahun 2003 menjadi 0,71% pada tahun 2007 atau kontribusi rata-rata sebesar 0,65%. Kontribusi di sektor Bangunan terhadap PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Barat relatif konstan, namun dari pembangunan gedung-gedung di Merlung, Tebing Tinggi dan Kota Kuala Tungkal cukup pesat, terutama kebutuhan akan bangunan perumahan untuk hunian, bangunan gedunggedung perkantoran, industri, pertokoan dan lain-lain. Pertumbuhan sektor ini juga akan meningkatkan pendapatan pemerintah dari pajak dan retribusi bangunan. Kontribusi di sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran tidak mengalami pertumbuhan yang berarti, bahkan mengalami penurunan yaitu dari 16,75% pada tahun 2003, turun menjadi 12,73% di tahun 2007 atau kontribusi ratarata sebesar 13,40%. Hal ini menunjukkan bahwa krisis ekonomi masih berdampak pada sektor perdagangan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Pengangkutan dan Komunikasi merupakan salah satu penunjang bagi meningkatnya perekonomian daerah. Masyarakat membutuhkan sarana pengangkutan dan komunikasi dalam melakukan interaksi dengan daerah lain untuk memasarkan produk-produk unggulan serta potensi yang ada di daerah tersebut. Namun jalan Jambi-Kuala Tungkal yang rusak berat telah menurunkan arus barang dan jasa dari Jambi ke Kuala Tungkal dan sebaliknya. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi di sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Barat mengalami penurunan dari 3,45% tahun 2003 menjadi 3,16% pada tahun 2007 dengan kontribusi rata-rata sebesar 3,23%. Dengan demikian infrastruktur jalan yang rusak tersebut telah berpengaruh pada sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pengangkutan dari Kuala Tungkal ke kota lainnya. Kontribusi di sektor Keuangan Persewaan dan Jasa persewaan mengalami sedikit peningkatan terhadap PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Hal ini dikarenakan penerimaan retribusi daerah dan penerimaan pajak daerah semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi daerah. Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun II - 22
32 Pertumbuhan rata-rata pertahunnya sebesar 2,38%, dimana pada tahun 2003 kontribusinya sebesar 2,04% dan naik menjadi 2,30% pada tahun Banyaknya Jasa Industri, Jasa Tenaga Kerja dan Nilai Investasi yang terdapat di Kabupaten Tanjung Jabung Barat telah meningkatkan nilai PDRB bagi daerah tersebut. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor jasa rata-rata pertahunnya sebesar 10,44%, dimana kontribusinya pada tahun 2003 sebesar 8,25% meningkat menjadi 10,10% pada tahun Minyak dan Gas Bumi merupakan suatu potensi yang besar bagi modal dasar pembangunan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Dengan kekayaan alam itu banyak investor luar dan dalam negeri berniat menanamkan modalnya di daerah tersebut. Hal ini akan mendatangkan devisa yang besar bagi pemerintah daerah pada masa mendatang. c. PDRB Per Kapita Kabupaten Tanjung Jabung Barat PDRB per kapita sebagai satu salah indikator untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Lebih jauh penggunaan indikator ini dapat memberi pentunjuk sampai sejauhmana keberhasilan pemerintah daerah dalam memanfaatkan anggaran pembangunan dan belaja daerah (APBD) secara efektif dan efisien untuk meningkat pendapatan perkapita masyarakatnya. Dalam konteks pembangunan ekonomi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama tahun PDRB perkapita menunjukkan perkembangan yang sangat berarti, dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB perkapita, kemampuan keuangan daerah, tingkat investasi, perkembangan industri dan sebagainya. Namun demikian harus dilihat hubungan kemajuan ekonomi tersebut dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Pada Tabel dibawah ini dapat dilihat perkembangan PDRB perkapita Kabupaten Tanjung Jabung Barat baik berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan tahun Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun II - 23
Gambaran Umum Kondisi Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Bab 2. Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun
Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah Tanjung Jabung Barat adalah salah satu Kabupaten yang terletak di Pantai
Lebih terperinciRENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH TAHUN DAFTAR ISI DAFTAR ISI,... DAFTAR TABEL,... DAFTAR GAMBAR,...
DAFTAR ISI DAFTAR ISI,... DAFTAR TABEL,... DAFTAR GAMBAR,... Hal i iv ix BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang,... I-1 1.2. Maksud dan tujuan,... I-3 1.3. Dasar Hukum Penyusunan,... I-5 1.4. Hubungan
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN
Lebih terperinciyeliyunita PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
LAMPIRAN PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN 2016 yeliyunita PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyusunan
Lebih terperinciBUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN, PENYALURAN, PENGGUNAAN, PEMANTAUAN DAN EVALUASI DANA DESA TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA BRAM ITAM RAYA, DESA PANTAI GADING, DESA JATI EMAS, DESA KEMUNING,
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi. Jambi 205,43 0,41% Muaro Jambi 5.
IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi Provinsi Jambi secara geografis terletak antara 0 0 45 sampai 2 0 45 lintang selatan dan antara 101 0 10
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak
IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA RANTAU BADAK LAMO, DESA LUBUK SEBONTAN, DESA SUNGAI PAPAUH, DESA SUNGAI
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA TELUK PENGKAH, DESA TALANG MAKMUR, DESA SUNGAI KERUH, DESA DATARAN
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -
IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13
Lebih terperinciAtas segala perhatian dan kerjasama dari seluruh pihak yang terlibat, kami ucapkan terima kasih. Kuala Tungkal, Desember 2012.
Kata Pengantar Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan petunjuk serta bimbingannya kepada kita semua sehingga penyusunan Buku Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang PU/Cipta
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA MERLUNG DAN DESA TANJUNG MAKMUR KECAMATAN MERLUNG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA TERJUN GAJAH, DESA LUBUK TERENTANG, DESA PEMATANG BULUH, DESA MUNTIALO,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA DATARAN PINANG, DESA TANJUNG PASIR, DESA SUNGAI GEBAR BARAT, DESA
Lebih terperinciKEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2015 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Nota Kesepakatan...
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah
35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA RAWA MEDANG, DESA SUNGAI PENOBAN, DESA RAWANG KEMPAS, DESA LUBUK LAWAS
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA SUNGAI LANDAK, DESA SUNGSANG DAN DESA SUNGAI KEPAYANG KECAMATAN SENYERANG
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN DESA ADI JAYA DAN SUKA DAMAI KECAMATAN TUNGKAL ULU, DESA MEKAR
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir.
37 BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu 1. Wilayah Pembentukan Kabupaten Indragiri Hulu pada awainya ditetapkan dengan UU No. 12 Tahun 1956 tentang pembentukan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA MEKAR ALAM, DESA HARAPAN JAYA, DESA KUALA KAHAR DAN DESA MUARA SEBERANG
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA SUNGAI PAMPANG, DESA PARIT SIDANG, DESA SUNGAI JERING, DESA PARIT
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU
IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Industri Pengolahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi
69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang
Lebih terperinciBAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007
BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4
Lebih terperinciPengembangan ketenagalistrikan. BELANJA MODAL Pekerjaan paket 3 Penyediaan Mesin Diesel+kabel 4,000,000,000.00
RENCANA UMUM PENGADAAN ( RUP ) DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KAB. TANJAB BARAT TAHUN ANGGARAN 2011 1 Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat Kuala Tungkal 74,000,000.00 bermotor Kegiatan
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka
Lebih terperinci1 Perencanaan Perkerasan Jalan Paket Perencanaan Perkerasan Jalan Paket
REKAPITULASI HASIL INVENTARISASI KEGIATAN PERENCANAAN DAN PENGAWASAN JALAN 2011 1 Perencanaan Perkerasan Jalan Paket 1 90.000.000 2 Perencanaan Perkerasan Jalan Paket 2 90.000.000 3 Perencanaan Perkerasan
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR
4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.
Lebih terperinciKONDISI UMUM WILAYAH STUDI
16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi
BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015
Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan mempunyai tujuan yaitu berusaha mewujudkan kehidupan masyarakat adil dan makmur. Pembangunan adalah suatu proses dinamis untuk mencapai kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR
PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mengingat bahwa hakekat Pembangunan Nasional meliputi pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, maka fungsi pembangunan daerah adalah sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana
Lebih terperinciSURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI KUALA TUNGKAL NOMOR: W5-U3/<Wz/HK.02/lll/2018 KETUA PENGADILAN NEGERI KUALA TUNGKAL
SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI KUALA TUNGKAL NOMOR: W5-U3/
Lebih terperinciBAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006
BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa
Lebih terperinciPEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM
PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur
Lebih terperinciTabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81
TABEL-TABEL POKOK Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 Tabel 1. Tabel-Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lamandau Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Lebih terperinci2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah
2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas
Lebih terperinciBUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pelaksanaan pembangunan daerah yang selama ini dilaksanakan di Kabupaten Subang telah memberikan hasil yang positif di berbagai segi kehidupan masyarakat. Namum demikian,
Lebih terperinciKEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA
31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah
Lebih terperinciRENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN 2016 2021 Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pendidikan, kesehatan dan pelestarian lingkungan hidup Meningkatkan
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN
Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah
Lebih terperinciDAFTAR PAKET PEKERJAAN PENGADAAN BARANG / JASA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KAB.TANJUNG JABUNG BARAT
DAFTAR PAKET PEKERJAAN PENGADAAN BARANG / JASA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KAB.TANJUNG JABUNG BARAT NO PAKET PEKEERJAAN VOLUME LOKASI PAGU Belanja Modal Pengadaan
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH
29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan
Lebih terperinciV KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan
Lebih terperinciNepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12
BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari
Lebih terperinciREKAPITULASI HASIL INVENTARISASI KEGIATAN PERENCANAAN DAN PENGAWASAN PENINGKATAN JARINGAN IRIGASI 2011
1 Perencanaan teknis Pengangkatan Lumpur dan pemeliharaan Parit 1 KUD Serdang Jaya Parit Lapis Bunga ( Prt Ban RT 5 Prt Pa.Bunga Kec. Betara ) Pemeliharaan di Kec.Betara menuju ke Desa Pematang Buluh Kec.
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat
51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi
IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. air. Karena alasan tersebut maka pemerintah daerah setempat biasanya giat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) dikenal sebagai tanaman serbaguna. Bagi Indonesia, tanaman kelapa merupakan salah satu tanaman perkebunan yang bukan impor kolonialis
Lebih terperinciKAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar
BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah
Lebih terperinciBAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012
BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten
Lebih terperinciAnalisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /
BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mengacu pada Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, tiga bulan setelah Bupati / Wakil Bupati terpilih dilantik wajib menetapkan
Lebih terperinciREKAPITULASI HASIL INVENTARISASI KEGIATAN REHABILITASI SEDANG BERAT GEDUNG KANTOR 2012
REKAPITULASI HASIL INVENTARISASI KEGIATAN REHABILITASI SEDANG BERAT GEDUNG KANTOR 2012 No Nama Kegiatan Kecamatan Lokasi Desa/Kelurahan Volume Satuan Jumlah Anggaran Ket 1 Penyempurnaan D.I Yogyakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kerangka pembangunan good Governance, kebijakan umum pemerintah adalah ingin menjalankan pemerintah yang berorientasi pada hasil ( Result Oriented government).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah
5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM
BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut
Lebih terperinci2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis
2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,
Lebih terperinciRencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO
IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara
Lebih terperinci[Type the company name]
[Type the company name] user [Pick the date] KATA PENGANTAR R PJM Daerah Kota Pontianak Tahun 2010 2014 merupakan penjabaran dari visi, misi dan program prioritas Walikota Pontianak yang akan dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat sebagai wujud
Lebih terperinciPerkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia
Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Pendahuluan
Bab I Pendahuluan LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR TAHUN 2012 TANGGAL JUNI 2012 Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat diperlukan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki kontribusi terhadap pembangunan terutama di daerah, salah satunya di Provinsi Jawa Barat. Pembangunan ekonomi daerah erat kaitannya dengan industrialisasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kerangka kebijakan pembangunan suatu daerah sangat tergantung pada permasalahan dan
Lebih terperinci