BAB V ANALISA MODEL Analisa Statis pada Skenario Pembebanan 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V ANALISA MODEL Analisa Statis pada Skenario Pembebanan 1"

Transkripsi

1 BAB V ANALISA MODEL 5.1. Metode Analisa Setelah model geometri vessel telah siap, maka langkah selanjutnya adalah memasukkan model geometri tersebut ke dalam modul penganalisa MSC Nastran 4.5. Pada perangkat lunak tersebut analisa dilakukan berdasarkan skenario pembebanan yang telah ditentukan, dengan setiap skenario pembebanan dilakukan 3 analisa dasar yaitu analisa statis, analisa buckling, dan analisa deformasi yang terjadi terutama pada kondisi analisa statis. Pada analisa statis, hal yang diteliti adalah mengenai dimana saja daerah-daerah rawan yang terjadi saat vessel mengalami kondisi kritis. Di analisa ini dilihat bagaimana hasil perbandingan tegangan yang terjadi pada daerah rawan tersebut terhadap kekuatan yield dari material yang bersangkutan. Pada analisa sebuah desain, jika tegangan yang terjadi lebih besar daripada kekuatan yield material maka dapat dikatakan desain tersebut telah mengalami kegagalan. Pada analisa buckling, hal yang diteliti adalah mengenai bagaimana ketahanan vessel terhadap fenomena kegagalan buckling selama mengalami kondisi kritis. Hal yang dilihat pada analisa ini adalah seberapa besar nilai eigenvalue yang diperoleh pada daerah-daerah rawan yang terjadi. Dengan semakin besarnya nilai eigen yang muncul maka vessel tersebut dapat dikatakan semakin aman terhadap kemungkinan terjadinya kegagalan akibat buckling. Selain kedua hal di atas, hal lain yang perlu diteliti dan dianalisa adalah seberapa besar deformasi yang terjadi pada setiap daerah-daerah rawan tersebut. Deformasi yang terlampau besar dapat menyebabkan perubahan bentuk dari vessel terutama di daerah rawan yang mengalami tegangan tinggi dan akan berakibat deformasi yang permanen pada tubuh vessel. 5.2 Analisa pada Skenario Pembebanan 1 Pada skenario pembebanan 1 seperti yang telah disebutkan pada bab-bab sebelumnya mencoba untuk mensimulasikan kondisi operasional vessel saat sedang melakukan unloading muatannya. Pada kondisi ini truk berada dalam keadaan stasioner dan vessel berada dalam keadaan sesaat hendak mengangkat. Analisa ini dilakukan sepenuhnya dengan menggunakan modul penganalisa dari perangkat lunak MSC Nastran 4.5. Dengan memasukkan seluruh komponen baik model geometri yang telah di meshing dan kondisi-kondisi pembebanan yang diterapkan untuk mensimulasikan skenario pembebanan 1 tersebut baru analisa dapat dilakukan Analisa Statis pada Skenario Pembebanan 1

2 Analisa statis pada skenario pembebanan 1 berusaha untuk mengetahui dimana dan bagaimana daerah rawan serta kondisi vessel saat mengalami pembebanan tersebut. Pada perangkat lunak MSC Nastran 4.5 perintah untuk menganalisa statis model geometri tersebut dapat diakses melalui perintah File>Analyze. Dari kotak dialog yang muncul kemudian pilih opsi untuk menganalisa pada kondisi Static. Setelah kondisi beban dan tumpuan ditentukan maka analisa dapat mulai dijalankan dengan memilih opsi OK. Setelah analisa selesai dijalankan, maka hasil dari analisa tersebut dapat dilihat dengan memasukkan perintah F5 untuk membuka menu view select seperti terlihat pada Gambar 5.1. Dari menu view select tersebut dipilih opsi deformed and contour data untuk mengatur tampilan hasil analisa yang diinginkan. Kali ini tampilan yang diinginkan adalah untuk melihat tegangan-tegangan yang terjadi pada vessel maka dipilih opsi seperti terlihat pada Gambar 5.2 sebagai berikut. Gambar 5.1 Tampilan menu view select Gambar 5.2. Tampilan menu untuk mengatur hasil dari postprocess data Pada tampilan ini output set yang dipilih adalah MSC/Nastran case 1 dengan output vectors pada deformation adalah total translation dan pilihan contour adalah plate top vonmisses stress. Dengan opsi tersebut maka tampilan hasil akan menunjukkan daerah-daerah kritis tegangan yang

3 terjadi pada vessel. Setelah opsi-opsi tersebut dipilih maka selanjutnya hasil analisa statis tersebut dapat dilihat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.3 sebagai berikut. Gambar 5.3 Hasil analisa skenario pembebanan 1 secara keseluruhan Pada Gambar 5.3 terlihat bahwa hampir keseluruhan bagian dari vessel masih berada dalam kondisi yang sangat aman. Tetapi jika dilihat dari tegangan maksimum yang terjadi pada skenario pembebanan 1 terjadi tegangan maksimum mencapai 420,7 MPa. Jika dilihat dari lokasi tempat tegangan maksimum itu terjadi, maka dapat diketahui bahwa tegangan paling besar terjadi di daerah rumah pin bagian depan. Daerah tersebut dapat terlihat pada Gambar 5.4 sebagai berikut. Tetapi seperti yang sudah disebutkan pada bab-bab sebelumnya, karena daerah ini tidak termasuk dalam daerah yang dianalisa maka daerah tegangan maksimum ini dapat diabaikan. Oleh karena itu perlu dilihat bagian lain dari vessel tersebut yang memiliki wilayah tegangan kedua tertinggi setelah daerah rumah pin depan dari vessel. Untuk dapat melihat daerah tersebut perlu diputar pandangan vessel menjadi pandangan bawah seperti terlihat pada Gambar 5.5 sebagai berikut.

4 Gambar 5.4 Daerah kritis pertama pada analisa statis skenario pembebanan 1 Gambar 5.5. Pandangan bawah hasil analisa statis skenario pembebanan 1 Dari pandangan tersebut dapat terlihat bahwa terdapat daerah kritis lain di bagian end frame 2 dari vessel tersebut. Daerah end frame 2 merupakan daerah penempatan rumah pin di bagian belakang vessel. Daerah tersebut dapat terlihat lebih jelas setelah diperbesar seperti terlihat pada Gambar 5.6 sebagai berikut.

5 Gambar 5.6. Daerah kritis kedua pada analisa statis skenario pembebanan 1 Dari daerah tersebut terlihat telah terjadi tegangan hingga mencapai 289,3 MPa. Sedangkan berdasarkan data material yang digunakan pada end frame 2 tegangan sebesar itu telah melebihi kemampuan yield dari material yang digunakan.komponen end frame 2 menggunakan jenis material baja STEEL PLATE GRADE 250 yang memiliki kekuatan yield hanya 245 MPa saja. Berdasarkan data-data tersebut terlihat bahwa daerah tersebut dapat dikategorikan sebagai daerah yang tidak aman. Setelah mengetahui tegangan-tegangan kritis yang terjadi, hal berikut yang perlu dilihat adalah seberapa besar deformasi yang terjadi pada vessel tersebut. Hasil analisa deformasi maksimum pada skenario pembebanan 1 ini dapat langsung dilihat dengan mengubah tampilan hasil analisa pada menu postprocessing data. Di tampilan menu tersebut pada kolom contour pilihan yang sebelumnya plate top vonmisses stress diubah menjadi total translation. Setelah opsi itu diubah maka tampilan hasil analisa akan berubah menjadi seperti terlihat pada Gambar 5.7 sebagai berikut. Dari hasil analisa tersebut dapat langsung terlihat bahwa deformasi maksimum terjadi pada daerah yang berwarna merah yaitu pada daerah lantai (floor) dengan nilai deformasi maksimum mencapai mm. Hal ini dapat terjadi karena tiadanya tulangan ada bagian bawah vessel tersebut. Walaupun begitu nilai ini dapat dikatakan cukup aman karena perbandingan antara besarnya deformasi dengan panjang sebenarnya dari vessel tersebut cukup besar. Hasil rangkuman dari hasil analisa statis pada skenario pembebanan 1 ini dapat dilihat pada tabel 5.1 sebagai berikut.

6 Gambar 5.7. Hasil analisa skenario pembebanan 1 dengan tampilan total translation Tabel 5.1 Hasil analisa statis dan deformasi pada skenario pembebanan 1 Titik Kritis Tegangan Maksimum Von Misses (MPa) Posisi Material Yield Strength (MPa) Safety Factor Remark 1 420,7 Pin depan n/a n/a n/a n/a 2 289,3 End Frame 2 STEEL PLATE GRADE ,847 Tidak aman Titik Kritis Deformasi Maksimum (mm) Posisi Remark 1 19,98 Lantai aman Analisa Buckling pada Skenario Pembebanan 1 Pelaksanaan analisa buckling pada perangkat lunak MSC Nastran 4.5 memiliki prosedur yang hampir sama dengan yang dilakukan pada analisa statis. Seperti menyiapkan model geometri yang telah di meshing, menyiapkan pemodelan beban yang sesuai serta menyiapkan tumpuan-tumpuan yang sesuai. Hanya saja pada perintah File>analyze selain memilih opsi static, opsi yang dipilih pada analisa ini adalah opsi buckling dan setelah itu analisa dapat dijalankan. Setelah analisa selesai dijalankan, hal berikutnya yang perlu dilakukan adalah mengatur tampilan dari hasil analisa tersebut. Pada hasil analisa buckling di tampilan menu postprocess data

7 pada bagian contour dipilih menjadi total translation. Selain itu pada tampilan menu yang sama pada kolom output set juga harus diubah menjadi buckling case. Setelah semua pengaturan selesai dilakukan maka tampilan hasil analisa akan berubah menjadi seperti yang terlihat pada Gambar 5.8 sebagai berikut. Gambar 5.8. Hasil analisa buckling pada skenario pembebanan 1 Dari hasil analisa tersebut dapat terlihat bahwa daerah yang memiliki kemungkinan terjadi buckling pada skenario pembebanan 1 terletak pada daerah dinding depan (frontwall). Tetapi jika dilihat dari nilai eigenvalue yang muncul maka sebenarnya kemungkinan terjadinya buckling sangatlah sulit terjadi. Nilai eigen pada analisa buckling seperti yang telah dijelaskan di Bab II dapat dikatakan sebagai safety factor yang dimiliki oleh vessel. Nilai eigen yang dihasilkan pada analisa ini mencapai 7,5364, sehingga hal ini dapat diartikan bahwa agar bagian dinding depan mengalami kegagalan yang diakibatkan oleh fenomena buckling maka diperlukan beban sebesar 7,5364 kali lebih besar dari beban yang diterima pada kondisi pembebanan saat itu. Oleh karena itu dari hasil analisa buckling ini dapat dikatakan vessel berada dalam kondisi aman pada skenario pembebanan 1. Tabel 5.2 berikut merangkum hasil analisa buckling pada skenario pembebanan 1 ini. Tabel 5.2 Hasil analisa buckling pada skenario pembebanan 1

8 Titik Kritis Posisi Total Beban Yg Bekerja (ton) Eigen Value Beban Kritis (ton) Safety Factor remarks 1 Front Wall 2,36 7, ,79 7,53646 aman 5.3 Analisa pada Skenario Pembebanan 2 Pada analisa skenario pembebanan 2, terdapat perbedaan yang cukup berarti dari skenario pembebanan 1. Pada skenario 2 ini truk dikondisikan berada dalam keadaan yang bergerak yaitu dalam kondisi mengerem dan berberlok sekalingus dengan kondisi vessel yang berisi muatan penuh. Oleh karena itu pada vessel diperlukan tambahan gaya untuk mensimulasikan gaya-gaya yang bekerja akibat gaya sentrifugal dan inersia yang diakibatkan oleh pergerakan truk tersebut. Seperti yang dilakukan pada analisa skenario pembebanan 1, pada skenario pembebanan 2 analisa juga dilakukan sepenuhnya dengan menggunakan perangkat lunak MSC Nastran 4.5. Analisa dilakukan dengan menggunakan 2 tipe analisa yaitu analisa statis dan analisa buckling seperti yang telah dilakukan sebelumnya pada analisa skenario pembebanan Analisa Statis pada Skenario Pembebanan 2 Dalam skenario pembebanan 2 pengaturan pembebanan dan tumpuan pada model geometri mengacu pada kriteria pembebanan yang telah disebutkan pada bab-bab sebelumnya. Dalam kriteria tersebut pembebanan dilakukan dengan adanya penambahan gaya akibat gaya sentrifugal dan inersia yang dialami oleh vessel. Selain itu terdapat juga penambahan tumpuan akibat berubahnya kondisi pembebanan dibandingkan dengan skenario-skenario lainnya. Setelah semua perubahan dilakukan, baru model geometri siap dianalisa. Prosedur analisa yang dilakukan pada skenario pembebanan 2 ini sama dengan prosedur yang dilakukan pada skenario pembebanan 1. Yaitu dengan memasukkan perintah File>analyze lalu memilih opsi static. Setelah analisa selesai dijalankan maka hal berikut yang perlu dilakukan adalah mengatur tampilan hasil analisa tersebut. Tampilan hasil analisa yang diinginkan kali ini adalah tampilan yang menunjukkan daerah-daerah yang mengalami tegangan kritis pada badan vessel secara keseluruhan. Tampilan hasil analisa secara keseluruhan pada skenario pembebanan 2 dapat terlihat pada Gambar 5.9. Pada Gambar 5.9 tersebut dapat terlihat bahwa hampir sebagian besar badan vessel tidak mengalami tegangan yang cukup berarti. Rata-rata tegangan yang terjadi pada sebagian besar badan vessel hanya mencapai 84,54 MPa saja. Tetapi tegangan maksimum yang terjadi pada badan vessel dapat mencapai 339,8 MPa. Tegangan ini terjadi pada daerah rumah pin depan yang diabaikan, sehingga tegangan maksimum yang terjadi sebenarnya berada pada tegangan 318,5 MPa yang terletak pada daerah lantai vessel dekat dengan posisi end frame 2 seperti dapat terlihat pada Gambar 5.10.

9 Gambar 5.9 Tampilan hasil analisa statis skenario pembebanan 2 secara keseluruhan Gambar 5.10 Daerah kritis pertama pada analisa statis skenario pembebanan 2 Daerah lain yang mengalami tegangan kritis pada kasus skenario pembebanan 2 juga terjadi pada daerah end frame 2. Pada daerah ini terjadi tegangan maksimum hingga mencapai 276,1 MPa. Tampilan hasil analisa daerah kritis kedua ini dapat terlihat pada Gambar 5.11 sebagai berikut.

10 Gambar 5.11 Daerah kritis kedua pada analisa statis skenario pembebanan 2 Pada titik kritis yang pertama, walaupun tegangan yang terjadi lebih besar daripada tegangan yang terjadi pada titik kritis yang kedua, pada titik kritis pertama masih dapat dikatakan aman. Karena titik kritis pertama terjadi pada daerah lantai vessel yang menggunakan material baja WEAR PLATE HBN 400 yang memiliki kekuatan yield hingga mencapai 1000 MPa. Sehingga pada titik kritis pertama tegangan yang terjadi cukup aman. Sedangkan pada titik kritis kedua yang terjadi pada daerah komponen endframe 2 tegangan yang terjadi telah melebihi kapasitas kekuatan yield dari material yang digunakan. Pada end frame 2 seperti yang sudah disebutkan sebelumnya menggunakan jenis material baja STEEL PLATE GRADE 250 yang hanya memiliki kekuatan yield sampai 245 MPa saja. Dimana tegangan yang terjadi pada end frame 2 di skenario pembebanan 2 ini mencapai 276,1 MPa dan telah melebihi kapasitas kekuatan yield dari material tersebut. Sehingga pada titik kritis kedua dapat dibilang memiliki kondisi yang tidak aman. Setelah mengecek hasil analisa tegangan tersebut, maka langkah selanjutnya adalah mengecek deformasi maksimum yang terjadi pada skenario pembebanan 2 ini. Prosedur yang digunakan hampir sama dengan yang dilakukan pada skenario pembebanan 1 yaitu cukup dengan mengubah tampilan analisa dari tampilan untuk memperlihatkan tegangan ke tampilan untuk memperlihatkan deformasi maksimum yang terjadi pada vessel. Hasil dari analisa deformasi tersebut dapat terlihat pada Gambar 5.12 sebagai berikut.

11 Gambar 5.12 Hasil analisa skenario pembebanan 2 dengan tampilan total translation Dari hasil tampilan tersebut dapat terlihat bahwa deformasi maksimum terjadi pada dinding samping vessel dengan besar deformasi mencapai 11,08 mm. Selain itu deformasi yang cukup besar juga terjadi pada daerah dinding depan vessel. Perbedaan yang terjadi dibandingkan dengan skenario pembebanan 1, pada skenario pembebanan 2 bagian yang terdeformasi lebih terpusat di suatu daerah, seperti pada dinding samping ke belakang dan bagian dinding depan. Berbeda dengan skenario pembebanan 1 yang lebih merata. Hal ini lebih disebabkan oleh kondisi skenario 2 yang lebih dinamis dibandingkan kondisi skenario 1. Tetapi walaupun begitu, dapat terlihat dari besarnya deformasi maksimum yang terjadi, skenario 2 dapat dikatakan aman dalam hal deformasi yang terjadi. Tabel 5.3 dan Tabel 5.4 berikut memberikan rangkuman hasil analisa statis pada skenario pembebanan 2. Tabel 5.3 Hasil analisa statis pada skenario pembebanan 2 Titik Kritis Tegangan Maksimum Von Misses (Mpa) Posisi Material Yield Strength (Mpa) Safety Factor Remark 1 316,5 Lantai Wear Plate HBN ,0003 aman 2 276,1 End Frame 2 Steel Plate GRADE ,887 Tidak aman Tabel 5.4 Hasil analisa deformasi pada skenario pembebanan 2

12 Titik Kritis Deformasi Maksimum (mm) Posisi Remark 1 11,08 Front wall aman Analisa Buckling pada Skenario Pembebanan 2 Pada skenario pembebanan 2, analisa buckling dilakukan dengan prosedur yang sama dengan yang dilakukan pada skenario pembebanan 1. Setelah model geometri dipersiapkan beserta kondisi pembebanan dan tumpuan, modul analisa buckling pada MSC Nastran 4.5 dijalankan. Lalu saat proses analisa selesai dijalankan, atur tampilan hasil analisa tersebut sehingga dapat terlihat translasi total dari mdoel tersebut akibat pengaruh buckling. Hasil analisa tersebut dapat terlihat pada Gambar 5.13 sebagai berikut. Gambar 5.13 Hasil analisa buckling pada skenario pembebanan 2 Dari Gambar 5.13 tersebut dapat terlihat bahwa skenario pembebanan 2 memiliki daerah kritis yang sama dalam hal fenomena kegagalan buckling. Daerah kemungkinan terbesar untuk terjadi buckling terjadi pada daerah dinding depan vessel. Tetapi nilai eigen yang dihasilkan pada kondisi pembebanan skenario 2 lebih kecil dibandingkan dengan skenario 1. Pada skenario pembebanan 2 nilai eigen yang dihasilkan adalah 6,519. Sehingga pada dasarnya kemungkinan terjadinya buckling pada skenario 2 lebih besar dibandingkan dengan skenario 1. Walaupun sebenarnya angka tersebut masih dalam kategori sangat aman. Tabel 5.5 menunjukkan hasil analisa secara keseluruhan analisa buckling pada skenario pembebanan 2. Tabel 5.5 Hasil analisa buckling pada skenario pembebanan 2

13 Titik Kritis Posisi Total Beban Yg Bekerja (ton) Eigen Value Beban Kritis (ton) Faktor keamanan Remarks 1 Front Wall 2,36 6,518 15,38 6,518 aman 5.4 Analisa pada Skenario Pembebanan 3 Analisa pada skenario pembebanan 3 memiliki cukup banyak perbedaan dibandingkan dengan analisa pada skenario-skenario sebelumnya. Pada analisa ini terdapat usaha untuk mensimulasikan kondisi dinamik impak dalam kondisi statis. Hal ini dilakukan karena keterbatasan kemampuan perangkat lunak MSC Nastran 4.5 dalam menganalisis kondisi impak serta kurangnya perangkat-perangkat lunak lain yang kompatibel dengan perangkat lunak MSC Nastran 4.5 tersebut. Oleh karena itu kondisi impak tersebut diterjemahkan ke dalam kondisi statis dengan metode impuls seperti yang sudah dijelaskan pada Bab IV sebelumnya. Setelah diterjemahkan ke dalam kondisi statis, baru model dapat dianalisa dengan menggunakan prosedur analisa seperti yang telah digunakan pada skenario pembebanan 1 dan 2 yaitu menggunakan analisa statis dan analisa buckling. Selain itu pada skenario pembebanan 3 terdapat 3 lokasi utama yang akan dianalisa yaitu bagian depan, tengah, dan belakang vessel. Hal ini dilakukan karena pada skenario ini beban muatan dihilangkan dan digantikan oleh beban impuls yang mengenai sebagian dari lantai vessel. Oleh karena itu pada skenario 3 ini prosedur analisa dibagi berdasarkan daerah yang terkena impak, dengan setiap daerah dilakukan analisa statis, deformasi, dan buckling Analisa Statis pada Skenario Pembebanan 3 Analisa statis pada skenario pembebanan 3 terbagi menjadi 3 daerah utama. Daerah-daerah tersebut antara lain bagian depan, tengah, dan belakang dari lantai vessel. Pembagian daerah ini dilakukan untuk melihat bagaimana dampak beban impak pada lantai vessel secara keseluruhan. Oleh karena sebelum melakukan analisis perlu disiapkan 3 model pembebanan berdasarkan daerah yang terkena beban impak. Setelah persiapan itu selesai baru analisa statis dijalankan di 3 daerah utama tersebut. Hasil dari analisa statis tersebut secara keseluruhan dapat terlihat pada Gambar 5.13, 5.14, dan 5.15 sebagai berikut.

14 Gambar 5.13 Hasil analisa statis pada skenario pembebanan 3 bagian depan pandangan atas Gambar 5.14 Hasil analisa statis pada skenario pembebanan 3 bagian tengah pandangan atas

15 Gambar 5.15 Hasil analisa statis pada skenario pembebanan 3 bagian belakang pandangan atas Hasil analisa pembebanan pada bagian depan vessel Dari hasil analisa yang terlihat pada Gambar 5.13 tampak tegangan maksimum pada bagian depan vessel mencapai 242,9 MPa. Tetapi tegangan maksimum tersebut tidak terjadi pada lantai vessel melainkan terjadi pada daerah rumah pin depan seperti yang terlihat pada Gambar 5.16 sebagai berikut. Gambar 5.16 Daerah kritis pada skenario pembebanan 3 bagian depan Dikarenakan lokasi daerah kritis yang terletak pada rumah pin depan, maka daerah kritis ini dapat diabaikan. Sedangkan pada lantai vessel itu sendiri tegangan yang terjadi hanya mencapai 136,7

16 MPa. Dengan memperhitungkan kekuatan material lantai yang dapat mencapai 1000 MPa, daerah kritis pada lantai depan dapat dikategorikan sebagai aman. Setelah mengetahui daerah kritis di bagian depan vessel, langkah selanjutnya adalah mengetahui seberapa besar deformasi yang terjadi. Hasil analisa deformasi pada beban impak di bagian depan vessel dapat terlihat pada Gambar 5.17 sebagai berikut. Gambar 5.17 Hasil tampilan analisa deformasi pada skenario pembebanan 3 bagian depan Berdasarkan tampilan hasil tersebut dapat terlihat bahwa deformasi maksimum terjadi pada daerah lantai depan dan menyebar hingga bagian tengah vessel. Dengan deformasi maksimum mencapai 6,683 mm. Jumlah ini termasuk kecil jika dibandingkan dengan dimensi dari vessel itu sendiri sehingga dengan kondisi seperti ini deformasi yang terjadi dapat dikategorikan sebagai aman. Hasil analisa pembebanan pada bagian tengah vessel Pada bagian tengah vessel tegangan maksimum yang terjadi di daerah yang hampir sama dengan analisa pada bagian depan vessel. Tetapi pada pembebanan di bagian tengah dampak tegangan yang terjadi lebih meluas dibandingkan pembebanan pada bagian depan. Walaupun secara besaran tegangan di bagian tengah lebih kecil dibandingkan dengan pembebanan pada bagian depan vessel. Tegangan maksimum yang terjadi pada pembebanan bagian tengah mencapai 140,9 MPa dan terletak di daerah rumah pin depan. Oleh karena itu daerah kritis ini dapat diabaikan. Sedangkan daerah kritis lainnya terletak pada lantai bagian tengah vessel dengan tegangan maksimum yang dialami pada bagian lantai tersebut mencapai 114,5 MPa. Besarnya tegangan yang terjadi pada daerah lantai bagian tengah ini masih jauh lebih kecil dibandingkan kekuatan yield yang

17 dimiliki oleh material yang digunakan untuk lantai yang mencapai 1000 MPa. Oleh karena itu pembebanan bagian tengah pada skenario pembebanan 3 dapat dikategorikan sebagai aman. Setelah tegangan maksimum diketahui maka selanjutnya adalah mengetahui deformasi maksimum yang terjadi pada bagian lantai tengah vessel tersebut. Hasil analisa deformasi maksimum dapat terlihat pada Gambar 5.18 sebagai berikut. Gambar 5.18 Hasil tampilan analisa deformasi pada skenario pembebanan 3 bagian tengah Pada Gambar 5.18 tersebut daerah deformasi lebih meluas dibandingkan dengan pembebanan pada bagian depan sebelumnya. Selain itu besarnya deformasi maksimum yang terjadi juga meningkat hingga mencapai lebih dari 2 kali lipatnya jika dibandingkan dengan pembebanan sebelumnya. Hal ini lebih disebabkan oleh tidak adanya tulangan pada wilayah tengah tersebut. Tetapi jika dilihat dari besarnya angka deformasi maksimum yang terjadi yaitu 14,05 mm, maka deformasi yang terjadi dapat dikategorikan sebagai aman dan tidak membahayakan. Hasil analisa pembebanan pada bagian belakang vessel Analisa terakhir yang dilakukan adalah pada pembebanan bagian belakang vessel. Pada analisa ini terlihat pada Gambar 5.15 bahwa tegangan maksimum yang terjadi mencapai 102,4 MPa. Tetapi daerah yang mencapai tegangan maksimum tidak terjadi di bagian lantai vessel tetapi terjadi pada komponen end frame 2 vessel. Hal ini dapat terjadi karena pembebanan impak terjadi tepat di atas end frame 2 yang menjadi daerah penempatan tumpuan vessel pada bagian belakang. Untuk dapat melihat lebih jelas tegangan maksimum yang terjadi pada daerah belakang vessel dapat dilihat melalui Gambar 5.19 sebagai berikut.

18 Gambar 5.19 Daerah kritis pada skenario pembebanan 3 bagian belakang Pada Gambar 5.19 tersebut dapat terlihat dengan jelas bahwa daerah kritis yang digambarkan berwarna merah terletak pada komponen end frame 2. Jika dibandingkan dengan kemampuan yield material yang menyusun komponen tersebut yaitu sebesar 245 MPa. Maka tegangan kritis tersebut masih berada dalam batas normal dan dapat dikategorikan aman. Hal berikut yang perlu diketahui adalah besarnya deformasi maksimum yang terjadi pada pembebanan bagian belakang tersebut. Dengan mengacu pada hasil analisa yang dapat dilihat pada Gambar 5.20 berikut deformasi maksimum yang terjadi hanya mencapai angka 1,948 mm saja. Hal ini dapat dikategorikan sebagai sangat aman, karena deformasi tersebut dapat dibilang sebagai deformasi yang paling minimum di antara 3 pembebanan yang telah dilakukan pada skenario pembebanan 3 ini. Hal ini disebabkan oleh daerah belakang vessel yang memiliki tulangan paling banyak dibandingkan bagian-bagian lain pada vessel ini. Berdasarkan hasil analisa secara keseluruhan yang telah disebutkan di atas, maka Tabel 5.6 berikut akan menunjukkan hasil analisa statis dan deformasi maksimum yang terjadi pada skenario pembebanan 3.

19 Gambar 5.20 Hasil tampilan analisa deformasi pada skenario pembebanan 3 bagian belakang Tabel 5.6 Hasil analisa statis dan deformasi pada skenario pembebanan 3 Titik Kritis Tegangan Maksimum Von Misses (MPa) Posisi Pembebanan Material Yield Strength (MPa) Faktor Keamanan Remark 1 136,7 Lantai depan Wear Plate HBN ,315 aman 2 114,5 Lantai Tengah Wear Plate HBN ,73 aman 2 102,4 End Frame 2 Steel Plate GRADE ,45 aman Titik Kritis Deformasi Maksimum (mm) Posisi Remark 1 6,683 Lantai Depan aman 2 14,05 Lantai Tengah aman 3 1,948 Lantai Belakang aman Analisa Buckling pada Skenario Pembebanan 3 Seperti pada skenario-skenario sebelumnya analisa berikutnya yang perlu dilakukan adalah analisa buckling. Pada analisa buckling ini juga dilakukan pada 3 bagian yang berbeda pada vessel

20 tersebut. Yaitu pada bagian depan, tengah, dan belakang vessel. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keamanan vessel terhadap kemungkinan terjadinya kegagalan akibat buckling. Prosedur yang digunakan hampir sama dengan yang dilakukan pada skenario sebelumnya. Yaitu dengan mempersiapkan model beserta pemodelan beban dan tumpuannya lalu memasukkan set analisa buckling pada menu File>Analyze. Setelah analisa dijalankan maka tampilan hasil analisa di atur untuk menunjukkan terjadinya translasi pada vessel tersebut. Hasil dari analisa buckling pada setiap bagian vessel tersebut dapat terlihat pada Gambar 5.21, 5.22, dan 5.23 sebagai berikut. Gambar 5.21 Hasil tampilan analisa buckling pada skenario pembebanan 3 bagian depan Pada Gambar 5.21 tampak kemungkinan terjadinya buckling terjadi pada wilayah yang terkena impak langsung dari pembebanan pada bagian depan. Pada gambar tersebut daerah yang rawan terhadap gagal buckling merupakan daerah yang terkena impak langsung dari pembebanan tersebut. Jika dilihat dari nilai eigen yang dihasilkan yaitu , kemungkinan terjadi buckling lebih besar dibandingkan pada skenario-skenario sebelumnya. Tetapi nilai eigen yang dihasilkan masih dapat dikategorikan sebagai aman. Sedangkan pada Gambar 5.22 terlihat hasil dari analisa buckling memperlihatkan daerah yang rawan untuk terjadinya gagal buckling akibat pembebanan impak di bagian tengah vessel. Sama sepeti pembebanan sebelumnya kemungkinan buckling terjadi pada daerah yang terkena impak langsung oleh pembebanan tersebut. Jika dilihat dari nilai eigen yang dihasilkan pembebanan impak pada bagian tengah menghasilkan nilai eigen yang lebih kecil dari sebelumtnya yaitu 4, Sehingga kemungkinan terjadinya buckling menjadi lebih besar lagi pada pembebanan impak di bagian tengah ini. Hal ini dapat disebabkan oleh tidak adanya tulangan yang menyangga pada bagian lantai bawah vessel.

21 Gambar 5.22 Hasil tampilan analisa buckling pada skenario pembebanan 3 bagian tengah Tetapi dengan melihat besaran nilai eigen yang dihasilkan hasil pembebanan ini juga masih dapat dikategorikan sebagai aman. Terakhir pada hasil analisa pembebanan impak pada bagian belakang vessel yang ditunjukkan pada Gambar 5.23 terlihat bahwa daerah kemungkinan terjadinya buckling mengecil dengan cukup drastis jika dibandingkan dengan wilayah kemungkinan terjadinya buckling pada pembebanan impak pada bagian depan dan tengah vessel. Hal ini disebabkan pada bagian belakang vessel memiliki tulangan yang cukup banyak jika dibandingkan dengan bagian-bagian lainnya. Hasil analisa tersebut juga didukung dengan besarnya nilai eigen yang dihasilkan yaitu mencapai 15, Dengan angka sebesar ini dapat diartikan bahwa dibutuhkan beban dengan besar hampir 16 kali lipat dari beban saat itu untuk menyebabkan terjadinya kegagalan akibat buckling. Sehingga terlihat jelas kalau pembebanan impak pada bagian belakang dapat dikategorikan sangat aman dari kemungkinan terjadinya gagal buckling. Hasil keseluruhan dari analisa buckling pada skenario pembebanan 3 telah dirangkum dalam Tabel 5.7 sebagai berikut.

22 Gambar 5.23 Hasil tampilan analisa buckling pada skenario pembebanan 3 bagian belakang Tabel 5.7 Hasil analisa buckling pada skenario pembebanan 3 Titik Kritis Posisi Pembebanan Nilai Eigen remarks 1 Lantai Depan 4,4267 aman 2 Lantai Tengah 4,06 aman 3 Lantai Belakang 15,789 aman

23

BAB III PENGUMPULAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DATA BAB III PENGUMPULAN DATA 3.1 Data Teknis Rear Tipper Vessel TV35- Rear Tipper Vessel merupakan salah satu tipe vessel produksi dari PT. United Tractors Pandu Engineering dengan tipe rear unloading atau

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN MODEL

BAB IV PEMBUATAN MODEL BAB IV PEMBUATAN MODEL 4.1. Pembuatan Model Geometri Untuk menganalisa dengan menggunakan metode elemen hingga hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat model geometri dari vessel tersebut terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Contoh Gambar dari Rear Tipper Vessel [9]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Contoh Gambar dari Rear Tipper Vessel [9] BAB I PENDAHULUAN 1.1 Perkenalan Perkembangan dunia transportasi telah menjadi salah satu sorotan utama masyarakat dunia pada dewasa ini. Untuk mendukung keterlanjutan akan perkembangan tersebut, dibutuhkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN MEKANISME ALAT ANGKUT KAPASITAS 10 TON TESIS

PERANCANGAN MEKANISME ALAT ANGKUT KAPASITAS 10 TON TESIS PERANCANGAN MEKANISME ALAT ANGKUT KAPASITAS 10 TON TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Universitas Pasundan Bandung AGUS SALEH NPM :128712004 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

: Rian Firmansyah NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

: Rian Firmansyah NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. DESAIN DAN ANALISIS PEMROSES LIMBAH INFEKSIUS MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTODESK INVENTOR Nama : Rian Firmansyah NPM : 26411096 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Rr. Sri

Lebih terperinci

ANALISA STATIS PADA STRUKTUR RANGKA CHASSIS KENDARAAN RODA TIGA SKRIPSI

ANALISA STATIS PADA STRUKTUR RANGKA CHASSIS KENDARAAN RODA TIGA SKRIPSI ANALISA STATIS PADA STRUKTUR RANGKA CHASSIS KENDARAAN RODA TIGA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh : FARIS ADITYA PUTRA NIM. I 0410018 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam SIDANG TUGAS AKHIR TM091476 Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam Oleh: AGENG PREMANA 2108 100 603 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

Bab IV Analisis. 4.1 Uji Konvergensi

Bab IV Analisis. 4.1 Uji Konvergensi Bab IV Analisis... 37 4.1 Uji Konvergensi... 37 4.1.1 Pendahuluan... 37 4.1.2 Uji Konvergensi pada model tanpa cacat... 37 4.1.3 Uji Konvergensi pada model cacat... 39 4.2 Analisis Tegangan Bilah Kipas...

Lebih terperinci

ANALISA POROS ALAT UJI KEAUSAN UNTUK SISTEM KONTAK TWO-DISC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA POROS ALAT UJI KEAUSAN UNTUK SISTEM KONTAK TWO-DISC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA SKRIPSI ANALISA POROS ALAT UJI KEAUSAN UNTUK SISTEM KONTAK TWO-DISC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA ANANG HADI SAPUTRO NIM. 201254007 DOSEN PEMBIMBING Taufiq Hidayat, ST., MT. Qomaruddin, ST.,

Lebih terperinci

ANALISA POROS ALAT UJI KEAUSAN UNTUK SISTEM KONTAKTWO- DISC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA POROS ALAT UJI KEAUSAN UNTUK SISTEM KONTAKTWO- DISC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISA POROS ALAT UJI KEAUSAN UNTUK SISTEM KONTAKTWO- DISC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Anang Hadi Saputro Program StudiTeknik Mesin, FakultasTeknik UniversitasMuria Kudus Email: ananghadisaputro7@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS DESAIN MOBILE STAND VOLVO FH16-SST45 MENGGUNAKAN CATIA V5

ANALISIS DESAIN MOBILE STAND VOLVO FH16-SST45 MENGGUNAKAN CATIA V5 ANALISIS DESAIN MOBILE STAND VOLVO FH16-SST45 MENGGUNAKAN CATIA V5 Akhmad Faizin, Dipl.Ing.HTL, M.T. Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang E-mail: faizin_poltek@yahoo.com ABSTRAK Mobile Stand

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 HASIL PERHITUNGAN DENGAN SUDUT KEMIRINGAN KEARAH DEPAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 HASIL PERHITUNGAN DENGAN SUDUT KEMIRINGAN KEARAH DEPAN 30 BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 HASIL PERHITUNGAN DENGAN SUDUT KEMIRINGAN KEARAH DEPAN Tabel 4.2 Kapasitas beban angkat dengan variasi kemiringan sudut ke arah depan. Kemiringan Linde H25D No Sudut ke

Lebih terperinci

Analisis Kekuatan Konstruksi Underframe Pada Prototype Light Rail Transit (LRT)

Analisis Kekuatan Konstruksi Underframe Pada Prototype Light Rail Transit (LRT) Analisis Kekuatan Konstruksi Underframe Pada Prototype Light Rail Transit (LRT) Roby Tri Hardianto 1*, Wahyudi 2, dan Dhika Aditya P. 3 ¹Program Studi Teknik Desain dan Manufaktur, Jurusan Teknik Permesinan

Lebih terperinci

ANALISIS DESAIN MOBILE STAND VOLVO FH16-SST45 MENGGUNAKAN CATIA V5

ANALISIS DESAIN MOBILE STAND VOLVO FH16-SST45 MENGGUNAKAN CATIA V5 ANALISIS DESAIN MOBILE STAND VOLVO FH16-SST45 MENGGUNAKAN CATIA V5 Akhmad Faizin, Dipl.Ing.HTL, M.T. Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang E-mail: faizin_poltek@yahoo.com ABSTRAK Mobile Stand

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2]

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2] BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Elemen Hingga Analisa kekuatan sebuah struktur telah menjadi bagian penting dalam alur kerja pengembangan desain dan produk. Pada awalnya analisa kekuatan dilakukan dengan

Lebih terperinci

MODEL PORTAL 3 DIMENSI

MODEL PORTAL 3 DIMENSI MODEL PORTAL 3 DIMENSI Portal direncanakan menggunakan code ACI 318-05/IBC 2003 dengan mutu baja dengan tegangan leleh Fy = 240000 KN/m, dan Mutu Beton f c = 25 Mpa. Kombinasi pembebanan sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serta kemudahan bagi pemakai jalan dalam berlalu lintas, maka diperlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. serta kemudahan bagi pemakai jalan dalam berlalu lintas, maka diperlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk mempertimbangkan keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran serta kemudahan bagi pemakai jalan dalam berlalu lintas, maka diperlukan perlengkapan jalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelancaran serta kemudahan bagi pemakai jalan dalam berlalu lintas, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. kelancaran serta kemudahan bagi pemakai jalan dalam berlalu lintas, maka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mempertimbangkan keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran serta kemudahan bagi pemakai jalan dalam berlalu lintas, maka diperlukan perlengkapan jalan

Lebih terperinci

Jurnal Teknika Atw 1

Jurnal Teknika Atw 1 PENGARUH BENTUK PENAMPANG BATANG STRUKTUR TERHADAP TEGANGAN DAN DEFLEKSI OLEH BEBAN BENDING Agung Supriyanto, Joko Yunianto P Program Studi Teknik Mesin,Akademi Teknologi Warga Surakarta ABSTRAK Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perancangan Pada penelitian ini digunakan jenis pendekatan eksperimen desain dengan menggunakan bantuan software yang dapt mensimulasikan pengujian analisis beban statis

Lebih terperinci

Sumber :

Sumber : Sepeda motor merupakan kendaraan beroda dua yang ditenagai oleh sebuah mesin. Penggunaan sepeda motor di Indonesia sangat populer karena harganya yang relatif murah. Sumber : http://id.wikipedia.org Rachmawan

Lebih terperinci

Simulasi Tegangan pada Rangka Sepeda Motor

Simulasi Tegangan pada Rangka Sepeda Motor Simulasi Tegangan pada Rangka Sepeda Motor Muhammad Hasan Albana*, Faizul Praja*, Benny Haddli Irawan* Batam Polytechnics Mechanical Engineering Study Program Jln. Ahmad Yani, Batam Centre, Batam 29461,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya maupun teknik tidak terlepas dari bangunan tetapi dalam perencanaan bangunan sering tidak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN TEGANGAN DAN SIMULASI SOFTWARE

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN TEGANGAN DAN SIMULASI SOFTWARE BAB IV ANALISA PERHITUNGAN TEGANGAN DAN SIMULASI SOFTWARE 4.1 Momen Lentur Akibat Ledakan Dalam Ruang Bakar Sebuah poros engkol motor bakar yang sedang melakukan kerja akan mendapatkan pembebanan berupa

Lebih terperinci

BAB IV PEMODELAN ELEMEN HINGGA

BAB IV PEMODELAN ELEMEN HINGGA BAB IV PEMODELAN ELEMEN HINGGA 4.1 Deskripsi Umum Struktur sandwich yang akan dimodelkan dalam tugas akhir ini berupa kolom yang terdiri dari dua jenis. Model pertama adalah kolom sandwich dengan face

Lebih terperinci

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( ) TUGAS AKHIR STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7 Oleh : RACHMAWATY ASRI (3109 106 044) Dosen Pembimbing: Budi Suswanto, ST. MT. Ph.D

Lebih terperinci

Analisa Kegagalan Crane Pedestal Akibat Beban Ledakan

Analisa Kegagalan Crane Pedestal Akibat Beban Ledakan Jurusan Teknik Kelautan FTK ITS Analisa Kegagalan Crane Pedestal Akibat Beban Ledakan Disusun Oleh : Mochammad Ramzi (4310100096) Pembimbing : Yoyok Setyo H., ST., MT. Ph.D Ir. Handayanu, M.Sc, Ph.D Latar

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK BUCKLING PADA KOLOM CRANE KAPAL FLOATING LOADING FACILITY (FLF) BERBASIS FINITE ELEMENT METHOD (FEM)

STUDI KARAKTERISTIK BUCKLING PADA KOLOM CRANE KAPAL FLOATING LOADING FACILITY (FLF) BERBASIS FINITE ELEMENT METHOD (FEM) STUDI KARAKTERISTIK BUCKLING PADA KOLOM CRANE KAPAL FLOATING LOADING FACILITY (FLF) BERBASIS FINITE ELEMENT METHOD (FEM) Ihsan Aldi Prasetyo 1, Ahmad Fauzan Zakki 1, Hartono Yudo 1 1) Departemen Teknik

Lebih terperinci

PENGANTAR SAP2000. Model Struktur. Menu. Toolbar. Window 2. Window 1. Satuan

PENGANTAR SAP2000. Model Struktur. Menu. Toolbar. Window 2. Window 1. Satuan MODUL SAP2000 V 11 PENGANTAR SAP2000 Program SAP2000 sebagai salah satu program rekayasa teknik sipil yang berbeda dengan program komputer pada umumnya. Hal ini disebabkan pengguna program ini dituntut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari ketinggian shear wall yang optimal untuk gedung perkantoran 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari ketinggian shear wall yang optimal untuk gedung perkantoran 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metode penelitian ini menggunakan metode analisis perancangan yang difokuskan untuk mencari ketinggian shear wall yang optimal untuk gedung perkantoran 22 lantai.

Lebih terperinci

Simulasi Tegangan pada Rangka Sepeda Motor

Simulasi Tegangan pada Rangka Sepeda Motor Jurnal Integrasi vol. 7, no. 2, 2015, 146-150 ISSN: 2085-3858 (print version) Article History Received 14 August 2015 Accepted 15 September 2015 Simulasi Tegangan pada Rangka Sepeda Motor Muhammad Hasan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BALOK DENGAN PENGAKU BADAN

PERHITUNGAN BALOK DENGAN PENGAKU BADAN PERHITUNGAN BALOK DENGAN PENGAKU BADAN A. DATA BAHAN [C]2011 : M. Noer Ilham Tegangan leleh baja (yield stress ), f y = 240 MPa Tegangan sisa (residual stress ), f r = 70 MPa Modulus elastik baja (modulus

Lebih terperinci

ANALISA GESEKAN PENGEREMAN HIDROLIS (REM CAKRAM) DAN TROMOL PADA KENDARAAN RODA EMPAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA GESEKAN PENGEREMAN HIDROLIS (REM CAKRAM) DAN TROMOL PADA KENDARAAN RODA EMPAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISA GESEKAN PENGEREMAN HIDROLIS (REM CAKRAM) DAN TROMOL PADA KENDARAAN RODA EMPAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Afrizal Annas Dzikrullah 1*, Qomaruddin 2, Masruki Khabib 3 1,2,3 Program Studi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini akan dilakukan analisis studi kasus pada pipa penyalur yang dipendam di bawah tanah (onshore pipeline) yang telah mengalami upheaval buckling. Dari analisis ini nantinya

Lebih terperinci

ANALISIS TEGANGAN, DEFLEKSI, DAN FAKTOR KEAMANAN PADA PEMODELAN FOOTSTEP HOLDER SEPEDA MOTOR Y BERBASIS SIMULASI ELEMEN HINGGA

ANALISIS TEGANGAN, DEFLEKSI, DAN FAKTOR KEAMANAN PADA PEMODELAN FOOTSTEP HOLDER SEPEDA MOTOR Y BERBASIS SIMULASI ELEMEN HINGGA Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi ANALISIS TEGANGAN, DEFLEKSI, DAN FAKTOR KEAMANAN PADA PEMODELAN FOOTSTEP HOLDER SEPEDA MOTOR Y BERBASIS SIMULASI ELEMEN HINGGA Slamet

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemodelan Benda Uji pada Program AutoCAD 1. Penamaan Benda Uji Variasi yang terdapat pada benda uji meliputi diameter lubang,jarak antar lubang, dan panjang bentang.

Lebih terperinci

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul Sistem Struktur 2ton y Sambungan batang 5ton 5ton 5ton x Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul a Baut Penyambung Profil L.70.70.7 a Potongan a-a DESAIN BATANG TARIK Dari hasil analisis struktur, elemen-elemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pemakaian baja struktural baja ringan (cold form steel) semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pemakaian baja struktural baja ringan (cold form steel) semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pemakaian baja struktural baja ringan (cold form steel) semakin banyak digunakan dalam konstruksi bangunan, hal ini diakibatkan karena semakin sulitnya

Lebih terperinci

ANALISA TEGANGAN POROS BAJA AISI 1045 PADA MESIN GERGAJI KAYU AKIBAT TORSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA TEGANGAN POROS BAJA AISI 1045 PADA MESIN GERGAJI KAYU AKIBAT TORSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA S K R I P S I ANALISA TEGANGAN POROS BAJA AISI 1045 PADA MESIN GERGAJI KAYU AKIBAT TORSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA ACHMAD MURDIFIN NIM. 201254082 DOSEN PEMBIMBING Qomaruddin, ST., MT. Rochmad

Lebih terperinci

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA Jatmoko Awali, Asroni Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar Dewantara No. 116 Kota Metro E-mail : asroni49@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR FRAME-SHEAR WALL

ANALISIS STRUKTUR FRAME-SHEAR WALL ANALISIS STRUKTUR FRAME-SHEAR WALL Suatu model struktur portal dengan dinding geser ( shear wall ) bangunan gedung 6 lantai dari beton bertulang dengan konfigurasi seperti pada gambar. Atap Lantai 5 3,5m

Lebih terperinci

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian Pada penelitian ini, perencanaan struktur gedung bangunan bertingkat dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan perhitungan,

Lebih terperinci

Analisis Dinamik Struktur dengan Respon Spektrum berdasarkan SNI 1726:2012 menggunakan SAP2000

Analisis Dinamik Struktur dengan Respon Spektrum berdasarkan SNI 1726:2012 menggunakan SAP2000 Analisis Dinamik Struktur dengan Respon Spektrum berdasarkan SNI 1726:2012 menggunakan SAP2000 Baru-baru ini, Indonesia mengeluarkan regulasi baru tentang standar perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: Hydrotest, Faktor Keamanan, Pipa, FEM ( Finite Element Method )

Abstrak. Kata kunci: Hydrotest, Faktor Keamanan, Pipa, FEM ( Finite Element Method ) PERBANDINGAN PRESSURE AKTUAL HYDROTEST WELDING PIPE API 5L B PSL 1 ERW SCH 10 Ø30 TERHADAP TEGANGAN LULUH DENGAN SIMULASI NUMERIK METODE FEM ( FINITE ELEMENT METHOD ) Muhammad Irawan *, Nurul Laili Arifin

Lebih terperinci

Oleh: Bayu Wijaya Pembimbing: Dr. Ir. Agus Sigit Pramono, DEA

Oleh: Bayu Wijaya Pembimbing: Dr. Ir. Agus Sigit Pramono, DEA Oleh: Bayu Wijaya 2108100707 Pembimbing: Dr. Ir. Agus Sigit Pramono, DEA Latar Belakang Perumusan Masalah Bentuk, ukuran, dan material dari dudukan winch agar aman saat menarik beban. Bentuk, ukuran, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbuat dari beton, baja atau keduanya tidak lepas dari elemenelemen. pelat, kolom maupun balok kolom. Masing-masing elemen

BAB I PENDAHULUAN. terbuat dari beton, baja atau keduanya tidak lepas dari elemenelemen. pelat, kolom maupun balok kolom. Masing-masing elemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu konstruksi bangunan, terutama pada konstruksi yang terbuat dari beton, baja atau keduanya tidak lepas dari elemenelemen pelat, kolom maupun balok kolom. Masing-masing

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI BERAT PENGEMUDI TERHADAP PERANCANGAN KEKUATAN KONSTRUKSI RANGKA SEPEDA HYBRID TRISONA

PENGARUH VARIASI BERAT PENGEMUDI TERHADAP PERANCANGAN KEKUATAN KONSTRUKSI RANGKA SEPEDA HYBRID TRISONA PENGARUH VARIASI BERAT PENGEMUDI TERHADAP PERANCANGAN KEKUATAN KONSTRUKSI RANGKA SEPEDA HYBRID TRISONA Bambang Setyono 1, Mrihrenaningtyas 2, Abdul Hamid 3 1, 2 Teknik Mesin, 3 Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

ANALISA KEKUATAN CRANKSHAFT DUA-SILINDER KAPASITAS 650 CC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEKUATAN CRANKSHAFT DUA-SILINDER KAPASITAS 650 CC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SIDANG TUGAS AKHIR: ANALISA KEKUATAN CRANKSHAFT DUA-SILINDER KAPASITAS 650 CC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir Sengkang merupakan elemen penting pada kolom untuk menahan beban gempa. Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk menahan tulangan utama dan

Lebih terperinci

Analisis Kekuatan Struktur Penyangga Konveyor Yang Dipengaruhi Oleh Korosi Dengan Bantuan Software Solidworks

Analisis Kekuatan Struktur Penyangga Konveyor Yang Dipengaruhi Oleh Korosi Dengan Bantuan Software Solidworks Analisis Kekuatan Struktur Penyangga Konveyor Yang Dipengaruhi Oleh Korosi Dengan Bantuan Software Solidworks Iwan Agustiawan *, Meilinda Nurbanasari dan M Firmansyah Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Perencanaan sebuah struktur bangunan baru merupakan sebuah tahap yang sangat kritis dimana setiap bagian yang direncanakan harus benar benar diperhatikan dengan teliti

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data Data Awal Analisa Tegangan Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam analisa tegangan ini, baik perhitungan analisa tegangan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Tabel A-1 Angka Praktis Plat Datar

LAMPIRAN A. Tabel A-1 Angka Praktis Plat Datar LAMPIRAN A Tabel A-1 Angka Praktis Plat Datar LAMPIRAN B Tabel B-1 Analisa Rangkaian Lintas Datar 80 70 60 50 40 30 20 10 F lokomotif F gerbong v = 60 v = 60 1 8825.959 12462.954 16764.636 22223.702 29825.540

Lebih terperinci

Kuliah ke-2. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax:

Kuliah ke-2. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax: Kuliah ke-2.. Regangan Normal Suatu batang akan mengalami perubahan panjang jika dibebani secara aksial, yaitu menjadi panjang jika mengalami tarik dan menjadi pendek jika mengalami tekan. Berdasarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam penelitian, sehingga pelaksanaan dan hasil penelitian bisa untuk dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS TEGANGAN STATIK PADA UNIT SQUARE END A-JACK DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISIS TEGANGAN STATIK PADA UNIT SQUARE END A-JACK DENGAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISIS TEGANGAN STATIK PADA UNIT SQUARE END A-JACK DENGAN METODE ELEMEN HINGGA Isriyanda Dwiprawira dan Harman Ajiwibowo, Ph.D Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut

Lebih terperinci

Studi Kekuatan Puncak Struktur Crane Pedestal Fpso Belanak Akibat Interaksi Gerakan Dinamis Cargo pada Crane

Studi Kekuatan Puncak Struktur Crane Pedestal Fpso Belanak Akibat Interaksi Gerakan Dinamis Cargo pada Crane JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 G-129 Studi Kekuatan Puncak Struktur Crane Pedestal Fpso Belanak Akibat Interaksi Gerakan Dinamis Cargo pada Crane Angga S. Pambudi, Eko Budi

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN THE BELLEZZEA OFFICE JAKARTA SELATAN MENGGUNAKAN FLAT SLAB

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN THE BELLEZZEA OFFICE JAKARTA SELATAN MENGGUNAKAN FLAT SLAB PRESENTASI TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN THE BELLEZZEA OFFICE JAKARTA SELATAN MENGGUNAKAN FLAT SLAB Dosen Pembimbing : Endah Wahyuni, ST., MSc., Ph.D Dr.techn Pudjo Aji, ST., MT

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PENYERAPAN ENERGI CRASH BOX MULTI SEGMEN MENGGUNAKAN SIMULASI KOMPUTER

KEMAMPUAN PENYERAPAN ENERGI CRASH BOX MULTI SEGMEN MENGGUNAKAN SIMULASI KOMPUTER KEMAMPUAN PENYERAPAN ENERGI CRASH BOX MULTI SEGMEN MENGGUNAKAN SIMULASI KOMPUTER Halman 1, Moch. Agus Choiron 2, Djarot B. Darmadi 3 1-3 Program Magister Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Umum Beban Gempa Menurut SNI 1726: Perkuatan Struktur Bresing...

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Umum Beban Gempa Menurut SNI 1726: Perkuatan Struktur Bresing... DAFTAR ISI PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan...

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS KONSTRUKSI SINGLE

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS KONSTRUKSI SINGLE KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS KONSTRUKSI SINGLE DAN DOUBLE PADA 18.500 DWT DRY CARGO VESSEL DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM KOMPUTER YANG BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA DITINJAU DARI PENGGUNAAN MATERIAL,HARGA,BIAYA

Lebih terperinci

SIMULASI BEBAN STATIS PADA RANGKA MOBIL GOKART LISTRIK TMUG 03 DENGAN MENGGUNAKAN SOLIDWORKS 2014

SIMULASI BEBAN STATIS PADA RANGKA MOBIL GOKART LISTRIK TMUG 03 DENGAN MENGGUNAKAN SOLIDWORKS 2014 SIMULASI BEBAN STATIS PADA RANGKA MOBIL GOKART LISTRIK TMUG 03 DENGAN MENGGUNAKAN SOLIDWORKS 2014 Agus Supriatna 20412401 Teknik Mesin Pembimbing: Dr. RR. Sri Poernomo Sari, ST., MT. LATAR BELAKANG Energi

Lebih terperinci

Tutorial SolidWorks : Analisa tegangan dengan COSMOSXpress (seri 1)

Tutorial SolidWorks : Analisa tegangan dengan COSMOSXpress (seri 1) Tutorial SolidWorks : Analisa tegangan dengan COSMOSXpress (seri 1) Agus Fikri Rosjadi agus.fikri@gmail.com http://agus-fikri.blogspot.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di agus-fikri.blogspot.com dapat

Lebih terperinci

DESAIN STRUKTUR PORTAL DINDING GESER DENGAN VARIASI DAKTILITAS SKRIPSI. Oleh : UBAIDILLAH

DESAIN STRUKTUR PORTAL DINDING GESER DENGAN VARIASI DAKTILITAS SKRIPSI. Oleh : UBAIDILLAH DESAIN STRUKTUR PORTAL DINDING GESER DENGAN VARIASI DAKTILITAS SKRIPSI Oleh : UBAIDILLAH 04 03 01 071 2 DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GASAL 2007/2008 770/FT.01/SKRIP/01/2008

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN BAB III METODOLOGI PERENCANAAN 3.1. Diagram Alir Perencanaan Struktur Atas Baja PENGUMPULAN DATA AWAL PENENTUAN SPESIFIKASI MATERIAL PERHITUNGAN PEMBEBANAN DESAIN PROFIL RENCANA PERMODELAN STRUKTUR DAN

Lebih terperinci

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS BAB III STUDI KASUS Pada bagian ini dilakukan 2 pemodelan yakni : pemodelan struktur dan juga pemodelan beban lateral sebagai beban gempa yang bekerja. Pada dasarnya struktur yang ditinjau adalah struktur

Lebih terperinci

VII. KOLOM Definisi Kolom Rumus Euler untuk Kolom. P n. [Kolom]

VII. KOLOM Definisi Kolom Rumus Euler untuk Kolom. P n. [Kolom] VII. KOOM 7.1. Definisi Kolom Kolom adalah suatu batang struktur langsing (slender) yang dikenai oleh beban aksial tekan (compres) pada ujungnya. Kolom yang ideal memiliki sifat elastis, lurus dan sempurna

Lebih terperinci

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. : Perancangan Struktur Beton. Pondasi. Pertemuan 12,13,14

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. : Perancangan Struktur Beton. Pondasi. Pertemuan 12,13,14 Mata Kuliah Kode SKS : Perancangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Pondasi Pertemuan 12,13,14 Sub Pokok Bahasan : Pengantar Rekayasa Pondasi Jenis dan Tipe-Tipe Pondasi Daya Dukung Tanah Pondasi Telapak

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. memiliki tampilan input seperti pada gambar 4.1 berikut.

BAB 4 PEMBAHASAN. memiliki tampilan input seperti pada gambar 4.1 berikut. BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Program Dalam membantu perhitungan maka akan dibuat suatu program bantu dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic. Adapun program tersebut memiliki tampilan input

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 4

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 4 Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Pondasi Pertemuan - 4 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK : Mahasiswa dapat mendesain penampang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Posisi Indonesia terletak diantara pertemuan 4 lempeng tektonik yaitu, lempeng Filipina, lempeng Eurasia, lempeng Pasifik dan Lempeng Hindia-Australia. Akibat letaknya

Lebih terperinci

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( ) Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA (3109 106 045) Dosen Pembimbing: BUDI SUSWANTO, ST.,MT.,PhD. Ir. R SOEWARDOJO, M.Sc PROGRAM SARJANA LINTAS JALUR JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beban Struktur Pada suatu struktur bangunan, terdapat beberapa jenis beban yang bekerja. Struktur bangunan yang direncanakan harus mampu menahan beban-beban yang bekerja pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tipis dan mengalami tegangan tekan akan mengalami masalah. instabiltas tekuk atau buckling. Buckling merupakan suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. tipis dan mengalami tegangan tekan akan mengalami masalah. instabiltas tekuk atau buckling. Buckling merupakan suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar struktur yang memiliki dimensi langsing atau tipis dan mengalami tegangan tekan akan mengalami masalah instabiltas tekuk atau buckling. Buckling merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMILIHAN MATERIAL DAN INSTALASI

BAB IV PEMILIHAN MATERIAL DAN INSTALASI BAB IV PEMILIHAN MATERIAL DAN INSTALASI 4.1 SANDWICH PANEL Tugas pertama dari perancangan sandwich panel adalah memilih material insulasi yang tepat. Hal ini sangat penting karena fungsi utama pemilihan

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI ELEMEN HINGGA KEKUATAN CRANE HOOK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS SUMBER TERBUKA

ANALISIS SIMULASI ELEMEN HINGGA KEKUATAN CRANE HOOK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS SUMBER TERBUKA ANALISIS SIMULASI ELEMEN HINGGA KEKUATAN CRANE HOOK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS SUMBER TERBUKA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik GUNAWAN NIM.

Lebih terperinci

ANALISA BUCKLING TIANG MAST CRANE AKIBAT BEBAN LENTUR MENGGUNAKAN SOFTWARE BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA BUCKLING TIANG MAST CRANE AKIBAT BEBAN LENTUR MENGGUNAKAN SOFTWARE BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA ANALISA BUCKLING TIANG MAST CRANE AKIBAT BEBAN LENTUR MENGGUNAKAN SOFTWARE BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA Tanellia Soraya N. 1, Hartono Yudo 1, Berlian Arswendo A. 1 1) S1 Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Disusun oleh: Nama: Eko Warsito Nrp :

Disusun oleh: Nama: Eko Warsito Nrp : Disusun oleh: Nama: Eko Warsito Nrp :4211106008 PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA OUTLINE METODOLOGI ANALISA DATA & PEMBAHASAN KESIMPULAN & SARAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN Perindustrian diera sekarang semakin

Lebih terperinci

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL Oleh : Fajar Nugroho Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan,Institut Teknologi Padang fajar_nugroho17@yahoo.co.id

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER MAKALAH TUGAS AKHIR PS 1380 MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER FERRY INDRAHARJA NRP 3108 100 612 Dosen Pembimbing Ir. SOEWARDOYO, M.Sc. Ir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Umum Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral dan aksial. Suatu batang yang menerima gaya aksial desak dan lateral secara bersamaan disebut balok

Lebih terperinci

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO www.designfreebies.org PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN 130-150 kn Latar Belakang Kestabilan batuan Tolok ukur keselamatan kerja di pertambangan bawah tanah Perencanaan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN TUMPUAN (BEARING ) 1. DATA TUMPUAN. M u = Nmm BASE PLATE DAN ANGKUR ht a L J

PERHITUNGAN TUMPUAN (BEARING ) 1. DATA TUMPUAN. M u = Nmm BASE PLATE DAN ANGKUR ht a L J PERHITUNGAN TUMPUAN (BEARING ) BASE PLATE DAN ANGKUR ht h a 0.95 ht a Pu Mu B I Vu L J 1. DATA TUMPUAN BEBAN KOLOM DATA BEBAN KOLOM Gaya aksial akibat beban teraktor, P u = 206035 N Momen akibat beban

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN 4.1 PERHITUNGAN CETAKAN ES Dari gambar 3.7.b didapat volume total cetakan adalah 0.013160739.18 m 3 0.013 m 3. Dengan massa jenis es, ρ es = 900 kg/m 3, maka massa es, m air

Lebih terperinci

Alternatif Material Hood dan Side Panel Mobil Angkutan Pedesaan Multiguna

Alternatif Material Hood dan Side Panel Mobil Angkutan Pedesaan Multiguna JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-1 Alternatif Material Hood dan Side Panel Mobil Angkutan Pedesaan Multiguna Muhammad Ihsan dan I Made Londen Batan Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PERANCANGAN DAN ANALISIS

BAB IV PROSES PERANCANGAN DAN ANALISIS BAB IV PROSES PERANCANGAN DAN ANALISIS 4.1 Proses Peraneangan Untuk proses peraneangan kanopi surya pada sepeda motor listrik ini dilakukan dengan tahapan yaitu : pembuatan konsep/desain, pembuatan gambar,

Lebih terperinci

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder Dalam penggunaan profil baja tunggal (seperti profil I) sebagai elemen lentur jika ukuran profilnya masih belum cukup memenuhi karena gaya dalam (momen dan gaya

Lebih terperinci

BEARING STRESS PADA BASEPLATE DENGAN CARA TEORITIS DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM SIMULASI ANSYS

BEARING STRESS PADA BASEPLATE DENGAN CARA TEORITIS DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM SIMULASI ANSYS BEARING STRESS PADA BASEPLATE DENGAN CARA TEORITIS DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM SIMULASI ANSYS TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas tugas dan melengkapi syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan konstruksi mesin pengupas serabut kelapa ini terlihat pada Gambar 3.1. Mulai Survei alat yang sudah ada dipasaran

Lebih terperinci

PENGARUH PENINGKATAN KAPASITAS AIR TERHADAP KEKUATAN STRUKTUR BAK SEDIMENTASI PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR

PENGARUH PENINGKATAN KAPASITAS AIR TERHADAP KEKUATAN STRUKTUR BAK SEDIMENTASI PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR PENGARUH PENINGKATAN KAPASITAS AIR TERHADAP KEKUATAN STRUKTUR BAK SEDIMENTASI PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR I Komang Muliartha NRP : 0021080 Pembimbing : Olga Pattipawaej, Ph.D FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PENGEMBANGAN MATERIAL DAN DESAIN BLOK REM KOMPOSIT

BAB V ANALISIS PENGEMBANGAN MATERIAL DAN DESAIN BLOK REM KOMPOSIT BAB V ANALISIS PENGEMBANGAN MATERIAL DAN DESAIN BLOK REM KOMPOSIT Analisis dilakukan dengan membandingkan parameter komposisi modifikasi material terhadap kekuatan mekanik dari spesimen serta koefisien

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Evaluasi Dengan Software Csicol

LAMPIRAN 1 Evaluasi Dengan Software Csicol 60 LAMPIRAN 1 Evaluasi Dengan Software Csicol Pertama yang dilakukan ialah dengan menginputkan dimensi kolom dan gaya dalam yang didapat dari ETABS pada CSICOL. Berikut langkah input pada program CSICOL.

Lebih terperinci

ANALISIS KEKUATAN UNDER FRAME KERETA BARANG MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISIS KEKUATAN UNDER FRAME KERETA BARANG MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA NLISIS KEKUTN UNDER FRME KERET BRNG MENGGUNKN METODE ELEMEN HINGG Djoeli Satrijo 1), Tony Prahasto 2) bstrak Kereta merupakan salah satu modal transportasi massal untuk barang dan penumpang yang penting.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko,1996).

BAB I PENDAHULUAN. runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko,1996). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, banyak kita temukan fenomena konstruksi bangunan yang dinyatakan layak huni namun pada kenyataannya bangunan tersebut mengalami kegagalan dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

ANALISIS DESAIN MODIFIED V-STAY PADA VOLVO FH16 MENGGUNAKAN CATIA V5

ANALISIS DESAIN MODIFIED V-STAY PADA VOLVO FH16 MENGGUNAKAN CATIA V5 ANALISIS DESAIN MODIFIED V-STAY PADA VOLVO FH16 MENGGUNAKAN CATIA V5 Akhmad Faizin, Dipl.Ing.HTL, M.T. Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang E-mail: faizin_poltek@yahoo.com ABSTRAK Rangkaian V-Stay

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tahap Pengujian Simulasi Sebelum melakukan pengujian langkah yang dilakukan dalam simulasi antara lain penentuan pemodelan frame sepeda, penentuan sifat

Lebih terperinci

Prosiding SENTIA 2016 Politeknik Negeri Malang Volume 8 ISSN:

Prosiding SENTIA 2016 Politeknik Negeri Malang Volume 8 ISSN: ANALISIS KEKUATAN KOSTUM TIKUS PADA KONSTRUKSI SALURAN KABEL UDARA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH SECARA PEMODELAN MENGGUNAKAN CATIA V5 Akhmad Faizin, Dipl.Ing.HTL, M.T. Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh III. METODE PENELITIAN Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh rumah tangga yaitu tabung gas 3 kg, dengan data: Tabung 3 kg 1. Temperature -40 sd 60 o C 2. Volume 7.3

Lebih terperinci

SKRIPSI TEKNIK MESINN MEDAN Universitas Sumatera Utara

SKRIPSI TEKNIK MESINN MEDAN Universitas Sumatera Utara ANALISA KEGAGALAN PADA WORM SCREW PRESS DENGAN KAPASI ITAS OLAH 10 TON TBS/JAM SKRIPSI Skripsi Yangg Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjanaa Teknik ADY PUTRA SINAMBELA NIM. 050401016

Lebih terperinci

ANALISIS STATIK RANGKA PEMEGANG PERISAI RADIASI PADA ALAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN SOFTWARE ANSYS

ANALISIS STATIK RANGKA PEMEGANG PERISAI RADIASI PADA ALAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN SOFTWARE ANSYS ANALISIS STATIK RANGKA PEMEGANG PERISAI RADIASI PADA ALAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN SOFTWARE ANSYS Muhammad Awwaluddin, Edy Purwanta, Kusdi Prijono, Priyono, Samuel Praptoyo. Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir

Lebih terperinci