PUTERI / HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN EKSPRESI EMOSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PUTERI / HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN EKSPRESI EMOSI"

Transkripsi

1 Hubungan antara Psychological Well-Being dan Dukungan Sosial dengan Ekspresi Emosi Family Caregiver Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Relationship Between Psychological Well-Being and Social Support with Expression of Emotion Family Caregiver of Schizophrenia Patients In Hospital Regional Mental Surakarta Meinar Andari Puteri, Machmuroch, Selly Astriana Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret ABSTRAK Ekspresi emosi adalah suatu upaya mengkomunikasikan status perasaan individu yang berorientasi pada tujuan dan terdiri dari hostilitas, kritik, emosi yang berlebihan, kehangatan, dan komentar positif. Tingkat ekspresi emosi yang terdapat pada family caregiver pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Surakarta disebabkan oleh faktor pribadi dan lingkungan. Ekspresi emosi pada individu dipengaruhi oleh berbagai variabel, diantaranya yaitu psychological well-being dan dukungan sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara psychological well-being dan dukungan sosial dengan ekspresi emosi, hubungan antara psychological well-being dengan ekspresi emosi, dan hubungan antara dukungan sosial dengan ekspresi emosi pada family caregiver pasien skizofrenia di RSJD Surakarta. Sampel dalam penelitian ini merupakan 100 family caregiver pasien skizofrenia di RSJD Surakarta. Instrumen yang digunakan adalah Family Questionnaire (FQ), skala psychological well-being, dan skala dukungan sosial. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan nilai Fhitung sebesar 5,430 (> Ftabel 3,09) dengan sig. 0,006 (p < 0,05) dan nilai R = 0,317. Nilai R 2 dalam penelitian ini sebesar 0,101 atau 10,1%, dimana sumbangan efektif psychological well-being sebesar 0,1% dan sumbangan efektif dukungan sosial sebesar 10%. Secara parsial, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara psychological well-being dengan ekspresi emosi (sig 0,115 < 0,05), rx1y = 0,160; serta tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan ekspresi emosi (sig 0,432> 0,05), rx2y = 0,080. Kesimpulan pada penelitian ini adalah terdapat hubungan antara psychological well-being dan dukungan sosial dengan ekspresi emosi, tidak terdapat hubungan psychological well-being dengan ekspresi emosi, dan tidak terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan ekspresi emosi pada family caregiver pasien skizofrenia di RSJD Surakarta. Kata kunci: ekspresi emosi, psychological well-being, dukungan sosial, family caregiver pasien skizofrenia PENDAHULUAN keempat dari beberapa daerah di Indonesia dengan jumlah penderita skizofrenia terbanyak. Penderita skizofrenia dapat ditemukan Angka prevalensi kejadian skizofrenia di pada hampir seluruh bagian dunia. Prevalensi Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,33% yakni penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar angka jiwa (IICB, 2012). Salah berkisar 1%-1,3% (Sadock dan Sadock, 2007). satu daerah di Jawa Tengah dengan angka Provinsi Jawa Tengah berada pada peringkat penderita skizofrenia yang cukup banyak adalah 1

2 Surakarta. Jumlah penderita skizofrenia di skizofrenia sering memicu timbulnya tuntutan Surakarta lebih besar dari seperlima jumlah dari mereka. Stigma buruk dari masyarakat juga penderita skizofrenia di Jawa Tengah. membuat proses perawatan ODS menjadi Skizofrenia merupakan gangguan mental semakin sulit dan menjadikan hal tersebut kronik, pervasif, dan bersifat kambuhan yang sebagai beban. umumnya menyerang seseorang pada usia Terdapat dua jenis beban perawatan ODS. produktif serta merupakan penyebab utama Beban perawatan ODS terdiri atas beban disabilitas pada kelompok usia tahun objektif, seperti adanya tugas perawatan dan (Kring, 2012). Penderita skizofrenia biasanya berkurangnya waktu untuk kegiatan rekreasi. mengalami gangguan proses berpikir, gangguan Beban subjektif perawatan ODS merupakan emosi, gangguan perilaku, dan disfungsi dampak emosional dari adanya tanggung jawab kognitif. Hal ini membuat mereka mengalami perawatan yang meliputi ketegangan dalam hambatan dalam pekerjaan, hubungan sosial, kehidupan, kegelisahan, depresi keluarga karena kemampuan merawat diri, dan bidang lainnya. ketidakmandirian ODS serta kecemasan ODS Prianto (dalam Suaidy, 2006) menyatakan terhadap sesuatu (Granville, 2005). Proses bahwa hal tersebut membuat orang dengan perawatan terhadap ODS di rumah juga skizofrenia (ODS) cenderung menggantungkan menimbulkan beban psikologis yang sangat sebagian besar aspek kehidupannya pada orang berat pada keluarga. yang peduli terhadap dirinya, baik itu hubungan Selama proses perawatan muncul sikap sebagai keluarga atau relasinya. negative dari keluarga. Sikap negatif ini Individu yang secara umum merawat dan biasanya dipicu oleh tekanan emosi negatif yang mendukung individu lain dalam kehidupannya kemudian memunculkan komentar kritik dan disebut caregiver (Awad dan Voruganti, 2008). perilaku kekerasan. Bentuk komentar kritik dan Masing-masing caregiver dibedakan sesuai perilaku kekerasan ini dimasukkan ke dalam dengan gangguan yang diderita oleh orang yang aspek ekspresi emosi. dirawat. Salah satu dari caregiver skizofrenia Planalp (dalam Safaria & Saputra, 2009) yang berperan aktif dalam merawat pasien mengatakan bahwa ekspresi emosi adalah suatu skizofrenia adalah anggota keluarganya atau upaya mengkomunikasikan status perasaan yang biasa disebut family caregiver. Tugas individu yang berorientasi pada tujuan. Persepsi family caregiver skizofrenia tidak hanya dalam bentuk verbal dan non verbal adalah jenis membantu memberikan makan, mengganti baju, dari ekspresi emosi. Ekspresi emosi terdiri dari dan mempersiapkan obat untuk pasien tetapi beberapa sikap yaitu permusuhan, kritik yang juga harus memberikan dukungan baik secara berlebihan, dan dukungan yang tidak tepat. material atau psikologis. Banyaknya tugas yang Pasien dengan keluarga yang ekspresi emosinya harus dilakukan oleh family caregiver pasien tinggi dan melakukan kontak lebih lama atau 2

3 sama dengan 35 jam per minggu mempunyai sulit dicapai karena pasien skizofrenia risiko kambuh atau rawat inap ulang dua kali cenderung tidak realistis dan membuat ODS lebih besar. Hal tersebut didukung oleh hasil atau pun keluarganya mendapat isolasi dari penelitian Kavanagh pada tahun 1992 dan lingkungan luar. Kondisi pasien skizofrenia juga Barrowclough tahun 1996, menunjukkan bahwa membuat keluarga sebagai caregiver menjadi angka kekambuhan pasien skizofrenia pada tidak puas dengan hidupnya. Rasa tidak puas ini keluarga dengan ekspresi emosi (EE) yang yang memicu rendahnya tingkat psychological tinggi setelah dipantau selama 9 bulan adalah well-being. Peran family caregiver dalam 48-66%, sedangkan pada keluarga dengan EE merawat anggota keluarganya yang mengalami yang rendah angka kekambuhan 21%. gangguan skizofrenia menunculkan perlunya Brown menyebutkan (dalam Hazra dkk, pemberian dukungan sosial dari masyarakat 2010) tinggi rendahnya EE keluarga dapat sekitar untuk family caregiver pasien diketahui melalui komentar-komentar yang skizofrenia. dikeluarkan oleh keluarga pada saat proses Dukungan sosial yang diberikan pada wawancara mengenai keadaan ODS. Tingginya family caregiver ODS dapat berfungsi sebagai ekspresi emosi semakin menunjukkan rasa tidak strategi preventif untuk mengurangi stres dan puas dari family caregiver pasien skizofrenia konsekuensi negatifnya. Uchino menyatakan dan rasa tidak puas ini mengarah pada bahwa dukungan sosial mengacu pada rendahnya tingkat kebahagiaan atau kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau kesejahteraan psikologisnya. Berdasarkan hal ketersedian bantuan kepada seseorang dari tersebut salah satu faktor yang mempengaruhi orang lain atau suatu kelompok (dalam Sarafino, tinggi rendahnya ekspresi emosi family 2011). Family caregiver selain bertugas untuk caregiver skizofrenia adalah psychological wellbeing. merawat dan memberikan dukungan pada ODS, mereka juga membutuhkan dukungan dan Psychological well-being dapat diartikan bantuan dari orang lain baik berupa material sebagai kebahagiaan, dalam arti bebas dari atau psikologis. Dukungan dan bantuan ini akan distress yang dicerminkan oleh keseimbangan membuat family caregiver lebih nyaman dalam afek positif dan negatif (Diener & Larsen, merawat ODS sehingga kondisi emosi family 1993). Psychological well-being dapat tercapai caregiver juga stabil. Menurut Cobb, dkk, apabila seorang caregiver memiliki hubungan (dalam Sarafino, 1998) sumber utama dukungan personal yang baik, interaksi sosial yang baik, sosial adalah dukungan yang berasal dari kepuasan hidup, serta kemampuan untuk anggota keluarga, teman dekat, rekan kerja, menyeimbangkan emosi negatif dan positif yang saudara, dan tetangga. Sari, Johnson, dan ada pada dirinya. Bagi family caregiver pasien Johnson (dalam Ermayanti & Abdullah, 2011) skizofrenia, psychological well-being menjadi menyebutkan bahwa dengan adanya 3

4 penghargaan yang positif dari keluarga akan Dari uraian tersebut diatas peneliti tertarik membantu individu untuk meningkatkan rasa untuk melakukan penelitian dengan judul percaya dirinya. Sama halnya dengan caregiver hubungan antara psychological well-being dan pasien skizofrenia yang membutuhkan dukungan sosial dengan ekspresi emosi family dukungan sosial dari orang-orang di lingkungan caregiver pasien skizofrenia di RSJD Surakarta. tempat tinggal mereka untuk mendapatkan kenyamanan dan hal itu dapat membantu DASAR TEORI menstabilkan emosi mereka agar tercapai angka 1. Ekspresi Emosi ekspresi emosi yang rendah. Dukungan sosial Ekspresi emosi merupakan refleksi dari ini terkadang sulit didapatkan oleh family perasaan-perasaan internal, mempengaruhi caregiver pasien skizofrenia karena kurangnya perasaan internal, mengkomunikasikan pengetahuan masyarakat tentang gangguan perasaan, menunjukkan maksud, mental skizofrenia dan mereka cenderung takut mempengaruhi perilaku, dan perasaan orang didekati oleh ODS atau pun keluarganya. lain (Wade & Travis, 2007). Planalp Berdasarkan hasil wawancara dan mengatakan bahwa ekspresi emosi adalah observasi yang dilakukan pada lima orang suatu upaya mengkomunikasikan status family caregiver pasien skizofrenia yang perasaan individu yang berorientasi pada menjalani pengobatan di Rumah Sakit Jiwa tujuan (dalam Safaria & Saputra, 2009). Daerah (RSJD) Surakarta maka dapat terlihat Tingginya ekspresi emosi (EE) dari bahwa ekspresi emosi yang muncul baik itu keluarga merupakan salah satu faktor tinggi ataupun rendah pada caregiver. Jadi penyebab kekambuhan pada penderita family caregiver pasien skizofrenia gangguan skizofrenia. Hal ini didukung membutuhkan kesejahteraan psikologis dan dengan penelitian King dan Dixon (Francis dukungan dari orang-orang di sekitarnya. Hal & Papageorgiou, 2004) yang menemukan ini didukung oleh penelitian Gross dan John bahwa kekambuhan skizofrenia disebabkan (2003) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan oleh adanya expressed emotion (EE) yang individual dalam pengalaman ekspresi emosi tinggi pada keluarga. Brown menyebutkan dan selanjutnya berdampak secara berbeda tinggi rendahnya EE keluarga dapat diketahui terhadap kebahagiaan (well-being). Sheridan melalui komentar-komentar yang dikeluarkan dan Radmacker (1992) menyebutkan bahwa oleh keluarga pada saat proses wawancara adanya dukungan sosial dapat membuat mengenai keadaan ODS (dalam Hazra dkk, individu menyadari bahwa ada lingkungan 2010). terdekat individu yaitu keluarga yang siap George Brown (dalam Amaresha dan membantu individu dalam menghadapi tekanan. Venkatasubramanian, 2012) menjelaskan lima komponen EE yaitu kritik (critical 4

5 penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi. comment/cc), keterlibatan emosi yang 3. Dukungan Sosial berlebihan (emotional over involment/eoi), Cobb & Wills (dalam Sarafino, 1998) hostilitas, komentar positif, dan kehangatan. dukungan sosial mengarah pada rasa 2. Psychological Well-Being nyaman, perhatian, penghargaan atau Ryff (dalam Ryff & Keyes, 1995) bantuan yang diterima oleh individu dari mengatakan bahwa secara psikologis individu lain atau kelompok. Inti dari manusia yang memiliki sikap positif terhadap dukungan sosial adalah mengetahui bahwa diri dan orang lain adalah manusia yang orang lain mencintai dan mau melakukan mengakui dan menerima berbagai aspek yang sesuatu yang dapat mereka lakukan untuk ada dalam dirinya, baik yang bersifat baik individu. Sarason, Levine, dan Basham maupun buruk serta merasa positif dengan (dalam Kirana, 2010) menyebutkan bahwa kehidupan masa lalunya, memiliki relasi dukungan sosial adalah transaksi positif dengan orang lain, mampu melakukan interpersonal yang melibatkan salah satu dan mengarahkan perilaku secara mandiri, faktor atau lebih dari karakteristik berikut ini: penuh keyakinan diri (otonomi), dapat afeksi (ekspresi menyukai, mencintai, melakukan sesuatu bagi orang lain (memiliki mengagumi dan menghormati), penegasan tujuan hidup), dapat mengembangkan potensi (ekspresi persetujuan, penghargaan terhadap diri sesuai dengan kapasitas yang dimiliki, ketepatan, kebenaran dari beberapa tindak serta mampu mengambil peran aktif dalam pernyataan, pandangan), dan bantuan memenuhi kebutuhannya melalui (transaksi-transaksi dimana bantuan dan lingkungan. Psychological well-being pertolongan dapat langsung diberikan seperti berhubungan dengan kepuasan pribadi, barang, uang, informasi dan waktu). keterikatan, harapan, rasa syukur, stabilitas Pierce (dalam Kail & Cavanaugh, 2000) suasana hati, pemaknaan terhadap diri mendefinisikan dukungan sosial sebagai sendiri, harga diri, kegembiraan, kepuasan sumber emosional, informasional atau dan optimisme, termasuk juga mengenali pendampingan yang diberikan oleh orangorang kekuatan dan mengembangkan bakat dan disekitar individu untuk menghadapi minat yang dimiliki (Bartram & Boniwell, setiap permasalahan dan krisis yang terjadi 2007). sehari-hari dalam kehidupan. Ryff (dalam Papalia, 2002) Menurut Cohen and McKay (dalam mengemukakan enam dimensi psychological Sarason, 2013), mengklasifikasikan well-being yakni penerimaan diri, hubungan dukungan sosial dalam empat dimensi yaitu positif dengan orang lain, otonomi, appraisal support, tangible support, selfesteem support, dan belonging support. 4. Family Caregiver Pasien Skizofrenia 5

6 Caregiver adalah individu yang secara Populasi pada penelitian ini adalah family umum merawat dan mendukung individu lain caregiver pasien skizofrenia di RSJD Surakarta. (pasien) dalam kehidupannya (Awad & Sampel dalam penelitian ini sebanyak minimal Voruganti, 2008). Caregiver dibagi menjadi 100 orang yang memenuhi keriteria yakni dua, yaitu caregiver formal dan caregiver family caregiver pasien skizofrenia yang informal. Caregiver formal adalah caregiver menjalani perawatan di RSJD Surakarta dan yang menerima bayaran untuk melakukan merawat pasien skizofrenia minimal 35 jam per tugas-tugas seorang caregiver. Caregiver minggu. Teknik sampling penelitian ini adalah informal adalah caregiver yang menyediakan teknik purposive quota incidental sampling, bantuan pada individu lain yang memiliki karena sampel yang representatif dalam hubungan pribadi dengannya, seperti hubungan penelitian ini diambil secara kebetulan, yaitu keluarga, teman, ataupun tetangga. Caregiver yang sesuai dengan kriteria subjek dan yang utamanya adalah keluarga atau disebut penelitian yang ditemui dilapangan dengan family caregiver dituntut menggunakan jumlah yang sudah ditentukan. sebagian besar waktunya untuk merawat dan Metode pengumpulan data memberikan dukungan sosial demi kondisi menggunakan alat ukur berupa skala psikologi, ODS yang lebih baik. yaitu: METODE PENELITIAN 1. Skala Ekspresi Emosi Skala Ekspresi Emosi dalam penelitian Peneliti menggunakan skala likert sebagai ini diukur dengan menggunakan skala alat pengumpulan data dengan menggunakan try ekspresi emosi yang diadaptasi dan out terpakai. Try Out terpakai berarti ke dua alat dimodifikasi oleh peneliti dari alat ukur ukur penelitian hanya akan diberikan sekali ekspresi emosi yang dikembangkan oleh kepada responden kemudian diuji validitas dan Georg Wiedemann, Oliver Rayki, Elias reliabilitasnya sehingga didapatkan item valid, Feinstein, dan Kurt Hahlweg yang selanjutnya skor dari item ke dua skala dinamakan Family Questionnaire. Skala ini digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. disusun berdasarkan aspek ekspresi emosi Jumlah responden dalam try out sekaligus yang meliputi: kritik/critical Comments menjadi responden penelitian yang berjumlah (CC) dan keterlibatan emosi yang 100 orang. Responden diminta untuk mengisi berlebihan/emotional Over Involvement skala dan memberikan respon langsung terhadap (EOI). setiap pernyataan terhadap skala psikologis 2. Skala Psychological Well-Being yang diberikan. Responden penelitian ditemui commit di to user Psychological well-being dalam Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Surakarta. penelitian ini diukur dengan menggunakan skala psychological well-being yang 6

7 diadaptasi dan dimodifikasi oleh peneliti dari signifikansi ekspresi emosi adalah 0,318 alat ukur psychological well-being yang > 0,05, nilai signifikansi psychological dilakukan Ryff (1989) yang dinamakan well-being adalah 0,469 > 0,05, dan nilai Ryff s Psychological Well-Being Scale. Skala signifikansi dukungan sosial 0,241 > ini disusun berdasarkan aspek psychological 0,05. well-being yang meliputi: penerimaan diri, b. Uji Linearitas hubungan positif dengan orang lain, Pengujian pada penelitian ini kemandirian, penguasaan lingkungan, tujuan menggunakan SPSS dengan hidup, dan pertumbuhan pribadi. Peneliti menggunakan test for linearity pada taraf memodifikasi alat ukur Ryff s Psychological signifikansi 0,05. Hasil uji linearitas Well-Being Scale dengan menerjemahkannya untuk variabel psychological well-being ke dalam Bahasa Indonesia, melakukan dengan ekspresi emosi nilai Sig. linearity pengubahan penilaian (scoring), dan sebesar 0,001 (p<0.05) dan hasil uji mengurangi jumlah aitem pada skala. linearitas untuk variabel dukungan sosial 3. Skala Dukungan Sosial dengan ekspresi emosi nilai Sig. linearity Skala dukungan sosial yang digunakan sebesar 0,001 (p<0.05), maka dapat dalam penelitian ini disusun sendiri oleh disimpulkan bahwa hubungan antara tiap peneliti berdasarkan dimensi dukungan sosial variabel prediktor dengan variabel menurut Cohen dan McKay (dalam Sarason, kriterium terdapat hubungan yang linear. 2013) yaitu appraisal support, tangible 2. Uji Asumsi Klasik support, self-esteem support dan belonging Pengujian hipotesis dalam penelitian ini support. menggunakan uji regresi linier berganda. a. Uji Multikolinearitas HASIL- HASIL Berdasarkan hasil uji multikolinearitas dapat diketahui VIF pada masing-masing Penghitungan dalam penelitian ini dilakukan variabel sebesar 2,172. VIF 2,172 < 5 dengan bantuan komputer program Statistical menunjukkan bahwa antarvariabel Product and Service Solution (SPSS) versi 21. predictor tidak ada multikolinearitas. 1. Uji Asumsi Dasar b. Uji Heteroskedastisitas a. Uji Normalitas Berdasarkan hasil uji Pengujian normalitas dalam penelitian heteroskedastisitas dapat diketahui nilai ini menggunakan One Sample Kolmogrov Sig. variabel psychological well-being Smirnov dengan taraf signifikansi 0,05. sebesar 0,641 dan pada dukungan sosial Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 0,632 yang masing-masing lebih dari nilai signifikansi pada kolom. Nilai 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa 7

8 tidak terjadi heteroskedastisitas. significance (2-tailed) sebesar 0,432 (0,432 c. Uji Autokorelasi > 0,05), maka hipotesis kedua dalam Berdasarkan hasil uji autokorelasi penelitian ini ditolak. Dapat diketahui pula dapat diketahui nilai DW sebesar 1,829, nilai koefisien korelasi (r) antara dukungan nilai du sebesar 1,7152, nilai (4-dU) sosial dengan ekspresi emosi ketika sebesar 2,2848. Nilai DW terletak antara menetapkan psychological well-being du dan (4-dU) sehingga dapat sebagai variabel kontrol sebesar 0,080. disimpulkan tidak ada autokorelasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak 3. Uji Hipotesis terdapat hubungan yang signifikan antara Pada hasil uji hipotesis menunjukkan nilai dukungan sosial dengan ekspresi emosi pada korelasi (r) sebesar 0,317 dengan nilai family caregiver pasien skizofrenia di RSJD signifikansi 0,006 (p-value > 0,05). Nilai Surakarta. Fhitung sebesar 5,430 dan nilai signifikansi (pvalue) 4. Kontribusi Psychological Well-Being dan sebesar 0,006. Nilai Ttabel pada taraf Dukungan Sosial dengan Ekspresi Emosi signifikansi 0,05 adalah sebesar 3,09. Nilai Kontribusi Psychological Well-Being Thitung > Ttabel (5.430 > 3.09), maka dapat dengan Ekspresi Emosi sebesar 0.001, disimpulkan bahwa hipotesis yang sehingga dikatakan bahwa sumbangan dikemukakan dalam penelitian ini dapat efektif psychological well-being terhadap diterima, yaitu ada hubungan yang ekspresi emosi family caregiver pasien signifikan antara psychological well-being skizofrenia adalah sebesar 0,1%, sedangkan dan dukungan sosial dengan ekspresi emosi. kontribusi Dukungan Sosial dengan Ekspresi Pada hasil uji korelasi parsial yang Emosi sebesar 0.10, sehingga dikatakan pertaman menunjukkan significance (2- bahwa sumbangan efektif dukungan sosial tailed) sebesar 0,115 (0,115 > 0,05), maka terhadap ekspresi emosi family caregiver hipotesis kedua dalam penelitian ini ditolak. pasien skizofrenia adalah sebesar 10%, dan Dapat diketahui pula nilai koefisien korelasi sisanya sebesar 89,9% dipengaruhi atau (r) antara psychological well-being dengan dijelaskan oleh variabel lain yang tidak ekspresi emosi ketika menetapkan dukungan dimasukkan dalam penelitian ini. sosial sebagai variabel kontrol sebesar 5. Analisis Deskriptif 0,160. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Hasil kategorisasi pada skala tidak terdapat hubungan yang signifikan psychological well-being dapat diketahui antara psychological well-being dengan bahwa responden secara umum memiliki ekspresi emosi pada family caregiver pasien tingkat psychological well-being yang tinggi skizofrenia di RSJD Surakarta. sebanyak 71 orang atau sebesar 71%. Pada Pada hasil uji parsial yang kedua skala dukungan sosial dapat diketahui bahwa 8

9 responden secara umum memiliki tingkat psychological well-being dan dukungan sosial dukungan sosial yang tinggi sebanyak 75 secara bersama-sama terhadap ekspresi emosi orang atau sebesar 75%. Pada skala ekspresi family caregiver pasien skizofrenia di RSJD emosi dapat diketahui bahwa responden Surakarta yaitu sebesar 10,1%. Sedangkan, secara umum memiliki tingkat ekspresi sebesar 89,9% dipengaruhi atau dijelaskan oleh emosi yang rendah sebanyak 57 orang atau variabel lain yang tidak dimasukkan dalam sebesar 57%. penelitian ini. Sumbangan efektif dari psychological well-being terhadap ekspresi PEMBAHASAN emosi sebesar 0,1% dan sumbangan efektif dari dukungan sosial terhadap ekspresi emosi Hasil pengujian hipotesis dalam penelitian sebesar 10%. Hasil tersebut menunjukkan mengenai hubungan antara psychological wellbeing dan dukungan sosial dengan ekspresi bahwa dukungan sosial memberikan pengaruh yang lebih besar daripada pengaruh yang emosi family caregiver pasien skizofrenia di diberikan psychological well-being terhadap Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta ekspresi emosi family caregiver pasien menunjukkan hasil nilai signifikansi (p-value) skizofrenia di RSJD Surakarta. Lebih 0,006 < taraf signifikansi 0,05. Nilai koefisien dominannya pengaruh dukungan sosial korelasi ganda (r) yang didapatkan sebesar disebabkan karena dukungan sosial merupakan 0,317. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai suatu keharusan dalam menjaga kesehatan Fhitung sebesar 5,430 > Ftabel sebesar 3,09. Maka mental yang optimal pada kebanyakan orang dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama (McDonagh, 2005). Kesehatan mental yang yang dikemukakan dalam penelitian ini optimal tercapai dengan melihat rendahnya diterima, yaitu terdapat hubungan antara ekspresi emosi family caregiver. Penelitian yang psychological well-being dan dukungan sosial dilakukan oleh Barret, Gross, Christensen, dan dengan ekspresi emosi family caregiver pasien Benvenuto (dalam Manz, 2007) menemukan skizofrenia. Dengan kata lain, psychological bahwa emosi negatif dapat mempengaruhi well-being dan dukungan sosial dapat digunakan aktivitas seseorang dan kemampuan meregulasi sebagai prediktor untuk memprediksi ekspresi emosi dapat mengurangi emosi-emosi negatif emosi family caregiver pasien skizofrenia di akibat pengalaman-pengalaman emosional serta RSJD Surakarta. Semakin tinggi psychological meningkatkan kemampuan untuk menghadapi well-being dan dukungan sosial, maka semakin ketidakpastian hidup, memvisualisasikan masa rendah ekspresi emosinya, begitu pula depan yang positif, dan mempercepat sebaliknya. pengambilan keputusan. Nilai R Square sebesar 0,101 Ekspresi emosi mempunyai peranan menunjukkan bahwa sumbangan pengaruh dari penting dalam upaya untuk mencegah risiko 9

10 kambuh pasien skizofrenia yang sedang dirawat. Hal ini dikarenakan ekspresi emosi berkaitan dengan aspek penting menentukan efektivitas dalam komunikasi hubungan interpersonal. Seseorang yang tidak lancar dalam komunikasi interpersonalnya apalagi jika orang yang diajak berkomunikasi adalah penderita skizofrenia maka orang tersebut tidak akan sabar dalam merawat pasien skizofrenia dan akan mengakibatkan sering kambuhnya pasien skizofrenia yang dirawatnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gross dan John (2003), yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan individual dalam pengalaman ekspresi emosi dan selanjutnya berdampak secara berbeda terhadap kebahagiaan (well-being). Salah satu dari jenis well-being yang dimaksud adalah psychological well-being. Seseorang dengan psychological well-being yang tinggi bebas dari distress yang dicerminkan oleh keseimbangan afek positif dan negatif (Diener & Larsen, 1993). Bebas dari distress menunjukkan keadaan seseorang yang sehat secara mental yang memiliki sejumlah kualitas kesehatan mental yang positif seperti penyesuaian diri aktif terhadap lingkungan, dan kesatuan kepribadian, disebut Shek (dalam Hutapea, 2011) sebagai psychological wellbeing. Sehat secara mental ini kemudian ditunjukkan dengan angka ekspresi emosi yang rendah. (1983) individu yg menerima dukungan sosial yang positif selama hidupnya akan membantu terbentuknya harga diri dan cenderung memandang segala sesuatu secara positif dan optimistik dalam kehidupannya. Oleh karenanya individu tersebut memiliki keyakinan akan kemampuannya dalam mengendalikan berbagai situasi yang dihadapinya termasuk dalam mengendalikan emosinya yang mengarahkan pada rendahnya tingkat ekspresi emosi. Banyak ahli psikologi setuju bahwa dukungan sosial merupakan faktor penting dalam menghadapi stres (Hawari, 2002), sehingga hal ini menunjukkan bahwa dukungan sosial berhubungan dengan ekspresi emosi. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ekspresi emosi family caregiver pasien skizofrenia di RSJD Surakarta dapat diprediksi oleh psychological well-being dan dukungan sosial secara bersama-sama. Hasil pengujian hipotesis kedua pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara psychological wellbeing dengan ekspresi emosi pada family caregiver pasien skizofrenia di RSJD Surakarta. Nilai koefisien korelasi antara variabel psychological well-being dengan ekspresi emosi (rx2y) sebesar 0,160 dengan p-value 0,115 (p>0,05). Hasil perhitungan sumbangan efektif psychological well-being terhadap ekspresi emosi, diperoleh persentase 0,1%. Meskipun Selain psychological well-being yang terdapat sumbangan pengaruh psychological mendukung, family caregiver pasien skizofrenia well-being terhadap ekspresi emosi, akan tetapi juga perlu dukungan dari orang-orang yang analisis statistik menunjukkan tidak terdapat berada di lingkungannya. Menurut Sarason, dkk 10

11 hubungan yang signifikan antara psychological rendah cenderung memiliki ekspresi emosi lebih well-being dengan ekspresi emosi. tinggi dari profesional lebih berpendidikan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan Hasil pengujian hipotesis ketiga pada hasil penelitian sebelumnya dari Fredrickson penelitian ini menunjukkan bahwa tidak (2000) yang menyimpulkan bahwa emosi positif terdapat hubungan antara dukungan sosial sangat penting untuk mendorong kesehatan dengan ekspresi emosi pada family caregiver yang optimum dan well-being. Salah satu faktor pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah yang cukup kuat mempengaruhi ekspresi emosi Surakarta. Nilai koefisien korelasi antara adalah tingkat pengetahuan. Nurdiana & variabel dukungan sosial dengan ekspresi emosi Umbransyah (2007) mengatakan bahwa (rx2y) sebesar 0,080 dengan p-value 0,432 pengetahuan keluarga berhubungan signifikan (p>0,05). Hasil perhitungan sumbangan efektif dan berkorelasi negatif dengan kekambuhan dukungan sosial terhadap ekspresi emosi, pada penderita skizofrenia. Kekambuhan pada diperoleh persentase 10%. Meskipun terdapat penderita skizofrenia disebabkan oleh ekspresi sumbangan pengaruh dukungan sosial terhadap emosi yang tinggi, maka hal tersebut ekspresi emosi, akan tetapi analisis statistik menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan menunjukkan tidak terdapat hubungan yang berhubungan dengan ekspresi emosi. Fadli dan signifikan antara dukungan sosial dengan Mitra (2013) juga menyatakan pengetahuan ekspresi emosi. yang perlu dimiliki oleh keluarga antara lain Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pemahaman tentang gangguan mental yang hasil penelitian sebelumnya Smet (1994) yang diderita klien/penyakit skizofrenia, faktor menyatakan bahwa dukungan sosial secara penyebab, cara pemberian obat, dosis obat, dan positif berhubungan dengan ekspresi emosi. efek samping pengobatan, gejala kekambuhan, Taylor (1997) menjelaskan bahwa dukungan serta sikap yang perlu ditunjukkan dan dihindari sosial dapat melindungi jiwa seseorang dari selama merawat klien dirumah. Sikap yang akibat stres. Tidak sesuainya hasil penelitian perlu ditunjukkan dan dihindari selama merawat dengan teori yang ada serta penelitian klien di rumah dipengaruhi oleh tingkat ekspresi sebelumnya, dapat disebabkan karena family emosi seseorang. Maka agar dapat melakukan caregiver pasien skizofrenia di RSJD Surakarta perawatan yang tepat, keluarga perlu mendapatkan ekspresi emosi rendah dari faktor mempunyai bekal pengetahuan tentang penyakit lain yang tidak termasuk dalam penelitian. yang dialami penderita. McDonagh (2005) juga Barrett & Fossum berpendapat bahwa menyatakan bahwa salah satu faktor yang ekspresi emosi merupakan hasil manifestasi dari mempengaruhi ekspresi emosi adalah dukungan keadaan fisiologis dan kognitif manusia, juga sosial. Seorang profesional berpendidikan merupakan cermin dari pengaruh kultur budaya dan sistem sosial (dalam Kurniawan & Hasanat, 11

12 2010). Ekman menyatakan bahwa kultur dan menyembunyikan perasaan aslinya tersebut sistem sosial tempat individu tinggal dan dengan tetap menampilkan senyum (dalam menetap akan membatasi dan mengatur kepada Elfenbein & Ambady, 2003). siapa, kapan, dan dimana saja seseorang boleh Kategorisasi yang telah dilakukan memperlihatkan dan merahasiakan emosi-emosi menunjukkan bahwa variabel ekspresi emosi tertentu, serta dengan cara seperti apa emosi pada subjek penelitian berada pada kategori tersebut akan dimunculkan melalui perilaku rendah dengan rerata empirik sebesar 31,10 dan nonverbal dan ekspresi wajah (dalam rentang nilai 25,6-35,2. Adapun fenomena yang Kurniawan & Hasanat, 2010). Salah satu faktor terjadi adalah family caregiver pasien yang mempengaruhi ekspresi emosi adalah skizofrenia yang mengeluh tentang beberapa kultur negara atau daerah tempat seseorang perbuatan yang dilakukan oleh penderita tinggal. skizofrenia sangat menjengkelkan, seperti Gudykunst & Kim (dalam Kurniawan & marah atau mengamuk kapan saja, tidak mau Hasanat, 2010) mengemukakan bahwa contex mendengarkan nasehat, dan seringkali mereka memainkan peranan kunci dalam menjelaskan mengganggu aktivitas yang dilakukan. Padahal beberapa perbedaan komunikasi pada masingmasing terkadang aktivitas yang diganggu sangat budaya. Contex adalah informasi yang penting. mengelilingi suatu komunikasi dan membantu Ekspresi emosi family caregiver juga penyampaian pesan. Berdasarkan hal tersebut, dilatarbelakangi oleh beberapa faktor. Menurut gaya dalam berkomunikasi diklasifikasikan McDonagh (2005), faktor yang dalam high contex dan low contex. Pada budaya melatarbelakangi ekspresi emosi yaitu terapi low contex pembicaraan yang terjadi bersifat keluarga, dukungan sosial, profesionalitas, eksplisit dan pesan yang kata-kata yang tingkat pendidikan, dan budaya. Faktor jenis diucapkan mewakili sebagian besar dari pesan kelamin juga dihitung sebagai faktor tambahan tersebut. Sebaliknya, dalam budaya high contex yang mempengaruhi ekspresi emosi. Hal pesan disampaikan secara implisit dan kata kata tersebut sesuai dengan riset dari McConatha, yang diucapkan hanya mewakili sebagian kecil dkk (dalam Dewi, 2012) yang menyebutkan dari pesan tersebut. Indonesia yang menganut bahwa laki-laki lebih banyak merenung high contex, membuat arti senyuman menjadi daripada perempuan setelah mengalami sangat penting sekali dalam proses interaksi peristiwa yang menyedihkan, dan terungkap sosial. Matsumoto menyebutkan senyuman lebih segan mengungkapkan rasa bermusuhan dapat diartikan bermacam macam, misalnya daripada perempuan. Rendahnya tingkat ketika individu sedang mengalami kegelisahan ekspresi emosi pada subjek penelitian dapat atau kesedihan, maka ketika mereka sedang disebabkan karena hanya faktor pribadi dan berkomunikasi sedikit mungkin akan faktor lingkungan yang dimasukkan sebagai 12

13 terhadap ekspresi emosi sebesar 98,8%. 6. Besarnya sumbangan efektif variabel penelitian, sedangkan faktor budaya, pendidikan, dan jenis kelamin tidak dimasukkan sebagai variabel penelitian. PENUTUP A. Simpulan 1. Ada hubungan yang signifikan antara psychological well-being dan dukungan sosial dengan ekspresi emosi family caregiver pasien skizofrenia di RSJDSurakarta. 2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara psychological well-being engan ekspresi emosi family caregiver pasien skizofrenia di RSJD Surakarta. 3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan ekspresi emosi family caregiver pasien skizofrenia di RSJD Surakarta. 4. Persentase sumbangan pengaruh yang diberikan psychological well-being dan dukungan sosial secara bersama-sama terhadap ekspresi emosi sebesar 10,1% yang ditunjukkan dengan koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,101, sedangkan sisanya 89,9% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. 5. Besarnya sumbangan relatif psychological well-being terhadap ekspresi emosi sebesar 1,2%, dan sumbangan relatif dukungan sosial psychological well-being terhadap ekspresi emosi sebesar 0,1%, dan sumbangan efektif dukungan sosial terhadap ekspresi emosi sebesar 10%. B. Saran 1. Bagi family caregiver pasien skizofrenia a. Family caregiver dapat mengurangi interaksi dirinya dengan pasien skizofrenia saat sedang dalam keadaan marah. b. Family caregiver sebaiknya tidak overprotective pada pasien skizofrenia yang sedang dia rawat. c. Family caregiver disarankan untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan selama merawat pasien skizofrenia. d. Family caregiver dapat menerima bantuan orang-orang disekitarnya tanpa merasa malu dan berburuk sangka. 2. Bagi masyarakat sekitar a. Masyarakat dapat memberikan dukungan tenaga, uang, ataupun barang yang bisa digunakan untuk membantu merawat pasien skizofrenia. b. Masyarakat tidak menjauhi atau mengucilkan family caregiver pasien skizofrenia yang tinggal di lingkungannya. c. Masyarakat dapat memberikan nasehat untuk family caregiver pasien skizofrenia yang ada di lingkungannya. 3. Bagi peneliti selanjutnya 13

14 a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperluas populasi dan memperbanyak sampel, agar ruang lingkup dan generalisasi penelitian menjadi lebih luas, serta mampu mencapai proporsi yang seimbang, sehingga kesimpulan yang diperoleh akan lebih komprehensif. b. Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan skala yang jumlah aitemnya tidak terlalu banyak. c. Pengambilan data sebaiknya dilakukan oleh banyak orang untuk menghemat waktu penelitian. d. Peneliti selanjutnya juga disarankan untuk melakukan penelitian berulang-ulang disertai perubahan dan penyempurnaan. DAFTAR PUSTAKA Awad, A.G., & Varuganti, L.N. (2008). The burden of Schizophrenia on caregiver: a review. Pharmacoeconomic. Review Article. Amaresha, A.C., & Venkatasubramanian, G. (2012). Expressed Emotion in Schizophrenia: An Overview. Indian J Psychol Med, 34(1), Bartram, D., & Boniwell, L. (2007). The science of happiness: Achieving sustained psychological wellbeing. Positive Psychology in Practice, Dewi, K.S. (2012). Kesehatan Mental. Semarang: UPT UNDIP Press Semarang. Diener, E., & Larsen, R.J. (1993). The Experience of Emotional Well-Being. New York: Guilford Press. Elfenbein, H.A., & Ambady, W. (2003). Universals and Cultural Differences In Recognizing Emotions. Psychological Bullletin, 12, Ermayanti, S., & Abdullah, S.M. (2011). Hubungan Antara Persepsi Terhadap Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian Diri Pada Masa Pensiun. Yogyakarta: Universitas Wangsa Manggala Yogyakarta. Fadli, S.M., & Mitra. (2013). Pengetahuan dan Ekspresi Emosi Keluarga serta Frekuensi Kekambuhan Penderita Skizofrenia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 7(10), Francis, A., & Papageorgiou, P. (2004). Expressed Emotion In Greek Versus Anglo Saxon Families Of Individuals With Schizophrenia. Australian Psychologist, 39(2): Fredrickson, W.E. (2000). Perception of Tension in Music: Musician versus Nonmusician. Journal of Musik Therapy, 37(1). Granville, D.N., & Dixon, L. (2005). Caregiver Burden, Family Treatment Approaches and Service User in Families of Patients with Schizophrenia. Journal Psychiatry Relat sci, 42(1), Gross J.J., & John. (2003). Individual Differences in Two Emotion Regulation Processes: Implications for Affect, Relationships, and Well-Being. Journal of Personality and Social Psychology, 85, Hawari, D. (2002). Dimensi Religi Dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi. Jakarta: Universitas Indonesia. Hazra, S., Chakrabarti, S., Sahu K.K., Pillai, R.R., & Khess, C.R.J. (2010). Attitude Towards Mental Illness and Expressed Emotion of Key Relaties Of Persons with Schizophrenia Nuclear vs Joint Family. Indian Journal of Social Psychiatry, 26(1-2), Hutapea, B. (2011). Emotional Intelligence dan Psychological Well-being pada Manusia Lanjut Usia Anggota Organisasi berbasis Keagamaan di Jakarta. Jurnal Insan, 13(2), commit to IICB. user (2012). Profil Provinsi Jawa Tengah. Indonesia Investment Collaboration Board. Retrieved from 14

15 .id/newsipid/id/demografipendudukjkel. php?ia=33&is=37 Kail, R., & Cavanaugh, C. (2000). Human Development: a Lifespan View. USA: Woodswoth Publishing Co. Kirana, A., & Moordiningsih. (2010). Studi Korelasi Efikasi Diri Dan Dukungan Sosial Dengan Prestasi Akademik: Telaah Pada Siswa Perguruan Tinggi. Indigenous, Jurrnal Ilmiah Berskala Psikologi, 12(1), Kring, A.M., Johnson, S.L., Davidson, G.C., & Neale, J.M. (2012). Abnormal Psychology. USA: John Wiley & Sons Inc. Kurniawan, A.P., & Hasanat, N.UI. (2010). Perbedaan Ekspresi Emosi Pada Beberapa Tingkat Generasi Suku Jawa di Yogyakarta. Jurnal Psikologi, 34(1), 1-5. Manz, Charles C. (2007). Emotional Discipline, 5 Langkah Menata Emosi untuk Merasa Lebih Baik Setiap Hari. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Matsumoto, D. (1993). Ethnic differences in affect intensity, emotion judgments, display rule attitudes, and self reported emotional expression in an American sample. Motivation & Emotion, 17(1), McDonagh, L.A. (2005, November). Expressed Emotion as a Precipitant of Relapse in Psychological Disorders. Paper Personality Research. Retrieved from rs/mcdonagh.html Nurdiana, S., & Umbransyah. (2007). Peran serta Keluarga terhadap Tingkat Kekambuhan Klien Skizofrenia. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, 3(1), Papalia, D.E., Old, S.W., & Feldman, R.D. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: Kencana. Ryff, C.D. (1989). Happiness is Everything, or is it? Exploration on the meaning of PWB. Journal of Personality commit and to user Social Psychology, Ryff, C. D., & Keyes, C. L. M. (1995). The structure of psychological well-being revisited. Journal of Personalityand Social Psychology, 69, Sadock B.J., & Sadock, V.A. (2007). Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. New York: Lippincott Williams & Wilkins. Safaria., & Saputra. (2009). Manajemen Emosi. Yogyakarta: Bumi Aksara. Sarafino, E.P. (1998). Health Psychology: Biopsychological Interactions. New York: John Wiley & Sons Inc. Sarafino, E.P., & Smith, T.W. (2011). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions Seventh Edition. New York: John Wiley & Sons Inc. Sarason, I. G., Henry M. L., Robert B. B., & Barbara R. S. (1983). Assesing Social Support: The Social Support Questioner. Journal of Personality and Social Psychology, 44, Sarason, I.G. (2013). Social Support: Theory, Reasearch, and Applications. Jerman: Springer Science & Business. Sheridan, C.L., & Radmacher, S.A. (1992) Health Psychology: Challenging The Biomedical Model. Canada: John Wiley and Sons Inc. Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Grasindo. Suaidy, S.E.I. (2006). Beban keluarga dengan anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Jurnal TAZKIYA Journal of Psychology, 6, Subandi. (2008). Ngemong: Dimensi Keluarga Pasien Psikotik di Jawa. Jurnal Psikologi UGM, 41(35), Taylor, L. L. (1997). Health Psychology. USA: The Mac GrawHill Companies Inc. Wade, C., & Travis, C. (2007). Psikologi. Jakarta: Erlangga. 15

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penderita skizofrenia dapat ditemukan pada hampir seluruh bagian dunia. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock dan Sadock,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Ekspresi Emosi. mempengaruhi perasaan internal, mengkomunikasikan perasaan,

BAB II LANDASAN TEORI. A. Ekspresi Emosi. mempengaruhi perasaan internal, mengkomunikasikan perasaan, digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Ekspresi Emosi 1. Pengertian Ekspresi Emosi Ekspresi emosi merupakan refleksi dari perasaan-perasaan internal, mempengaruhi perasaan internal, mengkomunikasikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING CAREGIVER PENDERITA GANGGUAN SKIZOFRENIA. Ignatia Widyanita Vania, Kartika Sari Dewi*

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING CAREGIVER PENDERITA GANGGUAN SKIZOFRENIA. Ignatia Widyanita Vania, Kartika Sari Dewi* HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING CAREGIVER PENDERITA GANGGUAN SKIZOFRENIA Ignatia Widyanita Vania, Kartika Sari Dewi* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro vania_ignatia39@yahoo.com;

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini, yaitu: B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini, yaitu: B. Definisi Operasional digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini, yaitu: 1. Variabel Bebas : a. Regulasi diri b. Hubungan interpersonal dalam keluarga 2. Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan suatu penelitian, khususnya penelitian kuantitatif, perlu secara jelas diketahui variabel-variabel apa saja yang akan diukur dan instrumen seperti apa yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan suatu penelitian, khususnya penelitian kuantitatif, perlu secara jelas diketahui variabel-variabel apa saja yang akan diukur dan instrumen seperti apa yang akan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL Erick Wibowo Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN III.1 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel I : Pet Attachment 2. Variabel II : Well-being

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Skizofrenia Skizofrenia didefinisikan sebagai abnormalitas pada satu atau lebih dari lima domain berikut: waham, halusinasi, pikiran yang kacau (berbicara), perilaku yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA HUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA Ayu Redhyta Permata Sari 18511127 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2015 Latar belakang masalah -Keterbatasan

Lebih terperinci

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY 1 RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY Brian Shendy Haryanto, Sri Hartati Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro brianlagiapa@gmail.com

Lebih terperinci

Hubungan antara Regulasi Emosi dan Dukungan Sosial dengan Subjective Well-Being pada Yogini di Hatha Yoga Ganep s

Hubungan antara Regulasi Emosi dan Dukungan Sosial dengan Subjective Well-Being pada Yogini di Hatha Yoga Ganep s Hubungan antara Regulasi Emosi dan Dukungan Sosial dengan Subjective Well-Being pada Yogini di Hatha Yoga Ganep s The Relation of Emotion Regulation, Social Support and Subjective Well-Being on Yogini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. b. Regulasi emosi. B. Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. b. Regulasi emosi. B. Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel tergantung : Harga diri 2. Varibel bebas : a. Dukungan sosial b. Regulasi emosi B. Definisi Operasional 1. Harga Diri Harga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel kriterium: Penyesuaian diri terhadap lawan jenis. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel kriterium: Penyesuaian diri terhadap lawan jenis. B. Definisi Operasional digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu satu variabel kriterium dan dua variabel prediktor, sebagai berikut: 1. Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu variabel tergantung. Variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang menginginkan kesejahteraan didalam hidupnya, bahkan Aristoteles (dalam Ningsih, 2013) menyebutkan bahwa kesejahteraan merupakan tujuan utama dari eksistensi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN oleh : MUTYA GUSTI RAMA Dra. AISAH INDATI, M.S FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

commit 77 to user BAB IV HASIL PENELITIAN

commit 77 to user BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Responden Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 51 siswa. Berdasarkan dokumentasi mengenai data siswa, dapat diketahui karakteristik responden dipandang dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Penelitian ini menggunakan tiga variabel yang terdiri dari satu variabel

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Penelitian ini menggunakan tiga variabel yang terdiri dari satu variabel 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian ini menggunakan tiga variabel yang terdiri dari satu variabel tergantung dan dua variabel bebas. Variabel-variabel tersebut adalah: 1. Variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 2. Perilaku prososial. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 2. Perilaku prososial. B. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang terdiri dari dua variabel penelitian yaitu variabel prediktor dan variabel kriterium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Orientasi Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo yang terletak di Jalan Brigjend Sudiarto No. 347 Semarang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 2.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 2. BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Variabel tergantung Varibel bebas : Prokrastinasi akademik dalam menyelesaikan skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Manusia dapat menjalankan berbagai macam aktivitas hidup dengan baik bila memiliki kondisi kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel tergantung : Eksistensi diri pada cover dancer boyband dan girlband Korea 2. Variabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdahulu mengenai self-esteem dan kecenderungan kesepian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdahulu mengenai self-esteem dan kecenderungan kesepian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini dimulai dari penemuan masalah yang telah terjadi di lapangan. Dari permasalahan tersebut peneliti mencoba mencari penelitianpenelitian

Lebih terperinci

Pada penderita kanker, tekanan psikologis seperti sedih, rasa putus asa, malu, kecemasan dan depresi sangatlah mungkin untuk asa, malu, kecemasan dan

Pada penderita kanker, tekanan psikologis seperti sedih, rasa putus asa, malu, kecemasan dan depresi sangatlah mungkin untuk asa, malu, kecemasan dan Dukungan Sosial Pada Penderita Kanker Payudara Di Masa Dewasa Tengah Qotrin Nida Rahmata Sari Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dan dampak

Lebih terperinci

Saputri, et al / HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS

Saputri, et al / HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS Hubungan antara Religiusitas dan Dukungan Sosial dengan Psychological Well-being pada Santri Kelas VIII Pondok Pesantren Tahfidzul Qur an Ibnu Abbas Klaten Relationship between Religiosity and Social Support

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT GADING CEMPAKA GRAHA PALEMBANG

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT GADING CEMPAKA GRAHA PALEMBANG HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT GADING CEMPAKA GRAHA PALEMBANG MICHELINE RINAMURTI PRODI EKONOMI MANAJEMEN STIE MUSI PALEMBANG rina_angel2008@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah semua guru di SMA Negeri 96 Jakarta sebanyak 45 orang. Berdasarkan data yang diperoleh dari jawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Sampel Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06 Kelurahan Isola yang berjumlah 61 orang. Peneliti menggunakan teknik sampling

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian Variabel penelitian ini adalah dukungan sosial orang tua, harga diri (self-esteem) sebagai variabel bebas dan prestasi belajar sebagai variabel terikat.

Lebih terperinci

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi Disusun oleh : RIZKIAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA.

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA. HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA Naskah Publikasi Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian, pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 8 Distribusi sampel penelitian berdasarkan Usia Usia Jumlah (N) Persentase (%) TOTAL

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 8 Distribusi sampel penelitian berdasarkan Usia Usia Jumlah (N) Persentase (%) TOTAL BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Subyek dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus tipe 2 yang melakukan rawat jalan di RSUD dr. H. Slamet Martodirdjo, Kabupaten Pamekasan. Selanjutnya akan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ADVERSTY INTELLIGENCE DENGAN SCHOOL WELL-BEING (Studi pada Siswa SMA Kesatrian 1 Semarang)

HUBUNGAN ANTARA ADVERSTY INTELLIGENCE DENGAN SCHOOL WELL-BEING (Studi pada Siswa SMA Kesatrian 1 Semarang) HUBUNGAN ANTARA ADVERSTY INTELLIGENCE DENGAN SCHOOL WELL-BEING (Studi pada Siswa SMA Kesatrian 1 Semarang) Imam Hidayatur Rohman, Nailul Fauziah Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto

Lebih terperinci

EXPRESSED EMOTION PADA KELUARGA PENDERITA GANGGUAN JIWA

EXPRESSED EMOTION PADA KELUARGA PENDERITA GANGGUAN JIWA 85 EXPRESSED EMOTION PADA KELUARGA PENDERITA GANGGUAN JIWA Nida Ul Hasanat PENDAHULUAN Sebagian besar waktu kehidupan seseorang berada bersama dengan keluarga. Namun tidak dapat dipungkiri, tidak seluruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian ini akan dilakukan di PT. Netindo Solusi Utama yang berlokasi di Yogyakarta sebagai objek. Subjek dalam penelitian ini adalah programer dan desainer

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN ASERTIVITAS DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ISTRI YANG TINGGAL DENGAN MERTUA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN ASERTIVITAS DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ISTRI YANG TINGGAL DENGAN MERTUA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN ASERTIVITAS DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ISTRI YANG TINGGAL DENGAN MERTUA Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. B. Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. B. Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel tergantung Variabel bebas : caregiver burden : supportive group therapy B. Definisi Operasional Variabel Berikut adalah definisi dari masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. perjalanan kronik dan berulang. Skizofrenia biasanya memiliki onset pada masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. perjalanan kronik dan berulang. Skizofrenia biasanya memiliki onset pada masa digilib.uns.ac.id 14 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat dengan tanda dan gejala yang beraneka ragam, baik dalam derajat maupun jenisnya dan seringkali ditandai

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai hubungan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai hubungan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai hubungan antara tingkat self-esteem dengan normative social influence pada remaja di SMA X yang meliputi hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. obyek penelitian adalah para pengguna software akuntansi pada perusahaanperusahaan

BAB III METODE PENELITIAN. obyek penelitian adalah para pengguna software akuntansi pada perusahaanperusahaan BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengumpulan data dari kuesioner dalam penelitian ini dilakukan sekitar satu bulan dari tanggal 13 Oktober sampai 14 November 2014. Dengan obyek

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR Suci Melati Puspitasari 16510707 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2015 BAB I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Guru

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL Dalam bab ini akan disajikan gambaran umum penelitian, hasil uji validitas dan reliabilitas, statistik deskriptif tiap variabel, uji asumsi klasik, pengujian hipotesis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. merupakan Rumah Sakit tipe A yang berada di Propinsi Jawa Tengah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. merupakan Rumah Sakit tipe A yang berada di Propinsi Jawa Tengah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang merupakan Rumah Sakit tipe A yang berada di Propinsi Jawa Tengah Semarang. Rumah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN.1. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rancangan korelasional dengan teknik survei untuk melihat hubungan variabel terikat dengan variabel tergantungnya.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian ini berjudul Pengaruh kecerdasan emosional dan selfefficacy terhadap psychological well-being (PWB) pada mahasiswa tahun

Lebih terperinci

yang lainnya, maupun interaksi dengan orang sekitar yang turut berperan di dalam aktivitas OMK itu sendiri,. Interaksi yang sifatnya saling

yang lainnya, maupun interaksi dengan orang sekitar yang turut berperan di dalam aktivitas OMK itu sendiri,. Interaksi yang sifatnya saling BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel dukungan sosial dengan psychological well-being pada anggota komunitas Orang Muda Katolik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2009 : 96).

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2009 : 96). BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel disebut juga sebagai objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012 Roy Silitonga, Sri Hartati *) Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

Jurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017 PROFIL DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA SISWA DI SMP NEGERI KECAMATAN BATANG KAPAS PESISIR SELATAN

Jurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017 PROFIL DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA SISWA DI SMP NEGERI KECAMATAN BATANG KAPAS PESISIR SELATAN Jurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017 PROFIL DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA SISWA DI SMP NEGERI KECAMATAN BATANG KAPAS PESISIR SELATAN Penulis : Mori Dianto Sumber : Jurnal Counseling Care,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN DISKUSI. Pada penelitian ini, responden berjumlah 396 responden terdiri dari ibu

BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN DISKUSI. Pada penelitian ini, responden berjumlah 396 responden terdiri dari ibu 56 BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN DISKUSI 4.1 Gambaran Responden Pada penelitian ini, responden berjumlah 396 responden terdiri dari ibu yang bekerja full time yang berdomisili di wilayah Jakarta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan skor budaya organisasi dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan skor budaya organisasi dan 45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskripsi Subjek Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan skor budaya organisasi dan keterikatan kerja. Peneliti mendeskripsikan skor budaya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Surakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan responden (sampel)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Surakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan responden (sampel) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Pengumpulan data pada penelitian dilaksanakan dengan menyebarkan kuesioner seluruh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di Wilayah Surakarta

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. responden disetiap rangkap kuesioner yang terdiri dari :

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. responden disetiap rangkap kuesioner yang terdiri dari : BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Statistik Deskriptif Subyek Penelitian Sebelum melakukan pengujian statistik terlebih dahulu penelitit melihat profil remaja sebagai responden. Peneliti menyertakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Partisipan Penelitian Riset partisipan dalam penelitian ini adalah penderita Tuberkulosis yang sedang menjalankan pengobatan di Instalasi Rawat Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, menyebutkan bahwa negara menjamin kehidupan setiap orang baik lahir maupun batin,serta menjamin

Lebih terperinci

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung 1 Kartini Apriana Hutapea 2 Blacius Dedi 3 Yuliana Elias 1,2,3 Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Di Jalan Lingkar Selatan, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55183. B. Jenis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden. Responden dari. data ini dianalisa. Data tersebut antara lain :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden. Responden dari. data ini dianalisa. Data tersebut antara lain : BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Rambah Kecamatan Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu pada tahun 2013. 3.2 Jenis dan Sumber Data 3.2.1 Data Primer

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS KOGNITIF DENGAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA MAHASISWA FAST-TRACK UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS KOGNITIF DENGAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA MAHASISWA FAST-TRACK UNIVERSITAS DIPONEGORO HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS KOGNITIF DENGAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA MAHASISWA FAST-TRACK UNIVERSITAS DIPONEGORO Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Efi Oktawidiyanti Santosa, Imam Setyawan*

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan skala psikologis, istrumen skala psikologis ini berjumlah tiga skala. Subyek penelitian adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG Soraya Prabanjana Damayanti, Dinie Ratri Desiningrum* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Sorayadamayanti88@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Responden Pada penelitian ini, responden berjumlah 160. Responden terdiri dari karyawan yang berstatus menikah. Adapun gambaran responden

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Metode penelitian korelasional digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah kondisi maladaptif pada psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah kondisi maladaptif pada psikologis dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah lain dari gangguan jiwa adalah psikosis. Salah satu contoh psikosis adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah kondisi maladaptif pada psikologis dan fisiologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku psikologik seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Barlow, H.D., & Durand, V.M. (1995). Abnormal Psychology. Amerika. Serikat: Brook/Cole Publishing Company.

DAFTAR PUSTAKA. Barlow, H.D., & Durand, V.M. (1995). Abnormal Psychology. Amerika. Serikat: Brook/Cole Publishing Company. DAFTAR PUSTAKA Barlow, H.D., & Durand, V.M. (1995). Abnormal Psychology. Amerika Serikat: Brook/Cole Publishing Company. Bungin, B. (2001). Metodologi Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: 1. Variabel bebas : locus of control, terbagi dua yaitu locus of control internal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a. 76 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah 2.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel yaitu mengubah konsep-konsep yang masih berupa abstrak dengan kata-kata yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA SMU KOTA PALANGKARAYA. Oleh : Dina Fariza Tryani Syarif *

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA SMU KOTA PALANGKARAYA. Oleh : Dina Fariza Tryani Syarif * HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA SMU KOTA PALANGKARAYA Oleh : Dina Fariza Tryani Syarif * Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan tentang metode penelitian dalam penelitian ini, terdiri dari : pendekatan penelitian, variabel penelitian, definisi operasional variabel, alat ukur penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel 1. Variabel tergantung : Kepuasan perkawinan. Variabel bebas : a. Self-esteem b. Penghargaan suami B. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. variabel bebas dengan variabel tergantungnya. selengkapnya dapat dilihat di lampiran D-1.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. variabel bebas dengan variabel tergantungnya. selengkapnya dapat dilihat di lampiran D-1. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas.uji asumsi

Lebih terperinci

Subjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra

Subjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra Subjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra Chintia Permata Sari & Farida Coralia Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung Email: coralia_04@yahoo.com ABSTRAK. Penilaian negatif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. gambaran umum partisipan. mengenai gambaran umum partisipan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. gambaran umum partisipan. mengenai gambaran umum partisipan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Partisipan Penelitian Gambaran umum partisipan terlihat dari tabel distribusi frekuensi.distribusi frekuensi juga digunakan untuk memaparkan persentase

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pada penelitian ini, metode yang akan digunakan untuk melakukan penelitian adalah dengan menggunakan metode penelitian analisis

Lebih terperinci

PENGATASAN STRES PADA PERAWAT PRIA DAN WANITA

PENGATASAN STRES PADA PERAWAT PRIA DAN WANITA PENGATASAN STRES PADA PERAWAT PRIA DAN WANITA Prety Lestarianita 1 M. Fakhrurrozi 2 1,2 Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai metode penelitian yang terdiri dari subjek penelitian, metode dan desain penelitian. Selain itu, akan dijelaskan pula mengenai definisi

Lebih terperinci

GAMBARAN KEBAHAGIAAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN LATAR BELAKANG BUDAYA BATAK, JAWA, MINANG, DAN SUNDA

GAMBARAN KEBAHAGIAAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN LATAR BELAKANG BUDAYA BATAK, JAWA, MINANG, DAN SUNDA GAMBARAN KEBAHAGIAAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN LATAR BELAKANG BUDAYA BATAK, JAWA, MINANG, DAN SUNDA INDIENA SARASWATI ABSTRAK Studi yang menggunakan teori kebahagiaan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D Human Development (Psikologi Perkembangan Edisi Kesepuluh). Jakarta: Kencana.

DAFTAR PUSTAKA. Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D Human Development (Psikologi Perkembangan Edisi Kesepuluh). Jakarta: Kencana. DAFTAR PUSTAKA Fransiska, M. 2009. Gambaran Psychological well-being pada Pria Gay Dewasa Muda yang telah Coming-out. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Mardiah, D. 2009. Hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yang menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang menguraikan tentang variabel penelitian, definisi operasional, metodologi pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA ANGGOTA LANUD ADI SOEMARMO YANG MENJELANG PENSIUN.

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA ANGGOTA LANUD ADI SOEMARMO YANG MENJELANG PENSIUN. HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA ANGGOTA LANUD ADI SOEMARMO YANG MENJELANG PENSIUN Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1

Lebih terperinci

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung 1 Haunan Nur Husnina, 2 Suci Nugraha 1,2 Fakultas

Lebih terperinci

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII Nobelina Adicondro & Alfi Purnamasari Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jalan Kapas No. 9 Yogyakarta alfi_purnamasari@yahoo.com.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian dengan judul Pengaruh lingkungan keluarga dan motivasi belajar intrinsik terhadap prestasi belajar siswa Mata Pelajaran Korespondensi kelas X Administrasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Raya Kembangan No.2 Jakarta Barat Blok B Lt.13.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Raya Kembangan No.2 Jakarta Barat Blok B Lt.13. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian bulan Maret - Juli 2015, Tempat yang diteliti adalah Kantor Kepegawaian Kota Administrasi Jakarta Barat, yang beralamat di

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI PADA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) NU TUBAN

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI PADA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) NU TUBAN HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI PADA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) NU TUBAN Fa izatul Maziyah 11410016 Abstrak Dukungan sosial adalah informasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Orientasi Kancah. Penelitian yang berjudul Hubungan antara Self-Regulated Learning dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Orientasi Kancah. Penelitian yang berjudul Hubungan antara Self-Regulated Learning dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian yang berjudul Hubungan antara Self-Regulated Learning dan Dukungan Sosial Keluarga terhadap Kecemasan Menghadapi Ujian Seleksi Masuk

Lebih terperinci