PROFIL KESEHATAN. Kabupaten Tegal Tahun 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL KESEHATAN. Kabupaten Tegal Tahun 2015"

Transkripsi

1

2 PROFIL KESEHATAN Kabupaten Tegal Tahun 2015 DINAS KESEHATAN KABUPATEN TEGAL 2016 i

3 Buku ini diterbitkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal Jalan dr. Sutomo No. 1 C, Slawi Telepon no: Fax no: dinkes@tegalkab.go.id web site: ii

4 TIM PENYUSUN Pengarah dr. Hendadi Setiaji. M.Kes Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal Penanggung Jawab Sri Yuniati, SH Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal Ketua Edy Sucipto, SKM.M.Si Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Lina Rahmawati, S.Kep, Ns. Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan Bidang Pemberantasan dan Pengendalian Penyakit, Bidang Promosi Kesehatan dan Penyehatan Lingkungan Subag Perencanaan dan Keuangan; Subag Kepegawaian; Subag Umum; Seksi Pemberantasan Penyakit; Seksi Pencegahan Penyakit; Seksi Imunisasi; Seksi Penyehatan Lingkungan, Seksi Pemberdayaan Masyarakat, Seksi Promosi Kesehatan; Seksi Upaya Kesehatan Masyarakat; Seksi Upaya Kesehatan Perorangan; Seksi Farmasi dan Perbekalan Kesehatan; Seksi Kesehatan Ibu dan Lansia, Seksi Kesehatan anak dan Remaja Seksi Gizi Masyarakat, UPTD Puskesmas, UPTD Gudang Farmasi; UPTD Laboratorium iii

5 UcapanTerimaKasih Kami sampaikankepada : dr. Meliansyori, dr. Isriyati, Muchtar Mawardi, SKM.MKes, Toto Raharjo, SKM Istichomah, S.SiT. M.Kes, Henifah, SKM, Slamet Sukamto, S.Gz Siti Aminah, S.ST, Indah Arumsari, AMd.Keb Toto Sugiarto, S.ST, Apt, Dra. Endang Puji H, MMR Dedi Sutanto, SKM. M.Kes, Inayah, S.Kep, Ari Dwi Cahyani, SKM. M.Kes, Kliwon Sutrisno, SKM, Yulia Prihastuti, SKM Susliastuti, SKM, Bagus Johan Maulana, SKM, Eko Budi P. Prabowo P, SKM, Patriawati Narendra, SKM, Drs. Aris Wimbargo, Apt. Edi Ismanto, SKM, Abdurachman, SKM, Slamet, SKM, Siti Nur aeny, SKM, Paramitha, SKM Aripin, SIP, MM, Dwi Risdiyanto, AMKL, Dhimas Adiyasa Pramudya SE, Ratna Ika Kumala H, Chabibaeni Kepala Puskesmas Wilayah Kabupaten Tegal Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Buku Profil Kesehatan Kabupaten Tegal 2015 Copyrigh@2016 created by subag perencanaan dan keuangan rencana.dinkes@gmail.com iv

6 KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TEGAL Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Tegal 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal merupakan salah satu media publikasi data dan informasi yang terkait dengan situasi dan kondisi kesehatan yang relative komprehensif. Sumber data Profil Kesehatan Kabupaten Tegal berasal dari Bidang, Seksi dan Pelaksana Program di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, UPTD Puskesmas, UPTD Gudang Farmasi, UPTD Labaoratorium serta institusi lain yang memiliki data terkait bidang kesehatan seperti Rumah Sakit, Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PP dan KB), Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraraga (DIKPORA). Data yang ditampilkan pada Profil Kesehatan Kabupaten Tegal dapat membantu kita dalam membandingkan capaian pembangunan kesehatan antara satu Puskesmas dengan Puskesmas lainnya, mengukur capaian pembangunan kesehatan di KabupatenTegal, serta sebagai dasar untuk perencanaan program pembangunan kesehatan selanjutnya. Semoga publikasi ini dapat berguna bagi semua pihak, baik pemerintah, organisasi profesi, akademisi, sektor swasta dan masyarakat serta berkontribusi secara positif bagi pembangunan kesehatan di Kabupaten Tegal. Kritik dan saran kami harapkan sebagai penyempurnaan profil yang akan datang. Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Tegal 2014 ini, kami mengucapkan terimakasih. Slawi, Juni 2016 Kepala Dinas Kesehatan KabupatenTegal Dr. Hendadi Setiaji, M.Kes Pembina Utama Muda NIP v

7 DaftarIsi halaman Halaman Judul... i Kata Pengantar... v Daftar Isi... vi Daftar Gambar... viii BAB I DEMOGRAFI... 1 A. Keadaan Penduduk... 2 B. Keadaan Ekonomi... 5 C. Keadaan Pendidikan... 9 D. Indeks Pembangunan Manusia BAB II SARANA KESEHATAN A. Pusat Kesehatan Masyarakat B. Rumah Sakit C. Sarana Kefarmasian dan Alat Kesehatan D. Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat E. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan BAB III TENAGA KESEHATAN A. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan BAB IV PEMBIAYAAN KESEHATAN A. Anggaran Dinas Kesehatan B. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Bidang Kesehatan C. Jaminan Kesehatan Masyarakat D. Bantuan Operasional Kesehatan vi

8 BAB V SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. Usia Harapan Hidup (UHH) B. Angka Kematian (Mortalitas) Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Balita (AKABA) Angka Kematian Ibu (AKI) BAB VI KESEHATAN KELUARGA A. Kesehatan Ibu Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Pelayanan/Penanganan Komplikasi Kebidanan Pelayanan Keluarga Berencana B. Kesehatan Anak Berat Badan Bayi Lahir Penanganan Komplikasi Neonatal Pelayanan Kesehatan Neonatus Pelayanan Kesehatan pada Bayi Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A pada Balita Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu (D/S) Imunisasi Pelayanan Kesehatan pada Balita Pelayanan Kesehatan pada siswa SD dan setingkat C. Gizi Keluarga BAB VII PENGENDALIAN PENYAKIT DAN KESEHATAN LINGKUNGAN vii

9 A. Pengendalian Penyakit Penyakit Menular Penyakit Tidak Menular B. Kesehatan Lingkungan Air Minum Sanitasi Layak Pengawasan Tempat Tempat Umum DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

10 DEMOGRAFI Bab I Kabupaten Tegal secara geografis terletak pada koordinat 108o o21 30 BT dan 6o o15 30 LS. Panjang garis pantai 30 km dan panjang perbatasan darat dengan daerah lain adalah 27 Km. Wilayah Kabupaten Tegal terdiri dari daratan seluas ,56 ha dan lautan seluas 121,50 km2. Wilayah daratan mempunyai kemiringan bervariasi, mulai dari yang datar hingga yang sangat curam. Kemiringan lahan tipe datar/pesisir (0-20) seluas ,52 ha (Kecamatan Kramat, Suradadi dan Warureja), tipe bergelombang/dataran (2-150) seluas ,22 ha (Kecamatan Adiwerna, Dukuhturi, Talang, Tarub, Pagerbarang, Dukuhwaru, Slawi, Lebaksiu, sebagian wilayah Suradadi, Warureja, Kedungbanteng dan Pangkah), tipe curam/berbukitbukit (15-400) seluas ,84 ha dan tipe sangat curam/pegunungan (>400) seluas 7.099,97 ha (Kecamatan Jatinegara, Margasari, Balapulang, Bumijawa, Bojong, sebagian Pangkah dan Kedungbanteng). Kondisi dataran tersebut, di antaranya berupa wilayah hutan, persawahan dan ladang yang cukup luas. Upaya menjaga kelestarian lingkungan hidup terhadap lahan hutan sebagai daerah penyangga dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir memperlihatkan perkembangan yang mengkhawatirkan. Tercatat pada tahun 2009 luas lahan hutan di Kabupaten Tegal seluas ,41 ha dan pada tahun 2013 turun menjadi ,20 ha. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1986 tentang Perubahan Batas Wilayah Kota Tegal dan Kabupaten Tegal, secara administratif pada tahun 2013 wilayah Kabupaten Tegal terbagi menjadi 18 kecamatan, yaitu Kecamatan Margasari, Bumijawa, Bojong, Balapulang, Pagerbarang, Lebaksiu, Jatinegara, Kedungbanteng, Pangkah, Slawi, Dukuhwaru, Adiwerna, Dukuhturi, Talang, Tarub, Kramat, Suradadi dan Warureja), 281 desa, 6 kelurahan, RW dan RT, denganbatas batas wilayah Kabupaten Tegal adalah sebagai berikut: Sebelah utara : Kota Tegal dan Laut Jawa Sebelah timur : Kabupaten Pemalang Sebelah selatan Sebelah barat : Kabupaten Brebes dan Kabupaten Banyumas : Kabupaten Brebes Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

11 GAMBAR 1.1 PETA WILAYAH ADMINISTRATIF KABUPATEN TEGAL A. KEADAAN PENDUDUK Jumlah penduduk Kabupaten Tegal tahun 2015 sesuai dengan data Dinas Penduduk dan Catatan Sipil sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah penduduk laki-laki sebesar jiwa dan jumlah penduduk perempuan jiwa. Jumlah penduduk di Kabupaten Tegal meningkat dengan relatif cepat. Diperlukan kebijakan untuk mengatur atau membatasi jumlah kelahiran agar kelahiran dapat dikendalikan dan kesejahteraan penduduk makin meningkat. Rasio jenis kelamin pada tahun 2015 sebesar 102,49. Angka ini berarti bahwa terdapat 102 laki-laki diantara 100 perempuan. Pada Tabel 2, jumlah penduduk tertinggi di Kabupaten Tegal terdapat di Kecamatan Adiwerna dengan jumlah penduduk sebesar jiwa, Pangkah sebesar jiwa dan Margasari sebesar jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terendah terdapat di Kecamatan Kedungbanteng dengan jumlah penduduk sebesar jiwa. Struktur penduduk di Kabupaten Tegal termasuk struktur penduduk muda. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya jumlah penduduk usia muda yang masih tinggi. Badan piramida besar, ini menunjukkan banyaknya penduduk usia produktif terutama pada kelompok umur tahun dan tahun, baik lakilaki maupun perempuan. Jumlah golongan penduduk usia tua juga cukup besar, terutama laki-laki. Hal ini dapat dimaknai dengan semakin tingginya usia harapan Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

12 hidup, terutama laki-laki. Kondisi ini menuntut kebijakan terhadap penduduk usia tua. Bertambahnya jumlah penduduk tua dapat dimaknai sebagai meningkatnya tingkat kesejahteraan, meningkatnya kondisi kesehatan tetapi juga dapat dimaknai sebagai beban karena kelompok usia tua ini sudah tidak produktif lagi. Rincian jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur di Kabupaten Tegal tahun 2015 dapat dilihat pada Lampiran Tabel 2. Konsentrasi penduduk disuatu wilayah dapat dipelajari dengan menggunakan kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk menunjukkan rata-rata jumlah penduduk per 1 kilometer persegi. Semakin besar angka kepadatan penduduk menunjukkan bahwa semakin padat penduduk yang mendiami wilayah tersebut. Kepadatan rata-rata penduduk di Kabupaten Tegal berdasarkan hasil estimasi sebesar penduduk per km2. Kepadatan penduduk berguna sebagai acuan dalam rangka mewujudkan pemerataan dan persebaran penduduk. Kepadatan penduduk menurut Kecamatan dapat dilihat pada Lampiran Tabel 1. Gambar 1.2 Grafik Kepadatan Penduduk Berdasarkan Kecamatan Di Kabupaten Tegal Tahun 2015 Dukuhturi Talang Adiwerna Slawi Tarub Pangkah Kramat Dukuhwaru Lebaksiu Suradadi Kab. Tegal Pagerbarang Balapulang Bojong Margasari Bumijawa Warureja Jatinegara Kedungbanteng 5, , , , , , , , Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Tegal, 2015 Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

13 Berdsasarkan gambar 1.2 dapat diketahui bahwa kepadatan penduduk di Kabupaten Tegal belum merata. Kepadatan penduduk tertinggi di Kabupaten Tegal terdapat di Kecamatan Dukuhturi sebesar 5.042,33 penduduk per km2, sedangkan kepadatan penduduk terendah terdapat di Kecamatan Kedungbanteng sebesar 495,26 penduduk per km2. Untuk pemerataan penduduk di Kabupaten Tegal dapat digunakan cara, antara lain : transmigrasi atau program memindahkan penduduk dari tempat yang padat ke tempat yang jarang penduduknya baik dilakukan atas bantuan pemerintah maupun keinginan diri sendiri; pemerataan lapangan kerja dengan mengembangkan industri, terutama untuk provinsi yang berada di luar Pulau Jawa; pengendalian jumlah penduduk dengan menurunkan jumlah kelahiran melalui program keluarga berencana atau penundaan umur nikah pertama. Indikator penting terkait distribusi penduduk menurut umur yang sering digunakan untuk mengetahui produktivitas penduduk adalah Angka Beban Tanggungan atau Dependency Ratio. Angka Beban Tanggungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan umur 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk umur produktif (umur tahun). Secara kasar perbandingan angka beban tanggungan menunjukkan dinamika beban tanggungan umur produktif terhadap umur nonproduktif. Angka ini dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi persentase dependency ratio menunjukkan semakin tinggi beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Angka Beban Tanggungan penduduk Kabupaten Tegal pada tahun 2015 sebesar 50. Hal ini berarti bahwa 100 penduduk Kabupaten Tegal yang produktif, di samping menanggung dirinya sendiri, juga menanggung 50 orang yang belum/sudah tidak produktif lagi. Apabila dibandingkan antar jenis kelamin, maka Angka Beban Tanggungan laki-laki lebih kecil jika dibandingkan dengan perempuan. Pada tahun 2015, angka beban tanggungan laki-laki sebesar 49, yang berarti bahwa 100 orang penduduk laki-laki yang produktif, di samping menanggung dirinya sendiri, akan menanggung beban 49 penduduk laki-laki yang Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

14 belum/sudah tidak produktif. Angka Beban tanggungan penduduk Kabupaten Tegal dapat dilihat pada tabel berikut table 1.1: TABEL 1.1 JUMLAH PENDUDUK DAN ANGKA BEBAN TANGGUNGAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK USIA PRODUKTIF DAN NON PRODUKTIF DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 No Jenis Kelamin Umur Diatas 65 Laki-laki Perempuan Jumlah Angka Beban Tanggungan Sumber: Dinkes Kabupaten Tegal, 2015, Hasil Estimasi Laki laki dan Perempuan Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang serius. Program pembangunan, termasuk pembangunan dibidang kesehatan, harus didasarkan pada dinamika kependudukan. Upaya pembangunan di bidang kesehatan tercermin dalam program kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pencapaian derajat kesehatan yang optimal bukan hanya menjadi tanggung jawab dari sektor kesehatan saja, namun sektor terkait lainnya seperti sektor penididikan, sektor ekonomi, sektor sosial dan pemerintahan juga memiliki peranan yang cukup besar. Untuk mendukung upaya tersebut diperlukan ketersediaan data mengenai B. penduduk sebagai sasaran program pembangunan kesehatan. KEADAAN EKONOMI Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Produk Domestik Bruto per kapita merupakan Produk Domestik Bruto atas dasar harga berlaku dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Berdasarkan data BPS Kabupaten Tegal dalam kurun waktu , Produk Domestik Bruto per kapita atas dasar harga berlaku terus mengalami peningkatan, tahun 2009 sebesar Rp 23,9 juta, tahun 2010 sebesar Rp 27,0 juta, tahun 2011 sebesar Rp 30,7 juta, tahun 2012 sebesar Rp 33,5 juta, dan tahun 2013 sebesar Rp 36,5 juta. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

15 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tegal pada tahun 2012 (data 2013 masih dalam proses perhitungan) telah mencapai sebesar Rp ,69 juta. Selama kurun waktu dua belas tahun, dari tahun terjadi kenaikan menurut harga berlaku sebesar 4,42 kali lipat (tahun 2000 sebesar 2.214,45 miliyar). Sedangkan pertumbuhan ekonomi ditunjukkan oleh indeks perkembangan atas dasar harga konstan tahun 2012 sebesar 1,80 kali lipat (tahun 2000 sebesar Rp 2.214,45 milyar meningkat menjadi Rp ,20 milyar pada tahun 2012). Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Brutto (PDRB) selama tahun 2012 terjadi pertumbuhan menurut harga berlaku sebesar 11,41 persen dengan inflasi harga produsen sebesar 5,86 persen. Untuk pertumbuhan menurut harga konstan yang terjadi selama tahun 2012 sebesar 5,25 persen. Pertumbuhan ekonomi menurut harga konstan pada tahun 2012 sebesar (5,25 persen) tingkat percepatan pertumbuhannya lebih tajam dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2011 sebelumnya (4,81 persen). Percepatan laju pertumbuhan ini didominasi sektor Pertambangan dan Penggalian serta sektor Keuangan, Persewaan, dan jasa perusahaan yang menanjak tajam 7,78 persen seiring menggeliatnya perekonomian yang ditandai dengan perputaran uang yang lebih cepat. Sektor Pengangkutan dan komunikasi juga mengalami percepatan pertumbuhan yakni 7,45 persen. Sektor Pertanian terutama produksi padi pada tahun 2012 kembali mengalami percepatan pertumbuhan seiring membaiknya curah hujan yaitu sebesar 2,41 persen dibanding tahun 2011 yang 1,02 persen. Sektor industri pada tahun 2011 membukukan laju pertumbuhan sebesar positif 5,20 persen melaju pelan pada tahun 2012 sebesar positif 5,28 persen. Sektor jasa-jasa membukukan pertumbuhan positif 5,65 persen, naik jika dibandingkan tahun 2011 sebesar 4,65 persen. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tegal ditopang dari pertumbuhan ekonomi 18 kecamatan yang ada di wilayah pemerintahan Kabupaten Tegal, Kecamatan yang memberikan konstribusi pertumbuhan pada tahun 2012 memiliki rentang pertumbuhan 3,38 persen (Kecamatan Pagerbarang) sampai 8,88 persen (Kecamatan Adiwerna). Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tegal atas dasar harga konstan sebesar 5,25 persen ini masih berada di bawah target rata-rata yaitu 5,72 persen dalam rangka mendukung perekonomian Jawa Tengah. Berikut disajikan indikator ekonomi, khususnya mengenai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tegal tahun yang mencakup pertumbuhan sektoral, Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

16 struktur ekonomi, pendapatan perkapita, perkembangan dan indeks implisitnya. Di bidang ketenagakerjaan, jumlah angkatan kerja Kabupaten Tegal terus mengalami kenaikan. Tercatat pada tahun 2009 berjumlah orang, tahun 2010: orang, tahun 2011: orang, tahun orang, dan di tahun 2013 terdapat orang. Mayoritas penduduk Kabupaten Tegal masih bekerja di sektor pertanian dalam arti luas. Berdasarkan data yang ada pada tahun 2012 sebanyak orang (7,78%) yang menggeluti lapangan kerja di sektor pertanian. Jumlah penduduk yang memilih sektor pertanian sebagai lapangan kerjanya, selama 4 tahun terakhir ini cenderung mengalami penurunan seiring dengan semakin berkurangnya lahan pertanian karena beralih fungsi. Disinyalir mereka beralih profesi ke sektor perdagangan, industri dan sektor lainnya. Terbukti jumlah penduduk yang berprofesi di sektor perdagangan pada tahun 2012 sebanyak orang (8,89%). Sektor lainnya yang cukup diminati masyarakat adalah sektor industri pengolahan, dan sektor jasa kemasyarakatan yang masing-masing ditekuni oleh orang (6,22 %) dan orang (4,13 %). Disadari bahwa bidang ketenagakerjaan di Kabupaten Tegal masih menyisakan berbagai persoalan, diantaranya masalah pengangguran. Jumlah pengangguran selama kurun waktu tiga tahun terakhir mengalami fluktuasi. Tercatat pada tahun 2009 terdapat pengangguran, dan di tahun 2010 jumlahnya mengalami peningkatan menjadi orang, sedangkan di tahun 2011 turun menjadi orang. Dengan semakin meningkatnya jumlah angkatan kerja, Pemerintah Kabupaten Tegal terus mendorong terbukanya lapangan kerja dan investasi yang selama ini belum menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Upaya penempatan TKI di luar negeri pun dilakukan. Jumlah TKI selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 terdapat 330 orang TKI. Di tahun 2010 naik menjadi 461, dan di tahun 2011 naik menjadi 490 orang, sementara di tahun 2012 turun menjadi 472 orang. Hal penting lainnya terkait dengan ketenagakerjaan adalah Upah Minimum Regional (UMR). Dari tahun ke tahun UMR di Kabupaten Tegal terus mengalami peningkatan (rata-rata per tahun sebesar 9%). Pada tahun 2009 UMR sebesar Rp ,- dan pada tahun 2010, 2011, 2012 naik menjadi Rp ,-; Rp ,- dan Rp ,-. Persoalan besar bagi semua daerah adalah menurunkan angka kemiskinan. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tegal dalam kurun waktu 4 tahun ( ) menunjukkan tren positif/menurun, tercatat pada tahun 2010 Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

17 sebanyak jiwa ((13,98 %), tahun 2011 kembali turun hingga angka jiwa (13,11%), kemudian tahun 2012 turun lagi menjadi jiwa (7,31%).Batasan/garis keluarga/seseorang (garis kemiskinan) disebut miskin di wilayah Pedesaan pada tahun 2009 adalah Rp ,- tahun 2011 naik menjadi Rp ,- dan pada tahun 2012 kembali naik menjadi Rp ,-. Besarnya pendapatan yang diterima rumah tangga dapat menggambarkan kesejahteraan suatu masyarakat. Namun data pendapatan yang akurat sulit diperoleh, sehingga dilakukan pendekatan melalui data pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga yang terdiri dari pengeluaran makanan dan bukan makanan dapat menggambarkan bagaimana penduduk mengalokasikan kebutuhan rumah tangganya. Walaupun harga antar daerah berbeda, namun nilai pengeluaran rumah tangga masih dapat menunjukkan perbedaan tingkat kesejahteraan penduduk antar kecamatan khususnya dilihat dari segi ekonomi. Pengukuran kemiskinan dari BPS menggunakan konsep memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach). Kemiskinan didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Distribusi pendapatan merupakan salah satu aspek kemiskinan yang perlu dilihat karena pada dasarnya merupakan ukuran kemiskinan relatif. Karena data pendapatan sulit diperoleh, pengukuran distribusi pendapatan selama ini didekati dengan menggunakan data pengeluaran. Kemiskinan dipahami sebagai ketidakmampuan ekonomi penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan maupun non makanan yang diukur dari pengeluaran. Pengukuran kemiskinan dilakukan dengan cara menetapkan nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan maupun untuk non makanan yang harus dipenuhi seseorang untuk hidup secara layak. Nilai standar kebutuhan minimum tersebut digunakan sebagai garis pembatas untuk memisahkan antara penduduk miskin dan tidak miskin. Garis pembatas tersebut yang sering disebut dengan garis kemiskinan. Kategori penduduk miskin adalah penduduk dengan tingkat pengeluaran per kapita per bulan kurang dari garis kemiskinan. Masalah kemiskinan bukan hanya sekedar jumlah dan persentase penduduk miskin saja, ada dimensi lain yang perlu diperhatikan yaitu tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Indeks Kedalaman Kemiskinan, merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

18 terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Indeks Keparahan Kemiskinan memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran C. diantara penduduk miskin. KEADAAN PENDIDIKAN Pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara. Pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku masyarakat. Pendidikan menjadi pelopor utama dalam rangka penyiapan sumber daya manusia dan merupakan salah satu aspek pembangunan yang merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Untuk peningkatan peran pendidikan dalam pembangunan, maka kualitas pendidikan harus ditingkatkan salah satunya dengan meningkatkan rata-rata lama sekolah. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia. Peningkatan mutu pendidikan harus terus diupayakan, dimulai dengan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengenyam pendidikan, hingga pada peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. Ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki seseorang merupakan indikator pokok kualitas pendidikan formal. Semakin tinggi ijazah/sttb yang dimiliki oleh rata-rata penduduk suatu negara semakin tinggi taraf intelektualitas negara tersebut. Analisis tentang kondisi pendidikan di Kabupaten Tegal dapat menggunakan dua indikator partisipasi sekolah, yaitu Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). Kedua ukuran tersebut mengukur partisipasi penduduk usia sekolah oleh sektor pendidikan. Perbedaan di antara keduanya adalah penggunaan kelompok usia "standar" di setiap jenjang pendidikan. Usia standar yang dimaksud adalah rentang usia yang dianjurkan pemerintah dan umum dipakai untuk setiap jenjang pendidikan. APK adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu jenjang pendidikan. Angka ini merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. Hasil perhitungan Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

19 APK ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan tertentu pada wilayah tertentu. Semakin tinggi APK menunjukkan semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan pada suatu wilayah. APK membagi jumlah siswa dengan tingkat pendidikan tanpa menggunakan batasan kelompok umur. Hal ini memungkinkan nilai APK yang melebihi 100%. Kondisi ini sering terjadi pada jenjang pendidikan SD/MI. Nilai diatas 100% ini terjadi karena terdapat penduduk dengan umur dibawah 7 tahun yang sudah bersekolah ditingkat sekolah dasar, atau penduduk yang berusia lebih dari 12 tahun yang masih bersekolah pada tingkat SD/MI. Angka Partisipasi Sekolah pada tingkat Pendidikan Dasar di Kabupaten Tegal dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir ( ) adalah sebagai berikut: 109%, 109,20%, 110,30%, 113,80%, dan 93,80%; sedangkan pada tingkat Pendidikan Menengah masih relatif rendah, sebagaimana tercatat dalam data tahun yaitu 48,20%, 47,10%, 52,40%, 78,50% dan 56,7%. Berdasarkan data tersebut diketahui nilai APK untuk SD/MI melebihi 100%, sedangkan untuk pendidikan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA lebih rendah dari nilai APK SD. Nilai APK ini kurang bagus untuk mencerminkan kondisi pendidikan, karena memasukkan semua penduduk dalam jenjang pendidikan tanpa dibatasi dengan kelompok umur yang sesuai dengan tingkat pendidikannya. Sehingga diperlukan indikator yang lebih mencerminkan partisipasi sekolah, yaitu APM. APM didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah siswa kelompok usia sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dengan penduduk usia sekolah yang sesuai dengan usianya.indikator APM ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya. Semakin tinggi APM menandakan semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah. Jika dibandingkan APK,APM merupakan indikator pendidikan yang lebih baik karena memperhitungjkan juga partisipasi penduduk kelompok usia standar di jenjang pendidikan yang sesuai dengan standar tersebut. APM membagi jumlah siswa dengan jenjang pendidikan dengan menggunakan batasan kelompok umur. Kondisi ini tidak memungkinkan nilai APM yang melebihi 100%, sehingga nilaiapm lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai APK. APM pada jenjang SD/MI dari data menunjukkan tren yang Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

20 positif, berturut-turut yaitu: 96,72%; 97,38%; 97,11%; 96,64% dan 94,64%. APM pada jenjang SMP/MTs berturut-turut fluktuatif, yaitu sebesar: 89,31%; 89,45%; 89,48%; 88,95 dan 88,95%. D. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan suatu ukuran standar pembangunan manusia yaitu indeks pembangunan manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). Indeks ini dibentuk berdasarkan empat indikator, yaitu angka harapan hidup,angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan kemampuan daya beli. Indikator angka harapanhidup merepresentasikan dimensi umur panjang dan sehat. Selanjutnya, angka melek huruf danrata-rata lama sekolah mencerminkan capaian pembangunan di bidang pendidikan. Sedangkanindikator kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihatdari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan yang mewakili capaianpembangunan untuk hidup lebih layak. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Tegal menunjukkan perkembangan yang positif dalam kurun waktu 3 tahun ( ), tercatat pada tahun 2009 adalah 69,54 dan pada tahun 2009 terjadi peningkatan kembali hingga angka 70,08 dan IPM tahun 2011 adalah 70,59 serta tahun 2012 sebesar 71,09 dengan indikator penentu IPM yaitu angka melek huruf dari tahun berturut-turut yaitu (89,09% ; 89,21% ; 89,26% ; 89,47% dan 95,68%). Keseriusan Pemerintah dalam meningkatkan pendidikan dasar dapat dilihat dari Angka Rata-rata Lama Sekolah dari tahun menunjukkan tren yang positif, berturut-turut adalah (6,24 ; 6,42 ; 6,56 ; 6,60 ; dan 6,84 tahun). Sedangkan Angka Harapan Hidup juga menunjukkan tren positif tahun 2009 yaitu 68,49 tahun, di tahun yaitu 68,79 tahun dan tahun 2013 naik menjadi 69,12 tahun. Sementara Indeks Daya Beli pada tahun berturut-turut terdapat peningkatan yaitu : Rp ,-; Rp ,- dan Rp ,- (data 2012 dan 2013 belum ada). Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

21 Bab II SARANA KESEHATAN Derajat kesehatan masyarakat suatu negara dipengaruhi oleh keberadaan sarana kesehatan. Sarana kesehatan yang diulas pada pada bagian ini terdiri dari fasilitas pelayanan kesehatan dan institusi pendidikan kesehatan milik pemerintah yang menghasilkan tenaga kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan yang dibahas pada bagian ini terdiri dari : puskesmas, Rumah Sakit, dan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. A. PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas mendefinisikan puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Dalam menjalankan fungsinya sebagai pusat pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer, dan pusat pelayanan kesehatan perorangan primer, puskesmas berkewajiban memberikan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan wajib terdiri dari: 1. Upaya promosi kesehatan 2. Upaya kesehatan lingkungan 3. Upaya kesehatan ibu dan anak serta Keluarga Berencana 4. Upaya perbaikan gizi 5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

22 6. Upaya pengobatan Jumlah puskesmas di Kabupaten Tegal sampai dengan Desember 2015 sebanyak 29 unit. Jumlah tersebut terdiri dari 13 unit puskesmas non rawat inap dan 16 unit puskesmas rawat inap. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2014 yaitu sebanyak 8 unit. Peningkatan jumlah puskesmas tidak mengindikasikan secara langsung seberapa baik keberadaan puskesmas mampu memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan primer di masyarakat. Indikator yang mampu menggambarkan secara kasar tercukupinya kebutuhan pelayanan kesehatan primer oleh puskesmas adalah rasio puskesmas terhadap penduduk. Bila dibandingkan dengan konsep wilayah kerja Puskesmas, dengan sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata penduduk per Puskesmas, maka rasio jumlah Puskesmas per penduduk di Kabupaten Tegal pada tahun 2015 sebesar 0,63. Rasio pada tahun 2014 sebesar 0,55. Rasio puskesmas per penduduk menurut kecamatan menunjukkan bahwa rasio tertinggi pada tahun 2015 adalah di Puskesmas Kecamatan Tarub yaitu sebesar 0,81 sedangkan rasio terendah adalah Kecamatan Bumijawa yaitu sebesar 0,37. Gambaran rasio puskesmas menurut Kecamatan pada tahun 2015 terdapat pada Gambar 2.1. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

23 GAMBAR 2.1 GRAFIK RASIO PUSKESMAS PER PENDUDUK MENURUT KECAMATAN DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Tarub Lebaksiu Kedungbanteng Kramat Suradadi Dukuhturi Talang Balapulang Margasari Pangkah kab tegal Adiwerna Jatinegara Pagerbarang Warureja Dukuhwaru Slawi Bumijawa Sumber: Sekretariat Dinkes Kabupaten Tegal, 2015 Seluruh kecamatan memiliki rasio puskesmas yang rendah. Hal ini disebabkan karena jumlah dan kepadatan populasi yang tinggi. Jika dilihat dari rasio terhadap jumlah penduduk, memang seluruh provinsi di Jawa memiliki angka yang rendah. Namun dalam hal keberadaan pelayanan kesehatan dasar, Kabupaten Tegal memiliki kondisi baik yang berasal dari penyedia sektor swasta. Kondisi seperti ini sebetulnya tetap harus diperhatikan. Meskipun kebutuhan pelayanan kesehatan dasar dapat dipenuhi oleh sektor swasta, suatu wilayah tetap membutuhkan entitas yang berperan sebagai penanggungjawab upaya kesehatan masyarakat. Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan dasar, puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan perorangan yang diberikan terdiri dari pelayanan rawat jalan dan rawat inap untuk puskesmas tertentu jika dianggap diperlukan. Meskipun pelayanan kesehatan masyarakat merupakan inti dari Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

24 puskesmas, pelayanan kesehatan perorangan juga menjadi perhatian dari Pemerintah. GAMBAR 2.2 GRAFIK PERKEMBANGAN PUSKEMAS RAWAT INAP DAN NON RAWAT INAP DI KABUPATEN TEGAL TAHUN Non Rawat Inap Rawat Inap Sumber: Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinkes, 2015 Pada gambar di atas diketahui bahwa jumlah puskesmas non rawat inap menurun dari 23 unit pada tahun 2009 menjadi 13 unit pada tahun Peningkatan jumlah terjadi pada puskesmas rawat inap yaitu dari 6 unit pada tahun 2009 menjadi 16 unit pada tahun Angka tersebut sudah memenuhi target jumlah puskesmas rawat inap tahun 2015 yaitu sebesar 16 unit. Selain enam upaya kesehatan wajib yang harus diberikan, puskesmas juga menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan. Salah satu upaya kesehatan pengembangan puskesmas di Kabupaten Tegal berupa pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi dasar (PONED) dan pengembangan puskesmas mampu persalinan. Upaya kesehatan ini dilakukan untuk mendekatkan akses masyarakat kepada pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar. Akses masyarakat yang semakin mudah terhadap pelayanan kegawatdaruratan diharapkan dapat berkontribusi kepada penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Badan kesehatan dunia (WHO) menargetkan agar minimal terdapat 4 Puskesmas PONED di tiap kabupaten/kota. Sampai dengan tahun 2015 jumlah kumulatif Puskesmas PONED sebanyak 11 unit dan Puskesmas mampu pertolongan persalinan sebanyak 8 unit. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

25 B. RUMAH SAKIT Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat juga diperlukan upaya kuratif dan rehabilitatif selain upaya promotif dan preventif. Upaya kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif dapat diperoleh melalui rumah sakit yang juga berfungsi sebagai penyedia pelayanan kesehatan rujukan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/Menkes/PER/I/2010 tentang Perizinan Rumah Sakit mengelompokkan rumah sakit berdasarkan kepemilikan, yaitu rumah sakit publik dan rumah sakit privat. Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dikelola Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Badan Hukum yang bersifat nirlaba. Sedangkan rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh bahan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero. 1. Jumlah dan Jenis Rumah Sakit Rumah sakit publik di Kabupaten Tegal dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Tegal, TNI/Polri, serta swasta non profit (organisasi keagamaan dan organisasi sosial). Jumlah rumah sakit publik di Kabupaten Tegal sampai dengan tahun 2015 sebanyak 3 unit, yang terdiri atas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) berjumlah 2 unit dan Rumah Sakit Tentara (RSK) berjumlah 1 unit. Berbeda dengan rumah sakit publik, rumah sakit privat dikelola oleh swasta (perorangan, perusahaan dan swasta lainnya). Pada tahun 2015 terdapat 4 unit rumah sakit swasta di Kabupaten Tegal yang terdiri dari 3 unit RSU dan 1 unit RS Khusus KIA. Jumlah rumah sakit publik maupun privat relative tidak berubah pada kurun waktu 2012 sampai dengan 2015 seperti yang disajikan pada tabel berikut: TABEL 2.1 PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT MENURUT KEPEMILIKAN DI KABUPATEN TEGAL TAHUN No Pengelola/Kepemilik an Pemerintah Kabupaten Tegal TNI/ Polri Swasta Jumlah Sumber: Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kab Tegal, 2015 Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

26 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit mengelompokkan rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan menjadi rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Adapun rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Jumlah rumah sakit umum adalah 6 unit dan rumah sakit khusus 1 unit pada tahun Jumlah tersebut sama dengan tahun Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan rujukan dan perorangan di suatu wilayah dapat dilihat dari rasio tempat tidur terhadap penduduk. Rasio tempat tidur di rumah sakit di Kabupaten Tegal pada tahun 2015 adalah 0,65 per penduduk. Rasio ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2014 sebesar 0,49 per penduduk. Rasio tempat tidur di rumah sakit di Indonesia sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2015 ditampilkan pada gambar berikut. GAMBAR 2.3 GRAFIK RASIO TEMPAT TIDUR DI RUMAH SAKIT PER PENDUDUK DI KABUPATEN TEGAL TAHUN Sumber: Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kab Tegal, 2015 Berdasarkan gambar 2.3, dapat dilihat secara keseluruhan di Kabupaten Tegal pada tahun 2015 maka jumlah tempat tidur belum mencukupi, karena rasio kurang dari 1 tempat tidur per penduduk. Namun grafik tersebut cenderung naik dari tahun 2013 karena pemerintah terus berupaya Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

27 untuk menambah jumlah tempat tidur di rumah sakit. 2. Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emegensi Komprehensif (PONEK) Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif adalah upaya yang dilakukan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka kematian Anak. Beberapapenelitian menyimpulkan bahwa kematian ibu dan kematian anak banyak terjadi di RumahSakit. Rumah Sakit berkontribusi terhadap 40-70% Angka Kematian Ibu, persalinan di rumah berkontribusi sebesar 20-35%, dan persalinan yang terjadi di perjalanan sebesar 10-18% (Lancet, 2005). Dengan melihat fakta tersebut maka dapat dikatakan bahwa dibutuhkan adanyaupaya penurunan AKI yang difokuskan di rumah sakit. Salah satu program kesehatan yang dilaksanakan untuk menurunkan kematian ibu adalah implementasi Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK). Jumlah Rumah Sakit PONEK sampai dengan C. tahun 2015 sebanyak 3 unit. SARANA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN 1. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Ketersediaan farmasi dan alat kesehatan memiliki peran yang signifikan dalam pelayanan kesehatan. Akses masyarakat terhadap obat khususnya obat esensial merupakan salah satu hak asasi manusia. Dengan demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan institusi pelayanan kesehatan baik publik maupun privat. Sebagai komoditi khusus, semua obat yang beredar harus terjamin keamanan, khasiat dan mutunya agar dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu salah satu upaya yang dilakukan untuk menjamin mutu obat hingga diterima konsumen adalah menyediakan saranapenyimpanan obat dan alat kesehatan yang dapat menjaga keamanan secara fisik serta dapatmempertahankan kualitas obat di samping tenaga pengelola yang terlatih. Salah satu kebijakan pelaksanaan dalam Program Obat dan Perbekalan Kesehatanadalah pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk menjamin keamanan,khasiat, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan. Hal ini bertujuan untuk melindungimasyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penyalahgunaan sediaan farmasi dan alatkesehatan atau penggunaan yang salah/tidak tepat serta tidak memenuhi mutu keamanan dan Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

28 pemanfaatan yang dilakukan sejak proses produksi, distribusi hingga penggunaannya dimasyarakat. Cakupan sarana produksi bidang kefarmasian dan alat kesehatan menggambarkantingkat ketersediaan sarana pelayanan kesehatan yang melakukan upaya produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan. Yang termasuk sarana produksi di bidang kefarmasian dan alatkesehatan antara lain Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional (IOT), Industri Ekstrak BahanAlam (IEBA), Industri Kosmetika, Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro ObatTradisional (UMOT), Produksi Alat Kesehatan Produksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga(PKRT), dan Industri Kosmetika. Sarana produksi dan distribusi di Kabupaten Tegal masih menunjukkan adanya ketimpangandalam hal persebaran jumlah. Ketersediaan ini terkait dengan sumberdaya yang dimiliki dan kebutuhan pada wilayah setempat. Kondisi ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam kebijakan untuk mengembangkan jumlah sarana produksi dan distribusi kefarmasian dan alat kesehatan di Kabupaten Tegal, sehingga terjadi pemerataan jumlah sarana tersebut di seluruh Kabupaten Tegal. Selain itu, hal ini bertujuan untuk membuka akses terhadap keterjangkauan masyarakat terhadap sarana kesehatan. 2. Ketersediaan Vaksin Dalam upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan obat dalam jenis yang lengkap, jumlah yang cukup, terjamin khasiatnya, aman, efektif dan bermutu dengan harga terjangkau serta mudah diakses adalah sasaran yang harus dicapai. Kementerian Kesehatan telah menetapkan indikator rencana strategis tahun terkait program kefarmasian dan alat kesehatan, yaitu meningkatnya sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi standar dan terjangkau oleh masyarakat. Indikator tercapainya sasaran hasil tersebut pada tahun 2015 yaitu persentase ketersediaan obat dan vaksin sebesar 100%. Dalam rangka mencapai target tersebut, salah satu kegiatan yang dilakukan adalah peningkatan ketersediaan obat esensial generik di sarana pelayanan kesehatan dasar. Pemantauan ketersediaan obat digunakan untuk mengetahui kondisi tingkat ketersediaan obat di berbagai unit sarana kesehatan seperti Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK) dan puskesmas. Kegiatan ini dilakukan untuk mendukung pemerintah pusat dan daerah dalam rangka menentukan langkah- Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

29 langkah kebijakan yang akan diambil di masa yang akan datang. Di era otonomi daerah, pengelolaan obat merupakan salah satu kewenangan yang diserahkan ke kabupaten/kota, akibatnya sulit bagi pemerintah pusat untuk mengetahui kondisi ketersediaan obat di seluruh Indonesia. Dengan tidak adanya laporan secara periodik yang dikirim oleh provinsi, maka relatif sulit bagi pemerintah pusat untuk menentukan langkah langkah yang harus dilakukan. Adanya data ketersediaan obat di provinsi atau kabupaten/kota akan mempermudah penyusunan prioritas bantuan maupun intervensi program di masa yang akan datang. Untuk mendapatkan gambaran ketersediaan obat dan vaksin di Indonesia, dilakukan pemantauan ketersediaan obat dan vaksin. Obat yang dipantau ketersediaannya merupakan obat indikator yang digunakan untuk pelayanan kesehatan dasar dan obat yang mendukung pelaksanaan program kesehatan. Jumlah item obat yang dipantau adalah 144 item obat dan vaksin yang terdiri dari 135 item obat untuk pelayanan kesehatan dasar dan 9 jenis vaksin untuk imunisasi dasar. D. UPAYA KESEHATAN BERSUMBER DAYA MASYARAKAT Pembangunan kesehatan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya juga memerlukan peran masyarakat. Melalui konsep Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), masyarakat berperan serta aktif dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Bentuk UKBM antara lain Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), dan desa/kelurahan siaga aktif. Desa/kelurahan Siaga Aktif adalah desa yang mempunyai Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan, surveilans berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan pertumbuhan (gizi), penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Terdapat 287 Desa/kelurahan Siaga Aktif dengan persentase sebesar 100%. Dalam memberikan pelayanan kesehatan, Desa/kelurahan Siaga Aktif terbagi menjadi empat strata, yaitu pratama, madya, purnama, dan mandiri. Secara persentase jumlah desa/kelurahan siaga aktif di Kabupaten Tegal pada tahun 2015 sebagai berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

30 GAMBAR 2.4 GRAFIK PERSENTASE DESA SIAGA AKTIF BERDASARKAN STRATA DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Mandiri 4% Purnama 27% Pratama 9% Madya 60% Sumber: Bidang PKPL Dinas Kesehatan, 2015 Jenis UKBM lainnya adalah Poskesdes, yaitu UKBM yang dibentuk di desa untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa sehingga mempermudah akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan utama poskesdes yaitu pelayanan kesehatan bagi masyarakat desa berupa pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan kesehatan ibu menyusui, pelayanan kesehatan anak, pengamatan dan kewaspadaan dini (surveilans penyakit, surveilans gizi, surveilans perilaku berisiko, surveilans lingkungan dan masalah kesehatan lainnya), penanganan kegawatdaruratan kesehatan serta kesiapsiagaan terhadap bencana. Jumlah poskesdes yang beroperasi pada tahun 2015 sebanyak 210 unit, sama dengan jumlah poskesdes tahun Pada gambar 2.5 dapat diketahui bahwa wilayah Puskesmas di Kabupaten Tegal dengan jumlah poskesedes terbanyak adalah Puskesmas Bumijawa dengan jumlah sebanyak 16 unit dan Puskesmas Pangkah 14 unit. Puskesmas dengan jumlah Poskesdes paling sedikit adalah Puskesmas Pagerbarang sebanyak 2 unit. Distribusi Poskesdes di Kabupaten Tegal pada tahun 2015 adalah sebagai berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

31 GAMBAR 2.5 GRAFIK JUMLAH POSKESDES BERDASARKAN WILAYAH PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Sumber: Seksi Pemberdayaan, Dinkes Kab.Tegal, 2015 UKBM lainnya yang memiliki peran signifikan dalam pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah posyandu. Posyandu dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat terutama ibu, bayi dan anak balita. Posyandu memiliki 5 program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, imunisasi, gizi serta pencegahan dan penanggulangan diare. Jumlah Posyandu tahun 2015 di Kabupaten Tegal tercatat sebanyak posyandu. Dari jumlah tersebut, semua posyandu aktif melaksanakan kegiatan secara rutin. Persentase jumlah posyandu berdasarkan strata makan jumlah Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

32 posyandu pratama sebanyak 3%, madya sebanyak 14%, purnama sebanyak 63%, dan mandiri sebanyak 20%. GAMBAR 2.6 GRAFIK PERSENTASE JUMLAH POSYANDU BERDASARKAN STRATA POSYANDU DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Pratama 3% Mandiri 20% Madya 14% Purnama 63% Sumber: Seksi Pemberdayaan, Dinkes Kab.Tegal, 2015 Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi adalah posyandu purnama dan proporsi terendah adalah posyandu pratama. Dengan demikian diperlukan upaya intensif untuk meningkatkan jumlah posyandu mandiri. Dalam menjalankan fungsinya, perlu diketahui rasio kecukupan posyandu terhadap masyarakat yang ada. Pada tahun 2015, rasio posyandu terhadap jumlah desa/kelurahan adalah 5,29. Pada tingkat kabupaten, rasio posyandu terhadap jumlah desa/keluarahan telah mencukupi yaitu lebih dari satu. Gambaran rasio posyandu terhadap jumlah desa/kelurahan berdasarkan wilayah Puskesmas di Kabupaten Tegal adalah sebagai berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

33 GAMBAR 2.7 GRAFIK RASIO POSYANDU TERHADAP JUMLAH DESA/KELURAHAN BERDASARKAN WILAYAH PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Suradadi Margasari Slawi Lebaksiu Dukuhwaru Jatibogor Balapulang Kramat Adiwerna Bojong Bumijawa Dukuhturi Kedungbanteng Pagiyanten Jatinegara Kab Tegal Kambangan Kesambi Kupu Tarub Kaladawa Penusupan Kalibakung Danasari Kesamiran Pangkah Pagerbarang Talang Warureja Bangun Galih Sumber: Seksi Pemberdayaan, Dinkes Kab.Tegal, 2015 Gambar di atas menunjukkan bahwa Puskesmas Suradadi memiliki rasio tertinggi sebesar 8,60. sedangkanpuskesmas Bangun Galih memiliki rasio posyandu terendah yaitu sebesar 2,33. Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan juga memerlukan peran serta kader dan tokoh masyarakat/agama. E. INSTITUSI PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN Pembangunan kesehatan berkelanjutan membutuhkan tenaga kesehatan yang memadai baik dari segi jenis, jumlah maupun kualitas. Untuk menghasilkan Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

34 tenaga kesehatan yang berkualitas tentu saja dibutuhkan proses pendidikan yang berkualitas pula. Dinas Kesehatan Republik Indonesia merupakan institusi dari sektor pemerintah yang berperan di dalam penyediaan tenaga kesehatan yang berkualitas tersebut. Institusi pendidikan tenaga kesehatan selain tenaga medis terdiri dari Politeknik Kesehatan (Poltekkes) dan Non Politeknik Kesehatan (Non Poltekkes). Dinas Kesehatan melakukan pembinaan terhadap institusi Poltekkes. Sampai dengan Desember 2013, terdapat 3 Poltekkes di Kabupaten Tegal yang terdiri dari program studi strata S1 sebanyak 2 jurusan/program studi, dan strata Diploma III terdiri dari 3 jurusan/program studi. Jurusan/program studi terbanyak adalah keperawatan dengan jumlah 2 pada Diploma III dan 1 pada S1. Jurusan/program studi keperawatan terdiri dari S1 keperawatan, kebidanan, dan profesi keperawatan.jurusan/program studi farmasi terdiri S1 Kefarmasian memilki jumlah terendah yaitu 1 program studi pada S1 Kefarmasian. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

35 Bab III TENAGA KESEHATAN Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 21 menyebutkan bahwa pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan pengawasan mutu tenaga kesehatan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional dijelaskan bahwa untuk melaksanakan upaya kesehatan dalam rangka pembangunan kesehatan diperlukan sumber daya manusia kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya serta terdistribusi secara adil dan merata. Sumber daya manusia kesehatan yang disajikan pada bab ini lebih diutamakan pada kelompok tenaga kesehatan. Dalam Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan memutuskan bahwa tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik dan tenaga keteknisian medis. Gambaran mengenai jumlah, jenis, dan kualitas, serta penyebaran tenaga kesehatan di seluruh wilayah Indonesia dilakukan dengan cara pengumpulan data pada sarana pelayanan kesehatan baik di wilayah dinas kesehatan kabupaten/kota maupun dinas kesehatan provinsi. Pengumpulan data tenaga kesehatan meliputi tenaga kesehatan yang berstatus PNS pusat, PNS daerah, Pegawai Tidak Tetap (PTT), TNI/POLRI, dan swasta. Metode pengumpulan data yang digunakan melalui mekanisme pemutakhiran data secara berjenjang mulai dari dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi dan secara nasional dikelola oleh Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Badan PPSDMK) Kementerian Kesehatan RI melalui Sistem Informasi SDMK. A. JUMLAH DAN RASIO TENAGA KESEHATAN Salah satu unsur yang berperan dalam percepatan pembangunan kesehatan adalah tenaga kesehatan yang bertugas di fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

36 Pendataan tenaga kesehatan yang dilakukan oleh Bagian Kepegawain Sekretariat Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal dan Bagian Perijinan Dinas Kesehatan menggunakan pendekatan tenaga kesehatan yang melaksanakan tugas sesuai dengan fungsinya. Berdasarkan pendekatan tersebut, pada tahun 2013 jumlah SDM Kesehatan yang tercatat sebanyak orang yang terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga penunjang kesehatan. Tenaga kesehatan terdiri atas 232 tenaga medis (dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi), 877 perawat, 826 bidan, 257 tenaga farmasi, dan 311 tenaga kesehatan lainnya. Data tersebut berdasarkan laporan fasilitas kesehatan yang melapor ke Dinas Kesehatan Kabupate Tegal. Rincian lengkap mengenai rekapitulasi sumber daya manusia kesehatan menurut jenis tenaga dapat dilihat pada tabel Menurut Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004, yang dimaksud dengan dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 1. Dokter Spesialis Jumlah Dokter Spesialis di Kabupaten Tegal pada tahun 2015 sebanyak 108 orang. Rasio Dokter Ahli per penduduk sebesar 4, Angka ini belum sesuai target Indonesia Sehat dan standar dari WHO sebesar 6 per penduduk. Dokter Umum Jumlah dokter umum di Kabupaten Tegal pada tahun 2015 tercatat sebanyak 145 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 50 orang bertugas di Puskesmas dan 43 orang bertugas di Rumah Sakit, dan 52 orang bertugas Fasilitas Kesehatan lainnya. Rasio dokter umum per penduduk di Kabupaten Tegal pada tahun 2015 sebesar 9,95. Rasio tersebut masih di bawah target Indonesia Sehat dan standar dari WHO sebesar 40 per penduduk. Rasio Dokter Umum terhadap jumlah penduduk di Kabupaten Tegal tahun 2015 menurut wilayah Puskesmas dapat dilihat pada gambar 3.1. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

37 GAMBAR 3.1 GRAFIK RASIO DOKTER UMUM TERHADAP JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Danasari Bojong Bangun Galih Talang Jatibogor Kesambi Pagiyanten Tarub Balapulang Lebaksiu Kesamiran Margasari Dukuhturi Kramat Bumijawa Jatinegara Pagerbarang Warureja Dukuhwaru Kambangan Kupu Penusupan Kedungbanteng Kalibakung Suradadi Kaladawa Pangkah Slawi Adiwerna Sumber: Sub Bag Kepegawaian Dinas Kesehatan Kab. Tegal, 2015 Puskesmas dengan rasio dokter umum terhadap penduduk tertinggi terdapat di Puskesmas Danasari sebesar 14. Rasio dokter umum per penduduk terendah terdapat di Puskemas Adiwerna sebesar 1,49. Dokter Gigi Jumlah dokter gigi di Kabupaten Tegal pada tahun 2015 tercatat sebanyak 29 dan jumlah dokter gigi spesialis sebanyak 2 orang. Rasio dokter gigi per penduduk sebesar 2,24 dokter gigi per penduduk. Rasio tersebut masih di bawah target Indonesia Sehat dan standar dari WHO Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

38 4. sebesar 11 per penduduk. Jumlah dokter gigi di Puskesmas Kabupaten Tegal tahun 2015 sebanyak 21 orang. Tenaga Keperawatan a. Perawat Perawat dapat menyelenggarakan praktik di fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri dan atau praktik mandiri. Perawat yang dapat menyelenggarakan praktik mandiri harus berpendidikan minimal Diploma III Keperawatan dan wajib memiliki Surat Ijin Praktek Perawat adalah (SIPP) yang hanya diberikan pada satu tempat praktek. SIPP berlaku selama Surat Tanda Registrasi (STR) masih berlaku. STR adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang memiliki sertifikat kompetensi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Jumlah Tenaga Perawat (perawat, perawat gigi, dll) di Kabupaten Tegal yang tercatat pada tahun 2015 sebanyak 926 orang. Tenaga keperawatan yang bekerja di Puskesmas sebanyak 327 orang (baik tenga PNS maupun PTT/THL). Jika dibandingkan dengan jumlah Puskesmas sebanyak 29 Puskesmas maka rata-rata per Puskesmas sebesar 11,3. Standar yang ada dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 81/MENKES/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit bahwa untuk kategori Puskesmas Perkotaan maka harus memiliki minimal 12 orang tenaga perawat sedangkan Puskesmas pedesaan minimal 8 orang tenaga perawat. Dapat disimpulkan bahwa puskesmas pedesaan di Kabupaten Tegal sudah memenuhi standar minimal 8 orang tenaga perawat. Sedangkan puskesmas perkotaan belum memenuhi standar minimal 12 orang tenaga perawat. Gambaran distribusi tenaga perawat di Kabupaten Tegal menurut fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

39 GAMBAR 3.2 PERSEBARAN TENAGA PERAWAT MENURUT FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Sarkes lain 7% Puskesmas 35% Rumah Sakit 58% Sumber: Sub Bag Kepegawaian Dinas Kesehatan Kab. Tegal, 2015 Rasio Tenaga Keperawatan per penduduk di Kabupaten Tegal sebesar 66,7. Angka ini masih di bawah target Indonesia Sehat dan standar dari WHO yaitu sebesar 117,5 per penduduk. Rasio perawat terhadap jumlah penduduk menurut wilayah Puskesmas pada tahun 2015 terlihat pada Gambar 3.3 berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

40 Gambar 3.3 RASIO PERAWAT TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MENURUT WILAYAH PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Balapulang Tarub Pagiyanten Kesamiran Jatinegara Margasari Bumijawa Talang Penusupan Lebaksiu Danasari Kambangan Dukuhwaru Kesambi Suradadi Kedungbanteng Kalibakung Bojong Pagerbarang Jatibogor Kupu Pangkah Kramat Slawi Warureja Dukuhturi Bangun Galih Kaladawa Adiwerna Sumber: Sub Bag Kepegawaian Dinas Kesehatan Kab. Tegal, 2015 Puskesmas dengan rasio perawat tertinggi terdapat di Puskesmas Balapulang sebesar 61,85 perawat per penduduk. Puskesmas dengan rasio perawat terendah terdapat di Puskesmas Adiwerna sebesar 8,91 perawat per penduduk. b. Bidan Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/MENKES/SK/III/ tahun 2007 tentang Standar Profesi Bidan. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui oleh pemerintah dan organisasi profesi di wilayah negara Republik Indonesia serta Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

41 memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk di register, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan. Bidan diakui sebagai tenaga profesional yang bertanggung jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasihat selama hamil, masa kehamilan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawatdaruratan. Jumlah bidan di Kabupaten Tegal pada tahun 2015 tercatat sebanyak 826 orang. Terdiri atas tenaga kebidanan yang bekerja di Puskesmas sebanyak 677 orang (82%), di Rumah Sakit sebanyak 111 orang (13%) dan di fasilitas sarana kesehatan lainnya sebanyak 38 orang (5%). GAMBAR 3.4 PERSEBARAN TENAGA BIDAN BERDASARKAN SARANA KESEHATAN DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Rumah sakit 13% Sarkes lain 5% Puskesmas 82% Sumber: Sub Bag Kepegawaian Dinas Kesehatan Kab. Tegal, 2015 Rasio bidan terhadap penduduk pada tahun 2015 sebesar 59,5. Puskesmas dengan rasio bidan terhadap penduduk tertinggi tertinggi terdapat di Puskesmas Danasari sebesar 102,63 bidan per penduduk, Tarub sebesar 72,13 bidan per penduduk, dan Pagiyanten sebesar 65,4 bidan per penduduk. Rasio bidan terhadap penduduk terendah terdapat di Puskesmas Adiwerna sebesar 31,2 bidan per penduduk. Gambaran Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

42 rasiobidan terhadap jumlah penduduk menurut Kabupaten Tegal pada tahun 2015 terlihat pada Gambar 3.5. GAMBAR 3.5 RASIO BIDAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN WILAYAH PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Danasari Tarub Pagiyanten Bojong Bangun Galih Penusupan Kramat Margasari Jatinegara Talang Warureja Balapulang Kambangan Kupu Pangkah Bumijawa Kesamiran Kedungbanteng Dukuhturi Kalibakung Jatibogor Dukuhwaru Kaladawa Pagerbarang Kesambi Slawi Lebaksiu Suradadi Adiwerna Sumber: Sub Bag Kepegawaian Dinas Kesehatan Kab. Tegal, 2015 Tenaga Kefarmasian Tenaga Kefarmasian terdiri dari Apoteker, S-1 Farmasi, D-III Farmasi, dan Asisten Apoteker. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, yang dimaksud dengan tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian yang terdiri dari Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

43 apoteker. Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian yang terdiri dari sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi dan tenaga menengah farmasi/asisten apoteker. Jumlah tenaga kefarmasian di Kabupaten Tegal yang tercatat pada tahun 2015 adalah 257 orang, yang tersebar di rumah sakit sebanyak 77 orang (30%),, Puskesmas 32 orang (12%), sarana kesehatan lain 148 orang (58%). Persebaran tenaga kefarmasian di Kabupaten Tegal dapat dilihat pada gambargrafik berikut: GAMBAR 3.6 DISTRIBUSI TENAGA KEFARMASIAN BERDASARKAN SARANA KESEHATAN DI KABUPATEN TEGAL TAHUN % 30% 58% PUSKESMAS RUMAH SAKIT SARKES LAIN Sumber: Sub Bag Kepegawaian Dinas Kesehatan Kab. Tegal, Tenaga Kesehatan Masyarakat Tenaga kesehatan masyarakat merupakan bagian dari sumber daya manusia yang sangat penting perannya dalam pembangunan kesehatan. Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) Pembangunan kesehatan dengan paradigma sehat merupakan upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 1996 yang dimaksud dengan tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiologi kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiologi kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan, dan sanitarian. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

44 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat (termasuk kesehatan lingkungan) di Kabupaten Tegal pada tahun 2015 adalah 61 orang. Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat per penduduk sebesar 4,4. Rasio tersebut masih di bawah target Indonesia Sehat dan standar dari WHO sebesar 40 per penduduk. Distribusi 61 orang tenaga Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Tegal berdasarkan sarana kesehatan atau tempat bekerja adalah Puskesmas sebanyak 46 orang (81%) dan Rumah Sakit sebanyak 15 orang (19%),. GAMBAR 3.7 PERSEBARAN TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT BERDASARKAN SARANA KESEHATAN DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 RUMAH SAKIT 25% PUSKESMAS 75% Sumber: Sub Bag Kepegawaian Dinas Kesehatan Kab. Tegal, 2015 Dari jumlah tenaga Kesehatan Masyarakat yang bekerja di Puskesmas sebanyak 46 orang. Dibandingkan dengan jumlah Puskesmas sebanyak 29 Puskesmas, maka rata-rata per Puskesmas adalah 1,59. Hal ini berarti sebagian Puskemas belum memenuhi standar dari Kepmenkes nomor 81/Menkes/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit, yaitu 7. masing-masing Puskemas harus memiliki tenaga kesehatan masyarakat minimal 2 orang. Nutrisionis Gizi. Tenaga Nutrisionis terdiri dari lulusan D-IV/S-1 Gizi, D-III Gizi, dan D-1 Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 374/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Gizi yang dimaksud dengan profesi Nutrisionisi adalah suatu pekerjaan di bidang gizi yang dilaksanakan Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

45 berdasarkan suatu keilmuan, memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, mempunyai kode etik dan bersifat melayani. Ahli Gizi adalah profesi khusus, orang yang mengabdikan diri di bidang gizi serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui suatu pendidikan khususnya di bidang gizi. Pendidikan Gizi dapat ditempuh melalui jalur akademi strata I dan diploma. Persebaran tenaga Nutrisionisi menurut sarana kesehatan sebagaian besar di Puskesmas yaitu 31 orang (64%) dan Rumah Sakit sebanyak 17 orang (36%). Berdasarkan sarana kesehatan maka distribusi tenaga gizi dapat dirinci sebagai berikut : DIAGRAM 3.8 PERSEBARAN TENAGA GIZI BERDASARKAN SARANA KESEHATAN DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 RUMAH SAKIT 35% PUSKESMAS 65% Sumber: Sub Bag Kepegawaian Dinas Kesehatan Kab. Tegal, 2015 Jumlah Tenaga Gizi yang dimiliki Puskesmas di Kabupaten Tegal sebanyak 31 orang. Jika dibandingkan dengan jumlah Puskesmas, maka ratarata Puskesmas mempunyai 1 orang tenaga gizi. Rasio Tenaga Gizi per penduduk di Kabupaten Tegal sebesar 3,5. Rasio tersebut masih di bawah target 8. Indonesia Sehat dan standar dari WHO sebesar 22 per penduduk. Tenaga Keterapian Fisik Tenaga keterapian fisik terdiri dari tenaga fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara dan akupunturis. Jumlah tenaga keterapian fisik di Kabupaten Tegal pada tahun 2015 sebanyak 17 orang. Sebagian besar tenaga keterapian fisik bekerja di Rumah Sakit, sedangkan semua Puskesmas di Kabupaten Tegal tidak ada yang memiliki tenaga ketarapian fisik. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

46 a. Fisioterapis Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapetis dan mekanis), pelatihan dan komunikasi. Menurut Kepmenkes RI nomor: 376/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Fisioterapi yang dimaksud Fisioterapis adalah seseorang yang telah lulus pendidikan formal fisioterapi dan kepadanya diberikan kewenangan tertulis untuk melakukan tindakan fisioterapi atas keilmuan dan kompetensi yang dimilikinya sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Jumlah tenaga fisioterapi di Kabupaten Tegal pada tahun 2015 sebanyak 14 orang dan semuanya berada di Rumah Sakit. Semua puskesmas yang ada di Kabupaten Tegal tidak memiliki tenaga fisioterapi. b. Okupasi Terapi Jumlah tenaga okupasi terapi di Kabupaten Tegal pada tahun 2015 sebanyak 2 orang dan semuanya berada di Rumah Sakit. Semua puskesmas yang ada di Kabupaten Tegal tidak memiliki tenaga okupasi terapi. c. Terapi Wicara Menurut Kepmenkes RI nomor: 867/Menkes/SK/III/2004 tentang Registrasi dan Praktek Terapis Wicara yang dimaksud Terapis wicara adalah seseorang yang telah lulus pendidikan terapis wicara baik di dalam maupun luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jumlah tenaga terapis wicara di Kabupaten Tegal pada tahun 2015 sebanyak 1 orang dan berada di Rumah Sakit. Semua puskesmas yang ada di Kabupaten Tegal tidak memiliki tenaga terapis wicara. 9. Tenaga Keteknisian Medis Menurut Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1996 yang dimaksud tenaga keteknisian medis terdiri dari radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedik, analis kesehatan, refraksionis optisien, ortotik prostetik, teknisi transfusi, dan perekam medis. Jumlah Tenaga Keteknisian Medis di Kabupaten Tegal pada tahun 2015 adalah 141 orang. Yang terdiri dari Radiografer sebanyak 33 orang (17%), Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

47 teknisi gigi 4 orang, Teknisi Elektromedis 2 orang (2%), Analis Kesehatan 73 orang (61%), Refraksionis optisien 3 orang (1%), Rekam Medis 26 orang (18%). Kabupaten Tegal tidak memiliki tenaga radioterapis, ortetik prostetik, teknisi transfusi darah, dan teknisi kardiovaskuler. DIAGRAM 3.9 PERSEBARAN TENAGA KETEKNISIAN MEDIS BERDASARKAN JENIS TENAGA KETEKNISIAN MEDIS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Refraksionis Optisien 2% Rekam Medis 19% Radiografer 23% Analis Kesehatan 52% Teknisi Elektromedis 1% Teknisi Gigi 3% Sumber: Sub Bag Kepegawaian Dinas Kesehatan Kab. Tegal, 2015 Persebaran tenaga keteknisian medis menurut sarana kesehatan diketahui bahwa tenaga keteknisian medis sebagian besar bekerja di Rumah Sakit sebanyak 81 orang (63%), Puskesmas 42 orang (25%), dan Sarkes lain 18 orang (12%). Berdasarkan sarana kesehatan maka distribusi tenaga keteknisian medis dapat dirinci sebagai berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

48 DIAGRAM 3.10 PERSEBARAN TENAGA KETEKNISIAN MEDIS BERDASARKAN SARANA KESEHATAN DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 SARKES LAIN 13% PUSKESMAS 30% RUMAH SAKIT 57% Sumber: Sub Bag Kepegawaian Dinas Kesehatan Kab. Tegal, 2015 Rasio Tenaga Teknisi Medis per penduduk sebesar 10,2. Kebutuhan tenaga tersebut diatas masih kurang dilihat dari kuantitas, setiap puskesmas khususnya puskesmas rawat inap harus memiliki minimal 1 orang tenaga keteknisian medis sesuai dengan jenis tenaga radiografer, analis kesehatan, teknisi elektromedis, ahli radiovaskuler, ahli transfusi darah, analis kesehatan, teknisi laboartorium, refraksi optisi, ortotik prostetik dan perekam medis. Secara umum jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Tegal masih belum tercukupi sesuai dengan indikator Indonesia Sehat maupun Indikator dari WHO. Namun Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota) telah berusaha mencukupi kebutuhan tenaganya. Usaha yang dilakukan pengangkatan tenaga baru seperti tenaga BLUD maupun PTT. berupa 10. Tenaga Penunjang/Pendukung Kesehatan Tenaga penunjang/pendukung kesehatan terdiri dari pejabat struktural, staf penunjang administrasi, staf penunjang teknologi, staf penunjang perencanaan, tenaga pendidik, juru, dan tenaga penunjang kesehatan lainnya. Semuanya tersebar di Dinas Kesehatan, Puskesmas, Rumah Sakit, Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan dan sarana kesehatan lain. Jumlah tenaga penunjang/pendukung kesehatan di Kabupaten Tegal pada tahun 2015 sebanyak Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

49 1698 orang baik PNS maupun Non PNS. Tenaga penunjang/pendukung kesehatan terdistribusi di Dinas Kesehatan sebanyak 60 orang (4%), Puskesmas sebanyak 313 orang (18%), Rumah Sakit sebanyak 667 orang (39%), Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan sebanyak 196 orang (12%), dan Sarkes lain 462 orang (27%). Distribusi tenaga penunjang/pendukung kesehatan di sarana kesehatan Kabupaten Tegal yang tercatat pada tahun 2015 secara rinci disajikan pada diagram sebagai berikut: GAMBAR 3.11 PERSEBARAN TENAGA NON KESEHATAN BERDASARKAN SARANA KESEHATAN DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 INSTITUSI DIKNAKES 12% DINKES 4% RUMAH SAKIT 39% SARKES LAIN 27% PUSKESMAS 18% Sumber: Sub Bag Kepegawaian Dinas Kesehatan Kab. Tegal, 2015 Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

50 Bab IV PEMBIAYAAN KESEHATAN Penyelenggaraan pembangunan kesehatan memerlukan komponen pembiyaan. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan. Pembiayaan kesehatan terdiri dari pembiayaan bersumber pemerintah dan pembiayaan bersumber masyarakat. A. ANGGARAN DINAS KESEHATAN Alokasi anggaran kesehatan yang dikelola oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal pada tahun 2015 sebesar Rp ,-. Terdiri dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah sebanyak Rp ,- (termasuk belanja gaji pegawai) dan APBN untuk kegiatan yang dibiayai dari Dana Tugas Pembantuan (TP) Bidang Kesehatan sebanyak Rp ,-, serta Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp ,- diluar dana pendampingan. Dana TP terserap sebanyak Rp atau sebesar 52,62%, sedangkan DAK terserap sebanyak Rp atau sebesar 36,2%. Sesuai Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang telah disusun untuk tahun 2015 terdapat 3 sasaran strategis. Dilaksanakan dalam 14 program yang harus dicapai dan atau dilaksanakan dengan dukungan anggaran DPA-SKPD Tahun B. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH BIDANG KESEHATAN Pembiayaan kesehatan harus mampu menjamin kesinambungan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna sehingga pembangunan kesehatan demi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya dapat terlaksana. Sumber pembiayaan kesehatan berasal dari pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, swasta, dan sumber lain. Sesuai Undang-Undang Kesehatan No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota memiliki alokasi minimal sepuluh persen dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di luar gaji (belanja pegawai). Persentase anggaran Dinas Kesehatan terhadap total Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

51 APBD di Kabupaten Tegal sebesar 8,4% dari total APBD sebesar Rp. 1,968 Triliun (persentase tersebut merupakan anggaran kesehatan yang ada di Dinas Kesehatan, belum termasuk RSUD dr. Soeselo dan RSUD Suradadi). Persentase anggaran kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal terhadap total APBD di atas termasuk dengan gaji pegawai. C. JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Salah satu program jaminann kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah adalah Jamkesmas. Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) diselenggarakan untuk meningkatkanakses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan hampir miskinagar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien. Jamkesmasdiharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu, menurunkan angka kematian bayi danbalita, serta menurunkan angka kelahiran di samping dapat terlayaninya kasus-kasus kesehatanbagi masyarakat miskin. Program ini telah memberikan banyak manfaat bagi peningkatan aksespelayanan kesehatan masyarakat miskin dan hampir miskin di puskesmas dan jaringannya, pelayanan kesehatan di rumah sakit serta memberikan perlindungan finansial dari pengeluarankesehatan akibat sakit. Penduduk yang menjadi sasaran program Jamkesmas adalah tetap sejak tahun 2008, yaitu sebanyak 76,4 juta jiwa yang terdiri dari masyarakat sangat miskin, miskin dan tidakmampu. Jumlah tersebut terdiri atas jiwa kepesertaan berdasarkan Surat Keputusan(SK) Bupati Tegal dan selebihnya adalah peserta di luar SK Bupati Tegal yang berjumlah jiwa. Kepesertaan di luar SK Bupati Tegal terdiri dari gelandangan, pengemis, anak terlantar, panti sosial, penghuni rutan/lapas, korban bencana pasca tanggap darurat,peserta program keluarga harapan (PKH), dan penderita thalasemia mayor yang dijamin dengan pembiayaan kesehatan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Cakupan program Jamkesmas terdiri dari pelayanan kesehatan dasar di puskesmas dan pelayanan kesehatan rujukan di rumah sakit. Kunjungan di pelayanan kesehatan di Puskesmasterdiri dari Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP). Kunjungan di pelayanan kesehatan di Rumah Sakit terdiri dari Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) dan Rawat Inap Tingkat Lanjut (RITL). Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

52 Pada tahun 2015, terdapat kunjungan masyarakat miskin dengan jamkesda dan kunjungan dengan pelayanan gratis di pelayanan kesehatan tingkat pertama. D. BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) merupakan bantuan dana dari Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI dalam membantu pemerintahan kabupaten/kota untukmeningkatkan akses dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat melalui kegiatanpuskesmas untuk mendukung tercapainya target Millennium Development Goals (MDGs) bidangkesehatan tahun Selain itu diharapkan dengan bantuan ini dapat meningkatkan kualitasmanajemen Puskesmas, terutama dalam perencanaan tingkat Puskesmas dan lokakarya minipuskesmas, meningkatkan upaya untuk menggerakkan potensi masyarakat dalammeningkatkan derajat kesehatannya, dan meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang dilakukan oleh Puskesmas dan jaringannya sertaposkesdes dan Posyandu. Pemanfaatan dana BOK difokuskan pada beberapa upaya kesehatan promotif danpreventif meliputi KIA, KB, imunisasi, perbaikan gizi masyarakat, promosi kesehatan, kesehatanlingkungan dan pengendalian penyakit, dan upaya kesehatan lain sesuai risiko dan masalahutama kesehatan di wilayah setempat dengan tetap mengacu pada pencapaian target StandarPelayanan Minimal (SPM) Kesehatan serta target MDGs Bidang Kesehatan tahun Pada Pembantuan proses telah pelaksanaan, dilakukan penyaluran berbagai upaya dana BOK melalui penyempurnaan. Tugas Realisasi pemanfaatan dana BOK pada tahun 2015 sebesar Rp ,- diluar dana pendampingan. Anggaran tersebut terserap sebanyak Rp ,- atau sebesar 99,86%. Realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun 2014 yang sebesar 95,51%. BOK merupakan salah satu program strategis Kementerian Kesehatan RI disampingjamkesmasl sehingga terus diupayakan perbaikan agar BOK dimanfaatkan denganoptimal oleh Puskesmas. Dinas kesehatan provinsi sebagai perpanjangan tangan KementerianKesehatan juga memiliki peran serta yaitu melakukan pembinaan dan evaluasi pelaksanaan BOK di kabupaten/kota. Dengan kehadiran BOK diharapkan petugas kesehatan/kaderkesehatan tidak lagi mengalami kendala dalam melakukan kegiatan untuk mendekatkan akses pada Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

53 masyarakat. Hal penting yang perlu dipahami, BOK bukan merupakan dana utamapenyelenggaraan upaya kesehatan di kabupaten/kota, namun hanya dana tambahan yangbersifat bantuan sehingga tidak dapat menjawab semua permasalahan kesehatan. Sumberpembiayaan kesehatan yang utama tetap harus disediakan oleh pemerintah daerahkabupaten/kota. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

54 Bab V SITUASI DERAJAT KESEHATAN Menurut UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yang dimaksud dengan Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan keadaan kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya. Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan, dan faktor lainnya. Situasi derajat kesehatan masyarakat dapat tercermin melalui angka morbiditas, mortalitas dan status gizi. Pada bab berikut ini situasi derajat kesehatan di Indonesia digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI), dan angka morbiditas beberapa penyakit serta status Gizi Masyarakat. A. USIA HARAPAN HIDUP Target pencapaian Umur Harapan Hidup (UHH) Waktu Lahir di Kabupaten Tegal pada Tahun 2012 adalah 71 tahun. Umur harapan hidup di Kabupaten Tegal cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Usia Harapan Hidup pada Tahun pada tahun 2010 adalah 68,79 tahun, sedangkan UHH pada tahun 2011 adalah 69,08 tahun dan pada tahun 2012 adalah 69,38 tahun. Peningkatan UHH ini dipengaruhi oleh multifaktor, antara lain faktor kesehatan menjadi salah satu yang berperan penting didalamnya. Peran faktor kesehatan ditunjukkan dari semakin menurunnya angka kematian, perbaikan sistem pelayanan kesehatan dan perbaikan gizi di masyarakat. B. MORTALITAS Mortalitas merupakan angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Angka kematian yang disajikan pada bab ini yaitu AKB, AKABA, AKI, dan Angka Kematian Kasar. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

55 1. Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Bayi (AKB) dapat didefinisikan sebagai banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam kelahiran hidup pada tahun yang sama. AKB merupakan indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu banyak upaya kesehatan yang dilakukan dalam rangka menurunkan AKB. Kecenderungan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Tegal dalam kurun lima tahun terakhir cenderung naik. AKB tahun 2015 yaitu sebesar 9,6 per 1000 kelahiran hidup (263 kematian bayi dari kelahiran hidup). Sama dengan AKB tahun 2014 yaitu sebesar 9,6 per 1000 kelahiran hidup (299 kematian bayi dari kelahiran hidup). Secara rinci AKB di Kabupaten Tegal dalam kurun lima tahun adalah sebagai berikut: GAMBAR 5.1 ANGKA KEMATIAN BAYI DI KABUPATEN TEGAL TAHUN Sumber: Seksi Kesehatan Anak dan Remaja Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, 2015 Pencapaian AKB Tahun 2015 sudah memenuhi target renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal tahun , yaitu 9,6. Apabila dibandingkan dengan target dalam Indikator Indonesia Sehat tahun 2015 sebesar 32/1.000 kelahiran hidup, maka AKB di Kabupaten Tegal tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 sudah melampaui target, demikian juga bila dibandingkan dengan cakupan yang diharapkan dalam MDG s ke-4 tahun 2015 yaitu 17/1.000 kelahiran hidup. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

56 GAMBAR 5.2 DISTRIBUSI KEMATIAN BAYI MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN Pagerbarang Kalibakung Balapulang Slawi Dukuhturi Margasari Warureja Penusupan Bojong Jatinegara Kedungbanteng Adiwerna Pangkah Dukuhwaru Tarub Danasari Kramat Suradadi Kambangan Kupu Kaladawa Kesambi Jatibogor Pagiyanten Talang Lebaksiu Kesamiran Bumijawa Bangun Galih Sumber: Seksi Kesehatan Anak dan Remaja Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, 2015 Kasus kematian bayi terjadi hampir di semua wilayah Puskesmas di Kabupaten Tegal. Puskesmas dengan kasus kematian bayi tertinggi yaitu di wilayah Puskesmas Pagerbarang dengan 23 kasus. Berbagai faktor dapat menyebabkan peningkatan kematian bayi, diantaranya pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya. Hal ini disebabkan kematian bayi sangat dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan. Selain itu, perbaikan kondisi ekonomi yang tercermin dengan pendapatan masyarakat yang meningkat juga dapat berkontribusi melalui perbaikan gizi yang berdampak pada daya tahan terhadap infeksi penyakit. 2. Angka Kematian Balita (AKABA) Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per kelahiran hidup. AKABA merepresentasikan peluang terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. AKABA dapat pula menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak balita, tingkat pelayanan KIA/Posyandu, tingkat keberhasilan program KIA/Posyandu, dan kondisi sanitasi lingkungan. AKABA di Kabupaten Tegal pada tahun 2015 yaitu sebesar 10,5 per 1000 kelahiran hidup (287 kematian balita dari kelahiran hidup), menurun jika dibandingkan AKB tahun 2014 yaitu sebesar 10,7 per 1000 kelahiran hidup (299 Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

57 kematian balita dari kelahiran hidup). Pencapaian AKABA Tahun 2015 sudah memenuhi target renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal tahun , yaitu 10,5. Namun demikian apabila dibandingkan dengan indikator nilai normatif AKABA Millenium Development Goals (MDGs) yang menetapkan yaitu sangat tinggi dengan nilai >140, tinggi dengan nilai , sedang dengan nilai dan rendah dengan nilai < 20, maka AKABA di Kabupaten Tegal termasuk dalam kategori rendah yaitu 10,5. Kecenderungan AKABA di Kabupaten Tegal dalam waktu lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafik di bawah ini: GAMBAR 5.3 ANGKA KEMATIAN BALITA DI KABUPATEN TEGAL TAHUN Sumber: Seksi Kesehatan Anak dan Remaja Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, Angka Kematian Ibu (AKI) Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. AKI dapat menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per kelahiran hidup. AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

58 pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitifitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas. AKI di Kabupaten Tegal dalam enam tahun terakhir telah mengalami fluktuasi yaitu sebesar 120,8 per kelahiran hidup (33 kematian ibu maternal dari kelahiran hidup). Angka ini menurun jika dibandingkan AKI tahun 2014 yaitu sebesar 173 per kelahiran hidup (47 kematian ibu maternal dari kelahiran hidup). Kecenderungan AKI dalam enam tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut: GAMBAR 5.4 ANGKA KEMATIAN IBU DI KABUPATEN TEGAL TAHUN Sumber: Seksi Kesehatan Ibu dan Lansia Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, 2015 Jika dibandingkan dengan target MDGs maka angka tersebut sudah memenuhi target yaitu 132 pada tahun AKI tersebut juga sudah belum memenuhi target Indikator Indonesia Sehat 2010 sebesar 150 per kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan Restra Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal , AKI Kabupaten Tegal sudah melampaui target yang diharapkan yaitu 136,6 kematian ibu per kelahiran hidup pada tahun Penyebaran kasus kematian ibu di Kabupaten Tegal pada tahun 2015 terjadi pada beberapa wilayah kerja Puskesmas, dengan jumlah kasus terbanyak dilaporkan terjadi di Puskesmas Kramat 5 kasus. Penyebaran kematian ibu dapat dilihat pada grafik di bawah ini. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

59 GRAFIK 5.4 DISTRIBUSI KEMATIAN IBU MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN Kesambi Bojong Kalibakung Pagerbarang Kambangan Penusupan Dukuhwaru Pagiyanten Tarub Kesamiran Danasari Balapulang Jatinegara Slawi Dukuhturi Kupu Talang Kaladawa Bangun Galih Jatibogor Warureja Bumijawa Kedungbanteng Kramat Suradadi Lebaksiu Pangkah Margasari Adiwerna Sumber: Seksi Kesehatan Ibu dan Lansia Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, 2015 Berbagai upaya memang telah dilakukan untuk menurunkan kematian ibu, bayi baru lahir, bayi dan balita. Antara lain melalui penempatan bidan di desa, pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), serta penyediaan fasilitas kesehatan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas perawatan dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di rumah sakit. Program terbaru yaitu Jaminan Persalinan yang menyediakan biaya operasional untuk rumah tunggu kelahiran bagi ibu hamil/nifas yang jarak dari rumah ke fasilitas kesehatan/puskesmas jauh atau sulit dijangkau. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

60 Bab VI KESEHATAN KELUARGA Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari sekelompok orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dan biasanya memiliki hubungan darah atau perkawinan, dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga memiliki fungsi yang sangat strategis dalam mempengaruhi status kesehatan diantara anggotanya. Diantara fungsi keluarga dalam tatanan masyarakat yaitu memenuhi kebutuhan gizi dan merawat serta melindungi kesehatan para anggotanya. Anak dan ibu merupakan dua anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu dan anak penting untuk dilakukan. Hal tersebut disebabkan Angka Kematian Ibu dan Anak merupakan dua indikator yang peka terhadap kualitas fasilitas pelayanan kesehatan. Kualitas fasilitas pelayanan kesehatan yang dimaksud termasuk aksesibilitas terhadap fasilitas pelayanan kesehatan itu sendiri. A. KESEHATAN IBU Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi apalagi jika dibandingkan dengan negara negara tetangga. Sejak tahun 1990 upaya strategis yang dilakukan dalam upaya menekan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah dengan pendekatan safe motherhood, dengan menganggap bahwa setiap kehamilan mengandung risiko, walaupun kondisi kesehatan ibu sebelum dan selama kehamilan dalam keadaan baik. Di Indonesia Safe Motherhood initiative ditindaklanjuti dengan peluncuran Gerakan Sayang Ibu di tahun 1996 oleh Presiden yang melibatkan berbagi sector pemerintahan di samping sektor kesehatan. Salah satu program utama yang ditujukan untuk mengatasi masalah kematian ibu adalah penempatan bidan di tingkat desa secara besar-besaran yang bertujuan untuk mendekatkan akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir ke masyarakat. Di tahun 2000, Kementerian Kesehatan RI memperkuat strategi intervensi sektor kesehatan untuk mengatasi kematian ibu dengan mencanangkan strategi Making Pregnancy Safer. Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan program Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

61 Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan neonatal sebesar 25%. Program ini dilaksanakan di provinsi dan kabupaten dengan jumlah kematian ibu dan neonatal yang besar, yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Dasar pemilihan provinsi-provinsi tersebut dikarenakan 52,6% dari jumlah total kejadian kematian ibu di Indonesia berasal dari enam provinsi tersebut. Sehingga dengan menurunkan angka kematian ibu di enam provinsi tersebut diharapkan akan dapat menurunkan angka kematian ibu di Indonesia secara signifikan. Khusus di Provinsi Jawa Tengah Program EMAS dilaksanakan di dua Kabupaten, yaitu Kabupaten Tegal dan Kabupaten Banyumas. Upaya penurunan angka kematian ibu dan angka kematian neonatal melalui program EMAS dilakukan dengan cara: 1) Meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir minimal di rumah sakit (PONEK) dan Puskesmas mampu PONED. 2) Memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar Puskesmas dan Rumah Sakit. Selain itu pemerintah bersama masyarakat juga bertanggung jawab untuk menjamin bahwa setiap ibu memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas. Mulai dari saat hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, dan perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, dan memperoleh cuti hamil dan melahirkan serta akses terhadap keluarga berencana. Di samping itu, pentingnya melakukan intervensi lebih ke hulu yakni kepada kelompok remaja dan dewasa muda dalam upaya percepatan penurunan AKI. 1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi waktu minimal 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), minimal 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan minggu), dan minimal 2 kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu - lahir). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi kehamilan. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

62 Pelayanan antenatal diupayakan agar memenuhi standar kualitas, yaitu : a. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan; b. Pengukuran tekanan darah; c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA); d. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri); e. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid f. sesuai status imunisasi; Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan; g. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ); h. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling, i. j. termasuk keluarga berencana); Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya); dan Tatalaksana kasus. Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indicator Cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Sedangkan Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali sesuai jadwal yang dianjurkan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan.gambaran capaian pelayanan K1 dan K4 di Kabupaten Tegal pada tahun secara dapat dilihat sebagai berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

63 GAMBAR 6.1 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN IBU K1 DAN K4 DI KABUPATEN TEGAL TAHUN K K Sumber: Seksi Kesehatan Ibu dan Lansia Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, 2015 Pada gambar 6.1 di atas terlihat bahwa cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K1 dan K4 mengalami fluktuasi. Cakupan K1 dan K4 yang mengalami kenaikan tersebut menunjukkan semakin baiknya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Dari gambar tersebut juga dapat dilihat bahwa cakupan K1 dari tahun ke tahun relatif lebih stabil jika dibandingkan dengan cakupan K4. Cakupan K1 selalu mengalami peningkatan, kecuali di tahun 2011, 2012, dan Hal itu berbeda dengan cakupan K4 yang pernah mengalami kenaikan dan penurunan secara bergantian setiap tahun. Indikator kinerja cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4 pada tahun 2015 sudah dapat mencapai target Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan tahun yang sama, yakni sebesar 90%. Namun belum mencapai target Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun 2015 yaitu sebesar 95%. Meski demikian, terdapat 11 Puskesmas telah mencapai target cakupan K4 sebesar 95%. Puskesmas tersebut antara lain Puskesmas Adiwerna (117,09%), Puskesmas Tarub (102,93%), Puskesmas Dukuhturi (101,3%), Puskesmas Kramat (101,16%), Puskesmas Kalibakung (100,12%), Puskesmas Slawi (99,85%), Puskesmas Kesambi (99,49%), Puskesmas Margasari (97,22%), Puskesmas Kambangan (96,62%), Puskesmas Lebaksiu (95,23%), dan Puskesmas Pagiyanten (95,08%). Sementara Puskesmas dengan cakupan K4 lebih dari 80% dan kurang dari 95% sebanyak 19 puskesmas. Puskesmas dengan cakupan K4 kurang dari 80% adalah Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

64 Puskesmas Bumijawa. Gambaran cakupan pelayanan K4 ibu hamil di Puskesmas Kabupaten Tegal pada tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 6.2. GAMBAR 6.2 CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K4 MENURUT WILAYAH PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Adiwerna Tarub Dukuhturi Kramat Kalibakung Slawi Kesambi Margasari Kambangan Lebaksiu Pagiyanten Kaladawa Kupu Danasari Kab Tegal Talang Bojong Penusupan Suradadi Jatinegara Balapulang Kedungbanteng Pangkah Pagerbarang Kesamiran Jatibogor Warureja Bangun Galih Dukuhwaru Bumijawa Sumber: Seksi Kesehatan Ibu dan Lansia Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, 2015 Pada gambar 6.2 dapat diketahui bahwa terdapat satu Puskesmas yang memiliki cakupan pelayanan ibu hamil K4 paling rendah, yakni Puskesmas Bumijawa (67,83%). Berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan untuk semakin mendekatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

65 hingga ke pelosok desa, termasuk untuk meningkatkan cakupan pelayanan antenatal. Terdapat 29 Puskesmas di Kabupaten Tegal. Dengan demikian rasio Puskesmas terhadap penduduk yaitu 0,63, belum melampaui rasio ideal 1: penduduk. Demikian pula dengan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) seperti Poskesdes dan Posyandu. Sampai dengan tahun 2015, tercatat terdapat 210 Poskesdes yang beroperasi dan Posyandu di Kabupaten Tegal. Upaya meningkatkan cakupan pelayanan antenatal juga makin diperkuat dengan adanya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sejak tahun BOK dapat dimanfaatkan untuk kegiatan luar gedung, seperti pendataan, pelayanan di Posyandu, kunjungan rumah, sweeping kasus drop out, pelaksanaan kelas ibu hamil serta penguatan kemitraan bidan dan dukun. Sementara itu Jampersal menyediakan biaya operasional rumah tunggu kelahiran. Rumah tunggu kelahiran adalah rumah warga yang berada di dekat fasilitas kesehatan dan disewa untuk tempat tinggal sementara ibu hamil/nifas. Semakin kuatnya kerja sama dan sinergi berbagai program yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat termasuk sektor swasta diharapkan dapat mendorong tercapainya target cakupan pelayanan antenatal. 2. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin Upaya kesehatan ibu bersalin dilaksanakan dalam rangka mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan, serta diupayakan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan yang dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan. Pencapaian upaya kesehatan ibu bersalin diukur melalui indikator persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih (Cakupan Pn). Indikator ini memperlihatkan diantaranya tingkat kemampuan pemerintah dalam menyediakan pelayanan persalinan berkualitas yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. Dari gambar 6.3 dapat diketahui bahwa secara umum cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Tegal mengalami fluktuasi. Cakupan Pelayanan Persalinan oleh tenaga kesehatan selalu mengalami peningkatan, kecuali di tahun 2009, 2012, dan Cakupan secara pelayanan ibu bersalin oleh tenaga kesehatan pada tahun 2015 adalah sebesar 97%, dimana angka ini telah dapat memenuhi target Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal tahun 2015 yakni sebesar 90%. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

66 100 GAMBAR 6.3 CAKUPAN PELAYANAN IBU BERSALIN DI KABUPATEN TEGAL TAHUN Sumber: Seksi Kesehatan Ibu dan Lansia Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, 2015 Sebagian besar Puskesmas (24 puskesmas) telah dapat mencapai target renstra tersebut, dan selebihnya yakni sebanyak 5 puskesmas belum dapat mencapai target. Tiga Puskesmas dengan cakupan tertinggi adalah Pagiyanten (112,7%), Jatibogor (112,5%), dan Balapulang (103,7%). Sedangkan tiga Puskesmas dengan cakupan terendah adalah Puskesmas Jatinegara (83,5%), Bojong (77%), dan Bumijawa (76%). Selengkapnya tentang cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Tegal menurut Puskesmas tahun 2014 disajikan pada gambar 6.4. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

67 GAMBAR 6.4 CAKUPAN PELAYANAN IBU BERSALIN OLEH TENAGA KESEHATAN MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Tarub Kambangan Dukuhturi Slawi Kramat Kesambi Margasari Kedungbanteng Bangun Galih Kab Tegal Balapulang Jatinegara Bumijawa Penusupan Dukuhwaru Warureja Lebaksiu Suradadi Pangkah Talang Pagiyanten Kupu Jatibogor Danasari Kalibakung Pagerbarang Kesamiran Kaladawa Bojong Sumber: Seksi Kesehatan Ibu dan Lansia Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, 2015 Analisis kematian ibu yang dilakukan Bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal pada tahun 2015 membuktikan bahwa kematian ibu terkait erat dengan penolong persalinan dan tempat/fasilitas persalinan. Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan terbukti berkontribusi terhadap turunnya risiko kematian ibu. Demikian pula dengan tempat/fasilitas. Jika persalinan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan, juga akan semakin menekan risiko kematian ibu. Dinas Kesehatan tetap konsisten dalam menerapkan kebijakan bahwa seluruh persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan dan didorong untuk dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Kebijakan Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK) Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

68 Bidang Kesehatan menggariskan bahwa pembangunan Puskesmas harus satu paket dengan rumah dinas tenaga kesehatan. Demikian pula dengan pembangunan Poskesdes yang harus bisa sekaligus menjadi rumah tinggal bagi bidan di desa. Dengan disediakan rumah tinggal, maka tenaga kesehatan termasuk bidan akan siaga di tempat tugasnya dan dapat memberikan pertolongan persalinan setiap saat. Untuk daerah dengan akses sulit, kebijakan Kementerian Kesehatan adalah dengan mengembangkan program Kemitraan Bidan dan Dukun serta Rumah Tunggu Kelahiran. Para dukun diupayakan bermitra dengan bidan dengan hak dan kewajiban yang jelas. Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan tidak lagi dikerjakan oleh dukun, namun dirujuk ke bidan. Bagi ibu hamil yang di daerah tempat tinggalnya tidak ada bidan atau jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan, maka menjelang hari taksiran persalinan diupayakan sudah berada di dekat fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu di Rumah Tunggu Kelahiran. Rumah Tunggu Kelahiran tersebut dapat berupa rumah tunggu khusus maupun di rumah sanak saudara yang dekat dengan fasilitas pelayanan kesehatan. GAMBAR 6.5 CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K4 DAN CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN DI KABUPATEN TEGAL TAHUN K Linakes Sumber: Seksi Kesehatan Ibu dan Lansia Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, 2015 Dari gambar 6.5 dapat dilihat bahwa meski cakupan pelayanan ibu hamil K4 mengalami penurunan, namun cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan mengalami kenaikan. Persentasenya bahkan melebihi cakupan K4. Hal ini menjadi Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

69 tantangan tersendiri bagi Pemerintah. Pelayanan antenatal memiliki peranan yang sangat penting, di antaranya agar dapat dilakukan deteksi dan tata laksana dini komplikasi yang dapat timbul pada saat persalinan. Apabila seorang ibu datang langsung untuk bersalin di tenaga kesehatan tanpa adanya riwayat pelayanan antenatal sebelumnya, maka faktor risiko dan kemungkinan komplikasi saat persalinan akan lebih sulit diantisipasi. 3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar.dilakukan sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada 6 jam sampai dengan 3 hari pasca persalinan, pada hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan. Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi : a. Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu); b. Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri); c. Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain; d. Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif; e. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin f. Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana; g. Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan. Keberhasilan upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui indikator cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas (Cakupan KF3). Indikator ini menilai kemampuan negara dalam menyediakan pelayanan kesehatan ibu nifas yang berkualitas sesuai standar. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

70 GAMBAR 6.6 CAKUPAN KUNJUNGAN NIFAS (KF3) DI KABUPATEN TEGAL TAHUN Sumber: Seksi Kesehatan Ibu dan Lansia Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, 2015 Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa capaian cakupan kunjungan nifas (KF3) di Kabupaten Tegal dalam kurun waktu 6 tahun terakhir mengalami fluktuasi. Berbagai upaya dilakukan oleh Pemerintah dan masyarakat termasuk sektor swasta. Program penempatan Pegawai Tidak Tetap (PTT) untuk bidan terus dilaksanakan. Selain itu, dengan diluncurkannya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sejak tahun 2010, Puskesmas, Poskesdes, dan Posyandu lebih terbantu dalam mengintensifkan implementasi upaya kesehatan termasuk di dalamnya pelayanan kesehatan ibu nifas, di antaranya kegiatan sweeping atau kunjungan rumah bagi yang tidak datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Data dan informasi terkait pelayanan kesehatan ibu nifas disajikan pada lampiran tabel Pelayanan/Penanganan Komplikasi Kebidanan Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan atau janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin, yang tidak disebabkan oleh trauma/kecelakaan. Pencegahan dan penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan komplikasi kebidanan untuk mendapatkan perlindungan/pencegahan dan penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

71 Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pencegahan dan penanganan komplikasi kebidanan adalah cakupan penanganan komplikasi kebidanan (Cakupan PK). Indikator ini mengukur kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada ibu (hamil, bersalin, nifas) dengan komplikasi. Capaian indikator penanganan komplikasi kebidanan di Indonesia dari tahun 2007 hingga tahun 2014 disajikan pada gambar berikut. GAMBAR 6.7 CAKUPAN PELAYANAN/PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN DI KABUPATEN TEGAL TAHUN Sumber: Seksi Kesehatan Ibu dan Lansia Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, 2015 Pada gambar 6.7 di atas dapat diketahui bahwa secara umum, cakupan penanganan komplikasi kebidanan di Kabupaten Tegal selama kurun waktu 3 tahun terakhir cukup stabil. Pada tahun 2011 dan 2012 sempat mengalami penurunan dibawah standar 100%. Cakupan penanganan komplikasi kebidanan pada tahun 2015 ialah 129,23%. Gambar 6.7 juga menunjukkan bahwa angka cakupan penanganan komplikasi kebidanan melebihi 100%. Hal ini dimungkinkan karena jumlah sasaran yang digunakan adalah perkiraan, yakni diperkirakan pada kurun waktu 1 tahun sebanyak 20% dari jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja akan mengalami komplikasi kebidanan. Sebagian komplikasi ini dapat mengancam jiwa, tetapi sebagian besar komplikasi dapat dicegah dan ditangani bila : 1) ibu segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan; 2) tenaga kesehatan melakukan prosedur penanganan yang sesuai, antara lain penggunaan partograf untuk memantau perkembangan persalinan, dan Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

72 pelaksanaan manajemen aktif kala III (MAK III) untuk mencegah perdarahan pascasalin; 3) tenaga kesehatan mampu melakukan identifikasi dini komplikasi; 4) apabila komplikasi terjadi, tenaga kesehatan dapat memberikan pertolongan pertama dan melakukan tindakan stabilisasi pasien sebelum melakukan rujukan; 5) proses rujukan efektif; dan 6) pelayanan di RS yang cepat dan tepat guna. Terdapat tiga jenis area intervensi yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu dan neonatal yaitu melalui : 1) peningkatan pelayanan antenatal yang mampu mendeteksi dan menangani kasus risiko tinggi secara memadai; 2) pertolongan persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan terampil, pelayanan pasca persalinan dan kelahiran; serta 3) pelayanan emergensi obstetrik dan neonatal dasar (PONED) dan komprehensif (PONEK) yang dapat dijangkau. Upaya terobosan dalam penurunan AKI dan AKB di Indonesia salah satunya melalui Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang menitikberatkan fokus totalitas monitoring yang menjadi salah satu upaya deteksi dini, menghindari risiko kesehatan pada ibu hamil serta menyediakan akses dan pelayanan kegawatdaruratan obstetric dan neonatal dasar di tingkat Puskesmas (PONED) dan pelayanan kegawatdaruratan obstetric dan neonatal komprehensif di Rumah Sakit (PONEK). Dalam implementasinya, P4K merupakan salah satu unsur dari Desa Siaga. P4K mulai diperkenalkan pada tahun Sampai dengan tahun 2013, tercatat (86%) desa/kelurahan telah melaksanakannya. Pelaksanaan P4K di desa-desa tersebut perlu dipastikan agar mampu membantu keluarga dalam membuat perencanaan persalinan yang baik dan meningkatkan kesiap-siagaan keluarga dalam menghadapi tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas agar dapat mengambil tindakan yang tepat. Pada akhir tahun 2015 terdapat 11 (sebelas) Puskesmas PONED dan 2 (dua) Rumah Sakit Kabupaten/Kota yang mampu melaksanakan PONEK. Melalui pengelolaan pelayanan PONED dan PONEK, Puskesmas dan Rumah Sakit diharapkan bisa menjadi institusi terdepan dimana kasus komplikasi dan rujukan dapat diatasi dengan cepat dan tepat. Selain itu dilakukan pula kegiatan Audit Maternal Perinatal (AMP), yang merupakan upaya dalam penilaian pelaksanaan serta peningkatan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir melalui pembahasan kasus kematian ibu atau bayi baru lahir sejak di level masyarakat sampai di level fasilitas pelayanan kesehatan. Kendala yang timbul dalam upaya penyelamatan ibu pada saat terjadi kegawatdaruratan maternal dan bayi baru lahir akan dapat menghasilkan suatu rekomendasi intervensi dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan ibu dan Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

73 bayi di masa mendatang. Data dan informasi terkait pelayanan/penanganan komplikasi maternal disajikan pada lampiran Tabel Pelayanan Keluarga Berencana Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T; terlalu muda melahirkan (di bawah usia 20 tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu tua melahirkan (di atas usia 35 tahun). Keluarga berencana (KB) merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan. Pelayanan KB menyediakan informasi, pendidikan, dan cara-cara bagi laki-laki dan perempuan untuk dapat merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak. Baik suami maupun istri memiliki hak yang sama untuk menetapkan berapa jumlah anak yang akan dimiliki dan kapan akan memiliki anak. Melalui tahapan konseling pelayanan KB, pasangan usia subur (PUS) dapat menentukan pilihan kontrasepsi sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya berdasarkan informasi yang telah mereka pahami, termasuk keuntungan dan kerugian, risiko metode kontrasepsi dari petugas kesehatan. Program Keluarga Berencana (KB) dilakukan dalam rangka mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran. Sasaran program KB adalah Pasangan UsiaSubur (PUS) yang lebih dititikberatkan pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) yang berada pada kisaran usia tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

74 GAMBAR 6.8 PRESENTASE PESERTA KB AKTIF MENURUT METODE KONTRASEPSI DI KABUPATEN TEGAL TAHUN % 70.0% 60.0% 50.0% 40.0% 30.0% 20.0% 10.0% 6.8% 1.0% 6.8% 8.4% 13.2% 1.2% 0.0% Sumber: Seksi Kesehatan Ibu dan Lansia Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, 2015 Dari gambar 6.8 dapat dilihat bahwa metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh peserta KB aktif adalah suntikan (62,6%) dan terbanyak ke dua adalah Implan (13,2%). Sedangkan metode kontrasepsi yang paling sedikit dipilih oleh peserta KB aktif adalah kondom sebanyak 1%. Sedangkan pada peserta KB baru, persentase metode kontrasepsi yang terbanyak digunakan adalah suntik, yakni sebesar 71,4%. Metode terbanyak ke dua adalah implan, sebesar 13,3%. Metode yang paling sedikit dipilih oleh para peserta KB baru adalah metode operasi pria (MOP) sebanyak 0,1%, kemudian kondom (1,3%) dan metode operasi wanita (MOW) sebanyak 2,4%. Gambaran mengenai persentase peserta KB baru menurut metode kontrasepsi tahun 2015 selengkapnya dapat dilihat pada gambar 6.9. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

75 GAMBAR 6.9 PRESENTASE PESERTA KB BARU MENURUT METODE KONTRASEPSI DI KABUPATEN TEGAL TAHUN % 71.4% 70.0% 60.0% 50.0% 40.0% 30.0% 20.0% 10.0% 0.0% 0.1% 1.3% 2.4% 3.7% 7.8% 13.3% Sumber: Seksi Kesehatan Ibu dan Lansia Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, 2015 B. KESEHATAN ANAK Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untukmempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas sertauntuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Upaya pemeliharaan kesehatananak dilakukan sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan,dan sampai berusia 18 (delapan belas) tahun. Upaya kesehatan anak antara laindiharapkan untuk mampu menurunkan angka kematian anak. Indikator angkakematian yang berhubungan anak adalah Angka Kematian Neonatal (AKN), AngkaKematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA). Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup menurun dari 20 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2007 dan 23 per 1000 kelahiran hidup berdasarkan hasil SDKI Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari)menjadi penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 56%kematian bayi. Untuk mencapai target penurunan AKB pada MDG 2015 yaitu sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup maka peningkatan akses dan kualitas pelayanan bagibayi baru lahir (neonatal) menjadi prioritas utama. Komitmen global dalam MDGsmenetapkan target terkait kematian anak yaitu menurunkan angka kematian anakhingga dua per tiga dalam kurun waktu Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

76 Data dan informasi yang akan disajikan berikut ini menerangkan berbagaiindicator kesehatan anak yang meliputi prevalensi berat badan lahir rendah (BBLR),penanganan komplikasi neonatal, kunjungan neonatal, pelayanan kesehatan bayi,inisiasi menyusu dini, pemberian ASI eksklusif, pemberian vitamin A, penimbanganbalita di Posyandu, imunisasi dasar, pelayanan kesehatan balita, pelayanan kesehatanpada siswa SD/setingkat, pelayanan kesehatan peduli remaja, pelayanan kesehatanpada kasus kekerasan anak, dan pelayanan kesehatan anak terlantar dan anak jalanandi panti. 1. Berat Badan Bayi Lahir Berat bayi lahir adalah berat badan bayi yang di timbang dalam waktu satujam pertama setelah lahir. Hubungan antara waktu kelahiran dengan umurkehamilan, kelahiran bayi dapat dikelompokan: bayi kurang bulan (prematur), yaitubayi yang dilahirkan dengan masa gestasi (kehamilan) < 37 minggu (<259 hari). Bayicukup bulan, bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi antara minggu ( hari); dan bayi lebih bulan, bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi > 42minggu (>294 hari). Berkaitan dengan berat badan bayi lahir, bayi dapat dikelompokkanberdasarkan berat lahirnya: yaitu bayi berat lahir rendah (BBLR), yaitu berat lahir<2500 gram, bayi berat lahir sedang, yaitu berat lahir antara gram, danberat badan lebih, yaitu berat lahir 4000 gram.bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannyasaat lahir kurang dari 2500 gram. Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah prematuritas dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Hal ini dilakukan karena tidaksemua bayi yang berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur. Persentase balita (0-59 bulan) menurut berat badan lahir rendah menurut Puskesmas tahun 2015 disajikan pada lampiran Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

77 GAMBAR 6.10 PERSENTASE BERAT BAYI LAHIR RENDAH MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Kedungbanteng Margasari Pagerbarang Adiwerna Kaladawa Warureja Kesambi Jatinegara Pagiyanten Penusupan Tarub Bojong Dukuhturi Talang Kab Tegal Pangkah Kramat Lebaksiu Slawi Balapulang Danasari Jatibogor Kambangan Dukuhwaru Kupu Kalibakung Kesamiran Suradadi Bangun Galih Bumijawa Sumber: Seksi Kesehatan Anak dan Remaja Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, 2015 Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa persentase balita (0-59 bulan) dengan BBLR tertinggi terdapat di Puskesmas Kedungbanteng (8,8%) dan terendah di Puskesmas Bumijawa dan Bangun Galih (0%). Masalah pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) terutama pada prematur terjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Bayi berat lahir rendah mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi dan mudah terserang komplikasi. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

78 sistem pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular, hematologi, gastrointestinal, ginjal, termoregulasi. 2. Penanganan Komplikasi Neonatal Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (berat lahir < gram), sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning dan merah pada pemeriksaan dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM). Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi (Riskesdas, 2007). Komplikasi ini sebetulnya dapat dicegah dan ditangani. Namun terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan, kemampuan tenaga kesehatan, keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan dengan baik, terlambatnya deteksi dini dan kesadaran orang tua untuk mencari pertolongan kesehatan. Penanganan neonatal dengan komplikasi adalah penanganan terhadap neonatal sakit dan atau neonatal dengan kelainan atau komplikasi/ kegawatdaruratan yang mendapat pelayanan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan atau perawat) terlatih baik di rumah, sarana pelayanan kesehatan dasar maupun sarana pelayanan kesehatan rujukan. Pelayanan sesuai standar antara lain sesuai dengan standar MTBM, manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir, manajemen Bayi Berat Lahir Rendah, pedoman pelayanan neonatal essensial di tingkat pelayanan kesehatan dasar, PONED, PONEK atau standar operasional pelayanan lainnya.pada gambar 6.11 berikut disajikan gambaran cakupan penanganan neonatal dengan komplikasi menurut Puskesmas di Kabupaten Tegal pada tahun Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

79 GAMBAR 6.11 CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI NEONATAL MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Pangkah Kesamiran Dukuhturi Kedungbanteng Bumijawa Jatibogor Adiwerna Suradadi Danasari Margasari Jatinegara Pagiyanten Kambangan Penusupan Kramat Kab Tegal Kupu Lebaksiu Talang Bojong Bangun Galih Kesambi Kalibakung Tarub Pagerbarang Warureja Balapulang Slawi Dukuhwaru Kaladawa Sumber: Seksi Kesehatan Anak dan Remaja Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, 2015 Capaian penanganan neonatal dengan komplikasi mengalami peningkatan sedikit dari tahun 2014 yang sebesar 92,56% menjadi 92,7% pada tahun Meskipun terjadi peningkatan capaian, namun masih terdapat disparitas yang cukup besar antar Puskesmas. Capaian tertinggi diperoleh Puskesmas Pangkah yang mencapai 135,7% dan capaian terendah diperoleh Puskesmas Kaladawa sebesar 46,2%. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

80 3. Pelayanan Kesehatan Neonatus Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai dengan 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim menjadi di luar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Pada usia yang rentan ini, berbagai masalah kesehatan bisa muncul. Tanpa penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Beberapa upaya kesehatan dilakukan untuk mengendalikan risiko pada kelompok ini diantaranya dengan mengupayakan agar persalinan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan serta menjamin tersedianya pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir. Masalah utama penyebab kematian pada bayi dan balita adalah pada masa neonatus (bayi baru lahir umur 0-28 hari). Menurut hasil Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa 78,5% dari kematian neonatal terjadi pada umur 0-6 hari. Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi. Dengan melihat adanya risiko kematian yang tinggi dan berbagai serangan komplikasi pada minggu pertama, maka setiap bayi baru lahir harus mendapatkan pemeriksaan sesuai standar lebih sering (minimal 2 kali) dalam minggu pertama. Langkah ini dilakukan untuk menemukan secara dini jika terdapat penyakit atau tanda bahaya pada neonatus sehingga pertolongan dapat segera diberikan untuk mencegah penyakit bertambah berat yang dapat menyebabkan kematian. Kunjungan neonatus merupakan salah satu intervensi untuk menurunkan kematian bayi baru lahir. Terkait hal tersebut, pada tahun 2008 ditetapkan perubahan kebijakan dalam pelaksanaan kunjungan neonatal, dari 2 kali yaitu satu kali pada minggu pertama dan satu kali pada 8-28 hari, menjadi 3 kali yaitu dua kali pada minggu pertama dan satu kali pada 8 28 hari. Dengan demikian, jadwal kunjungan neonatal yang dilaksanakan saat ini adalah pada umur 6-48 jam, umur 3-7 hari dan umur 8-28 hari. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program Kesehatan Ibu Anak (KIA) dalam menyelenggarakan pelayanan neonatal yang komprehensif. Kunjungan neonatal pertama (KN1) adalah cakupan pelayanan kesehatan bayi baru lahir (umur 6 jam - 48 jam) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai standar oleh tenaga kesehatan terlatih di seluruh sarana pelayanan kesehatan. Pelayanan yang diberikan saat kunjungan neonatal adalah pemeriksaan sesuai standar Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) dan konseling perawatan bayi Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

81 baru lahir termasuk ASI eksklusif dan perawatan tali pusat. Pada kunjungan neonatal pertama (KN1), bayi baru lahir mendapatkan vitamin K1 injeksi dan imunisasi hepatitis B0 bila belum diberikan pada saat lahir. Cakupan indikator kunjungan neonatal pertama menurut puskesmas digambarkan pada gambar GAMBAR 6.12 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL PERTAMA (KN1) MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Kab Tegal 100 Warureja 100 Jatibogor 100 Suradadi 100 Bangun Galih 100 Kramat 100 Kesamiran 100 Tarub 100 Kaladawa 100 Talang 100 Kupu 100 Dukuhturi 100 Pagiyanten 100 Adiwerna 100 Dukuhwaru 100 Slawi 100 Penusupan 100 Pangkah 100 Kedungbanteng 100 Jatinegara 100 Kambangan 100 Lebaksiu 100 Pagerbarang 100 Kalibakung 100 Balapulang 100 Danasari 100 Bojong 100 Bumijawa 100 Kesambi 100 Margasari Sumber: Seksi Kesehatan Anak dan Remaja Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, 2015 Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

82 Capaian KN1 Kabupaten Tegal tahun 2015 sebesar 100%. Angka tersebut sudah melampaui target renstra Tahun , yaitu 95%. Capaian KN1 tahun 2015 sama dengan tahun Namun pada tahun 2014, capaian KN1 puskesmas cukup bervariasi. Dibandingkan capaian KN1 pada tahun 2015, dengan capaian KN1 semua puskesmas sebesar 100%. Selain KN1, indikator yang menggambarkan pelayanan kesehatan bagi neonatal adalah KN lengkap yang mengharuskan agar setiap bayi baru lahir memperoleh pelayanan Kunjungan Neonatal minimal 3 kali, yaitu 1 kali pada 6-48 jam, 1 kali pada 37 hari, 1 kali pada 8-28 hari sesuai standar di satu wilayah kerja pada satu tahun. Capaian Kunjungan Neonatal Lengkap di Kabupaten Tegal pada tahun 2015 sebesar 99,4%. Capaian ini telah memenuhi target program tahun 2015 sebesar 90%. Semua puskesmas telah mencapai target KN lengkap. Gambaran cakupan kunjungan KN lengkap menurut puskesmas di kabupaten Tegal terdapat pada gambar 6.15 berikut ini. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

83 GAMBAR 6.13 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL LENGKAP (KN LENGKAP) MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Bangun Galih Kesamiran Bumijawa Pagiyanten Lebaksiu Talang Jatinegara Jatibogor Suradadi Margasari Adiwerna Kaladawa Dukuhturi Kab Tegal Kedungbanteng Pangkah Kesambi Dukuhwaru Kramat Slawi Warureja Kambangan Tarub Kupu Bojong Balapulang Pagerbarang Penusupan Danasari Kalibakung Sumber: Seksi Kesehatan Anak dan Remaja Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, 2015 Pada gambar di atas terlihat bahwa pencapaian indikator KN lengkap cukup baik, yang dapat dilihat dari capaian yang cukup tinggi di semua Puskesmas. Semua Puskesmas telah mencapai target Renstra Dinas Kesehatan tahun 2015, yaitu 90%. Capaian tertinggi terdapat di Puskesmas Bangun Galih, Kesamiran, dan Bumijawa sebesar 100%. Sedangkan Puskesmas dengan capaian terendah adalah Puskesmas Kalibakung yaitu sebesar 98,3%. Capaian KN lengkap secara kumulatif di tingkat Kabupaten mengalami peningkatan dari tahun 2010, kemudian mengalami penurunan secara signifikan di Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

84 tahun Namun secara bertahap meningkat sampai tahun Gambar berikut menampilkan cakupan KN lengkap dari tahun 2010 sampai dengan tahun GAMBAR 6.14 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL LENGKAP (KN LENGKAP) DI KABUPATEN TEGAL TAHUN Sumber: Seksi Kesehatan Anak dan Remaja Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, Pelayanan Kesehatan pada Bayi Bayi juga merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap gangguan kesehatan maupun serangan penyakit. Kesehatan bayi dan balita harus dipantau untuk memastikan kesehatan mereka selalu dalam kondisi optimal. Pelayanan kesehatan bayi termasuk salah satu dari beberapa indikator yang bisa menjadi ukuran keberhasilan upaya peningkatan kesehatan bayi dan balita. Pelayanan kesehatan pada bayi ditujukan pada bayi usia 29 hari sampai dengan 11 bulan dengan memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi klinis kesehatan (dokter, bidan, dan perawat) minimal 4 kali, yaitu pada 29 hari 2 bulan, 3 5 bulan, 6 8 bulan dan 9 12 bulan sesuai standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pelayanan ini terdiri dari penimbangan berat badan, pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/ HB1-3, Polio 1-4, dan Campak), Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) bayi, pemberian vitamin A pada bayi, dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi serta penyuluhan ASI Eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) dan lain-lain. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

85 Gambaran capaian indikator ini di 29 Puskesmas menunjukkan bahwa sebagian besar (26) Puskesmas telah memenuhi target Renstra tahun 2015 sebesar 95% seperti yang disajikan pada gambar berikut ini. GAMBAR 6.15 CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Adiwerna Jatibogor Balapulang Kesambi Kesamiran Danasari Warureja Margasari Kupu Slawi Kaladawa Tarub Dukuhturi Kedungbanteng Penusupan Jatinegara Kab Tegal Pagerbarang Pangkah Kambangan Suradadi Talang Dukuhwaru Lebaksiu Kramat Bumijawa Bojong Bangun Galih Pagiyanten Kalibakung Sumber: Seksi Kesehatan Anak dan Remaja Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, 2015 Pada gambar 6.15 di atas dapat dilihat bahwa terdapat 26 Puskesmas dengan capaian melebihi 95%. Puskesmas Adiwerna memiliki capaian tertinggi sebesar 111,9% diikuti oleh Puskesmas Jatibogor sebesar 111,3% dan Puskesmas Balapulang sebesar 108,9%. Puskesmas yang belum mencapai target renstra antara lain Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

86 Puskesmas Bangun Galih (90%), Puskesmas Pagiyanten (87,5%), dan Puskesmas Tarub memiliki capaian terendah sebesar 80,3%. 5. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayimendapat makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuhkembangnya. ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi yang mengandung sel darahputih, protein dan zat kekebalan yang cocok untuk bayi. ASI membantu pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi terhadap penyakit. Gambaran pemberian ASI eksklusif menurut puskesmas disajikan pada gambar berikut ini. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

87 GAMBAR 6.16 CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Bangun Galih Bumijawa Kambangan Kaladawa Kupu Penusupan Kramat Pangkah Talang Kedungbanteng Bojong Suradadi Warureja Danasari Slawi Tarub Kab Tegal Kalibakung Dukuhturi Balapulang Dukuhwaru Adiwerna Pagerbarang Jatibogor Margasari Kesambi Lebaksiu Kesamiran Jatinegara Pagiyanten Sumber: Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, 2015 Cakupan ASI Ekslusif Kabupaten Tegal tahun 2015 adalah sebesar 67,5%. Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan capaian tahun 2014, yaitu sebesar 67,9%. Namun capaian ASI Ekslusif tahun 2015 sudah melampaui target renstra tahun 2015, yaitu sebesar 39%. Permasalahan terkait pencapaian cakupan ASI Eksklusif antara lain: a. Pemasaran susu formula masih gencar dilakukan untuk bayi 0-6 bulan yg tidak ada masalah medis b. Masih banyaknya perusahaan yang mempekerjakan perempuan tidak memberi Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

88 kesempatan bagi ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan untuk melaksanakanpemberian ASI secara eksklusif. Hal ini terbukti dengan belum tersedianya ruanglaktasi dan perangkat pendukungnya. c. Masih banyak tenaga kesehatan ditingkat layanan yang belum peduli atau belumberpihak pada pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif, yaitumasih mendorong untuk memberi susu formula pada bayi 0-6 bulan. d. Masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI e. Belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi, dan kampanye terkait pemberian ASI, dan belum semua rumah sakit melaksanakan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM). Upaya yang dilakukan dalam memecahkan masalah tersebut yaitu: a. Pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif b. Melakukan pelatihan konseling menyusui dan konseling Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Sampai tahun 2012 telah dilakukan pelatihan konseling menyusui kepada orang dan MP-ASI sebanyak 416 orang. c. Melaksanakan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM), yaitu: 1) Membuat kebijakan tertulis tentang menyusui dan dikomunikasikan kepada semua staf pelayanan kesehatan ; 2) Melatih semua staf pelayanan dalam keterampilan menerapkan kebijakan menyusui tersebut; 3) Menginformasikan kepada semua ibu hamil tentang manfaat dan manajemen menyusui; 4) Membantu ibu menyusui dini dalam 30 menit pertama persalinan; 5) Membantu ibu cara menyusui dan mempertahankan menyusui meskipun ibu dipisah dari bayinya; 6) Memberikan ASI saja kepada bayi baru lahir kecuali ada indikasi medis; 7) Menerapkan rawat gabung ibu dengan bayinya sepanjang waktu (24 jam); 8) Menganjurkan menyusui sesuai permintaan bayi; 9) Tidak memberi dot kepada bayi 10) Mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui dan merujuk ibu kepada kelompok tersebut setelah keluar dari sarana pelayanan; d. Sosialisasi dan kampanye ASI Eksklusif e. KIE melalui media cetak dan elektronik f. Mengembangkan Strategi Peningkatan Pemberian ASI Eksklusif Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

89 g. Menciptakan lingkungan yang kondusif terhadap perilaku melaluiperaturan perundang-undangan dan kebijakan atau PP menyusui h. Penguatan sarana pelayanan kesehatan (RS/RSIA, Puskesmas perawatan, i. j. klinikbersalin) dalam menerapkan 10 LMKM Peningkatan komitmen dan kapasitas stakeholder dalam meningkatan,melindungi, dan mendukung pemberian ASI Pemberdayaan ibu, keluarga, dan masyarakat dalam praktek pemberian ASI k. Menjamin terlaksananya strategi pemberian ASI l. Pengembangan peraturan perundangan-undangan dan kebijakan atau PP m. Pelaksanaan revitalisasi RS dan sarana pelayanan kesehatan sayang bayi n. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan o. Pemberdayaan ibu, bapak, dan keluarga, serta masyarakat p. Perlindungan pekerja perempuan q. Bekerjasama dengan lintas sektor terkait dalam pengawasan pemasaran susu formula r. dan produk (codexalimentarius) makanan bayi sesuai standar produk makanan Advokasi dan promosi peningkatan pemberian ASI 6. Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Balita Usia 6-59 Bulan Sampaidengan usia enam bulan, ASI merupakan sumber utama vitamin A jika ibu memiliki vitamin A yang cukup berasal dari makanan atau suplemen. Anak yang berusia enam bulan sampai lima tahun dapat memperoleh vitamin A dari berbagai makanan seperti hati, telur, ikan, minyak sawit merah, mangga dan papaya, jeruk, ubi, sayur daun berwarna hijau dan wortel. Anak memerlukan vitamin A untuk membantu melawan penyakit, melindungi penglihatan mereka, serta mengurangi risiko meninggal. Anak yang kekurangan vitamin A kurang mampu melawan berbagai potensi penyakit yang fatal dan berisiko rabun senja. Oleh karena itu dilakukan pemberian kapsul vitamin A dalam rangka mencegah dan menurunkan prevalensi kekurangan vitamin A (KVA) pada balita. Cakupan yang tinggi dari pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi terbukti efektif untuk mengatasi masalah KVA pada masyarakat. Di beberapa negara dimana kekurangan vitamin A telah terjadi secara luas, dan anak sering meninggal karena diare dan campak, vitamin A dalam bentuk kapsul dosis tinggi dibagikan dua kali dalam setahun kepada anak usia enam bulanhingga lima tahun. Diare dan campak dapat menguras vitamin A dari tubuh anak. Anak yang Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

90 menderita diare atau campak, atau menderita kurang gizi harus diobati dengan suplemen vitamin A dosis tinggi yang bisa diperoleh dari petugas kesehatan terlatih. Masalah vitamin A pada balita secara klinis bukan lagi masalah kesehatan masyarakat (prevalensi xeropthalmia < 0,5%). Hasil studi masalah gizi mikro di 10 kota pada 10 provinsi tahun 2006, diperoleh prevalensi xeropthalmia pada balita 0,13%, sedangkan hasil survey vitamin A pada tahun 1992 menunjukkan prevalensi xeropthalmia sebesar 0,33%. Namun demikian KVA subklinis, yaitu tingkat yang belum menampakkan gejala nyata, masih ada pada kelompok balita. KVA tingkat subklinis ini hanya dapat diketahui dengan memeriksa kadar vitamin A dalam darah di laboratorium. Selain itu, sebaran cakupan pemberian vitamin A pada balita menurut puskesmas sudah mencapai 97,76%. Namun demikian kegiatan pemberian vitamin A pada balita masih perlu dilanjutkan, karena bukan hanya untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan, namun lebih penting lagi, vitamin A meningkatkan kelangsungan hidup, kesehatan dan pertumbuhan anak. Pemberian kapsul vitamin A dilakukan terhadap bayi (6-11 bulan) dengan dosis SI, anak balita (12-59 bulan) dengan dosis SI, dan ibu nifas diberikan kapsul vitamin A SI, sehingga bayinya akan memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI. Pemberian Kapsul Vitamin A diberikan secara serentak setiap bulan Februari dan Agustus pada balita usia 6-59bulan. Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita usia 6-59 bulan di Kabupaten Tegal tahun 2015 mencapai 98,45%. Capaian ini sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2014 yang mencapai 98,29%. Masih diperlukan upaya untuk meningkatkan cakupan pemberian kapsul vitamin A. Upaya tersebut antara lain melalui peningkatan integrasi pelayanan kesehatan anak, sweeping pada daerah yang cakupannya masih rendah dan kampanye pemberian kapsul vitamin A. Cakupan pemberian kapsul vitamin A menurut puskesmas ditampilkan pada gambar Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

91 GAMBAR 6.17 CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA 6-59 BULAN MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Danasari Kesamiran Suradadi Kalibakung Penusupan Balapulang Kedungbanteng Jatibogor Kesambi Bangun Galih Talang Pagerbarang Pagiyanten Adiwerna Jatinegara Margasari Kupu Kab Tegal Lebaksiu Dukuhturi Tarub Bojong Kambangan Dukuhwaru Kaladawa Slawi Kramat Bumijawa Pangkah Warureja Sumber: Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, 2015 Terdapat sebelas puskesmas yang telah mencapai target renstra tahun 2015 (100%), yaitu puskesmas Dukuhturi, Tarub, Bojong, Kambangan, Dukuhwaru, Kaladawa, Slawi, Kramat, Bumijawa, Pangkah dan Warureja. Cakupan terendah adalah Puskesmas Warureja sebesar 32,17%. 7. Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu Sejak lahir sampai dengan usia lima tahun, anak seharusnya ditimbangsecara teratur mengetahui pertumbuhannya. Cara ini dapat membantu untukmengetahui lebih awal tentang gangguan pertumbuhan, sehingga segera dapatdiambil tindakan tepat Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

92 secepat mungkin.hasil penimbangan, dapat mengetahui apakah seorang anak terlalu cepatbertambah berat badannya dibandingkan usianya atau tidak bertambah berat badannya. Untuk itu memerlukan pemeriksaan berat badan anak lebih lanjut terkait dengan tinggi badannya, yang dapat menentukan apakah seorang anak mempunyai berat badan berlebih/kurang. Kegiatan penimbangan balita di Posyandu menjadi salah satu indikator yang ditetapkan pada Renstra Dinas Kesehatan Tahun Indikator ini berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi, serta penanganan prevalensi gizi kurang pada balita. Dengan cakupan penimbangan balita yang tinggi, diharapkan semakin tinggi pula cakupan vitamin A, cakupan imunisasi, dan semakin rendah prevalensi gizi kurang. Gambaran cakupan penimbangan balita di posyandu masing masing Puskesma ditampilkan pada gambar 6.18 berikut. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

93 GAMBAR 6.18 CAKUPAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Talang Lebaksiu Dukuhwaru Kramat Bojong Kedungbanteng Bangun Galih Penusupan Pangkah Adiwerna Tarub Jatibogor Kambangan Kesamiran Pagiyanten Kab Tegal Warureja Kaladawa Kupu Kalibakung Pagerbarang Dukuhturi Bumijawa Slawi Balapulang Danasari Jatinegara Margasari Suradadi Kesambi Sumber: Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, 2015 Cakupan penimbangan balita di posyandu di Kabupaten Tegal pada tahun 2015 sebesar 78,4%. Cakupan ini lebih rendah dibandingkan tahun 2014 yangsebesar 78,9%. Capaian pada tahun 2015 belum memenuhi target Renstra tahun 2015, yaitu sebesar 80%. Sebanyak 14 puskesmas telah mencapai target tersebut. Capaian tertinggi yaitu oleh puskesmas Talang (93,4%). Capaian terendah terdapat di Puskesmas Kesambi sebesar 48,3%. Setiap anak harus memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS) yang terdapat dalam buku KIA agar dapat dipantau pertumbuhannya. Dengan KMS terlihat apakah anak Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

94 tumbuh dengan baik sesuai usianya. KMS diberikan pada orang tua pada saat kunjungan balita ke Posyandu. Maka kunjungan balita ke Posyandu sangat berkaitan dengan indikator D/S. Namun demikian terdapat beberapa kendala yang dihadapi terkaitdengan kunjungan balita ke posyandu. Permasalahan tersebut antara lain : dana operasional dan sarana prasarana untuk menggerakkan kegiatan Posyandu, tingkat pengetahuan kader dan kemampuan petugas dalam pemantauan pertumbuhan dankonseling, tingkat pemahaman keluarga dan masyarakat terhadap manfaat Posyandu, serta pelaksanaan pembinaan kader. Data dan informasi tentang penimbangan balita di posyandu pada tahun 2015 terdapat pada lampiran table Imunisasi Setiap tahun lebih 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai penyakit yang sesungguhnya dapat dicegah dengan imunisasi. Beberapa penyakitmenular yang termasuk ke dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain: Difteri, Tetanus, Hepatitis B, radang selaput otak, radang paru-paru,pertusis, dan polio. Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindungi dariberbagai penyakit berbahaya tersebut, yang dapat menimbulkan kecacatan atau kematian. Proses perjalanan penyakit diawali ketika virus/ bakteri/ protozoa/ jamur, masuk ke dalam tubuh. Setiap makhluk hidup yang masuk ke dalam tubuh manusia akan dianggap benda asing oleh tubuh atau yang disebut dengan antigen. Secara alamiah sistem kekebalan tubuh akan membentuk zat anti yang disebut antibodiuntuk melumpuhkan antigen. Pada saat pertama kali antibodi berinteraksi denganantigen, respon yang diberikan tidak terlalu kuat. Hal ini disebabkan antibodi belum mengenali antigen. Pada interaksi antibodi-antigen yang ke-2 dan seterusnya, sistem kekebalan tubuh sudah memiliki memori untuk mengenali antigen yangmasuk ke dalam tubuh, sehingga antibodi yang terbentuk lebih banyak dan dalamwaktu yang lebih cepat. Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah disebut imunisasi alamiah. Sedangkan program imunisasi melalui pemberian vaksin adalah upaya stimulasi terhadap sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkanantibodi dalam upaya melawan penyakit dengan melumpuhkan antigen yang telah dilemahkan yang berasal dari vaksin. Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya sakit ringan. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

95 Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi penduduk terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan kepada populasiyang dianggap rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, anak usia sekolah, wanita usia subur, dan ibu hamil. a. Imunisasi Dasar pada Bayi Imunisasi melindungi anak terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Seorang anak diimunisasi dengan vaksin yang disuntikkan atau diteteskan melalui mulut. Pada beberapa negara hepatitis masih menjadi masalah. Sepuluh dari 100 orang akan menderita hepatitis sepanjang hidupnya jika tidak diberi vaksin hepatitis B. Sampai dengan seperempat dari jumlah anak yang menderita hepatitis B dapat berkembang menjadi kondisipenyakit hati yang serius, seperti kanker hati. Disamping itu wajib diberikan imunisasi hepatitis B segera setelah bayi lahir untuk mencegah penularan virus hepatitis dari ibu kepada anaknya. Imunisasi BCG dapat melindungi anak dari penyakit tuberculosis.imunisasi DPT dapat mencegah penyakit diptheri, pertusis dan tetanus. Diptheri menyebabkan infeksi saluran pernafasan atas, yang dalam beberapa kasus dapa tmenyebabkan kesulitan bernafas bahkan kematian. Tetanus menyebabkan kekakuan otot dan kekejangan otot yang menyakitkan dan dapat mengakibatkan kematian. Pertusis atau batuk rejan mempengaruhi saluran pernafasan dana dapat menyebabkan batuk hingga delapan minggu. Semua anak perlu mendapatkan imunisasi polio. Tanda-tanda polio adalah tungkai tiba tiba lumpuh dan sulit untuk bergerak. Dari 200 anak yangterinfeksi polio, maka satu orang akan menjadi cacat sepanjang hidupnya. Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi,setiap bayi wajib mendapatkan lima imunisasi dasar lengkap (LIL) yang terdiridari : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 3 dosis hepatitis B, dan 1 dosis campak. Dari kelima imunisasi dasar lengkap yang diwajibkan tersebut, campak merupakan imunisasi yang mendapat perhatian lebih yang dibuktikan dengan komitmen Indonesia pada lingkup ASEAN dan SEARO untuk mempertahankan cakupan imunisasi campak sebesar 90%. Hal ini terkait dengan realita bahwa campak adalah salah satu penyebab utama kematian pada balita. Dengan demikian pencegahan campak memiliki peran signifikan dalam penurunan angka kematian balita. Kabupaten Tegal memiliki cakupan imunisasi campak pada tahun 2015 sebesar 99,3%, sama dengan capaian tahun Capaian tersebut telah memenuhi target 95% Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

96 yang menjadi komitmen target pada rencana strategis Dinas Kesehatan. Pada tingkat Puskesmas, terdapat 23 puskesmas yang telah berhasil mencapai target 95% seperti yang disajikan pada gambar 6.19 berikut. GAMBAR 6.19 CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Adiwerna Balapulang Kesambi Kramat Kesamiran Margasari Warureja Penusupan Kaladawa Slawi Tarub Dukuhturi Kedungbanteng Jatinegara Pagerbarang Kab tegal Bangun Galih Dukuhwaru Pangkah Kupu Talang Kambangan Suradadi Bojong Pagiyanten Lebaksiu Kalibakung Bumijawa Jatibogor Danasari Sumber: Seksi Imunisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, 2015 Pada gambar 6.19 di atas dapat diketahui bahwa Puskesmas Adiwerna memiliki capaian tertinggi sebesar 111,9% diikuti oleh Balapulang sebesar 108,9% dan Kesambi sebesar 108,2%. Sedangkan Puskesmas dengan cakupan terendah adalah Puskesmas Danasari sebesar 85,3%. Program imunisasi pada bayi mengharapkan agar setiap bayi mendapatkan kelima jenis imunisasi dasar lengkap. Keberhasilan seorang bayi dalam mendapatkan 5 Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

97 jenis imunisasi dasar tersebut diukur melalui indikator imunisasi dasar lengkap. Capaian indikator ini di Kabupaten Tegal pada tahun 2015 sebesar 95,3%. Angka ini menurun jika dibandingkan dengan capaian tahun 2014, yaitu sebesar 98,3%. Caaian tahun 2015 juga belum memenuhi target Renstra pada tahun 2015 yang sebesar 100%. Puskesmas yang melampaui target capaian imunisasi dasar lengkap pada bayi tahun 2015 antara lain di Puskesmas Adiwerna (112%), Puskesmas balapulang (108,4%), Puskesmas Kesamiran (108%), Puskesmas Kramat (106,8%), dan Puskesmas Kesambi (105,8%). Puskesmas dengan capaian terendah adalah Puskesmas Danasari sebesar 84,7%, seperti pada gambar 6.20 berikut. GAMBAR 6.20 CAKUPAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Adiwerna Balapulang Kesamiran Kramat Kesambi Warureja Dukuhwaru Slawi Suradadi Dukuhturi Kedungbanteng Kab Tegal Pangkah Kambangan Lebaksiu Talang Margasari Penusupan Pagiyanten Kupu Jatinegara Jatibogor Bojong Pagerbarang Kaladawa Bangun Galih Kalibakung Tarub Bumijawa Danasari Sumber: Seksi Imunisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, 2015 Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

98 Data dan informasi terkait imunisasi dasar pada bayi yang dirinci menurut puskesmas tahun 2015 terdapat pada lampiran table 44. b. Universal Child Immunization (UCI) Indikator lain yang diukur untuk menilai keberhasilan pelaksanaan imunisasi adalah Universal Child Immunization atau yang biasa disingkat UCI. UCI adalah gambaran suatu desa/kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi (0-11 bulan) yang ada di desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap. Target UCI pada Renstra Dinas Kesehatan tahun 2015 adalah sebesar 100%. Pada tahun 2015 semua puskesmas yang telah mencapai persentase desa UCI sebesar 100% atau 287 desa/kelurahan telah mencapai presentase UCI. Imunisasi dasar pada bayi seharusnya diberikan pada anak sesuai denganumurnya. Pada kondisi ini, diharapkan sistem kekebalan tubuh dapat bekerja secaraoptimal. Namun demikian, pada kondisi tertentu beberapa bayi tidak mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap. Kelompok inilah yang disebut dengan drop out (DO)imunisasi. Bayi yang mendapatkan imunisasi DPT/HB1 pada awal pemberianimunisasi, namun tidak mendapatkan imunisasi campak, disebut Drop Out RateDPT/HB1- Campak. Indikator ini diperoleh dengan menghitung selisih penurunancakupan imunisasi campak terhadap cakupan imunisasi DPT/HB1. 9. Pelayanan Kesehatan Anak Balita Kehidupan anak, usia dibawah lima tahun merupakan bagian yang sangatpenting. Usia tersebut merupakan landasan yang membentuk masa depan kesehatan,kebahagiaan, pertumbuhan, perkembangan, dan hasil pembelajaran anak di sekolah,keluarga, masyarakat dan kehidupan secara umum. Kesehatan bayi dan balita harus dipantau untuk memastikan kesehatanmereka selalu dalam kondisi optimal. Untuk itu dipakai indikator-indikator yang bisamenjadi ukuran keberhasilan upaya peningkatan kesehatan bayi dan balita, salah satudiantaranya adalah pelayanan kesehatan anak balita. Adapun batasan anak balitaadalah setiap anak yang berada pada kisaran umur 12 sampai dengan 59 bulan. Pelayanan kesehatan pada anak balita dilakukan oleh tenaga kesehatan danmemperoleh : a. Pelayanan Pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun (Penimbangan berat Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

99 b. c. d. badan dan pengukuran tinggi badan minimal 8 kali dalam setahun). Pemberian vitamin A dua kali dalam setahun yakni setiap bulan Februari dan Agustus Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang balita minimal 2 kali dalam setahun. Pelayanan Anak Balita Sakit sesuai standar menggunakan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Capaian Indikator pelayanan kesehatan anak balita pada tahun 2015 sebesar 75,5%, yang berarti belum memenuhi target Renstra pada tahun 2015 yang sebesar 85%. Capaian indikator ini sedikit menurun dibandingkan tahun 2014 yang sebesar 75,9%. Hanya lima puskesmas yang mencapai target sebesar 85% seperti yang terlihat pada gambar 6.21 berikut. Data dan informasi menurut puskesmas terkait upaya pelayanan kesehatan anak balita disajikan pada lampiran table 46. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

100 GAMBAR 6.21 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN ANAK BALITA MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Talang Dukuhwaru Kramat Lebaksiu Kupu Kedungbanteng Bojong Pangkah Penusupan Adiwerna Bangun Galih Jatibogor Tarub Pagiyanten Kesamiran Kambangan Kab tegal Warureja Kaladawa Kalibakung Slawi Dukuhturi Pagerbarang Jatinegara Balapulang Danasari Bumijawa Margasari Suradadi Kesambi Sumber: Seksi Kesehatan Anak dan Remaja Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, Pelayanan Kesehatan pada Siswa SD dan setingkat Mulai masuk sekolah merupakan hal penting bagi tahap perkembangan anak. Banyak masalah kesehatan terjadi pada anak usia sekolah, seperti misalnya pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi denganbaik dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun, karies gigi, kecacingan, kelainanrefraksi/ketajaman penglihatan dan masalah gizi. Pelayanan kesehatan pada anaktermasuk pula intervensi pada anak usia sekolah. Anak usia sekolah merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaanprogram kesehatan, karena selain jumlahnya yang besar, mereka juga Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

101 merupakansasaran yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik. Sasaran dari pelaksanaan kegiatan ini diutamakan untuk siswa SD/ sederajat kelas 1. Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama tenaga lainnya yang terlatih (guru UKS/UKSG dan dokter kecil). Tenaga kesehatan disini adalah tenaga medis, tenaga keperawatan atau petugas puskesmas lainnya yang telah dilatih sebagai tenaga pelaksana UKS/ UKGS. Guru UKS/UKGS adalah guru kelas atau guru yang ditunjuk sebagai pembina UKS/UKGS di sekolah dan telah dilatih tentang UKS/UKGS. Dokter kecil adalah kader kesehatan sekolah yang biasanya berasal dari murid kelas 4dan 5 SD dan setingkat yang telah mendapatkan pelatihan dokter kecil. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran tentang kebersihan dan kesehatan gigi bisa dilaksanakan sedini mungkin. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut pada khususnya dan kesehatan tubuh serta lingkungan pada umumnya. Upaya kesehatan pada kelompok ini yang dilakukan melalui penjaringan kesehatan terhadap murid SD/MI kelas 1 juga menjadi salah satu indikator yang dievaluasi keberhasilannya melalui Renstra Kementerian Kesehatan. Kegiatan penjaringan kesehatan selain untuk mengetahui secara dini masalah-masalah kesehatan anak sekolah sehingga dapat dilakukan tindakan secepatnya untuk mencegah keadaan yang lebih buruk, juga untuk memperoleh data atau informasi dalam menilai perkembangan kesehatan anak sekolah, maupun untuk dijadikanpertimbangan dalam menyusun perencanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatanusaha Kesehatan Sekolah (UKS). Kegiatan penjaringan kesehatan ini terdiri dari : a. Pemeriksaan kebersihan perorangan (rambut, kulit dan kuku) b. Pemeriksaan status gizi melalui pengukuran antropometri c. Pemeriksaan ketajaman indera (penglihatan dan pendengaran) d. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut e. Pemeriksaan laboratorium untuk anemia dan kecacingan f. Pengukuran kebugaran jasmani dan deteksi dini masalah mental emosional. Penjaringan kesehatan dinilai dengan menghitung persentase SD/MI yangmelakukan penjaringan kesehatan terhadap seluruh SD/MI yang menjadi sasaranpenjaringan. Cakupan SD atau sederajat yang melaksanakan penjaringan kesehatanuntuk siswa kelas 1 pada tahun 2015 di Kabupaten Tegal yang sebesar 96,3% mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014 dengan cakupan sebesar 97,3%. Capaian tersebut belum memenuhi target Renstra 2015 yang sebesar 100%. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

102 Berdasarkan gambar 6.22 diketahui bahwa ada 11 puskesmas sudah memenuhi target 100% dan 18 puskesmas yang belum mencapai target 100%. Puskesmas yang memenuhi target antara lain Puskesmas Kramat, Talang, Kupu, Dukuhturi, Penusupan, Kedungbanteng, Jatinegara, Lebaksiu, Danasari, Kesambi, dan Margasari. Masih adanya puskesmas yang belum memenuhi target Renstra Dinas Kesehatan dapat disebabkan oleh beberapa masalah. Masalah utama yang sering ditemukan di daerah adalah kurangnya tenaga di Puskesmas sedangkan jumlahsd/mi cukup banyak, sehingga untuk melaksanakan penjaringan kesehatan membutuhkan waktu lebih lama. Selain itu juga manajemen pelaporan belum terintegrasi dengan baik. Walaupun kegiatan penjaringan kesehatan telah dilaksanakan di Puskesmas namun pengelola program UKS di Puskesmas berada pada struktur organisasi yang berbeda sehingga menjadi penyebab koordinasi pencatatandan pelaporan tidak berjalan dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

103 GAMBAR 6.22 CAKUPAN PENJARINGAN SISWA SD/MI SETINGKATMENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Kramat Talang Kupu Dukuhturi Penusupan Kedungbanteng Jatinegara Lebaksiu Danasari Kesambi Margasari Balapulang Kambangan Pangkah Adiwerna Kalibakung Bangun Galih Slawi Warureja Dukuhwaru Kab Tegal Pagiyanten Kaladawa Tarub Kesamiran Suradadi Bojong Jatibogor Pagerbarang Bumijawa Sumber: Seksi Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan Kab. Tegal, 2015 C. GIZI KELURAGA Setiap tahun lebih dari sepertiga kematian anak di dunia berkaitan dengan masalah kurang gizi, yang dapat melemahkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Ibu yang mengalami kekurangan gizi pada saat hamil, atau anaknya mengalamikekurangan gizi pada usia 2 tahun pertama, pertumbuhan serta perkembangan fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai pencapaiannya dalam MDGs adalah status gizi balita. Status gizi anak balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variabel umur, BB dan TB ini disajikan dalam bentuk tiga Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

104 indikator antropometri, yaitu: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/U memberikan indikasi masalah gizi secara umum. Indikator ini tidak memberikan indikasi tentang masalah gizi yang sifatnya kronisataupun akut karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan. Dengan kata lain, berat badan yang rendah dapat disebabkan karena pendek (masalah gizi kronis) atau sedang menderita diare atau penyakit infeksi lain (masalah gizi akut). Menurut Laporan Bidang Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat, pada tahun 2015, terdapat 1% balita kekurangan gizi yang terdiri dari 0,9% balita berstatus gizi kurang dan 0,1% berstatus gizi buruk. Capaian gizi buruk mendapat perawatan sebesar 100%. Indikator gizi yang lain yaitu tinggi badan menurut umur (TB/U) memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaanyang berlangsung lama. Misalnya: kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat, dan pola asuh/pemberian makan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan anak menjadi pendek. Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/TB memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristi wayang terjadi dalam waktu yang tidak lama (singkat). Misalnya: terjadi wabah penyakit dan kekurangan makan (kelaparan) yang mengakibatkan anak menjadi kurus. Indikator BB/TB dan IMT/U dapat digunakan untuk identifikasi kurus dangemuk. Masalah kurus dan gemuk pada umur dini dapat berakibat pada risiko berbagai penyakit degenerative pada saat dewasa. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

105 Bab PENGENDALIAN PENYAKIT DAN KESEHATAN LINGKUNGAN VII Bab 7 berisi pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan. Data mengenaipengendalian penyakit terdiri atas penyakit menular dan penyakit tidak menular. Penyakit menular meliputi penyakit menular langsung dan penyakit yang ditularkan melalui binatang. Situasi penyakit, baik kesakitan maupun kematian, merupakan indikator dalam menilai derajat kesehatan suatu masyarakat. A. PENGENDALIAN PENYAKIT Selain membahas pengendalian penyakit yang menjadi prioritas pembangunankesehatan nasional, pada subbab ini juga dibahas pengendalian penyakit di daerah tropis yangsalah satunya disebabkan oleh nyamuk, juga neglected disease seperti filariasis. 1. Penyakit Menular a. Tuberkulosis Paru Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakterimycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksibasil tuberkulosis. Beban penyakit yang disebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur dengan case notification rate(cnr) dan prevalensi (didefinisikan sebagai jumlah kasus tuberkulosis pada suatu titik waktutertentu) dan mortalitas/kematian (didefinisikan sebagai jumlah kematian akibat tuberkulosis dalamjangka waktu tertentu). 1) Kasus Baru BTA Positif Pada tahun 2015 ditemukan jumlah kasus baru BTA positif (BTA+) sebanyak 944 kasus, sama dengan kasus baru BTA+ yang ditemukan tahun Jumlah tersebut termasuk jumlah kasus yang ditemukan di rumah sakit sebanyak 174 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di Puskesmas dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jatinegara, Bumijawa, dan Adiwerna. Sedangkan jumlah total kasus TB BTA (+) dapat dilihat pada gambar 7.1. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

106 GAMBAR 7.1 JUMLAH KASUS TB BTA (+) MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Jatinegara Bumijawa Adiwerna Kalibakung Margasari Warureja Dukuhturi Pagerbarang Talang Penusupan Balapulang Tarub Bojong Kedungbanteng Kramat Pagiyanten Kesamiran Lebaksiu Kaladawa Slawi Danasari Jatibogor Suradadi Pangkah Kesambi Kupu Dukuhwaru Kambangan Bangun Galih Sumber: Seksi Pemberantasan Dinas Kesehatan Kab. Tegal 2015 Perkiraan jumlah penderita baru TB Paru BTA (+) di Kabupaten Tegal sebanyak penderita. Jumlah penderita TB Paru baru BTA (+) yang ditemukan pada tahun 2015 sebanyak 944 orang maka didapatkan angka cakupan penemuan penderita TB Paru baru (+) atau Case Detection Rate (CDR) sebesar 63,6%. Angka pencapaian CDR di Kabupaten Tegal tahun 2015 sudah mencapai target renstra Dinas Kesehatan tahun 2015 sebesar 60%. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

107 Hal itu mengindikasikan pentingnya prioritas dan kerja keras untuk menemukan kasus BTA+. Terdapat 12 Puskesmas yang telah melampaui target renstra, antara lain puskesmas Kalibakung, Jatinegara, Penusupan, Margasari, Talang, Adiwerna, Danasari, Warureja, Bumijawa, Dukuhturi, dan Kesamiran. Puskesmas Dukuhwaru merupakan puskesmas dengan CDR terendah. GAMBAR 7.2 CASE DETECTION RATE (CDR)MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Kalibakung Jatinegara Penusupan Margasari Talang Adiwerna Danasari Warureja Bumijawa Dukuhturi Kab Tegal Kesamiran Pagerbarang Bojong Kedungbanteng Balapulang Tarub Pagiyanten Kramat Jatibogor Lebaksiu Kaladawa Suradadi Kambangan Kupu Kesambi Slawi Pangkah Bangun Galih Dukuhwaru Sumber: Seksi Pemberantasan Dinas Kesehatan Kab. Tegal 2015 Angka penemuan TB Paru (CDR) merupakan salah satu indikator keberhasilan program TB Paru di Puskesmas dan Dinas Kesehatan. Semakin rendah angka penemuan ini berarti semakin banyak kasus TB Paru yang belum Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

108 terdeteksi dan belum terobati sehingga dapat menjadi sumber penularan bagi lingkungan sekitar para penderita tersebut. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan upaya penemuan kasus secara aktif oleh petugas kesehatan. Selain itu pengembangan PPM (public private mix) dalam penanggulangan TB dengan melibatkan, dokter praktek swasta, LSM, dan masyarakat. 2) Angka Keberhasilan Pengobatan (Success Rate) Salah satu upaya untuk mengendalikan TB yaitu dengan pengobatan. Indikator yang digunakan sebagai evaluasi pengobatan yaitu angka keberhasilan pengobatan (success rate). Angka keberhasilan pengobatan ini dibentuk dari angka kesembuhan dan angka pengobatan lengkap. Evaluasi pengobatan pada penderita TB pau BTA (+) dilakukan melalui pemeriksaan dahak mikroskopis pada akhir fase intensif satu bulan sebelum akhir pengobatan dan pada akhir pengobatan dengan hasil pemeriksaan negatif. Dinyatakan sembuh bila hasil pemeriksaan dahak pada akhir pengobatan ditambah minimal satu kali pemeriksaan sebelumnya (sesudah fase awal atau satu bulan sebelum akhir pengobatan) hasilnya negatif. Target angka kesembuhan (cure rate) yang harus dicapai minimal 85% dan angka keberhasilan pengobatan (sukses rate) : 90%. Berikut ini digambarkan angka kesembuhan dan keberhasilan pengobatan tahun GAMBAR 7.3 ANGKA KESEMBUHAN DAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TB PARU MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN Cure Rate Success Rate Sumber: Seksi Pemberantasan Dinas Kesehatan Kab. Tegal 2015 Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

109 Pada Gambar 7.3 terlihat perkembangan angka keberhasilan pengobatan tahun Pada tahun 2015 angka keberhasilan pengobatan sebesar 91,1%. WHO menetapkan standar angka keberhasilan pengobatan sebesar 85%. Dengan demikian pada tahun 2015, Kabupaten Tegal telah mencapai standar tersebut. Sementara Dinas Kesehatan menetapkan target Renstra minimal 90% untuk angka keberhasilan pengobatan pada tahun Berdasarkan hal tersebut, capaian angka keberhasilan pengobatan tahun 2015 juga telah memenuhi target Renstra. Angka kesembuhan tahun 2015 di Kabupaten Tegal sebesar 87,14%, menurun dibandingkan tahun 2014 yaitu sebesar 88,45%. b. HIV & AIDS HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing (VCT), sero survey, dan Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP). Perkembangan HIV positif sampai tahun 2015 disajikan pada Gambar 7.4 berikut ini. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

110 GAMBAR 7.4 JUMLAH KASUS BARU HIV POSITIVE DAN AIDS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN HIV AIDS Sumber: Seksi Pemberantasan Dinas Kesehatan Kab. Tegal 2015 Kasus HIV dan AIDS dalam lima tahun terakhir ( ) cenderung meningkat. Perkembangan jumlah kasus baru HIV positif pada tahun 2015 kembali mengalami peningkatan secara signifikan. Hal ini menunjukkan kualitas penemuan kasus HIV/AIDS meningkat. Kasus terbanyak pada kelompok risiko tinggi yaitu WPS dan pasangan risiko tinggi, dengan usia antara tahun. c. Pneumonia Pneumonia adalah penyakit yang disebabkan kuman pneumococcus, staphylococcus,streptococcus, dan virus. Gejala penyakit pneumonia yaitu menggigil, demam, sakit kepala, batuk, mengeluarkan dahak, dan sesak napas. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini yaitu dengan meningkatkan penemuan pneumonia pada balita. Perkiraan kasus pneumonia pada balita di suatu wilayah sebesar 10% dari jumlah balita di wilayah tersebut. Berikut ini gambaran penemuan peneumonia pada balita tahun Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

111 GAMBAR 7.5 CAKUPAN PENEMUAN DAN PENANGANAN PNEUMONIA PADA BALITA DI KABUPATEN TEGAL TAHUN Sumber: Seksi Pemberantasan Dinas Kesehatan Kab. Tegal 2015 Sampai dengan tahun 2015, angka cakupan penemuan dan penanganan pneumonia pada balita mengalami perkembangan berarti yaitu dari 53% sampai 72%. Cakupan penemuan dan penanganan pneumonia pada balita tahun 2015 sudah mencapai target renstra Dinas Kesehatan sebesar 60%. d. Kusta Penyakit Kusta disebut juga sebagai penyakit Lepra atau penyakit Hansen disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini mengalami proses pembelahan cukup lama antara 2 3 minggu. Daya tahan hidup kuman kusta mencapai 9 hari di luar tubuh manusia. Kuman kusta memiliki masa inkubasi 2 5 tahun bahkan juga dapat memakan waktu lebih dari 5 tahun. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata. Selama periode , angka penemuan kasus baru kusta pada tahun 2015 meningkat menjadi sebesar 1,69 per penduduk atau 16,9 per penduduk. Capaian tersebut sudah memenuhi target renstra tahun 2015 sebesar 1,5 per penduduk. Angka prevalensi kusta tahun 2015 adalah sebesar 1,77 per penduduk. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

112 GAMBAR 7.6 ANGKA PREVALENSI DAN ANGKA PENEMUAN KASUS BARU KUSTA (NCDR) DI KABUPATEN TEGAL TAHUN NCDR 0.2 Prev kusta Sumber: Seksi Pemberantasan Dinas Kesehatan Kab. Tegal 2015 Berdasarkan bebannya, kusta dibagi menjadi 2 kelompok yaitu beban kusta tinggi (high burden) dan beban kusta rendah (low burden). Provinsi disebut high burden jika NCDR (new case detection rate: angka penemuan kasus baru)> 10 per penduduk dan atau jumlah kasus baru lebih dari 1.000, sedangkan low burden jika NCDR < 10 per penduduk dan atau jumlah kasus baru kurang dari kasus. Kabupaten Tegal merupakan salah satu dari 9 kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah yang mempunyai kasus kusta tinggi (high endemic), karena prevalence rate lebih dari 1/ penduduk dan CDR lebih dari 5/ penduduk. Pada tahun 2015 dilaporkan 234 kasus baru kusta, sama dengan tahun Sebesar 200 kasus di antaranya merupakan tipe Multi Basiler, sedangkan 34 kasus merupakan penderita kusta tipe Pausi basiler. Persentase penderita kusta selesai berobat (RFT), kusta type PB (Pausi Basiler) pada tahun 2015 sebesar 88,5% meningkat dibandingkan tahun 2014 sebesar 178,9%. Sedangkan RFT kusta type MB (Multi Basiler) pada tahun 2015 sebesar 89%. Angka ini belum mencapai target renstra 90%. Evaluasi RFT ini pada penderita baru kusta yang diobati tahun 2015 untuk kusta PB dan tahun 2014 pada kusta type MB, karena pengobatan kusta memerlukan waktu 6 Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

113 12 bulan. Target angka RFT berdasarkan SPM 2010 adalah > 90% agar dapat memutuskan rantai penularan penyakit kusta. Upaya yang dilakukan untuk mencapai eliminasi kusta (prevalensi kurang 1 per penduduk ) antara lain : 1) Penemuan penderita secara aktif melalui kegiatan kampanye eliminasi kusta (LEC), 2) Peningkatan ketrampilan petugas puskesmas dalam menemukan penderita kusta sedini mungkin, 3)Peningkatkan kesadaran masyarakat dengan menghilangkan stigma yang ada di masyarakat. Pengendalian kasus kusta antara lain dengan meningkatkan deteksi kasus sejak dini. Indikator yang digunakan untuk menunjukkan keberhasilan dalam mendeteksi kasus barukusta yaitu angka cacat tingkat dua (II). Angka cacat tingkat II tahun 2015 adalah 0,2 per penduduk. Sedangkan persentase cacat tingkat II (dari seluruh jumlah kasus baru kusta) pada tahun 2015 sebesar 11,97%. Berikut grafik persentase cacat tingkat II selama lima tahun terakhir. 25 GAMBAR 7.7 PERSENTASE CACAT TINGKAT II PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN TEGAL TAHUN Sumber: Seksi Pemberantasan Dinas Kesehatan Kab. Tegal 2015 Puskesmas dengan persentase cacat tingkat II tertinggi pada tahun 2014 yaitu Puskesmas Bojong sebesar 100%, Jatibogor, disusul Kalibakung sebesar 66,67%, dan Kesamiran 50%. Hal itu menunjukkan kemampuan mendeteksi kasus baru kusta di ketiga puskesmas tersebut masih rendah. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

114 GAMBAR 7.8 PERSENTASE CACAT TINGKAT II PENDERITA KUSTA MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Danasari Kaladawa Kedungbanteng Bumijawa Pangkah Kramat Margasari Warureja Dukuhwaru Pagiyanten Pagerbarang Kab Tegal Lebaksiu Kesamiran Dukuhturi Adiwerna Jatibogor Suradadi Bangun Galih Tarub Talang Kupu Slawi Penusupan Jatinegara Kambangan Kalibakung Balapulang Bojong Kesambi e. Diare Sumber: Seksi Pemberantasan Dinas Kesehatan Kab. Tegal 2015 Penyakit Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Menurut hasil Riskesdas 2007, Diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada golongan semua umur merupakanpenyebab kematianyang ke empat (13,2%). Kasus diare ditemukan dan ditangani di kabupaten Tegal tahun 2015 mencapai 195,3%. Angka ini sudah memenuhi target SPM dan Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal yaitu 100%. Incidence Rate diare Kabupaten Tegal tahun 2014 sebesar 214 per 1000 penduduk. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

115 f. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) PD3I adalah penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi, seperti Difteri, Pertusis, Tetanus, Tetanus Neonatorum, Polio, Campak dan Hepatitis B. Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit tersebut, diperlukan komitmen global untuk menekan turunnya angka kesakitan dan kematian yang lebih banyak dikenal dengan Eradikasi Polio (ERAPO), Reduksi Campak (Redcam) dan Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN). Dinas Kesehatan saat ini telah melaksanakan Program Surveilans Integrasi PD3I, yaitu pengamatan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Difteri, Tetanus Neonatorum, dan Campak). Jumlah kasus PD3I yang dilaporkan selama 3 tahun terakhir menunjukkan bahwa tidak ada kejadian kasus PD3I. Pada tahun 2013 penyakit menular Difteri, Pertusis, Tetanus dan Polio tidak ditemukan kasus. Jumlah kasus Campak di Kabupaten Tegal tahun 2015 sebanyak 59 kasus, meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu sebanyak 25 kasus. g. Demam Berdara Dengue (DBD) Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedis albopictus. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat. Jumlah penderita DBD di Kabupaten Tegal yang dilaporkan pada tahun 2015 sebanyak 422 kasus dengan jumlah kematian 12 orang. Angka tersebut menurun jika dibandingkan dengan tahun 2014, yaitu sebanyak 526 kasus DBD dengan jumlah kematian 23 orang. Angka kesakitan sebesar 30,4 sebesar penduduk, menurun dibandingkan angka kesakitan tahun 2014 sebesar 33,3 per penduduk. Angka tersebut melampaui target renstra Dinas Kesehatan tahun 2015 sebesar 45 per penduduk. Tren jumlah kasus DBD di Kabupaten Tegal dalam enam tahun terakhir dapat dilihat di gambar 7.9. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

116 600 GAMBAR 7.9 JUMLAH KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KABUPATEN TEGAL TAHUN Sumber: Seksi Pemberantasan Dinas Kesehatan Kab. Tegal 2015 Gambaran jumlah kasus DBD menurut puskesmas tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar Jumlah kasus DBD terbanyak terjadi di Puskesmas Pangkah dengan 40 kasus, disusul kemudian Puskesmas Slawi sebanyak 36 kasus dan Puskesmas Penusupan sebanyak 30 kasus. Jumlah kasus DBD terendah terdapat di Puskesmas Bojong dan Bumijawa masing masing satu kasus. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

117 GAMBAR 7.10 JUMLAH KASUS DBD MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Pangkah Slawi Penusupan Jatinegara Kramat Dukuhwaru Tarub Kedungbanteng Adiwerna Margasari Kaladawa Dukuhturi Lebaksiu Kalibakung Bangun Galih Kesamiran Talang Pagiyanten Pagerbarang Suradadi Kambangan Kesambi Kupu Balapulang Jatibogor Warureja Danasari Bojong Bumijawa Sumber: Seksi Pemberantasan Dinas Kesehatan Kab. Tegal 2015 Angka kematian (Case Fatality Rate/CFR) DBD tahun 2015 sebesar 2,8%, menurun dibandingkan dengan angka kematin tahun 2014 sebesar 4,4%. Angka tersebut melampaui target renstra Dinas Kesehatan tahun 2015 sebesar 4%. Kematian akibat DBD dikategorikan tinggi jika CFR > 2%. Pada tahun 2015 terdapat sebelas puskesmas yang memiliki CFR tinggi yaitu Puskesmas Suradadi (12,5%), Kesamiran (11,1%), Kramat (7,7%) dan Puskesmas Dukuhturi (6,7%). Pada puskesmas tersebut masih perlu upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas dan kuantitas SDM kesehatan di rumah sakit dan puskesmas (dokter, perawat, dan lain-lain) termasuk peningkatan sarana-sarana penunjang diagnostik dan penatalaksanaan bagi penderita di sarana-sarana pelayanan kesehatan. Data Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

118 dan informasi lengkap terlampir pada table 21. h. Filariasis Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa cacing filaria, yang terdiri dari tiga spesies yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Penyakit inimenginfeksi jaringan limfe (getah bening). Filariasis menular melalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing filaria dalam tubuhnya. Dalam tubuh manusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan menetap di jaringan limfe sehingga menyebabkan pembengkakan di kaki, tungkai, payudara, lengan dan organ genital. Pada tahun 2015 dilaporkan sebanyak 11 kasus filariasis yang ada di wilayah Puskesmas Balapulang, Pagerbarang, Lebaksiu, Jatinegara, Pangkah, Pagiyanten, Talang Tarub, dan Bangun Galih masing-masing 1 kasus, dan dua kasus di Puskesmas Warurejo. Filariasis dapat dicegah dan diobati dengan melaksanakan Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP) filariasis selama lima tahun berturut-turut sehingga diperlukan komitmen pemerintah daerah dalam menyediakan biaya operasional POMP selama minimal lima tahun berturut- turut yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Sedangkan tanggung jawab pemerintah pusat yaitu menyediakan obat. i. Malaria Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina, dapat menyerang semua orang baik laki-laki ataupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak dan orang dewasa. Jumlah kasus klinis malaria di Kabupaten Tegal tahun 2015 tercatat 2 kasus dan semuanya positif malaria. Kasus tersebut merupakan kasus import. Jika dibandingkan tahun 2014 kasus malaria impor ini menurun (kasus malaria 2014: 11 kasus). Angka kesakitan malaria tahun 2015 sebesar 0,0014 per penduduk berisiko, dengan demikian sudah melampaui target Indonesia Sehat 2010 sebesar 5 per penduduk. Bentuk pelayanan yang diberikan terhadap penderita malaria adalah pemeriksaan darah dan pengobatan. Pemeriksaan darah dilakukan terhadap penderita klinis, sedangkan pengobatan dilakukan terhadap penderita klinis Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

119 maupun yang positif malaria. Pemeriksaan darah dilakukan untuk menegakkan diagnosa. Seorang penderita klinis baru dinyatakan positif malaria apabila sediaan darah yang diperiksa terdapat plasmodium. Selain dilakukan pemeriksaan darah, semua penderita klinis memperoleh pengobatan klinis, sedangkan penderita positif diberikan pengobatan radikal. Sehingga cakupan 2. pengobatan malaria di Kabupaten Tegal selalu mencapai 100% dan mencapai target SPM Penyakit Tidak Menular Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa per tahun (WHO, 2010). Di Indonesia sendiri, penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan penting dan dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat. Hal tersebut menjadi beban ganda dalam pelayanan kesehatan, sekaligus tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia. Peningkatan PTM berdampak negatif pada ekonomi dan produktivitas bangsa. Pengobatan PTM seringkali memakan waktu lama dan memerlukan biaya besar. Beberapa jenis PTM merupakan penyakit kronik dan/atau katastropik yang dapat mengganggu ekonomi penderita dan keluarganya. Selain itu, salah satu dampak PTM adalah terjadinya kecacatan termasuk kecacatan permanen. Berbagai faktor risiko PTM antara lain ialah: merokok dan keterpaparan terhadap asap rokok, minum minuman beralkohol, diet/pola makan, gaya hidup, kegemukan, obat-obatan, dan riwayat keluarga (keturunan). Prinsip upaya pencegahan tetap lebih baik dari pengobatan. Upaya pencegahan penyakit tidak menular lebih ditujukan kepada faktor risiko yang telah diidentifikasi. Kementerian Kesehatan pengendalian PTM sejak tahun telah mengembangkan program Upaya pengendalian faktor risiko PTM yang telah dilakukan berupa promosi Perilaku Bersih dan Sehat serta pengendalian masalah tembakau. Beberapa Pemerintah Daerah telah menerbitkan peraturan terkait Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan membentuk Aliansi Walikota/Bupati dalam Pengendalian Tembakau dan Penyakit Tidak Menular. Sedangkan untuk pengaturan makanan berisiko, ke depan akan dibuat regulasi antara lain Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

120 tentang gula, garam dan lemak dalam makanan yang dijual bebas. Upaya pengendalian PTM tidak akan berhasil jika hanya dilakukan oleh Kementerian Kesehatan tanpa dukungan seluruh jajaran lintas sektor, baik pemerintah, swasta, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, bahkan seluruh lapisan masyarakat. Beberapa kegiatan yang telah dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan dalam upayanya untuk mengendalikan penyakit tidak menular pada tahun 2013 adalah sebagai berikut. a. Posbindu PTM Kegiatan yang mulai dikembangkan pada tahun 2011 ini merupakan salah satu wujud peran serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini, monitoring dan tindak lanjut dini terhadap faktor risiko PTM secara terpadu dan terintegrasi dengan kegiatan rutin di masyarakat, seperti di lingkungan tempat tinggal dalam wadah desa/kelurahan siaga aktif.selain itu, kegiatan tersebut pada saat ini telah dikembangkan pada kelompok khususseperti di Perusahaan Outobus (PO), kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH), sekolah, dantempat kerja. b. Meningkatkan Upaya Pengendalian PTM di Puskemas Pada tahun 2013 setiap kabupaten/kota minimal memiliki satu puskesmas dengan program unggulan pelayanan PTM yang dilengkapi dengan sumber daya manusia yangterlatih PTM, fasilitas, dan peralatan untuk penatalaksanaan kasus PTM. Upaya tersebutantara lain peningkatan promosi kesehatan (health promotion) yang dilakukan melaluigaya hidup sehat, melaksanakan deteksi dini dan monitoring faktor risiko PTM dan PanduPTM, dan atau layanan khusus PTM lainnya (jantung, stroke, Cedera, Tisan, skriningthalasemia, SLE, kanker anak, layanan upaya berhenti merokok, diet, aktivitas fisik, stres,tisan, PAL, IVA + CBE, rehabilitasi dan atau paliatif PTM). c. Pengendalian Tembakau Pengendalian tembakau di Indonesia merupakan salah satu upaya pengendalian factor risiko PTM, guna menurunkan prevalensi penyakit tidak menular, beberapa upaya yangtelah dikembangkan adalah: 1) Pengembangan kawasan tanpa rokok 2) Upaya berhenti rokok di Fasyankes Primer 3) Kebijakan pengendalian rokok Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

121 4) Jajak pendapat masyarakat mengenai penerapan larangan total iklan, promosi dansponsorship rokok. d. Upaya Pengendalian Kecelakaan Lalu Lintas pada Situasi Mudik Penyakit tidak menular mempunyai dampak negatif sangat besar karena merupakan penyakit kronis. Apabila seseorang menderita penyakit tidak menular, berbagai tingkatan produktivitas menjadi terganggu. Penderita ini menjadi serba terbatas aktivitasnya, karena menyesuaikan diri dengan jenis dan gradasi dari penyakit tidak menular yang dideritanya. Hal ini berlangsung dalam waktu yang relatif lama dan tidak diketahui kapan sembuhnya karena memang secara medis penyakit tidak menular tidak bisa disembuhkan tetapi hanya bisa dikendalikan. Yang harus mendapatkan perhatian lebih adalah bahwa penyakit tidak menular merupakan penyebab kematian tertinggi dibanding dengan penyakit menular. Jumlah kasus penyakit tidak menular yang tercatat di Puskesmas Kabupaten Tegal pada tahun tahun 2015 sebanyak kasus, sedangkan jenis penyakit tidak menular di Kabupaten Tegal pada tahun 2015 adalah sebagai berikut : GAMBAR 7.11 DISTRIBUSI PENYAKIT TIDAK MENULAR DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Hipertensi Essensial Asma DM NID hipertensi lain Stroke Non Hemoragik Psikosis PPOK Decom Ca Mamae DM ID Stroke Hemoragik Angina Pektoris Ca Serviks AMI Ca Paru Ca Hepar 67.43% 14.36% 7.98% 5.35% 1.92% 1.64% 1.37% 0.45% 0.23% 0.13% 0.09% 0.04% 0.02% 0% 0% 0% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

122 Sumber: Seksi Pengamatan Dinas Kesehatan Kab. Tegal 2015 Selama 3 tahun terakhir jenis penyakit tidak menular yang paling banyak terjadi di Kabupaten Tegal adalah hipertensi essensial. Disusul kemudian asma brochial (14,36%) dan Diabetes Mellitus Non Insulin Dependent (7,98%). Ruang lingkup pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (PJPD) yang menjadi tanggung jawab Sub Direktorat Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan meliputi hipertensi essensial, penyakit ginjal hipertensi, penyakit jantung hipertensi, stroke, gagal jantung, Penyakit Jantung Koroner (PJK), kardiomipathy, penyakit jantung rheumatic, penyakit jantung bawaan, dan infark miocard akut. B. KESEHATAN LINGKUNGAN Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Menurut WHO, ruang lingkup kesehatan lingkungan diantaranya meliputi penyediaan air minum serta pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran. 1. Air Minum Komitmen pemerintah terhadap Millenium Development Goals (MDGs) yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup dengan menurunkan target hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/ PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Penyelenggara air minum dapat berasal dari badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, koperasi, badan usaha swasta, usaha perorangan, kelompok masyarakat, dan/atau individual yang melakukan penyelenggaraan penyediaan air minum. Tidak semua air dapat diminum, syarat-syarat kualitas air minum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan dimaksud, diantaranya adalah sebagai berikut : Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

123 - Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna; - Parameter Mikrobiologi E Coli dan total Bakteri Kolifrom, kadar maksimum yang di perbolehkan 0 jumlah per 100 ml sampel; - Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan (maks 500 mg/l), ph 6,5-8,5; - Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air); - Dan parameter tambahan lainnya. Salah satu parameter air minum adalah parameter fisik. Parameter fisik yang harus dipenuhi pada air minum yaitu harus jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna.selain itu, air minum tidak menimbulkan endapan. Jika air yang kita konsumsi menyimpang darihal ini, maka sangat mungkin air telah tercemar. Secara umum, kualitas fisik air minum di Indonesia termasuk dalam kategori baik (tidak keruh, tidakberwarna, tidak berasa tidak berbusa dan tidak berbau) sebesar 94,1%. Rincian lengkap tentang proporsi rumah tangga berdasarkan kualitas fisik air minum dapatdilihat pada Lampiran Pembahasan air minum meliputi, proporsi rumah tangga berdasarkan jenis sumber airminum, proporsi rumah tangga berdasarkan kualitas fisik air minum, proporsi rumah tanggaberdasarkan pengolahan air minum sebelum diminum, proporsi rumah tangga berdasarkancara pengolahan air minum sebelum diminum, dan proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap sumber air minum berdasarkan kriteria JMP WHO-INICEF GAMBAR 7.12 PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN SUMBER AIR MINUM DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 mata air penampung terlindung air hujan PDAM 0,1% 0,6% 15,9% terminal air 0,8% sumur bor pompa 10,7% sumur gali pompa 0% sumur gali terlindung 72% Sumber: Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kab. Tegal 2015 Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

124 Gambar 7.12 menunjukkan bahwa proporsi rumah tangga berdasarkan jenis sumber air minum di Kabupaten Tegal terbesar pada sumur gali terlindung sebesar 72%, kemudian PDAM sebesar 15,9% dan sumur bor pompa sebesar 10,7%. Air yang layak diminum, mempunyai standar tertentu yaitu telah memenuhi persyaratan fisik, kimiawi dan bakteriologis, dan syarat tersebut merupakan satu kesatuan. Jadi apabila ada satu saja parameter yang tidak memenuhi syarat maka air tersebut tidak layak untuk diminum. Agar air layak untuk diminum maka diperlukan pengolahan air sebelum diminum. GAMBAR 7.13 CAKUPAN PENDUDUK TERHADAP AKSES AIR MINUM MEMENUHI SYARAT DI KABUPATEN TEGAL TAHUN Sumber: Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kab. Tegal 2015 Gambar 7.13 menunjukan bahwa akses penduduk terhadap air minum dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2015 mengalami fluktuasi. Upaya untuk dapat meningkatkan akses air minum dan kualitas air minum yang layak terus menerus dilakukan, akan tetapi masih banyak kendala dalam pencapaiannya. Kendala tersebut antara lain : a) Adanya kecenderungan meningkatnya penggunaan air kemasan dan isi ulang sebagai sumber air minum, sementara itu air kemasan dan isi ulang tidak termasuk sebagai sumber air minum layak. Hal ini terjadi disebabkan oleh pendataan yang dilakukan saat ini hanya memotret akses terhadap sumber air yang digunakan untuk minum, belum memperhitungkan kondisi rumah tangga yang memiliki lebih dari satu sumber air yang layak untuk diminum; b) Penyediaan infrastruktur air minum yang ada belum dapat mengimbangi laju pertumbuhan penduduk, maupun faktor urbanisasi dan peningkatan konsumsi; Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

125 c) Untuk penyediaan air minum perpipaan, beberapa permasalahan pada tingkat operator air minum yaitu minimnya biaya operasional dan pemeliharaan, rendahnya tarif, terbatasnya SDM yang kompeten dan pengelolaan yang kurang efisien; d) Terdapat kerusakan di berbagai sarana air minum yang dipakai di masyarakat, 2. termasuk sumber air minum bukan jaringan perpipaan (BJP) yang tidak terlindungi yang mencapai 10,54%. Sanitasi Layak Akses terhadap sanitasi layak merupakan salah satu fondasi inti dari masyarakat yang sehat. Sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan manusia. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Buruknya kondisi sanitasi akan berdampak negatif di banyak aspek kehidupan, mulai dari turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian diare dan munculnya beberapa penyakit. a. Sarana Sanitasi Dasar Pembuangan kotoran baik sampah, air limbah dan tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan rendahnya kualitas air, serta dapat juga menimbulkan penyakit menular di masyarakat. Oleh karena itu, sarana sanitasi dasar berupa jamban, tempat sampah, tempat pengelolaan air limbah dan tempat penyediaan air bersih perlu dimiliki oleh setiap keluarga maupun lingkungan pemukiman. Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga meliputi jamban, tempat sampah dan pengelolaan air limbah. Jumlah penduduk dengan akses sanitasi layak (jamban sehat) sebanyak orang (62,1%). b. Rumah Sehat Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah haruslah sehat dan nyaman agar penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan produktivitas. Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko penularan berbagai jenis penyakit khususnya penyakit berbasis lingkungan seperti Demam Berdarah Dengue, Malaria, Flu Burung, dan lain-lain. Rumah sehat diartikan sebagai bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

126 tempat pembuangan limbah, tempat pembuangan sampah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Gambaran lengkap cakupan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan tahun adalah sebagi berikut: GAMBAR 7.14 CAKUPAN RUMAH MEMENUHI SYARAT KESEHATAN DI KABUPATEN TEGAL TAHUN Sumber: Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kab. Tegal 2015 Berdasarkan data bidang penyehatan lingkungan dan promosi kesehatan, pada tahun 2015 dari rumah yang ada di Kabupaten Tegal jumlah rumah diperiksa yang telah memenuhi syarat rumah sehat sebanyak (31,6%) rumah. Data dan informasi yang lebih rinci terlampir pada lampiran tabel Pengawasan Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Tempat-tempat umum adalah tempat kegiatan bagi umum yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah, swasta atau perorangan yang langsung digunakan oleh masyarakat. Pengawasan sanitasi tempat umum bertujuan untuk mewujudkan kondisi tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya penularan penyakit serta tidak menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat sekitar. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum meliputi sarana wisata, sarana ibadah, sarana transportasi, sarana ekonomi, dan sosial. Sarana wisata, meliputi : hotel, usaha rekreasi, hiburan umum dan gedung pertemuan/gedung pertunjukan. Sarana ibadah, meliputi: masjid/mushola, gereja, klenteng, pura, Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

127 wihara. Sarana transportasi, meliputi : terminal, stasiun dan pelabuhan. Sarana Ekonomi dan Sosial, meliputi : pasar, pusat pembelanjaan, apotik, sarana/panti sosial, sarana pendidikan dan sarana kesehatan. Tempat pengelolaan makanan adalah suatu bangunan menetap beserta karyawan dan peralatannya yang digunakan untuk membuat dan menjual makanan bagi konsumen; seperti restoran, rumah makan, kantin, warung kopi, tempat penjualan minuman dingin, pabrik makanan minuman sederhana dan lain-lain. Tempat pengelolaan makanan mempunyai risiko besar dalam penularan penyakit karena jumlah konsumen relatif banyak dalam waktu bersamaan. Oleh karena itu perlu teknologi dan metode yang tepat untuk pembinaan dan pengawasannya. Tempat-tempat umum dan Pengelolaan Makanan meliputi hotel, restoran/rumah makan, pasar dan TUPM lainnya. Cakupan pengawasan tempat tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan tahun 2014 meliputi hotel sebesar 32,4%. Sarana pendidikan sebesar 90,1%, dan sarana kesehatan sebesar 100%. Data dan informasi secara rinci terlampir pada lampiran tabel 63. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

128 DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. (2011). Hasil Sensus Penduduk 2010, Data Agregat Per Provinsi. BPS, Jakarta. Badan Pusat Statistik. (2013). Statistik Indonesia BPS, Jakarta. Badan Pusat Statistik. (2014). Statistik Indonesia BPS, Jakarta. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tegal. (2015). Data Agregat Kependudukan Kabupaten Tegal Tahun Kementerian Kesehatan RI Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan. Kementerian Kesehatan RI,Jakarta. Kementerian Kesehatan RI Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.Kementerian Kesehatan RI, Jakarta. Kementerian Kesehatan RI Peraturan Menteri Kesehatan Nomor1796/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta. Kementerian Kesehatan RI Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. KementerianKesehatan RI, Jakarta. Kementerian Kesehatan RI Riset Kesehatan Dasar, Riskesdas KementerianKesehatan RI, Jakarta. Kementerian Kesehatan RI Riset Kesehatan Dasar, Riskesdas KementerianKesehatan RI, Jakarta. Kementerian Kesehatan RI Riset Kesehatan Dasar, Riskesdas Dalam Angka 2013.Kementerian Kesehatan RI, Jakarta. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun

129

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013 DINAS KESEHATAN KABUPATEN TEGAL 2014 i Buku ini diterbitkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal Jalan dr. Sutomo No. 1 C, Slawi Telepon no: 0283-491644 Fax

Lebih terperinci

Tabel 2.6. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Tegal Pada Tahun 2013

Tabel 2.6. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Tegal Pada Tahun 2013 Tabel 2.6. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Tegal Pada Tahun 2013 Kepadatan Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Penduduk ( Km 2 ) Penduduk (Jiwa) ( Jiwa/Km 2 ) 010. Margasari 86,83 95.150

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL III. EKONOMI MAKRO KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013 Pembangunan ekonomi merupakan suatu hal mendasar suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi itu sendiri pada dasarnya

Lebih terperinci

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN Lampiran III Peraturan Daerah Nomor Tanggal : : 15 29 December 2016 PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL Tahun Anggaran 2014

DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL Tahun Anggaran 2014 DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Formulir DPPA SKPD 2.2 PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL Tahun Anggaran 2014 Urusan Pemerintahan : 1 Urusan Wajib Bidang Pemerintahan : 1. 02 Kesehatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan pembangunan pada dasarnya disusun untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat sebesarbesarnya yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN

Lebih terperinci

MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL

MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL SEKTOR BANGUNAN Sektor Bangunan mencakup kegiatan konstruksi di wilayah Kabupaten Tegal yang dilakukan baik oleh kontraktor umum, yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

SEKTOR ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI

SEKTOR ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI SEKTOR ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang, jasa penunjang angkutan dan komunikasi. Pengangkutan meliputi kegiatan pemindahan penumpang dan atau barang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL Anggaran : 205 Formulir RKA SKPD 2.2 Urusan Pemerintahan :. 02 Urusan Wajib Organisasi :. 02. 0 Sub Unit Organisasi :.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2009 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2009 T E N T A N G KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN CIREBON

Lebih terperinci

SEKTOR BANGUNAN PDRB KABUPATEN TEGAL

SEKTOR BANGUNAN PDRB KABUPATEN TEGAL SEKTOR BANGUNAN Sektor Bangunan mencakup kegiatan konstruksi di wilayah Kabupaten Tegal yang dilakukan baik oleh kontraktor umum, yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain,

Lebih terperinci

KABUPATEN TEGAL. Data Agregat per Kecamatan KABUPATEN TEGAL

KABUPATEN TEGAL. Data Agregat per Kecamatan KABUPATEN TEGAL KABUPATEN TEGAL Data Agregat per Kecamatan KABUPATEN TEGAL Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa

Lebih terperinci

SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN Di wilayah Kabupaten Tegal sektor penggalian pada umumnya adalah penggalian yang dilakukan oleh pengusaha golongan C seluruhnya. Komoditi yang digali antara lain : pasir,

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

BAB VI INDUSTRI, LISTRIK DAN AIR MINUM

BAB VI INDUSTRI, LISTRIK DAN AIR MINUM BAB VI INDUSTRI, LISTRIK DAN AIR MINUM A. INDUSTRI Kepercayaan diri sektor sub sektor Industri Besar/Sedang di Kabupaten Tegal mulai bangkit semenjak 1999 setelah terjadinya krisis ekonomi pada pertengahan

Lebih terperinci

BAB III PENDUDUK DAN TENAGA KERJA A. PENDUDUK

BAB III PENDUDUK DAN TENAGA KERJA A. PENDUDUK Penduduk A. PENDUDUK BAB III PENDUDUK DAN TENAGA KERJA penduduk Kabupaten Tegal tahun 2007 mencapai 1.492.548 jiwa. Kecamatan yang berpenduduk paling banyak adalah Adiwerna yaitu 124.920 jiwa dan yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 272 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN SERDANG

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG DAN JASA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TEGAL

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG DAN JASA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TEGAL PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG DAN JASA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TEGAL : Djuwani EK, SH,M.Kes : Dinas Kesehatan : Dedi Sutanto, SKM, M.Kes & Akhmad Bukhori, SKM, M.Kes NO KEGIATAN NAMA PAKET

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB IX KEUANGAN. Kabupaten Tegal Dalam Angka

BAB IX KEUANGAN. Kabupaten Tegal Dalam Angka BAB IX KEUANGAN Pembangunan Keuangan Daerah diarahkan pada peningkatan kemampuan dan daya guna keseluruhan tatanan, kelembagaan dan kebijaksanaan keuangan dalam menunjang keseimbangan pembangunan. Peningkatan

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Daerah Dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan 2016-2021 tidak ada visi dan misi, namun mengikuti visi dan misi Gubernur

Lebih terperinci

SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN Di wilayah Kabupaten Tegal sektor penggalian pada umumnya adalah penggalian yang dilakukan oleh pengusaha golongan C seluruhnya. Komoditi yang digali antara lain : pasir,

Lebih terperinci

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50

Lebih terperinci

BAB III PENDUDUK DAN TENAGA KERJA A. PENDUDUK

BAB III PENDUDUK DAN TENAGA KERJA A. PENDUDUK A. PENDUDUK BAB III PENDUDUK DAN TENAGA KERJA Jumlah penduduk Kabupaten Tegal tahun 2009 mencapai 1.420.760 jiwa. Kecamatan yang berpenduduk paling banyak adalah Adiwerna yaitu 118.824 jiwa dan yang paling

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I GEOGRAFI. Kabupaten Tegal Dalam Angka

BAB I GEOGRAFI. Kabupaten Tegal Dalam Angka BAB I GEOGRAFI A. LETAK GEOGRAFI Kabupaten Tegal merupakan salah satu daerah kabupaten di Propinsi Jawa Tengah dengan Ibukota Slawi. Terletak antara 108 57'6 s/d 109 21'30 Bujur Timur dan 6 50'41" s/d

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan nasional bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surakarta, Desember KEPALA BAPPEDA KOTA SURAKARTA Selaku SEKRETARIS TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN KOTA SURAKARTA

KATA PENGANTAR. Surakarta, Desember KEPALA BAPPEDA KOTA SURAKARTA Selaku SEKRETARIS TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN KOTA SURAKARTA KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD)

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET PROGRAM /KEGIATAN (1) (2) (3) (4) (5) I Meningkatnya kualitas air 1 Persentase

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta KATA PENGANTAR Profil Kesehatan merupakan data dan informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi Kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA NO INDIKATOR SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET SATUAN BESARAN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 1 I.I. Latar Belakang... 1 I.2. Dasar Hukum Penyusunan... 3 I.3. Hubungan Antar Dokumen... 4 I.4. Sistematika Dokumen RKPD... 6 I.5. Maksud dan Tujuan... 7 BAB II. EVALUASI

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel Judul Halaman: 1.1 Nama Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Desa/Kelurahan Luas Tanah Menurut Penggunaannya 4

DAFTAR TABEL. Tabel Judul Halaman: 1.1 Nama Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Desa/Kelurahan Luas Tanah Menurut Penggunaannya 4 DAFTAR ISI Halaman: KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... ii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR GRAFIK... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Pemerintahan... 1 1.2 Kepegawaian... 2 1.3

Lebih terperinci

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan

Lebih terperinci

7.6 Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Kawasan

7.6 Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Kawasan 7.6 Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Kawasan 1. Rencana Sistem Pusat Kegiatan Wilayah pengembangan dan kawasan pengembangan dalam struktur tata ruang Kabupaten Tegal ditentukan berdasarkan efisiensi

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

SEKTOR KEUANGAN. 8.1 LEMBAGA KEUANGAN (Bank dan bukan bank)

SEKTOR KEUANGAN. 8.1 LEMBAGA KEUANGAN (Bank dan bukan bank) SEKTOR KEUANGAN 8.1 LEMBAGA KEUANGAN (Bank dan bukan bank) 8.1.1 PERBANKAN Perbankan adalah suatu kegiatan pemberian pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kegiatan operasional Bank yang antara lain

Lebih terperinci

Tabel 2.2. Tingkat Produksi Pertanian di Kabupaten Tegal

Tabel 2.2. Tingkat Produksi Pertanian di Kabupaten Tegal kentang, kubis, tomat, wortel, bawang merah dan cabe merah. Kondisi budidaya hortikultura di kawasan Tegal bagian Selatan walaupun telah mempunyai tujuan pemasaran yang jelas, tetapi masih dirasakan belum

Lebih terperinci

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Instansi Visi : DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR : Mewujudkan Masyarakat Jawa Timur Mandiri untuk Hidup Sehat Misi : 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan 2.

Lebih terperinci

SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN

SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN Sektor perdagangan dalam Penghitungan Regional Income adalah semua balas jasa yang diterima oleh pedagang besar, pedagang eceran, rumah makan dan sebagainya. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia. UU otonomi daerah tersebut kemudian

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia. UU otonomi daerah tersebut kemudian 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Lahirnya Undang-Undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal. masyarakat dan swasta (Depkes RI, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal. masyarakat dan swasta (Depkes RI, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UUD 1945, pasal H ayat 1 dan UU No. 36 Tahun 2009, Kesehatan merupakan hak asasi dan sekaligus sebagai intervensi, sehingga perlu diupayakan dan ditingkatkan

Lebih terperinci

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DAN JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) PADA FASILITAS

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT i DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL i ii viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Dasar Hukum 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen 4 1.4 Sistimatika Dokumen

Lebih terperinci

BAB II ASPEK STRATEGIS

BAB II ASPEK STRATEGIS BAB II ASPEK STRATEGIS Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 II - 16 BAB II ASPEK STRATEGIS A. Sumber Daya Manusia 1. Kependudukan umlah Penduduk Kabupaten Luwu Utara pada

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TAHUN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat

NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TAHUN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2015 NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TAHUN 2015 Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat Sasaran 1 : Meningkatnya

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

SEKTOR KEUANGAN. 8.1 LEMBAGA KEUANGAN (Bank dan bukan bank)

SEKTOR KEUANGAN. 8.1 LEMBAGA KEUANGAN (Bank dan bukan bank) SEKTOR KEUANGAN 8.1 LEMBAGA KEUANGAN (Bank dan bukan bank) 8.1.1 PERBANKAN Perbankan adalah suatu kegiatan pemberian pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kegiatan operasional Bank yang antara lain

Lebih terperinci

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Jenis Kebencanaan dan Sebarannya... II-7 Tabel 2.3 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2012...

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

LPPD Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

LPPD Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi 2. URUSAN KESEHATAN Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan merupakan faktor

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN DAN KEBIJAKAN

BAB III TUJUAN, SASARAN DAN KEBIJAKAN BAB III TUJUAN, SASARAN DAN KEBIJAKAN 3.1. TUJUAN UMUM Meningkatkan pemerataan, aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat terutama kepada masyarakat miskin dengan mendayagunakan seluruh

Lebih terperinci

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 PRIORITAS 3 Tema Prioritas Penanggung Jawab Bekerjasama dengan PROGRAM AKSI BIDANG KESEHATAN Penitikberatan pembangunan bidang kesehatan melalui pendekatan preventif, tidak

Lebih terperinci

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator Page 1 Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Uraian Jumlah Jumlah Akan Perlu Perhatian Khusus Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan 12 9 1 2 Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Berdasarkan visi dan misi pembangunan jangka menengah, maka ditetapkan tujuan dan sasaran pembangunan pada masing-masing

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL Anggaran : 204 Formulir RKA SKPD 2.2 Urusan Pemerintahan :. 02 Urusan Wajib Organisasi :. 02. 0 Sub Unit Organisasi :.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i DAFTAR TABEL...... iii DAFTAR GAMBAR...... viii BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3 Hubungann antara Dokumen RPJMD dengan Dokumen

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN Satuan Kerja Perangkat Daerah : DINAS KESEHATAN Tahun Anggaran : 2015 PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 1 Peningkatan Mutu Aktivitas Perkantoran Terselenggaranya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016

Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 NO INDIKATOR KINERJA Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat Sasaran 1 : Meningkatnya Aksesibilitas dan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...

Lebih terperinci

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2014 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2014 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA 1 Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2014 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA NO INDIKATOR SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET SATUAN BESARAN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Batu, Juni 2017 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA BATU. drg. KARTIKA TRISULANDARI

KATA PENGANTAR. Batu, Juni 2017 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA BATU. drg. KARTIKA TRISULANDARI KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatnya, Profil Kesehatan Kota Batu Tahun 2016 dapat diterbitkan untuk merespon tingginya kebutuhan akan data dan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 No Publikasi : 2171.15.27 Katalog BPS : 1102001.2171.060 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 14 hal. Naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci