Isolasi Etil p-metoksi sinamat dari Kencur (Kaempferia galanga.l) dengan Metode Soxhletasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Isolasi Etil p-metoksi sinamat dari Kencur (Kaempferia galanga.l) dengan Metode Soxhletasi"

Transkripsi

1 Isolasi Etil p-metoksi sinamat dari Kencur (Kaempferia galanga.l) dengan Metode Soxhletasi I. IDENTITAS a.judul Praktikum : Isolasi Etil p-metoksi sinamat dari Kencur dengan Metode Soxhletasi b. Tujuan - : Mengisolasi senyawa etil p-metoksi sinamat dari rimpang kencur (Kaempferia galanga.l) - Menghitung kadar dan rendemen kristal etil p-metoksi sinamat yang berhasil diisolasi dari rimpang kencur (Kaempferia galanga.l) - Menentukan titik didih kristal etil p-metoksi sinamat dari rimpang kencur hasil isolasi dan membandingkan dengan literatur II. c. Hari, tanggal : Rabu, 22 Desember 2010 d. Jurusan/Fakultas : Pendidikan Kimia/MIPA e. Nama Kelompok : 1. Ni Putu Asta Dasanjani ( ) 2. Ni Putu Deya Leonita S. Hanaya ( ) 3. Ni Luh Eka Rapini ( ) LANDASAN TEORI Kencur (Kaempferia galanga L.) adalah salah satu jenis empon-empon/tanaman obat yang tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Rimpang atau rizoma tanaman ini mengandung minyak atsiri dan alkaloid yang dimanfaatkan sebagai stimulan. Kencur banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional (jamu), fitofarmaka, industri kosmetika, penyedap makanan dan minuman, rempah, serta bahan campuran saus rokok pada industri rokok kretek. Secara empirik kencur digunakan sebagai penambah nafsu makan, infeksi bakteri, obat batuk, disentri, tonikum, ekspektoran, masuk angin, sakit perut. Minyak atsiri didalam rimpang kencur mengandung etil sinamat dan metil p-metoksi sinamat yang banyak digunakan didalam industri kosmetika dan dimanfaatkan sebagai obat asma dan anti jamur (Rostiana et al, 2005). 1

2 Rimpang kencur mempunyai aroma yang spesifik. Di dalam rimpang kencur terdapat banyak zat yang dapat dimanfaatkan. Kandungan senyawa kimia dari rimpang kencur antara lain minyak atsiri berupa sineol sebanyak 0,02%, asam metil kanil, pentadekana, ester etil sinamat, asam sinamat, borneol, kamfena, paraeumarina, asam anisat, alkaloid, gom mineral sebanyak 13,7% dan pati 4,14%. Kandungan minyak atsiri dalam rimpang kencur yaitu 2-4% yang terdiri dari etil sinamat, etil p-metoksi sinamat, p-metoksi stirena, n-pentadekana, borneol, kamfen, 3,7,7-trimetil bisiklo [4,1,0] hept-3-ena (Bahctiar, 2005). Dari isolasi rimpang kencur didapatkan EPMS sebanyak 2,4% dari berat kering (Setiawan, 2008), karena itu dengan mudah bisa diisolasi dari bagian umbinya menggunakan pelarut petroleum eter atau etanol. Kencur merupakan tanaman tropis yang banyak tumbuh di kebun dan pekarangan, digunakan sebagai bumbu dapur dan termasuk salah satu tanaman obat tradisional Indonesia. Kencur tergolong dalam famili Zingiberaceae (temutemuan). Adapun klasifikasi tanaman kencur sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Superdivisio : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Sub-kelas : Commelinidae Ordo : Zingiberales Familia : Zingiberaceae Genus : Kaempferia Spesies : Kaempferia galanga L. Senyawa yang paling banyak pada minyak atsiri dalam rimpang kencur adalah etil pmetoksi sinamat. O CH CH C O C2H5 CH 3O Etil p-metoksisinamat Etil p-metoksi sinamat (EPMS) adalah salah satu senyawa hasil isolasi rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) yang merupakan bahan dasar senyawa tabir surya yaitu pelindung kulit dari sengatan sinar matahari. EPMS termasuk dalam golongan senyawa ester yang 2

3 mengandung cincin benzena dan gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat sedikit polar sehingga dalam ekstraksinya dapat menggunakan pelarut-pelarut yang mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol, etil asetat, metanol, air, dan heksana. Dalam ekstraksi suatu senyawa yang harus diperhatikan adalah kepolaran antara pelarut dengan senyawa yang diekstrak, keduanya harus memiliki kepolaran yang sama atau mendekati (Firdausi, 2009). Kelarutan suatu zat padat dan zat cair pada suatu pelarut akan meningkat seiring dengan kenaikan suhu bila proses pelarutannya adalah endoterm, sedangkan untuk proses pelarutan yang bersifat eksoterm pemanasan justru menurunkan harga kelarutan zat. Fenomena yang kedua ini jarang dijumpai di alam yang umum adalah proses pelarutan yang bersifat endoterm yaitu memerlukan kalor. Beberapa zat dalam larutan akan rusak atau terurai dam menguap dengan pemanasan sehingga suhu ekstraksi harus diperhatikan agar senyawa yang diharapkan tidak rusak. Oleh karena itu ekstraksi etil p-metoksi sinamat dari kencur tidak boleh menggunakan suhu yang lebih dari titik lelehnya yaitu 48 49oC. (Bachtiar,2005). Salah satu reaksi yang mudah dilakukan terhadap etil-p-metoksi sinamat adalah menghidrolisisnya menghasilkan asam p-metoksi sinamat. NaOH yang ditambahkan pada hidrolisis etil p-metoksi sinamat, akan terurai menjadi Na+ dan OH-. Ion OH- ini akan menyerang gugus C karbonil yang bermuatan positif yang menyebabkan kelebihan elektron. Hal ini akan menyebabkan pemutusan ikatan rangkap antara atom O dan atom C sehingga atom O akan bermuatan negatif. Namun, atom O akan membentuk ikatan rangkap lagi dengan atom C, sehingga atom C akan menstabilkan diri dengan melepaskan -OC2H5. Hal ini akan menyebabkan terbentuknya asam p-metoksisinamat. Asam sinamat dapat disintesis dari pencampuran dari benzaldehid, asam malonat, piridin dan piperidin yang dipanaskan dalam penangas air. Selama pemanasan ini, karbondioksida akan dibebaskan. Secara kasarnya, reaksi yang terjadi adalah benzaldehid + asam malonat + piridin + piperidin > asam sinamat Ekstraksi soxhlet merupakan metode pemisahan yang melibatkan pemindahan substansi dari fasa material ke dalam fasa lainnya dan kedua fasa tidak saling melarutkan. Ekstraksi soxhlet ini merupakan metode yang paling umum digunakan untuk memisahkan bahan alam yang terdapat dalam tumbuhan dengan menggunakan pelarut yang dapat melarutkan zat yang ingin dipisahkan (Selamat,2004) 3

4 Pada ekstraktor Soxhlet, pelarut dipanaskan dalam labu didih sehingga menghasilkan uap. Uap tersebut kemudian masuk ke kondensor melalui pipa kecil dan keluar dalam fasa cair. Kemudian pelarut masuk ke dalam selongsong berisi padatan. Pelarut akan membasahi sampel dan tertahan di dalam selongsong sampai tinggi pelarut dalam pipa sifon sama dengan tinggi pelarut di selongsong. Kemudian pelarut seluruhnya akan menggejorok masuk kembali ke dalam labu didih dan begitu seterusnya. Peristiwa ini disebut dengan efek sifon. Zat yang ingin di isolasi adalah etil p-metoksi sinamat, maka pelarut (pengekstrak) yang digunakan adalah dietil eter. Keberhasilan dalam ekstraksi tergantung pada pemilihan pelarut, pelarut polar akan melarutkan dengan baik senyawa-senyawa polar,dan pelarut non-polar akan melarutkan dengan baik senyawa-senyawa non-polar. Oleh karena itu, dietil eter yang non polar akan melarutkan etil p-metoksisinamat dengan baik. Sampel kencur yang mengandung etil p-metoksi sinamat yang akan dipindahkan dibungkus dengan kertas saring dan ditempatkan dalam ruang ekstraksi. Dietil eter yang berperan sebagai pelarut dipanaskan dan dalam labu dasar bulat diisi batu didih. Fungsi batu didih yang utama adalah untuk meratakan panas sehingga panas menjadi homogen pada seluruh bagian larutan dan untuk menghindari titik lewat didih, pada beberapa kasus, air tidak mendidih pada suhu 100oC, sehingga ketika pada saat mendidih, terjadi letupan atau ledakan (bumping). Jadi fungsi batu didih disini adalah agar larutan tersebut dapat mendidih dan menguap pada suhu yang seharusnya. Setelah mendidih, maka uap pelarut akan naik ke pendingin, uap mengembun turun masuk kedalam alat soxhlet dan akan melarutkan etil p-metoksi sinamat dari kencur. Bila larutan etil p-metoksi sinamat dalam alat soxhlet sudah memenuhi pipa cabang alat soxhlet, larutan etil p-metoksi sinamat akan mengalir ke bawah dan masuk ke dalam labu dasar bulat. Dengan demikian seterusnya pelarut menguap, mendingin/mengembun lalu melarutkan etil p-metoksisinamat hingga semua etil p-metoksisinamat terlarut semua. Hal ini terlihat dari larutan semakin bening dan ekstraksi sudah bisa dihentikan. Untuk memurnikan ekstrak maka dilakukan rekristalisasi, biasanya ekstrak yang berupa padatan atau cairan jarang ada dalam keadaan murni (tercampur dengan zat pengotor). Prinsip rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara senyawa yang dilarutkan dengan senyawa 4

5 pencampurnya. Pelarut yang digunakan adalah pelarut yang hanya dapat melarutkan senyawa yang akan dimurnikan dalam keadaan panas, memiliki titik didih yang lebih rendah dari senyawa yang dimurnikan, tidak bereaksi dengan senyawa yang akan dilarutkan, dan menghasilkan bentuk kristal yang baik dari senyawa yang akan dimurnikan (Eka Parwati,1997). Untuk memisahkan eter dengan minyak atsiri setelah ekstraksi dilakukan destilasi. Destilasi merupakan suatu teknik pemisahan campuran dalam fase cair yang homogen dengan cara penguapan dan pengembunan, sehingga diperoleh destilat yang relatif lebih banyak mengandung komponen yang lebih volatil dibanding larutan semula. Campuran dari masingmasing komponen dapat terpisahkan karena adanya perbedaan titik didih diantaranya (Wiratma,dkk, 2003). Pada proses ini cairan berubah menjadi uap. Uap ini adalah zat murni. Kemudian uap ini didinginkan dalam kondensor. Pada pendinginan ini, uap mengembun menjadi cairan murni yang disebut destilat. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton. Pemisahan senyawa dengan destilasi bergantung pada perbedaan tekanan uap senyawa dalam campuran. Tekanan uap campuran diukur sebagai kecenderungan molekul dalam permukaan cairan untuk berubah menjadi uap. Jika suhu dinaikkan, tekanan uap cairan akan naik sampai tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer. Pada keadaan itu cairan akan mendidih. Suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer disebut titik didih. Cairan yang mempunyai tekanan uap yang lebih tinggi pada suhu kamar akan mempunyai titik didih lebih rendah daripada cairan yang tekanan uapnya rendah pada suhu kamar. Jika campuran berair didihkan, komposisi uap di atas cairan tidak sama dengan komposisi pada cairan. Uap akan kaya dengan senyawa yang lebih volatile atau komponen dengan titik didih lebih rendah. Jika uap di atas cairan terkumpul dan dinginkan, uap akan terembunkan dan komposisinya sama dengan komposisi senyawa yang terdapat pada uap yaitu dengan senyawa yang mempunyai titik didih lebih rendah. Jika suhu relatif tetap, maka destilat yang terkumpul akan mengandung senyawa murni dari salah satu komponen dalam campuran. Secara umum, destilasi dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu destilasi sederhana, destilasi bertingkat (fraksional), destilasi vakum, destilasi uap, dan lain sebagainya. Salah satu 5

6 aplikasi dari destilasi ini adalah pemisahan minyak atsiri dari rimpang kencur dengan menggunakan teknik destilasi sederhana. Dalam rangkaian serta proses penerapannya, destilasi memiliki bagian-bagian dari rangkaiannya yang memiliki fungsi masing-masing dalam proses memurnikan atau memisahkan zat dari komponen zat cair lainnya. Bagian-bagian alat destilasi secara umum meliputi labu alas bulat, berfungsi sebagai tempat larutan yang akan didestilasi, kondensor digunakan sebagai pendingin uap yang dihasilkan dari hasil pemanasan sehingga menjadi cair kembali, selang keluar berfungsi sebagai tempat aliran air yang keluar, selang masuk sebagai tempat aliran air yang akan masuk pada permukaan luar kondensor, pipa konektor berfungsi sebagai penghubung antara kondensor dengan wadah penampung (Erlenmeyer), sementara Erlenmeyer berfungsi sebagai wadah penampung hasil destilasi (destilat), serta termometer untuk mengukur suhu penguapan. Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan campuran untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didihnya relatif cukup tinggi, serta perbedaan titik didih komponen-komponennya cukup besar. Teknik ini digunakan terutama untuk pemurnian salah satu komponen dalam campuran. Pada destilasi sederhana ini, perbedaan titik didih komponen-komponennya yang ideal adalah 70oC atau lebih besar dari 20oC-30oC. Bentuk Kristal Etil p-metoksisinamat di bawah mikroskop Caranya dengan membuat preparat Kristal dengan meneteskan aquades pada Kristal di atas objek gelas. Bentuk kristal etil p-metoksi sinamat di bawah mikroskop terlihat seperti padatan jarum-jarum putih kecil yang tidak beraturan. Titik leleh dari kristal etil p-metoksi sinamat yakni 48-49ºC. 6

7 (Siskha, 2009) III. PROSEDUR KERJA DAN HASIL PENGAMATAN No. Prosedur Kerja 1. Sebanyak 100 gram kencur kering Hasil Pengamatan Sebanyak 750 g kencur segar diiris tipis dan yang sudah diblender kasar, dikeringkan pada suhu kamar. Setelah kering dibungkus dengan kertas saring, potongan kencur kering dihaluskan dengan kemudian dimasukkan ke dalam blender, namun hanya dihaluskan secara kasar ruang ekstraktor Soxhlet. saja. Kencur kering yang telah dihaluskan ditimbang, massa kencur kering yakni 76,6405 gram, dan dimasukkan ke dalam kertas saring yang kedua ujungnya telah diikat. Setelah itu dimasukkan ke dalam ruang ekstraktor. (kencur kering ditimbang) (dimasukkan ke ruang 2. Ke dalam labu dasar bulat ekstraktor) Ke dalam labu dasar bulat dimasukkan ± 230 ml dimasukkan ± 200 ml petroleum eter petroleum eter dan beberapa keping pecahan dan beberapa butir batu didih, kaca sebagai batu didih. Alat soxhlet dirangkai kemudian alat soxhlet dipasang dan dengan baik, adapun komponen alat soxhlet dilengkapi dengan pendingin refluks. yakni labu dasar bulat 250 ml, ruang ekstraktor, pendingin refluks, pemanas (mantel), dan pengalir air untuk mendinginkan uap yang akan keluar sebagai destilat. 7

8 3. Labu dasar bulat yang berisi Labu dasar bulat dipanaskan hingga uapnya petroleum eter dipanaskan secara masuk ke ruang pendingin dan menetesi sampel, perlahan-lahan, hingga petroleum eter awalnya pada dasar ruang ekstraktor terdapat mendidih, uapnya masuk ke ruang larutan yang berwarna kuning pekat dan agak pendingin refluks dan menetes kental seperti minyak. menimpa sampel kencur dalam ruang ekstraktor. 4. Ekstraksi dilakukan secara kontinyu Ekstraksi dilakukan sebanyak ± 5 kali, sampai (terus menerus) selama ± jam, setelah warna larutan pada ekstraktor menjadi tidak itu ekstraksi dihentikan dan hasilnya bewarna. Pada labu dasar bulat terkumpul didinginkan. campuran yang berwarna kuning muda, yakni campuran eter dan minyak atsiri kencur. 8

9 5. Prosedur dilanjutkan dengan Alat destilasi sederhana dipasang dengan baik menyiapkan peralatan destilasi untuk memisahkan eter dengan minyak atsiri sederhana untuk memisahkan eter kencur. dengan minyak kencur. 6. Campuran eter dan minyak kencur Campuran dalam labu dasar bulat dipanaskan dipisahkan dengan cara destilasi dan eter menetes pada suhu 34ºC sebagai destilat sederhana. berupa larutan tidak berwarna, sedangkan minyak atsiri hasil isolasi dari kencur tetap di labu dasar bulat dengan warna larutan kuning oranye. (destilat tidak bewarna) 7. (minyak atsiri Residu kemudian didinginkan dalam kencur) Residu yang berwarna kuning oranye diletakkan penangas es sampai terbentuk kristal. di atas penangas es, sehingga lama kelamaan Kristal yang terbentuk dipisahkan dari terbentuk kristal di dasar gelas kimia. pelarutnya dan selanjutnya direkristalisasi dengan etanol, sehingga diperoleh kristal etil pmetoksisinama murni (titik leleh 4849 ºC) Kristal kemudian dipisahkan dari pelarutnya dan direkristalisasi dengan etanol, dan didapatkan 9

10 kristal berwarna putih dengan massa 0,3032 gram. IV. PEMBAHASAN Proses Ekstraksi Etil p-metoksi sinamat (EPMS) adalah salah satu senyawa hasil isolasi rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) yang merupakan bahan dasar senyawa tabir surya yaitu pelindung kulit dari sengatan sinar matahari. EPMS termasuk dalam golongan senyawa ester yang mengandung cincin benzena dan gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat sedikit polar sehingga dalam ekstraksinya dapat menggunakan pelarut-pelarut yang mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol, etil asetat, metanol, air, dan heksana. Ekstraksi serbuk kencur kering dalam etanol teknis sebagai pelarut menghasilkan 2,4% EPMS dari kencur kering. Kristal murni dari etil para metoksi sinamat adalah kristal berwarna putih dan memiliki titik didih antara C. O OC 2H5 H3CO Etil p-metoksi sinamat (EPMS) EPMS merupakan senyawa aktif yang ditambahkan pada lotion ataupun bedak setelah mengalami sedikit modifikasi yaitu perpanjangan rantai dimana etil dari ester diganti dengan oktil, etilheksil ataupun heptil melalui transesterifikasi maupun esterifikasi bertahap. Modifikasi yang dilakukan diharapkan mengurangi kepolaran EPMS sehingga kelarutannya dalam air berkurang yang merupakan salah satu syarat senyawa sebagai tabir surya, selain itu juga mengurangi tingkat bahaya pada kulit. Pada percobaan ini digunakan kencur yang sudah kering, dengan tujuan agar kandungan airnya dapat dikurangi sehingga ekstrak yang diharapkan didapatkan secara maksimal. Saat pengeringan kencur tidak langsung dikenakan sinar matahari. Jika sampai terkena sinar matahari, senyawa dalam sampel akan berfotosintesis hingga terjadi penguraian atau dekomposisi. Hal ini akan menimbulkan senyawa baru yang disebut senyawa artefak, hingga dikatakan sampel tidak alami lagi. Jadi pengeringan hanya dilakukan pada suhu kamar. 10

11 Senyawa Etil p-metoksi sinamat adalah senyawa yang berfasa padat dan berukuran sangat kecil, sehingga untuk memisahkannya dari tanaman kencur, harus menggunakan teknik pemisahan ekstraksi padat-cair. Proses ekstraksi padat - cair, transfer massa solut dari padatan ke cairan berlangsung melalui dua tahapan proses, yaitu difusi dari dalam padatan ke permukaan padatan dan transfer massa dari permukaan padatan ke cairan. Dan salah satu metode pemisahan ekstraksi padat cair air yang digunakan dalam percobaan ini adalah ekstraksi Soxhlet. Metoda soxhetasi merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan perkolasi. Metode distilasi uap tidak dapat digunakan dengan baik untuk pemisahan minyak atsiri kencur karena persentase senyawa yang akan digunakan atau yang akan diisolasi cukup kecil. Metode perkolasi dan maserasi juga kurang tepat untuk pemisahan minyak atsiri dari kencur karena tidak didapatkan pelarut yang tepat, maka cara yang terbaik yang didapatkan untuk pemisahan ini adalah soxhletasi. Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu, pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel. Dalam percobaan ini digunakan berat kencur yang sudah kering sebesar 76,6405 gram. Pada ekstraksi soxhlet perpindahan massa berlangsung pada bidang kontak antara fasa padat dan fasa cair, maka sampel yakni kencur harus diblender terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk memperluas permukaan sampel sehingga lintasan-lintasan kapiler yang harus dilewati dengan cara difusi menjadi lebih pendek sehingga mengurangi tahanannya. Sampel tidak dibuat terlalu halus hal ini bertujuan untuk agar pada proses ekstraksi yang dibawa oleh pelarut adalah senyawa yang diinginkan saja, namun ketika sampel dibuat sangat halus maka tidak menutup kemungkinan senyawa yang lain ikut terbawa. Setelah kencur diblender kemudian dimasukkan ke dalam kertas saring yang sudah dibentuk dan disesuaikan ukurannya dengan dengan ruang ekstraktor soxhlet. Selanjutnya, ke dalam labu dasar bulat dimasukkan 230 ml petroleum eter. Dalam ekstraksi suatu senyawa yang harus diperhatikan adalah kepolaran pelarut dan senyawa yang akan diekstrak, keduanya harus memiki kepolaran yang sama atau mendekati sama. Dalam hal ini EPMS merupakan senyawa yang relatif nonpolar walaupun memiliki gugus gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat sedikit polar. Dalam percobaan ini sudah dipilih pelarut yang tepat, yakni petroleum eter yang bersifat nonpolar. Pada ekstraksi padat cair ini yang terjadi 11

12 adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ke dalam labu dasar bulat juga ditambahkan batu didih, yang digunakan adalah pecahan kaca. Penggunaan batu didih bertujuan untuk mencegah terjadinya tumbukan suatu cairan selama destilasi berlangsung. Batu didih ini mengeluarkan sedikit udara sehingga menyebabkan pendidihan yang teratur. Kemudian alat Soxhlet dipasang dan dilengkapi dengan pendingin refluks. Pendingin refluks atau disebut juga pendingin bola. Permukaan pendingin yang berbentuk bola menyebabkan aliran uap lebih turbulen sehingga efek pendinginan semakin baik. Labu dasar bulat yang telah berisi petroleum eter kemudian dipanaskan dengan suhu yang tidak terlalu tinggi, karena pemanasan dengan suhu tinggi dapat merusak senyawa yang diharapkan karena seperti disebutkan diawal bahwa titik leleh dari EPMS adalah C. Pelarut dalam hal ini petroleum eter memiliki titik didih sebesar 340C, sehingga dengan sedikit pemanasan saja senyawa ini sudah menguap. Pelarut yang menguap kemudian menuju pendingin dan terkondensasi menjadi molekul-molekul pelarut yakni petroleum eter. Molekulmolekul pelarut ini akan menetes ke ruang ekstraktor sehingga membasahi sampel dan akhirnya sampel akan terendam. Pelarut ini akan mengekstrak sampel dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu dasar bulat setelah melewati pipa sifon. Proses ini dinamakan satu kali ekstraksi, dalam percobaan ini dilakukan sebanyak 4 kali. Ekstraksi dihentikan ketika pelarut yang berada pada ruang ekstraktor telah bening/tidak membawa sampel. Warna ekstrak yang didapat dari proses ini adalah kuning bening. Selanjutnya untuk menguapkan pelarutnya, yakni petroleum eter maka dilanjutkan dengan proses destilasi sederhana. Proses Destilasi Destilasi sederhana digunakan untuk memisahkan minyak kencur dengan eter. Dimana eter akan diuapkan dari minyak atsiri, sehingga eter menguap dan terkondensasi menjadi destilat (berupa eter murni) dan minyak atsiri kencur tertinggal pada labu dasar bulat, dan diuji kemurniannya pada prosedur selanjutnya. Alat destilasi dirangkai dengan benar, dipastikan penyangga-penyangganya kuat, campuran minyak atsiri kencur dan eter dimasukkan ke dalam labu dasar bulat, serta termometer dipasang tepat pada persimpangan kondensor supaya dapat mengukur suhu uap dari zat yang menguap. Kemudian, air dialirkan melalui selang ke kondensor dan air mengalir masuk melalui bagian bawah kondensor dan keluar melalui bagian atas kondensor. Hal ini dilakukan agar perjalanan air melewati kondensor tidak terlalu cepat 12

13 sehingga proses pendinginan berjalan sempurna dan uap yang melewati kondensor dapat mengembun menjadi cairan sebagai destilat, selain itu juga bertujuan agar tidak ada gelembung udara (ruang kosong di tengah penampung air pada kondensor) yang berada pada kondensor, sehingga proses pendinginan pada kondensor berlangsung optimal. Selanjutnya, pemanas/mantle heat dihidupkan dan peristiwa-peristiwa yang terjadi diamati. Setelah dipanaskan, skala temperatur pada termometer meningkat dan lama kelamaan uap tersebut menjadi jenuh sehingga uap tersebut masuk kedalam kondensor. Peristiwa ini ditandai dengan temperatur pada termometer konstan yaitu pada suhu 34oC. Destilat yang keluar berupa larutan yang tidak berwarna yakni eter (dengan bau yang khas). Sedangkan residu yang tersisa yakni minyak atsiri kencur tetap berada dalam labu dasar bulat dan berwarna semakin pekat. Pemanasan dilakukan terus dan dihentikan sampai residu tinggal sepertiga dari sebelumnya, hal ini dikarenakan supaya minyak kencur tidak mengering dalam labu sehingga merusak alat. Maka, didapatkan destilat yang tidak berwarna yaitu eter dengan titik didih 34ºC yang telah terpisah dari minyak atsiri kencur, sedangkan residu dalam labu dasar bulat merupakan minyak kencur yang berwarna kuning oranye. Minyak atsiri yang masih hangat kemudian diletakkan di atas penangas es. Lama kelamaan terbentuk kristal tajam berwarna putih di dasar gelas kimia. Kemudian minyak dipisahkan dari kristal dan kristal direkristalisasi serta dimurnikan dengan menggunakan etanol. Etanol ditambahkan ke dalam campuran, dan dipanaskan sampai jenuh. Untuk mengetahui jenuh atau tidaknya larutan, maka digunakan batang pengaduk untuk mengujinya. Batang pengaduk dicelupkan ke dalam larutan, dan di angkat ke udara, jika sudah terbentuk endapan atau kristal, maka larutan sudah jenuh. Setelah larutan jenuh, gelas diletakkan di atas penangas agar kristal terbentuk. Setelah didiamkan beberapa saat, terlihat kristal etil p-metoksi sinamat yang berwarna putih. Kristal kemudian dikumpulkan dan dikeringkan, setelah itu ditimbang. Massa kristal yang didapat yakni 0,3032 gram. Adapun perhitungan kadar etil p-metoksi sinamat yakni massa kristal hasil eksperimen x100% massa sampel yang digunakan 0,3032 gram Kadar EPMS yang dihasilkan = x100% 76,6405 gram Kadar EPMS yang dihasilkan = 0,4 % Kadar EPMS yang dihasilkan = Secara teoritis, kadar EMPS dari rimpang kencur yakni 2,4% dari berat rimpang kencur kering 13

14 Adapun perhitungan rendemen senyawa etil p-metoksi sinamat Secara teoritis, hasil sintesis etil p-metoksi sinamat dari rimpang kencur dengan cara soxhletasi yakni sebanyak 2,4% dari berat rimpang kencur kering, sehingga untuk mencari rendemen, massa sampel kencur kering perlu dikali dengan 2,4%. rendemen = rendemen = massa kristal x 100% massa kencur x 2,4% 0,3032 gram x 100% 2,4 76,6405 x gram 100 rendemen = 16,48 % Kecilnya rendemen yang didapat kemungkinan disebabkan karena proses soxhletasi yang kurang merata yakni sampel yang ada di atas kurang terendam oleh eter sehingga senyawa yang diinginkan belum diisolasi secara optimal sedangkan sampel bagian bawah diisolasi secara optimal karena terendam lebih lama, proses kristalisasi yang kurang maksimal, serta pemanasan yang terus menerus dari proses soxhletasi dan destilasi sehingga kemungkinan bakal kristal etil p-metoksisinamat telah rusak sebelum direkristalisasi. Setelah menimbang kristal etil p-metoksi sinamat, kristal tersebut diuji titik lelehnya. Namun, pada percobaan ini tidak dapat dilakukan pengujian titik leleh karena jumlah sampel yang sedikit. Secara teoritis, titik leleh kristal etil p-metoksi sinamat yakni 48-49ºC. V. KESIMPULAN Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kristal etil p- metoksi sinamat dapat diisolasi dari ri mpang kencur (Kaempferia galanga.l) melalui metode ekstraksi soxhlet, dimana kristal berwarna putih. Pada praktikum ini didapat kadar kristal p-metoksi sinamat dari rimpang kencur (Kaempferia galanga.l) kering yakni 0,4 % dengan rendemen 16,48% dengan titik didih teoritis yakni 48-49ºC. VI. JAWABAN PERTANYAAN 14

15 1. Adapun cara mengidentifikasi EPMS secara kimia adalah dengan melakukan uji gugus fungsi, adapun gugus fungsi yang diuji adalah: Uji gugus aromatis Cara ini dilakukan dengan memanaskan kristal diatas pembakar spiritus. Jika selama pemanasan menimbulkan asap maka uji ini positif terhadap gugus aromatis (benzena). Uji ester Dalam percobaan ini kristal dilarutkan dalam larutan hiroksilamin hidroklorida dalam metanol. Kemudian ditambahkan KOH sampai bersifat basa. Sifat basa ini diuji dengan menggunakan lakmus merah. Dimana lakmus merah langsung berubah menjadi berwarna biru ketika dicelupkan dalam larutan. Hal ini menandakan larutan telah bersifat basa. Kemudian dipanaskan, setelah itu didinginkan kemudian ditambahkan dengan larutan FeCl3 sehingga larutan menjadi berwarna orange. Yang terakhir adalah ditambahkan larutan HCl. Ketika ditambahkan dengan HCl larutan berubah warna menjadi merah muda. Hal ini menunjukkan uji positif terhadap ester. Uji ketidakjenuhan, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: a) Tes Baeyer Terlebih dahulu kristal dilarutkan dalam air, kemudian ditambahkan dengan larutan Baeyer yang dapat diamati adalah warna larutan menjadi semakin memudar. Hal ini menunjukkan bahwa dalam sampel memang terbukti mengandung ikatan tidak jenuh berupa ikatan rangkap dua. b) Tes Bromin Ketika larutan sampel diteteskan larutan Br2 5%, warna larutan menjadi memudar. Hal ini menunjukkan uji positif sampel terhadap larutan bromin. Atau dengan kata lain sampel memang mengandung ikatan tak jenuh. Jika semua uji ini sudah positif maka untuk lebih meyakinkan dilakukan uji titik leleh. 2. Hasil hidrolisis dari EPMS dengan menggunakan larutan basa adalah asam p- metoksisinamat. Dimana larutan basa yang ditambahkan pada hidrolisis etil p-metoksi sinamat, akan terurai menjadi ion-ionnya, misalnya larutan basa yang digunakan adalah NaOH. Natrium hidroksida ini akan mengion menjadi Na+ dan OH-. Ion OH- ini akan menyerang gugus C karbonil yang bermuatan positif yang menyebabkan kelebihan 15

16 elektron. Hal ini akan menyebabkan pemutusan ikatan rangkap antara atom O dan atom C sehingga atom O akan bermuatan negatif. Namun, atom O akan membentuk ikatan rangkap lagi dengan atom C, sehingga atom C akan menstabilkan diri dengan melepaskan -OC2H5. Hal ini akan menyebabkan terbentuknya asam p-metoksisinamat. Berikut mekanisme reaksi yang terjadi. O CH CH C O C 2H5 NaOH NH3 H2O CH3O O CH CH C OH + C2H5OH CH3O 3. Syarat-syarat pelarut yang baik dipakai untuk mengekstraksi senyawa organik bahan alam adalah memiliki sifat sebagai berikut. a) Selektivitas Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponenkomponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek,terutama pada ekstraksi bahanbahan alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya diekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua. b) Kelarutan Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit). c) Kemampuan tidak saling bercampur Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut dalam bahan ekstraksi. d) Kerapatan Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan 16

17 gaya berat). Bila beda kerapatannya kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal). e) Reaktivitas Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen-kornponen bahan ekstarksi. Sebaliknya, dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi. Seringkali Ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan. f) Titik didih Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka titik didit kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat, dan keduanya tidak membentuk ascotrop.ditinjau dari segi ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya dengan panas penguapan yang rendah). 4. Isolasi EPMS dari kencur bisa saja dilakukan dengan cara maserasi dengan menggunakan pelarut petroleum eter namun waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama dan pelarut yang digunakan juga lebih banyak. Sedangkan dengan metode sokhletasi pelarut yang digunakan terus didaur ulang dan waktu yang diperlukan untuk mengekstrak sampel juga lebih sebentar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode ekstraksi sokhlet lebih efisien. 17

18 VII. DAFTAR PUSTAKA Anwar, Chairil,dkk.1994.Pengantar parktikum Kimia Organik.Yogyakarta:UGM Anonim Kencur (Kaempferia galanga L.). Diakses pada tanggal 23 Desember 2010 dari situs Anonim Unggulan Kencur. Diakses pada tanggal 23 Desember 2010 dari situs %20unggulan/Kencur.pdf Anonim Tanaman Obat). Diakses pada tanggal 23 Desember 2010 dari situshttp:// Anonim Isolasi Etil p-metoksi sinamat. Diakses pada tanggal 23 Desember 2010 dari situs dari-kencur-kaemferia-galanga-l-dan-sintesis-asam-p-metoksisinamat-sintesisturunannya-dan-penetapan-struktur/ Firdausi, Nur Indah Isolasi Senyawa Etil Para Metoksi Sinamat (EPMS) dari Rimpang Kencur Sebagai Bahan Tabir Surya Pada Industri Kosmetik. Malang: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Kimia Universitas Negeri Malang. Frieda Nurlita dan I Wayan Suja.2004.Buku Ajar Praktikum Kimia Organik. Singaraja : IKIP Negeri Singaraja. Otih Rostiana, Rosita SMD, Mono Rahardjo dan Taryono, 2005, Budidaya Tanaman Kencur, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika, Yogyakarta Parwati,Eka.1997.Isolasi dan Penentuan Kadar Tanin pada buah Kemloko.Skripsi (tidak diterbitkan).jurusan Pendidikan Kimia.IKIPN Singaraja Selamat, I Nyoman dan I Gusti Lanang Wiratma Penuntun Praktikum Kimia Analitik. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja 18

19 Setiawan, I Made Eka Isolasi Etil p-metoksisinamat dari Rimpang Kencur (Kaempferia Galanga, L.) dan Transformasinya menjadi N-(4-Nitrofenil)-p-Metoksisinamamida. Diakses pada tanggal 14 Desember 2010 dari situs Cko@lib.unair.ac.id Siskha Analisis Etil Parametoksi Sinamat dari Rimpang Kencur. Diakses pada tanggal 14 Desember 2010 dari situs Wiratma, I Gusti Lanang dkk Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Singaraja : IKIP Negeri Singaraja. 19

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) Disusun oleh: Nama : Eky Sulistyawati FA/08708 Putri Kharisma FA/08715 Gol./Kel.

Lebih terperinci

Optimalisasi Proses Isolasi Etil Parametoksisinamat (EPMS) Dari Rimpang Kencur dengan Variasi Proses dan Konsentrasi Pelarut

Optimalisasi Proses Isolasi Etil Parametoksisinamat (EPMS) Dari Rimpang Kencur dengan Variasi Proses dan Konsentrasi Pelarut Optimalisasi Proses Isolasi Etil Parametoksisinamat (EPMS) Dari Rimpang Kencur dengan Variasi Proses dan Konsentrasi Pelarut Mohammad Istnaeny Hudha, Elvianto Dwi Daryono, Muyassaroh Jurusan Teknik Kimia,

Lebih terperinci

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH Petunjuk Paktikum I. ISLASI EUGENL DARI BUNGA CENGKEH A. TUJUAN PERCBAAN Mengisolasi eugenol dari bunga cengkeh B. DASAR TERI Komponen utama minyak cengkeh adalah senyawa aromatik yang disebut eugenol.

Lebih terperinci

I. Judul: Isolasi Minyak Jahe Dari Rimpang Jahe (Zinger Officinale) II. Tanggal Percobaan: 6 Maret 2013 III. Tanggal selesai Percobaan: 6 Maret 2013

I. Judul: Isolasi Minyak Jahe Dari Rimpang Jahe (Zinger Officinale) II. Tanggal Percobaan: 6 Maret 2013 III. Tanggal selesai Percobaan: 6 Maret 2013 I. Judul: Isolasi Minyak Jahe Dari Rimpang Jahe (Zinger Officinale) II. Tanggal Percobaan: 6 Maret 2013 III. Tanggal selesai Percobaan: 6 Maret 2013 IV. Tujuan Percobaan: 1. Memilih peralatan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

EKSTRAKSI Ekstraksi padat-cair Ekstraksi cair-cair Ekstraksi yang berkesinambungan Ekstraksi bertahap Maserasi metode ekstraksi padat-cair bertahap

EKSTRAKSI Ekstraksi padat-cair Ekstraksi cair-cair Ekstraksi yang berkesinambungan Ekstraksi bertahap Maserasi metode ekstraksi padat-cair bertahap EKSTRAKSI Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, dapat dibedakan dua macam ekstraksi yaitu

Lebih terperinci

PEMBUATAN ETIL ASETAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI

PEMBUATAN ETIL ASETAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI PEMBUATAN ETIL ASETAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI TUJUAN Mempelajari pengaruh konsentrasi katalisator asam sulfat dalam pembuatan etil asetat melalui reaksi esterifikasi DASAR TEORI Ester diturunkan dari

Lebih terperinci

Metoda-Metoda Ekstraksi

Metoda-Metoda Ekstraksi METODE EKSTRAKSI Pendahuluan Ekstraksi proses pemisahan suatu zat atau beberapa dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larutan yang berbeda dari komponen-komponen

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA Isolasi Trimiristin dan Asam Miristat dari Biji Buah Pala Penyabunan Trimiristin Untuk Mendapatkan Asam Miristat

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA Isolasi Trimiristin dan Asam Miristat dari Biji Buah Pala Penyabunan Trimiristin Untuk Mendapatkan Asam Miristat LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA Isolasi Trimiristin dan Asam Miristat dari Biji Buah Pala Penyabunan Trimiristin Untuk Mendapatkan Asam Miristat Oleh: Nabila Fatin Aisiah M0614026 S1 Farmasi 2014 Fakultas

Lebih terperinci

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI PERCOBAAN VI Judul Percobaan : DESTILASI Tujuan : Memisahkan dua komponen cairan yang memiliki titik didih berbeda. Hari / tanggal : Senin / 24 November 2008. Tempat : Laboratorium Kimia PMIPA FKIP Unlam

Lebih terperinci

Sintesis Asam Salisilat Dari Minyak Gandapura Dan Kenaikan Titik Leleh

Sintesis Asam Salisilat Dari Minyak Gandapura Dan Kenaikan Titik Leleh Sintesis Asam Salisilat Dari Minyak Gandapura Dan Kenaikan Titik Leleh Jumat, 4 April 2014 Raisa Soraya*, Naryanto, Melinda Indana Nasution, Septiwi Tri Pusparini Jurusan Pendidikan Imu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRASI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRASI EKTRAKSI Ekstraksi tanaman obat merupakan suatu proses pemisahan bahan obat dari campurannya dengan menggunakan pelarut. Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Nopember 2012 sampai Januari 2013. Lokasi penelitian di Laboratorium Riset dan Laboratorium Kimia Analitik

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Percobaan 1 PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR. Distilasi dan Titik Didih

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Percobaan 1 PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR. Distilasi dan Titik Didih PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK Percobaan 1 PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR Distilasi dan Titik Didih Disusun oleh : NAMA : FAJRI ZAKIYYATU SA ADAH NPM : 10060312091 SHIFT / KELOMPOK : C / 2 TANGGAL PRAKTIKUM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - Kompor gas - Sendok - Cetakan plastik A.2Bahan

Lebih terperinci

PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR. Distilasi dan Titik Didih

PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR. Distilasi dan Titik Didih PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR Distilasi dan Titik Didih I. Tujuan 1.1 Mengetahui prinsip destilasi dan pengertian campuran azeotrop 1.2 Dapat mengkalibrasi thermometer dan dapat merangkai peralatan

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga, 24 BAB III METODA PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah semua alat gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

Lebih terperinci

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu 40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.

Lebih terperinci

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN PERCOBAAN Mahasiswa mampu mengoperasikan alat Liqiud Extraction dengan baik Mahasiswa mapu mengetahui cara kerja alat ekstraksi cair-cair dengan aliran counter current Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Teknik Pengolahan

Lebih terperinci

1.3 Tujuan Percobaan Tujuan pada percobaan ini adalah mengetahui proses pembuatan amil asetat dari reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat

1.3 Tujuan Percobaan Tujuan pada percobaan ini adalah mengetahui proses pembuatan amil asetat dari reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat 1.1 Latar Belakang Senyawa ester hasil kondensasi dari asam asetat dengan 1-pentanol akan menghasilkan senyawa amil asetat.padahal ester dibentuk dari isomer pentanol yang lain (amil alkohol) atau campuran

Lebih terperinci

5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan

5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan 5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan H O O O NO 2 + HO HO 4-toluenesulfonic acid + NO 2 O H 2 C 7 H 5 NO 3 C 2 H 6 O 2 C 7 H 8 O 3 S. H 2 O C 9

Lebih terperinci

2018 UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018 UNIVERSITAS HASANUDDIN Konversi Etil p-metoksisinamat Isolat dari Kencur Kaempferia galanga L. Menjadi Asam p-metoksisinamat Menggunakan Katalis Basa NaH Murtina*, Firdaus, dan Nunuk Hariani Soekamto Departemen Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya. 57 Lampiran I. Prosedur Analisis Kimia 1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). Timbang contoh yang telah berupa serbuk atau bahan yang telah dihaluskan sebanyak 1-2 g dalam botol timbang

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

PEMISAHAN CAMPURAN proses pemisahan

PEMISAHAN CAMPURAN proses pemisahan PEMISAHAN CAMPURAN Dalam Kimia dan teknik kimia, proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran senyawa kimia. Sebagian besar senyawa kimia ditemukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH I. Tujuan Praktikan dapat memahami dan menstandarisasi larutan baku sekunder NaOH dengan larutan baku primer H 2 C 2 O 4 2H 2 O II. Dasar Teori Reaksi asam basa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa Roxb.) menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK PEMBUATAN t - BUTIL KLORIDA NAMA PRAKTIKAN : KARINA PERMATA SARI NPM : 1106066460 PARTNER PRAKTIKAN : FANTY EKA PRATIWI ASISTEN LAB : KAK JOHANNES BION TANGGAL

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai pengambilan sampel di Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru dan dianalisis

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH Lampiran 1 BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH Bahan Tepung ubi jalar Putih Coklat collata Margarin Gula pasir Telur Coklat bubuk Kacang kenari Jumlah 250 gr 350 gr 380 gr 250 gr 8 butir 55 gr 50 gr Cara Membuat:

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Larutan yang terdiri dari dua bahan atau lebih disebut campuran. Pemisahan kimia

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI) OLEH : NAMA : HANIFA NUR HIKMAH STAMBUK : A1C4 09001 KELOMPOK ASISTEN : II (DUA) : WD. ZULFIDA NASHRIATI LABORATORIUM

Lebih terperinci

Titik Leleh dan Titik Didih

Titik Leleh dan Titik Didih Titik Leleh dan Titik Didih I. Tujuan Percobaan Menentukan titik leleh beberapa zat ( senyawa) Menentukan titik didih beberapa zat (senyawa) II. Dasar Teori 1. Titik Leleh Titik leleh adalah temperatur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

REKRISTALISASI REKRISTALISASI

REKRISTALISASI REKRISTALISASI REKRISTALISASI Dwi Yuli Prastika 2013 Telah dilakukan percobaan rekritalisasi dengan tujuan mempelajari teknik pemurnian senyawa berbentuk kristal, memurnikan vanilin dan menentukan titik lebur vanilin.

Lebih terperinci

5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida

5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida NP 5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida CH CH + H H 2 S 4 + CH 3 CH C 4 H 6 3 C 7 H 6 3 C 9 H 8 4 C 2 H 4 2 (120.1) (138.1) (98.1) (180.2) (60.1) Klasifikasi

Lebih terperinci

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT I. Tujuan Percobaan ini yaitu: PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT Adapun tujuan yang ingin dicapai praktikan setelah melakukan percobaan 1. Memisahkan dua garam berdasarkan kelarutannya pada suhu tertentu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3 Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena Oleh : Kelompok 3 Outline Tujuan Prinsip Sifat fisik dan kimia bahan Cara kerja Hasil pengamatan Pembahasan Kesimpulan Tujuan Mensintesis Sikloheksena Menentukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Keadaan Lokasi Pengambilan Sampel Sampel yang digunakan adalah sampel bermerek dan tidak bermerek yang diambil dibeberapa tempat pasar

Lebih terperinci

PRODUKSI ABON IKAN PARI ( (RAYFISH): PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON

PRODUKSI ABON IKAN PARI ( (RAYFISH): PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON SEMINAR HASIL PRODUKSI ABON IKAN PARI ( (RAYFISH): PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON OLEH : FITHROTUL MILLAH NRP : 1406 100 034 Dosen pembimbing : Dra. SUKESI, M. Si. Surabaya, 18 Januari 2010 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan

Lebih terperinci

HUKUM RAOULT. campuran

HUKUM RAOULT. campuran HUKUM RAOULT I. TUJUAN - Memperhatikan pengaruh komposisi terhadap titik didih campuran - Memperlihatkan pengaruh gaya antarmolekul terhadap tekanan uap campuran II. TEORI Suatu larutan dianggap bersifat

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II I. Nomor Percobaan : VI II. Nama Percobaan : Reaksi Asetilasi Anilin III. Tujuan Percobaan : Agar mahasiswa dapat mengetahui salah satu cara mensintesa senyawa

Lebih terperinci

PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK: EKSTRAKSI

PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK: EKSTRAKSI PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK: EKSTRAKSI Penulis: Gayatri Ayu Andari NIM: 10513053 Kelas: K-01 Kelompok: 4 gayatriayuandari@yahoo.com Abstrak Ekstraksi merupakan salah satu metode yang digunakan untuk proses

Lebih terperinci

ISOLASI BAHAN ALAM. 2. Isolasi Secara Kimia

ISOLASI BAHAN ALAM. 2. Isolasi Secara Kimia ISOLASI BAHAN ALAM Bahan kimia yang berasal dari tumbuhan atau hewan disebut bahan alam. Banyak bahan alam yang berguna seperti untuk pewarna, pemanis, pengawet, bahan obat dan pewangi. Kegunaan dari bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas BAB III METODE PENELITIAN Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas minyak belut yang dihasilkan dari ekstraksi belut, dilakukan penelitian di Laboratorium Riset Kimia Makanan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratoriun Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk penelitian ini adalah gliserol kasar (crude glycerol) yang merupakan hasil samping dari pembuatan biodiesel. Adsorben

Lebih terperinci

a. Pengertian leaching

a. Pengertian leaching a. Pengertian leaching Leaching adalah peristiwa pelarutan terarah dari satu atau lebih senyawaan dari suatu campuran padatan dengan cara mengontakkan dengan pelarut cair. Pelarut akan melarutkan sebagian

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 19 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Biodiesel Minyak jelantah semula bewarna coklat pekat, berbau amis dan bercampur dengan partikel sisa penggorengan. Sebanyak empat liter minyak jelantah mula-mula

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

METODE EKSTRAKSI Ekstrak Ekstraksi 1. Maserasi Keunggulan

METODE EKSTRAKSI Ekstrak Ekstraksi 1. Maserasi Keunggulan METODE EKSTRAKSI Ekstrak merupakan sediaan sari pekat tumbuh-tumbuhan atau hewan yang diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing bahan obat, menggunakan menstrum yang cocok, uapkan semua

Lebih terperinci

Pelarut polar Pelarut semipolar Pelarut nonpolar

Pelarut polar Pelarut semipolar Pelarut nonpolar Berkaitan dengan polaritas dari pelarut, terdapat tiga golongan pelarut yaitu: Pelarut polar Memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang polar dari tanaman. Pelarut

Lebih terperinci

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014 PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014 Disusun oleh : AMELIA DESIRIA KELOMPOK: Ma wah shofwah, Rista Firdausa Handoyo, Rizky Dayu utami, Yasa Esa Yasinta PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

terhadap masalah kesehatan melalui pengobatan tradisional sangat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya yaitu menggunakan ramuan-ramuan

terhadap masalah kesehatan melalui pengobatan tradisional sangat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya yaitu menggunakan ramuan-ramuan BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia memiliki keanekaragaman sumber alam hayati yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan, pendidikan dan kesehatan. Pemanfaatan dan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan BAB III METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan Penyegar, Unit Pelayanan Terpadu Pengunjian dan Sertifikasi Mutu Barang (UPT. PSMB) Medan yang bertempat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN 4.1.1. Analisis Kandungan Senyawa Kimia Pada tahap ini dilakukan analisis proksimat terhadap kandungan kimia yang terdapat dalam temulawak kering yang

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel ascidian telah dilakukan di Perairan Kepulauan Seribu. Setelah itu proses isolasi dan pengujian sampel telah dilakukan

Lebih terperinci

Sintesis Organik Multitahap: Sintesis Pain-Killer Benzokain

Sintesis Organik Multitahap: Sintesis Pain-Killer Benzokain Sintesis Organik Multitahap: Sintesis Pain-Killer Benzokain Safira Medina 10512057; K-01; Kelompok IV shasamedina@gmail.com Abstrak Sintesis ester etil p-aminobenzoat atau benzokain telah dilakukan melalui

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK : Identifikasi Gugus Fungsional Senyawa Organik

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK : Identifikasi Gugus Fungsional Senyawa Organik Paraf Asisten Judul JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK : Identifikasi Gugus Fungsional Senyawa Organik Tujuan Percobaan : 1. Mempelajari teknik pengukuran fisik untuk mengidentifikasi suatu senyawa organik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan

Lebih terperinci

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NP 4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NaEt C 10 H 18 4 Na C 2 H 6 C 8 H 12 3 (202.2) (23.0) (46.1) (156.2) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Reaksi pada gugus

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Disusun Oleh :

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Disusun Oleh : LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK Disusun Oleh : Nama : Veryna Septiany NPM : E1G014054 Kelompok : 3 Hari, Jam : Kamis, 14.00 15.40 WIB Ko-Ass : Jhon Fernanta Sipayung Lestari Nike Situngkir Tanggal Praktikum

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK 2

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK 2 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK 2 DESTILASI UAP Jum at, 25 April 2014 Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH 1112016200040 KELOMPOK 1 Fahmi Herdiansyah Siti Ipah Masripah Yasa Esa Yasinta PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan antara lain : oven, autoklap, ph meter, spatula, saringan, shaker waterbath,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212 PERCOBAAN VIII PEMURNIAN SENYAWA ORGANIK PADAT DENGAN REKRISTALISASI Tanggal Praktikum : 4 Maret 2014 Tanggal Pengumpulan : 13 Maret 2014 Disusun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si Oleh Kelompok V Indra Afiando NIM 111431014 Iryanti Triana NIM 111431015 Lita Ayu Listiani

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Desalinasi Desalinasi merupakan suatu proses menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk mendapatkan air yang dapat dikonsumsi binatang, tanaman dan manusia.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

TEKNIK ANALISIS KADAR SERAT KENCUR

TEKNIK ANALISIS KADAR SERAT KENCUR lemn lekms fnngsconul.\on Penehn 3003 TEKNIK ANALISIS KADAR SERAT KENCUR TJITJAH FATIMAH Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Ohat.11. Tenturu Pelajur No. 3 Bnzor Kencur I Kaempleria galangu I merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini diawali dengan mensintesis selulosa asetat dengan nisbah selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ISOLASI ETIL P-METOKSISINAMAT DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galangal L.) DAN IDENTIFIKASINYA DENGAN KROMATOGRAFI GAS SPEKTROSKOI MASSA Cindy Caesaria, Tjiptasusrasa, Nunuk Aries Nurulita Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK OLEH NAMA : ISMAYANI NIM : F1F1 10 074 KELOMPOK : III ASISTEN : SYAWAL ABDURRAHMAN, S.Si. LABORATORIUM FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

C. ( Rata-rata titik lelehnya lebih rendah 5 o C dan range temperaturnya berubah menjadi 4 o C dari 0,3 o C )

C. ( Rata-rata titik lelehnya lebih rendah 5 o C dan range temperaturnya berubah menjadi 4 o C dari 0,3 o C ) I. Tujuan Percobaan o Menentukan titik leleh beberapa zat ( senyawa) o Menentukan titik didih beberapa zat (senyawa) II. Dasar Teori 1. Titik Leleh Titik leleh adalah temperatur dimana zat padat berubah

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Alat Penelitian Alat yang digunakan untuk membuat asap cair disebut juga alat pirolisator yang terdiri dari pembakar bunsen, 2 buah kaleng berukuran besar dan yang lebih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) memberikan hasil sebagai berikut : Tabel 2 :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah dilakukan. Sub bab pertama diuraikan mengenai waktu dan lokasi penelitian, desain penelitian, alat dan bahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L etanol, diperoleh ekstrak

Lebih terperinci

PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS I. Tujuan 1. Menentukan berat molekul senyawa CHCl 3 dan zat unknown X berdasarkan pengukuran massa jenis gas secara eksperimen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN. 3.1 Penetapan Kadar Minyak Atsiri dari Biji Pala. Contoh dipotong-potong kecil, dimasukkan ke dalam labu didih.

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN. 3.1 Penetapan Kadar Minyak Atsiri dari Biji Pala. Contoh dipotong-potong kecil, dimasukkan ke dalam labu didih. BAB III METODOLOGI PENGUJIAN 3.1 Penetapan Kadar Minyak Atsiri dari Biji Pala 3.1.1 Prinsip Contoh dipotong-potong kecil, dimasukkan ke dalam labu didih. Tambahkan air dan didihkan. Selanjutnya disambung

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan Bahan Peralatan yang diperlukan pada penelitian ini meliputi seperangkat alat gelas laboratorium kimia (botol semprot, gelas kimia, labu takar, erlenmeyer, corong

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN IX PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT (REKRISTALISASI, SUBLIMASI, DAN TITIK LELEH)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN IX PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT (REKRISTALISASI, SUBLIMASI, DAN TITIK LELEH) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN IX PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT (REKRISTALISASI, SUBLIMASI, DAN TITIK LELEH) OLEH: NAMA : RAMLAH NIM : F1F1 12 071 KELOMPOK KELAS ASISTEN : III : B : FAISAL

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian eksperimental. Sepuluh sampel mie basah diuji secara kualitatif untuk

Lebih terperinci

BABffl METODOLOGIPENELITIAN

BABffl METODOLOGIPENELITIAN BABffl METODOLOGIPENELITIAN 3.1. Baban dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah CPO {Crude Palm Oil), Iso Propil Alkohol (IPA), indikator phenolpthalein,

Lebih terperinci