TEKNIK PENGOLAHAN DAN NILAI TAMBAH NATA DE COCO
|
|
- Suhendra Budiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TEKNIK PENGOLAHAN DAN NILAI TAMBAH NATA DE COCO Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Tasikmalaya Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi ABSTRACT This Study aimed to know processing technique and the added value of nata de coco. Method used was case study in a nata de coco producer in Desa Pagerageung Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya.Processing technique of nata de coco consisted of tools and matterial preparation, filtering, boiling, pouring into tray, cooling, inoculating starter bactena, storaging, harvesting, washing, cutting, packing and pressing. The added value is Rp 288,85 per kilogram of nata de coco.the margin of factors is Rp 464,5 with percentages of labour income, other inputs contribution and producer s profit is respectively 37,44 percent, 37,82 percent and 24,74 percent. Keywords: processing technique, added value, margin ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik pengolahan nata de coco dan besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari kegiatan pengolahan tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus pada seorang pelaku usaha nata de coco yang ada di Desa pagerageung Kecamatan Pagerageung Tasikmalaya. Teknik pengolahan nata de coco terdiri atas persiapan bahan (air kelapa, cuka, sitrun, pupuk ZA, gula pasir dan starter) dan peralatan (jerigen, bak penampung, penyaring, drum, gayung, ember, baki, botol, kertas koran, tali karet, kain lap, rak, mesin pemotong dan karung), penyaringan, perebusan, penuangan, penanaman starter, inkubasi, pembukaan media, pencucian, pemotongan, pengemasan dan pengepresan. Besar nilai tambah yang dihasilkan adalah Rp 288,85 per kilogram nata de coco. Besarnya marjin yang diperoleh adalah Rp 464,5/kg. Besarnya persentase marjin pendapatan tenaga kerja, marjin sumbangan input lain dan marjin keuntungan pengusaha masing-masing sebesar 37,44 persen, 37,82 persen dan 24,74 persen. Kata Kunci: teknik pengolahan, nilai tambah, marjin
2 PENDAHULUAN Pembangunan pertanian perlu diarahkan secara konsisten untuk meningkatkan taraf hidup petani, perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha. Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian. Pembangunan perkebunan juga perlu digenjot agar terus berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi nasional. Salah satu komoditi yang dihasilkan dari sub sektor perkebunan adalah kelapa (Cocos nucifera L). Kelapa memiliki peranan penting dalam kontribusinya terhadap pendapatan nasional di samping kelapa sawit, karet, kakao dan kopi. Komoditi yang satu ini telah lama dikenal dan berperan penting bagi kehidupan bangsa Indonesia baik dari aspek ekonomi maupun sosial budaya. Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu daerah yang potensial untuk pengembangan produksi kelapa. Hal tersebut didukung dengan adanya komitmen Pemerintah Daerah yang cukup besar yaitu dengan menyediakan sarana dan prasarana penunjang kegiatan, baik transportasi, komunikasi maupun energi, serta potensi lahan untuk pengembangan yang cukup luas. Luas areal dan produksi perkebunan untuk komoditas kelapa di Kabupaten Tasikmalaya dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tahun Tabel 1. Hasil Analisis Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kelapa Kabupaten Tasikmalaya Tahun Luas Lahan yang ditempati (ha) Luas Areal Tanaman (ha) TBM TM TTM/ TR Jumlah Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha) Jumlah Petani (KK) ,7 3731, ,0 855, , ,0 1, , ,8 3917, ,7 798, , ,2 1, ,4 Sumber: Dinas Perkebunan Kabupaten Tasikmalaya, Keterangan : TBM = Tanaman Belum Menghasilkan TM = Tanaman Menghasilkan TTM/TR= Tanaman Tidak Menghasilkan/Tanaman Rusak Salah satu bagian dari kelapa yang dapat dijadikan bahan dasar makanan olahan adalah air kelapa. Air kelapa memiliki banyak kandungan yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Unsur-unsur dalam air kelapa antara lain air, karbohidrat, protein, lemak, sejumlah nutrisi berupa sukrosa, fluktosa dan destrosa, serta vitamin B kompleks yang terdiri atas asam folat, asam pantotenat, biotin dan riboflafin. Nata de coco merupakan salah satu hasil olahan yang menggunakan air kelapa sebagai bahan dasarnya. Pengolahan air kelapa menjadi nata de coco adalah hasil proses fermentasi dengan menggunakan bakteri Acetobacter xylinum yang bertujuan untuk
3 memanfaatkan air kelapa yang sering terbuang percuma dan memberikan nilai tambah (added value) terhadap kelapa itu sendiri. Menurut Sarmidi Amin (2009), setiap satu liter air kelapa yang berasal dari enam butir kelapa dapat menghasilkan nata de coco sebanyak 0,6 kilogram. Kandungan gizi dalam nata de coco terbilang cukup rendah, sehingga aman untuk di konsumsi bagi mereka yang mengalami obesitas atau kegemukan berlebih dan mereka yang sedang menjalani program penurunan berat badan atau diet rendah kalori. Nata de Coco memiliki kandungan serat yang tinggi, sehingga baik untuk sistem pencernaan. Salah satunya dapat melancarkan pembuangan feses dalam tubuh dan mencegah timbulnya penyakit sembelit. Melihat potensi produksi perkebunan kelapa di Kabupaten Tasikmalaya yang cukup besar terutama di daerah Tasik Selatan seharusnya dapat mendorong perkembangan agroindustri nata de coco. Sampai saat ini perkembangan usaha nata de coco tidak sesuai dengan potensi yang ada. Hal ini diperkuat dengan keterangan dari Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya yang menyatakan, bahwa kegiatan agroindustri sari kelapa (nata de coco) di Kabupaten Tasikmalaya tidak konsisten, sehingga data pelaku usaha nata de coco dan skala usahanya tidak tersedia. Lain halnya dengan seorang pelaku usaha nata de coco di Desa Pagerageung Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya yang konsisten mengusahakannya dan telah berjalan selama kurang lebih enam tahun. METODE PENELITIAN Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus pada agroindustri nata de coco di Desa Pagerageung Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden dengan cara wawancara langsung yang dibantu menggunakan kuisioner. Data sekunder diperoleh dari dinas, pustaka dan internet.
4 Teknik Penentuan Responden Teknik penentuan responden dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan bahwa pelaku usaha tersebut merupakan satu-satunya pelaku usaha nata de coco di Desa Pagerageung. PEMBAHASAN Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Pendirian agroindustri nata de coco ini bermula dari hasil jerih payah responden menjadi tenaga kerja di Saudi Arabia. Beliau bekerja disana kurang lebih selama lima tahun. Jerih payahnya membuahkan hasil yang cukup besar, sehingga saat pulang ke tanah air uang yang dikumpulkannya itu hendak dimanfaatkan untuk melakukan wirausaha. Adanya peluang usaha dari pemanfaatan air kelapa menjadi makanan bernilai jual berupa nata de coco menjadikan beliau tertarik untuk menggeluti usaha tersebut. Setelah banyak belajar dari pengolah nata de coco yang ada di Cianjur, pada tahun 2008 akhirnya beliau memutuskan untuk membangun tempat pengolahan sendiri yang berlokasi di Jalan Pertigaan PLO Kampung Genteng Desa Pagerageung Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya. Tempat pengolahan di bangun di atas tanah seluas 120 meter persegi. Bahan bangunannya terdiri dari asbes sebagai atap, anyaman bambu sebagai dinding, kayu sebagai tiang penyangga dan tembok sebagai alasnya. Bahan-bahan tersebut sengaja dipilih untuk bangunan tempat pengolahan dengan tujuan untuk mempermudah penyerapan sinar matahari agar suhu rata-rata yang dibutuhkan yaitu berkisar antara 30 sampai dengan 35 derajat celcius dapat stabil. Kisaran suhu tersebut merupakan suhu yang baik untuk proses fermentasi nata de coco di tempat pengolahan yang diteliti. Volume produksi dalam satu kali proses produksi rata-rata sebanyak 1200 kilogram bahan baku berupa air kelapa. Luas tempat pengolahan yang ada sebenarnya masih dapat digunakan untuk volume produksi yang lebih dari itu. Hal ini tidak dapat dihindari mengingat pasokan air kelapa yang tidak selalu ada pada waktunya. Seluruh proses produksi pada awalnya dilakukan di tempat pengolahan tersebut. Sejak petengahan 2012, untuk pemotongan dan pengemasan dilakukan di tempat pengolahan kedua yang berlokasi di Kampung Muhara Desa Tanjung Mekar Kecamatan Jamanis Tasikmalaya. Responden telah mampu mengembangkan usaha dengan
5 membangun tempat pengolahan keduanya itu pada tahun 2012, sehingga ada penambahan skala usaha. Pelanggan dari industri rumah tangga ini berasal dari berbagai daerah diantaranya Bogor, Cianjur dan Bandung. Para pelanggan adalah pengusaha pengolahan lanjutan yang mencampurkan nata de coco dengan bahan makanan lainnya untuk dijadikan makanan atau minuman kemasan siap saji dan siap jual. Teknik Pengolahan Nata De Coco Proses pembuatan nata de coco di tempat pengolahan yang diteliti terdiri dari beberapa tahapan. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Persiapan bahan dan alat Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari 1200 kilogram air kelapa, 4 liter cuka, 0,4 kilogram sitrun, 6,66 pupuk ZA, 4 kilogram gula pasir dan 50,1 liter starter. Sedangkan peralatan yang digunakan terdiri jerigen, bak penampung, penyaring, drum, gayung, ember, baki, botol, kertas koran, tali karet, kain lap, rak, mesin pemotong dan karung. 2. Penyaringan Air Kelapa Tujuan dari proses penyaringan adalah agar air kelapa yang hendak dimasukkan ke dalam drum perebusan terpisah dengan kotoran-kotoran, sabut kelapa, pecahan batok dan serat yang sebelumnya tercampur. Penyaringan dilakukan dengan menuangkan air kelapa yang semula dari jerigen ke bak penampungan dengan menggunakan alat penyaringan. 3. Perebusan Air Kelapa dan Pencampuran Bahan Baku Penolong Perebusan dilakukan dengan mengambil air kelapa dari bak penampungan menggunakan ember kecil, kemudian dituangkan ke dalam drum besi terbuka yang telah berada di atas tungku. Nyalakan kayu bakar yang telah dicampur dengan serbuk gergaji. Penambahan serbuk gergaji bertujuan agar api dapat menyala lebih lama, stabil dan mengeluarkan panas yang lebih besar. Pastikan api tetap menyala agar proses perebusan dapat berlangsung lancar. Setelah air kelapa mendidih, kemudian campurkan bahan-bahan lainnya yang terdiri dari cuka, sitrun, pupuk ZA dan gula. Waktu yang diperlukan untuk proses perebusan berkisar antara satu sampai dua jam atau ketika rebusan di rasa sudah matang maka selanjutnya rebusan segera diangkat dan dilakukan perebusan berikutnya.
6 4. Penuangan Hasil Rebusan Rebusan air kelapa dan campuran bahan-bahan lainnya dituangkan ke dalam ember besar yang selanjutnya dituangkan ke dalam baki plastik menggunakan gayung dengan takaran satu gayung untuk satu baki. Setelah selesai dituangkan, selanjutnya dilakukan penutupan pada baki yang telah di isi menggunakan potongan koran dan diikat dengan tali karet. Penutupan dan pengikatan dilakukan agar bahan nata de coco tidak terkontaminasi oleh kotoran yang ada di sekitarnya. Setelah itu, kemudian diletakkan secara bertumpuk dengan tumpukan maksimal 10 baki di atas rak yang terdapat di ruang penyimpanan dan dibiarkan selama satu malam. 5. Penanaman Starter Proses ini merupakan penanaman bibit terhadap hasil pendidihan bahan-bahan yang telah dituangkan ke dalam baki. Tahap penanaman bibit ini dikenal dengan istilah inokulasi. Penanamn bibit dilakukan pada hari kedua dengan menggunakan starter biakan. Adapun takarannya untuk satu baki nata de coco dibutuhkan sebanyak 60 mililiter starter biakan (satu botol starter biakan untuk 10 baki nata de coco). Setelah selesai, baki ditutup kembali menggunakan koran yang diikat dengan karet secara cepat dan rapat untuk menghindari kontaminasi kotoran udara luar pada proses fermentasi. Setelah itu, kemudian disimpan secara bertumpuk di tempat semula dan biarkan selama satu minggu dengan suhu ruangan 30 sampai 35 derajat celcius. 6. Pembukaan Media Fermentasi Setelah satu minggu disimpan, penutup yang menempel dan ikatannya dibuka. Kemudian lembaran nata de coco diangkat dan disimpan pada wadah berupa drum plastik untuk memudahkan proses selanjutnya yaitu pencucian. Keberhasilan proses pembuatan nata de coco dapat dilihat di sini, dimana akan terlihat lapisan berwarna putih, rata dan halus dengan aroma berbau asam pada permukaan media fermentasi. Namun jika pada permukaannya berlubang berarti tingkat keberhasilannya tidak sempurna bahkan dapat dikatakan mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan oleh baki atau koran yang tidak steril. 7. Pencucian Lembaran Nata De Coco Setelah diangkat dari baki selanjutnya lembaran nata de coco dicuci menggunakan air dan di lap bagian atasnya dengan tujuan untuk membuang lendirlendir yang menempel.
7 8. Pemotongan Lembaran Nata De Coco Setelah lembaran nata de coco dicuci dan terbebas dari lendir yang menempel, selanjutnya adalah proses pemotongan dengan menggunakan mesin pemotong. Tujuannya agar diperoleh nata de coco dengan ukuran kecil menyerupai dadu dengan ukuran 0,8 sampai 1,5 centimeter atau ukuran lain sesuai permintaan dari para pembeli. Umumnya pembeli memesan dengan ukuran 1,5 centimeter. Proses pemotongan ini memakan waktu setengah jam untuk 100 kilogram nata de coco (200 kilogram/jam). 9. Pengemasan dan Pengepresan Nata de coco dalam bentuk dadu tersebut dimasukkan ke dalam karung. Satu karung beratnya mencapai 100 kilogram. Adanya proses pengarungan selain untuk mempermudah dalam proses pengangkutan juga bertujuan untuk menghilangkan rasa asam yang berlebih dimana biasanya para pengolah lain melakukannya dengan cara perendaman. Dengan dimasukkan ke dalam karung maka secara tidak langsung telah terjadi proses pengepresan yang dapat menghilangkan rasa asam, tentunya tanpa merusak kondisi fisik nata de coco. Nilai Tambah Nata De Coco Hasil perhitungan nilai tambah nata de coco tersaji pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai Tambah Pengolahan Nata De Coco dalam Satu Kali Proses Produksi No Variabel Nilai Jumlah I Output, Input dan Harga 1 Output (kg) (1) Input (kg) (2) Tenaga Kerja (HOK) (3) 9 4 Faktor Konversi (4) = (1)/(2) 0,695 5 Koefisien Tenaga Kerja (5) = (3)/(2) 0, Harga Output (Rp/kg) (6) Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) (7) 23194,44 II Penerimaan dan Keuntungan 8 Harga Bahan Baku (Rp/kg) (8) Sumbangan Input Lain (Rp/kg) (9) 175,65 10 Nilai Output (Rp/kg) (10) = (4) x (6) 764,5 11a Nilai Tambah (Rp/kg) (11a) = (10) (9) (8) 288,85 11b Rasio Nilai Tambah (%) (11b) = (11a)/(10) x 100% 37,78 12a Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/kg) (12a) = (5) x (7) 173,95 12b Pangsa Tenaga Kerja (%) (12b) = (12a)/(11a) x 100% 60,22 13a Keuntungan (Rp/kg) (13a) = (11a) (12a) 114,9 13b Tingkat Keuntungan (%) (13b) = (13a)/(11a) x 100% 39,77 III Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 14 Marjin (Rp/kg) (14) = (10) (8) 464,5 14a Pendapatan tenaga kerja (%) (14a) = (12a)/(14) x 100% 37,44 14b Sumbangan input lain (%) (14b) = (9/14) x 100% 37,81 14c Keuntungan pengusaha (%) (14c) = (13a/14) x 100% 24,73
8 Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa dalam proses pengolahan nata de coco penggunaan bahan baku utama berupa air kelapa adalah sebanyak 1200 kg/proses produksi. Penggunaan bahan baku sebanyak itu dapat menghasilkan output berupa lembaran nata de coco sebanyak 835 kg/proses produksi. Nilai faktor konversi merupakan perbandingan antara output yang dihasilkan dengan input yang dikeluarkan. Hal ini menunjukkan bahwa setiap penggunaan satu kilogram air kelapa akan menghasilkan 0,695 kilogram nata de coco. Kegiatan pengolahan nata de coco ini memerlukan tenaga kerja sebanyak sembilan HOK dalam satu kali proses produksi. Setiap HOK jumlah jam kerjanya berbeda-beda. Hari pertama menghabiskan waktu selama lima jam, hari ke-dua 10 jam, hari ke-tiga sampai dengan hari ke-empat selama lima jam, hari ke-lima dan ke-enam dua jam, hari ke-tujuh dan ke-delapan lima jam, serta hari terakhir yaitu hari kesembilan menghabiskan waktu selama delapan jam. Maka setiap harinya dibutuhkan waktu rata-rata 5,22 jam kerja (lima jam 13 menit 12 detik). Nilai koefisien tenaga kerja menunjukkan seberapa besar sumbangan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengolah satu kilogram air kelapa menjadi lembaran nata de coco. Nilai koefisien tenaga kerja pada proses pengolahan nata de coco ini adalah 0,0075 HOK/kg bahan baku. Besarnya upah yang diberikan terhadap tenaga kerja adalah Rp ,44/HOK. Besarnya pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja didapatkan dari hasil kali antara koefisien tenaga kerja dengan besarnya upah tenaga kerja. Jadi besarnya pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja dari pengolahan satu kilogram air kelapa menjadi nata de coco adalah Rp 173,95/kg. Persentase pangsa tenaga kerja diperoleh dari perbandingan antara pendapatan tenaga kerja dengan nilai tambah, maka pangsa tenaga kerjanya adalah sebesar 60,22 persen dari nilai tambah. Persentase ini menunjukkan besarnya bagian yang diterima tenaga kerja dari nilai tambah nata de coco. Upah yang diberikan oleh pelaku usaha nata de coco kepada pekerjanya relatif kecil. Upah yang diberikan Rp ,44/HOK atau sebesar Rp /satu kali proses produksi. Satu kali proses produksi memakan waktu selama sembilan hari, maka dalam satu bulan dapat melaksanakan tiga kali proses produksi. Jika diakumulasikan, dalam satu bulan berarti pendapatan tenaga kerja adalah Rp dengan asumsi kapasitas produksi rata-rata sebanyak 1200 kilogram bahan baku air kelapa.
9 Alasan lain bahwa jumlah upah tersebut relatif kecil dapat dibandingkan dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK) Tasikmalaya tahun Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Nomor 561/Kep.1405-Bansos/2012 besarnya UMK untuk Kabupaten Tasikmalaya adalah sebesar Rp Dengan demikian maka besarnya upah pekerja tersebut hanya 60,5 persen dari UMK Kabupaten Tasikmalaya. Harga jual nata de coco dalam bentuk lembaran atau yang telah dipotong-potong seperti dadu adalah Rp 1.100/kg. Nilai output berupa lembaran nata de coco diperoleh dari hasil kali antara faktor konversi dengan harga output. Sehingga besarnya nilai output yang dihasilkan Rp 764,5/kg. Berdasarkan perhitungan, besarnya nilai tambah yang diperoleh adalah Rp 288,85/kg. Nilai tambah tersebut didapatkan dari selisih antara nilai output per kilogram dengan sumbangan input lain per kilogram dan harga bahan baku per kilogram. Besarnya nilai tambah dipengaruhi oleh biaya yang dikeluarkan yaitu biaya untuk pembelian bahan baku dan sumbangan input lain. Harga bahan baku berupa air kelapa adalah Rp 300/kg. Sedangkan besarnya sumbangan input lain adalah sebesar Rp 175,65/kg. Biaya input lain terdiri dari total biaya variabel kecuali bahan baku dan upah tenaga kerja. Adapun untuk input lain ini didalamnya terdiri dari biaya pembelian gula pasir, cuka, sitrun, pupuk ZA, biaya listrik, biaya untuk pembelian bahan bakar dan biaya transportasi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Besarnya rasio nilai tambah dari kegiatan pengolahan nata de coco ini adalah 37,78 persen. Rasio nilai tambah merupakan perbandingan antara nilai tambah dengan nilai ouput. Menurut Hubies dalam Andri Apriadi (2003), nilai tambah dapat digolongkan menjadi tiga kategori. Kategori nilai tambah tersebut ditentukan oleh besarnya rasio nilai tambah. Dikatakan rendah apabila nilai rasionya kurang dari 15 persen, sedang jika nilai rasionya berkisar antara 15 persen sampai dengan 40 persen dan tinggi jika nilai rasionya lebih dari 40 persen. Berdasarkan kategori tersebut, maka industri pengolahan nata de coco ini termasuk pada kategori nilai tambah yang sedang karena rasio nilai tambahnya sebesar 37,78 persen. Tujuan dari perhitungan nilai tambah pada pengolahan nata de coco ini adalah untuk mengetahui besarnya nilai tambah dalam satu kilogram air kelapa setelah diolah menjadi nata de coco. Sehingga
10 dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi pelaku usaha nata de coco dalam upaya meningkatkan usahanya. Besarnya keuntungan diperoleh dari selisih antara nilai tambah dengan pendapatan tenaga kerja. Besarnya keuntungan yang dihasilkan dari proses pengolahan nata de coco adalah Rp 114,9/kg atau sebesar 39,78 persen dari nilai tambah hasil produksi. Besarnya keuntungan tersebut mengandung arti setiap satu kilogram bahan baku air kelapa yang diolah menjadi nata de coco mampu memberikan keuntungan sebesar Rp 114,9 dari nilai tambahnya atau bagian yang diterima pengusaha dari nilai tambah itu adalah sebesar 39,78 persen. Hal ini berarti bahwa setiap produk yang memiliki nilai tambah maka produk tersebut memberikan keuntungan bagi produsennya. Tabel perhitungan nilai tambah pengolahan nata de coco di atas juga dihitung balas jasa terhadap pemilik faktor produksi yaitu berupa marjin. Marjin diperoleh dari selisih antara nilai output dengan harga bahan baku. Besarnya marjin yang diperoleh adalah Rp 464,5/kg. Besarnya persentase marjin pendapatan tenaga kerja, marjin sumbangan input lain dan marjin keuntungan pengusaha masing-masing sebesar 37,44 persen, 37,82 persen dan 24,74 persen. PENUTUP Kesimpulan Teknologi yang digunakan dalam pengolahan nata de coco ini adalah teknologi semi modern. Tahapan pengolahannya meliputi persiapan bahan dan alat, penyaringan, perebusan, penuangan dalam baki, pendinginan, penanaman starter biakan, penyimpanan, pengangkatan (pemanenan), pencucian, pemotongan, pengemasan dan pengepresan. Satu kali proses produksi memerlukan waktu selama 9 hari. Rasio nilai tambah sebesar 37,78% termasuk kategori sedang. Persentase marjin untuk pendapatan tenaga kerja, marjin sumbangan input lain dan marjin keuntungan pengusaha tidak merata tetapi cukup proporsional. Saran Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyarankan kepada pelaku usaha nata de coco untuk memperluas pencarian bahan baku berupa air kelapa guna kontinyuitas dan peningkatan skala usaha.
11 DAFTAR PUSTAKA Andri Apriadi Analisis Usaha dan Nilai Tambah Pengolahan Ikan pada Industri Kerupuk Udang atau Ikan di Indramayu. Skripsi. Bogor : Fakultas Pertanian IPB (Online). ( diakses tanggal 18 Mei 2013). Christina Lilies Sutarminingsih Peluang Usaha Nata De Coco. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Dinas Perkebunan Kabupaten Tasikmalaya Hasil Analisis Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kelapa Kabupaten Tasikmalaya Tahun Nur Hidayat, Masdiana C Padaga dan Sri Suhartini Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: Andi Offset. Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya Upah Minimum Kabupaten Tasikmalaya (Online) rp html, diakses tanggal 22 Mei 2013) Sarmidi Amin Cocopreneurship Aneka Peluang Bisnis dari Kelapa. Yogyakarta: Andi Offset.
ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)
ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1 Nurul Fitry, 2 Dedi Herdiansah, 3 Tito Hardiyanto 1 Mahasiswa
Lebih terperinciBAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh
22 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data sehubungan dengan tujuan penelitian. Agroindustri gula aren dan
Lebih terperinciputri Anjarsari, S.Si., M.Pd
NATA putri Anjarsari, S.Si., M.Pd putri_anjarsari@uny.ac.id Nata adalah kumpulan sel bakteri (selulosa) yang mempunyai tekstur kenyal, putih, menyerupai gel dan terapung pada bagian permukaan cairan (nata
Lebih terperinciANALISIS USAHA NATA DE COCO
KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS ANALISIS USAHA NATA DE COCO ZUZA BAIHAQI PRIYANTO S1.Si.2J (10.12.5069 ) SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN ILMU KOMPUTER STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Lebih terperinciIV. INDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA BOGOR
IV. INDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA BOGOR 5.1. Gambaran Umum Industri Nata de Coco di Kota Bogor Bibit nata de coco Acetobacter xylinum pertama kali berasal dari Philipina yang dibawa ke Indonesia pada tahun
Lebih terperinciPROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005
PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN Malang, 13 Desember 2005 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN
Lebih terperinciANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran)
ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1 Sunarti, 2 Dedi Herdiansah Sujaya, 3 Tito Hardiyanto
Lebih terperinciANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN NANAS MENJADI KERIPIK DAN SIRUP (Kasus: Desa Sipultak, Kec. Pagaran, Kab. Tapanuli Utara)
ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN NANAS MENJADI KERIPIK DAN SIRUP (Kasus: Desa Sipultak, Kec. Pagaran, Kab. Tapanuli Utara) Haifa Victoria Silitonga *), Salmiah **), Sri Fajar Ayu **) *) Alumni Program
Lebih terperinciNATA DE COCO 1. PENDAHULUAN
NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari sellulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal dari pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media
Lebih terperinciNATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum.
NATA DE SOYA 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari selulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media cair
Lebih terperinciPENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH USAHA KOPI BUBUK ROBUSTA DI KABUPATEN LEBONG (STUDI KASUS PADA USAHA KOPI BUBUK CAP PADI)
PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH USAHA KOPI BUBUK ROBUSTA DI KABUPATEN LEBONG (STUDI KASUS PADA USAHA KOPI BUBUK CAP PADI) Income and Value Added of Robusta Ground Coffee in North Lebong Subdistrict Lebong
Lebih terperinciKERANGKA PENDEKATAN TEORI. yang awalnya dirasa dapat mencukupi menjadi tidak optimal lagi. Dalam keadaan
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Industri Rumah Tangga Nata De Coco a. Industri Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di Indonesia yang sangat berperan dalam penyediaan lapangan
Lebih terperinciVI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)
VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK) 6.1. Analisis Nilai Tambah Jenis kayu gergajian yang digunakan sebagai bahan baku dalam pengolahan kayu pada industri penggergajian kayu di Kecamatan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Industri Minuman Tahun
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri merupakan suatu kelompok perusahaan yang memproduksi barang dan jasa untuk pasar yang sama. Industri pengolahan merupakan salah satu sektor ekonomi yang mampu
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen
23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit singkong dengan penggunaan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau atau tauge. Nata yang
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH
V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH 5.1. Sejarah dan Perkembangan P4S Nusa Indah Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah adalah sebuah pusat pelatihan usaha jamur tiram dan tanaman hias
Lebih terperinci6 AgroinovasI Nata de Cassava sebagai Pangan Sehat
6 AgroinovasI PRODUKSI NATA DE CASSAVA DENGAN SUBSTRAT LIMBAH CAIR TAPIOKA Nata de Cassava adalah jenis makanan pencuci mulut berbentuk gel, berwarna putih agak transparan, memiliki tekstur kenyal terbuat
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan
38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MINYAK KAYU PUTIH DI KPHL TARAKAN
IDENTIFIKASI NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MINYAK KAYU PUTIH DI KPHL TARAKAN Mohammad Wahyu Agang Fakultas Pertanian, Universitas Borneo Tarakan Email: wahyoe_89@ymail.com ABSTRAK Agroindustri minyak kayu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asam asetat Acetobacter xylinum. Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nata de coco merupakan produk hasil fermentasi air kelapa dengan bakteri asam asetat Acetobacter xylinum. Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter xylinum
Lebih terperinciPENERAPAN PRODUKSI BERSIH (CLEANER PRODUCTION) PADA INDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA PADANG (IPTEKS) ABSTRAK
PENERAPAN PRODUKSI BERSIH (CLEANER PRODUCTION) PADA INDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA PADANG (IPTEKS) Oleh : Rini Hakimi 1), Vonny Indah Mutiara 1), Daddy Budiman 2) 1) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis,
Lebih terperinciPENGARUH LAMA FERMENTASI & JENIS SUMBER NITROGEN TERHADAP PRODUKTIVITAS & SIFAT FISIK NATA DE LONTAR
PENGARUH LAMA FERMENTASI & JENIS SUMBER NITROGEN TERHADAP PRODUKTIVITAS & SIFAT FISIK NATA DE LONTAR (Borassus flabellifer) NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: ANISA INDRIANA TRI HASTUTI A 420 100 062 FAKULTAS
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng,
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan
Lebih terperinciNILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MENDONG
NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MENDONG Sani Selviani Sevira 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi saniselviani@gmail.com Eri Cahrial 2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
Lebih terperinciPemanfaatan Limbah Cair Produksi Pati Kasava Sebagai Substrat Pembuatan Nata De Cassava
AgroinovasI 11 Pemanfaatan Limbah Cair Produksi Pati Kasava Sebagai Substrat Pembuatan Nata De Cassava Nata de Cassava merupakan makanan pencuci mulut (desert) banyak mengandung serat, mengandung selulosa
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan
Lebih terperinciArang Tempurung Kelapa
Arang Tempurung Kelapa Mengapa harus arang tempurung? Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), terutama minyak tanah, membuat masyarakat mencari alternatif lain untuk keperluan memasak. Salah satu yang
Lebih terperinciVI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar
VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar Biaya dalam industri tahu meliputi biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya
Lebih terperinciANALISIS PROFITABILITAS USAHA PENGOLAHAN KEDELAI PADA IRT TASIK GARUT DI KABUPATEN LEBONG
ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PENGOLAHAN KEDELAI PADA IRT TASIK GARUT DI KABUPATEN LEBONG (PROFITABILITY ANALISYS OF SOYBEANS PROSSESING IN HOUSEHOLD INDUSTRY OF TASIK GARUT IN LEBONG DISTRICT) Reswita
Lebih terperinciOLEH: YULFINA HAYATI
PENGOLAHAN HASIL KEDELAI (Glycine max) OLEH: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Dalam usaha budidaya tanaman pangan dan tanaman perdagangan, kegiatan penanganan dan pengelolaan tanaman sangat penting diperhatikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki iklim tropis yang banyak memberikan keuntungan, terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama hortikultura seperti buah-buahan,
Lebih terperinciKINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN
KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN (Business Performance of Kelanting Agroindustry in Karang Anyar Village, Gedongtataan District, Pesawaran
Lebih terperinciV. PROFIL INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. pemilik usaha industri tahu yang ada di Desa Karanganyar Kecamatan Weru
V. PROFIL INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU A. Identitas Pengrajin Identitas pengrajin merupakan gambaran umum tentang keadaan dan latar belakang pengrajin yang berkaitan dan berpengaruh terhadap kegiatan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan merupakan salah satu sumber devisa negara. Daerah penghasil kelapa di Indonesia antara lain Sulawesi Utara,
Lebih terperinciPRODUKSI NATA PINNATA DARI NIRA AREN
Produksi Nata Pinnata dari Nira Aren PRODUKSI NATA PINNATA DARI NIRA AREN Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar Jl. P. Kemerdekaan Km 16 Makassar, Sulawesi Selatan, 90243 Telp. (0411) 554049,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan
36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan
Lebih terperinciANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU
ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU Andi Ishak, Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode
III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang menggambarkan, mendiskripsikan, dan memaparkan fakta-fakta
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU
ANALISIS EFISIENSI DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU Arif Budiman, Jum atri Yusri, Ermi Tety Agriculture faculty of Universitas Riau arifbudiman_agb08@yahoo.com (085278306914) ABSTRACT
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN NATA DE LERI DI KELURAHAN BANYUMANIK SEMARANG
Abdimas Unwahas, Vol. 1, No. 1, Oktober 2016 ISSN 2541-1608 PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN NATA DE LERI DI KELURAHAN BANYUMANIK SEMARANG Harianingsih 1*, Farikha Maharani 1,
Lebih terperinciI b M KELOMPOK PRODUSEN TAHU DI KECAMATAN WONOSARI
Artikel Ilmiah IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) I b M KELOMPOK PRODUSEN TAHU DI KECAMATAN WONOSARI Oleh Diana Holidah, S.F., Apt., M.Farm (0021127801) Fransiska Maria C., S.Farm., Apt. (0006048405) Dibiayai
Lebih terperinciPETUNJUK PRAKTIKUM KEWIRAUSAHAAN (UBU4005) SEMESTER GENAP Oleh: Aminatun Munawarti Amin Setyo Leksono Luchman Hakim Yoga Dwi Jatmiko
PETUNJUK PRAKTIKUM KEWIRAUSAHAAN (UBU4005) SEMESTER GENAP 2017-2018 Oleh: Aminatun Munawarti Amin Setyo Leksono Luchman Hakim Yoga Dwi Jatmiko JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2018 DAFTAR
Lebih terperinciABSTRAK. PENDAHULUAN Latar Belakang. GaneÇ Swara Vol. 10 No.1 Maret 2016 IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU KETUT MARINI
ANALISIS NILAI TAMBAH (VALUE ADDED) BUAH PISANG MENJADI KRIPIK PISANG DI KELURAHAN BABAKAN KOTA MATARAM (Studi Kasus Pada Industri Rumah Tangga Kripik Pisang Cakra ) 1) IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Karakterisik Umum Pelaku Usaha yang Memanfaatkan Limbah Serbuk Gergaji Menjadi Bag Log
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakterisik Umum Pelaku Usaha yang Memanfaatkan Limbah Serbuk Gergaji Menjadi Bag Log Pengolahan limbah serbuk gergaji di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng menjadi bag
Lebih terperinciGambar. Diagram tahapan pengolahan kakao
PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Sejarah Yayasan Paguyuban Ikhlas Usaha jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas didirikan oleh bapak Hariadi Anwar. Usaha jamur tiram putih ini merupakan salah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor industri mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nata merupakan hasil fermentasi dari bakteri Acetobacter xylinum yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nata merupakan hasil fermentasi dari bakteri Acetobacter xylinum yang ditumbuhkan pada media yang mengandung glukosa. Menurut Pambayun (2002) bakteri Acetobacter xylinum
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAPE SINGKONG DI KOTA PEKANBARU
1 ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAPE SINGKONG DI KOTA PEKANBARU ANALYSIS OF INCOME AND VALUE ADDED OF CASSAVA TAPAI AGROINDUSTRY IN PEKANBARU CITY Ari Nurhayati Praptiwi 1, Ermi Tety
Lebih terperinciANALISIS EKONOMI PAKAN TERNAK TERFERMENTASI BERBASIS LIMBAH AGROINDUSTRI PISANG DI KABUPATEN LUMAJANG
Volume 01, No 02- Maret 2017 ANALISIS EKONOMI PAKAN TERNAK TERFERMENTASI BERBASIS LIMBAH AGROINDUSTRI PISANG DI KABUPATEN LUMAJANG ECONOMICS ANALYSIS OF FERMENTED FEED BASED ON BANANA AGROINDUSTRY WASTE
Lebih terperinciMODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN
MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu mengolah ikan teri asin kering yang berkualitas dan higienis. Indikator Keberhasilan: Mutu ikan
Lebih terperinciANALISIS NILAI TAMBAH USAHA PENGOLAHAN GULA AREN DI DESA SUKA MAJU KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG
1 ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA PENGOLAHAN GULA AREN DI DESA SUKA MAJU KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG Analysis of Value Added Palm Sugar Processing Business at Suka Maju Village Sibolangit District
Lebih terperinciRini Hakimi 2, Vonny Indah Mutiara 2, Daddy Budiman 3
PENERAPAN PRODUKSI BERSIH (CLEANER PRODUCTION) PADA INDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA PADANG 1 Rini Hakimi 2, Vonny Indah Mutiara 2, Daddy Budiman 3 ABSTRACT This applied research was conducted in several
Lebih terperinciDalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan
Lebih terperinciANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. VIII No. 2 /Desember 2017 (118-125) ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)
Lebih terperinciTANAMAN PERKEBUNAN. Kelapa Melinjo Kakao
TANAMAN PERKEBUNAN Kelapa Melinjo Kakao 1. KELAPA Di Sumatera Barat di tanam 3 (tiga) jenis varietas kelapa, yaitu (a) kelapa dalam, (b) kelapa genyah, (c) kelapa hibrida. Masing-masing mempunyai karakteristik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.
BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red
Lebih terperinciPENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG
1 PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG Agus Gusmiran 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi mirand17@yahoo.com Eri Cahrial, Ir.,
Lebih terperinciPROSPEK PENGEMBANGAN BIOGAS DI KABUPATEN LOMBOK BARAT. Oleh:
ISSNNo.2355-9292 JurnalSangkareangMataram 29 PROSPEK PENGEMBANGAN BIOGAS DI KABUPATEN LOMBOK BARAT Oleh: I Made Anggayuda Pramadya 1), I Gusti Lanang Parta Tanaya 2) dan Adinul Yakin 2) 1) Dosen Fakultas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Penentuan Variabel 3.1.1 Variabel Tetap Placket-Burman Screening Design Air kelapa Usia starter : 500 ml : 7 hari Respon Surface Method Air kelapa Usia starter Urea Sumber
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Klaster adalah konsentrasi spasial dari industri industri yang sama atau
32 II. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Tinjauan Pustaka Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi di antaranya
Lebih terperinciNILAI TAMBAH PADA AGROINDUSTRI TAHU
NILAI TAMBAH PADA AGROINDUSTRI TAHU Tian Septian 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi tian_zoe@ymail.com Hj.Tenten Tedjaningsih 2) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi
Lebih terperinciANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (Suatu Kasus di Kelurahan Banjar Kecamatan Banjar Kota Banjar) Abstrak
ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (Suatu Kasus di Kelurahan Banjar Kecamatan Banjar Kota Banjar) Oleh: Fanky Soehyono 1), Dini Rochdiani 2), Muhamad Nurdin Yusuf 3) 1) Mahasiswa Fakultas
Lebih terperinciPEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO
PEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO Rahardyan Dina Natalia(L2C307052) dan Sulvia Parjuningtyas(L2C307061) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln.
Lebih terperinciNILAI TAMBAH AGROINDUSTRI DAGING SAPI
NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI DAGING SAPI Vagar Basma Laksagenta¹ Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi vagargenta@yahoo.co.id Riantin Hikmah Widi² Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciPANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG
PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca
Lebih terperinciGambar 36. Selai sebagai bahan olesan roti
MODUL 6 SELAI RUMPUT LAUT Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu mengolah selai rumput laut dengan baik dan benar. Indikator Keberhasilan: Mutu selai rumput laut yang
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian tentang penerapan produksi bersih pada agroindustri nata de coco ini dilakukan dengan pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Metode
Lebih terperinciNAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R
USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI
Lebih terperinciSTUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS
121 STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS Siti Mutmainah, Dumasari, dan Pujiharto Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada semester genap kalendar akademik tahun 2010-2011 Universtias Lampung. Lokasi penelitian dilaksanakan di dua tempat berbeda yaitu
Lebih terperinciPETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG
PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari limbah cair tapioka dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak. Nata yang dihasilkan kemudian
Lebih terperinciV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Kelurahan Semanan Kelurahan Semanan yang berada pada wilayah Kecamatan Kalideres, berbatasan langsung dengan Sungai Cisadane di sebelah utara, Kelurahan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian
36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -
digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - Kompor gas - Sendok - Cetakan plastik A.2Bahan
Lebih terperinciNATA DE CACAO 1. PENDAHULUAN
NATA DE CACAO 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari sellules, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal pertumbuhan Acotobacter xylinum pada permukaan media cair
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN AMONIUM SULFAT TERHADAP KUALITAS NATA DE SOYA
PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN AMONIUM SULFAT TERHADAP KUALITAS NATA DE SOYA EFFECT OF THE ADDITION OF SUGAR AND AMMONIUM SULFATE ON THE QUALITY OF NATA SOYA Anshar Patria 1*), Murna Muzaifa 1), Zurrahmah
Lebih terperinciTeknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk
Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah dan Perkembangan Rinadya Yoghurt Rinadya Yoghurt merupakan usaha rumahtangga yang bergerak dalam bidang pengolahan susu segar yaitu memproduksi yoghurt. Usaha ini
Lebih terperinciPENGARUH KETINGGIAN MEDIA DAN WAKTU INKUBASI TERHADAP BEBERAPA KARAKTERISTIK FISIK NATA DE SOYA
PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : 1411-4216 PENGARUH KETINGGIAN MEDIA DAN WAKTU INKUBASI TERHADAP BEBERAPA KARAKTERISTIK FISIK NATA DE SOYA Doddy A. Darmajana Balai Pengembangan
Lebih terperinciPELUANG BISNIS MELALUI NATA DE CASSAVA. Bab I Pendahuluan. Abstrak
Nama :Rhizky Eva Marisda NIM :10.11.4462 Kelas : S1TI-2L PELUANG BISNIS MELALUI NATA DE CASSAVA Bab I Pendahuluan Abstrak Peluang bisnis yang ditampilkan pada bisnis ini adalah inovasi limbah tapioka baik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya
2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih
Lebih terperinciBahan baku utama yang digunakan adalah daging kelapa yang masih. segar dan belum banyak kehilangan kandungan air. Sedangkan bahan baku
III. BAHAN DAN METODA A. BAHAN DAN ALA T. Bahan Bahan baku utama yang digunakan adalah daging kelapa yang masih segar dan belum banyak kehilangan kandungan air. Sedangkan bahan baku tambahan adalah gula
Lebih terperinciPENINGKATAN JIWA WIRAUSAHA SISWA SMA MELALUI PELATIHAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA PEMBUATAN NATA DE COCO
PENINGKATAN JIWA WIRAUSAHA SISWA SMA MELALUI PELATIHAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA PEMBUATAN NATA DE COCO Alwani Hamad 1 *, Regawa Bayu Pamungkas 1, Endar Puspawiningtyas 1 1 Program Studi Teknik Kimia, Fakultas
Lebih terperinciIDENTIFIKASI DAN ANALISIS MUTU MINYAK KELAPA DI TINGKAT PETANI PROVINSI JAMBI
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MUTU MINYAK KELAPA DI TINGKAT PETANI PROVINSI JAMBI Nur Asni dan Linda Yanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi ABSTRAK Pengkajian pengolahan minyak kelapa telah dilakukan
Lebih terperinciStaf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Unja ABSTRAK
ANALISIS NILAI TAMBAH KELAPA DALAM DAN PEMASARAN KOPRA DI KECAMATAN NIPAH PANJANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR Kartika Retno Palupi 1, Zulkifli Alamsyah 2 dan saidin Nainggolan 3 1) Alumni Jurusan Agribisnis
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Medan, yaitu di Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Medan Johor, dan Kecamatan Medan Amplas. Daerah penelitian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pembuatan nata dari umbi ubi jalar ungu oleh bakteri Acetobacter xylinum ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan rancangan
Lebih terperinciBAB III REKAYASA PENURUNAN GENERASI PDA KE GENERASI BIBIT INDUK F1 3.1. Pembuatan Bibit Induk F1 Bibit induk F1 adalah hasil turunan generasi dari bibit PDA. Media yang digunakan bisa dari serbuk gergajian,
Lebih terperinciANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TEPUNG MOCAF DAN TEPUNG TAPIOKA DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TEPUNG MOCAF DAN TEPUNG TAPIOKA DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI (Kasus : Desa Bajaronggi, Kec. Dolok Masihul dan Kec. Sei Rampah) Henni Febri
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:
29 4 KEADAAN UMUM UKM 4.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pengolah Unit Pengolahan ikan teri nasi setengah kering berlokasi di Pulau Pasaran, Lingkungan 2, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat,
Lebih terperinciMenanan Jamur Merang di Dalam Kumbung
Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Oleh Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. A. Latar Belakang Budidaya jamur merang di dalam kumbung merupakan teknik budidaya jamur yang dilakukan secara modern dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekitar 20-60% bahan baku agroindustri biasanya akan menjadi limbah. Jika limbah tidak ditangani secara benar, akan mudah membusuk dan akhirnya mencemari lingkungan.
Lebih terperinciDIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP
1 DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP Ribut Santosa (1) ; Awiyanto (2) ; Amir Hamzah (3) Alamat Penulis :(1,2,3) Program Studi Agribisnis
Lebih terperinciBAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK
BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK 3.1. Flowchart Pengolahan dan Pengujian Minyak Biji Jarak 3.2. Proses Pengolahan Minyak Biji Jarak Proses pengolahan minyak biji jarak dari biji buah
Lebih terperinciMETODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian
15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama ±3 bulan dimulai dari Februari sampai April 2013 yang berlokasikan di Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Alat dan Bahan
Lebih terperinciKAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR. Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal
KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi Jl. Samarinda Paal Lima Kota Baru Jambi 30128
Lebih terperinci