HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian"

Transkripsi

1 29 HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Asrama Putra dan Putri Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terletak di daerah Dramaga, Bogor. Asrama Putra terdiri dari 4 gedung, C1, C2, C3, dan C4, sementara Asrama putri terdiri dari 5 gedung, A1, A2, A3, A4, dan A5. Satu gedung yang dipantau oleh lurah asrama, terdiri dari 10 lorong yang setiap lorongnya terdiri dari kamar dengan diawasi oleh ketua RW di tiap lorongnya. Setiap kamar dihuni oleh maksimal 4 orang dari berbagai daerah yang berstatus sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB setelah menandatangani Surat Perjanjian Penghunian dan bersedia mematuhi Tata Tertib Asrama yang telah ditetapkan (berdasarkan Pasal 1 ayat 1 mengenai Tata Tertib Asrama TPB IPB-Penghuni Asrama). Program tingkat persiapan bersama yang dibentuk sejak tahun 1873 ini merupakan bentuk kepedulian Institut Pertanian Bogor (IPB) terhadap pembangunan bangsa yang dilakukan melalui penerimaan mahasiswa baru dengan berbagai jalur penerimaan mahasiswa dari seluruh pelosok tanah air. Selain itu juga untuk memberikan landasan yang relatif sama dan cukup dengan keragaman latar belakang pengetahuan mahasiswa yang berbeda-beda, sebelum melanjutkan pendidikan selanjutnya di fakultas masing-masing. Direktorat TPB IPB bekerjasama dengan Badan Pengelola Asrama TPB IPB menyelenggarakan program wajib asrama. Mahasiswa diwajibkan untuk tinggal di asrama selama satu tahun. Hal ini sebagai salah satu upaya IPB dalam membantu mahasiswa baru dalam beradaptasi dengan dunia kampus dan perkuliahan selama tingkat pertama. Dengan adanya program wajib asrama ini, mahasiswa mendapatkan pembinaan akademik dan multibudaya, serta mempunyai kesempatan untuk mengikuti program-program pengembangan diri. Mahasiswa juga mempunyai peluang berinteraksi dengan berbagai latar belakang kondisi sosio-demografi yang berbeda.

2 30 Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin. Mahasiswa jika dilihat dari umur terbagi kedalam dua kategori, yaitu kategori remaja akhir (18-21 tahun) dan kategori dewasa awal (22-28 tahun) (Monks, et al., 2001). Umur mahasiswa TPB dalam penelitian ini bekisar antara 17 hingga 21 tahun dengan rataan umur 18,5 tahun. Lebih dari setengah (50,6%) mahasiswa berumur 19 tahun dan setengah (50,0%) mahasiswi berumur 18 tahun. Rata-rata umur mahasiswa adalah 18,6 tahun dan mahasiswi 18,4 tahun. Hasil uji rata-rata menunjukkan tidak ada perbedaan karakteristik umur antara mahasiswa dan mahasiswi dengan nilai signifikansi 0,281 (Tabel 3). Tabel 3 Sebaran berdasarkan umur dan jenis kelamin Umur (tahun) Laki-laki (%) Perempuan (%) Total (%) 17 3,5 4,2 3, ,8 50,0 45, ,6 44, ,9 1,7 3,4 21 1,2 0,0 5,0 Urutan Kelahiran. Urutan kelahiran merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kepribadian dan pola perilaku seseorang (Hurlock, 1980). Hampir setengah mahasiswa (41,2%) dan mahasiswi (45,0%) merupakan anak sulung atau anak pertama didalam keluarganya. Hanya sebagian kecil mahasiswa (3,5%) dan mahasiswi (2,5%) yang merupakan anak tunggal (Tabel 4). Tabel 4 Sebaran berdasarkan urutan kelahiran dan jenis kelamin Urutan kelahiran Laki-laki (%) Perempuan (%) Total (%) Sulung 41,2 45,0 43,4 Tengah 28,2 30,0 29,3 Bungsu 27,1 22,5 24,4 Tunggal 3,5 2,5 2,9 Uang saku per bulan. Lebih dari setengah (51,7%) mahasiswa TPB secara keseluruhan memiliki uang saku per bulan antara Rp Rp dan hampir setengahnya lagi (43,9%) mahasiswa TPB secara keseluruhan memiliki uang saku Rp Lebih dari separuh mahasiswa (50,6%) memiliki uang saku Rp dan lebih dari separuh mahasiswi(57,5%)

3 31 memiliki uang saku per bulan antara Rp Rataan uang saku per bulan mahasiswa adalah Rp dan mahasiswi adalah Rp Kisaran uang saku mahasiswa antara Rp Rp dan uang saku mahasiswi antara Rp Rp Hasil uji rata-rata menunjukkan tidak ada perbedaan karakteristik uang antara saku mahasiswa dan mahasiswi dengan nilai signifikansi 0,492 (Tabel 5). Tabel 5 Sebaran berdasarkan uang saku per bulan dan jenis kelamin Uang saku (rupiah/ bulan) Laki-laki (%) Perempuan (%) Total (%) ,6 39,2 43, ,000 43,5 57,5 51, ,9 2,5 3,9 > ,0 0,8 0,5 Jalur Masuk. Mulai tahun akademik 2011/2012, terdapat dua macam pola penerimaan mahasiswa baru IPB, yaitu penerimaan mahasiswa baru secara nasional (SNMPTN jalur undangan dan SNMPTN jalur ujian tertulis), serta penerimaan mahasiswa baru yang dikelola secara mandiri oleh IPB yang terdiri dari tiga jalur seleksi, yaitu Prestasi Internasional dan Nasional (PIN), Beasiswa Utusan Daerah (BUD), dan ujian Talenta Masuk IPB (UTMI) (PMB 2012). Berdasarkan jalur penerimaaan, lebih dari separuh mahasiswa (65,9%) dan hampir seluruh mahasiswi (81,7%) diterima menjadi mahasiswa baru di IPB melalui SNMPTN Undangan (Tabel 6). Tabel 6 Sebaran berdasarkan jalur masuk dan jenis kelamin Jalur masuk Laki-laki (%) Perempuan (%) Total (%) SNMPTN Undangan 65,9 81,7 73,1 SNMPTN Tertulis 22,4 8,3 14,1 UTMI 4,7 6,7 5,9 BUD 7,1 3,3 4,9 PIN 0,0 0,0 0,0 Indeks Prestasi. Lebih dari sepertiga mahasiswa (36,5%) dan mahasiswi (35,8%) memiliki indeks prestasi antara 3,0-3,5. Rentang indeks prestasi mahasiswa TPB secara keseluruhan antara 1,2-4,0 dengan rata-rata 3,3. Hasil uji rata-rata menunjukkan tidak ada perbedaan karakteristik indeks prestasi antara mahasiswa dan mahasiswi dengan nilai signifikansi 0,243 (Tabel 7).

4 32 Tabel 7 Sebaran berdasarkan indeks prestasi dan jenis kelamin Indeks prestasi Laki-laki (%) Perempuan (%) Total (%) 2,00 3,5 3,3 3,4 2,01-2,50 9,4 7,5 8,3 2,51-3,00 23,5 27,5 25,9 3,01-3,50 36,5 35,8 36,1 > 3,50 27,1 25,8 26,3 Organisasi/ Kegiatan Ekstrakurikuler. Lebih dari setengah mahasiswa (69,4%) dan mahasiswi (68,3%) mengikuti organisasi atau kegiatan ekstrakurikuler. Sisanya lebih dari seperempat mahasiswa (30,6%) dan mahasiswi (31,7%) tidak mengikuti organisasi atau kegiatan ekstrakurikuler (Tabel 8). Tabel 8 Sebaran berdasarkan organisasi/ kegiatan ekstrakurikuler dan jenis kelamin Organisasi/ Kegiatan Ekstrakurikuler Laki-laki (%) Perempuan (%) Total (%) Ikut 69,4 68,3 68,8 Tidak ikut 30,6 31,7 31,2 Fakultas. Berdasarkan fakultas, paling banyak (23,9%) mahasiswa TPB secara keseluruhan berasal dari Fakultas Matematika dan IPA dan paling sedikit berasal dari Fakultas Peternakan (3,4%). Paling banyak (20,0%) mahasiswa berasal dari Fakultas Matematika dan IPA dan paling sedikit (3,5%) berasal dari Fakultas Ekologi Manusia. Paling banyak (26,7%) mahasiswi berasal dari Fakultas Matematika dan IPA dan paling sedikit (0,8%) berasal dari Fakultas Peternakan (Tabel 9). Tabel 9 Sebaran berdasarkan fakultas dan jenis kelamin Fakultas Laki-laki (%) Perempuan (%) Total (%) FAPERTA 11,8 9,2 10,2 FKH 4,7 3,3 3,9 FPIK 11,8 10,0 10,7 FAPET 7,0 0,8 3,4 FAHUTAN 11,8 15,8 14,2 FATETA 18,8 7,5 12,2 FMIPA 20,0 26,7 23,9 FEM 10,6 14,2 12,7 FEMA 3,5 12,5 8,8

5 33 Karakteristik Keluarga Mahasiswa TPB Umur Ayah-Ibu. Pengkategorian umur ayah-ibu pada penelitian ini mengacu pada Hurlock (1980) yang mengkategorikan umur menjadi tiga kelompok, dewasa muda (18-40 tahun), dewasa madya (41-65 tahun), dan Tua (>65 tahun). Umur ayah mahasiswa berada pada rentang umur tahun, dengan rata-rata umur 50,7 tahun. Pada mahasiswi, umur ayah berada pada rentang tahun dengan rata-rata umur 49,8 tahun. Hampir seluruh mahasiswa (85,9%) dan mahasiswi (90,0%) memiliki ayah yang tergolong dewasa madya. Hanya sebagian kecil ayah mahasiswa (2,4%) dan mahasiswi (0,8%) yang masih tergolong dewasa muda. Selain itu, terdapat sebagian kecil mahasiswa TPB secara keseluruhan (9,3%) yang tidak memiliki ayah karena sudah meninggal. Hasil uji rata-rata menunjukkan adanya perbedaan karakteristik umur ayah antara mahasiswa dan mahasiswi dengan nilai signifikansi di bawah 0,05 yaitu sebesar 0,006 (Tabel 10). Tabel 10 Sebaran berdasarkan kategori umur ayah dan jenis kelamin Umur ayah (tahun) Laki-laki (%) Perempuan (%) Total (%) Dewasa Muda (18-40) 2,4 0,8 1,4 Dewasa Madya (41-65) 85,9 90,0 88,3 Tua (>65) 1,2 0,8 1,0 Meninggal 10,6 8,3 9,3 Umur ibu mahasiswa berada pada rentang umur tahun, dengan ratarata umur 46,9 tahun. Pada mahasiswi, umur ibu berada pada rentang tahun dengan rata-rata umur 46,5 tahun. Hampir seluruh mahasiswa (85,9%) dan mahasiswi (83,3%) memiliki ibu yang tergolong dewasa madya. Hanya sebagian kecil mahasiswa (10,6%) dan mahasiswi (13,3%) yang memiliki ibu berumur dewasa muda. Selain itu, terdapat sebagian kecil mahasiswa TPB secara keseluruhan (2,9%) yang tidak memiliki ibu karena sudah meninggal. Hasil uji rata-rata menunjukkan tidak ada perbedaan karakteristik umur ibu antara mahasiswa dan mahasiswi dengan nilai signifikansi 0,533 (Tabel 11). Tabel 11 Sebaran berdasarkan kategori umur ibu dan jenis kelamin Umur ibu (tahun) Laki-laki (%) Perempuan (%) Total (%) Dewasa Muda (18-40) 11,8 14,2 13,2 Dewasa Madya (41-65) 84,7 82,5 83,4 Tua (>65) 0,0 0,8 0,5 Meninggal 3,5 2,5 2,9

6 34 Kelengkapan Ayah-Ibu. Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh mahasiswa (83,5%) dan mahasiswi (88,4%) mempunyai kelengkapan ayah-ibu yang masih utuh. Sebagian kecil mahasiswa TPB secara keseluruhan lainnya memiliki kelengkapan ayah-ibu yang sudah tidak utuh karena telah ditinggal cerai mati (10,2%) maupun cerai hidup (3,4%) oleh pasangannya (Tabel 12). Tabel 12 Sebaran berdasarkan kelengkapan ayah-ibu dan jenis kelamin Kelengkapan ayah-ibu Laki-laki (%) Perempuan (%) Total (%) Tidak utuh 16,5 11,6 13,6 Utuh 83,5 88,4 86,4 Pendidikan Terakhir Ayah-Ibu. Berdasarkan jenjang pendidikan terakhir ayah, lebih dari seperempat mahasiswa (38,8%) dan mahasiswi (43,3%) memiliki ayah yang berpendidikan terakhir SMA/ sederajat. Terdapat sebagian kecil mahasiswa (7,1%) dan mahasiswi (2,5%) yang memiliki ayah yang tidak tamat SD. Untuk pendidikan terakhir ayah dengan jenjang yang tertinggi yaitu S3 hanya dimiliki oleh sebagian kecil (0,5%) mahasiswi (Tabel 13). Tabel 13 Sebaran berdasarkan kategori pendidikan terakhir ayah dan jenis kelamin Pendidikan terakhir ayah Laki-laki (%) Perempuan (%) Total (%) Tidak tamat SD 7,1 2,5 4,4 SD/ sederajat 14,1 5,8 9,3 SMP/ sederajat 3,5 5,0 4,4 SMA/ sederajat 38,8 43,3 41,5 Diploma 7,1 7,5 7,3 Sarjana (S1) 22,4 28,3 25,9 Pascasarjana (S2) 7,1 6,7 6,8 Pascasarjana (S3) 0,0 0,5 0,5 Lebih dari seperempat mahasiswa (34,1%) dan mahasiswi (42,5%) memiliki ibu yang berpendidikan terakhir SMA/ sederajat. Terdapat sebagian kecil mahasiswa (9,4%) dan mahasiswi (2,5%) yang memiliki ibu yang tidak tamat SD. Untuk pendidikan terakhir ibu dengan jenjang yang tertinggi yaitu S2 dimiliki oleh sebagian kecil (2,4%) mahasiswa dan sebagian kecil (2,5%) mahasiswi (Tabel 14).

7 35 Tabel 14 Sebaran berdasarkan kategori pendidikan terakhir ibu dan jenis kelamin Pendidikan terakhir ibu Laki-laki (%) Perempuan (%) Total (%) Tidak tamat SD 9,4 2,5 5,4 SD/ sederajat 15,3 13,3 14,1 SMP/ sederajat 10,6 7,5 8,8 SMA/ sederajat 34,1 42,5 39,0 Diploma 4,7 8,3 6,8 Sarjana (S1) 23,5 23,3 23,4 Pascasarjana (S2) 2,4 2,5 2,4 Pascasarjana (S3) 0,0 0,0 0,0 Pekerjaan Ayah-Ibu. Berdasarkan pekerjaan yang dimiliki ayah, lebih dari empat per lima mahasiswa (82,4%) dan mahasiswi (88,3%) memiliki ayah yang bekerja. Hampir seperempat mahasiswa (24,7%) dan seperempat mahasiswi (25,0%) memiliki ayah yang bekerja sebagai pegawai, guru, dan dosen yang tergolong sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Selain itu, hampir seperempat mahasiswa (22,4%) memiliki ayah yang bekerja sebagai buruh tani maupun nontani dan lebih dari seperempat mahasiswi (27,5%) memiliki ayah yang bekerja sebagai pegawai atau karyawan BUMN maupun honorer. Kurang dari seperempat mahasiswa (17,6) dan mahasiswi (11,7) memiliki ayah yang tidak bekerja karena memang tidak bekerja (pengangguran), sudah pensiun, maupun sudah meninggal (Tabel 15). Tabel 15 Sebaran berdasarkan kategori pekerjaan ayah dan jenis kelamin Pekerjaan ayah Laki-laki (%) Perempuan (%) Total (%) Bekerja: PNS/ Guru/ Dosen 24,7 25,0 24,9 Polisi/ Polri/TNI (AD,AL, AU) 4,7 1,7 2,9 Pegawai/ Karyawan swasta/ 10,6 27,5 20,5 BUMN/ Honorer Wiraswasta/ Wirausaha/ 16,5 21,7 19,5 Pedagang Buruh tani/ Buruh non-tani 22,4 10,8 15,6 Lainnya (ojek, supir, pendeta) 3,5 1,7 2,4 Tidak bekerja 17,6 11,7 14,1 Berdasarkan pekerjaan yang dimiliki ibu, lebih dari dua per lima mahasiswa (42,4%) dan hampir dua per lima mahasiswi (39,2%) memiliki ibu yang bekerja. Hampir seperempat mahasiswa (18,8%) dan mahasiswi (23,3%) memiliki ibu yang bekerja sebagai pegawai, guru, dan dosen yang tergolong

8 36 sebagai PNS Lebih dari setengah mahasiswa (57,6%) dan mahasiswi (60,8%) memiliki ibu yang tidak bekerja karena memang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga (IRT) maupun sudah meninggal dunia (Tabel 16). Tabel 16 Sebaran berdasarkan kategori pekerjaan ibu dan jenis kelamin Pekerjaan ibu Laki-laki (%) Perempuan (%) Total (%) Bekerja: PNS/ Guru/ Dosen 18,8 23,3 21,5 Polisi/ Polri/TNI (AD,AL, AU) 0,0 0,8 0,5 Pegawai/ Karyawan swasta/ 8,2 4,2 5,9 BUMN/ Honorer Wiraswasta/ Wirausaha/ 7,1 6,7 6,8 Pedagang Buruh tani/ Buruh non-tani 7,1 4,2 5,4 Lainnya (Dokter) 1,2 0,0 0,5 Tidak bekerja 57,6 60,8 59,5 Pendapatan Ayah-Ibu. Berdasarkan pendapatan ayah, hampir setengah mahasiswa (35,3%) dan lebih dari seperempat mahasiswi memiliki ayah yang berpendapatan dibawah Rp Selain itu, Lebih dari seperempat (31,8%) mahasiswa memiliki ayah yang berpendapatan Rp Rp dan lebih dari seperempat mahasiswi (25,8%) memiliki ayah yang berpendapatan Rp Rp Rata-rata pendapatan ayah mahasiswa sebesar Rp dengan pendapatan maksimal Rp Pada mahasiswi, ratarata pendapatan ayah sebesar Rp dengan pendapatan maksimal sebesar Rp Hasil uji rata-rata menunjukkan tidak ada perbedaan karakteristik pendapatan ayah antara mahasiswa dan mahasiswi dengan nilai signifikansi 0,316 (Tabel 17). Tabel 17 Sebaran berdasarkan kategori pendapatan ayah dan jenis kelamin Pendapatan ayah (rupiah) Laki-laki (%) Perempuan (%) Total (%) ,3 27,5 30, ,8 19,2 24, ,8 25,8 20, ,6 13,3 12, ,4 7,5 8,3 > ,2 6,7 4,4 Berdasarkan pendapatan ibu, lebih dari setengah mahasiswa (74,1%) dan mahasiswi (70,0%) memiliki ibu yang berpendapatan dibawah Rp Selain itu, hampir seperempat mahasiswa (10,6%) memiliki ibu yang

9 37 berpendapatan Rp Rp dan hampir seperempat mahasiswi (15,0%) memiliki ibu yang berpendapatan Rp Rp Rata-rata pendapatan ibu mahasiswa sebesar Rp dengan pendapatan maksimal Rp Pada mahasiswi, rata-rata pendapatan ibu sebesar Rp dengan pendapatan maksimal sebesar Rp Hasil uji rata-rata menunjukkan tidak ada perbedaan karakteristik pendapatan ibu antara mahasiswa dan mahasiswi dengan nilai signifikansi 0,198 (Tabel 18). Tabel 18 Sebaran berdasarkan kategori pendapatan ibu dan jenis kelamin Pendapatan ibu (rupiah) Laki-laki (%) Perempuan (%) Total (%) ,1 70,0 71, ,4 15,0 12, ,6 10,0 10, ,4 3,3 2, ,2 1,7 1,5 > ,4 0,0 1,0 Besar Keluarga. Besar keluarga dalam penelitian ini merupakan jumlah anggota keluarga inti mahasiswa. Besar keluarga terbagi menjadi 3 kategori menurut BKKBN (1996), yaitu keluarga kecil ( 4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar ( 8 orang). Besar keluarga mahasiswa TPB secara keseluruhan berkisar antara 3-12 orang, dengan rata-rata 5 orang. Rata-rata mahasiswa maupun mahasiswi memiliki besar keluarga yang beranggotakan 5 orang. Lebih dari setengah mahasiswa (63,5%) dan mahasiswi (61,7%) memiliki besar keluarga sedang. Keluarga mahasiswa TPB yang tergolong keluarga kecil atau Keluarga Berencana (KB) secara keseluruhan hanya 32,7%. Hasil uji ratarata menunjukkan adanya perbedaan karakteristik besar keluarga antara mahasiswa dan mahasiswi dengan nilai signifikansi di bawah 0,05 yaitu sebesar 0,023 (Tabel 19). Tabel 19 Sebaran berdasarkan besar keluarga dan jenis kelamin Besar Keluarga Laki-laki (%) Perempuan (%) Total (%) Keluarga kecil ( 4 orang) 29,4 35,0 32,7 Keluarga sedang (5-7 orang) 63,5 61,7 62,4 Keluarga besar ( 8 orang) 7,1 3,3 4,9

10 38 Kemandirian Kemandirian merupakan salah satu karakteristik yang dimiliki oleh seseorang dengan tidak selalu bergantung pada orang tua maupun lingkungan luar dan lebih banyak mengandalkan potensi serta kemampuan yang dimiliki. Kemandirian yang diukur dalam penelitian ini adalah kemandirian mahasiswa TPB saat lulus SMA. Menurut Steinberg (1993), kemandirian terdiri atas tiga aspek, yaitu kemandirian emosional (emotional autonomy), kemandirian tingkah laku (behavioral autonomy), dan kemandirian nilai (value autonomy). Kemandirian Emosi. Kemandirian emosi merupakan aspek kemandirian yang menyatakan perubahan kedekatan hubungan emosional antar individu, seperti hubungan emosional remaja dengan orang tua (Steinberg 1999). Salah satu indikator kemandirian emosi adalah remaja tidak lagi memandang dan berinteraksi dengan orang tua. Kemandirian emosi terbentuk ketika remaja tidak lagi memandang orang tua sebagai orang yang mengetahui segalanya, serta mampu memandang dan berinteraksi dengan orang tua seperti dengan orang dewasa lain pada umumnya. Tabel 20 Sebaran yang menyetujui pernyataan kemandirian emosi No. Pernyataan L (%) P (%) Total (%) 1. Menganggap semua pendapat orang tua benar, karena orang 44,7 45,8 45,4 tua tentunya lebih berpengalaman dibandingkan saya 2. Merasa bahwa tidak selamanya pendapat orang tua benar 85,9 80,8 82,9 3. Tidak sanggup mempertahankan pendapat di depan orang 41,2 39,2 40,0 tua 4. Dapat menolak pendapat orang tua karena hal itu merupakan 71,8 65,8 68,3 hal yang wajar 5. Bisa mengoreksi pandangan orang tua yang saya rasa tidak 88,2 90,8 89,7 benar 6. Berinteraksi secara terbuka dengan orang tua seperti layaknya dengan orang lain 76,5 78,3 77,5 7. Tidak segan mengkritik sikap orang tua, namun tetap 84,7 80,0 84,9 menaruh hormat kepadanya 8. Tidak mempunyai keberanian mengajukan protes kepada 31,8 25,8 28,3 orang tua, karena orang tua patut dihormati 9. Menganggap orang tua sebagai mediator dan teman diskusi 87,0 90,8 89,2 dalam menyelesaikan masalah 10. Terbiasa mengajak orang tua sebagai teman diskusi 77,6 82,5 80,5 11. Merasa ragu untuk saling bertukar fikiran dengan orang tua 29,5 19,2 23,4 12. Memiliki kebebasan untuk mengajukan saran dan pendapat kepada orang tua 88,2 90,8 89,7 Keterangan: L= Laki-laki, P= Perempuan

11 39 Masih terdapat lebih dari sepersepuluh mahasiswa TPB merasa bahwa pendapat orang tua selalu benar (17,1%) serta merasa segan mengkritik sikap orang tua (15,1%). Hampir sepertiga (31,7%) mahasiswa TPB tidak dapat menolak pendapat orang tua. Mahasiswa memiliki presentase lebih tinggi (10,3%) dibandingkan mahasiswi dalam hal masih merasa ragu untuk saling bertukar fikiran dengan orang tua (Tabel 20). Lebih dari setengah mahasiswa (69,4%) maupun mahasiswi (60,0%) memiliki kemandirian emosi yang berada pada kategori sedang. Skor rata-rata kemandirian emosi mahasiswa 23,1 dengan rentang skor dan mahasiswi 23,4 dengan rentang skor (Tabel 21). Tabel 21 Sebaran berdasarkan kemandirian emosi dan jenis kelamin Kategori Laki-laki (%) Perempuan (%) Total (%) Rendah (12-19) 17,6 19,2 18,5 Sedang (20-27) 69,4 60,0 63,9 Tinggi (28-35) 12,9 20,8 17,6 Kemandirian Perilaku. Kemandirian perilaku, yaitu suatu kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan tanpa tergantung pada orang lain dan melakukannya secara bertanggung jawab terhadap konsekuensi yang ada (Steinberg 1999). Kemandirian perilaku ditandai dengan adanya rasa tanggung jawab, rasa percaya diri, disiplin, inisiatif, dan motivasi dalam diri remaja. Masih terdapat lebih dari sepertiga (35,1%) mahasiswa TPB merasa belum mampu merencanakan sendiri hal-hal penting yang menyangkut masa depannya. Lebih dari seperempat (29,3%) mahasiswa TPB belum dapat mengambil keputusan sendiri dalam menentukan pilihan perguruan tinggi (Tabel 22). Lebih dari sepertiga (34,7%) mahasiswa TPB belum mampu menentukan pilihan sendiri tanpa bantuan orang tua atau teman. Persentase mahasiswa lebih rendah (17,9%) dibandingkan mahasiswi dalam hal meminta bantuan orang tua dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi (Tabel 22). Lebih dari setengah mahasiswa (71,8%) maupun mahasiswi (68,3%) memiliki kemandirian perilaku yang berada pada kategori sedang. Skor rata-rata kemandirian perilaku mahasiswa 44,3 dengan rentang skor dan mahasiswi 41,7 dengan rentang skor (Tabel 23).

12 40 Tabel 22 Sebaran yang menyetujui pernyataan kemandirian perilaku No. Pernyataan L (%) P (%) Total (%) 1. Meminta bantuan orang tua dalam menyelesaikan masalah 52,9 70,8 63,4 yang sedang dihadapi 2. Meminta bantuan kepada orang tua hanya untuk masalah 70,6 55,8 62,0 tertentu saja yang bukan menyangkut masalah pribadi 3. Mampu merencanakan sendiri hal-hal penting yang 69,4 63,3 65,9 menyangkut masa depan 4. Senantiasa berusaha sendiri mengatasi kesulitan yang 68,2 69,2 68,8 sedang dihadapi 5. Merasa sudah sanggup melaksanakan keputusan secara 71,7 55,0 62,0 bertanggung jawab 6. Mengetahui kapan harus meminta saran/ pendapat dari 91,8 95,8 94,1 orang tua tentang keputusan yang akan diambil 7. Mampu mengambil sikap tegas terhadap pengaruhpengaruh 80,0 83,3 82,0 yang merugikan diri sendiri 8. Mampu mengambil jalan alternatif dari tindakan-tindakan yang saya lakukan 87,1 85,8 86,3 9. Melakukan aktivitas/ kegiatan yang sesuai dengan 69,4 65,8 67,4 pandangan orang tua 10. Dapat menolak dengan tegas untuk melakukan sesuatu 83,6 94,2 89,8 yang dipandang dapat menyesatkan diri sendiri 11. Mengambil keputusan sendiri dalam menentukan pilihan 77,7 65,8 70,7 perguruan tinggi 12. Mampu menentukan pilihan sendiri tanpa bantuan orang 44,7 27,5 34,7 tua atau teman 13. Dapat menggunakan uang dan mengatur keuangan pribadi 72,9 54,2 61,9 dengan baik 14. Dapat menerima kritikan dan masukan dari orang lain yang membangun bagi diri sendiri 100,0 95,8 92,1 15. Tidak langsung menelan mentah-mentah informasi yang didapat 97,6 95,0 97,5 16. Mampu mengevaluasi kembali keyakinan dan nilai-nilai 97,6 95,0 96,1 yang diberikan oleh orang lain 17. Merasa mampu untuk bertahan tinggal jauh dari orang tua 87,1 75,8 80,4 18. Merasa mampu menjaga kesehatan dan merawat diri sendiri 88,3 76,6 81,5 19. Dapat mengerjakan segala sesuatu yang menyangkut 91,8 88,3 89,8 kepentingan pribadi dengan mandiri 20. Mampu menganalisa suatu masalah dengan baik 80,0 70,0 74,1 21. Mampu mencari solusi atas permasalahan yang saya hadapi 85,9 81,6 84,3 Keterangan: L= Laki-laki, Pi= Perempuan Tabel 23 Sebaran berdasarkan kemandirian perilaku dan jenis kelamin Kategori Laki-laki (%) Perempuan (%) Total (%) Rendah (23-36) 9,4 23,3 17,6 Sedang (37-50) 71,8 68,3 69,8 Tinggi (51-64) 18,8 8,3 12,7

13 41 Kemandirian Nilai. Kemandirian nilai adalah kemampuan memaknai seperangkat prinsip tentang hal yang benar dan salah, serta tentang hal apa saja yang penting dan apa yang tidak penting (Steinberg 1999). Keyakinan mengenai nilai-nilai yang dianggap prinsip oleh mahasiswa ditunjukkan dengan kemampuan mahasiswa dalam membedakan mana yang dianggap benar atau salah atau penting tidak penting. Seluruh mahasiswa (100,0%) dan sebagian besar mahasiswi (97,5%) menyatakan dapat menghargai perbedaan pendapat karena masingmasing orang mempunyai pendapatnya sendiri. Mahasiswa TPB menyetujui dalam menghargai hak orang lain karena hal itu merupakan kunci sukses dalam pergaulan. Selain itu, sebagian besar mahasiswa (96,4%) dan mahasiswi (98,4%) mempunyai keyakinan bahwa Tuhan itu ada dan menyatakan dapat membedakan perbuatan yang buruk dan baik (Tabel 24). Tabel 24 Sebaran yang menyetujui pernyataan kemandirian nilai No. Pernyataan L (%) P (%) Total (%) 1. Mampu mengingatkan orang tua terhadap suatu hal tanpa menimbulkan kesalahpahaman 87,0 83,3 84,8 2. Menghargai perbedaan pendapat karena masing-masing 100,0 97,5 98,6 orang mempunyai pendapatnya sendiri 3. Sulit menerima orang sebagai teman dengan agama, ras, 20,0 8,3 13,2 dan tingkat sosial ekonomi yang berbeda 4. Mempunyai keyakinan bahwa yang saya lakukan adalah hal 78,8 77,5 78,1 yang terbaik 5. Menghargai hak orang lain karena hal itu merupakan kunci 98,8 98,4 98,5 sukses dalam pergaulan 6. Agama yang saya anut bukan karena warisan dari orang tua 69,4 60,8 64,3 7. Menyakini bahwa nilai-nilai yang saya miliki lebih sesuai 67,1 43,4 53,2 dari pada yang diwariskan oleh orang tua kepada saya 8. Mempunyai keyakinan bahwa Tuhan itu ada 96,4 98,4 97,6 9. Dapat membedakan perbuatan yang buruk dan baik 97,6 97,5 97,5 10. Mempunyai prinsip sendiri atas suatu hal dan dapat bertanggung jawab serta memiliki argumentasi terhadap prinsip tersebut 95,2 95,0 95,1 11. Merasa telah sesuai antara pikiran dan tingkah laku berdasarkan prinsip yang saya miliki 74,1 74,2 74,1 Keterangan: L= Laki-laki, P= Perempuan Hampir tiga per empat mahasiswa (74,1%) dan lebih dari tiga per empat mahasiswi (76,7%) memiliki kemandirian nilai yang berada pada kategori sedang. Skor rata-rata kemandirian nilai mahasiswa adalah 24,4 dengan rentang skor dan mahasiswi 23,5 dengan rentang skor (Tabel 25).

14 42 Tabel 25 Sebaran berdasarkan kemandirian nilai dan jenis kelamin Kategori Laki-laki (%) Perempuan (%) Total (%) Rendah (12-19) 4,7 10,8 8,3 Sedang (20-27) 74,1 76,7 75,6 Tinggi (28-35) 21,2 12,5 16,1 Berdasarkan sebaran tingkat kemandirian, lebih dari empat per lima mahasiswa (82,4%) dan lebih dari tiga per empat mahasiswi (78,3%) memiliki tingkat kemandirian yang berada pada kategori sedang dengan rentang skor Skor rata-rata tingkat kemandirian mahasiswa 91,8 dengan rentang skor dan mahasiswi 88,9 dengan rentang skor Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa lebih mandiri dibandingkan mahasiswi (Tabel 26). Tabel 26 Sebaran berdasarkan kategori kemandirian total dan jenis kelamin Kategori Laki-laki (%) Perempuan (%) Total (%) Rendah (51-76) 4,7 10,8 8,3 Sedang (77-102) 82,4 78,3 80,0 Tinggi ( ) 12,9 10,8 11,7 Penyesuaian Diri Penyesuaian diri adalah reaksi seseorang karena adanya tuntutan yang dibebankan pada dirinya (Lazarus 1961). Sebagian besar mahasiswa (88,2%) dan mahasiswi (91,7%) merasa mampu mendapatkan nilai yang bagus karena merasa mampu membagi antara waktu belajar dan waktu bermain atau berkumpul bersama teman. Lebih dari setengah mahasiswa (56,5%) dan mahasiswi (53,5%) merasa membutuhkan banyak privasi karena tidak dapat belajar selama yang diinginkan (Tabel 27). Hampir tiga per empat mahasiswa (74,1%) dan hampir empat per lima mahasiswi (79,2%) mengkhawatirkan adanya pergaulan bebas karena takut terseret ke dalam arus pergaulan tersebut. Presentase mahasiswa lebih besar dalam hal mengalami kesulitan berteman dan bersosialisasi dalam suatu komunitas, serta kesulitan dalam mengakses informasi. Masih terdapat sepertiga (33,2%) mahasiswa TPB yang mengalami kesulitan untuk konsultasi/ curhat. Lebih dari dua per lima (42,4%) mahasiswa TPB mengalami kesulitan mendapatkan bantuan dari dosen pembimbing akademik/ konselor (Tabel 27).

15 43 Tabel 27 Sebaran yang menyetujui pernyataan penyesuaian diri No. Pernyataan L (%) P (%) Total (%) 1. Merasa mampu mendapatkan nilai yang bagus 88,2 91,7 90,2 2. Merasa mampu membagi antara waktu belajar dan waktu 61,2 70,8 66,8 bermain/ berkumpul bersama teman 3. Merasa bingung tentang prioritas, nilai, dan keyakinan 41,2 35,8 38,0 4. Merasa kesulitan saat membuat pilihan prioritas antara 34,1 37,5 36,1 kegiatan akademik dan non-akademik 5. Merasa tidak tenang berangkat ke kampus jika cuaca buruk 27,1 27,5 27,3 6. Mengalami kesulitan berteman 20,0 14,2 16,6 7. Mengalami kesulitan untuk berpartisipasi dalam aktifitas 29,4 30,8 30,2 sosial di kampus 8. Merasa terasingkan dari komunitas di kampus 10,6 9,2 9,8 9. Mengalami kesulitan berteman dengan komunitas tertentu (di kelas) 30,6 26,7 28,3 10. Mengalami kesulitan berteman dengan teman sekamar di asrama 7,1 11,7 9,8 11. Merasa sendirian karena rindu dengan keluarga 9,4 28,3 20,5 12. Merasa tegang karena kehilangan kontak dengan teman SMA 25,9 20,8 22,9 13. Mengalami konflik atau pertengkaran dengan teman sekamar di asrama 11,8 19,2 16,1 14. Mengalami kesulitan menemukan seseorang yang 32,9 33,3 33,2 dibutuhkan untuk konsultasi (bidang akademik maupun cuhat (curahan hati)) 15. Mengalami kesulitan mendapatkan informasi yang 36,5 29,2 32,3 dibutuhkan dan dapat membantu dari pihak asrama maupun perguruan tinggi 16. Mengalami kesulitan mendapatkan bantuan yang dibutuhkan 41,2 43,3 42,4 dari dosen pembimbing akademik/ konselor 17. Tidak dapat menggunakan perpustakaan saat dibutuhkan 25,9 7,5 15,1 18. Tidak dapat menemukan tempat yang cukup nyaman untuk 34,1 29,2 31,2 belajar 19. Merasa membutuhkan banyak privasi 56,5 53,3 54,1 20. Tidak dapat belajar selama yang diinginkan 54,1 50,0 51,7 21. Merasa bingung harus bagaimana dalam berteman dan bersosialisasi di asrama dan di kampus 21,2 22,5 22,0 22. Khawatir tentang adanya pergaulan bebas 74,1 79,2 77,1 23. Takut terseret pergaulan bebas 69,4 72,5 71,2 Keterangan: L= Laki-laki, P= Perempuan Hampir setengah mahasiswa (49,4%) memiliki penyesuaian diri yang berada pada kategori cukup baik dan lebih dari dua per lima (40,0%) berada pada kategori baik. Pada mahasiswi hampir setengahnya (48,3%) memiliki penyesuaian diri yang berada pada kategori baik dan hampir setengahnya lagi (42,5%) berada pada kategori cukup baik. Skor rata-rata penyesuaian diri mahasiswa adalah 16,9 dengan rentang skor 8-25 dan mahasiswi 17,4 dengan rentang skor 3-25 (Tabel 28).

16 44 Tabel 28 Sebaran berdasarkan kategori penyesuaian diri dan jenis kelamin Kategori Laki-laki (%) Perempuan (%) Total (%) Kurang (3-10) 10,6 9,2 9,8 Cukup baik (11-18) 49,4 42,5 45,4 Baik (19-25) 40,0 48,3 44,9 Stres Stres merupakan hal yang secara alami menjadi bagian yang tidak mungkin dipisahkan dari kehidupan suatu keluarga maupun individu sebagai anggota keluarga (Hernawati 2006). Dalam penelitian ini, stres mahasiswa dilihat berdasarkan sumber stres yang didapat dari pengelompokan jawaban pertanyaan terbuka, gejala stres berdasarkan segi fisik dan emosional, serta tingkat stres yang dimiliki mahasiswa TPB. Sumber Stres. Sumber stres bagi mahasiswa baru antara lain belum pernah mengalami kost sebelumnya, terlalu banyak teman sekamar dimana satu kamar asrama dihuni oleh 4 orang. Selain itu, kesulitan beradaptasi dengan teman sekamar, masalah pribadi, kesulitan berteman dan memahami materi kuliah, masalah kesehatan, homesick (rindu keluarga), serta masalah keuangan dapat menjadi sumber stres tersendiri bagi mahasiswa baru (Hernawati 2006). Tabel 29 Sebaran berdasarkan pertanyaan terbuka mengenai sumber stres utama dan jenis kelamin Sumber Stres Laki-laki (%) Perempuan (%) Total (%) Tidak menjawab 8,2 5,8 11,7 Tidak merasa stres 2,4 2,5 4,2 Masalah akademik (ujian, nilai, tugas) 54,1 38,3 76,7 Masalah keluarga 2,4 0,8 2,5 Masalah dengan teman 7,1 9,2 14,2 Masalah kesehatan 2,4 3,3 5,0 Masalah keuangan 0,0 1,7 1,7 Masalah pribadi 17,6 17,5 17,6 Homesick (rindu keluarga) 2,4 2,5 2,4 Masalah terkait Asrama 0,0 7,5 4,4 Manajemen waktu 3,5 10,8 7,8 Lebih dari setengah mahasiswa (54,1%) dan lebih dari seperempat mahasiswi (38,3%) merasa bahwa masalah yang menjadi sumber stres utama bagi dirinya adalah masalah akademik, seperti ujian, nilai yang kurang memuaskan dan banyaknya tugas kuliah. Persentase sumber stres utama terbesar lainnya setelah

17 45 masalah akademik adalah masalah pribadi (17,6%) dan masalah dengan teman (14, 2%) (Tabel 29). Gejala Stres. Gejala-gejala yang dialami oleh seseorang dalam keadaan stres dapat ditunjukkan secara fisik maupun emosional (Wilkinson 1989 dalam Hernawati 2006). Rata-rata skor jawaban untuk gejala stres dari 20 pernyataan dengan skala 0-4 yang diajukan adalah mahasiswa 1,4 dan mahasiswi 1,5. Hal ini berarti, mahasiswa jarang sedangkan mahasiswi hampir kadang-kadang mengalami gejala stres (Tabel 30). Tabel 30 Sebaran rata-rata skor pernyataan gejala stres berdasarkan jenis kelamin No. Pernyataan Rata-rata skor Laki-laki Perempuan Gejala stres fisik 1. Saya merasa pusing atau sakit kepala tanpa alasan 1,52 2,04 yang jelas 2. Badan saya terasa pegal-pegal, terutama pada bagian 1,94 2,46 leher, punggung, dan bahu 3. Saya sering menjatuhkan barang atau tersandung 1,26 1,47 4. Saya mengalami kejang pada otot serta tangan yang 0,95 1,11 gemetaran 5. Saya merasakan kering pada bagian mulut dan 1,42 1,56 tenggorokan 6. Detak jantung saya berdebar dengan keras dan cepat 1,20 1,12 7. Saya merasakan nyeri yang teramat sangat di dada, 0,84 0,79 lengan atau tungkai secara tiba-tiba 8. Saya merasa kedinginan dan berkeringat lebih banyak 0,99 0,91 dari biasanya 9. Saya lebih sering buang air kecil dari biasanya 1,06 1, Saya mengalami perubahan berat badan 1,68 1,98 Rata-rata Subskor 1,28 1,45 Gejala stres emosional 11. Saya merasa lemas dan kurang energi 1,68 1, Saya merasa tidak punya waktu yang cukup untuk 1,91 1,99 beristirahat 13. Saya membayangkan hal-hal yang buruk terjadi 1,53 1, Perasaan saya sensitif dan mudah tersinggung 1,69 1, Saya mengalami insomnia atau susah tidur 1,36 1, Saya merasa sangat sedih dan inginnya menangis 1,05 1, Saya merasa tegang dan tidak bisa tenang 1,19 1, Saya merasa tertekan karena peraturan asrama dan 1,06 1,13 kuliah 19. Saya sulit untuk berkonsentrasi 1,91 1, Saya cepat sekali marah 1,47 1,42 Rata-rata subskor 1,48 1,60 Rata-rata total 1,38 1,53 Keterangan: kisaran skor 0-4

18 46 Gejala stres yang dirasakan oleh mahasiswa TPB dengan skor tertinggi, menunjukkan bahwa gejala stres fisik yang kadang-kadang dialami oleh mahasiswa dan mahasiswi adalah badan terasa pegal-pegal, terutama pada bagian leher, punggung, dan bahu serta merasa pusing atau sakit kepala tanpa alasan yang jelas. Gejala stres emosional yang hampir kadang-kadang dirasakan oleh mahasiswa dan mahasiswi adalah merasa tidak punya waktu yang cukup untuk beristirahat serta sulit berkonsentrasi (Tabel 30). Tingkat stres. Tingkat stres dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi yang diukur berdasarkan gejala stres yang dimiliki. Lebih dari setengah mahasiswa TPB (57,6%) mengalami stres dengan kategori sedang. Skor rata-rata tingkat stres mahasiswa adalah 27,7 dengan rentang skor 3-61 dan mahasiswi 30,6 dengan rentang skor 9-59 (Tabel 31). Tabel 31 Sebaran berdasarkan tingkat stres dan jenis kelamin Kategori Laki-laki (%) Perempuan (%) Total (%) Rendah (3-22) 32,9 23,3 27,3 Sedang (23-42) 54,1 60,0 57,6 Tinggi (43-61) 12,9 16,7 15,1 Perbedaan Kemandirian, Penyesuaian Diri, dan Stres Mahasiswa TPB Berdasarkan uji beda variabel kemandirian, penyesuaian diri, dan stres mahasiswa TPB berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaaan yang signifikan pada kemandirian mahasiswa mahasiswa dan mahasiswi. Hasil statistik menunjukkan mahasiswa lebih mandiri dibandingkan mahasiswi (Tabel 32). Tabel 32 Hasil uji beda kemandirian, penyesuaian diri, dan tingkat stres Rata-rata Variabel Laki-laki Perempuan p-value Kemandirian emosi 23,09 23,41 0,592 Kemandirian perilaku 44,29 41,66 0,004* Kemandirian nilai 24,42 23,54 0,071 Kemandirian total 91,80 88,61 0,039* Penyesuaian diri 16,96 17,37 0,519 Stres 27,71 30,60 0,145 Keterangan: *= p-value < 0,05

19 47 Pengaruh Karakteristik Individu dan Karakteristik Keluarga terhadap Kemandirian Hasil uji regresi untuk karakteristik individu dan karakteristik keluarga yang memengaruhi kemandirian mahasiswa TPB diperoleh adjusted R square sebesar 0,064. Artinya, sebesar 6,4% faktor yang berpengaruh terhadap kemandirian dapat dijelaskan oleh model, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Jenis kelamin dan lama pendidikan ibu berpengaruh terhadap kemandirian mahasiswa TPB. Mahasiswa lebih mandiri dibandingkan mahasiswi (B= -3,956; p= 0,017). Lama pendidikan ibu berpengaruh positif nyata (B= 0,675; p= 0,004) terhadap kemandirian (Tabel 33). Tabel 33 Hasil uji regresi karakteristik individu dan karakteristik keluarga terhadap kemandirian Variabel Sig. Koefisien tidak terstandarisasi (B) Koefisien terstandarisasi (β) Konstanta 81,696 0,000 Jenis kelamin (0= laki-laki, 1= -3,956-0,174 0,017* perempuan) Urutan kelahiran (0= lainnya, 1,180 0,093 0,201 1= sulung) Lama pendidikan ibu (tahun) 0,675 0,212 0,004** Adjusted R 2 0,064 Signifikansi model 0,002 Ket: **= nyata pada p 0,01, *= nyata pada p 0,05 Pengaruh Karakteristik Individu, Karakteristik Keluarga, dan Kemandirian terhadap Penyesuaian Diri Hasil uji regresi untuk faktor-faktor yang memengaruhi penyesuaian diri mahasiswa TPB diperoleh adjusted R square sebesar 0,119. Artinya, sebesar 11,9% faktor yang berpengaruh terhadap penyesuaian diri dapat dijelaskan oleh model, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Pendapatan ayah (B= 54,252E-7, p= 0,039) dan kemandirian (B= 0,090; p= 0,059) berpengaruh positif nyata terhadap penyesuaian diri mahasiswa TPB (Tabel 34).

20 48 Tabel 34 Hasil uji regresi karakteristik individu, karakteristik keluarga, dan Kemandirian terhadap penyesuaian diri Variabel Koefisien tidak terstandarisasi (B) Koefisien terstandarisasi (β) Sig. Konstanta 18,937 0,000 Uang saku (rupiah/ bulan) 2,089E-6 0,117 0,143 Usia ayah (tahun) -0,119-0,139 0,066 Kelengkapan ayah-ibu (0=tidak -1,038-0,091 0,201 lengkap, 1= lengkap) Lama pendidikan ibu (tahun) 0,113 0,090 0,266 Pendapatan ayah (rupiah/ bulan) 4,252E-7 0,172 0,039* Besar keluarga (orang) -0,272-0,078 0,315 Kemandirian perilaku (skor) 0,090 0,135 0,050* Adjusted R 2 0,119 Signifikansi model (p) 0,000 Ket: **= nyata pada p 0,01, *= nyata pada p 0,05 Pengaruh Karakteristik Individu, Karakteristik Keluarga, Kemandirian, dan Penyesuaian Diri terhadap Stres Hasil uji regresi untuk faktor-faktor yang memengaruhi stres mahasiswa TPB diperoleh adjusted R square sebesar 0,267. Artinya, sebesar 26,7% faktor yang berpengaruh terhadap stres dapat dijelaskan oleh model, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Umur ibu (B= -0,025, p= 0,031), kemandirian (B= -0,006; p= 0,039), dan penyesuaian diri (B= -0,71; p= 0,000) berpengaruh negatif nyata terhadap stres mahasiswa TPB (Tabel 35). Tabel 35 Hasil uji regresi karakteristik individu, karakteristik keluarga, kemandirian, dan penyesuaian diri terhadap stres Variabel Koefisien tidak terstandarisasi (B) Koefisien terstandarisasi (β) Sig. Konstanta 4,261 0,001 Umur (tahun) -0,079-0,082 0,210 Jenis kelamin (0= mahasiswa, 0,129 0,101 0,128 1=mahasiswi) Uang saku (rupiah/bulan) 2,784E-7 0,110 0,101 Umur ayah (tahun) 0,16 0,127 0,194 Umur ibu (tahun) -0,025-0,209 0,031* Kemandirian total (skor) -0,006-0,112 0,039* Penyesuaian diri (skor) -0,71-0,500 0,000* Adjusted R 2 0,267 Signifikansi model (p) 0,000 Ket: **= nyata pada p 0,01, *= nyata pada p 0,05

21 49 PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa TPB secara keseluruhan termasuk ke dalam kategori remaja akhir (18-21 tahun). Hal ini sesuai dengan pernyataan Monks, et al., 2001 yang menyatakan bahwa mahasiswa jika dilihat dari umur terbagi kedalam dua kategori, yaitu kategori remaja akhir (18-21 tahun) dan kategori dewasa awal (22-28 tahun). Menurut Hurlock (1980), urutan kelahiran menjadi salah satu faktor yang memengaruhi kepribadian dan pola perilaku individu. Bedasarkan urutan kelahiran, hampir keseluruhan mahasiswa TPB merupakan anak sulung. Hanya sebagian kecil saja yang merupakan anak tunggal. Berdasarkan uang saku per bulan, sebaran mahasiswa mendapatkan uang saku kurang dari Rp , sedangkan mahasiswi mendapatkan uang saku di kisaran Rp Rp Hasil penelitian menunjukkan umur ayah-ibu mahasiswa TPB secara keseluruhan berada pada kategori dewasa madya (41-65 tahun), mengacu pada Hurlock (1980) yang mengkategorikan umur menjadi tiga kelompok, dewasa muda (18-40 tahun), dewasa madya (41-65 tahun), dan Tua (>65 tahun). Berdasarkan kelengkapan ayah-ibu mahasiswa TPB memiliki ayah-ibu yang masih utuh. Berdasarkan pendidikan terakhir ayah-ibu, sebaran mahasiswa TPB memiliki ayah-ibu yang menamatkan pendidikan hingga SMA/sederajat. Mahasiswa TPB sebagian besar memiliki ayah yang bekerja sebagai pegawai, guru, dan dosen yang tergolong sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Ibu mahasiswa TPB sebagian besar tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga (IRT). Pendapatan ayah mahasiswa TPB berada di kisaran Rp Rp , sedangkan pendapatan kurang dari Rp Besar keluarga mahasiswa TPB berdasarkan BKKBN (1996) berada pada kategori keluarga sedang (5-7 orang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa lebih mandiri dibandingkan mahasiswi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hawadi (2001) dalam Ruhidawati (2005) yang menunjukkan bahwa remaja laki-laki lebih mandiri dibandingkan perempuan. Hal ini disebabkan adanya perbedaan perlakuan dari orang tua dan lingkungan sosial terhadap remaja laki-laki dan perempuan sejak kecil.

22 50 Anak laki-laki lebih dituntut untuk tidak cengeng atau gampang menangis jika terjadi sesuatu padanya, sementara anak perempuan lebih bebas mengungkapkan dan menunjukkan ekspresi emosi yang dirasakan olehnya. Pada akhirnya, anak laki-laki telah terlatih dalam proses pemecahan masalah dan bersikap independent. Sifat kepatuhan yang dinilai lebih pada remaja perempuan menjadikannya kurang mandiri, sementara konflik yang terjadi antara remaja lakilaki dan orang tua menjadikannya lebih mandiri (Steinberg 1993). Tugas perkembangan masa remaja salah satunya mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya (Hurlock 1980). Hasil penelitian mengenai kemandirian mahasiswa TPB menunjukkan bahwa masih terdapat kurang dari sepertiga (31%) mahasiswa TPB merasa belum mampu merencanakan sendiri hal-hal penting yang menyangkut masa depannya. Lebih dari seperlima (22%) mahasiswa TPB belum dapat mengambil keputusan sendiri dalam menentukan pilihan perguruan tinggi. Lebih dari setengah mahasiswa TPB belum mampu menentukan pilihan sendiri tanpa bantuan orang tua atau teman (55%). Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa kemandirian emosi, perilaku, dan nilai, serta kemandirian mahasiswa dan mahasiswi tergolong sedang cenderung tinggi. Hal ini berarti mahasiswa dan mahasiswi sudah dapat dianggap telah memenuhi indikator kemandirian, meliputi kemandirian emosi, perilaku, dan nilai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyesuaian diri mahasiswa TPB tergolong baik. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa TPB telah mampu menyesuaikan diri dengan baik setelah melewati satu semester di tingkat persiapan bersama. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Hurlock (1980) yang menyatakan bahwa penyesuaian diri kepada situasi baru selalu sulit dan selalu disertai dengan bermacam-macam ketegangan emosi, tetapi sebagian besar kesulitan dapat dihilangkan kalau individu sudah sadar akan apa yang terjadi kemudian dan secara bertahap mempersiapkan diri. Masalah yang paling banyak dianggap menjadi sumber stres mahasiswa adalah masalah akademik yang berkaitan dengan saat menghadapi ujian, nilai yang memuaskan, dan banyaknya tugas kuliah. Selain itu masalah pribadi, masalah dengan teman, kesulitan beradaptasi dengan lingkungan, dan manajemen

23 51 waktu juga menjadi sumber stres tersendiri bagi mahasiswa TPB. Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hernawati (2006) mengenai tingkat stres mahasiswa TPB tahun akademik 2005/2006. Gejala-gejala yang dialami oleh seseorang dalam keadaan stres dapat ditunjukkan secara fisik maupun emosional (Wilkinson 1989 dalam Hernawati 2006). Berdasarkan skor rata-rata gejala stres fisik jarang dialami oleh mahasiswa dan mahasiswi, sedangkan gejala stres emosional jarang dialami oleh mahasiswa namun hampir kadang-kadang dialami oleh mahasiswi. Hasil penelitian menunjukkan stres mahasiswa dan mahasiswi tergolong sedang. Pengaruh karakteristik individu yang meliputi jenis kelamin serta karakteristik keluarga yang meliputi pendidikan ibu terhadap kemandirian mahasiswa TPB hanya dapat menjelaskan variabel yang berpengaruh sebesar 7,1%, sedangkan sisanya 92,9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Gunarsa dan Gunarsa (1989) menyebutkan bahwa perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal perasaan, bertindak, dan berfikir sudah ada sebelum remaja mampu untuk menerima perbedaan perlakuan dari lingkungannya untuk berperan secara berbeda berdasarkan jenis kelamin. Jenis kelamin berpengaruh negatif nyata terhadap kemandirian mahasiswa TPB. Artinya, mahasiswa memiliki kemandirian yang lebih baik dibandingkan mahasiswi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Oliva (2000) dalam Aprilia (2011) yang menemukan bahwa terdapat peningkatan kemandirian emosional yang signifikan pada remaja laki-laki, di sepanjang masa awal dan akhir remaja, sedangkan nilai kemandirian emosional pada remaja perempuan hampir sama pada semua kelompok umur remaja. Lama pendidikan ibu berpengaruh positif nyata terhadap kemandirian mahasiswa TPB. Artinya, semakin tinggi pendidikan ibu maka akan semakin tinggi pula tingkat kemandirian mahasiswa TPB. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Watson (1967) dalam Aprilia (2011) yang menyebutkan bahwa tingkat pendidikan ibu akan memengaruhi sikap dan tingkah lakunya dalam menghadapi anak-anaknya, artinya ibu berpendidikan akan bersikap lebih baik. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Widjaja (1986) yang menemukan bahwa faktor pendidikan ibu berperan dalam pembentukan kemandirian pada anak, artinya

24 52 semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, maka ia akan lebih mendorong kemandirian anak sehingga anak menjadi lebih mandiri. Pengaruh karakteristik pendapatan ayah serta kemandirian terhadap penyesuaian diri mahasiswa TPB hanya dapat menjelaskan 11,9% variabel yang berpengaruh, sedangkan sisanya 89,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Ayah bertanggung jawab secara primer terhadap kebutuhan finansial keluarga (Hidayati et.al. 2011). Pendapatan ayah berpengaruh positif nyata terhadap penyesuaian diri mahasiswa TPB. Artinya, semakin tinggi pendapatan ayah maka penyesuaian diri mahasiswa TPB juga akan semakin baik. Kemandirian berpengaruh positif nyata terhadap penyesuaian diri mahasiswa TPB. Artinya, semakin tinggi kemandirian mahasiswa TPB maka penyesuaian dirinya juga akan semakin tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2005) mengenai hubungan kemandirian dengan penyesuaian diri pada Siswi Mu allimaat Muhammadiyah Yogyakarta yang menunjukkan bahwa faktor kemandirian memiliki peranan yang cukup besar dalam penyesuaian diri dengan memberikan sumbangan efektif sebesar 67,1% sisanya 32,9% adalah faktor lain di luar kemandirian. Faktor yang memengaruhi stres mahasiswa TPB adalah umur ibu, kemandirian, penyesuaian diri. Model uji regresi yang digunakan dapat menjelaskan sebesar 26,7% variabel yang berpengaruh, sedangkan sisanya 73,3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Umur ibu berpengaruh negatif nyata terhadap stres mahasiswa TPB. Artinya, semakin tua umur ibu maka stres yang dimiliki mahasiswa TPB akan semakin rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2007) mengenai tingkat stres dan coping stress strategy pada prajurit Zeni di pusat pendidkan Zeni Kodiklat TNI AD, Kota Bogor yang juga menunjukkan umur ibu berpengaruh negatif terhadap tingkat stres, berhubungan dengan kelekatan anak-anak dan ibu serta dukungan yang diberikan ibu terhadap anak. Ibu yang berumur lebih tua relatif memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam mengatasi masalah, sehingga dapat lebih bijak dalam memberikan nasehat kepada anaknya. Kemandirian berpengaruh negatif nyata terhadap stres, artinya semakin mandiri mahasiswa TPB maka stresnya akan semakin rendah. Menurut Papalia

25 53 et.al. (2008) bagi anak muda pada masa transisi dari remaja ke dewasa, keterbukaannya terhadap pendidikan atau lingkungan baru yang terkadang jauh dari rumahnya, menawarkan peluang untuk mengasah kemampuannya. Penyesuaian diri berpengaruh negatif nyata terhadap stres mahasiswa TPB. Artinya, semakin baik penyesuaian diri maka semakin rendah stres yang dimiliki oleh mahasiswa TPB. Hal ini sejalan dengan penelitian Herawati (2007) yang menyatakan bahwa seseorang yang mampu untuk menyesuaikan diri dengan baik maka stresnya rendah, sebaliknya jika orang tersebut tidak mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik maka stresnya tinggi. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Hurlock (1980) bahwa orang-orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik, jarang dan tidak terlampau mengungkapkan perasaan negatif seperti takut, marah, dan iri hati daripada mereka yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu pada teknik sampling dan pegumpulan data. Pada teknik sampling, penarikan mahasiswa TPB hanya diacak berdasarkan nama menurut data asrama putra dan asrama putri, sehingga mahasiswa TPB yang terpilih tidak seimbang di tiap gedung. Teknik sampling yang baik adalah dengan cara penarikan mahasiswa TPB yang diacak pada keseluruhan populasi yang ada, sehingga tiap unit penelitian dari populasi tersebut mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih. Hasil pernyataan mengenai sumber stres dalam penelitian ini hanya dibahas secara deskriptif dan tidak diuji pengaruh, hal ini dikarenakan data diperoleh secara terbuka sehingga tidak memiliki konstrak validitas.

Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan

Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan LAMPIRAN 61 Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan gejala stres No. Variabel Cronbach s Alpha N

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka pengambilan contoh penelitian. Purposive. Proporsional random sampling. Mahasiswa TPB-IPB 2011/2012 (N=3494)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka pengambilan contoh penelitian. Purposive. Proporsional random sampling. Mahasiswa TPB-IPB 2011/2012 (N=3494) 19 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional karena pengumpulan data hanya dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan, serta retrospektif karena

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Stres sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Stres dapat dialami oleh siapa saja, tak terkecuali mahasiswa tingkat persiapan bersama (TPB). Mahasiswa TPB merupakan status

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Program Pendidikan Tingkat Persiapan Bersama (TPB)-IPB merupakan suatu unit yang bertugas melaksanakan dan mengkoordinasikan proses belajar mengajar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Keterangan : n = jumlah mahasiswa yang diambil N = jumlah populasi mahasiswa program sarjana e = batas kesalahan pengambilan contoh

METODE PENELITIAN. Keterangan : n = jumlah mahasiswa yang diambil N = jumlah populasi mahasiswa program sarjana e = batas kesalahan pengambilan contoh 21 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu atau periode tertentu. Lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

HASIL. Karakteristik Remaja

HASIL. Karakteristik Remaja HASIL Karakteristik Remaja Jenis Kelamin dan Usia. Menurut Monks, Knoers dan Haditono (1992) kelompok usia remaja di bagi ke dalam empat kategori, yakni usia pra remaja (10-12 tahun), remaja awal (12-15

Lebih terperinci

pengetahuan, dan sikap akan berhubungan dengan perilaku pembelian buku bajakan. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

pengetahuan, dan sikap akan berhubungan dengan perilaku pembelian buku bajakan. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3. 17 KERANGKA PEMIKIRAN Perguruan tinggi merupakan komunitas yang terdiri dari orang-orang intelektual dalam berbagai aktivitas akademis. Perguruan tinggi memiliki peran strategis dan sangat penting sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja Akhir

TINJAUAN PUSTAKA Remaja Akhir 7 TINJAUAN PUSTAKA Remaja Akhir Istilah adolescence atau remaja berasal dari bahasa latin yang kata bendanya, Adolescentia yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Mighwar 2006). Remaja akhir (Late

Lebih terperinci

LAMPIRAN I KATA PENGANTAR

LAMPIRAN I KATA PENGANTAR LAMPIRAN I KATA PENGANTAR Dengan hormat, Saya adalah mahasiswi Fakultas Psikologi. Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai hubungan antara kemandirian dan prestasi akademik pada mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Cross-Sectional Study yaitu penelitian yang dilakukan dengan cepat, lengkap serta dalam satu waktu dan tidak berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, setiap manusia memiliki dambaan untuk hidup bersama dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua. Perhatian

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN LAMPIRAN KUESIONER KEMANDIRIAN Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan dengan berbagai kemungkinan jawaban. Saudara diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. (Stanley Hall dalam Panuju, 2005). Stres yang dialami remaja berkaitan dengan proses perkembangan

Lebih terperinci

Gaya Hidup - aktivitas - minat - opini

Gaya Hidup - aktivitas - minat - opini 15 KERANGKA PEMIKIRAN Gaya hidup merupakan aktivitas, minat, dan pendapat individu dalam kehidupan sehari-hari yang diukur menggunakan teknik psikografik. Berbagai faktor dapat memengaruhi terbentuknya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan 18 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian interaksi keluarga yang memfokuskan pada interaksi antara ibu dengan anak. Desain yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

B A B PENDAHULUAN. Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang

B A B PENDAHULUAN. Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang nyaman dan bahagia, yaitu hidup dengan perlindungan dan kasih sayang dari kedua orang

Lebih terperinci

Karakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta

Karakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta 44 KERANGKA PEMIKIRAN Salah satu ciri yang paling sering muncul pada remaja untuk menjalani penanganan psikologisnya adalah stres. Stres pada remaja yang duduk dibangku sekolah dapat dilanda ketika mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pensiun seringkali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang sudah merasa cemas karena tidak tahu kehidupan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini berjudul Konsep Diri, Kecerdasan Emosional, Tingkat Stres, dan Strategi Koping Remaja pada Berbagai Model Pembelajaran di SMA. Disain penelitian

Lebih terperinci

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 KECEMASAN SOSIAL FACEBOOKER A-2 HARGA DIRI

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 KECEMASAN SOSIAL FACEBOOKER A-2 HARGA DIRI 68 69 LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 KECEMASAN SOSIAL FACEBOOKER A-2 HARGA DIRI 70 Identitas Subyek Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan Fakultas : PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah seluruh pernyataan berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. SMA Al-Islam 1 Surakarta merupakan salah satu sekolah menengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. SMA Al-Islam 1 Surakarta merupakan salah satu sekolah menengah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah SMA Al-Islam 1 Surakarta merupakan salah satu sekolah menengah swasta yang ada di kota Surakarta, dengan berbasis keislaman. SMA Al-Islam 1 Surakarta melaksanakan

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Universitas Sumatera Utara

L A M P I R A N. Universitas Sumatera Utara L A M P I R A N LEMBAR PERSETUJUAN Setelah membaca penjelasan penelitian ini dan mendapatkan jawaban atas pernyataan yang saya ajukan, maka saya mengetahui manfaat dan tujuan penelitian ini, saya mengerti

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yakni data yang dikumpulkan pada suatu waktu dan tidak berkelanjutan (Singarimbun & Efendi 1995). Penelitian

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kecemasan siswa yang menghadapi ujian nasional pada siswa SMAN 1 Makale di Tana Toraja dengan siswa SMAN

Lebih terperinci

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden Kepada Yth. Calon Responden Penelitian Di Tempat Dengan hormat, Saya sebagai mahasiswa Program DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMK Negeri contoh terletak di Jalan Raya Pajajaran, Kota Bogor. Sekolah ini berdiri dan diresmikan pada tanggal 12 Juni 1980 dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

HASIL UJI VALIDITAS KUESIONER EMOTIONAL AUTONOMY

HASIL UJI VALIDITAS KUESIONER EMOTIONAL AUTONOMY LAMPIRAN I HASIL UJI VALIDITAS KUESIONER EMOTIONAL AUTONOMY No Item Nilai Validitas Keterangan 1 0,584 Item diterima 2 0,466 Item diterima 3 0,144 Item ditolak 4 0,439 Item diterima 5 0,114 Item ditolak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah salah satu bagian dari civitas akademika pada perguruan tinggi yang merupakan calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang. Untuk itu diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda, yaitu suatu masa dengan rentang usia dari 18 sampai kira-kira umur 25

BAB I PENDAHULUAN. muda, yaitu suatu masa dengan rentang usia dari 18 sampai kira-kira umur 25 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah salah satu individu yang telah memasuki masa dewasa muda, yaitu suatu masa dengan rentang usia dari 18 sampai kira-kira umur 25 tahun (Hurlock

Lebih terperinci

PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Dengan hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Yantri Nim :

PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Dengan hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Yantri Nim : Lampiran I PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN Dengan hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Yantri Nim : 462010066 Saya adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Harga Diri 1. Pengertian Harga Diri Menurut Coopersmith (1967 ; dalam Sert, 2003; dalam Challenger, 2005; dalam Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 19 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Disain penelitian adalah cross sectional study, yakni data dikumpulkan pada satu waktu (Singarimbun & Effendi 1995. Penelitian berlokasi di Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan begitu banyak perguruan tinggi seperti

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian 31 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross sectional, karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Efendi 1995). Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurun waktu terdekat ini kemajuan disegala aspek kehidupan menuntut masyarakat untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu. Seiring dengan

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN, PENYESUAIAN DIRI, DAN STRES MAHASISWA TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA (TPB) INSTITUT PERTANIAN BOGOR TAHUN AKADEMIK 2011/2012 PUTRI WIKA SARI

KEMANDIRIAN, PENYESUAIAN DIRI, DAN STRES MAHASISWA TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA (TPB) INSTITUT PERTANIAN BOGOR TAHUN AKADEMIK 2011/2012 PUTRI WIKA SARI KEMANDIRIAN, PENYESUAIAN DIRI, DAN STRES MAHASISWA TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA (TPB) INSTITUT PERTANIAN BOGOR TAHUN AKADEMIK 2011/2012 PUTRI WIKA SARI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI

Lebih terperinci

134 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

134 Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN 134 135 LAMPIRAN A OBSERVASI DAN WAWANCARA 136 PEDOMAN OBSERVASI i. Kesan Umum : Kondisi Fisik dan Penampilan Subyek ii. Perilaku yang cenderung ditampilkan iii. Kegiatan Sehari-hari iv. Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa, pada dasarnya sebagai generasi penerus. Mereka diharapkan sebagai subyek atau pelaku didalam pergerakan pembaharuan. Sebagai bagian dari masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

8. Apakah Saudara merasa kesulitan dalam mengajar dan mendidik anak didik terkait dengan berbagai karakteristik khas yang dimiliki anak didik?

8. Apakah Saudara merasa kesulitan dalam mengajar dan mendidik anak didik terkait dengan berbagai karakteristik khas yang dimiliki anak didik? RAHASIA Lampiran 1 DATA PRIBADI 1. Usia : 2. Jenis kelamin : L / P 3. Latar belakang pendidikan : 4. Status marital : menikah/ belum menikah 5. Lokasi kerja : 6. Lama menjabat sebagai Guru SLB/C : 7. Tugas-tugas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Contoh dan Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Contoh dan Teknik Penarikan Contoh 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah crosss sectional study. Desain cross sectional study adalah salah satu caraa pengumpulan data

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER FAKTOR-FAKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK SEBELUM UJI COBA. No. Pernyataan SS S N TS STS

LAMPIRAN 1 KUESIONER FAKTOR-FAKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK SEBELUM UJI COBA. No. Pernyataan SS S N TS STS LAMPIRAN 1 KUESIONER FAKTOR-FAKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK SEBELUM UJI COBA No. Pernyataan SS S N TS STS 1 2 Saya tidak mendaftar sidang skripsi pada periode ini karena merasa belum siap. Saya tersinggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Universitas adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan

Lebih terperinci

Lampiran 1 SURAT PERMOHONAN SURVEI PENDAHULUAN

Lampiran 1 SURAT PERMOHONAN SURVEI PENDAHULUAN Lampiran SURAT PERMOHONAN SURVEI PENDAHULUAN Lampiran a SURAT IJIN PENELITIAN Lampiran b SURAT IJIN PENELITIAN Lampiran SURAT KETERANGAN PENELITIAN Lampiran LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Saya yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Masih banyak sekolah yang menerapkan betapa pentingnya kecerdasan IQ (Intelligence Question) sebagai standar dalam kegiatan belajar mengajar. Biasanya, kegiatan belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah penduduk di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 sekitar seperlima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam zaman pembangunan di Indonesia dan globalisasi dunia yang menuntut kinerja yang tinggi dan persaingan semakin ketat, semakin dibutuhkan sumber daya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu BAB II LANDASAN TEORI A. Sibling Rivalry 1. Pengertian Sibling Rivalry Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu keluarga yang sama, teristimewa untuk memperoleh afeksi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu di mana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN. Tabel 2 Jumlah penduduk Kelurahan Panaragan berdasarkan jenis kelamin

HASIL PENELITIAN. Tabel 2 Jumlah penduduk Kelurahan Panaragan berdasarkan jenis kelamin HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Secara administratif, Kelurahan Panaragan terletak di tengah Kota Bogor, tepatnya berada di Kecamatan Bogor Tengah, memiliki luas 27 hektar dengan 34 RT yang tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada era globalisasi saat ini, pendidikan menjadi sesuatu yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada era globalisasi saat ini, pendidikan menjadi sesuatu yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada era globalisasi saat ini, pendidikan menjadi sesuatu yang sangat penting dalam mengembangkan potensi dalam diri maupun untuk mencapai impian masa depan. Hal ini

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Cara Pemilihan Contoh 25 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dan restrospective. Cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan hanya pada satu waktu tertentu, desain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Hurlock (1980) masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyajian hasil penelitian ini merupakan penjelasan mengenai data hasil

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyajian hasil penelitian ini merupakan penjelasan mengenai data hasil 74 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penyajian Hasil Penelitian Penyajian hasil penelitian ini merupakan penjelasan mengenai data hasil penelitian dari angket yang telah disebarkan ke responden yaitu anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup selalu dipenuhi oleh kebutuhan dan keinginan. Seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera. Selain itu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Peraturan Republik Indonesia No. 30 tahun 1990 mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa sebagai subjek yang menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia, melalui pendidikan manusia dapat belajar demi kelangsungan hidupnya. Bagoe (2014, h.1) mengemukakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dan salah satu kebutuhan utama bagi setiap manusia untuk meningkatkan kualitas hidup serta untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua menginginkan dan mengharapkan anak yang dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan pintar. Anak-anak yang patuh, mudah diarahkan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN 1. Defenisi Kemandirian Menurut Steinberg (2002) kemandirian adalah kemampuan individu untuk bertingkah laku secara seorang diri. Steinberg (2006) juga menjelaskan

Lebih terperinci

Berdasarkan surat No 2/PSIK-FIKES/ESAUNGGUL/1/2013 dengan perihal

Berdasarkan surat No 2/PSIK-FIKES/ESAUNGGUL/1/2013 dengan perihal Lampiran 1 Nomor : 2 /PSIK- FIKES/ESAUNGGUL/1 / 2013 Jakarta, Januari 2013 Lampiran : - Perihal : Perijinan Kepada YTH, Ketua RW 013 Di Tempat Berdasarkan surat No 2/PSIK-FIKES/ESAUNGGUL/1/2013 dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di usia republik yang sudah melebihi setengah abad ini, sudah sepatutnya bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik maupun emosional. Semakin bertambahnya usia, individu akan mengalami berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian manusia yang tidak dapat berdiri sendiri, artinya terkait dengan aspek kepribadian yang lain dan harus dilatihkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016. 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan 2.1.1 Pengertian kecemasan Sebagian besar manusia pernah mengalami kecemasan yang sangat besar atau melampaui akal sehat hingga merasa tidak sanggup menghadapi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah besar budaya yang berbeda. Siswanya sering berpindah berpindah dari satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa (Purwanto, 1998). Periode ini dianggap sebagai masa-masa yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan dalam Menyusun Proposal Skripsi (Pindho Hary Kristanto, dkk.) HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI Pindho

Lebih terperinci

BAB III ASSESSMENT DAN DIAGNOSA PSIKOLOGIS PADA REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH

BAB III ASSESSMENT DAN DIAGNOSA PSIKOLOGIS PADA REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH BAB III ASSESSMENT DAN DIAGNOSA PSIKOLOGIS PADA REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH A. Assessment pada Remaja yang Hamil di Luar Nikah Assessment merupakan langkah awal yang dilakukan oleh seorang konselor

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 2 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Judul : Tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Peneliti : Dedi Nim : 101121098 Alamat : Fakultas Keperawatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pemilihan Pondok Pesantren Modern Purposive. Santri telah tinggal 1 tahun di pondok pesantren. Laki-laki. Perempuan.

METODE PENELITIAN. Pemilihan Pondok Pesantren Modern Purposive. Santri telah tinggal 1 tahun di pondok pesantren. Laki-laki. Perempuan. 27 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dalam satu waktu. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti melahirkan anak, merawat anak, menyelesaikan suatu permasalahan, dan saling peduli antar anggotanya.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN PADA TEMAN SEBAYA DENGAN STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN PADA TEMAN SEBAYA DENGAN STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN PADA TEMAN SEBAYA DENGAN STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG Mirna Purwati 15010113120043 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) pada umumnya berusia

BAB I PENDAHULUAN. Usia siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) pada umumnya berusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usia siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) pada umumnya berusia antara 16 sampai 18 tahun. Siswa SMA adalah individu yang tengah berada dimasa remaja, dimana masa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Merupakan Rumah Sakit Umum (RSU) terbesar yang ada di Wilayah Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS Kim dan Gudykunts (1997) menyatakan bahwa komunikasi yang efektif adalah bentuk komunikasi yang dapat mengurangi rasa cemas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia hidup bersama dengan orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut Walgito (2001)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam suatu sekolah terjadi proses belajar mengajar yang kurang menyenangkan. Salah satu bentuk kecemasan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara KUESIONER PENENTUAN STRES PERAWAT DI UNIT RAWAT INAP RSJD PROP. SUMATERA UTARA 2010 Berilah tanda X pada nilai yang saudara pilih!! Nilai 0 : Tidak pernah sama sekali 1 : Kadang-kadang 2 : Cukup sering

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional yang makin meluas dan kompleks dengan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih memerlukan peningkatan kemampuan di bidang perencanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa merupakan orang yang sedang dalam proses pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut maupun akademi. Mahasiswa adalah generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari serta

BAB I PENDAHULUAN. yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari serta BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Stres tidak terpisahkan dari kehidupan setiap individu, suatu fenomena yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari serta akan dialami

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian

HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian 37 HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua sekolah berbeda di Kota Bogor dan melibatkan tiga kelas yaitu kelas akselerasi, SBI dan reguler Kelas akselerasi dan

Lebih terperinci

#### Selamat Mengerjakan ####

#### Selamat Mengerjakan #### Pekerjaan Istri = Bekerja / Tidak Bekerja Apa pekerjaan Istri Anda? = Berapa jam perhari Istri bekerja = Usia Anak =...Tahun Pembantu Rumah Tangga = Punya / Tidak Punya (Lingkari Salah Satu) Dengan hormat,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah sejumlah warga di Kelurahan Ujung Menteng

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah sejumlah warga di Kelurahan Ujung Menteng V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden penelitian ini adalah sejumlah warga di Kelurahan Ujung Menteng Kecamatan Cakung Kotamadya Jakarta Timur Propinsi DKI Jakarta yang berusia 15 tahun

Lebih terperinci

BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA

BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA A. Gambaran Subjek Penelitian 1. Responden DW DW merupakan anak perempuan sulung yang lahir di Jawa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perkembangan arus globalisasi yang semakin cepat membuat konsumen akan semakin terbuka dalam menerima segala informasi. Dalam proses memperoleh informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa tidak hanya didukung oleh pemerintah yang baik dan adil, melainkan harus ditunjang pula oleh para generasi penerus yang dapat diandalkan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 22 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Meningkatnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya teknologi berdampak pada peningkatan penggunaan alat komunikasi. Masyarakat cenderung

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI BANGSAL MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI BANGSAL MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI BANGSAL MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG M. Fatkhul Mubin, Dessy Maria Hanum Staf Pengajar Prodi S1 Keperawatan FIKKES UNIMUS Abstraks

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. N Ne = 780. n = 780( = 106, N = Jumlah populasi mahasiswa S1 FEMA IPB Tahun e = error (9%)

METODE PENELITIAN. N Ne = 780. n = 780( = 106, N = Jumlah populasi mahasiswa S1 FEMA IPB Tahun e = error (9%) 19 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Desain Penelitian ini adalah cross sectional study, karena data yang dikumpulkan hanya pada satu waktu dan tidak berkelanjutan (Nazir 2009). Lokasi penelitian

Lebih terperinci