TEKNIK GRAFIK KOMPUTER DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MATLAB UNTUK MENENTUKAN KUANTITAS PERGESERAN KAKI MESIN DALAM PROSES ALIGNMENT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TEKNIK GRAFIK KOMPUTER DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MATLAB UNTUK MENENTUKAN KUANTITAS PERGESERAN KAKI MESIN DALAM PROSES ALIGNMENT"

Transkripsi

1 TEKNIK GRAFIK KOMPUTER DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MATLAB UNTUK MENENTUKAN KUANTITAS PERGESERAN KAKI MESIN DALAM PROSES ALIGNMENT Sir Anderson (1), Nasrullah (1), Rivanol Chadry (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang ABSTRACT Recently, rotational engines widely used in industries. Engine s speed come higher and higher so that the demand on its reliability increase as well. High reliability will be obtained if the cause of failure is known and overcome. One machine element which generally has shorter life time is bearing. Damage on bearings is accelerated by the increase of load due to misalignment. Related with the prevention of bearing s damage, study on shaft misalignment has been carried out. The aim of the study was to find techniques to obtain an acceptable alignment procedure. In practice the machine s foot shifting determined manually using graphs and side view of the quantity of misalignment. This study is carried out using graphic technique in determining the shifting quantity of machine s foot using Matlab. By this technique and computer program it can be determined the quantity of misalignment on a machine and what should be done to shift the machine. Using this technique and computer program the calculation process can be done more quickly and accurately. Machine s foot shifting in alignment process in order to get an accurate misalignment measurement data use a dial indicator with a variety of methods such as face and rim, face to face, reverse indicator, double radial, and the shaft to coupling spool. Keywords: misalignment, alignment, bearing PENDAHULUAN Industri di negara maju maupun berkembang memegang peranan yang sangat penting sebagai penghasil produk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, mempengaruhi pertumbuhan perekonomian negara. Keberlangsungan proses produksi di berbagai industri tidak dapat dipisahkan dari peran penting perlengkapan penggerak seperti motor induksi dan perlengkapan yang digerakkan seperti pompa, kompresor dan lainnya. Perlengkapan penggerak dan yang digerakkan memerlukan elemen pendukung seperti bearing. Salah satu elemen mesin rotasi yang umumnya berumur lebih pendek dari yang lain adalah bearing. Kerusakan pada bearing tersebut dipercepat oleh peningkatan beban akibat misalignment. Contoh bearing yang telah mengalami kegagalan akibat misalignment dapat dilihat pada Gambar (1). Gambar 1 Bearing gagal [5] Misalignment merupakan kondisi ketika poros dari 2 buah mesin rotasi tidak dalam posisi segaris antara satu dengan yang lainnya. Ilustrasi mesin rotasi yang mengalami misalignment dapat dilihat pada Gambar (2). Gambar 2 Peralatan mesin dalam keaadaan misalignment Gambaran kerugian akibat pemakaian daya listrik berlebih akibat misalignment dapat mencapai Rp 648 juta/tahun untuk 250 unit mesin dengan jam operasional jam/tahun [7]. Batasan masalah pada penelitian ini metoda-metoda pengukuran dengan menggunakan alat ukur dial indicator dan diukur pada kondisi mesin dalam keadaan tidak beroperasi serta membuatnya dengan menggunakan program Matlab untuk 3 dimensi. Penelitian bertujuan untuk menentukan kuantitas pergeseran mesin secara grafis agar mendapatkan aligment yang bisa diterima (sesuai toleransi). dengan menggunakan program Matlab. Pada

2 Teknik Grafik Komputer dengan Menggunakan Program Matlab untuk Menentukan Kuantitas Pergeseran Kaki Mesin dalam Proses Alignment (Sir Anderson) penelitian dilakukan analisa dengan perbedaan metoda-metoda pengukuran alignment. TINJAUAN PUSTAKA Misalignment poros terjadi ketika garis sumbu poros dari dua buah mesin putar yang berpasangan tidak dalam posisi segaris antara satu dengan yang lainnya. Misalignment dapat terjadi dalam tiga kondisi yaitu: Paralel. Misalignment paralel adalah jika garis sumbu antara dua buah poros mengalami pergeseran (sejajar) Angular (sudut). Misalignment angular adalah jika ke dua garis sumbu poros membentuk sudut. Kombinasi paralel dan angular. Misalignment poros adalah deviasi posisi relatif poros dari sumbu colinear rotasi diukur pada titiktitik dari transmisi daya. Colinear itu berarti dalam garis yang sama atau sumbu yang sama. Jika dua buah poros itu colinear maka poros tersebut dalam keadaan alignment sempurna. Toleransi alignment dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran toleransi alignment dengan tahapan sebagai berikut Gambar (4) : Mengukur deviasi (penyimpangan) vertical pada pandangan samping. Mengukur penyimpangan horizontal pada pandangan atas. Menentukan nilai terbesar dari empat deviasi (penyimpangan) tersebut. maksimum deviasi alignment terjadi di sini Gambar 3 Definisi misalignment pada poros Kemudian mengukur jarak antara titik-titik transmisi daya. Nilai toleransi alignment diperoleh dengan membagi nilai terbesar dari 4 deviasi tersebut dengan jarak antara titik-titik transmisi daya. Sebagai contoh jika nilai deviasi maksimum 6 mils dan jarak antara titik-titik transmisi daya 4 inci maka nilai toleransinya = 28 mils / 4inci = 7 mils/inci. Gambar 4 Pedoman toleransi alignment untuk kopling fleksibel [6] 115

3 Jurnal Teknik Mesin Vol. 8, No. 2, Desember 2011 ISSN METODOLOGI Ada beberapa metoda pengukuran yang bertujuan untuk melihat posisi dua sumbu poros ketika mesin tidak beroperasi. Dengan memahami teknik pengukuran, dapat diketahui posisi poros yang diukur dengan beberapa metoda, namun masing-masing metoda memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan teknik pengukuran ini dan beberapa metodanya diharapkan pengguna alat ukur akan mampu untuk memilih metoda pengukuran yang paling tepat untuk mengatasi masalah alignment sesuai dengan kondisi mesin. Jenis-jenis Alat Ukur Straight edge, taper gauge dan feeler gauge Feeler gauge adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur gap clearence soft foot dan jarak di antara ujung-ujung poros (kecermatannya +/- 1mil). Taper gauge adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur jarak di antara ujung-ujung poros (kecermatannya +/- 10 mil). Straight edge adalah alat ukur yang digunakan sebagai batas untuk mengukur posisi poros dalam arah vertical. Micrometer Micrometer adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur diameter poros, lubang bor, ketebalan plat atau shim. Satu putaran poros ukur pada micrometer akan menggeser satu pits utama (0,5mm). Skala yang dibuat pada silinder putar dapat dibagi menjadi 50 bagian yang berarti 1 bagian skala setara dengan gerakan translasi sebesar 0,01 mm (kecermatan mencapai +/- 0,001mm). Slide caliper Slide caliper merupakan alat ukur yang fungsinya sama dengan micrometer namun memiliki kecermatan yang berbeda (umumnya dibuat dengan kecermatan +/- 0,05mm). 4. Dial indicator Dial indicator merupakan alat ukur yang digunakan untuk pengukuran posisi poros untuk keperluan alignment poros (kecermatannya +/- 0,001 inci = 1 mil. Pengukuran posisi garis sumbu poros menggunakan dial indicator dengan metoda face dan rim. Teknik ini ditemukan di mesin instalasi manual dan kopling fleksibel dan digunakan oleh mekanik untuk meng-alignment-kan mesin. Gambar 5 Teknik face-peripheral (face-rim) [6] Prosedur pengukuran posisi poros pada metoda face dan rim: Memasang bracket pada sebuah poros (di bagian koplingnya) dan memposisikan dial indicator pada permukaan dan di sekeliling poros (dibagian hub koplingnya) yang lain. Melakukan pengaturan posisi nol dial indicator pada posisi jam 1 Perlahan-lahan memutar poros dan bracket secara bertahap dengan interval berhenti pada posisi jam 3, 6, dan 9. Mencatat pembacaan masing-masing dial indicator (+/-). 4. Mengembalikan dial indicator ke posisi jam 12 serta pengaturan dial indicator pada posisi nol kembali. 5. Mengulangi langkah 2 hingga 4 untuk memeriksa bacaan set pertama. Teknik Pemodelan atau Penggrafikan untuk Menentukan Ketepatan Kuantitas Pergeseran Mesinmesin Dalam proses alignment putaran mesin sangat sukar divisualisasikan secara pasti dimana garis sumbu rotasi jelas terlihat. Tujuannya adalah memposisikan tiap mesin sehingga kedua poros berputar beroperasi pada sumbu yang sama. Agar memahami bagaimana teknik bekerja, pembacaan dial indicator akan dimanfaatkan untuk mengilustrasikan bagaimana masing-masing metoda bisa digrafikkan atau dimodelkan untuk menentukan posisi relatif masing-masing poros. Jika membatasi dua dimensi maka akan terbagi menjadi dua grafik yang dibutuhkan Gambar (7). Pandangan samping diilustrasikan atas dan bawah atau posisi vertical dari poros mesin. Pandangan atas akan diilustrasikan samping ke samping atau posisi mendatar dari poros mesin 116

4 Teknik Grafik Komputer dengan Menggunakan Program Matlab untuk Menentukan Kuantitas Pergeseran Kaki Mesin dalam Proses Alignment (Sir Anderson) bawah positif maka T terletak di bawah pusat garis grafik, seperti yang terlihat Gambar (8), serta sebaliknya. Jika pembacaan face (-) digeser ke kiri Gambar (8), jika (+) digeser ke kanan. Gambar 6 Pemisahan kondisi misalignment pada sebuah pergerakan dalam 2 perbedaan pandangan [1] Manfaat pemodelan/penggrafikan rotasi mesin diperlihatkan dengan visualisasi yang jelas, dengan akuratnya skala gambar juga bisa dengan mudah mengetahui dengan pasti posisi mesin bisa digeser dengan mudah untuk meng-alignment-kan poros. Langkah-langkah dalam meng-alignment-kan keadaan yang tidak sesumbu (misalignment) adalah: Menentukan garis sumbu rotasi semua mesin (melakukan pengukuran posisi garis sumbu poros dengan menggunakan dial indicator). Mengamati setiap tempat pergeseran pada mesin seperti baut-baut pada kaki mesin (mengukur jarak bagian-bagian mesin yang akan digeser). Memplot batasan-batasan pada grafik atau model (memplot langkah satu dan dua pada grafik). 4. Menentukan pergeseran untuk salah satu atau kedua garis sumbu poros mesin pada grafik atau model. Pemodelan/Penggrafikan Metoda Face Rim Metoda ini menggunakan huruf T, Gambar (7) yang diletakkan horizontal di pusat garis grafik yang titik puncaknya pada pembacaan dial indicator. Prosedur untuk memplot teknik face-rim: Menskalakan diameter pembacaaan permukaan dan gambar garis sumbu poros tempat bracket dipasang pada garis sumbu grafik. Skala jarak pada bagian-bagian kertas grafik dan skala diameter menggunakan skala yang sama pada semua dimensi serta menggunakan T yang diletakkan di pusat garis grafik. Gambar 8 Contoh face-rim pada pandangan samping [1] 4. Panjang puncak T sebesar diameter permukaan. Pemodelan/Penggrafikan Metoda Reverse Indicator Menggunakan Teknik Titik ke Titik Mulai dengan pembacaan dial indicator pada poros dari atas ke bawah atau samping ke samping. Pada penggambaran kertas grafik pandangan samping. Jika selisih bawah dengan atas pada pembacaan dial indicator negatif (contoh pada pompa) maka titik diplot di atas pusat garis grafik, dari titik tersebut ditarik garis ke titik persimpangan di mana bracket dipasang pada mesin satu, Gambar (9). Jika positif (contoh pada motor) maka di bawah pusat garis grafik, juga dari titik tersebut ditarik garis ke titik persimpangan di mana bracket dipasang pada mesin dua Gambar (9). Selanjutnya pada penggambaran kertas grafik pandangan atas. Jika selisih kanan dengan kiri negatif (contoh pada motor) maka titik diplot di atas pusat garis grafik, dari titik tersebut ditarik garis ke titik persimpangan di mana bracket dipasang pada mesin satu Gambar (10). Jika selisih kanan dengan kiri positif (contoh pada pompa) maka titik di plot di bawah pusat garis grafik, juga dari titik tersebut ditarik garis ke titik persimpangan di mana bracket dipasang pada mesin dua Gambar (9). Gambar 7 Skala diameter pada pembacaan permukaan di ambil pada atas T [1] Kalau pembacaan dial indikator peripheral di 117

5 Jurnal Teknik Mesin Vol. 8, No. 2, Desember 2011 ISSN Gambar 9 Teknik pemodelan/penggrafikan reverses indicator titik ke titik pada pandangan samping dan atas [1] Pemodelan/Penggrafikan Metoda Shaft to Coupling Spool Menggambar coupling spool pada garis sumbu grafik. Pembacaan dial indicator pada atas ke bawah atau samping ke samping. Memplot titik hasil pembacaan dial indicator, jika positif plot titik di atas garis sumbu grafik, jika negatif di bawah. 4. Kemudian menghubungkan titik-titik tersebut ke masing-masing flexing point sehingga didapatkan garis sumbu ke dua poros tersebut. Gambar 10 Contoh penggrafikan shaft to coupling spool dalam pandangan samping [1] Pemodelan/Penggrafikan Metoda Face-face Menggambar coupling spool pada garis sumbu grafik. Pembacaan permukaan dial indicator pada flexing point pada atas ke bawah atau samping ke samping. Garis sumbu poros motor diputar berlawanan jarum jam jika pembacaan permukaan negatif sehingga puncak T bergeser sebesar pembacaan, serta sebaliknya jika positif diputar searah jarum jam. 4. Garis sumbu poros roda gigi diputar berlawanan jarum jam jika pembacaan permukaan positif sehingga puncak T bergeser sebesar pembacaan, serta sebaliknya jika negatif diputar searah jarum jam. Gambar 11 Contoh penggrafikan face-face [1] Pemeriksaan Toleransi Alignment Menentukan posisi garis sumbu poros Gambar (12). Menentukan berapa penyimpangan pada masingmasing pembacaan yaitu dengan membagi dua hasil pembacaan. Mengambil deviasi yang paling besar di antara ke empat deviasi Gambar (12), deviasi yang paling besar sebesar 28 mils = 0,028 inci). Setelah itu dibagi dengan jarak ukuran antara pembacaan dial indikator (sebesar 4 inci) didapatkan nilai toleransi alignment-nya sebesar =. 4. Menghubungkan dengan grafik Gambar (5) pada sumbu x kecepatan putaran mesin sedangkan pada sumbu y nilai toleransi alignment tersebut, terlihat ada 3 daerah (baik sekali, dapat di terima, membutuhkan alignment kembali). Gambar 12 Menentukan toleransi alignment pada pandangan samping dan pandangan atas [1] 118

6 Teknik Grafik Komputer dengan Menggunakan Program Matlab untuk Menentukan Kuantitas Pergeseran Kaki Mesin dalam Proses Alignment (Sir Anderson) Menentukan Pergeseran Mesin untuk Membetulkan Misalignment Dalam contoh ini posisi poros turbin uap dan poros pompa telah ditentukan dan ada shim terletak di bawah gagang baut (hold down bolts) yang telah diplot pada grafik (52 mils dibawah outboard dan 20 mils di bawah inboard pada poros turbin uap dan 40 mils di bawah inboard dan 46 mils di bawah outboard pada poros pompa). Dalam kasus ini salah satu kemungkinan solusi pivot point pada kaki outboard poros pompa dan kaki inboard poros turbin uap Gambar (13) (kedua pembacaan negatif terletak di atas garis sumbu grafik). pada poros motor ditetapkan sebagai pivot point dihubungkan dengan overlay line ke titik di atas outboard poros pompa sebesar 175 mils. Sehingga inboard pada poros motor digeser sebesar 73 mils ke atas dan inboard pada poros pompa digeser 130 mils ke atas, seperti yang terlihat pada Gambar (15). Gambar 13 Memplot titik batas bawah pada grafik [1] Di sini posisi samping ke samping (lateral) pada poros turbin uap dan poros pompa telah ditentukan dan sebuah baut pada masing-masing inboard dan ujung-ujung outboard kedua kasus mesin telah digeser dan jumlah clearance samping ke samping diantara baut dan lubang telah diplot pada grafik. Dalam kasus ini salah satu kemungkinan solusi pivot point pada kaki outboard pada poros turbin uap dan kaki inboard pada poros pompa, menggeser kedua kaki yang lain sebesar jumlah dan arah seperti yang ditunjukkan pada grafik (keduanya positif), seperti yang terlihat pada Gambar (14). Gambar 14 Plot pembatasan arah kesamping pada grafik (pandangan atas) [1] Dalam kasus ini pada sambungan pipa ada gap sebesar 175 mils diantara permukaan flens pada saluran keluar piping, maka di sini outboard Gambar 15 Menggunakan garis overlay untuk memecahkan masalah piping yang sesuai dan me-alignment-kan poros [1] 4. ANALISIS Teknik pemodelan/penggrafikan dibuat dengan menggunakan program komputer dengan hasil dalam bentuk grafik. Untuk membuat grafik tersebut dalam bentuk 3 dimensi dengan menggunakan program Matlab. Langkah-langkah Pembuatan Program Untuk menggunakan program ini harus diketahui juga cara pengukuran dengan metoda reverse indicator, double radial, coupling spool, face-face dan face-rim karena data yang dimasukkan ke dalam program adalah data dari hasil pengukuran. Urutan langkah-langkah dalam pembuatan program dapat dilihat pada flowchart Gambar (16) Persamaan Garis Grafik yang dibuat dalam bentuk garis lurus. Untuk membuat garis lurus adalah 2 buah titik atau lebih dihubungkan dengan membentuk sudut. Jadi rumus untuk membuat persamaan garis menggunakan dua buah titik. Membuat persamaan garis dengan menggunakan dua buah titik dan menggunakan konsep perbandingan segitiga sebangun seperti yang dijelaskan Gambar (17). 119

7 Jurnal Teknik Mesin Vol. 8, No. 2, Desember 2011 ISSN Gambar 17 Grafik persamaan garis Menggunakan perbandingan segitiga sebangun: Gambar 18 Segitiga sebangun Gambar 16 Flowchart program penggrafikan x = jarak-jarak baut yang terletak pada kaki mesin. x1, x2 = jarak dari tempat pembacaan dial indicator. y1, y2 = hasil dari pembacaan dial indicator. 4. y = garis sumbu colinear, garis sumbu poros satu, garis sumbu poros dua dan lain-lain. Membuat Grafik dengan Menggunakan Persamaan Garis untuk Menentukan Misalignment pada Masingmasing Baut Metoda Reverse Indicator Titik ke Titik Membuat persamaan garis satu dan dua dengan, (x1,y1) = titik pertama (x2,y2) = titik kedua (x,y) = titik-titik yang terletak pada garis Sedangkan pada topik ini persamaan garis tersebut adalah: Membuat persamaan garis metoda yang lain seperti metoda reverse indicator garis ke titik, metoda double radial, dan metoda coupling spool = metoda reverse indicator titik ke titik tetapi cara memplot titiknya yang berbeda. Cara memplot titiknya telah dibahas di Bab Menentukan misalignment pada masing-masing baut outboard dan inboard a. Sumbu satu diam sumbu dua yang digeser 120

8 Teknik Grafik Komputer dengan Menggunakan Program Matlab untuk Menentukan Kuantitas Pergeseran Kaki Mesin dalam Proses Alignment (Sir Anderson) Gambar 19 Sumbu satu poros diam sumbu dua yang digeser inboard dua = Y Ep1 - Y Ep outboard dua = Y Fp1 - Y Fp b. Sumbu dua diam sumbu satu yang digeser Gambar 20 Sumbu dua poros diam sumbu satu yang digeser outboard satu = Y Ap2 - Y Ap inboard satu = Y Bp2 - Y Bp c. Kedua outboard sebagai pivot point (titik yang tetap) Gambar 21 Kedua outboard sebagai pivot point inboard satu = Y Bp - Y Bp inboard dua = Y Ep - Y Ep d. Kedua inboard jadi pivot point (titik yang tetap) outboard satu = Y Ap - Y Ap outboard dua = Y Fp - Y Fp e. Pivot point pada outboard satu dan inboard dua inboard satu = Y Bp - Y Bp outboard dua = Y Fp - Y Fp f. Pivot point pada inboard satu dan outboard dua inboard satu = Y Ap - Y Ap outboard dua = Y Ep - Y Ep Metoda-metoda yang lain seperti metoda reverse indicator garis ke titik, metoda double radial, metoda coupling spool, metoda face-face, dan metoda facerim cara menentukan misalignment pada baut outboard dan inboard-nya sama dengan cara metoda reverse indicator titik ke titik seperti yang telah dijelaskan pada langkah-langkah di atas. Metoda Face-face Meletakkan grafik T di sumbu grafik Gambar 22 Grafik T di atas sumbu grafik pada metoda face-face P = sumbu grafik T D = Diameter hub kopling a. Memutar grafik T berlawanan jarum jam jika pembacaan dial indicator satu negatif dan searah jarum jam jika positif, grafik T tersebut di geser sebesar DI/ b. Memutar grafik T berlawanan jarum jam jika pembacaan dial indicator dua positif dan searah jarum jam jika negatif, grafik T tersebut di geser sebesar DI/ Gambar 23 Grafik pergeseran garis sumbu poros pada metoda face-face 121

9 Jurnal Teknik Mesin Vol. 8, No. 2, Desember 2011 α = sudut pergeseran. DI = pembacaan dial indicator. y = persamaan garis setelah mengalami pergeseran. ISSN Menggeser grafik T ke bawah jika pembacaan dial indicator positif dan ke atas jika negatif, grafik T tersebut di geser sebesar DIR DIR = pembacaan dial indicator rim P (setelah mengalami pergeseran) = selisih antara jarak tempat pembacaan dial indicator dengan jarak masing-masing baut. Gambar 26 Grafik pergeseran garis sumbu poros pada pembacaan dial indicator rim Metoda Face-rim Meletakkan grafik T di sumbu grafik. Input dan Output Gambar 24 Grafik T di atas sumbu grafik pada metoda face-rim P = sumbu grafik T. D = Diameter hub kopling. Menggeser grafik T ke kiri jika pembacaan dial indicator negatif dan ke kanan jika positif, grafik T tersebut di geser sebesar DIf. α = sudut pergeseran. DIf = pembacaan dial indicator face. y = persamaan garis setelah mengalami pergeseran. P(setelah mengalami pergeseran) = selisih antara jarak tempat pembacaan dial indicator dengan jarak masing-masing baut ditambah dengan setengah dari hasil pembacaan dial indicator face. Mesin-mesin yang berputar pada kasus ini ada penggerak dan ada yang digerakkan. Penggerak dan yang digerakkan pada mesin ini menggunakan porosporos yang dihubungkan oleh sebuah kopling. Poros penggerak dinamakan poros satu dan yang digerakkan dinamakan poros dua. Poros-poros pada mesin didukung oleh frame (kaki-kaki mesin). Pada kaki-kaki mesin dipasangkan baut-baut untuk pengikatnya. Pada bagian ujung (kiri dan kanan) tempat baut ditempatkan dinamakan baut outboard sedangkan bagian tengah baut inboard. Yang terletak pada kaki mesin satu dinamakan outboard 1 dan inboard 1, sedangkan yang terletak pada kaki mesin dua dinamakan outboard 2 dan inboard 2 seperti yang terlihat pada Gambar (27). Untuk menyumbukan poros-poros tersebut dengan menggeser-geser baut-baut outboard dan inboard dalam arah vertical (geser atas bawah) serta arah horizontal atau kedua samping (geser muka belakang). Adapun input dari program ini adalah: Jarak-jarak kaki mesin (satuan inci) x1 = jarak outboard 1 x2 = jarak inboard 1 x3 = jarak dial indicator 1 (jarak tempat pembacaan pengukuran poros1) x4 = jarak dial indicator 2 (jarak tempat pembacaan pengukuran poros 2) Gambar 25 Grafik pergeseran garis sumbu poros pada pembacaan dial indicator face x5 = jarak inboard 2 x6 = jarak outboard 2 Hasil pembacaan dial indicator (satuan mil) Output dari program ini adalah: Misalignment pada outboard 1, inboard 1, inboard 2 dan outboard 2 (satuan mil). 122

10 Teknik Grafik Komputer dengan Menggunakan Program Matlab untuk Menentukan Kuantitas Pergeseran Kaki Mesin dalam Proses Alignment (Sir Anderson) KAKI MESIN 1 = outboard 1 = inboard 1 KAKI MESIN 2 b. Alignment tampak samping c. Misalignment 35 mils tampak atas (pada inventor mate 9) d. Alignment tampak atas e. Alignment pandangan 3 dimensi = inboard 2 = outboard 2 Gambar 27 Bentuk pemodelan tempat baut outboard dan inboard Jarak-jarak kaki mesin (tempat terletaknya baut yang akan di geser-geser dalam arah vertical dan horizontal). Contoh: 4. Misalignment yang didapatkan pada outboard 1 arah vertical (tampak samping x-z) = +5 maka baut pada outbord 1 (yang terletak di depan dan di belakang) ke dua-duanya di geser ke atas sebesar 5 mils. Misalignment yang didapatkan pada inboard 2 arah vertical (tampak samping x-z) = -5 maka baut pada inbord 2 (yang terletak di depan dan di belakang) ke dua-duanya di geser ke bawah sebesar 5 mils. Misalignment yang didapatkan pada outboard 1 arah horizontal / samping (tampak atas x-y) = +5 maka baut pada outbord 1 (yang terletak di depan dan di belakang) kedua-duanya di geser ke samping arah ke dalam (menuju kertas) sebesar 5 mils. Misalignment yang didapatkan pada inboard 2 arah horizontal / samping (tampak atas x-y) = 5 maka baut pada inbord 2 (yang terletak di depan dan di belakang) ke dua-duanya di geser ke samping arah ke luar (menjauhi kertas) sebesar 5 mils. 5. PEMBAHASAN Perbandingan Teknik Pemodelan/Penggrafikan antara Manual dengan Program Pada kasus sebuah motor dan pompa yang dihubungkan oleh poros motor, kopling dan poros pompa dengan menggunakan metoda reverse indicator teknik titik ke titik. Hasil pengukuran dial indicator misalignment tampak samping pada poros motor = + 28 mils dan pada poros pompa = -56 mils Bentuk visualisasi pemodelan motor dan pompa dalam keadaam misalignment dan alignment: a. Misalignment 45 mils tampak samping (pada inventor mate 10) 123

11 Jurnal Teknik Mesin Vol. 8, No. 2, Desember 2011 ISSN Metoda Double Radial Dari data hasil pengukuran dial indicator pada metoda double radial misalignment total yang terjadi (pergeseran yang akan dilakukan agar sumbu poros tersebut menjadi alignment) terlihat: Gambar 28 Misalignment hasil pemograman di masingmasing baut pada kasus1 Lebih besar salah satu sumbu diam (yang digeser hanya sebuah poros) dari pada ke dua poros digeser. Misalignment yang terbesar bisa sumbu 1 yang diam, bisa juga sumbu 2 yang diam. Misalignment yang terkecil cenderung pada pivot-nya inboard 1 dan outboard 2 tetapi tidak selalu, ada juga pada ke dua poros yang lain yang digeser. Seperti yang terlihat pada tabel data, terlihat sedikit perbedaan antara manual dibandingkan dengan program. Dari hasil penggambaran yang didapatkan hasilnya tidak terlalu tepat, karena pengaruh tergesernya tangan waktu menggambarkan. Dengan menggunakan pemograman 3 dimensi menggunakan matlab hasilnya akan lebih tepat. Jadi sebaiknya yang dilakukan adalah: Metoda Reverse Indicator Metoda Coupling Spool Dari data hasil pengukuran dial indicator pada metoda reverse indicator misalignment total yang terjadi (pergeseran yang akan dilakukan agar sumbu poros tersebut menjadi alignment) terlihat: Dari data hasil pengukuran dial indicator pada metoda coupling spool misalignment total yang terjadi (pergeseran yang akan dilakukan agar sumbu poros tersebut menjadi alignment) terlihat: Lebih besar salah satu sumbu diam (yang digeser hanya sebuah poros) dari pada ke dua poros digeser. Total misalignment reverse indicator titik ke titik = reverse indicator garis ke titik. Cenderung lebih besar salah satu sumbu diam (yang digeser hanya sebuah poros) dari pada ke dua poros digeser, tetapi ada juga terjadi lebih besar ke dua poros digeser dari pada salah satu poros. Misalignment yang terbesar bisa sumbu 1 yang diam, bisa juga sumbu 2 yang diam. Misalignment yang terbesar cenderung terjadi pada salah satu sumbu diam. 4. Misalignment yang terkecil pada pivot-nya inboard 1 dan outboard Misalignment yang terjadi pada ke dua poros yang digeser nilainya cenderung sama. Jadi sebaiknya yang dilakukan adalah: Yang digeser adalah ke dua poros dari pada hanya salah satu poros. Diantara ke dua poros yang di geser sebaiknya yang di geser outbord 1 dan inboard Karena dari pengukuran dial indicator misalignment yang terjadi dengan metoda reverse indicator titik ke titik = garis ke titik maka sebaiknya gunakan metoda reverse indicator garis ke titik karena dengan reverse indicator garis ke titik cukup memplot grafik satu poros saja sedangkan poros yang lain terletak di atas sumbu grafik. Sebaiknya yang digeser adalah ke dua poros dari pada hanya salah satu poros. Di antara ke dua poros yang di geser sebaiknya yang digeser outbord 1 dan inboard Jadi sebaiknya yang dilakukan adalah: Sebaiknya yang digeser adalah ke dua poros dari pada hanya salah satu poros Metoda Face-face Dari data hasil pengukuran dial indicator pada metoda face-face misalignment total yang terjadi (pergeseran yang akan dilakukan agar sumbu poros tersebut menjadi alignment) terlihat: Lebih besar salah satu sumbu diam (yang digeser hanya sebuah poros) dari pada ke dua poros digeser. Misalignment yang terbesar terjadi pada salah satu sumbu diam. 124

12 Teknik Grafik Komputer dengan Menggunakan Program Matlab untuk Menentukan Kuantitas Pergeseran Kaki Mesin dalam Proses Alignment (Sir Anderson) Misalignment yang terjadi pada ke dua poros yang digeser nilainya cenderung sama. 4. Skala perbandingan nilai diameter lebih besar dari pembacaan dial indicator. serta dihubungkan sedangkan pada face harus digeser. 4. Jadi sebaiknya yang dilakukan adalah: Sebaiknya yang digeser adalah ke dua poros dari pada hanya salah satu poros. Skala perbandingan nilai diameter harus lebih besar dari pembacaan dial indicator Metoda Face-Rim Dari data hasil pengukuran dial indicator pada metoda face-rim misalignment total yang terjadi (pergeseran yang akan dilakukan agar sumbu poros tersebut menjadi alignment) terlihat: Cenderung lebih besar salah satu sumbu diam (yang digeser hanya sebuah poros) dari pada ke dua poros digeser. Misalignment yang terbesar cenderung terjadi pada salah satu sumbu diam. Skala perbandingan nilai diameter lebih besar dari pembacaan dial indicator. Jadi sebaiknya yang dilakukan adalah: Sebaiknya yang digeser adalah ke dua poros dari pada hanya salah satu poros. 6.2 Saran Software ini masih memerlukan pengembangan lebih lanjut sampai pada tahap penggunaan GUIDE (Graphical User Interface Development Environment). Pada penelitian berikutnya diperlukan adanya percobaan lapangan untuk validasi dan mengukur keefektifan software yang telah dibuat. PUSTAKA John Piotrowski, Shaft Alignment Handbook, second edition, Revised and Expanded, George B. Thomas Jr, Thomas, Calculus, tenth edition, 200 Erwin Kreyszig, Matematika Teknik Lanjutan, edisi ke-6, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Taufiq Rochim, Spesifikasi Metrologi & Kontrol Kualitas Geometrik 1, Penerbit ITB, (diakses februari 2010) (diakses februari 2010) (diakses februari 2010). 8. Taufiq Rochim, Spesifikasi Metrologi & Kontrol Kualitas Geometrik 2, Penerbit ITB, Skala perbandingan nilai diameter harus lebih besar dari pembacaan dial indicator. 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6. Kesimpulan Telah berhasil dibuat program Komputer berbasis Matlab untuk menentukan kuantitas pergeseran kaki mesin untuk memperoleh alignment yang memenuhi syarat, berdasarkan data masukan hasil pengukuran misalignment dengan face and rim, face to face, reverse indicator, double radial, dan shaft to coupling spool. Dengan menggunakan Matlab grafiknya terbagi dalam bentuk 3 dimensi serta bias juga dalam bentuk dua pandangan yaitu pandangan atas dan pandangan samping dalam 2 dimensi. Pada pembuatan teknik pemodelan/penggrafikan dengan pembacaan peripheral (sekeliling) seperti reverse indikator, double radial, dan coupling spool lebih mudah dari pada pembacaan face (permukaan) seperti face-rim dan face-face karena hasil dari pembacaan peripheral pembuatannya cukup diplot titik-titik Pada teknik pemodelan/penggrafikan reverse indicator titik ke titik dengan reverse indicator garis ke titik hasil yang didapatkan sama, tetapi lebih mudah memodelkan reverse indicator garis ke titik dari pada reverse indicator titik ke titik karena dengan reverse indicator garis ke titik cukup memplot grafik satu poros saja sedangkan poros yang lain terletak di atas sumbu grafik. CURRICULUM VITAE Sir Anderson adalah Staf Pengajar di Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Padang. Pendidikan sarjana di selesaikan di Teknik Mesin Universitas Andalas dan menyelesaikan Pasca Sarjana S2 di Teknik Mesin ITB Bandung. Alamat: Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang Kampus Unand Limau Manis Padang 25163,Telp Fax , siranderson72@yahoo.co.id 125

Teknik Grafik Komputer Dengan Menggunakan Program Excel Untuk Menentukan Kuantitas Pergeseran Kaki Mesin Dalam Proses Alignment

Teknik Grafik Komputer Dengan Menggunakan Program Excel Untuk Menentukan Kuantitas Pergeseran Kaki Mesin Dalam Proses Alignment Teknik Grafik Komputer Dengan Menggunakan Program Excel Untuk Menentukan Kuantitas Pergeseran Kaki Mesin Dalam Proses Alignment Computer Graphics Techniques Using Matlab and Excel Comparison Program For

Lebih terperinci

ALIGNMENT COUPLING DENGAN METODE DOUBLE DIAL INDICATOR RIM AND FACE

ALIGNMENT COUPLING DENGAN METODE DOUBLE DIAL INDICATOR RIM AND FACE ALIGNMENT COUPLING DENGAN METODE DOUBLE DIAL INDICATOR RIM AND FACE Ade Irvan Tauvana Program Studi Teknik Mesin Politeknik Enjinering Indorama Email: irvan_teknikmesin@ yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

SHAFT ALIGNMENT. Definisi shaft alignment?

SHAFT ALIGNMENT. Definisi shaft alignment? ALIGNMENT POROS SHAFT ALIGNMENT Definisi shaft alignment? Adjustment posisi relatif dari dua poros, ex. motor (driver & pompa (driven). Pengaturan posisi center pada kondisi operasi normal. EFEK MISALIGNMENT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Alignment Alignment adalah kesatu sumbuan, kesejajaran, kesebarisan dan ketegak lurusan elemen mesin pemindah putaran atau daya. Berikut komponen yang sering terjadi

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALAT SIMULASI UJI ALIGNMENT DENGAN METODE SINGLE DIAL INDICATOR

PEMBUATAN ALAT SIMULASI UJI ALIGNMENT DENGAN METODE SINGLE DIAL INDICATOR PEMBUATAN ALAT SIMULASI UJI ALIGNMENT DENGAN METODE SINGLE DIAL INDICATOR Oleh: ADITYA PRIMADI PUTRA 2108030047 DOSEN PEMBIMBING: Ir. Arino Anzip, MEng., Sc PROGRAM STUDI D3 TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN KELURUSAN Kelurusan poros adalah posisi yang tepat dari garis sumbu penggerak dan komponen yang digerakkan (gearbox, pompa, dll). Penyelarasan dicapai melalui shimming

Lebih terperinci

PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK

PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK Sunarto Teknik Mesin Politeknik Bengkalis Jl. Batin Alam, Sei-Alam, Bengkalis-Riau sunarto@polbeng.ac.id Abstrak Ulir metrik adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB II PERATAAN (LEVELLING) DAN PENJAJARAN (ALIGNMENT)

BAB II PERATAAN (LEVELLING) DAN PENJAJARAN (ALIGNMENT) 34 Tujuan Pelajaran 4 BAB II PERATAAN (LEVELLING) DAN PENJAJARAN (ALIGNMENT) Menyetel kerataan rakitan mesin, dengan memperhatikan prosedur keselamatan kerja. Kriteria Penilaian Mendemonstrasikan prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah sistem kerja pada suatu instalasi mesin. Getaran yang berlebih

BAB I PENDAHULUAN. sebuah sistem kerja pada suatu instalasi mesin. Getaran yang berlebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Getaran adalah suatu hal yang tidak diharapkan muncul dalam sebuah sistem kerja pada suatu instalasi mesin. Getaran yang berlebih tentunya akan berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR)

DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR) DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR) Alat ukur dalam dunia teknik sangat banyak. Ada alat ukur pneumatik, mekanik, hidrolik maupun yang elektrik. Termasuk dalam dunia otomotif, banyak juga alat ukur

Lebih terperinci

MAKALAH PENGUKURAN ALIGMENT POROS TEKNIK PERAWATAN

MAKALAH PENGUKURAN ALIGMENT POROS TEKNIK PERAWATAN MAKALAH PENGUKURAN ALIGMENT POROS TEKNIK PERAWATAN Disusun oleh : BAMBANG DWI WIBISONO 3C 1213010065 Politeknik Negeri Jakarta Teknik Mesin 2014 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan

Lebih terperinci

ALAT UKUR PRESISI 1. JANGKA SORONG Jangka sorong Kegunaan jangka sorong Mengukur Diameter Luar Benda Mengukur Diameter Dalam Benda

ALAT UKUR PRESISI 1. JANGKA SORONG Jangka sorong Kegunaan jangka sorong Mengukur Diameter Luar Benda Mengukur Diameter Dalam Benda ALAT UKUR PRESISI Mengukur adalah proses membandingkan ukuran (dimensi) yang tidak diketahui terhadap standar ukuran tertentu. Alat ukur yang baik merupakan kunci dari proses produksi massal. Tanpa alat

Lebih terperinci

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab VI Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran BAB VI

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab VI Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran BAB VI BAB VI Tujuan : Setelah mempelajari materi pelajaran pada bab VI, diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menjelaskan arti dari kelurusan, kesikuan, keparalelan dan kedataran. 2. Menyebutkan beberapa alat ukur

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO MODIFIKASI ALAT PERAGA PENGUKURAN GETARAN PADA ALIGNMENT POROS MOTOR LISTRIK - GEARBOX POMPA

UNIVERSITAS DIPONEGORO MODIFIKASI ALAT PERAGA PENGUKURAN GETARAN PADA ALIGNMENT POROS MOTOR LISTRIK - GEARBOX POMPA UNIVERSITAS DIPONEGORO MODIFIKASI ALAT PERAGA PENGUKURAN GETARAN PADA ALIGNMENT POROS MOTOR LISTRIK - GEARBOX POMPA STUDI KASUS PERGESERAN MOTOR LISTRIK KE SISI KANAN DAN SISI KIRI (PANDANGAN DARI SISI

Lebih terperinci

MEKANISME PROSES ALIGNMENT POROS MESIN ROTASI BERBANTUAN PERANGKAT LUNAK

MEKANISME PROSES ALIGNMENT POROS MESIN ROTASI BERBANTUAN PERANGKAT LUNAK INFO TEKNIK Volume 16 No. 1 Juli 2015 (11-20) MEKANISME PROSES ALIGNMENT POROS MESIN ROTASI BERBANTUAN PERANGKAT LUNAK Darto dan Sudjatmiko Prodi Teknik Mesin Unmer Malang Email : darto@unmer.ac.id; djatmiko.mlg@gmail.com

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO MODIFIKASI ALAT PERAGA PENGUKURAN GETARAN PADA ALIGNMENT POROS MOTOR LISTRIK GEARBOX POMPA

UNIVERSITAS DIPONEGORO MODIFIKASI ALAT PERAGA PENGUKURAN GETARAN PADA ALIGNMENT POROS MOTOR LISTRIK GEARBOX POMPA UNIVERSITAS DIPONEGORO MODIFIKASI ALAT PERAGA PENGUKURAN GETARAN PADA ALIGNMENT POROS MOTOR LISTRIK GEARBOX POMPA STUDI KASUS PERGESERAN GEARBOX KE SISI KANAN DAN KIRI (PANDANGAN DARI SISI BELAKANG MOTOR

Lebih terperinci

ANALISIS PENYIMPANGAN BATAS TOLERANSI ALIGNMENT POROS MOTOR LISTRIK DAN POSITIVE PUMP DI PT. INDOLAKTO PURWOSARI

ANALISIS PENYIMPANGAN BATAS TOLERANSI ALIGNMENT POROS MOTOR LISTRIK DAN POSITIVE PUMP DI PT. INDOLAKTO PURWOSARI Shofan Syukri/ Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, 6 Agustus 5 ANALISIS PENYIMPANGAN BATAS TOLERANSI ALIGNMENT POROS MOTOR LISTRIK DAN POSITIVE PUMP DI PT. INDOLAKTO PURWOSARI Shofan Syukri Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

JUDUL : PEMBUATAN ALAT PENGUKUR KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA HASIL PROSES PEMESINAN YANG DIAPLIKASIKAN PADA KOMPUTER

JUDUL : PEMBUATAN ALAT PENGUKUR KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA HASIL PROSES PEMESINAN YANG DIAPLIKASIKAN PADA KOMPUTER JUDUL : PEMBUATAN ALAT PENGUKUR KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA HASIL PROSES PEMESINAN YANG DIAPLIKASIKAN PADA KOMPUTER BY : 1. Dayang (6306 030 021 ) 2. Didik Eko P Budi (6306 030 057 ) PENDAHULUAN Latar

Lebih terperinci

BAB I V PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN Membongkar Dan Merakit Kembali Transmisi Manual

BAB I V PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN Membongkar Dan Merakit Kembali Transmisi Manual 20 BAB I V PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PROSES PENGERJAAN TRANSMISI 4.1.1 Membongkar Dan Merakit Kembali Transmisi Manual Catatan : Transmisi manual yang ditinjau dalam servis ini adalah transmisi manual

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT DAN ANALISIS EKSPERIMENTAL GETARAN AKIBAT MISALIGNMENT POROS

PERANCANGAN ALAT DAN ANALISIS EKSPERIMENTAL GETARAN AKIBAT MISALIGNMENT POROS PERANCANGAN ALAT DAN ANALISIS EKSPERIMENTAL GETARAN AKIBAT MISALIGNMENT POROS Muhammad Hasbi, Nanang Endriatno, Jainudin Staf Pengajar Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo,

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS KOPLING KIJANG INNOVA TYPE V TAHUN 2004

BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS KOPLING KIJANG INNOVA TYPE V TAHUN 2004 22 BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS KOPLING KIJANG INNOVA TYPE V TAHUN 2004 3.1 Tempat Dan Objek Analisis Tempat untuk melakukan analisis dan perbaikan pada tugas akhir ini, adalah workshop otomotif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. komponen yang digerakkan (pompa, gearbox, dan lain - lain). Penyelarasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. komponen yang digerakkan (pompa, gearbox, dan lain - lain). Penyelarasan 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penegertian Kelurusan Kelurusan poros adalah posisi yang tepat dari garis sumbupenggerakdan komponen yang digerakkan (pompa, gearbox, dan lain - lain). Penyelarasan dicapai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan tempat pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan tempat pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut : BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Waktu dan tempat pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut : 1. Tempat pengujian :Dynotest center Mototech Jalan Ringroad Selatan,

Lebih terperinci

DIAGNOSA KETIDAKLURUSAN (MISALIGNMENT) POROS MENGGUNAKAN METODE MULTICLASS SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM)

DIAGNOSA KETIDAKLURUSAN (MISALIGNMENT) POROS MENGGUNAKAN METODE MULTICLASS SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) DIAGNOSA KETIDAKLURUSAN (MISALIGNMENT) POROS MENGGUNAKAN METODE MULTICLASS SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh: WANTO NIM.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO RANCANG BANGUN ALAT PERAGA PENGUKURAN GETARAN PADA ALIGNMENT POROS MOTOR LISTRIK POMPA

UNIVERSITAS DIPONEGORO RANCANG BANGUN ALAT PERAGA PENGUKURAN GETARAN PADA ALIGNMENT POROS MOTOR LISTRIK POMPA UNIVERSITAS DIPONEGORO RANCANG BANGUN ALAT PERAGA PENGUKURAN GETARAN PADA ALIGNMENT POROS MOTOR LISTRIK POMPA STUDI KASUS PERGESERAN POMPA KE SISI KANAN (PANDANGAN DARI SISI BELAKANG POMPA) TUGAS AKHIR

Lebih terperinci

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis 4. 1 Perancangan Mekanisme Sistem Penggerak Arah Deklinasi Komponen penggerak yang dipilih yaitu ball, karena dapat mengkonversi gerakan putaran (rotasi) yang

Lebih terperinci

PENGUJIAN KEBULATAN HASIL PEMBUBUTAN POROS ALUMINIUM PADA LATHE MACHINE TYPE LZ 350 MENGGUNAKAN ALAT UKUR ROUNDNESS TESTER MACHINE

PENGUJIAN KEBULATAN HASIL PEMBUBUTAN POROS ALUMINIUM PADA LATHE MACHINE TYPE LZ 350 MENGGUNAKAN ALAT UKUR ROUNDNESS TESTER MACHINE PENGUJIAN KEBULATAN HASIL PEMBUBUTAN POROS ALUMINIUM PADA LATHE MACHINE TYPE LZ 350 MENGGUNAKAN ALAT UKUR ROUNDNESS TESTER MACHINE Rachman Saputra 1, Dodi Sofyan Arief 2, Adhy Prayitno 3 1 Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM METROLOGI INDUSTRI MODUL 5 : PROFIL PROYEKTOR. Disusun Oleh : JOSSY KOLATA ( ) KELOMPOK 5

LAPORAN PRAKTIKUM METROLOGI INDUSTRI MODUL 5 : PROFIL PROYEKTOR. Disusun Oleh : JOSSY KOLATA ( ) KELOMPOK 5 LAPORAN PRAKTIKUM METROLOGI INDUSTRI MODUL 5 : PROFIL PROYEKTOR Disusun Oleh : JOSSY KOLATA (1007121681) KELOMPOK 5 LABORATORIUM PENGUKURAN PROGRAM STUDI SARJANA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN OVER HOUL TRANSMISI C50

BAB IV PELAKSANAAN OVER HOUL TRANSMISI C50 BAB IV PELAKSANAAN OVER HOUL TRANSMISI C50 Gbr 4.1 Transmisi Type C50 4.1 MEMBONGKAR TRANSAXLE 1. MELEPAS POROS TUAS PEMINDAH (SELECT LEVER SHAFT ASSEMBLY) DAN PEMILIH (SHIFT) Lepaskan poros tuas pemindah

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Semester III OVERHAUL MESIN X 50 No.JST/OTO/OTO0/0& Revisi : 0 Tgl : 6 Februari 0 Hal dari I. Kompetensi : Setelah selesai praktik diharapkan mahasiswa dapat :. Melepas dan memasang semua komponen mesin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Getaran Getaran timbul akibat transfer gaya siklik melalui elemen-elemen mesin yang ada, dimana elemen-elemen tersebut saling beraksi satu sama lain dan energi didesipasi

Lebih terperinci

MODUL TUGAS BESAR MENGGAMBAR MESIN

MODUL TUGAS BESAR MENGGAMBAR MESIN MODUL TUGAS BESAR MENGGAMBAR MESIN GENAP 2017-2018 Purnami, ST., M.T. Asisten Studio Gambar Teknik dan Mesin Fakultas Teknik Jurusan Mesin Universitas Brawijaya DAFTAR ISI BAB I ATURAN DASAR PEMBERIAN

Lebih terperinci

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA Jatmoko Awali, Asroni Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar Dewantara No. 116 Kota Metro E-mail : asroni49@yahoo.com

Lebih terperinci

MODUL PROSES PEMESINAN I SEKSI MESIN BUBUT. Oleh : Purgiyanto

MODUL PROSES PEMESINAN I SEKSI MESIN BUBUT. Oleh : Purgiyanto MODUL PROSES PEMESINAN I SEKSI MESIN BUBUT Oleh : Purgiyanto JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2012 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

Lebih terperinci

TAHAP AWAL PEMBUATAN PEMBUBUTAN HOUSE BEARING RODA ROLI

TAHAP AWAL PEMBUATAN PEMBUBUTAN HOUSE BEARING RODA ROLI ISSN 1412-5609 (Print) Jurnal INTEKNA, Volume 15, No. 2, November 2015, 100-210 TAHAP AWAL PEMBUATAN PEMBUBUTAN HOUSE BEARING RODA ROLI Anhar Khalid (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1. Tempat Pelaksanaan Tempat yang akan di gunakan untuk perakitan dan pembuatan sistem penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi Universitas

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Semester III OVERHAUL MESIN X 50 No.JST/OTO/OTO0/9&0 Revisi: 0 Tgl: Agustus 06 Hal dari I. Kompetensi: Setelah selesai praktik diharapkan mahasiswa dapat:. Melepas dan memasang semua komponen mesin dengan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Konstruksi Prototipe Manipulator Manipulator telah berhasil dimodifikasi sesuai dengan rancangan yang telah ditentukan. Dimensi tinggi manipulator 1153 mm dengan lebar maksimum

Lebih terperinci

Toleransi& Implementasinya

Toleransi& Implementasinya Toleransi& Implementasinya Daftar Isi 1. Toleransi Linier... 3 a) Suaian-suaian (Fits)... 6 b) Jenis jenis Suaian... 6 c) Toleransi Khusus dan Toleransi Umum... 6 1) Toleransi Khusus... 6 2) Toleransi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Muiai. Kapasitas: A4 Bahan pola : Lilin Pahat: Gurdi Daya: 1/16HP. Sketsa alat. Desain gambar

BAB III PERANCANGAN ALAT. Muiai. Kapasitas: A4 Bahan pola : Lilin Pahat: Gurdi Daya: 1/16HP. Sketsa alat. Desain gambar BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Diagram Alir Perancangan Muiai Kapasitas: A4 Bahan pola : Lilin Pahat: Gurdi Daya: 1/16HP I Sketsa alat Desain gambar Perancangan alat Kerangka Mesin Kerangka Meja Poros Perakitaiimesin

Lebih terperinci

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A TEKNIK PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A Jl. Rajawali No. 32, Telp./Faks. : (0351) 746081 Ngawi. Homepage: 1. www.smkpgri1ngawi.sch.id 2. www.grisamesin.wordpress.com Facebook: A. Kecepatan potong

Lebih terperinci

ANALISIS MISALIGNMENT KOPLING PADA MESIN ROTARY MENGGUNAKAN SINYAL GETARAN STEADY STATE DENGAN METODE RIM AND FACE

ANALISIS MISALIGNMENT KOPLING PADA MESIN ROTARY MENGGUNAKAN SINYAL GETARAN STEADY STATE DENGAN METODE RIM AND FACE Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 4, No., Tahun 16 ANALISIS MISALIGNMENT KOPLING PADA MESIN ROTARY MENGGUNAKAN SINYAL GETARAN STEADY STATE DENGAN METODE RIM AND FACE *Iman Agus Raharjo 1, Achmad Widodo, Ismoyo

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGERAK PADA SISTEM PENGAMAN PINTU BER-PASSWORD

ANALISIS PENGGERAK PADA SISTEM PENGAMAN PINTU BER-PASSWORD Analisis Penggerak Pada Sistem Pengaman Pintu. (Gandung Listiono) 163 ANALISIS PENGGERAK PADA SISTEM PENGAMAN PINTU BER-PASSWORD ANALYSIS OF ACTIVATOR OF PASSWORDED DOOR SECURITY SYSTEM Oleh: Gandung Listiono

Lebih terperinci

MODUL TUGAS BESAR MENGGAMBAR MESIN

MODUL TUGAS BESAR MENGGAMBAR MESIN MODUL TUGAS BESAR MENGGAMBAR MESIN GENAP 2016-2017 Ir. Endi Sutikno, M.T. Asisten Studio Gambar Teknik dan Mesin Fakultas Teknik Jurusan Mesin Universitas Brawijaya BAB I ATURAN-ATURAN DASAR UNTUK MEMBERI

Lebih terperinci

PERAWATAN & PERBAIKAN SISTEM TRANSMISI MANUAL

PERAWATAN & PERBAIKAN SISTEM TRANSMISI MANUAL SMK KARTANEGARA WATES KAB. KEDIRI SISTEM PEMINDAH TENAGA (SPT) PERAWATAN & PERBAIKAN SISTEM TRANSMISI MANUAL 48 PRAKTEK PERAWATAN DAN PERBAIKAN TRANSMISI MANUAL 1. Gambar Komponen Transmisi Manual. 2.

Lebih terperinci

Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan (RPKPM).

Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan (RPKPM). Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan (RPKPM). Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi

Lebih terperinci

JANGKA SORONG I. DASAR TEORI

JANGKA SORONG I. DASAR TEORI JANGKA SORONG I. DASAR TEORI Jangka sorong merupaakan salah satu alat ukur yang dilengkapi dengan skala nonius, sehingga tingkat ketelitiannya mencapai 0,02 mm dan ada juga yang ketelitiannya 0,05 mm.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Desember 2011 dan dilaksanakan di laboratorium lapang Siswadhi Soepardjo (Leuwikopo), Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PELAKSANAAN. Proses Analisis Sistem Pemindah Tenaga Yamaha Vixion ini dilakukan di

BAB III METODELOGI PELAKSANAAN. Proses Analisis Sistem Pemindah Tenaga Yamaha Vixion ini dilakukan di BAB III METODELOGI PELAKSANAAN 3.1. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Proses Analisis Sistem Pemindah Tenaga Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin Program Politeknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di buat karena kebutuhan perbaikan tidak dapat ditentukan secara pasti, tanpa

BAB I PENDAHULUAN. di buat karena kebutuhan perbaikan tidak dapat ditentukan secara pasti, tanpa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perawatan secara tradisional, penjadwalan perbaikan, biasanya sulit di buat karena kebutuhan perbaikan tidak dapat ditentukan secara pasti, tanpa membongkar

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan Penelitian a. Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4 langkah 110 cc seperti dalam gambar 3.1 : Gambar 3.1. Sepeda

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang BAB III METODOLOGI 3.1 Pembongkaran Mesin Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan mengganti atau memperbaiki komponen yang mengalami kerusakan. Adapun tahapannya adalah membongkar mesin

Lebih terperinci

ANALISIS PROFIL KEBULATAN UNTUK MENENTUKAN KESALAHAN GEOMETRIK PADA PEMBUATAN KOMPONEN MENGGUNAKAN MESIN BUBUT CNC

ANALISIS PROFIL KEBULATAN UNTUK MENENTUKAN KESALAHAN GEOMETRIK PADA PEMBUATAN KOMPONEN MENGGUNAKAN MESIN BUBUT CNC ANALISIS PROFIL KEBULATAN UNTUK MENENTUKAN KESALAHAN GEOMETRIK PADA PEMBUATAN KOMPONEN MENGGUNAKAN MESIN BUBUT CNC Muhammad Yanis Jurusan Teknik Mesin-Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl.Raya Prabumulih

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

SETYO SUWIDYANTO NRP Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc

SETYO SUWIDYANTO NRP Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc PERHITUNGAN SISTEM TRANSMISI PADA MESIN ROLL PIPA GALVANIS 1 ¼ INCH SETYO SUWIDYANTO NRP 2110 030 006 Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN TEKNIK MESIN Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C 1 Azwinur, 2 Taufiq 1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan Km.280 Buketrata Lhokseumawe.

Lebih terperinci

PERTEMUAN 13 TOLERANSI GEOMETRI DAN KONFIGURASI PERMUKAAN

PERTEMUAN 13 TOLERANSI GEOMETRI DAN KONFIGURASI PERMUKAAN PERTEMUAN 13 TOLERANSI GEOMETRI DAN KONFIGURASI PERMUKAAN 13.1. Toleransi geometri Toleransi geometri atau toleransi bentuk adalah batas penyimpangan yang diizinkan, dari dua buah garis yang sejajar, atau

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR BIDANG PERANCANGAN DAN KONSTRUKSI MESIN

TUGAS AKHIR BIDANG PERANCANGAN DAN KONSTRUKSI MESIN TUGAS AKHIR BIDANG PERANCANGAN DAN KONSTRUKSI MESIN Penyusunan Program Excell untuk Perancangan Rodagigi Lurus dan Rodagigi Miring Berdasarkan Metode Niemann (Contoh Kasus : Rodagigi Lurus Suzuki Deluxe

Lebih terperinci

TUJUAN PEMBELAJARAN. 3. Setelah melalui penjelasan dan diskusi. mahasiswa dapat mendefinisikan pasak dengan benar

TUJUAN PEMBELAJARAN. 3. Setelah melalui penjelasan dan diskusi. mahasiswa dapat mendefinisikan pasak dengan benar Materi PASAK TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Setelah melalui penjelasan dan diskusi mahasiswa dapat mendefinisikan pasak dengan benar 2. Setelah melalui penjelasan dan diskusi mahasiswa dapat menyebutkan 3 jenis

Lebih terperinci

Mikrometer adalah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur benda dengan satuan ukur yang memiliki ketelitian 0.01 mm

Mikrometer adalah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur benda dengan satuan ukur yang memiliki ketelitian 0.01 mm Mikrometer adalah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur benda dengan satuan ukur yang memiliki ketelitian 0.01 mm Satu mikrometer adalah secara luas digunakan alat di dalam teknik mesin electro untuk

Lebih terperinci

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan BAB li TEORI DASAR Pada bab ini dijelaskan mengenai konsep dasar perancangan, teori dasar pemesinan, mesin bubut, komponen komponen utama mesin dan eretan (carriage). 2.1 Konsep Dasar Perancangan Perancangan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS SIMULASI KINEMATIKA ROBOT. Dengan telah dibangunnya model matematika robot dan robot sesungguhnya,

BAB 4 ANALISIS SIMULASI KINEMATIKA ROBOT. Dengan telah dibangunnya model matematika robot dan robot sesungguhnya, 92 BAB 4 ANALISIS SIMULASI KINEMATIKA ROBOT Dengan telah dibangunnya model matematika robot dan robot sesungguhnya, maka diperlukan analisis kinematika untuk mengetahui seberapa jauh model matematika itu

Lebih terperinci

FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA

FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA A. Perlengkapan Gambar 1. Drawing Pen ukuran 0,3 dan 0,5 mm 2. Maal 3 mm 3. Penggaris /

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan. Kegiatankegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan. Kegiatankegiatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Fase Fase Dalam Proses Perancangan Perancangan merupakan rangkaian yang berurutan, karena mencakup seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan. Kegiatankegiatan dalam

Lebih terperinci

BAB IV PEMODELAN POMPA DAN ANALISIS

BAB IV PEMODELAN POMPA DAN ANALISIS BAB IV PEMODELAN POMPA DAN ANALISIS Berdasarkan pemodelan aliran, telah diketahui bahwa penutupan LCV sebesar 3% mengakibatkan perubahan kondisi aliran. Kondisi yang paling penting untuk dicermati adalah

Lebih terperinci

Proses Kalibrasi Sumbu X, Y, Dan Z Pada Mesin CNC Router Kayu 3 Axis Menggunakan Alat Bantu Dial Indicator dan Block Gauge

Proses Kalibrasi Sumbu X, Y, Dan Z Pada Mesin CNC Router Kayu 3 Axis Menggunakan Alat Bantu Dial Indicator dan Block Gauge Proses Kalibrasi Sumbu X, Y, Dan Z Pada Mesin CNC Router Kayu 3 Axis Menggunakan Alat Bantu Dial Indicator dan Block Gauge Zaynawi¹, Bayu Wiro. K², Fipka Bisono³ ¹Program Studi Teknik Desain dan Manufaktur,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Analisa Tegangan dan Defleksi Pada Plat Dudukan Pemindah Transmisi Tipe Floor Shift Dengan Rib Atau Tanpa Rib. Yohanes, ST.

TUGAS AKHIR. Analisa Tegangan dan Defleksi Pada Plat Dudukan Pemindah Transmisi Tipe Floor Shift Dengan Rib Atau Tanpa Rib. Yohanes, ST. TUGAS AKHIR Analisa Tegangan dan Defleksi Pada Plat Dudukan Pemindah Transmisi Tipe Floor Shift Dengan Rib Atau Tanpa Rib PEMBIMBING Yohanes, ST. Msc SYAMSUL ARIF 2110 106 023 LATAR BELAKANG Kualitas dari

Lebih terperinci

Analisis Perpindahan (displacement) dan Kecepatan Sudut (angular velocity) Mekanisme Empat Batang Secara Analitik Dengan Bantuan Komputer

Analisis Perpindahan (displacement) dan Kecepatan Sudut (angular velocity) Mekanisme Empat Batang Secara Analitik Dengan Bantuan Komputer Analisis Perpindahan (displacement) dan Kecepatan Sudut (angular velocity) Mekanisme Empat Batang Secara Analitik Dengan Bantuan Komputer Oegik Soegihardjo Dosen Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI KOPLING Kopling adalah satu bagian yang mutlak diperlukan pada truk dan jenis lainnya dimana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder

Lebih terperinci

UNJUK KERJA POMPA SIRKULASI SEBAGAI PENUNJANG OPERASI CHILLED WATER SYSTEM TAHUN Maryudi, Budi Arisanto Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

UNJUK KERJA POMPA SIRKULASI SEBAGAI PENUNJANG OPERASI CHILLED WATER SYSTEM TAHUN Maryudi, Budi Arisanto Pusat Teknologi Limbah Radioaktif UNJUK KERJA POMPA SIRKULASI SEBAGAI PENUNJANG OPERASI CHILLED WATER SYSTEM TAHUN 2005 Maryudi, Budi Arisanto Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK UNJUK KERJA POMPA SIRKULASI SEBAGAI PENUNJANG OPERASI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Ada proses produksi membutuhkan waktu yang lama, misalnya

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

Materi 3. Seting Alat potong, Benda Kerja, dan Zero Offset pada Mesin Frais CNC

Materi 3. Seting Alat potong, Benda Kerja, dan Zero Offset pada Mesin Frais CNC Materi 3 Seting Alat potong, Benda Kerja, dan Zero Offset pada Mesin Frais CNC Tujuan : Setelah mempelajari materi 3 ini mahasiswa memiliki kompetensi: Memasang benda kerja di mesin frais CNC Memilih alat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Perencanaan Rancang Bangun Dalam merencanakan suatu alat bantu, terlebih dahulu kita harus memperhatikan faktor-faktor yang mendasari terlaksananya perencanaan alat bantu

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR Sumardi 1* Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh Medan Km. 280 Buketrata Lhokseumawe 24301 Email: Sumardi63@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian Dongkrak Dongkrak merupakan salah satu pesawat pengangkat yang digunakan untuk mengangkat beban ke posisi yang dikehendaki dengan gaya yang kecil. 2.1.1 Dongkrak

Lebih terperinci

SOAL PEKERJAAN DASAR TEKNIK OTOMOTIF

SOAL PEKERJAAN DASAR TEKNIK OTOMOTIF SOAL PEKERJAAN DASAR TEKNIK OTOMOTIF I. Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a,b,c,d dan e! 1. Ketidakpastian yang ada pada pengukuran tunggal ditetapkan sama dengan

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 CERDAS, KREATIF, INTELEK, WIRAUSAHAWAN 1 Pilihlah salah satu jawaban soal berikut

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK SISTEM OPERASI MESIN MILLING CNC TRAINER

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK SISTEM OPERASI MESIN MILLING CNC TRAINER PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK SISTEM OPERASI MESIN MILLING CNC TRAINER * Mushafa Amala 1, Susilo Adi Widyanto 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

Presentasi Tugas Akhir

Presentasi Tugas Akhir Presentasi Tugas Akhir Modifikasi Alat Penunjuk Titik Pusat Lubang Benda Kerja Dengan Berat Maksimal Kurang Dari 29 Kilogram Untuk Mesin CNC Miling Oleh : Mochamad Sholehuddin NRP. 2106 030 033 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1.2.Tujuan dan Manfaat

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1.2.Tujuan dan Manfaat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam dunia industri, kita sering menjumpai macam-macam bearing. Dimana bearing biasa digunakan sebagai bantalan poros supaya pada saat perpindahan daya, mengurangi

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. buah silinder dilengkapi bearing dan sabuk. 2. Penggunaan PLC (Programmable Logic Controller) sebagai pengontrol

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. buah silinder dilengkapi bearing dan sabuk. 2. Penggunaan PLC (Programmable Logic Controller) sebagai pengontrol BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1. Spesifikasi Sistem Sistem simulasi conveyor untuk proses pengecatan dan pengeringan menggunakan PLC dirancang dengan spesifikasi (memiliki karakteristik utama) sebagai

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini, akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja mesin pemotong akrilik

Lebih terperinci

30 Rosa, Firlya; Perhitungan Diameter Poros Penunjang Hub Pada Mobil Listrik Tarsius X3 Berdasarkan Analisa Tegangan Geser Dan Faktor Keamanan

30 Rosa, Firlya; Perhitungan Diameter Poros Penunjang Hub Pada Mobil Listrik Tarsius X3 Berdasarkan Analisa Tegangan Geser Dan Faktor Keamanan PERHITUNGAN DIAMETER POROS PENUNJANG HUB PADA MOBIL LISTRIK TARSIUS X3 BERDASARKAN ANALISA TEGANGAN GESER DAN FAKTOR KEAMANAN Firlya Rosa, S.S.T., M.T. Staff Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX 3.1 Mencari Informasi Teknik Komponen Gearbox Langkah awal dalam proses RE adalah mencari informasi mengenai komponen yang akan di-re, dalam hal ini komponen gearbox traktor

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi Jurusan Teknik Mesin

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi Jurusan Teknik Mesin III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lampung pada bulan September 2012 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pengujian yang dilakukan pada mesin CNC adalah pertama memerintahkan motor untuk bergerak ke kanan dan ke kiri (STEP LEFT dan STEP RIGHT). Kedua adalah pengujian memerintahkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam sebuah sistem kerja yang terdiri dari berbagai rangkaian mesin,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam sebuah sistem kerja yang terdiri dari berbagai rangkaian mesin, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam sebuah sistem kerja yang terdiri dari berbagai rangkaian mesin, dibutuhkan ketepatan dalam keseluruhan sistem kerjanya, baik ketepatan waktu kerja, pemasangan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENEKUK PLAT MINI. Dalmasius Ganjar Subagio*)

PERANCANGAN MESIN PENEKUK PLAT MINI. Dalmasius Ganjar Subagio*) PERANCANGAN ESIN PENEKUK PLAT INI Dalmasius Ganjar Subagio*) INTISARI PERANCANGAN ESIN PENEKUK PLAT INI. Telah dibuat rancang bangun mesin penekuk mini, dimensi dari mesin ini panjang 565 mm lebar 180

Lebih terperinci

MESIN BOR. Gambar Chamfer

MESIN BOR. Gambar Chamfer MESIN BOR Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan). Sedangkan Pengeboran adalah operasi

Lebih terperinci

MODUL I PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI

MODUL I PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI MODUL I PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI LABORATORIUM PROSES DAN SISTEM PRODUKSI LABORATORIUM TEKNOLOGI MEKANIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2017 TATA TERTIB PRAKTIKUM

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 67 Telp & Fax. 5566 Malang 655 KODE PJ- PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI

Lebih terperinci

Analisis Getaran Struktur Mekanik pada Mesin Berputar untuk Memprediksi Kerusakan Akibat Kondisi Unbalance Sistem Poros Rotor

Analisis Getaran Struktur Mekanik pada Mesin Berputar untuk Memprediksi Kerusakan Akibat Kondisi Unbalance Sistem Poros Rotor Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 2016 Vol. 01 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016 ISSN: 2548-1509 Analisis Getaran Struktur Mekanik pada Mesin Berputar untuk Memprediksi

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT BANTU 3D SCANNER

RANCANG BANGUN ALAT BANTU 3D SCANNER RANCANG BANGUN ALAT BANTU 3D SCANNER Rudy, Agustinus Purna Irawan dan Didi Widya Utama Program Studi Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin Universitas Tarumanagara Abstrak: 3D scanner adalah alat Pemindai

Lebih terperinci

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI I. URAIAN Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda depan. Bila steering wheel diputar, steering column akan meneruskan

Lebih terperinci