BAB V KESIMPULAN. Awal munculnya pendidikan di Kota Magelang adanya kebijakan. pemerintah Belanda di Kota Magelang yang merupakan salah satu kebijakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V KESIMPULAN. Awal munculnya pendidikan di Kota Magelang adanya kebijakan. pemerintah Belanda di Kota Magelang yang merupakan salah satu kebijakan"

Transkripsi

1 BAB V KESIMPULAN Awal munculnya pendidikan di Kota Magelang adanya kebijakan pemerintah Belanda di Kota Magelang yang merupakan salah satu kebijakan Politik Etis. Peran pendidikan dan pengajaran sangat berperan dalam mengembangkan dan perluasan dunia pendidikan di Hindia Belanda.Berkembangnya pendidikan di Kota Magelang dipengaruhi oleh letak Kota Magelang yang strategis. Magelang terletak di jalur strategis persimpangan antara Yogyakarta, Semarang, Purworejo dan Surakarta membuat kedudukan Kota Magelang semakin penting. Kota Magelang juga dijadikan sebagai ibukota karesidenan, afdeeling, kabupaten dan kota militer. Perkembangan pendidikan modern mulai berkembang di Kota Magelang pada abad ke-19. Hal ini dibuktikan dengan banyak didirikannya sekolah berorientasi Belanda di Kota Magelang. Sekolah pertama kali di didirikan di Kota Magelang adalah Speeciale School dan Hoofdenschool. Pendidikan diadakan atas dasar buka untuk mencerdaskan rakyat Indonesia, tetapi untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang rendah dan murah. Perbedaan ras dan status sosial dalam penyelenggaraan pendidikan diwujudkan dalam perbedaan bahasa pengantar. Bahasa pengantar Belanda digunakan untuk sekolah-sekolah Eropa dan elite bangsawan, sementara bahasa daerah untuk sekolah-sekolah rakyat kebanyakan. Sejak diadakannya sistem Politik Etis tahun 1901 yang dicetuskan Van Deventer yaitu politik balas budi karena pihak Belanda harus membayar hutang 93

2 94 atas tenaga dan sumber daya alam kepada pribumi. Politik Etis salah satunya mencanangkan program pendidikan. Setelah Politik Etis diselenggarakan, sekolah-sekolah di Kota Magelang banyak didirikan. Sekolah-sekolah yang didirikan adalah MULO (Gubermen), Christelijke MULO, Ambonsche School, HIS, Eropeesche School 1 ste, Eropeesche School 2 de, Eropeesche School 3 de, Eropeesche School m/d Bijbel, HJS m/d Bijbel Kejuron, Christen Schakelschool, Kath. Schakelschool, Christen Huishoudschool, HCS, Malaise Chinese School, Ambaschleergang, Standart School, Vervolgschool, Kopschool, Pawiyatan (Kelas III), Volkschool (Kelas III), SHO, Taman Siswa, Adidharma, Sekolah China (Tionghoa Hwea Kwen), MOSVIA. Pendidikan di Magelang salah satu yang berkembang pesat adalah MULO(Meer Uitgebreid Lager Onderwijs). Sekolah MULO berdiri pada tahun 1917 yang merupakan sekolah rendah Belanda dengan bahasa pengantar bahasa Belanda. MULO termasuk sekolah dasar, tetapi sekolah dasar yang diperluas. Gedung MULO terletak di Bottonwe, Jalan Pahlawan Kota Magelang. Luas bangunan sekolah ini 1875,5 dan luas area tanahnya m². Berawal dari Raden Ajoe Prawiroredjo yang membeli sebidang tanah dari orang Cina. Semua guru pengajar di Sekolah MULO harus mempunyai ijasah HA (Hoofdacte), akta kepala sekolah dan ijasah khusus untuk mata pelajaran tertentu. Pada MULO semua guru dan kepala sekolah pengajarnya berkebangsaan Belanda. Sekolah MULO awalnya dikhususkan untuk golongan elite saja yang boleh bersekolah, tetapi lambat laun orang-orang kalangan bawah dapat masuk ke sekolah MULO. Untuk lulusan yang dapat bersekolah MULO adalah lulusan dari

3 95 sekolah ELS, Schakelschool, HCS dan HIS. Pada awal pembangunan, jumlah murid yang bersekolah berjumlah 92 orang. Rata-rata yang bersekolah berumur tahun. Biaya yang harus dikeluarkan saat bersekolah di MULO tergantung pada pendapatan orang tua dan jumlah tanggungan anak. Para murid masih menggunakan sabak dan grip (sekarang disebut buku dan pensil). Untuk menunjang lancarnya kegiatan belajar-mengajar, maka diadakannya kurikulum yang menjadi patokan pelajaran. Kurikulum yang berlaku di MULO adalah membaca, menulis, menggambar, berhitug dan matematika, Sejarah (Belanda dan Jajahan), Sejarah (Dunia), Geografi, Ilmu Alam, Bahasa Belanda, Bahasa Prancis, Bahasa Inggris, Bahasa Jerman. Pada saat ujian akhir, MULO dibagi menjadi diploma A dan diploma B. Perbedaan ini dimaksudkan untuk tujuan sekolah bila lulus nanti. Untuk menunjang proses belajar mengajar didukung oleh sarana dan prasarana yang ada. Bangunan Sekolah MULO Kota Magelang yang terdiri untuk kantor, ruang kelas, parkir sepeda ontel, kantin, tempat istirahat guru wanita lajang, aula, perpustakaan dan pelengkap Pada tahun 1935, MULO berkembang menjadi 2 sekolah, yaitu Christelijke MULO yang letaknya tidak jauh dari MULO (pemerintah). Christelijke MULO terletak di Jalan Potrobangsan. Jumlah murid yang ingin bersekolah di MULO Kota Magelang yang semakin meningkat dan melebihi kuota sehingga didirikannya Christelijke MULO.Christelijke MULO di khususkan untuk laki-laki saja. Kurikulum yang berlaku di sekolah ini tidak jauh berbeda dengan MULO (pemerintah). Pada tahun 1924, guru di sekolah ini berjumlah 3 orang dan muridnya berjumlah 55 murid.

4 96 Dampak yang timbul akibat adanya pendidikan menjadikan pemikiran dan pandangan menjadi jauh lebih terbuka pada kaum terpelajar.pendidikan juga menjadikan masyarakat Magelang menjadi cerdas. Kaum terpelajar tersebut yang dinamakan kaum priyayi. Belanda membawa pendidikan baru yang dalam banyak hal berbeda dari lembaga-lembaga pendidikan pribumi. Pendidikan menimbulkan mobilitas sosial. Munculnya kaum terpelajar dan semakin banyaknya penduduk dari luar yang masuk ke daerah Magelang dengan berstatus sebagai pelajar. Adanya pendidikan menciptakan tingkat intelektual yang semakin tinggi. Timbulnya organisasi modern memberikan kesempatan berkomunikasi dengan pelajar elite lainnya untuk memajukan modernisasi. Pendidikan modern yang diselenggarakan pemerintah Belanda melahirkan tokoh-tokoh intelektual. Pendidikan berdampak pada perekonomian setiap wilayah. Lulusan dari MULO Kota Magelang menjadi terbukanya lapangan kerja baru, seperti pegawai administrasi. Orang yang dapat berbahasa Belanda dapat jabatan dan pendapatan yang baik. Selain itu, banyak didirikan sekolah-sekolah di Kota Magelang salah satunya Christelijke MULO karena terbatasnya kuota jumlah murid. Kebiasaan dalam berinteraksi dengan orang Eropa dan Timur Asing, membuat pandangan dan gaya hidup semakin luas. Unsur-unsur kebudayaan Eropa lambat laun masuk dan membaur pada masyarakat pribumi. Kemajuan tingkat intelektual memungkinkan kemampuan bisa beradaptasi dengan lingkungan. Perubahan yang sangat mencolok pada gaya berpakaian. Orang-orang pribumi mengenal kain-kain baru dan bergaya kebarat-baratan. Sementara orang Eropa juga mengenal dan

5 97 tertarik pada pakaian orang pribumi yaitu memakai kebaya dan jarit. Bahasa sehari-hari yang lebih berpengaruh pada bahasa Belanda.

6 98 Daftar Pustaka Arsip: ANRI, Afdeling AQ23 Gebouwen M.U.L.O, ( ), No. 8178/C ANRI, Stukken Betreffenede Serrein Achter Muloschool te Magelang-Midden Java- ( ), No. 34-Inl. Verp. Nos , A12/ 12/21. ANRI, Stukken Betreffende Bouw Subsidie Scholen te Magelang Voor Muloschool en de Christelijke Muloschool-( ), No. E 11/2/17, No. E 11/4/12, No. 34 (3n 3voud). Cetakan Resmi: Bijblad op het Staatsblad Van Nederlandsch-Indie, Weltevreden: Landsdrukkerij, No.11901, Tahun Departement Van Onderwijs en Eeredienst, Algemeen Verslag Van Het Onderwijs in Nederlandsch-Indie Over Het Schooljaar 1930/1931, Batavia: Visser, 1932., Algeemen Verslag Van Het Onderwijs in Nederlandsch-Indie Over Het Schooljaar 1932/1933, Batavia: Landsdrukkerij, 1934., Algemeen Verslag Van Het Onderwijs in Nederlandsch-Indie Staten en Tabelle, Gedenkboek Voor Nederlandsch-Indie ter Gelegenheid van Het Regeeringsjubileum van H. M. de Koningin , Batavia: G. Kolff, Indisch Verslag 1931 Statistical Jaaroverzicht Van Nederlandsch-Indie Over Het Jaar 1930, Batavia: Centraal Kantoor voor de Statistiek in Nederlandsch- Indie, Kolonial Verslag, Onderwijs, Tahun Kolonial Verslag, Onderwijs, Tahun Buku dan Artikel: Abdul Syukur, dkk., Indonesia Dalam Arus Sejarah, Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve, Abd Rahman Hamid & Muh Saleh Hamid, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2014.

7 99 Baudet.H dan I.J. Brugmans, Poltik dan Revolusi Kemerdekaan, Jakarta: Yayasan Obor, Boekhandel Visser.N. V & Co, Verslagen Van De Mulo-Eindexamens in Nederlandsch-Indie In 1920, (tk): Weltevreden,1920. Brugmans, J., Geschiedenis Van Het Onderwijs In Nederlandsch-Indie, Batavia: Bij J.B. Wolters Uitgevers-Maatschappij, Daliman. A, Metode Penelitian Sejarah, Yogyakarta: Ombak, Denys Lombard, Nusa Jawa: Silang Budaya (Batas-batas Pembaratan) Jilid I, Jakarta: PT Gramedia, Djohan Makmur, dkk., Sejarah Pendidikan di Indonesia Zaman Penjajahan, Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, tt. Djoko Soekiman, Kebudayaan Indis Dari Zaman Kompeni Sampai Revolusi, Depok:Komunitas Bambu, Djuliati Suroyo, Eksploitasi Kolonial Abad XIX: Kerja Wajib di Karesidenan Kedu , Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia, Gamal Komandoko, Boedi Oetomo Awal Bangkitnya Kesadaran Bangsa, Jakarta: Buku Kita, Handinoto, Arsitektur dan Kota-kota di Jawa Pada Masa Kolonial, Yogyakarta: Graha Ilmu, Hartono Kasmadi, Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jawa Tengah, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Ombak, Instituut Sint Louis, Muloschool voor Jongens Met Europees Internaat, Ambarawa, Yogyakarta: (tp), (tt). Johannes, Olivier, Kota di Djawa Tempo Doeloe, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, Kabupaten Magelang, Kabupaten Magelang Dari Masa ke Masa, Magelang: Kabupaten Magelang, Ki Hajar Dewantara, Pendidikan, Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, Kluiver, D. J. W. J., Studiemogelijkheden En Opleidingen in Nederlandsch-Indie, De Muloschool en A.M.S., De H.B.S. en Het Lyceum, Arnhem: Ten Brink s,

8 100 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana, Leo Agung dan Suparman, Sejarah Pendidikan, Yogyakarta: Ombak, Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, Masalahmasalah Pembangunan Bunga Rampai Antropologi Terapan,Jakarta: Djaya Pirusa, Mestoko, Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Moehati, dkk., Sejarah Pendidikan Daerah Jawa Barat, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997., Sejarah Pendidikan Daerah Jawa Tengah, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Nasution, S., Sejarah Pendidikan Indonesia, Jakarta: PT. Bumi Angkasa, Nurani Soyomukti, Teori-teori Pendidikan Dari Tradisional, (Neo) Liberal, Marxis-Sosialis, Hingga Postmodern, Yogyakarta: 2015, Ar-Ruzz Media. Pemerintah Kota Magelang, Dokumentasi Sejarah Kota Magelang, (Magelang: Kantor Perpustakaan dan Dokumentasi Kota Magelang, Pemerintah Kota Magelang, Ayo ke Magelang, Magelang: Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kota Magelang, tt.. Ricklefs. H. C., Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, Sagimun MD, Peranan Pemuda Dari Sumpah Pemuda Sampai Proklamasi, Jakarta: PT. Bina Aksara, Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993., Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme Jilid 2, Jakarta: Gramedia, 1999., Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Dari Emporium Sampai Imperium, Jakarta: Gramedia, 1987., Perkembangan Peradaban Priyayi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, Selo Soemardjan, Perubahan Sosial di Yogyakarta, Yogyakarta: Gadjah Mada University, Setiadi Kartohadikusumo, Soetardjo: Petisi Sutardjo dan Perjuangannya, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990.

9 101 Soegarda Poerbakawatjan Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, Soekimin Adiwiratmoko, Pembangunan Magelang Kota Indah (The Central of Java) Dulu dan Sekarang, Magelang: t.p., Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional: Dari Budi Utomo Sampai Proklamasi , Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Suhartono W. Pranoto, Teori & Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Graha Ilmu, Sumarsono Mestoko, Pendidikan di Indonesia Dari Jaman ke Jaman, Jakarta: Balai Pustaka, Sumartono, Selayang Pandang Kotamadya Daerah Tingkat II Magelang,Magelang: Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Magelang, Sutedjo Bradjanagara, Sedjarah Pendidikan Indonesia, Jogjakarta: t.p., Stadsgemeente Magelang, Magelang: Middlepuint van den tuin van Java, Magelang: Het Bestuur der Stadsgemeente Magelang, Tim Prodi Ilmu Sejarah, Pedoman Penulisan Tugas Akhir Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Progam Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Yogyakarta, Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, Di Bawah Bayang-bayang Adikuasa, Jakarta: PT. Temprint, Majalah: Bataviaasch Nieuwsblad, Pembangunan Gedung Sekolah MULO, tgl 29 Mei Sjouke, HJ., Wetenswaardigheden van Magelang, Tahun Yustina Hastrini Nurwanti, Sekolah dan Internaat Mendoet Pendidikan Perempuan Tahun , Patra Widya, Yogyakarta: Juni Skripsi: Dimas Adhi Ratmoko, Perkembangan Industri dan Perdagangan di Magelang , Skripsi, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, Heru Dwiyantara, Pendidikan di Magelang: Perkembangan Sekolah-sekolah Bumiputra dan Eropa , Skripsi, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2006.

10 102 Indri Tri Lestari, Pariwisata di Magelang Pada Masa Kolonial ( ), Skripsi, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, Internet: diakses pada hari Kamis 6 April 2017 pada pukul pm. KITLV, diakses pada hari 23 Mei 2017, pukul pm. KITLV, diakses pada hari 23 Mei 2017, pukul pm. Maps.library.leiden.edu, diakses pada hari Jumat 9 Juni 2017 pukul pm.

11 LAMPIRAN

12 Lampiran 1: Peta Kota Magelang Tahun 1920 Sumber: Maps.library.leiden.edu, diakses pada, diakses pada Kamis 20 Juli,pukul

13 105 Lampiran 2: Jaman Persekolahan di Hindia Belanda Abad 20 Sumber: Mestoko, Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1985, hlm. 38.

14 106 Lampiran 3: Perkembangan Murid SLTP Tahun Sumber: Mestoko, Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1985, hlm. 39.

15 Lampiran 4: Peta Persebaran Sekolah di Kota Magelang Sumber: Maps.library.leiden.edu, diakses pada 21 Juli 2017.

16 108 Lampiran 5: Jalan Potrobangsan Depan Sekolah MULO dan Sekolah Christelijke MULO Sumber: KITLV, diakses pada hari 23 Mei 2017, pukul pm.

17 109 Lampiran 6: Sekolah MULO di Kota Magelang Tampak Depan Sumber: KITLV, diakses pada hari 23 Mei 2017, pukul pm.

18 110 Lampiran 7: Murid-murid MULO Berkumpul di Lapangan Sekolah Sumber: KITLV, diakses pada hari 23 Mei 2017, pukul pm.

19 111 Lampiran 8: Rapor Murid Sekolah MULO Kota Magelang Tahun 1924 Sumber: diakses pada hari Kamis 6 April 2017 pada pukul pm.

20 112 Lampiran 9: Sampul Rapor Murid Christelijke MULO Kota Magelang Tahun 1932 Rapor Murid Christelijke MULO Kota Magelang Tahun 1932 Sumber: diakses pada hari Kamis 6 April 2017 pada pukul pm.

21 Lampiran 10: Perjanjian Kepemilikan Hak Milik Sekolah MULO Magelang 113

22 114

23 115

24 116 Sumber: ANRI, Stukken Betreffenede Serrein Achter Muloschool te Magelang- Midden Java- ( ), No. A12/ 12/21

25 Lampiran 11: Pengesahan Penempatan Sekolah Magelang di Potrobangsan 117

26 118 Sumber: ANRI, Stukken Betreffende Bouw Subsidie Scholen te Magelang Voor Muloschool en de Christelijke Muloschool-( ), No. E 11/2/17.

27 119 Lampiran 12: Biaya Tanah Sekolah MULO Sumber: ANRI, Stukken Betreffende Bouw Subsidie Scholen te Magelang Voor Muloschool en de Christelijke Muloschool-( ), No. A32/7/1.

28 Lampiran 13: Subsisdi Pembangunan Sekolah MULO 120

29 121 Sumber: ANRI, Stukken Betreffende Bouw Subsidie Scholen te Magelang Voor Muloschool en de Christelijke Muloschool-( ), No. A32/7/1.

30 122 Lampiran 14: Biaya Kontribusi Per Kelas Sekolah MULO Sumber: ANRI, Afdeling AQ23 Gebouwen M.U.L.O, ( ), No. 8178/C.

31 123 Lampiran 15: Perekrutan Siswa MULO di Kota Magelang Sumber: ANRI, Stukken Betreffende Bouw Subsidie Scholen te Magelang Voor Muloschool en de Christelijke Muloschool-( ), No. 34 (3n 3voud).

32 Lampiran16: Mata Pelajaran yang Diajarkan di Sekolah MULO Tahun

33 125

34 Sumber: Bijblad op het Staatsblad Van Nederlandsch-Indie, Weltevreden: Landsdrukkerij, No.11901, Tahun 1930, hlm

35 128 Lampiran 17: Daftar Lulusan MULO Ijasah A Sumber: Departement Van Onderwijs en Eeredienst, Algemeen Verslag Van Het Onderwijs in Nederlandsch-Indie Over Het Schooljaar 1932/1933, (Batavia: Landsdrukkerij, 1934), hlm

36 129 Lampiran 17: Daftar Lulusan MULO Ijasah B Sumber: Departement Van Onderwijs en Eeredienst, Algemeen Verslag Van Het Onderwijs in Nederlandsch-Indie Over Het Schooljaar 1932/1933, Batavia: Landsdrukkerij, 1934, hlm

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam rangka pembangunan nasional. Garis besar

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam rangka pembangunan nasional. Garis besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan budaya yang memegang peranan penting dalam rangka pembangunan nasional. Garis besar pendidikan di Indonesia melalui tiga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN SEKOLAH MULO DI KOTA MAGELANG TAHUN JURNAL

PERKEMBANGAN SEKOLAH MULO DI KOTA MAGELANG TAHUN JURNAL PERKEMBANGAN SEKOLAH MULO DI KOTA MAGELANG TAHUN 1917-1942 JURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Lebih terperinci

BAB III PERKEMBANGAN PENDIDIKAN SEKOLAH MULO DI KOTA MAGELANG TAHUN MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) merupakan Sekolah Rendah

BAB III PERKEMBANGAN PENDIDIKAN SEKOLAH MULO DI KOTA MAGELANG TAHUN MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) merupakan Sekolah Rendah BAB III PERKEMBANGAN PENDIDIKAN SEKOLAH MULO DI KOTA MAGELANG TAHUN 1917-1945 MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) merupakan Sekolah Rendah Belanda sambungan dari HIS (Hollands Inlands School). 1 Sesuai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Mangkubumi, yang terdiri dari Pangeran Mangkubumi, Pangeran Wijil, Pangeran

BAB V KESIMPULAN. Mangkubumi, yang terdiri dari Pangeran Mangkubumi, Pangeran Wijil, Pangeran BAB V KESIMPULAN Pakualaman terbentuk dari adanya perjanjian Giyanti antara pihak Mataram yang diwakili oleh Sunan Pakubuwana III dengan kelompok Pangeran Mangkubumi, yang terdiri dari Pangeran Mangkubumi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri pada 1849 di Weltevreden, Batavia. Sekolah ini selanjutnya mengalami berbagai perubahan kurikulum.

Lebih terperinci

modernisasai kebudayaan Barat di Magelang awal abad XX, kemudian

modernisasai kebudayaan Barat di Magelang awal abad XX, kemudian BAB V KESIMPULAN Pada bagian kesimpulan ini ada beberapa catatan penting yang harus dipertegas kembali, yakni kehidupan sosial, ekonomi, dan kebudayaan yaitu modernisasai kebudayaan Barat di Magelang awal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Konsep Paguron Ki Hadjar Dewantara dalam Taman Siswa mengandalkan nasionalisme dan kultur khas Indonesia.

BAB V KESIMPULAN. Konsep Paguron Ki Hadjar Dewantara dalam Taman Siswa mengandalkan nasionalisme dan kultur khas Indonesia. BAB V KESIMPULAN Konsep Paguron Ki Hadjar Dewantara dalam Taman Siswa 1922 1945, telah memberikan gambaran mengenai konsep pendidikan yang mengandalkan nasionalisme dan kultur khas Indonesia. Adapun hasil

Lebih terperinci

BAB II PENDIDIKAN DAN KEDUDUKAN SOSIAL GURU-GURU DI JAWA PADA AWAL ABAD XX. A. Pendidikan di Kalangan Bumiputera di Jawa pada Awal Abad XX

BAB II PENDIDIKAN DAN KEDUDUKAN SOSIAL GURU-GURU DI JAWA PADA AWAL ABAD XX. A. Pendidikan di Kalangan Bumiputera di Jawa pada Awal Abad XX BAB II PENDIDIKAN DAN KEDUDUKAN SOSIAL GURU-GURU DI JAWA PADA AWAL ABAD XX A. Pendidikan di Kalangan Bumiputera di Jawa pada Awal Abad XX Pada masa penjajahan, stratifikasi penduduk dibedakan berdasarkan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. De Katholieke Missie in Nederlandsch oost-indie : Jaarboek 1931. Batavia : Centraal Missie Bureau, 1931.

DAFTAR PUSTAKA. De Katholieke Missie in Nederlandsch oost-indie : Jaarboek 1931. Batavia : Centraal Missie Bureau, 1931. DAFTAR PUSTAKA Arsip dan Terbitan Pemerintah De Katholieke Missie in Nederlandsch oost-indie : Jaarboek 1931. Batavia : Centraal Missie Bureau, 1931. De Katholieke Missie in Nederlandsch oost-indie : Jaarboek

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN... HALAMAN SAMPUL DALAM... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTTO...

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN... HALAMAN SAMPUL DALAM... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTTO... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL DEPAN... HALAMAN SAMPUL DALAM... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu upaya bagi manusia untuk mencapai suatu tingkat kemajuan, sebagai sarana untuk membebaskan dirinya dari keterbelakangan, dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun tidak lepas dari intrik-intrik politik dan memiliki tujuan didalamnya, hal yang pada awalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hak yang dimiliki seorang warga negara Indonesia. adalah hak untuk mendapatkan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hak yang dimiliki seorang warga negara Indonesia. adalah hak untuk mendapatkan pendidikan. BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Salah satu hak yang dimiliki seorang warga negara Indonesia adalah hak untuk mendapatkan pendidikan. Hak warga negara untuk memperoleh pendidikan ini tertuang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengecap pahitnya penderitaan dalam sejarah masa lalunya sebagai bangsa

BAB I PENDAHULUAN. mengecap pahitnya penderitaan dalam sejarah masa lalunya sebagai bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan satu dari sekian bangsa yang pernah mengecap pahitnya penderitaan dalam sejarah masa lalunya sebagai bangsa yang dijajah bangsa lain.

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu

BAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di Hindia Belanda sejak tahun 1900. Pada masa ini diterapkan suatu politik yang bertujuan untuk melunasi hutang

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdurahman, D. (2007). Metodologi penelitian sejarah. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

DAFTAR PUSTAKA. Abdurahman, D. (2007). Metodologi penelitian sejarah. Yogyakarta: Ar-ruzz Media. 142 DAFTAR PUSTAKA Buku : Abdurahman, D. (2007). Metodologi penelitian sejarah. Yogyakarta: Ar-ruzz Media. Bapusipda Kota Cirebon. (2011). Sekilas sejarah pemerintahan kota Cirebon. Cirebon: Bapusipda

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Alwisol, Psikologi Kepribadian, Malang: Universitas Muhammadiyah. Musyawarah Pejuang Republik Indonesia Medan Area, 1976.

DAFTAR PUSTAKA. Alwisol, Psikologi Kepribadian, Malang: Universitas Muhammadiyah. Musyawarah Pejuang Republik Indonesia Medan Area, 1976. DAFTAR PUSTAKA Alwisol, Psikologi Kepribadian, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press, 2004. Biro Sejarah Prima, Medan Area Mengisi Proklamasi, Medan: Badan Musyawarah Pejuang Republik Indonesia

Lebih terperinci

SILABUS DAN RPP MATA KULIAH SEJARAH INDONESIA BARU PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH S1

SILABUS DAN RPP MATA KULIAH SEJARAH INDONESIA BARU PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH S1 SILABUS DAN RPP MATA KULIAH SEJARAH INDONESIA BARU PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH S1 FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL SILABUS Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebudayaan dan gaya hidup Indis. Pada awal abad XX dalam kehidupan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebudayaan dan gaya hidup Indis. Pada awal abad XX dalam kehidupan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penjajahan Belanda pada kurun abad XVIII hingga abad XX tak hanya melahirkan kekerasan, tapi juga memicu proses pembentukan kebudayaan khas, yakni kebudayaan dan gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan. dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan saat ini ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan. dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan saat ini ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan Pendidikan sudah dimulai sejak adanya manusia. Pendidikan itu diperoleh dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV KARYA-KARYA SERIKAT YESUIT DI JAWA TENGAH. Pembagian wilayah yang dilakukan oleh Vikariat Apostolik Batavia di Pulau

BAB IV KARYA-KARYA SERIKAT YESUIT DI JAWA TENGAH. Pembagian wilayah yang dilakukan oleh Vikariat Apostolik Batavia di Pulau BAB IV KARYA-KARYA SERIKAT YESUIT DI JAWA TENGAH Pembagian wilayah yang dilakukan oleh Vikariat Apostolik Batavia di Pulau Jawa khususnya Jawa Tengah membuat Serikat Yesuit lebih fokus melaksanakan karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Barat, pendidikan di Sumatra Timur bersifat magis religius yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Barat, pendidikan di Sumatra Timur bersifat magis religius yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pendidikan sudah dimulai sejak adanya manusia. Manusia yang ingin mencapai tingkat kemajuan harus menempuh pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Namun

Lebih terperinci

MODUL POLA KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL HINGGA KEMERDEKAAN MATERI : HUBUNGAN POLITIK ETIS DENGAN PERGERAKAN NASIONAL

MODUL POLA KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL HINGGA KEMERDEKAAN MATERI : HUBUNGAN POLITIK ETIS DENGAN PERGERAKAN NASIONAL MODUL POLA KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL HINGGA KEMERDEKAAN MATERI : HUBUNGAN POLITIK ETIS DENGAN PERGERAKAN NASIONAL Fredy Hermanto, S. Pd., M.Pd. PPG DALAM JABATAN Kementerian

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. A. Arsip, Laporan dan Terbitan Resmi Pemerintah Kotamadya Yogyakarta Dalam Angka Kantor Statistik Kotamadya Yogyakarta, 1981.

DAFTAR PUSTAKA. A. Arsip, Laporan dan Terbitan Resmi Pemerintah Kotamadya Yogyakarta Dalam Angka Kantor Statistik Kotamadya Yogyakarta, 1981. 117 DAFTAR PUSTAKA A. Arsip, Laporan dan Terbitan Resmi Pemerintah Kotamadya Yogyakarta Dalam Angka 1980. Kantor Statistik Kotamadya Yogyakarta, 1981. Kotamadya Yogyakarta Dalam Angka 1981. Kantor Statistik

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anwar, R. (2004). Sejarah Kecil (Petite Histoire) Indonesia Jiild 1. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.

DAFTAR PUSTAKA. Anwar, R. (2004). Sejarah Kecil (Petite Histoire) Indonesia Jiild 1. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara. DAFTAR PUSTAKA Anwar, R. (2004). Sejarah Kecil (Petite Histoire) Indonesia Jiild 1. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara. Azmi. (1982). Abdul Muis. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan Historis. Boedi Oetomo didirikan pada 20 Mei 1908, dinamika

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan Historis. Boedi Oetomo didirikan pada 20 Mei 1908, dinamika BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Historis Boedi Oetomo didirikan pada 20 Mei 1908, dinamika perkembangan Boedi Oetomo sampai akhir sejarah perjalanannya pada tahun 1935 umumnya memperlihatkan kecenderungan

Lebih terperinci

SEKILAS SEJARAH KEBANGKITAN NASIONAL

SEKILAS SEJARAH KEBANGKITAN NASIONAL SEKILAS SEJARAH KEBANGKITAN NASIONAL Oleh: Yustina Hastrini Nurwanti (Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta) I.Pendahuluan Kebangkitan nasional adalah masa di mana bangkitnya rasa dan semangat persatuan,

Lebih terperinci

STRATEGI PENDIDIKAN BELANDA PADA MASA KOLONIAL DI INDONESIA

STRATEGI PENDIDIKAN BELANDA PADA MASA KOLONIAL DI INDONESIA STRATEGI PENDIDIKAN BELANDA PADA MASA KOLONIAL DI INDONESIA Sangkot Nasution Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SumateraUtara Abstrak: Tujuan dari sekolah yang didirikan oleh Zending adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana manusia dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jajahan Belanda agar untuk turut diberikan kesejahteraan. lain Van Deventer, P. Brooshooft, dan Van Limburg Stirum.

BAB I PENDAHULUAN. jajahan Belanda agar untuk turut diberikan kesejahteraan. lain Van Deventer, P. Brooshooft, dan Van Limburg Stirum. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan politik negeri Belanda terhadap negeri jajahan pada awal abad ke- 20 mengalami perubahan. Berkuasanya kaum liberal di parlemen Belanda turut menentukan kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Politik kolonial Belanda berkembang menuju gagasan yang menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Politik kolonial Belanda berkembang menuju gagasan yang menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada akhir abad ke-19, mulai muncul perhatian terhadap orang pribumi. Politik kolonial Belanda berkembang menuju gagasan yang menyatakan bahwa politik kolonial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad XX merupakan sebuah zaman baru dalam politik kolonial yang dengan diberlakukannya politik etis. Politik etis merupakan politis balas budi Kolonial dengan

Lebih terperinci

PERJUANGAN PERGERAKAN BANGSA INDONESIA. Taat, Nasionalisme dan Jatidiri Bangsa,

PERJUANGAN PERGERAKAN BANGSA INDONESIA. Taat, Nasionalisme dan Jatidiri Bangsa, PERJUANGAN PERGERAKAN BANGSA INDONESIA Budi Utomo Tanda-tanda lahirnya gerakan nasional yang teratur mulai tampak saat Budi Utomo mucul pada tahun 20 Mei 1908. Perkumpulan ini beranggotakan kaum intelektual

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode historis. Menurut Kuntowijoyo, (1994: xii), metode sejarah adalah petunjuk pelaksanaan dan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. kerajaan-kerajaan sampai masuk penjajahan bangsa-bangsa Eropa. Perjalanan

BAB IV PENUTUP. kerajaan-kerajaan sampai masuk penjajahan bangsa-bangsa Eropa. Perjalanan 74 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Kota Gorontalo sebagai Ibu Kota Provinsi Gorontalo memiliki akar sejarah yang cukup panjang, sejarah Gorontalo ditandai dengan munculnya kerajaan-kerajaan sampai masuk

Lebih terperinci

Kajian IPS Mengenai Zaman Pergerakan Nasional

Kajian IPS Mengenai Zaman Pergerakan Nasional Kajian IPS Mengenai Zaman Pergerakan Nasional Oleh: Didin Saripudin Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Konsep IPS-Sejarah dalam Memaknai Zaman Pergerakan Nasional di Indonesia

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

MEDIA PEMBELAJARAN FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008 MEDIA PEMBELAJARAN MATA KULIAH: SEJARAH PENDIDIKAN JURUSAN: PENDIDIKAN SEJARAH Disusun Oleh: Dr. Dyah Kumalasari, M.Pd FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008 1 Media Pembelajaran M.K.

Lebih terperinci

POTRET SEKOLAH PRIBUMI DI BREBES TAHUN 1859 Oleh: Kris Hapsari

POTRET SEKOLAH PRIBUMI DI BREBES TAHUN 1859 Oleh: Kris Hapsari POTRET SEKOLAH PRIBUMI DI BREBES TAHUN 1859 Oleh: Kris Hapsari Kabupaten Brebes sekitar tahun 1859-an Brebes periode 1859-an dalam Wordenboek van Nederlandsch Indie: Aardrijkskundig en Statistich digambarkan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. dan Kasultanan. Seiring berjalannya waktu, perlawanan Diponegoro meluas juga

BAB VI KESIMPULAN. dan Kasultanan. Seiring berjalannya waktu, perlawanan Diponegoro meluas juga BAB VI KESIMPULAN Setelah adanya Perjanjian Giyanti tahun 1776, Bagelen dibagi dua dalam kekuasaan Kasunanan dan Kasultanan. Pembagian ini tidaklah berjalan dengan baik karena terjadi tumpang tindih dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Transportasi Kereta Api Transportasi merupakan dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat, serta pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

SILABUS. Lampiran 2 : FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN : SEJARAH INDONESIA MODERN. : Desvian Bandarsyah, M.Pd

SILABUS. Lampiran 2 : FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN : SEJARAH INDONESIA MODERN. : Desvian Bandarsyah, M.Pd Lampiran 2 SILABUS Tgl Efektif : No. Dokumen :FM-AKM-03-002 No.Revisi : 00 FAKULTAS PROGRAM STUDI MATA KULIAH KELAS/SKS WAKTU DOSEN : FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN : PENDIDIKAN SEJARAH : SEJARAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah

Lebih terperinci

PENGARUH POLITIK ETIS TERHADAP PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA TAHUN SKRIPSI. Oleh: Melinda Vikasari NIM

PENGARUH POLITIK ETIS TERHADAP PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA TAHUN SKRIPSI. Oleh: Melinda Vikasari NIM PENGARUH POLITIK ETIS TERHADAP PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA TAHUN 1901-1942 SKRIPSI Oleh: Melinda Vikasari NIM 060210302106 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB II HINDIA BELANDA PADA AWAL ABAD XX DAN MUNCULNYA GERAKAN NASIONAL

BAB II HINDIA BELANDA PADA AWAL ABAD XX DAN MUNCULNYA GERAKAN NASIONAL BAB II HINDIA BELANDA PADA AWAL ABAD XX DAN MUNCULNYA GERAKAN NASIONAL A. Politik Etika di Hindia Belanda Tahun-tahun permulaan abad ke-20 ditandai dengan perkembangan ekonomi yang pesat dan perluasan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Foto Franciscus Georgius Yosephus van Lith S.J. Franciscus Georgius Yosephus van Lith S.J

Lampiran 1. Foto Franciscus Georgius Yosephus van Lith S.J. Franciscus Georgius Yosephus van Lith S.J LAMPIRAN 118 Lampiran 1. Foto Franciscus Georgius Yosephus van Lith S.J Franciscus Georgius Yosephus van Lith S.J Sumber: Rijckevorsel, 1952, Pastoor F. Van Lith S.J: de Stichter van de missie in Midden-Java

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Data Monografi Kelompok Kerja II TP PKK Kabupaten Magelang dari Magelang: TP PKK Kabupaten Magelang

DAFTAR PUSTAKA. Data Monografi Kelompok Kerja II TP PKK Kabupaten Magelang dari Magelang: TP PKK Kabupaten Magelang DAFTAR PUSTAKA ARSIP/DOKUMEN Data Monografi Kelompok Kerja II TP PKK Kabupaten Magelang dari 1984-1999. Magelang: TP PKK Kabupaten Magelang Data Monografi Kelompok Kerja III TP PKK Kabupaten Magelang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR PUSTAKA. Arsip Tentang Pemindah tanganan pengelolaan pemandian Sekar Sari.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR PUSTAKA. Arsip Tentang Pemindah tanganan pengelolaan pemandian Sekar Sari. DAFTAR PUSTAKA SUMBER ARSIP Arsip Pemerintah Kota Mojokerto tentang perintah pembangunan Perumahan Tukang Becak. Arsip Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 1982 tentang penetapan perluasan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Brinton, C. (1962). Anatomi Revolusi. Jakarta: Bhatara. Darpan dan Suhardiman, B. (2007). Seputar Garut. Garut: Komunitas Srimanganti.

DAFTAR PUSTAKA. Brinton, C. (1962). Anatomi Revolusi. Jakarta: Bhatara. Darpan dan Suhardiman, B. (2007). Seputar Garut. Garut: Komunitas Srimanganti. DAFTAR PUSTAKA BUKU Brinton, C. (1962). Anatomi Revolusi. Jakarta: Bhatara. Darpan dan Suhardiman, B. (2007). Seputar. : Komunitas Srimanganti. DEPDIKBUD (1989). Invetarisasi dan Dokumentasi Peninggalan

Lebih terperinci

2015 DARI GEMEENTERAAD SAMPAI VOLKSRAAD

2015 DARI GEMEENTERAAD SAMPAI VOLKSRAAD DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku Abdulgani, R. (1957). Nasionalisme Sebagai Faktor Kekuatan dalam Pertjaturan Politik Internasional. Jakarta: Sinda. Abdurahman, D. (2007). Metodologi Penelitian Sejarah. Jogjakarta:

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Muhamad Teologi Pluralis Multikultural: Menghargai Kemajemukan,

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Muhamad Teologi Pluralis Multikultural: Menghargai Kemajemukan, DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhamad. 2003. Teologi Pluralis Multikultural: Menghargai Kemajemukan, Menjalin Kebersamaan. Jakarta: Kompas. Awuy, Tommy F. 2004. Sisi Indah Kehidupan: Pemikiran Seni dan Kritik Teater.

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Staatsblad Van Nederlandsch Indie Batavia Landsdrukkerij Team, Asia Maior. Soerabaja Beeld Van Eenstad. Asia Maior.

DAFTAR PUSTAKA. Staatsblad Van Nederlandsch Indie Batavia Landsdrukkerij Team, Asia Maior. Soerabaja Beeld Van Eenstad. Asia Maior. DAFTAR PUSTAKA A. Sumber Arsip Havens, Marine. Stadsbeeld: Soerabaja 1900-1950 Port, Navy, Townscape. Asia Maior. 2004 Staatsblad Van Nederlandsch Indie. 1875 Statistiek Van De Scheepvaart In Nederlandsch-Indie

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Departemen Pendidikan Nasional RI (2003:5) mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Departemen Pendidikan Nasional RI (2003:5) mendefinisikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Departemen Pendidikan Nasional RI (2003:5) mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan yang diuraikan dalam Bab

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan yang diuraikan dalam Bab BAB V KESIMPULAN Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan yang diuraikan dalam Bab II, Bab III dan Bab IV sebelumnya, maka peneliti menyimpulkan tiga jawaban atas persoalan utama yang menjadi fokus

Lebih terperinci

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN KOTABARU TERHADAP SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KOTA YOGYAKARTA

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN KOTABARU TERHADAP SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KOTA YOGYAKARTA BAB IV DAMPAK KEBERADAAN KOTABARU TERHADAP SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KOTA YOGYAKARTA A. Dampak Terhadap Gaya Hidup Gaya hidup adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang berubah sesuai dengan perkembangan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Arsip Nasional Republik Indonesia, Deskripsi KIT Jawa Tengah-Yogyakarta, 1920, No.225/26.

DAFTAR PUSTAKA. Arsip Nasional Republik Indonesia, Deskripsi KIT Jawa Tengah-Yogyakarta, 1920, No.225/26. DAFTAR PUSTAKA ARSIP Arsip Nasional Republik Indonesia, Deskripsi KIT Jawa Tengah-Yogyakarta, 1920, No.225/26., Deskripsi KIT Jawa Tengah-Yogyakarta, No.319/60, Deskripsi KIT Jawa Tengah-Yogyakarta, 1920,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mengantarkan orang untuk terbuka terhadap kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mengantarkan orang untuk terbuka terhadap kebutuhan-kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan akan membawa perubahan sikap, perilaku, nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama masa penjajahan Belanda, terjadi berbagai macam eksploitasi di

BAB I PENDAHULUAN. Selama masa penjajahan Belanda, terjadi berbagai macam eksploitasi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama masa penjajahan Belanda, terjadi berbagai macam eksploitasi di Indonesia. Keadaan sosial dan ekonomi di Indonesia begitu buruk terutama untuk pendidikan pribumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batavia, dalam perjalanannya disebut dengan Jacatra, Jayakarta, dan Jakarta, adalah sebuah wilayah yang berada di bagian barat Pulau Jawa. Kota Batavia dibelah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil BAB V KESIMPULAN Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun 1607-1636, maka dapat diambil kesimpulan baik dari segi historis maupun dari segi paedagogis

Lebih terperinci

Daftar Isi PENDIRIAN MUSEUM MUHAMMADIYAH PROPOSAL 5 ASAS-ASAS 13 RENCANA 24 TAHAPAN PENDIRIAN 1 LATAR BELAKANG SEJARAH PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH

Daftar Isi PENDIRIAN MUSEUM MUHAMMADIYAH PROPOSAL 5 ASAS-ASAS 13 RENCANA 24 TAHAPAN PENDIRIAN 1 LATAR BELAKANG SEJARAH PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH PIMPINAN PUSAT PROPOSAL PENDIRIAN MUSEUM Daftar Isi 1 LATAR BELAKANG SEJARAH 5 ASAS-ASAS 13 RENCANA 24 TAHAPAN PENDIRIAN MUSEUM LATAR BELAKANG SEJARAH 2 Latar Belakang Kolonialisme Belanda yang berlangsung

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH. Satuan Acara Perkuliahan

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH. Satuan Acara Perkuliahan : 2 Pertemuan : 1 1. Mengidentifikasi silabus perkuliahan 2. Mengidentifikasi peranan pelaut Nusantara dalam menjalin hubungan dengan Asia dan Afrika pada zaman kuno. 1. Silabus Perkuliahan 2. peranan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA ASURANSI UNTUK ORANG-ORANG BUMIPUTERA: ONDERLINGE LEVENSVERZEKERING MAATSCHAPPIJ BOEMI POETERA

UNIVERSITAS INDONESIA ASURANSI UNTUK ORANG-ORANG BUMIPUTERA: ONDERLINGE LEVENSVERZEKERING MAATSCHAPPIJ BOEMI POETERA UNIVERSITAS INDONESIA ASURANSI UNTUK ORANG-ORANG BUMIPUTERA: ONDERLINGE LEVENSVERZEKERING MAATSCHAPPIJ BOEMI POETERA 1912 1933 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

SILABUS. I. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini membahas mengenai perkembangan kebudayaan di nusantara pada periode Hindu-Budha.

SILABUS. I. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini membahas mengenai perkembangan kebudayaan di nusantara pada periode Hindu-Budha. UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI FRM/FISE/46-01 12 Januari 2009 SILABUS Fakultas : Ilmu Sosial Ekonomi Jurusan/Program Studi : Pendidikan Sejarah/Ilmu Sejarah Mata Kuliah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pers cetak atau surat kabar merupakan media komunikasi massa yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pers cetak atau surat kabar merupakan media komunikasi massa yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pers cetak atau surat kabar merupakan media komunikasi massa yang cukup efektif dalam penyebaran paham, pemikiran, gagasan, dan nilai-nilai suatu gerakan. Oleh karena

Lebih terperinci

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55 Jakarta bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam. Selama berabad-abad kemudian kota bandar ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasional yang ramai. Pengetahuan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA

PERKEMBANGAN PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA PERKEMBANGAN PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA A. LATAR BELAKANG MUNCULNYA PERGERAKAN KEBANGSAAN Politik DRAINAGE Belanda mengeruk kekayaan dari negara Indonesia untuk kepentingan dan kesejahteraan negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menandai dimulainya sepakbola modern. Lihat: ibid, hlm Ibid, hlm Ibid, hlm Ibid. hlm. 18. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. menandai dimulainya sepakbola modern. Lihat: ibid, hlm Ibid, hlm Ibid, hlm Ibid. hlm. 18. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepakbola merupakan jenis permainan yang paling populer di dunia, termasuk di Indonesia. Kapan pertama kali permainan ini muncul belum dapat diketahui dengan pasti.

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Siti Aisyah We Tenriolle (diangkat menjadi Datuk atau Raja kerajaan Tanette, Sulawesi Selatan

Bab I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Siti Aisyah We Tenriolle (diangkat menjadi Datuk atau Raja kerajaan Tanette, Sulawesi Selatan 16 Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejak awal abad ke-19, beberapa perempuan Indonesia secara perorangan telah tampil di panggung sejarah untuk membela Tanah Air dan Bangsanya, misalnya Siti Aisyah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FPIPS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FPIPS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FPIPS SILABUS MATA KULIAH =========================================================== Kelompok Mata Kuliah : Sejarah Nasional Nama Mata Kuliah/Kode

Lebih terperinci

Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Bangsa Barat Sebelum dan Setelah Abad 20

Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Bangsa Barat Sebelum dan Setelah Abad 20 Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Bangsa Barat Sebelum dan Setelah Abad 20 Anggota kelompok 3: 1. Ananda Thalia 2. Budiman Akbar 3. Farrel Affieto 4. Hidayati Nur Trianti Strategi Perlawanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moral dan juga nasionalisme. Hal tersebut melatarbelakangi pendirian Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. moral dan juga nasionalisme. Hal tersebut melatarbelakangi pendirian Sekolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan salah satu faktor pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan memberikan ilmu pengetahuan serta menanamkan ajaran moral dan juga nasionalisme.

Lebih terperinci

PEMIKIRAN SRI WULANDARI MANGUNSARKORO TENTANG PENDIDIKAN DAN WANITA ( )

PEMIKIRAN SRI WULANDARI MANGUNSARKORO TENTANG PENDIDIKAN DAN WANITA ( ) PEMIKIRAN SRI WULANDARI MANGUNSARKORO TENTANG PENDIDIKAN DAN WANITA (1923-1959) Penulis 1 Penulis 2 : Putri Megawati : Dr. Dyah Kumalasari, M.Pd. Universitas Negeri Yogyakarta pmegawati78@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM 2.1 Pengertian dan Sejarah Museum Dalam era pembangunan teknologi yang cepat berkembang dewasa ini, peranan museum sangat diharapkan untuk mengumpulkan, merawat,

Lebih terperinci

KULI DAN ANEMER ; Keterlibatan Orang Cina Dalam Pembangunan Jalan Kereta Api Di Priangan ( ) *) Oleh : Dr. Agus Mulyana, M.

KULI DAN ANEMER ; Keterlibatan Orang Cina Dalam Pembangunan Jalan Kereta Api Di Priangan ( ) *) Oleh : Dr. Agus Mulyana, M. KULI DAN ANEMER ; Keterlibatan Orang Cina Dalam Pembangunan Jalan Kereta Api Di Priangan (1878-1924) *) Oleh : Dr. Agus Mulyana, M.Hum Pengantar Pada pertengahan abad ke-19 merupakan periode sejarah di

Lebih terperinci

RESUME BUKU. : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Dari. Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2)

RESUME BUKU. : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Dari. Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2) RESUME BUKU Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional dari Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2) Penulis : Sartono Kartodirdjo Judul : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak serta merta mengakhiri perjuangan rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan sebuah pinjaman dengan bunga yang ringan maupun menjual

BAB I PENDAHULUAN. memberikan sebuah pinjaman dengan bunga yang ringan maupun menjual 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang berkembang dengan pertumbuhan penduduk yang pesat namun kemampuan ekonomi penduduk yang tidak mendukung membuat roda perekonomian

Lebih terperinci

HOLLANDSCH-CHINEESCHE SCHOOL

HOLLANDSCH-CHINEESCHE SCHOOL HOLLANDSCH-CHINEESCHE SCHOOL (HCS) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDIDIKAN ETNIS CINA DI YOGYAKARTA (1912-1942) Penulis 1 Penulis 2 : Zuyyun Wahyuningtyas : Dr. Dyah Kumalasari, M. Pd. Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

SEBAB MUNCULNYA NASIONALISME

SEBAB MUNCULNYA NASIONALISME NASIONALISME Nasionalisme diartikan sebagai perangkat nilai atau sistem legitimasi baru yang mendasari berdirinya sebuah negara baru Dekolonisasi diartikan sebagai proses menurunnya kekuasaan negara-negara

Lebih terperinci

FOTO KEGIATAN SIKLUS I

FOTO KEGIATAN SIKLUS I FOTO KEGIATAN SIKLUS I FOTO KEGIATAN SIKLUS II Lampiran : Observasi data LEMBAR OBSERVASI 1 Mata pelajaran : IPS Sejarah Kelas/Semester : VIII C / I (satu) Hari/tanggal : Kamis, 29 September 2011 Fokus

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH HINDIA BELANDA MENGENAI PENDIDIKAN BAGI KAUM BANGSAWAN DI INDONESIA TAHUN

KEBIJAKAN PEMERINTAH HINDIA BELANDA MENGENAI PENDIDIKAN BAGI KAUM BANGSAWAN DI INDONESIA TAHUN KEBIJAKAN PEMERINTAH HINDIA BELANDA MENGENAI PENDIDIKAN BAGI KAUM BANGSAWAN DI INDONESIA TAHUN 1900-1920 Widi Indah Lestari, Maskun, Syaiful. M FKIP Unila : Jln. Soemantri Brojonegoro, no. 1 Bandar Lampung

Lebih terperinci

SEJARAH PERKEMBANGAN KAWASAN LAMONGAN ( )

SEJARAH PERKEMBANGAN KAWASAN LAMONGAN ( ) SEJARAH PERKEMBANGAN KAWASAN LAMONGAN (1569-1942) Nanik Prasasti Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang E-mail : nanikpeace@ymail.com Abstrak

Lebih terperinci

Ki Hadjar Dewantara. Mulai bersekolah dan menjadi wartawan

Ki Hadjar Dewantara. Mulai bersekolah dan menjadi wartawan Ki Hadjar Dewantara Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai pelopor pendidikan untuk masyarakat pribumi di Indonesia ketika masih dalam masa penjajahan Kolonial Belanda. Mengenai profil Ki Hajar Dewantara

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PADA MASA PEMERINTAHAN KOLONIAL BELANDA DI SURABAYA TAHUN EDUCATION ON DUTCH GOVERNMENT IN SURABAYA AT

PENDIDIKAN PADA MASA PEMERINTAHAN KOLONIAL BELANDA DI SURABAYA TAHUN EDUCATION ON DUTCH GOVERNMENT IN SURABAYA AT PENDIDIKAN PADA MASA PEMERINTAHAN KOLONIAL BELANDA DI SURABAYA TAHUN 1901-1942 EDUCATION ON DUTCH GOVERNMENT IN SURABAYA AT 1901-1942 Gusti Muhammad Prayudi dan Dewi Salindri Program Studi Ilmu Sejarah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...Baruklinting mencabut lidi tersebut, dan dari lubang bekas lidi itu memancar air. Air mengalir terus-menerus, bahkan mulai membanjiri pemukiman penduduk. Mereka

Lebih terperinci

========================================= KTP Pada Zaman Hindia Belanda

========================================= KTP Pada Zaman Hindia Belanda Penyelenggaraan Catatan Sipil pada jaman Pemerintah Hindia Belanda ditangani oleh Lembaga Burgerlijk Stand atau disingkat BS yang artinya Catatan Kependudukan/Lembaga Catatan Sipil. =========================================

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Agustino, Leo. (2008). Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

DAFTAR PUSTAKA. Agustino, Leo. (2008). Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta. DAFTAR PUSTAKA Buku : Agustino, Leo. (2008). Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta. Basarah, Saleh. (1996). Tanggapan Terhadap Pernyataan Laksamana TNI (Purn) Soedomo bahwa AURI Tidak Siap Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerima baik bangsa asing yang datang ke Indonesia. Belanda

BAB I PENDAHULUAN. menerima baik bangsa asing yang datang ke Indonesia. Belanda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awalnya Belanda datang ke Indonesia hanya untuk berdagang dan hal itu dapat membantu perekonomian masyarakat Indonesia dari segi perdagangan. Masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Pekalongan, merupakan sebuah kota yang terletak di pantai

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Pekalongan, merupakan sebuah kota yang terletak di pantai BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pekalongan, merupakan sebuah kota yang terletak di pantai utara provinsi Jawa Tengah. Karesidenan Pekalongan memiliki pelabuhan perikanan terbesar dan sering menjadi tempat

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1

KISI-KISI SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1 KISI-KISI PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1 Nama Sekolah : SMA Islam Al-Azhar BSD Alokasi Waktu : 90 menit Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Jumlah Soal : 50 Kelas / Semester : XI / Ganjil Bentuk Soal : Pilihan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Kedudukan Opsir Cina dalam Pemerintahan Hindia Belanda di Batavia antara Tahun 1910-1942. Bab ini berisi

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Hasil Pertemuan Kekeluargaan Alawiyyin, 11 September Surakarta : YPID, 1980

DAFTAR PUSTAKA. Hasil Pertemuan Kekeluargaan Alawiyyin, 11 September Surakarta : YPID, 1980 DAFTAR PUSTAKA Arsip dan Dokumen Hasil Pertemuan Kekeluargaan Alawiyyin, 11 September 1980. Surakarta : YPID, 1980 Hasil Kesepakatan Deklarasi YPID Surakarta, 26 Maret 2005. Surakarta : YPID, 2006 pelajaran

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdurrahman, D Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos. Alian Masalah Historiografi Sejarah Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA. Abdurrahman, D Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos. Alian Masalah Historiografi Sejarah Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, D. 2012. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Alian. 2004. Masalah Historiografi Sejarah Indonesia. Pidato Ilmiah Pada Pelantikan Sarjana Baru FKIP Unsri 24 September 2004.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu atau kegagalan suatu bangsa oleh sebab itu sejarawan perlu untuk

BAB I PENDAHULUAN. individu atau kegagalan suatu bangsa oleh sebab itu sejarawan perlu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting bagi manusia. Pendidikan juga diperlukan jika ingin memperoleh kehidupan yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Lebih terperinci

Seiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya

Seiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebaya merupakan busana tradisional wanita masyarakat Indonesia dan sudah dikenal di mata Internasional, sehingga kebaya menjadi bagian utama bagi kepribadian

Lebih terperinci

2015 TENTARA KEAMANAN RAKYAT DI SUKABUMI : PEMBENTUKAN DAN PERANANNYA DALAM PERTEMPURAN KONVOI SUKABUMI

2015 TENTARA KEAMANAN RAKYAT DI SUKABUMI : PEMBENTUKAN DAN PERANANNYA DALAM PERTEMPURAN KONVOI SUKABUMI DAFTAR PUSTAKA Buku Abdurahman, D. (2007). Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Agung, A. (2012). Pertempuran Laut Jawa Gurita Jepang Mencengkram Nusantara. Yogyakarta: Mata Padi Presindo

Lebih terperinci

Makalah Diskusi SEJARAH SOSIAL EKONOMI

Makalah Diskusi SEJARAH SOSIAL EKONOMI Makalah Diskusi SEJARAH SOSIAL EKONOMI Oleh: Zulkarnain JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 1 SISTEM TANAM PAKSA Oleh: Zulkarnain Masa penjajahan yang

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik, Kecamatan Luak Dalam Angka tahun Badan Pusat Statistik Kabupaten Lima Puluh Kota 2015.

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik, Kecamatan Luak Dalam Angka tahun Badan Pusat Statistik Kabupaten Lima Puluh Kota 2015. DAFTAR PUSTAKA A. Arsip Badan Pusat Statistik, Kecamatan Luak Dalam Angka tahun 2015. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lima Puluh Kota 2015. Badan Pusat Statistik, Kabupaten Lima Puluh Kota Dalam Angka

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. kolonial. Sumber daya manusia tersebut di didatangkan dari Eropa, maka

BAB V KESIMPULAN. kolonial. Sumber daya manusia tersebut di didatangkan dari Eropa, maka BAB V KESIMPULAN Kolonialisme dan imperialisme bangsa Eropa merupakan satu masa yang tidak dapat dihilangkan dari sejarah bangsa Indonesia, bahkan sejumlah bangsa di beberapa belahan dunia. Nusantara adalah

Lebih terperinci