BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Latar Belakang Perusahaan PT. Veneer Products Indonesia merupakan perusahaan furniture yang menyediakan furniture dari beberapa jenis kayu asli indonesia diantaranya kayu jati, kayu mahoni, dan kayu kaji mas. Perusahaan ini sudah berdiri selama 15 tahun. Perusahaan ini mempunyai beberapa outlet yang ada di Indonesia diantaranta adalahy di daerah Denpasar bali, tegalalang bali, mataram, dan daerah Labuan Sumbawa besar. Pabrik perusahaan terletak di daerah Denpasar. Selama perusahaan ini berdiri, perusahaan memiliki reputasi yang baik di masyarakat dan di mata para pelanggan karena kualitas furniture yang diproduksi oleh perusahaan ini. Perusahaan juga menyediakan bahan kayu mentah, bahan kayu setengah jadi, dan barang full furnished. Harga yang ditawarkan kepada pelanggan sangatlah kompetitif di pasar. PT Veneer Products Indonesia fokus kepada desain klasik serta desain produk-produk furniture yang sesuai dengan tren masa kini. Selain fokus pada furniture, PT. Veneer Products Indonesia juga mengembangkan bisnis diluar furniture yaitu Usaha Travel, Lodge ( penginapan ), dan Restaurant. Hal ini dilakukan perusahaan agar sustain atau berkepanjangan. Perusahaan juga membuka hubungan kerja sama dengan para Investor baik investor lokal maupun investor asing. 4.2 Visi dan Misi Perusahaan Visi dan misi dari PT Veneer Products Indonesia adalah sebagai berikut: Visi dari PT Veneer Products Indonesia adalah Menjadi perusahaan furniture Indonesia yang terbesar dan terdepan di Seluruh Indonesia Selanjutnya untuk dapat mencapai visi, dibutuhkan misi dimana misi dari PT Veneer Products Indonesia adalah 1. Selalu siap dan cepat dalam memenuhi kebutuhan permintaan para pelanggan dii Seluruh Indonesia Khususnya Bali. 2. Selalu fokus dan teliti dalam memilih bahan baku pembuatan furniture agar kualitas serta brand image perusahaan tetap terjaga. 3. Selalu mengutamakan kualitas pelayanan pada pelanggan selama 24 jam 37

2 38 sehingga nama baik perusahaan teteap terjaga dengan baik. 4. Selalu siap dengan adanya perubahan tren pasar di Indonesia khususnya di Bali. 4.3 Perencanaan Agegat yang diterapkan Perusahaan saat ini Sebelum mengetahui perencanaan agregat yang diterapkan oleh perusahaan, perlu dijelaskan dahulu mengenai proses produksinya. PT. Veneer Product Indonesia memiliki tahap-tahap pelaksanaan proses produksi Kursi Kayu Rajimas sebagai berikut: 1. Pembahanan Dalam proses ini papan2 kayu rajimas tersebut di mal / di ukur sesuai dengan kebutuhan dan kemudian di potong sesuai ukuran dan mal. Selain dari proses pembelahan papan diatas, proses ini juga beresiko tinggi dalam penggunaan papan yang sia-sia ( rendemen / buangan ). 2. Molding dan Pembentukan Dalam proses ini komponen yang masih mentah dari pembahanan di proses untuk menjadi komponen dengan bentuk dan ukuran yang sebenarnya. Proses ini juga mencakup proses ukir kayu. 3. Assembling atau Perakitan Dalam proses ini komponen-komponen dari proses molding di rakit menjadi model yang di inginkan. Tenaga tukang kayu yang berpengalaman di butuhkan dalam hal ini untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan permintaan konsumen. 4. Finishing Dan Packing Setelah semua proses produksi dari produk kursi selesai dekerjakan maka tinggal proses terakhir yaitu pewarnaan atau finishing. Tenaga ahli dalam bidang pewarnaan mutlak diperlukan disini agar produk yang telah melalui prosedur produksi yang benar. tidak rusak dan sia-sia. Setelah proses finishing selesai, Proses packing dan pengiriman bisa di lakukan. Ada beberapa bahan finishing yang lazim di gunakan dalam pembuatan kursi, Polyurethane atau sering di sebut PU ( piyu ) adalah jenis bahan finishing yang paling mahal, Nitrocellulose Gliscerine ( NC ) adalah bahan finishing yang banyak di gunakan untuk pesanan kelas eksport. Selain itu juga ada

3 39 melamine, yaitu bahan yang sering di gunakan dalam industri Mebel Furniture di dalam negeri maupun diluar negeri. Dengan melihat proses produksi yang dilakukan, sesuai dengan kebijakan perusahaan akan dijelaskan mengenai perencanaan agregat yang diterapkan oleh PT. Veneer Product Indonesia saat ini. Perencanaan produksi pada bulan-bulan yang permintaannya normal, perusahaan menggunakan waktu kerja reguler 8 jam dalam tiap harinya. Hal ini dilakukan karena pada bulan-bulan biasa kapasitas perusahaan mencukupi permintaan yang diminta pada bulan tersebut. Sedangkan jika pada musim puncak yaitu pada awal tahun bulan Januari dan bulan Juli yaitu bulan Ramadhan, permintaan melonjak tinggi sehingga perusahaan melakukan Subkontrak kepada perusahaan lain. Subkontrak ini dilakukan karena perusahaan tidak mampu memenuhi permintaan yang lebih dari kapasitasnya. Produksi yang disubkontrakan adalah produksi dari kelebihan permintaan yang tidak sanggup perusahaan tangani atau lebih tepatnya over kapasitas. Kebijakan perusahaan ini dilakukan atas berbagai macam pertimbangan seperti biaya produksi, waktu produksi dan kualitas produk serta produktifitas pekerjanya. Dapat dilihat dari perbandingan total biaya yang muncul jika perusahaan melakukan subkontrak dan tidak melakukan subkontrak sangat jauh. Karena perusahaan menerapkan sistem barang jadi pada subkontraknya, sehingga perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk bahan baku maupun tenaga kerja. Kemudian dari waktu sudah dapat diprediksi bahwa perusahaan akan membuang lebih banyak waktu untuk proses operasionalnya. Sedangkan semuanya juga berdampak pada produktifitas tenaga kerjanya yang mempengaruhi kualitas produk jika perusahaan menggunakan lembur (Over). 4.4 Perencanaan Agregat PT. Veneer Products Indonesia agar Optimal Di dalam merancang perencanaan agregatnya, PT. Veneer Product Indonesia memerlukan beberapa data yang dibutuhkan, yaitu : 1. Data Peramalan Permintaan 2. Data Biaya 3. Data Jumlah Hari dan Jam Kerja

4 40 4. Data Kapasitas Waktu Reguler 5. Data Waktu Produksi peroutput Berikut di bawah penjelasan mengenai data-data yang dibutuhkan oleh perusahaan: 1. Data Peramalan Permintaan Data pertama yang dibutuhkan untuk merancang perencanaan agregat adalah data peramalan permintaan PT Veneer Product Indonesia yang datanya berisi data dari bulan Januari sampai Desember tahun Data peramalan permintaan yang diperoleh dari perusahaan adalah data jumlah peramalan permintaan yang dilakukan oleh beberapa konsumen tetap perusahaan untuk 1 jenis barang yaitu kursi kayu Rajimas yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.1 Tabel Peramalan Permintaan Bulan Permintaan Januari 400 Februari 230 Maret 260 April 255 Mei 248 Juni 270 Juli 600 Agustus 251 September 273 Oktober 266 November 280 Desember 300 Total Sumber data: PT. Veneer Product Indonesia 2015

5 41 Gambar 4.1 Grafik Permintaan Sumber : Data olahan penelitian, 2014 Dari gambar di atas, terlihat permintaan atas produk kursi tertinggi berada pada bulan Januari dan Juli. Menurut wawancara kepada bapak Suryo selaku manajer Operasi pada PT. Veneer Products Indonesia dijelaskan bahwa pada bulan Januari, banyak perusahaan yang mengganti peralatan kantor mereka sedangkan pada bulan Juli merupakan bulan Ramadhan sehingga permintaan melonjak. 2. Data Biaya Kedua, data yang diperlukan adalah data biaya-biaya yang digunakan dalam proses produksi. Pada tabel di bawah ini merupakan biaya yang akan digunakan dalam perhitungan, yaitu : Tabel 4.2 Tabel Biaya No Jenis Biaya Nilai Biaya 1. Inventory cost Rp / unit 2. Reguler cost Rp / unit 3. Subcontract cost Rp / unit 4. Over cost Rp / unit 5. Shortage Cost Rp / unit 6. Unit increase cost Rp / unit 7. Unit decrease cost Rp / unit 8. Tingkat upah rata-rata waktu reguler Rp / hari Sumber: Pengolahan data, 2014

6 42 Keterangan kebijakan biaya-biaya yang ada dalam perusahaan: Inventory cost : Biaya penanganan persediaan adalah sebesar Rp / unit produksi dari kebijakan perusahaan. Reguler cost : Biaya produksi waktu reguler sebesar Rp / unit diperoleh dari total : 1. bahan baku = / unit 2. tenaga kerja = / unit 3. listrik = / unit 4. mesin+bangunan = / unit Subkontrak cost : Biaya subkontrak adalah sebesar Rp / unit produksi ditentukan oleh perusahaan subkontrak (biaya sudah termasuk biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja) artinya sudah biaya produk. Over cost : Biaya untuk lembur yang dilakukan adalah Rp / unit diperoleh dari total: 1. bahan baku = / unit 2. tenaga kerja = / unit (24.000/unit x 2) 3. listrik = / unit Shortage cost: Biaya yang dikeluarkan perusahaan apabila permintaan tidak dapat dipenuhi adalah sebesar Rp / unit didapat dari kebijakan perusahaan. Unit increase cost: biaya kelebihan produksi sebesar Rp / unit Unit decrease cost: biaya kekurangan produksi sebesar Rp / unit (24.000/unit /unit) Keterangan: Biaya Tenaga Kerja = Rp = /hari = x 6 12 = / unit

7 43 Sehingga, tingkat upah rata-rata hari kerja reguler: Rp / bln Mesin + bangunan = = (12 unit x 25 hari) = Rp /unit Listrik = = Rp 6.667/unit 3. Data Jumlah Hari dan Jam Kerja Ketiga, data jumlah hari dan jam kerja. Jam kerja reguler yang ditetapkan PT. Veneer Product Indonesia dalam sehari adalah 8 jam. Hari kerja yang diberlakukan adalah Senin sampai dengan Sabtu. Jam kerja per bulan diperoleh dari hari kerja tiap bulan dikalikan dengan 8 jam kerja. Berikut dibawah adalah tabel data jumlah hari kerja dan jam kerja untuk Kursi Kayu Rajimas :

8 44 Tabel 4.3 Tabel Jumlah Hari Kerja Bulan Jumlah Jumlah jam kerja hari kerja Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember TOTAL Sumber : PT. Veneer Product Indonesia Data tersebut di atas menjelaskan bahwa kebijakan perusahaan dalam jumlah jam kerja untuk hari Senin sampai Sabtu adalah 8 jam kerja. Jadi perusahaan mempekerjakan pekerjanya 6 hari dalam satu minggu. Kebijakan tersebut dilakukan berdasarkan peraturan dari Dinas Ketenagakerjaan yang mengharuskan memperkerjakan karyawan tidak lebih dari 8 jam dalam 1 hari. Jika karyawan melebihi jam kerja dari 8 jam dalam 1 hari maka perusahaan harus dikenakan biaya over atau lembur yang sejumlah dua kali lipat dari waktu reguler. Kemudian penulis juga menentukan jumlah atau total dari jam kerja tiap bulannya, yang diperoleh dari jumlah hari kerja untuk produksi Kursi Kayu Rajimas selama 1 bulan dikalikan dengan jumlah jam kerja Senin sampai Sabtu yaitu 8 jam kerja. 4. Data Kapasitas Waktu Reguler Kebutuhan rata-rata = Total Permintaan yang diharapkan

9 45 Jumlah hari produksi = = 12 unit / hari Tabel 4.4 Tabel Kapasitas Reguler Bulan Jumlah jam kerja Produksi 12 unit per hari Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total 302 Sumber: Pengolahan data, Data Waktu Produksi per Output Karena dalam skripsi ini penulis menggunakan 1 jenis produk saja untuk dijadikan sebagai sampel yaitu Kursi Kayu Rajimas, maka perhitungan waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit adalah sebagai berikut: Jam kerja 1 unit = (60 menit x 8 jam) = 480 menit 12 unit = 40 menit / unit

10 46 Jadi, perusahaan mampu memproduksi kira-kira 40 menit / unit produksi. Waktu ini belum termasuk dengan proses penjemuran/ pengeringan kursi kayu setelah proses finishing. 4.6 Alternatif untuk Mengatasi Masalah Kapasitas pada Musim Puncak Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah ketika musim puncak yaitu bulan Januari dan Juli karena pada bulan-bulan tersebut terjadi kelebihan permintaan daripada kapasitasnya, apalagi di kota Jakarta yang apabila tidak segera diatasi akan berakibat hilangnya penjualan, hal ini didukung oleh faktor berikut : Permintaan pada musim puncak memiliki proporsi 35% dari jumlah permintaan tahunan, sehingga permintaan pada 2 bulan di musim puncak merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dan jangan sampai terjadi loss sales. Dalam penyusunan skripsi ditawarkan 4 alternatif solusi perencanaan agregat untuk mengatasi masalah kurangnya kapasitas pada musim puncak untuk menyerap seluruh permintaan barang tersebut. Skripsi ini menggunakan metode back order atau pemesanan kembali dan atau pengakumulasian pesanan di bulan sebelumnya ke bulan berikutnya, di mana 4 alternatif tersebut adalah : Melakukan over atau lembur menggunakan strategi Average Gross Demand, dengan konsekuensi upah lembur menjadi lebih tinggi bahkan 2x lipat dari pada upah reguler, dan tentu terdapat kemungkinan menurunnya stamina pekerja, dikarenakan penambahan jam kerja lembur. Melakukan over atau lembur menggunakan strategi Chase Current Demand, memiliki resiko yang sama hanya berbeda strategi yang nantinya berpengaruh pada total biaya. Melakukan subkontrak menggunakan strategi Average Gross Demand, yaitu menyerahkan tanggung jawab keseluruhan produksi kepada pihak lain. Dalam alternatif ini tanggung jawab produksi yang diserahkan ke pihak lain hanya merupakan kelebihan atas kapasitas reguler. Dan resikonya adalah biaya yang lebih

11 47 tinggi, kualitas yang tidak bisa dikontrol oleh PT Veneer Product Indonesia, karena tanggung jawab produksi telah diserahkan kepada pihak lain. Melakukan subkontrak menggunakan strategi Chase Current Demand, memiliki resiko yang sama hanya berbeda strategi yang nantinya berpengaruh pada total biaya. 4.7 Evaluasi Biaya Produksi dengan Dua Strategi Agregat Evaluasi biaya produksi dilakukan dengan dua strategi agregat, yaitu Smooth Production (Average Gross Demand) dan Chase Current Demand. Perhitungan kedua strategi tersebut ditunjukkan secara berurutan pada gambar 4.2, 4.4, 4.6, dan 4.8. Berdasarkan perhitungan tersebut diketahui total biaya produksi untuk masingmasing strategi dengan 2 pilihan alternatif yaitu Lembur (Over) dan Subkontrak : 1. Average Gross Demand untuk Over Total biaya Average Gross Demand untuk Over = Biaya waktu reguler + Biaya produksi over + Biaya Inventory + Biaya Shortage + Biaya unit increase + Biaya unit Decrease 2. Chase Current Demand untuk Over Total biaya Average Gross Demand untuk Over = Biaya waktu reguler + Biaya produksi over + Biaya unit increase + Biaya unit decrease 3. Average Gross Demand untuk Subkontrak Total biaya Average Gross Demand untuk Subkontrak= Biaya waktu reguler + Biaya produksi subkontrak + Biaya Inventory + Biaya Shortage + Biaya unit increase + Biaya unit Decrease 4. Chase Current Demand untuk Subkontrak Total biaya Average Gross Demand untuk Subkontrak = Biaya waktu reguler + Biaya produksi subkontrak + Biaya unit increase + Biaya unit decrease 4.8 Perhitungan Biaya menggunakan Strategi Average Gross Demand Perhitungan biaya menggunakan alternatif strategi agregat akan dilakukan dengan pendekatan over dan sub-contract sebagai berikut:

12 48 Tabel 4.5 Average Gross Demand untuk Over Bulan Reguler production ( Permintaan / bulan ) Over production ( Jumlah lembur dalam unit ) Inven tory (end PO) Juml ah untuk perse diaan Short age (end PO) Biaya kekur angan produ ksi Units Increase ( Reguler producti on regular Units Decrease Reguler capacity regular productio n capacity ) Januari Juli Total Subtotal Cost Sumber: Pengolahan data POM-QM, 2014 Dari data diatas dapat diketahui biaya-biaya yang diperoleh menggunakan strategi Average Gross Demand untuk over, yaitu total cost yang harus dikeluarkan oleh perusahaan adalah Rp ,-. Biaya ini dikeluarkan berdasarkan total dari biaya-biaya tersebut: 1. Untuk produksi reguler dikeluarkan biaya sebesar Rp ,-. 2. Untuk over production dikeluarkan biaya sebesar Rp ,-. 3. Untuk biaya penyimpanan yg harus dikeluarkan (holding cost inventory) sebesar Rp ,-. Dan diketahui pula bahwa terdapat 793 unit permintaan yang tidak dapat dipenuhi sehingga produsen harus mengeluarkan cost sebesar Rp ,-. Dan terdapat juga biaya peningkatan produksi sebanyak 48 unit sebesar Rp ,- dan biaya penurunan produksi sebanyak 48 unit sebesar Rp ,-

13 49 Chase CURRENT Demand untuk Over Tabel 4.6 Chase CURRENT Demand untuk Over Bulan Over Capacity ( Unit ) Reguler Time Production ( Unit ) Over Production ( Unit ) Units Increase ( Reguler production regular capacity ) Units Decrease Reguler capacity regular production Januari Juli Total Subtotal Cost Sumber: Pengolahan data POM-QM, 2014 Dari data diatas dapat diketahui biaya-biaya yang diperoleh menggunakan strategi Chase Current Demand untuk over, yaitu total cost yang harus dikeluarkan oleh perusahaan adalah Rp ,-. Biaya ini dikeluarkan berdasarkan total dari biaya-biaya tersebut: 1. Untuk produksi reguler dikeluarkan biaya sebesar Rp ,-. 2. Untuk over production dikeluarkan biaya sebesar Rp ,-. Dan diketahui pula bahwa terdapat juga biaya peningkatan produksi sebanyak 150 unit sebesar Rp ,- dan biaya penurunan produksi sebanyak 150 unit sebesar Rp ,- Smooth Production (Average GROSS Demand) untuk Subkontrak

14 50 Tabel 4.7 Average Gross Demand untuk Subkontrak Bulan Reguler production Subcontract ing Invento ry (end PO) Shortag e (end PO) Units Increase ( Reguler producti on regular Units Decrease Reguler capacity regular producti on capacity ) Januari Juli Total Subtot al Cost Sumber: Pengolahan data POM-QM, 2014 Dari data diatas dapat diketahui biaya-biaya yang diperoleh menggunakan strategi Average Gross Demand untuk over, yaitu total cost yang harus dikeluarkan oleh perusahaan adalah Rp ,-. Biaya ini dikeluarkan berdasarkan total dari biaya-biaya tersebut: 1. Untuk produksi reguler dikeluarkan biaya sebesar Rp ,-. 2. Untuk subcontracting production dikeluarkan biaya sebesar Rp ,-. 3. Untuk biaya penyimpanan yg harus dikeluarkan (holding cost inventory) sebesar Rp ,-. Dan diketahui pula bahwa terdapat 793 unit permintaan yang tidak dapat dipenuhi sehingga produsen harus mengeluarkan cost sebesar Rp ,-. Dan terdapat juga biaya peningkatan produksi sebanyak 48 unit sebesar Rp ,- dan biaya penurunan produksi sebanyak 48 unit sebesar Rp ,-

15 51 Chase CURRENT Demand untuk Subkontrak Tabel 4.7 Average Gross Demand untuk Subkontrak Bulan Overtim e Capacity ( Unit ) Rugeler Time Production ( Unit ) Subcontractin g ( Unit ) Units Increase ( Reguler productio n regular capacity ) Units Decrease Reguler capacity regular productio n Januari Juli Total Subtota l Cost Sumber: Pengolahan data POM-QM, 2014 Dari data diatas dapat diketahui biaya-biaya yang diperoleh menggunakan strategi Chase Current Demand untuk subcontract, yaitu total cost yang harus dikeluarkan oleh perusahaan adalah Rp ,-. Biaya ini dikeluarkan berdasarkan total dari biaya-biaya tersebut: 1. Untuk produksi reguler dikeluarkan biaya sebesar Rp ,-. 2. Untuk subcontracting production dikeluarkan biaya sebesar Rp ,-. Dan diketahui pula bahwa terdapat juga biaya peningkatan produksi sebanyak 150 unit sebesar Rp ,- dan biaya penurunan produksi sebanyak 150 unit sebesar Rp ,- 4.9 Perencanaan Agregat dengan Strategi Terpilih Setelah dilakukan perhitungan pada masing-masing alternatif strategi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah kekurangan kapasitas di musim puncak

16 52 agar semua permintaan terpenuhi, maka selanjutnya adalah membandingkan total biaya antar tiap alternatif strategi yang satu dengan yang lainnya. Adapun tabel di bawah ini menunjukkan perbandingan antara total biaya dari masing-masing alternatif strategi yang digunakan, yaitu sebagai berikut : Tabel 4.9 Tabel Perbandingan Total Biaya Strategi Over Subkontrak Alternatif Average Gross Demand Rp ,- Rp ,- Chase Current Demand Rp ,- Rp ,- Sumber: Pengolahan data, 2014 Berdasarkan dari hasil perhitungan diatas, maka diperoleh biaya dari keempat masing-masing alternatif strategi tersebut. Dan dapat dilihat bahwa biaya paling rendah didapat dengan menggunakan alternatif strategi Chase Current Demand untuk Subkontrak yaitu sebesar Rp ,-vdan biaya tertinggi didapat dengan menggunakan alternatif strategi Chase Demand untuk Over sebesar Rp ,-. Sehingga dengan melihat hasil dari perolehan biaya tersebut, penulis sudah dapat memperkirakan alternatif strategi mana yang nantinya akan direkomendasikan kepada perusahaan dalam melakukan perencanaan produksinya di periode 2015 mendatang. Namun, dikarenakan faktor pertimbangan yang dilakukan oleh pihak dari PT. Veneer Product Indonesia tidak hanya melihat dari segi biaya s a j a tetapi juga dengan mempertimbangkan kelebihan serta kekurangan masingmasing alternatif strategi, maka perusahaan belum bisa begitu saja mengambil keputusan pemilihan alternatif strategi tersebut. Oleh karena itu, penulis akan membantu perusahaan menganalisis lebih dalam lagi mengenai perbandingan penghematan pada proses produksi yang berhubungan dengan biaya persediaan (inventory cost). Dan juga kita nanti akan melihat perbandingan keuntungan dari keempat alternatif strategi tersebut.

17 Bahasan Masalah kapasitas yang terjadi di periode puncak sangat penting dilakukan, karena apabila perusahaan mengabaikan hal ini akibatnya adalah resiko kehilangan penjualan dan juga profit. Selain itu dampak lainnya adalah makin menurunnya tingkat kepercayaan konsumen terhadap PT. Veneer Product Indonesia, dan muncul opportunity cost lainnya yang tidak dapat dihitung secara materi yaitu hilangnya loyalitas dan kepercayaan konsumen, mungkin hal ini tidak berdampak langsung terhadap profit perusahaan saat itu, namun efek dari hal tersebut bersifat jangka panjang. Konsumen yang tidak puas akan meninggalkan PT. Veneer Product Indonesia dan beralih ke pesaing, sehingga pangsa pasar PT. Veneer Product Indonesia menjadi lebih sedikit, ditambah lagi tiap tahunnya jumlah perusahaan produksi mebel furniture terus muncul. Masing-masing alternatif strategi yang telah dihitung sebelumnya akan dianalisa kelebihan dan kekurangan masing-masing. Berikut adalah penjelasan dari masingmasing alternatif strategi: 1. Average Gross Demand untuk Over Alternatif strategi ini memiliki total biaya terbesar kedua yaitu sebesar Rp ,-. Kekurangan yang terdapat pada alternatif ini adalah kemungkinan turunnya produktifitas tenaga kerja dikarenakan mereka telah bekerja seharian selama 8 jam sehingga apabila mempekerjakan mereka untuk bekerja di atas jam kerja reguler tentu stamina mereka sudah tidak optimal lagi karena sudah terlalu lelah, akibat yang bisa ditimbulkan adalah konsentrasi pekerja yang menurun akan memberikan dampak biaya tambahan bagi perusahaan. Namun alternatif strategi ini memiliki kelebihan dalam hal perhitungan, yaitu strategi Average Gross Demand ini melakukan perhitungan secara mendetail, yang dikarenakan pengakumulasian inventory atau persediaan dari periode sebelumnya ke periode selanjutnya, yang nantinya berdampak pada fluktuasinya permintaan, sehingga jika sewaktu-waktu terjadi lonjakan permintaan di bulan bulan tertentu, inventory yang ada akan menutup kekurangan permintaan. 2. Chase Current Demand untuk Over Alternatif ini merupakan alternatif strategi yang menghasilkan total biaya paling tinggi yaitu sebesar Rp ,-.

18 54 Kekurangan dari alternative ini adalah perhitungan yang kurang mendetail sehingga tidak ada pengakumulasian inventory yang bisa menutupi lonjakan permintaan yang terjadi sewaktu-waktu, dalam kata lain strategi Chase Current Demand ini tidak fleksibel terhadap pasar. 3. Average Gross Demand untuk Subkontrak Alternatif strategi ini memiliki biaya terbesar ketiga dibandingkan dengan alternative strategi lainnya yaitu sebesar Rp ,- Kekurangan alternatif strategi ini sama dengan alternatif strategi Average Gross Demand untuk Over. Namun kelebihannya berbeda yaitu, biaya yang dikeluarkan untuk subkontrak lebih kecil dibandingkan perusahaan yang harus melakukan produksi waktu regular maupun over. Hal ini dikarenakan pihak lain yang bekerjasama untuk melakukan subkontrak telah memberikan harga beli barang jadi yang lebih murah. 4. Chase Current Demand untuk Subkontrak Kelebihan dari alternatif ini adalah total biaya yang termurah di antara alternatif lainnya yaitu sebesar Rp ,- Dengan adanya analisis dari masing-masing alternatif strategi, dan dengan merujuk pada tujuan dari pemberian solusi dalam melakukan analisis ini yaitu menentukan biaya produksi yang paling minimal, maka alternatif yang dipilih sebagai rekomendasi adalah chase current demand untuk subkontrak dikarenakan alternatif ini memiliki total biaya terendah yang dikeluarkan perusahaan dalam memproduksi barang dalam musim puncak. Walaupun alternatif ini memiliki sedikit kekurangan. Untuk menekankan pentingnya pelaksanaan alternatif solusi guna mengatasi masalah kapasitas selama periode musim puncak, maka dilakukan juga perbandingan keuntungan pada beberapa kondisi, yaitu yang pertama ketika perusahaan tidak mengambil langkah penyelesaian dan hanya menerima permintaan sebatas kapasitas yang tersediaatau dalam kata lain menggunakan jam kerja reguler, dan kondisi lainnya ketika musim puncak di tiap bulannya selama 1 tahun berdasarkan perhitungan peramalan dengan melakukan alternatif solusi yang ditawarkan yaitu alternatif strategi average gross demand untuk over, chase current demand untuk over, average gross demand untuk subkontrak, dan chase current demand untuk subkontrak.

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Profil Perusahaan PT. LG Electronics Indonesia adalah perusahaan elektronik asal Korea Selatan yang menjadi salah satu bagian dari LG Group yang didirikan di Korea pada tahun

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis perencanaan agregat yang tepat pada PT Veneer Products Indonesia adalah sebagai berikut : 1.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis perencanaan agregat yang tepat pada PT Winkarya Bersaudara adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis perencanaan agregat yang tepat pada PT. LG Electronics adalah sebagai berikut : 1. Peramalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Industri furniture di Indonesia memang telah menjadi salah satu industri yang sangat potensial. Selain dikarenakan adanya dukungan dari Asosiasi Mebel

Lebih terperinci

PERENCANAAN AGREGAT. Strategi dalam Perencanaan Agregat Metode Perencanaan Agregat. Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc.

PERENCANAAN AGREGAT. Strategi dalam Perencanaan Agregat Metode Perencanaan Agregat. Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc. PERENCANAAN AGREGAT Strategi dalam Perencanaan Agregat Metode Perencanaan Agregat Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi PERENCANAAN AGREGAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin berkembangnya dunia industri dewasa ini, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin berkembangnya dunia industri dewasa ini, perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan semakin berkembangnya dunia industri dewasa ini, perusahaan manufaktur semakin ketat bersaing dalam memproduksi produk-produk yang bermutu dengan

Lebih terperinci

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI 4.1 Landasan Teori Jadwal induk produksi (master production schedule, MPS) merupakan gambaran atas periode perencanaan dari suatu permintaan, termasuk peramalan, backlog, rencana

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN PERSEDIAAN: BAHAN / BARANG YG DISIMPAN & AKAN DIGUNAKAN UTK MEMENUHI TUJUAN TERTENTU MISAL UTK PROSES PRODUKSI / PERAKITAN, UNTUK DIJUAL KEMBALI & UTK SUKU CADANG DR SUATU PERALATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Menurut Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Menurut Keputusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan sektor usaha yang memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Menurut Keputusan Presiden RI

Lebih terperinci

ANALYSIS OF THE AGGREGATE PLANNING TO MINIMIZE THE PRODUCTION COST AT PT.ANELA

ANALYSIS OF THE AGGREGATE PLANNING TO MINIMIZE THE PRODUCTION COST AT PT.ANELA ANALYSIS OF THE AGGREGATE PLANNING TO MINIMIZE THE PRODUCTION COST AT PT.ANELA Hasbi Nuradli 1501176076 Abstract The rapid growth of seafood industry has lead to fierce competition. PT. Anela is one of

Lebih terperinci

Pengelolaan permintaan dan perencanaan produksi

Pengelolaan permintaan dan perencanaan produksi Pengelolaan permintaan dan perencanaan produksi Perlunya mengelola permintaan Permintaan thdp barang atau jasa adalah awal dari semua kegiatan SC Pada hampir semua situasi riil, besar dan waktu permintaan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan 4.1.1 Profil PT. Sinar Perdana Ultra PT. Sinar Perdana Ultra (SPU) yang berdiri pada tahun 1990 pada mulanya adalah Home Industry dan mulai menjadi Perseroan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sekarang ini sedang menghadapi persaingan di pasar bebas. Di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sekarang ini sedang menghadapi persaingan di pasar bebas. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia sekarang ini sedang menghadapi persaingan di pasar bebas. Di dalam pasar bebas ini sudah tidak ada lagi batas-batas atau juga ketentuanketentuan

Lebih terperinci

Rahasia besar kesuksesan adalah menjalani hidup sebagai seseorang yang tidak pernah merasa kehabisan. Topik 6 Sistem Rantai Pasok (TIA 304) 2 SKS 1

Rahasia besar kesuksesan adalah menjalani hidup sebagai seseorang yang tidak pernah merasa kehabisan. Topik 6 Sistem Rantai Pasok (TIA 304) 2 SKS 1 Rahasia besar kesuksesan adalah menjalani hidup sebagai seseorang yang tidak pernah merasa kehabisan Topik 6 Sistem Rantai Pasok (TIA 304) 2 SKS 1 Pengelolaan Permintaan dan Pasokan Sistem Rantai Pasok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disesuaikan dengan jumlah order yang dimiliki oleh suatu industri, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang disesuaikan dengan jumlah order yang dimiliki oleh suatu industri, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini hampir semua perusahaan yang bergerak di bidang industri dihadapkan pada tingkat persaingan yang semakin kompetitif. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam masa era globalisasi seperti saat sekarang ini, dunia bisnis global semakin berkembang. Berdasarkan data Bank dunia, sekitar seperempat barang dan jasa yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian Bentuk penelitian pada penelitian ini adalah penelitian komparatif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sujarweni (2015:74), penelitian komparatif adalah

Lebih terperinci

PROSES PERENCANAAN PRODUKSI #1

PROSES PERENCANAAN PRODUKSI #1 PROSES PERENCANAAN PRODUKSI #1 Materi #6 Perencanaan Produksi 2 Perencana produksi adalah karyawan yang berinteraksi dengan sistem persediaan dan sales forecast untuk menentukan berapa banyak yang akan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Di negara Indonesia banyak berkembang usaha-usaha dalam industri mebel, dengan memanfaatkan bahan baku kayu hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Menurut Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Menurut Keputusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan sektor usaha yang memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Menurut Keputusan Presiden RI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya dunia bisnis dari waktu ke waktu mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya dunia bisnis dari waktu ke waktu mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berkembangnya dunia bisnis dari waktu ke waktu mengakibatkan persaingan yang makin ketat di antara perusahaan-perusahaan yang ada di pasar. Setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat. Hal ini terjadi karena cepatnya perubahan model serta permintaan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat. Hal ini terjadi karena cepatnya perubahan model serta permintaan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri fashion (pakaian jadi) dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal ini terjadi karena cepatnya perubahan model serta permintaan dari konsumen yang

Lebih terperinci

Bab 5-6. Perencanaan Kapasitas

Bab 5-6. Perencanaan Kapasitas Bab 5-6 Perencanaan Kapasitas Capacity Planning Menetapkan tingkat keseluruhan sumber daya produktif Mempengaruhi respon lead time, biaya & daya saing Menentukan kapan dan berapa banyak untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan konsumen dengan harga yang pantas (reasonable). Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan konsumen dengan harga yang pantas (reasonable). Perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar dapat sukses dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan pelanggan. Agar

Lebih terperinci

UAS Manajemen Operasi - 12 Juni ,5 jam Closed book, boleh menggunakan kalkulator

UAS Manajemen Operasi - 12 Juni ,5 jam Closed book, boleh menggunakan kalkulator Manajemen Operasi Exercise UAS 2013 UAS Manajemen Operasi - 12 Juni 2013 2,5 jam Closed book, boleh menggunakan kalkulator Petunjuk: Setiap soal memiliki bobot yang sama Tulisan harus terbaca jelas tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penciptaan atau pembuatan barang, jasa, atau kombinasinya, melalui transformasi

BAB I PENDAHULUAN. penciptaan atau pembuatan barang, jasa, atau kombinasinya, melalui transformasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manajemen operasi merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan penciptaan atau pembuatan barang, jasa, atau kombinasinya, melalui transformasi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manajemen operasi merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan penciptaan atau pembuatan barang, jasa, atau kombinasinya, melalui transformasi dari masukan

Lebih terperinci

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PADA PT VENEER PRODUCTS INDONESIA

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PADA PT VENEER PRODUCTS INDONESIA Journal of Applied Business And Economics Vol. 3 No. 2 (Des 2016) 61-68 ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PADA PT VENEER PRODUCTS INDONESIA Oleh: Litdia Dosen Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Pengaruh tersebut dapat memberikan dampak positif maupun

BAB I PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Pengaruh tersebut dapat memberikan dampak positif maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan bisnis yang terus berubah memberikan pengaruh besar bagi sebuah perusahaan. Pengaruh tersebut dapat memberikan dampak positif maupun negatif bagi keberlangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan industri di Indonesia sangat pesat. Terutama sejak

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan industri di Indonesia sangat pesat. Terutama sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini perkembangan industri di Indonesia sangat pesat. Terutama sejak pemerintah memberikan kelonggaran dalam syarat menanamkan modal bagi para investor

Lebih terperinci

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi 1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi roti dan bermacam jenis kue basah. Bahan baku utama yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci

Bab 1. PENDAHULUAN

Bab 1.  PENDAHULUAN Bab 1 http://www.gunadarma.ac.id/ PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi biaya yang tepat dan akurat dapat membantu perusahaan untuk menentukan harga jual yang sesuai dengan mutu produk tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri di Indonesia, yang sekarang ini sedang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri di Indonesia, yang sekarang ini sedang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri di Indonesia, yang sekarang ini sedang berlangsung dalam berbagai bidang baik jasa maupun manufaktur, menyebabkan semakin meningkatnya

Lebih terperinci

AGGREGATE PLANNING (AP)

AGGREGATE PLANNING (AP) AGGREGATE PLANNING (AP) PENGANTAR SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN AP Perencanaan Agregate menyangkut penentuan jumlah dan kapan produksi akan dilangsungkan dalam jangka waktu dekat, seringkali dalam 3 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi belakangan ini menyebabkan persaingan antar

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi belakangan ini menyebabkan persaingan antar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi belakangan ini menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin terbuka. Persaingan dapat terjadi pada industri maupun jasa, baik perusahaan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. sarung tangan kain dan sarung tangan karet.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. sarung tangan kain dan sarung tangan karet. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan Perusahaan PT. Delijaya Global Perkasa merupakan perusahaan bisnis keluarga yang bergerak dibidang industry sarung tangan. Perusahaan ini menghasilkan produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengkoordinasikan penggunaan sumber daya sumber daya yang berupa. sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya dana serta

BAB I PENDAHULUAN. mengkoordinasikan penggunaan sumber daya sumber daya yang berupa. sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya dana serta 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manajemen operasi adalah kegiatan untuk mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber daya sumber daya yang berupa sumber daya manusia, sumber daya alam,

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 Pertemuan 5 Outline: Aggregate Planning Referensi: Smith, Spencer B., Computer-Based Production and Inventory Control, Prentice-Hall, 1989. Tersine, Richard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan pelanggan sendiri adalah perasaan senang atau kecewa

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan pelanggan sendiri adalah perasaan senang atau kecewa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis ritel di dunia dalam beberapa tahun terakhir cukup berkembang pesat, khususnya di negara berkembang. Di Asia Indonesia tercatat menempati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Di Indonesia, sektor industri properti mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Salah satu produk yang digunakan untuk pembangunan yaitu beton ready mix. Adapun kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, persaingan yang terjadi dalam perusahaan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, persaingan yang terjadi dalam perusahaan semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi, persaingan yang terjadi dalam perusahaan semakin ketat. Akibatnya perusahaan mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan, dimana salah satu tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Industri otomotif di Indonesia telah menjadi salah satu industri yang sangat potensial. Pemerintah menargetkan pada tahun 2014 industri otomotif akan tumbuh

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan digunakan untuk mendukung pengolahan data yang dilakukan ataupun sebagai input dari setiap metode-metode

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntani Biaya 1. Pengertian biaya Biaya merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses produksi dalam satu perusahaan manufaktur. Terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dipengaruhi oleh pengendalian persediaan (inventory), karena hal

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dipengaruhi oleh pengendalian persediaan (inventory), karena hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada hakikatnya setiap perusahaan baik jasa maupun perusahaan produksi selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Menurut hasil survei tahun 2010 oleh Jabodetabek Urban Transportation Policy Integration, pengguna kendaraan bermotor khususnya sepeda motor naik dari

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

MANAJEMEN OPERASIONAL LANJUTAN 2008 NANI SUTARNI 2010

MANAJEMEN OPERASIONAL LANJUTAN 2008 NANI SUTARNI 2010 MANAJEMEN OPERASIONAL LANJUTAN 2008 NANI SUTARNI 2010. 1 BAB 3 PERENCANAAN KAPASITAS DAN AGREGAT A. Pengertian Perencanaan Agregat dan Kapasitas Kapasitas (capacity) adalah hasil produksi (throughtphut),

Lebih terperinci

Manajemen Operasi. Modul Final Semester MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Manajemen Operasi. Modul Final Semester MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Manajemen Operasi Modul Final Semester Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi dan Bisnis Manajemen 09 MK, ST, MBA Abstract Mampu mengidentifikasi masalah dan memberikan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat suatu tuntutan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat suatu tuntutan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat suatu tuntutan dalam kebutuhan hidup manusia. Hal ini juga membawa suatu kompetisi khususnya di dunia manufaktur.

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. Pada saat ini perekonomian Indonesia memburuk dilihat dari kurs dolar yang merosot terus.

Bab 1 Pendahuluan. Pada saat ini perekonomian Indonesia memburuk dilihat dari kurs dolar yang merosot terus. Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini perekonomian Indonesia memburuk dilihat dari kurs dolar yang merosot terus. Sebagai akibat kondisi tersebut, yang paling dikhawatirkan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kondisi perekonomian yang semakin buruk dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kondisi perekonomian yang semakin buruk dan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kondisi perekonomian yang semakin buruk dan persaingan bisnis yang semakin ketat menyebabkan perusahaan harus bisa mengambil langkah untuk menghadapi semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi di dunia bisnis menuntut persaingan yang ketat. Persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi di dunia bisnis menuntut persaingan yang ketat. Persaingan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi di dunia bisnis menuntut persaingan yang ketat. Persaingan yang terjadi di dunia bisnis telah memasuki perdagangan bebas dimana pesaing asing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan bertambahnya jumlah perusahaan yang menghasilkan dodol di

BAB I PENDAHULUAN. Dengan bertambahnya jumlah perusahaan yang menghasilkan dodol di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan bertambahnya jumlah perusahaan yang menghasilkan dodol di Kabupaten Garut akan membawa dampak persaingan pada industri dodol di Kabupaten Garut, baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Untuk membantu penelitian ini maka diperlukan acuan atau perbandingan dalam perencanaan agregat maka diperlukan penelitian terdahulu. Dapat dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat. Setiap industri belomba-lomba memberikan produk terbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat. Setiap industri belomba-lomba memberikan produk terbaiknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era zaman globalisasi seperti ini persaingan dalam industri pangan semakin ketat. Setiap industri belomba-lomba memberikan produk terbaiknya untuk konsumen. Berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang produksi palm kernel oil. Palm kernel oil merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang produksi palm kernel oil. Palm kernel oil merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT Serdang Jaya Perdana adalah salah satu perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang produksi palm kernel oil. Palm kernel oil merupakan minyak yang diekstraksi

Lebih terperinci

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI 4.1 Landasan Teori Jadwal Induk Produksi Jadwal Induk Produksi (JIP) adalah suatu set perencanaan yang mengidentifikasi kuantitas dari item tertentu yang dapat dan akan dibuat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biaya simpan, serta mampu mengirimkan produk pada waktu yang disepakati.

BAB I PENDAHULUAN. biaya simpan, serta mampu mengirimkan produk pada waktu yang disepakati. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan bisnis dan industri sejalan dengan semakin ketatnya persaingan antar perusahaan dalam menarik dan memuaskan konsumen untuk mempertahankan eksistensi perusahaan.

Lebih terperinci

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 outline Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Rantai Pasok, SCM dan ERP Kebutuhan dan Manfaat Sistem Terintegrasi Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Sub Bab

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN MODEL

BAB IV PERANCANGAN MODEL 36 BAB IV PERANCANGAN MODEL 4.1 Karakteristik Sistem Model simulasi yang akan dikembangkan menggambarkan sistem persaingan yang terjadi antara tiga produsen semen besar di Indonesia dalam memaksimalkan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 32 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Perencanaan Produksi Perencanaan produksi diperlukan karena didalam setiap unit produksi ada manusia, mesin, dan material yang dimanfaatkan sebaik baiknya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan. Untuk mendukung kelancaran produksi yang pada akhirnya akan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan. Untuk mendukung kelancaran produksi yang pada akhirnya akan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manajemen persediaan merupakan masalah penting yang dihadapi oleh perusahaan. Untuk mendukung kelancaran produksi yang pada akhirnya akan berpengaruh pada

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. SISTEM INFORMASI MANUFACTURE DENGAN PROGRAM BORLAND DELPHI 7 (Studi Kasus : CV. PERMATA 7 FURNITURE, WONOGIRI)

TUGAS AKHIR. SISTEM INFORMASI MANUFACTURE DENGAN PROGRAM BORLAND DELPHI 7 (Studi Kasus : CV. PERMATA 7 FURNITURE, WONOGIRI) TUGAS AKHIR SISTEM INFORMASI MANUFACTURE DENGAN PROGRAM BORLAND DELPHI 7 (Studi Kasus : CV. PERMATA 7 FURNITURE, WONOGIRI) Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Tugas Akhir Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Industri makanan dan minuman memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Menperin menyatakan pada triwulan I tahun 2015, pertumbuhan

Lebih terperinci

Perencanaan Agregat. Dosen : Somadi, SE., MM., MT

Perencanaan Agregat. Dosen : Somadi, SE., MM., MT Perencanaan Agregat Dosen : Somadi, SE., MM., MT Definisi dan Fungsi Perencanaan agregat atau penjadwalan agregat adalah sebuah pendekatan untuk menentukan kuantitas dan waktu pada jangka menengah (biasanya

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMECAHAN MASALAH

BAB III KERANGKA PEMECAHAN MASALAH BAB III KERANGKA PEMECAHAN MASALAH 3.1 Pengembangan Kerangka Kerja Secara garis besar terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan dalam menyelesaikan penelitian ini. Langkah-langkah tersebut yaitu studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetap bertahan menghadapi persaingan yang semakin ketat. beli masyarakat. Sehingga harga yang ditawarkan menjadi tinggi, dan

BAB I PENDAHULUAN. tetap bertahan menghadapi persaingan yang semakin ketat. beli masyarakat. Sehingga harga yang ditawarkan menjadi tinggi, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keadaan perekonomian dunia saat ini sedang mengalami penurunan, termasuk negara Indonesia. Hal ini karena terjadinya krisis global yang menerpa di semua

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN YULIATI,SE,MM

MANAJEMEN PERSEDIAAN YULIATI,SE,MM MANAJEMEN PERSEDIAAN YULIATI,SE,MM Mengapa Perusahaan Mempunyai Persediaan? Persediaan diperlukan untuk mengantisipasi ketidaksempurnaan pasar. Contoh: Jika perusahaan membutuhkan bahan mentah untuk proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman industri semakin maju dan berkembang serta diiringi dengan tingkat persaingan yang semakin ketat saat berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015 menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan inilah dinamakan proses produksi. Salah satu faktor yang mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan inilah dinamakan proses produksi. Salah satu faktor yang mempengaruhi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam penggunaannya, kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia industri semakin berkembang dan kompetitor saling berkompetisi untuk menjadi yang terbaik dalam pemberian kualitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 engertian engendalian ersediaan ersediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi

Lebih terperinci

PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT. Titien S. Sukamto

PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT. Titien S. Sukamto PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT Titien S. Sukamto PERENCANAAN AGREGAT Merupakan salah satu metode dalam perencanaan produksi. Merupakan sebuah pendekatan untuk meentukan kuantitas dan waktu produksi pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Fungsi Pengendalian Persediaan Masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi oleh perusahaan. Kekurangan bahan baku akan mengakibatkan adanya

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

MODUL 5 PERENCANAAN PRODUKSI[AGREGAT DAN KAPASITAS]

MODUL 5 PERENCANAAN PRODUKSI[AGREGAT DAN KAPASITAS] MODUL 5 PERENCANAAN PRODUKSI[AGREGAT DAN KAPASITAS] 1. Deskripsi Perencanaan Agregat adalah perencanaan jangka menengah yang digunakan untuk mengalokasikan sejumlah sumber daya untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penulisan Penelitian dilakukan di PT. Indonesia Nippon Seiki yang berlokasi di Kawasan Industri Modern Cikande, Jl. Utama Modern Industri Blok E Desa Barengkok,

Lebih terperinci

Lampiran 3. Uji validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian. 1. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kualitas Produk (X 1 )

Lampiran 3. Uji validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian. 1. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kualitas Produk (X 1 ) 73 Lampiran 3. Uji validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kualitas Produk (X 1 ) Produk furniture yang dihasilkan PT. Goldfindo Intikayu Pratama dapat

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 ANALISA PERHITUNGAN LEVEL, CHASE DAN MIXED STRATEGY

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 ANALISA PERHITUNGAN LEVEL, CHASE DAN MIXED STRATEGY BAB V ANALISA HASIL. 5.1 ANALISA PERHITUNGAN LEVEL, CHASE DAN MIXED STRATEGY BAB V ANALISA HASIL 5.1 1. Analisa Perhitungan Level, Chase dan Mixed Strategy Level strategic dimana tingkat produksi tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industrialisasi dan inovasi teknologi yang semakin pesat membuat perusahaan menjadi lebih kompetitif dalam mengahadapi persaingan yang semakin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analisis deskriptif kuantitatif. Obyek penelitian ini adalah UKM yang bergerak di sektor kuliner yaitu kafe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara kita sedang memasuki masa pembangunan. Pembangunan ini

BAB I PENDAHULUAN. Negara kita sedang memasuki masa pembangunan. Pembangunan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara kita sedang memasuki masa pembangunan. Pembangunan ini diarahkan pada setiap kota maupun desa. Pembangunan ini diadakan dengan tujuan agar bangsa

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta TUGAS AKHIR PERENCANAAN BIAYA PRODUKSI TENAGA KERJA BERDASARKAN HASIL PERAMALAN MENGGUNAKAN MODEL INTEGER LINEAR PROGRAMMING DENGAN SOFTWARE QUANT SYSTEM FOR WINDOWS(WINQSB) PADA PT. DJITOE INDONESIAN

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan Data penjualan grout tipe Fix pada PT.Graha Citra Mandiri mulai dari Januari 2004 sampai dengan Oktober 2006 ditunjukkan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya Informasi biaya sangat bermanfaat bagi manajemen perusahaan. Diantaranya adalah untuk menghitung harga pokok produksi, membantu manajemen dalam fungsi perencanaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk dapat menghadapi dan memenangkan persaingan. menimbulkan kerugian baik dari segi finansial dan waktu.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk dapat menghadapi dan memenangkan persaingan. menimbulkan kerugian baik dari segi finansial dan waktu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri yang semakin maju disertai dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, menimbulkan banyak persaingan yang menuntut perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Menentukan Harga Jual pada

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Menentukan Harga Jual pada BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Menentukan Harga Jual pada SETIA BARU Furniture Pada bab ini Penulis akan membahas tentang perhitungan Harga Pokok Produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan di dunia industri membuat setiap perusahaan harus memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan di dunia industri membuat setiap perusahaan harus memiliki 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan di dunia industri membuat setiap perusahaan harus memiliki strategi yang tepat untuk dapat bersaing dengan para pesaingnya, terlebih perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1. Evaluasi Terhadap Klasifikasi Biaya Produksi. biaya bahan baku langsung oleh perusahaan.

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1. Evaluasi Terhadap Klasifikasi Biaya Produksi. biaya bahan baku langsung oleh perusahaan. BAB IV PEMBAHASAN IV. 1. Evaluasi Terhadap Klasifikasi Biaya Produksi Pada PT Grahacitra Adhitama ditemukan pengklasifikasian dan perhitungan biaya produksi yang kurang tepat, yaitu : 1. Ada beberapa unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sama, yaitu persaingan dalam industrinya sehingga perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sama, yaitu persaingan dalam industrinya sehingga perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Pada era globalisasi ini, setiap perusahaan menghadapi situasi serta permasalahan yang sama, yaitu persaingan dalam industrinya sehingga perusahaan harus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pentingnya Persediaan Bagi Perusahaan Suatu perusahaan akan selalu mempunyai persediaan, baik persediaan berupa persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi ataupun persediaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini mengalami kemunduran dibandingkan dengan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini mengalami kemunduran dibandingkan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian Indonesia saat ini mengalami kemunduran dibandingkan dengan perekonomian dunia yang mengalami perkembangan yang sangat baik. Kemunduran ini disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk barang dan jasa dengan mengubah masukan (input) menjadi hasil (output).

BAB I PENDAHULUAN. bentuk barang dan jasa dengan mengubah masukan (input) menjadi hasil (output). BAB I 1.1 Latar belakang PENDAHULUAN Manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menciptakan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah masukan (input) menjadi hasil (output). Manajemen

Lebih terperinci