Gangguan ini dapat ada pada semua usia dan lebih sering pada remaja. 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gangguan ini dapat ada pada semua usia dan lebih sering pada remaja. 1"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Gangguan penyesuaian merupakan gangguan jiwa yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit untuk penyakit medik ataupun operasi, namun jarang ada penelitiannya. 1 Gangguan penyesuaian, berhubungan dengan stress, jangka pendek, gangguan nonpsikotik. Berdasarkan ICD X dan DSM-IV mendefenisikan gangguan penyesuaian sebagai keadaan sementara dari tekanan dan gangguan emosional, yang timbul dalam proses beradaptasi dengan perubahan hidup yang signifikan, kehidupan yang stress, penyakit fisik yang serius, atau kemungkinan penyakit serius. Stressor dapat hanya melibatkan individu bahkan mempengaruhi masyarakat luas. 2,3 Pasien dengan gangguan penyesuaian biasanya terlihat seperti terbebani atau terlalu berlebihan dalam memberikan respon terhadap stimulus yang diberikan. Manifestasi respon dapat berupa reaksi emosional atau perilaku terhadap suatu peristiwa stress atau perubahan dalam hidup seseorang; misalnya pada populasi anak, peristiwa dapat berupa perceraian kedua orang tua, kelahiran angota keluarga baru, atau kehilangan figur atau benda (mis. Hewan peliharaan ). Gangguan ini memiliki batas waktu, biasanya mulai dalam waktu 3 bulan dari peristiwa stress. Gejala akan berkurang dalam waktu 6 bulan setelah stressor menghilang atau ketika adaptasi baru terjadi. 3 Gangguan ini dapat ada pada semua usia dan lebih sering pada remaja. 1 1

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gangguan penyesuaian (adjustment disorder) merupakan reaksi maladaptif jangka pendek terhadap stressor yang dapat diidentifikasi, yang muncul selama tiga bulan dari munculnya stressor tersebut. Gangguan ini merupakan respon patologis terhadap apa yang oleh orang awam disebut sebagai kekurang beruntungan, atau yang menurut para psikiater disebut sebagai stressor psikososial. Gangguan ini bukan merupakan kondisi lebih buruk dari gangguan psikiatrik yang sudah ada. 1 Halgin & Whitbourne (1994) mengungkapkan bahwa gangguan penyesuaian diri adalah reaksi terhadap satu atau beberapa perubahan (stressor) dalam kehidupan seseorang yang lebih ekstrem dibandingkan dengan reaksi normal orang pada umumnya, terhadap perubahan (stressor) yang sama. Reaksi maladaptif terlihat dari adanya hendaya yang bermakna (signifikan) dalam fungsi sosial, pekerjaan, akademis, atau adanya kondisi distress emosional yang melebihi batas normal. Hendaya tersebut muncul dalam 3 bulan setelah adanya stressor. Reaksi maladaptif dalam bentuk gangguan penyesuaian ini, mungkin teratasi bila stressor dipindahkan atau individu belajar mengatasi stressor. Bila reaksi maladaptif ini berlangsung lebih dari enam bulan setelah stressor (konsekuensinya) dialihkan, diagnosis gangguan penyesuaian perlu diubah. ICD-10 dan DSM-IV mendefinisikan gangguan penyesuaian sebagai keadaan sementara yang ditandai dengan munculnya gejala dan terganggunya fungsi seseorang akibat tekanan pada emosi dan psikis, yang muncul sebagai bagian adaptasi terhadap perubahan hidup yang signifikan, kejadian hidup yang penuh tekanan, penyakit fisik yang serius, atau kemungkinan adanya penyakit yang serius. Stresor bisa hanya melibatkan individual, atau bahkan mempengaruhi komunitas yang lebih luas. Predisposisi dan vulnerabilitas individu memiliki peran yang lebih penting dalam risiko munculnya manifestasi dari gangguan penyesuaian dibandingkan dengan reaksi terhadap kejadian penuh tekanan lainnya, seperti post-traumatic stress disorder. Gangguan 2

3 Penyesuaian diasumsikan sebagai suatu keadaan yang tidak akan terjadi tanpa adanya stressor. ICD-10 mendefinisikan stressor di sini sebagai stressor yang tidak termasuk tipe yang tidak biasa atau katastropik Menggolongkan gangguan penyesuaian sebagai sebuah gangguan mental memunculkan beberapa kesulitan karena tidak mudah mendefinisikan apa yang normal dan tidak normal dalam konsep gangguan penyesuaian. Bila sesuatu yang buruk terjadi pada hidup kita, maka wajar bila kita merasa sedih. Bila ada krisis dalam pekerjaan, saat dituduh melakukan kejahatan, mengalami kebanjiran, bisa dimengerti bila kita mengalami kecemasan atau depresi. Sebaliknya justru apabila kita tidak bereaksi maladaptif, paling tidak secara temporar, karena terjadinya peristiwa- peristiwa tersebut, dapat menunjukkan ada yang tidak wajar pada diri kita. Namun, bila reaksi emosional kita berlebihan, atau kemampuan kita untuk berfungsi mengalami penurunan atau hendaya, maka kondisi ini bisa didiagnosis sebagai gangguan penyesuaian. Jadi, bila kita sulit berkonsentrasi dalam mengerjakan tugas kuliah karena putus cinta dan nilai akademis menurun, maka ada kemungkinan kita mengalami gangguan penyesuaian Gangguan penyesuaian terkadang dikritik sebagai memedikalisasi masalah dalam kehidupan, karena perbedaan yang ditimbulkan antara kondisi ini dengan reaksi normal terhadap stres. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, gangguan penyesuaian biasanya mengganggu fungsi sosial dan penampilan, dan muncul sebagai adaptasi terhadap perubahan hidup yang signifikan. Stresor dapat mempengaruhi integritas kehidupan sosial seseorang (melalui kehilangan atau perpisahan), atau bahkan yang melibatkan sistem yang lebih luas (migrasi atau pengungsian). 1,2,3 2.2 Epidemiologi Prevalensi gangguan penyesuaian berkisar dari 2,3% pada pasien rawat jalan yang tidak memiliki gangguan pada Axis I atau II hingga 20% pada diagnosis dengan Axis I dan II. Pada dewasa, perempuan mendominasi dari pria dengan perbandingan 2:1. 4 Insiden dan prevalensi Beberapa studi menunjukkan angka 12%, angka tertinggi 23% pada data pasien yang disimpan. Mood depresi adalah subtipe dari gangguan penyesuaian yang paling sering, diikuti 3

4 dengan gangguan penyesuaia dengan mood anxietas, gabungan anxietaas dan depresi, kemudian gangguan perilaku. 3 Gangguan penyesuaian merupakan salah satu gangguan yang paling banyak ditemukan pada pasien yang dirawat di rumah sakit, baik yang dirawat karena penyakit fisik, maupun juga pasien yang hendak mengalami operasi. Pada suatu penelitian ditemukan bahwa 5 persen dari semua pasien yang dirawat pada suatu rumah sakit selama masa 3 tahun didiagnosis mengalami gangguan penyesuaian. Kemudian juga ditemukan bahwa 50 persen dari orang-orang yang memiliki riwayat penyakit medis, didiagnosis mengalami gangguan penyesuaian Berdasarkan penelitian selama 5 tahun, diperoleh perbedaan penting antara remaja dan dewasa terkait dengan prognosis gangguan penyesuaian. Sebagian besar individu dewasa dengan gangguan penyesuaian bebas dari gejala (71% yang benar-benar baik, 8% memiliki masalah intervensi, dan 21% mengalami depresi atau kecanduan alcohol), remaja memiliki hasil yang jauh berbeda. Selama 5 tahun, penelitian ini dilanjutkan, hasil bahwa 43% remaja memiliki gangguan psikiatri utama (misalnya, skizofrenia, gangguan skizoafektif, depresi, gangguan penyalahguanaan zat, dan gangguan kepribadian), 13% memiliki gangguan mental intervensi, dan 44% tidak memiliki gangguan mental Etiologi Gangguan penyesuaian diperkirakan tidak akan terjadi tanpa adanya stressor. Walaupun adanya stressor merupakan komponen esensial dari gangguan penyesuaian, namun stress adalah salah satu dari banyak faktor yang menentukan berkembangnya, jenis dan luasnya psikopatologi. Hingga sekarang, etiologi belum pasti dan dapat dibagi atas beberapa faktor sebagai berikut: (1) 1. Genetik Temperamen yang tinggi ansietas cenderung lebih bereaksi terhadap suatu peristiwa stress dan kemudian mengalami gangguan penyesuaian. Ada penelitian menyatakan bahwa berbagai peristiwa kehidupan dan stressor ada kolerasi pada anak kembar. (1) 2. Biologik 4

5 Kerentanan yang besar dengan riwayat penyakit medis yang serius atau disabilitas. (1) 3. Psikososial Kerentanan yang besar pada individu yang kehilangan orang tua pada masa bayi atau mereka yang ada pengalaman buruk dengan ibu, kemampuan mentolerir frustasi dalam hidup individu dewasa berhubungan dengan kepuasan dari kebutuhan dasar hidup masa bayi. (1) Diagnosis gangguan penyesuaian membutuhkan identifikasi dari kejadian yang penuh tekanan. Masih terjadi perdebatan apakah pasien dengan gangguan penyesuaian memiliki vulnerabilitas yang tinggi terhadap stressor yang umum atau vulnerabilitas yang umum terhadapp stressor yang besar. Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan penyesuaian pada seseorang. Peran stress Seseorang harus mengalami kejadian yang penuh tekanan untuk dianggap mengalami gangguan penyesuaian. Stressor yang menyebabkan gangguan penyesuaian bisa jadi berbeda tipe dan bobot. Paykel et al mengklasifikasikan kejadian hidup menjadi desirable/undesirable (seperti kemajuan karir.penyakit), penerimaan/kehilangan (seperti pernikahan/kematian seseorang yang dicintai). Stressor bisa single/tunggal bisa multiple/banyak, single misalnya, kehilangan orang yang dicintai, sedangkan yang multiple misalnya selain kehilangan orang yang dicintai, juga di PHK, dan mengidap suatu penyakit. Selain itu stressor juga dapat berupa sesuatu yang berulang, misalnya kesulitan bisnis di masa sulit, serta dapat berupa sesuatu yang terus menerus, misalnya kemiskinan dan penyakit kronis. Perselisihan dalam keluarga dapat menyebabkan gangguan penyesuaian yang berpengaruh terhadap semua anggota keluarga, namun dapat juga gangguan hanya terbatas pada satu anggota keluarga yang mungkin menjadi korban, atau secara fisik, menderita penyakit. Terkadang, gangguan penyesuaian juga dapat muncul pada konteks kelompok atau komunitas, dimana sumber stresnya mempengaruhi beberapa orang sekaligus, seperti yang terjadi pada komunitas yang mengalami bencana alam. Selain itu tahap perkembangan tertentu seperti, mulai masuk sekolah, meninggalkan rumah untuk merantau, menikah, menjadi ayah/ibu, gagal dalam meraih cita-cita, 5

6 maupun ditinggal oleh anak untuk merantau, sering diasosiasikan dengan gangguan penyesuaian (Kaplan & Sadock, 2007). Vulnerabilitas individu Masing-masing individu memiliki vulnerabilitas yang berbeda terhadap gangguan penyesuaian, tergantung dari karakteristik kepribadian dan latar belakang masingmasing. Tidak semua orang yang mengalami stress akan memiliki gangguan penyesuaian. Berikut adalah hal-hal yang mempengaruhi vulnerabilitas seseorang terhadap stress: - Variabilitas individu: usia, jenis kelamin, tingkat kesehatan atau komorbiditas kejiwaan. - Faktor hubungan, seperti tingkat instruksi; etik, politik, kepercayaan. - Lingkungan keluarga: keberadaan dukungan, kekuatan hubungan, dan status ekonomi. - Kejadian di masa kecil: seorang ibu yang mengontrol anaknya atau seorang ayah yang suka meng-abuse anaknya, berhubungan dengan peningkatan risiko gangguan penyesuaian. Faktor personal dari tingginya neurotisme dan rendahnya ekstraversi mungkin berhubungan dengan gangguan penyesuaian. - Level pendidikan: Level pendidikan yang tinggi dapat melindungi diri dari distress psikologis. - Status pernikahan: Pernikahan dianggap sebagai faktor yang dapat melindungi diri dari gangguan penyesuaian. - Hubungan antara kelainan kepribadian dan gangguan penyesuaian masih tidak jelas. Meskipun gangguan kepribadian dapat meningkatkan risiko berkembangnya gangguan penyesuaian, pasien dengan gangguan penyesuaian lebih jarang untuk memiliki kelainan kepribadian dibandingkan dengan pasien depresi. 2.4 Manifestasi Klinis Gangguan penyesuaian didiagnosis saat seseorang memiliki gejala kejiwaan saat menyesuaikan diri terhadap keadaan baru. 6

7 Gejala-gejala yang muncul bervariasi, misalnya depresi, kecemasan, atau campuran di antara keduanya. Gejala campuran ini yang paling sering ditemukan pada orang dewasa. Berikut adalah gabungan dari beberapa gejala gangguan penyesuaian: Gejala psikologis. Meliputi depresi, cemas, khawatir, kurang konsentrasi, dan mudah tersinggung. Gejala fisik. Meliputi berdebar-debar, nafas cepat, diare, dan tremor. Gejala perilaku. Meliputi agresif, ingin menyakiti diri sendiri, alcohol abuse, penggunaan obat-obatan yang tidak tepat, kesulitan sosial, dan masalah pekerjaan. Gejala-gejala tersebut muncul bertahap setelah adanya kejadian yang penuh tekanan, dan biasanya berlangsung dalam waktu sebulan (ICD-10) atau 3 bulan (DSM IV). Gangguan ini jarang terjadi lebih dari 6 bulan. Contoh kejadian yang penuh tekanan antara lain putusnya hubungan, pemutusan hubungan kerja, perselisihan dalam pekerjaan, kehilangan, sakit dan perubahan besar. 7

8 Seseorang yang menderita gangguan penyesuaian akan memiliki kesulitan dalam fungsi sosial dan pekerjaan; kerja dan hubungan antara sesama akan terganggu akibat stress yang berlangsung atau kurangnya konsentrasi. Bagaimanapun juga kesulitan yang terjadi tidak akan mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang sampai level yang signifikan. Gejala tidak selalu menghilang segera setelah stressor menghilang dan jika stressor berlanjut, gangguan mungkin akan menjadi kronik. 2,4,7 2.5 Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR A. Perkembangan gejala emosi maupun perilaku yang muncul sebagai respon terhadap stresor yang dapat diidentifikasi, terjadi dalam/tidak lebih dari 3 bulan setelah onset dari stresor tersebut. B. Gejala atau perilaku tersebut secara klinis bermakna sebagaimana ditunjukkan berikut ini: a. Penderitaan yang nyata melebihi apa yang diperkirakan, saat mendapatkan paparan stressor. b. Gangguan yang bermakna pada fungsi sosial atau pekerjaan, termasuk dalam bidang akademik. C. Gangguan yang berhubungan dengan stres tidak memenuhi kriteria untuk kelainan Axis I secara spesifik dan bukan merupakan eksaserbasi dari kelainan Axis I atau II yang ada sebelumnya. D. Gejalanya yang muncul tidak mencerminkan kehilangan (Bereavement) 8

9 E. Jika stressor (atau sequence-nya) telah berhenti, gejala tidak muncul lagi untuk tambahan 6 bulan ke depan. Tentukan jika: Akut: Jika gangguan terjadi selama kurang dari 6 bulan Kronik: Jika gangguan terjadi selama 6 bulan atau lebih lama adjusment disorder dikode berdasarkan pada sub tipenya, yang dipilih berdasarkan gejala yang predominan. Stresor yang spesifik dapat ditentukan dalam axis IV With Depressed Mood With Anxiety With Mixed Anxiety and Depressed Mood With Disturbance of Conduct With Mixed Disturbance of Emotions and Conduct Unspecified ICD-10 Gangguan penyesuaian dikode ke dalam F43.2, golongan Reaction to severe stress, and adjustment disorders (F43). Menurut ICD 10, terdapat bermacam-macam manifestasi klinis dari gangguan penyesuaian, termasuk mood depresi, cemas, khawatir (atau gabungan antara ketiganya), perasaan tidak mampu untuk mengatasi perasaan, merencanakan masa depan, atau melanjutkan kondisi saat ini, dan beberapa tingkatan atas ketidakmampuan dalam penampilan sehari-hari. Mungkin saja akan terjadi gangguan perilaku (seperti agresivitas dan disosial), terutama pada orang dewasa. Tidak ada gejala yang predominan untuk masuk ke dalam diangosis spesifik lainnya. Pada anak-anak biasanya terdapat fenomena regresif, seperti mengompol, berbicara seperti bayi, atau menghisap jempol. Onset biasanya terjadi dalam 1 bulan sejak terjadinya kejadian yang penuh dengan tekanan atau mengubah kehidupan, dan biasanya durasi dari gejala tersebut tidak melebihi 6 bulan, kecuali masuk ke dalam kasus reaksi depresi berkepanjangan (F 43.21). Jika gejala 9

10 yang muncul berlangsung lama, maka diagnosis sebaiknya diubah sesuai dengan gambaran klinis yang muncul. Jika penyebabnya adalah kehilangan, maka harus dipertimbangkan juga sebagai reaksi normal dari kehilangan (bereavement), yang sesuai dengan budaya seseorang dan biasanya tidak lebih dari 6 bulan. Untuk diagnosis tersebut biasanya dikode dengan Z63.4 (menghilangnya atau meninggalnya anggota keluarga). Reaksi kehilangan dalam berbagai waktu, yang dianggap tidak normal karena bentuk atau isinya, harus dikode sebagai F43.22, F43.23, F43.24, atau F43.25, dan yang mana masih selalu muncul dan bertahan hingga 6 bulan dapat dikode sebagai F43.21 (reaksi depresi berkepanjangan) Pedoman Diagnosis a. Diagnosis tergantung pada evaluasi terhadap hubungan antara: Bentuk, isi, dan beratnya gejala; Riwayat dan corak kepribadian sebelumnya; dan Kejadian, situasi yang penuh tekanan, atau krisis kehidupan. b. Keberadaan ketiga faktor ini harus jelas dan mempunyai bukti yang kuat bahwa gangguan tersebut tidak akan terjadi bila tidak mengalami hal tersebut. c. Jika stressornya dianggap minimal, atau jika merupakan sebuah hubungan sementara (kurang dari 3 bulan), kelainan tersebut harus diklasifikasikan di tempat lain, sesuai dengan gejala yang muncul. Includes: - Culture shock - Grief reaction - Hospitalism in children Excludes: Gangguan cemas terpisah pada anak (F93.0) 10

11 Jika kriteria untuk gangguan penyesuaian sudah tepat, bentuk klinis atau fitur-fitur yang dominan dapat dispesifikan ke dalam 5 karakter: F43.20 Brief depressive reaction Suatu keadaan depresi yang ringan dan sementara dengan durasi tidak melebihi 1 bulan. F43.21 Prolonged depressive reaction Suatu keadaan depresi ringan yang terjadi sebagai respon dari pajanan situasi penuh tekanan yang berkepanjangan, namun durasi tidak melebihi 2 tahun. F43.22 Mixed anxiety and depressive reaction Baik gejala depresi maupun cemas cukup banyak, namun pada level yang tidak lebih tinggi dari mixed anxiety and depressive disorder (F41,2) atau gangguan cemas campuran lainnya (F41.3). F43.23 With predominant disturbance of other emotions Gejalanya biasanya berupa emosi yang parah, seperti cemas, khawatir, tegang, dan marah. Kategori ini juga dapat digunakan pada anak-anak yang memiliki perilaku regresif, seperti mengompol atau menghisap ibu jari. F43.24 With predominant disturbance of conduct Gangguan paling utama adalah yang meliputi perilaku, seperti reaksi kehilangan orang dewasa yang mengakibatkan terjadinya perilaku agresif atau disosial. F43.25 With mixed disturbance of emotions and conduct Baik gejala emosional maupun gangguan perilaku, keduanya muncul dalam bentuk yang prominent. F43.28 With other specified predominant symptoms PPDGJ-III: a. Diagnosis tergantung pada evaluasi terhadap hubungan antara: bentuk, isi, dan beratnya gejala 11

12 riwayat sebelumnya atau corak kepribadian kejadian, situasi yang penuh stres, atau krisis kehidupan b. Adanya ketiga faktor di atas harus jelas dan mempunyai bukti yang kuat bahwa gangguan tersebut tidak akan terjadi bila tidak mengalami hal tersebut. c. Manifestasi gangguan bervariasi dan mencakup afek depresi, anxietas, campuran depresi dan anxietas, gangguan tingkah laku disertai adanya disabilitas dalam kegiatan rutin sehari-hari. d. Biasanya mulai terjadi dalam satu bulan setelah terjadinya kejadian yang penuh stres, dan gejala-gejala biasanya tidak bertahan melebihi 6 bulan kecuali dalam hal reaksi depresi berkepanjangan. e. Karakter kelima : F43.20 = reaksi depresi singkat F43.21 = reaksi depresi berkepanjangan F43.22 = reaksi campuran anxietas dan depresi F43.23= dengan predominan gangguan emosi lain F43.24= dengan predominan gangguan perilaku F43.25= dengan gangguan campuran emosi dan perilaku F43.28= dengan gejala predominan lainnya YDT. 2.6 Terapi a. Psikoterapi Intervensi psikoterapi pada gangguan penyesuaian bertujuan untuk mengurangi efek dari stressor, meningkatkan kemampuan mengatasi (coping) stressor yang tidak bisa dikurangi, dan menstabilkan status mental dan system dukungan untuk memaksimalkan adaptasi. Psikoterapi dapat berupa: terapi perilaku-kognitif, terapi interpersonal, upaya psikodinamik atau konseling. 4 Tujuan utama dari psikoterapi ini untuk menganalisa stressor yang mengganggu pasien kemudian dihilangkan atau diminimalkan. Sebagai contoh, amputasi kaki dapat menghancurkan perasaan seseorang tentang dirinya, terutama jika individu tersebut adalah seorang atlet lari. Perlu diperjelas bahwa pasien tersebut tetap memiliki suatu kemampuan besar, dimana ia dapat menggunakannya untuk pekerjaan yang berguna, tidak perlu kehilangan hubungan yang berharga, dapat bereproduksi, dan ini tidak berarti bagian tubuh yang lain juga akan hilang. Jika tidak, pasien tersebut 12

13 dianjurkan. 4 Psikoterapi, konseling krisis medis, intervensi krisis, terapi keluarga, terapi dapat berfantasi ( bahwa semuanya hilang) dan stressor (amputasi) dapat mengambil alih, membuat disfungsional (pekerjaan, seks) pada pasien, dan menyebabkan disforia yang menyakitkan atau kecemasan. 4 Beberapa stressor dapat menyebabkan reaksi yang berlebihan (misalnya, pasien memutuskan untuk bunuh diri atau melakukan pembunuhan setelah ditinggalkan oleh kekasihnya). Pada kasus seperti reaksi berlebihan dengan perasaan, emosi atau perilaku, terapis akan membantu individu menempatkan perasaan dan kemarahannya melalui kata-kata daripada melakukan tindakan destruktif dan memberikan perspektif. Peran verbalisasi dan gabungan afek dan konflik yang tidak berlebihan dalam upaya mengurangi stressor dan meningkatkan coping. Obat-obatan dan alkohol tidak kelompok, terapi perilaku-kognitif, dan terapi interpersonal semua mendorong individu untuk mengekspresikan pengaruh, ketakutan, kecemasan, kemarahan, rasa tidak berdaya, dan putus asa terhadap stressor. Mereka juga membantu individu untuk menilai kembali realitas dalam beradaptasi. Sebagai contoh, hilangnya kaki bukan berarti kehilangan nyawa. Tetapi itu adalah kerugian besar. Psikoterapi singkat berusaha untuk membingkai makna stressor tersebut, cara meminimalkannya dan mengurangi defisit psikologis terhadap kejadian tersebut. 4,7 b. Farmakoterapi Biasanya, penggunaan terapi farmakologi oleh individu dengan gangguan penyesuaian adalah untuk mengurangi gejala seperti insomnia, kecemasan dan serangan panik. Yang paling umum diresepkan untuk agen individu dengan gangguan penyesuaian adalah benzodiazepine dan anti-depresan. Stewart et al merekomendasikan percobaan antidepresan pada pasien dengan depresi ringan atau berat yang belum memberi respon atau intervensi psikoterapi suportif lainnya selama 3 bulan. 3 Dalam sebuah penelitian yang ditujukan untuk membedakan respon terapi antidepresi pada Depresi Major dengan gangguan penyesuaian dengan mood depresi, ditemukan hasil bahwa tidak ada perbedaan respon klinis antara keduanya terhadap antidepresi. Namun kecepatan respon terapinya lebih cepat 2 kali pada gangguan penyesuaian dibandingkan pasien depresi biasa. 13

14 Tidak ada terapi antidepresi yang lebih efektif, baik terapi tunggal maupun terapi kombinasi, dalam pengobatan gangguan penyesuaian. Pengobatan dengan trazodone maupun clorazepate pada pasien gangguan penyesuaian dengan HIV menunjukan hasil yang sama dalam penyembuhan penyakit. Pengobatan dengan etifoxine (obat anxiolitic non benzodiazepine) dan lorazepam juga menunjukkan adanya kemanjuran dalam mengobati gejala, namun pada pasien yang menggunakan etifoxine ditemukan bahwa pasiennya membaik secara nyata dan menunjukan efek yang baik tanpa efek samping. 2.7 Prognosis Dengan terapi yang efektif, prognosis pada umunya adalah baik. Kebanyakan pasien kembali ke fungsi semula dalam waktu 3 bulan. 1 Ada gangguan penyesuaian yang berlangsung sementara dan dapat sembuh sendiri atau setelah mendapat terapi. 1 Remaja membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih kembali dibandingkan dengan orang dewasa. Terdapat penelitian follow-up setelah 5 tahun mendapatkan terapi, 71% pasien dewasa sembuh tanpa gejala residual, 21% berkembang menjadi gangguan depresi mayor, atau alkoholisme. 1 Pada remaja prognosis kurang baik, karena 43% menderita Gangguan Skizofrenia denga gangguan skizoafektif, depresi mayor. Gangguan penyalahgunaan zat, serta gangguan kepribadian. Adapun resiko bunuh diri cukup tinggi. 1 14

15 BAB III KESIMPULAN Gangguan penyesuaian didefinisikan sebagai gejala-gejala emosional atau perilaku yang bermakna secara klinis dan terjadi sebagai respons terhadap suatu stressor dan menghilang dalam waktu 6 bulan setelah tak ada stressor. Gangguan ini dapat dijumpai pada semua usia dan lebih sering pada remaja. Gangguan penyesuaian diperkirakan tidak akan terjadi tanpa adanya stressor. Walaupun adanya stressor merupakan komponen esensial dari gangguan penyesuaian, namun stress adalah salah satu dari banyak faktor yang menentukan berkembangnya, jenis dan luasnya psikopatologi. Berdasarkan DSM IV-TR, gangguan penyesuaian ditandai dengan gejala berdasarkan beberapa kriteria. Gejala emosional dan perilaku bisa munculdalam jangka waktu 3 bulan setelah onset stressor dan seharusnya pulih dalam jangka waktu 6 bulan setelah stressor hilang. Menurut PPDGJ-III, gangguan penyesuaian dapat terdiagnosis jika gejala muncul 1 bulan setelah onset stressor dan biasanya tidak bertahan melebihi 6 bulan. Pada gangguan penyesuaian, dapat diberikan psikoterapi atau farmakoterapi atau kombinasi kedua terapi. Psikoterapi adalah pilihan utama; dengan tujuan untuk menganalisa stressor yang mengganggu pasien kemudian dihilangkan atau diminimalkan. Psikoterapi, konseling krisis medis, intervensi krisis, terapi keluarga, terapi kelompok, terapi perilakukognitif, dan terapi interpersonal semua mendorong individu untuk mengekspresikan pengaruh, ketakutan, kecemasan, kemarahan, rasa tidak berdaya, dan putus asa terhadap stressor. Farmakoterapi diberikan dalam waktu singkat, dan tergantung dari tipe gangguan penyesuaian, dapat diebrikan penggolongan obat yang efektif. Pemberian antiansietas berguna untuk pasien dengan kecemasan. Antidepresi dapat diberikan bila dijumpai adanya depresi. Farmakoterapi adalah sebuah augment psikoterapi dan bukan sebagai terapi primer. 15

16 BAB IV DAFTAR PUSTAKA 1. Kandou JE. Gangguan Penyesuaian. In: Elvira SD, Hadisukanto G, editors. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FK UI; Wilson DS. Adjustment Disorder. 2008:1-13. Available in: 3. Tami D Benton M. Adjustment Disorders Medscape Available in: 4. Chapter 61: Adjusment Disorder. In: Kay J, Tasman A, editors. Essentials of Psychiatry. Spain: John Wiley & Sons; p Chapter 41: Adjusment Disorder. In: First MB, Tasman A, editors. A Clinical Guide to the Diagnosis and Treatment of Mental Disorders. UK: John Wiley & Sons; p Maslim R. Gangguan Terkait Stress. In: Maslim R, editor. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III. Jakarta: PT Nuh Jaya; p Maramis, W.F Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa cetakan kesembilan. Airlangga University Press : Surabaya 16

Gangguan Penyesuaian (Adjustment Disorder)

Gangguan Penyesuaian (Adjustment Disorder) Gangguan Penyesuaian (Adjustment Disorder) Definisi Gangguan penyesuaian (adjustment disorder) merupakan reaksi maladaptif jangka pendek terhadap stressor yang dapat diidentifikasi, yang muncul selama

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat mengganggu. Psikopatologinya melibatkan kognisi, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. Istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk melakukan

Lebih terperinci

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA Pembimbing : Dr. Prasilla, Sp KJ Disusun oleh : Kelompok II Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta cemas menyeluruh dan penyalahgunaan zat. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA

GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA MAKALAH DISKUSI TOPIK GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA Disusun oleh: NUR RAHMAT WIBOWO I11106029 KELOMPOK: VIII KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN Gangguan stres akut (juga disebut shock psikologis, mental shock, atau sekedar shock) adalah sebuah kondisi psikologis yang timbul sebagai tanggapan terhadap peristiwa yang mengerikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data

Lebih terperinci

PTSD POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER

PTSD POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER PTSD POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER Pembimbing: dr.ira Savitri Tanjung, Sp.KJ (K) Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa, Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Periode

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS DEFINISI Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar

Lebih terperinci

IPAP PTSD Tambahan. Pilihan penatalaksanaan: dengan obat, psikososial atau kedua-duanya.

IPAP PTSD Tambahan. Pilihan penatalaksanaan: dengan obat, psikososial atau kedua-duanya. IPAP PTSD Tambahan Prinsip Umum I. Evaluasi Awal dan berkala A. PTSD merupakan gejala umum dan sering kali tidak terdiagnosis. Bukti adanya prevalensi paparan trauma yang tinggi, (termasuk kekerasan dalam

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik

Lebih terperinci

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE 1 Definisi Suicidum (bunuh diri) adalah kematian yang dengan sengaja dilakukan oleh diri sendiri. Tentamen suicidum (percobaan bunuh diri) adalah

Lebih terperinci

BUNUH DIRI DAN GANGGUAN BIPOLAR

BUNUH DIRI DAN GANGGUAN BIPOLAR BUNUH DIRI DAN GANGGUAN BIPOLAR Abstrak Gangguan bipolar adalah penyakit umum yang ditandai dengan peningkatan kematian prematur, tetapi mereka sering tetap tidak terujuk, tidak terdiagnosis, dan tidak

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Depresif Mayor Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing masing individu. Diagnostic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya,

BAB 1 PENDAHULUAN. dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi setiap orang yang telah menikah, memiliki anak adalah suatu anugerah dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya, tumbuh dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Bencana menurut Undang-Undang No.24 tahun 2007 adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001 JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Jiwa Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari

Lebih terperinci

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A Do Penyusunan gejala Memberi nama atau label Membedakan dengan penyakit lain For Prognosis Terapi (Farmakoterapi / psikoterapi)

Lebih terperinci

GANGGUAN BIPOLAR PENDAHULUAN

GANGGUAN BIPOLAR PENDAHULUAN GANGGUAN BIPOLAR I. PENDAHULUAN Gangguan bipolar merupakan suatu gangguan yang ditandai dengan perubahan mood antara rasa girang yang ekstrem dan depresi yang parah. Pera penderita gangguan bipolar tidak

Lebih terperinci

Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)

Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) Oleh : Husna Nadia 1102010126 Pembimbing : dr Prasila Darwin, SpKJ DEFINISI PTSD : Gangguan kecemasan yang dapat terjadi setelah mengalami /menyaksikan suatu peristiwa

Lebih terperinci

FAKTOR PSIKOLOGIS DAN PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN Pembimbing : dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ

FAKTOR PSIKOLOGIS DAN PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN Pembimbing : dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ FAKTOR PSIKOLOGIS DAN PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN Pembimbing : dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ GASTROINTESTINAL Maria Inez Devina Siregar 11.2013.158 Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RS

Lebih terperinci

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER POST TRAUMATIC STRESS DISORDER 1. Definisi Gangguan stress pasca trauma merupakan sindrom kecemasan, labilitas otonomik, dan mengalami kilas balik dari pengalaman yang amat pedih setelah stress fisik maupun

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik depresif, yaitu gangguan kronik dari regulasi mood yang dihasilkan pada episode depresi dan mania. Gejala psikotik mungkin

Lebih terperinci

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang mengalami kondisi atau episode dari depresi dan/atau manik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penderita skizofrenia dapat ditemukan pada hampir seluruh bagian dunia. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock dan Sadock,

Lebih terperinci

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A DIAGNOSIS? Do Penyusunan gejala Memberi nama atau label Membedakan dengan penyakit lain For prognosis Terapi (Farmakoterapi

Lebih terperinci

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG - 121001419 LATAR BELAKANG Skizoafektif Rancu, adanya gabungan gejala antara Skizofrenia dan gangguan afektif National Comorbidity Study 66 orang Skizofrenia didapati

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Penderita gangguan jiwa dari tahun ke tahun semakin bertambah. Sedikitnya 20% penduduk dewasa Indonesia saat ini menderita gangguan jiwa,, dengan 4 jenis penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Gangguan Jiwa BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa Gangguan jiwa merupakan perubahan sikap dan perilaku seseorang yang ekstrem dari sikap dan perilaku yang dapat menimbulkan penderitaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi LAMPIRAN Depresi Teori depresi dalam ilmu psikologi, banyak aliran yang menjelaskannya secara berbeda.teori psikologi tentang depresi adalah penjelasan predisposisi depresi ditinjau dari sudut pandang

Lebih terperinci

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap A. Pemeriksaan penunjang - Darah lengkap Darah lengkap dengan diferensiasi digunakan untuk mengetahui anemia sebagai penyebab depresi. Penatalaksanaan, terutama dengan antikonvulsan, dapat mensupresi sumsum

Lebih terperinci

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat menerima

Lebih terperinci

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( ) GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ disusun oleh: Ade Kurniadi (080100150) DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam ruang lingkup ilmu penyakit dalam, depresi masih sering terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena seringkali pasien depresi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mental Emosional 2.1.1 Definisi Mental Emosional Mental adalah pikiran dan jiwa, sedangkan emosi adalah suatu ekspresi perasaan, atau dapat juga diartikan sebagai sebuah afek

Lebih terperinci

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Artikel PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Mardiya Depresi merupakan penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. Saat ini diperkirakan ratusan juta jiwa penduduk di dunia menderita depresi. Depresi dapat terjadi

Lebih terperinci

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan Yogyakarta, 11 Februari 2017 Wahyu Cahyono hanyasatukata@yahoo.com Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI Diskusi Jika kita mengalami situasi sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan setiap manusia sejak mulai meninggalkan masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan setiap manusia sejak mulai meninggalkan masa kanak-kanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja menurut WHO merupakan masa transisi dalam pertumbuhan dan perkembangan setiap manusia sejak mulai meninggalkan masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak dengan penyakit kronis lebih rentan mengalami gangguan psikososial dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit neurologi seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di sana. Kehidupan perkotaan seperti di Jakarta menawarkan segala

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di sana. Kehidupan perkotaan seperti di Jakarta menawarkan segala BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Jakarta seperti menjadi magnet yang menarik orang untuk datang dan tinggal di sana. Kehidupan perkotaan seperti di Jakarta menawarkan segala kemudahan dan serba

Lebih terperinci

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Gangguan Bipolar Febrilla Dejaneira Adi Nugraha Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Epidemiologi Gangguan Bipolar I Mulai dikenali masa remaja atau dewasa muda Ditandai oleh satu atau lebih episode

Lebih terperinci

KONSEP KESEHATAN MENTAL OLEH : SETIAWATI

KONSEP KESEHATAN MENTAL OLEH : SETIAWATI KONSEP KESEHATAN MENTAL OLEH : SETIAWATI PPB-FIP FIP-UPI PENGERTIAN KESEHATAN MENTAL KONDISI ATAU KEADAAN MENTAL YANG SEHAT SERTA TERWUJUDNYA KEHARMONISAN YANG SUNGGUH- SUNGGUH ANTARA FUNGSI JIWA UNTUK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini depresi menjadi jenis gangguan jiwa yang paling sering dialami oleh masyarakat (Lubis, 2009). Depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di era globalisasi dan persaingan bebas ini cenderung semakin meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh dengan tekanan seperti kehilangan

Lebih terperinci

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ BIPOLAR Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ Definisi Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. penutupan rumah sakit jiwa dan cepatnya pengeluaran pasien tanpa

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. penutupan rumah sakit jiwa dan cepatnya pengeluaran pasien tanpa BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengasuh Skizofrenia Selama 50 tahun terakhir, munculnya perawatan berbasis komunitas, penutupan rumah sakit jiwa dan cepatnya pengeluaran pasien tanpa dukungan yang memadai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan perasaan bahagia, sehat, serta

Lebih terperinci

Definisi & Deskripsi Skizofrenia DSM-5. Gilbert Richard Sulivan Tapilatu FK UKI

Definisi & Deskripsi Skizofrenia DSM-5. Gilbert Richard Sulivan Tapilatu FK UKI Definisi & Deskripsi Skizofrenia DSM-5 Gilbert Richard Sulivan Tapilatu FK UKI Latar Belakang DSM-IV Tahan uji Valid Memudahkan informasi klinis Gejala klinis beragam, subtipe, & kategori sangat minim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kecemasan timbul akibat adanya respon terhadap kondisi stres atau konflik. Hal ini biasa terjadi dimana seseorang mengalami perubahan situasi dalam hidupnya dan dituntut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan jiwa,dan memiliki sikap positif untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada masa ini anak belum memiliki kemampuan berpikir yang baik. Hal ini membuat mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunuh diri adalah masalah global. Dalam beberapa tahun terakhir, bunuh diri menjadi fenomena yang sering muncul dalam pemberitaan media cetak maupun media elektronik.

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di kota-kota besar tiap tahunnya menyebabkan kebutuhan akan transportasi juga semakin meningkat.

Lebih terperinci

PATOFISIOLOGI ANSIETAS

PATOFISIOLOGI ANSIETAS PATOFISIOLOGI ANSIETAS Faktor Predisposisi (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa : 1. Peristiwa traumatik 2. Konflik emosional 3. Konsep diri terganggu 4. Frustasi 5. Gangguan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Stres adalah satu dari konsep-konsep sentral psikiatri, walaupun istilah ini

BAB 1. PENDAHULUAN. Stres adalah satu dari konsep-konsep sentral psikiatri, walaupun istilah ini BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Stres adalah satu dari konsep-konsep sentral psikiatri, walaupun istilah ini mempunyai sumber pada fisiologi dan keahlian. Karena pasien-pasien senang

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Olahraga merupakan petualangan tubuh dan jiwa manusia menuju suatu kesatuan yang harmonis. Latihan olahraga dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu latihan aerobik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan individu manusia, karena dengan sehat jiwa seseorang mampu berkembang secara fisik, mental dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita gangguan jiwa (skizofrenia). Sampai saat ini penanganan penderita gangguan jiwa masih sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sejak dulu sudah dikenal adanya gangguan jiwa, misalnya dalam cerita Mahabarata dan Ramayana dikenal adanya Srikandi Edan, Gatot Kaca Gandrung. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu lama dan bersifat residif (hilang-timbul). Sampai saat ini

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu lama dan bersifat residif (hilang-timbul). Sampai saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisik adalah bagian dari tubuh manusia yang mudah dilihat dengan kasat mata, termasuk bagian kulit. Kulit merupakan bagian yang terluas dari tubuh dan bagian terpenting

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Definisi Stres dan Jenis Stres Menurut WHO (2003) stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya potensi biologik seorang remaja merupakan hasil interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya potensi biologik seorang remaja merupakan hasil interaksi antara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sejak intrauterin dan terus berlangsung hingga dewasa. Proses mencapai dewasa inilah anak harus

Lebih terperinci

Mengenal Gangguan Stress Pasca Trauma

Mengenal Gangguan Stress Pasca Trauma Materi ini merupakan salah satu bahan kuliah online gratis bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa dan perawat pendamping Mengenal Gangguan Stress Pasca Trauma Oleh: Tirto Jiwo Juni 2012 Tirto Jiwo

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Bipolar I Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Text Revision edisi yang ke empat (DSM IV-TR) ialah gangguan gangguan mood

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO KEJADIAN GANGGUAN ANXIETAS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMPANA KOTA KABUPATEN TOJO UNA-UNA TAHUN 2016

FAKTOR RISIKO KEJADIAN GANGGUAN ANXIETAS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMPANA KOTA KABUPATEN TOJO UNA-UNA TAHUN 2016 FAKTOR RISIKO KEJADIAN GANGGUAN ANXIETAS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMPANA KOTA KABUPATEN TOJO UNA-UNA TAHUN 2016 Muh. Jusman Rau 1, Abd. Rahman 2, Gilang Ramadhan Randalembah 1 1. Bagian Epidemiologi,Program

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN) ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN) NAMA KELOMPOK 6 A4E : 1. Made Udayati (10.321.0864) 2. Kadek Ayu Kesuma W. (10.321.0858) 3. Kadek Ninik Purniawati (10.321.0859) 4. Luh Gede Wedawati (10.321.0867)

Lebih terperinci

Pedologi. Gangguan Perilaku dan Perkembangan Perilaku Antisosial. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Pedologi. Gangguan Perilaku dan Perkembangan Perilaku Antisosial. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: Pedologi Gangguan Perilaku dan Perkembangan Perilaku Antisosial Fakultas PSIKOLOGI Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id GANGGUAN TINGKAH LAKU (Conduct Disorder)

Lebih terperinci

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental Terkait Trauma Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental setelah Trauma Trauma 2 minggu 1 bulan 2 bulan 6 bulan Reaksi stres akut Berkabung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan professional yang didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan

Lebih terperinci

OLEH : Letkol Laut ( K/W) Drg. R Bonasari L Tobing, M.Si INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA BENCANA

OLEH : Letkol Laut ( K/W) Drg. R Bonasari L Tobing, M.Si INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA BENCANA OLEH : Letkol Laut ( K/W) Drg. R Bonasari L Tobing, M.Si INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA BENCANA Letkol Laut (K/W) drg. R. Bonasari L.T, M.Si Dikum Terakhir : Magister Sains Psikologi UI Jakarta Dikmil Terakhir

Lebih terperinci

Oleh: Raras Silvia Gama Pembimbing: dr. Justina Evy Tyaswati, Sp. KJ

Oleh: Raras Silvia Gama Pembimbing: dr. Justina Evy Tyaswati, Sp. KJ Oleh: Raras Silvia Gama 082011101038 Pembimbing: dr. Justina Evy Tyaswati, Sp. KJ SMF Ilmu Kesehatan Jiwa RSD dr.soebandi Fakultas Kedokteran Universitas Jember 2013 Gangguan Obsesif-kompulsif Gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan kesehatan mental psikiatri sebagai efek negatif modernisasi atau akibat krisis multidimensional dapat timbul dalam bentuk tekanan dan kesulitan pada seseorang

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Setiap individu memiliki berbagai gagasan-gagasan mengenai dirinya, dimana gagasan

Bab I Pendahuluan. Setiap individu memiliki berbagai gagasan-gagasan mengenai dirinya, dimana gagasan Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki berbagai gagasan-gagasan mengenai dirinya, dimana gagasan tersebut muncul sebagai bentuk keinginannya agar diterima oleh sosial dan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, Dadang yang awalnya ingin melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara serentak batal menikah, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Multi krisis yang menimpa masyarakat dewasa ini merupakan salah satu pemicu yang menimbulkan stres, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi perubahan pertumbuhan dan perkembangan. Masa remaja mengalami perubahan meliputi perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular yang paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). Di dunia,

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN PSIKIATRI

PEMERIKSAAN PSIKIATRI PEMERIKSAAN PSIKIATRI TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah menyelesaikan modul pemeriksaan psikiatri, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan pengertian gangguan jiwa. 2. Mengenali gejala dan tanda gangguan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit serebrovaskular yang semakin sering dijumpai. Telah diperkirakan bahwa pada tahun 1990-an stroke menyebabkan 4,4 juta kematian per tahun

Lebih terperinci

Gangguan Kepribadian. Mustafa M. Amin Departemen Psikiatri FK USU

Gangguan Kepribadian. Mustafa M. Amin Departemen Psikiatri FK USU Gangguan Kepribadian Mustafa M. Amin Departemen Psikiatri FK USU Gangguan Kepribadian Definisi: Suatu gangguan mental yang dikarakteristikkan dengan corak-corak maladaptif dari penyesuaian dirinya terhadap

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

Lebih terperinci

TIM CMHN BENCANA DAN INTERVENSI KRISIS

TIM CMHN BENCANA DAN INTERVENSI KRISIS TIM CMHN BENCANA DAN INTERVENSI KRISIS TUJUAN Memahami pengertian bencana dan krisis Memahami penyebab terjadinya bencana Mengidentifikasi proses terjadinya bencana Mengidentifikasi respons individu terhadap

Lebih terperinci

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER Lab/SMF Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman / RSKD Atma Husada Mahakam Refleksi Kasus POST TRAUMATIC STRESS DISORDER ` Oleh Dinar Wulan H. NIM 0910015051 Pembimbing dr. Denny

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, komunikasi dan interaksi sosial (Mardiyono, 2010). Autisme adalah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, komunikasi dan interaksi sosial (Mardiyono, 2010). Autisme adalah BAB I PENDAHULUAN Bab ini menggambarkan tentang latar belakang masalah, perumusan penelitian, tujuan umum dan tujuan khusus penelitian serta manfaat yang diperoleh dari penelitian ini. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan perasaan sehat dan berbahagia mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri

Lebih terperinci

PSIKOTERAPI PADA PENYAKIT SKIZOFRENIA PSYCHOTHERAPY SUPPORT ON SCIZOPHRENIA

PSIKOTERAPI PADA PENYAKIT SKIZOFRENIA PSYCHOTHERAPY SUPPORT ON SCIZOPHRENIA PSIKOTERAPI PADA PENYAKIT SKIZOFRENIA Widyawati Suhendro Bagian/ SMF Psikiatri, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah ABSTRAK Skizofrenia merupakan suatu deskripsi penyakit

Lebih terperinci