BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tentunya berusaha untuk dapat meningkatkan dan meratakan tingkat

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Republik Indonesia merupakan Negara Kepulauan terbesar didunia. Dengan besar dan luasnya wilayah Negara Republik Indonesia yang dimiliki, pemerintah tentunya berusaha untuk dapat meningkatkan dan meratakan tingkat kesejahteraan di seluruh wilayah di Indonesia. Pemerintah dalam menjalankan fungsinya, seperti melaksanakan ketertiban, mengusahakan kesejahteraan, melaksanakan fungsi pertahanan, dan fungsi penegakan keadilan, membutuhkan dana untuk pembiayaannya. Dana yang diperoleh dari rakyat dalam bentuk pajak digunakan untuk memenuhi biaya atas fungsi-fungsi yang harus dilakukan pemerintah tersebut (Siti Kurnia, 2013:25). Menurut (Rochmat Soemitro, (1991:87) dalam Oyok Abuyamin (2016:3)) Salah satu kewajiban asasi manusia terhadap masyarakat tempat ia hidup ialah membayar pajak. Membayar pajak itu tidak saja berarti kewajiban ikut serta memikul beban Negara (pengeluaran Negara), tetapi juga merupakan hak untuk ikut serta memikul sebagian dari beban Negara, sesuai dengan kemampuannya. Penerimaan PPN selama ini menjadi penyumbang terbesar kedua dalam struktur penerimaan pajak setelah Pajak Penghasilan (bisniskeuangan.kompas.com, 2014). Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah salah satu jenis pajak yang dikelola oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak (DJP). PPN adalah 1

2 2 termasuk jenis pajak tidak langsung yang memiliki makna bahwa yang dikenakan kewajiban PPN tidak mesti yang menanggung beban pajaknya. Seperti kita ketahui yang menanggung beban PPN adalah konsumen akhir. Namun demikian yang dikenakan untuk memungutnya adalah fihak-fihak yang berada dalam jalur distribusi sebelum barang/jasa sampai konsumen. PPN dan PPh adalah penyumbang penerimaan terbesar untuk APBN Negara kita (Mebiso.com, 2014). Berikut rincian penerimaan per jenis pajak tahun : Tabel 1.1 Rincian Penerimaan Per Jenis Pajak Tahun (dalam triliun rupiah) Jenis Pajak APBN-P Realisasi APBN-P Realisasi APBN-P Realisasi APBN-P Realisasi PPh Non Migas 366,76 358,03 445,73 381,60 464,49 417,69 485,97 459,08 PPN dan PPnBM 298,44 277,80 336,05 337,58 423,69 384,72 475,58 408,82 PBB ,89 29,68 28,96 27,34 25,3 21,74 23,47 Pajak Lainnya 4,19 3,93 5,63 4,21 5,40 4,93 5,17 6,29 PPh Migas 65,23 73,10 67,91 83,4 74,27 88,75 83,88 87,44 Jumlah 763,67 742,74 885,02 835,82 995,21 921, ,37 985,12 Pencapaian (%) 97,26 94,44 92,58 91,86 Sumber : Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Pajak tahun Tabel 1.1 diatas menunjukan bahwa tingkat pencapaian penerimaan pajak dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 belum dapat mencapat target yang ditetapkan sesuai APBN-P tahunnya masing-masing. Begitu pula dengan penerimaan PPN dimana hanya tahun 2012 lah yang dapat mencapai target yang ditetapkan.

3 3 Sedangkan untuk target dan realisasi penerimaan PPN KPP Pratama Cimahi dari tahun dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 1.2 Target dan Realisasi Penerimaan PPN KPP Pratama Cimahi Tahun Tahun Target Pencapaian Persentase (%) , , , , ,56 Sumber: KPP Pratama Cimahi (data diolah) Tabel 1.2 di atas menunjukan dari tahun penerimaan Pajak Pertambahan Nilai pada KPP Pratama Cimahi mengalami peningkatan persentase yang cukup besar dan telah mencapai target yang telah ditetapkan dimana tahun 2011 pesentase pencapaian PPN sebesar 131,34% dan pada tahun 2012 meningkat menjadi sebesar 209,79%, akan tetapi pada tahun 2013 penerimaan PPN mengalami penurunan PPN menjadi 107,72%. hingga pada tahun penerimaan PPN pada KPP Pratama Cimahi belum mencapai target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 82,17% pada tahun 2014 and 85,56% pada tahun Berikut rincian penerimaan PPN KPP Pratama Cimahi:

4 4 Tabel 1.3 Rincian Penerimaan PPN KPP Pratama Cimahi Tahun (dalam miliar rupiah) Jenis Pajak Tahun PPN Dalam Negeri PPN Impor PPN Lainnya Target Pencapaian Target Pencapaian Target Realisasi , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,482 Sumber : KPP Pratama Cimahi Direktorat jenderal pajak, Kementerian Keuangan melalui situs ( Metrotvnews.com, 2016) menilai, salah satu penyebab dari gagalnya pencapaian target penerimaan pajak selama ini diakibatkan oleh banyaknya perusahaan yang tidak membayar pajak. Hal ini perlu dicarikan solusi agar penerimaan pajak bisa optimal. Menurut Daeng Nazier, Ketua Komite Pengawas Perpajakan Kementrian Keuangan (Kemenkeu) melalui Situs (berita.suaramerdeka.com, 2016) menyebutkan: Kurangnya tingkat kepercayaan masyarakat indonesia pada pertugas pajak, jadi salah satu penyebab rendahnya kesadaran membayar pajak. untuk mengatasi rendahnya kepercayaan masyarakat atas petugas pajak, perlu lembaga pengawas pajak yang kompeten dan kuat.

5 5 Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan humas Dirjen pajak Kemenkeu, Mekar Satria Utama, memperkirakan (Metrotvnews.com, 2016) jumlah perusahaan yang tidak membayar pajak mencapai sebanyak 2000 perusahaan. System pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan menuntut Wajib Pajak untuk turut aktif dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. System pemungutan yang berlaku adalah self assessment System, dimana segala pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan sepenuhnya oleh Wajib Pajak, Fiskus hanya melakukan Pengawasan melalui prosedur pemeriksaan (Siti Kurnia 2013:137). Pemberian kewenangan penuh kepada wajib pajak bukanlah tanpa resiko. Dalam sistem ini juga masih terdapat celah yang memungkinkan terjadinya kecurangan oleh wajib pajak, untuk itu diperlukan kepatuhan wajib pajak terhadap peraturan perpajakan (Rahmawati, dkk, 2014). Peran petugas pajak (fiskus) dalam penerimaan pajak hanyalah memungut hasil yang ada, tidak berdaya sama sekali dalam menciptakan atau menambah jumlah (kuantitas) objek yang dipungut. Petugas pajak hanya bisa memaksimalkan pemungutan pajak, melalui pengawasan data objek potensi pajak, penambangan subjek (orang atau badan usaha) baru (ekstensifikasi) dan jenis objek (yang dikenakan) pajak, menaikkan tarif pajak, meningkatkan kepatuhan kepatuhan Wajib Pajak (WP) dalam penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Masa dan Tahunan, menguji kebenaran materi SPT melalui pemeriksaan (intensifikasi), menambah ketetapan pajak berdasarkan hasil pemeriksaan dengan menerbitkan Surat Ketetapan

6 6 Pajak (SKP) dan melakukan penagihan atas pajak yang kurang atau belum di bayar (Pajak.go.id). Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan/atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemernuhan kewajiban pepajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Erly Suandy, 2011:101) Tujuan pelaksanaan pemeriksaan pajak adalah untuk menguji kepatuhan wajib pajak dalam upaya pemenuhan kewajiban-nya dalam membayar pajak. Pemeriksaan pajak berguna untuk mengantisipasi setiap upaya kecurangan atau manipulasi perpajakan yang sangat mungkin terjadi sehingga wajib pajak akan patuh pada perundang-undangan perpajakan yang berlaku (Rahmawati, dkk, 2014). Selain itu, dibutuhkan kebijakan pemeriksaan dimana kebijakan pemeriksaan merupakan kebijakan yang bersifat komprehensif yang mengatur seluruh prosedur pelaksanaan pemeriksaan oleh unit pelaksanaan pemeriksaan pajak (UP3) dan salah satu tujuan kebijakan pemeriksaan adalah secara tidak langsung menjadi aspek pendorong untuk meningkatkan penerimaan Negara dari pajak (Siti Kurnia,2013:248). Dalam rangka meningkatkan kepatuhan perpajakan, upaya penagihan dilakukan dengan memperhatikan optimalisasi jumlah wajib pajak yang ditagih. Optimalisasi tersebut dimaksudkan agar dapat menghasilkan penerimaan pajak dan juga mempertimbangkan segi keadilan dalam memperlakukan wajib pajak. Oleh sebab itu, diupayakan agar setiap wajib pajak akan mendapatkan giliran untuk

7 7 diperiksa dalam rangka menguji pemenuhan kewajiban perpajakannya (Syahab dan Gisijanto, 2008). Direktorat jenderal pajak dapat melakukan tindakan penagihan pajak, apabila jumlah pajak yang terutang berdasarkan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, yang tidak dibayar oleh penanggung pajak sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan (Diana Sari 2013:263). Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas. Maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut lagi mengenai masalah-masalah yang ada dengan mengambil judul penelitian PENGARUH PEMERIKSAAN PAJAK DAN PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (STUDI KASUS PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA CIMAHI). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pemeriksaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi 2. Bagaimana penagihan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi

8 8 3. Bagaimana penerimaan Pajak Pertambahan Nilai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi 4. Apakah pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap penerimaan Pajak Pertambahan Nilai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi 5. Apakah penagihan pajak berpengaruh terhadap penerimaan Pajak Pertambahan Nilai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi 6. Apakah pemeriksaan pajak dan penagihan pajak berpengaruh terhadap penerimaan Pajak Pertambahan Nilai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang serta rumusan permasalahan yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan dari penelitian ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui pemeriksaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi 2. Untuk mengetahui penagihan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi 3. Untuk mengetahui penerimaan Pajak Pertambahan Nilai pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi 4. Untuk mengetahui pengaruh pemeriksaan pajak terhadap penerimaan Pajak Pertambahan Nilai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi 5. Untuk mengetahui pengaruh penagihan pajak terhadap penerimaan Pajak Pertambahan Nilai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi

9 9 6. Untuk mengetahui pengaruh pemeriksaan pajak dan penagihan pajak terhadap penerimaan Pajak Pertambahan Nilai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kegunaan, sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti Diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan, wawasan serta pemahaman mengenai pengaruh Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai 2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi Semoga penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cimahi mengenai Pemeriksaan Pajak, Penagihan pajak dan Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai serta membantu sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. 3. Bagi Pihak Lain Diharapkan dapat menjadi sumber tambahan informasi bagi peneliti yang mengambil bidang atau jenis penelitian yang sama. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi dan waktu pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cimahi yang beralamat di Jalan Jend. H. Amir Machmud No. 574,

10 10 Padasuka, Cimahi, Penelitian ini mulai dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus sampai dengan selesai.