POST TRAUMATIC STRESS DISORDER (F 43.1)
|
|
- Hendra Susanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 POST TRAUMATIC STRESS DISORDER (F 43.1) PENDAHULUAN Kejadian trauma adalah kejadian yang melibatkan ancaman atau suatu kejadian nyata dari kematian atau luka yang serius (secara nyata ataupun melalui persepsi) terhadap diri sendiri ataupun orang lain yang kemudian menimbulkan perasaan takut, ketidakberdayaan atau perasaan horror. Beberapa kejadian (contohnya : kekerasan interpersonal, kejadian yang mengancam hidup secara langsung atau yang berlangsung lama) sangat mungkin mengakibatkan terjadinya respon trauma. [2] Kejadian traumatik mempengaruhi jutaan orang setiap tahunnya. Kesadaran masyarakat mengenai akibat dari suatu kejadian trauma. Kesadaran masyarakat mengenai dampak trauma dari suatu kejadian telah meningkat dalam dekade terakhir ini. Kejadian-kejadian besar yang terjadi seperti perang, bersamaan dengan adanya bencana alam atau bencana akibat manusia. Atau kejadian-kejadian kecil lainnya yang sering terjadi seperti kecelakaan kendaraan bermotor, pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, dan perkelahian di jalanan. Setiap orang dapat mengalami trauma baik saat melihat orang lain yang mengalami trauma, memahami trauma yang dirasakan oleh anggota keluarga atau kenalan dekat, ataupun secara langsung. [1] Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) diklasifikasikan dalam gangguan anxietas. Gangguan anxietas atau kecemasan adalah bentuk penyakit psikiatri yang paling banyak diderita. Gangguan anxietas memiliki banyak tanda dan gejala dari rasa takut. Anxietas dapat bertahan lama meski stressor yang menstimulasi telah dihilangkan dan ancamannya telah berlalu. Seperti rasa nyeri kronik yang tidak memiliki makna yang berarti lagi, demikian juga rasa cemas/anxietas tidak memiliki makna yang berarti. [3] 1
2 Pengalaman traumatic adalah pengalaman yang umum. Jika mempertimbangkan kejadian yang lebih besar dari individu-individu yang mengalami serangan-serangan seksual ataupun non seksual, bencana alam, kecelakaan dan perang. Studi epidemiologi telah mengindikasikan prevalensi kejadian traumatic yang dialami selama hidup adalah sebesar 40%-90%. Dan angka kejadian prevalensi PTSD dalam suatu komunitas adalah sebesar 1%-9%. Ini mengindikasikan bahwa tidak semua orang yang mengalami trauma akan memiliki gangguan ini. Factor-faktor tambahan seperti kerentanan masing-masing dan variable-variabel post trauma pasti sangat berpengaruh. Ada hubungan yang sangat kuat antara tingkatan bahaya yang dipersepsi oleh seseorang terhadap suatu kejadian trauma dengan kemungkinan timbulnya PTSD. [4] DEFINISI PTSD adalah saalah satu gangguan anxietas yang dialami setelah pasien mengalami suatu kejadian traumatic yang memberi ancaman kematian atau yang menurut persepsi pasien mengancam nyawa atau memberi kesengsaraan. PTSD dibatasi jika gangguan ini terjadi dalam kurun waktu 6 bulan. Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan baying-bayang atau mimpi-mimpi dari kejadian traumatic tersebut secara berulang-ulang kembali, dan reaksi menghindar yang bertahan lama terhadap stimulus yang dapat memunculkan ingatan terhadap trauma tersebut. [3] [9] EPIDEMIOLOGI Gangguan PTSD sudah sering terjadi. Dari studi yang dilakukan, ditemukan prevalensi PTSD sebesar 7,8% selama masa hidup ( wanita 10,4% dan pria 5,0%), menggunakan kriteria DSM-III. Perkiraan untuk prevalensi 12 bulan berkisar antara 1,3% dan 3,6%. Perkiraan untuk prevalensi 1 bulan berkisar antara 1,5%-1,8% menggunakan kriteria DSM-IV dan 3,4% menggunakan kriteria ICD- 10. Kessler et al (1995) menemukan bahwa resiko terjadinya PTSD setelah suatu kejadian traumatic adalah sebesar 8,1% untuk pria dan 20,4% untuk wanita. 2
3 Breslau et al (1997) menemukan resiko sebesar 13% untuk pria dan 30,2% untuk wanita. [5] ETIOLOGI Kejadian trauma adalah penyebab terbesar dari gejala-gejala PTSD. DSM- IV menekankan bahwa ancaman terhadap integritas fisik sebagai elemen yang lazim di trauma dan memperhitungkan bahwa respon subjektif seseorang terhadap suatu kejadian sangat penting untuk menentukan apakah kejadian tersebut dialami sebagai suatu trauma, dengan menekankan bahwa orang tersebut harus mengalami ketakutan yang besar, rasa tidak berdaya, atau horror selama kejadian tersebut. ICD-10 menekankan bahwa kejadian tersebut harus berupa kejadian katastrofik atau yang amat sangat mengancam [5]. Etiologi-etiologi lainnya adalah [5] : Ingatan terhadap trauma (individu mengalami kembali pengalaman trauma yang sudah lalu, seperti baru terjadi saat ini) Pengkondisian rasa takut (stimuli yang dialami sewaktu trauma dihubungkan degan rasa takut alami oleh individu) Interpretasi seseorang terhadap suatu kejadian trauma Dukungan sosial yang kurang dari orang-orang sekitar individu yang mengalami trauma Abnormalitas axis hipotalamik-pituitari-adrenal (kadar kortisol lebih rendah pada pasien PTSD disbanding orang normal) Faktor kerentanan pasien PATOFISIOLOGI Pemahaman mengenai patofisiologi yang mengatur berbagai jalur yang berhubungan dengan respon ekstrim terhadap stress masih kurang. Pemahaman yang ada dari patofisiologi PTSD didasarkan dari fungsi etiologis noradrenergic, serotonergic, cannabinoid endogen dan system opioid maupun axis hipotalamikpituitary-adrenal. [6] 3
4 1. System noradrenergictransporter (NET) adalah target potensial untuk studi tentang patofisiologi PTSD oleh noradrenalin. NET adalah bagian dari Na + /Cl - neurotransmitter yang memiliki konsentrasi tinggi di locus coeruleus dan kadar yang tidak terlalu tinggi di regio kortikal termasuk korteks frontal, hipokampus, amygdala, thalamus dan korteks cerebellar. NET memiliki hubungan dengan pengaturan dari reuptake dopamine, sehingga disregulasi NET dapat berhubungan dengan gangguan mood dan stress. Bukti preklnik telah mendemosntrasikan bahwa pemaparan stress secara kronik akan menyebabkan disregulasi system adrenoreseptor dan menurunkan kadar NET di lokus coeuruleus. Berkurangnya kadar NET pada pasien PTSD akan menyebabkan gejala depresi dan cemas yang menggambarkan PTSD. [6] 2. Reseptor serotonergic (5-HT 1A, 5-HT 1B ) System reseptor 5-HT terlibat dalam proses kognisi, emosional dan pengaturan kebiasaan. Percobaan pada hewan dan manusia telah menunjukkan bahwa system reseptor 5-HT terlibat dalam patofisiologi dari beberapa gangguan psikiatrik, termasuk depresi, alkoholisme dan PTSD. Pengaturan rasa takut dan respon terhadap ancaman telah dihubungkan aktivasi reseptor 5-HT di amygdala. Agonis 5-HT daapt secara selektif menginduksi serangan kecemasan dan ingatan masa lalu sehubungan dengan trauma di penderita PTSD. [6] 3. Reseptor Endokannabinoid dan cannabinoid CB 1 Berbagai bukti telah menyatakan bahwa cannabinoid endogen, anandamid dan 2-arachidonolyflycerol yang banyak berikatan dengan reseptor cannabinoid (CB 1 dan CB 2 ), memiliki peranan penting dalam perkembangandan fungsi dari sirkuit PTSD, secara spesifik di respon terhadap stress. [6] 4. Axis hipotalamik-pituitary-adrenal (axis HPA) dan corticotropin releasing factor (CRF) System endogenous cannabinoid dipercaya berhubungan kuat dengan axis HPA, neurosirkuit lain yang terlibat dalam respon stress. Axis HPA adalh 4
5 system neuroendokrin untuk respon stress yang menghubungkan system saraf pusat ke system endokrin. Axis HPA membantu adapatasi terhadap stress dan mengatur homeostasis tubuh setelah terpapar suatu kejadian yang menantang, tapi juga vital untuk membantu fungsi-fungsi dasar tubuh. CRF adalah molekul signal neuron yang diproduksi oleh sel di hipotalamus untuk merespon terhadap stress fisik maupun psikologik. Peningkatan CRF di hipotalamus mengakibatkan aktivasi axis HPA yang kemudian meningkatkan kadar kortisol. Dipercaya bahwa peningkatan CRF pasca trauma dapat memunculkan ingtan traumatic dan mempertahankan gejala cemas pada pasien. [6] MANIFESTASI KLINIS Gejala yang paling khas dai PTSD adalah gejala re-experiencing (mengalami kembali). Penderita secara involunter mengalami kembali aspek dari kejadian trauma secara jelas dan menyengsarakan. Ini termasuk kilas balik dimana pasien bertindak atau merasa sekan-akan kejadian tersebut sedang terjadi; mimpi buruk; dan khayalan-khayalan yang berulang dan menyengsarakan atau impresi sensori lainnya dari kejadian tersebut. Menghindar dari hal-hal yang mengingatkannya terhadap trauma merupakan salah satu gejala inti dari PTSD. Pengingat-pengingat ini termasuk orang lain, situasi atau kondisi yang menyerupai atau berhubungan dengan kejadian tersebut. Penderita PTSD seringkali mendorong keluar ingatan terhadap kejadian tersebut dari pikirannya dan menghindari untuk memikirkan atau membicarakn mengenai hal tersebut secara detail. Sebalikya, banyak merenungkan mengapa kejadian tersebut terjadi, cara-cara mencegahnya atau bagaimana mereka membalas dendam. Gejala-gejala yang berlebihan seperti kewaspadaan yang sangat berlebih terhadap ancaman, respon kaget yang berlebihan, gelisah, kesulitan berkonsentrasi dan gangguan tidur. Penderita PTSD juga menggambarkan gejala-gejala seperti kelumpuhan emosional. Ini termasuk ketidakmampuan untuk memiliki perasaan, merasa 5
6 terpisah dari orang lain, dan amnesia terhadap bagian-bagian penting dari kejadian traumanya. Banyak penderita PTSD mengalami gejala-gejala lainnya, seperti depresi, kecemasan menyeluruh, rasa malu, bersalah dan penurunan libido, yang mana berakibat terhadap kesengsaraan dan mempengaruhi fungsi hidup pasien. 6
7 DIAGNOSIS Kriteria diagnostik PTSD, yaitu : [5] Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti : a) Pasien harus telah terpapar suatu kejadian atau situasi yang membuat stress (kejadian yang cepat ataupun lama) yang mana sangat mengancam atau bersifat katastrofik, yang mana sangat mungkin menjadi penyebab distress berat hamper ke semua orang. b) Harus ada ingatan yang menetap atau seperti mengalami kembali stressor dalam bentuk kilas balik, ingatan yang jelas, atau mimpi yang berulangulang, atau mengalami distress saat dipaparkan ke situasi yang menyerupai atau berhubungan dengan stressor. c) Pasien harus menunjukkan gejala pengelakan/menghindar dari situasi yang menyerupai atau berhubungan dengan stressor, yang mana tidak muncul sebelum pemaparan terhadap stressor. d) Salah satu dari kedua hal ini haruslah ada : - ketidakmampuan untuk mengingat kembali, baik secara parsial atau menyeluruh, beberapa aspek penting saat terjadinya stressor. - gejala yang persisten dari peningkatan sensitivittas psikologik (yang tidak ada sebelum pemaparan terhadap stressor), yang ditunjukkan minimal 2 dari hal-hal berikut: 1. kesulitan untuk tidur 2. rasa gelisah atau kemarahan yang meledak-ledak 3. kesulitan berkonsentrasi 4. kewaspadaan berlebihan 5. respon kaget yang berlebihan e) Kriteria b, c dan d harus ada dalam kurun waktu 6 bulan mulai dari kejadian traumatic atau akhir dari kejadian tersebut. (untuk beberapa alasan, onset yang lebih dari 6 bulan bias termasuk, namun benar-benar harus jelas sesuai dengan kriteria diagnosis) Diagnosis menurut DSM-IV lebih menekankan pada reaksi menghindar dan mati rasa emosional. Diagnosis DSM-IV memerlukan kombinasi berbagai gejala berupa minimal 1 gejala re-experiencing, 3 gejala menghindar dan mati rasa emosional, dan dua gejala reaksi berlebihan. 7
8 DIAGNOSIS BANDING [5] Gangguan lain akibat adanya trauma dapat berupa : Depresi (lebih dominan dalam mood yang rendah, kurang berenergi, kurang bergairah/bersemangat, berpikir untuk bunuh diri) Fobia spesifik ( rasa takut dan penghindaran yang terbatas pada hal-hal khusus) Gangguan penyesuaian diri (stressor tidak terlalu parah, mood depresi, cemas, perasaan tidak mampu untuk beradaptasi, merencanakan masa depan atau melanjutkan situasi sekarang, dan juga beberapa disabilitas dalam melakukan berbagai kegiatan harian) Gangguan disosiatif Gangguan kepribadian akibat kejadian katastrofik Kerusakan neurologis yang didapatkan saat kejadian traumatik PENATALAKSANAAN Terdapat 2 jenis pentalaksanaan untuk orang-prang yang mengalami PTSD, yaitu penatalaksanaan psikologik dan penatalaksanaan farmakologik. Namun untuk sekarang ini, tidak terdapat bukti-bukti yang menunjukkan bahwa intervensi farmakologik dapat mencegah PTSD. Karena itu, pemberian secara rutin tidak disarankan. Guideline NICE (The United Kingdom s National Institute of Clinical and Health Excellence s) menganjurkan bahwa penatalaksanaan farmakologik hanya dapat diberikan untuk mengatasi gejala fase akut, untuk contohnya, jika seseorang memiliki gejala insomnia. [7] Terapi Psikologik Terapi psikologik terdiri atas: [5] 1. Terapi kognitif-perilaku Terapi ini mengajar pasien dan membuat pasien paham bahwa emosi, kepercayaan dan perilaku seseorang itu dapat diubah. Terapi ini menggunakan berbagai teknik yang bertujuan untuk mengubah 8
9 keadaan distress emosional yang dialami pasien dengan mengubah pola pikir, kepercayaan, dan/atau perilaku. Pendekatan ini terbukti efektif untuk banyak gangguan kecemasan. 2. Eye Movement Desensitisation and reprocessing (EMDR) EMDR dikembangkan oleh Shapiro (1989). Hal ini didasarkan pada teori yang menyatakan bahwa gangguan disfungsional, emosi dan sensasi fisik yang dialami oleh korban trauma adalah karena penyimpanan yang tidak tepat dari peristiwa traumatis dalam memori implisit. Prosedur EMDR berdasar pada stimulasi terhadap kemampuan pengolahan informasi pasien untuk membantu mengintegrasikan peristiwa yang ditargetkan sebagai memori kontextual adaptif. 3. Terapi lainnya Terapi-terapi lain dapat berupa terapi suportif atau terapi konseling yang berpusat pada pasien untuk mengeksplorasi pikiran, perasaan dan tingkah laku mereka untuk mencapai pengertian diri yang lebih jelas; mengambil keputusan-keputusan yang tepat; dan menyesuaikan diri dengan kehidupan pasca trauma. Terapi yang lainnya lagi berupa hipnoterapi untuk membantu pasien mengontrol emosi akibat trauma yang mengakibakan penderitaan pada pasien,mengontrol gejala-gejala curiga berlebihan dan gejala-gejala gelisah yang dialami oleh pasien. [2] [8] [3] Terapi Farmakologik Obat-obatan PTSD 1. Antidepresan SSRI (Sertraline, paroxetine, fluoxetine) 2. Antidepresan terbaru lainnya atau antridepresan trisiklik (amytriptillin, fluoxetine, imipripaine 3. Antidepresan MAOI (moclobemid, phenelzine, tranylcipromine) 9
10 Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) dapat mengurangi atau menghilangkan gejala klinis dari 3 gejala PTSD (reexperiencing, menghindari / mati rasa, dan hyperarousal). Antidepresan lain termasuk antidepresan trisiklik, serotonin dan norepinefrin reuptake inhibitor (venlafaxine dan duloxetine), dan inhibitor monoamine oxidase mungkin bermanfaat dalam mengobati pasien dengan PTSD. Benzodiazepin dapat mengurangi kecemasan dan memperbaiki tidur di PTSD. Mereka mungkin tidak mengendalikan atau menghilangkan triad inti PTSD, namun. Keterbatasan utama kelas obat ini adalah bahwa subyek dengan PTSD yang rentan terhadap kecanduan dapat menyalahgunakan atau menjadi tergantung pada benzodiazepin. Juga, obat ini dapat mengganggu proses kognitif dari trauma yang diperlukan supaya intervensi psikoterapi menjadi sukses. Obat-obatan psikotropika selain antidepresan dan agen anti ansietas mungkin diperlukan untuk menargetkan gejala dan tanda-tanda yang tersisa di PTSD. Generasi kedua (baru, atipikal) obat antipsikotik mungkin diperlukan untuk mengobati gejala tambahan menyerupai psikotik atau kecemasan yang sukar disembuhkan dengan agen lain. Agen generasi kedua ini meliputi clozapine, risperidone, olanzapine, quetiapine, ziprasidone, dan aripiprazole. Saat penyakit tidak merespon terhadap pengobatan antidepresan, studi-studi yang lain telah menunjukkan adanya kentungan potensial dari dari obat-obatan antipsikotik atipikal. Tingkatkan dosis jika tidak ada respon, berhati-hati dengan efek samping obat. Jika efektif, diberikan selama 12 bulan fase inisial. Menghentikan obat-obat antidepresan harus secara bertahap. Hanya digunakan sebagai terapi lini pertama jika terapi psikologik yang berpusat pada trauma tidak tersedia. Farmakoterapi harus selalu didukung oleh psikoterapi yang optimal. 10
11 DAFTAR PUSTAKA 1. Forneris, et al. Interventions to Prevent Post-Traumatic Stress Disorder. American Journal of Preventive Medicine. 2013;44(6): Diagnostic and Statistial Manual for Mental Disorder, edition IV (DSM IV). American Psychiatric Association. Washington DC Vieweg, et al. Posttraumatic Stress Disorder : Clinical Features, Pathophysiology and Treatment. The American Journal of Medicine ; 119: L. Sher. Recognizing Post Traumatic Stress Disorder. Q J Med. 2004; 97: Bisson, et al. Post Traumatic Stress Disorder. Gaskell and The British Psychological Society. Great Britain Bailey, et al. Recent Progress In Understanding The Patophysiology of Post Traumatic Stress Disorder : Implication for Targeted Pharmacological Treatment. CNS Drugs March ; 27(3): Bisson, Jonathan I. Pharmacological Treatment To Prevent And Treat Post-Traumatic Stress Disorder. Torture Vol Javier I, Paolo P, Negoita N, Francesco C. Post-Traumatic Stress Disorder: Evidence-Based Research For The Third Millennium. ecam 2005;2(4) Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta
GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA
GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA Pembimbing : Dr. Prasilla, Sp KJ Disusun oleh : Kelompok II Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta cemas menyeluruh dan penyalahgunaan zat. PENDAHULUAN
Lebih terperinciMengenal Gangguan Stress Pasca Trauma
Materi ini merupakan salah satu bahan kuliah online gratis bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa dan perawat pendamping Mengenal Gangguan Stress Pasca Trauma Oleh: Tirto Jiwo Juni 2012 Tirto Jiwo
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN Gangguan stres akut (juga disebut shock psikologis, mental shock, atau sekedar shock) adalah sebuah kondisi psikologis yang timbul sebagai tanggapan terhadap peristiwa yang mengerikan.
Lebih terperinciPTSD POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER
PTSD POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER Pembimbing: dr.ira Savitri Tanjung, Sp.KJ (K) Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa, Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Periode
Lebih terperinciGANGGUAN STRES PASCA TRAUMA
MAKALAH DISKUSI TOPIK GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA Disusun oleh: NUR RAHMAT WIBOWO I11106029 KELOMPOK: VIII KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
Lebih terperinciPost-Traumatic Stress Disorder (PTSD)
Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) Oleh : Husna Nadia 1102010126 Pembimbing : dr Prasila Darwin, SpKJ DEFINISI PTSD : Gangguan kecemasan yang dapat terjadi setelah mengalami /menyaksikan suatu peristiwa
Lebih terperinciPOST TRAUMATIC STRESS DISORDER
POST TRAUMATIC STRESS DISORDER 1. Definisi Gangguan stress pasca trauma merupakan sindrom kecemasan, labilitas otonomik, dan mengalami kilas balik dari pengalaman yang amat pedih setelah stress fisik maupun
Lebih terperinciPOST TRAUMATIC STRESS DISORDER
Workplan POST TRAUMATIC STRESS DISORDER Oleh: RIDHA MAWADDAH 0907101010116 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA/BLUD RUMAH SAKIT JIWA BANDA ACEH 2014 POST TRAUMATIC STRESS DISORDER Definisi Posttraumatic
Lebih terperinciJOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001
JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Jiwa Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari
Lebih terperinciIPAP PTSD Tambahan. Pilihan penatalaksanaan: dengan obat, psikososial atau kedua-duanya.
IPAP PTSD Tambahan Prinsip Umum I. Evaluasi Awal dan berkala A. PTSD merupakan gejala umum dan sering kali tidak terdiagnosis. Bukti adanya prevalensi paparan trauma yang tinggi, (termasuk kekerasan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. Istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk melakukan
Lebih terperinciDua komponennya yaitu kesadaran akan sensasi fisiologis dan kesadaran bahwa ia gugup
Gangguan Anxietas Gangguan jiwa paling umum di seluruh dunia Dua komponennya yaitu kesadaran akan sensasi fisiologis dan kesadaran bahwa ia gugup Mengganggu proses pembelajaran Anxietas patologis: prevalensi
Lebih terperinciDIAGNOSIS DAN MANAJEMEN STRESS PASKA TRAUMA PADA PENDERITA PELECEHAN SEKSUAL DIAGNOSIS AND MANAGEMENT POST TRAUMATIC STRESS DISORDER IN SEXUAL ABUSE
DIAGNOSIS DAN MANAJEMEN STRESS PASKA TRAUMA PADA PENDERITA PELECEHAN SEKSUAL Ni Made Apriliani Saniti Bagian/SMF Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di kota-kota besar tiap tahunnya menyebabkan kebutuhan akan transportasi juga semakin meningkat.
Lebih terperinciEMOSI, STRES DAN KESEHATAN. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi
EMOSI, STRES DAN KESEHATAN Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi unita@ub.ac.id http://www.youtube.com/watch?v=4kbsrxp0wik Respon Perilaku Terhadap Stimuli Emosional Fight vs Flight Fight and Flight Sebagian
Lebih terperinciPATOFISIOLOGI ANSIETAS
PATOFISIOLOGI ANSIETAS Faktor Predisposisi (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa : 1. Peristiwa traumatik 2. Konflik emosional 3. Konsep diri terganggu 4. Frustasi 5. Gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. kecelakaan lalu lintas yang cukup parah, bisa mengakibatkan cedera
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Seseorang yang mengalami hal besar dalam hidupnya, seperti kecelakaan lalu lintas yang cukup parah, bisa mengakibatkan cedera sementara ataupun menetap pada
Lebih terperinciDiagnosis & Tatalaksana Gangguan Depresi & Anxietas di Layanan Kesehatan Primer Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K)
Diagnosis & Tatalaksana Gangguan Depresi & Anxietas di Layanan Kesehatan Primer Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K) Yogyakarta, 11 Oct 2014 1 Prevalensi Ganguan Psikiatrik yang lazim di Komunitas dan Pelayanan
Lebih terperinciGANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG
GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG - 121001419 LATAR BELAKANG Skizoafektif Rancu, adanya gabungan gejala antara Skizofrenia dan gangguan afektif National Comorbidity Study 66 orang Skizofrenia didapati
Lebih terperinciAdhyatman Prabowo, M.Psi
Adhyatman Prabowo, M.Psi SOLO,2011 KOMPAS.com Beberapa korban bom bunuh diri yang terjadi di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo, mengaku masih mengalami trauma. Korban masih merasa takut
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. pada individu yang telah mengalami stres dramatis (Wang et al., 2010; Han et al.,
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Posttraumatic stress disorder (PTSD) merupakan suatu gangguan ansietas pada individu yang telah mengalami stres dramatis (Wang et al., 2010; Han et al., 2013). Para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. penduduk dunia seluruhnya, bahkan relatif akan lebih besar di negara-negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Populasi usia lanjut di dunia akan bertambah dengan cepat dibanding penduduk dunia seluruhnya, bahkan relatif akan lebih besar di negara-negara sedang berkembang
Lebih terperinciFaktor Biologis Faktor Kognitif
ANSIETAS Amelia Herawati 1041611166 Meridian Puspawati 1041611181 Mujahidah Asma K 1041611182 Nur Aliya Fitri Ana 1041611184 Bonita Murniati 1041611171 Putri Nur Fatimah 1041611186 Ansietas Kecemasan/ansietas
Lebih terperinciOleh: Raras Silvia Gama Pembimbing: dr. Justina Evy Tyaswati, Sp. KJ
Oleh: Raras Silvia Gama 082011101038 Pembimbing: dr. Justina Evy Tyaswati, Sp. KJ SMF Ilmu Kesehatan Jiwa RSD dr.soebandi Fakultas Kedokteran Universitas Jember 2013 Gangguan Obsesif-kompulsif Gangguan
Lebih terperinciEMOSI, STRES DAN KESEHATAN. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi
EMOSI, STRES DAN KESEHATAN Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi unita@ub.ac.id http://www.youtube.com/watch?v=4kbsrxp0wik JW Papez mengajukan ide bahwa respon emosional tergantung oleh sistem di forebrain
Lebih terperinciGangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM
Gangguan Mental Terkait Trauma Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental setelah Trauma Trauma 2 minggu 1 bulan 2 bulan 6 bulan Reaksi stres akut Berkabung
Lebih terperinciPengobatan Gangguan Ansietas di Klinik
Pengobatan Gangguan Ansietas di Klinik Mustafa M. Amin Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran USU Kongres PW IDI SUMUT Medan, 11 April 2015 0 Pendahuluan 1 Epidemiologi 2 Etiologi 3 Diagnosis
Lebih terperinciGangguan Suasana Perasaan. Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ
Gangguan Suasana Perasaan Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ Pendahuluan Mood : suasana perasaan yang pervasif dan menetap yang dirasakan dan memperngaruhi perilaku seseorang dan persepsinya terhadap dunianya.
Lebih terperinciPOST TRAUMATIC STRESS DISORDER (PTSD)
Work Plan POST TRAUMATIC STRESS DISORDER (PTSD) DISUSUN OLEH: FAUZAN LUTHFI AM 1307101030154 BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA RUMAH SAKIT JIWA BANDA ACEH 2014 1. Pendahuluan Kejadian luar biasa dalam kehidupaan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa
ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan
Lebih terperinciPROSES TERJADINYA MASALAH
PROSES TERJADINYA MASALAH ` PREDISPOSISI PRESIPITASI BIOLOGIS GABA pada sistem limbik: Neurotransmiter inhibitor Norepineprin pada locus cereleus Serotonin PERILAKU Frustasi yang disebabkan karena kegagalan
Lebih terperinciDEPRESI. Oleh : dr. Moetrarsi, SKF, DTM&H, SpKJ
DEPRESI Oleh : dr. Moetrarsi, SKF, DTM&H, SpKJ Definisi Depresi ialah suatu penyakit episodik dimana gejala depresi dapat terjadi sendirian atau disertai oleh mania (penyakit manik-depresif atau bipolar)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di lingkungan sekitar kita, seperti gempa bumi yang melanda Yogyakarta,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apabila kita menyaksikan dan mendengarkan berita-berita di media massa, maka kita akan mendengarkan beberapa peristiwa yang kerap terjadi di lingkungan sekitar kita,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Definisi Stres dan Jenis Stres Menurut WHO (2003) stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health,
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Depresif Mayor Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing masing individu. Diagnostic
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat mengganggu. Psikopatologinya melibatkan kognisi, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku.
Lebih terperinciDAFTAR KOMPETENSI KLINIK
Panduan Belajar Ilmu Kedokteran Jiwa - 2009 DAFTAR KOMPETENSI KLINIK Target Kompetensi Minimal Masalah Psikiatrik Untuk Dokter Umum: 1. Mampu mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan kasus psikiatrik
Lebih terperinci2005). Hasil 62 survei di 12 negara dan mencakup narapidana menemukan tiap 6
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stres dapat mengenai semua orang dan semua usia. Stres baik ringan, sedang maupun berat dapat menimbulkan perubahan fungsi fisiologis, kognitif, emosi dan perilaku.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental utama saat ini, yang mendapatkan perhatian serius. Orang yang mengalami depresi umumnya mengalami gangguan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan 2.1.1 Definisi Kecemasan adalah sinyal peringatan; memperingatkan akan adanya bahaya yang akan terjadi dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi
Lebih terperinciREFERAT GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA
REFERAT GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA Oleh: Nurul Syahidah Binti Muhamad Zaki 11-2013-330 Pembimbing: Dr. Ratna Mardiati, Sp.KJ BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT CIBUBUR FAKULTAS
Lebih terperinciGANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF (F.42) gangguan kecemasan yang ditandai oleh pikiran-pikiran obsesif yang persisten dan
GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF (F.42) I. PENDAHULUAN Gangguan Obsesif kompulsif (Obsessive Compulsive Disorder OCD) adalah gangguan kecemasan yang ditandai oleh pikiran-pikiran obsesif yang persisten dan disertai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini berbagai bencana terjadi di Indonesia. Dimulai dari gempa bumi, tsunami, banjir bandang hingga letusan gunung merapi. Semua bencana tersebut tentu saja
Lebih terperinciMateri ini merupakan salah satu Bahan kuliah online gratis Bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa Dan perawat pendamping. Anxiety (kecemasan)
Materi ini merupakan salah satu Bahan kuliah online gratis Bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa Dan perawat pendamping Anxiety (kecemasan) Oleh: TirtoJiwo, Juni 2012 TirtoJiwo 1 Gelisah atau cemas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Artritis reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi kronik yang ditandai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Artritis reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi kronik yang ditandai dengan peradangan pada sinovium, terutama sendi sendi kecil dan seringkali
Lebih terperinciPOST TRAUMATIC STRESS DISORDER
Work Plan POST TRAUMATIC STRESS DISORDER Pembimbing: dr.malawati, Sp. KJ Disusun Oleh : T. Okky Radhinal Akhyar 0907101010075 BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
Lebih terperinciPendahuluan Masalah kesehatan jiwa sering terabaikan karena dianggap tidak menyebabkan kematian secara langsung. DALY (disability-adjusted adjusted li
GANGGUAN ANXIETAS DAN DEPRESI SEBAGAI FAKTOR RISIKO PENYAKIT KARDIOVASKULER DAN PENATALAKSANAANNYA DI PELAYANAN PRIMER Carla R. Marchira Department of Psychiatry, Faculty of Medicine, Gadjah Mada University,
Lebih terperinciSocial Anxiety Disorder (Social Fobia)
Materi ini merupakan salah satu Bahan kuliah online gratis Bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa Dan perawat pendamping Social Anxiety Disorder (Social Fobia) Oleh: TirtoJiwo, Juni 2012 TirtoJiwo
Lebih terperinciGangguan Campuran Anxietas dan Depresi 2013
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kecemasan adalah suatu penyerta yang normal dari pertumbuhan, dari perubahan, dari pengalaman sesuatu yang baru dan belum dicoba, dan dari penemuan identitasnya sendiri
Lebih terperinciTUGAS 3 SISTEM PORTAL
TUGAS 3 SISTEM PORTAL Fasilitator : Drg. Agnes Frethernety, M.Biomed Nama : Ni Made Yogaswari NIM : FAA 113 032 Kelompok : III Modul Ginjal dan Cairan Tubuh Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya
Lebih terperinciFarmakoterapi Obat Gangguan Mental
Farmakoterapi Obat Gangguan Mental Alfi Yasmina Psikotropika Antipsikotik/neuroleptik/major tranquilizer Antiansietas/ansiolitik/minor tranquilizer Antidepresi Psikostimulan 1 Psikosis Ditandai: Gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertahun-tahun ini oleh ahli-ahli di bidang psikosomatik menunjukkan bahwa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah suatu fenomena yang kompleks, dialami secara primer sebagai suatu pengalaman psikologis. Penelitian yang berlangsung selama bertahun-tahun ini oleh ahli-ahli
Lebih terperinciFarmakoterapi Obat Gangguan Mental. Alfi Yasmina
Farmakoterapi Obat Gangguan Mental Alfi Yasmina Psikotropika Antipsikotik/neuroleptik/major tranquilizer Antiansietas/ansiolitik/minor tranquilizer Antidepresi Psikostimulan Psikosis Ditandai: Gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depresi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius. World Health Organization (WHO) tahun 2001 menyatakan bahwa depresi berada pada urutan keempat penyakit
Lebih terperinciGANGGUAN STRESS PASCATRAUMA
GANGGUAN STRESS PASCATRAUMA Definisi Stress adalah ketegangan fisiologis atau psikologis yang disebabkan oleh rangsangan merugikan, fisik, mental atau emosi, internal atau eksternal, yang cenderung mengganggu
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih banyak daripada anak yang tidak mengalaminya, tetapi mereka memiliki gejala yang lebih sedikit dibandingkan
Lebih terperinciREFERAT Gangguan Afektif Bipolar
REFERAT Gangguan Afektif Bipolar Retno Suci Fadhillah,S.Ked Pembimbing : dr.rusdi Efendi,Sp.KJ kepaniteraanklinik_fkkumj_psikiatribungar AMPAI Definisi gangguan pada fungsi otak yang Gangguan ini tersifat
Lebih terperinci16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE
ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE 1 Definisi Suicidum (bunuh diri) adalah kematian yang dengan sengaja dilakukan oleh diri sendiri. Tentamen suicidum (percobaan bunuh diri) adalah
Lebih terperinciGAMBARAN KLINIS GANGGUAN KECEMASAN
GAMBARAN KLINIS GANGGUAN KECEMASAN Definisi Suatu sinyal yang menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang untuk mengambil tindakan 2 Beda kecemasan dan ketakutan
Lebih terperinciGangguan Penyesuaian (Adjustment Disorder)
Gangguan Penyesuaian (Adjustment Disorder) Definisi Gangguan penyesuaian (adjustment disorder) merupakan reaksi maladaptif jangka pendek terhadap stressor yang dapat diidentifikasi, yang muncul selama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. melebihi jumlah populasi anak yang merupakan kejadian yang pertama kali dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jumlah populasi usia lanjut di dunia mencapai 600 juta jiwa dan diperkirakan akan mencapai 2 milyar pada tahun 2050, saat itu usia lanjut akan melebihi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat terlihat dari peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) dan Angka
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan di bidang kesehatan merupakan cita cita suatu bangsa, hal tersebut dapat terlihat dari peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) dan Angka Harapan Hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan memasuki tahap epidemis dengan beberapa sub-populasi beresiko
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV di Indonesia telah berkembang dari sejumlah kasus kecil HIV dan memasuki tahap epidemis dengan beberapa sub-populasi beresiko tinggi yang memiliki angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Depresi merupakan gangguan emosional dan jiwa yang terjadi akibat adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depresi merupakan gangguan emosional dan jiwa yang terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan neurotransmiter di otak, serta dapat disebabkan oleh faktor keturunan.
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. Stres adalah satu dari konsep-konsep sentral psikiatri, walaupun istilah ini
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Stres adalah satu dari konsep-konsep sentral psikiatri, walaupun istilah ini mempunyai sumber pada fisiologi dan keahlian. Karena pasien-pasien senang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang aneh dan tidak beraturan, angan-angan, halusinasi, emosi yang tidak tepat,
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan sindrom kronik yang beranekaragam dari pemikiran yang aneh dan tidak beraturan, angan-angan, halusinasi, emosi yang tidak tepat, paham yang
Lebih terperinciGangguan ini dapat ada pada semua usia dan lebih sering pada remaja. 1
BAB I PENDAHULUAN Gangguan penyesuaian merupakan gangguan jiwa yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit untuk penyakit medik ataupun operasi, namun jarang ada penelitiannya.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Begitu banyak anak-anak di Nanggroe Aceh Darussalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi 1. Definisi Depresi Depresi merupakan perasaan hilangnya energi dan minat serta timbulnya keinginan untuk mengakhiri hidup. Depresi biasanya disertai perubahan tingkat
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) agitasi didefinisikan sebagai
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang
1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Penderita gangguan jiwa dari tahun ke tahun semakin bertambah. Sedikitnya 20% penduduk dewasa Indonesia saat ini menderita gangguan jiwa,, dengan 4 jenis penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fobia sering kali dimiliki seseorang. Apabila terdapat perasaan takut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fobia sering kali dimiliki seseorang. Apabila terdapat perasaan takut akan sesuatu yang terkadang tidak mengidap sesuatu adalah lucu dan aneh, tetapi bagi orang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. penduduk dunia seluruhnya, bahkan relatif akan lebih besar di negara-negara sedang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Populasi lanjut usia (lansia) di dunia akan bertambah dengan cepat dibanding penduduk dunia seluruhnya, bahkan relatif akan lebih besar di negara-negara sedang
Lebih terperinciPENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012
PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Bencana menurut Undang-Undang No.24 tahun 2007 adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketegangan dalam kehidupan yang dapat menimbulkan ansietas diantaranya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anxiety (kecemasan) adalah suasana perasaan (mood) yang ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran tentang masa depan (American
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Remaja WHO mendefinisikan remaja (adolescent) sebagai individu berusia 10 sampai 19 tahun dan dewasa muda (youth) 15 sampai 24 tahun. Dua kelompok usia yang saling
Lebih terperinciPENGARUH COG CO NITIV
SKRIPSI PENGARUH COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPY (CBT) TERHADAP POST TRAUMATIC STRESS DISORDER (PTSD) PADA PASIEN POST KECELAKAAN LALU LINTAS DI RSUP SANGLAH DENPASAR OLEH : NI PUTU DIAH PRABANDARI NIM. 1002105085
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengalami trauma sekunder tidak mengalami langsung kejadian. korban trauma. (Figley, McCann & Pearlman, dalam Motta 2008).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Secondary Traumatic Stress Istilah secondary traumatic stress mengacu pada pengalaman kondisi psikologis negatif yang biasanya dihasilkan dari hubungan yang intens dan dekat
Lebih terperinciBUNUH DIRI DAN GANGGUAN BIPOLAR
BUNUH DIRI DAN GANGGUAN BIPOLAR Abstrak Gangguan bipolar adalah penyakit umum yang ditandai dengan peningkatan kematian prematur, tetapi mereka sering tetap tidak terujuk, tidak terdiagnosis, dan tidak
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Depresi 2.1.1 Definisi Depresi Depresi adalah gangguan mental yang umum terjadi, ditandai dengan mood depresi, kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah atau harga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit kanker di negara berkembang. Setiap tahun sekitar 500.000 penderita kanker serviks baru di
Lebih terperinciGANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )
GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ disusun oleh: Ade Kurniadi (080100150) DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI
Lebih terperinciKLASIFIKASI GANGGUAN JIWA
KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA PSIKOLOGIS; didasarkan atas letak dominasi gangguan pada fungsi psikologis FISIOLOGIS; setiap proses psikologis didasari fisiologis/faali ETIOLOGIS; berdasarkan penyebab gangguan
Lebih terperinciKesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2014 adalah kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual,
Lebih terperinciOLEH : Letkol Laut ( K/W) Drg. R Bonasari L Tobing, M.Si INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA BENCANA
OLEH : Letkol Laut ( K/W) Drg. R Bonasari L Tobing, M.Si INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA BENCANA Letkol Laut (K/W) drg. R. Bonasari L.T, M.Si Dikum Terakhir : Magister Sains Psikologi UI Jakarta Dikmil Terakhir
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Gangguan Jiwa BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa Gangguan jiwa merupakan perubahan sikap dan perilaku seseorang yang ekstrem dari sikap dan perilaku yang dapat menimbulkan penderitaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu
9 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu masih menyisakan pilu bagi banyak pihak, terutama bagi orang yang terkena dampak langsung
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SKIZOFRENIA Skizofrenia adalah suatu gangguan psikotik dengan penyebab yang belum diketahui yang dikarakteristikkan dengan gangguan dalam pikiran, mood dan perilaku. 10 Skizofrenia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kecemasan timbul akibat adanya respon terhadap kondisi stres atau konflik. Hal ini biasa terjadi dimana seseorang mengalami perubahan situasi dalam hidupnya dan dituntut
Lebih terperinciClinical Science Session Pain
Clinical Science Session Pain Disusun oleh : Nurlina Wardhani 1301-1214-0658 William Reinaldi 1301-1214-0503 Preseptor : Arnengsih, dr., Sp.KFR BAGIAN ILMU KESEHATAN FISIK DAN REHABILITASI FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah penyakit dengan manifestasi psikologik atau perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial, psikologik, genetika,
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Persepsi ialah daya mengenal barang, kwalitas atau hubungan serta perbedaan antara suatu hal melalui proses mangamati, mengetahui dan mengartikan setelah panca indranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Multi krisis yang menimpa masyarakat dewasa ini merupakan salah satu pemicu yang menimbulkan stres, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kecacatan, atau kerugian (Prabowo, 2014). Menurut Videbeck (2008), ada
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Definisi Gangguan Jiwa Gangguan jiwa dalam (DSM- IV) adalah konsep sindrom perilaku atau psikologis klinis yang signifikan atau pola yang terjadi pada individu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di era globalisasi dan persaingan bebas ini cenderung semakin meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh dengan tekanan seperti kehilangan
Lebih terperinciPENYEBAB. Penyebab Obsesif Kompulsif adalah:
Penyakit Obsesif-Kompulsif ditandai dengan adanya obsesi dan kompulsi. Obsesi adalah gagasan, khayalan atau dorongan yang berulang, tidak diinginkan dan mengganggu, yang tampaknya konyol, aneh atau menakutkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan
Lebih terperinci