BAB I PENDAHULUAN. lapangan minyak baru di Indonesia diyakini masih tinggi walaupun semakin sulit

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan eksplorasi minyak dan gas bumi menjadikan penelitian dan pengoptimalan studi cekungan lebih berkembang sehingga potensi untuk mencari lapangan minyak baru di Indonesia diyakini masih tinggi walaupun semakin sulit untuk mencarinya. Berbagai metode-metode dikembangkan untuk mempermudah usaha pencarian kekayaan hidrokarbon dalam bumi. Untuk mendapatkan minyak dan gas bumi, terdapat 3 kondisi sebagai syarat dalam pembentukan endapan tersebut. Pertama, harus adanya batuan asal yang dapat menghasilkan endapan minyak dan gas pada suatu periode waktu geologi. Kedua, harus adanya batuan reservoir yang memiliki pori-pori sebagai tempat terakumulasinya endapan minyak dan gas. Ketiga harus adanya batuan penutup sebagai perangkap. Eksplorasi hidrokarbon memerlukan pemahaman mengenai cekungan tempat terbentuk dan terakumulasinya hidrokarbon, dimulai dari proses terbentuknya cekungan, konfigurasi tektonik dan gaya yang mengontrol pembentukan cekungan, geometri cekungan, sistem minyak dan gas bumi, dan faktor lainnya. Salah satu konsep yang harus dipahami adalah sistem minyak dan gas bumi. Sistem minyak dan gas bumi adalah suatu sistem geologi yang mencakup semua yang berkaitan dengan minyak dan gas serta semua elemen geologi lain yang esensial sebagai syarat terdapatnya hidrokarbon. Model sistem 1

2 minyak dan gas bumi adalah model dari minyak yang hasil dan prosesnya dapat disimulasikan untuk memprediksi keberadaan hidrokarbon tersebut (Hantschel dan Kauerauf, 2009). Untuk mendapatkan informasi detil mengenai cekungan yang berpotensi akan keberadaan hidrokarbon, diperlukan suatu studi yang terintegrasi mengenai cekungan yaitu dengan pemodelan cekungan. Pemodelan cekungan adalah analisis atau teknik yang digunakan untuk memahami proses fisika dan kimia yang menyebabkan terbentuknya hidrokarbon pada cekungan sedimen yang merupakan gabungan antara pemodelan cekungan sedimen dan pemodelan sistem minyak dan gas bumi. Pemodelan cekungan diantaranya dapat menjelaskan sejarah pemendaman dan termal, waktu pembentukan dan ekspulsi hidrokarbon, kematangan hidrokarbon, dan penyebaran kematangan batuan induk. Berdasarkan peneliti terdahulu Situmorang dan Davies (1986), Kjellgren dan Sugiharto(1989), Sjahbuddin dan Djaafar (1993), Laporan Pertamina-BPPKA (1995), menyatakan bahwa batuan induk pada Cekungan Sumatera Utara terdapat pada Formasi Baong, Formasi Bampo, Formasi Belumai, Formasi Peutu, Formasi Breuksah, Formasi Keutapang. Potensi batuan induk Formasi Bampo dan Formasi Baong di Cekungan Sumatera Utara sangat bagus dan sudah banyak dibahas dalam publikasipublikasi. Penelitian yang dilakukan pada daerah HL yang terletak di bagian Tenggara Cekungan Sumatera Selatan ini bertujuan untuk menjawab apakah potensi khususnya Formasi Bampo dan Formasi Baong tersebut juga terjadi di daerah penelitian. Penelitian ini akan membahas lebih mendalam mengenai 2

3 potensi, kualitas, kematangan batuan induk, basin modeling (pemodelan cekungan) serta distribusi batuan induk Formasi Bampo dan Formasi Baong di Cekungan Sumatera Utara khususnya di daerah penelitian yang belum pernah dilakukan melalui penelitian-penelitian sebelumnya. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mendapatkan karakteristik, potensi dan kualitas pada batuan induk Formasi Bampo dan Formasi Baong Cekungan Sumatera Utara. 2. Mendapatkan sejarah pemendaman (geohistori burial) dan waktu kematangan batuan induk Formasi Bampo dan Formasi Baong Cekungan Sumaera Utara. 3. Mendapatkan distribusi kematangan dan migrasi hidrokarbon Formasi Bampo dan Formasi Baong Cekungan Sumatera Utara. 1.3 Lokasi Penelitian Secara administratif lokasi penelitian berada di Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Langkat, Cekungan Sumatera Utara (Gambar 1.1). 3

4 Gambar 1.1 Daerah penelitian pada Peta Rupabumi Indonesia BAKOSURTANAL (2005). Kotak hitam adalah lokasi penelitian. 1.4 Batasan Masalah Permasalahan yang hendak diteliti ialah analisis geologi dan geofisika untuk mendapatkan potensi, kualitas batuan induk pada Formasi Bampo, dan Formasi Baong hubungannya dengan tingkat kematangan hidrokarbon serta pemodelan cekungan atau geohistori. Batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data yang digunakan adalah data terproses berupa data seismik 2D, data sumur yang meliputi data las dan data geokimia, dan referensi data yang bersumber dari beberapa karya ilmiah yang pernah dipublikasikan sebelumnya. 2. Metode yang digunakan adalah interpretasi atau analisis kembali dari datadata terproses tersebut diatas. 4

5 Software yang digunakan adalah Petrel 2014 digunakan dalam pengolahan data seismik dan Petromod digunakan dalam pengolahan data basin modeling (pemodelan cekungan) baik geohistori burial dan geohistori termal. 1.5 Peneliti Terdahulu dan Keaslian Penelitian Berdasarkan laporan PERTAMINA-BPPKA (1995), serpih dari Formasi Baong, Bampo dan Seurula adalah batuan induk efektif pada Cekungan Sumatera Utara. Menurut Kingstone (1978) serpih Baong bagian bawah memiliki potensi buruk sampai baik dengan kandungan TOC sekitar 1,07% dan sebagian besar tipe kerogennya sapropelik dan humic, diendapkan pada lingkungan laut. Geokimia seperti TOC, Reflektansi Vitrinit (Ro), Spore Colouration Index (SCI) dan pyrolisis dari area di darat mengindikasikan serpih Baong secara umum mengalami kematangan termal untuk membentuk hidrokarbon. Serpih Bampo memiliki potensi batuan induk yang baik di cekungan ini. Serpih ini euxinic dan kaya akan material organik yang diendapkan di lingkungan lakustrin. Menurut Situmeang dan Davies (1986), pada bagian Formasi Bampo memiliki derajat kematangan yang cukup tinggi, diperlihatkan oleh kandungan Ro 0,59%-1,19% dan pada bagian Formasi Baong Memiliki kandungan TOC 0,4%- 1,7%. Menurut Sjahbudin dan Djaafar (1993) analisa pada daerah Rantau dan Aru, kematangan minyak berasal dari Formasi Baong dan Belumai, yang 5

6 ditunjukkan variasi kematangan minyak serta organik yang terkandung pada masing-masing conto. Menurut Kirby, dkk (1993) Formasi Bampo memiliki kandungan TOC 0,27%-3,84%. Berdasarkan pada data dan hasil studi terdahulu, penelitian ini untuk mendapatkan gambaran potensi dan kualitas batuan induk Formasi Bampo dan Formasi Baong di daerah penelitian dan hubungannya dengan tingkat kematangan hidrokarbon. Data yang digunakan adalah data seismik dan sumur eksplorasi lebih baru dari data yang digunakan peneliti terdahulu diharapkan diperolehnya informasi yang lebih akurat potensi dan kualitas batuan induk Formasi Bampo dan Formasi Baong di Cekungan Sumatera Utara. Penelitian ini juga untuk mendapatkan informasi geohistori burial dan termal untuk mendapatkan kapan terjadinya kematangan hidrokarbon di daerah penelitian yang belum pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Serta, untuk mendapatkan distribusi sebaran peta potensi batuan induk Formasi Bampo dan Formasi Baong di Cekungan Sumatera Utara. 6