BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.2. Perbandingan eksplorasi dan jumlah cadangan hidrokarbon antara Indonesia Barat dengan Indonesia Timur 1

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Daerah penelitian terletak diantara pulau Seram dan semenanjung Onin- Kumawa yang termasuk kawasan Indonesia Timur. Pada kawasan Indonesia Timur ini bila dilihat dari jumlah eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas buminya relatif sedikit jumlahnya bila dibandingkan dengan kawasan Indonesia bagian Barat, hal itu tercermin dalam Gambar I.1 dibawah ini dan Gambar I.2. Ketidakseimbangan jumlah eksplorasi dan eksploitasi pada kawasan Indonesia Timur ini memberikan tantangan tersendiri untuk diteliti lebih jauh. Gambar I.1. Perbandingan eksplorasi dan jumlah cadangan hidrokarbon antara Indonesia Barat dengan Indonesia Timur (IHS, 2008 dalam slide AAPG Course Satyana, 2013) Gambar 1.2. Perbandingan eksplorasi dan jumlah cadangan hidrokarbon antara Indonesia Barat dengan Indonesia Timur 1

2 Kawasan Indonesia bagian Barat juga sudah tergolong lapangan yang overmature dimana cadangan hidrokarbonnya sudah dieksploitasi sejak puluhan tahun, hal tersebut juga cermin dalam Gambar I.2 dimana jumlah discoveries tidak berbanding lurus dengan cadangan hidrokarbon. Namun pada kawasan Indonesia Timur, dari Gambar I.2 terlihat bahwa dengan sedikit discoveries saja daerah tersebut bisa menghasilkan cadangan hidrokarbon yang cukup signifikan. Akhir akhir ini eksplorasi di Indonesia bagian Timur juga sudah mulai membaik dan terus berkembang seiring dengan kemajuan ilmu dan pengetahuan terutama dalam bidang geologi. Kegiatan tahap eksplorasi awal biasanya masih sedikit sekali data yang tersedia terutama pada daerah daerah yang jarang dijadikan objek penelitian maupun eksplorasi contohnya adalah daerah lepas pantai Onin, Palung Seram, saat ini belum terlalu banyak penulis yang meneliti secara detil daerah ini. Selain itu daerah ekplorasi umumnya hanya tersedia data seismik yang kemudian data tersebut dapat digunakan untuk membantu dalam pengkajian geologi khususnya stratigrafi bawah permukaan melalui pendekatan stratigrafi seismik. Stratigrafi seismik merupakan penafsiran stratigrafi dari data seismik (Vail & Mitchum, 1997 dalam Sukmono, 1999) yang didalamnya terdapat pembahasan mengenai sikuen seismik dan fasies pengendapan. Pemahaman terhadap dua hal ini bermanfaat untuk mempelajari petroleum prospective yaitu dengan mengidentifikasi fasies pengendapan yang terdapat dalam suatu sikuen bisa dijadikan dasar untuk mengetahui keberadaan batuan induk maupun reservoar. Brown dan Fisher (1985) juga mengemukakan bahwa fasies fasies seismik seperti clastic mound dan karbonat berpotensi menjadi reservoar. Sementara itu keberadaan batuan induk biasanya dapat ditemui pada lingkungan transisi yang berkembang pada awal tektonik regangan. Dalam sejarah tektonik Papua dan sekitarnya Peck dan Soulhol (1986) serta Henage (1993) menyebutkan bahwa pada rentang umur Perm Yura pernah terendapkan sedimen sedimen pada fase tektonik regangan. Pengendapan pada saat fase break up atau periode syn rift biasanya dicirikan oleh fasies batuan yang diendapkan pada lingkungan fluvial, delta hingga lakustrin. Lingkungan 2

3 transisi seperti ini di daerah Misool tercermin oleh Serpih Yefbie (Simbolon et al.,1984) sedangkan di daerah Irian Barat diwakili oleh Inanwatan Polisikuen (Pairault et al., 2003). Pada periode syn rift ini dikenal baik sebagai potensi batuan induk karena pada periode ini banyak diendapkan batuan sedimen kaya organik (organic shales). Syafron (2011) juga menambahkan bahwa Serpih Yefbie berpotensi menjadi batuan induk yang mana memiliki nilai TOC yang cukup tinggi. Oleh karena itu penelitian ini juga diharapkan mampu mengidentifikasi fasies pengendapan pada sikuen yang ekivalen dengan formasi formasi yang berindikasi memiliki elemen sistem hidrokarbon. I.2. Maksud dan Tujuan Maksud dari skripsi yang berjudul STRATIGRAFI SEISMIK UNTUK INTERPRETASI FASIES PENGENDAPAN BERDASARKAN DATA SEISMIK 2D PADA DAERAH LEPAS PANTAI ONIN, PALUNG SERAM adalah untuk melakukan kajian stratigrafi bawah permukaan berdasarkan data seismik dua dimensi. Tujuan yang diharapkan dari skripsi ini adalah : mengetahui dan mengidentifikasi sikuen seismik mengetahui dan mengidentifikasi fasies seismik mengetahui fasies pengendapan mengetahui indikasi keberadaan elemen sistem hidrokarbon I.3. Batas Masalah Batasan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa seismik dua dimensi tanpa data sumur yang berjumlah 10 buah lintasan dimana 8 diantaranya memiliki orientasi lintasan berarah relatif timurlaut baratdaya sedangkan 2 lainnya berarah baratlaut tenggara I.4 Manfaat Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap kemajuan ilmu pengetahuan khususnya integrasi ilmu geologi dan geofisika dalam hal aplikasinya serta dapat memberikan informasi mengenai fasies pengendapan pada daerah lepas pantai Onin, Palung Seram. 3

4 I.5 Hasil Berikut ini akan dipaparkan hasil yang diharapkan dalam penelitian: Sikuen seismik Fasies seismik Fasies pengendapan I.6. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di Daerah lapas pantai Onin, Palung Seram, Indonesia (Gambar I.3) I.7. Keaslian Penelitian Gambar I.3. Lokasi Penelitian Penelitian dengan judul yang spesifik mengenai STRATIGRAFI SEISMIK UNTUK INTERPRETASI FASIES PENGENDAPAN BERDASARKAN DATA SEISMIK 2D PADA DAERAH LEPAS PANTAI ONIN, PALUNG SERAM, belum pernah dilakukan sebelumnya oleh peneliti manapun. Penelitian ini didasarkan pada berupa data seismik dua dimensi yang siap diinterpretasi dan diperoleh dari PT. Sumasarana, selain itu data sekunder lain berupa data geologi regional daerah Misool, Seram, Irian Barat dan sekitarnya yang lebih difokuskan pada stratigrafinya. Untuk interpretasi fasies pengendapan, penelitian ini nantinya akan mengacu pada data geologi regional dan hasil interpretasi dari peneliti terdahulu khususnya untuk acuan penentuan batas sikuen karena penulis tidak memiliki data sumur. Adapun peneliti terdahulu yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah 4

5 1. Simbolon et al. (1984) dengan topik berjudul Geology and Hydrocarbon Prospect of The Pre-Tertiary System of Misool Area menerangkan bahwa terdapat beberapa formasi batuan yang mempunyai potensi hidrokarbon yakni sebagai batuan sumber antara lain Formasi Yefbie, Fafanlap dan Lelinta yang ketiga formasi tersebut berumur pada kurun Mesozoik. Adapun batuan yang sangat berpotensi menjadi resevoar yaitu Formasi Daram berumur awal Tersier dan terendapkan pada lingkungan delta. 2. Peck dan Soulhol (1986) dengan topik berjudul Pre-Tertiary Tensional Periods and Their Effects on the Petroleum Potential of Eastern Indonesia menerangkan bagaimana perkembangan tektonik hingga pembentukan cekungan daerah penelitian dari Paleozoik hingga sekarang. 3. Pairault et al. (2003) dengan topik berjudul Tectonic Evolution of The Seram Trough, Indonesia. Pada paper ini Pairault et al. telah memberikan sejarah umum mengenai tektono stratigrafi Seram Trough. Secara umum Pairault membagi dua mega sikuen, kedua mega sikuen tersebut dibagi menjadi beberapa sikuen, yaitu Sikuen Mesozoik Pliosen Akhir dan Sikuen yang berada di atas ketidakselarasan. Pada Mega sikuen Mesozoik Pliosen Akhir terdapat 3 sikuen yaitu Inanwatan Polisikuen, Jass, Sebyar dan Roabiba Polisikuen serta sikuen Batugamping New Guinea Bagian Atas dan Bawah, Klasaman dan Klasafet. Pada mega sikuen yang berada diatas ketidakselarasan terdapat 3 sikuen yaitu Sikuen Transgresi, Sikuen Progradasi 1 dan Sikuen Progradasi 2. Sehingga secara umum Pairault membagi 8 sikuen dalam satu line seismik yang sudah di interpretasikan. 4. Riadini et al. (2010) dengan topik berjudul Tectonic Evolution of The Seram Fold-Thrust Belt and Misool Onin Kumawa Anticline As an Implication for The Bird s Head Evolution pada paper ini dijelaskan bahwa deformasi sekitar Seram dan tinggian Misool-Onin dimulai sejak Trias Akhir, dipengaruhi oleh sesar normal yang berarah Timurlaut- Baratdaya pada umur Trias Akhir - Yura Awal. Perkembangan sesar normal tersebut membentuk beberapa cekungan yang terisi dengan 5

6 sedimen Yura. Selama kolisi/ tumbukan Kepala Burung yang telah dimulai pada Eosen, new structural event berkembang di bagian utara Onin (Berau-Bintuni area). Event tektonik tersebut mengaktifkan kembali struktur Mesozoikum dan membentuk permukaan ketidakselarasan dikenal sebagai ketidakselarasan Oligosen Akhir - Miosen. Event struktural ini merupakan reaktivasi pertama yang menyebabkan pengangkatan sekitar daerah tinggian Onin. Reaktivasi pada sesar berumur Mesozoikum berlanjut hingga ke Miosen dan memperkuat pengangkatan dari tinggian Misool - Onin. Deformasi di Miosen membentuk sesar normal yang berhubungan dengan strike-slip system yang bearah Timur - Barat, yang juga mengontrol struktur yang berkembang di Miosen. 5. Syafron (2011) dengan topik berjudul Evaluation of The Mesozoic Stratigraphy of Misool Island and Implications for Petroleum Exploration in The Bird s Head Region, West Papua, Indonesia pada paper ini penulis mengurai beberapa lingkungan pengendapan beserta umur formasi batuan yang berada di Misool serta kaitannya dengan kehadiran batuan induk maupun reservoar yang potensial yaitu Formasi Bogal tersusun atas batugamping berumur Rhaetian (Trias Akhir) yang terendapkan pada lingkungan laut dengan jumlah suplai sedimen darat yang cukup banyak.. Formasi Yefbie terdiri sepih hitam, batugamping pasiran dan konglomerat berumur Toarcian - Bajocian (Yura Awal Yura Tengah) yang diendapkan pada lingkungan laut dengan pengaruh pasokan sedimen darat yang besar. Formasi Demu tersusun atas mudstone berumur Bajocian (Yura Tengah) yang terendapkan pada lingkungan laut dengan pengaruh pasokan sedimen darat yang sangat kuat. Formasi Lelinta tersusun atas serpih berumur Oxfordian (Yura Akhir) dan terendapkan pada lingkungan laut dengan pengaruh pasokan sedimen darat yang sangat rendah. Formasi Facet terdiri dari batugamping dan berseling dengan serpih, formasi ini berumur Tithonian Berriasian (Yura Akhir Kapur Awal) dan terendapkan pada lingkungan laut dalam. 6