BAB I PENDAHULUAN. adalah Cekungan Kutai. Cekungan Kutai dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian barat

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Salah satu cekungan Tersier yang mempunyai prospek hidrokarbon yang baik adalah Cekungan Kutai. Cekungan Kutai dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian barat atau sering disebut dengan Cekungan Kutai Atas dan bagian timur yang sering disebut Cekungan Kutai Bawah. Bagian barat Cekungan Kutai merepresentasikan daerah yang merupakan hasil dari pengangkatan dan diikuti oleh erosi pada pusat pengendapan sedimen Paleogen (Moss dan Chambers, 1999). Cekungan Kutai Atas terletak pada bagian interior Pulau Kalimantan dan mempunyai luas area hingga km 2. Eksplorasi yang telah dilakukan sejak tahun 1930an hingga 1990an dengan 22 sumur eksplorasi membuahkan hasil yang kurang ekonomis atau bahkan dry (Laya dkk, 2013). Area yang terletak di bagian barat Cekungan Kutai ini menjadi kurang menarik dikarenakan bagian ini merupakan bagian dari cekungan yang cenderung mengalami pengangkatan. Pengangkatan ini berdampak pada erosi yang kemudian hasil dari erosi tersebut diendapkan pada daerah di bagian timurnya, yaitu Cekungan Kutai Bawah. Dengan adanya timbunan pada Cekungan Kutai Bawah, menyebabkan sedimen yang lebih tua yang kaya akan material organik lebih mudah menjadi matang dan menggenerasikan hidrokarbon.

2 2 Prospek hidrokarbon pada Cekungan Kutai Atas dianggap kurang baik jika dibandingkan dengan Cekungan Kutai Bawah. Pernyataan ini tidak sepenuhnya benar, dikarenakan adanya rembesan minyak pada sedimen yang berumur Eosen dan Oligosen menunjukkan adanya batuan induk yang matang dan petroleum system yang aktif (Bakhtiar dkk, 2013). Adanya bukti ini menjadikan probabilitas Cekungan Kutai Atas untuk menggenerasikan hidrokarbon dalam jumlah yang signifikan semakin tinggi. Dalaman Ritan Tengah sebagai bagian dari Cekungan Kutai Atas mempunyai batuan induk dengan jumlah kandungan organik yang cukup untuk menggenerasikan hidrokarbon. Daerah ini menjadi menarik untuk diteliti karena batuan pada daerah ini mempunyai tingkat kematangan batuan induk yang matang untuk menghasilkan hidrokarbon. Sumur-D dan Sumur-Y yang berada pada Dalaman Ritan Tengah akan diteliti lebih lanjut dengan membuat model kematangan pada tiap sumur untuk mengetahui potensi hidrokarbonnya. I.2. Maksud dan Tujuan Maksud dari penelitian ini adalah mengetahui sejarah pembentukan minyak dan gas bumi pada daerah penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: a) Mengetahui potensi batuan induk dan tingkat kematangan batuan induk tersebut b) Mengetahui waktu generasi dan ekspulsi hidrokarbon.

3 3 c) Menjelaskan dinamika pembentukan Dalaman Ritan Tengah yang merupakan bagian dari Cekungan Kutai Atas dan pengaruhnya terhadap kematangan batuan induk I.3. Batasan Penelitian Penelitian ini terbatas pada dinamika pembentukan Dalaman Ritan berdasarkan pemodelan cekungan 1D. Pemodelan cekungan 1D dari tiap sumur tersebut dapat digunakan untuk menceritakan bagaimana sejarah pengendapan yang terjadi pada daerah penelitian, sehingga dapat diketahui faktor faktor yang mempengaruhi kematangan batuan induk pada daerah penelitian. Kematangan batuan induk ditentukan dengan membuat pemodelan kematangan pada tiap sumur. Pemodelan tersebut dapat menunjukkan informasi mengenai waktu generasi dan ekspulsi hidrokarbon. Nilai pantulan vitrinit (Ro) digunakan untuk kalibrasi model kematangan yang telah dibuat pada tiap sumur. Data yang digunakan berupa well report dari lima sumur eksplorasi. Data yang terdapat pada well report berupa data stratigrafi dan data geokimia. Data stratigrafi digunakan untuk merekonstruksi sejarah pengendapan sedangkan data geokimia digunakan untuk membuat model kematangan batuan induk. I.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengetahui sejarah pengendapan pada daerah penelitian. Sejarah pengendapan suatu cekungan dapat berpengaruh terhadap potensi dan kematangan batuan induk pada daerah tersebut. pemodelan cekungan 1D

4 4 dapat digunakan untuk mengetahui faktor apa yang mempengaruhi pembentukan minyak dan gas pada daerah tersebut. Informasi mengenai Potensi hidrokarbon dan kematangan batuan induk pada suatu cekungan dapat digunakan sebagai data vital pada eksplorasi minyak dan gas. Pemodelan kematangan pada tiap sumur dapat digunakan untuk mengetahui waktu generasi hidrokarbon dan kedalaman saat hidrokarbon digenerasikan. Informasi ini diharapkan dapat membantu dalam eksplorasi minyak dan gas sehingga ekplorasi minyak dan gas bisa tepat sasaran. I.5. Lokasi Penelitian Daerah penelitian secara administratif termasuk ke dalam Kabupaten Samarinda dan Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur. Daerah ini secara geologi, termasuk ke dalam Cekungan Kutai Atas yang terletak di bagian barat dan utara dari Cekungan Kutai. Lebih spesifiknya yaitu pada Dalaman Ritan Tengah. Di sebelah utara Dalaman Ritan Tengah terdapat Komplek Imbrikasi Ritan Utara. Bagian selatan dibatasi oleh Tinggian Muyup Kelian. Bagian barat dibatasi oleh Dalaman Maruwai Barat (Gambar 1.1).

5 5 Gambar 1.1 Lokasi penelitian yang ditunjukkan oleh kotak merah pada peta kedalaman magnetic basement di daerah penelitian (peta dari Wain dan Berod, 1989 dengan modifikasi) 1.6. Peneliti Pendahulu 1. Wain dan Berod, 1989 Cekungan Kutai Atas mempunyai potensi batuan induk yang matang. Batuan induk tersebut berupa serpih dan batubara dimana terdapat pada Grup Tanjung yang mencakup Formasi Kiham Halo, Formasi Batu Ayau, dan Formasi Batu Kelau. Umur formasi tersebut berkisar antara Eosen Awal hingga

6 6 Eosen Akhir. Data ini dapat digunakan untuk menentukan batuan induk yang akan digunakan dalam pemodelan cekungan 1D. 2. Moss dan Chambers, 1999 Penelitian yang dilakukan adalah rekonstruksi evolusi Cekungan Kutai yang meliputi beberapa fase yaitu fase syn-rift (Eosen Tengah Eosen Akhir), fase sag/tenang (Eosen Akhir Oligosen), fase reaktivasi tektonik dan subsiden (Oligosen Akhir Miosen), dan inversi cekungan (Miosen Awal ). Tektonik yang berperan pada evolusi cekungan tersebut berpengaruh terhadap pengangkatan bagian barat dan utara dari Cekungan Kutai. Pengangkatan tersebut berdampak pada erosi sedimen Paleogen yang berujung diendapkan pada bagian timur cekungan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kematangan batuan induk, dimana terjadi penurunan temperatur. Pemodelan cekungan 1D sangat tergantung kepada proses tektonik regional yang terjadi, sehingga setiap proses tektonik yang terjadi akan mempengaruhi hasil model cekungan. 3. Silaban dkk, 2013 Formasi Batu Ayau merupakan salah satu formasi yang mempunyai potensi batuan induk yang berupa batubara dan serpih. Formasi Batu Ayau memiliki ketebalan sekitar 320 m. Batubara tersebut terbentuk pada lingkungan pengendapan fluviodeltaik. Batubara berupa lapisan tipis dengan ketebalan yang berkisar antara 0,1 1,2 m. Potensi hidrokarbon yang dapat dihasilkan

7 7 berupa gas dengan kedalaman 300 m hingga m dengan jumlah 240,91 376,75 scf/ton. 4. Bakhtiar dkk, 2013 Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa batuan induk yang berumur Eosen Akhir mempunyai potensi hidrokarbon yang baik. Pernyataan ini didukung dengan adanya rembesan minyak dan gelembung gas yang ditemukan di Kerendan. Evaluasi lebih lanjut dilakukan dengan menganalisa batuan induk lebih lanjut. Analisis TOC, pantulan vitrinit (Ro), dan rock-eval pyrolisis dilakukan pada sampel batubara dan serpih. Sampel batubara menunjukkan kandungan material organik yang melimpah dengan nilai TOC 45,65% hingga 78,47%. Sampel serpih mempunyai kandungan material organik poor hingga fair dengan nilai TOC 0,44% dan 1,64%. Analisis rock-eval pyrolisis menunjukkan sampel batubara dan serpih dikelompokkan menjadi dua tingkat kematangan, yaitu matang dan kurang matang. Sampel batubara dan serpih yang termasuk dalam kelompok matang mempunyai nilai Tmaks 439 dan 445 C dengan nilai pantulan vitrinit (Ro) 0,63% hingga 0,83%. Sampel yang termasuk kedalam kelompok kurang matang menunjukkan nilai Tmaks 433 dan 429 C dengan nilai pantulan vitrinit (Ro) 0,54% dan 0,47%. Analisis tersebut menunjukkan batuan induk pada Cekungan Kutai Atas mempunyai potensi hidrokarbon.

8 8 5. Laya dkk, 2013 Laya dkk melakukan pemodelan cekungan 1D pada Cekungan Kutai Atas dan menunjukkan 3 formasi yang mempunyai potensi batuan induk yang matang dan mampu menggenerasikan serta mengekspulsikan hidrokarbon. Serpih yang terdapat pada Formasi Kiham Halo sudah mengekspulsikan hidrokarbon sejak 26 jtl. Batuan induk yang terdapat pada Formasi Batu Kelau sudah mengekspulsikan hidrokarbon sejak 25 jtl. Batuan induk yang terdapat pada Formasi Batu Ayau sudah mengekspulsikan hidrokarbon sejak 24 jtl. Penelitian ini dilakukan pada Blok West Sangatta. Stratigrafi daerah penelitian Laya dkk mempunyai kesamaan pada bagian yang berumur Eosen, sehingga data ini dapat digunakan sebagai data tambahan bagi penulis dalam melakukan penelitian. 6. Guritno dan Chambers, 1999 Batuan induk yang berumur Eosen berupa batubara dan serpih yang mempunyai potensi untuk menghasilkan minyak dan gas bumi. Nilai TOC pada serpih berkisar antara 0,5% hingga 8,76%. Batubara mempunyai nilai TOC 75%. Sedimen ini dianggap mampu menggenerasikan minyak dan gas bumi dengan sangat baik dan ditunjukkan dengan nilai HI 100 hingga 470. Material organik penyusun batuan induk tersebut terdiri dari campuran algae dan tumbuhan terrestrial. Data yang didapat dari Guritno dan Chambers (1999) dapat digunakan sebagai data pendukung yang menunjukkan potensi batuan induk. Secara

9 9 stratigrafi, penelitian yang dilakukan oleh Guritno dan Chambers (1999) memiliki kesamaan dengan daerah penelitian penulis.