ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN NELAYAN TRADISIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN NELAYAN TRADISIONAL"

Transkripsi

1 ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN NELAYAN TRADISIONAL (Studi Kasus: Rumahtangga Nelayan Tradisional Di Kecamatan Kasemen Kabupaten Serang Propinsi Banten) RANTHY PANCASASTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 ABSTRAK RANTHY PANCASASTI. Analisis Perilaku Ekonomi Rumahtangga Dan Peluang Kemiskinan Nelayan Tradisional. Studi Kasus: Rumahtangga Nelayan Tradisional di Kecamatan Kasemen Kabupaten Serang Propinsi Banten (Tb. Sjafri Mangkuprawira sebagai Ketua dan Akhmad Fauzi sebagai Anggota Komisi Pembimbing). Secara umum, nelayan tradisional di Kecamatan Kasemen Kabupaten Serang termasuk dalam kategori miskin. Kondisi yang demikian dapat menimbulkan berbagai kerawanan seperti: kerawanan ekonomi dan kerawanan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peluang kerja suami dan istri pada rumahtangga nelayan tradisional di luar sektor perikanan, (2) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku ekonomi rumahtangga nelayan tradisional seperti keputusan rumahtangga dalam pencurahan waktu kerja, pendapatan dan pengeluaran, dan (3) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peluang kemiskinan dalam rumahtangga nelayan tradisional. Perbedaan musim mempengaruhi corak dalam kegiatan produktif yang dilakukan oleh anggota rumahtangga nelayan tradisional di kecamatan Kasemen, dimana pada musim paceklik, peluang kerja anggota rumahtangga (suami dan istri) di luar sektor perikanan merupakan alternatif kegiatan produktif. Fenomena pencarian tambahan pendapatan mempengaruhi peluang kerja suami di luar sektor perikanan walaupun pendapatan yang dihasilkan tinggi atau rendah. Hal ini menyebabkan peranan suami dalam memberikan kontribusi terhadap pendapatan rumahtangga lebih besar daripada istri. Faktor-faktor non ekonomi yang berkaitan dengan peranan istri dalam pekerjaan rumahtangga seperti melahirkan, memelihara anak balita pada umur yang masih muda dan masih rendahnya pendidikan yang dimiliki oleh istri mempengaruhi peluang istri bekerja di luar sektor perikanan. Kegiatan di dalam dan di luar sektor perikanan yang dilaksanakan pada musim penangkapan ikan memberikan corak yang berbeda terhadap perilaku ekonomi rumahtangga. Terbatasnya pemenuhan kebutuhan rumahtangga mendorong peluang kemiskinan rumahtangga. Faktor-faktor yang mempengaruhi peluang kemiskinan rumahtangga nelayan tradisional adalah pengeluaran total rumahtangga, banyaknya anggota rumahtangga, lama pendidikan suami, dan dummy musim. Pada musim paceklik, pemenuhan kebutuhan rumahtangga menurun sehingga peluang kemiskinan meningkat. Kemiskinan rumahtangga nelayan tradisional di Kecamatan Kasemen merupakan kemiskinan sementara. Kata Kunci: Peluang Kerja Suami dan Istri, Ekonomi Rumahtangga, Peluang Kemiskinan, Rumahtangga Nelayan Tradisional.

3 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul : ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN NELAYAN TRADISIONAL (Studi Kasus: Rumahtangga Nelayan Tradisional Di Kecamatan Kasemen Kabupaten Serang Propinsi Banten) merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri dengan pembimbingan para Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di Perguruan Tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenaranya. Bogor, Januari 2008 RANTHY PANCASASTI NRP. A

4 Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

5 ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN NELAYAN TRADISIONAL (Studi Kasus: Rumahtangga Nelayan Tradisional Di Kecamatan Kasemen Kabupaten Serang Propinsi Banten) RANTHY PANCASASTI Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

6 Judul Tesis : Analisis Perilaku Ekonomi Rumahtangga dan Peluang Kemiskinan Nelayan Tradisional (Studi Kasus: Rumahtangga Nelayan Tradisional di Kecamatan Kasemen Kabupaten Serang Propinsi Banten) Nama Mahasiswa : Ranthy Pancasasti Nomor Pokok : A Program Studi : Ilmu Ekonomi Pertanian Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. Tb. Sjafri Mangkuprawira Ketua Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc Anggota Mengetahui, 2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Ilmu Ekonomi Pertanian Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS Tanggal Ujian: 21 Januari 2008 Tanggal Lulus:

7 Penguji Luar Komisi Pembimbing: Dr. Ir. M. Parulian Hutagaol, MS

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 30 September 1972 di Jakarta. Penulis merupakan anak tunggal dari Bapak Sumaryadi dan Noor Harry Astoeti. Penulis masuk sekolah dasar tahun 1979 di Sekolah Dasar (SD) Harapan di Jakarta. Pada tahun 1985 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 65 Jakarta dan tahun 1988 penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Jakarta. Pendidikan Strata Satu (S1) penulis selesaikan di jurusan Manajemen Informatika STMIK Gunadarma, Jakarta tahun Pada tahun 1997, penulis melanjutkan pendidikan Magister Manajemen pada program Studi Manajemen di Universitas Gunadarma, Jakarta dan lulus tahun Pada tahun 1996 penulis pertama kali bekerja di Astra Heavy Industry Jakarta. Kemudian pada tanggal 2 Maret 2003, penulis menikah dengan H. Alief Maulana, dan dikarunia seorang anak (Shafira Aliefiatuzzahra, lahir 4 Juni 2004). Setelah menikah penulis tinggal di Kabupaten Serang Propinsi Banten dan pindah kerja menjadi Dosen Tetap (PNS) di Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Melalui sponsor Beasiswa Program Pasca Sarjana (BPPS) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIIRJEN DIKTI) tahun 2005, Penulis melanjutkan pendidikan Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN), Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

9 PRAKATA Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis sehingga Tesis yang merupakan salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian akhir dan penyelesaian studi pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dapat terselesaikan. Tesis ini berjudul Analisis Perilaku Ekonomi Rumahtangga dan Peluang Kemiskinan Nelayan Tradisional (Studi Kasus: Rumahtangga Nelayan Tradisional di Kecamatan Kasemen Kabupaten Serang Propinsi Banten) disusun berdasarkan penelitian yang penulis lakukan pada tahun 2006 sampai dengan tahun Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesarsebesarnya kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Tb. Sjafri Mangkuprawira sebagai Ketua Komisi dan Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc sebagai Anggota Komisi Pembimbing, atas arahan dan saran dalam penyempurnaan tulisan ini. 2. Dr. Ir. M. Parulian Hutagaol, MS sebagai Penguji luar komisi atas saran dalam penyempurnaan tulisan ini. 3. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN) beserta staf yang telah memberikan kemudahan selama mengikuti kegiatan akademik. 4. Papa Sumaryadi, Nenek Hj. Nutiyati, Suami tercinta H. Alief Maulana, dan Ananda tersayang Shafira Aliefiatuzzahra yang selalu mendukung setiap aktivitas penulis untuk menjadi orang yang berhasil dan bermanfaat.

10 5. Prof. Dr. KH. Wahab Affif, MA, Hj. Sri Annisa Wahab, H. Sudendi, SE, MM, Hj. Darlaini Nasution,SE, MM, Hj. Mardhialina Irwan dan keluarga atas dukungan dan motivasi dalam mendorong penulis untuk melanjutkan dan menyelesaikan studi. 6. Tante Ely dan Tante Nina beserta Keluarga yang telah mengorbankan waktu dan tenaga untuk menjaga dan memberikan dorongan pada penulis selama melakukan penelitian sampai menyelesaikan studi. 7. Sahabat-sahabat saya (Eka, Yana, Melati, Wiji, Budi) dan rekan-rekan angkatan tahun 2005 EPN yang telah memberikan bahan masukan dan semangat kepada penulis untuk penyelesaian tesis ini. Penulis menyadari tulisan ini banyak kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan tulisan ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin. Bogor, Januari 2008 Ranthy Pancasasti

11 ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN NELAYAN TRADISIONAL (Studi Kasus: Rumahtangga Nelayan Tradisional di Kecamatan Kasemen Kabupaten Serang Propinsi Banten) (Analysis of The Household Economics Behavior and Opportunity of The Poorness of Traditional Fisheries (Case Study is in Kecamatan Kasemen Serang City Banten Province)) ABSTRACT This research aims to analyse: (1) the factors which having an effect on to opportunity work outside fisheries sector for fishermen (husbands) and fishermen s wifes (members of traditional fisheries household), (2) the factors these having an effect on to economic behavior of traditional fisheries household be like decision of household in take their time to work, expenditure and earnings, and (3) the factors those having an effect on to opportunity of poorness in traditional fisheries household. The results show the existence of work caracteristics in fisheries sector which done by fishermen (husbands) are climate or season differentiation for capturing the fish on the sea. The climate or season differentiation can influence patern of production activities wich done by traditional fisheries household in Kecamatan Kasemen. During the difficult season, opportunity of work household fisheries members (husband and wife) outside the fisheries sector included in the alternative production activities. The penomenon seeking of additional s earnings can influence fishermen s opportunities of work outside fisheries sector although low or high yielded earnings. This matter cause role of fishermen in giving the contribution to earnings are bigger than wifes. Keyword: Opportunity of Work Fishermen and Wifes, Household Economics, Opportunity of Poorness, Traditional Fisheries Household.

12 RINGKASAN Penduduk Kecamatan Kasemen Kabupaten Serang umumnya sebagai nelayan tradisional bermata pencaharian pada sektor perikanan terutama menangkap ikan di laut. Namun secara umum, nelayan tradisional di Kecamatan Kasemen termasuk dalam kategori miskin. Kondisi yang demikian dapat menimbulkan berbagai kerawanan seperti kerawanan ekonomi dan kerawanan sosial. Usaha perikanan yang ditekuni nelayan tradisional sebagian besar masih didominasi usaha berskala kecil, teknologi sederhana, sangat dipengaruhi irama musim, dan hasil-hasil produksinya pun terbatas hanya untuk konsumsi lokal. Nelayan tradisional setempat bekerja sendirian dalam melakukan penangkapan ikan di laut dan tidak menggunakan tenaga kerja sewa dari luar rumahtangga. Secara terperinci, permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh rumahtangga nelayan tradisional adalah: (1) Ketidakpastian musim yang menyebabkan ketidakpastian pendapatan di dalam sektor perikanan menuntut pekerjaan lain di luar sektor perikanan dan alokasi istri (anggota rumahtangga) untuk bekerja, (2) Keterbatasan usaha perikanan dan internal rumahtangga nelayan tradisional merupakan corak perilaku ekonomi rumahtangga nelayan tradisional, dan (3) Ketidakmampuan ekonomi rumahtangga nelayan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari akan mendorong terjadinya peluang kemiskinan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peluang kerja suami dan istri pada rumahtangga nelayan tradisional di luar sektor perikanan, (2) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku ekonomi rumahtangga nelayan tradisional seperti keputusan rumahtangga dalam pencurahan waktu kerja, pendapatan dan pengeluaran, dan (3) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peluang kemiskinan dalam rumahtangga nelayan tradisional. Hasil penelitian menunjukkan adanya karakteristik pekerjaan di dalam sektor perikanan yang dilakukan oleh nelayan tradisional adalah perbedaan musim dalam penangkapan ikan. Perbedaan musim tersebut mempengaruhi corak dalam kegiatan produktif yang dilakukan oleh anggota rumahtangga nelayan tradisional di kecamatan Kasemen, dimana pada musim paceklik, peluang kerja anggota rumahtangga (suami dan istri) di luar sektor perikanan merupakan alternatif kegiatan produktif. Fenomena pencarian tambahan pendapatan mempengaruhi peluang kerja suami di luar sektor perikanan walaupun pendapatan yang dihasilkan tinggi atau rendah. Hal ini menyebabkan peranan suami dalam memberikan kontribusi terhadap pendapatan rumahtangga lebih besar daripada istri. Faktor-faktor non ekonomi yang berkaitan dengan peranan istri dalam pekerjaan rumahtangga seperti melahirkan, memelihara anak balita pada umur yang masih muda, dan masih rendahnya pendidikan yang dimiliki oleh istri mempengaruhi peluang istri bekerja di luar sektor perikanan. Kegiatan di dalam dan di luar sektor perikanan yang dilaksanakan pada musim penangkapan ikan memberikan corak yang berbeda terhadap perilaku ekonomi rumahtangga.

13 Produksi nelayan, curahan waktu kerja anggota rumahtangga, pendapatan anggota rumahtangga dan konsumsi rumahtangga merupakan perilaku ekonomi rumahtangga nelayan yang dianalisis secara simultan. Komoditi yang diperoleh nelayan tradisional dalam melakukan kegiatan penangkapan di laut adalah ikan atau udang. Untuk mempermudah pengukuran komoditi hasil produksi yang beragam maka produksi dinilai dalam satuan Rupiah. Produksi nelayan dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi seperti curahan waktu kerja suami di dalam sektor perikanan, kapital (dummy jaring ikan dan udang), aset perahu, total biaya produksi, dan dummy musim. Curahan waktu kerja suami di dalam sektor perikanan, total biaya produksi, aset perahu, dummy musim, dan dummy jaring responsif terhadap produksi perikanan. Curahan waktu kerja suami di dalam sektor perikanan dipengaruhi oleh umur suami, lama pendidikan suami, umur perahu, dan dummy musim. Curahan waktu kerja suami di luar sektor perikanan dipengaruhi oleh umur suami, lama pendidikan suami, dan dummy musim. Curahan waktu kerja istri di luar sektor perikanan dipengaruhi oleh umur istri, jumlah anak balita, dan lama pendidikan istri. Produksi nelayan, curahan waktu kerja suami di dalam pertanian, harga jual ikan atau udang, dan dummy musim berpengaruh terhadap pendapatan suami di dalam sektor perikanan. Curahan waktu kerja suami di luar sektor perikanan, umur suami, lama pendidikan suami, dan dummy musim mempengaruhi pendapatan suami di luar sektor perikanan. Curahan waktu kerja suami di luar sektor perikanan responsif terhadap pendapatan suami di luar sektor perikanan. Curahan waktu kerja istri di luar sektor perikanan, umur istri, dan lama pendidikan istri berpengaruh nyata terhadap pendapatan istri di luar sektor perikanan. Curahan waktu kerja istri di luar sektor perikanan, umur istri, dan lama pendidikan istri responsif terhadap pendapatan istri di luar sektor perikanan. Pendapatan total rumahtangga digunakan untuk membeli kebutuhan rumahtangga dan banyaknya anggota rumahtangga yang menjadi tanggungan/beban rumahtangga mempengaruhi besarnya kebutuhan konsumsi pangan dan non pangan. Pada musim panen, pemenuhan kebutuhan rumahtangga seperti konsumsi pangan dan konsumsi non pangan meningkat karena pendapatan total rumahtangga meningkat. Respon konsumsi pangan terhadap pendapatan rumahtangga lebih kecil daripada konsumsi non pangan. Terbatasnya pemenuhan kebutuhan rumahtangga mendorong peluang kemiskinan rumahtangga nelayan tradisional. Faktor-faktor yang mempengaruhi peluang kemiskinan rumahtangga nelayan tradisional adalah pengeluaran total rumahtangga, banyaknya anggota rumahtangga, lama pendidikan suami, dan dummy musim. Pada musim paceklik, pemenuhan kebutuhan rumahtangga menurun sehingga peluang kemiskinan meningkat. Kemiskinan rumahtangga nelayan tradisional di Kecamatan Kasemen merupakan kemiskinan sementara.

14 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... iv vi vii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 9 II. TINJAUAN PUSTAKA Peluang Kerja Anggota Rumahtangga Ekonomi Rumahtangga Nelayan Kemiskinan Penelitian Terdahulu Kemiskinan Rumahtangga Nelayan di Wilayah Pesisir III. KERANGKA PEMIKIRAN Model Peluang Kerja Suami dan Istri di Luar Sektor Perikanan Model Ekonomi Rumahtangga Nelayan Tradisional Produksi Nelayan Curahan Waktu Kerja Rumahtangga Pendapatan Rumahtangga Pengeluaran atau Kosumsi Rumahtangga Model Peluang Kemiskinan Rumahtangga Nelayan Tradisional 50 IV. METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Sumber Data i

15 4.3. Penarikan Contoh Sampel Model dan Metode Analisis Model Peluang Kerja Suami di Luar Sektor Perikanan Model Peluang Kerja Istri di Luar Sektor Perikanan Model Ekonomi Rumahtangga Nelayan Tradisional Model Peluang Kemiskinan Rumahtangga Nelayan Tradisional Metode Pendugaan Model Definisi Operasional V. GAMBARAN UMUM WILAYAH Gambaran Umum Propinsi Banten Gambaran Umum Kabupaten Serang Letak dan Keadaan Alam Administrasi Pemerintahan Kependudukan Potensi Ekonomi Sumberdaya Perikanan VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN Peluang Kerja Suami di Luar Sektor Perikanan Peluang Kerja Istri di Luar Sektor Perikanan VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN EKONOMI RUMAHTANGGA Produksi Nelayan Curahan Waktu Kerja Suami di Dalam Sektor Perikanan Curahan Waktu Kerja Suami di Luar Sektor Perikanan Curahan Waktu Kerja Istri di Luar Sektor Perikanan Pendapatan Suami di Dalam Sektor Perikanan Pendapatan Suami di Luar Sektor Perikanan Pendapatan Istri di Luar Sektor Perikanan Konsumsi Pangan ii

16 7.9. Konsumsi Non Pangan VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN TRADISIONAL 108 IX. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iii

17 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Produksi Ikan Menurut Tempat Penangkapan/Budidaya di Kabupaten Serang Tahun Identifikasi Model Ekonomi Rumahtangga Nelayan Tradisional Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Kecamatan Kasemen Tahun Banyaknya Tenaga Kerja yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan dan Desa di Kecamatan Kasemen Tahun Banyanya Industri Dirinci Menurut Jenis dan Desa di Kecamatan Kasemen Tahun Karakteristik Rumahtangga Responden Curahan Waktu Kerja Suami di Dalam dan di Luar Sektor Perikanan Hasil Pendugaan Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Peluang Kerja Suami di Dalam dan di Luar Sektor Perikanan Hasil Pendugaan Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Peluang Kerja Istri di Luar Sektor Perikanan Rata-rata Curahan Waktu Kerja Rumahtangga Nelayan Tradisional Rata-rata Pendapatan Rumahtangga Nelayan tradisional Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas pada Persamaan Produksi Nelayan Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas pada Persamaan Curahan Waktu Kerja Suami di Dalam Sektor Perikanan Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas pada Persamaan Curahan Waktu Kerja Suami di Luar Sektor Perikanan Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas pada Persamaan Curahan Waktu Kerja Istri di Luar Sektor Perikanan iv

18 16. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas pada Persamaan Pendapatan Suami di Dalam Sektor Perikanan Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas pada Persamaan Pendapatan Suami di Luar Sektor Perikanan Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas pada Persamaan Pendapatan Istri di Luar Sektor Perikanan Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas pada Persamaan Konsumsi Pangan Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas pada Persamaan Konsumsi Non Pangan Kontribusi Pendapatan Suami di Dalam dan di Luar Sektor Perikanan Rata-Rata Kontribusi Pendapatan Rumahtangga Nelayan Tradisional pada Musim Panen dan Paceklik Rata-Rata Pengeluaran Rumahtangga Nelayan Tradisional pada Musim Panen dan Paceklik Hasil Pendugaan Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Peluang Kemiskinan Rumahtangga Nelayan Tradisional v

19 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Kurva Indiferens Kurva Perubahan Tingkat Upah dan Tingkat Kepuasan Individu Kurva Hubungan Perubahan Pendapatan dengan Konsumsi Kerangka Pemikiran Penelitian Diagram Alur Model Ekonomi Rumahtangga Nelayan Tradisional 66 vi

20 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Produksi Perikanan Tangkap Menurut Klasifikasi Perikanan Tangkap di Propinsi Banten Tahun Nilai Produksi Perikanan Laut Menurut Kuartal dan Kabupaten/ Kota di Propinsi Banten Tahun Nilai Produksi Perikanan Perairan Umum Menurut Kuartal dan Kabupaten/Kota di Propinsi Banten Tahun Nama Pelabuhan dan Pangkalan Pendaratan Ikan di Propinsi Banten Tahun Jumlah Desa Nelayan di Propinsi Banten Tahun Nama Desa Nelayan di Kabupaten Serang Propinsi Banten Tahun Banyaknya Rumahtangga Perikanan Menurut Jenis Perikanan di Kabupaten Serang Tahun Program dan Hasil Pendugaan Model Peluang Kerja Suami di Luar Sektor Perikanan Program dan Hasil Pendugaan Model Peluang Kerja Istri di Luar Sektor Perikanan Program dan Hasil Pendugaan Model Ekonomi Rumahtangga Nelayan Tradisional Program dan Hasil Pendugaan Model Peluang Kemiskinan Rumahtangga Nelayan Tradisional vii

21 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mencapai kesejahteraan rakyat dengan mengupayakan adanya pertumbuhan ekonomi. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mewujudkannya adalah melalui pembangunan pertanian. Pembangunan pertanian adalah seluruh upaya untuk memanfaatkan kekayaan sumberdaya alam secara lestari dan berkelanjutan, sumberdaya manusia, modal, serta ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menghasilkan produksi pertanian dan bahan baku primer industri (Garis Besar Haluan Negara, 1993). Salah satu sektor pertanian yang menunjukkan ketangguhannya adalah sektor perikanan yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor perikanan menjadi salah satu sektor andalan karena beberapa alasan antara lain: (1) sumberdaya perikanan, baik ikan, sumberdaya perairan, dan lahan tambak masih cukup melimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal, (2) Produk Domestik Bruto (PDB) sektor perikanan, walaupun masih relatif kecil kontribusinya, akan tetapi menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat dan bahkan peningkatannya tertinggi dibandingkan dengan sektor yang lainnya, (3) permintaan ikan dunia dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan tingginya tingkat pendidikan, sedangkan kemampuan pasok dari negara penghasil ikan dunia semakin berkurang, karena terbatasnya sumberdaya yang dimilikinya, (4) pola hidup masyarakat dunia pada saat ini dicirikan dengan semakin selektifnya makanan yang disajikan dengan memenuhi kriteria gizi yang tinggi,

22 2 mudah disajikan, dan menjangkau masyarakat, dan (5) jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat dan mencapai lebih dari 200 juta orang merupakan pasar yang potensial bagi produk-produk perikanan (Kusumaatmadja, 2000). Peranan sektor perikanan dalam pembangunan dapat dilihat dari tiga hal, yaitu sebagai sumber pertumbuhan ekonomi, sebagai sumber pangan khususnya protein hewani, dan sebagai penyedia lapangan kerja. Sebagai sumber pertumbuhan ekonomi, pembangunan perikanan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan nelayan serta pelaku ekonomi lainnya yang berhubungan dengan kegiatan produksi perikanan, memberikan devisa negara melalui ekspor, memacu pembangunan ekonomi daerah khususnya kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil serta memasok bahan baku industri. Ikan sebagai sumber protein hewani yang diperlukan manusia untuk pertumbuhan sangat penting dalam membentuk sumberdaya manusia yang berkualitas. Keunggulan sektor perikanan juga diharapkan menjadi tumpuan agar dapat menyerap tenaga kerja yang tinggi, karena sifat sektor perikanan yang lebih membutuhkan jumlah tenaga kerja yang besar. Menurut data Statistik Perikanan Tangkap Indonesia Tahun 2004 yang diterbitkan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Tahun 2005, PDB sektor kelautan dan perikanan selama periode tahun meningkat sebesar persen. Kenaikan produk domestik bruto sektor kelautan dan perikanan tersebut juga didukung dengan peningkatan produksi perikanan, dimana pada tahun 2000, produksi perikanan baru mencapai juta ton, akan tetapi pada tahun 2004 telah meningkat menjadi juta ton. Jumlah nelayan

23 3 Indonesia juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2000, nelayan di Indonesia hanya berjumlah juta orang, sedangkan pada tahun 2004 jumlah nelayan di Indonesia telah mencapai juta orang. Salah satu propinsi yang mengembangkan sektor perikanan adalah Propinsi Banten. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Banten, pada tahun 2005 sektor perikanan memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian yaitu sebesar 3.12 persen, dan untuk sektor pertanian sendiri pada tahun 2005 memberikan sumbangan sebesar 2.66 persen terhadap PDRB Propinsi Banten. Ekspor komoditi sektor perikanan memberikan sumbangan yang cukup besar yaitu bernilai US$ 2.10 miliar pada tahun 2004 (DKP, 2005). Selama ini potensi perikanan laut yang berhasil ditangkap dan diproduksi bagi kepentingan perekonomian Banten, berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap Banten Tahun 2004 dari DKP Propinsi Banten Tahun 2005 (Lampiran 1), pembangunan perikanan tangkap Propinsi Banten terbagi menjadi dua sektor, yaitu sektor perikanan laut dan sektor perairan umum. Sektor perikanan laut pada tahun 2004 mempunyai volume produksi sebesar ton lebih tinggi dibandingkan dengan produksi pada sektor perairan umum sebesar ton (Lampiran 2). Nilai produksi yang dihasilkan oleh sektor perikanan laut sebesar Rp ribu, sedangkan sektor perairan umum sebesar Rp ribu (Lampiran 3). Data DKP Propinsi Banten Tahun 2005 menunjukkan bahwa nilai produksi perikanan laut menurut daerah dan kuartal pada tahun 2004, Kabupaten Serang mempunyai nilai produksi sebesar Rp ribu, Kabupaten

24 4 Tangerang sebesar Rp ribu, Kota Cilegon sebesar Rp ribu, Kabupaten Pandeglang sebesar Rp ribu, dan Kabupaten Lebak sebesar Rp ribu (Lampiran 2). Khusus di Kabupaten Serang, mempunyai nilai produksi nomor tiga terbesar dibandingkan dengan daerah lain, salah satunya karena keberadaan dari fasilitas pelabuhan dan pangkalan pendaratan ikan (PPP/PPI) di atas kapasitas jika dibandingkan dengan kabupaten dan kota lainnya di Propinsi Banten yang dikelola oleh DKP Propinsi Banten yang berlokasi di Kecamatan Kasemen, sebagai pusat kegiatan dan transaksi hasil tangkapan ikan (Lampiran 4). Selain itu, menurut data DKP Propinsi Banten Tahun 2005, Kabupaten Serang memiliki 24 desa nelayan yang sebagian besar merupakan desa nelayan tradisional dengan jumlah sumberdaya manusia terbanyak dibandingkan dengan kabupaten dan kota di Propinsi Banten (Lampiran 5). Tabel 1. Produksi Ikan Menurut Tempat Penangkapan/Budidaya di Kabupaten Serang, Tahun 2004 Penangkapan No. Kecamatan Perairan Umum Laut (ton) Sungai (ton) Rawa/Danau (ton) 1. Cinangka Padarincang Ciomas Pabuaran Baros Cikeusal Pamarayan Anyar Bojonegara Pulo Ampel Kasemen Tirtayasa Serang Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang, 2005

25 5 Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa penduduk Kecamatan Kasemen Kabupaten Serang umumnya sebagai nelayan tradisional bermata pencaharian pada sektor perikanan terutama menangkap ikan di laut. Walaupun di Kecamatan Kasemen terdapat fasilitas pelabuhan dan pangkalan pendaratan ikan (PPP/PPI) di atas kapasitas jika dibandingkan dengan kabupaten dan kota lainnya di Propinsi Banten, namun secara umum, nelayan tradisional di Kecamatan Kasemen termasuk dalam kategori miskin. Kondisi yang demikian dapat menimbulkan berbagai kerawanan, seperti kerawanan ekonomi dan kerawanan sosial. Untuk memahami berbagai upaya dalam meningkatkan kesejahteraan rumahtangga nelayan tradisional diperlukan pendekatan yang memperhatikan pola pengambilan keputusan rumahtangga. Pengambilan keputusan rumahtangga secara internal yang dilakukan seperti kegiatan produktif yang dilaksanakan anggota rumahtangga di dalam sektor perikanan dan di luar sektor perikanan, perilaku pengambilan keputusan rumahtangga yang bertindak sebagai produsen dan konsumen, dan keterlibatan anggota rumahtangga nelayan dalam upaya mengurangi kemiskinan yang dipengaruhi oleh faktor internal rumahtangga. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dianggap penting dilakukan penelitian tentang Analisis Perilaku Ekonomi Rumahtangga dan Peluang Kemiskinan Nelayan Tradisional. Penelitian ini memilih kasus rumahtangga nelayan tradisional di Kecamatan Kasemen Kabupaten Serang Propinsi Banten (Lampiran 6).

26 Rumusan Masalah Di sebagian besar negara sedang berkembang, masalah kemiskinan dan pendapatan per kapita yang rendah merupakan salah satu masalah dalam pembangunan ekonami. Berdasarkan berita resmi statistik BPS pada bulan September tahun 2006, jumlah masyarakat miskin Indonesia pada tahun 2006 mencapai juta jiwa (17.75 persen). Permasalahan pokok yang dihadapi sektor perikanan adalah kemiskinan nelayan tradisional. Berdasarkan data BPS Kabupaten Serang tahun 2004, di Kecamatan Kasemen terdapat 233 rumahtangga nelayan (RTP), dimana persen rumahtangga nelayan (RTP) hanya menggunakan perahu dayung (perahu tanpa motor) dan alat jaring yang terbatas jumlahnya, sedangkan selebihnya merupakan rumahtangga nelayan yang menggunakan motor tempel (12.97 persen), dan kapal motor (9.76 persen). Adanya penggunaan teknologi yang sederhana atau bersifat tradisional dalam proses penangkapan ikan di laut yang dilakukan oleh sebagian besar nelayan di Kecamatan Kasemen memiliki kesejahteraan yang minim (Lampiran 7). Dimensi kemiskinan dapat terbentuk dari aspek ekonomi, aspek sumberdaya manusia, lingkungan, dan rumahtangga. Adanya pekerjaan yang tidak tetap yang tergantung musim mengakibatkan pekerjaan nelayan tradisional tidak tetap. Kondisi tersebut mengakibatkan tingkat pendapatannya pada sektor perikanan tidak pasti. Akibatnya, dalam kehidupan sehari-harinya rumahtangga nelayan umumnya mengikutsertakan anggota rumahtangga lainnya seperti istri untuk bekerja dan pada musim paceklik nelayan bekerja pada sektor non perikanan untuk mencari pendapatan tambahan.

27 7 Usaha perikanan yang ditekuni nelayan tradisional sebagian besar masih didominasi usaha berskala kecil, teknologi sederhana, sangat dipengaruhi irama musim, dan hasil-hasil produksinya pun terbatas hanya untuk konsumsi lokal. Nelayan tradisional setempat bekerja sendirian dalam melakukan penangkapan ikan di laut dan tidak menggunakan tenaga kerja sewa dari luar rumahtangga. Keputusan pencurahan waktu kerja oleh anggota rumahtangga baik di dalam maupun di luar sektor perikanan akan mempengaruhi besar kecilnya tingkat pendapatan yang diperoleh rumahtangga. Pendapatan rumahtangga akan mempengaruhi tingkat dan pola konsumsi rumahtangga. Keputusan rumahtangga dalam mencurahkan waktu kerja, pendapatan, dan pengeluaran merupakan perilaku ekonomi rumahtangga. Adanya faktor musim, keterbatasan usaha nelayan tradisional, dan internal rumahtangga dapat berpengaruh terhadap penurunan hasil tangkapan ikan (produksi). Hal ini mengakibatkan pendapatan rumahtangga nelayan relatif rendah sehingga rumahtangga nelayan tradisional sulit untuk memenuhi kebutuhan rumahtangganya. Kondisi tersebut menyebabkan rumahtangga nelayan berpeluang untuk miskin. Secara terperinci, permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh rumahtangga nelayan tradisional adalah: 1. Ketidakpastian musim yang menyebabkan ketidakpastian pendapatan di dalam sektor perikanan menuntut pekerjaan lain di luar sektor perikanan dan alokasi istri (anggota rumahtangga) untuk bekerja. 2. Keterbatasan usaha perikanan dan internal rumahtangga nelayan tradisional merupakan corak perilaku ekonomi rumahtangga nelayan

28 8 tradisional. 3. Ketidakmampuan ekonomi rumahtangga nelayan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari akan mendorong terjadinya peluang kemiskinan Tujuan dan Kegunaan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peluang kerja suami dan istri pada rumahtangga nelayan tradisional di luar sektor perikanan. 2. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku ekonomi rumahtangga nelayan tradisional seperti keputusan rumahtangga dalam pencurahan waktu kerja, pendapatan, dan pengeluaran. 3. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peluang kemiskinan dalam rumahtangga nelayan tradisional. Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan peluang kerja suami dan istri di luar sektor perikanan, perilaku setiap variabel yang berpengaruh terhadap produksi, curahan waktu kerja, pendapatan, dan pengeluaran. Selain itu, hasil studi diharapkan dapat memberikan informasi berkaitan dengan peluang kemiskinan rumahtangga nelayan tradisional. Informasi ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan sektor perikanan untuk mengentaskan kemiskinan rumahtangga nelayan tradisional.

29 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Ruang lingkup dan keterbatasan penelitian ekonomi rumahtangga nelayan tradisional adalah: 1. Penelitian ini dilakukan pada rumahtangga nelayan tradisional yang menggunakan perahu dayung. 2. Aspek yang dianalisis dalam penelitian ini adalah: (1) peluang kerja suami dan istri di luar sektor perikanan, (2) produksi nelayan, curahan waktu kerja rumahtangga, pendapatan, dan pengeluaran rumahtangga nelayan tradisional, dan (3) peluang kemiskinan rumahtangga nelayan tradisional. 3. Anggota rumahtangga yang dianalisis adalah suami dan istri. 4. Curahan waktu kerja anggota rumahtangga yang dianalisis adalah waktu untuk bekerja produktif di pasar kerja (market production time), yaitu waktu yang digunakan untuk mencari nafkah (income earning market production). Penelitian ini tidak menganalisis curahan waktu luang atau kegiatan non ekonomi (misalnya kegiatan sosial dan lain-lain). 5. Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari dua musim penangkapan, yakni musim paceklik dan musim panen. Data musiman yang diperoleh diambil dalam satu bulan yang mewakili satu musim.

30 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peluang Kerja Anggota Rumahtangga Bekerja diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan dengan maksud untuk memperoleh pendapatan. Bekerja dianggap sebagai bagian yang terpenting dalam kehidupan manusia karena dengan bekerja seseorang akan mempunyai daya beli. Bekerja juga berfungsi sebagai status sosial dalam hidup bermasyarakat. Kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan formal dirasakan oleh sebagian besar penduduk masih sangat terbatas. Kurang dari setengah penduduk daerah kota dan hanya sepertiga penduduk daerah pedesaan yang menilai bahwa peluang bekerja di sektor formal tetap baik (BPS, 1999). Peluang kerja merupakan kesempatan bagi seseorang untuk memperoleh pekerjaan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup pokok yaitu berusaha untuk memperbaiki tingkat pendapatan, sandang, pangan, perumahan, pendidikan maupun kesehatan. Hal tersebut dilakukan untuk membina kesejahteraan rumahtangganya agar lebih baik dari keadaan sebelumnya (Yuwono, 2000). Sawit et. al, (1986) menemukan bahwa banyak penduduk yang mencurahkan waktunya untuk bekerja lebih dari satu jenis pekerjaan. Hal ini disebabkan oleh hasil dari pekerjaan utama di sektor pertanian belum mencukupi biaya seluruh kebutuhan rumahtangga terutama bagi golongan miskin yang tidak menguasai sumberdaya selain tenaga kerja. Sitorus (1994) juga menemukan bahwa seluruh kasus rumahtangga miskin menerapkan strategi sumber nafkah ganda. Artinya rumahtangga tidak hanya mengandalkan hidup pada satu jenis pekerjaan saja. Di desa pantai, nelayan menyadari bahwa perekonomian

31 11 rumahtangga mereka sangat ditentukan oleh keadaan cuaca. Untuk itu, rumahtangga mencari sumber pendapatan lain yang dapat menambah penghasilan rumahtangga mereka. Kasryno (1984) mendapatkan bahwa pekerja di pedesaan sering melakukan pekerjaan lebih dari satu bahkan melakukan pekerjaan yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Siregar et. al, (1995) juga mendapatkan bahwa khusus untuk kawasan pantai yang telah padat, perlu dicari usaha lain (secara terpadu). Usaha tersebut seperti pengembangan sektor non perikanan guna mengalihkan mereka untuk menjauhi ketergantungan mereka dari sumberdaya laut guna menjaga keberlanjutan sumberdaya tersebut. Pada agroekosistem pantai, aktivitas non perikanan yang berkembang masih merupakan rangkaian usaha perikanan yang umumnya masih dapat digolongkan sebagai industri pengolahan hasil perikanan (agroindustri) skala kecil atau rumahtangga berupa pembuatan ikan asin, terasi atau ikan panggang serta pindang. Untuk bidang jasa atau berdagang umumnya masih terbatas berdagang hasil perikanan atau kebutuhan pokok yang sangat terbatas jenis dan volumenya (Indraningsih et. al, 1995). Peranan setiap anggota rumahtangga dalam meningkatkan pendapatan rumahtangga dapat dilihat dari kontribusi kerja. Kontribusi kerja terhadap pendapatan diperoleh berturut-turut dari yang tertinggi disumbangkan oleh suami, istri, anak laki-laki, dan anak perempuan (Mangkuprawira, 1985). Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam peran, fungsi, hak, tanggungjawab, dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai sosial, budaya, dan adat istiadat (Handayani dan Sugiarti, 2001). Pola pengambilan keputusan dalam

32 12 rumahtangga tradisional umumnya adalah bahwa suami mengambil keputusan tentang pencarian nafkah dan istri memutuskan pada kegiatan rumahtangga (Deacon dan Firebaugh, 1981 dalam Tombokan, 2001). Bagi perempuan, pekerjaan yang menghasilkan pendapatan di bidang usaha memerlukan modal, keberanian, dan pengetahuan. Hal ini sangat minim dimiliki oleh perempuan nelayan sehingga peluang berusaha tersebut menjadi terbatas. Sedangkan di bidang pekerjaan baik sebagai buruh maupun pekerjaan lainnya juga memerlukan keterampilan dimana bagi perempuan nelayan keterampilan yang dimiliki juga terbatas sehingga peluang bekerja juga menjadi terbatas (Simanullang, 2006). Di Desa Muncar Kabupaten Banyuwangi, istri nelayan sebagai golongan kecil dengan pendidikan rendah ternyata produktif dalam mencari nafkah karena tuntutan keluarga. Di samping itu, usaha produktif dari perempuan nelayan tersebut jika didayagunakan secara maksimal maka tidak mustahil pada masa yang akan datang menjadi penggerak bagi rumahtangga nelayan (Simanullang, 2006). Perbedaan peranan dalam keluarga disebabkan oleh faktor biologis dan juga disebabkan oleh faktor perbedaan sosial budaya, lingkungan keluarga, siapa yang meraja dalam sistem (matriarchal vs patriarchal), siapa yang mengasuh dan mendidik anak, serta siapa yang mencari nafkah (Hutajulu, 1985 dalam Rinaldi, 1999). Susanto (1997) dalam Rinaldi (1999) menunjukkan bahwa salah satu faktor yang memungkinkan wanita masa kini dapat memainkan peranan gandanya adalah peningkatan pendidikan kaum wanita, menurunnya jumlah anak yang dimiliki, dan adanya dukungan keluarga dalam pengembangan karir.

33 13 Aryani (1994) mendapatkan bahwa semakin baik kondisi ekonomi rumahtangga maka semakin besar sumbangan dari hasil kegiatan melaut terhadap total penerimaan rumahtangga, sebaliknya sumbangan curahan tenaga kerja rumahtangga intensitasnya terlihat dari tingkat partisipasi dan tingkat waktu kerja. Berdasarkan kondisi ekonomi rumahtangganya, semakin baik kondisi ekonomi rumahtangga semakin tinggi partisipasi kerja istri dan anggota rumahtangga, sedangkan partisipasi kerja suami semakin menurun. Prasodjo (1993) menyimpulkan bahwa faktor musim mempengaruhi keragaan pola kerja antara pria dan wanita dalam rumahtangga dengan tahapan ekspansi demografi yang berbeda-beda, dimana peran produktif pria di dua komunitas meningkat sedangkan pengalokasian tenaga kerja wanita pada rumahtangga nelayan kurang optimal karena terdapat waktu luang yang besar. Dengan kata lain, tenaga kerja rumahtangga responsif terhadap perubahan musim tersebut dengan meningkatkan pola nafkah ganda. Kishor dan Gupta (1999) mengadakan penelitian mengenai peranan wanita pedesaan dalam proses pengambilan keputusan di sektor pertanian di Kota Kairabad dan Desa Sitapur, India. Pengambilan keputusan dianalisis dengan tiga skala yaitu konsultasi, pertimbangan opini, dan langsung dalam pengambilan keputusan akhir. Hasil penelitian tersebut menunjukkan 28 persen wanita terlibat langsung dalam pengambilan keputusan akhir, seperti penyimpanan hasil-hasil pertanian, jual beli tanah dan ternak serta pemasaran hasil-hasil pertanian. Tingkat partisipasi wanita dalam pengambilan keputusan dipengaruhi oleh umur, tingkat pendidikan, jumlah keluarga, modal, kepemilikan lahan, dan status sosial ekonomi.

34 Ekonomi Rumahtangga Nelayan Rumahtangga nelayan menghadapi persoalan kompleks dalam hubungannya dengan produksi, konsumsi, dan alokasi tenaga kerja. Hal ini menyebabkan analisis yang hanya melihat dari satu sisi untuk melihat tingkah laku ekonomi mereka sangatlah lemah. Sawit dan O'Brein (1995) mencoba menggabungkan hal tersebut, atas landasan teori ekonomi rumahtangga kemudian diturunkan berbagai fungsi respons yaitu suplai tenaga kerja, suplai output, dan konsumsi rumahtangga. Variabel harga input atau output diperlakukan sebagai exogeneous yang mempengaruhi pendapatan, konsumsi, dan alokasi tenaga kerja rumahtangga. Model ekonomi rumahtangga memandang rumahtangga sebagai pengambil keputusan dalam kegiatan produksi dan konsumsi serta hubungannya dengan alokasi waktu dan pendapatan rumahtangga yang dianalisis secara simultan. Ada dua proses perilaku rumahtangga yaitu: (1) proses produksi rumahtangga, dan (2) proses konsumsi rumahtangga yang merupakan pemilihan terhadap barang-barang yang dikonsumsi (Becker, 1981). Barnum dan Squire (1979) menggunakan model ekonometrika dalam mengkaitkan perilaku produk usahatani, konsumsi, dan suplai tenaga kerja pada situasi pasar tenaga kerja bersaing dengan menggunakan data cross section di Malaysia. Temuan penting dalam penelitian ini adalah adanya saling keterkaitan yang erat antara produksi dan keputusan konsumsi dalam rumahtangga petani. Wilayah laut yang luas menyebabkan banyak kegiatan ekonomi penduduk khususnya mereka yang bermukim di wilayah pantai yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan sumberdaya laut dalam memenuhi kehidupannya.

35 15 Kegiatan perekonomian di desa-desa pantai pada umumnya bersifat usaha kecil dan sangat terbatas, kemungkinan untuk bisa mengambil dan menciptakan manfaat ekonomi seperti yang dilakukan atau dinikmati oleh usaha yang berskala besar tidak mungkin. Ciri-ciri lain dari kegiatan usaha atau perekonomian di desadesa pantai adalah kenyataan mengenai pengaruh musim yang kuat. Sifat usaha musiman dan skala usaha yang kecil menyebabkan nelayan tidak mempunyai kemampuan untuk mengontrol baik produksi maupun harga dari produksi yang dihasilkan (Simanullang, 2006). Nelayan tradisional merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi sosial nelayan yang dicirikan oleh sikap mental yang tidak mudah menerima inovasi teknologi baru, pemilikan aset produktif yang sangat minimal, pendapatan relatif rendah, dan miskin, umumnya hanya memiliki perahu tanpa motor dengan alat tangkap yang sederhana atau hanya memiliki modal tenaga kerja. Istilah tersebut digunakan untuk membedakan antara nelayan tradisional dengan nelayan modern (Muhammad, 2002). Hasil penelitian Boer (1984) menyimpulkan bahwa nelayan tradisional merupakan lapisan sosial paling bawah di desa nelayan. Indraningsih et. al, (1995) mengadakan studi mengenai identifikasi kemiskinan di Jawa Timur dengan menggunakan model rumahtangga nelayan di agroekosistem pantai mengatakan bahwa indikator kemiskinan rumahtangga yang digunakan: (1) penguasaan aset produksi nelayan, yakni berdasarkan pemilikan alat tangkap. Hasil tangkapan ikan dipengaruhi oleh cuaca dan teknologi peralatan tangkap yang digunakan, (2) pola pengeluaran rumahtangga, dimana pendapatan suatu rumahtangga dapat diproksi dari tingkat pengeluaran rumahtangga baik

36 16 pangan maupun non pangan. Pangsa pengeluaran penduduk miskin pada agroekosistem pantai untuk pangan relatif lebih besar dibanding non pangan yakni sebesar 66 persen dari pengeluarannya, (3) sumber pendapatan, dimana perolehan sumber pendapatan rumahtangga nelayan pada agro ekosistem pantai adalah dari hasil tangkapan ikan atau usaha di dalam perikanan (sekitar 60 persen) dan usaha non perikanan (sekitar 23 persen). Gambaran ini menunjukkan bahwa usaha penangkapan ikan sebagai sumber pendapatan rumahtangga tampaknya belum disubstitusi secara berarti oleh sumber pendapatan lain termasuk usaha non perikanan, dan (4) aktivitas perikanan dan non perikanan, dimana nelayan di agroekosistem pantai masih sangat bergantung pada aktivitas sektor perikanan karena tingkat pendidikan yang rendah, keterampilan yang sangat terbatas serta tidak adanya penguasaan modal menyebabkan diversifikasi usaha sulit dilakukan rumahtangga nelayan. Kemampuan nelayan untuk memperluas jaringan interaksi sosial juga sangat terbatas karena sebagian besar waktu tersita untuk melaut. Untuk agroekosistem pantai, kegiatan anggota rumahtangga terutama istri nelayan dapat dikonsentrasikan pada kegiatan industri rumahtangga namun tetap dengan memanfaatkan bahan baku dari produk perikanan setempat. Mangkuprawira (1985) menggunakan model ekonomi rumahtangga dalam disertasinya, yakni mengkaji alokasi waktu dan kontribusi kerja anggota keluarga dalam kegiatan ekonomi rumahtangga di Kabupaten Sukabumi yang melihat perilaku pembagian kerja antara anggota rumahtangga beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dan melihat perilaku rumahtangga dalam memanfaatkan kesempatan ekonomi yang ada. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan

37 17 bahwa faktor yang mempengaruhi alokasi waktu suami dan istri bekerja yaitu imbalan kerja, pendapatan rumahtangga serta jumlah anggota rumahtangga (usia kerja dan bukan usia kerja). Sedangkan respon penawaran tenaga kerja suami dan istri terhadap imbalan kerja bertanda positif. Ada kecenderungan semakin rendah lapisan ekonomi rumahtangga maka semakin tinggi respon suami dan istri dalam mencari nafkah. Aryani (1994) meneliti tentang analisis curahan kerja dan kontribusi penerimaan keluarga nelayan dalam kegiatan ekonomi di Desa Pasir Baru, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi yang menyatakan bahwa semakin baik kondisi ekonomi rumahtangga maka semakin besar sumbangan dari hasil kegiatan melaut terhadap total penerimaan rumahtangga, sebaliknya sumbangan dari kegiatan non melaut semakin besar pada rumahtangga yang tidak memiliki aset. Curahan tenaga kerja rumahtangga terlihat dari tingkat partisipasi dan waktu kerja. Berdasarkan kondisi ekonomi rumahtangga, semakin baik kondisi ekonomi rumahtangga, maka semakin tinggi partisipasi kerja istri dan anggota rumahtangga sedangkan partisipasi kerja suami menurun. Berdasarkan studi model ekonomi rumahtangga nelayan terdahulu, maka yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah perbedaan dalam unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu rumahtangga nelayan pemilik perahu dayung sebagai nelayan tradisional yang dianggap merupakan lapisan masyarakat yang paling miskin, karena nelayan pemilik perahu dayung adalah lapisan bawah dalam kelompok nelayan yang memiliki alat tangkap dan perahu. Penelitian ini menganalisis peluang kerja suami dan istri dalam rumahtangga nelayan tradisional, ekonomi rumahtangga nelayan

38 18 seperti alokasi waktu, pendapatan, pengeluaran rumahtangga, dan peluang kemiskinan rumahtangga nelayan tradisional Kemiskinan Kemiskinan adalah situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si miskin, melainkan karena keadaan yang tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. Kemiskinan ditandai dengan sikap dan tingkah laku yang mencerminkan keadaan yang seakan-akan tidak dapat diubah yang tercermin dalam lemahnya kemauan untuk maju, rendahnya kualitas sumberdaya manusia, lemahnya nilai tukar hasil produksi, rendahnya produktivitas, terbatasnya modal yang dimiliki, rendahnya pendapatan, dan terbatasnya kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2004). Todaro (1994) menyatakan bahwa pada dasarnya konsep kemiskinan dikaitkan dengan perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan untuk hidup layak. Bila pendapatan tidak dapat memenuhi kebutuhan minimum, maka orang dapat dikatakan miskin. Jadi tingkat pendapatan minimum merupakan pembatas antara keadaan miskin dan tidak miskin, atau sering disebut sebagai garis batas kemiskinan. Konsep ini sering disebut dengan kemiskinan absolut, yang dimaksudkan untuk menentukan tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik seperti makan, pakaian, dan perumahan guna menjamin kelangsungan hidup. Suparlan (2000) mendefinisikan bahwa kemiskinan adalah keadaan serba kekurangan harta dan benda berharga yang diderita oleh seseorang atau

ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN NELAYAN TRADISIONAL

ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN NELAYAN TRADISIONAL ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN NELAYAN TRADISIONAL (Studi Kasus: Rumahtangga Nelayan Tradisional Di Kecamatan Kasemen Kabupaten Serang Propinsi Banten) RANTHY PANCASASTI SEKOLAH

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN NELAYAN TRADISIONAL

ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN NELAYAN TRADISIONAL ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN NELAYAN TRADISIONAL (Studi Kasus: Rumahtangga Nelayan Tradisional Di Kecamatan Kasemen Kabupaten Serang Propinsi Banten) RANTHY PANCASASTI SEKOLAH

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI, PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN ENDANG SARI SIMANULLANG

ANALISIS MODEL PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI, PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN ENDANG SARI SIMANULLANG ANALISIS MODEL PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI, PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN (Studi Kasus : Rumahtangga Nelayan Tradisional di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Propinsi Sumatera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam perekonomian Indonesia karena beberapa alasan antara lain: (1) sumberdaya perikanan, sumberdaya perairan

Lebih terperinci

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan ekonomi adalah peningkatan pendapatan nasional dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dikembangkan dan dikelola sumberdaya

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT ANNA FITRIANI

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT ANNA FITRIANI ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT ANNA FITRIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA LIRA MAI LENA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2 0 0 7 ABSTRAK Lira Mai Lena. Dampak Kebijakan Moneter terhadap Kinerja Sektor

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA DI INDONESIA

SURAT PERNYATAAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA DI INDONESIA SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul: STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA LIRA MAI LENA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2 0 0 7 ABSTRAK Lira Mai Lena. Dampak Kebijakan Moneter terhadap Kinerja Sektor

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA INDUSTRI KECIL KERUPUK DI KABUPATEN DEMAK: STUDI KASUS DESA NGALURAN DAN DESA KARANGASEM. Oleh: BUDI SULISTYO

ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA INDUSTRI KECIL KERUPUK DI KABUPATEN DEMAK: STUDI KASUS DESA NGALURAN DAN DESA KARANGASEM. Oleh: BUDI SULISTYO ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA INDUSTRI KECIL KERUPUK DI KABUPATEN DEMAK: STUDI KASUS DESA NGALURAN DAN DESA KARANGASEM Oleh: BUDI SULISTYO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRACT

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN Rumahtangga adalah basis unit kegiatan produksi dan konsumsi dimana anggota rumahtangga merupakan sumberdaya manusia

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

ANALISIS PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU UTARA: PENDEKATAN MULTISEKTORAL MUHAMMAD ZAIS M. SAMIUN

ANALISIS PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU UTARA: PENDEKATAN MULTISEKTORAL MUHAMMAD ZAIS M. SAMIUN ANALISIS PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU UTARA: PENDEKATAN MULTISEKTORAL MUHAMMAD ZAIS M. SAMIUN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ii ABSTRACT MUHAMMAD ZAIS M. SAMIUN. Analysis of Northern

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Model Peluang Kerja Suami dan Istri di luar Sektor Perikanan Secara teoritis, setiap anggota rumahtangga akan mencurahkan waktunya pada pekerjaan tertentu. Hal tersebut dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK SUMBER MODAL TERHADAP PRODUKSI DAN KEUNTUNGAN USAHA TAMBAK UDANG DI KECAMATAN MUARA BADAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA HANDAYANI BOA

ANALISIS DAMPAK SUMBER MODAL TERHADAP PRODUKSI DAN KEUNTUNGAN USAHA TAMBAK UDANG DI KECAMATAN MUARA BADAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA HANDAYANI BOA ANALISIS DAMPAK SUMBER MODAL TERHADAP PRODUKSI DAN KEUNTUNGAN USAHA TAMBAK UDANG DI KECAMATAN MUARA BADAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA HANDAYANI BOA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING. Oleh: BEDY SUDJARMOKO

ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING. Oleh: BEDY SUDJARMOKO ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING Oleh: BEDY SUDJARMOKO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK BEDY SUDJARMOKO. Analisis Efisiensi

Lebih terperinci

PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR

PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR Oleh: MARIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

ANALISIS PANGSA PASAR DAN TATANIAGA KOPI ARABIKA DI KABUPATEN TANA TORAJA DAN ENREKANG, SULAWESI SELATAN IMA AISYAH SALLATU

ANALISIS PANGSA PASAR DAN TATANIAGA KOPI ARABIKA DI KABUPATEN TANA TORAJA DAN ENREKANG, SULAWESI SELATAN IMA AISYAH SALLATU ANALISIS PANGSA PASAR DAN TATANIAGA KOPI ARABIKA DI KABUPATEN TANA TORAJA DAN ENREKANG, SULAWESI SELATAN IMA AISYAH SALLATU SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELAKU USAHA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERIZINAN PADA PUSAT PERIZINAN DAN INVESTASI KEMENTERIAN PERTANIAN

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELAKU USAHA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERIZINAN PADA PUSAT PERIZINAN DAN INVESTASI KEMENTERIAN PERTANIAN ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELAKU USAHA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERIZINAN PADA PUSAT PERIZINAN DAN INVESTASI KEMENTERIAN PERTANIAN Oleh : Dewi Maditya Wiyanti PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID

PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : PEMODELAN STOK GABAH/BERAS

Lebih terperinci

DAMPAK INVESTASI TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN: STUDI KOMPARASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DI JAWA TIMUR

DAMPAK INVESTASI TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN: STUDI KOMPARASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DI JAWA TIMUR DAMPAK INVESTASI TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN: STUDI KOMPARASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DI JAWA TIMUR HERNY KARTIKA WATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian

Lebih terperinci

KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR PUBLIK : MEMBANDINGKAN KINERJA RASIO KEUANGAN DENGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) Oleh : Ahmad Susanto

KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR PUBLIK : MEMBANDINGKAN KINERJA RASIO KEUANGAN DENGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) Oleh : Ahmad Susanto KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR PUBLIK 2007-2008: MEMBANDINGKAN KINERJA RASIO KEUANGAN DENGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) Oleh : Ahmad Susanto PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCA SARJANA

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL SEKOLAH PASCSARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TRADISIONAL

ANALISIS KETERKAITAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TRADISIONAL ANALISIS KETERKAITAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TRADISIONAL (Studi Kasus Kelurahan Pulau Panggang, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Propinsi DKI Jakarta)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan (Archipelagic state) terbesar di dunia. Jumlah Pulaunya mencapai 17.506 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Kurang lebih 60%

Lebih terperinci

Hak cipta milik IPB, tahun 2009

Hak cipta milik IPB, tahun 2009 Hak cipta dilindungi Undang-Undang Hak cipta milik IPB, tahun 2009 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan meyebutkan sumber : a. Pengutipan hanya unuk kepentingan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI SUMBERDAYA PERIKANAN DI PERAIRAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS EKA SUPRIANI

KAJIAN EKONOMI SUMBERDAYA PERIKANAN DI PERAIRAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS EKA SUPRIANI KAJIAN EKONOMI SUMBERDAYA PERIKANAN DI PERAIRAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS EKA SUPRIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan 81.000 km panjang garis pantai, memiliki potensi beragam sumberdaya pesisir dan laut yang

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG Aladin Nasution*) Abstrak Secara umum tingkat pendapatan dapat mempengaruhi pola konsumsi suatu rumah

Lebih terperinci

KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM REFORMASI PERPAJAKAN : KUALITAS PELAYANAN DAN MANAJEMEN ORGANISASI SAKLI ANGGORO

KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM REFORMASI PERPAJAKAN : KUALITAS PELAYANAN DAN MANAJEMEN ORGANISASI SAKLI ANGGORO KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM REFORMASI PERPAJAKAN : KUALITAS PELAYANAN DAN MANAJEMEN ORGANISASI SAKLI ANGGORO SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM

Lebih terperinci

PERENCANAAN OPTIMALISASI JASA ANGKUTAN PERUM BULOG

PERENCANAAN OPTIMALISASI JASA ANGKUTAN PERUM BULOG PERENCANAAN OPTIMALISASI JASA ANGKUTAN PERUM BULOG (Studi Kasus Pada Unit Bisnis Jasa Angkutan Divisi Regional Sulawesi Selatan) Oleh : Retnaning Adisiwi PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

DAMPAK PENYERAPAN TENAGA KERJA LOKAL PADA PROYEK LIQUIFIED NATURAL GAS

DAMPAK PENYERAPAN TENAGA KERJA LOKAL PADA PROYEK LIQUIFIED NATURAL GAS DAMPAK PENYERAPAN TENAGA KERJA LOKAL PADA PROYEK LIQUIFIED NATURAL GAS TANGGUH TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PENDUDUK DESA DI KAWASAN TELUK BINTUNI PROVINSI PAPUA BARAT Oleh: DEASI MAYAWATI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

ANALISA KEPUASAN PENGELOLA DAN PENGGUNA LAYANAN PERTANAHAN DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT

ANALISA KEPUASAN PENGELOLA DAN PENGGUNA LAYANAN PERTANAHAN DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT ANALISA KEPUASAN PENGELOLA DAN PENGGUNA LAYANAN PERTANAHAN DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT PADA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Oleh : DENI PRASETYO PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DENGAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DI KECAMATAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS

ANALISIS PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DENGAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DI KECAMATAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS ANALISIS PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DENGAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DI KECAMATAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS SYARIF IWAN TARUNA ALKADRIE SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN PELAYANAN PENDAFTARAN TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

ANALISIS KEPUASAN PELAYANAN PENDAFTARAN TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KOTA JAMBI PROVINSI JAMBI ANALISIS KEPUASAN PELAYANAN PENDAFTARAN TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KOTA JAMBI PROVINSI JAMBI Oleh : TETET SUTADI PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kelautan dengan kekayaan laut maritim yang sangat melimpah, negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai yang terpanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR ANALISIS PERAN GENDER DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN LAUT (STUDI KASUS DI KECAMATAN PANAI HILIR KABUPATEN LABUHANBATU PROPINSI SUMATERA UTARA) MAILINA HARAHAP SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI. Oleh YORI AKMAL A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI. Oleh YORI AKMAL A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI Oleh YORI AKMAL A14302024 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

EVALUASI IMPLEMENTASI E-GOVERNMENT PADA LAYANAN PERIZINAN DI KEMENTERIAN PERTANIAN RI

EVALUASI IMPLEMENTASI E-GOVERNMENT PADA LAYANAN PERIZINAN DI KEMENTERIAN PERTANIAN RI EVALUASI IMPLEMENTASI E-GOVERNMENT PADA LAYANAN PERIZINAN DI KEMENTERIAN PERTANIAN RI Oleh : Ongki Wiratno PROGRAM STUDI MAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 @ Hak cipta

Lebih terperinci

' - L...LL..C..,III...

' - L...LL..C..,III... -..- ---.. - -' - L...LL..C..,III... I., DAMPAK USAHA PERIKANAN iau I I tnn&uar rtntnumurnlnn WILAYAH ItEGAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP Oleh SASONGKO NRP : 83138 FAKULTAS PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

' - L...LL..C..,III...

' - L...LL..C..,III... -..- ---.. - -' - L...LL..C..,III... I., DAMPAK USAHA PERIKANAN iau I I tnn&uar rtntnumurnlnn WILAYAH ItEGAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP Oleh SASONGKO NRP : 83138 FAKULTAS PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL (Studi Kasus Di Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur) KATARINA RAMBU BABANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRACT

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIK PENGEMBANGAN KOMODITI UNGGULAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN ACEH TIMUR. Oleh: Salman Darajat

RENCANA STRATEGIK PENGEMBANGAN KOMODITI UNGGULAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN ACEH TIMUR. Oleh: Salman Darajat RENCANA STRATEGIK PENGEMBANGAN KOMODITI UNGGULAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN ACEH TIMUR Oleh: Salman Darajat PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Lebih terperinci

KETERKAITAN NILAI TUKAR RUPIAH DENGAN INDEKS SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA. Oleh : Venny Syahmer

KETERKAITAN NILAI TUKAR RUPIAH DENGAN INDEKS SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA. Oleh : Venny Syahmer KETERKAITAN NILAI TUKAR RUPIAH DENGAN INDEKS SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA Oleh : Venny Syahmer PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 SURAT PERNYATAAN Saya

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN DI DEPARTMENT STORE SELAMAT CIANJUR. Oleh : Suci Istiqlaal

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN DI DEPARTMENT STORE SELAMAT CIANJUR. Oleh : Suci Istiqlaal ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN DI DEPARTMENT STORE SELAMAT CIANJUR Oleh : Suci Istiqlaal PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ANALISIS KEPUASAN

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA

SEKOLAH PASCASARJANA ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH TERHADAP LINGKUNGAN DI KABUPATEN TANGERANG Oleh: Sri Martini PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 ANALISIS DAMPAK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEDIAAN DAN PIUTANG USAHA DALAM MANAJEMEN MODAL KERJA DAN DAMPAKNYA TERHADAP PROFITABILITAS (STUDI KASUS PT. XYZ INDONESIA) Oleh :

ANALISIS PERSEDIAAN DAN PIUTANG USAHA DALAM MANAJEMEN MODAL KERJA DAN DAMPAKNYA TERHADAP PROFITABILITAS (STUDI KASUS PT. XYZ INDONESIA) Oleh : ANALISIS PERSEDIAAN DAN PIUTANG USAHA DALAM MANAJEMEN MODAL KERJA DAN DAMPAKNYA TERHADAP PROFITABILITAS (STUDI KASUS PT. XYZ INDONESIA) Oleh : Sapta Juliansyah PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH TUGAS AKHIR TKP 481 Oleh : ASTRID EKANINGDYAH L2D000400 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DENGAN PEMASARAN KERUPUK IKAN HASIL HOME INDUSTRY PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN NELAYAN DI KABUPATEN TUBAN

HUBUNGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DENGAN PEMASARAN KERUPUK IKAN HASIL HOME INDUSTRY PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN NELAYAN DI KABUPATEN TUBAN HUBUNGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DENGAN PEMASARAN KERUPUK IKAN HASIL HOME INDUSTRY PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN NELAYAN DI KABUPATEN TUBAN NONO SAMPONO SEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KELAUTAN

Lebih terperinci

PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI DALAM PASAR PERSAINGAN TIDAK SEMPURNA DI BEBERAPA PROVINSI DI INDONESIA. Oleh: NUNUNG KUSNADI

PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI DALAM PASAR PERSAINGAN TIDAK SEMPURNA DI BEBERAPA PROVINSI DI INDONESIA. Oleh: NUNUNG KUSNADI 1 PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI DALAM PASAR PERSAINGAN TIDAK SEMPURNA DI BEBERAPA PROVINSI DI INDONESIA Oleh: NUNUNG KUSNADI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 2 ABSTRAK NUNUNG KUSNADI.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu pulau. Kenyataan ini memungkinkan timbulnya struktur kehidupan perairan yang memunculkan

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN WULANING DIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM PEMASARAN DAN KETERPADUAN PASAR IKAN LAUT SEGAR DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN BAJOMULYO - JUWANA KABUPATEN PATI. Oleh : Hendi Koeshandoko

KAJIAN SISTEM PEMASARAN DAN KETERPADUAN PASAR IKAN LAUT SEGAR DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN BAJOMULYO - JUWANA KABUPATEN PATI. Oleh : Hendi Koeshandoko KAJIAN SISTEM PEMASARAN DAN KETERPADUAN PASAR IKAN LAUT SEGAR DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN BAJOMULYO - JUWANA KABUPATEN PATI Oleh : Hendi Koeshandoko PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS SEKOLAH

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Becker (1965), mengembangkan teori yang mempelajari tentang perilaku rumahtangga (household behavior). Teori tersebut memandang rumahtangga sebagai pengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia. Indonesia

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA LELE DI DAERAH PARUNG KABUPATEN BOGOR. Oleh: Novie Fajar Ismanto

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA LELE DI DAERAH PARUNG KABUPATEN BOGOR. Oleh: Novie Fajar Ismanto STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA LELE DI DAERAH PARUNG KABUPATEN BOGOR Oleh: Novie Fajar Ismanto PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 STRATEGI PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat dinyatakan bahwa perekonomian Indonesia pada tahun 1997 telah mengalami kontraksi dari tahun sebelumnya,

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi sektor perikanan Indonesia cukup besar. Indonesia memiliki perairan laut seluas 5,8 juta km 2 (perairan nusantara dan teritorial 3,1 juta km 2, perairan ZEE

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK PENAMBANGAN PASIR LAUT TERHADAP PERIKANAN RAJUNGAN DI KECAMATAN TIRTAYASA KABUPATEN SERANG DJUMADI PARLUHUTAN P.

ANALISIS DAMPAK PENAMBANGAN PASIR LAUT TERHADAP PERIKANAN RAJUNGAN DI KECAMATAN TIRTAYASA KABUPATEN SERANG DJUMADI PARLUHUTAN P. ANALISIS DAMPAK PENAMBANGAN PASIR LAUT TERHADAP PERIKANAN RAJUNGAN DI KECAMATAN TIRTAYASA KABUPATEN SERANG DJUMADI PARLUHUTAN P. SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

KETIMPANGAN DAN PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI KAWASAN BARAT INDONESIA (KBI) OLEH RINDANG BANGUN PRASETYO H

KETIMPANGAN DAN PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI KAWASAN BARAT INDONESIA (KBI) OLEH RINDANG BANGUN PRASETYO H KETIMPANGAN DAN PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI KAWASAN BARAT INDONESIA (KBI) OLEH RINDANG BANGUN PRASETYO H14084020 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR i ANALISIS MANAJEMEN KEUANGAN, TEKANAN EKONOMI, STRATEGI KOPING DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA NELAYAN DI DESA CIKAHURIPAN, KECAMATAN CISOLOK, KABUPATEN SUKABUMI HIDAYAT SYARIFUDDIN DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PROGRAM PELATIHAN BIDANG MANAJERIAL BAGI KARYAWAN PT GRAND TEXTILE INDUSTRY BANDUNG. Oleh : Janjan Nurjanah

EFEKTIVITAS PROGRAM PELATIHAN BIDANG MANAJERIAL BAGI KARYAWAN PT GRAND TEXTILE INDUSTRY BANDUNG. Oleh : Janjan Nurjanah EFEKTIVITAS PROGRAM PELATIHAN BIDANG MANAJERIAL BAGI KARYAWAN PT GRAND TEXTILE INDUSTRY BANDUNG Oleh : Janjan Nurjanah PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA 1 PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOLEKTIBILITAS KREDIT DEBITUR PADA CABANG AREA II JAKARTA - PT BANK XYZ TBK. Oleh : Arlan Adrianda

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOLEKTIBILITAS KREDIT DEBITUR PADA CABANG AREA II JAKARTA - PT BANK XYZ TBK. Oleh : Arlan Adrianda ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOLEKTIBILITAS KREDIT DEBITUR PADA CABANG AREA II JAKARTA - PT BANK XYZ TBK Oleh : Arlan Adrianda PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

KAJIAN REHABILITASI SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR PASCA TSUNAMI DI KECAMATAN PULO ACEH KABUPATEN ACEH BESAR M.

KAJIAN REHABILITASI SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR PASCA TSUNAMI DI KECAMATAN PULO ACEH KABUPATEN ACEH BESAR M. KAJIAN REHABILITASI SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR PASCA TSUNAMI DI KECAMATAN PULO ACEH KABUPATEN ACEH BESAR M. MUNTADHAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN

Lebih terperinci

ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN

ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN (Studi Kasus di Bungakondang Kabupaten Purbalingga) BUDI BASKORO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DAN KEMAMPUAN KERJA PERAWAT DENGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA RSUD TARAKAN JAKARTA. Oleh Budiyanto B O G O R

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DAN KEMAMPUAN KERJA PERAWAT DENGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA RSUD TARAKAN JAKARTA. Oleh Budiyanto B O G O R ANALISIS HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DAN KEMAMPUAN KERJA PERAWAT DENGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA RSUD TARAKAN JAKARTA Oleh Budiyanto INSTITUT PERTANIAN B O G O R PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN A. KONDISI UMUM Sektor pertanian telah berperan dalam perekonomian nasional melalui sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan agraris, dimana terdiri dari banyak pulau dan sebagian besar mata pencaharian penduduknya bercocok tanam atau petani. Pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN INFLASI INDONESIA PERIODE MUHAMMAD ILHAM RIYADH

ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN INFLASI INDONESIA PERIODE MUHAMMAD ILHAM RIYADH ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN INFLASI INDONESIA PERIODE 1999-2006 MUHAMMAD ILHAM RIYADH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ABSTRAK MUHAMMAD ILHAM RIYADH. Analisis Fluktuasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN EFEKTIVITAS PROGRAM BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH KECAMATAN (BKKPK) DI KABUPATEN SIAK

STRATEGI PENINGKATAN EFEKTIVITAS PROGRAM BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH KECAMATAN (BKKPK) DI KABUPATEN SIAK STRATEGI PENINGKATAN EFEKTIVITAS PROGRAM BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH KECAMATAN (BKKPK) DI KABUPATEN SIAK Oleh : PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis I. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia, memiliki 17.508 buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis pantai sepanjang 81.000

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PENGUKURAN DAN PEMETAAN BATAS BIDANG TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KOTA DEPOK.

ANALISIS KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PENGUKURAN DAN PEMETAAN BATAS BIDANG TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KOTA DEPOK. ANALISIS KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PENGUKURAN DAN PEMETAAN BATAS BIDANG TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KOTA DEPOK Oleh : Bambang Irjanto PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi Perekonomian Indonesia Peran Pertanian pada pembangunan: Kontribusi Sektor Pertanian: Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Pemasok bahan pangan Fungsi

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Teori Curahan Waktu Kerja Istri Nelayan. sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai pencari nafkah, dilakukan dalam

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Teori Curahan Waktu Kerja Istri Nelayan. sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai pencari nafkah, dilakukan dalam BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Curahan Waktu Kerja Istri Nelayan Menurut Kharisun (2014) Secara umum wanita mempunyai peran baik sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai pencari nafkah, dilakukan dalam

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub-sektor perikanan tangkap merupakan bagian integral dari pembangunan kelautan dan perikanan yang bertujuan untuk : (1) meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk yang padat, setidaknya mampu mendorong perekonomian Indonesia secara cepat, ditambah lagi dengan sumber daya

Lebih terperinci