PEDOMAN PENGAMBILAN DAN PEMERIKSAAN SPESIMEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEDOMAN PENGAMBILAN DAN PEMERIKSAAN SPESIMEN"

Transkripsi

1 PENANGGULANGAN SARS PEDOMAN PENGAMBILAN DAN PEMERIKSAAN SPESIMEN DEPARTEMEN KESEHATAN R.I TAHUN 2003

2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II PENGERTIAN... 2 BAB III TUJUAN UMUM... 4 BAB IV PEDOMAN PENGAMBILAN DAN PEMERIKSAAN SPESIMEN... 5 A. Tujuan... 5 B. Sasaran... 5 C. Langkah-Langkah Pengambiulan Spesimen Pengiriman Spesimen Prosedur Cara Pengambilan Spesimen Yang Berhubungan Dengan Kasus SARS... 6 BAB V PENUTUP DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

3 BAB I PENDAHULUAN WHO (Maret 2003) menyatakan perlunya kewaspadaan global suatu penyakit SARS, yang belum teridentifikasi jelas etiologi dan pengobatannya. WHO memberi nama penyakit ini sebagai Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau penyakit pernapasan akut berat. Kejadian SARS diberbagai negara periode November 9 April 2003, WHO melaporkan negara-negara terjangkit SARS yaitu : Australia, Belgia, Brazil, China, Hongkong, Taiwan, Perancis, Jerman, Italia, Irlandia, Rumania, Spanyol, Switzerland, United Kingdom, Amerika Serikat, Thailand, Singapore, Malaysia, Vietnam dan lan-lain. Total penderita dengan 103 kematian (CFR = 3,9 %). WHO merekomendasikan setiap orang yang menderita demam panas mendadak untuk menunda perjalanannya sampai sehat kembali dari negara terjangkit affectiv area seperti Kanada (Toronto), Singapura, Cina (Beijing, Guangdong, Hongkong, Shaxi dan Taiwan) serta Vietnam. WHO melaporkan bahwa 30 % kasus SARS terjadi pada petugas kesehatan. Penularan SARS terjadi karena kontak pada saat merawat penderita Di samping itu risiko penularan dapat terjadi pada penderita lain yang sedang dirawat di rumah sakit, anggota keluarga serumah, orang yang menjaga penderita maupun tamu penderita. Dalam mengantisipasi penyakit SARS di Indonesia, Departemen Kesehatan telah menyusun pedoman penanggulangannya. Pedoman Pengambilan dan Pemeriksaan Spesimen ini, merupakan salah satu dan bagian yang tak terpisahkan dari 7( tujuh) pedoman penanggulangan SARS lainnya.

4 BAB II PENGERTIAN A. DEFINISI SARS Adalah Syndroma pernafasan akut berat yang merupakan penyakit infeksi pada jaringan paru manusia yang sampai saat ini belum diketahui pasti penyebabnya. B. DEFINISI KASUS Secara proposional ada 2 definisi kasus SARS, yaitu suspect dan probable sesuai kriteria WHO. 1. Suspect SARS a. Adalah seseorang yang menderita sakit dengan gejala : Demam Tinggi (>38 0 C), dengan Satu atau lebih gangguan pernafasan, yaitu batuk, nafas pendek dan kesulitan bernafas Satu atau lebih keadaan berikut : - Dalam 10 hari terakhir sebelum sakit, mempunyai riwayat kontak erat dengan seseorang yang telah didiagnosis sebagai penderita SARS *) - Dalam 10 hari terakhir sebelum sakit, melakukan perjalanan ke tempat terjangkit SARS **) - Penduduk dari daerah terjangkit. Keterangan: *) Kontak erat adalah orang yang merawat, tinggal serumah atau berhubungan langsung dengan cairan saluran pernafasan maupun atau jaringan tubuh seseorang penderita SARS **) Tempat yang dilaporkan terjangkit SARS adalah sesuai dengan ketetapan WHO sebagai negara terjangkit yang pada tanggal 1 April Canada (Toronto), Singapura, China (Guangdong, Hongkong SAR, Shanxi, Taiwan) dan Vietnam (Hanoi) b. Adalah seseorang yang meninggal dunia sesudah tanggal 1 Nopember 2002 karena mengalami gagal nafas akut yang tidak diketahui penyebabnya dan tidak dilakukan otopsi untuk mengetahui penyebabnya. Pada 10 hari sebelum meninggal, orang tersebut mengalami salah satu atau lebih kondisi dibawah ini, yaitu :

5 1) Kontak erat dengan seseorang yang telah didiagnosa suspect atau probable SARS 2) Riwayat berkunjung ke tempat /negara yang terkena wabah SARS 3) Bertempat tinggal /pernah tinggal di tempat/negara yang terjangkit wabah SARS. 2. Probable SARS Adalah kasus Suspect ditambah dengan gambaran foto toraks menunjukkan tanda-tanda pneumonia atau respiratory distress syndrome, atau seseorang yang meninggal karena penyakit saluran pernafasan yang tidak jelas penyebabnya, dan pada pemeriksaan autopsi ditemukan tanda patologis berupa respiratory distress syndrome yang tidak jelas penyebabnya. C. OBSERVASI SARS Adalah orang yang dalam 10 hari terakhir, pernah kontak erat dengan penderita SARS suspect atau probable (kontak erat), atau mengadakan perjalanan ke negara terjangkit tanpa menunjukkan gejala sakit, atau menderita sakit dengan salah satu gejala demam atau batuk. Observasi SARS dilakukan pada orang sehat yang berada dalam pengamatan pasif atau aktif. D. PNEUMONIA NON SARS Adalah penderita pneumonia yang disertai keadaan berikut, yaitu: - Dalam 10 hari terakhir sebelum sakit tidak mempunyai riwayat kontak dengan penderita SARS. - Dalam 10 hari terakhir sebelum sakit tidak mempunyai riwayat perjalanan dari daerah/negara yang termasuk dalam daftar negara terinfeksi SARS. - Pada daerah berisiko SARS dilakukan surveilan masyarakat terhadap kasus pneumonia.

6 E. ETIOLOGI Penyebab SARS adalah Corona virus atau Parimoxyviridae virus. Etiologi ini sebagai temuan awal yang masih memerlukan penelitian lebih lanjut para ahli. F. MASA INKUBASI Berdasarkan penelitian sementara ditetapkan masa inkubasi 3-10 hari G. CARA PENULARAN Cara penularan penyakit melalui kontak langsung dengan penderita SARS baik karena berbicara, terkena percikan batuk atau bersin ( Droplet Infection ). Penularan melalui udara, misalnya penyebaran udara, ventilasi, dalam satu kendaraan atau dalam satu gedung diperkirakan tidak terjadi, asal tidak kontak langsung berhadapan dengan penderita SARS. Masa penularan dari orang ke orang belum teridentifikasi dengan jelas. Untuk sementara, masa menular adalah mulai saat terdapat demam atau tanda-tanda gangguan pernafasan hingga penyakitnya dinyatakan sembuh. Periode aman dari kemungkinan terjadinya penularan pada unit pelayanan atau pada kelompok masyarakat yang terjangkit KLB SARS adalah setelah lebih dari 14 hari sejak kasus terakhir dinyatakan sembuh. BAB III TUJUAN UMUM Adapun tujuan umum penanggulangan SARS, yaitu: 1. Dapat ditemukan kasus sedini mungkin. 2. Dapat dilakukan tatalaksana kasus. 3. Dapat dicegah transmisi penyebaran SARS.

7 BAB IV PEDOMAN PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN SPESIMEN A. Tujuan Pada saat ini tujuan utama pemeriksaan laboratorium terhadap spesimen yang berhubungan dengan SARS adalah untuk mengetahui etiologi penyakit yang menimbulkan gejala-gejala SARS di Indonesia. Pemeriksaan laboratorium tidak ditujukan untuk konfirmasi diagnosis pasien dengan gejala-gejala SARS. Karena itu, manajemen kasus Suspect maupun probable SARS tidak menunggu dan tidak tergantung dari hasil laboratorium ini B. Sasaran Untuk sementara ini spesimen hanya diambil dari kasus-kasus Suspect dan probable SARS (definisi mengacu pada Pedoman Tatalaksana Kasus SARS di Unit Pelayanan, Subdit Surveilans Epidemiologi, Departemen Kesehatan RI), yang dirawat atau meninggal di Rumah Sakit-Rumah Sakit rujukan kasus SARS (sesuai Keputusan Menkes no. 424/Menkes/SK/IV/2003, tanggal 3 April 2003), yaitu : a. RS Pirngadi/Adam Malik di Medan b. RS Otorita Batam c. RSUD Tanjung Balai Karimun d. RSUD Dumai e. RSUD Tembilahan f. RSUD Tanjung Pinang g. RSPI Sulianti Saroso di Jakarta h. RS Persahabatan di Jakarta i. RS Muwardi di Solo j. RS Dr. Soetomo di Surabaya k. RS Sudarso di Pontianak l. RSU Tarakan di Tarakan m. RSU Balikpapan n. RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo di Makassar o. RSU Malalayang di Manado p. RS Sanglah di Denpasar

8 C. Langkah-Langkah 1. Pengambilan Spesimen Pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium atau petugas lain yang terampil dan berpengalaman. Sesuai dengan kondisi dan situasi setempat, spesimen dapat diambil oleh petugas RS/laboratorium setempat, atau oleh petugas laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Pengambilan harus dilakukan dengan memperhatikan universal precaution atau kewaspadaan dini untuk mencegah terjadinya infeksi. Jenis spesimen yang diambil dapat berupa : usap nasopharynx, usap oropharynx, bilasan broncheoalveolar, aspirat tracheal atau pleural, darah (serum atau darah), urin, tinja, dan jaringan. Dianjurkan untuk mengambil / mengirimkan lebih dari satu macam spesimen. 2. Pengiriman Spesimen Untuk sementara ini, pemeriksaan laboratorium masih akan dilakukan di CDC Atlanta, Amerika Serikat. Pengiriman spesimen dilaksanakan secara kolektif oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, bekerja sama dengan US NAMRU-2, Jakarta. Untuk bulan pertama, pengiriman akan dilakukan seminggu sekali atau seminggu dua kali. Frekuensi pengiriman selanjutnya akan ditentukan kemudian, sesuai dengan perkembangan epidemiologi SARS di Indonesia, perkembangan teknologi laboratorium global, dan kebijakan Departemen Kesehatan RI. Spesimen dari daerah dibawa ke atau dikirimkan ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan setiap kali ada kasus Suspect atau probable SARS dengan alamat sebagai berikut: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemberantasan Penyakit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jl. Percetakan Negara no.29 Jakarta Up. Drh. Gendro Wahyuhono,MTH. Tilpon: ext. 126 / Fax: gendro@litbang.depkes.go.id 3. Prosedur Cara Pengambilan Spesimen Yang Berhubungan Dengan Kasus SARS a. Persiapan Petugas Pengambil Spesimen Petugas pengambil spesimen diharuskan memakai : - Laboratorium jas (lengan panjang) - Sarung tangan (karet)

9 - Kaca mata plastik (goggle) - Masker (N 95 untuk petugas dan penderita atau masker bedah sebanyak 3 lapis) - Tutup kepala (plastik) - Pakai sepatu boot (disediakan oleh RS di ruang isolasi). o Macam/ Jenis Spesimen i. Cairan Tubuh a) Spesimen Dari Saluran Pernafasan (1) Spesimen Saluran Pernafasan Atas Spesimen harus diambil segera pada waktu pasien masih dalam keadaan sakit. Virus akan hilang dalam waktu 72 jam setelah gejala penyakit timbul, sedangkan kuman patogen lain akan dapat diisolasi setelah lewat 72 jam. Tiga jenis spesimen dapat diambil untuk isolasi bakteri atau virus dan pemeriksaan dengan PCR. Spesimen tersebut meliputi : - Usap nasopharynx - Bilasan nasopharynx - Usap uropharynx Bilasan nasopharynx merupakan spesimen untuk mendeteksi virus saluran nafas, terutama pada anak-anak berumur 2 tahun atau kurang. Usap Nasopharynx atau Oropharynx Gunakan swab yang terbuat dari dacron/rayon steril dengan tangkai plastik. Jangan menggunakan kapas yang mengandung kalsium alginat atau kapas dengan tangkai kayu, karena mungkin mengandung substansi yang dapat menghambat pertumbuhan virus tertentu dan dapat menghambat pemeriksaan PCR. Untuk usap nasopharynx: masukkan swab ke dalam lubang hidung sejajar dengan rahang atas. Biarkan beberapa detik agar cairan hidung terhisap. Lakukan usapan pada kedua lubang hidung. Untuk usap oropharynx: lakukan usapan pada bagian belakang

10 pharynx dan daerah tonsil, hindarkan menyentuh bagian lidah. Kemudian masukkan swab sesegera mungkin ke dalam cryotube (tabung tahan pendinginan) yang berisi 2 ml media transport virus (Hanks BSS + antibiotik). Putuskan gagang plastik di daerah mulut botol/tabung agar botol/tabung dapat ditutup dengan rapat. Bungkus tabung ini dengan tissue bersih atau kertas koran yang telah diremas-remas agar menghindarkan terjadinya beturanbenturan pada tabung saat pengiriman. Masukkan tabung ini kedalam kotak pengiriman primer (bahan boleh dari pipa paralon atau sejenis tupper ware). (2) Spesimen Dari Saluran Pernafasan Bagian Bawah Spesimen yang diambil dapat berupa bilasan bronkhoalveolar, aspirasi trakheal, atau cairan pleural. Setelah itu, separuh cairan disentrifugasi dan endapan selnya difiksasi dalam formalin. Sisa cairan yang belum disentrifugasi ditampung dalam botol dengan tutup luar yang bagian dalamnya mengandung ring untuk penahan. Semua spesimen ini masukkan dalam kotak pengiriman spesimen primer seperti diatas. ii. Komponen Darah Darah fase akut harus diambil dan dikirim sesegera mungkin. Jika mungkin spesimen fase konvalesen (3-4 minggu setelah pengambilan darah primer). Cara pengambilan sampel: Diambil 5 10 ml darah vena dalam tabung steril (5 ml dari anakanak dan 10 ml dari orang dewasa) secara lege artis (memperhatikan kewaspadaan universal secara ketat). a) Pengambilan darah pakai jarum suntik biasa. Masukkan separuh dari darah yang diperoleh kedalam tabung darah bertutup karet warna merah (tabung steril vacum tanpa bahan pencegahan pembekuan darah) dan separuh lagi masukkan kedalam tabung darah bertutup karet ungu (tabung steril vacuum berisi EDTA-bahan pencegahan pembekuan darah). Diamkan darah dalam waktu 1 jam pada suhu kamar, agar darah dalam tabung merah membeku dengan baik.

11 Pemisahan darah bekuan dari serum pada tabung merah dan darah dari plasma pada tabung ungu harus dilakukan di Badan Litbangkes/Namru-2, Jakarta. Semua tabung (tabung merah dan tabung ungu) setelah dibungkus dengan kertas tissu atau kertas koran diremas di masukkan ke dalam kotak pengiriman primer. b) Pengambilan darah pakai jarum vacutainer* Darah ditampung lebih dahulu pada tabung darah bertutup karet ungu sebanyak 2,5 ml dari anak-anak dan 5 ml dari orang dewasa, lalu gantikan tabung ini dengan tabung darah bertutup karet merah dan biarkan darah masuk sebesar 2,5 ml dari penderita anak-anak dan 5 ml dari penderita orang dewasa. Diamkan darah dalam waktu 1 jam pada suhu kamar, agar darah dalam tabung merah membeku dengan baik. Pemisahan darah bekuan dari serum pada tabung merah dan darah dari plasma pada tabung ungu harus dilakukan di Badan Litbangkes/Namru-2, Jakarta. Semua tabung (tabung merah dan tabung ungu) setelah dibungkus dengan kertas tissu atau kertas koran diremas dimasukkan ke dalam kotak pengiriman primer. iii. Urine Urine hanya diambil pada fase akut. Untuk mendapatkan virus yang optimal, 50 ml urin disentrifugasi dengan kecepatan 2500 rpm selama 30 menit. Sentrifugasi hanya dilakukan di Badan Litbangkes/NAMRU-2, Jakarta. Spesimen disimpan dalam tabung poli propilen 50 ml. Tutup rapat-rapat dan lapis dengan para film. Masukkan dalam kotak pengiriman primer setelah dilindungi dengan kertas tissu atau kertas koran yang diremas. iv. Tinja Tinja sebanyak gram ditempatkan dalam konteiner tinja transparan. Ditutup rapat-rapat dan dilapisi dengan parafilm. Kemudian dimasukkan ke dalam kotak pengriman primer. Spesimen harus dikirim dalam keadaan dingin (4 o C). v. Spesimen Jaringan Jaringan dapat diambil dari semua organ tubuh (paru, trakhea, jantung, limpa, hati, otak, ginjal, kelenjar adrenal). Jarinagn difiksasi dalam formalin/paraffin. Jaringan yang telah difiksasi tidak dinyatakan sebagai biohazard. Jaringan disimpan dan

12 dikirim dalam suhu kamar. Diberi tulisan: *Do not freeze fixed tissues*. Jaringan segar beku dari paru dan saluran nafas atas harus diambil secara aseptic secepat mungkin. Cara dan waktu pengambilan akan berpengaruh terhadap kontaminasi. Gunakan instrumen steril secara terpisah untuk setiap pengambilan di daerah tubuh tertentu. Letakkan setiap spesimen dalam wadah yang terpisah yang berisi media transport virus (Hanks BSS/PBS). Simpan dan kirim dalam keadaan beku. vi. Cara Pemberian Label Setiap spesimen yang disimpan dalam wadah khusus diberi label yang berisi informasi : nama pasien/ umur/ jenis kelamin/ tanggal pengambilan/ asal rumah sakit/ jenis spesimen (S=serum; NT=usap oro dan nasopharynx; U=urin; D=darah;T=tinja). Label ditulis dengan pensil 2B atau tinta yang tidak luntur. vii. Pengepakan dan Pengiriman Spesimen Cara pengepakan dan pengiriman spesimen untuk keperluan diagnostik harus menuruti ketentuan WHO. Bungkus kotak pengiriman primer dengan tissu atau kertas koran yang diremas, untuk mencegah benturan-benturan pada spesimen waktu pengiriman. Masukkan dalam kotak pengiriman sekunder. Kotak pengiriman sekunder dapat menampung lebih dari satu kotak pengiriman primer, asal persyaratan suhu pengiriman sama. Bila pengiriman dalam suhu 4 o C, masukkan beberapa ice pack yang sudah dibekukan lebih dahulu. Sekali-kali jangan mengirimnya dengan memasukkan dry ice (es kering) untuk mendinginkannya. a) Pengepakan Primer (Kotak Pengiriman Primer) (1) Wadah spesimen yang pertama harus kedap air, jika tutupnya berulir harus dilapisi dengan parafilm atau sejenisnya. (2) Jika terdiri dari beberapa wadah harus dibungkus secara terpisah untuk mencegah pecah akibat berhimpitan. (3) Gunakan material pendukung di sela-sela wadah yang mempunyai daya hisap untuk menghisap seluruh isi yang terdapat dalam wadah pertama, apabila terjadi kebocoran atau pecah.

13 (4) Pada saat menentukan besarnya volume spesimen yang dikirim sertakan besarnya volume media transport yang digunakan. (5) Dalam wadah yang pertama tidak boleh berisi lebih dari 500 ml atau 500 gram bahan. (6) Seluruh isi dari wadah yang pertama disebut sebagai spesimen diagnostik. b) Pengepakan Sekunder (Kotak Pengiriman Sekunder) (1) Pengepakan sekunder harus menuruti aturan pengepakan bahan infeksius. (2) Pengepakan sekunder harus kedap air. (3) Wadah bagian luar dilabel dengan : - PEMERIKSAAN LABORATORIUM KESEHATAN - JANGAN DIBALIK - KEPADA: Puslitbang Pemberantasan Penyakit, Badan Litbang Kesehatan. Jl.Percetakan Negara 29. Jakarta Pusat Up. Drh Gendro Wahyuhono, MTH. CATATAN : SETIAP PENGIRIMAN SPESIMEN HARUS DISERTAI FORMULIR LAPORAN KASUS SARS INTERNASIONAL ( Lihat Lampiran ) viii. Pengamanan Petugas Kesehatan dan Laboratorium yang Berhubungan dengan SARS Untuk mencegah penularan mikroorganisme penyebab SARS kepada petugas kesehatan dan petugas laboratorium yang menangani spesimen dari penderita SARS maka dilakukan langkah-langkah sebabgi berikut : a) Spesimen darah untuk pemeriksaan serologi rutin, kimia dan hematologi Spesimen untuk keperluan ini hendaknya ditangani dengan cara penanganan standard yang memenuhi aturan kewaspadaan umum. Petugas laboratorium harus mengenakan perlengkapan pelindung diri, termasuk sarung tangan karet sekali pakai (disposable), jas laboraorium, kaca mata, masker untuk operasi dan/atau pelindung wajah untuk melindungi selaput mukosa permukaan dari paparan spesimen.

14 Sentrifugasi harus dilakukan dengan memakai tabung sentrifus yang memiliki tutup atau memakai rotor yang memiliki penutup. Pekerjaan memasang tabung dan membuka tabung sentrifus dilakukan di dalam biosafety cabinet. b) Spesimenuntuk pemeriksaan mikrobiologi (1) Pekerjaan berikut dapat dilakukan di ruangan dengan fasilitas Biosafety Level (BSL)-2 yang disertifikasi dan menggunakan tatakerja BSL-2 (sesuai manual CDC/NIH Biosafety untuk Laboratorium Mikrobiologi dan Biomedik): (a) Pemeriksaan patologi dan pengolahan jaringan/organ yang difiksasi formalin ataupun jaringan yang telah diinaktifasi (b) Ekstraksi asam nukleat untuk keperluan analisis molekuler (c) Pengolahan spesimen untuk pemeriksaan mikroskop elektron (d) Pemeriksaan rutin untuk perbenihan bakteri dan jamur (e) Pewarnaan rutin untuk pemeriksaan mikroskopis ataupun sediaan apus yang telah difiksasi (f) Pengepakan akhir spesimen untuk dikirim ke laboratorium lain guna pemeriksaan laboratorium yang lainnya. Spesimen harus sudah disimpan dalam kontaimer primer yang telah di-sealed dan telah disterilkan lebih dulu. (2) Pekerjaaanyang meliputi pengolahan spesimen dapat dilakukan di ruangan dengan fasilitas BSL-2, tapi dengan tata kerja lebih ketat seperti pada BSL-3. Semua pengolahan spesimen harus dilakukan di dalam biosafety cabinet. Petugas laboratorium mengenakan perlengkapan pelindung diri, termasuk sarung tangan karet sekali pakai, baju laboratorium lengan panjang, pelindung mata, dan pelindung pernapasan. Alat pelindung pernapasan yang dianjurkan adalah NIOSH yang dilengkapi dengan filter N-95 atau yang dengan pori lebih halus lagi, pelindung pernapasan yang dilengkapi dengan udara bersih yang disaring dengan HEPA filter. Petugas yang tidak dapat mengenakan respirator karena gangguan rambut di wajah ataupun gangguan lainnya, diharuskan memakai helm respirator. Sentrifugasi harus menggunakan tabung

15 sentrifus tertutup atau memakai rotor yang dipasang ataupun dibuka di dalam biosafety cabinet. Pekerjaan-pekerjaan itu mencakup: (a) Membagi atau mengencerkan spesimen. (b) Inokulasi bakteri atau jamur pada media kultur. (c) Melakukan diagnosis selain membiakkan virus baik secara in vitro ataupun in vivi. (d) Ekstraksi asam nukleat dari spesimen yang belum diolah. (e) Pembuatan sediaan apus pemeriksaan mikroskopis, baik dengan fiksasi kimia ataupun pemanas. (3) Pekerjaan berikut memerlukan ruangan dengan fasilitas BSL-3 dan tata kerja BSL-3 : (a) Pembiakan virus pada sel/biakan sel. (b) Identifikasi awal isolat yang berasal dari kultur spesimen SARS (4) Pekerjaan berikut memerlukan fasilitas BSL-3 hewan dan tata kerja BSL-3 hewan: (a) Inokulasi hewan percobaan untuk membiakkan mikroorganisme yang berasal dari spesimen SARS. (b) Tatakerja yang mencakup inokulasi hewan percobaan untuk karakterisasi mikroorganisme SARS.

16 BAB V PENUTUP Demikianlah telah dijabarkan panduan penanggulangan SARS di Indonesia. Pedoman Pengambilan dan Pemeriksaan Spesimen ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi seluruh jajaran kesehatan baik di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota dalam penaggulangan penyakit SARS. Semoga bermanfaat adanya. Amin

17 DAFTAR PUSTAKA 1. Kepmenkes Nomor 424/MENKES/SK/IV/2003, tentang Penetapan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) sebagai penyakit yang dapat menimbulkan wabah dan pedoman penanggulangannya, WHO Western Pacific Regional Office, Interim guidelines for national SARS preparedness, Website : WHO int, SARS, Website : CDC s int, SARS, 2003

18 LAMPIRAN 1. Formulir Laporan Kasus SARS Internasional Version Nama yang mengisi formulir ini Tanggal Pelaporan: Formulir Laporan Kasus SARS Internasional Form Approved Tanggal 2. Orang yang dapat dihubungi untuk follow up Telp: ( ) Bulan Nama keluarga: 2003 Jam Pelaporan: 3. Pelapor atau dokter yang Nama Keluarga: dapat dihubungi Nama Rumah Sakit atau Klinik: Negara: Indonesia Telepon: ( ) ( ) Propinsi: Lain-lain No Identitas Penderita Nama depan: OMB NO Exp. Date : Pagi Sore Telp ٱ Fax ٱ ) ( Lain-lain Negara: Indonesia Lain-lain Nama depan: Telp ٱ Fax ٱ ) ( 4. Informasi Nama belakang penderita: mengenai penderita Kota: Propinsi: Negara: Indonesia Tanggal Lahir: 5. Pekerjaan Tanggal Bulan Tahun Berhubungan dengan pelayanan kesehatan? Ya ٱ Tdk ٱ Telp ٱ Fax ٱ ) ( Kota: Nama depan: Lain-lain Telp ٱ Fax ٱ ) ( Kebangsaan: Tahun ٱ Laki-laki ٱ Umur ٱ Bulan Sex Perempuan ٱ Jika ya, jelaskan ٱ Dokter ٱ Perawat ٱ Laboratorium Lain-lain: ٱ Jika tidak berhubungan dengan pelayanan kesehatan, apa pekerjaan penderita?: 6. Tanda dan Gejala Tanggal munculnya gejala Tanggal Bulan Tahun Suhu diatas > 38 C ٱ Tolong diperiksa gejala-gejala berikut ini Suhu tertinggi Tanda2 pneumonia dari ٱ Pneumonia ٱ radiologis C ٱ Batuk ٱ Nafas ٱ pendek/kesulitan bernafas Syndrome (ARDS) Respiratory Distress ٱ

19 ٱ Tuliskan gejala-gejala lain yang relevan yang ditemukan: Public reporting burden of this collection of information is estimated to average X minutes per response, including the time for reviewing instructions, searching existing data sources, gathering and maintaining the data needed, and completing and reviewing the collection of information. An agency may not conduct or sponsor, and a person is not required to respond to a collection of information unless it displays a currently valid OMB control number. Send comments regarding this burden estimate or any other aspect of this collection of information, including suggestions for reducing this burden to CDC/ATSDR Reports Clearance Officer; 1600 Clifton Road NE, MS D-24, Atlanta, Georgia 30333; ATTN: PRA (0920-XXXX). 7. Status klinis pada saat pelaporan ٱ Rawat Jalan ٱ Pulang ٱ Rwat Inap ٱ Meninggal Apakah pasien di rawat inap? Tanggal mulai dirawat: ٱ Tidak diketahui ٱ Ya Apakah pasien ٱ Ya Apakah pasien ٱ Ya ٱ Tidak selama sakit ini ٱ Tidak sedang ٱ Tidak ٱ Tidak menggunakan ٱ Tidak menggunakan ٱ Tidak tahu tahu alat bantu tahu alat pernafasan? pernafasan Tanggal Bulan Tahun Tanggal pulang atau meninggal Tanggal Bulan Tahun Nama Rumah Sakit: Kota: Negara: Indonesia Jika pasien meninggal: apakah dilakukan otopsi? ٱ Ya ٱ Tidak ٱ Tdk tahu Apakah hasil patologis sesuai dengan Respiratory Distress Syndrome? Apakah hasil patologi sesuai dengan Respiratory Distress Syndrome No telepon: ٱ Ya ٱ Tidak ٱ Tidak tahu Apakah penyebab kematian menurut hasil otopsi? ٱ Tidak tahu 8. Evaluasi diagnostik: Apakah penyebab sakitnya penderita telah diketahui? Jika sudah, sebutkan Tolong diisi hasil pemeriksaan dari test apapun yang telah dikerjakan ٱ Ya ٱ Tdk ٱ Kultur darah ٱ Positive ٱ Negative ٱ tunda Hasil : ٱ Sputum pewarnaan gram ٱ Positive ٱ Negative ٱ tunda Hasil : ٱ Diagnosa cepat Influenza ٱ Positive ٱ Negative ٱ tunda Hasil :

20 ٱ Resp Sync Virus ٱ Positive ٱ Negative ٱ tunda Hasil : 9. Hasil pemeriksaan laboratorium: ٱ Leukosit terendah: ٱ Thrombosit terendah: ٱ CPK tertinggi : ٱ Limfosit absolut terendah : ٱ AST tertinggi : ٱ ALT tertinggi : Apakah diperlukan oksigen? ٱ Ya ٱ Tidak 10. Riwayat Perjalanan ٱ Hong Kong ٱ Propinsi Guangdong, Cina ٱ Hanoi, Vietnam 11. Riwayat terpapar Apakah penderita berpergian ketempat2 yang tertulis dibawah ini sepuluh hari sebelum timbulnya gejala ٱ Ya, kemana? ٱ Tidak ٱ Tidak diketahui ٱ Singapore ٱ Toronto, Canada ٱ Lain2 Negara/Propinsi/Kota Tandai yang sesuai Tanggal kontak dengan penderita SARS: ٱ Tenaga kesehatan ٱ Dirumah ada penderita SARS ٱ Mempunyai teman terkena SARS ٱ Menginap di hotel yang sama dengan penderita SARS ٱ lain2 ٱ Tidak diketahui 12. Untuk diisi oleh petugas CDC : Memenuhi kriteria kasus SARS: ٱ Ya ٱ Tidak CDC ID# Completed forms should be faxed to the CDC Emergency Operations Center at

21 TIM PENYUSUN Dr. Agus Swandono, Dr. PH Dr. Endang R. Sedyaningsih- Mamahit, Dr. PH Drs. Djoko Yuwono, M.Kes. Drs. Bambang Heryanto, M.Kes. Drh. Gendro Wahyuhono, MTH Dr. Cyrus Simanjuntak

PEDOMAN KEWASPADAAN UNIVERSAL BAGI PETUGAS KESEHATAN

PEDOMAN KEWASPADAAN UNIVERSAL BAGI PETUGAS KESEHATAN PENANGGULANGAN SARS PEDOMAN KEWASPADAAN UNIVERSAL BAGI PETUGAS KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN R.I TAHUN 2003 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II PENGERTIAN...

Lebih terperinci

PEDOMAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT SARS

PEDOMAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT SARS PENANGGULANGAN SARS PEDOMAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT SARS DEPARTEMEN KESEHATAN R.I TAHUN 2003 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II PENGERTIAN... 2 BAB III

Lebih terperinci

PENUNTUN CSL Keterampilan Pengambilan Sampel Usap Tenggorok

PENUNTUN CSL Keterampilan Pengambilan Sampel Usap Tenggorok PENUNTUN CSL Keterampilan Pengambilan Sampel Usap Tenggorok Penyusun Prof. Dr. Muh. Nasrum Massi, Ph D CSL 2 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2017 TATA-TERTIB LABORATORIUM DAN SKILL LAB FAKULTAS

Lebih terperinci

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu.

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu. Virus Influenza menempati ranking pertama untuk penyakit infeksi. Pada tahun 1918 1919 perkiraan sekitar 21 juta orang meninggal terkena suatu pandemik influenza. Influenza terbagi 3 berdasarkan typenya

Lebih terperinci

Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor

Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOGOR 2014 Pedoman Surveilans

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Novel Corona Virus yang berjangkit di Saudi Arabia sejak bulan maret 2012, sebelumnya tidak pernah ditemukan di dunia. Oleh karena itu berbeda karekteristik dengan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENATALAKSANAAN KASUS

PEDOMAN PENATALAKSANAAN KASUS PENANGGULANGAN SARS PEDOMAN PENATALAKSANAAN KASUS DEPARTEMEN KESEHATAN R.I TAHUN 2003 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. i ii BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II PENGERTIAN... 2 BAB III TUJUAN UMUM. 4 BAB IV

Lebih terperinci

RAPAT DENGAR PENDAPAT KEMENKES DENGAN PANJA KESEHATAN HAJI KOMISI IX DPR - RI

RAPAT DENGAR PENDAPAT KEMENKES DENGAN PANJA KESEHATAN HAJI KOMISI IX DPR - RI RAPAT DENGAR PENDAPAT KEMENKES DENGAN PANJA KESEHATAN HAJI KOMISI IX DPR - RI (Penjelasan ttg MERS CoV) Tanggal 27 Agustus 2013 Pengertian MERS CoV MERS CoV adalah singkatan dari Middle East Respiratory

Lebih terperinci

PENGAMBILAN, PENGEMASAN DAN PENGIRIMAN SPESIMEN MERS-CoV dan EBOLA

PENGAMBILAN, PENGEMASAN DAN PENGIRIMAN SPESIMEN MERS-CoV dan EBOLA PENGAMBILAN, PENGEMASAN DAN PENGIRIMAN SPESIMEN MERS-CoV dan EBOLA Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Badan Litbangkes, Kemenkes RI Hotel Ameroosa-Bogor, 28 Agustus 2014 Overview Struktur virus

Lebih terperinci

KESIAPSIAGAAN MENGAHADAPI MERS-CoV

KESIAPSIAGAAN MENGAHADAPI MERS-CoV KESIAPSIAGAAN MENGAHADAPI MERS-CoV ( Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus) DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI MERS-CoV adalah singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus. Virus ini

Lebih terperinci

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI FLU BURUNG AVIAN FLU AVIAN INFLUENZA BIRD FLU RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI VIRUS INFLUENZA Virus famili orthomyxoviridae Tipe A,B,C Virus A dan B penyebab wabah pada manusia Virus C

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV dapat menyebabkan penderita

Lebih terperinci

SEVERE ACUTE RESPIRATORY SYNDROME

SEVERE ACUTE RESPIRATORY SYNDROME SEVERE ACUTE RESPIRATORY SYNDROME SARS ICD-10 U04.9 (PROVISIONAL) 1. Identifikasi - SARS pertama kali dikenal pada bulan Februari 2003. Penyebabnya adalah coronavirus. Penyakit dengan gejala infeksi saluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

RSCM KEWASPADAAN. Oleh : KOMITE PPIRS RSCM

RSCM KEWASPADAAN. Oleh : KOMITE PPIRS RSCM KEWASPADAAN ISOLASI Oleh : KOMITE PPIRS RSCM POKOK BAHASAN Pendahuluan Definisi Kewaspadaan Transmisi Etika batuk Menyuntik yang aman Prosedur lumbal pungsi Kelalaian - kelalaian Tujuan Setelah pelatihan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian dilaksanakan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian dilaksanakan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitan 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen yang bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama oleh negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya sangat cepat. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya sangat cepat. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konjungtivitis merupakan penyakit mata paling umum didunia. Penyakit konjungtivitis ini berada pada peringkat no.3 terbesar di dunia setelah penyakit katarak dan glaukoma,

Lebih terperinci

BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Januari 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan

BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Januari 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Januari 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan Ringkasan Berdasarkan laporan sampai dengan tanggal 31

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Data

Lebih terperinci

PENANGANAN INFLUENZA DI MASYARAKAT (SARS, H5N1, H1N1, H7N9)

PENANGANAN INFLUENZA DI MASYARAKAT (SARS, H5N1, H1N1, H7N9) PENANGANAN INFLUENZA DI MASYARAKAT (SARS, H5N1, H1N1, H7N9) INFLUENZA (FLU BURUNG, H1N1,SARS) Merupakan New Emerging Disease Penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A yang ditularkan

Lebih terperinci

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014 Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014 PENDAHULUAN KEWASPADAAN ISOLASI PELAKSANAAN PPI DI RS & FASILITAS PETUNJUK PPI UNTUK

Lebih terperinci

A. Formulir Pelacakan Kasus AFP

A. Formulir Pelacakan Kasus AFP Format 7.1 FP1 A. Formulir Pelacakan Kasus AFP Kabupaten/kota: Propinsi: Nomor EPID: Laporan dari : 1. RS:... Tanggal laporan diterima: I. Identitas Penderita 3. Dokter praktek : 2. Puskesmas:... 4. Lainnya

Lebih terperinci

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus PENDAHULUAN Survei Kesehatan Rumah Tangga Dep.Kes RI (SKRT 1986,1992 dan 1995) secara konsisten memperlihatkan kelompok penyakit pernapasan yaitu pneumonia, tuberkulosis dan bronkitis, asma dan emfisema

Lebih terperinci

PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN SAMPEL

PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN SAMPEL PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN SAMPEL Pengambilan dan Pengiriman Sampel Kenali Laboratorium Anda Ketahui jenis-jenis uji yang dapat dilakukan dan pilihlah yang terbaik Sediakan semua informasi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

Pengambilan dan Pengiriman Sampel

Pengambilan dan Pengiriman Sampel Pengambilan dan Pengiriman Sampel Kenali Laboratorium Anda Ketahui jenis-jenis uji yang dapat dilakukan dan pilihlah yang terbaik Sediakan semua informasi yang dibutuhkan Hubungi lab bila Anda perlu informasi

Lebih terperinci

Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Prosedur Khusus di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Prosedur Khusus di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Prosedur Khusus di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi Pedoman Acuan Ringkas Ucapan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Buletin ini dapat memantau tujuan khusus SIBI antara lain :

Buletin ini dapat memantau tujuan khusus SIBI antara lain : BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : April 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan Ringkasan Berdasarkan laporan sampai dengan tanggal 31 Maret

Lebih terperinci

PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG

PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG 2 0 1 5 BAB I DEFINISI Transfusi darah adalah pemindahan darah dari donor ke dalam peredaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi dimana orang sakit dirawat dan ditempatkan

Lebih terperinci

INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)?

INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)? INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)? Virus influenza A H7 adalah kelompok virus influenza yang biasanya beredar di antara burung. Virus influenza A (H7N9) adalah salah satu sub-kelompok di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat penting pada saat sekarang ini, karena akan menambah masa perawatan pasien di rumah sakit sekaligus akan memperberat

Lebih terperinci

BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Maret 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan

BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Maret 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Maret 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan Ringkasan Berdasarkan laporan sampai dengan tanggal 1 Maret

Lebih terperinci

COXIELLA BURNETII OLEH : YUNITA DWI WULANSARI ( )

COXIELLA BURNETII OLEH : YUNITA DWI WULANSARI ( ) COXIELLA BURNETII OLEH : YUNITA DWI WULANSARI (078114113) KLASIFIKASI ILMIAH Kingdom : Bacteria Phylum : Proteobacteria Class : Gamma Proteobacteria Order : Legionellales Family : Coxiellaceae Genus :

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kewaspadaan Umum/Universal Precaution 2.1.1. Defenisi Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga

Lebih terperinci

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2016 1. PANDUAN KESELAMATAN UNTUK PETUGAS KESEHATAN I. Pengantar Panduan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian adalah penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten Purbalingga.

Lebih terperinci

Frequent Ask & Questions (FAQ) MERS CoV untuk Masyarakat Umum

Frequent Ask & Questions (FAQ) MERS CoV untuk Masyarakat Umum Frequent Ask & Questions (FAQ) MERS CoV untuk Masyarakat Umum Apa itu MERS CoV? Mers CoV adalah singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (Sindrom pernapasan Timur Tengah karena Virus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi dokter gigi tidak terlepas dari kemungkinan untuk berkontak secara langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien. Penyebaran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.Infeksi nosokomial 1.1 Pengertian infeksi nosokomial Nosocomial infection atau yang biasa disebut hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat saat klien dirawat di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator, salah satunya adalah melalui penilaian terhadap

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri.

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri. BAB I DEFINISI APD adalah Alat Pelindung Diri. Pelindung yang baik adalah yang terbuat dari bahan yang telah diolah atau bahan sintetik yang tidak tembus air atau cairan lain (darah atau cairan tubuh).

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

PANDUAN PENGGUNAAN APD DI RS AT TUROTS AL ISLAMY YOGYAKARTA

PANDUAN PENGGUNAAN APD DI RS AT TUROTS AL ISLAMY YOGYAKARTA PANDUAN PENGGUNAAN APD DI RS AT TUROTS AL ISLAMY YOGYAKARTA A. LATAR BELAKANG Petugas pelayanan kesehatan setiap hari dihadapkan kepada tugas yang berat untuk bekerja dengan aman dalam lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu merupakan beban

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu merupakan beban BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu merupakan beban masalah kesehatan masyarakat terutama ditemukan di daerah tropis dan subtropis. DBD banyak ditemukan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama ini pengertian konsep surveilans epidemiologi sering di pahami hanya sebagai kegiatan pengumpulan dana dan penanggulangan KLB, pengertian seperti itu menyembunyikan

Lebih terperinci

Virus baru : Coronavirus dan Penyakit SARS

Virus baru : Coronavirus dan Penyakit SARS Virus baru : Coronavirus dan Penyakit SARS 23 Apr 2003 Kasus sindrom pernapasan akut parah, atau lebih dikenal dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) masih menempatkan berita utama di sebagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat negara kita baru mulai bangkit dari krisis, baik krisis ekonomi, hukum dan kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberculosis Pulmonal (TB Paru) 1. Definisi TB Paru Tuberculosis pulmonal atau biasa disebut TB paru adalah penyakit yang disebabkan infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 3.1 Desain Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bentuk desain penelitian yang akan digunakan adalah bentuk deskriptif cross sectional untuk mengetahui pola sensitivitas Mycobacterium tuberculosis

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan BAB III. METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan menggunakan Pretest and posttest design pada kelompok intervensi dan kontrol.

Lebih terperinci

Pendahuluan. Tujuan Penggunaan

Pendahuluan. Tujuan Penggunaan Pendahuluan Malaria merupakan salah satu penyakit parasit paling umum di dunia dan menempati urutan ke 3 dalam tingkat mortalitas diantara prnyakit infeksi utama lainnya. Parasit protozoa penyebab malaria

Lebih terperinci

AVIAN INFLUENZA. Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso

AVIAN INFLUENZA. Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso AVIAN INFLUENZA Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso Flu burung atau Avian Influenza adalah jenis influenza pada binatang yang sebenarnya telah ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perawat profesional dalam melaksanakan peran dan fungsinya sehari hari, selalu beresiko tertular terhadap berbagai penyakit. Penularan penyakit dapat terjadi secara kontak

Lebih terperinci

PANDUAN RUANG ISOLASI DI RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR MALANG

PANDUAN RUANG ISOLASI DI RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR MALANG PANDUAN RUANG ISOLASI DI RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR MALANG TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG BAB I DEFINISI RUANG ISOLASI A. Definisi Ruang Isolasi Ruang isolasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksius dapat disebabkan oleh invasi organisme mikroskopik yang disebut patogen. Patogen adalah organisme atau substansi seperti bakteri, virus, atau parasit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi dan Patogenesis Tuberkulosis Paru Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru. Penyebaran penyakit

Lebih terperinci

Bagian XIII Infeksi Nosokomial

Bagian XIII Infeksi Nosokomial Bagian XIII Infeksi Nosokomial A. Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan pengertian infeksi nosokomial 2. Menjelaskan Batasan infeksi nosocomial 3. Menjelaskan bagaimana proses terjadinya infeksi nosocomial

Lebih terperinci

Pertanyaan Seputar Flu A (H1N1) Amerika Utara 2009 dan Penyakit Influenza pada Babi

Pertanyaan Seputar Flu A (H1N1) Amerika Utara 2009 dan Penyakit Influenza pada Babi 1 Lab Biomedik dan Biologi Molekuler Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Jl Raya Sesetan-Gang Markisa No 6 Denpasar Telp: 0361-8423062; HP: 08123805727 Email: gnmahardika@indosat.net.id;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat dapat dilakukan dengan cara memelihara kesehatan.upaya kesehatan masyarakat meliputi : peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Memasuki milenium ke-3,infeksi malaria masih merupakan problema klinik bagi negara tropik/sub topik dan negara berkembang maupun negara yang sudah maju.malaria merupakan

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

Demam sekitar 39?C. Batuk. Lemas. Sakit tenggorokan. Sakit kepala. Tidak nafsu makan. Muntah. Nyeri perut. Nyeri sendi

Demam sekitar 39?C. Batuk. Lemas. Sakit tenggorokan. Sakit kepala. Tidak nafsu makan. Muntah. Nyeri perut. Nyeri sendi Flu Burung DEFINISI Flu burung didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus influenza A subtipe H5N1 yang menyerang burung, ungggas, ayam yang dapat menyerang manusia dengan gejala demam >38?C,

Lebih terperinci

Swine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae.

Swine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae. Arie W, FKM Undip FLU BABI PIG FLU SWINE FLU Terbaru : Influensa A H1N1 Swine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae. Bersifat wabah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alat kesehatan meliputi barang, instrumen atau alat lain yang termasuk tiap komponen, bagian atau perlengkapannya yang diproduksi, dijual atau dimaksudkan untuk digunakan

Lebih terperinci

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar.

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar. Penggunaan APD perlu pengawasan karena dengan penggunaan APD yang tidak tepat akan menambah cost TUJUAN PENGGUNAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Nosokomial 1. Pengertian Menurut Paren (2006) pasien dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika pada saat masuk belum mengalami infeksi kemudian setelah dirawat selama

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUNGAI KAKAP

PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUNGAI KAKAP PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUNGAI KAKAP Jalan Raya Sungai Kakap Telp. (0561) 743574 Kecamatan Sungai Kakap Kode Pos 78381 KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS SUNGAI KAKAP Nomor : 445/

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI Tuberkulosis A.1 Definisi Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini ditemukan pertama kali oleh Robert

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN BTA ( BAKTERI TAHAN ASAM )

PEMERIKSAAN BTA ( BAKTERI TAHAN ASAM ) UPT. PUSKESMAS NUSA PENIDA I SOP PEMERIKSAAN BTA ( BAKTERI TAHAN ASAM ) No. Dokumen : 23/SOP/Lab-NPI/2016 No. Revisi : 01 Tgl. Terbit : 01 April 2016 Halaman : 1-5 Kepala UPT Puskesmas Nusa Penida I dr.

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR 2015 Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 1 BAB VI PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Nosokomial 1. Pengertian Infeksi nosokomial atau hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat klien ketika klien tersebut masuk rumah sakit atau pernah dirawat

Lebih terperinci

KESIAPSIAGAAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DALAM CEGAH TANGKAL MERS-COV DI PINTU MASUK NEGARA

KESIAPSIAGAAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DALAM CEGAH TANGKAL MERS-COV DI PINTU MASUK NEGARA KESIAPSIAGAAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DALAM CEGAH TANGKAL MERS-COV DI PINTU MASUK NEGARA Middle East Respiratory Syndroma Corona Virus (MERS CoV) virus baru dari kelompok Corona virus (Novel corona

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULIAN. Tuberculosis paru (TB paru) adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman

BAB I PENDAHULIAN. Tuberculosis paru (TB paru) adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman BAB I PENDAHULIAN 1.1 Latar Belakang Tuberculosis paru (TB paru) adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman mycobakterium tuberculosis, kuman yang berukuran satu sampai lima micrometer, penyebarannya lewat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 110 Lampiran 2 111 112 Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KINERJA PETUGAS TB (TUBERCULOSIS) DI RUMAH SAKIT YANG TELAH DILATIH PROGRAM HDL (HOSPITAL DOTS LINGKAGE)

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI

PEDOMAN UMUM KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI PEDOMAN UMUM KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI MIDDLE EAST RESPIRATORY SYNDROME-CORONA VIRUS (MERS-CoV) KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT World Healtn JENDERAL h PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN

Lebih terperinci

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi Pendahuluan Sejak AIDS dikenal; kebijakan baru yang bernama kewaspadaan universal atau universal precaution dikembangkan. Kebijakan ini menganggap bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu tempat pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama untuk masyarakat yang sedang sakit. Tujuan utama rumah sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap pekerjaan mempunyai risiko kerja masing-masing, termasuk bagi praktisi yang memiliki pekerjaan dalam bidang kedokteran gigi. Salah satu risiko tersebut adalah

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Assalamu alaikum Wr.Wb/ Salam Sejahtera Dengan hormat, Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas USU. Saya sedang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990). Udara dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Sumber infeksi TB kebanyakan melalui udara, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Sumber infeksi TB kebanyakan melalui udara, yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Sumber infeksi TB kebanyakan melalui udara, yaitu melalui inhalasi

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salmonella sp. 2.1.1 Klasifikasi Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C termasuk famili Enterobacteriaceae, ordo Eubacteriales, kelas Schizomycetes

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berisiko tinggi terhadap penularan penyakit, mengingat ruang lingkup kerjanya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berisiko tinggi terhadap penularan penyakit, mengingat ruang lingkup kerjanya xvii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petugas di bidang pelayanan kesehatan umum maupun gigi, baik dokter gigi, perawat gigi maupun pembantu rawat gigi, telah lama disadari merupakan kelompok yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai masa depan dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, penduduknya berperilaku hidup bersih dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Road-map Penelitian

Lampiran 1. Road-map Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Road-map Penelitian Persiapan Penelitian Persiapan wadah dan ikan uji Bak ukuran 40x30x30cm sebanyak 4 buah dicuci, didesinfeksi, dan dikeringkan Diletakkan secara acak dan diberi

Lebih terperinci

Teknik Pengelolaan Sediaan Sitologi

Teknik Pengelolaan Sediaan Sitologi Teknik Pengelolaan Sediaan Sitologi ( Dibacakan pada Simposium Prosedur dan Analisis FNAB yang Tepat dalam Meningkatkan Akurasi Diagnosis ) Oleh : Bethy S. Hernowo, dr., Sp.PA(K)., Ph.D Sitologi adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Nosokomial 1. Pengertian Infeksi nosokomial adalah suatu infeksi yang diperoleh pasien selama dirawat di rumah sakit. Infeksi nosokomial terjadi karena adanya transmisi

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KABUPATEN LEBONG PUSKESMAS MUARA AMAN. Jalan Lapangan Hatta No. 1 Kelurahan Pasar Muara aman

DINAS KESEHATAN KABUPATEN LEBONG PUSKESMAS MUARA AMAN. Jalan Lapangan Hatta No. 1 Kelurahan Pasar Muara aman DINAS KESEHATAN KABUPATEN LEBONG PUSKESMAS MUARA AMAN Jalan Lapangan Hatta No. 1 Kelurahan Pasar Muara aman SURAT KEPUTUSAN KEPALA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT MUARA AMAN Nomor : TENTANG PERMINTAAN, PEMERIKSAAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang bagian paru, namun tak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke adalah salah satu penyakit yang sampai saat ini masih menjadi masalah serius di dunia kesehatan. Stroke merupakan penyakit pembunuh nomor dua di dunia,

Lebih terperinci

PENGAMBILAN SPESIMEN YANG BENAR UNTUK KULTUR RESISTENSI ANTIMIKROBA. dr.anti Dharmayanti, SpPK(K)

PENGAMBILAN SPESIMEN YANG BENAR UNTUK KULTUR RESISTENSI ANTIMIKROBA. dr.anti Dharmayanti, SpPK(K) PENGAMBILAN SPESIMEN YANG BENAR UNTUK KULTUR RESISTENSI ANTIMIKROBA dr.anti Dharmayanti, SpPK(K) PRA ANALITIK PENANGANAN SPESIMEN MIKROBIOLOGI AMAT PENTING UTK AKURASI HASIL & INTERPRETASI SPESIMEN KULTUR

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Infeksi nosokomial atau disebut juga hospital acquired infection dapat

PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Infeksi nosokomial atau disebut juga hospital acquired infection dapat PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi nosokomial atau disebut juga hospital acquired infection dapat didefinisikan sebagai suatu infeksi yang didapat oleh pasien di rumah sakit yang diyakini sebagai penyebab

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM UPT. PUSKESMAS PENANAE PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM No. Dokumen : No Revisi : SOP Tanggal terbit: Halaman: Ttd.Ka.Puskesmas : N u r a h d i a h Nip.: 196612311986032087 1. PENGERTIAN Limbah

Lebih terperinci