BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan masyarakat tersebut melalui bahasanya, serta peristilahan (Kirk dan Miller dalam Djajasudarma, 2010: 11). Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif karena tidak didesain berdasarkan hitungan statistik, tetapi berdasarkan model kualitatif (Subroto, 2013: 25). Selanjutnya, data penelitian ini tidak berwujud angka, melainkan berwujud leksem. B. Data dan Sumber Data Data untuk penelitian ini berbentuk pasangan leksem verba bahasa Indonesia yang memiliki kesinoniman yang berciri (+INSAN) beserta artinya. Selain itu, digunakan pula beberapa konteks kalimat dalam analisis data sebagai cara untuk menentukan pembeda ciri arti leksem-leksem yang memiliki kesinoniman. Data diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Keempat sebagai data utama. Pemilihan sumber tersebut didasarkan atas empat alasan. Pertama, kamus merupakan khazanah yang memuat kosakata masyarakat penutur bahasa. Kedua, kamus merupakan sumber informasi kosakata yang memadai sehingga dianggap sebagai sumber utama dalam memberikan 60

2 61 kemudahan untuk mengumpulkan pasangan sinonim. Ketiga, kamus menyajikan makna antarkata dan pemakaiannya (Zgusta, 1971: 197). Terakhir, penyusunan kamus memanfaatkan sejumlah teks dalam berbagai bidang kehidupan yang ditulis oleh penulis dari berbagai latar belakang geografis (Wedhawati, 1997: 89 dalam Widiyanto, 2002: 40). Selain hal di atas, verba beserta artinya terdapat di dalam kamus dan kamus yang digunakan sebagai rujukan utama di Indonesia adalah KBBI Edisi Keempat. Kemudahan dalam pengumpulan data dibandingkan dengan pengumpulan dari sumber lisan, ketersediaan dana, dan ketersediaan waktu juga merupakan alasan pemilihan sumber data tersebut. Untuk mempermudah dalam penentuan pasangan leksem verba insani yang bersinonim dalam bahasa Indonesia, digunakan Tesaurus Bahasa Indonesia (2007), Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (2008), Kamus Sinonim Bahasa Indonesia (1977), dan Kamus Sinonim Antonim Bahasa Indonesia (2000). Selain itu, data yang bersumber dari KBBI edisi sebelumnya, yakni KBBI edisi pertama, edisi kedua, dan edisi ketiga digunakan sebagai data pembanding dalam penelitian ini jika ditemukan kesulitan saat menganalisis data. Data tersebut berfungsi untuk menanggulangi kesulitan ketika menganalisis data yang mengalami perluasan atau penyempitan definisi di dalam KBBI Edisi Keempat. C. Bentuk Penelitian Bentuk penelitian ini adalah deskriptif. Artinya, penelitian hanya menggambarkan ciri-ciri data secara akurat sesuai dengan sifat alamiah itu sendiri

3 (Djajasudarma, 2010: 16). Selain itu, penelitian ini hanya menggambarkan relasi sinonimi data itu semata. 62 D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data Berkaitan dengan penelitian deskriptif kualitatif, data dalam penelitian Kesinoniman Verba Insani dalam bahasa Indonesia dikumpulkan dengan metode simak dengan teknik catat. Metode simak atau penyimakan karena memang berupa penyimakan: dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993: 133). Teknik catat menurut Sudaryanto (1993: 135) merupakan lanjutan dari metode simak, dilakukan dengan pencatatan pada kartu data yang segera dilanjutkan dengan klasifikasi. Pengumpulan data dilakukan dengan kriteria sebagai berikut. a. leksem yang diberi label ragam bahasa termasuk leksem yang dianalisis. b. leksem yang menjadi salah satu anggota pasangan sinonim dan diberi label semantik regional termasuk leksem yang dianalisis, misalnya Jw yang menunjukkan kata tersebut digunakan dalam bahasa Jawa. c. penjelasan makna yang memiliki lebih dari satu makna, makna yang diambil sebagai data adalah makna yang bernomor angka Arab 1 atau makna yang bernomor angka Arab selain 1 yang maknanya mengacu pada verba insani. d. contoh penggunaan yang disertakan dalam penjelasan makna diambil sebagai data untuk memperjelas makna leksem. Data dikumpulkan dengan membaca sumber data dan mencatatnya di dalam suatu file. Setelah itu, dilanjutkan dengan klasifikasi data dan mencatatnya

4 63 di dalam suatu file. Kemudian, file tersebut disimpan di dalam komputer. Data dicatat di dalam file dengan bentuk seperti berikut: Tabel 3 Contoh Pencatatan Data 1. a. kasih v cak beri: siapa yg -- kue ini? b. beri v serahkan sesuatu kepada orang lain 2. a. alih v pindah; ganti; tukar; ubah b. ganti cak v berganti; bertukar; berpindah: -- (KBBI, 2013: 631) (KBBI, 2013: 178) (KBBI, 2013: 40) (KBBI, 2013: 414 kereta api E. Klasifikasi Data Dalam proses pencarian data, pada beberapa data ditemukan lebih dari satu kesinoniman verba. Namun, pasangan sinonim hanya diambil yang paling dekat sinonimnya. Untuk mempermudah dalam pengolahannya, data perlu diklasifikasikan. Klasifikasi data yang berupa verba insani yang bersinonim dalam bahasa Indonesia dalam penelitian ini yang bersumber dari KBBI Edisi Keempat berdasarkan klasifikasi menurut Collinson (dalam Ullman, 2012: 177) sebagai berikut:

5 64 a. Satu kata (baca: leksem) lebih umum daripada yang lain Tabel 4 Contoh Klasifikasi Data Satu Leksem Lebih Umum Daripada yang Lain 1. a. aduk v arau b. karau v aduk 2. a. piknik v bepergian ke suatu tempat di luar kota (KBBI, 2013: 12) (KBBI, 2013: 625) (KBBI, 2013: 1073) untuk bersenang-senang dng membawa bekal makanan dsb; bertamasya: hari ini mereka -- ke Cibodas b. pelesir v pergi berpelesir; senang berpelesiran (KBBI, 2013: 1040) b. Satu kata lebih intens daripada yang lain Tabel 5 Contoh Klasifikasi Data Satu Leksem Lebih Intens Daripada yang Lain 1. a. bangkit v bangun (dr tidur, duduk) lalu berdiri: (KBBI, 2013: 132) ia -- dari duduk; ia -- berdiri sambil mempersilakan tamunya duduk b. bangun v bangkit; berdiri (dr duduk, tidur, (KBBI, 2013: 134) dsb): anak itu berkali-kali terjatuh, tetapi ia selalu dapat -- kembali 2. a. basmi v tumpas b. berantas v basmi, babat, habis (KBBI, 2013: 144) (KBBI, 2013: 176)

6 65 c. Satu kata lebih emotif daripada yang lain Tabel 6 Contoh Klasifikasi Data Satu Leksem Lebih Emotif Daripada yang Lain 1. a. mohon v minta dengan hormat; berharap (KBBI, 2013: 925) supaya mendapat sesuatu: ia -- agar permintaannya dikabulkan b. minta v berkata-kata supaya diberi atau (KBBI, 2013: 917) mendapat sesuatu; mohon: anak itu merengekrengek -- dibelikan mainan 2. a. sanggup v bersedia; mau: saya -- menunaikan (KBBI, 2013: 1221) tugas itu b. sudi v bersedia (akan): kabarnya pihak direksi (KBBI, 2013: 1347) -- juga berunding dng wakil buruh d. Satu kata dapat mencakup penerimaan atau penolakan moral, sedangkan yang lain netral Tabel 7 Contoh Klasifikasi Data Satu Leksem Dapat Mencakup Penerimaan atau Penolakan Moral, Sedangkan yang Lain Netral 1. a. bunting v (dl keadaan) mengandung anak dl (KBBI, 2013: 225) perut (biasanya dikatakan bagi binatang); hamil; berbadan dua (bagi manusia)

7 66 b. hamil v mengandung janin dalam rahim karena (KBBI, 2013: 478) sel telur dibuahi oleh spermatozoa 2. a. minggat v kas melarikan diri; pergi tanpa minta (KBBI, 2013: 916) izin (berpamitan): beberapa orang tahanan diketahui -- dr penjara b. kabur v berlari cepat-cepat; melarikan diri: (KBBI, 2013: 597) pengebut -- dikejar polantas 3. a. jamah v sentuh; raba; pegang b. raba v jamah (KBBI, 2013: 561) (KBBI, 2013: 1127) e. Satu kata lebih profesional daripada yang lain Tabel 8 Contoh Klasifikasi Data Satu Leksem Lebih Profesional Daripada yang Lain 1. a. edit v perbaiki naskah; sunting naskah b. sunting v menyunting (KBBI, 2013: 351) (KBBI, 2013: 1358) f. Satu kata lebih literer daripada yang lain Tabel 9 Contoh Klasifikasi Data Satu Leksem Lebih Literer Daripada yang Lain 1. a. dekap v peluk; lekap b. peluk v dekap (pd leher, tubuh, dsb); (KBBI, 2013: 305) (KBBI, 2013: 1042)

8 67 2. a. singgah v berhenti sebentar di suatu tempat (KBBI, 2013: 1312) ketika dl perjalanan; mampir: kami tidak terus ke bedugul, tetapi -- dahulu di Kintamani b. mampir v singgah: dl perjalanan pulang ke (KBBI, 2013: 869) tanah air ia -- di Singapura g. Satu kata lebih kolokial (bersifat keseharian) daripada yang lain Tabel 10 Contoh Klasifikasi Data Satu Leksem Lebih Kolokial Daripada yang Lain 1. a. pulang v pergi ke rumah atau ke tempat (KBBI, 2013: 1114) asalnya; kembali (ke); balik (ke): kapan engkau -- Semarang?; sudah tengah malam ia belum juga --; -- kpd istri pertama, rujuk dengan istrinya yang pertama b. balik v kembali; pulang: kapan ia -- ke (KBBI, 2013: 126) surabaya? c. kembali v balik ke tempat atau ke keadaan (KBBI, 2013: 661) semula; pesawat antariksa itu sudah -- di bumi 2. a. bikin v cak buat b. buat v kerjakan; lakukan (KBBI, 2013: 191) (KBBI, 2013: 211)

9 68 h. Satu kata lebih bersifat lokal atau dialek daripada yang lain Tabel 11 Contoh Klasifikasi Data Satu Leksem Lebih Bersifat Lokal atau Dialek Daripada yang Lain 1. a. lepit Jk v melepit b. lipat v patah dua sehingga bidangnya menjadi (KBBI, 2013: 818) (KBBI, 2013: 834) seperdua (tt kertas, kain, dsb): pisau a. pirsa Jw v tahu; melihat b. tahu v mengerti sesudah melihat (menyaksikan, (KBBI, 2013: 1081) (KBBI, 2013: 1376) mengalami, dsb): ia -- bahwa saya yg menolongnya; perkara mesin, dia lebih -- dp saya i. Salah satu dari sinonim termasuk bahasa kanak-kanak Tabel 12 Contoh Klasifikasi Data Salah Satu dari Sinonim Termasuk Bahasa Kanak-kanak 1. a. pipis v cak kencing b. kencing v buang air kecil; berkemih (KBBI, 2013: 1080) (KBBI, 2013: 667) F. Metode Analisis Data Untuk menganalisis data dalam penelitian Kesinoniman Verba Insani dalam Bahasa Indonesia digunakan dua metode. Pertama, metode agih dengan

10 69 teknik ganti untuk menentukan seberapa jauh pasangan sinonim dapat dipertukarkan. Kedua, metode analisis komponen makna untuk menentukan komponen makna leksem yang bersinonim. Metode yang digunakan untuk mengulas masalah pertama adalah metode agih dengan teknik ganti. Teknik ganti bertujuan untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori unsur terganti atau unsur ginanti dengan unsur pengganti, khususnya bila tataran pengganti sama dengan tataran terganti atau tataran ginanti (Sudaryanto, 1993: 48). Menurut Macaulay, teknik tersebut merupakan teknik yang terbaik untuk pembatasan sinonim (dalam Ullman, 2012: 178). Alasannya, teknik ganti akan menjawab persoalan seberapa jauh kata-kata yang bersinonim itu dapat dipertukarkan. Jika berterima saat dimasukkan ke dalam konteks kalimat yang berbeda maka leksem-leksem tersebut dapat saling menggantikan dan sebaliknya. Contoh: (39) Ana telah pulih dari sakit demam berdarah. (40) Ana telah sembuh dari sakit demam berdarah. Jika dimasukkan ke dalam konteks kalimat yang berbeda menjadi seperti berikut. (41) Keadaan keuangan perusahaannya telah pulih. (42)*Keadaan keuangan perusahaannya telah sembuh. Di dalam konteks kalimat (39) dan (40) di atas, kedua kalimat berterima berarti kedua kata dapat saling menggantikan. Akan tetapi, pada konteks kalimat lain, seperti kalimat (41) dan (42) ada kalimat yang tidak berterima, yaitu kalimat (42) sehingga kedua leksem tidak dapat saling menggantikan. Oleh karena itu, terbukti bahwa kata pulih dan sembuh tidak bersinonim mutlak.

11 70 Metode kedua untuk mengulas masalah kedua adalah analisis komponen makna. Analisis komponen makna yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandangan analisis komponen makna menurut Nida untuk menentukan komponen makna suatu leksem. Nida (1975: 54 61) menjelaskan prosedur analisis komponen makna. Pertama, pada beberapa analisis meliputi penemuan tentatif pada makna yang muncul untuk hubungan dekat dalam arti bahwa mereka merupakan relativitas terdefinisi ranah semantis dengan keutamaan pada membagi nomor komponen bersama. Tahap kedua adalah mendaftar semua jenis spesifik pada acuan beberapa makna yang termasuk ranah pertanyaan. Tahap ketiga, terdiri dari menentukan komponen yang mungkin benar dari makna bentuk yang satu dan yang lainnya tetapi tidak semua bentuk pada pertanyaan. Tahap keempat, terdiri atas menentukan komponen diagnostik yang diaplikasikan pada beberapa makna, jadi makna father ayah mungkin ditunjukkan memiliki komponen: male laki-laki. Tahap kelima, terdiri dari menentukan pemeriksaan silang dengan data yang diperoleh pada tahap pertama. Tahap keenam, yaitu pendeskripsian sistematik pada fitur diagnostik. Wedhawati menguraikan bahwa sistem dan struktur medan leksikal dapat ditemukan dengan menganalisis komponen makna butir-butir leksikal pembentuk medan leksikal (2005: 102). Sebelum menentukan komponen makna suatu leksem, diperlukan kalimat diagnostik untuk mempermudah dalam menentukan komponen maknanya. Hal ini didasarkan atas pandangan Lyons (1991: 268) yang menyatakan bahwa medan leksikal terbentuk oleh seperangkat butir leksikal yang berelasi secara paradigmatis dan sintagmatis.

12 71 Wedhawati (2000: 262) menyatakan untuk mengecek reaksi semantis (o), (+), dan reaksi (*), digunakan kalimat diagnostik dengan tetapi (but-test, Cruse, 1986: 16-17), sedangkan reaksi semantis (-) dicek dengan kalimat perikutan (entailment, Cruse, 1986: 16-17). Untuk menentukan reaksi semantis (o), (+), dan (*) dalam kalimat ini digunakan kalimat diagnostik dengan tetapi (but-test). Selanjutnya, untuk menentukan reaksi semantis (-) digunakan kalimat perikutan (entailment). Terakhir, untuk menentukan reaksi semantis (+/-) digunakan kalimat diagnostik dengan tetapi dan kalimat perikutan. Berikut contoh analisis komponen makna verba pulih dan sembuh. Interaksi antara pasangan sinonim dan komponen makna INSAN menimbulkan reaksi semantis (+), seperti yang dapat dibaca pada kalimat diagnostik di bawah ini. (43) pulih pulih Dia sudah sembuh, tetapi sembuh itu a. *dialami insan b. tidak dialami insan Kalimat (43a) tidak berterima secara semantis karena pemakaian tetapi di situ tidak mengungkapkan hubungan perlawanan antara makna klausa pertama dan makna klausa kedua. Kalimat (43b) berterima karena tetapi di situ mengungkapkan hubungan perlawanan antara makna klausa pertama dan makna klausa kedua. Jadi kedua leksem berkomponen makna (+) INSAN. Reaksi semantis +SELESAI dalam kaitannya dengan pulih dan sembuh, seperti yang dapat dibaca pada kalimat diagnostik berikut. Selesai merupakan situasi kata tersebut sudah selesai dialami.

13 72 (44) Luka Nia pulih sembuh, tetapi a. *sedang dialami. b. selesai dialami. Kalimat (44a) tidak berterima secara semantis karena pemakaian tetapi di situ tidak mengungkapkan hubungan perlawanan antara makna klausa pertama dan makna klausa kedua. Kalimat (44b) berterima karena tetapi di situ mengungkapkan hubungan perlawanan antara makna klausa pertama dan makna klausa kedua. Jadi kedua leksem berkomponen makna (+) SELESAI. Reaksi semantis +SAKIT dalam kaitannya dengan pulih dan sembuh, seperti yang tampak pada kalimat diagnostik berikut. (45) Saya sudah pulih sembuh, tetapi a. *dari sakit. b. bukan dari sakit. Secara semantis, kalimat (45a) tidak berterima karena pemakaian tetapi di situ tidak mengungkapkan hubungan perlawanan antara makna klausa pertama dan makna klausa kedua, sedangkan kalimat (45b) berterima karena pemakaian tetapi di situ mengungkapkan hubungan perlawanan antara makna klausa pertama dan makna klausa kedua. Jadi kedua leksem berkomponen (+) SAKIT. Reaksi semantis (+) SEHAT dalam kaitannya dengan cuci, basuh, seperti yang terlihat pada kalimat diagnostik berikut. (46) Saya berusaha pulih sembuh, tetapi a. *bertujuan sehat b. tidak bertujuan sehat

14 73 Kalimat (46a) tidak berterima karena penggunaan tetapi di sana tidak mengungkapkan hubungan perlawanan antara makna antara klausa pertama dan makna klausa kedua, sedangkan kalimat (46b) berterima karena pemakaian tetapi di situ mengungkapkan hubungan perlawanan antara makna klausa pertama dan makna klausa kedua. Jadi, kedua leksem berkomponen (+) SEHAT. Reaksi semantis (+) terhadap komponen KESEHATAN dalam kaitannya terhadap leksem pulih dan sembuh dapat dilihat dalam kalimat diagnostik berikut ini. pulih (47) Kesadarannya sudah sembuh, tetapi itu a. *digunakan pada bidang kesehatan b. tidak digunakan pada bidang kesehatan Kalimat (47a) tidak berterima karena penggunaan tetapi di sana tidak mengungkapkan hubungan perlawanan antara makna antara klausa pertama dan makna klausa kedua, sedangkan kalimat (47b) berterima karena pemakaian tetapi di situ mengungkapkan hubungan perlawanan antara makna klausa pertama dan makna klausa kedua. Jadi, kedua leksem berkomponen (+) KESEHATAN. Reaksi semantis (-) menandai komponen EKONOMI dalam kaitannya dengan sembuh sebagaimana terlihat pada kalimat perikutan berikut. (48) Keadaan ekonominya telah kami belum pulih. a. pulih b. *sembuh Keadaan keuangan Secara semantis, kalimat (48a) berterima karena kalimat perikutan di atas mengungkapkan hubungan perikutan antara makna kalimat pertama dan kalimat perikutan. Kalimat (48b) tidak berterima karena kalimat perikutan di atas tidak

15 INSAN SELESAI SAKIT SEHAT KESEHATAN EKONOMI PENGALAM ASPEK SITUASI KEADAAN TUJUAN BIDANG PENGGUNAAN 74 mengungkapkan hubungan perikutan antara kalimat pertama dan kalimat perikutan. Jadi, leksem sembuh berkomponen -EKONOMI. Berdasarkan kalimat diagnostik dan kalimat perikutan di atas, dapat ditentukan komponen makna verba yang dianggap bersinonim, yakni pulih dan sembuh sebagai berikut. Tabel 13 Contoh Analisis Komponen Makna Pasangan Sinonim Leksem pulih dan sembuh Dimensi Komponen Leksem pulih sembuh Berdasarkan analisis komponen makna di atas, dapat diketahui bahwa leksem pulih dan sembuh memiliki kesamaan komponen yaitu +INSAN, +SELESAI, +SAKIT, +SEHAT, +KESEHATAN dan memiliki perbedaan komponen makna yaitu pulih berkomponen +EKONOMI, sedangkan sembuh berkomponen -EKONOMI. Jadi, kedua leksem tidak bersinonim mutlak karena terdapat perbedaan komponen makna, yakni komponen EKONOMI.

16 75 G. Metode Penyajian Hasil Analisis Data Metode penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini adalah metode formal dan informal. Metode penyajian formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang, sedangkan metode informal dilakukan dengan cara mendeskripsikan data yang telah dianalisis dengan kata-kata atau kalimat (Sudaryanto, 1993: 145).

KESINONIMAN VERBA INSANI DALAM BAHASA INDONESIA

KESINONIMAN VERBA INSANI DALAM BAHASA INDONESIA KESINONIMAN VERBA INSANI DALAM BAHASA INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPONENSIAL DAN STRUKTUR MEDAN LEKSIKAL VERBA BAHASA INDONESIA YANG BERKOMPONEN MAKNA (+TINDAKAN +KEPALA +MANUSIA +SENGAJA*MITRA +SASARAN)

ANALISIS KOMPONENSIAL DAN STRUKTUR MEDAN LEKSIKAL VERBA BAHASA INDONESIA YANG BERKOMPONEN MAKNA (+TINDAKAN +KEPALA +MANUSIA +SENGAJA*MITRA +SASARAN) ANALISIS KOMPONENSIAL DAN STRUKTUR MEDAN LEKSIKAL VERBA BAHASA INDONESIA YANG BERKOMPONEN MAKNA (+TINDAKAN +KEPALA +MANUSIA +SENGAJA*MITRA +SASARAN) Bakdal Ginanjar Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara semantis, setiap satuan lingual memiliki hubungan dengan satuan lingual lain. Hubungan tersebut berupa hubungan makna atau disebut juga relasi makna.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hurford dan Hearsly menyatakan bahwa semantik merupakan cabang dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hurford dan Hearsly menyatakan bahwa semantik merupakan cabang dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hurford dan Hearsly menyatakan bahwa semantik merupakan cabang dari linguistik yang mengkaji arti di dalam bahasa (Hurford dan Hearsly, 1983:1). Saat seseorang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Sinonim Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim berarti nama lain

Lebih terperinci

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Kumairoh Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dipnegoro Abstrak Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari oleh para penuturnya. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan

Lebih terperinci

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI - 13010113140096 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 1. INTISARI Semiotika merupakan teori tentang sistem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu penelitian 61 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu penelitian yang mendeskripsikan apa saja yang saat ini berlaku, khususnya dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 21

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 21 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Kajian Pustaka ini dilakukan dengan penelusuran atas penelitian sebelumnya, mengenai relasi makna yang membahas relasi

Lebih terperinci

KATA HABIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Anisa Rofikoh Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

KATA HABIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Anisa Rofikoh Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro KATA HABIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Anisa Rofikoh Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstrak Bahasa adalah sarana paling penting dalam masyarakat, karena bahasa adalah salah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian tentang Refleksif dengan Kata diri, dirinya, dan diri sendiri dalam bahasa Indonesia: dari Perspektif Teori Pengikatan termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan, berlari, dan pergi. Tidak hanya manusia, hewan juga melakukan

BAB I PENDAHULUAN. berjalan, berlari, dan pergi. Tidak hanya manusia, hewan juga melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gerakan merupakan suatu peristiwa yang paling mendasar dalam sebuah bahasa. Setiap manusia pasti melakukan gerakan dalam hidupnya, seperti berjalan, berlari, dan pergi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang bersifat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara yang harus dilaksanakan; teknik adalah cara melaksanakan metode (Sudaryanto, 2015:9). Metode yang tepat akan mengarahkan penelitian pada tujuan yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kategori kata dalam kajian gramatik bahasa Indonesia tidak. pernah lepas dari pembicaraan. Begitu kompleks dan pentingnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kategori kata dalam kajian gramatik bahasa Indonesia tidak. pernah lepas dari pembicaraan. Begitu kompleks dan pentingnya 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kategori kata dalam kajian gramatik bahasa Indonesia tidak pernah lepas dari pembicaraan. Begitu kompleks dan pentingnya permasalahan kategori ini sehingga tidak

Lebih terperinci

ANALISIS VARIASI MAKNA PLESETAN PADA TEKA-TEKI LUCU BANGGEDD UNTUK ANAK KARYA AJEN DIANAWATI (TINJAUAN SEMANTIK)

ANALISIS VARIASI MAKNA PLESETAN PADA TEKA-TEKI LUCU BANGGEDD UNTUK ANAK KARYA AJEN DIANAWATI (TINJAUAN SEMANTIK) ANALISIS VARIASI MAKNA PLESETAN PADA TEKA-TEKI LUCU BANGGEDD UNTUK ANAK KARYA AJEN DIANAWATI (TINJAUAN SEMANTIK) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 \

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, diuraikan berbagai aspek yang berkaitan dengan penentuan dan penggunaan metode penelitian. Uraian yang dimaksud meliputi: lokasi penelitian, desain penelitian,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan pengertian sesuai dengan pijakan teori yang dianut dalam suatu penelitian. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013 BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini akan diuraikan, latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengantar Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah menjadi suatu wilayah yang kompleks masyarakatnya. Keadaan ini terjadi karena sekarang semakin

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI LEKSIKAL SINONIMI PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN SURAH AN-NAHL

ANALISIS KOHESI LEKSIKAL SINONIMI PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN SURAH AN-NAHL ANALISIS KOHESI LEKSIKAL SINONIMI PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN SURAH AN-NAHL NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba AMBIL, komponen semantis, kategorisasi, makna, polisemi, dan sintaksis

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kejadian, komponen semantis, kategorisasi, dan makna.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kejadian, komponen semantis, kategorisasi, dan makna. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba kejadian, komponen semantis, kategorisasi, dan makna. Verba kejadian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam sebuah penelitian yang bersifat ilmiah, diperlukan sebuah metode tertentu untuk memudahkan penulis. Metode tersebut harus tepat dan sesuai dengan objek

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS, KONSEP DAN PENELITIAN TERDAHULU. meronim, member-collection, dan portion-mass (Saeed, 2009:63). Sehubungan

BAB II KAJIAN TEORETIS, KONSEP DAN PENELITIAN TERDAHULU. meronim, member-collection, dan portion-mass (Saeed, 2009:63). Sehubungan BAB II KAJIAN TEORETIS, KONSEP DAN PENELITIAN TERDAHULU 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Relasi Makna Relasi makna meliputi sinonim, antonim, polisemi, homonim, hiponim, meronim, member-collection, dan portion-mass

Lebih terperinci

PEMAKAIAN PERPADUAN LEKSEM BAHASA INDONESIA DALAM TABLOID NOVA EDISI JULI Jurnal Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

PEMAKAIAN PERPADUAN LEKSEM BAHASA INDONESIA DALAM TABLOID NOVA EDISI JULI Jurnal Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan PEMAKAIAN PERPADUAN LEKSEM BAHASA INDONESIA DALAM TABLOID NOVA EDISI JULI 2012 Jurnal Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu kalimat. Untuk membuat kalimat yang baik sehingga tuturan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu kalimat. Untuk membuat kalimat yang baik sehingga tuturan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan kata yang tepat di dalam sebuah tuturan diperlukan guna terciptanya saling kesepahaman diantara penutur seperti yang diungkapkan oleh Leech, (2003: 16),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu ciri pembeda utama antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Selain

BAB I PENDAHULUAN. satu ciri pembeda utama antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Selain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi dalam hidup ini. Bahasa merupakan sebuah lambang dalam berkomunikasi. Bahasa menjadi salah satu ciri pembeda

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pada teks berita utama olahraga surat kabar Tribun Lampung edisi April 2010.

III. METODE PENELITIAN. pada teks berita utama olahraga surat kabar Tribun Lampung edisi April 2010. III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan relasi leksikal pada teks berita utama olahraga surat kabar Tribun Lampung edisi April 2010. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan. Selain digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena bersifat deskriptif dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling berinteraksi dan berkomunikasi antara satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS. Verba kehiponiman..., Erlin Rissa Ariyani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 3 ANALISIS. Verba kehiponiman..., Erlin Rissa Ariyani, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 3 ANALISIS 3.1 Pengantar Bab ini berisi analisis kata obah bergerak yang telah dikumpulkan sebagai data dan dikelompokkan berdasarkan kelompoknya masing-masing. Setelah data diperoleh, penulis terlebih

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 42 5.1 KESIMPULAN... 42 5.2 SARAN... 43 DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa adalah suatu simbol bunyi yang dihasilkan oleh indera pengucapan manusia. Bahasa sebagai alat komunikasi sangat berperan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat 47 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Edi Subroto (1992:7) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

1. Kita harus melaporkan kejadian itu besok, tetapi mereka sekarang tidak berada di sini.

1. Kita harus melaporkan kejadian itu besok, tetapi mereka sekarang tidak berada di sini. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deiksis sebagai salah satu kajian pragmatik yang pemaknaan suatu bahasa harus disesuaikan dengan konteksnya. Pemakaian bahasa yang tidak teratur dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan leksikon sangat penting dalam perkembangan bahasa seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang satu dengan yang lainnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung banyak pengetahuan didalamnya. Tidak jarang ditemui kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung banyak pengetahuan didalamnya. Tidak jarang ditemui kesulitan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alquran diturunkan Allah untuk umat manusia khususnya umat Islam, mengandung banyak pengetahuan didalamnya. Tidak jarang ditemui kesulitan dalam memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menguasai bahasa dan setiap elemen-elemen dalam bahasa, seperti. keinginan kepada orang lain (Dedi Sutedi 2011: 2).

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menguasai bahasa dan setiap elemen-elemen dalam bahasa, seperti. keinginan kepada orang lain (Dedi Sutedi 2011: 2). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1. Latar Belakang Bahasa merupakan alat vital dalam berkomunikasi. Maka sangatlah penting untuk mempelajari dan menguasai bahasa dan setiap elemen-elemen

Lebih terperinci

DISFEMIA DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR POS KOTA DAN RADAR BOGOR

DISFEMIA DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR POS KOTA DAN RADAR BOGOR Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 DISFEMIA DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR POS KOTA DAN RADAR BOGOR Kania Pratiwi Sakura Ridwan Aulia Rahmawati Abstrak. Penelitian ini bertujuan memahami secara

Lebih terperinci

Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman. Abstrak

Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman. Abstrak Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman Abstrak Dalam seni bina, pembinaan, kejuruteraan, dan pembangunan harta tanah, bangunan merujuk kepada mana-mana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Anak sekolah di taman kanak-kanak hingga mahasiswa di

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Anak sekolah di taman kanak-kanak hingga mahasiswa di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah bangsa Indonesia berhasil lepas dari belenggu penjajahan dengan diproklamasikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia, bahasa Indonesia memiliki peran yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia sebagai alat komunikasi karena dengan bahasa kita dapat bertukar pendapat, gagasan dan ide yang kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial perlu untuk berinteraksi untuk bisa hidup berdampingan dan saling membantu. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita dan sebagainya (Sugono ed., 2015:872). Beritaberita dalam surat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Semantik Kata semantik atau semasiologi diturunkan dari kata Yunani semainein: bermakna atau berarti.

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Oleh Siti Sumarni (Sitisumarni27@gmail.com) Drs. Sanggup

Lebih terperinci

ANALISIS DEIKSIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X OTOMOTIF SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

ANALISIS DEIKSIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X OTOMOTIF SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ANALISIS DEIKSIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X OTOMOTIF SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat hidup bermasyarakat. Dengan bahasa orang dapat. lambang bunyi, suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf,

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat hidup bermasyarakat. Dengan bahasa orang dapat. lambang bunyi, suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari orang tidak dapat lepas dari pemakaian bahasa, apalagi dalam kehidupan masyarakat. Peranan bahasa dalam hidup bermasyarakat sangat

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI LIFATATI ASRINA A 310 090 168 PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian terhadap ekspresi kesantunan dalam tuturan bahasa Indonesia yang difokuskan pada cara berunjuk santun dilakukan dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.)

PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.) A. Pengertian Kosakata PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.) Guru Bahasa Indonesia SMAN 3 Parepare Kosakata menurut Kridalaksana (1993: 122) sama dengan leksikon. Leksikon adalah (1)

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA KALIMAT MAHASISWA THAILAND YANG BELAJAR DI UMS (ASPEK EJAAN, KEMUBAZIRAN, KEPADUAN, DAN KELOGISAN)

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA KALIMAT MAHASISWA THAILAND YANG BELAJAR DI UMS (ASPEK EJAAN, KEMUBAZIRAN, KEPADUAN, DAN KELOGISAN) ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA KALIMAT MAHASISWA THAILAND YANG BELAJAR DI UMS (ASPEK EJAAN, KEMUBAZIRAN, KEPADUAN, DAN KELOGISAN) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa oleh berbagai media, baik itu media cetak maupun media non-cetak.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa oleh berbagai media, baik itu media cetak maupun media non-cetak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Banyak hal yang dapat dikaji dalam masyarakat, antara lain pemakaian bahasa oleh berbagai media, baik itu media cetak maupun media non-cetak. Media cetak yang banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat vital yang dimiliki oleh manusia dalam mengekspresikan segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu perlawanan kata. Perlawan kata dalam pelajaran bahasa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu perlawanan kata. Perlawan kata dalam pelajaran bahasa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk hubungan makna yang terdapat dalam satuan bahasa yaitu perlawanan kata. Perlawan kata dalam pelajaran bahasa Indonesia biasanya disebut dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian dengan judul Pemerolehan Bahasa Melayu Jambi pada Sasha Anak Usia Tiga Tahun; Suatu Kajian Psikolinguistik menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN MASYARAKAT DESA SOMOPURO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN MASYARAKAT DESA SOMOPURO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN MASYARAKAT DESA SOMOPURO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitan kualitatif yang bersikap deskriptif. Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam pengetahuan sosial yang secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer, konvensional, dan memiliki makna. Sifat dinamis itu muncul karena manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial budaya masyarakat pemakainya (periksa Kartini et al., 1982:1).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial budaya masyarakat pemakainya (periksa Kartini et al., 1982:1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Sunda (BS)1) memiliki kedudukan dan fungsi tertentu di dalam kehidupan sosial budaya masyarakat pemakainya (periksa Kartini et al., 1982:1). Di samping

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah, atau natural setting, sehingga metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab III ini dikemukakan mengenai metode penelitian yang peneliti gunakan. Metode penelitian merupakan alat, prosedur, dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bagian dari ilmu linguistik. Cabang-cabang ilmu linguistik tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bagian dari ilmu linguistik. Cabang-cabang ilmu linguistik tersebut di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. Masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu metode

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu metode BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian ini terkait dengan konteks situasi yang terjadi dalam sebuah kelompok. Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam pembentukan dan pengembangan bahasa Indonesia. Sebelum mengenal bahasa Indonesia sebagian besar bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya di muka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi pengambilan data dilakukan di beberapa tempat parkir di kota Bandung. Data-data tersebut diambil dari parkiran di mal-mal dan pusat perbelanjaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi pustaka karena teori secara nyata dapat dipeoleh melalui studi atau kajian kepustakaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah pengalihan makna dari bahasa sumber (BS) ke bahasa target (BT) dan makna BS harus dapat dipertahankan sehingga tidak terjadi pergeseran makna pada

Lebih terperinci

CINTA TELAH PERGI. 1 Penyempurna

CINTA TELAH PERGI. 1 Penyempurna CINTA TELAH PERGI 1 Penyempurna Enam belas tahun yang lalu seorang ibu bernama Rosa melahirkan seorang bayi perempuan, bayi yang selama ini bu Rosa dan pak Adam (suami bu Rosa) idam-idamkan selama dua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 57 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena penelitian ini bersifat deskriptif. Peneliti mencatat dengan teliti dan cermat data yang berwujud katakata,

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA TEORI. Universitas Indonesia

BAB 2 KERANGKA TEORI. Universitas Indonesia BAB 2 KERANGKA TEORI 2.1 Pengantar Di dalam bab ini akan disajikan mengenai teori medan makna oleh Leech (1983), pengertian kehiponiman yang dikemukakan oleh Lyons (1977), Verhaar (1978) dan teori yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan fukushi. Fukushi adalah kata yang dipakai untuk menerangkan yougen

BAB I PENDAHULUAN. dengan fukushi. Fukushi adalah kata yang dipakai untuk menerangkan yougen 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat berkomunikasi secara formal maupun informal, baik menggunakan ragam bahasa lisan maupun tulisan, orang Jepang sering menggunakan kata keterangan. Kata keterangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan paradigma kritis. Perspektif kritis ini bertolak dari asumsi umum bahwa realitas kehidupan bukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan,

BAB I PENDAHULUAN. melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi. Jelas tidaknya informasi yang disampaikan kepada masyarakat, sangat ditentukan oleh benar tidaknya bahasa yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Pada bab ini akan dijabarkan pendapat para ahli sehubungan dengan topik penelitian. Mengenai alat-alat kohesi, penulis menggunakan pendapat M.A.K. Halliday dan Ruqaiya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahasa, terdapat aturan-aturan pemakaian bahasa yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahasa, terdapat aturan-aturan pemakaian bahasa yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antar sesama. Melalui bahasa manusia dapat mengekspresikan ide dan gagasan yang ada di dalam pikiran. Di dunia ini terdapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa.

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa. 1 PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa. Dalam interaksi sosial masyarakat Jawa, lebih cenderung menggunakan komunikasi

Lebih terperinci

SEMANTIK LEKSIKAL, SEMANTIK KALIMAT, MAKNA DAN

SEMANTIK LEKSIKAL, SEMANTIK KALIMAT, MAKNA DAN SEMANTIK LEKSIKAL, SEMANTIK KALIMAT, MAKNA DAN KONTEKS BAHASA ACEH BESAR Isda Pramuniati Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Hubungan Semantik dengan kehidupan manusia sangat dekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2005:3-4), Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. (2005:3-4), Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat aspek keterampilan berbahasa yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada empat aspek keterampilan tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung menggunakan ragam lisan. Dalam ragam lisan terdapat kekhususan atau kekhasan suatu bahasa. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibaca dalam peningglan-peninggalan yang berupa tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibaca dalam peningglan-peninggalan yang berupa tulisan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah merupakan sebuah bentuk karya tulis yang berupa bahan kertas atau buku tercipta dalam kurun waktu tertentu dapat terjadi penggerak tentang keadaan dan situasi

Lebih terperinci

lingkungan gambar 3.1 dani bermain di sekolah

lingkungan gambar 3.1 dani bermain di sekolah tema 3 lingkungan gambar 3.1 dani bermain di sekolah kita harus hidup rukun rukun dengan saudara rukun dengan teman teman kita harus saling membantu tidak boleh saling mengganggu kamu harus mampu setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pula bahasa Jawa juga mengalami perkembangan. Dari bahasa Jawa kuno

BAB I PENDAHULUAN. pula bahasa Jawa juga mengalami perkembangan. Dari bahasa Jawa kuno BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Demikian pula bahasa Jawa juga mengalami perkembangan. Dari bahasa Jawa kuno berkembang menjadi bahasa Jawa tengahan,

Lebih terperinci