STUDI ANTROPOMETRI DAN GERAK KERJA PEMANEN KELAPA SAWIT SERTA APLIKASINYA UNTUK PENYEMPURNAAN DESAIN ALAT PANEN SAWIT (EGREK DAN DODOS)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI ANTROPOMETRI DAN GERAK KERJA PEMANEN KELAPA SAWIT SERTA APLIKASINYA UNTUK PENYEMPURNAAN DESAIN ALAT PANEN SAWIT (EGREK DAN DODOS)"

Transkripsi

1 STUDI ANTROPOMETRI DAN GERAK KERJA PEMANEN KELAPA SAWIT SERTA APLIKASINYA UNTUK PENYEMPURNAAN DESAIN ALAT PANEN SAWIT (EGREK DAN DODOS) ILHAM RIZKI ARISANDY DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Antropometri dan Gerak Kerja Pemanen Kelapa Sawit serta Aplikasinya untuk Penyempurnaan Desain Alat Panen Sawit (Egrek dan Dodos) adalah benar karya saya dengan arahan dari Dosen Pembimbing Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013 Ilham Rizki Arisandy NIM F

4 ABSTRAK ILHAM RIZKI ARISANDY. Studi Antropometri dan Gerak Kerja Pemanen Kelapa Sawit serta Aplikasinya untuk Penyempurnaan Desain Alat Panen Sawit (Egrek dan Dodos). Dibimbing oleh M. FAIZ SYUAIB Proses pemanenan kelapa sawit menggunakan alat egrek dan dodos dapat menimbulkan resiko cidera. Diperlukan kesesuaian antara pemanen dengan alat yang digunakan untuk mengahasilkan kinerja yang optimal. Sehingga diperlukan data antropometri untuk mendesain alat guna mendapatkan desain yang ergonomis Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kesesuaian desain dimensional egrek dan dodos berdasarkan antropometri pemanen, dan membuat rekomendasi desain dimensional egrek dan dodos yang ergonomis. Hasil analisis selang gerak diperoleh tubuh bagian atas yaitu leher, bahu, serta lengan bawah tergolong dalam zona bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Hasil simulasi di dapatkan panjang batang dodos yang ergonomis sebesar 1 meter dengan total jumlah batang sebanyak 3 batang, serta dilihat dari aspek teknis sebesar 1.5 meter dengan total jumlah batang sebanyak 2 batang. Sedangkan panjang batang egrek yang baru sebesar 4 meter dengan total jumlah batang sebanyak 5 batang. Khusus egrek untuk menentukan panjang batang egrek dengan rumus ( ), dimana h adalah tinggi target potong, t adalah tinggi pemanen. Kata kunci : antropometri, dodos, egrek, kelapa sawit. ABSTRACT ILHAM RIZKI ARISANDY. Study of Anthropometry and Motion on Oil Palm Harvesting Activity and it s Aplication for Enhancing The Design of Harvesting Tools (Pole and Curve Knife and Chisel). Supervised by M. FAIZ SYUAIB. Oil palm harvesting process using conventional tools named pole and curve knife and chisel may cause risk of injury. Good matching and compatibility between human and tools dimensions is necessary to gain optimum performance. So an anthropometric approach in order to obtain an ergonomic design is needed. The purpose of this study was to analyze suitable dimentional of pole and curve knife and chisel based on natural range of motion and anthropometric data of harvester s, and to recommend a better design of pole and curve knife and chisel which are more ergonomic. The result range of motion analysis show that the upper body such as the neck, shoulder and forearm determine the level of risk and can cause risk of injury. Simulation result obtained an egronomic stem length of chisel is 1 meter with 3 connected stem, and seen from technical aspect is 1.5 meter with 2 connected stem. While the length of pole and curve knife stem is 4 meter with 5 connected stem. In addition to that, this research revealed that the total length of pole and curve knife stem needed in a certain harvesting activity can be formulated as : ( ), where h is the high of cutting target, t is the high of harvesters. Keywords : anthropometry, chisel, oil palm, pole and curve knife

5 STUDI ANTROPOMETRI DAN GERAK KERJA PEMANEN KELAPA SAWIT SERTA APLIKASINYA UNTUK PENYEMPURNAAN DESAIN ALAT PANEN SAWIT (EGREK DAN DODOS) ILHAM RIZKI ARISANDY Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6

7 Judul Skripsi : Studi Antropometri dan Gerak Kerja Pemanen Kelapa Sawit serta Aplikasinya untuk Penyempurnaan Desain Alat Panen Sawit (Egrek dan Dodos) Nama : Ilham Rizki Arisandy NIM : F Disetujui oleh, Pembimbing Akademik, (Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr) NIP: Mengetahui, Ketua Departemen, ( Dr. Ir. Desrial, M.Eng ) NIP: Tanggal Lulus:

8

9 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah ergonomika, dengan judul Studi Antropometri dan Gerak Kerja Pemanen Kelapa Sawit serta Aplikasinya untuk Penyempurnaan Desain Alat Panen Sawit (Egrek dan Dodos). Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada orang tua, seluruh keluarga, serta Fajar Mulyanti yang selalu memberikan doa, semangat dan kasih sayangnya hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Kemudian Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran, arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini. Dr. Ir. I Wayan Astika M.Si dan Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS selaku dosen penguji yang telah memberi masukan dan saran-sarannya. PT Astra Agro Lestari, Tbk, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem serta Fakultas Teknologi Pertanian yang telah membantu dan memberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian. Tidak lupa teman-teman seperjuangan ( Rusnadi, Nuzul, Unir, Imet, Adit, dan Naila ), rekan-rekan satu tim bimbingan di Laboratorium Ergonomika ( Haning, Irvan, Kurnia, Niwayan, Stevi, Bani ) serta Dadang, Tri, Rayzumi, Kurnia Ayu atas kerjasamanya dan teman teman TMB angkatan 46 yang selalu memberikan masukan dan semangat selama penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk membantu penyempurnaan skripsi ini. Semoga laporan skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Bogor, September 2013 Ilham Rizki Arisandy

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Ruang Lingkup Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 METODE 7 Waktu dan Tempat Penelitian 7 Alat 7 Subyek Penelitian 8 Metode Pelenitian 9 HASIL DAN PEMBAHASAN 19 Analisis Gerak Pemotongan Tandan dan Pelepah Kelapa Sawit 19 Analisis Kesesuaian Desain 36 SIMPULAN DAN SARAN 63 Simpulan 63 Saran 64 DAFTAR PUSTAKA 64 RIWAYAT HIDUP 65

11 DAFTAR TABEL 1 Zonasi selang gerak tubuh 6 2 Derajat selang gerak tubuh 6 3 Pembagian subyek penelitian tingkat resiko gerakan 8 4 Daftar parameter pengukuran tubuh 11 5 Spesifikasi pipa dodos dan egrek 14 6 Data antropometri pemanen kelapa sawit (n=141 subyek) 15 7 Parameter antropometri yang terkait dengan model antropometri pemanen 16 8 Distribusi sudut gerak maksimal anggota tubuh pemanen pada penggunaan dodos di lahan datar 24 9 Distribusi sudut gerak maksimal anggota tubuh pemanen pada penggunaan egrek E1 di lahan datar Distribusi sudut gerak maksimal anggota tubuh pemanen pada penggunaan egrek E2 di lahan datar Distribusi sudut gerak maksimal anggota tubuh pemanen pada penggunaan egrek E3 di lahan datar Distribusi sudut gerak maksimal anggota tubuh pemanen pada penggunaan egrek E3 di lahan berbukit Distribusi sudut gerak maksimal anggota tubuh pemanen pada penggunaan egrek E4 di lahan datar Hasil perhitungan sebaran gaya di setiap titik Panjang batang total pada tinggi target potong maksimal 3, 6, 12 dan 18 meter Panjang kerja ideal yang terbentuk 61 DAFTAR GAMBAR 1 Contoh beberapa peralatan untuk panen kelapa sawit 3 2 Selang alami gerakan (SAG) tubuh manusia 5 3 Selang gerakan tubuh 7 4 Diagram alir penelitian 9 5 Bagian-bagian dodos (a) pisau dodos (b) batang dodos 12 6 Bagian-bagian egrek (a) egrek (b) pisau egrek (c) klem pada batang egrek 12 7 Gambar ortogonal (a) dodos (b) egrek 13 8 Model manekin antropometri pemanen di tiga lokasi posisi normal tampak samping 16 9 Ilustrasi pemilihan titik ideal pemotongan Model manekin dasar antropometri pemanen Contoh subyek A1 gerakan memotong dengan dodos Model manekin antropometri subyek A1 pada gerakan memotong dengan dodos 21

12 13 Contoh Subyek A2 gerakan memotong tandan/pelepah menggunakan alat egrek Model manekin antropometri subyek A2 pada gerakan memotong dengan egrek Grafik korelasi sudut gerak anggota tubuh terhadap tinggi target potong pada penggunaan egrek dilahan datar Grafik korelasi sudut gerak anggota tubuh pada penggunaan egrek dan dodos dilahan datar (tinggi target potong 3 meter) Gaya maksimal saat menarik (kiri) dan mendorong (kanan) dalam bentuk persentase berat badan (Rohmert, 1966) dalam (Sanders, 1992) Sebaran gaya di setiap titik pada pisau egrek Ilustrasi penentuan panjang ideal pemotongan pada pisau Simulasi panjang batang dodos yang paling ideal untuk persentil 5 pada tinggi target potong 1, 2, dan 3 meter Pengunci (klem) sambungan Detail dimensi dodos (a) panjang per batang 1 meter (b) panjang per batang 1.5 meter Simulasi 2 dimensi pemotongan menggunakan egrek pada tinggi target potong 3 meter Simulasi panjang batang egrek menggunakan persentil 5 dengan tinggi target potong 3 meter kondisi pemanen di depan tandan Simulasi panjang batang egrek menggunakan persentil 5 dengan tinggi target potong 3 meter kondisi pemanen bergeser Simulasi 2 dimensi pemotongan menggunakan egrek pada tinggi target potong 6 meter Simulasi panjang batang egrek menggunakan persentil 5 dengan tinggi target potong 3 meter kondisi pemanen di depan tandan Simulasi panjang batang egrek menggunakan persentil 5 dengan tinggi target potong 6 meter kondisi pemanen bergeser (a) Simulasi 2 dimensi pemotongan menggunakan egrek pada tinggi target potong 12 meter (b) Perbesaran manekin antropometri Simulasi panjang batang egrek menggunakan persentil 5 dengan tinggi target potong 12 meter kondisi pemanen di depan tandan Simulasi panjang batang egrek menggunakan persentil 5 dengan tinggi target potong 12 meter kondisi pemanen bergeser (a) Simulasi 2 dimensi pemotongan menggunakan egrek pada tinggi target potong 18 meter (b) Perbesaran manekin antropometri Simulasi panjang batang egrek menggunakan persentil 5 dengan tinggi target potong 18 meter kondisi pemanen di depan tandan Simulasi panjang batang egrek menggunakan persentil 5 dengan tinggi target potong 12 meter kondisi pemanen bergeser Mekanisme penguncian sambungan menggunakan pen Mekanisme penguncian sambungan menggunakan alur Mekanisme penguncian sambungan menggunakan ulir Detail dimensi egrek baru Gambaran perumusan batang egrek ideal dalam contoh simulasi untuk tinggi target potong 6 meter menggunakan persentil 5 62

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditas perkebunan di Indonesia saat ini didominasi oleh kelapa sawit. Menurut Ditjebun (2012), Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia dengan produksi mencapai ton. Perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia meningkat pesat dari tahun ke tahun. Perkembangan luasan areal kelapa sawit yang cukup pesat tersebut antara lain didorong oleh stabilnya harga komoditas tersebut di pasaran internasional. Pengembangan perkebunan kelapa sawit tersebut harus didukung oleh ketersediaan bibit kelapa sawit yang sehat dan berkualitas baik serta pengelolaan kebun yang baik. Salah satu faktor yang menentukan tingkat produktivitas kelapa sawit yaitu pada proses panen. Proses panen kelapa sawit erat kaitannya dengan interaksi antara pemanen, alat panen yang digunakan, dan lingkungan kerja pada saat panen. Kesesuaian di antara tiga elemen tersebut masih belum ada yang mengkaji padahal berpengaruh terhadap tingkat produktivitas kerja dan efisiensi pada proses pemanenan. Keamanan dan keselamatan sering kali dipandang sebelah mata dan yang lebih diutamakan hanyalah supaya proses panen dapat berlangsung cepat. Dalam penelitian ini yang akan dikaji lebih lanjut yaitu pada elemen alat yang digunakan yaitu egrek dan dodos. Faktor yang dapat mempengaruhi manusia untuk mencapai keberhasilan suatu pekerjaan secara umum dapat dibagi dua, yaitu faktor individual dan faktor situasional. Faktor individual dapat berasal dari dalam diri orang itu sendiri seperti usia, pendidikan, pengalaman, motivasi. Sedangkan faktor dari luar atau faktor situasional seperti tata letak ruang kerja, kondisi pekerjaan, kondisi mesin, karakteristik lingkungan. Faktor situasional ini dapat dirubah untuk mencapai keberhasilan dalam pekerjaan. Ergonomi merupakan studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain atau perancangan (Nurmianto, 2004). Ergonomi memiliki beberapa cabang ilmu yang dapat mempengaruhi manusia dalam mencapai keberhasilan suatu pekerjaan, salah satunya yaitu antropometri. Cabang ilmu ini sebaiknya disesuaikan antara manusia dalam hal ini pemanen kelapa sawit, alat yang digunakan, serta lingkungan kerja pada proses panen untuk meningkatkan produktifitas, efisiensi, keamanan serta kenyamanan kerja. Selain itu, cabang ilmu ini juga memiliki suatu data base yang diperoleh dari pengukuran antopometri tubuh manusia. Data antropometri yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu terbatas pada pemanen kelapa sawit pria di PT AAL (Astra Agro Lestari). Database ini akan membantu untuk mendesain alat dan mesin pertanian khususnya egrek dan dodos sesuai dengan antropometri dari tubuh pemanen kelapa sawit.

14 2 Perumusan Masalah Berbekalkan pada latar belakang yang ada, beberapa cakupan masalah dapat dirumuskan. Cakupan masalah dalam penelitian ini yaitu tingkat keamanan dan keselamatan kerja sering diabaikan pada proses pemanenan kelapa sawit, resiko cedera pada saat proses pemanenan tinggi, pekerjaan pemanenan masih dilakukan secara manual menggunakan egrek dan dodos sehingga lebih mengandalkan tenaga manusia, penelitian mengenai keamanan dan keselamatan kerja pada proses pemanenan masih sedikit serta penelitian mengenai kesesuaian antara alat panen kelapa sawit khususnya egrek dan dodos dengan pemanen masih sedikit. Dengan mengkaji kesesuaian antara alat dan pengguna, maka tingkat keamanan, kenyamanan, dan produktivitas kerja dapat disempurnakan. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis antropometri pemanen kelapa sawit di lokasi studi, menganalisis kesesuaian desain dimensional egrek dan dodos berdasarkan selang alami gerak dan antropometri pemanen di lokasi studi, membuat rekomendasi penyempurnaan desain dimensional egrek dan dodos yang ergonomis. Ruang Lingkup Penelitian Batasan masalah pada penelitian ini yaitu pemanenan kelapa sawit hanya pada saat pemotongan tandan buah segar (TBS) dan pelapah menggunakan alat egrek dan dodos, analisis dari gerakan pemanenan dilakukan secara 2 dimensi pada penggunaan dodos dan egrek, serta penambahan analisis secara 3 dimensi hanya pada penggunaan egrek. TINJAUAN PUSTAKA Pemanenan Kelapa Sawit Proses pemanenan kelapa sawit merupakan suatu kegiatan meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak dari pohon, memungut brondolan yang jatuh, memotong pelepah dan mengangkut buah ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik (Syuaib, 2013) Suatu areal tanaman belum menghasilkan (TBM) dapat disebut sebagai tanaman menghasilkan (TM) dan dapat dipanen apabila 60% atau lebih buahnya telah matang panen. Selain itu tanaman telah berumur ± 31 bulan, berat janjangan (tandan) telah mencapai 3 kg atau lebih, penyebaran panen telah mencapai 1:5, yaitu setiap 5 pohon terdapat 1 tandan buah yang matang panen. Kebun yang

15 memenuhi persyaratan tersebut dapat mulai dipanen dan disebut dengan kebun tanaman menghasilkan atau TM. Peralatan untuk panen kelapa sawit dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu alat untuk memotong tandan buah segar (TBS) meliputi dodos kecil untuk tanaman yang telah berumur tiga sampai empat tahun dengan spesifikasi lebar mata 8 cm, lebar tengah 7 cm, tebal tengah 0.5 cm, tebal pangkal 0.7 cm, diameter gagang 4.5 cm, dan panjang total l8 cm. Dodos besar untuk tanaman yang telah berumur lima sampai delapan tahun dengan spesifikasi lebar mata l2-14 cm, lebar tengah 12 cm, tebal tengah 0.5 cm, tebal pangkal 0.7 cm, diameter gagang 4.5 cm, dan panjang total 20 cm. Egrek untuk tanaman yang memiliki umur lebih dari sembilan tahun dengan tinggi pokok lebih dari tiga meter. Spesifikasi pisau egrek berbentuk seperti pisau arit dengan panjang pangkal 20 cm, panjang pisau 45 cm, sudut lengkung dihitung pada sumbu 135 o, dan berat 0.5 kg. Selanjutnya yaitu alat untuk membawa TBS menuju tempat pengumpulan hasil (TPH) dapat berupa angkong atau kereta sorong, karung goni, keranjang buah, pikulan atau tali nilon. Terakhir yaitu alat untuk bongkar muat TBS yang biasanya berupa gancu dan tojok/tombak. Tojok/tombak ini digunakan khusus untuk pemuatan TBS ke dalam truk angkut buah (Pahan, 2008). Contoh beberapa peralatan untuk panen kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 1. 3 (a) (b) Keterangan: a. Egrek b. Dodos c. Gancu d. Tojok (c) (d) Gambar 1 Contoh beberapa peralatan untuk panen kelapa sawit

16 4 Antropometri Ergonomi didefinisikan ilmu yang mempelajari pemahaman dasar tentang interaksi antara manusia dengan bagian lain dari sistem yang berkontribusi pada rancangan tugas, pekerjaan, produk dan lingkungan agar sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan keterbatasan mansia ( The International Ergonomics Association (IEA)). Dalam ergonomi memiliki beberapa cabang ilmu, salah satunya yaitu antopometri. Kata antropomerti merupakan pengukuran tubuh manusia. Antropometri berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas kata anthropos yang berarti manusia dan metron yang berarti ukuran. Data antropometri merupakan data yang digunakan untuk menentukan dimensi fisik dari ruang kerja, peralatan, furniture dan pakaian untuk memastikan terhindarnya ketidakcocokan antara dimensi alat dengan dimensi pengguna (Bridger 2003). Antropometri merupakan suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia yang secara luas yang digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan produk maupun sistem kerja yang akan melibatkan interaksi manusia. Aplikasi antropometri meliputi perancangan areal kerja, peralatan kerja, dan produk-produk konsumtif. Terdapat dua tipe utama dari pengukuran tubuh yaitu pengukuran statis/antropometri statis dan pengukuran dinamis/antropometri dinamis (Sanders dan McCormick 1993), yaitu : 1. Antropometri Statis (Structural Body Dimensions) Pengukuran manusia pada posisi diam atau yang dibakukan. Disebut juga pengukuran dimensi struktur tubuh dimana tubuh diukur dalam berbagai posisi standar dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Pengukuran antropometri statis menjadi penting karena pengukuran ini menjadi dasar dalam perancangan produk dan lingkungan kerja yang digunakan. 2. Antropometri Dinamis (Functional Body Dimensions) Antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya. Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa presentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau kurang dari nilai tersebut. Nilai percentil 95 menunjukkan tubuh ukuran besar, sedangkan untuk percentil 5 menunjukkan tubuh berukuran kecil (Nurmianto, 2004). Selang Alami Gerak Selang alami gerak (SAG) merupakan sejumlah gerakan yang melalui bagian tertentu yang terjadi pada sendi dan dinyatakan dalam derajat pergerakan (Sanders dan McCormick 1993). Tubuh manusia memiliki suatu selang alami gerak (SAG), jika manusia melakukan SAG ini, maka dapat memperbaiki

17 sirkulasi darah dan fleksibiitas sehingga dapat bekerja dengan nyaman dan mendapatkan produktivitas yang tinggi (Openshaw 2006). Fleksibilitas berarti kemampuan untuk beradaptasi dan bekerja dengan efektif dalam situasi yang berbeda. Dengan mempertimbangkan SAG, produk dapat didesain untuk dioperasikan dengan selang optimal untuk mengurangi kelelahan dan gangguan otot. Terdapat empat zona yang dihadapi manusia ketika duduk atau berdiri (Openshaw 2006), yaitu: 1. Zona 0. Zona yang paling dianjurkan untuk sebagian besar gerakan-gerakan. Terdapat tekanan minimal pada otot dan sendi. 2. Zona 1 (zona hijau). Zona yang dianjurkan untuk sebagian besar gerakangerakan. Terdapat tekanan minimal pada otot dan sendi. 3. Zona 2 (zona kuning). Banyak posisi yang ekstrim pada anggota-anggota tubuh. Terdapat lebih besar tekanan pada otot dan sendi. 4. Zona 3 (zona merah). Posisi paling ekstrim pada anggota-anggota tubuh, sebaiknya dihindari jika memungkinkan, terutama ketika mengangkat beban berat atau kegiatan yang berulang-ulang. Zona-zona tersebut merupakan selang dimana anggota tubuh dapat bergerak secara bebas. Zona 0 dan 1 merupakan zona aman dan pergerakan banyak terjadi di zona ini, sedangkan untuk zona 2 dan 3 seharusnya dihindari khususnya untuk pekerjaan berat dan berulang. Ilustrasi selang alami gerak dapat dilihat pada Gambar 2, sedangkan sudut-sudut pada setiap zona gerakan dijelaskan pada Tabel 1. 5 Gambar 2 Selang alami gerakan (SAG) tubuh manusia a Sumber : Chaffin (1999) dan Woodson (1992) diacu dalam Openshaw (2006)

18 6 Pergelangan Tangan Bahu Punggung Leher Tabel 1 Zonasi selang gerak tubuh Gerakan Zona dan selang sudut gerak (dalam ) Zona 0 Zona 1 Zona 2 Zona 3 Fleksi Ekstensi Fleksi Ekstensi Aduksi Abduksi Fleksi Ekstensi Rotasi Membengkok ke samping Fleksi Ekstensi Rotasi Membengkok ke samping a Sumber : Chaffin (1999) dan Woodson (1992) diacu dalam Openshaw (2006) Selang alami gerakan (SAG) merupakan sejumlah gerakan yang melalui bagian tertentu yang terjadi pada sendi dan dinyatakan dalam derajat pergerakan (Sanders dan McCormick 1993). Gerakan tersebut meliputi gerakan bahu, siku tangan, pergelangan tangan, pergelangan kaki, lengan tangan, lutut dan pinggul seperti dijelaskan pada Gambar 3. SAG yang dapat dikalkulasi seperti pada Tabel 2. Siku terhadap lengan tangan Gerakan Pergelangan kaki Tabel 2 Derajat selang gerak tubuh Zona dan selang sudut gerak (dalam ) Zona 0 Zona 1 Zona 2 Zona 3 Fleksi Ekstensi Fleksi Lutut Fleksi Pinggul Adduksi Abduksi Fleksi a Diolah berdasarkan data bersumber dari Houy 1983 diacu dalam Sanders dan McCormick 1993

19 7 Gambar 3 Selang gerakan tubuh a Sumber : Houy 1983 diacu dalam Sanders dan McCormick 1993 METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2013 Juni 2013 di Laboratorium Ergonomika, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pengumpulan data dari penelitian Syuaib et al (2012) di lokasi Perkebunan Kelapa Sawit Astra Agro Lestari di tiga anak cabang yaitu di PT Waru Kaltim Plantation, Kalimantan Timur, PT Sari Lembah Subur, Riau, dan PT Pasangkayu, Sulawesi Barat. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat tulis dan komputer untuk melakukan pengolahan data. Beberapa software pendukung

20 8 pengolahan dan analisis data, diantaranya spread sheet, computer aided design (CAD), dan Video Converter to Jpeg. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah pemanen kelapa sawit di PT Waru Kaltim Plantation, Kalimantan Timur sebanyak 43 pemanen, PT Sari Lembah Subur, Riau sebanyak 48 pemanen, dan PT Pasangkayu, Sulawesi Barat sebanyak 50 pemanen untuk mengetahui antropometri pemanen kelapa sawit. Selain itu untuk mengetahui tingkat resiko gerakan pemanenan kelapa sawit menggunakan alat panen egrek dan dodos obyek yang digunakan adalah 5 pemanen dari PT Waru Kaltim Plantation, Kalimantan Timur, 9 pemanen dari PT Sari Lembah Subur, Riau, dan 11 pemanen dari PT Pasangkayu, Sulawesi Barat. Alat panen yang diteliti dalam penelitian ini difokuskan pada alat panen egrek dan dodos. Pembagian subyek penelitian tingkat resiko gerakan secara singkat dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Pembagian subyek penelitian tingkat resiko gerakan No Lokasi Subyek 1 A1 2 PT Waru Kaltim A2 3 Plantation, A3 4 Kalimantan Timur A4 5 A5 6 B1 7 B2 8 B3 9 B4 PT Sari Lembah Subur, 10 B5 Riau 11 B6 12 B7 13 B8 14 B9 15 C1 16 C2 17 C3 18 C4 19 C5 PT Pasangkayu, 20 C6 Sulawesi Barat 21 C7 22 C8 23 C9 24 C10 25 C11

21 9 Metode Penelitian Tahapan-tahapan penelitian dimulai dari tahap pendahuluan, pengolahan data, tahap analisis, kemudian diperoleh rekomendasi desain. Secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut ini. Mulai Tahap Pendahuluan Pengolahan Data Pengamatan kegiatan dan metode pemotongan tandan dan pelepah Penentuan subyek penelitian Mempelajari data antropometri dan dimensi alat panen Video Gerakan Data Antropometri Data Dimensi Alat Rekaman Video Proses Pemotongan Tandan dan Pelepah Konversi Video ke Foto Foto Proses Pemotongan Analisis Gerak Analisis Data Data Sudut Gerak Tubuh Pemilihan Parameter Antropometri Tingkat dan Distribusi Resiko Gerakan Setiap Bagian Tubuh Pemanen Analisis Resiko Gerakan Berdasarkan Selang Alami Gerak (SAG) Model Antropometri Pemanen Analisis Kesesuaian Desain Dodos Egrek Analisis Panjang Batang Alat Analisis Titik Ideal Pemotongan Analisis Panjang Ideal Pemotongan Rekomendasi Desain Gambar 4 Diagram alir penelitian.

22 10 Tahap Pendahuluan Tahap pendahuluan dilakukan pengamatan kegiatan dan metode pemotongan tandan/pelepah dari video proses pemanenan. Kemudian dilakukan pemilihan subyek penelitian. Mempelajari data antropometri pemanen kelapa sawit dan dimensi alat panen yang digunakan dalam proses pemanenan. Sumber semua data baik itu rekaman video, data antropometri, data dimensi alat panen, serta ketinggian pohon dan kondisi lahan diambil dari penelitian Syuaib et al (2012). Berikut merupakan rincian data yang diambil. A. Data video proses pemanenan Data video proses pemanenan diperoleh dari rekaman video dari tiga lokasi yaitu PT Waru Kaltim Plantation, Kalimantan Timur, PT Sari Lembah Subur, Riau, dan PT Pasangkayu, Sulawesi Barat. Rekaman video proses pemanenan hanya diambil pada saat proses pemotongan tandan dan pelepah. Video proses pemanenan yang digunakan dibatasi dengan kondisi yang dapat dilihat dari tampak samping. Tampak samping yang dimaksud adalah posisi tubuh pemanen hanya bisa dilihat secara 2 dimensi yaitu hanya tampak samping. Faktor sudut kemiringan pada egrek maupun dodos saat proses pemotongan berlangsung tiap pemanen berbeda-beda tergantung posisi dan kebiasaan pemanen. Sehingga untuk membatasi variasi sudut kemiringan saat egrek dan dodos digunakan maka hanya dipilih ketika posisi egrek maupun dodos sejajar atau searah dengan pemanen atau dapat dikatakan dilihat secara 2 dimensi. Berdasarkan pengamatan video proses pemanenan diperoleh tahapan pemanenan khususnya pada proses pemotongan tandan dan pelepah. Kemudian diketahui metode pemotongan, ketinggian pohon kelapa sawit, serta kondisi lahan pada saat proses pemotongan tandan dan pelepah. Pada penelitian ini tinggi target potong dikelompokkan menjadi empat yaitu E1 untuk ketinggian 0-3 meter, E2 untuk ketinggian 3-6 meter, E3 untuk ketinggian 6-12 meter, dan E4 untuk ketinggian meter. Lahan hanya dikategorikan datar (flat) dengan kemiringan 0-3% diberi simbol F. dan lahan berbukit (rolling) dengan kemiringan 15-25% diberi simbol R. Pembagian ini digunakan untuk memudahkan dalam pengolahan data serta supaya dapat dilihat perbedaan gerakan jika ketinggian pohon berbeda. Kemudian dari video yang terpilih, dipilih pemanen serta alat yang digunakan yaitu egrek dan dodos B. Data antropometri pemanen Data antropometri pemanen yang diambil dilakukan dengan posisi tubuh berdiri maupun duduk. Perbedaan pengambilan parameter pengukuran baik itu secara berdiri maupun duduk didasarkan pada kenyamanan pada saat pengukuran dan menghindari efek tegang pada saat pengukuran. Parameter data antropometri tubuh pemanen yang diambil sebanyak 51 parameter. Berikut merupakan daftar parameter data pengukuran tubuh dapat dilihat pada Tabel 4.

23 11 Posisi Berdiri Duduk Tabel 4 Daftar parameter pengukuran tubuh No Parameter 1 Berat badan 2 Tinggi badan 3 Tinggi mata 4 Tinggi bahu 5 Tinggi siku tangan 6 Tinggi pinggang 7 Tinggi pinggul 8 Tinggi genggaman tangan (knuckle ) 9 Tinggi ujung tangan 10 Jangkauan tangan keatas terbuka 11 Jangkauan tangan keatas menggenggam 12 Jangkauan tangan kedepan terbuka 13 Jangkauan tangan kedepan menggenggam 14 Jengkal 2 tangan kesamping terbuka 15 Jengkal 2 tangan kesamping menggenggam 16 Jengkal 2 siku 17 Panjang telapak kaki 18 Lebar telapak kaki 19 Lebar telapak tangan 20 Diameter genggaman tangan 21 Panjang telapak tangan 22 Keliling genggaman tangan 23 Panjang ibu jari 24 Panjang jari telunjuk 25 Panjang jari tengah 26 Panjang jari manis 27 Panjang jari kelingking 28 Panjang jengkal tangan 29 Tinggi duduk 30 Tinggi mata 31 Tinggi bahu 32 Tinggi siku tangan 33 Jangkauan tangan keatas terbuka 34 Jangkauan tangan keatas menggenggam 35 Tinggi lutut 36 Tinggi lipatan lutut dalam 37 Jangkauan tangan kebawah terbuka 38 Jangkauan tangan kebawah menggenggam 39 Panjang lengan atas 40 Panjang lengan bawah terbuka 41 Panjang lengan bawah tergenggam 42 Jarak pantat lutut 43 Jarak pantat lipatan lutut dalam 44 Panjang kepala 45 Lebar kepala 46 Lebar bahu (biacromial) 47 Lebar bahu (bideltoid) 48 Lebar pinggul 49 Tebal dada 50 Tinggi dudukan paha 51 Panjang lengan

24 12 C. Data dimensi alat panen Data dimensi alat panen terdiri dari dodos dan egrek. Data dimensi alat diberikan langsung dari perusahaan sehingga setiap pemanen dapat dikatakan memakai alat yang sama. Dodos digunakan untuk pemotongan tandan dan pelepah pada ketinggian pohon kurang dari 3 meter, sedangkan egrek digunakan untuk ketiggian pohon lebih dari 3 meter. Berikut merupakan contoh alat dodos yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 5, sedangkan egrek dapat dilihat pada Gambar 6. a b Gambar 5 Bagian-bagian dodos (a) pisau dodos (b) batang dodos a b c Gambar 6 Bagian-bagian egrek (a) egrek (b) pisau egrek (c) klem pada batang egrek

25 Berikut merupakan gambar detail yang digambarkan secara ortogonal baik itu dodos maupun egrek dapat dilihat pada Gambar (a) (b) Gambar 7 Gambar ortogonal (a) dodos (b) egrek

26 14 Spesifikasi dari pipa yang digunakan kedua alat dapat dijelaskan pada Tabel 5. Tabel 5 Spesifikasi tangkai dodos dan egrek Alat Pipa Diameter Luar (cm) Tebal (mm) Jenis Bahan Dodos Pipa Galvanis Pipa Aluminium Egrek Pipa Aluminium Pipa Aluminium Pengolahan Data Uraian pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini dapat dijelaskan seperti berikut ini. A. Video proses pemanenan Data rekaman video proses pemanenan yang telah dipilih kemudian dilakukan konversi dari format video menjadi format foto (Jpeg.). Konversi dilakukan menggunakan software Video Converter to Jpeg dan setiap 5 detik sekali mengkonversi sebanyak 20 foto gerakan pemotongan tandan dan pelepah. Kemudian dipilih dan dikelompokkan tiap pemanen yang terdiri dari 8 kali ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 3 foto gerakan yang berbeda dalam melakukan pemotongan tandan dan pelepah kelapa sawit. Pemilihan gerakan ini dibatasi hanya dapat dilihat secara 2 dimensi yaitu hanya tampak samping. B. Data antropometri pemanen Data antropometri pemanen kelapa sawit yang sudah diperoleh sebanyak 141 pemanen di tiga lokasi diambil dari penelitian Syuaib et al (2012). Kemudian dilakukan pengolahan data antropometri menggunakan spread sheet untuk mendapatkan nilai rata-rata dari data antropometri, nilai standar deviasi serta ukuran persentil. Penggunaan persentil dalam melakukan desain suatu alat harus mempertimbangkan populasi pemakai/pengguna. Baik itu untuk populasi dengan ukuran antropometri tubuh yang ekstrim, rata-rata maupun yang dapat menyesuaikan (adjustable). Konsep perancangan alat menggunakan persentil sendiri ditujukan untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna untuk dapat meningkatkan produktivitas kerja. Dalam penelitian ini persentil yang digunakan adalah persentil 5, 50 dan 95. Hasil pengolahan data antropometri dapat dilihat pada Tabel 6. Keseluruhan parameter berjumlah 51 kemudian dipilih beberapa parameter untuk dibuat model antropometri pemanen kelapa sawit. Dari hasil pengamatan melalui video tahapan pemanenan menggunakan alat dodos dan egrek diperoleh beberapa parameter tubuh yang berinteraksi langsung antara pemanen dengan alat yang digunakan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.

27 Tabel 6 Data antropometri pemanen kelapa sawit (n=141 subyek) No Parameter Pengukuran Rata- Standar Persentil rata Deviasi POSISI BERDIRI 1 Berat badan Tinggi badan Tinggi mata Tinggi bahu Tinggi siku tangan Tinggi pinggang Tinggi pinggul Tinggi genggaman tangan (knuckle) Tinggi ujung tangan Jangkauan tangan keatas terbuka Jangkauan tangan keatas menggenggam Jangkauan tangan kedepan terbuka Jangkauan tangan kedepan menggenggam Jengkal 2 tangan kesamping terbuka Jengkal 2 tangan kesamping menggenggam Jengkal 2 siku Panjang telapak kaki Lebar telapak kaki POSISI DUDUK 19 Lebar telapak tangan Diameter genggaman tangan Panjang telapak tangan Keliling genggaman tangan Panjang ibu jari Panjang jari telunjuk Panjang jari tengah Panjang jari manis Panjang jari kelingking Panjang jengkal tangan Tinggi duduk Tinggi mata Tinggi bahu Tinggi siku tangan Jangkauan tangan keatas terbuka Jangkauan tangan keatas menggenggam Tinggi lutut Tinggi lipatan lutut dalam Jangkauan tangan kebawah terbuka Jangkauan tangan kebawah menggenggam Panjang lengan atas Panjang lengan bawah terbuka Panjang lengan bawah tergenggam Jarak pantat lutut Jarak pantat lipatan lutut dalam Panjang kepala Lebar kepala Lebar bahu (biacromial) Lebar bahu (bideltoid) Lebar pinggul Tebal dada Tinggi dudukan paha Panjang lengan a Sumber: Syuaib et al, 2012 b Satuan dalam cm, kecuali berat badan dalam kg 15

28 16 Tabel 7 Parameter antropometri yang terkait dengan model antropometri pemanen No Parameter Pengukuran Ratarata Deviasi Standar Persentil 1 Tinggi badan Tinggi bahu Tinggi pinggang Panjang telapak tangan Tinggi lutut Panjang lengan atas Panjang lengan bawah terbuka Panjang kepala Lebar kepala Tinggi mata a Satuan dalam cm Berdasarkan parameter yang dijelaskan pada Tabel 7 maka dilakukan penggambaran model manekin antropometri pemanen kelapa sawit yang dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8 Model manekin antropometri pemanen di tiga lokasi posisi normal tampak samping Analisis Selang Alami Gerak Foto gerakan proses pemotongan yang sudah dipilih kemudian dilakukan penggambaran sudut-sudut gerakan yang terjadi pada anggota tubuh pemanen menggunakan software computer aided design (CAD). Penggambaran sudut-sudut di tiap bagian tubuh dibatasi hanya secara dua dimensi sehingga hanya terlihat gerakan fleksi maupun ekstensi saja. Gerakan fleksi merupakan gerakan pada segmen tubuh yang disebabkan penurunan sudut pada sendi. Sedangkan gerakan ekstensi merupakan gerakan pada segmen tubuh yang disebabkan karena penambahan sudut pada sendi. Kedua gerakan ini biasanya terjadi pada leher,

29 bahu, punggung, siku, dll. Kemudian sudut-sudut yang sudah diperoleh dibandingkan dengan referensi yaitu selang alami gerak oleh Chaffin (1999) dan Woodson (1992) yang diacu dalam Openshaw (2006) serta hasil olahan berdasarkan data Houy 1983 diacu dalam Sanders dan McCormick Hasil analisis ini akan diperoleh bagian tubuh pemanen yang beresiko tinggi menyebabkan kecelakaan kerja. Dari hasil ini akan digunakan untuk melakukan analisis kesesuaian desain alat dodos dan egrek untuk mendapatkan desain dimensional dodos dan egrek yang dapat mengurangi resiko kecelakaan kerja. 17 Analisis Kesesuaian dan Rekomendasi Desain Berdasarkan data-data yang diperoleh, kemudian dilakukan analisis kesesuaian dan simulasi menggunakan software CAD. Data-data yang akan digunakan yaitu data antropometri pemanen yang memakai persentil 5, data bagian tubuh yang beresiko terjadi kecelakaan kerja, data dimensi alat yang sudah ada, serta data lingkungan kerja berupa ketinggian pohon dan kondisi lahan. Penggunaan persentil 5 pada data antropometri dikarenakan untuk mendapatkan kondisi ekstrim pada proses pemotongan tandan dan pelepah kelapa sawit. Jika dilihat dari definisi persentil itu sendiri persentil 5 menunjukkan 5% populasi memiliki ukuran tubuh kurang dari atau sama dengan nilai ukuran tubuh tersebut. Sebagai contoh untuk panjang lengan atas pemanen persentil 5 adalah 26 cm yang menunjukkan 5% pemanen memiliki ukuran panjang lengan atas kurang dari atau sama dengan 26 cm. Selain itu persentil 5 juga menunjukkan selang ukuran tubuh terkecil, sehingga dengan memakai persentil 5 maka akan memperoleh dimensi alat yang maksimal sebagai patokan dimensi alat. Simulasi juga mempertimbangkan zona pandang dari mata. Jika terlalu mendongak maka akan menyebabkan zona bahaya pada leher. Oleh karena itu zona pandang yang digunakan mengacu pada Grandjean et al. (1984) yang menyebutkan zona pandang optimal mata sebesar 15 o untuk dapat fokus melihat suatu obyek. Data lingkungan kerja meliputi tinggi posisi tandan dan pelepah, jarak aman pemanen dengan pohon serta kondisi lahan. Untuk tinggi posisi tandan dan pelepah dibagi menjadi empat kategori yaitu 3, 6, 12, dan 18 meter yang mengacu pada penelitian Syuaib et al (2012). Kemudian untuk jarak aman bagi pemanen di keempat kategori tinggi posisi tandan dan pelepah tersebut mengacu pada penelitian Dewi (2013) yang menyebutkan jarak aman masing-masing yaitu 1.5, 2.5, 5.5, dan 8.5 meter terhadap pohon. Kondisi lahan yang dipakai dalam simulasi ini adalah kondisi lahan datar/flat. Kondisi lahan berbukit tidak digunakan karena dapat memudahkan pemanen dalam melakukan pemotongan tandan jika posisi tandan menghadap ke lereng atau bukit. Hal ini menyebabkan posisi pemanen lebih tinggi dari kondisi normal. Sehingga membuat zona pandang yang semakin dekat dan mengurangi resiko kecelakaan kerja pada bagian leher. Penentuan titik ideal pemotongan pisau khusus untuk alat egrek dilakukan untuk mendapatkan titik ideal yang membuat pemanen melakukan gerakan tarikan pada egrek yang sesuai dengan SAG dan dapat menghasilkan gaya potong pada pisau yang maksimal. Ideal pemotongan yang dimaksud yaitu gaya potong yang terjadi pada tiap titik dimana harus lebih besar daripada gaya tahanan potong

30 18 (FTp) pada tandan sebesar 24 N dan FTp pelepah sebesar 94.5 N. Nilai FTp untuk tandan dan pelepah tesebut mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Intara (2005) dengan kondisi pemotongan yaitu tebal pisau 3 mm, sudut pemotongan 0 o dan sudut ketajaman mata pisau sebesar 20 o dengan dua mata sisi. Nilai FTp pada tandan dan pelepah tersebut diperoleh Intara dengan cara pengujian serta perhitungan model matematika dengan memasukkan unsur koefisien gesek, tegangan, regangan, dan faktor lain. Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat uji tekan sehingga faktor kesulitan seperti posisi tandan yang terjepit di antara pelepah ditiadakan. Hal ini mengakibatkan nilai FTp tandan kecil. Berbeda dengan kondisi di lapangan yaitu posisi tandan terjepit di antara pelepah yang menyebabkan pisau ikut terjepit sehingga gaya yang dibutuhkan lebih besar untuk dapat memotong tandan. Hal ini menyebabkan dalam pemotongan tandan diperlukan 2 sampai 3 kali gerakan menarik egrek untuk dapat memotong tandan. Kondisi yang sama untuk pemotongan pelepah kelapa sawit. FTp yang digunakan dalam analisis ini hanya tahanan potong pada pelepah saja, dikarenakan untuk mencari kondisi maksimum yang mungkin terjadi pada saat proses pemotongan. Dalam tahapan ini ditentukan 4 titik pada pisau egrek. Hanya dipilih 4 titik karena sudah dianggap mewakili keseluruhan bentuk dari pisau egrek. Berikut merupakan ilustrasi pemilihan titik ideal pemotongan dapat dilihat pada Gambar 9. Dimana : FM : gaya tarik yang dilakukan oleh pemanen (Newton) FMt : komponen gaya horizontal atau tangensial dari FM (Newton) FMn : komponen gaya vertikal atau normal dari FM (Newton) W : gaya berat alat (Newton) Wt : komponen gaya horizontal atau tangensial dari W (Newton) Wn : komponen gaya vertikal atau normal dari W (Newton) FPFW : gaya potong pisau egrek terhadap batang tandan (Newton) Gambar 9 Ilustrasi pemilihan titik ideal pemotongan

31 Gaya berat alat (W) didefinisikan searah dengan arah percepatan gravitasi (ɡ). Gaya potong (FPFW) didefinisikan sebagai gaya potong yang terjadi pada tiap titik singgung antara pisau dengan batang tandan. Sudut yang terjadi antara FMn dan FM dilambangkan dengan huruf A, sedangkan sudut yang terjadi antara Wn dan W dilambangkan dengan huruf B. Batang tandan yang digunakan memiliki diameter 7 cm sedangkan pisau yang digunakan masih memakai pisau egrek yang sudah ada. Berikutnya dilakukan juga penentuan panjang ideal pemotong pada pisau egrek. Diperoleh dari titik ideal yang diperoleh kemudian dilakukan simulasi dengan CAD untuk memperoleh panjang ideal pemotongan pada pisau dengan mempertimbangkan diameter dari batang tandan. Analisis panjang batang atau pipa dari alat dodos dan egrek dilakukan mengacu pada parameter yang sudah ditetapkan dan menggunakan dimensi pisau yang sudah ada serta titik ideal pemotongan khusus untuk egrek. Sehingga diharapkan dengan dimensi alat yang baru dapat mengurangi resiko kecelakaan kerja pada saat proses pemanenan khususnya di lokasi studi. 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Gerak Pemotongan Tandan dan Pelepah Kelapa Sawit Analisis gerak dilakukan dengan penggambaran sudut-sudut bagian tubuh pada proses pemotongan tandan dan pelepah kelapa sawit dengan menggunakan software CAD. Bagian tubuh yang diukur sudutnya sesuai dengan parameterparameter antropometri yang terkait dengan manekin antropometri pemanen. Berikut merupakan model manekin dasar antropometri beserta rincian sudut-sudut bagian tubuh dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10 Model manekin dasar antropometri pemanen Gambar 10 terdiri dari garis berwarna hitam yang menunjukkan garis tubuh dan biru muda menunjukkan garis bantu. Sudut ABF merupakan sudut

32 20 pada leher, dapat membengkok ke depan atau disebut leher fleksi diberi lambang Hf, sedangkan leher membengkok ke belakang disebut leher ekstensi diberi lambang He. Sudut JFB adalah sudut yang terjadi pada punggung, punggung membengkok ke depan disebut punggung fleksi diberi lambing Bf, punggung ekstensi atau punggung membengkok ke belakang diberi lambang Be. Sudut CBF merupakan sudut yang terjadi pada bahu, jika bahu membengkok ke depan disebut bahu fleksi diberi lambang Sf dan bahu membengkok ke belakang disebut bahu ekstensi diberi lambang Se. Sudut DCC atau sudut lengan bawah hanya terjadi pada kondisi fleksi diberi lambang Ef. Sudut GFJ atau sudut tungkai atas terjadi ekstensi jika membengkok ke belakang diberi lambang Le dan fleksi jika membengkok ke depan diberi lambang Lf. Sudut HGG atau sudut tungkai bawah hanya terjadi fleksi diberi lambang Kf. Penelitian ini mengelompokkan bagian tubuh terdiri atas tubuh bagian atas dan tubuh bagian bawah. Tubuh bagian atas terdiri dari leher, punggung, lengan atas dan lengan bawah. Sedangkan tubuh bagian bawah terdiri dari tungkai atas dan bawah. Pemotongan dengan menggunakan dodos Memanen kelapa sawit menggunakan alat dodos dilakukan di tiga lokasi penelitian dengan kondisi permukaan lahan yang sama yaitu datar/flat. Alat dodos ini disarankan untuk memotong tandan dengan maksimal tinggi posisi tandan dan pelepah 3 meter. Selebih itu maka akan membahayakan pemanen jika melakukan pemotongan dengan cara melompat untuk mencapai tandan/pelepah. Gerakan-gerakan pemanen dalam memotong tandan/pelepah dengan alat dodos di tiga lokasi berbeda memiliki karakteristik yang hampir sama. Pada penelitian ini diambil tiga tahapan penting yaitu mengarahkan alat sampai tapat pada tandan/pelepah yang akan dipotong, kemudian gerakan mendorong pertama tetapi belum menyebabkan tandan/pelepah terpotong, dan terakhir gerakan mendorong kedua sampai tandan/pelepah terpotong. Gerakan-gerakan tersebut perlu dilakukan kesesuaian terhadap selang alami gerakan (SAG) yang menganjurkan gerakan pada zona 0 dan 1, serta meminimalkan gerakan pada zona 2 dan 3 untuk menghindari resiko kecelakaan kerja baik ringan maupun berat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 11. (a) (b) (c) Gambar 11 Contoh subyek A1 gerakan memotong dengan dodos

33 Ketiga gerakan pemotongan tandan dan pelepah diatas kemudian di lakukan penggambaran sudut-sudut yang terjadi pada bagian tubuh pemanen menggunakan software CAD. Penggambaran ini ditujukan untuk memudahkan melihat sudut-sudut yang terjadi di setiap bagian tubuh pemanen. Hasil penggambaran menggunakan CAD dapat dilihat pada Gambar (a) (b) (c) a Satuan dalam derajat ( o ) Gambar 12 Model manekin antropometri subyek A1 pada gerakan memotong dengan dodos Gambar 12 menjelaskan gerakan yang dilakukan subyek A1 menggunakan alat dodos. Gambar pemanen diambil secara acak, karena dari semua subyek yang diambil memiliki gerakan memanen yang hampir sama, serta dengan memilih subyek tampak samping maka akan mempermudah penggambaran sudut-sudut yang terjadi pada pemanen menggunakan CAD. Pada setiap gambar dibuat garis pada bagian tubuh yang ditandai dengan garis berwarna hitam, sedangkan untuk garis berwarna biru muda merupakan garis normal dan garis bantu untuk mempermudah pengukuran sudut-sudut yang terjadi, kemudian garis biru tua merupakan alat yang digunakan. Gambar (a) merupakan gerakan mengarahkan alat sampai alat tepat ditempat yang akan dipotong. Pada gerakan pertama ini bagian leher membentuk sudut leher ekstensi (He) dimana leher membengkong ke belakang sebesar 45 terhadap pungggung. Bagian punggung pemanen membengkok ke depan atau disebut punggung fleksi (Bf) sebesar 31 terhadap garis normal. Posisi bahu kanan dan kiri membentuk bahu fleksi (Sf) yaitu bahu membengkok ke depan yang masing-masing sebesar 41 dan 77 terhadap badan (punggung). Posisi lengan bawah membengkok (lengan fleksi/ef) membentuk sudut yang sama antara kanan dan kiri sebesar 53 terhadap lengan atas. Bagian berikutnya yaitu tungkai atas yang membengkok ke belakang/ekstensi (Le) sebesar 3 terhadap garis normal sedangkan tungkai kiri memebentuk sudut fleksi/membengkok ke depan (Lf) sebesar 7 terhadap daris normal. Bagian terakhir pada gambar a yaitu bagian tungkai bawah yang membentuk sudut fleksi (Kf) pada bagian kanan sebesar 18 terhadap tungkai atas, sedangkan bagian kiri tidak membentuk sudut atau dalam keadaan lurus terhadap tungkai atas. Kemudian dari besarnya sudut-sudut yang diperoleh dianalisis menggunakan

34 22 patokan selang alami gerakan (SAG) dengan merubah sedikit pada zona-zona dalam SAG. Perubahan yang dilakukan yaitu zona 2 yang awalnya masuk dalam zona bahaya dalam SAG tetapi untuk kondisi pemanenan kelapa sawit zona 2 masih dapat ditoleransi dan disebut zona waspada. Hal ini dikarenakan jika tiap gerakan dianjurkan untuk dalam zona aman dalam SAG maka akan mengakibatkan kurang efektif dalam proses pemanenan kelapa sawit. Oleh karena itu zona 2 dalam kasus pemanenan kelapa sawit masih dapat ditoleransi dengan syarat tidak dilakukan secara terus menerus dan berulang. Sudut leher ekstensi pada gerakan pertama subyek A1 termasuk ke dalam zona bahaya dalam SAG yaitu zona 3 maka perlu dihindari. Sudut punggung fleksi termasuk ke dalam zona waspada yaitu zona 2 dalam SAG, sudut bahu fleksi kanan termasuk dalam zona aman yaitu zona 1 sedangkan untuk bahu fleksi kiri termasuk zona waspada dalam SAG yaitu zona 2. Sudut lengan fleksi termasuk dalam zona 1 (zona aman), sedangkan untuk bagian bawah tubuh yaitu bagian tungkai atas dan tungkai bawah termasuk ke dalam zona 0 atau zona nyaman dalam SAG. Gambar (b) menunjukkan subyek A1 melakukan gerakan mendorong pertama tetapi belum sampai memotong tandan/pelepah. Pada gerakan ini leher membengkok ke belakang membentuk sudut leher ekstensi (He) sebesar 41 terhadap garis punggung. Punggung membentuk sudut punggung fleksi atau membengkok ke depan sebesar 26 terhadap garis normal, bahu kanan dan bahu kiri membengkok ke depan membentuk sudut bahu fleksi (Sf) masing-masing sebesar 55 dan 92 terhadap badan (punggung). Selanjutnya lengan bawah kanan dan kiri membentuk sudut lengan fleksi sebesar 59 untuk kanan dan 53 untuk kiri. Posisi tubuh bagian bawah untuk tungkai atas kanan membentuk sudut ekstensi sebesar 15 terhadap garis normal dan untuk tungkai atas kiri membentuk sudut fleksi sebesar 8 terhadap garis normal. Sedangkan untuk tungkai bawah baik kanan maupun kiri tidak membentuk sudut atau lurus terhadap tungkai atas. Pada gerakan kedua ini posisi leher masih tetap membentuk sudut pada zona bahaya dalam SAG yaitu zona 3 yang perlu dihindari. Tetapi besarnya sudut leher ekstensi untuk gerakan kedua menurun dibandingkan dengan gerakan pertama. Hal ini dikarenakan sudut leher ekstensi berbanding lurus dengan sudut fleksi punggung. Bagian punggung, bahu kanan dan kiri masuk zona 2 dalam SAG, lengan fleksi termasuk ke dalam zona aman yaitu zona 1 dalam SAG, sedangkan untuk tubuh bagian bawah seperti tungkai atas dan tungkai bawah masuk dalam zona nyaman yaitu zona 0 dalam SAG. Seperti pada gerakan pertama, pada gerakan kedua juga yang perlu diperhatikan yaitu pada bagian leher yang membentuk zona sangat ekstrim dalam SAG yang perlu dihindari ketika dilakukan berulang-ulang. Gerakan terakhir yaitu gambar (c) merupakan gerakan mendorong kedua sampai tandan/pelepah terpotong. Gerakan terakhir ini pada bagian leher membengkok ke belakang atau leher ekstensi sebesar 44 terhadap punggung. Gerakan terakhir ini punggung membengkok ke depan atau punggung fleksi sebesar 30 terhadap garis normal. Posisi bahu kanan dan bahu kiri membentuk bahu fleksi yaitu membengkok ke depan sebesar 85 untuk kanan dan sebesar 108 untuk bahu kiri terhadap badan (punggung). Posisi lengan bawah membengkok membentuk lengan fleksi untuk kanan sebesar 68 terhadap lengan atas dan kiri sebesar 53 terhadap lengan atas. Tubuh bagian bawah kondisinya

35 sama dengan gerakan kedua yaitu tungkai atas kanan membentuk sudut ekstensi sebesar 15 terhadap garis normal dan 8 fleksi terhadap tungkai atas untuk kaki kiri. Sedangkan untuk tungkai bawah tidak membentuk sudut atau lurus terhadap tungkai atas. Sama seperti gerakan pertama dan gerakan kedua bagian leher fleksi termasuk kedalam zona bahaya yaitu zona 3 dalam SAG sehingga perlu dihindari. Tetapi untuk gerakan ketiga ini sudut leher fleksi cenderung meningkat daripada gerakan kedua. Hal ini dikarenakan sudut fleksi punggung mengalami peningkatan sehingga sudut leher ekstensi juga meningkat. Punggung fleksi dalam gerakan ini termasuk ke dalam zona 2 dalam SAG, bahu fleksi kanan termasuk ke dalam zona 2 dalam SAG sedangkan bahu fleksi kiri termasuk ke dalam zona bahaya yaitu zona 3 dalam SAG sehingga untuk gerakan bahu kiri fleksi perlu dihindari. Bagian tubuh berikutnya yaitu lengan bawah fleksi yang tergolong kedalam zona 1 untuk lengan bawah kiri dan zona 2 untuk lengan bawah kanan. Sama seperti gerakan pertama dan kedua untuk tubuh bagian bawah termasuk ke dalam zona 0 dalam SAG. Keseluruhan gerakan memanen menggunakan alat dodos, bagian tubuh yang termasuk dalam zona bahaya atau zona 3 dalam SAG yaitu pada bagian leher ekstensi. Sedangkan untuk bagian tubuh seperti punggung, bahu, lengan bawah umumnya termasuk kedalam zona 2 dalam SAG. Keempat bagian tubuh tersebut dapat digolongkan ke dalam tubuh bagian atas, sedangkan untuk tubuh bagian bawah yaitu tungkai atas dan tungkai bawah dari ketiga gerakan berada pada zona nyaman yaitu zona 0 dalam SAG. Sehingga pada kegiatan memanen dengan menggunakan alat dodos, tubuh bagian bawah tidak banyak berperan dari pada tubuh bagian atas. Keseluruhan gerakan memanen menggunakan alat dodos, faktor kelebihan panjang batang dodos harus diperhatikan karena dari ketiga gerakan tersebut memiliki kelebihan panjang batang yang dapat membahayakan keselamatan pemanen dan orang yang berada disekitar pemanen. Sehingga faktor kelebihan panjang batang ini harus dihindari. Subyek penelitian diambil dari tiga lokasi berdeda dengan harapan memperoleh banyak variasi gerakan memanen dengan alat dodos. Subyek yang diambil hanya subyek yang dapat dilihat dari tampak samping baik itu samping kanan maupun kiri. Hal ini ditujukan untuk mempermudah penggambaran, menghindari kesalahan pengambilan garis tubuh dan mempermudah pengukuran sudut gerakan menggunakan software CAD. Data olahan selang gerak dari pemanen yang menggunakan alat dodos di tiga lokasi yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 8. Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat untuk tubuh bagian atas seperti leher, bahu, dan lengan bawah pada setiap pemanen rata-rata termasuk kedalam zona 3 (zona bahaya), sedangkan untuk bagian punggung rata-rata masih termasuk zona aman walaupun masih ada yang masuk zona dua dalam SAG. Kondisi zona sangat ekstrim yang tejadi pada leher diakibatkan karena posisi dari tandan/pelepah kelapa sawit lebih tinggi dari pada pemanen oleh karena itu kepala harus mendongak untuk dapat melihat tandan/pelepah. Selain itu dengan posisi tandan/pelepah lebih tinggi dari pemanen menyebabkan bagian bahu serta lengan bawah membentuk sudut fleksi yang besar saat melakukan gerakan mendorong alat. Sehingga menyebabkan bahu dan lengan bawah masuk ke dalam zona 3. Oleh karena itu harus dihindari untuk meminimalkan resiko terjadinya kecelakaan kerja. 23

36 24 Zona 3 yang terjadi pada bahu dan lengan bawah tidak berarti pada bahu dan lengan bawah yang sama menimbulkan sudut fleksi yang besar, tetapi untuk menghasilkan dorongan maka diperlukan gerakan awal berupa sudut fleksi bahu yang kecil dan sudut fleksi lengan bawah yang besar pada bagian yang sama. Kemudian dilakukan dorongan keatas yang menyebabkan perubahan sudut fleksi pada bahu dari zona aman ke zona bahaya. Berbeda dengan bahu, lengan bawah terjadi perubahan dari zona bahaya ke zona yang lebih aman. Bagian bawah tubuh meliputi tungkai atas dan tungkai bawah dari subyek yang diambil termasuk ke dalam zona aman yaitu zona 0 dan 1, serta zona yang masih dapat ditoleransi jika tidak dilakukan secara terus menerus dan berulang ulang yaitu zona 2. Terjadi variasi gerakan tungkai atas yaitu fleksi dan ekstensi pada beberapa subyek, tungkai atas ekstensi dilakukan pemanen ketika melakukan gerakan dorongan terakhir sampai tandan/pelepah terpotong. Umumnya dari gerakan tungkai atas fleksi atau membengkok ke depan untuk mengambil ancangancang kemudian dilanjutkkan dengan tungkai atas ekstensi atau tungkai atas membengkok ke belakang. Sedangkan tungkai bawah kanan dan kiri membengkok ke dalam atau fleksi dengan tujuan menjadi tumpuan seluruh badan pada saat melakukan pemotongan tandan/pelepah. Keseluruhan dapat dikatakan tubuh bagian atas pada setiap pemanen termasuk ke dalam zona bahaya sehingga pada penelitian ini akan dilakukan perubahan dimensi alat untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja. Rekap pengolahan selang gerak pada setiap subyek dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Distribusi sudut gerak maksimal anggota tubuh pemanen pada penggunaan dodos di lahan datar Max S Hf He Sf Se Ef Lf Kf Bf Be R L R L R L R L R L A A A B B B B B C a Satuan dalam derajat ( o ) b Keterangan : S R L Ef Sf Se = Subyek = Bagian kanan tubuh = Bagian kiri tubuh = Lengan bawah (siku) fleksi = Lengan atas (bahu) fleksi = Lengan atas (bahu) ekstensi Bf Be Hf He Lf Kf = Punggung fleksi = Punggung ekstensi = Leher (leher) fleksi = Leher (kepala) ekstensi = Tungkai atas (panggul) fleksi = Tungkai bawah (lutut) fleksi

37 25 Zona 0 / zona nyaman Zona 1 / zona aman Zona 2 / zona waspada (hati-hati) Zona 3 / zona bahaya Pemotongan dengan menggunakan egrek Pemotongan tandan kelapa sawit selain menggunakan alat dodos juga menggunakan alat egrek. Perbedaannya yaitu pada pemakaian dodos digunakan untuk pemotongan tandan kelapa sawit dengan tinggi target potong dibawah 3 meter, sedangkan egrek digunakan untuk pemotongan tandan kelapa sawit dengan tinggi diatas 3 meter. Tetapi tidak menutup kemungkinan egrek digunakan untuk memotong tandan kelapa sawit pada tinggi target potong 3 meter atau kurang dari 3 meter dengan menggunakan egrek tanpa disambung atau egrek 3 meter. Prinsip penggunaan alat egrek berbeda dengan alat dodos. Dodos yang dibutuhkan yaitu tenaga untuk mendorong sehingga menyebabkan tandan/pelepah terpotong, sedangkan untuk egrek yang dibutuhkan yaitu tenaga untuk menarik sehingga menyebabkan tandan/pelepah terpotong. Oleh karena itu gerakan pemotongan tandan/pelepah dengan alat egrek berbeda dengan menggunakan alat dodos. Penggunaan egrek di tiga lokasi umumnya memiliki gerakan yang hampir sama. Sama seperti alat dodos, pemotongan dengan alat egrek diambil tiga tahapan penting yaitu posisi awal egrek siap untuk memotong tandan/pelepah, kemudian gerakan menarik pertama tetapi tandan/pelepah belum sampai terpotong, terakhir gerakan menarik kedua sampai tandan/pelepah terpotong. Sebagai contoh dapat dilihat pada Gambar 13 yang menunjukkan tahapan-tahapan memotong tandan menggunakan alat egrek yang dilakukan oleh subyek A2 pada ketingginan pohon 6-12 meter. (a) (b) (c) Gambar 13 Contoh Subyek A2 gerakan memotong tandan/pelepah menggunakan alat egrek

38 26 Penggambaran sudut-sudut gerakan yang terjadi pada bagian tubuh pemanen menggunakan software CAD sama seperti pada penggunaan alat dodos. Penggambaran ini untuk mempermudah dalam melihat sudut-sudut yang terjadi pada tiap bagian tubuh pemanen. Hasil penggambaran sudut-sudut pada tubuh pemanen dapat dilihat di lihat pada Gambar 14. (a) (b) (c) a Satuan dalam derajat ( o ) Gambar 14 Model manekin antropometri subyek A2 pada gerakan memotong dengan egrek Gambar (a) merupakan posisi awal egrek siap untuk memotong tandan/pelepah. Dapat diartikan pada posisi ini pisau egrek sudah mengait tandan atau pelepah. Pada posisi ini bagian leher membentuk leher ekstensi (He) sebesar 47 terhadap punggung. Bagian punggung membengkok ke depan membentuk punggung fleksi (Bf) sebesar 14 terhadap garis normal, bahu kanan dan kiri membentuk bahu fleksi yang masing-masing membentuk sudut sebesar 89 terhadap badan (punggung) untuk bahu kanan dan 14 terhadap badan (punggung) untuk bahu kiri. Lengan bawah kanan membentuk lengan bawah fleksi sebesar 55 terhadap lengan atas, sedangkan lengan bawah kiri membentuk sudut sebesar 84 terhadap lengan atas. Bagian-bagian yang sudah dijelaskan termasuk ke dalam tubuh bagian atas. Untuk tubuh bagian bawah tungkai atas membentuk tungkai fleksi (Lf) sebesar 5 terhadap garis normal, sedangkan untuk tungkai atas kiri tidak membentuk sudut atau dapat dikatakan 0 terhadap garis normal. Kemudian tungkai bawah kanan dan kiri masing-masing membentuk tungkai bawah fleksi (Kf) sebesar 10 dan 12 terhadap tungkai atas untuk kanan dan kiri. Pada gerakan awal ini bagian leher termasuk ke dalam zona bahaya yaitu zona 3 dalam SAG. Kemudian untuk bagian punggung termasuk kedalam zona 1 dalam SAG, bahu kanan zona 2 dalam SAG sedangkan bahu kiri zona 0 dalam SAG. Bagian berikutnya yaitu lengan bawah kanan termasuk zona 1 dalam SAG dan lengan bawah kiri termasuk zona 2 dalam SAG. Untuk bagian bawah tubuh baik itu tungkai atas dan tungkai bawah termasuk ke dalam zona nyaman yaitu zona 0

39 dalam SAG. Faktor kelebihan panjang batang pada gerakan pertama ini dapat dikategorikan aman, karena kelebihan panjang batang tidak melebihi tubuh pemanen. Gambar (b) menunjukkan gerakan menarik pertama tetapi tandan/pelepah belum sampai terpotong. Bagian atas tubuh yaitu bagian leher membentuk leher ekstensi sebesar 49 terhadap punggung, bagian punggung membengkok kedepan membentuk punggung fleksi sebesar 16 terhadap garis normal. Bagian berikutnya yaitu bahu kanan dan kiri membentuk bahu fleksi sebesar sudut 65 terhadap badan (punggung) untuk kanan dan 25 terhadap badan (punggung) untuk kiri. Bagian lengan bawah kanan dan kiri membentuk lengan bawah fleksi masing-masing 81 terhadap lengan atas untuk kanan dan 93 terhadap lengan atas untuk kiri. Pada tubuh bagian atas ini yang tergolong ke dalam zona bahaya yaitu zona 3 dalam SAG adalah bagian leher ekstensi. Sedangkan untuk bagian lain seperti bahu kanan termasuk zona 2 dalam SAG dan bahu kiri termasuk zona 1 dalam SAG. Untuk bagian lengan bawah keduanya termasuk dalam zona 2 dalam SAG. Selanjutnya yaitu bagian bawah tubuh yaitu tungkai atas kanan dan kiri membentuk tungkai atas fleksi sebesar 22 untuk kanan dan 5 untuk kiri terhadap garis normal. Berikutnya tungkai bawah kanan dan kiri membentuk tungkai bawah fleksi masing-masing sebesar 11 dan 14 terhadap tungkai atas. Semua tubuh bagian bawah termasuk kedalam zona 0 dalam SAG. Faktor kelebihan panjang batang pada gerakan kedua ini harus dihindari karena terjadi kelebihan panjang yang dapat membahayakan keselamatan pemanen. Gerakan terakhir yaitu gerakan menarik kedua sampai tandan/pelepah terpotong dapat ditunjukkan pada gambar (c). Gerakan terakhir ini bagian atas tubuh yaitu bagian leher sama seperti gerakan pertama dan kedua membentuk leher ekstensi sebesar 52 terhadap penggung, kemudian bagian punggung membentuk punggung fleksi sebesar 27 terhadap garis normal. Tubuh bagian atas yang lain yaitu bahu kanan dan kiri membentuk bahu fleksi sebesar 35 dan 23 terhadap badan (punggung), kemudian lengan bawah kanan dan kiri juga membentuk lengan bawah fleksi masing-masing sebesar 131 dan 130 terhadap lengan atas. Jika besarnya sudut pada tiap bagian tubuh dimasukkan ke dalam selang alami gerakan diperoleh bagian leher tetap sama seperti pada gerakan pertama dan kedua yaitu masuk ke dalam zona 3 dalam SAG. Pada gerakan menarik kedua ini punggung termasuk ke dalam zona 2 dalam SAG, sedangkan untuk bahu kanan dan kiri masuk ke dalam zona 1 dalam SAG. Tubuh bagian atas lain yaitu lengan bawah kanan dan kiri masuk dalam zona bahaya zona 3 dalam SAG. Selanjutnya tubuh bagian bawah yaitu tungkai atas membentuk tungkai atas fleksi sebesar 25 terhadap garis normal untuk kanan dan 17 terhadap garis normal untuk kiri. Pada bagian ini termasuk ke dalam zona aman yaitu zona 1 untuk tungkai atas kanan dan zona 0 untuk tungkai atas kiri. Kemudian untuk tungkai bawah kanan dan kiri membentuk tungkai bawah fleksi masing-masing sebesar 17 dan 39 terhadap tungkai atas. Besarnya sudut fleksi ini termasuk ke dalam zona 0 untuk kanan dan zona 1 untuk kiri. Faktor kelebihan panjang batang pada gerakan terakhir termasuk kategori bahaya sehingga harus dihindari. Kelebihan panjang batang yang melewati tubuh pemanen dapat membahayakan keselamatan pemanen sendiri dan orang lain yang berada disekitar pemanen ketika proses pemotongan tandan/pelepah berlangsung. 27

40 28 Keseluruhan gerakan dapat dilihat bahwa pada bagian leher ekstensi mengalami kenaikan sudut yang membuat kondisi leher semakin berbahaya sehingga harus dihindari. Kondisi yang sama yaitu pada bagian punggung mengalami pengingkatan sudut dan membuat perubahan zona dari gerakan pertama dan kedua masuk dalam zona 1 sedangkan gerakan ketiga masuk dalam zona 2. Walaupun dalam kondisi pemanenan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu zona 2 masih dapat ditoleransi tetapi ada baiknya untuk menjaga agar tidak terjadi kecelakaan kerja maka zona 2 juga perlu diwaspadai. Selanjutnya pada bagian bahu dan lengan bawah yang terlihat adanya perubahan yang menonjol yaitu pada bahu dan lengan bawah kanan. Hal ini dikarenakan subyek A2 yang menjadi tumpuan kekuatan untuk menarik egrek yaitu ada pada tangan kanan. Sehingga terjadi perubahan sudut fleksi pada bahu dan lengan bawah yang awalnya tingga ke rendah untuk mendapatkan gaya tarik yang maksimal. Sedangkan untuk tangan kiri tidak terlalu terjadi perubahan yang menonjol karena tangan kiri subyek A2 digunakan untuk menjaga keseimbangan egrek saat proses pemotongan berlangsung. Sama seperti penggunaan alat dodos, pada penggunaan alat egrek untuk tubuh bagian bawah termasuk kedalam zona aman. Walaupun jika diperhatikan terjadi peningkatan sudut pada tungkai atas maupun bawah. Oleh karena itu dapat dikatakan secara keseluruhan pemotongan tandan/pelepah menggunakan alat egrek tubuh bagian ataslah yang berperan penting untuk proses pemotongan tandan atau pelepah kelapa sawit. Penjelasan dari proses pemotongan dengan alat egrek di atas hanya sebagai contoh pengolahan data selang alami gerakan dari penggunaan alat egrek pada tinggi target potong 6-12 meter. Sedangkan pada penelitian ini dilakukan pengelompokan tinggi posisi tandan dan pelepah kelapa sawit menjadi empat kelompok. Oleh karena itu berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data pada tinggi target potong E1, E2, E3, serta E4 pada lahan datar (F), sedangkan lahan berbukit (R) hanya terjadi pada kondisi E3. Pemotongan pada ketinggian target E1 (<3meter) Hasil pengolahan data pada tinggi target potong 0-3 meter dapat dilihat pada Tabel 9. Jumlah subyek yang melakukan pemotongan tandan/pelepah menggunakan egrek pada ketinggian E1 sebanyak 10 subyek pada dua lokasi yaitu Riau dan Sulawesi. Kalimantan tidak termasuk karena pada lokasi ini pemotongan tandan/pelepah pada ketinggian 0-3 meter dilakukan menggunakan alat dodos. Dilihat dari zona merah/zona bahaya, hampir seluruh subyek mengalami lengan bawah fleksi, bahu fleksi dan leher ekstensi yang tergolong zona bahaya. Bagian lengan bawah rata-rata memiliki sudut fleksi yang besar yang umumnya terjadi pada gerakan akhir dari pemotongan tandan/pelepah. Dikarenakan pada saat gerakan akhir pemotongan, pemanen membutuhkan gaya tarik yang besar untuk dapat memotong tandan/pelepah. Oleh karena itu bagian lengan bawah membentuk sudut fleksi yang besar dengan catatan gerakan awal yaitu posisi siap bagian lengan bawah membentuk sudut fleksi yang kecil. Perubahan sudut fleksi lengan bawah dari kecil menjadi besar inilah yang membuat gaya tarik yang besar. Bagian bahu fleksi berbanding terbalik dengan bagian lengan bawah. Besarnya sudut fleksi bahu pada tabel menunjukkan gerakan awal pemotongan

41 tandan/pelepah menggunakan egrek. Hal ini dikarenakan diperlukan perubahan sudut fleksi dari besar menjadi kecil untuk dapat membuat gaya tarik yang besar. Beberapa subyek sampai melakukan gerakan bahu ekstensi/bahu membengkok ke belakang sampai tandan/pelepah terpotong. Tetapi hanya satu subyek dengan bahu ekstensi tergolong zona bahaya, sedangkan yang lainnya termasuk zona nyaman atau nol sampai zona waspada/dua. Bagian tubuh lain yang termasuk zona bahaya yaitu leher ekstensi. Hal ini dapat terjadi karena posisi pemanen terlalu dekat dengan pohon. Padahal jika dilihat dari tinggi pohon pada kondisi E1 seharusnya leher ekstensi tidak termasuk zona bahaya karena masih dapat dijangkau oleh penglihatan mata. Faktor kebiasaan pemanen menjadi faktor penting tejadinya kondisi seperti ini. Zona nyaman sampai zona waspada terjadi pada tubuh bagian bawah. Hal ini dapat diartikan tubuh bagian bawah tidak terlalu beresiko kecelakaan kerja. Sama seperti penggunaan alat dodos, penggunaan egrek pada ketinggian E1 pada lahan datar bagian yang paling berpengaruh yaitu tubuh bagian atas. Sehingga perlu dilakukan perbaikan pada alat untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja pada tubuh bagian atas. Tabel 9 Distribusi sudut gerak maksimal anggota tubuh pemanen pada penggunaan egrek E1 di lahan datar Max Sf Se Ef Lf Kf S Hf He Bf Be R L R L R L R L R L B B B B B B B B B C a Satuan dalam derajat ( o ) b Keterangan : 29 S R L Ef Sf Se = Subyek = Bagian kanan tubuh = Bagian kiri tubuh = Lengan bawah (siku) fleksi = Lengan atas (bahu) fleksi = Lengan atas (bahu) ekstensi Bf Be Hf He Lf Kf = Punggung fleksi = Punggung ekstensi = Leher (kepala) fleksi = Leher (kepala) ekstensi = Tungkai atas (panggul) fleksi = Tungkai bawah (lutut) fleksi Zona 0 / zona nyaman Zona 1 / zona aman Zona 2 / zona waspada (hati-hati) Zona 3 / zona bahaya

42 30 Pemotongan pada ketinggian target E2 (3-6 meter) Kegiatan pemotongan tandan/pelepah pada tinggi target potong 3-6 meter hanya terjadi di lokasi Sulawesi sebanyak 3 subyek. Dapat dilihat pada Tabel 10, sebagian besar bagian tubuh termasuk ke dalam zona bahaya. Mulai dari lengan bawah fleksi, bahu fleksi dan ekstensi, leher ekstensi, serta tungkai atas juga termasuk kedalam zona bahaya. Kondisi sama seperti pemotongan pada pohon E1, lengan bawah membetuk sudut fleksi yang besar untuk dapat membuat gaya tarik yang besar diimbangi dengan sudut bahu fleksi yang kecil. Bahu fleksi pada subyek C3 memiliki nilai sudut yang besar baik kanan maupun kiri. Tetapi untuk subyek C4 dan C5 hanya pada bahu sebelah kiri saja, hal ini dikarenakan tangan kiri kedua pemanen digunakan untuk melakukan gerakan menarik sedangkan tangan kanan untuk menyeimbangkan alat supaya tepat pada titik yang yang akan dipotong. Kondisi seperti ini tergantung dari pemanen itu sendiri. Subyek C3 mengalami bahu ekstensi sebelah kiri yang tergolong besar sehingga temasuk ke dalam zona bahaya. Besarnya sudut ekstensi bahu ini tergantung dari kondisi punggung membentuk sudut fleksi atau ekstensi. Pada kondisi ini punggung sedikit membengkok ke depan membentuk sudut yang masih aman. Dikarenakan untuk pengukuran sudut fleksi/ekstensi bahu dengan patokan punggung, maka hal ini menyebabkan nilai bahu ekstensi besar dan termasuk zona bahaya dan harus dihindari. Kondisi leher ekstensi hampir sama seperti pada E1 dimana terjadi sudut leher ekstensi yang besar dikarenakan jarak antara pemanen dengan pohon terlalu dekat. Sehingga leher harus mendongak untuk dapat melihat posisi tandan/pelepah. Hal ini dapat menimbulkan kecelakaan kerja sehingga harus dihindari. Beralih ke tubuh bagian bawah, berbeda dengan kondisi E1, terjadi zona bahaya pada tungkai atas subyek C4 dan C5. Hal ini dikarenakan pada kedua subyek ini tungkai atas bagian kiri membentuk tumpuan yang kuat serta menyebabkan tungkai bawah membengok membentuk tungkai bawah fleksi yang tergolong besar. Sedangkan tungkai atas kanan masih tergolong zona aman. Dibandingkan dengan kondisi E1 untuk kondisi E2 ini mengalami peningkatan besar sudut lengan bawah fleksi, bahu fleksi dan ekstensi, serta tungkai atas fleksi. Sedangkan untuk leher ekstensi masih dapat dikatakan setara dengan E1. Hal ini dikarenakan semakin tinggi pohon maka dibutuhkan tenaga menarik yang semakin besar untuk dapat memotong tandan/pelepah. Tabel 10 Distribusi sudut gerak maksimal anggota tubuh pemanen pada penggunaan egrek E2 di lahan datar Max Sf Se Ef Lf Kf S Hf He Bf Be R L R L R L R L R L C C C a Satuan dalam derajat ( o )

43 31 b Keterangan : S R = Subyek = Bagian kanan tubuh Bf Be = Punggung fleksi = Punggung ekstensi L Ef = Bagian kiri tubuh = Lengan bawah (siku) fleksi Hf He = Leher (kepala) fleksi = Leher (kepala) ekstensi Sf Se = Lengan atas (bahu) fleksi = Lengan atas (bahu) ekstensi Lf Kf = Tungkai atas (panggul) fleksi = Tungkai bawah (lutut) fleksi Zona 0 / zona nyaman Zona 1 / zona aman Zona 2 / zona waspada (hati-hati) Zona 3 / zona bahaya Pemotongan pada ketinggian target E3 ( 6-12 meter) Kondisi pemotongan tandan/pelepah pada tinggi target potong 6-12 meter dari data yang sudah diolah terjadi di semua lokasi. Khusus untuk pemotongan pada ketinggian E3 ini terjadi di lahan datar dan lahan berbukit. Jumlah subyek yang diteliti untuk kondisi ketinggian ini yaitu sebanyak 8 pemanen. Kondisi pemotongan dengan ketinggian E3 dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel ini menjelaskan pemotongan menggunakan egrek pada lahan datar. Bagian tubuh seperti lengan bawah fleksi, bahu fleksi dan ekstensi dan leher ekstensi masih mendominasi zona bahaya di setiap subyek. Kondisi ini sama seperti dodos, E1, dan E2. Tetapi jika dilhat ada 2 subyek yaitu subyek A3 dan C6 pada kondisi E3 ini bagian lengan bawah kanan dan kiri termasuk kedalam zona waspada. Sedangkan bahu fleksi kiri untuk subyek A3 termasuk ke dalam zona aman sedangkan bahu fleksi kanan termasuk zona bahaya. Hal ini menunjukkan subyek A3 melakukan pemotongan pada kondisi E3 lahan datar dengan baik. Jika dilihat besarnya sudut fleksi bahu kanan terjadi karena untuk mendapatkan gaya tarik yang besar subyek A3 melakukan pergerakan bahu fleksi yang cukup besar dan diimbangi dengan kecilnya sudut lengan bawah fleksi. Selain itu dapat lihat juga pada subyek A3 bagian yang menarik egrek yaitu tangan kanan sedangkan tangan kiri menyeimbangkan posisi egrek. Hal ini serupa dengan kondisi subyek A4, A5, C1, dan C9. Tetapi untuk keempat subyek ini bagian lengan bawah dan bahu masih dalam kondisi bahaya, sehingga harus dihindari. Sedangkan untuk subyek lainnya bagian tubuh yang menarik yaitu tangan kiri berada di atas sedangkan tangan kanan menyeimbangkan. Leher ekstensi masih mendominasi zona bahaya pada kondisi E3 ini. Sama seperti sebelumnya zona bahaya yang terjadi pada leher ekstensi disebabkan oleh posisi pemanen yang terlalu dekat dengan pohon sehingga leher perlu mendongak yang membuat sudut leher ekstensi besar. Bagian punggung pada subyek C1 mengalami punggung ekstensi yang besar dan masuk ke dalam zona bahaya dalam SAG sehingga harus dihindari. Besarnya sudut ekstensi punggung ini disebabkan oleh efek menarik dari subyek. Sebagai contoh pada gerakan awal subyek C1 punggung hanya membentuk sudut ekstensi yang kecil karena efek melihat tandan/pelepah dengan ketinggian 6-12 m. Kemudian subyek C1 melakukan gerakan menarik yang menyebabkan punggung membengkok ke belakang untuk mendapatkan gaya tarik yang besar. Walaupun gaya tarik yang dihasilkan besar, tetapi bagian punggung beresiko tinggi terjadi

44 32 kecelakaan kerja. Sehingga gerakan ini punggung membengkok ke belakang ini perlu dihindari. Beralih ke tubuh bagian bawah, tungkai atas untuk keseluruhan subyek termasuk dalam zona aman dalam SAG. Sedangkan hanya beberapa subyek yang tungkai bawah masuk dalam zona waspada. Membengkoknya tungkai bawah ini dilakukan dengan tujuan sebagai tumpuan saat melakukan penarikan egrek baik kaki kanan ataupun kiri tergantung dari subyek. Secara keseluruhan untuk kondisi E3 lahan datar tubuh bagian atas masih mendominasi resiko kecelakaan kerja yang tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan perubahan baik itu dari segi cara pemanenan dan alat yang digunakan. Tabel 11 Distribusi sudut gerak maksimal anggota tubuh pemanen pada penggunaan egrek E3 di lahan datar Max Sf Se Ef Lf Kf S Hf He Bf Be R L R L R L R L R L A A A B C C C C a Satuan dalam derajat ( o ) b Keterangan : S R L Ef Sf Se = Subyek = Bagian kanan tubuh = Bagian kiri tubuh = Lengan bawah (siku) fleksi = Lengan atas (bahu) fleksi = Lengan atas (bahu) ekstensi Bf Be Hf He Lf Kf = Punggung fleksi = Punggung ekstensi = Leher (kepala) fleksi = Leher (kepala) ekstensi = Tungkai atas (panggul) fleksi = Tungkai bawah (lutut) fleksi Zona 0 / zona nyaman Zona 1 / zona aman Zona 2 / zona waspada (hati-hati) Zona 3 / zona bahaya Kegiatan pemotongan tandan dan pelepah menggunakan egrek dengan ketinggian 6-12 meter dilakukan juga pada lahan berbukit. Kondisi berbukit hanya sedikit ditemui di Kalimantan dan Sulwesi saja yaitu tiga subyek dari Kalimantan dan satu subyek dari Sulawesi. Kondisi E3 dilahan berbukit dapat dilihat pada Tabel 12. Sama seperti sebelumnya dari keempat subyek bagian tubuh yang masuk kedalam zona bahaya yaitu lengan bawah, bahu, dan leher. Salah satu subyek yaitu A1 pada bagian lengan bawah kanan termasuk zona waspada, zona yang lebih aman dari pada zona bahaya yang dilakukan oleh subyek lain. Hal ini dikarenakan pada saat gerakan menarik subyek A1 tangan kanan melakukan

45 gerakan tarikan sedangkan tangan kiri sebagai penyeimbang gerakan. Hal ini juga dapat dilihat pada bahu fleksi kanan nilainya lebih besar yang menandakan pada kondisi ini bahu sedang posisi siap-siap untuk menarik egrek. Bagian leher umumnya sama seperti kondisi dodos, E1, E2, dan E3 datar dimana bagian leher mendongak untuk melihat tandan/pelepah. Tubuh bagian atas lain yaitu punggung, hanya pada subyek A2 dan A3 mengalami membengkok ke depan yang cukup besar. Walaupun berada dalam zona waspada namun gerakan ini sebaikanya dihindari jika dilakukan secara terus-menerus. Tubuh bagian bawah yaitu tungkai atas keempat subyek termasuk kedalam zona aman, sedangkan tungkai bawah hanya subyek C3 yang termasuk kedalam zona waspada. Membengkoknya tungkai bawah ditujukan untuk mendapatkan tumpuan saat melakukan gerakan menarik. Setiap subyek berbeda-beda tumpuan yang digunakan, tergantung dari kebiasaan subyek dan kondisi lingkungan kerja. Tabel 12 Distribusi sudut gerak maksimal anggota tubuh pemanen pada penggunaan egrek E3 di lahan berbukit Ma x S Hf He Sf Se Ef Lf Kf Bf Be R L R L R L R L R L A A A C a Satuan dalam derajat ( o ) b Keterangan : 33 S R L Ef Sf Se = Subyek = Bagian kanan tubuh = Bagian kiri tubuh = Lengan bawah (siku) fleksi = Lengan atas (bahu) fleksi = Lengan atas (bahu) ekstensi Bf Be Hf He Lf Kf = Punggung fleksi = Punggung ekstensi = Leher (kepala) fleksi = Leher (kepala) ekstensi = Tungkai atas (panggul) fleksi = Tungkai bawah (lutut) fleksi Zona 0 / zona nyaman Zona 1 / zona aman Zona 2 / zona waspada Zona 3 / zona bahaya Pemotongan pada ketinggian target E4 ( meter) Kondisi terakhir yaitu pemotongan tandan dan pelepah pada ketinggian meter pada lahan datar (F). Pada kondisi ini, subyek yang diteliti berjumlah dua pemanen yang semuanya dari Sulawesi. Hasil pengolahan data pada kondisi ini dapat dilihat pada Tabel 13. Pada tabel ini dapat dilihat subyek C10 kedua lengan bawah termasuk ke dalam zona bahaya sedangkan subyek C11 hanya pada bagian kanan saja yang termasuk berbahaya. Sebaliknya untuk bagian bahu subyek C11 mengalami zona bahaya untuk kedua bahau sedangkan subyek C10 hanya pada bagian kiri saja. Bahu sebelah kanan suyek C10 lebih kecil daripada

46 34 yang kiri. Hal ini dikarenakan tangan kanan subyek C10 digunakan sebagai penyeimbang sedangkan tangan kanan sebagai tangan untuk menarik egrek. Kondisi yang sama untuk subyek C11. Bagian leher masih sama yaitu masuk dalam zona bahaya sehingga harus dihindari. Tubuh bagian bawah rata-rata dapat dikategorikan zona aman walaupun ada satu yang masuk zona waspada. Keseluruhan gerakan pemotongan menggunakan dodos maupun egrek bagian yang paling berpengaruh yaitu tubuh bagian atas khususnya bagian lengan bawah, bahu, dan leher. Dapat diartikan juga pada bagian tesebut berinteraksi langsung dengan alat yang digunakan. Tabel 13 Distribusi sudut gerak maksimal anggota tubuh pemanen pada penggunaan egrek E4 di lahan datar Max S Hf He Sf Se Ef Lf Kf Bf Be R L R L R L R L R L C C a Satuan dalam derajat ( o ) b Keterangan : S R L Ef Sf Se = Subyek = Bagian kanan tubuh = Bagian kiri tubuh = Lengan bawah (siku) fleksi = Lengan atas (bahu) fleksi = Lengan atas (bahu) ekstensi Bf Be Hf He Lf Kf = Punggung fleksi = Punggung ekstensi = Leher (kepala) fleksi = Leher (kepala) ekstensi = Tungkai atas (panggul) fleksi = Tungkai bawah (lutut) fleksi Zona 0 / zona nyaman Zona 1 / zona aman Zona 2 / zona waspada Zona 3 / zona bahaya Korelasi Antara Besarnya Sudut Gerak Lengan Bawah, Bahu, Leher dengan Tinggi Target Potong pada Penggunaan Egrek di Lahan Datar Hasil analisis selang gerak pada penggunaan egrek menunjukkan tubuh bagian atas yaitu lengan bawah, bahu dan leher termasuk kedalam zona bahaya. Hal ini menunjukkan ketiga bagian tubuh ini berinteraksi langsung dengan alat dan paling berpengaruh pada proses pemotongan tandan/pelepah. Ketiga bagian tubuh ini diplotkan ke dalam sebuah grafik untuk melihat hubungan antara bagian tubuh yaitu lengan bawah, bahu dan leher dengan tinggi target potong. Berdasarkan Gambar 15 perubahan selang gerak yang terjadi pada leher meningkat dengan meningkatnya tinggi pohon dengan kata lain berhubungan linear. Hal ini dapat diartikan meningkatnya ketinggian pohon maka pemanen membutuhkan sudut pada leher yang semakin besar (semakin mendongak) untuk dapat melihat tandan/pelepah. Sedangkan untuk bagian tubuh seperti lengan bawah dan bahu mengalami peningkatan dan penurunan. Peningkatan dari kondisi E1 ke E2 dan E3 ke E4, sedangkan penuruan ada pada konsisi E2 ke E3.

47 Peningkatan sudut gerak terjadi karena ada indikasi pemanen dengan menggunakan panjang batang 3 meter yang seharusnya untuk ketinggian kurang dari 3 meter dipakai untuk ketinggian lebih dari 3 meter. Kondisi ini menyebabkan pergerakan atau sudut gerak yang terjadi pada lengan bawah dan bahu di E2 menjadi lebih tinggi daripada E1. Sama halya untuk kondisi E3 ke E4. Sedangkan terjadi penurunan sudut gerak lengan bawah dan bahu pada kondisi E2 ke E3 karena ada indikasi dengan adanya penambahan sambungan maka sudut gerak pada lengan bawah dan bahu kembali pada posisi awal. Sehingga menyebabkan terjadinya penurunan sudut gerak. 35 Sudut( ) Lengan Bawah Bahu Leher E1 ( <3 m) E2 ( 3-6 m) E3 ( 6-12 m) E4 ( m ) Gambar 15 Grafik korelasi sudut gerak anggota tubuh terhadap tinggi target potong pada penggunaan egrek di lahan datar Korelasi Antara Besarnya Sudut Gerak Lengan Bawah, Bahu, Leher dengan Tinggi Target Potong < 3 Meter pada Penggunaan Egrek dan Dodos di Lahan Datar Korelasi antara besarnya sudut gerak pada penggunaan egrek dan dodos dengan tinggi target potong kurang dari 3 meter diperoleh dengan tinggi pohon yang sama selang gerak yang terjadi pada penggunaan egrek lebih besar dari pada penggunaan dodos. Baik itu pada bagian lengan bawah, bahu serta leher. Ketiganya menunjukkan dengan tinggi target potong yang sama penggunaan egrek lebih bersiko terjadi kecelakaan kerja dari pada dodos. Tetapi tidak menutup kemungkinan dodos juga dapat menyebabakan kecelakaan kerja karena termasuk dalam zona bahaya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa dengan ketinggian target potong maksimal 3 meter lebih dianjurkan untuk memakai alat dodos daripada alat egrek. Dari hasil tersebut maka perlu dilakukan perubahan alat dari segi dimensi untuk dapat mengurangi resiko kecelakaan kerja. Dapat dilihat pada Gambar 16 plot grafik perbedaan sudut gerak antara egrek dengan dodos dengan tinggi target potong yang sama.

48 Sudut ( ) Egrek (E1) Dodos Lengan Bawah Bahu Leher Gambar 16 Grafik korelasi sudut gerak anggota tubuh pada penggunaan egrek dan dodos di lahan datar (tinggi target potong 3 meter) Analisis Kesesuaian Desain Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, untuk mendapatkan desain dimensional yang baru maka perlu dilakukan dimensi alat yang lama kemudian dianalisis hingga mendapatkan desain yang sesuai. Pada penelitian ini dimensi alat sudah diberikan oleh perusahaan sehingga alat yang dipakai tiap pemanen sama. Analisis dilakukan beberapa tahapan untuk mendapatkan desain dimensional baru dari alat egrek dan dodos. Berikut merupakan hasil analisis yang telah dilakukan. Analisis titik ideal pemotongan pada pisau egrek Analisis titik ideal pemotongan pada pisau egrek dilakukan untuk menentukan titik dimana menghasilkan gaya penekanan yang besar dengan asumsi gaya tarik yang dilakukan oleh pemanen sama disetiap titiknya. Gaya penekanan yang besar akan menyebabkan semakin mudahnya suatu benda terpotong. Analisis menggunakan batang tandan sebagai benda yang akan dipotong. Sesuai dengan prinsip pemotongan untuk mendapatkan gaya potong yang maksimum maka diperlukan luas bidang sentuh yang kecil. Selain itu dengan luas bidang sentuh yang kecil membuat tenaga yang dikeluarkan relatif kecil. Mengacu pada prinsip tersebut maka hanya dipilih menggunakan batang tandan dengan asumsi batang tandan memiliki penampang lingkaran. Diameter batang tandan yang digunakan sebesar 7 cm. Selain parameter diameter, yang harus diketahui yaitu gaya tarik yang dilakukan oleh pemanen. Pada penelitian kali ini gaya tarik yang dilakukan oleh pemanen mengacu pada Rohmert (1966) dalam Kroemer dan Grandjean (1997) dan dapat dilihat pada Gambar 17 yang menjelaskan gaya maksimal saat menarik dan mendorong pada posisi berdiri.

49 37 Gambar 17 Gaya maksimal saat menarik (kiri) dan mendorong (kanan) dalam bentuk persentase berat badan (Rohmert, 1966) dalam (Sanders, 1992) Gambar tersebut menunjukkan selang pergerakan anggota tubuh khususnya lengan bawah dan bahu dalam persentase. Dalam melakukan gerakan menarik egrek dianjurkan tidak melebihi zona bahaya dalam SAG walaupun dalam gambar semakin vertikal maka semakin besar gaya tarik yang dihasilkan. Dalam penelitian ini diambil selang 15% dan menggunakan persentil 5 yang menunjukkan 5% populasi memiliki ukuran tubuh terkecil dari seluruh populasi pemanen dilokasi studi. Penggunaan selang pergerakan 15% ini karena selang 15% tersebut tidak melebihi batas maksimum zona 2, sehingga terhindar dari zona bahaya. Pengambilan persentil 5 dikarenakan untuk mencari kondisi yang paling maksimum yang mungkin terjadi. Semakin tinggi atau besarnya tubuh pemanen maka proses pemotongan akan semakin mudah. Dengan mengkalkulasikan antara selang persentase dan berat badan pemanen diperoleh gaya tarik sebesar 69 N. Analisis penentuan titik ideal yang dilakukan hanya sebatas menentukan gaya potong terbesar yang terjadi pada tiap titik dengan besarnya gaya tarik yang dilakukan oleh pemanen sebesar 69 N. Analisis yang dilakukan merupakan analisis sederhana dengan mempertimbangkan aspek berat/massa dari alat yang digunakan. Massa total alat yang digunakan dalam perhitungan sebesar 8.65 kg, diperoleh dari penjumlahan massa pisau egrek dan massa batang egrek 3 sambungan. Penggunaan keseluruhan sambungan pada perhitungan ditujukan untuk mendapatkan massa maksimum alat. Hasil analisis sebaran gaya yang terjadi di empat titik pada pisau egrek dapat dilihat pada Gambar 18.

50 38 Dimana : FM : gaya tarik yang dilakukan oleh pemanen (Newton) FMt : komponen gaya horizontal atau tangensial dari FM (Newton) FMn : komponen gaya vertikal atau normal dari FM (Newton) W : gaya berat alat (Newton) Wt : komponen gaya horizontal atau tangensial dari W (Newton) Wn : komponen gaya vertikal atau normal dari W (Newton) FPFW : gaya potong pisau egrek terhadap batang tandan (Newton) Gambar 18 Sebaran gaya di setiap titik pada pisau egrek Gaya berat alat (W) didefinisikan searah dengan arah percepatan gravitasi (ɡ). Gaya potong (FPFW) didefinisikan sebagai gaya potong yang terjadi pada tiap titik singgung antara pisau dengan batang tandan. FPFW diperoleh dari penjumlahan gaya normal dari FM atau dilambangkan FMn dengan gaya normal dari W yang dilambangkan dengan Wn. Sedangkan komponen gaya lain seperti FMt dan Wt dalam perhitungan tidak digunakan, sehingga hanya sebatas mengetahui komponen-komponen gaya yang berkerja di tiap titiknya. Nilai FPFW yang besar menjadi kriteria yang akan dipilih sebagai titik ideal pemotongan. Selain itu, untuk menentukan titik ideal harus mempertimbangkan gaya potong yang terjadi pada tiap titik dimana harus lebih besar daripada gaya tahanan potong (FTp) pada tandan sebesar 24 N dan FTp pelepah sebesar 94.5 N. Nilai FTp untuk tandan dan pelepah tesebut mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Intara (2005) dengan kondisi pemotongan yaitu sudut pemotongan 0 o atau tegak lurus terhadap benda yang akan dipotong dan sudut ketajaman mata pisau sebesar 20 o dengan dua mata sisi. Kondisi pemotongan tersebut diambil dengan mempertimbangkan kondisi maksimum yang mungkin terjadi. Dalam analisis kali ini yang digunakan acuan yaitu pelepah karena memiliki gaya tahanan potong yang lebih besar dari pada batang tandan. Sehingga dengan mengambil kondisi maksimum maka untuk pemotongan batang tandan akan lebih mudah. Penentuan keempat titik pada analisis ini diharapkan keempat titik tersebut mewakili penampang pisau egrek seperti dijelaskan pada Gambar 18. Berikut merupakan hasil perhitungan dari keempat titik :

51 39 Diketahui : Massa total alat (m) = 8.65 kg Percepatan gravitasi (ɡ) = 9.81 m/s 2 Gaya tarik pemanen (FM) = 69 N Perhitungan di titik 1 Perhitungan di titik 2 = Perhitungan di titik 3 = Perhitungan di titik 4 = = Semakin besar gaya potong yang dihasilkan maka dengan gaya tarik manusia yang sama dapat memotong obyek lebih cepat. Hasil perhitungan secara keseluruhan di setiap titik dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Hasil perhitungan sebaran gaya di setiap titik Titik FM FMn W Wn FPFW a Satuan dalam Newton Hasil perhitungan yang diperoleh titik 1, 2 dan 3 memiliki gaya yang lebih besar dari gaya tarik yang dilakukan oleh pemanen. Selain itu, ketiga titik tersebut memiliki nilai yang lebih besar dari pada gaya tahanan potong pelepah sebesar 94.5 N. Sedangkan untuk titik 4 lebih kecil daripada 94.5 N sehingga tidak

52 40 disarankan untuk melakukan pemotongan pada titik ini. Nilai FPFW yang lebih kecil daripada FTp ini dapat menyebabkan melesetnya pisau egrek saat proses pemotongan. Nilai gaya potong maksimum berada di titik 2 sehingga dapat dikatakan titik ideal untuk melakukan pemotongan dengan gaya tarik pemanen sebesar 69 N berada pada titik 2. Selain itu dapat disimpulkan bahwa untuk melakukan pemotongan tandan maupun pelepah dapat dilakukan antara titik 1 sampai 3 dengan titik paling ideal ada pada titik 2. Analisis panjang ideal pemotongan pada pisau egrek Analisis panjang ideal pemotongan yang dimaksud adalah menentukan panjang ideal pada bilah potong pisau egrek untuk melakukan pemotongan baik itu tandan maupun pelepah. Panjang titik ideal dari titik satu ke titik tiga sebesar 260 mm dengan total panjang pisau sebesar 341 mm diukur dari lengkungan pisau bagian dalam. Sehingga dari titik satu ke ujung pisau akan tersisa 55 mm. Panjang 55 mm ini dapat dijadikan patokan dalam penggunaan pisau egrek. Dapat disimpulkan jika melebihi batas penggunaan pisau sebesar 55 mm maka pisau egrek harus diganti. Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan gaya potong yang maksimum maka pisau egrek harus berada diantara titik 1 sampai 3 atau lebih tepatnya ada pada titik 2. Dengan diketahuinya panjang ideal pemotongan ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja pada saat proses pemotongan tandan dan pelepah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 19. a Satuan dalam mm Gambar 19 Ilustrasi penentuan panjang ideal pemotongan pada pisau Analisis Panjang Batang Alat Analisis panjang batang alat baik untuk alat dodos maupun egrek dilakukan dengan cara simulasi menggunakan software CAD. Simulasi dilakukan dengan memilih gerakan memanen kelapa sawit yang berkaitan langsung dengan panjang batang alat yang akan dianalisis. Pada alat dodos yang dipilih yaitu pada

53 gerakan terakhir, sedangkan untuk alat egrek yang dipilih yaitu pada gerakan pertama. Model antropometri yang telah dibuat dipilih hanya dengan menggunakan model antropometri persentil 5. Hal ini dikarenakan sama sepeti yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu mencari dimana keadaan maksimum yang mungkin terjadi. Jika menggunakan persentil 5 sudah mendapatkan panjang batang alat yang aman, maka untuk pesentil 50 dan 95 akan semakin aman. Jika menggunakan persentil 95 dikhawatirkan dengan memperoleh panjang batang persentil 95 dan digunakan untuk pemanen persentil 5 maka pemanen dengan persentil 5 ini tidak dapat menjangkau target yang akan dipotong. Sehingga menyebabkan posisi pemanen harus mendekat ke pohon yang menyebabkan sudut gerak semakin bertambah dan dikhawatirkan masuk dalam zona bahaya. Kemudian jika simulasi memakai persentil 5 maka jika digunakan untuk pemanen persentil 95 perlu menambah jarak ke pohon sehingga menjadi lebih jauh dan sudut gerak yang terjadi relatif lebih kecil. Faktor kelebihan panjang batang menjadi pertimbangan dengan menambah jarak antara pemanen dengan pohon jika alat digunakan oleh pemenen persentil 95. Penggunaan model antropometri persentil 5 berlaku untuk alat dodos maupun alat egrek. A. Analisis Panjang Batang Dodos Kegiatan pemotongan tandan/pelepah kelapa sawit menggunakan alat dodos menitikberatkan pada gerakan mendorong sampai tandan/pelepah terpotong. Parameter-parameter yang diperlukan untuk melakukan analisis ini antara lain jarak antara pemanen dengan pohon, dimensi awal dodos, ketinggian pohon berserta diameter batang tandan, serta kondisi selang gerak yang aman. Menurut Dewi (2013) dodos akan menghasilkan gaya dorong yang maksimum pada tinggi posisi tandan dan pelepah satu meter sehingga dengan ketinggian tersebut jarak aman antara pemanen dengan pohon yaitu 1,4 meter. Tetapi tidak menutup kemungkinan penggunaan dodos untuk ketinggian diatas satu meter tetapi maksimal tiga meter. Oleh karena itu pada penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2013), dengan ketinggian pohon dua meter jarak aman antara pemanen dengan pohon yaitu 1,5 meter, sedangkan untuk ketinggian tiga meter diperoleh jarak sebesar 1,9 meter. Parameter lain yaitu diameter batang tandan yang digunakan untuk simulasi masih tetap seperti pada saat penentuan titik ideal pemotongan yaitu sebesar 7 cm. Parameter selang gerak yang lebih diutamakan yaitu pada bagian leher, supaya mata dapat melihat fokus ke tandan/pelepah. Menurut Grandjean, et al (1984) diperlukan area pandang mata sebesar 15 untuk dapat melihat fokus kesuatu benda. Simulasi yang dilakukan menggunakan alat dodos diambil hanya pada gerakan dorongan terakhir saja. Hal ini dikarenakan pada gerakan terakhir merupakan kondisi maksimal dalam menggunakan dodos. Sehingga dapat diartikan gerakan terakhir menentukan terpotong atau tidaknya tandan/pelepah. Dalam pemotongan tandan menggunakan dodos posisi pemanen umumnya disamping target potong karena bentuk pisau yang searah dengan batang. Sehingga hanya dilakukan simulasi menggunakan model 2 dimensi. Berikut merupakan hasil simulasi menggunakan software CAD pada penggunaan dodos untuk ketinggian target potong 1, 2 dan 3 meter. Gambar 20 41

54 42 menunjukkan hasil simulasi panjang batang dodos. Garis berwarna hitam menunjukkan model antropometri pemanen, warna biru menunjukkan dodos, dan warna coklat menunjukkan pohon. Selang gerak pada model antropometri yang digunakan dalam simulasi mengacu pada SAG dan digunakan kondisi semaksimum mungkin. Kondisi maksimum yang dimaksud yaitu tidak melebihi batas dari zona 2 dalam SAG. Dari ketiga simulasi tersebut tubuh bagian bawah relatif dalam kondisi normal hanya saja pada tinggi target potong 1 meter pemanen sedikit condong kedepan untuk dapat menjangkau tinggi yang lebih pendek dari tinggi tubuh pemanen. Secara keseluruhan bagian tubuh yang relatif mempunyai sudut yang besar ada pada bahu. Hal ini dikarenakan bahu berperan penting untuk melakukan gerakan dorongan, sehingga dibutuhkan sudut gerak yang relatif lebih besar daripada bagian tubuh lain. Besarnya sudut yang terjadi pada bahu tidak melebihi batas zona 2 yang masih dapat ditoleransi. Lebih detailnya ditunjukkan pada Gambar 20. Keterangan : Satuan dalam mm kecuali sudut dalam derajat ( o ) : model antropometri pemanen : alat dodos : pohon : zona pandang mata Gambar 20 Simulasi panjang batang dodos yang paling ideal untuk persentil 5 pada tinggi target potong 1, 2, dan 3 meter

55 Hasil simulasi mendapatkan panjang kerja dodos sebesar 748 mm pada ketinggian pohon satu meter, sedangkan untuk ketinggian pohon dua dan tiga meter masing-masing sebesar 1337 mm dan 2055 mm. Dilihat dari faktor kelebihan panjang batang, untuk tinggi target potong 1 dan 2 meter termasuk dapat membahayakan pemanen atau orang yang berada disekitar pemanen ketika proses pemotongan berlangsung. Sehingga kelebihan panjang batang ini harus dihindarai. Semakin tinggi pohon panjang batang yang diperlukan semakin tinggi. Dikarenakan dodos ideal untuk pohon dengan ketinggian satu meter maka yang akan dipakai untuk dimensi panjang batang yang baru yaitu 748 mm. Panjang ini belum ditambahkan panjang ujung bawah batang dodos sampai ke genggaman tangan pemanen atau dapat disebut sebagai overlap sambungan sebesar 200 mm. Overlap sambungan selain digunakan untuk memperkuat sambungan juga digunakan sebagai patokan jarak pegangan yang aman ketika melakukan pemotongan. Dikarenakan keterbatasan data maka overlap sambungan tidak bisa dibandingkan kuat tidaknya dengan yang sudah ada sehingga hanya merekomndasikan overlap sebesar 200 mm. Sehingga total panjang batang dodos sebesar 948 mm. Panjang total ini digunakan sebagai acuan unutk membuat panjang batang dodos yaitu dibulatkan menjadi 1000 mm atau 1 meter untuk mempermudah produksi. Dengan panjang batang 1 meter ini untuk mencapai tinggi target potong maksimal 3 meter maka dibutuhkan 3 sambungan batang dengan total panjang 3 meter. Total panjang batang ini belum dikurangi dengan overlap sambungan sebanyak 0.2 meter dikali 2 sambungan sehingga total panjang batang dodos menjadi 2.6 meter. Dengan panjang 2.6 meter ini untuk pemotongan tinggi target 3 meter maka akan terjadi kelebihan panjang batang. Sehingga harus menyesuaikan jarak antara orang dengan pohon. Rekomendasi panjang batang sebesar 1 meter tiap batang dengan 3 sambungan teleskopik ini menjadi rekomendasi pertama dengan menitikberatkan pada aspek ergonomis pemanen. Aspek ergonomis yang dimaksud yaitu zona gerak yang terjadi pada tiap-tiap bagian tubuh tidak melebihi batas maksimal zona 2 dalam SAG. Rekomendasi panjang batang kedua lebih mengacu pada aspek teknis. Dimana dengan rekomendasi panjang batang pertama sebanyak 3 sambungan dikhawatirkan menambah waktu kerja dari pemanen dalam kegiatan preparasi alat. Preparasi ini merupakan kegiatan menyiapkan alat seperti menambah atau mengurangi sambungan serta mendirikan alat khusus penggunaan alat egrek. Oleh karena itu jumlah sambungan dikurangi menjadi hanya 2 sambungan yang berdampak pada penambahan panjang batang menjadi 1.5 meter. Pemilihan panjang tiap batang 1.5 meter ini berdasarkan hasil simulasi dengan diasumsikan rata-rata penggunaan dodos untuk tinggi target pohon 2 meter. Maksimal panjang yang dapat dijangkau dengan panjang 1.5 meter ini yaitu 3 meter dikurangi overlap sambungan 0.2 meter. Sehingga total maksimal panjang sebesar 2.8 meter. Sama seperti rekomendasi pertama, yaitu terjadi kelebihan panjang batang pada pemotongan dengan tinggi target potong 1 dan 3 meter. Sehingga diperlukan penyesuaian jarak antara pemanen dengan pohon. Faktor teknis lain selain yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu segi kemudahan dalam produksi. Perusahaan dalam membuat panjang batang dodos tentunya akan mengambil ukuran yang mudah untuk diproduksi. Oleh karena itu, untuk rekomendasi kedua dipilih panjang batang dodos sebesar 1.5 meter tiap batang dengan 2 sambungan teleskopik. 43

56 44 Adanya sambungan pada dodos baru ini perlu ditambahkan pengunci. Mekanisme penguncian yang diterapkan mengikuti mekanisme penguncian yang sudah ada untuk mempermudah produksi bagi perusahaan. Dapat dilihat pada Gambar 21 contoh pengunci (klem) yang sudah ada. Gambar 21 Pengunci (klem) sambungan Berikut merupakan gambar detail dodos hasil analisis yang telah dilakukan, dapat dilihat pada Gambar 22. (a)

STUDI GERAK DAN APLIKASINYA UNTUK PENINGKATAN EFEKTIVITAS DAN KESELAMATAN KERJA PEMANENAN KELAPA SAWIT SECARA MANUAL NUGRAHANING SANI DEWI

STUDI GERAK DAN APLIKASINYA UNTUK PENINGKATAN EFEKTIVITAS DAN KESELAMATAN KERJA PEMANENAN KELAPA SAWIT SECARA MANUAL NUGRAHANING SANI DEWI STUDI GERAK DAN APLIKASINYA UNTUK PENINGKATAN EFEKTIVITAS DAN KESELAMATAN KERJA PEMANENAN KELAPA SAWIT SECARA MANUAL NUGRAHANING SANI DEWI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Antropometri Petani Wanita Kecamatan Dramaga Pengambilan data dilakukan secara acak dengan mengunjungi subjek yang ada di tiap-tiap desa, baik dengan langsung bertemu dengan

Lebih terperinci

Desain Model Diagnostik Resiko Ergonomi pada Kelapa Sawit Secara Manual

Desain Model Diagnostik Resiko Ergonomi pada Kelapa Sawit Secara Manual Technical Paper Desain Model Diagnostik Resiko Ergonomi pada Kelapa Sawit Secara Manual Ergonomic Risk Assesment s Tool of Oil Palm Manual Harvesting Nugrahaning Sani Dewi, Departemen Teknik Mesin dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER LAMPIRAN 60 Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER Tanggal: Lokasi: Nama: Usia: (L/P) tahun 1. Lama penyemprotan (per proses): 3 jam 2.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ANTROPOMETRI PETANI PRIA KECAMATAN DRAMAGA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ANTROPOMETRI PETANI PRIA KECAMATAN DRAMAGA IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ANTROPOMETRI PETANI PRIA KECAMATAN DRAMAGA Dalam suatu pengambilan data antropometri pada suatu populasi yaitu pada Kecamatan Dramaga terdapat perbedaan dengan populasi

Lebih terperinci

STUDI ANTROPOMETRI PEMANEN KELAPA SAWIT DAN APLIKASINYA PADA RANCANG BANGUN ANGKONG BANI SHIDEK

STUDI ANTROPOMETRI PEMANEN KELAPA SAWIT DAN APLIKASINYA PADA RANCANG BANGUN ANGKONG BANI SHIDEK STUDI ANTROPOMETRI PEMANEN KELAPA SAWIT DAN APLIKASINYA PADA RANCANG BANGUN ANGKONG BANI SHIDEK TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V-34 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT.PN III (PT. Perkebunan Nusantara III) Kebun Rambutan merupakan salah satu unit PT. PN III yang memiliki 8 wilayah kerja yang dibagi berdasarkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai Juni 2010 sampai Oktober 2010 di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Teknik Mesin dan Biosistem. B. Peralatan

Lebih terperinci

A. TEMPAT, WAKTU, PERALATAN DAN OBYEK PENELITIAN

A. TEMPAT, WAKTU, PERALATAN DAN OBYEK PENELITIAN III. METODOLOGI A. TEMPAT, WAKTU, PERALATAN DAN OBYEK PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu pengambilan data yang dilakukan di 15 desa di Kecamatan Wedung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada pemanenan kelapa sawit umur dibawah 8 tahun dengan bentuk pisau. berbentuk kapak dengan tinggi pohon maksimal 3 meter.

BAB I PENDAHULUAN. pada pemanenan kelapa sawit umur dibawah 8 tahun dengan bentuk pisau. berbentuk kapak dengan tinggi pohon maksimal 3 meter. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanenan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit digunakan dua alat panen yaitu berupa egrek dan dodos. Pada penelitian ini pengamatan dilakukan pada penggunaan egrek

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Penyelesaian masalah yang diteliti dalam penelitian ini memerlukan teoriteori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANTROPOMETRI Hasil pengolahan data yang akan disajikan dalam tabel-tabel pada bab pembahasan ini merupakan ringkasan data yang menunjukkan nilai rata-rata, simpangan baku, sebaran

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN Penelitian dilaksanakan di dua tempat yaitu di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur selama dua bulan terhitung dari bulan

Lebih terperinci

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA Definisi Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia Antropometri

Lebih terperinci

Studi Gerak Kerja Pemanenan Kelapa Sawit Secara Manual

Studi Gerak Kerja Pemanenan Kelapa Sawit Secara Manual Technical Paper Studi Gerak Kerja Pemanenan Kelapa Sawit Secara Manual Motion Study of Oil Palm Manual Harvesting M. Faiz Syuaib, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Institut Pertanian, Bogor, Email:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Konsep Ergonomi untuk Kenyamanan Kerja Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni yang berupaya menserasikan antara alat, cara, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,

Lebih terperinci

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN HASIL. semua proses kerja yang akan dijelaskan pada tabel dibawah ini.

BAB V ANALISA DAN HASIL. semua proses kerja yang akan dijelaskan pada tabel dibawah ini. BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1 Hasil Pengolahan REBA Pada bab ini akan dilakukan analisa hasil dari pengolahan data terhadap pengukuran resiko kerja dengan menggunakan metode REBA dari semua proses kerja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Ergonomi Ergonomi adalah ilmu yang menemukan dan mengumpulkan informasi tentang tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia untuk perancangan mesin, peralatan,

Lebih terperinci

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI Jenis Data 1. Dimensi Linier (jarak) Jarak antara dua titik pada tubuh manusia yang mencakup: panjang, tinggi, dan lebar segmen tubuh, seperti panjang jari, tinggi lutut,

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS

PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS Rini Yulianingsih Bagaimanakah perancangan yang baik? Aktivitas yang dilakukan oleh perancang adalah untuk menciptakan alat/mesin/sturktur/proses yang memenuhi kebutuhan:

Lebih terperinci

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ABSTRAK PT. X adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur pengolahan logam spesialis pembuatan cetakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ergonomi Menurut Nurmianto (2004), istilah ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan tanaman monokotil, dimana batangnya tidak memiliki kambium dan tidak bercabang. Kelapa sawit sendiri

Lebih terperinci

Planning of the Ergonomic Seat for Four Wheel Tractor Based on Anthropometry

Planning of the Ergonomic Seat for Four Wheel Tractor Based on Anthropometry Perencanaan Tempat Duduk Traktor dengan Antropometri (Nurhidayah dkk) PERENCANAAN TEMPAT DUDUK TRAKTOR RODA EMPAT YANG ERGONOMIS DENGAN ANTROPOMETRI Planning of the Ergonomic Seat for Four Wheel Tractor

Lebih terperinci

Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma

Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma ANTROPOMETRI Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma Definisi Antropos = manusia Metrikos = pengukuran Ilmu yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN 3.2 PERALATAN 3.3 SUBJEK PENELITIAN

METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN 3.2 PERALATAN 3.3 SUBJEK PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai dengan September 2012. Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan Sari Lembah Subur, Riau dan laboratorium

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG TAHU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA

PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG TAHU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG TAHU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA Dwi Nurul Izzhati Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik UDINUS Jl. Nakula I, No.5-11, Semarang E-mail: dwinurul@dosen.dinus.ac.id

Lebih terperinci

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las Sulistiawan I 1303010 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen 3 TINJAUAN PUSTAKA Teknis Panen Panen merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Pelaksanaan panen perlu dilakukan secara baik dengan memperhatikan beberapa kriteria tertentu

Lebih terperinci

STUDI ANTROPOMETRI PETANI PRIA DAN APLIKASINYA PADA DESAIN CANGKUL DI KECAMATAN TRANGKIL, PATI, JAWA TENGAH SITI ASIYAH

STUDI ANTROPOMETRI PETANI PRIA DAN APLIKASINYA PADA DESAIN CANGKUL DI KECAMATAN TRANGKIL, PATI, JAWA TENGAH SITI ASIYAH STUDI ANTROPOMETRI PETANI PRIA DAN APLIKASINYA PADA DESAIN CANGKUL DI KECAMATAN TRANGKIL, PATI, JAWA TENGAH SITI ASIYAH DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN Penelitian ini dilakukan mulai Juli-September 2010 di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. B. ALAT DAN BAHAN 1. Peralatan yang digunakan a. Meteran

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Penelitian merupakan serangkaian aktivitas merumuskan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan dari suatu permasalahan yang dijadikan objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan industri di negara Indonesia sedang mengalami peningkatan yang cukup pesat, baik itu dalam bidang jasa atau manufaktur. Persaingan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan tenaga manusia masih menjadi hal yang utama dan paling penting dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang berlangsung di perusahaan

Lebih terperinci

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS Dian Palupi Restuputri *1, Erry Septya Primadi 2, M. Lukman 3 1,2,3 Universitas Muhammadiyah Malang Kontak person:

Lebih terperinci

RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS

RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS PKMT-2-1-1 RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS Mirta Widia, Mia Monasari, Vera Methalina Afma, Taufik Azali Jurusan Teknik Industri, Universitas Andalas, Padang ABSTRAK Perancangan wheelbarrow

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyebaran Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elais guineensis Jacq) diusahakan secara komersial di Afrika, Amerika Selatan, Asia Tenggara, Pasifik selatan, serta beberapa daerah lain

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 1 2017 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN ALAT ANGKUT TABUNG LPG 3 KG YANG ERGONOMIS (STUDI KASUS DI UD. X) Ronal Natalianto Purnomo, Julius Mulyono *, Hadi Santosa Jurusan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 30 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1. Pengumpulan data 4.1.1 Layout Lini Produksi Sekarang Gambar 4.1 Layout Assembly Line Gambar di atas menunjukkan denah lini produksi PT. Federal Karyatama yang

Lebih terperinci

Studi Waktu (Time Study) pada Aktivitas Pemanenan Kelapa Sawit di Perkebunan Sari Lembah Subur, Riau

Studi Waktu (Time Study) pada Aktivitas Pemanenan Kelapa Sawit di Perkebunan Sari Lembah Subur, Riau Technical Paper Studi Waktu (Time Study) pada Aktivitas Pemanenan Kelapa Sawit di Perkebunan Sari Lembah Subur, Riau Time Study on The Activity of Oil Palm Harvesting at Sari Lembah Subur Plantations,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. ERGONOMI

II. TINJAUAN PUSTAKA A. ERGONOMI II. TINJAUAN PUSTAKA A. ERGONOMI Secara harfiah kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani : ergo (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Jadi ergonomi adalah penerapan ilmu-ilmu biologis tentang manusia bersamasama

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Ergonomi Kata Ergonomi berasal dari dua kata Latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ Tengku Fuad Maulana 1, Sugiharto 2, Anizar 2 Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA ALAT PANEN KELAPA SAWIT PADA PEKERJA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III KEBUN RAMBUTAN SAID ALFANDRI

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA ALAT PANEN KELAPA SAWIT PADA PEKERJA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III KEBUN RAMBUTAN SAID ALFANDRI USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA ALAT PANEN KELAPA SAWIT PADA PEKERJA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III KEBUN RAMBUTAN TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan hasil dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kursi Roda adalah alat bantu untuk melakukan aktifitas bagi penderita cacat fisik seperti patah tulang kaki, cacat kaki, atau penyakit-penyakit lain yang menyebabkan

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA A. ENGINEERING DESIGN PROCESS Engineering design process atau proses desain engineering merupakan proses atau tahapan dimana seorang engineer merancang sebuah produk/alat atau mesin

Lebih terperinci

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Kekuatan otot adalah tenaga, gaya, atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal. Otot-otot tubuh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Anthropometri Menurut Sritomo (1989), salah satu bidang keilmuan ergonomis adalah istilah anthropometri yang berasal dari anthro yang berarti manusia dan metron yang

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Analisis Postur Tubuh Dan Pengukuran Skor REBA Sebelum melakukan perancangan perbaikan fasilitas kerja terlebih dahulu menganalisa postur tubuh dengan

Lebih terperinci

B A B III METODOLOGI PENELITIAN

B A B III METODOLOGI PENELITIAN B A B III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penulisan laporan ini, penulis membagi metodologi pemecahan masalah dalam beberapa tahap, yaitu : 1. Tahap Indentifikasi Masalah 2. Tahap Pengumpulan Data dan Pengolahan

Lebih terperinci

Modul ke: Studio Desain II 10FDSK. Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn. Fakultas. Program Studi Desain Produk

Modul ke: Studio Desain II 10FDSK. Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn. Fakultas. Program Studi Desain Produk Modul ke: Studio Desain II Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn Fakultas 10FDSK Program Studi Desain Produk ERGONOMI Studi ergonomi dilakukan bedasarkan panduan dari Human Factor Design

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. Kelompok Data Berkaitan Dengan Aspek Fungsi Produk Rancangan Duduk nyaman di kursi adalah factor cukup penting untuk diperhatikan, apapun itu model kursi minimalis,

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian. Metodologi penelitian ini akan membantu menyelesaikan penelitian

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PERONTOK BULU AYAM UNTUK MENINGKATKAN KEHIGIENISAN

RANCANG BANGUN ALAT PERONTOK BULU AYAM UNTUK MENINGKATKAN KEHIGIENISAN RANCANG BANGUN ALAT PERONTOK BULU AYAM UNTUK MENINGKATKAN KEHIGIENISAN BAGUS Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura bagusale12@gmail.com Abstrak- Semakin banyaknya rumah

Lebih terperinci

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN Disusun oleh: Daryono (344169) Jurusan : Teknik Industri Fakultas : Teknologi Industri

Lebih terperinci

Grip Strength BAB I PENDAHULUAN

Grip Strength BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi perkembangan teknologi semakin pesat maka dengan berkembangnya teknologi manusia berusaha untuk membuat peralatan yang bisa membantu pekerjaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini memunculkan berbagai jenis usaha. Semua kegiatan perindustrian tersebut tidak terlepas dari peran manusia, mesin dan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN (Studi Kasus Industri Tenun Pandai Sikek Sumatera Barat) Nilda Tri Putri, Ichwan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN Agung Santoso 1, Benedikta Anna 2,Annisa Purbasari 3 1 Program Studi Teknik Industri, Universitas Riau Kepulauan Batam 2,3 Staf Pengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X ANALISA KELUHAN DAN USULAN PERANCANGAN TROLI ERGONOMIS SEBAGAI ALAT BANTU ANGKUT DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA ( Studi Kasus : Pelelangan Ikan Muara Angke ) Renty Anugerah Mahaji Puteri 1*, Yakub 2 12

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan PT.VIP (Visi Indah Prima) yang bergerak di bidang sarana kebugaran dan pembuatan alat olahraga. Perusahaan tersebut adalah perusahaan yang berkecimpung dalam bidang pembuatan alat olahraga

Lebih terperinci

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT. ANALISIS POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESMENT PADA OPERATOR DALAM PEMBUATAN PEMBERSIH AIR LIMBAH DI PT. KAMIADA LESTARI INDONESIA Disusun Oleh: Roni Kurniawan (36411450) Pembimbing:

Lebih terperinci

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG Darsini Teknik Industri Fakultas Teknik - Univet Bantara Sukoharjo e-mail: dearsiny@yahoo.com Abstrak Tujuan Penelitian ini adalah merancang desain troli

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4 I. TINJAUAN PUSTAKA A. Panen Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4 tahun. Proses pemanenan kelapa sawit meliputi kegiatan memotong tandan buah yang masak, memungut brondolan,

Lebih terperinci

DESAIN BENTUK FISIK KERETA DORONG SESUAI ANTROPOMETRI ANAK-ANAK UNTUK PENJUAL COBEK ANAK

DESAIN BENTUK FISIK KERETA DORONG SESUAI ANTROPOMETRI ANAK-ANAK UNTUK PENJUAL COBEK ANAK DESAIN BENTUK FISIK KERETA DORONG SESUAI ANTROPOMETRI ANAK-ANAK UNTUK PENJUAL COBEK Abstrak ANAK Delta Pralian - NPM : 30402264 Program Studi Teknik Industri, Universitas Gunadarma E-mail : dpralian@yahoo.com

Lebih terperinci

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI BASUKI ARIANTO Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma Jakarta ABSTRAK Rumah tinggal adalah rumah yang menjadi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD Satria merupakan usaha kecil menengah yang bergerak di bidang produksi linggis. Usaha ini dikelola secara turun menurun yang didirikan pada tahun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi masalah. Pengembangan dan perumusan ide desain. Tidak Penetapan mekanisme.

METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi masalah. Pengembangan dan perumusan ide desain. Tidak Penetapan mekanisme. III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2012 sampai Oktober 2012 di Laboraturium Teknik Mesin dan Otomasi, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem,

Lebih terperinci

ANTROPOMETRI. Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi

ANTROPOMETRI. Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi ANTROPOMETRI Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Definisi Jenis Antropometri 1. Antropometri struktural (STATIS) Pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam posisi diam. 2. Antropometri fungsional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pengkajian hubungan manusia dengan lingkungan kerja sebenarnya sudah lama dilakukan oleh manusia, tetapi pengembangannya yang lebih mendalam baru dilakukan setelah

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA Etika Muslimah 1*, Dwi Ari Wibowo 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 2.2 Teori Domino Penyebab Langsung Kecelakaan Penyebab Dasar... 16

DAFTAR ISI. 2.2 Teori Domino Penyebab Langsung Kecelakaan Penyebab Dasar... 16 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR NOTASI... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Penelitian...

Lebih terperinci

DESAIN KONSEPTUAL STANG KEMUDI TRAKTOR RODA DUA UNTUK TRANSPORTASI MENGGUNAKAN TRAILER MELALUI PENDEKATAN ERGONOMIKA BREHANS RASKAROWANA

DESAIN KONSEPTUAL STANG KEMUDI TRAKTOR RODA DUA UNTUK TRANSPORTASI MENGGUNAKAN TRAILER MELALUI PENDEKATAN ERGONOMIKA BREHANS RASKAROWANA DESAIN KONSEPTUAL STANG KEMUDI TRAKTOR RODA DUA UNTUK TRANSPORTASI MENGGUNAKAN TRAILER MELALUI PENDEKATAN ERGONOMIKA BREHANS RASKAROWANA DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dibahas teori-teori yang digunakan sebagai landasan dan dasar pemikiran yang mendukung analisis dan pemecahan permasalahan dalam penelitian ini. 2.1 Kajian Ergonomi

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT BANTU PEMINDAHAN GALON AIR MINERAL (STUDI KASUS: DEPOT AIR MINERAL PEKANBARU)

PERANCANGAN ALAT BANTU PEMINDAHAN GALON AIR MINERAL (STUDI KASUS: DEPOT AIR MINERAL PEKANBARU) PERANCANGAN ALAT BANTU PEMINDAHAN GALON AIR MINERAL (STUDI KASUS: DEPOT AIR MINERAL PEKANBARU) Merry Siska, Dedi Suarman Jurusan Teknik Industri Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

ANALISIS ERGONOMI TERHADAP RUANG KENDALI PADA TRAKTOR RODA EMPAT KINTA SB55

ANALISIS ERGONOMI TERHADAP RUANG KENDALI PADA TRAKTOR RODA EMPAT KINTA SB55 ANALISIS ERGONOMI TERHADAP RUANG KENDALI PADA TRAKTOR RODA EMPAT KINTA SB55 (Analize Ergonomic of Controlling Room for Four-Wheel Tractor KINTA SB55) Robi Salim Rambe 1,2), Achwil Putra Munir 1, Saipul

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PEMBUATAN KOTAK KARDUS YANG ERGONOMIS BERDASARKAN UKURAN ANTROPOMETRI

PERANCANGAN ALAT PEMBUATAN KOTAK KARDUS YANG ERGONOMIS BERDASARKAN UKURAN ANTROPOMETRI INDUSTRI INOVATIF Vol. 3, No. 2, September 2013: 18-23 PERANCANGAN ALAT PEMBUATAN KOTAK KARDUS YANG ERGONOMIS BERDASARKAN UKURAN ANTROPOMETRI 1) Mujiono 1) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR Abstrak. Meja dan kursi adalah fasilitas sekolah yang berpengaruh terhadap postur tubuh siswa. Postur tubuh akan bekerja secara alami jika menggunakan

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Perencanaan rancangan produk perlu mengetahui karakteristik

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Perencanaan rancangan produk perlu mengetahui karakteristik 15 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Perancangan Alat Perencanaan rancangan produk perlu mengetahui karakteristik perancangan dan perancangnya. Beberapa karakteristik perancangan, yaitu: 1. Berorientasi

Lebih terperinci

Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo

Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo Herry Christian Palit Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI) LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI) Font 16, bold, center Disusun Oleh : Font 12, bold, center Nama / NPM : 1.... / NPM 2.... /

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dibahas analisis dan interpretasi hasil yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan pengolahan data. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan produksi tidak terlepas dari peran manusia, salah satu hal penting yang masih dilakukan pada industri kecil sampai menengah bahkan industri besar sekalipun.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2011 pada PT Socfindo yang berlokasi di Jalan KL. Yos Sudarso No.27 Medan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang permasalahan dari tugas akhir ini, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan permasalahan, dan sistematika penulisan dalam tugas akhir. 1.1 Latar

Lebih terperinci

Anthropometry. the study of human body dimensions. TeknikIndustri 2015

Anthropometry. the study of human body dimensions. TeknikIndustri 2015 Anthropometry the study of human body dimensions hanna.udinus@gmail.com TeknikIndustri 2015 Definisi (Nurmianto, 2005) Antropos ( man) metron (measure) Antropometri adalah pengetahuan yang menyangkut pengukuran

Lebih terperinci

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan PANEN KELAPA SAWIT 1. Pengrtian Panen Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai criteria matang panen, mengumpulkan dan mengutipbrondolan serta menyusun tandan di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire

Lampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire Lampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire A. DATA RESPONDEN Nama : Usia : Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan Status Pernikahan : Berat Badan Tinggi Badan : kg : cm Tangan dominan : a. Kanan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI) LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI) Font 16, bold, center Disusun Oleh : Font 12, bold, center Nama / NPM : 1.... / NPM 2.... /

Lebih terperinci

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN Daryono Mahasiswa (S1) Jurusan Teknik Industri Universitas Gunadarma Scochuu_kuro@yahoo.co.id ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai model dan kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian mengenai desain perbaikan kursi untuk karyawan pada bagian kerja penyetelan dan pelapisan

Lebih terperinci