ASPEK KETEKNIKAN PADA PROSES PENGOLAHAN DAN PENDISTRIBUSIAN KOPI DI CV FRINSA AGROLESTARI PANGALENGAN BANDUNG FIKRI AZALI FAISAL SYAF

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ASPEK KETEKNIKAN PADA PROSES PENGOLAHAN DAN PENDISTRIBUSIAN KOPI DI CV FRINSA AGROLESTARI PANGALENGAN BANDUNG FIKRI AZALI FAISAL SYAF"

Transkripsi

1 ASPEK KETEKNIKAN PADA PROSES PENGOLAHAN DAN PENDISTRIBUSIAN KOPI DI CV FRINSA AGROLESTARI PANGALENGAN BANDUNG FIKRI AZALI FAISAL SYAF DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2 2 ASPEK KETEKNIKAN PADA PROSES PENGOLAHAN DAN PENDISTRIBUSIAN KOPI DI CV FRINSA AGROLESTARI PANGALENGAN BANDUNG FIKRI AZALI FAISAL SYAF Laporan Praktik Lapangan DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

3 Judul Laporan Nama NIM Pembimbing Lapang : Aspek Keteknikan Pada Proses Pengolahan dan Pendistribusian Kopi di CV Frinsa Agrolestari Pangalengan Bandung : Fikri Azali Faisal Syaf : F : Wildan Mustofa Disetujui oleh Pembimbing Akademik Dr Ir Rokhani Hasbullah, MSi NIP Tanggal Ujian:

4

5 iii PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktik Lapangan serta penyusunan laporan Praktik Lapangan ini dengan baik. Laporan Praktik Lapangan dibuat sebagai hasil dokumentasi ilmiah dari serangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan. Kegiatan Praktik Lapangan dilaksanakan di CV Frinsa Agrolestari Pangalengan, Bandung, Jawa Barat sejak tanggal 22 Juni 2015 sampai dengan 17 Agustus Melalui laporan ini, penulis menyampaikan terima atas segala bimbingan, dukungan dan bantuan kepada: 1 Dr. Ir. Rokhani Hasbullah, M.Si selaku dosen pembimbing tugas akhir. 2 Dr. Ir. I Wayan Astika, M.Si sebagai koordinator Praktik Lapangan. 3 Kedua orang tua dan keluarga penulis atas segala doa dan dukungan. 4 Ir. H. Wildan Mustofa, MM sebagai pemilik CV Frinsa Agrolestari atas kesediaannya memberikan tempat kepada penulis untuk menjalankan praktik lapangan. 5 Bapak Ir. H. Wildan Mustofa selaku pembimbing lapang di CV Frinsa Agrolestari. 6 Ibu Atieq selaku HRD di CV Frinsa Agrolestari. 7 Ir. H. Wildan Mustofa, MM yang telah membagi ilmunya tentang pengolahan kopi. 8 Seluruh staf dan karyawan CV Frinsa Agrolestari atas segala bantuan dan ilmunya. 9 Satuan tugas pelaksanaan praktik lapangan di Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, atas segala arahannya. 10 Semua pihak yang telah banyak membantu namun tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga Tuhan berkenan membalas segala kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu selama persiapan hingga selesainya kegiatan Praktik Lapangan ini. Penulis menyadari bahwa laporan Praktik Lapangan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan dalam penulisan selanjutnya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca sehingga tujuan Praktik Lapangan dapat tercapai. Bogor, September 2015 Fikri Azali Faisal Syaf

6 iv DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL i HALAMAN PENGESAHAN ii PRAKATA iii DAFTAR ISI iv DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 1 METODOLOGI 2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 2 Metode Pelaksanaan 2 KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 2 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan 2 Lokasi dan Tata Letak Perusahaan 3 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 3 Gambaran Umum Kegiatan Perusahaan 4 Sarana dan Prasarana 4 PROSES PENGOLAHAN DAN PENDISTRIBUSIAN KOPI 6 Penerimaan Bahan Baku 6 Pengolahan Kopi 6 Pengemasan Kopi 18 Penyimpanan Kopi 19 Klasifikasi Mutu Kopi 21 Pendistribusian Kopi 23 SIMPULAN DAN SARAN 24 Simpulan 24 Saran 24 DAFTAR PUSTAKA 25

7 v DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Struktur organisasi CV Frinsa Agrolestari 3 Gambar 2 Lahan penjemuran 5 Gambar 3 Pabrik pengolahan kopi 5 Gambar 4 Timbangan digital 5 Gambar 5 Timbangan analitik 5 Gambar 6 Gerobak roda satu 5 Gambar 7 Manual hydrolic hand truck 5 Gambar 8 Trailer pengangkut biji kopi 6 Gambar 9 Proses pulping buah kopi 7 Gambar 10 Bagian mesin pulper untuk mengupas kulit kopi 8 Gambar 11 Bak fermentasi 9 Gambar 12 Mesin diesel untuk memompa air 9 Gambar 13 Alur penjemuran biji kopi 10 Gambar 14 Biji kopi gabah kadar air 30% 10 Gambar 15 Penjemuran kopi dry process di lantai 4 11 Gambar 16 Bagian mesin huller basah 12 Gambar 17 Bagian mesin huller kering 13 Gambar 18 Biji kopi beras (green bean) kadar air 12% 13 Gambar 19 Bagian mesin suton (density/gravity separator) 14 Gambar 20 Mesin grader dan bagiannya 15 Gambar 21 Ukuran ayakan, A:7,5mm, B:15x4mm, C:6,5mm, D:3,5mm 15 Gambar 22 Konveyor belt untuk sortasi manual 16 Gambar 23 Bentuk biji kopi, A: Normal, B: Peaberry 17 Gambar 24 Sortasi manual dengan meja 17 Gambar 25 Deffect biji kopi, A: Biji putih, B: Biji coklat, C: Biji pecah/kuku kambing 17 Gambar 26 Mesin blending bersama bucket elevatornya 18 Gambar 27 Alat ukur kadar air biji kopi 18 Gambar 28 Penggunaan plastik pada kemasan 19 Gambar 29 Gudang penyimpanan kopi 19 Gambar 30 Tumpukan kemasan kopi sistem kunci lima 20 Gambar 31 Alat ukur suhu dan kelembaban (thermo-hygrometer) 20 Gambar 32 Mesin generator 20 Gambar 33 Contoh hasil uji citarasa kopi 23 Gambar 34 Kopi yang siap dikirim ditempatkan terpisah 23

8 vi DAFTAR TABEL Tabel 1 Penentuan mutu kopi berdasar nilai cacat 22 Tabel 2 Penentuan besarnya nilai cacat biji kopi 22

9 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di Indonesia. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa bagi negara dalam hal ekspor dan impor melainkan juga merupakan sumber penghasilan bagi para petani kopi di Indonesia. Di Indonesia, peningkatan hasil kopi dari segi kuantitas dan kualitas masih terhambat. Penyebab dari hal tersebut dapat dikarenakan berbagai faktor terutama selama proses pengolahan kopi. Pemanenan yang tidak baik, sortasi yang kurang teliti, pengeringan yang cukup lama, pengemasan dan penyimpanan yang tidak baik, juga penanganan selama pendistribusian yang tidak baik akan menurunkan hasil produksi akhir dari kopi tersebut. Selain itu, penggunaan dan spesifikasi alat atau mesin yang digunakan juga dapat mempengaruhi setiap tahapan pengolahan biji kopi. Untuk meningkatkan hasil produksi dari pengolahan kopi, para pelaku industri biasanya sangat bergantung dan teliti terhadap proses proses pengolahan yang ada. Untuk menghasilkan biji kopi green bean yang siap untuk didistribusikan minimal ada 5 proses pengolahan untuk pengolahan secara kering dan 11 proses pengolahan untuk pengolahan basah dimulai dari pemetikan buah hingga pengemasan. Penggunaan mesin selama proses tersebut dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas produksi. Kehandalan mesin mesin tersebut akan mempengaruhi dari segi konsumsi energi dan rendemen hasil pengolahan. Melalui kegiatan praktik lapangan ini, mahasiswa dituntut mempunyai kemampuan intelektual, terampil sehingga mampu mengembangkan profesinya sesuai dengan disiplin ilmu yang ditekuninya. Mempelajari aspek keteknikan pada proses pengolahan dan pendistribusian kopi di CV Frinsa Agrolestari, Pangalengan, Bandung merupakan salah satu cara untuk menggali pengalaman dan mempelajari permasalahan di lapangan secara langsung. Tujuan Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan praktik lapangan ini adalah sebagai berikut: 1 Mengetahui dan mempelajari proses pengolahan kopi di CV Frinsa Agrolestari 2 Mengetahui perlakuan yang diberikan selama pendistribusian kopi 3 Mempelajari aspek keteknikan pada proses pengolahan dan pendistribusian kopi 4 Memperoleh pengalaman, keterampilan, kemampuan bekerja sama, dan wawasan mengenai permasalahan nyata di luar kampus

10 2 METODOLOGI Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktik lapangan dilaksanakan mulai 22 Juni 2015 sampai dengan 29 Agustus 2015 selama 40 hari kerja efektif di CV Frinsa Agrolestari, Pangalengan, Bandung. Metode Pelaksanaan Dalam pelaksanaan praktik lapang ini, beberapa metode yang digunakan untuk mendapatkan data adalah sebagai berikut: 1 Pengamatan langsung Langkah ini dilakukan untuk mengetahui kondisi di lapangan secara langsung sehingga keadaan fisik dari obyek dapat diketahui. 2 Pengukuran Dari pengamatan tersebut, pengukuran dilakukan untuk menghasilkan data yang akan dianalisis lebih lanjut. 3 Wawancara Metode ini digunakan untuk mencari informasi tertentu yang terkadang sulit untuk diamati secara langsung. 4 Latihan kerja Latihan kerja dilakukan sebagai peran aktif mahasiswa, serta mendapatkan penglaman tentang dunia kerja. 5 Pustaka Studi pustaka dilakukan untuk membandingkan hasil pengamatan dengan teori yang ada. 6 Analisis Analisis dilakukan terhadap data dan informasi yang telah diperoleh untuk kemudian disajikan secara sistematis dalam bentuk laporan praktik lapangan. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Pada bulan Januari 2011, CV Frinsa Agrolestari berdiri sebagai sebuah perusahaan yang bergerak dibidang kopi dan teh. Lokasinya yang berada di Jawa Barat menjadi sebuah pendukung untuk kualitas dan produktivitas bagi perkebunan teh dan kopinya. CV Frinsa Agrolestari merupakan anak perusahaan dari Hikmah Farm. Hikmah Farm merupakan perusahaan besar yang bergerak dalam bidang tanaman hortikultura, khususnya pada tanaman kentang. Proses budidaya dan pengolahan kopi yang banyak diterapkan oleh petani kopi masih terpaku pada proses yang sederhana dan mengikuti pendahulunya. Sehingga hal ini menjadi tantangan untuk mengembangkan usaha perkebunan kopi. Pengembangan akan teknik budidaya, pengolahan dan pemasaran perlu dikembangkan memajukan penanganan kopi yang baik.

11 Modal pertama untuk membangun usaha kopi didapatkan dari tabungan dan meminjam di bank. Selain itu, CV Frinsa Agrolestari mendapatkan bantuan berupa pendampingan dari program pemerintah umum Belanda. Program ini memberikan kerjasama untuk membantu dalam hal budidaya, pengolahan dan pemasaran. 3 Lokasi Dan Tata Letak Perusahaan CV Frinsa Agrolestari terletak di Jl. Raya Pintu nomor 506 Pangalengan, Bandung yang sekaligus sebagai kantor utama dan tempat pengolahan utama. CV Frinsa Agrolestari terletak di ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut yang dikelilingi oleh pegunungan. Suhu udara berkisar antara o C dengan kelembaban antara 60% - 90%. Kondisi alam ini cocok untuk membudidayakan tanaman sayuran, perkebunan serta perkembangan peternakan seperti sapi perah. CV Frinsa Agrolestari memiliki kebun yang terletak di Pangalengan dan Ciwidey. Luas lahan keseluruhan kurang lebih 90 ha dengan 70 ha merupakan kebun kopi Ciwidey dan 20 ha adalah kebun kopi di daerah Pangalengan. Kebun tersebut berada di daerah pegunungan dengan ketinggian diatas 1300 meter di atas permukaan laut. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan CV Frinsa Agrolestari merupakan perusahaan pribadi yang dipimpin oleh direktur perusahaan. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang baru berdiri sehingga struktur organisasi belum tersusun secara rapi dan masih terdapat pembagian kerja yang ganda. CV Frinsa Agrolestari memiliki karyawan tetap sekitar 35 orang, 30 orang merupakan karyawan tidak tetap. Karyawan tidak tetap bisanya terjadi pada masa panen raya yang membutuhkan banyak tenaga kerja untuk memanen buah kopi. Struktur organisasi CV Frinsa Agrolestari terdiri dari direktur, keuangan, HRD, pemasaran, dan produksi. Divisi produksi terdapat penanggung jawab untuk tiap kebun dan quality control produk. Bagan struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 Struktur organisasi CV Frinsa Agrolestari

12 4 Gambaran Umum Kegiatan Perusahaan CV. Frinsa Agrolestari mengolah hasil panen buah kopi menjadi kopi beras. Buah kopi didapat dari kebun yang letaknya berada di daerah Ciwidey dan Pangalengan. Pengolahan awal dilakukan disekitar basecamp pada areal kebun masing masing. Proses yang dilakukan secara umum untuk membersihkan buah kopi dari kulit luar dan lendirnya. Lama proses di tempat ini sekitar 2 hari. Kopi keudian dikirim ke pabrik di Pangalengan untuk proses selanjutnya yang meliputi penjemuran, hulling, sortasi, pengemasan, penyimpanan, dan persoalan bisnis. Hasil dari proses tersebut berupa kopi beras atau green bean dengan kadar air 12% yang siap untuk dikirim. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang terdapat didalam pabrik pengolahan kopi CV. Frinsa Agrolestari sudah cukup memadai. Adapun sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan tersebut adalah sebagai berikut: 1 Rumah pengolahan Terdapat dua rumah pengolahan untuk pengolahan awal. Lokasinya berada di kebun Ciwidey dan area Pangalengan. Di dalam rumah pengolahan tersebut terdapat proses sortasi awal, pulping, fermentasi, penjemuran awal yang akan mengolah buah kopi cherry menjadi biji kopi gabah. 2 Greenhouse Greenhouse yang dimiliki CV Frinsa Agrolestari merupakan greenhouse dengan pondasi dan lantai terbuat dari semen dan kombinasi plastik UV dan net untuk penutupnya. Greenhouse digunakan untuk pengeringan pada kondisi yang tidak memungkinkan. Greenhouse memiliki tingkat kelembaban yang rendah sehingga dapat mengumpulkan panas yang diterima oleh matahari. Hal ini sangat membantu penjemuran saat musim hujan. Penjemuran kopi yang dilakukan di dalam greenhouse langsung dihamparkan pada lantai sehingga memudahkan proses penjemuran. 3 Pabrik pengolahan kopi Luas total lahan pabrik sekitar 1 hektar termasuk lantai jemur. Pabrik pengolahan kopi CV Frinsa Agrolestari berada di Pangalengan. Pabrik tersebut digunakan untuk proses pengolahan dari pengeringan awal, proses huller, pengeringan lanjutan, proses pemisahan dengan density separator, proses grading, sortasi dengan konveyor, sortasi manual, dan pengemasan. 4 Peralatan dan mesin pengolahan kopi Mesin dan peralatan yang ada berupa mesin pulper, huller, density/gravity separator, grader, bucket elevator, belt conveyor, silo, meja sortasi, pallet, manual hand truck, gerobak dorong roda satu, terpal, roaster, grinder, peralatan cupping, dan beberapa alat kecil lainnya.

13 5 Gambar 2 Lahan penjemuran Gambar 3 Pabrik pengolahan kopi Gambar 4 Timbangan digital Gambar 5 Timbangan analitik Gambar 6 Gerobak roda satu Gambar 7 Manual hydrolic hand truck

14 6 PROSES PENGOLAHAN DAN PENDISTRIBUSIAN KOPI Penerimaan Bahan Baku Bahan baku berupa buah kopi yang baru dipanen atau biasa disebut kopi cherry karena warna buah yang merah. Buah kopi tersebut dikumpulkan dan ditimbang di basecamp kebun secara terpisah sesuai pemetik agar mempermudah dalam menghitung pembayaran jasa. Buah kopi tersebut dibawa ke basecamp menggunakan karung yang diangkut menggunakan sepeda motor. Buah kopi yang sudah dikumpulkan akan melewati beberapa proses seperti pembersihan dari kulit luar (skin), dan daging juga lendir (pulp). Biji kopi yang sudah bersih yang biasa disebut kopi gabah atau kopi HS kemudian dikirim ke pabrik di Pangalengan untuk proses lebih lanjut. Pengiriman dilakukan menggunakan trailer yang ditarik oleh mobil jeep offroad untuk beban kopi mencapai 2 ton. Untuk beban kopi mencapai 6 ton, digunakan truk fuso sebagai alat transportasi. Pengiriman dilakukan sore hari setelah dijemur terlebih dahulu di dekat basecamp. Jarak yang ditempuh mencapai 70 km dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Gambar 8 Trailer pengangkut biji kopi Pengolahan Kopi Terdapat dua proses umum dalam pengolahan kopi, yaitu pengolahan basah (wet process), dan pengolahan kering (dry process). Perbedaan diantara keduanya terdapat pada proses pembersihannya. Pada wet process, pembersihan kulit dilakukan dengan mesin pulper, dan lendirnya dihilangkan dengan cara merendam biji kopi dengan air hingga terjadi fermentasi. Sedangkan pada dry process, biji yang sudah dipetik langsung dijemur hingga kering untuk memfermentasikannya. Sedangkan untuk membuang kulitnya dilakukan saat proses hulling. Selain itu, perbedaan lainnya ialah pada wet process, air digunakan untuk membersihkan kotoran-kotoran sesudah fermentasi. Sedangkan pada dry process tidak ada pembersihan menggunakan air selama prosesnya. Pengolahan basah sendiri dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu full washed process, dan semi washed process. Perbedaan diantara keduanya terdapat pada proses fermentasinya. Metode full washed menggunakan air dalam proses fermentasinya. Sedangkan pada semi washed, biji kopi difermentasikan tanpa

15 direndam dalam air. Fermentasi dilakukan dengan menumpuk biji kopi dalam sebuah wadah dan kemudian ditutup menggunakan plastik. Proses yang digunakan di CV Frinsa sendiri kebanyakan adalah wet process. Dry process terkadang digunakan jika ada permintaan dari pelanggan, dan tergantung kondisi cuaca karena dry process membutuhkan cuaca cerah sepanjang hari. Hal itu dikarenakan pada dry process kopi yang dijemur masih lengkap dengan kulitnya dan hasil pengeringan harus mencapai kadar air 12%. Untuk pengolahan kopi secara lengkap akan dijelaskan sebagai berikut: 1 Pengupasan kulit kopi (depulping) Buah kopi cherry yang sudah dikumpulkan dicuci dan direndam dalam air menggunakan ember atau baskom. Tujuannya adalah untuk memisahkan buah kopi dari kotoran yang berupa daun, ranting, atau buah yang belum masak. Setelah dibersihkan, buah kopi di kupas kulitnya (depulping) dengan mesin pulper untuk memisahkan kulit luar dari bijinya. Mesin yang digunakan berupa mesin tipe vis pulper yang digerakan dengan motor bensin 1 silinder. Kapasitas dari mesin tersebut 250 kg/jam dengan jumlah pekerja 2 3 orang. Namun, kapasitas mesin tersebut masih bisa ditingkatkan dengan mengatur kecepatan motor. Prinsip kerja dari mesin tersebut adalah menggunakan gesekan antara buah kopi dengan bagian dalam mesin. Bagian mesin tersebut berupa silinder yang bagian luarnya terdapat semacam lekukan-lekukan tajam dalam jumlah yang banyak. Kopi yang terkupas akan terlempar ke bagian depan yang akan ditampung dengan ember. Sedangkan kulitnya akan mengikuti putaran silinder tersebut dan akan terlempar ke bagian belakang mesin yang akan ditampung dalam ember. Rendemen kopi gabah yang dihasilkan dari kopi cherry hanya 1/3 nya. Dari 1 ton buah kopi cherry akan dihasilkan sekitar 300 kg biji kopi gabah. Proses ini hanya dilakukan pada wet process. Sedangkan pada dry process, buah kopi yang sudah dipanen disortasi terlebih dahulu dari ranting, daun, dan buah yang belum masak, kemudian langsung dijemur tanpa dikupas terlebih dahulu. 7 Gambar 9 Proses pulping buah kopi

16 8 Gambar 10 Bagian mesin pulper untuk mengupas kulit kopi Dalam pengoperasiannya, masih ada beberapa masalah yang ada pada mesin tersebut. Masalah tersebut berupa kapasitas hopper yang kecil. Hal itu yang membuat pekerja kesulitan dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memasukkan kopi kedalam mesin. Solusi yang diterapkan adalah dengan memasang hopper tambahan diatas hopper asli yang dipasang menggunakan mur dan baut. Selain itu masih ada biji kopi yang rusak karena gesekan yang terlalu besar. Beberapa buah kopi yang tidak terkupas dan kulit yang ikut masuk ke wadah tempat biji kopi yang sudah terkupas juga masih ditemukan. Solusi yang diterapkan yaitu dengan mengatur kecepatan putar motor, dan jarak celah tempat terjadinya gesekan antara kopi dengan mesin. 2 Fermentasi Proses fermentasi dilakukan bertujuan untuk menghilangkan lendir yang ada pada kopi gabah. Fermentasi yang dilakukan saat di kebun Ciwidey berupa fermentasi basah karena fermentasi dilakukan dengan menggunakan air. Proses fermentasi dilakukan dengan memasukan biji kopi dan air kedalam sebuah wadah yang kemudian ditutup agar suhunya meningkat. Selain air, bakteri jenis tertentu juga dimasukkan agar proses fermentasi dapat berlangsung. Dari proses fermentasi tersebut, dapat dilihat bahwa proses tersebut masuk ke dalam kategori full washed process. Sedangkan di kebun Pangalengan proses yang digunakan yaitu semi washed process karena fermentasinya tidak menggunakan air. Kopi gabah ditumpuk cukup tebal di dalam baskom, kemudian di tutup dengan plastik agar suhunya meningkat. Proses fermentasi ini dilakukan selama jam. Kadar air biji kopi setelah fermentasi masih sekitar 40%. Kelemahan dari fermentasi full washed yaitu ketersediaan air yang harus banyak dan juga wadah yang cukup memadai. Air yang digunakan pun harus benar-benar bersih karena dapat mempengaruhi kualitas kopi. Selain itu, selama proses fermentasi, air harus diganti secara berkala, karena air dari fermentasi bersifat racun. Karena itulah proses fermentasi di kebun mulai beralih ke metode semi washed. Selain itu, penggunaan semi washed digunakan untuk menghasilkan kopi dengan citarasa keasaman yang lembut. Untuk varietas P88, fermentasi dilakukan 2 malam karena lendirnya yang cukup tebal dan untuk menghilangkan rasa seperti rasa sayuran. Pada dry process, kopi gabah mengalami fermentasi selama penjemuran. Nama lain dari dry process adalah natural process. Lama fermentasi akan mempengaruhi rasanya. Jika lama fermentasinya sedang akan menghasilkan

17 aroma seperti buah pisang. Jika fermentasinya lama akan menghasilkan aroma lebih kuat seperti aroma nangka. 9 Gambar 11 Bak fermentasi 3 Pencucian (Washing) Pencucian terhadap biji kopi gabah hanya dilakukan pada kopi yang menggunakan wet process. Pencucian dilakukan pada waktu pagi hari setelah mengalami fermentasi. Pencucian masih dilakukan dengan cara manual tanpa menggunakan mesin. Air bersih dialirkan menggunakan selang yang dipompa dari sumber air. Mesin pompa yang digunakan berupa pompa tipe piston yang digerakkan oleh sebuah mesin diesel 1 silinder. Air dialirkan ke dalam tempat fermentasi atau ke dalam ember yang terpisah. Tujuan dari proses ini adalah untuk membersihkan biji kopi dari sisa-sisa lendir yang masih menempel. Selain itu juga dapat memisahkan dari biji kopi yang mengapung yang menandakan bahwa biji tersebut buruk (reject). Kopi kemudian dipindah ke baskom yang berlubang untuk membuang air. Pengadukan dengan tangan dilakukan agar lendir lebih cepat terpisah dari biji kopi gabah. Selanjutnya kopi dijemur di dekat basecamp dengan menggunakan para-para dan di bolakbalik menggunakan gasruk hingga sore hari untuk kemudian dikirim ke pabrik di Pangalengan. Gambar 12 Mesin diesel untuk memompa air 4 Pengeringan Biji kopi gabah sampai di pabrik Pangalengan pada sore hari menjelang malam. Biji kopi tersebut langsung di ratakan diatas terpal di dalam pabrik. Selanjutnya biji kopi diangin-anginkan menggunakan beberapa kipas angin selama semalaman. Pada pagi hari, biji kopi tersebut dikeluarkan ke lahan penjemuran untuk dijemur. Penjemuran dilakukan di lahan penjemuran diatas

18 10 terpal dan diratakan menggunakan gasruk. Metode pengeringan adalah sun drying, karena pengeringan yang lambat bisa membuat biji kopi sedikit mengalami proses perkecambahan sehingga memunculkan rasa manis tertentu. Untuk mempercepat proses pengeringan, kopi dibuat alur seperti spiral menggunakan kaki selama penjemuran. Bagian atas biji kopi akan terkena panas matahari dan bagian alur terpal juga akan terkena panas matahari. Setelah sekitar 30 menit, pembalikan dilakukan dengan membuat alur yang sama dengan posisi terbalik. Yang tadi berupa gundukan kopi, dijadikan alur bagi terpal sehingga bagian yang tadi tertutup kopi akan terbuka dan menjadi panas. Begitu juga dengan kopi yang berada di bagian bawah tumpukan akan terbalik dan akan terkena panas. Pembalikan dilakukan setiap 30 menit. Gambar 13 Alur penjemuran biji kopi Untuk biji kopi gabah semi washed, biji kopi gabah dijemur hingga kadar air sekitar 30% yang ditandai dengan cangkang atau kulit tanduk yang pecah dan mudah hancur. Biasanya jika kondisi cuaca cukup bagus, penjemuran hanya butuh waktu sekitar 4 jam. Setelah mencapai kadar air tersebut, biji kopi gabah dihuller untuk mengupas cangkang tersebut menjadi biji kopi labu, kemudian dijemur kembali hingga kadar air mencapai 12% menjadi kopi beras (green bean). Penjemuran ini bisa memakan waktu hingga 3 hari. Pada malam hari, biji kopi tersebut dimasukkan kedalam pabrik. Jika biji kopi labu masih agak panas, kopi labu tersebut di angin-anginkan di atas terpal dengan menggunakan kipas angin. Selain membantu pengeringan, juga menghindari terjadinya fermentasi karena suhu tersebut. Namun, jika kadar air sudah mencapai 20%, sebaiknya kopi digulung dalam terpal agar biji kopi beras tidak menyerap air dari udara. Gambar 14 Biji kopi gabah kadar air 30%

19 Untuk kopi yang menggunakan dry process, dan varietas kopi tertentu seperti P88 yang menggunakan wet process, biji kopi gabah dijemur langsung hingga kadar air mencapai 12%. Agar tidak terlalu kesulitan dalam proses penjemuran, kopi tersebut dijemur di dalam pabrik lantai 4. Lama penjemuran minimal adalah 2 minggu. Namun, jika lahan penjemuran sedang dalam keadaan kosong, maka penjemuran tetap dilakukan di lahan penjemuran agar waktunya lebih cepat. Setelah kering, biji kopi gabah di resting selama 3 hari agar biji kopi agak lunak atau mlempem. Tujuan dilakukannya resting adalah supaya biji kopi tidak mudah pecah saat dihuller. 11 Gambar 15 Penjemuran kopi dry process di lantai 4 5 Pengupasan/penggerbusan kulit tanduk biji kopi gabah (Hulling) Terdapat dua jenis proses hulling, yaitu giling basah (wet hulling), dan giling kering (dry hulling). Kopi yang menggunakan wet process biasanya digiling dengan giling basah. Namun untuk varietas dan pesanan khusus seperti P88, digiling dengan giling kering. Sedangkan kopi yang menggunakan dry process pasti menggunakan giling kering. Mesin huller terdiri dari beberapa bagian utama yaitu inlet yang berupa silo, bagian penggiling yang berupa sebuah auger, sebuah kipas blower dorong, sebuah kipas blower hisap, dan outlet. Semua bagian yang bergerak diputar menggunakan motor listrik. Di dalam pabrik, terdapat dua mesin huller yaitu mesin huller basah dan mesin huller kering. Mesin huller basah berukuran cukup besar karena kebutuhan yang cukup besar juga dan kopi masih dalam keadaan cukup basah. Kopi yang masih berada dalam kadar air 30% lebih sulit untuk dihuller dibanding kopi dengan kadar air 12%. Karena itu proses pengupasannya membutuhkan mesin yang cukup besar dan proses yang agak lebih lama. Sedangkan mesin huller kering berukuran kecil karena biji kopi gabah sudah berada dalam kadar air 12% dan kering, sehingga hanya membutuhkan proses hulling yang tidak terlalu lama dan mesin yang kecil. Mesin huller basah memiliki kapasitas penggilingan 3 ton/jam. Auger digerakkan dengan motor listrik 3 fasa dengan daya 40 HP, 1470 rpm. Blower tiup digerakkan dengan motor listrik 3 fasa, 4 HP, 1420 rpm. Sedangkan blower hisap digerakkan dengan motor listrik 3 fasa, 5 HP, 1430 rpm. Proses penggunaannya yaitu kopi gabah yang akan dihuller dimasukkan ke dalam penampungan untuk diangkat oleh bucket elevator. Bucket elevator tersebut digerakkan oleh motor listrik 3 HP, 1430 rpm. Bucket elevator akan mengarahkan kopi gabah tersebut ke silo penampungan dengan kapasitas mencapai 2 ton. Kopi gabah yang ada di dalam silo diarahkan ke dalam bagian

20 12 huller untuk digiling. Prinsip penggilingan menggunakan gaya gesek antara biji kopi dengan biji kopi, biji kopi dengan auger, dan biji kopi dengan dinding mesin. Biji kopi yang sudah terkupas akan keluar melalui bagian auger lainnya yang diarahkan ke lubang outlet. Biji kopi keluar dalam bentuk kopi labu. Kulit yang terkupas akan terhisap oleh blower hisap. Kopi labu yang dihasilkan dari proses huller memiliki rendemen 76,17% dari kopi gabah. Namun, selama pengoperasiannya terkadang masih ada kulit dan kotoran yang masih ikut terbawa bersama kopi labu. Saat biji kopi akan keluar melalui outlet, terdapat mekanisme peniupan oleh blower yang membuat biji kopi dan kulit akan berhamburan dan terpisah. Biji kopi yang memiliki berat lebih besar akan jatuh dan keluar menuju outlet. Sedangkan kulit dan kotoran akan tertiup dan akan tersedot oleh blower hisap dan dibuang menuju pembuangan. Perbandingan daya hisap dan tiup yang tidak seimbang membuat masalah tersebut terjadi. Pada awalnya, daya hisap blower hisap terlalu kuat sehingga masih ada biji kopi yang ikut terhisap hingga pembuangan. Pemanjangan pipa dari lubang outlet ke blower hisap dilakukan untuk mengurangi daya hisap blower. Namun daya hisapnya berkurang sedikit lebih kecil dari daya tiupnya. Sehingga masalah kotoran yang ikut keluar bersama kopi-pun terjadi. Masalah tersebut sebenarnya tidak terlalu fatal karena kotoran yang ada akan dibuang saat proses sortasi. Pada mesin huller kering, tidak ada silo penampung. Kopi gabah yang sudah kering dimasukkan ke dalam hopper melalui elevator yang akan mengarahkan biji kopi ke inlet mesin. Prinsip kerjanya sama dengan mesin huller basah. Auger, elevator, blower tiup dan blower hisap digerakkan oleh satu motor listrik dengan daya 7.5 HP, 1430 rpm. Kapasitas penggilingannya yaitu 500 kg/jam. Namun dalam pengoperasiannya masih ada masalah. Daya hisap pada blower hisap seharusnya sama dengan daya tiup dari blower tiup. Dalam pengoperasiannya, blower tiup memiliki daya yang terlalu besar jika di bandingkan blower hisapnya. Akibatnya, banyak kulit tanduk yang ikut ke luar bersama kopi beras. Hal ini membuat kopi beras terlihat kotor. Hal ini dapat diatasi dengan mengatur kembali perbandingan pulley pada masing-masing blower. Kopi beras dari masing-masing hasil penggilingan dan penjemuran akan menuju proses sortasi Keterangan: 1. Saluran pembuangan 2. Kipas blower 3. Inlet 4. Auger 5. Motor listrik Gambar 16 Bagian mesin huller basah

21 Gambar 17 Bagian mesin huller kering 6 5 Keterangan: 1. Auger 2. Saluran pembuangan 3. Motor penggerak 4. Kipas blower 5. Inlet 6. Elevator bucket Gambar 18 Biji kopi beras (green bean) kadar air 12% 6 Sortasi dan grading Ada dua jenis proses sortasi yang dilakukan, yaitu secara mekanis dan manual. Sortasi secara mekanis menggunakan gravity/density separator untuk memisahkan primary defect, dan grader untuk memisahkan kopi beras berdasarkan ukuran. Primary defect merupakan kotoran yang bukan berupa kopi seperti daun, cangkang, ranting, atau batu, juga kopi yang berwarna hitam, dan kopi gelondong maupun kopi pecah. Sortasi secara manual dilakukan menggunakan konveyor belt yang berjalan untuk memisahkan primary defect dan kopi reject. Setelah itu, biji kopi masih disortasi dengan meja sortasi untuk menghasilkan kopi dengan kualitas kopi yang baik. Penggunaan gravity/density separator atau biasa disebut suton seharusnya dilakukan setelah melewati proses grader karena sebelumnya, biji kopi sempat melewati proses pre cleaning. Namun, di CV Frinsa tidak ada proses pre cleaning, dan hasil dari huller terkadang masih kotor. Jika hasil tersebut langsung dimasukkan ke mesin grader, akan membuat lubang saringan tersumbat karena kotoran. Oleh karena itu, biji kopi dilewatkan ke suton terlebih dahulu, kemudian masuk ke dalam grader. Suton merupakan mesin seperti meja dengan panjang sekitar 5 meter yang berlubang yang memiliki kemiringan tertentu. Bagian tersebut yang akan menggetarkan kopi seperti penampih. Di bagian bawah meja suton terdapat blower yang akan menghembuskan kotoran berupa kulit ke atas dan mengaduk aduk biji kopi. Kopi yang akan disortasi dimasukkan ke silo penampung melalui elevator. Di bagian bawah silo penampungan tempat jatuhnya kopi ke

22 14 suton terdapat blower hisap dengan posisi lubang hisap tegak lurus terhadap arah jatuhnya biji kopi. Blower tersebut yang akan menghisap debu dan kotoran. Blower tersebut digerakkan motor dengan daya 4 HP, 1430 rpm. Kopi akan jatuh ke bagian atas suton, kemudian digetarkan sambil ditiup dengan 5 blower yang digerakkan oleh sebuah motor 7.5 HP yang berjajar. Selama proses, kopi yang reject, dan primary deffect akan terpisah menuju bagian yang miring ke atas karena lebih ringan. Sedangkan kopi yang bagus akan diarahkan ke elevator menuju grader. Biji kopi yang masih bercampur akan berada di bagian tengah yang kemudian akan di repass ke elevator untuk diarahkan ke suton lagi. Bagian reject akan di karungkan secara terpisah Keterangan: 1. Silo 2. Inlet 3. Bagian pengatur mutu keluaran 4. Outlet 5. Blower 6. Meja ayakan Gambar 19 Bagian mesin suton (density/gravity separator) Masalah yang terdapat pada suton ini ada pada bagian blower hisap. Daya hisap pada blower terlalu besar, sehingga saat bukaan blower hisap dibuka walau hanya sedikit, ada kopi yang ikut terhisap hingga pembuangan. Solusi yang diterapkan berupa memasang penghalang pada daerah bukaan hingga menutup setengah saluran. Hal itu akan membuat daya hisap terhadap biji kopi di bagian tersebut berkurang, namun masih mampu untuk menghisap debu dan kotoran. Kemudian lubang outlet dari silo ke meja suton yang terlalu dekat yang membuat aliran bahan di meja bisa terhambat jika biji kopi menumpuk. Pemotongan bagian bawah saluran pun dilakukan untuk memperbesar jarak, sehingga aliran bahan tidak terhambat. Masalah lain terdapat pada meja suton. Meja suton yang agak bergelombang membuat proses pemisahan agak terganggu jika biji kopi yang masuk kurang dari 500 kg. Solusi dengan cara meluruskan kembali bagian meja belum bisa dilakukan karena harus membongkar suton. Kemudian efek dari blower peniup di bagian bawah membuat kotoran, dan kulit berhamburan ke sekitar suton. Hal itu membuat daerah sekitar suton menjadi kotor, dan harus dibersihkan setiap kali pemakaian berakhir. Biji kopi yang sudah melewati suton diarahkan ke silo grader dengan bucket elevator. Dari silo yang mampu menampung hingga 1.5 ton, biji kopi diarahkan ke mesin grader. Grader akan memisahkan biji kopi dari ukuran besar, medium, kecil, debu halus, dan peaberry. Peaberry merupakan biji kopi tunggal berbentuk lebih lonjong dan bulat dari biji kopi biasa. Pemisahan

23 dilakukan dengan menggetarkan grader menggunakan motor dengan daya 2.4 HP, 1400 rpm. Pola getaran berupa gerakan maju mundur seperti ayakan. Terdapat 5 tingkat ayakan dalam mesin grader. Tingkat pertama merupakan ayakan dengan lubang terbesar berdiameter 7,5 mm. Pada tingkat ini hanya biji kopi berukuran besar yang tertahan. Pada tingkat kedua, hanya peaberry yang tertahan. Lubangnya berbentuk seperti kapsul dengan panjang 15 mm dan lebar 4 mm. Di tingkat ketiga, lubang ayakan berdiameter 6,5 mm, dan akan menahan biji kopi berukuran medium. Di tingkat keempat, lubang ayakan berdiameter 3,5 mm yang akan menahan kopi berukuran kecil, juga pecahan kopi. Di tingkat akhir berupa ayakan tanpa lubang untuk menampung kotoran, debu dan kulit-kulit kecil berupa kulit ari (silver skin) hasil pengolahan sebelumnya. Masing-masing tingkat menuju ke ujung yang terpisah, dan akan ditampung menggunakan karung. Persentase biji kopi yang dihasilkan yaitu 68.32% biji kopi besar, 25.9% biji kopi medium, dan 5.7% peaberry Keterangan: 1. Silo 2. Blower 3. Saluran pembuangan 4. Ayakan 5. Outlet 4 5 Gambar 20 Mesin grader dan bagiannya A B C D Gambar 21 Ukuran ayakan, A: 7,5 mm, B: 15 x 4 mm, C: 6,5 mm, D: 3,5 mm

24 16 Dalam pengoperasiannya masih ada beberapa masalah yang terjadi. Ayakan yang bergelombang membuat biji kopi terakumulasi sehingga proses pemisahan terganggu. Kemudian tidak ada mekanisme penggetar vertikal pada setiap tingkat, sehingga banyak biji kopi yang tersangkut dilubang ayakan. Sehingga, saat proses pengayakan terkadang pengguna harus memukul-mukul bagian bawah masing-masing tingkat dengan sapu, agar biji kopi yang tersangkut bisa lepas. Kopi beras yang sudah di grading, khususnya peaberry dipisahkan untuk melewati proses sortasi manual secara terpisah. Sedangkan kopi ukuran besar dan medium dicampur kembali. Tujuan dari pencampuran ini agar citarasa saat proses cupping tetap konstan kedepannya. Jika kopi ukuran besar dan medium dijual terpisah, ketika stok masing-masing ukuran sedang kurang maka terpaksa harus mencampurnya. Citarasa dari kopi ukuran terpisah dan tercampur akan berbeda. Hal ini membuat kepuasan pelanggan akan berkurang. Pencampuran mulai dilakukan saat akan dinaikan ke silo konveyor sortasi menggunakan elevator. Biji kopi dalam karung dituang ke tempat penampungan sementara dengan perbandingan kopi ukuran besar dibanding kopi ukuran kecil sebesar 2:1. Kopi tersebut kemudian dinaikkan untuk disortasi pada konveyor belt. Gambar 22 Konveyor belt untuk sortasi manual Konveyor yang digunakan berupa konveyor belt dengan lebar 1 m, panjang 9 m dan tinggi 1 m. Kecepatan linear konveyor 50 cm/3 detik atau 16.67cm/detik. Konveyor digerakkan oleh sebuah motor listrik berdaya 3 HP, 1430 rpm, yang dihubungkan dengan sistem gearbox untuk mereduksi kecepatan putar. Sortasi dilakukan dari kedua sisi dengan jumlah pekerja 4 10 orang. Kecepatan dari konveyor ini masih terlalu cepat sehingga membuat pekerja mudah merasa pusing dan tidak fokus, sehingga terkadang masih ada primary deffect yang terlewat. Kopi yang sudah melewati proses sortasi ini akan berjalan menuju bagian ujung konveyor dan akan jatuh kedalam silo penampungan. Saat kopi akan jatuh ke dalam silo, kopi melewati saluran zigzag. Kopi tersebut langsung berhantaman dengan saluran yang terbuat dari logam yang membuat suara yang cukup bising. Hal ini dapat mengganggu keadaan mental dan fokus dari para pekerja.

25 17 A B Gambar 23 Bentuk biji kopi, A: Normal, B: Peaberry Kopi yang sudah disortir kemudian disortir kembali secara manual dengan menggunakan meja sortasi. Tujuan dari sortasi ini adalah untuk menghilangkan primary defect yang masih ada, dan juga secondary defect yang berupa biji retak (kuku kambing), biji coklat sebagian, biji putih, dan biji pecah. Kopi yang sudah disortasi kemudian dimasukkan ke dalam penampungan untuk kemudian diangkat menggunakan elevator ke mesin blending. Gambar 24 Sortasi manual dengan meja A B C Gambar 25 Deffect biji kopi, A: Biji putih, B: Biji coklat, C: Biji pecah/kuku kambing Mesin blending tersebut berupa sebuah mesin yang didalamnya terdapat saluran zig zag, dan sebuah blower untuk menghisap kotoran yang ada. Blower tersebut digerakkan dengan menggunakan motor listrik berdaya 5 HP, 1430 rpm. Dibagian bawah mesin tersebut terdapat penampungan, namun ukurannya terlalu kecil. Sehingga jika kopi sudah penuh, kinerja blower menghisap kotoran tidaklah efektif. Untuk itu, pemasangan tempat penampungan yang cukup besar dilakukan dan dikencangkan menggunakan las dan mur baut. Kopi

26 18 yang sudah tertampung bisa dikeluarkan melalui outlet dan langsung dikemas sambil melewati penimbangan agar seragam. Gambar 26 Mesin blending bersama bucket elevator Pengemasan Kopi Kopi yang siap dikemas adalah kopi yang sudah bersih, dan kadar airnya sudah cukup 12%. Pengukuran kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan moisture tester pada kopi beras. Pengemasan dilakukan dengan menggunakan karuing plastik yang sebelumnya dimasukkan ke dalam plastik bening terlebih dahulu. Tujuan dari penggunaan plastik ini yaitu agar biji kopi tidak kontak lagi dengan lingkungan. Karena jika kontak dengan lingkungan, maka kopi akan menyerap air lagi dari udara, sehingga kadar airnya meningkat. Jika kadar air meningkat penjemuran harus dilakukan lagi. Selain itu, kondisi udara yang beraroma atau bau, akan mempengaruhi aroma kopi secara langsung. Karena itu, disekitar area pabrik, sesuatu berbau tajam seperti rokok, dan bahkan menandai karung dengan spidol dilarang. Gambar 27 Alat ukur kadar air biji kopi Kopi yang sudah dikemas, diikat bagian atasnya atau dijahit dengan jarum jahit karung menggunakan tali rafia plastik. Pengemasan menggunakan karung karena lebih mudah dan lebih ringan dibandingkan menggunakan karung goni. Selain itu, karung plastik juga lebih innert terhadap keadaan lingkungan sekitar seperti kelembaban. Namun, karung plastik yang digunakan harus karung yang cukup kuat. Karena jika karung yang digunakan buruk, akan mudah robek jika tersangkut di atas palet. Terkadang pembeli yang datang membawa karung

27 tersendiri. Untuk biji kopi yang akan diekspor, biasanya eksportir akan datang membawa karung goni dan plastik tersendiri untuk mengemas kopi. 19 Gambar 28 Penggunaan plastik pada kemasan Penyimpanan Kopi Gudang penyimpanan menjadi satu dengan pabrik, dan dibatasi oleh pembatas dinding kawat. Kopi yang sudah dikemas disusun diatas pallet dengan ketinggian dari lantai 10 cm. Kemasan kopi disusun berdiri diatas pallet sebanyak 6 buah. Untuk meningkatkan efisiensi tempat, susunan diubah ke sistem kunci 5 dengan 4 tumpukan dengan bobot masing masing karung adalah 50 kg. Total bobot adalah 1 ton, sehingga perhitungan dalam pembelian akan mudah. Di dalam gudang penyimpanan, suhu per harinya cenderung stabil. Untuk suhu malam hingga pagi hari, suhunya mencapai 10 o C dengan kelembaban 90% - 98%. Untuk siang hari hingga sore hari, suhunya naik mencapai 25 o C dengan kelembaban 60% - 70%. Nilai tersebut terukur dari alat thermo-hygrometer yang ada pada bagian dalam pabrik. Suhu yang cukup dingin tersebut membuat pertumbuhan jamur, dan keberadaan serangga juga hewan pengerat tidak terlihat. Walaupun terkadang kelembaban tinggi, namun kemasan yang terbuat dari plastik akan menjaga biji kopi didalamnya tetap kering. Selain itu, kondisi udara di dalam pabrik dijaga agar tetap bersih dari bau yang akan mempengaruhi aroma kopi. Karena itulah, semua mesin yang ada di dalam pabrik menggunkan sumber energi listrik yang sebagian digerakkan oleh mesin generator, dan sebagian menggunakan PLN. Gambar 29 Gudang penyimpanan kopi

28 20 Gambar 30 Tumpukan kemasan kopi sistem kunci lima Gambar 31 Alat ukur suhu dan kelembaban (thermo-hygrometer) Mesin mesin yang ada di dalam pabrik semuanya digerakkan oleh motor listrik dengan sumber energi berasal dari generator dan PLN. Generator digunakan untuk mesin mesin yang memiliki daya cukup besar dan biasanya dijalankan secara bersamaan yaitu mesin huller, grader, dan density/gravity separator beserta bucket elevator untuk masing masing mesin tersebut. Sedangkan untuk konveyor belt, mesin blending, dan bucket elevatornya, digerakkan dengan sumber listrik PLN. Namun, untuk keadaan darurat, jika listrik PLN sedang padam, aliran listrik generator dapat dialirkan ke semua tempat. Gambar 32 Mesin generator Mesin generator dipasang pada sebuah bangunan terpisah dari pabrik. Mesin tersebut berupa sebuah mesin diesel 6 silinder yang dihubungkan dengan generator. Konsumsi bahan bakar dari mesin tersebut cukup irit. Pengukuran

29 konsumsi bahan bakarpun dilakukan dengan cara mengukur jumlah bahan bakar yang dikonsumsi selama pemakaian mesin-mesin pabrik. 21 4,5 cm Volume terpakai: 44 cm π 0,442 m 2 2 0,045m = 6, m 3 = 6,842 liter Waktu pemakaian 52 menit. Jadi konsumsi bahan bakar adalah 6,84 liter setiap 52 menit. Atau setara dengan 7,89 liter per jam. Klasifikasi Mutu Kopi Mutu kopi beras dapat diklasifikasikan berdasar mutu fisik. Standar yang digunakan adalah SNI Sistem penilaian menggunakan sistem nilai cacat. Untuk hasilnya, biji kopi dari CV Frinsa Agrolestari sudah masuk kategori mutu 2. Pengitungan nilai cacat dilakukan dengan mengambil sampel kopi sebanyak 300 gram, kemudian, masing- masing cacat kopi ditimbang dengan neraca analitik untuk dihitung persentasenya. Untuk mendapat mutu 1, pihak perusahaan sebenarnya sanggup, karena hanya tinggal menambah ketelitian dalam proses sortasinya. Namun, dalam kenyataannya mutu kopi dan persentase nilai cacatnya biasanya ditentukan berdasarkan kesepakatan dengan pembeli. Selain mutu berdasar fisik, mutu dari segi citarasa juga diuji. Pengujian dilakukan dengan mengirim sampel ke LP PUSLITKOKA (Laboratorium Penguji Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia). Sampel yang dikirim akan diuji rasa oleh juri panelis dengan berdasar pada beberapa kriteria seperti aroma, flavor, aftertaste, acidity, body, uniformity, balance, clean cup, sweetness, dan defect, yang kesemuanya akan ditotal dan diperoleh kriterianya. Untuk kopi dengan varietas berbeda akan menghasilkan nilai kriteria yang berbeda pula. Namun, secara kesuluruhan, kopi yang dihasilkan sudah berada di atas nilai 8,00 dan masuk kategori Excellent.

30 22 Tabel 1 Penentuan mutu kopi berdasar nilai cacat Mutu Persyaratan Mutu 1 Jumlah nilai cacat maksimum 11 * Mutu 2 Jumlah nilai cacat 12 sampai dengan 25 Mutu 3 Jumlah nilai cacat 26 sampai dengan 44 Mutu 4a Jumlah nilai cacat 45 sampai dengan 60 Mutu 4b Jumlah nilai cacat 61 sampai dengan 80 Mutu 5 Jumlah nilai cacat 81 sampai dengan 150 Mutu 6 Jumlah nilai cacat 151 sampai dengan 225 CATATAN Untuk kopi arabika mutu 4 tidak dibagi menjadi sub mutu 4a dan 4b Penentuan besarnya nilai cacat dari setiap biji cacat dicantumkan dalam Tabel 2. * untuk kopi peaberry dan polyembrio Tabel 2 Penentuan besarnya nilai cacat biji kopi No Jenis cacat Nilai cacat 1 1 (satu) biji hitam 1 (satu) 2 1 (satu) biji hitam sebagian ½ (setengah) 3 1 (satu) biji hitam pecah ½ (setengah) 4 1 (satu) kopi gelondong 1 (satu) 5 1 (satu) biji coklat ¼ (seperempat) 6 1 (satu) kulit kopi ukuran besar 1 (satu) 7 1 (satu) kulit kopi ukuran sedang ½ (setengah) 8 1 (satu) kulit kopi ukuran kecil 1/5 (seperlima) 9 1 (satu) biji berkulit tanduk ½ (setengah) 10 1 (satu) kulit tanduk ukuran besar ½ (setengah) 11 1 (satu) kulit tanduk ukuran sedang 1/5 (seperlima) 12 1 (satu) kulit tanduk ukuran kecil 1/10 (sepersepuluh) 13 1 (satu) biji pecah 1/5 (seperlima) 14 1 (satu) biji muda 1/5 (seperlima) 15 1 (satu) biji berlubang satu 1/10 (sepersepuluh) 16 1 (satu) biji berlubang lebih dari satu 1/5 (seperlima) 17 1 (satu) biji bertutul-tutul 1/10 (sepersepuluh) 18 1 (satu) biji ranting, tanah, atau batu berukuran besar 5 (lima) 19 1 (satu) biji ranting, tanah, atau batu berukuran sedang 2 (dua) 20 1 (satu) biji ranting, tanah, atau batu berukuran kecil 1 (satu)

31 23 Gambar 33 Contoh hasil uji caitarasa kopi Pendistribusian Kopi CV. Frinsa Agrolestari biasanya mengirim kopi hasil pengolahannya ke beberapa agen eksportir seperti di daerah Tangerang, dan beberapa pelanggan lainnya. Selain itu, untuk kopi peaberry biasanya akan dikirim ke kafe kafe tertentu. Kopi dikirim dalam bentuk kopi beras. Hal ini dikarenakan masingmasing pembeli atau negara memiliki cara dan standar tersendiri dalam proses roasting, grinding, dan cupping. Cara dan standar proses tersebut akan menentukan kualitas dari kopi seduhannya. Kopi dikirim menggunakan kemasan karung, atau karung goni jika pembeli membawanya. Dalam pengirimannya, terkadang dilakukan dengan menggunakan truk terbuka. Hal ini tidaklah baik, karena biji kopi dalam kemasan kemungkinan akan terpengaruh keadaan lingkungan selama perjalanan. Seharusnya pengiriman dilakukan dengan menggunakan truk tertutup. Gambar 34 Kopi yang siap dikirim ditempatkan terpisah

32 24 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Salah satu produk perkebunan yang dihasilkan oleh CV Frinsa Agrolestari adalah biji kopi jenis arabika. Sebagian besar proses yang diterapkan adalah proses semi washed dengan tahapan dari awal adalah pemanenan, sortasi awal buah, pengupasan kulit (pulping), fermentasi, pencucian (washing), pengeringan awal hingga KA 30%, pengupasan cangkang/penggerbusan (hulling), pengeringan lanjutan hingga KA 12%, sortasi, grading, pengemasan, penyimpanan, dan pengiriman. Proses tersebut untuk kopi yang menerapkan proses semi washed dengan giling basah. Untuk giling kering, pengeringan awal langsung dilakukan hingga KA 12%, kemudian dilanjutkan proses penggerbusan. Selain itu, dry process juga diterapkan untuk beberapa varietas seperti P88 dan pesanan khusus. Tahapan yang dilalui adalah sama, namun tidak melalui proses fermentasi. Kopi yang dipanen langsung di jemur hingga KA 12%. Dalam pelaksanaannya, hampir semua proses menggunakan mesin mekanis. Hanya beberapa proses yang masih menggunakan manual seperti proses pengeringan yang masih menggunakan metode sun drying, dan sortasi manual dengan meja. Untuk pemindahan bahan produksi dari satu proses ke proses lainnya sudah menggunakan alat transportasi mini seperti gerobak roda 1 dan hydrolic hand truck. Biji kopi yang dikirim ke pelanggan berupa biji kopi beras yang sudah dikemas dalam karung berplastik. Tujuan pengiriman biasanya ke beberapa kafe dan agen eksportir. Kopi dikirim ke tujuan menggunakan truk. Sarana dan prasarana pabrik sudah cukup memadai. Namun masih ada sarana yang masih belum tersedia secara lengkap seperti tool box, peraturan atau SOP pabrik, dan alat-alat K3. Saran Proses pengeringan sebaiknya dilakukan dengan tidak memberi ketebalan yang berlebih pada kopi karena dapat memperlama waktu. Kedepannya bisa diterapkan alat pengering mekanis yang menggunakan prinsip pindah panas atau tiupan angin. Hal ini dapat mencegah kemungkinan tersendatnya proses jika terjadi panen raya sehingga lahan penjemuran penuh, dan kondisi cuaca yang buruk. Beberapa mesin seperti density separator dan grader sudah menurun efisiensi dan efektivitasnya. Permukaan meja ayakan dari mesin tersebut sebaiknya diratakan kembali agar tidak ada penumpukan biji kopi di suatu titik sehingga proses menjadi terhambat. Pada mesin huller kering, perbandingan kekuatan angin dari blower tiup dan blower hisap sebaiknya disesuaikan dengan merubah perbandingan pully agar hasil penggilingan cukup bersih. Pada

33 penyimpanan, jarak tumpukan kopi terhadap dinding dan antar tumpukan masih terlalu dekat. Jaraknya dapat diatur hingga 60 cm. 25 DAFTAR PUSTAKA Hoffmann, J The World Atlas Of Coffee : From Beans to Brewing. US: Firefly books LP PUSLITKOKA Laporan Hasil Uji Citarasa. Jember Mawardi, S Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika Gayo. Banda Aceh: Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Mulanto, S Teknologi Proses dan Alat Mesin Pengolahan Hulu Kopi. Jember: Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Prastowo, B Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan SNI Biji Kopi. Badan Standardisasi Nasional

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Oleh: Ir. Nur Asni, MS PENDAHULUAN Tanaman kopi (Coffea.sp) merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan sebagai

Lebih terperinci

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN Bagi Indonesia kopi (Coffea sp) merupakan salah satu komoditas yang sangat diharapkan peranannya sebagai sumber penghasil devisa di luar sektor minyak dan gas bumi. Disamping sebagai sumber

Lebih terperinci

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI Secangkir kopi dihasilkan melalui proses yang sangat panjang. Mulai dari teknik budidaya, pengolahan pasca panen hingga ke penyajian akhir. Hanya

Lebih terperinci

Dairi merupakan salah satu daerah

Dairi merupakan salah satu daerah Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG. Roswita Sela 14.I1.0174

IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG. Roswita Sela 14.I1.0174 IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG Roswita Sela 14.I1.0174 OUTLINE PROFIL PERUSAHAAN PROSES PRODUKSI SANITASI KESIMPULAN SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA AgroinovasI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA Dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, fisiologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pascapanen. Menjaga mutu fisik

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca

Lebih terperinci

PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN KOPI

PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN KOPI 2012, No.909 6 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 52/Permentan/OT.140/9/2012 TANGGAL 4 September 2012 PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN KOPI I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Biji kopi

SNI Standar Nasional Indonesia. Biji kopi Standar Nasional Indonesia Biji kopi ICS 67.140.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Penggolongan...

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. rasanya dibanding jenis kopi yang lain, tanda-tandanya adalah biji picak dan daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. rasanya dibanding jenis kopi yang lain, tanda-tandanya adalah biji picak dan daun 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kopi Arabika Kopi Arabika (Coffea arabica) adalah kopi yang paling baik mutu cita rasanya dibanding jenis kopi yang lain, tanda-tandanya adalah biji picak dan daun hijau tua

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 52/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN KOPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 52/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN KOPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 52/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN KOPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa kopi merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Tiga Bawang merupakan sebuah industri kecil menengah yang bergerak dibidang pembuatan keripik dengan bahan baku ubi kayu. UD. Tiga Bawang adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis-Jenis Kakao Tanaman kakao (Theobroma cacao, L) atau lebih dikenal dengan nama cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai macam tetapi

Lebih terperinci

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA MODUL POWER THRESHER Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN 2015 Sesi Perontok

Lebih terperinci

PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok

PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok I. LATAR BELAKANG Kegiatan pengeringan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam usaha mempertahankan mutu gabah. Kadar air gabah yang baru dipanen

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah

Lebih terperinci

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA NO. 2, TAHUN 9, OKTOBER 2011 140 IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA Muh. Anshar 1) Abstrak: Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas jagung yang dihasilkan agar sesuai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Umum Perusahaan CV. Makmur Palas merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pendaur ulangan sampah plastik menjadi kantong plastik. Perusahaan ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminologi Pasca Panen Padi Kegiatan pascapanen padi perontokan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan, penyimpanan dan pengemasan (Patiwiri, 2006). Padi biasanya dipanen pada

Lebih terperinci

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN Perbaikan mutu benih (fisik, fisiologis, dan mutu genetik) untuk menghasilkan benih bermutu tinggi tetap dilakukan selama penanganan pasca panen. Menjaga mutu fisik dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman jagung Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika Tengah (Meksiko Bagian Selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini, lalu teknologi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Kilang Padi Bersama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pengolahan padi menjadi beras atau penggilingan padi (Rice Milling

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

ALAT DAN MESIN PANEN PADI

ALAT DAN MESIN PANEN PADI ALAT DAN MESIN PANEN PADI Sejalan dengan perkembangan teknologi dan pemikiran-pemikiran manusia dari jaman ke jaman, cara pemungutan hasil (panen) pertanian pun tahap demi tahap berkembang sesuai dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Penelitian ini dimulai pada bulan Juni-Agustus 2014 dengan lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Penelitian ini dimulai pada bulan Juni-Agustus 2014 dengan lokasi penelitian III. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Juni-Agustus 2014 dengan lokasi penelitian bertempat di peternakan kambing di Desa Sumberrejo, Kecamatan Batanghari, Lampung

Lebih terperinci

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 7 PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS Nafi Ananda Utama Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 Pengantar Manggis merupakan salah satu komoditas buah tropika eksotik yang mempunyai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS HASIL PANEN KOPI KELOMPOK TANI, DESA BANYUKUNING, KABUPATEN SEMARANG

PENINGKATAN KUALITAS HASIL PANEN KOPI KELOMPOK TANI, DESA BANYUKUNING, KABUPATEN SEMARANG PENINGKATAN KUALITAS HASIL PANEN KOPI KELOMPOK TANI, DESA BANYUKUNING, KABUPATEN SEMARANG Agus Suprijono, Indah Sulistyarini, Uning Rininingsih EM Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN KOPI INSTAN, KOPI BLENDING, DAN KOPI TUBRUK DI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA JENGGAWAH-JEMBER

PROSES PENGOLAHAN KOPI INSTAN, KOPI BLENDING, DAN KOPI TUBRUK DI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA JENGGAWAH-JEMBER PROSES PENGOLAHAN KOPI INSTAN, KOPI BLENDING, DAN KOPI TUBRUK DI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA JENGGAWAH-JEMBER LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH: KENT MIRA CANDRA 6103008083

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PENGOLAHAN METE 1

PENDAHULUAN PENGOLAHAN METE 1 PENDAHULUAN Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale L) telah lama dikenal dan dibudidayakan di Indonesia, namun baru saat ini sedang dalam pengembangannya baik oleh perkebunan rakyat maupun oleh perkebunan

Lebih terperinci

STUDI KASUS : MANAJEMEN PERUSAHAAN PERKEBUNAN KAKAO DARI HULU SAMPAI HILIR DI PTP NUSANTARA XII (PERSERO) KEBUN KALIKEMPIT

STUDI KASUS : MANAJEMEN PERUSAHAAN PERKEBUNAN KAKAO DARI HULU SAMPAI HILIR DI PTP NUSANTARA XII (PERSERO) KEBUN KALIKEMPIT STUDI KASUS : MANAJEMEN PERUSAHAAN PERKEBUNAN KAKAO DARI HULU SAMPAI HILIR DI PTP NUSANTARA XII (PERSERO) KEBUN KALIKEMPIT 1.907,12 Ha Afdeling Kali Wadung 333,93 Ha Afdeling Margo Sugih 592,00 Ha Afdeling

Lebih terperinci

Sekilas tentang Standar Nasional Indonesia: Biji kopi; Biji kakao; dan Rumput laut

Sekilas tentang Standar Nasional Indonesia: Biji kopi; Biji kakao; dan Rumput laut Sekilas tentang Standar Nasional Indonesia: Biji kopi; Biji kakao; dan Rumput laut HENDRO KUSUMO Kepala bidang Pertanian, Pangan dan Kesehatan Pusat Perumusan Standar BSN Jakarta, 25 Oktober 2017 SNI Biji

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat 20 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

Seed Processing Indonesia

Seed Processing Indonesia Mesin Ayak / Air screen Cleaner (Seed Grading) SG/SPI-01 185 cm 110 cm Mesin ayak ini berbahan konstruksi besi, memiliki presisi tinggi dan membersihkan dengan sempurna untuk keperluan laboratorium. Mesin

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Sari Tani Jaya Sumatera merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan ubi kayu untuk menghasilkan produk tepung tapioka yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Pengolahan lada putih secara tradisional yang biasa

Pengolahan lada putih secara tradisional yang biasa Buletin 70 Teknik Pertanian Vol. 15, No. 2, 2010: 70-74 R. Bambang Djajasukmana: Teknik pembuatan alat pengupas kulit lada tipe piringan TEKNIK PEMBUATAN ALAT PENGUPAS KULIT LADA TIPE PIRINGAN R. Bambang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: 1) Industri kopi olahan kelas kecil (Home Industri), pada industri ini

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: 1) Industri kopi olahan kelas kecil (Home Industri), pada industri ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki wilayah pertanian yang sangat luas dengan sebagian besar dari angkatan kerja dan kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon)

ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon) ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon) Engkos Koswara Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Majalengka Email : ekoswara.ek@gmail.com

Lebih terperinci

1 PENGGUNAAN SISTEM PEMANAS DALAM PENGEMBANGAN ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH Renny Eka Putri *), Andasuryani, Santosa, dan Riki Ricardo Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BUAH LADA

PENGOLAHAN BUAH LADA PENGOLAHAN BUAH LADA Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama I. PENDAHULUAN Lada memiliki nama latin Piper nigrum dan merupakan family Piperaceae. Lada disebut juga sebagai raja dalam kelompok rempah

Lebih terperinci

PENGONTROLAN MESIN HULLER UNTUK MENINGKATKAN MUTU KOPI SAMOSIR

PENGONTROLAN MESIN HULLER UNTUK MENINGKATKAN MUTU KOPI SAMOSIR PENGONTROLAN MESIN HULLER UNTUK MENINGKATKAN MUTU KOPI SAMOSIR Oleh : Dr. Zakarias Situmorang, MT I. Pendahuluan Biji kopi yang sudah siap diperdagangkan adalah berupa biji kopi kering yang sudah terlepas

Lebih terperinci

PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU Mangga merupakan salah satu komoditas yang banyak dibudidayakan dan diusahakan Varietas mangga yang banyak dibudidayaka adalah Mangga Arum Manis, Dermayu dan G Komoditas

Lebih terperinci

DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 i

DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 i PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN KOPI DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 i PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN KOPI Penanggung Jawab

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penanganan Awal Kacang Tanah Proses pengupasan kulit merupakan salah satu proses penting dalam dalam rangkaian proses penanganan kacang tanah dan dilakukan dengan maksud untuk

Lebih terperinci

Pertemuan ke-14. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa

Pertemuan ke-14. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa Pertemuan ke-14 A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa akan dapat menentukan jenis tenaga dan mesin peralatan yang layak untuk diterapkan di bidang pertanian 2. Khusus

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang memiliki permintaan yang cukup tinggi dalam bentuk segar. Meskipun demikian, bawang merah

Lebih terperinci

Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih. Vileora Putri Christna 14.I1.0172

Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih. Vileora Putri Christna 14.I1.0172 Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih Vileora Putri Christna 14.I1.0172 PROFIL PERUSAHAAN PTPN IX pada awalnya merupakan penggabungan 2 unit kebun Semugih dan Pesantren.

Lebih terperinci

VI. DESAIN PROSES PENGOLAHAN KOPI ROBUSTA DENGAN MODIFIKASI TEKNOLOGI OLAH BASAH

VI. DESAIN PROSES PENGOLAHAN KOPI ROBUSTA DENGAN MODIFIKASI TEKNOLOGI OLAH BASAH VI. DESAIN PROSES PENGOLAHAN KOPI ROBUSTA DENGAN MODIFIKASI TEKNOLOGI OLAH BASAH 6.1. Pendahuluan Peningkatan kualitas produksi merupakan salah satu atribut kunci keberlanjutan agroindustri kopi rakyat.

Lebih terperinci

UJI KINERJA MESIN SANGRAI TIPE SILINDER HARISONTAL BERPUTAR UNTUK PENYANGRAIAN BIJI KAKAO UNDER GRADE SKRIPSI SITI AZIZAH NIM.

UJI KINERJA MESIN SANGRAI TIPE SILINDER HARISONTAL BERPUTAR UNTUK PENYANGRAIAN BIJI KAKAO UNDER GRADE SKRIPSI SITI AZIZAH NIM. UJI KINERJA MESIN SANGRAI TIPE SILINDER HARISONTAL BERPUTAR UNTUK PENYANGRAIAN BIJI KAKAO UNDER GRADE SKRIPSI Oleh SITI AZIZAH NIM. 001710201023 JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Direktorat Jendral Perkebunan Kementrian Pertanian (2010),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Direktorat Jendral Perkebunan Kementrian Pertanian (2010), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Kopi Arabika Menurut Direktorat Jendral Perkebunan Kementrian Pertanian (2010), Kopi Arabika adalah spesies asli yang berasal dari Ethiopia. Kopi Arabika tumbuh di

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Pelet Daun Indigofera sp. Pelet daun Indigofera sp. yang dihasilkan pada penelitian tahap pertama memiliki ukuran pelet 3, 5 dan 8 mm. Berdasarkan hasil pengamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu hasil dari berbagai tanaman perkebunan yang dapat

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu hasil dari berbagai tanaman perkebunan yang dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu hasil dari berbagai tanaman perkebunan yang dapat tumbuh di Indonesia. Sebagaimana kita ketahui Indonesia merupakan Negara kepulauan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian yang mampu menghasilkan devisa bagi Negara. Pada tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. pertanian yang mampu menghasilkan devisa bagi Negara. Pada tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agrobisnis merupakan permasalahan yang sedang ditangani secara serius oleh pemerintah Indonesia sampai saat ini, mengingat begitu pentingnya pemanfaatan hasil perkebunan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 38 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah pembuatan alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

BAB VII LAMPIRAN. Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah:

BAB VII LAMPIRAN. Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah: BAB VII LAMPIRAN Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah: Ukuran buah jambu biji merah: - Diameter = + 10 cm - 1kg = 7-8 buah jambu biji merah (berdasarkan hasil pengukuran)

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU PENANGANAN PENDAHULUAN Instruksi kerja merupakan dokumen pengendali yang menyediakan perintah-perintah untuk pekerjaan atau tugas tertentu dalam penanganan pascapanen mangga Gedong Gincu. 1. Struktur kerja

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian

Lebih terperinci

Penanganan Pascapanen dan Pemasaran Kakao di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Diany Faila Sophia Hartatri 1)

Penanganan Pascapanen dan Pemasaran Kakao di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Diany Faila Sophia Hartatri 1) Penanganan Pascapanen dan Pemasaran Kakao di Kabupaten Blitar, Jawa Timur Diany Faila Sophia Hartatri 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Penanganan pascapanen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1: 29 4 KEADAAN UMUM UKM 4.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pengolah Unit Pengolahan ikan teri nasi setengah kering berlokasi di Pulau Pasaran, Lingkungan 2, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat,

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN PUREE MANGGA Oleh: Masnun, BPP Jambi BAB. I. PENDAHULUAN

TEKNOLOGI PEMBUATAN PUREE MANGGA Oleh: Masnun, BPP Jambi BAB. I. PENDAHULUAN TEKNOLOGI PEMBUATAN PUREE MANGGA Oleh: Masnun, BPP Jambi BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mangga merupakan komoditas buah yang mudah rusak. Kerusakan buah mangga dapat disebabkan karena ketidak hati-hatian

Lebih terperinci

ABSTRAK II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN

ABSTRAK II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEKERASAN DAN WAKTU PEMECAHAN DAGING BUAH KAKAO (THEOBROMA CACAO L) 1) MUH. IKHSAN (G 411 9 272) 2) JUNAEDI MUHIDONG dan OLLY SANNY HUTABARAT 3) ABSTRAK Permasalahan kakao Indonesia

Lebih terperinci

ALAT PEMISAH BIJI KAKAO SEDERHANA DITINJAU DARI SEGI KUALITAS DAN KAPASITAS HASIL

ALAT PEMISAH BIJI KAKAO SEDERHANA DITINJAU DARI SEGI KUALITAS DAN KAPASITAS HASIL ALAT PEMISAH BIJI KAKAO SEDERHANA DITINJAU DARI SEGI KUALITAS DAN KAPASITAS HASIL 1. Pendahuluan Kabupaten Donggala merupakan produsen kakao utama untuk propinsi Sulawesi Tengah. Luas pertanaman kakao

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dantempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di UKM Mekar Sari di Dusun Boleleu No. 18 Desa Sidomakmur Kecamatan Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai. Sementara

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENGUPAS DAN PEMISAH KULIT BUAH KOPI KERING

PERANCANGAN MESIN PENGUPAS DAN PEMISAH KULIT BUAH KOPI KERING JTM Vol. 05, No. 2, Juni 2016 28 PERANCANGAN MESIN PENGUPAS DAN PEMISAH KULIT BUAH KOPI KERING Vinantius Kelik 1, Hengky 2, Daniel Kurniawan 3 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN ACARA V PENGENALAN RICE MILL UNIT Disusun Oleh: Nama : Arif Ardiawan NIM : A1L008062 Rombongan : B Kelompok : 4 KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN PADI

PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN PADI PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN PADI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi 11: PANEN DAN

Lebih terperinci

Surabaya, Mei 2013 KATA PENGANTAR

Surabaya, Mei 2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR 1 KATA PENGANTAR Atas Berkat Rakhmat Alloh SWT. Sehingga bisa tersusun buku Sarana Pengolahan Komoditi Perkebunan. Buku ini disusun untuk mendukung kegiatan Pengembangan Sarana dan Prasarana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan 1. Investor 2. Analisis 3. Masyarakat 4. Pemerintah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan 1. Investor 2. Analisis 3. Masyarakat 4. Pemerintah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian layak

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRIMER DAN SEKUNDER BIJI KAKAO

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRIMER DAN SEKUNDER BIJI KAKAO TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRIMER DAN SEKUNDER BIJI KAKAO Biji kakao merupakan biji dari buah tanaman kakao (Theobroma cacao LINN) yang telah difermentasi, dibersihkan dan dikeringkan. Lebih dari 76% kakao yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun dan batang nilam yang akan di suling di IKM Wanatiara Desa Sumurrwiru Kecamatan Cibeurem Kabupaten Kuningan. Daun

Lebih terperinci

(Studi Kasus Tanah Desa Jirek Mas Kecamatan BUAH KOPI. Cermee Kabupaten Bondowoso) SKRIPSI. Oleh Lubna Brilyani NIM

(Studi Kasus Tanah Desa Jirek Mas Kecamatan BUAH KOPI. Cermee Kabupaten Bondowoso) SKRIPSI. Oleh Lubna Brilyani NIM KARAKTERISTIK PENDUGAAN TINGKAT KOPI EROSI ROBUSTA MENGGUNAKAN HASIL PENUNDAAN RAINFALL PULPING MENGGUNAKAN SIMULATOR SKALA LABORATORIUM METODE PERENDAMAN (Studi Kasus Tanah Desa Jirek Mas Kecamatan BUAH

Lebih terperinci

STUDI PERLAKUAN PANAS PADA ALAT PENGUPAS KULIT GELONDONG UNTUK BIJI KOPI (Coffea sp.) Renny Eka Putri, Mislaini dan Andri Syaputra 1 1) ABSTRAK

STUDI PERLAKUAN PANAS PADA ALAT PENGUPAS KULIT GELONDONG UNTUK BIJI KOPI (Coffea sp.) Renny Eka Putri, Mislaini dan Andri Syaputra 1 1) ABSTRAK STUDI PERLAKUAN PANAS PADA ALAT PENGUPAS KULIT GELONDONG UNTUK BIJI KOPI (Coffea sp.) 1 1) Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas Limau Manis, Pauh, Sumatera Barat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengangkutan Pengangkutan adalah kegiatan memindahkan padi setelah panen dari sawah atau rumah ke Pabrik Penggilingan Padi (PPP). Tingkat kehilangan hasil dalam tahapan pengangkutan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Adapun maksud

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. H.Yusdin Abdullah dan sebagai pimpinan perusahaan adalah Bapak Azmar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. H.Yusdin Abdullah dan sebagai pimpinan perusahaan adalah Bapak Azmar BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Wilayah PT. Cipta Frima Jaya adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang proses dan pembekuan untuk hasil perikanan laut, yang merupakan milik Bapak H.Yusdin

Lebih terperinci

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama ±3 bulan dimulai dari Februari sampai April 2013 yang berlokasikan di Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Dasar Pemilihan Bucket Elevator sebagai Mesin Pemindah Bahan Dasar pemilihan mesin pemindah bahan secara umum selain didasarkan pada sifat-sifat bahan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

. Pedoman Teknis Pengolahan Mi Sagu - 9

. Pedoman Teknis Pengolahan Mi Sagu - 9 III PROSES PEMBUATAN MI SAGU A Bahan 1 Pati Sagu Pati sagu untuk bahan baku mi sebaiknya dipilih yang berwarna putih bersih dan bebas kotoran, dengan derajat putih yang diukur menggunakan Whiteness Meter

Lebih terperinci

KUALITAS KOPI ARABIKA HASIL PENYIMPANAN DENGAN METODE PERENDAMAN UNTUK PENGATURAN WAKTU PENGUPASAN KULIT BUAH BASAH

KUALITAS KOPI ARABIKA HASIL PENYIMPANAN DENGAN METODE PERENDAMAN UNTUK PENGATURAN WAKTU PENGUPASAN KULIT BUAH BASAH KUALITAS KOPI ARABIKA HASIL PENYIMPANAN DENGAN METODE PERENDAMAN UNTUK PENGATURAN WAKTU PENGUPASAN KULIT BUAH BASAH SKRIPSI Oleh Endah Ernawanti NIM 091710201002 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK

Lebih terperinci

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) BAB V LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) 5.1. UMUM a. Lapis Pondasi Agregat Semen (Cement Treated Base / CTB) adalah Lapis Pondasi Agregat Kelas A atau Kelas B atau Kelas C yang diberi

Lebih terperinci

KOPI LUWAK DAN PENGUJIAN KEASLIANNYA

KOPI LUWAK DAN PENGUJIAN KEASLIANNYA KOPI LUWAK DAN PENGUJIAN KEASLIANNYA Yusianto PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA 2014 PENDAHULUAN Kopi luwak dikenal sebagai kopi yang paling mahal dan khas (unik), yang sampai sekarang diproduksi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES (pra Rancangan Pabrik,kgrtas kgrajinan dari enceng gondok. BAB III PERANCANGAN PROSES Perancangan pabrik home industri ini menghasilkan produk kertas kerajinan yang siap dibuat untuk kerajinan yang unik.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Materi Alat dan Bahan Metode Proses Pembuatan Pelet

MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Materi Alat dan Bahan Metode Proses Pembuatan Pelet MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2010 di Laboratorium Agrostologi, Laboratorium Industri Pakan dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu dan Laboratorium Rekayasa dan Bioproses Pascapanen, Jurusan

Lebih terperinci

Cleaning and Grading

Cleaning and Grading Cleaning and Grading Rini Yulianingsih PENGGILINGAN Mengacu pada pengecilan ukuran Operasi pemisahan digunakan untuk pengolahan biji pangan menjadi bentuk edible dengan memindahkan dan memisahkan bagian

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan September 2012 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian serta Laboratorium

Lebih terperinci

MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MEKANISME ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH ( Arachis hypogaea L) SEMI MEKANIS TIPE BELT

MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MEKANISME ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH ( Arachis hypogaea L) SEMI MEKANIS TIPE BELT MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MEKANISME ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH ( Arachis hypogaea L) SEMI MEKANIS TIPE BELT Oleh : SUPRIYATNO F141 02 105 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci