BAB III KERANGKA KONSEPSIONAL DAN DEFINISI OPERASIONAL. Kerangka konsepsional merupakan kerangka yang menggambarkan dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III KERANGKA KONSEPSIONAL DAN DEFINISI OPERASIONAL. Kerangka konsepsional merupakan kerangka yang menggambarkan dan"

Transkripsi

1 BAB III KERANGKA KONSEPSIONAL DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. KERANGKA KONSEPSIONAL Kerangka konsepsional merupakan kerangka yang menggambarkan dan mengarahkan asumsi mengenai elemen-elemen yang di teliti. Berdasarkan rumusan masalah yang telah di paparkan dalam latar belakang, tinjauan kepustakaan yang ada, maka kerangka konsep digambarkan sebagai berikut : Ketebalan makula OCT Uji Fotostres Fungsi makula

2 3.2. DEFINISI OPERASIONAL Ketebalan makula adalah ketebalan makula yang diperoleh dari pengukuran menggunakan software Stratus OCT. Sesuai dengan petunjuk penggunaan mesin. Optical Coherence Tomography (OCT) merupakan alat digunakan untuk pencitraan ketebalan macula. Uji Fotostres merupakan salah satu cara untuk menilai kemampuan adaptasi selsel fotoreseptor dengan pemberian stressor berupa cahaya. Fungsi makula adalah fungsi penglihatan yang dilakukan oleh makula lutea.

3 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 DESAIN PENELITIAN Penelitian ini adalah suatu penelitian kuasi eksperimental, dimana terdapat perlakuan terhadap subjek yang diteliti. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan. 4.2 TEMPAT DAN WAKTU Penelitian dilakukan di subdivisi Retina Poliklink Mata dan subdivisi Endokrin Poliklinik Penyakit Dalam RSUP. H. Adam Malik Medan selama periode Februari 2012 sampai Juli POPULASI DAN SAMPEL A. Populasi Populasi penelitian adalah semua penderita Diabetes Mellitus > 5 tahun yang berobat di subdivisi Retina Poliklinik Mata dan subdivisi Endokrin Poliklinik Penyakit Dalam RSUP. H. Adam Malik Medan B. Sampel Sampel penelitian adalah semua penderita diabetic macular edema yang berobat di subdivisi Retina Poliklink Mata dan subdivisi Endokrin Poliklinik Penyakit Dalam RSUP. H. Adam Malik Medan

4 Besar sampel untuk penelitian ini adalah seluruh pasien yang memenuhi kriteria inklusi penelitian diabetic macular edema selama jangka waktu 6 bulan (Februari 2012 sampai Juli 2012) di RSUP. H. Adam Malik Medan. 4.4 KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI Kriteria inklusi : Pasien-pasien Diabetes Mellitus disertai udema makula Laki-laki atau wanita berusia >40 tahun Penderita dengan media refraksi jernih Pasien udema makula dengan visus kurang dari 0, Kriteria eksklusi : Penderita Diabetes Mellitus yang tidak dapat dilakukan pemeriksaan segmen posterior Pasien Diabetes Mellitus tanpa disertai udema makula Pasien diabetic macular edema dengan keadaan umum lemah 4.5 IDENTIFIKASI VARIABEL Penelitian ini memiliki 2 variabel penelitian : 1. Variabel bebas adalah fungsi makula 2. Variabel terikat adalah ketebalan makula

5 4.6 ALAT DAN BAHAN 1. Pulpen 2. Kertas 3. Kertas kisi-kisi amsler 4. Kartu Snellen 5. Slit lamp biomicroscope 6. Tonometer non kontak 7. Obat tetes mata tropikamid 1% 8. Oftalmoskop direk merk Welch Allyn 9. Oftalmoskop indirek merk Welch Allyn model no Stopwatch 11. OCT tipe Stratus model CARA KERJA a. Pencatatan identitas pasien dilakukan pada semua penderita DM tipe 2 yang berobat di subdivisi Retina Poliklink Mata dan subdivisi Endokrin Poliklinik Penyakit Dalam RSUP. H. Adam Malik dan RSUP. Pirngadi Medan. Penderita yang memenuhi kriteria pemilihan sampel mengisi informed consent. b. Dilakukan anamnesa, pemeriksaan visus dengan kartu Snellen, pemeriksaan segmen anterior menggunakan slit lamp, pengisian kisi-kisi amsler. Kemudian dilakukan pencatatan untuk setiap pemeriksaan.

6 c. Dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata dengan tonometer non kontak dan pupil dilebarkan dengan meneteskan Tropikamid 1%. d. Segmen posterior diperiksa dengan oftalmoskop direk dan indirek untuk mengevauasi segmen posterior dan menentukan udema makula. e. Dilakukan pemeriksaan ketebalan makula menggunakan OCT tipe Stratus model 300. f. Dilakukan pemeriksaan fotostres makula. Sumber cahaya berasal dari oftalmoskop indirek merk Welch Allyn model no dengan intensitas cahaya 4,65 V, 12 W Halogen. g. Ditentukan PSRT (PhotoStress Recovery Time)

7 POPULASI KRITERIA INKLUSI SAMPEL IDENTITAS ANAMNESA VISUS TEKANAN BOLA MATA AMSLER GRID PENCATATAN PUPIL DILEBARKAN (TROPIKAMID 1%) OFTALMOSKOP DIREK POPULASI & INDIREK OCT FOTOSTRES MAKULA PRST

8 4.8 PERINCIAN WAKTU PENELITIAN N o Kegiatan Tahun 2011/2012 Bulan Nov Des Jan Feb Mar Aprl Mei Juni Juli Agt & Sept 1 Pengajuan judul penelitian 2 Penyusunan proposal 3 Presentasi proposal 4 Perbaikan proposal 5 Pengumpula data 6 Pengolahan data 7 Presentasi hasil 4.9 PERSONAL PENELITIAN Peneliti : dr. Eva Imelda Pembantu penelitian : residen Ilmu Kesehatan Mata FK-USU Medan

9 4.10 BIAYA PENELITIAN 1. Penyusunan dan presentasi proposal Rp ,- 2. Pemeriksaan OCT (30 x Rp ) Rp ,- 3. Penyusunan dan presentasi hasil penelitian Rp ,- 4. Biaya tidak terduga Rp ,- TOTAL Rp ,- Penderita Askes dan Askin dijamin oleh PT ASKES 4.11 ANALISIS DATA Data responden dicatat dalam suatu formulir. Semua data ditampilkan dalam bentuk tabel dan persentase. Untuk menilai korelasi ketebalan makula dengan fungsi makula dilakukan uji korelatif. Bila data tidak berdistribusi normal maka digunakan uji Pearson dan bila data terdistribusi secara normal digunakan uji Spearman. Data yang diperoleh dilakukan analisis menggunakan program komputer PERTIMBANGAN ETIKA Usulan penelitian ini terlebih dahulu disetujui oleh rapat bagian Ilmu Kesehatan Mata FK-USU/ RS H. Adam Malik Medan. Penelitian ini kemudian diajukan untuk di;setujui oleh rapat komite etika PPKRM Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

10 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian Analisis dlakukan terhadap 20 subjek. Maka data demografi dan data klinis yang ditampilkan merupakan data demografi dari 20 pasien. Korelasi antara data anatomis dan data fungsi makula dilakukan dengan merujuk data gabungan mata kanan dan kiri. Usia Tabel 5.1 Sebaran subjek menurut usia Usia Frekuensi Persentase tahun 5 25, tahun 10 50, tahun 5 25,0 Total ,0 Sebaran subjek yang terlibat dalam penelitian ini pada kelompok usia tahun (5 subjek), tahun (10 subjek) dan tahun (5 subjek). Rata-rata usia subjek adalah 60,95 tahun dengan usia paling muda 52 tahun dan usia paling tua 76 tahun.

11 Jenis Kelamin Tabel 5.2 Sebaran subjek menurut jenis kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Laki-laki 14 70,0 Perempuan 6 30,0 Total ,0 Sebagian besar subjek berjenis kelamin laki-laki yaitu 14 subjek (70%). Subjek berjenis kelamin perempuan adalah sejumlah 6 subjek (30%). Pekerjaan Tabel 5.3 Sebaran subjek menurut pekerjaan Pekerjaan Frekuensi Persentase Tidak bekerja 2 10,0 Pensiunan 10 50,0 Pegawai Negeri Sipil Ibu Rumah Tangga ,0 25,0 Total ,0 Terdapat 10 (50%) subjek yang memiliki pekerjaan sebagai pensiunan, 5 (25%) subjek sebagai IRT, 3 subjek (15%) sebagai PNS dan 2 (10%) subjek tidak bekerja.

12 Tingkat pendidikan Tabel 5.4 Sebaran subjek menurut tingkat pendidikan Pendidikan Frekuensi Persentase SD 3 15,0 SLTP 3 15,0 SLTA 7 35,0 Akademi 2 10,0 Sarjana 5 25,0 Total ,0 Subjek dengan pendidikan hingga sarjana berjumlah 5 subjek (25%), yang mencapai pendidikan hingga akademi berjumlah 2 subjek (10%) dan hingga SLTA berjumlah 7 subjek (35%). Subjek dengan pendidikan hingga SLTP dan SD masingmasing berjumlah 3 (15%) subjek. Lama menderita Diabetes Mellitus Tabel 5.5 Sebaran subjek menurut lama menderita DM Lama memderita DM Frekuensi Persentase 5-9 tahun 6 30, tahun 12 60,0 >20 tahun 2 10,0 Total ,0

13 Sebagian besar subjek menderita DM selama 5 hingga 9 tahun yaitu sebanyak 6 (30%) subjek. Subjek yang menderita DM antara tahun adalah sejumlah 12 (60%) subjek. Sementara subjek yang menderita DM lebih dari 20 tahun berjumlah 2 (10%) subjek. Riwayat Diabetes Mellitus dalam keluarga Tabel 5.6 Sebatan subjek menurut riwayat DM dalam keluarga. Riwayat DM dalam keluarga Frekuensi Persentase Ya 8 40,0 Tidak 12 60,0 Total ,0 Sebagai besar subjek yaitu sejumlah 12 (60%) subjek tidak memiliki riwayat DM dalam keluarga. Sementara 8 (40%) subjek memiliki riwayat DM dalam keluarga. Diagnosis Tabel 5.7 Sebaran subjek menurut jenis retinopati diabetika Kriteria retinopati diabetika Frekuensi Persentase Sedang 18 50,0 Berat 18 50,0 Total ,0

14 Sebagian besar subjek menderita NPDR sedang (18 subjek, 50%). NPDR berat ditemui pada 50 subjek (50%). Dalam penelitian ini tidak terdapat subjek dengan diagnosa NPDR ringan. 5.2 Karakteristik Klinis Mata DATA FUNGSI MAKULA Fungsi makula diwakili oleh visus dan hasil fotostres. Tabel 5.8 Sebaran mata subjek menurut visus Visus (log) Frekuensi Persentase 0, ,9 0,30 3 8,3 0, ,0 0, ,7 0,60 0,80 1,00 1, ,8 5,6 8,3 19,4 Total ,0 Jumlah mata subjek dengan visus 0,18 adalah 5 (13,9%) mata. Terdapat 3 (8,3%) mata dengan visus 0,30, 3 (8,3%) mata dengan visus 1,00 Sementara terdapat 9 (25%) mata dengan visus 0,40 (25%), 6 (16,7%) mata dengan visus 0,48 serta 2 mata (5,6%) dengan visus 0,80.

15 Uji fotostres Tabel 5.9 Sebaran mata subjek menurut hasil uji fotostress Hasil uji fotostres Frekuensi Persentase < 55 detik 0 0 > 55 detik ,0 Total ,0 Seluruh mata subjek memiliki hasil uji fotostress OD lebih dari 55 detik yaitu 36 (100%) mata. Terdapat 13 (21.0%). Rata-rata hasil uji fotostress adalah 77,5 detik. Waktu tersingkat dalam uji fotostress adalah 57 detik sementara waktu terpanjang adalah 121 detik. Data Anatomis Makula Tabel 5.10 Sebaran mata subjek berdasarkan ketebalan makula di berbagai zona Zona makula Ketebalan Frekuensi Persentase Fovea Normal 0 0 Bordeline 3 8,3 Udema 33 91,7 Total ,0 Parafovea Normal 11 30,6 temporal Borderline 13 36,1 Udema 12 33,3 Total ,0

16 Parafovea Normal 8 22,2 Superior Borderline 15 41,7 Udema 13 36,1 Total ,0 Parafovea Nasal Normal 10 27,8 Borderline 12 33,3 Udema 14 38,9 Total ,0 Parafovea Normal 11 30,6 Inferior Borderline 12 33,3 Udema 13 36,1 Total ,0 Perifovea Normal 18 50,0 Temporal Borderline 7 19,4 Udema 11 30,6 Total ,0 Perifovea Normal 14 38,9 Superior Borderline 12 33,3 Udema 10 27,8 Total ,0 Perifovea Nasal Normal 14 38,9 Borderline 10 27,8

17 Udema 12 33,3 Total ,0 Perifovea Inferior Normal Borderline Udema ,9 27,8 33,3 Total ,0 Pada fovea, terdapat 3 (8,3%) mata dengan ketebalan borderline dan 33 (91,7%) mata dengan udema. Pada zona parafovea temporal, superior, nasal dan inferior masing-masing terdapat 11 (30,6%), 8 (22,2%), 10 (27,8%) dan 11 (30,6%) mata dengan ketebalan normal, 13 (36,1%), 15 (41,7%), 12 (33.3%) dan 12 (33.3%) mata dengan udema. Secara berturut-turut, dijumpai 18 (50%), 14(38,9%), 14 (38,9%) dan14 (38,9%) mata dengan ketebalan normal, 7 (19,4%), 12 (33,3%), 10 (27,8%) dan 10 (27,8%) mata dengan ketebalan borderline serta 11 (30,6%), 10 (27,8%), 12 (33,3%) dan 12 (33,3%) mata dengan udema di zona perifovea temporal, superior, nasal dan inferior.

18 Tabel 5.11 Ketebalan berbagai zona makula (dalam μm) Ketebalan zona Mean Standard Deviation (SD) Ketebalan fovea Ketebalan parafovea temporal Ketebalan parafovea superior Ketebalan parafovea nasal Ketebalan parafovea inferior Ketebalan perifovea temporal Ketebalan perifovea superior Ketebalan perifovea nasal Ketebalan perifovea inferior 297,60 296,35 292,05 292,00 301,52 273,78 269,52 274,08 278,66 68,40 66,70 52,42 54,77 65,20 64,97 49,97 49,94 64,39 Ketebalan fovea adalah 297,60 ± 68,40 μm (mean ± SD), sementara berturutturut ketebalan parafovea temporal, superior, nasal serta inferior adalah 296,35 ± 66,70 μm, 292,05 ± 52,42 μm, 292,00 ± 54,77 μm, serta 301,52 ± 65,20 μm. Zona perifovea dari bagian temporal, superior, nasal serta inferior secara berurutan memiliki ketebalan 273,78 ± 64,97 μm, 269,52 ± 49,97 μm, 274,08 ± 49,94 μm serta 278,66 ± 64,39 μm. Tampak bahwa zona makula yang paling tebal adalah zona parafovea inferior dan zona makula yang paling tipis adalah perifovea temporal.

19 5.3 Korelasi Untuk uji normallitas yang berdistribusi normal dilakukan uji Spearman dan untuk data yang tidak berdistribusi normal dilakukan uji Pearson. Tabel 5.12 Korelasi ketebalan makula dengan hasil uji fotostress Ketebalan makula Hasil uji fotostres Ketebalan fovea Ketebalan parafovea temporal Ketebalan parafovea superior Ketebalan parafovea nasal Ketebalan parafovea inferior Ketebalan perifovea temporal Ketebalan perifovea superior Ketebalan perifovea nasal Ketebalan perifovea inferior R 0,811 0,659 0,626 0,617 0,632 0,685 0,732 0,765 0,792 P 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 Dalam uji korelasi Spearman antara ketebalan zona-zona makula dan hasil uji fotostres, didapatibahwa ketebalan fovea (r = 0,811, p =0.001), ketebalan parafovea temporal (r = 0.659, p = 0.001), ketebalan parafovea superior (r = 0.626, p = 0.001), ketebalan parafovea nasal (r = 0.617, p = 0.001), ketebalan parafovea inferior (r = 0.632, p = 0.001), ketebalan perifovea temporal (r = 0.685, p = 0.001), ketebalan perifovea superior (r = 0.732, p = 0.001), ketebalan perifovea nasal (r = 0.765, p = 0.001) dan ketebalan perofovea inferior (r = 0.792, p = 0.001) memiliki korelasi signifikan dengan perpanjangan hasil uji fotostres.

20 BAB VI PEMBAHASAN DAN DISKUSI Rata-rata subjek dalam penelitian ini berusia 60,95 tahun. Umur merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pengaruhnya terhadap prevalensi DM. Menurut WHO setelah seseorang mencapai umur 30 tahun, maka kadar glukosa darah akan naik 1-2% per tahun. Pada saat puasa naik sekitar 5,6-13 mg%. Sebagian besar subjek didapati berjenis kelamin laki-laki (14 subjek, 70%). Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Raymond et al pada individu yang berasal dari Asia Selatan, lebih banyak dijumpai laki-laki (55%) dibanding perempuan (45%) yang menderita DM tipe 2. Pekerjaan sebagian besar dalam penelitian ini adalah pensiunan (10 subjek, 50%). Hal ini berkaitan dengan pasien-pasien di masa pensiun lebih memiliki waktu untuk berobat lebih teratur. Tingkat pendidikan SLTA (7 subjek, 35%) merupakan tingkat pendidikan dengan frekuensi yang paling tinggi pada subjek dalam penelitian ini. Tingkat pendidikan mungkin mencerminkan tingkat kesejahteraan ekonomi, walaupun tidak selalu. Penelitian oleh Scanlon et al memperoleh hasil bahwa individu dengan kondisi sosial ekonomi yang lebih rendah lebih cenderung memiliki prevalens diabetes tinggi, lebih mungkin mengalami retinopati diabetika yang mengancam penglihatan dan lebih mungkin untuk tidak menjalani skrining.

21 Sebagian besar subjek dalam penelitian ini telah menderita DM antara tahun (12 subjek, 60%). Hal ini disebabkan oleh pengambilan sampel secara consecutive yang tentu akan menghasilkan suatu potongan dari keseluruhan subjek yang tersedia pada suatu waktu. Bias ingatan subjek harus tetap dipertimbangkan dimana tidak semua subjek mengingat dengan tepat kapan terkena DM dan tidak semua subjek baru menderita DM pada saat terdiagnosa. Dalam penelitian ini, sebagian besar subjek mengaku tidak memiliki riwayat DM dalam keluarga (12 subjek, 60%). Hal ini dapat dipahami karena DM dapat terjadi tanpa penurunan gen-gen kerentanan diabetes. Beberapa faktor resiko DM tipe 2 yaitu obesitas, gaya hidup kurang gerak dan konsumsi makanan secara berlebihan serta Dm tipe 2 dapat terjadi karena serangan virus terhadap sel-sel beta pankreas sehingga tidak memiliki hubungan dengan riwayat DM dalam keluarga. Bias ingatan pasien juga dapat terjadi. Satu kemungkinan tambahan adalah bahwa sebagian besar keluarga pasien tidak menjalani skrining. Hasil uji fotostres pada seluruh subjek dalam penelitian ini didapati lebih dari 55 detik (36 mata, 100%). Temuan ini dapat dimengerti karena seluruh subjek dalam penelitian ini menderita diabetic macular edema dan mengalami gangguan fungsi makula yang disebabkan oleh kerusakan epitel pigmen retina dan sel fotoreseptor. Makula normal memiliki waktu pulih sama dengan atau kurang dari 55 detik. Pada uji fotostres dilakukan penyinaran yang kuat sebagai stressor terhadap makula yang mengakibatkan hilangnya fungsi pigmen retina yang mengakibatkan kehilangan sementara sensitivitas penglihatan. Sel-sel fotoreseptor akan melakukan sintesis ulang pigmen sehingga sensitivitas retina kembali. Jadi yang dinilai yaitu waktu pulih dari

22 epitel pigmen retina dan sel-sel fotoreseptor yang melakukan sintesis ulang pigmen untuk penglihatan. Uji korelasi Spearman antara ketebalan zona-zona makula dan hasil uji fotostres didapati signifikan untuk fovea (r = 0,811, p = 0,000), parafovea temporal (r = 0,659, p = 0,000), parafovea superior (r = 0,626, p = 0,000), parafovea nasal (r = 0,617, p = 0,000), parafovea inferior (r = 0,632, p = 0,000), perifovea temporal (r = 0,685, p = 0,000), perifovea superior (r = 0,732, p = 0,000), perifovea nasal (r = 0,765, p = 0,000) dan perifovea inferior (r = 0,792, p = 0,000). Temuan ini tampak logis karena secara anatomi perubahan ketebalan makula yang terjadi akan berpengaruh pada fungsi epitel pigmen retina dan sel fotoreseptor melalui gangguan pada sawar darah-retina sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi aspek fungsional makula yang tampak melalui pemanjangan hasil uji fotostres.

23 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan a. Terjadi pemanjangan waktu pulih uji fotostres pada seluruh subjek dengan diabetic macular edema yaitu 36 mata (100%) b. Ketebalan makula meningkat pada beberapa zona makula pada penderita diabetic macular edema c. Perubahan ketebalan makula disebabkan oleh kerusakan epitel pigmen retina dan sel fotoreseptor yang dapat dilihat dari uji fotoreseptor dimana terjadi pemanjangan waktu pulih pada 36 mata (100%). d. Korelasi ketebalan makula dengan pemanjangan waktu hasil uji fotostres didapati signifikan pada fovea, parafovea temporal, parafovea superior, parafovea nasal, parafovea inferior, perifovea temporal, perifovea superior, perifovea nasal dan perifovea inferior. Terjadinya penebalan zona makula mengindikasikan adanya gangguan fungsi epitel pigmen retina dan sel fotoreseptor.

24 7.2 Saran a. Sesuai dengan hasil penelitian, penanganan lebih dini perlu dilakukan kepada para penderita retinopati diabetika karena penebalan makula memberikan pengaruh terhadap fungsi penglihatan dimana fungsi epitel pigmen retina dan fotoreseptor terganggu, yang dapat dilihat melalui uji fotostres. b. Dengan didapatkan korelasi yang signifikan antara hasil uji fotostres dan penebalan makula pada penellitian ini, dapat disarankan untuk melakukan uji fotostres secara teratur dan dapat mendeteksi dini kerusakan epitel pigmen retina tanpa harus menggunakan pemeriksaan OCT yang tentunya dengan biaya yang lebih tinggi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data yang artinya terhadap subjek yang diteliti tidak diberikan perlakuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data yang artinya terhadap subjek yang diteliti tidak diberikan perlakuan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pengukuran data yang artinya terhadap subjek yang diteliti tidak diberikan perlakuan dan pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian adalah kuasi experimental dengan rancangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian adalah kuasi experimental dengan rancangan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian adalah kuasi experimental dengan rancangan perlakuan tunggal one group pre and post test design.kuasi experimental dimaksudkan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Mata. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penebalan atau edema yang berisi cairan dan konstituen plasma di lapisan

BAB I PENDAHULUAN. penebalan atau edema yang berisi cairan dan konstituen plasma di lapisan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DME (Diabetik Macular Edema) merupakan suatu penyakit berupa penebalan atau edema yang berisi cairan dan konstituen plasma di lapisan outer plexiform retina. Ciri

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Optical coherence tomography (OCT) adalah sebuah teknologi yang sedang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Optical coherence tomography (OCT) adalah sebuah teknologi yang sedang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Optical coherence tomography (OCT) adalah sebuah teknologi yang sedang berkembang pesat dimana dapat menghasilkan gambar dengan resolusi tinggi, potongan

Lebih terperinci

KORELASI PERUBAHAN KETEBALAN MAKULA DENGAN FUNGSI MAKULA BERDASARKAN UJI FOTOSTRES PADA PENDERITA DIABETIC MACULAR EDEMA DI RSUP H.

KORELASI PERUBAHAN KETEBALAN MAKULA DENGAN FUNGSI MAKULA BERDASARKAN UJI FOTOSTRES PADA PENDERITA DIABETIC MACULAR EDEMA DI RSUP H. KORELASI PERUBAHAN KETEBALAN MAKULA DENGAN FUNGSI MAKULA BERDASARKAN UJI FOTOSTRES PADA PENDERITA DIABETIC MACULAR EDEMA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TESIS DOKTER SPESIALIS MATA Oleh EVA IMELDA NIM : 087110004

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN BAB 4 HASIL PENELITIAN 4. 1 Pelaksanaan Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 21-31 Mei 2008 untuk wawancara dengan kuesioner dan tanggal 26 Mei 3 Juni 2008 untuk pemeriksaan fisik dan laboratorium.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian N R2 K2. N : Penderita pasca stroke iskemik dengan hipertensi

BAB 3 METODE PENELITIAN. Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian N R2 K2. N : Penderita pasca stroke iskemik dengan hipertensi 51 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancang Bangun Penelitian Jenis Penelitian Desain Penelitian : Observational : Cross sectional (belah lintang) Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian R0 K1 R0 K2 R1 K1 R1 K2

Lebih terperinci

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek BAB 4 HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Oktober 2011 sampai dengan Desember 2011 di instalasi rawat jalan Ilmu Penyakit Saraf RSUP Dr.Kariadi Semarang. Pengambilan subyek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Mata dan CDC RSUP dr. one group pretest and posttest design.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Mata dan CDC RSUP dr. one group pretest and posttest design. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini termasuk dalam lingkup Ilmu Kesehatan Mata. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Mata dan CDC

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah di bidang Ilmu Kesehatan Mata. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di klinik Instalasi

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP Dr. Kariadi Semarang. 4.2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sekian banyak penyakit degeneratif kronis (Sitompul, 2011).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sekian banyak penyakit degeneratif kronis (Sitompul, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit yang memiliki potensi untuk menjadi penyumbang morbiditas dan mortalitas tertinggi di dunia dari sekian banyak penyakit

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2 1 PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2 Misdarina * Yesi Ariani ** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Dasar dan Medikal Bedah Fakultas Keperawatan

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 28 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah: Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu yang terkait pada penelitian ini adalah ilmu kedokteran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu yang terkait pada penelitian ini adalah ilmu kedokteran BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Disiplin ilmu yang terkait pada penelitian ini adalah ilmu kedokteran penyakit dalam, jantung, dan kesehatan masyarakat. 3.2 Tempat dan Waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi dunia sekarang ini banyak ditemukan penyakit yang disebabkan karena pola hidup dibandingkan dengan penyakit infeksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang

BAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang datang dari sebuah benda difokuskan di depan retina pada saat mata dalam keadaan tidak berakomodasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin secara efektif. Menurut International Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin secara efektif. Menurut International Diabetes BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diabetes melitus merupakan penyakit kronik yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi cukup insulin maupun karena tidak dapat menggunakan insulin secara efektif.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik subyek penelitian Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga menderita sindroma metabolik. Seluruh subyek penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa. 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Edema sistoid makula atau cystoid macular edema (CME) merupakan komplikasi patologis retina yang sering terjadi dan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Edema sistoid makula atau cystoid macular edema (CME) merupakan komplikasi patologis retina yang sering terjadi dan terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Edema sistoid makula atau cystoid macular edema (CME) merupakan komplikasi patologis retina yang sering terjadi dan terdapat dalam berbagai kondisi patologis seperti

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Mata dan Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 KERANGKA TEORI klasifikasi : Angina pektoris tak stabil (APTS) Infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI)

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Semarang dalam kurun waktu Mei Juni pada tahun 2015.

BAB IV METODE PENELITIAN. Semarang dalam kurun waktu Mei Juni pada tahun 2015. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Yogyakarta atau Rumah Sakit Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Glaukoma adalah sekumpulan gejala dengan tanda karakteristik berupa

BAB I PENDAHULUAN. Glaukoma adalah sekumpulan gejala dengan tanda karakteristik berupa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Glaukoma adalah sekumpulan gejala dengan tanda karakteristik berupa adanya neuropati optik glaukomatosa bersamaan dengan defek atau gangguan penyempitan lapang pandangan

Lebih terperinci

BAB. 3. METODE PENELITIAN. : Cross sectional (belah lintang)

BAB. 3. METODE PENELITIAN. : Cross sectional (belah lintang) BAB. 3. METODE PENELITIAN 3.1 Rancang Bangun Penelitian Jenis Penelitian Desain Penelitian : Observational : Cross sectional (belah lintang) Rancang Bangun Penelitian N K+ K- R+ R- R+ R- N : Penderita

Lebih terperinci

(dr. Cut Masdalena, M. Ked (Oph)) Universitas Sumatera Utara

(dr. Cut Masdalena, M. Ked (Oph)) Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi/siang Bapak/Ibu, pada hari ini, saya Dr. Cut Masdalena akan melakukan penelitian yang berjudul Hubungan gangguan lapang pandangan

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL. Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL. Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah: Penderita penyakit rematik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang dari

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu Gizi.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu Gizi. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu Gizi. 3.2 Tempat dan Waktu Tempat: SMA Negeri 9 Semarang Waktu: April - Mei 2016 3.3 Jenis dan Rancangan

Lebih terperinci

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. Pengalaman Nyeri pada Pasien dengan Nyeri Kronis. di RSUP Haji Adam Malik Medan

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. Pengalaman Nyeri pada Pasien dengan Nyeri Kronis. di RSUP Haji Adam Malik Medan Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Pengalaman Nyeri pada Pasien dengan Nyeri Kronis di RSUP Haji Adam Malik Medan Saya yang bernama A. N. Dahlia Sinambela/071101048 adalah mahasiswa

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015. 39 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian bertempat di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup disiplin ilmu dari penelitian ini adalah ilmu kedokteran, khususnya Ilmu Psikiatri dan Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan Waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan menggunakan desain penelitian cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain case

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain case 64 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain case control, dimana kelompok kasus dibandingkan dengan kelompok kontrol berdasarkan status

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit Dalam. 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Fisiologi dan Farmakologi-Toksikologi. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup disiplin ilmu penyakit dalam sub bagian endokrinologi 4.2 Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat penelitian :

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Sidik Jari Jenis Kelamin Suku 3. Defenisi Operasional No. Defenisi Cara Penilaian Alat Ukur Hasil Ukur 1. Kepadatan alur Menghitung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup Ilmu Penyakit Dalam khususnya divisi reumatologi dan Ilmu Kesehatan Jiwa. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional. Sastroasmoro dan Ismael (2011) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Mata.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Mata. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Mata. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional)

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional) BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional) terhadap 46 orang responden pasca stroke iskemik dengan diabetes mellitus terhadap retinopati diabetika dan gangguan

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep DIABETES MELITUS TIPE 2 KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL Indeks CPITN Kadar Gula Darah Oral Higiene Lama menderita diabetes melitus tipe 2 3.2 Hipotesis

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu Geriatri dan Ilmu Kesehatan Jiwa. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Mata

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Mata BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Mata 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Ading Yoga & Pilates Studio dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat observasi analitik non-eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat observasi analitik non-eksperimental dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat observasi analitik non-eksperimental dengan metode pendekatan cross sectional. Cross sectional adalah suatu penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2015 di klinik VCT RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2015 di klinik VCT RSUP Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 2.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. 2.2 Tempat dan waktu penelitian Dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Pertumbuhan sel tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Geriatri. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

Penilaian Sensitivitas Makula Pada Pasien Diabetes Melitus Dengan MetodePhototest Recovery Time Test

Penilaian Sensitivitas Makula Pada Pasien Diabetes Melitus Dengan MetodePhototest Recovery Time Test Penilaian Sensitivitas Makula Pada Pasien Diabetes Melitus Dengan MetodePhototest Recovery Time Test Ramzi Amin 1, Indri Seta Septadina 2, Ashita Hulwah A. 3 1. Bagian Mata, Fakultas Kedokteran, Universitas

Lebih terperinci

BAB III CARA PEMERIKSAAN

BAB III CARA PEMERIKSAAN BAB III CARA PEMERIKSAAN A. Daftar keterampilan yang harus dikuasai 1. Pemeriksaan ketajaman penglihatan/visus 2. Pemeriksaan posisi dan gerakan bola mata 3. Pemeriksaan lapang pandangan secara konfrontasi

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN 44 Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi/siang Bapak/Ibu, pada hari ini, saya dr. Syarifah Yusriani akan melakukan penelitian yang berjudul Perbedaan retinal nerve fiber

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum 74 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis dalam penelitian faktorfaktor risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum semarang didapati distribusi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Kelamin. Ruang lingkup keilmuan penelitian adalah Ilmu Kesehatan Kulit dan Lokasi pengambilan sampel adalah FakultasKedokteran Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif. Menggunakan desain penelitian observasional dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif. Menggunakan desain penelitian observasional dengan BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimen dengan jenis penelitian kuantitatif. Menggunakan desain penelitian observasional dengan pendekatan prospective

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani pengobatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah sekelompok kondisi metabolik, dicirikan dengan kenaikan kadar glukosa darah dikarenakan ketidakmampuan tubuh untuk menghasilkan insulin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan metode pendekatan cross sectional yaitu mengukur variabel bebas aktivitas olahraga dan variabel

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Neuropati diabetika merupakan komplikasi yang paling sering muncul

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Neuropati diabetika merupakan komplikasi yang paling sering muncul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Neuropati diabetika merupakan komplikasi yang paling sering muncul pada pasien penderita diabetes mellitus (DM). Komplikasi ini terjadi pada 50% pasien dengan DM tipe

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Mata. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di RSUP dr.

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25 57 BAB 5 PEMBAHASAN Subjek penelitian adalah 62 pasien pasca stroke iskemik. Variabel independen adalah asupan lemak, yang terdiri dari asupan lemak total, SFA, MUFA, PUFA dan kolesterol. Variabel dependen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak memproduksi insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan suatu metode analitik-korelasi dengan pendekatan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan suatu metode analitik-korelasi dengan pendekatan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan suatu metode analitik-korelasi dengan pendekatan cross-sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika hubungan antara

Lebih terperinci

LAMPIRAN. I. Data Demografi 1. Nama : 2. Umur dan tanggal lahir : 3. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

LAMPIRAN. I. Data Demografi 1. Nama : 2. Umur dan tanggal lahir : 3. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Pengaruh Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Obat Antidiabetes Oral di Poliklinik Endokrin Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode potong lintang (cross sectional). Metode cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah neurologi dan psikiatri.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah neurologi dan psikiatri. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah neurologi dan psikiatri. 3.2 Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSIDENSI DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYANG DAN LEDOKOMBO

KARAKTERISTIK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSIDENSI DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYANG DAN LEDOKOMBO KARAKTERISTIK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSIDENSI DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYANG DAN LEDOKOMBO Disampaikan Pada Pertemuan Ilmiah Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Jember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan kemakmuran di negara berkembang banyak disoroti. Peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, keberhasilan pembangunan ekonomi di Indonesia telah membuat kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping berhasilnya pembangunan

Lebih terperinci

Visus adalah ketajaman penglihatan. Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan untuk melihat ketajaman penglihatan.

Visus adalah ketajaman penglihatan. Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan untuk melihat ketajaman penglihatan. Visus adalah ketajaman penglihatan. Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan untuk melihat ketajaman penglihatan. Cara memeriksa visus ada beberapa tahap: Menggunakan 'chart' => yaitu membaca 'chart' dari

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Teori Faktor risiko dan etiologi: - Faktor lingkungan - Faktor neurogenik - Faktor hormonal - Faktor genetik Overweight dan obesitas Body Mass Index

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif analitik dengan melihat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif analitik dengan melihat BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif analitik dengan melihat rekam medis pasien katarak senilis pascaoperasi fakoemulsifikasi di Rumah Sakit PKU

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dilakukan di Klinik Penyakit Dalam Instalasi Rawat

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dilakukan di Klinik Penyakit Dalam Instalasi Rawat BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dilakukan di Klinik

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Umur : Pekerjaan : Alamat : Telah menerima dan mengerti penjelasan dokter tentang penelitian Prevalensi Kebutaan Akibat

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr. 36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah akibat tidak terbentuknya insulin oleh sel-β pankreas atau

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Mulut. Lingkup disiplin ilmu penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Gigi dan 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. otak yang terganggu ( World Health Organization, 2005). Penyakit stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. otak yang terganggu ( World Health Organization, 2005). Penyakit stroke BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN PENELITIAN KARAKTERISTIK DAN KONSELING GIZI DENGAN PERILAKU MENJALANI DIIT PADA PENDERITA DIABETES MELITUS YANG BEROBAT DI POLI PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT Roza Mulyani * Penyuluhan kepada pasien dan keluarganya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan kerusakan metabolisme dengan ciri hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme karbohidrat, lemak serta protein yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN... viii SUMMARY...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Diabetes Mellitus (DM) juga dikenal sebagai penyakit kencing manis, penyakit gula darah yang ditandai dengan hiperglikemi ( peningkatan kadar gula darah).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian observasional analitik adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) diperkirakan akan menjadi penyebab kematian nomor tujuh di dunia, DM juga menjadikan penyebab utama penyakit jantung dan stroke dimanalebih

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Tropis. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. observasi analitik. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional atau

BAB III METODE PENELITIAN. observasi analitik. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional atau BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode observasi analitik. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional atau potong

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Bagian Rekam Medik RSUP Dr. Kariadi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. observasi data variabel independen dan variabel dependen hanya satu kali

METODE PENELITIAN. observasi data variabel independen dan variabel dependen hanya satu kali BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional, yaitu penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS GLAUKOMA KRONIK

LAPORAN KASUS GLAUKOMA KRONIK LAPORAN KASUS GLAUKOMA KRONIK NAMA PEMBIMBING : dr. BAMBANG RIANTO, Sp.M DISUSUN OLEH Linda Ayu Permatasari (1102008139) BAGIAN KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT MATA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUBANG SUBANG 2014

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Katarak Asal kata katarak dari bahasa Yunani cataracta yang berarti air terjun. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata yang biasanya bening

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pretest dan posttest

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pretest dan posttest 26 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pretest dan posttest design. Pemeriksaan dilakukan sebelum melakukan senam aerobik dan setelah melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental secara

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental secara BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental secara deskriptif, kemudian menggunakan pendekatan cross sectional yaitu jenis pendekatan penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Penyakit Dalam, sub ilmu Pulmonologi dan Geriatri. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat peneltian ini adalah

Lebih terperinci