BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang. membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan,

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan, ketahanan dan koordinasi (de Boer, 1987). Untuk menghasilkan keseimbangan tersebut atlet sepatu roda elit menghabiskan jam dalam empat belas sesi latihan yang berbeda setiap minggunya pada tahap persiapan. Latihan dengan porsi paling besar yang dijalani oleh atlet sepatu roda adalah jenis latihan endurance yaitu sebesar 40% (Maughan, 2000). Latihan endurance pada atlet kompetitif bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam mencapai kecepatan rata-rata atau power yang paling tinggi pada waktu dan jarak yang telah ditentukan (Mooren, 2012). Namun Sugiharto (2006) mengungkapkan bahwa selain memberikan keuntungan, ternyata latihan endurance dapat menyebabkan adanya gangguan homeostasis dalam tubuh. Latihan endurance intensitas sedang akan memicu peningkatan konsumsi oksigen kali lebih banyak dari keadaan normal dalam rangka memenuhi kebutuhan energi akibat peningkatan kontraksi otot. Seiring dengan peningkatan konsumsi oksigen, produksi reactive oxygen species (ROS) yang merupakan suatu radikal bebas hasil samping proses metabolisme juga akan meningkat (Maughan, 2000; dan Powers, 2008). Peningkatan produksi radikal bebas yang tidak diimbangi kapasitas 1

2 2 antioksidan yang adekuat akan mengakibatkan terjadinya stres oksidatif. Keadaan tersebut akan menyebabkan kerusakan pada seluruh komponen sel, termasuk protein, karbohidrat, lemak dan asam nukleat yang dapat memicu terjadinya infeksi, kesakitan, dan kelelahan kronis (Pingitore dkk., 2015; Souza dkk., 2005; Wilson dan Temple, 2004). Radikal bebas yang terbentuk oleh tubuh akan menyerang asam lemak tidak jenuh ganda pada membran sel yang disebut sebagai reaksi peroksidasi lemak. Peroksidasi lemak, terutama pada asam lemak arakhidonat, asam lemak eikosapentaenoat, dan asam lemak dokosaheksanoat akan menghasilkan senyawa malondialdehid (MDA) yang merupakan salah satu penanda tidak langsung terjadinya stres oksidatif (Pingitore dkk., 2015; dan Souza dkk., 2005). Terbentuknya radikal bebas dapat menyebabkan enzim superoksida dismutase (SOD) yang mengandung zink bergerak ke jaringan yang rusak, dan membuat kadar zink dalam plasma menurun untuk sementara (Micheletti, 2001). Di sisi lain, latihan endurance juga dilaporkan dapat meningkatkan kehilangan zink melalui urin dan keringat (Brouns, 2002). Latihan merupakan stressor yang dapat menggangu homeostasis zink karena peningkatan zink yang hilang. Sementara, zink pada atlet sangat dibutuhkan untuk meningkatkan performa dan sebagai antioksidan (Driskell dan Wolinsky, 2006). Pemberian zink dapat mencegah peningkatan peroksidasi lipid melalui aktivasi sistem antioksidan. Ketika terjadi peningkatan peroksidasi lipid dalam jaringan akibat latihan dengan intensitas yang tinggi, adanya zink dalam jumlah yang cukup dapat menekan reaksi peroksidasi lipid dan mengaktivasi sistem antioksidan tubuh. Zink dapat melindungi gugus sulfihidril dan berkompetisi

3 3 dengan metal prooksidan seperti besi (Fe) dan tembaga (Cu) untuk mengurangi kemampuan mereka dalam memproduksi radikal bebas. Zink juga diketahui dapat mengurangi produksi radikal bebas seperti superoksid dan malondialdehid. Defisiensi zink dapat meningkatkan risiko kerusakan yang diinduksi oleh ROS pada testis, darah, dan liver tikus (Ozturk dkk., 2003). Penjelasan diatas menjadi dasar penulis untuk mengkaji pengaruh pemberian zink terhadap stres oksidatif yang ditandai oleh kadar MDA pada atlet sepatu roda setelah melakukan latihan endurance. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar menentukan intervensi yang sesuai untuk membantu meningkatkan performa atlet dari sudut pandang gizi dan kesehatan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan bahwa masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh latihan endurance terhadap kadar MDA serum pada atlet sepatu roda? 2. Bagaimana pengaruh suplementasi zink terhadap kadar MDA serum atlet sepatu roda? 3. Bagaimana pengaruh suplementasi zink terhadap perubahan kadar MDA serum atlet sepatu roda setelah latihan endurance?

4 4 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh suplementasi zink terhadap kadar MDA serum pada atlet cabang olahraga sepatu roda setelah latihan endurance. 2. Tujuan Khusus a. Mengkaji pengaruh latihan endurance terhadap kadar MDA serum pada atlet sepatu roda b. Mengkaji pengaruh suplementasi zink terhadap kadar MDA serum atlet sepatu roda c. Mengkaji pengaruh suplementasi zink terhadap perubahan kadar MDA serum atlet sepatu roda setelah latihan endurance D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat memberi ilmu dan pengalaman tambahan mengenai nutrien yang dapat diberikan untuk mencegah peningkatan stres oksidatif yang berlebihan paska latihan pada atlet, khususnya atlet pada cabang olahraga endurance. 2. Bagi Atlet Cabang Olahraga Endurance Penelitian ini dapat memberi masukan pada atlet untuk memilih produk makanan atau minuman yang baik dikonsumsi untuk mencegah peningkatan stres oksidatif secara berlebihan paska latihan.

5 5 3. Bagi Institusi Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar untuk memberi masukan kepada instansi atau pembuat kebijakan terkait untuk memberikan dan atau mengembangkan produk makanan maupun minuman yang dapat mencegah peningkatan stres oksidatif yang berlebih pada atlet paska latihan. 4. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar penelitian pengembangan produk dan pemberian intervensi yang sesuai untuk mencegah peningkatan stres oksidatif secara berlebihan yang terjadi pada atlet paska latihan. E. Keaslian Penelitian 1. Effect of Zinc Supplementation on the Antioxidant, Copper, and Iron Status of Physically Active Adolescents (de Oliviera dkk., 2009) Penelitian ini menguji efek suplementasi zink terhadap status antioksidan, zink, dan tembaga pada atlet sepak bola remaja. Penelitian dilakukan pada 47 atlet sepak bola remaja yang terbagi menjadi kelompok perlakuan (n=26) dan kelompok kontrol (n=21). Suplemen zink yang diberikan berupa zink glukonat sebanyak 22 mg/hari selama 12 minggu. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas antioksidan ditandai dengan peningkatan plasma zink, Fe eritrosit, dan penurunan fragilitas eritrosit, namun menyebabkan penurunan Fe dan Cu plasma.

6 6 Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan adalah menguji efek suplementasi zink pada atlet. Sedangkan perbedaannya terdapat pada suplementasi yang diberikan pada penelitian yang dilakukan berupa zink sulfat sebanyak 30 mg/hari selama 6 hari pada 8 atlet sepatu roda. Penelitian ini menguji efek suplementasi terhadap status antioksidan yang diukur dalam kondisi rest, sementara penelitian yang dilakukan menguji efek suplementasi zink terhadap stres oksidatif yang ditandai oleh kadar MDA sebelum dan setelah latihan endurance. 2. Effects of Zinc Deficiency and Supplementation on Malondialdehyde and Glutathione Levels in Blood and Tissues of Rats Performing Swimming Exercise (Ozturk dkk., 2003). Ozturk dkk. melakukan penelitian terhadap 40 hewan coba (tikus Spargue-Dawley) yang dibagi menjadi kelompok defisiensi zink yang melakukan latihan renang, kelompok yang disuplementasi zink dan berenang, kelompok kontrol yang berenang, dan kelompok kontrol tidak berenang. Suplementasi zink diberikan dalam bentuk zink sulfat sebanyak 3 mg/kg/hari selama 4 minggu. Sedangkan latihan renang dilakukan dengan durasi 30 menit per hari selama 4 minggu. Kadar MDA dan glutation diukur setelah 4 minggu perlakuan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa defisiensi zink dan latihan renang dapat meningkatkan kerusakan oksidatif dan suplementasi zink dapat mencegah kerusakan oksidatif tersebut melalui aktivasi sistem antioksidan. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan adalah mengkaji pengaruh suplementasi zink terhadap kadar

7 7 malondialdehid sebagai penanda terjadinya kerusakan oksidatif setelah latihan. Berbeda dari penelitian tersebut, subjek penelitian yang dilakukan adalah atlet sepatu roda yang diberikan suplementasi zink sulfat sebanyak 30 mg/hari selama 6 hari. Selain itu kadar MDA diukur sebelum dan setelah latihan endurance baik sebelum maupun sesudah perlakuan. 3. The Effect of Zinc Supplementation on Plasma Lipids and Low-Density Lipoprotein Oxidation in Males (Gatto and Samman, 1995). Gatto dan Samman melakukan penelitian terhadap 10 laki-laki yang tidak merokok dan tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan dan suplemen. Subjek tersebut diberikan 220 mg zink sulfat/hari selama 4 minggu pertama dilanjutkan dengan placebo selama 4 minggu selanjutnya. Hasilnya terjadi peningkatan kadar zink plasma secara signifikan, serta tidak ada perubahan kadar MDA dan total kolesterol setelah suplementasi zink dibandingkan placebo. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan yaitu menguji pengaruh suplementasi zink terhadap peroksidasi lipid. Sementara perbedaanya adalah subjek penelitian yang dilakukan merupakan individu terlatih (atlet) dan suplementasi yang diberikan dosisnya lebih rendah dan durasinya lebih pendek, yaitu 30 mg zink sulfat/hari selama 6 hari. Selain itu, penanda peroksidasi lipid pada penelitian yang dilakukan diukur sebelum dan setelah latihan endurance serta sebelum dan setelah suplementasi.