BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 46 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Gambaran Perusahaan Nama Perusahaan : PT. Omron Manufacturing of Indonesia Tahun Berdiri : 27 February 1992 Alamat : EJIP Industrial Park Plot 5C Cikarang Selatan 17550, West-Java Luas area / bangunan : m 2 / 32,000 m 2 Capital : US$ 10 Million Jumlah Karyawan : Karyawan (November 2012) Jalur Bisnis : Industri Komponen elektronik 40

2 41 PT. Omron Manufacturing of Indonesia Corporation didirikan oleh Kazuma Tateisi pada tahun Tapi sebenarnya hal tersebut diawali pada tahun 1933 dimana Tateisi mendirikan sebuah pabrik kecil di Osaka yang diberi nama Tateisi Electric Manufacturing Co. Awalnya pabrik tersebut memproduksi timer untuk mesin X Ray dan berlanjut dengan produksi switch, relay, sensor dengan berbagai macam tipe. Perkembangan dan kemajuan yang pesat dan juga dampak Perang Dunia ke-2 mengakibatkan perpindahan pabrik dari Osaka ke Omuro, yaitu suatu desa di kota Kyoto, nama Omron diambil dari nama desa Omuro. Seiring dengan waktu, perkembangan PT. Omron Manufacturing of Indonesia telah bergerak diberbagai bidang industri komponen elektronik, dan mempunyai karyawan sebanyak Karyawan (November 2012). Sebagai wujud peran serta di masyarakat, maka PT. Omron Manufacturing of Indonesia Corporation membuat sebuah motto At Work for A Better Life, A Better World for All (melalui usaha bersama, kita tingkatkan taraf hidup kita dan masyarakat). Sejak saat itu PT. Omron Manufacturing of Indonesia berkomitmen untuk mengikutsertakan dan mensejahterakan masyarakat dimana PT. Omron Manufacturing of Indonesia berdiri. 4.2 Visi, Misi dan Management PT. Omron Manufacturing Of Indonesia Omron Principle Harapan dan tuntutan dari pasar internasional berubah, seiring dengan persaingan globalisasi yang sangat cepat dan ketat, bermacam-macam tekanan dan

3 42 trend dari luar yang memberikan pengaruh kuat, munculnya ketertarikan akan investasi yang bertanggung-jawab atas aspek sosial, semakin meluasnya regulasi/aturan mengenai lingkungan hidup, dan sering terjadinya penyelewengan dalam suatu perusahaan mendorong penanam modal, partner usaha dan organisasi dunia untuk melakukan evaluasi yang ketat pada perusahaan. Semenjak awal dari berdirinya PT. Omron Manufacturing of Indonesia sudah menjadi perusahaan berorientasi CSR (Corporate Social Responsibility). Semangat dibalik moto PT. Omron Manufacturing of Indonesia Indonesia yaitu At work for a better life, a better world for all sangat sesuai dengan konsep CSR masa kini. Filosofi yang sangat mendasar dan esensial dari keberadaan yang harmonis dengan masyarakat tertuang dalam pandangan inti dari Omron Principle.

4 Gambar 4.1. Omron Principles 43

5 Nilai Inti Perusahaan Bekerja demi kesejahteraan masyarakat Pendiri PT. Omron Manufacturing of Indonesia yakin bahwa alasan Group omron ini ada adalah untuk melayani masyarakat, dan bahwa hal ini tercapai maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan serta pertumbuhan jangka panjang. Beliau juga percaya bahwa hanya perusahaan yang bisa memberikan nilai tambah dan memenuhi kebutuhan sosialnya akan mendapat kepercayaan dan hormat dari masyarakat. Dalam konteks ini, PT. Omron Manufacturing of Indonesia akan berjuang untuk menjadi warga perusahaan yang berharga yang memberikan komitmen untuk : 1. Membangun kepercayaan dan keyakinan dengan seluruh rekanan usaha melalui hubungan yang bersifat membangun. 2. Menunjukan integritas, keadilan, dan keterbukaan dalam seluruh aktifitas usaha. 3. Memberikan kontribusi terhadap perkembangan masyarakat yang terus menerus dengan menempatkan kebutuhannya secara seimbang, dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi, lingkungan, dan akibat sosial dari setiap tindakan.

6 Prinsip-Prinsip Manajemen Dalam menjalankan usahanya, PT. Omron Manufacturing of Indonesia mempunyai prinsip-prinsip manajemen sebagai salah satu pegangan dalam upaya mengelolah usahanya, adapun prinsip-prinsipnya sebagai berikut: 1. Menantang diri sendiri untuk selalu melakukan yang lebih baik. Group memandangdiri sendiri selalu menjadi perusahaan yang berkembang besar danberjuang untuk terus menerus mengambil tantangan baru. 2. Inovasi yang didorong oleh kebutuhan sosial. Dengan melakukan kapitalisasi dalam kompetensi utama group atas kepemilikan teknologi system control dan sensor, group secara terus men erus mempromosikan kreatifitas dan inovasi, menarik inspirasi dari potensi yang dibutuhkan masyarakat dimasa mendatang 3. Menghargai kemanusiaan. PT. Omron Manufacturing of Indonesia memutuskan untuk mengambil bagian dalam mengembangkan masyarakat dimana setiap orang dapat menghargai kehidupan dan mengalami kebanggaan dalam suatu pencapaian dan secara bersamaan menyadari sepenuhnya potensi manusia dalam ilmu pengetahuan Komitmen Management Dalam menjalankan usahanya, PT. Omron Manufacturing of Indonesia mempunyai komitmen manajemen sebagai aturan dasar bagi perusahaan untuk

7 46 melaksanakan praktek manajemen berdasarkan prinsip manajemennya, adapun komitmen manajemennya adalah sebagai berikut: 1. Menghargai Individu dan Keragamannya Kami menghargai setiap individu dan keragaman dari seluruh karyawan yang ada sekarang maupun yang akan datang, dan mendukung orang-orang yang menunjukan kepercayaan diri. 2. Kepuasan Pelanggan yang Maksimal Kita mengarahkan untuk memaksimalkan kepuasan pelanggan berdasarkan kebijakan Quality First dan dengan memberikan produk dan layanan yang terbaik. 3. Membangun Relasi Dengan Pemegang Saham Kita mengarahkan untuk memenuhi kebutuhan para pemegang saham dengan meningkatkan nilai perusahaan dan memberikan nilai pada pemegang saham kita tingkat pengembalian yang memadai dalam bentuk dividen, sambil mempromosikan praktek manajemen yang memberikan kita kepercayaan jangka panjang dari pemegang saham. 4. Kesadaran dan penerapan Corporate Citizenship Sebagai bagian dari masyarakat global, kita berusaha untuk memberikan kontribusi terhadap perkembangan ekonomi dan budaya disetiap daerah

8 47 dimana group beroperasi, sambil berusaha untuk menjaga sumber alam dan lingkungan Prinsip Acuan Pelaksanaan Dalam menjalankan usahanya, PT. Omron Manufacturing of Indonesia mempunyai prinsip acuan pelaksanaan sebagai prinsip pelaksanaan yang harus diutamakan dan dilaksanakan oleh setiap karyawan dalam aktifitas sehari-hari, adapun prinsip acuan pelaksanaannya adalah sebagai berikut: 1. Quality First (Utamakan kualitas) Secara terus menerus berusaha untuk meningkatkan kualiras produk dan pelayanan yang kita tawarkan dan akan meneruskan konsep kualitas tersebut kesetiap aspek pekerjaan. 2. Komitmen yang Kuat Untuk Menantang Diri Sendiri Mencari tantangan untuk enciptakan nilai-nilai baru dengan target yang tinggi, menunjukan semangat yang tinggi, dan secara konsisten berusaha menuju pencapaian yang lebih besar. 3. Integritas dan Etika yang Tinggi Secara ketat mengikuti hokum, regulasi, dan aturan-aturan yang berlaku selama melaksanakan kegiatan operasional sehari-hari dengan etika yang

9 48 tinggi berdasarkan kesadaran yang kuat atas tanggungjawab social dan keyakinan yang baik. 4. Keyakinan Diri dan Saling Mendukung Berfikir dan bertindak dengan percaya diri, mendukung kerjasama tim dengan saling menghargai Visi PT. Omron Manufacturing of Indonesia Perusahaan PT. Omron Manufacturing of Indonesia mempunyai Visi, adapun visinya adalah menjadi perusahaan manufaktur komponen elektronik yang terbaik yang mampu bersaing secara kompetitif dalam hal Kualitas dan Biaya (To be best Electronic Manufacture Component factory in Quality and Cost Competitiveness) Misi PT. Omron Manufacturing of Indonesia Perusahaan PT. Omron Manufacturing of Indonesia mempunyai Misi, adapun misinya adalah Mengungguli persaingan yang kompetitif dengan mengurangi F-Cost dan Customer Claim, meningkatkan nilai tambah perusahaan, dan mengurangi Manufacturing Cost. (Reduce F-Cost & Costumer Claim, Increase Manufacturing Value Added, Reduce Manufacturing Cost, Strengthen PT. OMI Indonesia Competitiveness).

10 Produk dan Kebijakan Mutu PT. Omron Manufacturing of Indonesia Produk Perusahaan PT. Omron Manufacturing of Indonesia adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang sektor industri elektronik. Hasil produksi perusahaan di ekspor ke beberapa negara seperti Australia, Asia, dan Eropa. Saat ini perusahaan menghasilkan produk dibidang elektronik antara lain Sensor, Switch, Relay, Socket dengan berbagai macam jenis tipe sesuai dengan jenis penggunaannya seperti pada gambar dibawah ini: 1. Produk Untuk Aplikasi Ampere Kecil Tabel 4.1. Produk Aplikasi Low Ampere

11 50 Gambar 4.2. Produk Low Ampere 2. Produk Untuk aplikasi Ampere Besar Tabel 4.2. Produk Aplikasi High Ampere

12 51 Gambar 4.3. Produk High Ampere 3. Produk Switch dan Sensor Assy Tabel 4.3. Produk Aplikasi Switch dan Sensor Type D3M D3D L-Type D3DC D2FD C4V P8 SS A8L A8GS D2X Application AC, Refrigerator Refrigerator Oven AC Washing Machine Magic Lantern Printer Electric Curtain Foto Copy Machine, Power Lamp Switch Auto Selonoid Printer

13 52 Gambar 4.4. Produk Switch dan Sensor Kebijakan Mutu Perusahaan PT. Omron Manufacturing of Indonesia merupakan perusahaan yang berstandar Internasional. Produk PT. Omron Manufacturing of Indonesia telah memenuhi kriteria standar internasional, hal ini dibuktikan dengan telah disertifikasinya PT. Omron Manufacturing of Indonesia oleh ISO (International Standard Organization). ISO merupakan badan yang mengeluarkan sertifikasi Internasional mengenai standar-standar yang dipakai dalam dunia usaha, baik usaha di bidang manufaktur, usaha di bidang jasa, usaha di bidang kesehatan dan usahausaha lain sebagainya. Selain itu, PT. Omron Manufacturing of Indonesia juga mendapatkan beberapa sertifikasi sosial atas beberapa kegiatan yang dilakukannya,

14 53 seperti sertifikasi QIG dari Matsushita, Epson Green Product, Samsung SQCI, Samsung Eco Partner, Epson Chemical Management System, Sony Green Partner, ICQCC Award dan ECB Best Practice. Seluruh Produk yang dihasilkan oleh PT. Omron Manufacturing of Indonesia telah memenuhi standard dari IEC (International Electronic Commision) serta standard nasional di berbagai Negara tujuan distribusi produk seperti United Stated (UL), Canada (CSA), Jerman (VDE dan TUV), berikut adalah beberapa sertifikat yang berhasil diraih : Gambar 4.5. Sertifikasi Standar Mutu dan Penghargaan PT. Omron Manufacturing of Indonesia

15 Pengolahan Data Bentuk Fisik Produk Sebelum membahas lebih dalam mengenai penelitian ini maka lebih baiknya untuk mengenal bentuk fisik dari produk tipe A8L yang menjadi objek penelitian ini. Gambar 4.6. Bentuk Fisik Produk tipe A8L Proses Produksi Produk Switch Tipe A8L Untuk lebih memahami pembahasan maka penulis akan meguraikan proses produksi switch tipe A8L. Penguraian proses produksi ini dibahas secara berurutan, mulai dari proses pertama, kedua kemudian sampai proses berikutnya sampai selesai menjadi produk jadi. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut: 1. Proses Terminal Insert. Proses Terminal Insert adalah proses memasang terminal-terminal yang terbuat dari bahan konduktor ke dalam bagian Case Switch. Dalam kegunaannya terminal berfungsi sebagai penghantar listrik utama. Proses ini terdiri dua stasion.

16 55 Gambar 4.7. Proses Terminal Insert 2. Proses Terminal Pressing. Proses Terminal Pressing adalah proses menekan/mengepress antara bagian Case dengan Terminal agar posisi Terminal benar-benar dalam posisi yang tepat di dalam bagian Case. Gambar 4.8. Proses Terminal Pressing

17 56 3. Proses Terminal Coulking. Proses Terminal Coulking adalah proses membelah sedikit bagian Terminal yang berada di area luar Case, tujuan dari proses ini supaya posisi Terminal sedikit terbelah dan mengunci ke Case sehingga posisi terminal kencang. Gambar 4.9. Proses Terminal Coulking 4. Proses Appearance Terminal Coulking. Proses Appearance Terminal Coulking adalah proses pemeriksaan hasil dari proses Terminal Coulking secara visual, tujuan dari proses ini adalah untuk mengetahui apakah terjadi abnormal seperti produk pecah, tergores, kurang press, terminal bengkok atau kendor.

18 57 Gambar Proses Appearance Terminal Coulking 5. proses Sucking Blowing. proses Sucking Blowing adalah proses untuk membersihkan Produk dari dust (debu) dengan cara di blowing (ditiup) dengan angin agar kotoran atau debu yang menempel di produk jatuh dan di Sucking (disedot) dengan Vaccum agar kotoran yang telah lepas tidak menempel lagi ke produk. Gambar Proses Sucking Blowing

19 58 6. Proses Greassing. Proses Greassing adalah proses pemberian pelumas ke bagian Terminal yang menjadi tumpuan gesekan antara Terminal dengan Moving. Gambar Proses Greassing 7. Proses Appearance Greassing. Proses Appearance Greassing adalah proses untuk memeriksa apakah letak posisi dan jumlah Greass yang berada diproduk sudah tepat dan sesuai standar atau tidak. Gambar Proses Appearance Greassing

20 59 8. Proses Moving Insert. Proses Moving Insert adalah proses memasang komponen Moving kedalam Case. Kegunaan Moving adalah sebagai penghantar listrik dimana bagian Contact Moving dan Contact Terminal dalam kondisi NO (Normally Open) atau NC (Normally Close). Proses ini terdiri dua stasion. Gambar Proses Moving Insert 9. Proses Spring Insert. Proses Spring Insert adalah proses pemasangan komponen Spring kedalam produk. Kegunaan dari Spring ini untuk mengatur kondisi Phuss Button pada saat Phuss Button di tekan. Proses ini terdiri dua stasion.

21 60 Gambar Proses Spring Insert 10. Proses Button Insert. Button Insert adalah proses pemasangan Button. Tujuan dari pemasangan Button ini dalah untuk merubah posisi kerja produk dari kondisi NO (Normally Open) ke kondisi NC (Normally Close) ataupun sebaliknya dengan cara menekan Button. Proses ini terdiri dua stasion. Gambar Proses Button Insert

22 Proses Feeling Check. Proses Feeling Check adalah proses pemeriksaan dari kondisi Button ditekan berulang-ulang, apakah proses penekanan Button itu lancar atau tidak. Biasanya jika terjadi masalah maka gerakan Button tidak lancar dan akan terasa seret, macet atau keras. Gambar Proses Feeling Check 12. Proses High Voltage Inspection (HV). Proses High Voltage Inspection adalah proses pemeriksaan ketahanan/kemampuan produk saat di beri tegangan listrik. Tegangan yang digunakan sebesar 1250 Volt.

23 62 Gambar Proses High Voltage Inspection 13. Proses Contact Resistant Inspection (CR). Proses Contact Resistant Inspection adalah proses pemeriksaan seberapa besar hambatan yang dimiliki produk dalam bekerja. Semakin besar nilai hambatan (R) maka semakin menurn kualitas produk, begitupun sebaliknya. Gambar Proses Contact Resistant Inspection

24 Proses Release Position Inspection (RP). Proses Release Position Inspection adalah proses pemeriksaan seberapa jauh jarak saat kondisi produk melepaskan kontaknya dari posisi NO (Normally Open) ke NC (Normally Close) ataupun sebaliknya. Satuan dari jarak RP adalah Milimeter. Proses ini terdiri dua stasion. Gambar Proses Release Position Inspection 15. Proses Marking Lot. Proses Marking Lot adalah proses pemberian nomor lot number produksi. Proses lot number ini menggunakan mesin laser.

25 64 Gambar Proses Marking Lot 16. Proses Appearance 1. Proses Appearance 1 adalah proses pemeriksaan fisik produk secara visual meliputi pemeriksaan kondisi Terminal, Case, Button. Gambar Proses Appearance 1

26 Proses Appearance 2. Proses Appearance 2 adalah proses pemeriksaan fisik produk secara visual meliputi pemeriksaan kondisi Marking Case dan Marking Lot. Proses ini merupakan proses akhir dari pembuatan produk di line. Gambar Proses Appearance Jenis Defect Produk Type A8L Dalam memproduksi produk type A8L tidak sedikit masalah yang terjadi pada proses berlangsungnya pembuatan produk tersebut, hal ini mengakibatkan Defect pada produk. Berdasarkan hasil pengamatan maka jenis Defect yang terjadi pada produk type A8L adalah sebagai berikut : a) Case Scratch, yaitu kondisi part tergores. b) Case Shortmold, yaitu kondisi part yang berbahan plastik mempunyai bentuk yang tidak sempurna akibat cacat pada proses molding. c) Case Dented, yaitu kondisi part dalam keadaan gumpil.

27 66 d) Case Crack, yaitu kondisi part dalam keadaan retak, pecah ataupun rusak. e) No Contact, yaitu kondisi Terminal atau Moving tanpa ada contact, hal ini biasanya disebabkan karena initial part (problem pada proses stamping part). f) Change Colour, yaitu kondisi dimana terjadinya perubahan warna pada part. g) Finger print, yaitu kondisi produk yang terkontaminasi langsung oleh jari tangan manusia sehingga jejak sidik jarinya tertinggal di produk. h) CR (Contact Resistant) Out, yaitu kondisi dimana nilai resistan (R) produk melebihi batas nilai yang ditentukan (Out Range) atau bahkan nilai R nya tidak terbaca (nol). i) HV (High Voltage) Out, yaitu kondisi dimana terjadinya loncatan arus listrik pada saat kondisi switch dalam keadaan normal (tidak di operasikan) ketika switch diberi tegangan tinggi. j) Felling NG, yaitu kondisi dimana felling dari switch ketika dioperasikan tidak smooth (tidak halus/macet). k) RP (Release Position) Out, yaitu kondisi dimana posisi lepasnya Contact dari kondisi operasi ke kondisi awal dengan nilai melebihi batas yang ditentukan (Out Range) atau bahkan nilai nya dibawah batas yang ditentukan.

28 Pengolahan Data Pengolahan Data Sebelum Perbaikan Data yang dikumpulkan dari hasil penelitian adalah data mengenai produksi line produksi Switch Type A8L yaitu Takt Time proses, jumlah output dan data Claim. Untuk lebih jelasnya mengenai data tersebut maka perhatikan berikut ini: 1. Data Takt Time Proses Line A8L Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, di dapat data Takt Time dari masing-masing proses produksi, data tersebut terlihat seperti dibawah ini: Gambar Data Takt Time Proses Line A8L

29 68 2. Data Output Produksi Tipe A8L Produk Switch tipe A8L merupakan produk yang bisa digunakan pada tegangan tinggi atau pun rendah. Kondisi line produksi yang manual dengan memerlukan jumlah operator yang banyak merupakan line produksi yang kurang ideal bagi sistem manufaktur di indonesia. Line manual mempunyai beberapa kekurangan, diantaranya jumlah output yang kurang maksimal, berikut ini merupakan output yang dicapai selama tiga bulan: Tabel 4.4. Jumlah Output tipe A8L Selama Bulan Januari Maret 2012 Month Output (pcs) Jan (Week 1) Jan (Week 2) Jan (Week 3) Jan (Week 4) Jan (1 Day) Feb (Week 1) Feb (Week 2) Feb (Week 3) Feb (Week 4) Feb (1 Day) Mar (Week 1) Mar (Week 2) Mar (Week 3) Mar (Week 4) Mar (1 Day) Total

30 69 Target Gambar Output tipe A8L Selama Tiga Bulan Terhadap Target Produksi. Dari data pencapaian output produksi selama tiga bulan terakhir pada produk tipe A8L diatas, maka dapat diambil pengertian bahwa dengan kondisi line manual seperti ini pencapaian output sesuai target pada tiap bulannya merupakan sesuatu yang cukup sulit, oleh karena itu perlu diadakannya perbaikan yang memfokuskan aktivitas perbaikan produktivitas kinerja dan kualitas pada produk tipe A8L. Penyebab terbesar kurangnya output produksi disebabkan karena terlalu seringnya mesin Inspection mengalami Break Down pada saat produksi sedang berjalan. Masalah Break Down mesin sudah menjadi masalah klasik dan disebabkan karena penggunaan bahan spare part yang kualitasnya kurang baik, seperti penggunaan bahan dan ukuran probe yang kecil, cylinder yang tidak tepat dalam aplikasi dan lain sebagainya. Berikut merupakan data Break Down Mesin selama tiga bulan terakhir:

31 70 Tabel 4.5. Data Break Down Mesin Inspection Selama Tiga Bulan Break Down Machine CR Insp Month Week Time (min) Month Week Time (min) Month Week Time (min) Jan 1 42 Feb 1 22 Mar Day 0 1 Day 0 1 Day 0 Jumlah Total 565 min Break Down Machine HV Insp Month Week Time (min) Month Week Time (min) Month Week Time (min) Jan 1 11 Feb 1 0 Mar Day 0 1 Day 0 1 Day 0 Jumlah Total 146 min Break Down Machine RP 1&2 Insp Month Week Time (min) Month Week Time (min) Month Week Time (min) Jan 1 10 Feb 1 0 Mar Day 0 1 Day 0 1 Day 0 Jumlah Total 87 min

32 71 Break Down Machine Coulking Month Week Time (min) Month Week Time (min) Month Week Time (min) Jan 1 0 Feb 1 0 Mar Day 0 1 Day 0 1 Day 0 Jumlah Total Tabel 4.6. Data Break Down Mesin Uninspection Selama Tiga Bulan 70 min Break Down Machine S/B Month Week Time (min) Month Week Time (min) Month Week Time (min) Jan 1 0 Feb 1 4 Mar Day 0 1 Day 0 1 Day 0 Jumlah Total 20 min Break Down Machine Marking Month Week Time (min) Month Week Time (min) Month Week Time (min) Jan 1 0 Feb 1 0 Mar Day 0 1 Day 0 1 Day 0 Jumlah Total 28 min

33 72 Dalam upaya meningkatkan produktivitas kinerja maka perusahaan PT. Omron Manufacturing of Indonesia menggunakan manajemen indeks untuk mengukur tingkat produktivitas kinerja. Manajemen indeks yang digunakan dalam adalah Production Time (PT) dan Productivity Performance. Production Time (PT) adalah waktu yang diperlukan oleh sejumlah orang operator untuk menghasilkan produk, sedangkan Productivity Performance adalah produktivitas kinerja produksi yang telah dicapai terhadap output. Adapun formulasinya adalah sebagai berikut : Dimana: Production Time (sec.opt/pcs) = Working hours (sec) x jumlah operator Target Output - Working hours merupakan waktu dalam satuan detik. 480 menit (28800 detik) - Jumlah operator merupakan banyaknya operator yang mengerjakan. Terdapat 21 operator di line produksi A8L - TO merupakan Target Output produk jadi yang harus dicapai dalam satuan pcs. Target Output (pcs) = Working hours (sec) x Effisiensi(%) Speed line process (sec/pcs) Dimana: - Working hours merupakan waktu dalam satuan detik. 480 menit (28800 detik)

34 73 - Effesiensi merupakan besarnya keefesienan line produksi berjalan dalam satuan persen. Effisiensi yang digunakan sebesar 85%. - Speed line process merupakan kecepatan dari masing-masing proses dalam menghasilkan produk dalam satuan detik/pcs.speed yang digunakan 4,13 detik. Productivity performance = Hasil yang dicapai Hasil yang harus dicapai = Actual Output Target Output Dimana: - Jumlah produk yang berhasil dibuat. - TO merupakan Target Output produk jadi yang harus dicapai dalam satuan pcs. Nilai Production Time (PT) berbanding terbalik dengan Productivity performance (output) yang dihasilkan. Jika Nilai Production Time (PT) besar, maka Productivity performance (output) bernilai kecil. Sebaliknya Jika Nilai Production Time (PT) kecil, maka Productivity performance (output) bernilai besar. Untuk lebih jelas mengenai hubungan Nilai Production Time (PT) dan nilai Output, maka perhatikan gambar dibawah:

35 74 Hubungan PT dengan Productivity Performance PT Productivity Performance Gambar Hubungan keterkaitan Production Time dengan Productivity Performance Berdasarkan kondisi line produksi dan aturan perusahaan maka perhitungan manajemen indeks yang digunakan adalah sebagai berikut: Target Output (pcs) = Working hours (sec) x Effisiensi(%) Speed line process (sec/pcs) = sec x 85% 4,13 sec = pcs Production Time (sec.opt/pcs) = Working hours (sec) x jumlah operator Target Output = sec x 21opt pcs = 102,04 sec.opt/pcs Dari data output produksi selama tiga bulan berturut-turut terlihat bahwa produksi tidak bisa mencapai target, kurangnya output membuktikan bahwa

36 75 produktivitas kinerjanya tidak maksimal, berikut pencapaian produktivitas kinerja rata-rata selama bulan Januari, Februari dan Maret tahun 2012: Average Production = [Jan+Feb+Mar] / 3 = [ ] / 3 = pcs/month Productivity Performance = Actual output Target Output = / = 0,98 3. Data Claim Produk Tipe A8L Claim produk merupakan pengembalian produk yang sudah jadi di karenakan produk tersebut memiliki cacat terhadap kualitas (Defect). Berdasarkan dari data Claim yang telah berhasil dikumpulkan maka berikut ini merupakan data Claim produk tipe A8L : A8L CLAIM Month High Voltage (HV) (pcs) Contact Resistan (CR) (pcs) Release Position (RP) (pcs) Coulking (pcs) Jan Feb Mar Jumlah Total Tabel 4.7. Claim tipe A8L Selama Tiga Bulan 549 (pcs)

37 76 Berdasarkan dari data diatas, frekuensi Claim pada produk tipe A8L tergolong cukup tinggi dan hal ini harus dilakukan perbaikan secepatnya, untuk melakukan perbaikan yang tepat terhadap Defect ini mka perlu dilakukan analisa agar langkah perbaikan bisa dilakukan dengan tepat. Dalam melakukan analisa terhadap permasalahan maka digunakan diagram Pareto sebagai alat bantu untuk mengetahui faktor terbesar penyebab Claim, untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah ini: Gambar Data Claim Produk Tipe A8L Tabel 4.8. Data Claim Produk Tipe A8L No Jenis Defect Frekuensi Presentase (%) Presentase Kumulatif (%) 1 Contact Resistant ,47 58,47 2 High Voltage ,4 78,87 3 Release Position 99 18,03 96,9 4 Coulking 17 3,1 100 Total

38 77 Dari data Claim produk diatas, dapat di lihat Claim terbesar adalah Contact Resistant sebesar 58,47% (321 pcs), High Voltage sebesar 20,4% (112 pcs) dan Release Position sebesar 18,03% (99 pcs) dengan total akumulasi keseluruhan 96,9% (532 pcs). Secara proses kerja, proses bagian tersebut dibutuhkan ketelitian yang lebih dibandingkan dengan proses lainnya. Faktor terbesar Claim tersebut di sebabkan oleh Humman Error Alur Proses Produksi A8L Dalam menganalisa permasalaha yang diangkat, maka memahami alur proses produksi Switch tipe A8L sangat bisa membantu untuk mengambil langkah selanjutnya, adapun alur proses produksinya adalah sebagai berikut:

39 78 1. Terminal Insert 1 PROCESS 13 BUTTON S/ B PROCESS 14 BUTTON INSERTING PROCESS 12 SPRING INSERTING PROCESS 9 MOV.PLATE INSERTING PROCESS 7 TERM. GREASING PROCESS 6 TERM. CHECK PROCESS 5 TER. BEND 2 PROCESS 3, TER. CAULKING PROCESS 2, TER.PRESSING PROCESS 21 APP 2 20 PROCESS 20 APP 1 19 PROCESS 19 TERM.PICH GAUGE INSP 18 PROCESS 18 RP INSPECTION PROCESS 17 CR INSP. 15 PROCESS 16 HV INSP PROCESS 15 FLICKERING PROCESS 8 MICROSCOPE Terminal Insert 2 3. Terminal Press 4. Terminal Coulking 5. Appearance Terminal Coulking 6. Greassing 7. Appearance Greassing 8. Movable Insert 1 9. Movable Insert Spring Insert Spring Insert Button Insert Button Insert Feeling Check 15. High Voltage Inspection 16. Contact Resistant Inspection 17. Release Position Release Position Marking Lot 20. Appearance Appearance 2 Gambar Alur Proses Produksi Produk Tipe A8L

40 Analisa Diagram Sebab Akibat (Fish Bone) Setelah memahami dan mengetahui mengenai permasalahannya maka tahap berikutnya mencari faktor-faktor yang bisa menyebabkan terganggunya terjadinya defect yang akhirnya terjadi Claim. Tahap selanjutnya penulis akan menggunakan alat bantu Diagram sebab akibat (Fish bone Diagram) untuk mengetahui akar penyebab / pangkal timbulnya permasalahan. Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan masalah dengan kemungkinan penyebabnya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi dari penyebab terjadinya defect produk secara umum adalah sebagai berikut: 1. Manusia (Man), Adalah para pekerja atau operator yang terlibat dalam proses produksi. 2. Material (Material), Adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh perusahaan untuk membuat produk. 3. Mesin (Machine), Adalah semua peralatan yang digunakan dalam membantu proses produksi di line. 4. Metode (Methode), Adalah segala sesuatu cara atau metode yang dipakai dalam proses produksi. 5. Lingkungan (Environment), Keadaan sekitar perusahaan secara langsung maupun tidak langsung yang mempengaruhi lingkungan kerja pada proses produksi.

41 80 Setelah berhasil diketahui jenis-jenis defect yang dominan seperti yang digambarkan pada diagram pareto di atas, maka tahap selanjutnya mencari peyebabpenyebab defect yang mengakibatkan Claim tersebut dengan menggunakan alat bantu Fishbone Diagram untuk menelusuri dari faktor 4M + 1E. Environment Man Machine AC kurang optimal Suhu ruangan panas Pencahayaan tidak standar Penglihatan kurang nyaman Terminal bend Operator kurang paham Miss shortir Operator baru Part scratch Program tidak ngantuk safety Kurang fokus Probe dan Prod. lolos Recetacycle tidak terlalu kecil terinspection bercanda ngobrol Kelelahan Pengecheck an range tidak rutin Metode Coulking salah Cylinder lemah Karet seal bocor Cara menekan button yang salah Spare part tidak bagus Wiring power tidak tepat WGS kerja kurang jelas Redswitch intermitent Produk Defect Material Method Gambar Diagram Fish Bone Permasalahan Produk Defect

42 81 Dari diagram Fish Bone diatas, masalah pada produk defect dapat disebabkan oleh beberapa faktor berikut: 1. Faktor Manusia (Man) a. Operator Baru sehingga belum begitu mengerti bekerja yang baik seperti bagaimana. b. Produk lolos tidak dilakukan inspection karena operator tidak fokus, ngantuk, bercanda, ngobrol dalam bekerja dan merasa lelah. c. Operator kurang paham mengenai pekerjaannya walaupun dia sudah cukup lama dibagian proses tersebut. 2. Faktor Mesin (Machine) a. Cylinder lemah dikarenakan seal pada shaft cylinder bocor/rusak. b. Redswitch cepat intermitend/rusak, hal ini dikarenakan sistem wiring power kelistrikan yang kurang tepat sehingga sinyal dari Redswitch tidak sinkron dengan program mesin. c. Spare part kurang bagus hal ini mengakibatkan Mesin cepat rusak karena spare part rusak atau terlalu kecil. d. Program tidak safety hal ini mengakibatkan rangkaian proses inspection kurang sempurna. 3. Faktor Metode (Method) a. WGS (Work Guide Sheet) kurang jelas, hal ini mengakibatkan cara kerja operator tidak tepat dikarenakan operator tidak bisa menangkap arti dari WGS.

43 82 b. Metode Coulking yang salah mengakibatkan terminal scratch dan bend. c. Pengecheckan range yang tidak dilakukan secara rutin, sebaiknya dilakukan pengecheckan setiap 1 jam sekali dengan mengambil beberapa sample produk. Hal ini bertujuan untuk memastikan produk yang di proses masih masuk dalam kualitas yang baik. d. Cara menekan button yang salah saat proses inspection mengakibatkan sinyal GOOD produk pada program mesin tidak mencapai nilai yang semestinya. Minimal menekan button pada kondisi NO dan NC sebanyak tiga kali. 4. Faktor Material (Material) a. Part bend, kondisi part yang memang sudah bend (bengkok) dari awal lalu part tersebut tidak terdeteksi setelah dilakukan shorter. b. Part scratch, kondisi part yang permukaannya memiliki goresan-goresan kecil, hal ini di sebabkan penanganan material yang kurang tepat. 5. Faktor Lingkungan (Environment) a. Suhu ruangan kerja panas, karena fungsi dari Air Conditioner (AC) kurang optimal. b. Penglihatan kurang nyaman, karena sistem pencahayaan yang tidak standar Perbaikan Berdasarkan Diagram Fish Bone diatas, telah diketahui penyebab permasalahannya, maka tahap selanjutnya dilakukan perbaikan. Adapun perbaikan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

44 83 1. Faktor Manusia (Man) a. Diadakan pelatihan (Trainning) mengenai produk Switch A8L kepada eluruh karyawan yang bekerja di bagian pembuat produk tersebut. b. Tidak mengganti-gantikan operator dalam satu proses ke proses lain. c. Khusus untuk karyawan yang menjabat Leading dan Leader di line A8L di wajibkan menguasai semua pengetahuan mengenai Assembly hingga Character Inspection, serta bisa melakukan pengukuran Character Inspection secara manual. 2. Faktor Mesin (Machine) a. Mengganti mesin yang lama (manual) dengan mesin yang baru (Auto) dengan sistem LCA (Low Cost Automachine). b. Menggunakan spare part yang standar pada setiap aplikasi fungsi mesin, agar mesin lebih tahan lama, stabil dan awet. c. Wiring power kelistrikan dilakukan dengan mengacu pada peraturan standar Internasional.

45 Gambar Pergantian Mesin Manual Feeling, HV, CR dan RP Inspection Menjadi Mesin Auto Inspection 84

46 85 3. Faktor Metode (Method) a. Dibuat WGS (Work Guide Sheet) yang jelas, sehingga operator bisa mengerti arti dari WGS tersebut dan dapat bekerja dengan baik. b. Setiap satu jam sekali dilakukan pengukuran Character Inspection produk secara manual dengan mengambil beberapa Sample produk yang sudah jadi. Pengukuran tersebut dilakukan di bagian QA (Quality Assurance). 4. Faktor Material (Material) a. Sebelum part di pakai untuk produksi maka dilakukan pengecheckan part (Shorter) terlebih dahulu. b. Dibuatkan WGS untuk penanganan material (Material Handling). Gambar Pengecheckan Material (Shorter) Sebelum material Dipakai Untuk Produksi

47 86 5. Faktor Lingkungan (Environment) a. Menambah AC (Air Conditioner) pada ruang produksi dan melakukan kontrol terhadap suhu ruangan produksi agar suhu ruangan tidak panas. b. Mengganti daya lampu penerangan dengan daya yang lebih besar agar di dapat pencahayaan yang baik. Gambar Alat Ukur Temperature Suhu Ruangan Kerja Pengolahan Data Setelah Perbaikan Setelah semua data dikumpulkan dan di olah, maka tahap selanjutnya akan membahas perbaikan yang dilakukan. Seperti yang sudah di bahas sebelumnya objek yang di angkat adalah line produksi tipe A8L dimana terjadi permasalahan terhadap produktivitas kinerja dan Claim. Seperti yang sudah kita ketahui dengan melihat diagram pareto diatas sebagian besar permasalahan terjadi di dalam line produksi,

48 87 selain itu dengan melihat diagram fish bone maka kita bisa melihat faktor terbesar penyebab permasalahan adalah faktor Humman. Faktor Humman sangat erat kaitannya dengan masalah produktivitas kinerja dan Claim diatas. Setelah pihakpihak yang bersangkutan melakukan Brain Storming, maka perbaikan yang akan dilakukan adalah dengan mengganti proses kerja Inspection yang dilakukan oleh operator diganti dengan menggunakan mesin Penerapan Sistem Low Cost Automachine (LCA) Penerapan konsep ini bertujuan untuk menyelesaikan permasalahanpermasalahan yang terjadi di line produksi A8L. Sistem Low Cost Automachine (LCA) adalah menerapkan suatu mesin yang dapat menggantikan fungsi kerja dari operator dengan sistem automatisasi. Mesin LCA (Low Cost Automachine) yang dimaksud adalah mesin Feeling Check, High Voltage Inspection, Contact Resistant Inspection dan Release Position 1 dan 2. Performance kinerja mesin jauh lebih baik dibanding dengan menggunakan operator. Kontinuitas dan kestabilan mesin dalam membuat produk menjadikan mesin lebih unggul dibanding manusia. Dari segi kontinuitas sudah sangat jelas mesin bekerja secara terus menerus dan dari segi kosistensi pengecheckan juga unggul, terlebih mesin ini memiliki kemampuan buatan yang cukup pintar dan perbaikan dari segi penggunaan bahan spare parts mesin seperti penggantian penggunaan bahan Probe, Recetacycle, Kabel, Ohm Meter dan lain sebagainya, dengan demikian Break

49 88 Down Mesin bisa di tekan sekecil mungkin. Dengan digantinya fungsi kerja operator maka layout line produksi mengalami perubahan seperti nampak dibawah ini:

50 89 PROCESS 13 BUTTON S/ B PROCESS 14 BUTTON INSERTING PROCESS 12 SPRING INSERTING PROCESS 9 MOV.PLATE INSERTING PROCESS 7 TERM. GREASING PROCESS 6 TERM. CHECK PROCESS 5 TER. BEND 2 PROCESS 3, TER. CAULKING PROCESS 2, TER.PRESSING PROCESS 21 APP 2 16 PROCESS 20 APP 1 PROCESS 19 TERM.PICH GAUGE INSP 15 PROCESS 15 PROCESS 16 PROCESS 17 PROCESS 18 FLICKERING HV INSP. CR INSP. RP INSPECTION PROCESS 8 MICROSCOPE Auto Machine Insp. 1. Terminal Insert 1 2. Terminal Insert 2 3. Terminal Press 4. Terminal Coulking 5. Appearance Terminal Coulking 6. Greassing 7. Appearance Greassing 8. Movable Insert 1 9. Movable Insert Spring Insert Spring Insert Button Insert Button Insert Feeling, HV, CR, RP Inspection 15. Marking Lot 16. Appearance Appearance 2 Gambar Alur Proses Produksi Produk Tipe A8L

51 Produktivitas Kinerja Setelah Perbaikan Setelah dilakukan perbaikan pada line produksi A8L, makan terjadi perubahan pada jumlah operator yang semula 21 orang menjadi 16 orang. Bottle Neck di proses Inspection juga dapat diatasi karena mesin memakan waktu 2,4 detik per inspection dengan dua Station Inspection sehingga waktu yang diperlukan untuk Inspection satu produk hanya membutuhkan waktu 1,2 detik. Jika ditinjau dari segi produktivitas kinerja maka jelas sekali setelah dilakukan perbaikan ada perubahan signifikan pada pencapaian produktivitas kinerja. Adapun pencapaian output setelah dilakukan perbaikan adalah sebagai berkut: Tabel 4.9. Jumlah Output Tipe A8L Selama Tiga Bulan 2013 Setelah Perbaikan Month Output (pcs) Jan (Week 1) Jan (Week 2) Jan (Week 3) Jan (Week 4) Jan (1 Day) Feb (Week 1) Feb (Week 2) Feb (Week 3) Feb (Week 4) Feb (1 Day) Mar (Week 1) Mar (Week 2) Mar (Week 3) Mar (Week 4) Mar (1 Day) Total

52 91 Dengan kondisi line saat ini maka perhitungan terhadap indeks para meter manajemen juga mengalami perubahan, besarnya perubahan indeks manajemen terlihat dari penetapan Target Output (TO) yang lebih besar, besarnya Target output yang telah di tetapkan adalah sebagai berikut: Diketahui: - Working Hours 8 jam = detik - Effisiensi = 85% - Speed = 2,4 detik - Operator = 16 opt Target Output (pcs) = Working hours (sec) x Effisiensi(%) Speed line process (sec/pcs) = sec x 85% 2,4 sec = pcs Production Time (sec.opt/pcs) = Working hours (sec) x jumlah operator Target Output = sec x 16opt pcs = 45,18 sec.opt/pcs Average Production = [Jan+Feb+Mar] / 3 = [ ] / 3 = pcs/month Productivity Performance = Actual output Target Output = / = 0,99

53 92 Target Gambar Output Selama Tiga Bulan 2013 Setelah Perbaikan Dari data output produksi selama tiga bulan berturut-turut terlihat bahwa output produksi setelah dilakukan perbaikan jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah output sebelumnya. Hal ini dikarenakan kecepatan mesin Inspection jauh lebih cepat dari sebelumnya, selain itu frekuensi Break Down Mesin tidak terlalu banyak, hal ini dikarenakan ada perbaikan dalam menggunakan spare part mesin. Untuk lebih jelasnya berikut adalah data Break Down mesin selama bulan Januari, Februari dan Maret tahun 2013:

54 93 Tabel Data Break Down Mesin Inspection Selama Tiga Bulan 2013 Setelah Perbaikan Break Down Machine Auto Inspection Month Week Time (min) Month Week Time (min) Month Week Time (min) Jan 1 0 Feb 1 0 Mar Day 0 1 Day 0 1 Day 0 Jumlah Total 15 min Selain Break Down Mesin Auto Inspection, ada beberapa Break Down mesin proses lain (Uninspection) yang ikut serta mempengaruhi output produksi tipe A8L. Berikut adalah data Break Down Mesin Uninspection:

55 94 Tabel Data Break Down Mesin Uninspection Selama Tiga Bulan 2013 Setelah Perbaikan Break Down Machine S/B Month Week Time (min) Month Week Time (min) Month Week Time (min) Jan 1 0 Feb 1 0 Mar Day 0 1 Day 0 1 Day 0 Jumlah Total Break Down Machine Coulking Month Week Time (min) Month Week Time (min) Month Week Time (min) Jan 1 0 Feb 1 18 Mar Day 0 1 Day 0 1 Day 0 Jumlah Total 68 min 17 min Break Down Machine Marking Month Week Time (min) Month Week Time (min) Month Week Time (min) Jan 1 0 Feb 1 0 Mar Day 0 1 Day 0 1 Day 0 Jumlah Total 15min

56 Peningkatan Kualitas Setelah Perbaikan Setelah dilakukan perbaikan pada line produksi tipe A8L maka permasalahan Claim mengenai masalah Characteristic Inspection bisa di atasi, hal ini terlihat setelah dilakukan perbaikan tidak ada pernyataan komplain lagi mengenai Characteristic Inspection. Claim mengenai kualitas masih terjadi di proses Coulking, hal ini dibuktikan dengan terjadinya komplain Claim mengenai bentuk terminal produk yang sedikit Bend, dan setelah dilakukan investigate Claim tersebut di sebabkan oleh proses Coulking sebanyak 7 pcs. Untuk lebih jelasnya maka perhatikan data Claim A8L setelah dilakukan perbaikan: A8L CLAIM Month High Voltage (HV) (pcs) Contact Resistan (CR) (pcs) Release Position (RP) (pcs) Coulking (pcs) Jan Feb Mar Jumlah Total Tabel Data Claim Selama Tiga Bulan 2013 Setelah Perbaikan 7 (pcs) Perbaikan secara signifikan dilakukan pada proses Inspection, sedangkan perbaikan kualitas untuk Claim Coulking hanya dengan dibuatkan jig konfirmasi, yang artinya untuk menilai produk tersebut terminalnya Defect atau tidak hanya dengan menggunakan Jig dan yang memberi penilaian akhir terhadap produk tersebut

57 96 termasuk produk Defect atau tidak masih menggunakan operator. Akan tetapi dengan dilakukan perbaikan seperti ini bisa dibilang cukup bagus karena bisa mengurangi Claim Coulking tersebut. Bila dilihat dari Diagram pareto sebelumnya maka dapat kita lihat masalah Claim terbesar disebabkan oleh Charater Inspection sebesar 96,9% dan Coulking sebesar 3,1%. Sehingga bila di lihat dari segi perbaikan Character Inspection maka dapat di artikan sebagai berikut: Can Improve Defect 96,9% Gambar Perbaikan Defect Pada Character Inspection Dari gambar diagram pareto diatas maka dapat kita lihat, bahwa total Claim karena produk Defect sebelum dilakukan perbaikan sebanyak 549 pcs (100%). Setelah dilakukan perbaikan, Claim yang terjadi hanya sebanyak 7 pcs (1,28%) dari Claim sebelumnya yang berjumlah 549 pcs. Dengan demikian dengan adanya 7 pcs Claim maka perbaikan yang telah dilakukan terhadap produk Defect yang mengakibatkan Claim sebesar 98,72% di proses Character Inspection mendapatkan

58 97 hasil yang baik. Dengan hasil demikian maka perbaikan yang telah dilakukan sesuai dengan apa yang di inginkan.

TUGAS AKHIR ANALISA PRODUKTIVITAS KINERJA DAN QUALITY CONTROL PRODUK TYPE A8L DENGAN PENERAPAN SISTEM LCA DI PT. OMRON MANUFACTURING OF INDONESIA

TUGAS AKHIR ANALISA PRODUKTIVITAS KINERJA DAN QUALITY CONTROL PRODUK TYPE A8L DENGAN PENERAPAN SISTEM LCA DI PT. OMRON MANUFACTURING OF INDONESIA TUGAS AKHIR ANALISA PRODUKTIVITAS KINERJA DAN QUALITY CONTROL PRODUK TYPE A8L DENGAN PENERAPAN SISTEM LCA DI PT. OMRON MANUFACTURING OF INDONESIA Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 1.1 Gambaran Umum Perusahaan 1.1.1 Lokasi Perusahaan Nama Perusahaan : PT. Omron Manufacturing of Indonesia Tahun Berdiri : 27 Februari, 1992 Alamat : East Jakarta

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Data Singkat Perusahaan Nama Perusahaan : PT. OMI Tahun Berdiri : 27 February 1992 Alamat : EJIP Industrial Park

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Metodologi penelitian ini berguna sebagai acuan dalam melakukan penelitian, sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik. Penulis melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. XST adalah perusahaan PMA yang bergerak dibidang produksi komponen elektronik konektor & terminal yang berorientasi ekspor. Agar tetap eksis menghadapi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya telah dibahas pada bab sebelumnya (Bab IV). Dimana cacat yang terjadi

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya telah dibahas pada bab sebelumnya (Bab IV). Dimana cacat yang terjadi BAB V ANALISA HASIL Dalam bab ini akan membahas tentang analisa hasil pengendalian proses yang sebelumnya telah dibahas pada bab sebelumnya (Bab IV). Dimana cacat yang terjadi pada proses powder coating

Lebih terperinci

Analisis Line Efficiency Produk Wall Fan pada Proses Final Assembly (Studi Kasus di PT Panasonic Manufacturing Indonesia)

Analisis Line Efficiency Produk Wall Fan pada Proses Final Assembly (Studi Kasus di PT Panasonic Manufacturing Indonesia) Analisis Line Efficiency Produk Wall Fan pada Proses Final Assembly (Studi Kasus di PT Panasonic Manufacturing Indonesia) Carinda Adistiara *1), Susy Susmartini *2) 1,2) Program Studi Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam tugas akhir ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 62 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan dari pembuatan alat ini telah telaksana dengan baik atau tidak, maka perlu dilakukan pengujian dan analisa terhadap alat yang dibuat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu berusaha meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan. efisiensi, kualitas dan produktivitas perusahaannya dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu berusaha meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan. efisiensi, kualitas dan produktivitas perusahaannya dalam rangka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini persaingan di dunia industri makin ketat. Permintaan pasarpun sering berubah-ubah. Kenyataan ini membuat para pengusaha selalu berusaha meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN DAN PENGUJIAN ALAT Pada bab sebelumnya telah diuraikan konsep rancangan dan beberapa teori yang berhubungan dengan rancangan ACOS (Automatic Change Over Switch) pada AC (Air Conditioning)

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Diagram Sebab Akibat. Setelah penulis melakukan observasi ke lapangan serta wawancara secara

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Diagram Sebab Akibat. Setelah penulis melakukan observasi ke lapangan serta wawancara secara BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Diagram Sebab Akibat Setelah penulis melakukan observasi ke lapangan serta wawancara secara langsung dan mendapatkan data lengkap. Kemudian penulis melakukan analisa masalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dari Pengumpulan Data Untuk mempermudahkan identifikasi masalah langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data ini penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN unit. Pertumbuhan penjualan produsen-produsen mobil utama di. dengan pangsa pasar sebesar 11.3%.

BAB I PENDAHULUAN unit. Pertumbuhan penjualan produsen-produsen mobil utama di. dengan pangsa pasar sebesar 11.3%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri otomotif di Indonesia semakin hari semakin meningkat, terutama di segmen kendaraan ringan roda empat atau mobil. Pertumbuhan tersebut akan didukung

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 1.1 Tahap Analyze 1.1.1 Diagram Pareto Pada tahapan Analyse diagram pareto berguna untuk membantu mengurutkan prioritas penyelesaian masalah yang harus dilakukan. Yaitu melakukan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN SIMULASI MESIN PRES SIL OLI

BAB IV PEMBUATAN SIMULASI MESIN PRES SIL OLI BAB IV PEMBUATAN SIMULASI MESIN PRES SIL OLI 4.1 Identifikasi dan Perumusan Masalah Telah dirumuskan di Bab 1.2 yaitu : Dengan melihat keadan line produksi sekarang dan data waktu (kosu) produksi saat

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Menentukan Tema PT. Akebono Brake Astra Indonesia (PT. AAIJ) adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri otomotif, produk yang diproduksi disini adalah brake

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Total Productive Maintenance Total Productive Maintenance (TPM) adalah teknik silang fungsional yang melibatkan beberapa bagian fungsional perusahaan bukan hanya pada Bagian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 5.1 Analisa Hasil Perhitungan Data Berdasarkan hasil dari pengumpulan serta pengolahan data yang sudah dilakukan menggunakan peta kendali p sebelumnya maka diperoleh hasil dari

Lebih terperinci

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis 4 BAB V ANALISIS 4.1 Analisa Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis melakukan analisa dan hasil dari laporan skripsi, dan menguraikan tentang data-data yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 28 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi masalah Pada bagian produksi di Stamping Plant PT. Astra Daihatsu Motor, banyak masalah yang muncul berkaitan dengan kualitas yang dihasilkan

Lebih terperinci

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis 4 BAB V ANALISIS 4.1 Analisa Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis melakukan analisa dan hasil dari laporan skripsi, dan menguraikan tentang data-data yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN Pendahuluan

BAB 3 PEMBAHASAN Pendahuluan BAB 3 PEMBAHASAN 3.1. Pendahuluan Pada dasarnya pada bab ini dijelaskan bagaimana awalnya sebelum dilakukan proses perbaikan sehingga perlu adanya perbaikan yaitu dengan system automatisasi, diantaranya:

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4%

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4% BAB V ANALISA 5.1 Analisa Current State Value Stream Mapping (CVSM) Value stream mapping merupakan sebuah tools untuk memetakan jalur produksi dari sebuah produk yang didalamnya termasuk material dan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua perusahaan yang berkeinginan untuk mempertahankan bisnisnya di

BAB I PENDAHULUAN. Semua perusahaan yang berkeinginan untuk mempertahankan bisnisnya di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Asal Masalah Semua perusahaan yang berkeinginan untuk mempertahankan bisnisnya di tengah persaingan, globalisasi dan pasar bebas dewasa ini tidak bisa hanya berdiam diri dan mengandalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Sejarah PT. Nikkatsu Electric Works

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Sejarah PT. Nikkatsu Electric Works BAB I PENDAHULUAN 1.1. Sejarah PT. Nikkatsu Electric Works PT. Nikkatsu (lengkapnya PT. Nikkatsu Electric Works yang beralamat di Jl.Cimuncang no.70 Bandung) adalah perusahaan swasta nasional dengan status

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan di PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia diawali dengan mengetahui semua pekerjaan yang dilakukan di pabrik. Setelan itu, dilakukan pengenalan istilah-istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat waktu dan pelayanan yang lebih baik dari pada persaingnya. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. tepat waktu dan pelayanan yang lebih baik dari pada persaingnya. Selain itu A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perusahaan industri yang berorientasi pada barang dagang adalah salah satu perusahaan yang berkembang di Indonesia. Setiap perusahaan tentunya akan berusaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas merupakan aspek utama yang diperhatikan oleh para konsumen dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. penulis melakukan analisa lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menjadi akar

BAB V ANALISA HASIL. penulis melakukan analisa lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menjadi akar BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Data Dari data-data produktivitas yang didapat dari hasil pengolahan data, penulis melakukan analisa lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menjadi akar penyebab terjadinya

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data A. Gambaran Umum Perusahaan PT. XYZ adalah sebuah perusahaan swasta Jepang, yang bergerak dibidang otomotif berbadan hukum dengan status Penanaman

Lebih terperinci

Sumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module.

Sumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module. Sumber : PQM Consultant. 2011. 7QC Tools Workshop module. 1. Diagram Pareto 2. Fish Bone Diagram 3. Stratifikasi 4. Check Sheet / Lembar Pengecekan 5. Scatter Diagram / Diagram sebar 6. Histogram 7. Control

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 4.1. Menentukan Nilai Severity, Occurrence, Detection dan RPN 4.1.1 Oli dan Filter Hidrolik Kotor Kerusakan pada oli dan filter hidrolik dapat menyebabkan kenaikan temperature

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Pengamatan dan penelitian yang di lakukan di Pilot Line di Plant 2, menunjukkan data sebagaimana terlampir di bawah ini. Data tahun 2014 belum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Penelitian ini terpusat di departemen produksi 2 tempat berlangsungnya proses polishing. Dalam departemen produksi 2 terdapat empat line yaitu

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Dimulai pada tahun 2001 sebagai perusahaan assembly, PT Pro Tec Indonesia

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Dimulai pada tahun 2001 sebagai perusahaan assembly, PT Pro Tec Indonesia BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Latar Belakang Perusahaan Dimulai pada tahun 2001 sebagai perusahaan assembly, PT Pro Tec Indonesia (Pro Tec) merupakan perusahaan perakit komponen-komponen untuk perusahaan

Lebih terperinci

PEMBUATAN SISTEM KONTROL MESIN CAULKING ROD GUIDE OTOMATIS MENGGUNAKAN PLC OMRON CPM1A

PEMBUATAN SISTEM KONTROL MESIN CAULKING ROD GUIDE OTOMATIS MENGGUNAKAN PLC OMRON CPM1A ISSN: 1410-233 PEMBUATAN SISTEM KONTROL MESIN CAULKING ROD GUIDE OTOMATIS MENGGUNAKAN PLC OMRON CPM1A Syahril Ardi, Heru Suprapto, Hendrik Program Studi Teknik Produksi & Proses Manufaktur (Mekatronika)

Lebih terperinci

V. PENERAPAN SISTEM ERGONOMI DALAM PROSES PRODUKSI

V. PENERAPAN SISTEM ERGONOMI DALAM PROSES PRODUKSI V. PENERAPAN SISTEM ERGONOMI DALAM PROSES PRODUKSI A. General Induksi General Induksi merupakan suatu kegiatan pengenalan prinsip-prinsip yang dianut oleh toyota kepada karyawan baru, agar karyawan baru

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri otomotif di Indonesia semakin hari semakin meningkat, terutama di segmen kendaraan ringan roda empat atau mobil. Pertumbuhan tersebut akan didukung

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 42 BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Hasil Data Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis cacat yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 5.1 Analisa Hasil Perhitungan Data Berdasarkan hasil dari pengumpulan serta pengolahan data yang sudah dilakukan menggunakan peta kendali p sebelumnya maka diperoleh hasil dari

Lebih terperinci

BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 44 BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 4.1 Sejarah Singkat PT. TMMIN Casting Plant dalam Memproduksi Camshaft Casting plant merupakan pabrik pengecoran logam untuk memproduksi komponen-komponen mobil Toyota.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN (INDUSTRI)

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN (INDUSTRI) BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN (INDUSTRI) 2.1 Sejarah Perusahaan A. Sejarah Aisan Nasmoco Industri di Indonesia Pada tahun 1997, Aisan Co. Ltd mendirikan manufaktur anak perusahaan di Indonesia bekerjasama

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan data dengan menggunakan Metode FMEA dilakukan dengan melalui beberapa tahap, yaitu: 1. Mengidentifikasi moda kegagalan potensial

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN 5.1 Analisa Berdasarkan diagram pareto, diketahui bahwa cacat sealing lubang menempati urutan teratas dan menjadi permasalahan utama di mesin sealing setelah dilakukannya pengurangan

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS FR DOOR OUTER RH KIJANG INNOVA PADA PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS FR DOOR OUTER RH KIJANG INNOVA PADA PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS FR DOOR OUTER RH KIJANG INNOVA PADA PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA Nama : Aan Andri Yana NPM : 30411004 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam)

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam) BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN 5.1 Analisa Nilai Availability Table 5.1 Nilai Availability Mesin Steam Ejector Planned Equipment Loss Time Availability Januari 42 6 36 85.71 Februari 44 7 37 84.09 Maret

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Persaingan dunia industri yang semakin ketat khususnya di industri

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Persaingan dunia industri yang semakin ketat khususnya di industri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Persaingan dunia industri yang semakin ketat khususnya di industri elektronik membuat para pabrikan menjadi semakin kreatif dan inovatif. Tidak hanya

Lebih terperinci

MINIMASI NG BINTIK PADA PROSES PENGECATAN PART FRONT FENDER 1PA RED MET 7 DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PT. ABC

MINIMASI NG BINTIK PADA PROSES PENGECATAN PART FRONT FENDER 1PA RED MET 7 DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PT. ABC MINIMASI NG BINTIK PADA PROSES PENGECATAN PART FRONT FENDER 1PA RED MET 7 DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PT. ABC Cyrilla Indri Parwati 1) 1) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 51 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Bab ini berisi mengenai hasil pengujian mesin Auto Loading menggunakan Robo Cylinder pada mesin Power Press PP 60. Pengujian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa pembuatan

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Produk Kantong Plastik dalam Menurunkan Tingkat Kegagalan Produk Jadi

Pengendalian Kualitas Produk Kantong Plastik dalam Menurunkan Tingkat Kegagalan Produk Jadi Petunjuk Sitasi: Suliawati, & Gumay, V. S. (2017). Pengendalian Kualitas Produk Kantong Plastik dalam Menurunkan Tingkat Kegagalan Produk Jadi. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. D70-75). Malang: Jurusan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair.

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair. BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Diagram Proses Pembuatan Frame Body Comp Marking Front Frame Rear Frame General Assy Stay Body Cover Permanent 1 Permanent 2 Permanent 3 Permanent

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN.

BAB V PEMBAHASAN. BAB V PEMBAHASAN Untuk mempunyai daya saing perusahaan yang tinggi di pasar maka salah satu strategi perusahaan adalah dengan meningkatkan produktivitas, oleh karena itu perusahaan manufaktur ini melakukan

Lebih terperinci

Nama : Teguh Windarto NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr.Ir Rakhma Oktavina, MT

Nama : Teguh Windarto NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr.Ir Rakhma Oktavina, MT PENULISAN ILMIAH MEMPELAJARI PROSES PERAWATAN MESIN POTONG VELEG RODA DUA DENGAN METODE TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) DI PT. ENKEI INDONESIA Nama : Teguh Windarto NPM : 30408826 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 5.1 Analisa Hasil Perhitungan Data Berdasarkan hasil dari pengumpulan serta pengolahan data yang sudah dilakukan menggunakan peta kendali p sebelumnya maka diperoleh hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

a b c d Gambar I.1 Produk PT. ABC (Sumber: Departemen Engineering PT. ABC)

a b c d Gambar I.1 Produk PT. ABC (Sumber: Departemen Engineering PT. ABC) BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Dari sekian banyak faktor penting yang dipertimbangkan oleh pelanggan dalam suatu produk atau jasa, salah satunya ialah kualitas. Kualitas merupakan kebijakan penting

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT Dharma Polimetal yang didirikan pada tahun 1989 adalah perusahaan manufaktur berkembang yang didukung oleh afiliasi perusahaan dengan komitmen

Lebih terperinci

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang)

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang) Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang) Debora Anne Y. A., Desy Gunawan Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini akan dilakukan pembahasan data yang sudah diperoleh untuk menganalisa pembuatan Value Stream Mapping di line Fr. Frame X. Pembahasan dan hasil analisa berdasarkan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya industri manufaktur di Indonesia, maka akan semakin ketat persaingan antara perusahaan manufaktur satu dan lainnya. Hal ini memicu perusahaan

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS PENINGKATAN EFEKTIFITAS MESIN SEWING MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DI PT.

SKRIPSI ANALISIS PENINGKATAN EFEKTIFITAS MESIN SEWING MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DI PT. SKRIPSI ANALISIS PENINGKATAN EFEKTIFITAS MESIN SEWING MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DI PT. SIOEN INDONESIA Disusun Oleh: ACHMAD ROSID 2012.10.215.319 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lead Time Istilah lead time biasa digunakan dalam sebuah industri manufaktur. Banyak versi yang dapat dikemukakan mengenai pengertian lead time ini. Menurut Kusnadi,

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR

BAB II PROFIL PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR BAB II PROFIL PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR 2.1 Profil Perusahaan 2.2 Sejarah Singkat PT. Astra Daihatsu Motor PT. Astra Daihatsu Motor (ADM) mengawali sejarahnya pada tahun 1973. Pada tahun 1973, Astra mendapatkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Temuan Utama dan Hasil Pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa temuan utama dalam penelitian ini adalah terjadinya pemborosan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keseimbangan Lini (Line Balancing) Keseimbangan lini adalah pengelompokan elemen pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang bertujuan membuat seimbang jumlah pekerja yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA KERJA RANGKAIAN KONTROL

BAB V ANALISA KERJA RANGKAIAN KONTROL 82 BAB V ANALISA KERJA RANGKAIAN KONTROL Analisa rangkaian kontrol pada rangkaian yang penulis buat adalah gabungan antara rangkaian kontrol dari smart relay dan rangkaian kontrol konvensional yang terdapat

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN. A. Aspek Umum (Membuat Usulan Perbaikan pada Sistem On The Job Development pada Pelatihan GL s Role)

VII. PEMBAHASAN. A. Aspek Umum (Membuat Usulan Perbaikan pada Sistem On The Job Development pada Pelatihan GL s Role) VII. PEMBAHASAN A. Aspek Umum (Membuat Usulan Perbaikan pada Sistem On The Job Development pada Pelatihan GL s Role) Visi PT. TMMIN adalah untuk mencapai Jiritsuka 2012, yaitu kemandirian dalam produksinya

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram. Rangkaian Setting. Rangkaian Pengendali. Rangkaian Output. Elektroda. Gambar 3.

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram. Rangkaian Setting. Rangkaian Pengendali. Rangkaian Output. Elektroda. Gambar 3. 27 BAB III PERENCANAAN 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram Power Supply Rangkaian Setting Indikator (Led) Rangkaian Pengendali Rangkaian Output Line AC Elektroda Gambar 3.1 Blok Diagram Untuk

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DI LABORATORIUM PLASTIK INJEKSI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DI LABORATORIUM PLASTIK INJEKSI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DI LABORATORIUM PLASTIK INJEKSI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA Mada Jimmy Fonda Arifianto 1 ; Edi Santoso 2 ABSTRACT Article presents manufacture information system

Lebih terperinci

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS)

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS) VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM A. Pengertian Toyota Production System (TPS) Perusahaan berupaya untuk meningkatkan taraf kehidupan keryawan melalui usaha yang berkelanjutan untuk menghasilkan laba, sekaligus

Lebih terperinci

4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Jenis Cacat PT. Duta Abadi Primantara adalah perusahan yang memproduksi jenis kasur spring bed dengan type King Koil. Pada tipe

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1.1. Kesimpulan Dari serangkaian analisa dan penelitian di atas, penulis berkesimpulan bahwa: 1. Toyota Production System dapat digunakan dan efektif diterapkan pada bidang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN 5.1 Tahap Analyze Pada tahap analyze ini dilakukan analisa faktor faktor penyebab kecacatan dengan menggunakan fishbone diagram, diagram pareto dan yang terakhir teknik 5 why analysis.

Lebih terperinci

OTOMASI WORK STATION (FMS) BERBASIS PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER Purnawan

OTOMASI WORK STATION (FMS) BERBASIS PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER Purnawan OTOMASI WORK STATI (FMS) BERBASIS PROGRAMMABLE LOGIC CTROLLER Purnawan A. PENGANTAR Sebagian besar proses di industri menghendaki strategi pengontrolan atau pengendalian sekuensial. Pengendalian sekuensial

Lebih terperinci

Apakah ISO 9001 bermanfaat??

Apakah ISO 9001 bermanfaat?? Apakah ISO 9001 bermanfaat?? Hasil Survey: Survey yang dilakukan oleh Engineering Quality Forum, di Inggris, menyatakan bahwa 68 % perusahaan yang sudah ISO 9001, tidak merasakan manfaatnya Survey lain

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Mesin labeling, Efisiensi produksi, Mikrokontroler, PLC, Inverter. Abstract

ABSTRAK. Kata Kunci : Mesin labeling, Efisiensi produksi, Mikrokontroler, PLC, Inverter. Abstract 26 ANALISIS KELAYAKAN PENGGANTIAN MESIN LABELING BERBASIS MIKROKONTROLER DENGAN MESIN LABELING BERBASIS INVERTER DAN PLC GUNA MENINGKATKAN EFISIENSI PADA DEPARTEMEN FINISHING PT. PECGI Sunaryo, Muhammad

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA Pada bab ini berisi tentang langkah-langkah pengujian dan analisa sistem pengereman motor induksi di mesin Open Mill. 4.1 Pengujian Alat Untuk mengetahui apakah sistem

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Dalam rangka peran serta mewujudkan Pembangunan Nasional, khususnya

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Dalam rangka peran serta mewujudkan Pembangunan Nasional, khususnya BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Sejarah Singkat Perusahaan Dalam rangka peran serta mewujudkan Pembangunan Nasional, khususnya dibidang industri, PT. PAKOAKUINA bergerak dalam bidang industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dari waktu ke waktu yang menuntut semua instansi industri untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dari waktu ke waktu yang menuntut semua instansi industri untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan kemajuan jaman yang semakin pesat, dunia industri semakin berkembang dari waktu ke waktu yang menuntut semua instansi industri untuk memperbaiki

Lebih terperinci

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009 ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan

Lebih terperinci

MODUL 12 - TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM JIT

MODUL 12 - TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM JIT MODUL 12 - TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM JIT Quality adalah salah satu issue dominan bagi banyak perusahaan, di samping waktu pengembangan produk yang cepat, fleksibilitas memenuhi permintaan customized

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses produksi merupakan kegiatan utama dalam perusahaan industri manufaktur. Tingkat efektifitas dan efisiensi berproduksi dituntut memiliki nilai yang tinggi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di bidang industri serta semakin banyak berdirinya industri manufaktur

BAB 1 PENDAHULUAN. di bidang industri serta semakin banyak berdirinya industri manufaktur BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri khususnya di Indonesia menjadi semakin pesat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini dikarenakan oleh berkembangnya ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini turut menyumbangan kemudahan dalam menciptakan inovasi-inovasi produk baru yang

Lebih terperinci

BAB V DISKUSI V.1 DEFECT COATING TIPIS

BAB V DISKUSI V.1 DEFECT COATING TIPIS BAB V DISKUSI V.1 DEFECT COATING TIPIS Berdasarkan data yang diperoleh ditemukan bahwa jenis defect coating tipis dalam rentang waktu 6 bulan antara Juni 2010 November 2010 (Gambar 4.14 sampai dengan Gambar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PANEL KONTROL PENERANGAN. yang dibikin dipasaran menggunakan sistem manual saja, atau otomatis

BAB III PERANCANGAN PANEL KONTROL PENERANGAN. yang dibikin dipasaran menggunakan sistem manual saja, atau otomatis BAB III PERANCANGAN PANEL KONTROL PENERANGAN 3.1. Perakitan Panel Panel Lampu Luar merupakan salah satu panel yang telah dikenal luas, khususnya dalam instalasi lampu penerangan lampu jalan ( PJU ). Biasanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini sangat mempengaruhi. berkembangnya dunia perindustrian di berbagai bidang terutama industri

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini sangat mempengaruhi. berkembangnya dunia perindustrian di berbagai bidang terutama industri 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkembangan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berkembangnya dunia perindustrian di berbagai bidang terutama industri manufaktur. Hal ini berpengaruh

Lebih terperinci

PROFIL PERUSAHAAN KEGIATAN CIRCLE CIRCLE DIBENTUK PERIODE JUMLAH THEMA UMUR RATA-RATA JUMLAH PERTEMUAN JAM PERTEMUAN KEHADIRAN RATA-RATA

PROFIL PERUSAHAAN KEGIATAN CIRCLE CIRCLE DIBENTUK PERIODE JUMLAH THEMA UMUR RATA-RATA JUMLAH PERTEMUAN JAM PERTEMUAN KEHADIRAN RATA-RATA /2 PROFIL PERUSAHAAN KEGIATAN CIRCLE PERUSAHAAN DEPARTEMEN SEKSI FASILITATOR KETUA CIRCLE SEKRETARIS JUMLAH ANGGOTA : PT. Takagi Sari Multi Utama : Quality Control : Quality Control : Iwan Muhdi : Sokhib

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Berbagai Bagian dalam Organisasi Perusahaan Elektronik Jakarta Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, perusahaan elektronik membagi tugas dan tanggung jawab

Lebih terperinci

Sigma Quality level, pareto diagram, fish bone diagram, 5 why analysis FMEA, Critical Quality Level

Sigma Quality level, pareto diagram, fish bone diagram, 5 why analysis FMEA, Critical Quality Level UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Ganjil tahun 2007/2008 ANALISA PENYEBAB BOCOR PADA SHOCK ABSORBER MODEL D38A DI PT.KAYABA INDONESIA Dian kumawa 0800786861

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PT Omron Manufacturing of Indonesia merupakan salah satu perusahaan multinasional terkemuka yang bergerak dibidang industri komponen elektronika yang berpusat di Jepang.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proteksi Sistem Tenaga Listrik Proteksi terhadap suatu sistem tenaga listrik adalah sistem pengaman yang dilakukan terhadap peralatan- peralatan listrik, yang terpasang pada sistem

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan PT.Palingda Nasional adalah perusahaan yang memproduksi VELG untuk kendaraan kategory 2-3 atau biasa digunakan oleh Truk & Bus. Velg

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan PT. SRI adalah perusahaan joint venture dengan PMA (Pemilik Modal Asing) didirikan untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar lokal dan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 23 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan Pertama berdirinya PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera di Tangerang adalah melalui tahapan yang begitu kecil. Dalam awal pendiriannya

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat Berdiri PT. Inti Pantja Press Industri merupakan salah satu perusahaan yang tergabung dalam group Astra Motor

Lebih terperinci