BAB I PENDAHULUAN. sedang 2015 (y-on-y) tahunan naik 4,57% dibanding tahun Kenaikan ini

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. sedang 2015 (y-on-y) tahunan naik 4,57% dibanding tahun Kenaikan ini"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS, mencatat pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang 2015 (y-on-y) tahunan naik 4,57% dibanding tahun Kenaikan ini terutama disebabkan oleh naiknya produksi pada Industri Farmasi; Produk Obat Kimia; dan Obat Tradisional yang tumbuh dua digit, yakni naik 12,53% (BPS, 2016). Angka berbeda dicatat oleh Intercontinental Marketing Services (IMS) Health dimana pertumbuhan industri farmasi di Indonesia tahun 2015 (y-on-y) tercatat hanya 4,7%. Angka ini lebih rendah dibandingkan angka pertumbuhan pada tahun 2014, yakni sebesar 6,5%. Lutfi Mardiansyah, Ketua Umum organisasi industri farmasi multinasional di Indonesia (IPMG), berpendapat bahwa kecilnya angka pertumbuhan industri farmasi dinilai cukup mengkhawatirkan, sebab tanpa program JKN bisnis obat bisa tumbuh sekitar 13% (Silvia, 2016). Mengacu pada pendapat Lutfi Mardiansyah, Gambar 1.1 menunjukkan bahwa rerata angka pertumbuhan industri farmasi untuk tahun 2012 dan 2013 adalah 13%. Diketahui bahwa pada kedua tahun tersebut program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) belum diimplementasikan. Implementasi program JKN yang dimulai tahun 2014 sangat berat dirasakan oleh industri farmasi. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan tajam pada angka pertumbuhan pada tahun 2014 di angka 6,5% turun hampir 50% dari angka pertumbuhan di tahun sebelumnya. Penurunan ini terus berlanjut hingga tahun 2015, meskipun nilai penurunan 1

2 pertumbuhan pada tahun 2015 (4,7%) tidak sebesar nilai pertumbuhan yang dimiliki oleh tahun Gambar 1.1. Total Nilai Pasar Farmasi (Milyar Rupiah) Sumber: IQPM Update Q Report (IMS Health, 2015) Tidak dipungkiri bahwa penurunan angka pertumbuhan dipengaruhi oleh diimplementasikannya program JKN oleh Pemerintah. Tim Nasional Percepatan Penangulangan Kemiskinan (TNP2K) mendefinisikan JKN sebagai program Pemerintah yang bertujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh rakyat Indonesia untuk dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera (TNP2K, 2016). Pedoman pelaksanaan program JKN dalam PerMenKes No. 28 Tahun 2014 mengatur pelayanan obat untuk peserta JKN pada fasilitas kesehatan mengacu pada daftar obat yang tercantum dalam Formularium Nasional (ForNas) dan harga obat yang tercantum dalam e-katalog obat. Daftar obat yang tercantum dalam ForNas adalah daftar obat yang didasarkan pada bukti ilmiah terkini, berkhasiat, aman, dan dengan harga terjangkau yang disediakan serta digunakan sebagai acuan untuk penulisan resep dalam sistem JKN yang diatur oleh Pemerintah (KemenKes RI, 2013). Selain 2

3 daftar obat, harga obat yang digunakan dalam pelayanan peserta JKN dalam e- katalog obat juga diatur oleh Pemerintah dengan menetapkan standar harga obat yang akan menjadi acuan pelelangan yang diselenggarakan oleh LKPP. Penetapan harga obat yang dijadikan sebagai harga acuan pelelangan memberikan beberapa dampak bagi industri farmasi. Dr. Sampurno, MBA., Apt., dosen Fakultas Farmasi UGM dalam seminar bertajuk Prospek Industri Farmasi Indonesia, Sabtu (16/1) di Univesity Club UGM berpendapat bahwa, Pengadaan obat yang fokus pada obat generik dalam jumlah besar membawa perubahan besar pada pasar farmasi Indonesia. Dampaknya, apotek kehilangan konsumen, pedagang besar farmasi kehilangan pasar rumah sakit, sementara industri farmasi mengalami minus pertumbuhan karena harus beroperasi low price dan low margin (Gloria, 2016). Kondisi yang terjadi pada industri farmasi sebagai akibat dari diimplementasikannya program JKN juga dialami oleh perusahaan Diabetoz. Perusahaan Diabetoz adalah salah satu perusahaan farmasi pemasok produk insulin. Produk insulin adalah produk farmasi etikal untuk terapi Diabetes Mellitus (DM). Kelas terapi DM adalah salah satu kelas terapi yang masuk kedalam daftar ForNas, sehingga penyediaan produk dan harga obat untuk kelas terapi ini diatur oleh Pemerintah, sehingga perusahaan Diabetoz harus mengikuti daftar harga yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk dapat mempertahankan bisnisnya di Indonesia. Implementasi JKN dan e-katalog mulai mempengaruhi perusahaan ini ditahun 2015 yang merupakan tahun pertama produk perusahaan masuk kedalam 3

4 midr daftar e-katalog. Terdaftarnya produk dalam e-katalog dapat diartikan bahwa perusahaan mulai beroperasi dengan kondisi low price dan low margin. Hal ini mempengaruhi total nilai yang dimiliki oleh perusahaan Diabetoz yang dapat dilihat pada Gambar 1.2. Total penjualan perusahaan untuk setiap bulan di tahun 2015 terlihat lebih besar dari tahun 2014, akan tetapi tidak pada pertumbuhan. Pertumbuhan perusahaan dari bulan ke bulan menurun secara konsisten hingga akhir tahun % 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% % pertumbuhan Penjualan Penjualan 2014 Penjualan 2015 Pertumbuhan Penjualan Linear (Pertumbuhan Penjualan) Gambar 1.2. Total Penjualan Bulanan Perusahaan Diabetoz (Milyar Rupiah) Sumber: IPMA_2016_12 Report (IPMA, 2015) (data diolah) Perusahaan Diabetoz tidak hanya bersinggungan dengan regulasi Pemerintah mengenai program JKN, akan tetapi juga bersinggungan dengan regulasi pemasaran produk etikal. Produk insulin yang dipasok oleh perusahaan Diabetoz merupakan produk farmasi etikal. Pemasaran produk etikal tidak boleh diiklankan secara bebas melalui media periklanan komersil. Pada umumnya proses rantai pasokan industri farmasi adalah seragam seperti yang dijelaskan oleh Gambar

5 Input Manufacture Distribution Retail Consumption Gambar 1.3. Rantai Pasokan Industri Farmasi Sumber: Indonesia s Pharmaceutical Industry in 1998 (Knoop, 1998) Alur tersebut menjelaskan bahwa distribusi produk farmasi sampai ke tangan konsumen (pasien) adalah melalui jalur ritel. Jalur ritel menurut Knoop (1998) terdiri dari Apotek, Rumah Sakit, Toko Obat, Dokter, dan Saluran ritel lainnya. Ritel ini menjadi penting ketika suatu perusahaan tidak diperbolehkan mengiklankan produknya melalui media periklanan komersil, oleh karena itu peran medical representative menjadi kunci dari keberlangsungan proses ini. Skema kerja medical representative dapat dilihat pada Gambar 1.4. Gambar 1.4. Skema Kerja Medical Representative Sumber: E-book Medical Representative (Pamungkas, 2014) Gambar 1.4 menjelaskan bahwa medical representative memiliki alur kerja kepada dua pihak, yakni dokter dan outlet ritel. Aktivitas kepada dokter dilakukan untuk memperkenalkan fungsi, manfaat, kekurangan hingga harga produk etikal kepada dokter. Walaupun yang mendapatkan informasi produk secara detail adalah dokter, namun hanya bagian pembelian yang dapat melakukan transaksi jual beli dengan pasien (Hendrawan, Utamima, & Husna, 2015). Selain 5

6 itu, aktivitas pemasaran menurut Carter, dkk. (2006) adalah tidak hanya tentang mengkomunikasikan suatu produk, akan tetapi juga menginformasikan mengenai ketersediaan produk. Ketersediaan produk merupakan hal yang dianggap penting untuk dari pelaksanaan program JKN. Ketersediaan produk, jumlah stok produk, produk kompetitor, dan survei apotek merupakan informasi yang perlu diketahui oleh medical representative saat melakukan aktivitas ke bagian pembelian yang dalam hal ini adalah outlet ritel. Outlet ritel merupakan pelanggan (organizational buyers) bagi perusahaan farmasi dengan produk etikal. Organizational buyers adalah pelanggan dalam pasar bisnis. Pasar bisnis didefinisiskan oleh Kotler dan Keller (2012) terdiri dari semua organisasi yang memperoleh barang dan jasa yang digunakan dalam memproduksi barang dan jasa lain yang dijual, disewakan, atau dipasok kepada pihak lain. Selain definisi tersebut, terdapat ciri lain yang membedakan pasar bisnis dengan pasar konsumen, yakni adanya hubungan yang erat antara pemasok dan pelanggan. Hubungan tersebut dibentuk dengan menerapkan strategi pemasaran yang berorientasi pada pelanggan. Penerapan strategi tersebut dapat menjadi permasalahan ketika jumlah tenaga penjual yang mewakili perusahaan (pada perusahaan Diabetoz disebut medical representative) tidak sebanding dengan jumlah pelanggannya. Perusahaan Diabetoz memiliki 100 medical representative untuk melayani sekitar an pelanggan yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain itu, perbedaan karakteristik yang berbeda dari masing-masing pelanggan juga menjadi masalah lain yang harus dihadapi oleh perusahaan. Permasalahan tersebut dapat 6

7 menimbulkan risiko bagi perusahaan. Risiko kerugian dari sisi finansial muncul ketika biaya yang dikeluarkan untuk memfasilitasi aktivitas medical representative tidak digunakan secara benar, karena aktivitas dilakukan hanya untuk memenuhi target kunjugan dari perusahaan. Risiko lain adalah potensi kehilangan konsumen karena keterlambatan memasok produk dibandingkan kompetitor. Risiko-risiko tersebut dapat dihindari oleh perusahaan dengan menerapkan strategi customer-oriented melalui segmentasi (Weinsten, 2004). Segmentasi bertujuan untuk melayani konsumen dalam pasar dengan lebih baik dan memperbaiki posisi kompetitif perusahaan. Segmentasi untuk pasar konsumen dapat diklasifikasikan oleh dua jenis variabel, yakni variabel karakteristik konsumen; dan variabel perilaku konsumen (Kotler & Keller, 2012). Kedua jenis variabel tersebut dibahas lebih lanjut pada penelitian Wu dan Pan (2009), dimana variabel karakteristik terdiri dari geografis, demografis dan psikografis; sedangkan variabel perilaku terdiri dari sikap konsumen terhadap produk dan respon konsumen terhadap manfaat, situasi dan merek. Sedangkan, segmentasi untuk pasar bisnis dapat dilakukan menggunakan beberapa variabel, yakni demografis; variabel operasi; pendekatan pembelian; faktor situasional; dan karakteristik pribadi, sedangkan segmentasi Variabel operasi melihat pada sisi teknologi; kemampuan pelanggan; dan status pemakai. Status pemakai dari suatu pasar bisnis dapat diterangkan dengan situasi maupun proses pembelian. Situasi maupun proses pembelian pada pasar bisnis mirip dengan pasar konsumen, yakni tugas baru; pembelian ulang; dan pembelian rutin (Dharmmesta & Handoko, 2000). 7

8 Situasi pembelian tersebut menggambarkan perilaku pembelian baik pada pasar konsumen maupun pasar bisnis (Weinsten, 2004). Segmentasi dengan variabel perilaku pembelian menurut Wei, Lin, & Wu (2010) dapat dilakukan dengan analisis segmentasi menggunakan model RFM. Model RFM merupakan model yang digunakan untuk menganalisis nilai pelanggan berdasarkan atribut Recency; Frequency; dan Monetary. Atribut RFM dapat diperoleh berdasarkan data penjualan perusahaan, dimana pada umumnya, situasi pembelian pasar binsis memiliki ciri berulang; dan transaksi tersebut dapat tercatat pada atribut RFM. Cheng dan Chen (2009) yang mengkombinasikan model RFM dengan teknik klasifikasi menghasilkan suatu kesimpulan bahwa atribut RFM dapat digunakan untuk mengklasifikasi pelanggan pada industri keuangan dan kesehatan (farmasi). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Hendrawan, Utamima, & Husna (2015) mengadaptasi model penelitian Cheng dan Chen (2009) untuk menganalisis segmentasi dan evaluasi loyalitas pelanggan distributor pada studi kasus sebuah perusahaan farmasi pemasok produk etikal di Indonesia. Pemilihan teknik klastering pada analisis segmentasi dengan atribut RFM dijelaskan lebih lanjut pada penelitian Aggelis dan Christodaulakis (2005). Penelitian yang dilakukan terhadap konsumen e-banking membandingkan teknik klastering dengan algoritma K-means dengan Two step clustering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa klaster yang dihasilkan dengan menggunakan algoritma K- means ataupun dengan algoritma Two step clustering memiliki jumlah dan kualitas yang sama. 8

9 Berdasarkan penjelasan tersebut, maka analisis segmentasi pelanggan perusahaan Diabetoz akan dilakukan menggunakan model RFM dengan mengadaptasi beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Adaptasi model analisis segmentasi adalah dengan mengkombinasi teknik klastering dan klasifikasi menggunakan atribut RFM yang didapatkan dari sejarah data penjualan perusahaan Diabetoz. Kombinasi klastering dan klasifikasi yang akan digunakan adalah algoritma Two step clustering untuk teknik klastering, dan algoritma CHAID Decision Tree untuk teknik klasifikasi. Analisis segmentasi dengan kombinasi kedua teknik tersebut diharapkan dapat membantu perusahaan menghasilkan suatu alat segmentasi pelanggan agar aktivitas bisnis perusahaan dapat berjalan lebih efektif Rumusan Masalah Uraian di atas menunjukkan bahwa perusahaan Diabetoz yang merupakan perusahaan pemasok produk etikal farmasi mengalami perlambatan pertumbuhan sebagai dampak dari diimplementasikannya program JKN oleh Pemerintah. Kondisi tersebut menjadikan perusahaan perlu memiliki suatu strategi pemasaran yang berorientasi pada pelanggan agar dapat mempertahankan keberlangsungan bisnisnya di Indonesia. Pelanggan perusahaan Diabetoz adalah tipe pelanggan organizational buyers atau dapat pelanggan dalam pasar bisnis. Definisi pasar bisnis menurut Kotler dan Keller (2012), terdiri dari semua organisasi yang memperoleh barang dan jasa yang digunakan dalam memproduksi barang dan jasa lain yang dijual, disewakan, atau dipasok kepada pihak lain. Salah satu ciri pasar bisnis adalah hubungan yang erat antara pemasok dan pelanggan. Hubungan 9

10 tersebut dibentuk dengan menerapkan strategi pemasaran yang berorientasi pada pelanggan. Penerapan strategi tersebut dapat menjadi permasalahan ketika jumlah tenaga penjual yang mewakili perusahaan (pada perusahaan Diabetoz disebut medical representative) tidak sebanding dengan jumlah pelanggannya. Beberapa penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa permasalahan tersebut dapat diatasi melalui analisis segmentasi. Analisis segmentasi untuk pasar binsis dapat dilakukan salah staunya berdasarkan situasi pembelian yang dimiliki. Terdapat tiga macam situasi pembelian, yakni tugas baru; pembelian ulang; dan pembelian rutin (Dharmmesta & Handoko, 2000). Situasi pembelian tersebut menggambarkan perilaku pembelian dari pelanggan (Weinsten, 2004). Segmentasi dengan variabel perilaku pembelian menurut Wei, Lin, & Wu (2010) dapat dilakukan dengan analisis segmentasi menggunakan model RFM. Model RFM merupakan model yang digunakan untuk menganalisis nilai pelanggan berdasarkan atribut Recency; Frequency; dan Monetary. Model RFM dapat memberikan informasi pada perusahaan tentang besarnya kontribusi pelanggan yang dilihat dari situasi pembelian yang dimiliki. Oleh karena itu, penelitian ini akan melakukan analisis segmentasi pelanggan pada perusahaan Diabetoz berdasarkan nilai RFM dengan kombinasi teknik klastering dan klasifikasi berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, diketahui terdapat empat faktor yang mendasari penelitian ini: 10

11 a. Berapakah jumlah segmen yang dimiliki oleh perusahaan Diabetoz berdasarkan nilai RFM pelanggan? b. Berapakah jumlah aturan klasifikasi yang dapat digunakan oleh perusahaan Diabetoz untuk mengelompokkan pelanggannya ke dalam suatu segmen? c. Karakteristik apa yang dimiliki oleh masing-masing segmen pada perusahaan Diabetoz berdasarkan variabel perilaku, demografis, dan geografis? 1.4.Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: a. Mengetahui jumlah segmen yang dimiliki oleh perusahaan Diabetoz berdasarkan nilai RFM pelanggannya. b. Mengetahui jumlah aturan klasifikasi yang dapat digunakan oleh perusahaan Diabetoz untuk mengelompokkan pelanggannya kedalam suatu segmen. c. Mengetahui karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing segmen perusahaan Diabetoz berdasarkan variabel perilaku, demografis, dan geografis. 1.5.Manfaat Penelitian Manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini antara lain: a. Peneliti, sebagai bentuk penerapan ilmu pengetahuan dan wawasan yang diperoleh selama proses perkuliahan. 11

12 b. Pembaca, sebagai sumber informasi dan literatur mengenai metode yang dapat digunakan untuk segmentasi berdasarkan variabel perilaku pelanggan dengan atribut RFM Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah: a. Pelanggan yang dipilih dalam penelitian ini adalah outlet ritel perusahaan Diabetoz. b. Periode pengamatan dari Januari 2015 hingga Mei c. Data yang dianalisis adalah waktu transaksi dan jumlah nilai yang tercatat dari setiap transaksi, tipe outlet, dan lokasi outlet beroperasi Sistematika Penelitian Sistematika penulisan penelitian dapat diuraikan menjadi beberapa bab. Bab I berisikan penjelasan secara umum latar belakang, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan dari tesis ini. Pada Bab II menguraikan tentang tinjauan pustaka yang menjadi referensi penelitian. Tinjauan pustaka dalam tulisan ini mencangkup dasar pemasaran, segmentasi pasar, jenis-jenis segmentasi, segmentasi dengan pendekatan analisis penggunaan (nilai pelanggan), Model RFM, metode klastering, dan metode pohon keputusan. Bab ini secara khusus juga akan menguraikan beberapa penelitian sebelumnya yang menjadi landasan penelitian. Penjelasan mengenai metode penelitian terdapat pada Bab III. Desain penelitian, definisi/ istilah, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, 12

13 rerangka analisis penelitian, dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian diuraikan pada bab ini. Bab IV akan menguraikan pembahasan dari masalah yang diulas, diawali dengan pembahasan mengenai profil perusahaan, kemudian dilanjutkan mengenai data dan hasil analisis. Pembahasan mengenai hasil analisis berdasarkan data yang diperoleh, yakni mengenai jumlah klaster yang dimiliki oleh perusahaan Diabetoz; jumlah aturan klasifikasi yang dapat digunakan oleh perusahaan Diabetoz untuk mengelompokkan pelanggannya; dan karakteristik setiap klaster atau segmen yang dimiliki oleh perusahaan Diabetoz. Simpulan dari keseluruhan proses akan diuraikan pada Bab V, selain itu batasan penelitian; implikasi manajerial; dan saran juga diuraikan pada bab ini. 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab Pendahuluan terdiri dari uraian latar belakang yang mendasari pembuatan tugas akhir, pengenalan masalah yang dibahas didalam tugas akhir, manfaat maupun tujuan penelitian yang ingin

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dengan nilai transaksi sekitar Rp 56 triliun. International Pharmaceutical

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dengan nilai transaksi sekitar Rp 56 triliun. International Pharmaceutical BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kinerja dan pertumbuhan industri farmasi Indonesia pada 2014 melambat 8% dengan nilai transaksi sekitar Rp 56 triliun. International Pharmaceutical Manufactures

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran mengenai industri farmasi selama bertahun-tahun, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran mengenai industri farmasi selama bertahun-tahun, perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gambaran mengenai industri farmasi selama bertahun-tahun, perusahaan farmasi secara berkelanjutan terus melakukan inovasi menawarkan produk-produk baru, membantu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak liberalisasi perbankan tahun 1988, persyaratan pembukaan bank dipermudah, bahkan setoran modal untuk mendirikan bank relatif dalam jumlah yang kecil. Kebijakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam memasuki era globalisasi perkembangan dunia usaha sangat pesat, khususnya dibidang ekonomi. Perkembangan dunia usaha ini dapat memberikan peluang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. obat (Drug Oriented) ke pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care.

BAB I PENDAHULUAN. obat (Drug Oriented) ke pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat (Drug Oriented) ke pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan kefarmasian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar rumah sakit baik lokal, nasional, maupun regional. kebutuhan, tuntutan dan kepuasan pelanggan.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar rumah sakit baik lokal, nasional, maupun regional. kebutuhan, tuntutan dan kepuasan pelanggan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadapi era globalisasi seperti sekarang ini, banyak tantangan yang harus dihadapi oleh rumah sakit. Diantara tantangan yang ada adalah bagaimana mengubah paradigma

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan dituntut untuk siap menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan perusahaan lain. Makin intensifnya persaingan yang dihadapi, telah menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan populasi terbesar di Asia Tenggara saat ini mengalami perubahan yang cukup berarti. Dalam kacamata kesehatan, pola hidup dan kesadaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan penelitian agar hasil yang dicapai tidak menyimpang dari tujuan yang akan dicapai. Dalam penulisan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang sehat melalui penyediaan obat berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang sehat melalui penyediaan obat berkualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peranan industri farmasi sangat penting dalam membantu pemerintah untuk mewujudkan masyarakat yang sehat melalui penyediaan obat berkualitas yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 State of the Art Penelitian mengenai segmentasi pasar pada sebuah perusahaan telah banyak digunakan dengan tujuan untuk mengetahui strategi pasar yang baik dan dapat menguntungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini adalah era dimana perkembangan teknologi semakin pesat dan cepat. Seiring dengan perkembangan teknologi yang ada, maka ukuran data yang diolah juga akan semakin

Lebih terperinci

MAKALAH STRATEGI PEMASARAN BISNIS RITEL

MAKALAH STRATEGI PEMASARAN BISNIS RITEL MAKALAH STRATEGI PEMASARAN BISNIS RITEL Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Bisnis Ritel Disusun oleh: Afdal Zikry 170610110014 Cecep Gerie Rustandy 170610110018 Teguh Iman Santoso

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bio Clean Laundry merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa laundry. Perusahaan yang dibangun dari tahun 2009 ini terbilang cukup sukses. Saat ini, Bio Clean

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Manajemen Pemasaran 1. Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan suatu kegiatan pertahanan diri dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, dengan mempertahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan perilaku konsumen, yaitu penelitian yang dilakukan Kristanto (2006). Penelitian dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jamu tradisional adalah obat yang bersifat herbal dimana tidak mengandung bahan kimia dan berasal dari tanaman-tanaman obat yang berkhasiat. Dewasa ini perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan pasar farmasi nasional dalam rentang kurun waktu yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan pasar farmasi nasional dalam rentang kurun waktu yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu pasar produk farmasi yang cukup besar. Pasar farmasi Indonesia mendominasi pasar ASEAN dengan total pasar sebesar 27% dari total keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan merupakan hak bagi setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk memuaskan kebutuhan konsumen atau pelanggannya akan barang

Lebih terperinci

1 BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Pasar Farmasi Nasional

1 BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Pasar Farmasi Nasional 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat berharga dan dicari oleh semua orang. Kesehatan adalah suatu keadaan dimana terdapat tubuh yang sehat dan utuh secara fisik, mental,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi merupakan era persaingan bisnis bagi perusahaan, baik di pasar domestik maupun internasional. Dalam rangka memenangkan persaingan, perusahaan harus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah

I. PENDAHULUAN. negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia telah memasuki perdagangan bebas lebih awal dibandingkan negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah menandatangani Letter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari profit orientied kepada satisfied oriented agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari profit orientied kepada satisfied oriented agar mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan di bidang perekonomian selama ini telah banyak membawa dampak positif dalam bidang usaha dimana perusahaan-perusahaan mengalami perkembangan pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat. Kesehatan dan kesejahteraan merupakan keinginan mutlak bagi setiap manusia. Salah satu upaya pembangunan di

Lebih terperinci

sakit, sehingga tidak ada pengelolaan sediaan farmasi, bahan medis habis pakai di

sakit, sehingga tidak ada pengelolaan sediaan farmasi, bahan medis habis pakai di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Berdasarkan UU nomor 44 tahun 09 pelayanan kefarmasian di rumah sakit harus dilakukan dengan sistem satu pintu. Permenkes nomor 58 tahun 14 menyatakan semua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pertama kali dicetuskan di Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi kesehatan sosial dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan ini untuk mengembangkan usahanya, termasuk negara Indonesia. Di

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan ini untuk mengembangkan usahanya, termasuk negara Indonesia. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak beredarnya isu mengenai investasi besar besaran yang akan memasuki wilayah Asia Tenggara pada awal tahun 2015, banyak perusahaan menggunakan kesempatan ini untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Semakin tingginya perkembangan industri membuat persaingan setiap pelaku industri semakin ketat dan meningkat tajam. Setiap pelaku industri harus mempunyai strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya perkembangan dan perubahan pola hidup pada manusia (lifestyle) dapat berdampak langsung salah satunya pada kesehatan, sehingga kesehatan menjadi salah satu hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dan teknologi yang semakin pesat membuat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dan teknologi yang semakin pesat membuat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan ekonomi dan teknologi yang semakin pesat membuat persaingan antara perusahaan termasuk perusahaan jasa semakin ketat. Hal ini mengakibatkan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

SEGMENTASI DAN EVALUASI LOYALITAS PELANGGAN DISTRIBUTOR PRODUK ETIKAL FARMASI BERDASARKAN NILAI PELANGGAN

SEGMENTASI DAN EVALUASI LOYALITAS PELANGGAN DISTRIBUTOR PRODUK ETIKAL FARMASI BERDASARKAN NILAI PELANGGAN Seminar Nasional Sistem Informasi Indonesia, 2-3 November 2015 SEGMENTASI DAN EVALUASI LOYALITAS PELANGGAN DISTRIBUTOR PRODUK ETIKAL FARMASI BERDASARKAN NILAI PELANGGAN Rully Agus Hendrawan 1), Amalia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Pelayanan Menurut Dewantara dan Magetan (2013) Mutu atau kualitas merupakan tingkat baik buruknya sesuatu. Dengan demikian jika suatu objek dengan keadaan baik, maka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Riteler berusaha menciptakan keunggulan kompetitif untuk bersaing di tengah kompetisi yang ketat pada sektor ritel. Pengembangan produk dan pelayanan kepada konsumen,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bisnis di industri farmasi masih terus berkembang dan menggiurkan bagi para pelaku bisnis farmasi. Hal ini dipicu oleh peningkatan pertumbuhan pengeluaran pada obat-obatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep Supply Chain Management (SCM) telah menerima banyak perhatian dalam literatur marketing (pemasaran), logistic (logistik), dan purchasing (pembelian).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi pula tingkat kebutuhan dari perusahaan akan barang-barang. Suatu

BAB I PENDAHULUAN. tinggi pula tingkat kebutuhan dari perusahaan akan barang-barang. Suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan pemasaran dewasa ini, maka semakin tinggi pula tingkat kebutuhan dari perusahaan akan barang-barang. Suatu perusahaan tidak akan

Lebih terperinci

DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN

DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN E CATALOGUE 2014 PROSES e-catalogue 2016 FORNAS PROSES NEGOSIASI LELANG CATALOGUE OBAT PROSES e-catalogue 2016 NIE Generik Ada Tidak ada > 1 Hanya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 6 1.3 Tujuan Penelitian... 7 1.4 Manfaat Penelitian... 7 1.5 Kebaruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri Farmasi merupakan salah satu industri besar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri Farmasi merupakan salah satu industri besar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri Farmasi merupakan salah satu industri besar dan berpengaruh di Indonesia. Saat ini, nilai pasar obat di Indonesia lebih dari US$ 500 juta atau sekitar Rp.

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan industri ini kurang

Lebih terperinci

Pengalaman dan Tantangan Manajemen Obat dan Vaksin Puskesmas Di Era JKN

Pengalaman dan Tantangan Manajemen Obat dan Vaksin Puskesmas Di Era JKN Pengalaman dan Tantangan Manajemen Obat dan Vaksin Puskesmas Di Era JKN Oleh : drg. Prasukma Yogawarti Kepala Puskesmas Pucangsewu Dinas Kesehatan Kota Surabaya Disampaikan pada Dialog Kebijakan Farmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaku usaha membutuhkan penerapan teknologi yang dapat membantu

BAB I PENDAHULUAN. Pelaku usaha membutuhkan penerapan teknologi yang dapat membantu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaku usaha membutuhkan penerapan teknologi yang dapat membantu operasional bisnisnya agar bisa berjalan dengan lebih baik sekaligus memudahkan bagi para pelanggannya.

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pertumbuhan angka penduduk di Indonesia selalu mengalami peningkatan. Seiring meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan masyarakat terhadap rumah sebagai salah satu kebutuhan

Lebih terperinci

Bab I Mendefinisikan Pemasaran untuk Abad ke- 21

Bab I Mendefinisikan Pemasaran untuk Abad ke- 21 Bab I Mendefinisikan Pemasaran untuk Abad ke- 21 Ruang Lingkup Definisi pemasaran : Fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengomunikasikan, dan memberi nilai kepada pelanggan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan semua perusahaan yang bergerak pada bidang jasa, berlomba

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan semua perusahaan yang bergerak pada bidang jasa, berlomba BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini persaingan dalam dunia usaha semakin ketat, terlebih dengan semakin meningkatnya kebutuhan dan keinginan konsumen. Hal ini menyebabkan semua perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam International Pharmaceutical Manufacturing Group ( IPMG ) dengan total

BAB I PENDAHULUAN. dalam International Pharmaceutical Manufacturing Group ( IPMG ) dengan total BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini industri farmasi di Indonesia ataupun di dunia sedang mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Secara garis besar industri farmasi di Indonesia saat ini dibagi

Lebih terperinci

I.' PENDAHULUAN lndustri farmasi rnerupakan suatu industri dengan tingkat kompetisi

I.' PENDAHULUAN lndustri farmasi rnerupakan suatu industri dengan tingkat kompetisi I.' PENDAHULUAN 1. Latar Belakang lndustri farmasi rnerupakan suatu industri dengan tingkat kompetisi sangat tinggi, ha1 ini dapat dimengerti karena produk obat-obatan yang dihasilkannya sudah merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipertahankan selamanya. Ini bukan merupakan tugas yang mudah mengingat

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipertahankan selamanya. Ini bukan merupakan tugas yang mudah mengingat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemasar pada umumnya menginginkan bahwa pelanggan yang diciptakannya dapat dipertahankan selamanya. Ini bukan merupakan tugas yang mudah mengingat perubahan-perubahan

Lebih terperinci

4. Manajemen obat B. Landasan Teori C. Kerangka Teori D. Kerangka Konsep BAB III. METODE PENELITIAN A.

4. Manajemen obat B. Landasan Teori C. Kerangka Teori D. Kerangka Konsep BAB III. METODE PENELITIAN A. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN... iii PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv DAFTAR

Lebih terperinci

dengan harga jual yang lebih rendah. Sedangkan diskon atau potongan harga adalah pengurangan harga langsung dari suatu produk yang dilakukan dalam

dengan harga jual yang lebih rendah. Sedangkan diskon atau potongan harga adalah pengurangan harga langsung dari suatu produk yang dilakukan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah CV. Amigo Mangesthi Utomo merupakan sebuah perusahaan perseorangan yang bergerak dalam bidang retail sepatu dan pakaian sejak tahun 1976. Pada tahun 2013,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Asosiasi Perusahaan Retail Indonesia (APRINDO), mengungkapkan bahwa pertumbuhan bisnis retail di indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Asosiasi Perusahaan Retail Indonesia (APRINDO), mengungkapkan bahwa pertumbuhan bisnis retail di indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Asosiasi Perusahaan Retail Indonesia (APRINDO), mengungkapkan bahwa pertumbuhan bisnis retail di indonesia meningkat. Dalam periode 6 tahun terahkir ini dari tahun

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang dianggap penting oleh pembeli di Apotek Budi adalah sebagai berikut : Obat-obatan yang dijual

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan industri restoran saat ini memiliki peluang dan tantangan usaha yang sangat besar bagi semua industri restoran cepat saji. Kondisi ini menuntut bagi industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia dalam melakukan segala aktivitas dengan baik dan maksimal yang harus diperhatikan salah satu hal yaitu kesehatan. Kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, Indonesia telah memasuki era globalisasi secara perekonomian, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, Indonesia telah memasuki era globalisasi secara perekonomian, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, Indonesia telah memasuki era globalisasi secara perekonomian, dimana globalisasi tersebut telah menimbulkan berbagai dampak di berbagai bidang. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan semakin meningkat dengan berkembangnya ilmu tekhnologi yang ada. Kesehatan saat ini dipandang sebagai suatu hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelayanan kefarmasian oleh apoteker (Menkes, RI., 2014). tenaga teknis kefarmasian (Presiden, RI., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelayanan kefarmasian oleh apoteker (Menkes, RI., 2014). tenaga teknis kefarmasian (Presiden, RI., 2009). BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi dan kondisi ekonomi pada saat ini khususnya menjelang era

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi dan kondisi ekonomi pada saat ini khususnya menjelang era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam situasi dan kondisi ekonomi pada saat ini khususnya menjelang era globalisasi ekonomi, keberadaan suatu perusahaan tidak terlepas dari suatu kondisi persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internet sampai pada bulan Juni 2016 melebihi 3,68 miliar. Meskipun penetrasi

BAB I PENDAHULUAN. internet sampai pada bulan Juni 2016 melebihi 3,68 miliar. Meskipun penetrasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Internet World Statst (2016), jumlah orang yang menggunakan internet sampai pada bulan Juni 2016 melebihi 3,68 miliar. Meskipun penetrasi melambat dari pengguna

Lebih terperinci

Reviews of Implementation of Pharmaceutical Policy at Healthcare Facilities under Jaminan Kesehatan Nasional Temuan Tingkat Nasional

Reviews of Implementation of Pharmaceutical Policy at Healthcare Facilities under Jaminan Kesehatan Nasional Temuan Tingkat Nasional Reviews of Implementation of Pharmaceutical Policy at Healthcare Facilities under Jaminan Kesehatan Nasional Temuan Tingkat Nasional Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia Tim Nasional Percepatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI MANAJERIAL

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI MANAJERIAL BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI MANAJERIAL 5.1.Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Sebagian besar responden penelitian memiliki persepsi yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apotek RSIA Anggrek Mas adalah merupakan rumah sakit swasta yang dibangun pada tahun 2000, yang dikelola oleh PT. Sanusi Mandiri, rumah sakit ini bertipe golongan C

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Tujuan

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Tujuan BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Tujuan pemasaran yaitu membuat agar penjualan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Fuzzy C-Means dengan Model Fuzzy RFM (Studi Kasus : Clustering Pelanggan Potensial Online Shop)

Penerapan Metode Fuzzy C-Means dengan Model Fuzzy RFM (Studi Kasus : Clustering Pelanggan Potensial Online Shop) 157 Penerapan Metode Fuzzy C-Means dengan Model Fuzzy RFM (Studi Kasus : Clustering Pelanggan Potensial Online Shop) Elly Muningsih AMIK BSI Yogyakarta E-Mail : elly.emh@bsi.ac.id Abstrak Berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, telah terjadi pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor industri,

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, telah terjadi pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor industri, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi, telah terjadi pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor industri, tak kecuali juga di industri kesehatan. Pertumbuhan tersebut diiringi dengan

Lebih terperinci

UPAYA PENGUATAN BIDANG INDUSTRI FARMASI DAN SARANA DISTRIBUSI UNTUK MENDUKUNG KETERSEDIAAN OBAT DI FASYANKES

UPAYA PENGUATAN BIDANG INDUSTRI FARMASI DAN SARANA DISTRIBUSI UNTUK MENDUKUNG KETERSEDIAAN OBAT DI FASYANKES UPAYA PENGUATAN BIDANG INDUSTRI FARMASI DAN SARANA DISTRIBUSI UNTUK MENDUKUNG KETERSEDIAAN OBAT DI FASYANKES Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu serta pemerataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap toko selalu berusaha agar penjualan dapat memenuhi target penjualannya. Pada dasarnya misi/tugas dari sebuah toko adalah mendistribusikan atau menjual

Lebih terperinci

Ketersediaan Obat dalam Penyelenggaraan JKN: Formularium Nasional dan. e-catalogue Obat

Ketersediaan Obat dalam Penyelenggaraan JKN: Formularium Nasional dan. e-catalogue Obat Ketersediaan Obat dalam Penyelenggaraan JKN: Formularium Nasional dan e-catalogue Obat Direktorat Tata Kelola Obat Publik & Perbekalan Kesehatan Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

Peran Asosiasi dalam Mendorong Integritas Sektor Usaha Farmasi

Peran Asosiasi dalam Mendorong Integritas Sektor Usaha Farmasi Komite Advokasi Nasional Antikorupsi Sektor Kesehatan Insert your company logo Peran Asosiasi dalam Mendorong Integritas Sektor Usaha Farmasi F Tirto Kusnadi Ketua Umum Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat mulai menyadari pentingnya menjaga kesehatan, dimana kesehatan merupakan salah satu faktor penting yang dapat mendukung dan mempengaruhi pekerjaan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN I. U M U M Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan 19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kesehatan merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan tuntutan masyarakat akan kualitas

Lebih terperinci

Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan SOSIALISASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN TAHUN 2015 Batam, 10 Desember 2015 Sistematika Presentasi Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pemilihan pemasok merupakan aktivitas yang kompleks, oleh karena itu diperlukan suatu metode yang tepat untuk penyelesaiannya (Wirdianto et al., 2008). Proses pemilihan pemasok bertujuan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan akan mendorong perusahaan untuk

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan akan mendorong perusahaan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan akan mendorong perusahaan untuk menciptakan suatu produk dengan keunggulan berbeda-beda. Situasi ini menurut adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Perwujudan komitmen tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Perwujudan komitmen tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh perusahaan. Persoalan tersebut menuntut manajemen untuk

BAB I PENDAHULUAN. oleh perusahaan. Persoalan tersebut menuntut manajemen untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis sekarang ini tampak semakin mengalami kemajuan yang sangat pesat baik yang bergerak di bidang perdagangan, manufaktur, maupun yang

Lebih terperinci

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG PENGADAAN OBAT DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI UNTUK KEBUTUHAN PELAYANAN SEGERA PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KALABAHI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbekalan kesehatan adalah pelayanan obat dan perbekalan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. perbekalan kesehatan adalah pelayanan obat dan perbekalan kesehatan digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Sistem Kesehatan Nasional diketahui bahwa subsistem obat dan perbekalan kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kefarmasian merupakan salah satu kunci pokok suksesnya sistem kesehatan. Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan moderen merupakan tempat berkumpulnya. pedagang yang menawarkan produknya kepada konsumen.

I. PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan moderen merupakan tempat berkumpulnya. pedagang yang menawarkan produknya kepada konsumen. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pusat perbelanjaan moderen merupakan tempat berkumpulnya pedagang yang menawarkan produknya kepada konsumen. Pasar ini terdiri dari sekelompok lokasi usaha ritel dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Salah satu hal mendasar yang harus diperhatikan dalam kehidupan manusia adalah kesehatan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis pengaruh..., Agnes Murniati, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis pengaruh..., Agnes Murniati, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri rumah sakit saat ini mengalami persaingan yang ketat dengan semakin mudahnya perizinan pendirian rumah sakit swasta. Lokasinya pun saat ini sudah tidak lagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Dari hasil evaluasi strategi perusahaan, analisis lingkungan internal perusahaan dan analisis lingkungan eksternal yang ada dalam industri farmasi Indonesia, maka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Teori 2.1.1 Tingkat Pelayanan (Service Level) Service level merupakan istilah yang banyak digunakan dalam manajemen persediaan yang merupakan besar presentase dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemasok merupakan salah satu mitra bisnis yang memegang peranan sangat penting dalam menjamin ketersediaan barang pasokan yang dibutuhkan oleh perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen berarti bahwa kinerja suatu barang atau jasa sekurang kurangnya sama dengan apa yang diharapkan (Kotler & Amstrong, 1997).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Segmentasi adalah usaha untuk membagi suatu populasi menjadi. tertentu untuk menjangkaunya (Kotler dan Amstrong, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Segmentasi adalah usaha untuk membagi suatu populasi menjadi. tertentu untuk menjangkaunya (Kotler dan Amstrong, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Segmentasi adalah usaha untuk membagi suatu populasi menjadi kelompok-kelompok yang dapat dibedakan satu sama lain. Salah satu cabang ilmu yang banyak mengambil

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x DAFTAR ISI KATA PENGANTAR....... i DAFTAR ISI......... iii DAFTAR TABEL..... vii DAFTAR GAMBAR..... ix DAFTAR LAMPIRAN...... x I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.... 1 1.2. Perumusan Masalah.... 4 1.3.

Lebih terperinci

Kata-kata kunci: Perilaku Konsumen, Motivasi Berbelanja, Toko Eceran

Kata-kata kunci: Perilaku Konsumen, Motivasi Berbelanja, Toko Eceran ABSTRAKSI. Bisnis ritel merupakan kegiatan usaha menjual barang atau jasa kepada perorangan untuk keperluan diri sendiri, keluarga, atau rumah tangga. Sedangkan eceran adalah suatu bidang pemasaran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada hakikatnya kesehatan adalah hak dasar yang senantiasa dimiliki oleh setiap manusia, tak terkecuali seluruh rakyat Indonesia. Menurut Undang - Undang Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan persaingan dalam industri ini cukup ketat karena semua saling

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan persaingan dalam industri ini cukup ketat karena semua saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri farmasi mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Hal ini menyebabkan persaingan dalam industri ini cukup ketat karena semua saling berebut pangsa pasar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi adalah salah satu faktor yang diperlukan bagi keberhasilan bagi suatu perusahaan atau organisasi, maka promosi merupakan salah satu senjata ampuh bagi perusahaan

Lebih terperinci

Salah satu unsur dalam bauran pemasaran adalah place atau. saluran pemasaran yang merupakan perantara bagi produsen

Salah satu unsur dalam bauran pemasaran adalah place atau. saluran pemasaran yang merupakan perantara bagi produsen 1. Saluran Pemasaran Salah satu unsur dalam bauran pemasaran adalah place atau saluran pemasaran yang merupakan perantara bagi produsen untuk menyampaikan produknya kepada konsumen. Dengan tidak adanya

Lebih terperinci