(1) Ada unsur gratisan yang disebar. Namanya juga promo. Kalo belum-belum mesti bayar, ribet dan orang mana mau?

Transkripsi

1 ILMUIMAN.NET: Koleksi Cerita, Novel, & Cerpen Terbaik Novela (16+) (c) ilmuiman.net. All rights reserved. Berdiri sejak 2007, ilmuiman.net tempat berbagi kebahagiaan & kebaikan.. Seru. Ergonomis, mudah, & enak dibaca.. karya kami, anda, kita semua. Peringatan: Pembaca yang sensi dengan seloroh ala internet, silakan stop di sini. Segala akibat menggunakan atau membaca, sepenuhnya tanggung jawab pembaca. Tokoh, alur cerita, & gambar ilustrasi bersifat rekaan. Bila ada kemiripan itu kebetulan. Silakan berkunjung ke ilmuiman.net. Terima kasih & salam. *** Viral Marketing Dongeng Manajemen Viral Marketing: Gimana Ini Kasusnya? Viral Marketing adalah suatu cara cepat dan murah menyebar 'virus', mulut ke mulut lewat media sosial. Virus ini bisa berupa informasi, produk, layanan, apapun. Ada beberapa hal yang mesti disiapkan agar viral marketing beneran menyebar seperti virus ganas. (1) Ada unsur gratisan yang disebar. Namanya juga promo. Kalo belum-belum mesti bayar, ribet dan orang mana mau? (2) Nyebarnya mesti cingcai, gampang, effortless. (3) Mesti sanggup nampung critical mass dengan efisien. Capek-capek marketing, kalo terus khalayak berduyun sistem gak bisa nampung, ya bubar. (4) Yang diboncengi untuk menyebar, kalo bisa dapet enak juga. Ikut cool. Kalo dibawah nya ketulis "Sent via ipad", wow! Dia merasa keren. Itu cool. (5) Penyebarannya tanpa terasa, nyisip, memanfaatkan jalur-jalur yang sudah menggurita. Bisa lewat media sosial yang sudah baku. , apapun. Yang penting menggurita. (6) Juga memanfaatkan semua channel dan cara yang mungkin secara luwes. Tidak cuma lewat satu macam cara.

2 ... Wah. Mumet nih kalo kebanyakan istilah manajemen terus, kebanyakan teori. Mending langsung aja, kita ilustrasikan dengan cerita tentang menyebarnya penyakit lambe ndomble... :-) Kalo pembuktiannya pake studi banding, itu ruwet lagi. Alkisah... Pada suatu hari beberapa waktu lalu.. dokter gemblung (bukan nama sebenarnya) kedatangan pasien Cak Sodik. Orang Njombang Cak Sodik itu. Rumahnya di Den Anyar. Walah, bodo amat sih sebenernya rumahnya dimana. Pokoknya,.. setelah haha-hehe, Cak Sodik lalu menyampaikan masalahnya pada sang dokter. "Dokter, anakku Brodin itu kayaknya kena penyakit lambe ndomble (bukan nama penyakit sebenarnya)", begitu katanya. "Ah mosok? Coba periksa darah dulu!" "Darah anak saya?" "Darah anak tuyul! Walah. Ya tentu darah anak'e sampeyan, Cak." "Di lab ya periksanya?" "Di tukang rujak cingur!" Ya sudah, sesuai rekomendasi dokter, Brodin anak Cak Sodik pun lalu periksa darah. Hasil pemeriksaan darah ternyata positif. Dokter langsung memberi advis. "Penyakit itu sangat menular. Beneran. Penyakit lambe ndomble!" "Penyakit lambe ndomble gimana, Dok?" "Lambe ndomble kecepit lawang!" (Sekali lagi: ini bukan nama penyakit sebenarnya. Atau mungkin sebenarnya malah bukan penyakit, melainkan bakat alam!) *** Viral Marketing: Kasusnya, Kasus Lambe Ndomble "Jadi gimana, Dok, Dok. Sampeyan kok cumak njedodok mawon.." kata Cak Sodik campur bahasa Jawa. Saking bingung dan paniknya. "Jadi.. anak sampeyan mesti dikarang-karang.." "Dikarantina mungkin, Dok maksudnya?" "Oh iya, se. Di-karantina." "Walah, dasar dokter gemblung." "Betul. Gemblung itu memang nama saya. Dokter Gemblung Pawiro Mlius, lengkapnya."

3 "Serius ya, Dok?" "Iya. Serius. Anak sampeyan mesti dikarantina!" "Kalo karandesi nggak bisa ya, Dok? Karan-desi ratnasari, gitu kalo ada!" "Karandesi, karantuti, karantitik, karanretno, karaniyem, karan-sulastri,.. semua nggak bisa. Yang bisa cuma karantina!" Cak Sodik garuk kepala. "Kenapa bingung, sampeyan?" Dokter bertanya. "Anu.. Masalahnya Dok.. anakku Brodin itu kan mbethik.. dia itu anu.. sempat cipikacipiki cap-cip-cup kembang kuncup sama si Iyem. Pembantu tetangga sebelah!" "Gitu ya?!" Dokter manggut-manggut. "Betul, Dok." "Ya kalo begitu,.. berarti Iyem juga harus diisolasi di karantina.." "Mulutnya diisolasi?!!" "Bukan! Diisolasi itu maksudnya dipisahkan dari masyarakat luas." "Ooo... Waduh.. Tapi, Dok.. kata Brodin anak saya itu.. dia itu cuma cip-cup tok lho. Nggak sempat ngisi buku tamu..." "Lhoo.. yang penting bukan soal ngisi buku tamu, Cak. Tapi saya kuatir malah baku tumpuk!" "Hah? Baku tumpuk itu apa lagiii?" "Itu istilah medis, Cak!" "Medis ya?" "Iya. Medis. Melet sambil dhidhis!" "Kok ada meletnya segala?" "Sst. Pokoknya katantina-lah. Iyem sama anakmu si Bensin itu tadi." "Brudin, Dok." "Beda ya?" "Mirip. Eh Dok.. tapi.. Iyem itu juga anu.. Dok." "Anu kenapa? Bemper belakangnya burik?" "Hah? Ini bukan soal bemper, Dok. Spakbor!" "Spakbornya kenapa? Waduh, ini tuh praktek dokter apa ketok mejik sih?" "Hehehe.. bukan soal bemper atau spakbor sih, Dok. Itu tadi saya mau bilang.. bahwa selain sama si Brodin.. mmm.. Iyem itu juga sempat cap-cup sama.. sama.. sama.." "Sama ayam?" "Sama saya Dok.. Hehehe.. Waduh, masak sama ayam. Sembarangan!" "Walah! Sampeyan rutin ngisi buku tamu?" "Sampe tiga jilid, Dok! Baku tumpuk!"

4 *** Viral Marketing: Penyebarannya Tak Terduga "Ya udah, Cak. Kalo gitu sampeyan juga masuk karantina!" kata si dokter. "Mmm terus Dok.." "Masih ada terusannya?" "Iya, Dok. Terusnya,.. saya ini rutin juga cap-cup sama Cita Crigala.. istri saya! Habis gimana? Goyang dribel sama goyang dedeuhnya mempesona.. Berarti istri saya mesti karantina juga ya, Dok?" Cak Sodik niatnya konfirmasi. "Waduh!" Si dokter malah kaget. "Waduh kenapa Dok?" "Mm.. anu... Mm anu.." "Kok mendadak gelisah, Dok? Bingung istilah medis lagi ya?" "Bukan. Mmm.. Enaknya terus SAYA sama Mince istri Pak RT ikut masuk karantina-nya hari apa ya? Masih muat apa enggak tuh tempatnya?" "Sampeyan, Dok?" Cak Sodik melongo. "I-i-iya. Saya." "Hah kok dokter ketular juga?" "I-iya. Maaf.." "Waduh... sama Mince istri Pak RT ya?!" "I-i-iya. Sering ngisi buku tamu." "Tiga jilid?" "Empat.." Selagi Cak Sodik melongo ujuk-ujuk Juleha istri si dokter muncul. Widih. Dokter Gemblung kontan pucet dan blingsatan. "Dik, ka-ka-kamu denger omongan saya barusan?" tanya si dokter takut-takut. Takut istri, biasa. Takut didamprat. Istrinya nyengir. "Ya dengerlah. Jelas", kata istrinya. "Ta-ta-tapi kok kamu nggak kelihatan marah, ya?" Si dokter bingung. "Udah. Wis. Jangan bingung! Ayo-ayo.. kita berangkat ke karantina sekarang. Saya juga ikut.. ngajak si Paimin itu sekalian ya.. supir kita!" "Hah, ngajak supir kita?!!" Dokter pun tambah bingung melongo. "Iya. Udah. Nggak usah banyak rembukan!"

5 Paimin pun lalu muncul... "Iya Gan, maap. Ijin ikut ya Gan.. Masuk karantina. Sambil ngajak artis duo srigunting sekalian.." "Hah?!! Duo Srigunting?!!!" Dokter dan Cak Brodin berbarengan menjerit. Gubrak.. Dan seperti itulah kisah menyebarnya penyakit lambe ndomble... Dalam waktu singkat, karantina pun penuh sesak. Rupanya, selain yang sudah kita bahas di atas, ada yang rutin mengisi buku tamu lagi. Yaitu lima puluh persen plus satu anggota dewan. Dewan kelurahan! Ditambah lagi, para asisten pribadinya yang cantikcantik. Malah asisten pribadi yang masuk seratus persen! Terakhir,.. yang nyusul masuk seorang tokoh masyarakat, calon peserta pilkada. Dia masuk membawa embe. Dua ekor. Begitulah dahsyatnya viral marketing. Bahkan embe aja juga bisa kebawa-bawa. Nggak tahu ini hubungannya sama viral marketing apa! (Dongeng Manajmen / ilmuiman.net)