BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan serta komunikasi,
|
|
- Sucianty Susanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan serta komunikasi, munculah yang namanya internet. Internet berfungsi sesuai dengan kebutuhan penggunanya atau pengakses internet tersebut. Melalui internet siapapun dapat dengan mudah untuk mengakses apapun atau berbagai situs yang ada dalam internet tersebut, salah satunya adalah situs porno yang menyajikan materi-materi pornografi yang bebas sensor. Kemudahan dan fasilitas seperti yang disediakan internet pun menjadikan sajian-sajian seksual di internet sangat variatif. Internet tidak hanya menampilkan materi pornografi dalam bentuk gambar-gambar, tetapi ada juga yang menampilkan gambar bergerak lengkap dengan suaranya, potongan video klip dengan durasi pendek sampai durasi yang panjang (Purwono,1998;Rahmawati dkk, 2002). Menurut Hurlock (Nugraheni, 2009) sejalan dengan berkembangnya teknologi dan komunikasi maka terjadi perubahan sosial yang serba cepat. Berlangsungnya perubahan sosial tersebut dan kebudayaan yang tidak sama menimbulkan perubahan sikap, antara lain perubahan sikap terhadap perilaku seksual di masyarakat. Perilaku seksual atau hal-hal berbau pornografi yang dulu dianggap tabu dan tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, saat ini oleh sebagian besar masyarakat dianggap sudah biasa dan bukan merupakan hal yang tabu lagi. Ditambah lagi dengan
2 munculnya smartphone yang semakin memudahkan setiap orang untuk mengakses situs-situs porno kapan saja dan dimana saja tanpa harus diketahui orang lain. Disebutkan dalam Widyastuti (2011) bahwa ada beberapa data fakta tentang pornografi di internet, yaitu diperkirakan ada 111 juta blog, 157 juta gambar, 568 ribu video, 662 juta situs, dan 26 milyar halaman pornografi di internet, kurang lebih setiap 5 menit sekali muncul satu situs porno baru, kira-kira 25% data yang dicari di mesin pencari (seperti Google) adalah pornografi, 60% kunjungan internet adalah menuju situs porno, kurang lebih 35% data yang diunduh adalah data pornorafi, setiap detiknya ada orang yang melihat pornografi di internet, ada lebih komunitas dewasa di Yahoogroups, kata sex adalah kata yang paling banyak dicari di internet. Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) tahun 2013, mengatakan bahwa Indonesia saat ini sudah menduduki peringkat pertama dalam negara pengakses situs pornografi di dunia maya dan ironisnya diantara para pengakses situs porno tersebut adalah anak-anak di bawah umur. Hasil survey Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun yang sama terhadap remaja mengungkap bahwa 97 persen remaja pernah menonton atau mengakses pornografi, 62.7 persen responden pernah berhubungan badan dan 21 persen diantaranya telah melakukan aborsi ( Melihat data tersebut, sungguh memprihatinkan karena faktanya pornografi adalah hal yang sudah tidak tabu lagi, remaja sudah pernah mengakses dan menonton pornografi bahkan remaja-remaja 2
3 tersebut sudah pernah melakukan aborsi akibat melakukan hubungan seksual diluar nikah yang diduga salah satu penyebabnya adalah akibat dari perilaku menonton pornografi tersebut. Suatu perilaku tertentu akan dilakukan atau tidak akan dilakukan ditentukan oleh seberapa besar intensi untuk melakukan perilaku tersebut (Azwar, 1995). Dengan kata lain mengakses atau menonton pornografi ditentukan oleh seberapa besar intensi untuk mengakses atau menonton pornografi tersebut. Semakin besar intensi untuk mengakses atau menonton pornografi tersebut maka semakin besar pula kemungkinan untuk mengakses atau menonton pornografi tersebut. Menurut Fishbein dan Ajzen (dalam Djuwariyah, 2011) intensi adalah komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Azjen (dalam Manurung, 2010) menambahkan faktor-faktor yang mempengaruhi intensi adalah faktor pribadi (sikap, kepribadian, nilai, kondisi emosi, intelegensi), faktor sosial (usia, jenis kelamin, ras dan etnis, pendidikan, pendapatan, religi atau kepercayaan), dan informasi (pengalaman, pengetahuan, media), informasi yang diperoleh mendasari keyakinan individu untuk membentuk perilaku berdasarkan intensi yang dimilikinya. Dengan demikian, remaja yang mendapatkan informasi yang salah mengenai hal seksualitas sehingga membentuk keyakinan bahwa mengakses pornografi adalah bukan hal yang salah akan cenderung menguatkan intensi untuk mengakses pornografi dan menonton pornografi tersebut. 3
4 Kegiatan mengakses dan menonton pornografi yang terus-menerus dilakukan dapat menimbulkan dampak negatif (Fitriasary dan Muslimin, 2009) salah satunya bagi perkembangan kepribadian yaitu seperti malas bekerja, suka berfantasi, menjadi kecanduan, hingga kehilangan orientasi tentang masa depan. Oleh sebab itu, remaja harus mampu mengendalikan dirinya agar mampu mengendalikan perilakunya kearah yang positif dan mencegah dirinya dari perilaku yang negatif seperti mengakses dan menonton pornografi yang akan menimbulkan dampak negatif bagi dirinya. Gottfredson dan Hirschi (dalam Jeffrey G. Snodgrass et al.,2012) berpendapat bahwa kontrol diri (self-control) merupakan kemampuan untuk melakukan pengendalian diri dalam menghadapi perilaku negatif, individu dengan kontrol diri yang rendah cenderung menyerah pada godaan perilaku negatif karena mengalami kesulitan mengantisipasi kerugian jangka panjang perilaku mereka, sebaliknya individu dengan pengendalian diri yang tinggi bisa menahan godaan perilaku negatif tersebut karena mereka menyadari kerugian yang akan mereka dapatkan kedepannya. Dengan kata lain, kemampuan mengontrol diri (self-control) dapat membantu remaja ini mengendalikan diri dan mengatur perilakunya. Remaja yang memiliki kontrol diri yang tinggi akan mampu mengarahkan dan mengatur perilakunya secara positif serta mampu mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin dihadapi sehingga menghindari perilaku yang negatif. Sebaliknya, remaja yang memiliki kontrol diri yang rendah kurang mampu mengarahkan dan mengatur perilakunya secara positif 4
5 dan mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin dihadapi sehingga tidak dapat menghindari untuk berperilaku negatif. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pornografi saat ini bukanlah hal yang tabu lagi sehingga membuat remaja sudah pernah mengakses dan menonton pornografi, bahkan banyak remaja yang sudah pernah melakukan aborsi akibat dari perilaku mengakses dan menonton pornografi tersebut. Oleh sebab itu remaja harus mampu mengendalikan dirinya (self-control) untuk tidak mengakses dan menonton pornografi karena akan menimbulkan dampak yang negatif bagi dirinya. Remaja yang memiliki kontrol diri tinggi, mampu mengendalikan perilakunya dari perilaku mengakses dan menonton pornografi sehingga cenderung memiliki intensi mengakses pornografi yang rendah. Sebaliknya remaja yang memiliki kontrol diri rendah, tidak mampu mengendalikan perilakunya dari perilaku mengakses dan menonton pornografi sehingga cenderung memiliki intensi mengakses pornografi yang tinggi. Penelitian ini merupakan studi tentang kontrol diri (self-control) dan intensi mengakses pornografi yang dilakukan pada mahasiswa reguler Universitas Esa Unggul. Fenomena mengenai kontrol diri (self-control) dan intensi mengakses pronografi pada mahasiswa reguler Universitas Esa Unggul didapat dari berdasarkan wawancara dan observasi yang peneliti lakukan di Universitas Esa Unggul bahwa banyak sekali mahasiswa yang menyimpan baik gambar ataupun video pornografi ditelepon genggamnya, banyak mahasiswa yang menonton film porno bersama saat 5
6 diperpustakaan atau dikantin ataupun saat mereka sedang nongkrong bersama sambil minum kopi dan merokok, serta bahkan tidak sedikit mahasiswa yang mengakses situs-situs porno saat berada dikelas ketika dosen sedang mengajar sekalipun. Hasil wawancara awal yang penulis lakukan pada tanggal 20 Oktober hingga 25 Oktober 2014 terhadap beberapa mahasiswa UEU sebagai responden, seluruh responden menyatakan pernah menonton film porno atau mengakses situs porno. Seluruh responden juga mengatakan mereka biasa menonton atau mengakses situs porno tersebut melalui smartphone ataupun laptop masing-masing serta menyimpannya dalam memori handphone mereka masing-masing. Seperti yang diakui oleh salah satu mahasiswa Universitas Esa Unggul berinisial A yang berusia 20 tahun, berikut petikan wawancaranya: pernah.. kalo gue sih emang biasa nyimpen di hape sama laptop, sebagian ada yang gue simpen di hape.. video-video, gambar-gambar, yaa paling banyak sih gambar-gambar emang. Gue biasa dapet sih dari temen, banyak yang share link atau gue cari sendiri.. lebih enak sih emang kalo carinya lewat hape soalnya kan sekarang udah gampang banget cari yang begituan apalagi sekarang hapenya kan udah canggih semua cuma modal internet sama wifi doang udah bisa dapet kayak gituan kapan aja lo mau yaa kan.. terus kalo dihape juga kan lebih privat jadi ga ada orang yang tau, kalo laptop juga privat sih tapi kan dia layarnya gede jadi kalo orang ga sengaja liatpun juga bakal ketahuan gue lagi liatin apa. Petikan wawancara diatas menunjukkan bahwa A sudah pernah menonton dan mengakses pornografi, A biasa menggunakan smartphonenya untuk mendapatkan materi-materi pornografi karena dianggap lebih mudah untuk didapatkan dan alasan privasi karena bisa mengakses pornografi tersebut tanpa diketahui oleh orang lain. Selain itu, yang menjadi sasaran A dalam mendapatkan materi pornografi adalah link 6
7 dari temannya yang saling berbagi untuk mendapatkan materi pornorgrafi tersebut. A juga memiliki pengendalian diri yang cenderung rendah karena A mengakui bahwa ia menyimpan materi pornografi dalam handphonenya yang artinya A tidak mampu mengendalikan dirinya untuk tidak mengakses pornografi lagi tetapi A malah menyimpannya dalam handphone dan laptop miliknya, hal ini juga berarti A memiliki intensi untuk mengakses kembali dan akan mendapatkan kembali materi pornografi dengan mudah karena sudah disimpan dalam handphone dan laptopnya. Mahasiswa UEU berinsial B, 19 tahun. pernah.. pernah.. kalo gue sih yaa bisa dimana aja.. dikelas pernahlah.. iyalah, sama temen-temen juga pernah nonton bareng.. ya itu eeee karena itu awalnya suka diajakin buat nonton bareng, kalo lagi ngumpul kadang kan temen suka ada aja tuh yang suka update begituan atau suka ngajak eh ada film baru nih yaa terus kan kita jadi nonton bareng.. hmmm biasa pake laptop, kalo ramean kan enaknya pake latptop kalo hp kekecilan hehe.. yaa kalo nonton sih yaa dimana aja menurut kita enak buat nonton.. hmmm perpus pernah, kantin pernah, kelas juga pernah, dibawah pohon kek yaaa pokoknya dimana ajalah yang penting ngga menarik perhatian orang ajalah.. Petikan wawancara diatas menunjukkan bahwa B menonton pornografi diawali karena ajakan temannya saat sedang berkumpul sehingga situasi yang mendukung B untuk mengakses pornografi tersebut menyebabkan B memiliki intensi yang cukup tinggi untuk menonton pornografi juga bersama dengan teman-temannya, B juga memiliki pengedalian diri yang masih rendah karena B biasa mengakses pornografi dimana saja. Mahasiswa UEU berinisial R, 20 tahun. iya.. gue liat itu pastinya karena ingin tahulah, mulai pertama kali akses kayak gitu itu smp, terus nonton film-film porno, beli majalah-majalah porno, hmm jadi keterusan liat hal-hal yang kayak gitu.. hmmm dari situ gue jadi penasaran terus yaa coba-coba praktek akhirnya jadi sering melakukan itu(seks) sama pacar gue.. iyaa 7
8 gue tau sih itu ngga baik tapi gimana dong karena keseringan melihat yang kayak gitu mungkin.. hmm kalo sekarang sih hmm gue mau akses itu kalo misalnya lagi hujan hahaha ngga tau sih soalnya kalo suasananya lagi dingin itu tiba-tiba aja gue mau nonton yang kayak gitu.. pastilah,hmm kalo gue udah pengen yaa pasti gue cari lah semua hal yang berbau itu.. mau film nya kek, gambar-gambar kek, cerita-cerita sex gitu, video.. iyaa gue akuin gue udah kecanduan, gue mungkin udah kecanduan kalii soalnya kayak yang tadi gue bilang kalo lagi dingin itu gue sebenernya ingin melakukan itu(seks) sama pacar gue, tapi kan ga mungkin hmm ngga mungkin kan setiap gue mau terus pasti dilakuin juga ngga mungkin.. jadi pasti gue lampiasinnya nonton film-film porno terus akses situs-situsnyaa hmm ya yang kayak tadi gue bilang lah.. pokoknya ya gue puas aja setelah nonton dan liat itu semua.. gue sih pernah jadi males kuliah, maunya pacaran terus sama pacar gue, jadinya pernah gue hampir semua mata kuliah ga lulus selama satu semester karena gue ga pernah masuk.. hmm karena gue waktu itu lagi kecanduannya(seks) sama pacar gue hahaha eee awalnya sih karena sering nonton dan liat-liat hal yang kayak gitu sih pastinya hahaha Petikan wawancara diatas menunjukkan bahwa R mengakses situs pornografi karena diawali rasa ingin tahu, dari rasa ingin tahunya tersebut R memiliki intensi yang tinggi untuk mengakses pornografi karena R menjadi terbiasa menonton filmfilm pornografi tersebut sehingga menjadi kecanduan dan akhirnya melakukan hubungan seksual pranikah dengan pasangannya. R juga tidak mampu mengendalikan dirinya dengan baik terlihat dari pernyataan R yang mengatakan karena pelampiasan dorongan seksualnya yang tidak bisa ia lakukan dengan pasangannya kemudian menyebabkan R mengakses situs-situs porno dan menonton film porno sampai kecanduan sehingga membuat R jadi malas kuliah dan hampir seluruh mata kuliah selama satu semester tidak lulus. Mahasiswa UEU berinisial E, 19 tahun. hmmm.. hahaha pernah..pernahlah.. gue pernah nabung ngumpulin duit cuman buat beli majalah dewasa gitu saking gue pengen tahu, pengen liat gitu.. kalo sekarang sih gue tinggal cari aja di internet, gue juga punya film-film porno gitu beberapa ada nih yang di hp gue... pernah sih pernah, gue lagi pengen banget nih nonton soalnya baru dapet film(porno) baru kan dari temen gue gitu, tapi karena gue 8
9 lagi banyak tugas terus dikejar deadline jadinya gue pilih fokus kerjain tugas dulu lah.. hmm penasaran banget sih sebenernya, kepo jugalah.. tapi hmmm gimana lagi hmm tugas dulu lah jadi gue baru nonton nya seminggu kemudian pas tugas gue udah kelar semua hahaha Mahasiswa UEU berinisial S, 20 tahun. iya pernah.. eee biasanya sih lewat internet gue tau pornogitu.. mmm kepingin tau aja sih awalnya waktu gue lagi seraching-searching buat tugas gitu eee terus kita buka aja suka muncul gambar-gambar apa iklan-iklan gitukan.. yaa jadinya kepingin taulah, pingin buka(situs).. tapi eee ga setiap gambar atau iklan itu muncul terus pingin dibuka semua eee yaa ngga juga.. hehehe ngga sih, abis pas mau buka terus inget lagi kalo lagi nyari tugas terus ngga penting jugalah buka-buka(situs) begituan.. menurut gue sih ngga ada untungnya juga buat gue, eeee orangkan beda-beda mungkin ada orang yang emang suka gitukan nonton film-film porno gitu, tapi kalo gue sih mikirnya biasa aja eee ga penting aja.. Petikan wawancara diatas menunjukkan bahwa E dan S sudah pernah mengakses pornografi. E dan S masih mampu mengendalikan dirinya untuk tidak mengakses pornografi karena mampu menentukan hal yang lebih utama dan penting untuk dilakukan dibandingkan dengan mengakses pornografi. E masih mampu mengendalikan dirinya untuk tidak menonton pornografi saat dirinya masih banyak tugas, E masih dapat mempertimbangkan bahwa tugas kuliahnya harus didahulukan walaupun E memiliki intensi yang tinggi untuk mengakses pornografi yang ditunjukkan dengan pernyataan bahwa dirinya sangat penasaran dan ingin menonton pornografi. Serupa dengan E, S tidak jadi membuka situs pornografi tersebut karena menurutnya membuka situs atau menonton pornografi bukanlah hal yang penting dan menguntungkan untuk dirinya. S ingin mengakses pornografi karena adanya stimulus seperti gambar-gambar atau iklan-iklan yang muncul di internet membuat S memiliki intensi untuk membuka situs pornografi tersebut, namun S mampu mengendalikan 9
10 dirinya karena ia sadar bahwa mengerjakan tugasnya lebih utama dan penting sehingga tidak jadi membuka situs pornografi tersebut. Berdasarkan dari hasil beberapa wawancara diatas dapat dilihat bahwa seluruhnya telah mengakses ataupun menonton pornografi. Dapat diketahui pula bahwa ada mahasiswa yang tidak mampu mengendalikan dirinya untuk tidak mengakses pornografi karena didukung oleh situasi yang memudahkannya untuk mendapatkan materi pornografi yaitu melalui handphonenya yang bisa mengakses pornografi dimana saja dan kapan saja sehingga cenderung memiliki intensi yang tinggi untuk mengakses pornografi. Ada juga mahasiswa yang tidak mampu mengendalikan dirinya, yaitu melakukan hubungan seksual pranikah dengan pasangannya karena sudah kecanduan menonton film pornografi. Namun, ada juga mahasiswa yang mampu mengendalikan dirinya karena mampu mempertimbangkan hal yang lebih utama dan penting bagi dirinya yaitu lebih mendahulukan tugas kuliahnya dibandingkan keingingannanya untuk menonton pornografi sehingga cenderung memiliki intensi yang rendah untuk mengakses pornografi. Berdasarkan uraian di atas membuat peneliti tertarik ingin mengetahui hubungan kontrol diri (self-control) dengan intensi mengakses pornografi pada mahasiwa reguler Universitas Esa Unggul. 10
11 B. Identifikasi Masalah Internet memudahkan siapapun untuk memperoleh informasi yang diinginkan oleh penggunanya, termasuk mahasiswa. Dengan internet mahasiswa menjadi lebih mudah memperoleh informasi ataupun pengetahuan tambahan yang menjadi sumber materi pendidikan selain dari buku-buku. Mahasiswa yang aktif dalam menggunakan internet dapat menambah pengetahuannya karena melalui internet mahasiswa dapat memperoleh informasi pengetahuan apapun yang mereka inginkan. Namun internet yang memudahkan untuk mengakses apapun tersebut bisa memiliki efek negatif yaitu tidak adanya batasan ataupun kontrol untuk tidak mengakses hal-hal yang negatif kecuali dirinya sendiri. Semua orang bebas untuk mengakses apapun dalam internet hanya dengan mengetik keyword yang dicari atau diinginkan maka semua informasi tersebut akan muncul dalam waktu singkat. Kemudahan untuk mengakses internet seringkali disalah gunakan oleh mahasiswa. Disamping untuk mendukung pelajaran dan tugas-tugas, internet juga memberikan peluang mahasiswa untuk mengakses pornografi. Mahasiswa dimudahkan dengan internet untuk mengakses pornografi kapan saja dan dimana saja. Mahasiswa yang mampu mengontrol dirinya dengan baik akan mampu menahan dorongan-dorongan (stimulus) dalam dirinya untuk tidak mengakses pornografi tersebut sehingga tetap menggunakan internet untuk mencari materi tugas kuliah mereka. Namun mahasiswa yang kurang mampu mengontrol dirinya akan tergoda untuk mengakses pornografi tersebut bahkan sampai ada mahasiswa yang kecanduan 11
12 untuk mengakses pornografi hingga melakukan hubungan seksual pranikah dan jarang masuk kuliah. Berangkat dari permasalahan tersebut maka peneliti ingin melihat hubungan kontrol diri (self-control) dengan intensi mengakses pornografi pada mahasiswa reguler Universitas Esa Unggul. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui hubungan antara kontrol diri (self-control) dengan intensi mengakses pornografi pada mahasiswa reguler Universitas Esa Unggul. 2. Mengetahui gambaran intensi mengakses pornografi pada mahasiswa reguler Universitas Esa Unggul. 3. Mengetahui gambaran intensi mengakses pornografi dilihat dari pengetahuan dampak mengakses pornografi dan media yang digunakan untuk mengakses pornografi pada mahasiswa reguler Universitas Esa Unggul. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan ilmu bidang psikologi khususnya diharapkan dapat menambah 12
13 informasi untuk penelitian-penelitian berikutnya yang berkaitan dengan kontrol diri dan intensi mengakses pornografi pada remaja. 2. Manfaat Praktis Diharapkan dapat memberikan manfaat dan informasi kepada mahasiswa khususnya mahasiswa Universitas Esa Unggul untuk mampu mengontrol dirinya untuk melakukan perilaku yang lebih positif dibandingkan dengan mengakses pornografi. E. Kerangka Berpikir Mahasiswa berada pada rentang usia remaja akhir yaitu rentang usia 18 sampai 22 tahun (Hurlock,2004). Mahasiswa dituntut untuk menjadi mahasiswa yang mempunyai kesadaran untuk menggali informasi, ilmu pengetahuan, berfikir kritis, dan cepat tanggap terhadap permasalahan yang terjadi disekitarnya. Sesuai dengan kemajuan teknologi dan komunikasi, mahasiswa aktif untuk menggali informasi dan ilmu pengetahuan yang dimudahkan oleh internet. Melalui internet mahasiswa dapat memperoleh informasi apapun tentang berbagai ilmu pengetahuan. Selain itu, dengan internet mahasiswa juga semakin dimudahkan untuk mencari materi yang dibutuhkan untuk melengkapi tugas-tugas maupun informasi lainnya selain dari buku-buku karena melalui internet mahasiswa dapat mencari sumber pengetahuan kapan saja dan dimana saja. Namun kenyataan yang terjadi pada mahasiswa, internet sudah berubah fungsi yaitu bukan lagi untuk mengakses hal positif seperti mencari ilmu pengetahuan 13
14 tetapi untuk mengakses situs pornografi. Mahasiswa bisa mengakses internet dengan menggunakan smartphone milik mereka masing-masing bahkan mahasiswa bisa dengan mudah untuk mengakses, mengunduh dan menyimpan gambar-gambar atau video-video pornografi tersebut ditelepon genggam mereka masing-masing. Mahasiswa yang biasa dan sering mengakses pornografi dikhawatirkan akan menjadi terbiasa untuk mengakses pornografi tersebut hingga sampai pada tahap kecanduan akan pornografi. Adanya stimulus-stimulus seperti iklan-iklan atau gambar-gambar pornografi yang ada didalam internet tersebut, didukung suasana mahasiswa yang sedang mencari sumber materi tugas-tugas kuliah diwaktu istirahat mereka, lalu dari ajakan teman untuk menonton pornografi bersama memunculkan adanya intensi mahasiswa untuk mengakses pornografi tersebut. Intensi atau niat juga sangat menentukan perilaku tertentu akan dilakukan atau tidak akan dilakukan. Untuk itu, mahasiswa harus mampu mengendalikan dirinya (self-control) untuk mengontrol dan mengatur perilakunya dengan baik. Setiap mahasiswa memiliki kontrol diri yang berbeda-beda, ada yang memiliki kontrol diri tinggi dan ada yang memiliki kontrol diri yang rendah. Mahasiswa dapat dikatakan memiliki kontrol diri yang tinggi jika mahasiswa tersebut mampu mengatur perilakunya untuk tidak mengakses pornografi tersebut, mampu mengontrol rangsangan-rangsangan dari luar dirinya seperti iklan-iklan pornografi yang muncul diinternet atau ajakan teman untuk menonton ponografi tersebut ia abaikan, mampu 14
15 mengantisipasi peristiwa yang akan terjadi saat mahasiswa mengakses pornografi seperti kecanduan akan pornografi hingga melakukan hubungan seksual pranikah, mampu menilai atau menafsirkan bahwa mengakses pornografi itu merugikan karena membuang waktu yang harusnya bisa dipakai hal lain yang lebih bermanfaat seperti mencari informasi atau sumber materi tugas-tugas, sehingga mahasiswa tersebut mampu mengambil keputusannya untuk tidak mengakses pornografi. Dengan demikian mahasiswa yang memiliki kontrol diri tinggi, mahasiswa tersebut tidak memiliki minat terhadap pornografi seperti majalah-majalah pornografi, atau tidak mengunduh pornografi tersebut; mampu mengabaikan gambar-gambar atau iklaniklan pornografi yang muncul dalam internet; dan mampu mengabaikan ajakan teman untuk menonton pornografi bersama saat sedang nongkrong bersama-sama sehingga cenderung memiliki intensi yang rendah untuk mengakses pornografi. Sebaliknya, mahasiswa yang memiliki kontrol diri rendah adalah mereka yang tidak mampu mengontrol perilakunya untuk mengakses pornografi, tidak mampu mengontrol stimulus sehingga menyerah akan godaan stimulus yang ada yaitu seperti iklan-iklan atau gambar-gambar pornografi yang ada dalam internet, tidak mampu mengantisipasi peristiwa yang akan terjadi jika dirinya mengakses pornografi, tidak mampu menilai bahwa mengakses pornografi tersebut adalah hal yang merugikan dan membuang-buang waktunya, sehingga mahasiswa tersebut tidak mampu mengambil keputusannya untuk mengakses pornografi tersebut atau tidak. Mahasiswa yang kontrol dirinya rendah tersebut, mereka sudah mengetahui sumber-sumber yang bisa 15
16 diandalkan untuk mendapatkan materi pornografi tersebut baik dari teman, tempattempat yang menjual film-film dan majalah-majalah pornografi; mereka tergoda dengan iklan-iklan atau gambar-gambar pornografi yang muncul dalam internet tersebut ditambah dengan suasana yang sedang sendiri tanpa ada orang yang mengetahuinya; dan tidak bisa menolak ajakan teman untuk menonton pornografi saat nongkrong bersama serta bahkan saat kuliah meskipun sedang berada didalam kelas sehingga cenderung memiliki intensi yang tinggi untuk mengakses pornografi. Mahasiswa Kontrol Diri (Self-control) Mampu mengontrol perilaku Mampu mengontrol stimulus Mampu mengantisipasi peristiwa Mampu menilai atau menafsirkan peristiwa Intensi Mengakses Pornografi Perilaku (behavior) Sasaran (target) Situasi (situation) Waktu (time) Mampu mengambil keputusan Gambar 1.1 Kerangka Berpikir F. Hipotesis Dalam penelitian ini peneliti memberikan hipotesis yaitu adanya hubungan negatif dan signifikan antara kontrol diri (self-control) dengan intensi mengakses pornografi pada mahasiwa Universitas Esa Unggul. 16
BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswi merupakan bagian dari masa remaja. Remaja yang di dalam bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene (kata bendanya, adolescentia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mengkomsumsi rokok. Banyak di lapangan kita temui orang-orang merokok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok adalah perilaku membakar dedaunan (tembakau) yang dilinting atau diletakkan pada pipa kecil lalu menghisapnya melalui mulut dan dilakukan secara berulang-ulang
Lebih terperinciLEMBAR HASIL WAWANCARA (INFORMAN)
LEMBAR HASIL WAWANCARA (INFORMAN) Inisial Nama : MA Jenis Kelamin : Laki-Laki Umur Pendidikan Pekerjaan : 45 Tahun : SMA : Tidak Ada No. Variabel / Pertanyaan Informan Kemudahan Memperoleh Narkoba 1 Apakah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan ini khususnya dalam melatih kemampuan verbal, kuantitatif, berpikir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan peserta didik di tingkat perguruan tinggi yang akan mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian. Pengembangan kemampuan ini khususnya dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mahasiswa lulus dari mata kuliah tersebut. selalu menilai negatif, tidak mengikuti ujian, belum mengambil mata kuliah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49 tahun 2014 pasal 17 ayat 3b menyatakan bahwa mahasiswa yang mengambil program sarjana
Lebih terperinciLAMPIRAN II VERBATIM DAN FIELD NOTE RESPONDEN IC
LAMPIRAN II VERBATIM DAN FIELD NOTE RESPONDEN IC 106 107 VERBATIM WAWANCARA HASIL WAWANCARA SUBJEK 2 (IC) Hari : Selasa Tanggal : 13 Oktober 2015 Jam : 09.00-12.00 Tempat : Ruang tamu Kostan responden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perbedaan persepsi dan sikap terhadap pengalaman, sehingga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia adalah unik. Hal ini terjadi karena manusia tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang berbeda-beda, baik secara budaya, latar belakang pendidikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Individu yang memasuki tahap dewasa awal memiliki berbagai tugas perkembangan. Salah satu tugas perkembangan dewasa awal adalah mencari cinta (Santrock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai pakaian yang ketinggalan zaman, bahkan saat ini hijab sudah layak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hijab merupakan kewajiban bagi wanita umat Islam untuk menutup auratnya. Hijab sendiri kini tidak hanya digunakan oleh perempuan dewasa dan tua saja, akan tetapi sudah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Mahasiswa yang menjalani kuliah di kampus ada yang merasa kurang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa yang menjalani kuliah di kampus ada yang merasa kurang percaya diri (lack of confidence) ketika menghadapi permasalahan dan keadaan itu dapat menghambat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern saat ini semua informasi tidak tertutup oleh ruang dan waktu, karena saat ini telah terjadi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga memudahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemahaman tentang perilaku konsumen adalah tugas penting para pemasar. Para pemasar harusnya mencoba memahami perilaku pembelian para konsumen agar mereka bisa memberikan
Lebih terperinciLAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA
LAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA Penelitian ini menggunakan wawancara sebagai teknik dalam pengumpulan data dan dalam pelaksanaannya akan dilakukan wawancara yang mendalam dan terstruktur guna mendapatkan
Lebih terperinciThis is the beginning of everything
This is the beginning of everything Sudah cukup lama rasanya aku tak berhubungan lagi dengan Tomi. Dan sekarang, aku sudah kuliah. Ya, kuliah. Aku menjadi mahasiswa sekarang. Dimana inilah saat-saat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membahas suatu permasalahan atau fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skripsi adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan suatu karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian sarjana S1 yang membahas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tulis ilmiah atau skripsi merupakan persyaratan wajib bagi mahasiswa yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi (Gunawati, dkk 2006). Pada umumnya mahasiswa untuk program S1 menempuh waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini merupakan tahap yang kritis, karena merupakan tahap transisi dari masa kanakkanak ke masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan selanjutnya yang ditempuh oleh individu setelah lulus SMA. Individu yang melanjutkan pada jenjang perguruan tinggi akan
Lebih terperinciLAMPIRAN. 4. Menurut kamu sudah baik kah pelayanan humas? Ya mereka sudah bekerja dengan baik.
LAMPIRAN Transkip 1 : Informant bernama Vimala (2011-58-008) status mahasiswa aktif UEU fakultas Ilmu Komunikasi, Jurusan Broadcasting. 1. Apakah yang kamu ketahui tentang opini publik? Opini publik bagi
Lebih terperinciIngatan lo ternyata payah ya. Ini gue Rio. Inget nggak? Rio... Rio yang mana ya? Ok deh, gue maklum kalo lo lupa. Ini gue Rio, senior lo di Univ
Bab 1 Dina sangat bingung apa yang harus dilakukannya sekarang. Ia merasa sangat terpojok. Kenapa disaat-saat seperti ini ia bertemu lagi dengannya padahal ia sudah berhasil melupakannya. Dina kan? seorang
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Indonesia
1 LAMPIRAN 2 I. Identitas Pribadi Subjek 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Agama 4. Suku Bangsa Pedoman Wawancara Lampiran 1: Pedoman Wawancara II. Gambaran Pribadi Subjek 1. Masa Kecil Subjek (Prob: Peristiwa
Lebih terperinciIni Nih Rahasia di Iphone Yang Kamu Gak Tau
Ini Nih Rahasia di Iphone Yang Kamu Gak Tau Dwi Nugroho Dwiraharja89@gmail.com Abstrak Untuk kamu pengguna iphone yang ada di seluruh Indonesia, pasti kamu sering deh utak-atik gadget keren kalian itu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diwarnai dengan berbagai macam emosi, baik itu emosi positif maupun
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada umumnya pasti tidak akan terlepas dari permasalahan sepanjang masa hidupnya. Hal ini dikarenakan manusia merupakan makhluk sosial yang setiap harinya pasti
Lebih terperinci"Ya ampun ini anak pikirannya makan terus. Hahahaha," jawab Ricky "Yah keliatan kali dari pipi Ki. Hahaha," timpal Cella Persahabatan yang nyaris
PROLOG "Grace, gimana tadi bisa gak?" Tanya Cella "Bisa sih, mudah-mudahan dapat nilainya bagus yah Cel," jawab Grace "Hai cewek-cewek, gimana tadi UNnya bisa gak?" Ucap Ricky "Bisa dong," jawab Cella
Lebih terperinciTranskrip Wawancara. Informan 1. : Nilam Rahmadani. Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 18 Februari : Jl. Tj. Balai, Gg. Bersama Sunggal Kanan Medan
80 Transkrip Wawancara Informan 1 Nama : Nilam Rahmadani Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 18 Februari 1996 Alamat Hobi : Jl. Tj. Balai, Gg. Bersama Sunggal Kanan Medan : Nonton, travelling, renang dan olahraga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku seksual pranikah kerap menjadi sorotan, khususnya di kalangan para
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku seksual pranikah kerap menjadi sorotan, khususnya di kalangan para remaja. Hal ini tentu saja menimbulkan masalah karena perilaku tersebut dianggap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus
16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru dimana secara sosiologis, remaja
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA. Eksistensi Komunitas Lesbian Di Kota Bandung. (Suatu Fenomenologi Tentang Eksistensi Komunitas Lesbian Di Kota Bandung)
107 PEDOMAN WAWANCARA Hari, tanggal : Sabtu, 3 juli 2010 Waktu : 15.15 Tempat : Kostan, Sekeloa Nara Sumber : Diana Umur : 20 tahun pendidikan terakhir Pekerjaan : SMA : Mahasiswi Eksistensi Komunitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin marak di kehidupan masyaraat. Hal ini ditandai dengan semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini pada perkembangan jaman modern dengan globalisasi yang terus semakin marak di kehidupan masyaraat. Hal ini ditandai dengan semakin menjamurnya pusat
Lebih terperinciANALISIS MARKET RESEARCH UNEJ
1. Kegiatan selama liburan Bantu orang tua:3 Ya, kalo aku sih ya diem aja dirumah soalnya dirumah juga kan ada ibu punya took jadi bisa bantu-bantu (D,P,Aktif, Jalan-jalan:5 Kalo traveling, mungkin naik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individual yang bisa hidup sendiri tanpa menjalin hubungan apapun dengan individu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia di dunia ini dimana manusia memiliki akal, pikiran, dan perasaan. Manusia bukanlah makhluk individual yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode ketika terjadi perubahan kadar hormon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama rentang kehidupan manusia, telah terjadi banyak pertumbuhan dan perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase perkembangan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun (Santrock, 2005). WHO (dalam Sarwono 2013) juga menetapkan batas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa Sekolah Menengah Atas atau Kejuruan (SMA/K) berada pada rentang usia 15 18 tahun, usia ini berada pada fase perkembangan remaja. Remaja adalah masa transisi
Lebih terperinciPERTANYAAN WAWANCARA. Jenis kelamin: Pendidikan terakhir: Pendapatan/bulan : <3juta >3juta
PERTANYAAN WAWANCARA Nama: Jenis kelamin: Jabatan: Pendidikan terakhir: Lama bekerja: Pendapatan/bulan : 3juta 1. Saat ini ibu sedang menggunakan bank apa? Sudah berapa lama ibu menggunakan bank
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan individu yang telah lulus dari perguruan tinggi disebut sebagai Sarjana
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah individu yang menuntut pendidikan di perguruan tinggi, dan individu yang telah lulus dari perguruan tinggi disebut sebagai Sarjana (Sugiono,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan teknologi informasi dari tahun ke tahun berjalan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Perkembangan teknologi informasi dari tahun ke tahun berjalan dengan sangat pesat.penggunaan internet pun digunakan dari berbagai kalangan mulai dari mulai dari anak-anak,
Lebih terperinciPage 1. Menurut saya penting sekali, nanti berguna bagi dirinya sendiri untuk menghindari hal-hal negatif dari ligkungannya.
Page 1 10/6/16 Gambaran Pengetahuan dan Sikap Guru Terhadap Perilaku Seksual Remaja Quastion No. 1 Apa yang dimaksud pengertian perilaku seksual remaja? Dari mana bapak/ibu memperoleh informasi mengenai
Lebih terperinci1. Kegiatan selama liburan
1. Kegiatan selama liburan Dari 21 responden Surabaya, ternyata paling banyak mengisi waktu liburan dengan menghabiskan waktu dirumah. 5 orang jalan-jalan, dan 4 orang organisasi. Bantu orang tua: 1 Jalan-jalan:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Skripsi merupakan istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skripsi merupakan istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan suatu karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian sarjana S-1 yang membahas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi sangat pesat khususnya di bidang informasi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi sangat pesat khususnya di bidang informasi dan komunikasi pada era globalisasi seperti sekarang ini. Teknologi informasi merupakan istilah
Lebih terperinciLAMPIRAN A SKALA UJI COBA A-1. PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH
57 LAMPIRAN A SKALA UJI COBA A-1. PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH REMAJA AKHIR A-2. KEDEWASAAN 58 A-1. PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH REMAJA AKHIR 59 NO PERNYATAAN SS S TS STS 1. Saya senang membaca majalah dan komik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kalangan. Orang dewasa, remaja maupun anak-anak sekarang sudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Peran internet menjadi kebutuhan sumber informasi utama pada berbagai kalangan. Orang dewasa, remaja maupun anak-anak sekarang sudah menggunakan internet untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dunia pendidikan menjadi salah satu faktor penting yang dapat membantu perkembangan negara Indonesia. Melalui bidang pendidikan, Indonesia dapat mencetak sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase hidup manusia dimana fase ini terdapat banyak perkembangan pesat baik fisik, psikologis dan sosial. Perkembangan fisik ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia (2005). Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang
BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Mahasiswa adalah individu yang belajar di perguruan tinggi (kamus besar Bahasa Indonesia (2005). Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi serta
Lebih terperinciLampiran 3. Verbatim Subjek 1. Waktu Wawancara : Sabtu, 08 Februari 2014 PENELITI (P) SUBJEK1 (YS)
131 Lampiran 3 Verbatim Subjek 1 Subjek 1 : Waktu Wawancara : Sabtu, 08 Februari 2014 ENELITI () SUBJEK1 () Kode Verbatim Koding Hallo.. gimana kerjaannya? 1 Udah. Uda beres. Oke. Anakmu gimana kabarnya?
Lebih terperinciNo. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin Pendidikan terakhir : Pekerjaan :
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM STUDI KUALITATIF PERILAKU BUANG AIR BESAR PADA IBU RUMAH TANGGA YANG TIDAK MEMILIKI JAMBAN KELUARGA DI KECAMATAN SUKARESMI KABUPATEN GARUT 2009 Informan : Ibu rumah tangga No.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam bertingkah laku selalu berhubungan dengan lingkungan tempat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam bertingkah laku selalu berhubungan dengan lingkungan tempat ia tinggal. Menjalin hubungan dengan individu lain merupakan bagian yang tidak bisa lepas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Masalah Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang Masalah Penelitian Pada zaman mordernisasi ini, kemajuan dari fungsi telepon genggam semakin berkembang pesat. Tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau
Lebih terperinci4 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Perilaku Pencarian Informasi 4.1.1 Starting Ditemukan dua pola umum starting dalam penelitian ini. Dua orang informan memulai rangkaian kegiatan pencarian informasinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja disebut masa persiapan untuk menempuh masa dewasa. Taraf perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa anak-anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang individu dapat dikatakan menginjak masa dewasa awal ketika mencapai usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu mengalami
Lebih terperinci23 April 2013 Introduction
23 April 2013 Introduction Hello... kenalin nama gue Leo, biasa gue dipanggil hia-hia, koko atau dipanggil saat ada acara sunatan (boong deng) dan gue udah tau (baca: sok tau) yang kalian pikirin kenapa
Lebih terperinciPENDAHULUAN. mengajar yang berkaitan dengan program studi yang diikutinya serta hasil
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai seorang mahasiswa, mahasiswa dituntut untuk melakukan hak dan kewajiban. Hak sebagai mahasiswa adalah memperoleh layanan proses belajar mengajar yang
Lebih terperinciGURU. Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Ayo silahkan perkenalkan diri.
INT. CLASSROOM - DAY Suasana kelas yang bising akan obrolan murid terhenti oleh sahutan guru yang mendatangi mereka dan membawa seorang murid yang berdiri di depan pintu kelas. GURU Anak-anak, hari ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Ekonomi Asean (MEA) untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di. bidang ekonomi antar negara ASEAN (www.bppk.kemenkeu.go.id).
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 merupakan realisasi pasar bebas di Asia Tenggara yang telah dilakukan secara bertahap mulai KTT ASEAN di Singapura pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial budaya, yang berjalan antara umur 12
Lebih terperinciDAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. Uraian :... Uraian : Mengikuti diklat atau pelatihan akuntansi zakat (PSAK 109) : Uraian :...
LAMPIRAN DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA A. Latar Belakang Pendidikan 1. Pendidikan terakhir : Cukup 2. Latar belakang pendidikan : Cukup 3. Mengikuti diklat atau pelatihan akuntansi zakat (PSAK 109) : Cukup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tugas perkembangan individu dewasa adalah merasakan ketertarikan terhadap lawan jenis yang akan menimbulkan hubungan interpersonal sebagai bentuk interaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas perkembangan pada remaja salah satunya adalah mencapai kematangan hubungan sosial dengan teman sebaya baik pria, wanita, orang tua atau masyarakat. Dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi di masyarakat. Ada sebagian masyarakat yang berpendapat bahwa pendidikan seks perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi dan internet di Indonesia dari tahun ke tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan internet di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat dan diikuti juga dengan meningkatnya pengguna internet. Hal ini didukung oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal, yaitu dan tahun (Monks, dkk.,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar dalam perguruan tinggi, mahasiswa dalam perkembangannya digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal, yaitu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Internet saat ini merupakan fasilitas yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Banyaknya fitur yang ada di internet membuat penggunanya merasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang merupakan salah satu faktor yang memiliki peran besar dalam menentukan tingkat pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. peneliti dengan topik sesuai dalam pertanyaan-pertanyaan yang peneliti
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Paparan data disini merupakan uraian yang disajikan untuk mengetahui karakteristik data pokok yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan peneliti dengan topik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siap pakai dan berkualitas. Berkaitan dengan itu, pendidikan diharapkan mampu
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penggunaan teknologi dalam bidang pendidikan semakin meluas seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi yang begitu pesat menuntut untuk dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BlackBerry atau sering disingkat BB adalah sebuah smartphone buatan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BlackBerry atau sering disingkat BB adalah sebuah smartphone buatan Research In Motion (RIM), yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1997 oleh perusahaan
Lebih terperinciBAB I. Di era globalisasi saat ini, sungguh tak asing lagi berbicara mengenai dunia
17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, sungguh tak asing lagi berbicara mengenai dunia pendidikan. Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
Lebih terperinciPUBLISHED BY NetSukses.com
ONLINE SUPER MENTAL Hai hai!... Sahabat Netter, Dengan saya Rizky Lim ingin berbagi LAGI Tentang RAHASIA SUPER MENTAL Untuk menjalankan Bisnis APAPUN itu Baik online maupun offline untuk menghasilkan PROFIT
Lebih terperinciANALISIS MARKET RESEARCH UNS
1. Kegiatan selama liburan Dari 22 responden yang ada, sebanyak 8 orang menjawab jalan-jalan merupakan kegiatan yang dilakukan selama liburan berlangsung. 7 orang melakukan aktivitas organisasi/komunitas,
Lebih terperinciPublished By NetSukses.com
CARA GILA BRAND MARKETING! Sobat Marketer, Ketemu lagi dengan saya Rizky Lim di Buku Netsukses ini yang dimana akan buat kamu jadi makin SAKTI MENGHASILKAN Uang Di Internet!.. Nah kali ini saya mau ngasih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya pengggunaan media sosial. Media sosial merupakan media yang dapat diperoleh dari internet. Media
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan terdapat perusahaan rokok (duniaindustri.com, 2015). Menurut
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara pengkonsumsi rokok terbesar di dunia, dan terdapat 1.664 perusahaan rokok (duniaindustri.com, 2015). Menurut penuturan salah
Lebih terperinciBELAJAR DASAR FOOTPRINT halaman 1 BELAJAR DASAR FOOTPRINT
BELAJAR DASAR FOOTPRINT halaman 1 BELAJAR DASAR FOOTPRINT BELAJAR DASAR FOOTPRINT halaman 2 KATA SAMBUTAN Jiahhhh pake kata sambutan segala... biar kayak Lurah gitu ya? Abis mo ditulis Kata Pengantar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mengalami proses perkembangan secara bertahap, dan salah satu periode perkembangan yang harus dijalani manusia adalah masa remaja. Masa remaja merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kelompok remaja merujuk pada kelompok individu yang berada dalam kisaran usia 12-21 tahun. Kata remaja berasal dari bahasa Latin yang berarti kematangan,
Lebih terperinciLAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA
LAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA Penelitian ini menggunakan wawancara sebagai teknik dalam pengumpulan data. Dalam pelaksanaannya akan dilakukan wawancara yang mendalam guna mendapatkan data yang akurat. Pedoman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang semakin meningkat. Perkiraan resmi dari APJII (Asosiasi Penyelenggara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Internet sebagai media informasi dan rekreasi, saat ini memiliki pengguna yang semakin meningkat. Perkiraan resmi dari APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Lebih terperinciBAB 4 PEMBAHASAN Kategori Data yang Didapat Dari Hasil Wawancara. Fiksi Baru (mutakhir) Gambar Bahasa Kesukaan. Hiburan Hobi
BAB 4 PEMBAHASAN Hasil penelitian tentang tanggapan pustakawan dan pengguna terhadap cd permainan untuk menjadi koleksi perpustakaan SD Charitas menghasilkan beberapa kategori yang digunakan untuk melakukan
Lebih terperinciPROSES PENGUMPULAN DATA
LAMPIRAN PROSES PENGUMPULAN DATA 1. Berapa sering menonton televisi 2. Apa yang biasanya ditonton 3. Sinetron islami apa lagi yang sering ditonton 4. Bagaimana bisa mengetahui sinetron JIL 5. Mengapa tertarik
Lebih terperinciPENDAHULUAN. ini bukanlah sesuatu hal yang asing didengar. Beberapa pemberitaan-pemberitaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena mengenai remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah saat ini bukanlah sesuatu hal yang asing didengar. Beberapa pemberitaan-pemberitaan melalui media online,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan bagian dari generasi muda yang menjadi peletak dasar bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan oleh remaja
Lebih terperinciADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III PROFIL SUBYEK INFORMAN. Informan yang berhasil peneliti wawancarai adalah siswa SMA Negeri 2 Surabaya
BAB III PROFIL SUBYEK INFORMAN Bab ini akan membahas mengenai profil dari subyek informan yang telah diwawancarai oleh peneliti. Profil informan ini meliputi tentang kehidupan maupun kegiatan dari informan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak ke dewasa yang ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, moral, dan agama, kognitif dan sosial
Lebih terperinciDIMAS PRAMATA DEWI NURKHIKMAH
DIMAS PRAMATA DEWI NURKHIKMAH EKOR CICAK Diandra Creative Ekor Cicak Penulis: Dimas Pramata dan Dewi Nurkhikmah Editor: Tata Bahasa: Dewi Nurkhikmah Tata Letak: Sampul: Diterbitkan Oleh: Diandra Creative
Lebih terperinciRumah Ketua RT : (tok tok tok.) Assalamuallaikum.. permisi : Waallaikum salam eeeh perawat Evita.. apa kabar?
Setting: Di suatu hari yang cerah beberapa hari setelah dilakukannya implementasi oleh perawat Evita mengenai senam kaki dan edukasi mengenai terapi diet bagi sekelompok masyarakat yang menderita DM. Maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health Organization), batasan usia remaja adalah
Lebih terperinciScale Variance if. Cronbach s Item Deleted. Item Deleted. Deleted X1.916 X X X X X6 117.
Uji Validitas dan Reliabilitas Reliability Statistics Cronbach s N of Items Alpha.921 31 Item-total Statistics Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach s Item Deleted Item Deleted Total
Lebih terperinciLDR (Long Distance relationship)
LDR (Long Distance relationship) Abis gue tanyain tentang cowok yang di taksir Siska, Diki ngerasa dia butuh pacar baru. Akhirnya dia buka facebook.. nyari-nyari cewek. dia nemu tuh nama sama cewek cantik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa-masa yang amat penting dalam kehidupan seseorang khususnya dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia akan mengalami fase perkembangan, dimulai dari fase bayi, fase anak, fase remaja, fase dewasa dan perubahan yang signifikan dalam tahap perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia harus melewati tahap-tahap perkembangan di dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia harus melewati tahap-tahap perkembangan di dalam kehidupannya. Salah satu tahapan yang harus dilewati adalah masa dewasa awal. Masa dewasa awal (young
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Lazimnya masa remaja dimulai saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah. Semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode sekolah dimulai saat anak berusia kurang lebih 6 tahun. Periode tersebut meliputi periode pra-remaja atau pra-pubertas. Periode ini berakhir saat anak berusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap aspek kehidupan seperti menjadi lebih terbuka menerima teknologi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan zaman globalisasi berlangsung sangat cepat mempengaruhi setiap aspek kehidupan seperti menjadi lebih terbuka menerima teknologi, industri, dan perubahan budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu teknologi yang popular digunakan saat ini adalah internet, yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu teknologi yang popular digunakan saat ini adalah internet, yaitu jaringan komputer yang terhubung satu sama lain dan mampu dioperasikan hampir di semua tempat,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berdiri di Gorontalo. Terletak persis di tengah-tengah Kota Gorontalo atau
47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian SMA Negeri 1 Gorontalo adalah sekolah menengah atas yang pertama berdiri di Gorontalo. Terletak persis di tengah-tengah
Lebih terperinci