BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Hatta (2010) rumah sakit merupakan suatu unit fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit mempunyai kewajiban memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan pokok sasarannya masing-masing. Selain itu, juga mempunyai kewajiban administrator untuk membuat dan memelihara rekam medis. Upaya meningkatkan pelayanan tersebut, statistik merupakan hal yang sangat berperan penting di rumah sakit. Statistik adalah gambaran suatu keadaan yang dituangkan dalam angka. Angka dapat diambil dari laporan, penelitian, atau sumber catatan medis. Statistik dapat juga diartikan sebagai hasil dari penghitungan seperti rerata, median, standar deviasi, dan lain-lain. Arti lainnya adalah statistik merujuk pada metode/teknik statistik. Statistik rumah sakit yaitu statistik yang besumber pada data rekam medis, sebagai informasi kesehatan yang digunakan untuk memperoleh kapasitas bagi praktisi kesehatan, manajemen dan tenaga medis dalam pengambilan keputusan. Menurut Permenkes No. 269/MENKES/PER/III2008 dalam Rustiyanto (2010) rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Menurut Rustiyanto (2010), hubungan statistik rumah sakit dengan rekam medis sangatlah erat karena di dalam unit pelayanan rumah sakit haruslah ada yang namanya rekam medis, karena salah satu syarat akreditasi rumah sakit harus ada bagan/unit rekam 1

2 2 medis. Unit rekam medis selain memberikan pelayanan secara langsung kepada pasien, unit rekam medis juga berperan penting di dalam menyediakan data atau informasi tentang kegaiatan pelayanan di rumah sakit, data yang dihasilkan dari unit rekam medis tersebut dapat digunakan untuk mengolah data yang selanjutnya dapat digunakan untuk menyusun pelaporan rumah sakit. Pelaporan rumah sakit terdiri dari RL 1 sampai dengan RL 5. Pada RL 3 terdapat data kegiatan pelayanan rumah sakit yang merupakan laporan harian kegiatan rumah sakit dari setiap ruangan, baik dari ruang rawat inap yang berupa sensus harian pasien rawat inap, ataupun formulir lainnya yang telah diisi oleh perawat yang berjaga pada hari tersebut. Laporan diolah oleh bagian pengolah data sehingga laporan tersebut sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. Indikator yang paling sering digunakan untuk menilai rumah sakit dalam suatu pelaporan yaitu BOR, AvLOS, BTO, dan TOI. Menurut Barry Barber dan avid Johnson dalam Sudra (2010), perumusan dan perpaduan empat indikator (BOR, AvLOS, BTO, dan TOI) dituangkan dalam Grafik Barber Johnson yang digunakan untuk memantau dan menilai tingkat efisiensi pelayanan di rumah sakit. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan April menunjukan bahwa Rumah Sakit Umum aerah Nyi Ageng Serang Kulon Progo merupakan Rumah Sakit Umum aerah yang belum pernah melakukan evaluasi tentang efisiensi pengelolaan rumah sakit serta belum pernah melakukan evaluasi tentang ketepatan penghitungan sensus harian rawat inap. Rendahnya nilai BOR serta tingginya nilai TOI juga menjadi latar belakang peneliti untuk melakukan penelitian berupa mengevaluasi penghitungan efisiensi penggunaan tempat tidur berdasarkan Grafik Barber Johnson tahun 2015 di Rumah Sakit Nyi Ageng Serang Kulon Progo.

3 3 B. Rumusan.Masalah Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah proses penghitungan tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur di Rumah Sakit Umum aerah Nyi Ageng Serang Kulon Progo berdasarkan Grafik Barber Johnson?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Evaluasi penghitungan efisiensi penggunaan tempat tidur berdasarkan Grafik Barber Johnson tahun 2015 di RSU Nyi Ageng Serang Kulon Progo. 2. Tujuan Khusus Berdasarkan masalah yang dikaji, tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah : a. Membuat dan menganalisis Grafik Barber Johnson di Rumah Sakit Umum aerah Nyi Ageng Serang Kulon Progo b. Analisis proses penghitungan sensus harian rawat inap berdasarkan 5 M (Man, Money, Materials,Methode, Machine).. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Bagi rumah sakit 1) Sebagai bahan evaluasi rumah sakit guna memajukan kualitas rumah sakit 2) Sebagai kritik dan saran untuk rumah sakit dalam menerapkan unit kerja rekam medis dan mengembangkan terhadap kekurangan unit terkait rekam medis di rumah sakit. b. Bagi peneliti 1) Memberikan kesempatan kepada peneliti dalam menerapkan teori yang telah dipelajari pada saat diperkuliahan untuk dilaksanakan dirumah sakit. 2) Peneliti dapat menangkap peluang, potensi, kendala atau masalah-masalah sekaligus pemecahannya didalam melakukan pekerjaan perekam medis

4 4 3) Sebagai pengetahuan tambahan dan melatih kemampuan dalam mempersiapkan diri mengemban tugas-tugas selanjutnya dalam dunia kerja. 2. Manfaat Teoritis a. Bagi institusi pendidikan 1) Memberikan masukan kepada pihak institusi pendidikan dengan berbagai hal kemajuan dalam bidang rekam medis 2) Sebagai sarana pembanding dan pengembangan serta bahan diskusi pembelajaran. b. Bagi peneliti lain Sebagai referensi untuk peneliti lain. E. Keaslian Penelitian 1. Indriyani (2007) dengan judul penelitian Tingkat Efisiensi Pengelolaan RSU Tarakan Tahun 2006 ilihat dari Grafik Barber Johnson. Penelitian Indriyani bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi pengelolaan RSU Tarakan tahun 2006 dilihat dari grafik Barber Johnson. Hasil dari penelitian ini adalah jumlah tempat tidur di RSU Tarakan yaitu 200 tempat tidur. Nilai parameter RSU Tarakan tahun 2006 BOR 76,50%, LOS 3,66 hari, TOI 1,22 hari, BTO 76,31 kali. Berdasarkan data tersebut maka tingkat efisiensi pengelolaan RSU Tarakan berada didalam daerah efisien. Persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian Nafsi adalah menggunakan Grafik Barber Johnson sebagai media utama topik pembahasan penelitan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian Nafsi terletak pada tujuan, hasil dan pembahasan. Pada tugas akhir ini hanya membahas mengenai tingkat efisiensi pengelolaan tempat tidur berdasarkan Grafik Barber Johnson sedangkan peneliti membahas mengenai evaluasi penghitungan efisiensi penggunaan tempat tidur berdasarkan Grafik Barber Johnson di Rumah Sakit Umum aerah Nyi Ageng Serang Kulon Progo berdasarkan triwulan 1, 2, 3, 4 serta pertahunnya.

5 5 2. Arifin (2013) dengan judul Penyebab Tidak Adanya Titik Temu pada Grafik Barber Johnson di Rumah Sakit Jiwa Grhasia IY Penelitian Arifin bertujuan untuk mengetahui penyebab tidak adanya titik temu Grafik Barber Johnson di Rumah Sakit Jiwa Grhasia IY dengan rincian mengetahui pengumpulan data sensus harian rawat inap, mengetahui pengolahan data sensus harian rawat inap menjadi indikator statistik rawat inap, mengetahui penyajian indikator statistik rawat inap pada Grafik Barber Johnson, dan analisis faktor penyebab tidak adanya titik temu pada Grafik Barber Johnson. Penelitian tersebut menghasilkan analisis penyebab tidak adanya titik temu (titik Barber Johnson) di Rumah Sakit Jiwa Grhasia IY adalah ketentuan pembuatan Grafik Barber Johnson yang diperuntukan untuk rumah sakit umum tidak tepat apabila digunakan di rumah sakit jiwa. Persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian Arifin adalah menggunakan Grafik Barber Johnson sebagai media utama topik pembahasan penelitan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian Arifin adalah dalam tujuan, hasil dan pembahasan yang dimana penelitian Arifin membahas mengenai tidak adanya titik temu pada titik Grafik Barber Johnson sedangkan peneliti membahas mengenai evaluasi penghitungan efisiensi penggunaan tempat tidur berdasarkan Grafik Barber Johnson di Rumah Sakit Umum aerah Nyi Ageng Serang Kulon Progo berdasarkan triwulan 1, 2, 3, 4 serta pertahunnya.. 3. Irina (2011) dengan judul Perbandingan Tingkat Efisiensi Pengelolaan setiap Bangsal Ranap Tahun 2010 berdasarkan Grafik Barber Johnson di RSU Muntilan Kabupaten Magelang Penelitian Irina bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembuatan Grafik Barber Johnson di RSU Muntilan Kabupaten Magelang, mengetahui Grafik Barber Johnson secara komputerisasi di setiap bangsal di RSU Muntilan Kabupaten Magelang, dan membandingkan Grafik Barber Johnson komputerisasi dengan manual berdasarkan versi Rano Indradi Sudra, Soejadi, dan Ery Rustiyanto. Penelitian tersebut menghasilkan proses pembuatan dan periode pembuatan Grafik Barber

6 6 Johnson belum sesuai dengan prosedur tetap. Hasil perbandingan antara pembuatan Grafik Barber Johnson secara komputeriasi dan manual dengan berdasar teori dari Rano Indradi Sudra, Soejadi, dan Ery Rustiyanto memiliki hasil yang sama. Persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian Irina adalah menggunakan Grafik Barber Johnson sebagai media utama topik pembahasan penelitan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian Irina adalah dalam hal pembahasan yang dimana penelitian Irina membahas mengenai penghitungan Grafik Barber Johnson melalui komputerisasi dengan penghitungan Grafik Barber Johnson yang diberikan oleh Rano Indradi Sudra, Soejadi, dan Ery Rustiyanto sedangkan peneliti membahas mengenai evaluasi penghitungan efisiensi penggunaan tempat tidur berdasarkan Grafik Barber Johnson di Rumah Sakit Umum aerah Nyi Ageng Serang Kulon Progo berdasarkan triwulan 1, 2, 3, 4 serta pertahunnya. F. Gambaran Umum Rumah Sakit 1. Profil Rumah Sakit Umum aerah Nyi Ageng Serang Kulon Progo Rumah Sakit Umum aerah Nyi Ageng Serang merupakan Rumah Sakit Umum milik Pemerintah aerah Kabupaten Kulon Progo. Rumah sakit ini didirikan tahun 2013 dan direncanakan selesai tahun Peresmian dilakukan oleh Bupati Kulon Progo r. Hasto Wardoyo, Sp.Og [K,] bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional ke 50 pada tanggal 12 November 2014, dan telah mulai beroperasi melayani masyarakat selama 24 jam sejak tanggal 1 esember Pelayanan yang tersedia antara lain rawat jalan yang meliputi poli umum spesialis penyakit dalam, kebidanan dan KIA/KB, instalasi Gawat arurat, sedangkan unit penunjang adalah unit rekam medis, instalasi gizi dan laboratorium. Selain itu juga melayani APB II Kabupaten Kulon Progo. Tahun 2016 akan dibangun gedung ICU, IRNA II, III dan IV, sedangkan gedung rawat inap kelas 1 dan VIP, pagar, drainase dan rumah dinas akan dibangun tahun 2017.

7 7 2. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum aerah Nyi Ageng Serang Kulon Progo a. Visi Menjadi RSU unggulan dalam pelayanan publik berbasis komunitas. Uraian visi Unggulan : Mampu melayani dalam jumlah besar (cakupan yang banyak dan luas), dengan standar pelayanan prima (berkualitas, profesional dan proporsonal) Pelayanan publik berbasis komunitas : Memberikan layanan kesehatan, preventif, kuratif, rehabilitatif yang menjadi kebutuhan mayoritas (menjadi problem umum/jumlah kasus yang banyak ditengah masyarakat) b. Misi 1) Mewujudkan layanan prima untuk kasus rawat jalan dan rawat inap (PPK-2) secara umum 2) Mewujudkan sistem layanan yang unggul dalam penanganan kasus-kasus yang menjadi prioritas 3) Membengun jejaring, kerja sama dalam pelayanan dan pengembangan layanan (SM dan sarana penunjang) dengan lembaga pendidikan (fakultas kedokteran), RS rujukan (rs pendidikan), lembaga penyandang dana dan pihak pihak lain yang diperlukan 4) Mewujudkan kesejahteraan karyawan secara adil dan berbasis produktivitas yang optimal Uraian misi : 1) Layanan prima : Mewujudkan pelayanan yang memuaskan penggan (pasien) dalam setiap layanan karena kualitas kompetensi dan profesional yang diberikan oleh setiap pemberi layanan. Pelayanan yang diberikan selau dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah, pelayanan

8 8 diberikan dengan penuh etika dan segenap penghayatan serta rasa emphaty yang tinggi 2) Layanan yang unggul : Mampu menanggapi kasus secara profesional dan berkualitas khususnya kasus kasus prioritas yaitu kasus yang menimbulkan masalah atau banyak ditemukan dimasyarakat. a) Katarak (geriatri) dan b) Kelainan refraksi (anak dan remaja usia sekolah), c) Kontrasepsi (pasang IU, implant, MOW dan MP ), serta pelayanan kesehatan ibu dan anak, d) Kelainan bibir sumbing dan rehabilitasi kasus cacat fisik. e) Hemodialisa, radiasi dan kemoterapi lanjutan, dan kasus dengan paliatif maupun rehabilitative 3) Membangun jejaring, kerja sama dalam pelayanan dan pengembangan meliputi : a) Membangun jejaring sistem rujukan dengan klinik-klinik, puskesmas maupun RS lain b) Membangun kerjasama dengan RS pendidikan dan fakultas kedokteran dengan menjadi RS satelit/ jejaring pendidikan baik dalam kegiatan pelayanan, pendidikan maupun penelitian dan pengembangan c) Mewujudkan bentuk-bentuk layanan RS tanpa dinding : membangun kerjasama dengan lembaga pemerintah daerah sampai desa dan organisasi kemasyarakatan sebagai lingkungan/komunitas pasien, dalm rangka promosi kesehatan dan implementasi kegiatan follow-up serta evaluasi terhadapp pasien d) Membangun kerja sama dengan lembaga lembaga dan penyandang dana untuk program-program layanan maupun program promosi kesehatan

9 9 4) Mewujudkan kesehjateraan karyawan dengan cara yang adil dan berbasis produktivitas yang optimal a) Memberikan layanan prima bagi pelanggan internal (provider) melalui pemberian perhatian dalam berbagai urusan kepegawaian, kenyamanan dan keamanan dalam bekerja b) Mengoptimalkan produktifitas kerja dan rewards yang memadai c) Membuat lembaga-lembaga penunjang kesejahteraan seperti koperasi maupun paguyupan karyawan RSU.

10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Rumah Sakit Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit bahwa pengertian rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 2. Statistik Menurut Sudra (2010) kata statistik dapat diartikan dalam berbagai macam arti, salah satuarti telah disebutkan dan arti lainnya adalah sebagai Angka yaitu gambaran suatu keadaan yang dituangkan dalam angka. Angka dapat diambil dari laporan, penelitian atau sumber catatan medik. Statistik juga dapat diartikan sebagai hasil dari penghitungan seperti rerata, median, standar deviasi, dan lain-lain. Arti lainnya adalah statistik merujuk pada metode/teknik statistik dan teori. a. Statistik Rumah Sakit Statistik rumah sakit yaitu statistik yang menggunakan dan mengolah sumber data dari pelayanan kesehatan di rumah sakit untuk menghasilkan informasi; fakta; dan pengetahuan berkaitan dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit. alam pelayanan pasien di rumah sakit, data dikumpulkan setiap hari dari pasien rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat. data tersebut berguna untuk memantau perawatan pasien setiap hari, minggu, bulan, dan lain lain. Informasi dari statistik rumah sakit digunakan untuk berbagai kepentingan, antara lain: 1) Perencanaan, pemantauan pendapatan dan pengeluaran dari pasien oleh pihak manajemen rumah sakit 2) Pemantauan kinerja medis, dan 3) Pemantauan kinerja non medis.latar 10

11 11 b. Tujuan mempelajari statistik engan mempelajari dan menggunakan statistik rumah sakit, kita bisa mendapatkan berbagai informasi yang sangat berguna, misalnya : 1) Mengetahui alasan untuk pelayanan terhadap pasien 2) Biaya yang dibutuhkan untuk pelayanan terhadap pasien 3) Kualitas dari pelayanan yang diberikan 4) Berbagai informasi yang dibutuhkan oleh pihak penentu akreditas 5) Berbagai informasi yang dibutuhkan oleh pihak penanggung biaya pelayanan 6) Penentuan prioritas pelayanan 7) Mengelola keberagaman layanan dokter spesialis c. Siapa yang membutuhkan statistik rumah sakit Informasi, fakta, dan pengetahuan yang merupakan hasil dan aktivitas statistik rumah sakit sangat dibutuhkan oleh berbagai untuk berbagai kebutuhan, meliputi : 1) Manajemen rumah sakit 2) Unit pelaksana registrasi kanker 3) Unit keperawatan 4) Organisasi pelayanan kesehatan lainnya 5) Unit pengelola obat dan alkohol 6) Peneliti pelayanan kesehatan 7) Lembaga pendidikan tenaga kesehatan 8) Badan pengelola akreditasi 9) Pemerintah. d. Istilah-istilah dalam statistik efiniasi yang dipakai pada pengumpulan data statistik di rumah sakit bermacam-macam di setiap negara. Berikut daftar beberapa definisi yang digunakan pada beberapa negara : 1) Kunjungan/Attendance (bukan pasien rawat inap) Kunjungan yaitu setiap kedatangan pengunjung (pasien) ke rumah sakit untuk mendapatkan layanan yang tersedia di rumah sakit tersebut. Istilah ini umumnya digunakan untuk pasien yang mendapatkan pelayanan bukan diunit rawat inap. kunjungan

12 12 dicatat setiap kali pasien datang dan mendapatkan satu beberapa layanan yang tersedia. 2) Admisi/admissiion Proses resmi yang dialami seseorang pada saat diterima oleh rumah sakit dengan tujuan untuk memberikan pelayanan pengobatan pada pasien tersebut. Jika pasien tersebut keluar secara resmi dari rumah sakit dan kemudian kembali untuk pengobatan yang leih lanjut, proses admission berulang kembali dan admission kedua tercatat pada statistik. Kelahiran hidup di rumah sakit selama ini dipertimbangkan sebagai bentuk dari admisi yang dicatat terpisah dengan rekam medis ibunya. 3) Pasien keluar/discharge Menunjukan proses formal keluarnya seorang pasien rawat inap meniggalkan rumah sakit dan menandai akhir dari episode perawatannya. Jumlah pasien keluar meliputi pasien yang pulang ke rumah dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan lain, dan pasien yang meninggal. 4) Tempat tidur yang tersedia/bed count/available beds/bed complement Istilah ini menunjukan jumlah tempat tidur (TT) yang tersedia dan siap digunakan sewaktu-waktu untuk pelayanan rawat inap. jumlah ini merupakan total jumlah TT yang sedang dipakai maupun yang masi kosong. Bassinet (TT untuk bayi baru lahir) dihitung terpisah dari TT biasa. TT di ruang pemulihan, TT di ruang persalinan, TT di ruang tindakan tidak dihitung sebagai jumlah TT tersedia. 5) Pasien rumah sakit/hospital patient Meliputi pasien rawat jalan dan rawat inap yang mendapat layanan kesehatan di rumah sakit tersebut, meliputi semua jenis layanan yang dibutuhkan oleh pasien dan dilaksanakan oleh petugas rumah sakit yang bersangkutan.

13 13 6) Pasien rawat inap /inpatient Seorang yang menggunakan tempat tidur rumah sakit untuk tujuan mendapatkan layanan kesehatan. Jika seorang pasien sudah terdaftar sebagai paspien rawat inap tapi meninggal atau keluar sebelum sempat dihitung dalam sensus hari tersebut,maka pasien ini tetap dihitungkan sebagai pasien rawat inap, walaupun tindakan pelayanan yang telah direncanakan belum sempat dilaksanankan. Pasien yang masih dalam status pengawasan/observasi di ruang gawat darurat atau ruang observasi lainya, atau masih mempertimbangkan apakah mau dirawat inap atau tidak, tidak boleh dihitung sebagai pasien rawat inap. jika keputusan akhirnya adalah mau dirawat inap, maka waktu (jam) yang dicatat sebagai jam admisi adalah jam kedatangan pasien tersebut di unit gawat darurat atau unit observasi lainnya. Seorang bayi baru lahir yang dirawat inap adalah seorang bayi yang lahir di rumah sakit dan tercatat sejak awal sebagai pasien rawat inap. bayi ini bisa saja lahir normal atau bayi yang membutuhkan perawatan khusus, misalnya karena prematur atau dengan kelainan dan dirawat di bagian NICU. Bayi yang lahir normal dan dirawat di ruang bayi biasa harus dicatat terpisah degan bayi yag dirawat di NICU. 7) Pasien rawat jalan/outpatient/ Pasien rawat jalan yaitu seorang pasien yang menerima pelayanan di rumah sakit tanpa terdaftar di unit rawat inap atau sejenisnya. 8) Sensus Menunjukan jumlah pasien rawat inap pada satu waktu terrtentu. Sensus dilaksanakan pada waktu yang tetap setiap harinya misalnya menjelang malam. Jadi, hasil sensus menunjkan jumlah pasien yang sedang dirawat inap pada saat penghitungan sensus dilaksanakan.

14 14 9) Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) Menunjukan jumlah pasien yang dirawat inap pada saat dilakukan penghitungan sensus, ditambah dengan jumlah pasien adisi setelah dilakukan sensus yang lalu dan pulang sebelum dilakukan sensus berikutnya. 10) Persalinan/delivery Menunjukan suatu layanan persalinan, baik menghasilkan bayi yang lahir dalam keadaan hidup (lahir hidup) maupun yang lahir sudah dalam keadaan meninggal (lahir mati). Seorang wanita hamil yang bersalin bisa menghasilkan kelahiran multipel. Misalnya,wanita yang melahirkan kembar dua akan disebut sebagai satu persalinan dengan dua kelahiran. 11) Lahir hidup /live birth Setiap hasil pengeluaran lengkap dari rahim seorang wanita yang merupakan hasil konsepsi, tanpa memperhitungkan umur kehamilan, yang mana setelah dikeluarkan menunjukan adanya nafas atau tanda kehidupan lainnya, misalnya adanya denyut jantung; denyut tali pusat; atau gerakan dari otot rangka tubuh, walaupun tali pusat belum dipotong atau plasenta masih melekat disebut lahir hidup. 12) Lahir mati/fetal birth Menunjukan kondisi dimana janin yang dilahirkan atau dikeluarkan dari ibunya sudah dalam keadaan mati. Kondisi mati ini di tunjukan dengan adanya fakta bahwa janin yang dikeluarkan tersebut sama sekali sudah tidak bernafas atau sama sekali sudah tidak menunjukan tanda-tanda kehidupan lainnya seperti denyut jantung, denyutan tali pusat, atau gerakan otot rangka tubuh. 13) Kematian ibu/maternal death Merupakan kematian dari seorang wanita yang sedang hamil atau dalam kurun waktu 42 hari setelah penghentian kehamilan, tanpa melihat umur kehamilan dan lokasi kehamilan, dengan berbagai sebab yang berkaitan dengan kehamilannya atau pengelolaan kehamilannya, tetapi bukan karena kecelakaan atau penyebab insidental.

15 15 Kematian ibu dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu : a) Kematian ibu karena faktor obstetrik secara langsung (direct obstetric deaths) yaitu kematian ibu yang disebkan karena komplikasi langsung dari kehamilannya (masa kehamilan;persalinan;dan nifas), dari intervensi terhadap kehailannya, dari tindakan yag keliru, atau dari rangkaian halhal tersebut. b) Kematian ibu karena faktor obstetrik tidak sevara langsung (indirect obstetric deaths) yaitu kematian ibu yang diseabkan karena penyakit terdahulu atau karena penyakit yang berkembang selama masa kehamilannya dan tidak secara langsung karena sebab obstetrik tapi berkaitan sebagai efek fisiologis dari kehamilan. 14) Kematian neonatal/neonatal death Periode nenonatal yaitu periode sejak kelahiran hingga 28 hari kemudian. Kematian neonatal yaitu kematian bayi yang terjadi dalam masa sejak kelahiran hingga usia 28 hari. Kematian neonatal dapat dibagi menjadi : a) Early neonatal deaths (sejak kelahiran hingga usia 7 hari), dan b) Late neonatal deaths (hari ke-8 hingga ke-28 sejak kelahiran). 15) Kematian perinatal/perinatal death Masa perinatal dibatasi sejak masa kehamilan 22 minggu (154 hari), yaitu saat berat janin umumnya 500 g, hingga 7 hari setelah kelahiran. Jadi kematian perinatal yaitu kemtin terhadap janin atau bayi pada masa perinatal tersebut. 16) Lama dirawat/length of stay Menunjukkan jumlsh hari dimana seorang pasien mendapatkan layanan rawat inap. seorang pasien yang masuk perawatan dan keluar pada hari yang sama dihitung telah mendapat layanan rawat inap 1 hari. alam penghitungan, tanggal masuk pelayanan rawat inap dihitung sedangkan tanggal pasien keluar tidak dihitung. engan demikian maka untuk menghitung lama dirawat dapat digunakan rumus : Lama dirawat = tanggal keluar tanggal masuk.

16 16 17) Jumlah lama dirawat/total length of stay Menunjukan jumlah hari dimana sekelompok pasien rawat inap telah mendapat layanan sejak admisi hingga keluar. 18) Hari perawatan Jumlah pasien yang ada saat sensus dilakukan ditambah pasien yang masuuk dan keluar pada hari yang sama pada hari sensus diambil. Jadi lama dengan jumlah pasien yang menggunakan tempat tidur dalam periode waktu 24 jam (sama dengan bed day, patient day,patient service day ). Angka ini juga menunjukan beban kerja unit perawatan yang bersangkutan. 19) Jumlah hari perawatan/total pastient days Menunjukan jumlah hari perawatan dari setiap hari dalam periode waktu tertentu. Angka ini bisa didapatkan dari formulir sensus. 20) Patient day Merupakan satuan atau unit untuk menunjukkan pelayanan yang telah diterima oleh seorang pasien rawat inap selama periode 24 jam. 21) Transfer Menunjukkan jumlah pasien yang pindah dari satu unit perawatan ke unit perawatan lainnya dalam satu rumah sakit. Jika transfer ditujukan ke rumah sakit lain maka dihitung sebagai keluar (discharges). 22) Tahun kabisat Tahun kabisat yaitu tahun dimana ditambahkan 1 hari untuk mengharmoniskan dengan putaran musim di bumi. Bumi membutuhkan waktu 365,2422 hari untuk menyelesaikan satu putaran penuh mengelilingi matahari. Angka ini dibulatkan menjadi 365 sehingga 4 tahun terjadi kekurangan 1 hari karena faktor pembulatan ini. Itulah sebabnya, tahun kabisat terjadi setiap 4 tahun sekali. alam 1 tahun kabisat, 1 hari tambahan ini disebut hari kabisat dan ditambahkan pada akhir bulan februari sebagai hari ke-29.

17 17 3. Sensus pasien rawat inap a. Pengertian Menurut Sudra (2010) sensus pasien merupakan aktivitas yang rutin dilksanakan di rumah sakit. Sensus difokuskan pada sensus pasien rawat inap. sensus pasien rawat inap berarti secara langsung menghitung jumlah pasien yang dilayanidi unit rawat inap tersebut. Sensus harian rawat inap selain dihitung jumlah pasien yang masih ada di unit tersebut juga dihitung jumlah pasien yang masuk dan keluar pada hari yang sama dengan pelaksanakan sensus. Sensus umumnya dilaksanakan sekitar tengah malam (menjelang jam 24.00). Sebenarnya sensus boleh dilaksanakan jam berapapun asalkan jam sensus yang dipilih tersebut harus tetap/konsisten dan seragam disemua unit pelaksana sensus. Jadi, boleh saja sensus dilaksanakan rutin setiap jam di setiap unit pelaksana. Sensus yang beragam jam pelaksananya, bisa menyebabkan ketidakcocokan jumlah akhir pasien rawat inap pada saat sensus dari semua unit pelaksana tersebut direkap keesokan harinya. irektur rumah sakit selakyanya menerbitkan kebijakan yang menetapkan jam pelaksanaan sensus di rumah sakit yang bersangkutan. Kebiasaan penetapan jam pelaksanan sensus harian menjelang tengah malam ini memiliki beberapa keuntungan, misalnya : 1) Suasana umumnya lebih tenang, tidak banyak pengunjung keluarga pasien dan petugas lain 2) Susana umumnya lebih n yaman, tidak pasna seperti pada siang hari 3) Suasana umumnya lebih santai, tidak sedang sibuk seperti pada jam kerja 4) Periode sensus akan lebih identik dengan periode waktu 24 jam dalam pengertian hari, tidak memenggal hari. alam laporan sensus harian rawat inap, yang dilaporkan bukan hanya jumlah pasien yang masih dirawat, namun meliputi :

18 18 1) Jumlah pasien awal di unit tersebut pada periode sensus 2) Jumlah pasien baru yang masuk 3) Jumlah pasien transfer (jumlah pasien yang pindah dari unit/bangsal lain ke bangsal tersebut dan jumlah pasien yang dipindahkan dari bangsal tersebut ke bangsal lain) 4) Jumlah pasien yang keluar/pulang dari bangsal tersebut (hidup maupun mati) 5) Jumlah pasien yang masuk dan keluar pada hari yang sama dengan hari pelaksanaan sensus di bangsal tersebut 6) Jumlah akhir/sisa paspien yang masih dirawat di unit tersebut. Bayi yang baru lahir dihitung tersendiri/terpisah dalam laporan perinatologi. b. Hari perawatan Hari perawatan (= HP = inpatient bed day = bed day = patient day = inpatient service day) Jumlah pasien yang ada saat sensus dilakukan ditambah pasien yang masuk dan keluar pada hari yang sama pada hari sensus diambil. Jadi sama dengan jumlah pasien yang mengunakan tempat tidur dalam periode waktu 24 jam. Angka ini juga menunjukan tempat tidur dalam periode waktu 24 jam. Angka ini juga menunjukan beban kerja unit perawatan yang bersangkutan dalam suatu periode waktu. Jumlah hari perawtan/total patient days/total inpatient servicendays menunjukan jumlah hari perawatan dari setiap hari dalam periode waktu tertentu. angka ini bisa didapatkan dari formulir sensus. Periode 24 jam yaitu periode waktu diantara waktu pelaksanaan sensus pada dua hari yang berurutan. Penghitungan hari perawatan, tanggal masuk pasien ikut diperhitungkan tapi tanggal keluar tidak ikut diperhitungkan. Jika pasien cuti (pulang sementara, dengan ujun dokternya, dan akan masuk perawatan inap kembali pada waktu yang telah disepakati) maka hari cutinya tidak diikutkan dalam penghitungan lama dirawat/los pasien tersebut. Hari perawatan pasien anak-anak dihitung terpisah.

19 19 c. Pasien transfer Transfer merupakan kejadian pindahnya pasien dari satu unit rawat inap (bangsal) ke bangsal lainnya di rumah sakit yang bersangkutan. Jadi, pasien transfer masih berstatus sebagai pasien rawat inap di rumah sakit tersebut, belum dihitung keluar/discharge. Jika da bangsal yang menerima pasien transfer (dalam sensus akan dihitung sebagai pendahan) maka pasti ada bangsal yang telah mentransfer pasien tersebut (dalam sensus akan dihitung sebagai pasien dipindahkan). Adanya aktivitas transfer ini menjadi salah satu alasan kuat diseragamkan jam pelakasanaan sensus di semua bangsal dalam satu rumah sakit. Jika tidak seragam, bisa terjadi satu pasien transfer dihitung di lebih dari satu bangsal (dihitung dobel) atau sebaliknya seorang pasien transfer tidak dihitung keberadaanyya oleh bangsal manapun (hilang dari penghitungan sensus). d. Pasien masuk dan keluar pada hari yang sama Penghitungan lama dirawat/length of stay (LOS), pasien yang masuk dan keluar pada hari yang sama dihitung lama dirawatnya 1 hari perawatan. Jumlah pasien yang masuk dan keluar pada hari yang sama ini akan menjadi bagian yang ikut diperhitungkan pada saat kita menghitung hari perawatan (HP). e. Rekapitulasi sensus Proses rekapitulasi sensus harian dalam suatu periode, selain sebagai tahapan menyatukan dan menjumlahkan hasil dari sensus setiap harinya juga sebagai langkah mencocokkan/memverifikasi data tersebut. f. Rerata sensus pasien Rerata sensus harian menunjukkan rerata jumlah pasien yang dirawat setiap harinya dalam periode tertentu. rerata sensus harian dihitung dengan cara membagi total hari perawatan (HP, tidak termasuk bayi baru lahir) dengan jumlah hari dalam periode yang dimaksud.

20 20 g. Rerata sensus pasien BBL Rerata sensus harian bayi baru lahir menunjukkan rerata jumlah bayi baru lahir yang dirawat setiap harinya dalam periode tertentu. rerata sensus harianbayi baru lahir dihitung dengan cara membagi total hari perawatan bayi baru lahir (HP bayi baru lahir) dengan jumlah hari dalam periode yang dimaksud. 4. Sensus harian Menurut Huffman (1994) dalam Budi (2011) sensus harian dilakukan untuk mengetahui jumlah layanan yang diberikan kepada pasien selama 24 jam. epartemen kesehatan RI (1997) sensus harian menjadi dasar dalam pelaksanaan pembuatan laporan rumah sakit yang kegiatannya dihitung mulai jam sampai dengan setiap harinya. Sensus harian dibedakan menjadi 2 yaitu, sensus harian rawat jalan dan sensus harian rawat inap. Perhitungan sensus harian dilakukan setiap pagi hari atau setelah hari pelayanan. Contoh formulir sensus harian rawat jalan dapat dilihat dari gambar di bawah ini : Gambar 1. Contoh Formulir Sensus Harian Rawat Inap Sumber : Manajemen Unit Kerja Rekam Medis

21 21 Gambar 2. Contoh Rekapitulasi Formulir Sensus Harian Rawat Inap Sumber : Manajemen Unit Kerja Rekam Medis Bangsal mempunyai kewajiban untuk mengisi lembar sensus pada setiap harinya dan dikirm ke unit rekam medis untuk diproses menjadi informasi kesehatan. Pada setiap awal bulan masing-masing sensus dari bangsal akan dilakukan rekap, sehingga menghasilkan data kegiatan pelayanan rawat inap di setiap bangsal pada setiap bulannya. Adapun contoh lembar rekap sensus tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

22 22 Gambar 3. Contoh Rekapitulasi Formulir Sensus Harian Rawat Inap Sumber : Manajemen Unit Kerja Rekam Medis Lembar rekapitulasi sensus pasien rawat inap merupakan tabel yang berisikan komulatif dari pasien masuk, pindahan, keluar/dirujuk, dipindahkan, keluar/dirujuk, dipindahkan dan pasien yang meninggal pada setiap bangsalnya dalam waktu tertentu. lembar rekapitulasi ini sering disebut dengan istilah RP1. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengisian data pada lembar sensus ini adalah standarisasi istilah, standarisasi proses, akurasi,kelengkapan, dan ketepatan. Standarisasi istilah perlu dipahami oleh petugas yang terkait dengan pengisian ataupun petugas pengolah sensus harian. masing-masing bangsal mempunyai kewajiban mengisikan sensus harian pasien rawat inap

23 23 sesuai formulir yang telah disediakan. Setelah kegiatan sensus, sebaiknya selalu dilakukan cross cek terhadap jumlah akhir pasien yang masih dirawat saat pengambilan sensus. 5. Efisiensi hunian tempat tidur Salah satu aktivitas yang rutin dilakukan dalam statistik rumah sakit adalah menghitung tingkat efisiensi hunian tempat tidur (TT). Hal ini dilakukan untuk memantau aktivitas penggunaan TT diunit perawatan rawat inap dan untuk merencanakan pengembangannya. Pihak manajemen rumah sakit menyediakan sejumlah TT untuk digunakan merawat pasien rawat inap dengan harapan bahwa setiap biaya yang dikeluarkan untuk membeli pemasukkan dana dari pasien yang menggunakan TT tersebut. Berdasarkan dari aspek ekonomi, entu pihak manajemen menginginkan agar setiap TT yang telah disediakan selalu terisis dan digunakan oleh pasien. Jumlah TT yang kosong atau menganggur diharapkan sedikit mungkin. Semakin lama seorang pasien menempati sebuah TT maka akan semakin banyak menghasilkan uang. Sedangkan dari aspek medis terjadi arah penilaian yang bisa berlawanan. Tim medis akan lebih senang dan merasa berhasil kerjanya jka seorang pasien bisa segera sembuh sehingga tidak perlu lama dirawat, jadi tidak menggunakan TT terlalu lama. engan adanya dua sudut pandang yang bisa berlawananan ini, maka diperlukan cara yang lebih tepat untuk menggambarkan efisiensi penggunaan TT di rumah sakit. ibutuhkan kriteria/parameter untuk menentukan penggunaan TT yang tersedia telah berdaya guna dan berhasil guna. Parameter yang digunakan untuk memantau efisiensi penggunaan TT ini telah dirumuskan dan terdiri dari 4 parameter, yaitu : 1. Bed Occupancy Ratio (BOR) 2. Length Of Stay (LOS) 3. Turn Over Interval (TOI) 4. Bed Turn Over (BTO) a. Jumlah tempat tidur Tempat tidur yang tersedia/avaailable beds/bed count/bed complement.

24 24 Istilah tempat tidur (TT) tersedia menunjukkan jumlah tempat tidur (TT) yang tersedia di bangsal perawatan dan siap digunakan sewaktu-waktu untuk pelayanan rawat inap. jumlah ini merupakan total jumlah TT yang sedang dipakai maupun yang masih kosong. Jumlah TT yang tersedia di rumah sakit merupakan total dari jumlah TT yang tersedia di masingmasing bangsal perawatan. Tempat tidur yang yang tersedia diruang pemulihan (recovery room), di ruang persalinan, diruang tindakan, digudang, di bengkel, dan di ruang gawat darurat tidak dihitung sebagai jumlah TT tersedia. Tempat tidur yang ditambahkan dan digunakan pada keadaan darurat (misalnya saat terjadi wabah atau bencana alam) tidak dihitung sebagai TT tersedia. Bassinet (TT untuk bayi baru lahir) dihitung terpisah dari TT biasa. Jumlah TT yang tersedia disebut juga Available bed dan sering disimbolkan dengan huruf A. b. Tempat tidur yang terpakai/occupancy beds Selain menentukan jumlah TT tersedia (A), perlu juga menghitung dan menentukan jumlah TT yang terisi atau terpakai. Pada prinsipnya, jumlah TT terpakai adalah sejumlah TT yang sedang digunakan untuk merawat pasien yang telah terdaftar melalui proses admisi (proses pendaftaran pasien rawat inap). Jumlah TT terpakai dapat diketahui melalui kegiatan sensus pasien. Jumlah TT terpakai pada satu periode hari sensus akan sama dengan jumlah hari perawatan pada periode hari tersebut. Rerata jumlah TT terpakai (occupied beds dan disimbolkan dengan huruf O), dihitung dengan cara menjumlahkan TT tersedia pada setiap harinya selama suatu periode lalu dibagi dengan jumlah hari dalam periode tersebut. O = jumlah HP t c. Perubahan jumlah TT yang tersedia Setiap ada perubahan jumlah TT yag tersedia (bisa penambahan maupun pengurangan) maka perlu dicatat untuk keperluan penghitungan parameter efisiensi penggunaan TT nantinya. Perubahan jumlah TT tersedia yang dimaksud disni adalah perubahan yang bersifat

25 25 permanen. Jadi, perubahan jumlah TT yang hanya sementara waktu (misalnya karena kondisi darurat) tidak dihitung sebagai perubahan. d. BOR (Bed Occupancy Rate) 1) Pengertian BOR (Bed Occupancy Rate) BOR (Bed Occupancy Rate) merupakan angka yang menunjkan prosentase penggunaan TT di unit rawat inap (bangsal). 2) Batasan Penghitungan BOR, umumnya hal-hal yang berkaitan dengan bayi baru lahir (perinatologi) akan dicatat; dihitung; dan dilaporkan secara terpisah. Jadi, jumlah TT tidak termasuk TT bayi baru lahir (bassinet) dan jumlah HP juga tidak termasuk HP bayi baru lahir. Apabila menggunakan data dari lembar laporan RL-1, maka jumlah HP diambil dari baris sub total (yaitu baris sebelum ditambah perinatologi). Periode penghitungan BOR ditentukan berdasarkan kebijakan intern, misalnya bulanan, tribulan, semester, atau bahkan tahunan. Lingkup penghitungan BOR juga ditentukan berdasarkan kebijakan intern, misalnya BOR per bangsal atau BOR untuk lingkup rumah sakit (seluruh bangsal). 3) Rumus BOR BOR diitung dengan cara membandingkan jumlah TT yang terpakai (O) dari jumlah TT yang tersedia (A). Perbandingan ini ditunjukan dalam bentuk persentase. Jadi, rumus untuk menghitung BOR yaitu : BOR = O A X 100% Keterangan : O = Rata-rata tempat tidur terisi A = Rata-rata tempat tidur siap pakai = Pasien keluar (H+M) t = Waktu (Hari/Bulan/Tahun)

26 26 Rumus BOR menurut epkes : BOR = Jumlah Hari Perawatan Rumah Sakit Tempat Tidur X Hari 100% 4) BOR untuk perinatologi Cara menghitung BOR kelompok bayi baru lahir (perinatologi) pada prinsipnya sama dengan rumus diatas, hanya saja yang digunakan adalah angka perinatologi. Jadi, jumlah TT yang tersedia adalah jumlah TT perinatologi dan jumlah HP adalah HP dari kelompok perinatologi. 5) Nilai ideal BOR Secara statistik semakin tinggi nilai BOR berarti semakin tinggi pula pengggunaan TT yang ada untuk perawatan pasien. Namun perlu diperhatikan pula bahwa semakin banyak pasien yang dilayani berarti semakin sibuk dan semakin berat pula beban kerja pasien yang dilayani berarti semakin sibuk dan semakin berat pula beban kerja petugas kesehatan di unit tersebut. Akibatnya, pasien bisa kurang mendapat perhatian yang dibutuhkan dan kemungkinan infeksi nosokomial juga meningkat. Pada akhirnya, peningkatan BOR yang terlalu tinggi ini justru bisa menurunkan kualitas kinerja tim medis dan menurunkan kepuasan serta keselamatan pasien. Semakin rendah nilai BOR berarti semakin sedikit TT yang digunakan untuk merawat pasien dibandingkan dengan TT yang telah disediakan. engan kata lain, jumlah pasien yang sedikit ini bisa menimbulkan kesulitan pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit. Berdasarkan hal-hal tersebut perlu adanya suatu nilai ideal yang menyeimbangkan kualitas medis, kepuasan pasien, keselamatan pasien, dan aspek pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit. Nilai ideal untuk BOR yang disarankan adalah 75% - 85%. e. Lama dirawat 1) Pengertian lama dirawat Lama dirawat adalah jumlah hari kalender dimana pasien mendapatkan perawatan rawat inap dirumah sakit, sejak tercatat sebagai pasien rawat inap (admisi) hingga keluar dari rumah sakit

27 27 (discharge). Kondisi pasien keluar bisa dalam keadaan hidup maupun mati. Jadi, pasien yang belum keluar dari rumah sakit belum dapat dihitung lama dirawatnya. Lama dirawat disebut juga Length of Stay (LOS)/days of stay/inpatient days of stay/duration of inpatient hozpitalization. Angka lama dirawat dibutuhkan oleh pihak rumah sakit untuk menghitung tingkat penggunaan sarana dan untuk kepentingan finansial. 2) Cara menghitung lama dirawat Jika tanggal masuk dan keluar berada dalam bulan yang sama, maka lama dirawat dihitung dengan cara mengurangi tanggal pasien keluar perawatan dengan tanggal pasien masuk perawatan. jika tanggal masuk dan keluar berada dalam bulan yang berada, maka lama dirawat dihitung dengan cara mengurangi tanggal terakhir bulan masuk dengan tanggal masuk lalu ditambah dengan tanggal keluar, maka jumlah hasil dari bulan antara tersebut juga ditambahkan. Contoh : jika pasien masuk tanggal 3 januari dan keluar tanggal 12 februari maka, lama dirawat = (31-3) + 12 = =40 hari. (31 adalah tanggal terakhir bulan Januari, 3 adalah tanggal masuk, dan 12 adalah tanggal keluar). Jika tanggal masuk sama dengan tanggal keluar dan pada bulan yang sama, maka lama dirawat dihitung sebagai 1 hari. Hal ini berlaku baik pasien keluar dalam keadaan hidup maupun mati. 3) Jumlah lama dirawat Jumlah lama dirawat merupakan total lama dirawat dari setiap pasien dalam kelompok yang dihitung dalam periode waktu tertentu. 4) Lama dirawat panjang Terkadang, ada pasien yan dirawat dengan lama dirawat yang relatif lebih lama bila dibandingkan dengan lama dirawat pasien yang lain di suatu unit perawatan. Hal ini bisa terjadi, misalnya kondisi sakitnya pasien berat; koma; banyak komplikasi; dan sebagainya. Apapun penyebabnya, lama dirawat dari seorang pasien yang jauh lebih lama dari lama dirawat pasien lainnya bisa mengganggu penghitungan statistik nantinya. Misalnya, adanya lama dirawat

28 28 panjang ini bisa menyebabkan rerata lama dirawat cenderung bergeser ke lebih lama. Kondisi ini tentu bisa menimbulkan persepsi yang berbeda pada saat kita mengartikan rerata lama dirawat. Misalnya hanya ada satu pasien yang Lama dirawatnya jauh lebih panjang dibandingkan lama dirawat pasien yang lain, namun hasil akhir akan menunjukan bahwa lama dirawat akan memiliki angka yang tinggi. Kondisi ini disebut dengan distorsi rerata (distorted average). Upaya untuk mengatasi AvLOS yang mengalami distorsi rerata (distorted average) dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : a) Memberi catatan dalam laporan yang dibuat agar pembaca laporan tahu bahwa ada L panjang yang harus diperhatikakn khusus waktu membaca rerata L. b) Tidak menggunakan rerata (mean) dalam melaporkan ukuran pemusatan L tapi menggunakan nilai median. Ilustrasinya adalah sebagai berikut : L pasien A L pasien B L pasien C L pasien L pasien E = 3 hari = 35 hari = 4 hari = 3 hari = 6 hari Setelah diurutkan, data L tersebut menjadi :3, 3, 3,4, 6, 35 Jadi median dari data tersebut adalah 4 (sedangkan meannya adalah 10,2). 5) Rumus LOS LOS = O x t Keterangan : O = Rata-rata tempat tidur terisi A = Rata-rata tempat tidur siap pakai = Pasien keluar (H+M) t = Waktu (Hari/Bulan/Tahun)

29 29 Rumus AvLOS menurut epkes : LOS = Lama dirawat Jumlah pasien keluar (H + M) 6) Cuti perawatan Pasien yang cuti perawatan, penghitungan lama dirawatnya dikurangi dengan umlah hari cutinya. 7) Nilai ideal lama dirawat Berdasarkan aspek medis, semakin panjang lama dirawat (demikian juga dengan alos) maka bisa menunjukan kinerja kualitas medis yang kurang baik karena pasien harus dirawat lebih lama (lama sembuhnya), dari aspek ekonomis, semakin panjang lama dirawat (demikian juga dengan alos) berarti semakin tinggi biaya yang nantinya harus dibayar oleh pasien (dan diterima oleh rumah sakit). Jadi, diperlukan keseimbangan antara sudut pandang medis dan ekonomis untuk menentukan nila Alos yang ideal. Nilai Alos ideal yang disarankan yaitu antara 3 12 hari. f. TOI (Turn Over Interval) 1) Pengertian TOI Angka TOI menunjukan rata-rata jumlah hari sebuah TT tidak ditempati untuk perawatan pasien. Hari kosong ini terjadi antatra saat TT ditinggalkan oleh seorang pasien hingga digunakan lagi oleh pasien berikutnya. 2) Rumus TOI TOI = (A O) x t Keterangan : O = Rata-rata tempat tidur terisi A = Rata-rata tempat tidur siap pakai = Pasien keluar (H+M) t = Waktu (Hari/Bulan/Tahun)

30 30 Rumus TOI menurut epkes : TOI = ( Tempat Tidur X Hari) Hari perawatan Jumlah pasien keluar (H + M) 3) Nilai ideal TOI Semakin besar angka TOI, berarti semakin lama saat menganggur nya TT yaitu semakin lama saat dimana TT tidak digunakan oleh pasien. Hal ini berarti TT semakin tidak prodiktif. Kondidi ini tentu tidak menguntungkan dari segi ekonomi bagi pihak manajemen rumah sakit. Semakin kecil angka TOI, berarti semakin singkat saat TT menunggu pasien berikutnya. Hal ini berarti TT bisa sangat produktif, apalagi pasien berikutnya. Hal ini berarti TT bisa sangat produktif, apalagi jika TOI=0 berarti TT tidak sempat kosong 1 haripun dan segera digunakan lagi oleh pasien berikutnya. Hal ini bisa sangat menguntungkan secara ekonomi bagi pihak manajemen rumah sakit tapi bisa merugikan pasien karena TT tidak sempat disiapkan secara baik. Akibatnya, kejadian infeksi nosokomial mungkin bisa meningkatkan beban kerja tim medis meningkatkan sehingga keputusan dan keselamatan pasien terancam. Berkaitan dengan pertimbangan tersebut, maka nilai ideal TOI yang disarankan yaitu antara 1-3 hari. g. BTO (Bed Turn Over) 1) Pengertian BTO Angka BTO menunjukan rerata jumlah pasien yang menggunakan setiap TT dalam periode tertentu. Angka BTO ini membantu kita untuk menilai tingkat pengguaan TT karena dalam dua periode bisa saja didaptkan angka BOR yang sama tapi BTOnya berbeda. 2) Rumus BTO Untuk menghitung BTO digunakan rumus sebagai berikut : BTO = A

31 31 Keterangan : O = Rata-rata tempat tidur terisi A = Rata-rata tempat tidur siap pakai = Pasien keluar (H+M) t = Waktu (Hari/Bulan/Tahun) Rumus BTO menurut epkes : BTO = Jumlah pasien keluar (H + M) Tempat Tidur 3) Nilai ideal BTO Semakin tinggi angka BTO berarti setiap TT yang tersedia digunakan oleh semakin banyak pasien secara bergantian. Hal ini tentu merupakan kondisi yang menguntungkan bagi pihak rmah sakit karena TT yang disediakan tidak menganggur atau aktif menghasilkan pemasukan. Namun bila dalam 1 bulan TT digunakan oleh 15 pasien, berarti rata-rata setiap pasien menempati TT selama 2 hari dan tidak ada hari dimana TT sempat kosong atau menganggur. ini berarti beban kerja tim perawatan sangat tinggi dan TT tidak sempat dibersihkan karena terus digunakan pasien secara bergantian. Kondisi ini mudah menimbukan ketidakpuasan pasien, bia mengancam keselamatan pasien, bisa menurunkan kinerja kualitas medis, dan bisa meningkatkan kejadian infeksi nosokomial karena TT tidak sempat disterilkan. Nilai ideal BTO yang disarankan yaitu minimal yaitu minimal 30 pasien dalam periode 1 tahun. Artinya, 1 TT diharapkan digunakan oleh rata-rata 30 pasien dalam 1 tahun. Berarti 1 pasien rata-rata dirawat selama 12 hari. Hal ini sejalan dengan nilai ideal Alos yang disarankan yaitu 3-12 hari.

32 32 5. Grafik Barber Johnson a. Pengertian Grafik Barber Johnson Menurut Sudra (2010), pada tahun 1973, Barry Barber, M.A., Ph., Finst P., AFIMA dan avid Johnson, M.Sc berusaha merumuskan dan memadukan empat parameter untuk memantau dan menilai tingkat efisiensi penggunaan TT untuk bangsal perawatan pasien. Keempat parameter yang dipadukan tersebut yaitu BOR, alos, TOI, dan BTO. Perpaduan keempat parameter tersebut lalu diwujudkan dalam bentuk grafik yang akhirnya dikenal sebagai grafik Barber-Johnson (BJ). b. Format Grafik Barber Johnson Grafik Barber Johnson memiliki format dasar sebagai berikut : 1) Terdapat judul yang secara jelas mencantumkan identitas RS dan/ atau bangsal yang dibuat Grafik Barber Johnson serta periode laporannya. 2) Terdapat empat garis bantu yag dibentuk oleh empat parameter, yaitu : a) TOI pada umumnya menjadi sumbu horizontal b) ALOS pada umumnya menjadi sumbu vertikal c) Garis bantu BOR merupakan garis yang ditarik dari pertemuan sumbu horizontal dan vertikal, yaitu titik 0,0 dan membentuk seperti kipas d) Garis bantu BTO merupakan garia yang ditarik dan menghubungkan posisi nilai alos dan TOI yang sama, misalnya garis yang menghubungkan alos = 3 dengan TOI = 3. 3) Terdapat area yang disebut daerah efisien. c. Cara membuat Grafik Barber Johnson 1) Skala pada sumbu horisontal tidak harus sama dengan skala vertikal dimulai 2) Skala pada suatu sumbu harus konsisten 3) Skala pada sumbu horisontal dan vertikal dimulai dari angka 0 dan berhimpit membentuk koordinat 0,0

33 33 4) Judul grafik harus secara jelas menyebutkan nama RS, nama bangsal (bila perlu), dan periode waktu 5) Garis bantu BOR dibuat dengan cara : a) Tentukan nilai BOR yang akan dibuat garis bantunya, misalnya BOR = 75% b) Tentukan koordinat titik bantu BORnya sesuai nilai BOR tersebut, misalnya untuk BOR 75% maka koordinat titik bantunya adalah : 1)) LOS = nilai BOR dibagi 10 = 75/10 = 7,5 dan 2)) TOI = 1-nilai LOS = 1-7,5 = 2,5 Contoh lain, untuk membuat garis bantu BOR = 60% maka koordinat titik bantuannya adalah LOS =6 dan TOI = 4) c) Tarik garis mulai dari koordinat 0,0 melewati titik bantu BOR tersebut d) Beri keterangan, misalnya bahwa garis tersebut adalah BOR = 75% 6) Garis bantu BTO dibuat dengan cara : i. Tentukan nilai BTO yang akan dibuat garis bantunya, misalnya BTO = 10 ii. Tentukan titik bantu disumbu LOS dan TOI (nilainya sama) dengan cara : 1) Titik bantu = (jumlah hari dalam periode laporan) dibagi (nilai BTO) = 30/10 = 3 Jadi lokasi titik bantunya adalah LOS = 3 dan TOI = 3 (contoh lain, untuk membuat garis bantu BTO = 20 untuk periode tribulan 1 maka titik bantunya adalah LOS = 4,5 dan TOI = 4,5. Angka 4,5 ini didapat dari 90/20, dimana 90 adalah jumlah hari dalam periode tribulan 1 dan 20 adalah nilai BTO yang akan dibuat garis bantunya) 2) Tarik garis yang menghubungkan kedua titik bantu tersebut 3) Beri keterangan, misalnya bahwa garis tersebut adalah BTO = 10

34 34 7) aerah efisien dibuat dan merupakan daerah yang dibatasi oleh perpotongan garis : a) TOI = 1 b) TOI = 3 c) BOR = 75% d) LOS = 12 d. Cara membaca Grafik Barber Johnson Cara membaca Grafik Barber Johnson dapat dilihat dari posisi titik BJ terhadap daerah efisien. Apabila titik BJ terletak didalam daerah efisien berarti penggunaan tempat tidur pada periode yang bersangkutan sudah efisien. Sebaliknya, apabila titik BJ masih berada dluar daerah efisien berarti penggunaan TT pada periode tertentu masih belum efisien. e. Makna Grafik Barber Johnson Gambar 4. Grafik Barber Johnson Sumber: Statistik Rumah Sakit 1) Makin dekat garik BOR dengan Y kordinat, maka BOR makin tinggi.

35 35 2) Makin dekat dengan grafik BTO dengan titik sumbu, discharges dan deaths per available (BTO) menunjukan semakin tinggi jumlahnya. 3) Jika rata- rata TOI tetap, tetapi LOS berkurang, maka BOR akan menurun. 4) Bila TOI tinggi, kemungkinan disebabkan organisasi yang kurang baik, kurangnya permintaan akan tempat tidur atau kebutuhan tempt tidur, TOI tinggi dapat diturunkan dengan mengadakan perbaikan organisasi tanpa mempengaruhi LOS. 5) Bertambahnya LOS disebabkan karena keterlambatan administrasi di rumah sakit, kurang baiknya perencanaan dalam memberikan pelayanan kepadapasien atau kebikan dibidang medis. 6) Bertambahnya LOS disebabkan karena keterlambatan administrasi di rumah sakit, kurang baiknya perencanaan dalam memberikan pelayanan kepada pasien atau kebijakan dibidang medis. f. Manfaat Grafik Barber Johnson Menurut Sudra (2010), manfaat Grafik Barber Johnson adalah : 1) Membandingkan tingkat efisiensi penggunaan TT dari suatu unit (RS/bangsal) dari waktu ke waktu dalam periode tertentu. 2) Memonitor perkembangan pencapaian target efisiensi penggunaan TT yang telah ditentukan dalam suatu periode terntentu. 3) Membandingkan tingkat efisiensi penggunaan TT antar unit (misalnya antar bangsal di suatu RS) dalam periode tertentu memantau dampak dari suatu penerapan kebijakan terhadap efisiensi penggunaan TT. 4) Mengecek kebenaran laporan hasil penghitungan empat parameter efisiensi penggunaan TT (BOR, AvLOS, TOI dan BTO). Jika keempat garis bantunya berpotongan di satu titik berarti laporan hasil perhitungan tersebut benar.

36 36 6. Hubungan Statistik Rumah Sakit dengan Rekam Medis Menurut Rustiyanto (2010), hubungan statistik dengan rekam medis sangatlah erat karena didalam unit pelayanan rumah sakit haruslah ada yang namanya unit rekam medis, karena salah satu syarat akreditasi rumah sakit harus ada bagian/unit rekam medik. Unit rekam medis selain memberikan pelayanan secara langsung kepada pasien, unit rekam medis juga berperan penting di dalam menyediakan data atau informasi tentang kegiatan pelayanan di rumah sakit, data yang dihasilkan dari unit rekam medis tersebut dapat digunakan untuk menyusun pelaporan rumah sakit. Gambar 5. Hubungan Statistik Rumah Sakit dengan Rekam Medis Sumber : Statistik Rumah Sakit untuk Pengambilan Keputusan (2010) 7. Pelaporan Menurut Rustiyanto (2010), tujuan pelaporan rumah sakit bertujuan untuk dapat menghasilkan laporan secara cepat, tepat, dan akurat yang secara garis besar jenis pelaporan rumah sakit dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu laporan intern rumah sakit dan laporan ekstern rumah sakit.

37 37 8. Sumber aya Manajemen Menurut Manullang dalam Rusdiana (2014) secara terperinci ada enam sumber daya manajemen yang dikenal dengan 6M, yaitu man, money, materials,machines, methode, dan markets. a. Man (Sumber aya Manusia) Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. alam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa manusia, tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. b. Money (Uang) Money atau uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan,uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu, uang merupakan alat yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan jumlah uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli, serta hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi. c. Materials (Material) Materials terdiri atas bahan setengah jadi dan bahan jadi. alam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya, juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Hal ini disebabkan materi dan manusia tidak dapat dipisahkan. Tanpa materi, hasil yang dikehendaki tidak akan tercapai. d. Machines (Mesin) Machine atau mesin digunakan untuk memberikan kemudahan atau menhasilkan keuntungan yang lebih besar sera menciptakan efisiensi kerja.

38 38 e. Methode (Metode) alam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu tata cara kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan pada sasaran, fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Meskipun metode baik, jika orang yang melaksankannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman hasilnya tidak akan memuaskan. engan demikian, peranan utama dalam manjemen tetap manusia. f. Market (Pasar) Memasarkan produk tentu sangat penting sebab apabila barang yang diproduksi tidak lau, proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen. Pasar merupakan faktor yang selalu berubah-ubah sesuai dengan permintaan pasar dan bukan kebijakan dari manajemen. 9. SIRS (Sistem Informasi Rumah Sakit) Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1171/MENKES/PER/VI/2011 Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan dan penyajian data rumah sakit se-indonesia. B. Landasan Teori Landasan teori pada penelitian menggunakan teori Statistik Rumah Sakit tentang Grafik Barber Johnson dan sensus harian rawat inap.

39 39 C. Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep penelitian mengenai evaluasi penghitungan efisiensi penggunaan tempat tidur berdasarkan Grafik Barber Johnson tahun 2015 di RSU Nyi Ageng Serang Kulon Progo. Gambar 6. Kerangka Konsep Penelitian. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimanakah analisis tingkat efisiensi pelayanan Rumah Sakit Umum aerah Nyi Ageng Serang Kulon Progo berdasarkan Grafik Barber Johnson? 2. Bagaimanakah analisis proses penghitungan sensus harian rawat inap berdasarkan 5 M (Man, Money, Materials,Methode, Machine)?

40 BAB III METOE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Jenis penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Arikunto (2010), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan,kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Menurut Sugiyono (2011), penelitian kualitatif sering disebut dengan metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. Penelitian ini mendeskripsikan mengenai proses evaluasi terkait penghitungan efisiensi tempat tidur berdasarkan Grafik Barber Johnson. 2. Rancangan penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan penelitian studi kasus. Menurut Yin (2011), studi kasus adalah suatu inkoin empiris yang menyelidiki fenomena didalam konteks kehidupan nyata bilamana batasbatas antara fenomena dan konteks tidak tampak dengan tegas dan dimana bukti dapat dapat dimanfaatkan. Penelitian ini mengambil belum dilakukannya evaluasi terkait penggunaan tempat tidur pada tahun 2015 sebagai kasus yang dimaksud. B. Subjek dan Obyek Penelitian 1. Subjek Penelitian Menurut Arikunto (2010) subjek atau personal adalah sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket. Menurut Sugiyono (2011), 40

41 41 penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi tetapi situai sosial yang meliputi tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi sinergis. Sampel pada penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber atau partisipan dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori. Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan prtimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu misalnya orang tersebut dianggap memiliki keahlian sesuai dengan masalah yang akan dijadikan penelitian. Subjek dari penelitian ini adalah Penanggung Jawab Sementara Instalasi Rekam Medis sebagai triangulasi dan Penanggunag Jawab bagian Pelaporan sebanyak 2 orang. 2. Objek penelitian Menurut Notoatmodjo (2012), pelaksanaan suatu penelitian selalu berhadapan dengan objek yang diteliti atau yang diselidiki. Objek tersebut dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, bendabenda mati lainnya seperti peristiwa dan gejala yang terjadi di dalam masyarakat atau di dalam alam. Objek penelitian ini adalah rekapitulasi sensus harian rawat inap. C. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum aerah Nyi Ageng Serang Kulon Progo yang berlokasi di Jl. Bantar Kulon, Banguncipto, Sentolo, Kulon Progo, aerah Istimewa Yogyakarta. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 20 Juni 2016.

42 42. efinisi Operasional Menurut Notoatmodjo (2010), definisi operasional adalah batasan suatu variabel- variabel untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel diamati/diteliti. efinisi operasional dalam penelitian ini adalah : 1. Analisis adalah cara atau kegiatan untuk mengolah data menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut bisa dipahami dan bermanfaat untuk solusi permasalahan. 2. Sensus harian rawat inap adalah kegiatan penghitungan pasien rawat inap yang dilakukan setiap hari terhitung pukul sampai dengan pada suatu ruang rawat inap. 3. Formulir sensus harian rawat inap merupakan lembaran kertas yang digunakan untuk mencatat sensus harian rawat inap. 4. RL 1 merupakan lembar rekapitulasi sensus harian rawat inap yang berisikan komulatif dari pasien masuk, pindahan, keluar/dirujuk, dipindahkan dan pasien yang meninggal pada setiap bangsalnya dalam waktu tertentu. 5. Man yang dimaksud dalam penelitian ini adalah petugas sensus harian rawat inap dan petugas pelaporan. 6. Money merupakan anggaran untuk instalasi rekam medis bagian pelaporan dalam penghitungan statistik rumah sakit. 7. Methode adalah peraturan atau SOP yang digunakan dalam penghitungan efisiensi penggunaan tempat tidur. 8. Materials merupakan alat-alat atau bahan non mekanisme yang digunakan untuk menunjang proses penghitungan sensus harian rawat inap dan efisiensi penggunaan tempat tidur seperti ATK, buku register dan formulir sensus harian rawat inap. 9. Machine merupakan alat yang memiliki mekanisme guna menunjang proses penghitungan sensus harian rawat inap dan efisiensi penggunaan tempat tidur seperti seperangkat komputer dan printer.

43 43 E. Teknik Pengambilan ata. 1. Teknik pengumpulan data a) Wawancara Menurut Saryono dan Anggraeni (2013) wawancara merupakan alat re-checking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau yang diwawancarai, dengann atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Menurut Lincoln dan Guba dalam Sugiyono (2011) mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu : 1) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan 2) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan 3) Mengawali atau membuka alur wawancara 4) Melangsungkan alur wawancara 5) Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya 6) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan 7) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh. Wawancara yang peneliti lakukan berupa memberikan pertanyaan terkait dengan sensus harian rawat inap dan evaluasi penghitungan efisiensi penggunaan tempat tidur. b) Studi okumentasi Menurut Sugiyono (2011) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. okumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. okumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan

44 44 (file historis), kriteria, peraturan, kebijakan. okumen yang dimaksud oleh peneliti adalah sensus harian rawat inap tahun c) Observasi Menurut Moleong (2010), jika suatu data yang diperoleh kurang meyakinkan, biasanya peneliti ingin menanyakan kepada subjek, tetapi karena ia hendak memperoleh keyakinan tentang keabsahan data tersebut, jalan yang ditempuh adalah mengamati sendiri yang berarti mengalami langsung peristiwa. Penelitian ini peneliti mengamati keadaan bangsal yang disesuaikan dengan buku register pasien rawat inap serta mengamati proses perhitungan rekapitulasi sensus harian rawat inap. F. Instrumen Penelitian Menurut Notoatmodjo (2010) instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah : 1. Pedoman Wawancara Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara berupa pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber. 2. Checklist dokumentasi Peneliti menggunakan checklist dokumentasi dengan cara memberi tanda pada daftar. aftar tersebut berisi sejumlah dokumentasi di instalasi rekam medis yang berguna untuk menunjang penelitian. 3. Checklist observasi Peneliti menggunakan checklist observasi dengan cara memberi tanda pada daftar. aftar tersebut berisi sejumlah proses yang akan diamati di instalasi rekam medis yang berguna untuk menunjang penelitian. G. Uji Keabsahan ata Menurut Saryono dan Angraeni (2013) triangulasi (triangulation) merupakan pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain

45 45 diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi sumber. Menurut Patton dalam Moleong (2011), triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Triangulasi sumber dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan wawancara kepada pihak terkait yaitu petugas rekam medis bagian pelaporan dan Penanggung Jawab Sementara Instalasi Rekam Medis untuk melakukan cross-check terhadap data yang telah diperoleh dari hasil wawancara dengan narasumber. H. Analisis ata Menurut Bogdan dalam Sugiyono (2011) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat dapat dinformasikan kepada orang lain. Menurut Sugiyono (2011) analisis data kualitatif meliputi : 1. ata Reduction (Reduksi ata) Mereduksi data berarti merangkum,memilah hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya. engan demikian tahap pelaksanaan data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan dengan memfokuskan pada hal-hal yang penting dengan memilah beberapa hasil wawancara dan observasi yang diperlukan dan mendukung penelitian ini. 2. ata isplay (Penyajian ata) Penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar kategori, flowchart dan sebagainya. Penyajian data dalam penelitian ini dilakuakan dengan menjadikan data dalam bentuk uraian singkat. Menyajikan data akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi.

46 46 3. Conclusion rawing/ Verivication (Penarikan Kesimpulan) Penarikan kesimpulan dilakukan dengan didukung oleh bukti-bukti yang valid sehingga kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan membuat kesimpulan secara umum dari data yang telah disajikan dalam uraian singkat tersebut. I. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan penelitian ini terbagi menjadi tiga tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanan dan tahap akhir. 1. Tahap persiapan Tahap persiapan ini peneliti melakukan studi pendahuluan di Rumah Sakit Umum aerah Nyi Ageng Serang Kulon Progo. Tahap ini diawali dengan pembuatan usulan proposal penelitian. Usulan proposal penelitian diuji oleh pembimbing dan penguji. Setelah proposal disetujui, peneliti akan mengurus pembuatan surat penelitian di kesekretariatan 3 Rekam Medis Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada. Surat keluar akan diajukan ke Rumah Sakit Umum aerah Nyi Ageng Serang Kulon Progo beserta proposal penelitian. 2. Tahap pelaksanaan Tahap pelaksanaan ini peneliti memulai melakukan pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Tahap pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 25 Maret 20 Juni Tahap Akhir Tahap akhir ini peneliti mengolah data yang telah didapatkan untuk disusun menjadi sebuah informasi yang akan diletakkan pada proposal penelitian. kegiatan mengolah data ini berupa menulis hasil dari data-data yang diperoleh, membahas serta membuat kesimpulan dan saran. J. Hambatan Penelitian 1. Subjek penelitian dibatasi hanya berasal dari petugas rekam medis bagian pelaporan.

47 47 2. Peneliti hanya menggunakan 5 M (Man, Money, Materials, Methode, Machine) dari teori 6 M yang terdapat pada Rusdiana (2014) untuk melakukan analisis terkait penghitngan sensus harian rawat inap. 3. Analisis terkait penghitungan sensus harian rawat inap pada bagian money tidak dapat dilihat secara detail mengenai rincian pembiayaan untuk bagian pelaporan karena berhubungan dengan bagian manajemen rumah sakit.

48 BAB IV HASIL AN PEMBAHASAN B. Hasil 1. Membuat dan menganalisis Grafik Barber Johnson Tahun 2015 di Rumah Jumlah Tempat Tidur Sakit Umum aerah Nyi Ageng Serang Kulon Progo. Penghitungan terhadap keempat parameter efisiensi pengelolaan rumah sakit di Rumah Sakit Umum aerah Nyi Ageng Serang Kulon Progo dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan microsoft excel. Penghitungan keempat parameter tersebut bersumber dari buku register ruang keperawatan. Buku register rawat inap tersebut direkapitulasi sebagai dasar penghitungan BOR, AvLOS, TOI dan BTO. Penghitungan efisiensi dihitung berdasarkan standar yang ditetapkan oleh WHO. Pernyataan tersebut peneliti ketahui berdasarkan hasil wawancara dengan Narasumber. Berikut kutipan hasil wawancara peneliti dengan narasumber A: WHO yang memiliki standar 60%, yang dari depkes atau permenkes. Narasumber A Pernyataan tersebut dibenarkan oleh triangulasi sebagai berikut :...menggunakan standar yang ditentukan oleh WHO dengan nilai BOR 60% - 85%. Triangulasi Berikut adalah hasil penghitungan efisiensi penggunaan tempat tidur di Rumah Sakit Umum aerah Nyi Ageng Serang Kulon Progo yang peneliti dapatkan dari hasil studi dokumentasi : Tabel 1. Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit Umum aerah Nyi Ageng Serang Kulon Progo pada Tahun 2015 Pasien Keluar (Hidup+Mati) Jumlah Hari Perawakesimpulan dan saran Tan Jumlah Lama dirawat BOR (%) BTO (Kali) TOI (Hari) AvLOS (Hari) ,8 43,6 5,3 2,9 Sumber : Instalasi rekam medis RSU Nyi Ageng Serang Kulon Progo Hasil penghitungan yang diperoleh dari studi dokumentasi terhadap laporan statistik rumah sakit yang memuat nilai dari keempat 48

49 49 parameter tersebut tidak sesuai dengan hasil penghitungan ulang yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan rumus Barber Johnson yang menjadi acuan peneliti dalam melakukan penghitungan. Berikut adalah hasil evaluasi penghitungan total sensus harian rawat inap dan proses penghitungan efisiensi penggunaan tempat tidur yang dilakukan peneliti dengan sumber data dari rekapitulasi sensus harian rawat inap. Hasil rekapitulasi sensus harian rawat inap pasien umum : Jumlah TT : 13 Triwulan 1 Indikator Januari Februari Maret Total PMKHS LOS Pasien sisa Pasien Keluar (H+M) Triwulan 2 Indikator April Mei Juni Total PMKHS LOS Pasien sisa Pasien Keluar (H+M) Triwulan 3 Indikator Juli Agustus September Total PMKHS LOS Pasien sisa Pasien Keluar (H+M) Triwulan 4 Indikator Oktober November esember Total PMKHS LOS Pasien sisa Pasien Keluar (H+M)

50 50 Hasil rekapitulasi sensus harian rawat inap pasien kebidanan : Jumlah TT : 4 Triwulan 1 Indikator Januari Februari Maret Total PMKHS LOS Pasien sisa Pasien Keluar (H+M) Triwulan 2 Indikator April Mei Juni Total PMKHS LOS Pasien sisa Pasien Keluar (H+M) Triwulan 3 Indikator Juli Agustus September Total PMKHS LOS Pasien sisa Pasien Keluar (H+M) Triwulan 4 Indikator Oktober November esember Total PMKHS LOS Pasien sisa Pasien Keluar (H+M)

51 51 Hasil rekapitulasi sensus rawat inap umum dan kebidanan: TT : 17 t : 90 Triwulan 1 Indikator Umum Kebidanan Total PMKHS LOS Pasien sisa Pasien Keluar (H+M) Hari perawatan 710 Nilai BOR BOR = O A 100% BOR = 7, % BOR = 46,47% Nilai AvLOS AvLOS = O t 7,9 90 LOS = 225 LOS = 3,16 hari Nilai TOI Nilai BTO (A O) t TOI = (17 7,9) 90 TOI = 225 9,1 90 TOI = 225 TOI = 3,65 hari BTO = A BTO = BTO = 13,23 kali

52 52 Garis BOR BOR = 46,67% O = 46, A LOS = O t LOS = 46, A 90 LOS = 46, A 90 LOS = ,67 = A 90 LOS = 46,67/10 = 4,667 (A O) t TOI = TOI = ( A 46,67 90 A) 100 TOI = ( 53,33 90 A) 100 TOI = ,33 = A 90 TOI = 53,33/10 = 5,333) Garis BTO BTO = A 13,2 = 1 = 13,2 LOS = O t LOS = ,2 LOS = 6,8 (A O) t TOI = TOI = ,2 TOI = 6,8

53 53 Gambar 7. Grafik Barber Johnson Triwulan 1 tahun 2015 RSU Nyi Ageng Serang Kulon Progo

54 54 Triwulan 2 TT : 17 t : 91 Indikator Umum Kebidanan Total PMKHS LOS Pasien sisa Pasien Keluar (H+M) Hari Perawatan 551 Nilai BOR BOR = O A 100% BOR = 6, % BOR = 35,58% Nilai AvLOS AvLOS = O t 6,05 91 LOS = 161 LOS = 3,41 hari Nilai TOI Nilai BTO (A O) t TOI = (17 6,05) 91 TOI = ,95 91 TOI = 161 TOI = 6,18 hari BTO = A BTO = BTO = 9,47 kali

55 55 Garis BOR BOR = 35,58% O = 35, A LOS = O t LOS = 35, A 91 LOS = 35, A 91 LOS = ,58 = A 91 LOS = 35,58/10 = 3,558 (A O) t TOI = TOI = ( A 35,58 91 A) 100 TOI = ( 64,42 91 A) 100 TOI = ,42 = A 91 TOI = 64,42/10 = 6,442 Garis BTO BTO = A 9,47 = 1 = 9,47 LOS = O t LOS = ,47 LOS = 9,6 (A O) t TOI = TOI = ,47 TOI = 9,6

56 56 Gambar 8. Grafik Barber Johnson Triwulan 2 tahun 2015 RSU Nyi Ageng Serang Kulon Progo

57 57 Triwulan 3 TT : 17 t : 92 Indikator Umum Kebidanan Total PMKHS LOS Pasien sisa Pasien Keluar (H+M) Hari Perawatan 372 Nilai BOR BOR = O A 100% BOR = 4, % BOR = 23,76% Nilai AvLOS AvLOS = O t 4,04 92 LOS = 124 LOS = 2,99 hari Nilai TOI Nilai BTO (A O) t TOI = (17 4,04) 92 TOI = ,96 92 TOI = 124 TOI = 9,61 hari BTO = A BTO = BTO = 7,29 kali

58 58 Garis BOR BOR = 23,76% O = 23, A LOS = O t LOS = 23, A 92 LOS = 23, A 92 LOS = ,76 = A 92 LOS = 23,76/10 = 2,376 (A O) t TOI = TOI = ( A 23,76 92 A) 100 TOI = ( 76,24 92 A) 100 TOI = ,24 = A 92 TOI = 76,24/10 = 7,624 Garis BTO BTO = A 7,29 = 1 = 7,29 LOS = O t LOS = ,29 LOS = 12,6 (A O) t TOI = TOI = ,29 TOI = 12,6

59 59 Gambar 9. Grafik Barber Johnson Triwulan 3 tahun 2015 RSU Nyi Ageng Serang Kulon Progo

60 60 Triwulan 4 TT : 17 t : 92 Indikator Umum Kebidanan Total PMKHS LOS Pasien sisa Pasien Keluar (H+M) Hari Perawatan 414 Nilai BOR BOR = O A 100% BOR = 4, % BOR = 26,47% Nilai AvLOS AvLOS = O t 4,5 92 LOS = 141 LOS = 2,93 Nilai TOI Nilai BTO (A O) t TOI = (17 4,5) 92 TOI = ,5 92 TOI = 141 TOI = 8,1 BTO = A BTO = BTO = 8,2

61 61 Garis BOR BOR = 26,42% O = 26, A LOS = O t LOS = 26, A 92 LOS = 26, A 92 LOS = ,42 = A 92 LOS = 26,42/10 = 2,624 (A O) t TOI = TOI = ( A 26,42 92 A) 100 TOI = ( 73,53 92 A) 100 TOI = ,53 = A 92 TOI = 73,53/10 = 7,353 Garis BTO BTO = A 8,29 = 1 = 8,29 LOS = O t LOS = ,29 LOS = 11,09 (A O) t TOI = TOI = ,29 TOI = 11,09

62 62 Gambar 10. Grafik Barber Johnson triwulan 4 tahun 2015 RSU Nyi Ageng Serang Kulon Progo

63 63 Hasil rekapitulasi sensus harian rawat inap selama 1 tahun: TT : 17 t : 365 Indikator Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Total PMKHS LOS Pasien sisa Pasien Keluar (H+M) Hari Perawatan 2047 Nilai BOR BOR = O A 100% BOR = 5, % BOR = 32,94% Nilai AvLOS AvLOS = O t 5,6 365 LOS = 651 LOS = 3,13 hari Nilai TOI Nilai BTO (A O) t TOI = (17 5,6) 365 TOI = ,4 365 TOI = 651 TOI = 6,39 hari BTO = A BTO = BTO = 38,29 kali

64 64 Garis BOR BOR = 32,94% O = 32, A LOS = O t LOS = 32, A 365 LOS = 32, A 365 LOS = ,94 = A 365 LOS = 32,94/10 = 3,294 (A O) t TOI = TOI = ( A 32, A) 100 TOI = ( 67, A) 100 TOI = ,06 = A 365 TOI = 67,06/10 = 6,706 Garis BTO BTO = A 38,29 = 1 = 38,29 LOS = O t LOS = ,29 LOS = 9,5 TOI = (A O) t TOI = ,29 TOI = 9,5

65 65 Gambar 11. Grafik Barber Johnson tahun 2015 RSU Nyi Ageng Serang Kulon Progo Berdasarkan hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti dengan rumus Barber Johnson dapat diketahui bahwa terdapat beberapa perbedaan dalam menghitung efisiensi penggunaan tempat tidur antara peneliti dan rumah sakit. Berikut ini adalah grafik hasil penghitungan keempat parameter yang dilakukan oleh peneliti per triwulan :

66 66 Gambar 12. Grafik Barber Johnson tahun 2015 berdasarkan triwulan RSU Nyi Ageng Serang Kulon Progo Tabel 2. Hasil Penghitungan Indikator Rawat Inap Triwulan 1-4 Indikator Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Triwulan 4 BOR 46,67% 35,58% 23, % AvLOS 3,16 3,41 2,99 2,93 TOI 3,65 6,18 9,61 8,1 BTO 13,23 9,47 7,29 8,29

67 67 Hasil penghitungan tersebut memperihatkan bahwa nilai BOR mengalami penurunan sampai triwulan ke-3 dan mengalami kenaikan pada triwulan ke-4. Nilai AvLOS pada triwulan kedua mengalami kenaikan, sedangkan pada triwulan ke-3 sampai triwulan ke-4 mengalami penurunan kembali. Nilai TOI pada triwulan pertama sampai triwulan ke-3 semakin meningkat, kemudian menurun pada triwulan ke-4. Nilai BTO pada triwulan pertama mengalami penurunan sampai triwulan ke-3 dan bertambah pada triwulan ke-4. Berdasarkan hasil tersebut didapatkan analisis terhadap Grafik Barber Johnson yang menunjukan bahwa pada triwulan pertama sampai triwulan ke-3 titik pertemuan keempat parameter menjauhi daerah efisien, namun pada triwulanke-4, titik pertemuan kembali mendekat pada daerah efisien. Sedangkan berikut ini adalah tabel mengenai hasil penghitungan keempat parameter yang dilakukan oleh peneliti dan rumah sakit : Tabel 3. Perbandingan Hasil Penghitungan Indikator Penghitungan Rawat Inap Hasil penghitungan TT antara Rumah Sakit dan Peneliti. Pasien Keluar (Hidup+Mati) Penghitungan tahun 2015 HP Lama BOR BTO dirawat (%) (Kali) TOI (Hari) AvLOS (Hari) Rumah Sakit ,8 43,6 5,3 2,9 Peneliti ,94 38,29 6,39 3,13 Berdasarkan hasil penghitungan tersebut dapat diketahui bahwa kesalahan terdapat pada penjumlahan total tempat tidur tersedia, pasien keluar (hidup dan mati), hari perawatan yang pihak rumah sakit hitung merupakan jumlah sisa pasien tahun 2015 tanpa menambahkan jumlah pasien keluar masuk pada hari yang sama. iketahui dalam sensus harian rawat inap bahwa jumlah TT pada rawat inap umum sejumlah 13 TT dan kebidanan sejumlah 4 TT sehingga totalnya 17 TT sedangkan pada penghitungan tingkat efisiensi TT yang digunakan sejumlah 15 TT.

68 68 Gambar 13. Rekapitulasi Sensus Harian Rawat Inap Pasien Umum Sumber : Instalasi Rekam Medis Gambar 14. Rekapitulasi Sensus Harian Rawat Inap Pasien Kebidanan Sumber : Instalasi Rekam Medis Ketidaktepatan penghitungan yang dilakukan bersumber pada kesalahan dalam rekapitulasi sensus harian rawat inap yang rumah sakit gunakan, hal tersebut karena penghitungan rekapitulasi sensus harian rawt inap dan penghitungan efisiensi dilakukan oleh orang yang berbeda sedangkan peneliti mendapatkan hasil yang berbeda ketika menghitung ulang rekapitulasi sensus harian rawat inap. Hal tersebut diketahui berdasarkan wawancara terhadap responden B yang menyatakan bahwa :... jadi cara menghitung Hari Perawatan adalah dengan menjumlah pasien sisa ditambahkan dengan pasien masuk keluar pada hari yang sama? iya saya baru tahu. Kemudian jumlah tempat tidur yang digunakan adalah TT rawat inap umum (13) ditambahkan dengan TT kebidanan (4). Karena yang menghitung sensus dan menghitung efisiensi itu berbeda orang, sehingga mungkin salah dalam menjumlahkan. Besok akan saya koreksi lagi. Narasumber B

69 69 2. Analisis proses penghitungan sensus harian rawat inap berdasarkan 5 M (Man, Money, Materials,Methode, Machine). Parameter yang digunakan untuk memantau efisiensi penggunaan tempat tidur telah dirumuskan dan terdiri dari 4 parameter yaitu BOR, AvLOS, TOI dan BTO. Rumah Sakit Umum aerah Nyi Ageng Serang memiliki 17 tempat tidur tersedia dengan jumlah hari perawatan sebesar 2047, lama dirawat sebanyak 1898 dan jumlah pasien keluar hidup dan mati sebanyak 651 orang. Berikut adalah Grafik Barber Johnson terkait hasil penghitungan efisiensi penggunaan tempat tidur di Rumah Sakit Umum aerah Nyi Ageng Serang Kulon Progo Rumah Sakit Umum aerah Nyi Ageng Serang Kulon Progo belum pernah melakukan analisis terkait sensus harian rawat inap. Hal ini diungkapkan oleh narasumber B. Berikut kutipan pernyataan yang telah disampaikan :...sebenarnya kita belum begitu tahu faktor yang memengaruhi apa saja, karna belum pernah dilakukan analis. Narasumber B Analisis terkait ketepatan penghitungan sensus harian rawat inap berdasarkan 5 M (Man, Money, Materials,Methode, Machine) a. Man Penghitungan sensus harian rawat inap dan penghitungan efisiensi penggunaan tempat tidur dilakukan oleh 2 petugas rekam medis bagian pelaporan yang berlatar pendidikan III Rekam Medis. Salah satu faktor peyebab tidak tepatnya penghitungan rekapitulasi sensus harian rawat inap dan efisiensi penggunaan tempat tidur karena tidak adanya penanggung jawab mengenai sensus harian rawat inap. Hal tersebut diketahui berdasarkan hasil wawancara kepada narasumber B....sensus dilakukan oleh petugas pelaporan, tapi penghitungan sensus dan penghitungan efisiensi penggunaan tempat tidur dilakukan oleh orang berbeda, sehingga yang menghitung sensus hanya merekap dari buku register dari bangsal, nanti efisiensi penggunaan tempat tidur dihitung oleh orang yang berbeda. Kalau dari segi SM memang belum ada yang bertanggung jawab penuh pada pembuatan sensus harian, sedangkan pembuatan Grafik Barber Johnson memang belum dilakukan karena pada tahun 2015 semua masih dihitung secara manual, jadi ya belum bisa, nanti jika

70 70 SIMRS sudah jadi akan dibuat. Narasumber B Tidak adanya penanggung jawab mengenai penghitungan sensus harian rawat inap dan petugas yang menghitung efisiensi penggunaan tempat tidur menimbulkan kesalahan dalam menggunakan sumber data sebagai penghitungan efisiensi tempat tidur sehingga terdapat kesalahan dalam penghitungan data. b. Money Keuangan di Rumah Sakit Umum aerah Nyi Ageng Serang Kulon Progo diatur oleh inas Kesehatan Pemerintah aerah Kulon Progo sehingga anggaran yang akan dikeluarkan harus melewati inas Kesehatan Pemerintah aerah Kulon Progo sedangkan anggaran untuk instalasi rekam medis telah mencukupi dalam bidang pelaporan. berikut : Pernyataan tersebut dinyatakan oleh narasumber B sebagai... kalau dari segi anggaran sudah mencukupi. c. Materials Narasumber B Penghitungan sensus harian rawat inap diambil dari buku register pasien rawat inap yang ada dibangsal. Penghitungan sensus dilakukan tanpa menggunakan formulir sensus harian rawat inap dan langsung merekap hasil sensus kedalam komputer dengan aplikasi microsoft excel. Namun tidak dibuatnya formulir sensus harian rawat inap dikarenakan data yang diperoleh dari buku register rawat inap dirasa cukup sebagai bahan untuk membuat rekapitulasi sensus harian rawat inap. hal tersebut diungkapkan oleh Narasumber B....karna lembar sensus hariannya terdapat dikomputer yang sudah kami buat. ata dasarnya dari register. lakukan. Narasumber B Hal tersebut sesuai dengan hasil studi dokumentasi yang peneliti

71 71 Tabel 4. Checklist Studi okumentasi sebagai Indikator Materials No Indikator Ada Tidak 1 Rekapitulasi sensus harian rawat inap Sumber : Instalasi Rekam Medis d. Methode Belum adanya SOP mengenai rekapitulasi sensus harian rawat inap serta penghitungan efisiensi penggunaan tempat tidur juga memengaruhi hasil dari efisiensi rumah sakit. Hal tersebut diketahui berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan narasumber A....SOP belum ada, masih dalam proses pembuatan karena SOP direkam medis itu sangat banyak dan tidak mudah membuatnya. Narasumber A Pernyataan tersebut dibuktikan dengan checklist dokumentasi peneliti : Tabel 5. Checklist Studi okumentasi sebagai Indikator Methode No Indikator Ada Tidak 1 SOP mengenai penghitungan sensus harian rawat inap 2 SOP mengenai penghitungan efisiensi penggunaan tempat tidur Sumber : Instalasi Rekam Medis iperkuat dengan checklist observasi peneliti : Tabel 6. Checklist Observasi sebagai Indikator Methode No. Pertanyaan Jawaban Ada Tidak 1 Adakah SOP mengenai penghitungan sensus harian rawat inap? 2 Adakah SOP mengenai penghitungan efisiensi penggunaan tempat tidur? Sumber : Instalasi Rekam Medis e. Machines Penghitungan sensus dilakukan tanpa menggunakan formulir sensus harian rawat inap dan langsung merekap hasil sensus kedalam komputer dengan software microsoft excel. Pernyataan tersebut dibuktikan dengan checklist observasi peneliti sebagai berikut :

72 72 Tabel 7. Checklist Observasi sebagai Indikator Machines No. Pertanyaan Jawaban Ada Tidak 1 Hardware berupa seperangkat komputer 2 Software microsoft excel Sumber : Instalasi Rekam Medis C. Pembahasan 1. Membuat dan Menganilisis Grafik Barber Johnson di Rumah Sakit Umum aerah Nyi Ageng Serang Kulon Progo Pada tahun 1973, Barry Barber, M.A., Ph., Finst P., AFIMA dan avid Johnson, M.Sc dalam Sudra (2010) berusaha merumuskan dan memadukan empat parameter untuk memantau dan menilai tingkat efisiensi penggunaan TT untuk bangsal perawatan pasien. Keempat parameter yang dipadukan tersebut yaitu BOR, alos, TOI, dan BTO. Perpaduan keempat parameter tersebut lalu diwujudkan dalam bentuk grafik yang akhirnya dikenal sebagai Grafik Barber-Johnson (BJ). Standar ideal menurut Baber Johnson dalam Rustiyanto (2010) adalah nilai BOR sebesar 60%-85%, BTO minimal 30 pasien dalam periode 1 tahun, alos selama 3-12 hari dan TOI selama 1-3 hari. i Rumah Sakit Umum aerah Nyi Ageng Serang Kulon Progo penghitungan tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur pada penghitungan hari perawatan (HP) dihitung secara menyeluruh dengan menggabungkan hari perawatan pasien umum dan pasien kebidanan tanpa menambahkan jumlah pasien keluar masuk pada hari yang sama. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori Sudra (2010) bahwa hari perawatan adalah jumlah pasien yang ada saat sensus dilakukan ditambah pasien yang masuk dan keluar pada hari yang sama pada hari sensus diambil sedangkan jumlah hari perawatan menunjukan jumlah hari perawatan dari setiap hari dalam periode waktu tertentu. perbedaan penghitungan tersebut akan mempengaruhi hasil penghitungan efisiensi pengunaan tempat tidur. Berdasarkan hasil penghitungan melalui grafik barber johnson yang dilakukan per triwulan, diketahui bahwa terjadi penurunan dan kenaikan nilai efisiensi penggunaan tempat tidur. Pada triwulan pertama diketahui jumlah kunjungan pasien rawat inap sebesar 225 orang dengan

73 73 nilai BOR sebesar 46,67% dimana angka tersebut menunjukan bahwa nilai BOR belum efisien, Pada triwulan kedua terjadi penurunan nilai BOR menjadi 35,58%. Hal tersebut dikarenakan menurunnya jumlah kunjungan pasien rawat inap pada trwulan kedua menjadi 160 orang. Menurunnya nilai BOR membuat titik temu menjadi lebih jauh dari daerah efisien meskipun nilai AvLOS pada triwulan pertama dan kedua sudah efisien sebesar 3,16 kemudian meningkat menjadi 3,41 dengan nilai TOI pada triwulan pertama selama 3,65 hari dan triwulan kedua selama 6,18 yang menunjukan bahwa nilai TOI mengalami overload. Besarnya nilai TOI dikarenakan jumlah pasien yang sedikit sehingga tempat tidur banyak yang kosong atau tidak terpakai dalam waktu yang lama. Pada triwulan ketiga nilai BOR semakin menurun menjadi 23,76% yang berarti belum efisien. Hal tersebut dikarenakan menurunnya jumlah kunjungan pasien rawat inap menjadi 121 orang. Penurunan nilai BOR juga diikuti dengan turunnya nilai AvLOS menjadi tidak efisien yaitu 2,99 dan meningkatnya nilai TOI menjadi overload yaitu 9,61 serta menurunnya nilai BTO menjadi 7,23. engan menurunnya nilai ideal tersebut mengakibatkan titik temu semakin menjauh dari daerah efisien. Triwulan keempat, nilai BOR kembali meningkat meskipun belum bisa mencapai angka efisien yaitu 26,47%. Hal tersebut dikarenakan jumlah kunjungan pasien kembali meningkat menjadi 145 orang dan telah bekerjasamanya pihak rumah sakit dengan BPJS, Jamkesos dan Jamkesda pada bulan Agustus. Meningkatnya kunjungan pasien rawat inap membuat nilai TOI kembali menurun diikuti dengan naiknya nilai BTO menjadi 8,29. Nilai AvLOS juga belum menunjukan nilai efisien karena masih berada pada angka 2,93 sehingga titik temu keempat parameter tersebut masih berada diluar daerah efisien namun sudah mulai mengarah, mendekati daerah efisien. Apabila diakumulasikan, pada tahun 2015 titik temu keempat parameter masih berada diluar daerah efisien dengan nilai BOR 32,94% yang berarti belum efisien dan TOI 6,39 yang menunjukkan rentang tempat tidur yang kosong terlalu lama, sedangkan nilai AvLOS 3,13 dan BTO 38,29

74 74 2. Analisis proses penghitungan sensus harian rawat inap berdasarkan 5M (Man, Money, Materials, Methode, Machine). Analisis terkait ketepatan penghitungan sensus harian rawat inap berdasarkan 5M (Man, Money, Materials, Methode, Machine) : a. Man (Sumber aya Manusia) Menurut Manullang dalam Rusdiana (2014) Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. alam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa manusia, tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Petugas rekam medis bagian pelaporan sudah melakukan penghitungan terhadap efisiensi penggunaan tempat tidur namun belum membuat Grafik Barber Johnson pada tahun Belum dibuatnya Grafik Barber Johnson dikarenakan belum adanya SIMRS. Hasil penghitungan efisiensi penggunaan tempat tidur juga belum pernah dilakukan analisis serta dievaluasi. alam penghitungan efisiensi penggunaan tempat tidur, terdapat kesalah dalam data yang digunakan sebagai indikator penghitungan efsiensi. Hal tersebut disebabkan adanya duplikasi data sensus harian rawat inap yaitu pada bulan Maret dan April. Pada penghitungannya petugas yang melakukan penghitungan efisiensi tempat tidur menggunakan data sensus harian yang berjudul 8 Maret 6 April, sedangkan ketika peneliti melakukan konfirmasi terhadap petugas yang melakukan sensus harian rawat inap, data yang digunakan adalah data pada bulan Maret dan April. Terjadinya duplikasi data tersebut disebabkan karena penghitungan sensus harian rawat inap dilakukan oleh orang yang berbeda.

75 75 Gambar 15. Rekapitulasi Sensus Harian Rawat Inap Bulan Maret Sumber : Instalasi rekam medis RSU Nyi Ageng Serang Kulon Progo Gambar 16. Rekapitulasi Sensus Harian Rawat Inap 8 Maret 6 April Sumber : Instalasi rekam medis RSU Nyi Ageng Serang Kulon Progo

76 76 Gambar 17. Rekapitulasi Sensus Harian Rawat Inap Bulan April Sumber : Instalasi rekam medis RSU Nyi Ageng Serang Kulon Progo Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 21 Juni 2016 menunjukkan bahwa jumlah pasien yang masih dirawat dibangsal rawat inap umum berdasarkan buku register pasienr awat inap umum adalah sebanyak 13 pasien dengan jumlah tempat tidur sebanyak 16, ketika peneliti melakukan cross cek pada bangsal diketahui bahwa dari 16 tempat tidur, 13 tempat tidur sedang digunakan. Hal tersebut menunjukan bahwa data pada buku register rawat inap adalah benar. b. Money Menurut Manullang dalam Rusdiana (2014) money atau uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan,uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu, uang merupakan alat yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1204/Menkes/SK/X/2004. pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. (14) 340/MENKES/PER/III/2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1204/Menkes/SK/X/2004. pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. (14) 340/MENKES/PER/III/2010 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Pengertian Rumah Sakit a. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2004 Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Pengertian rumah sakit Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi social dan kesehatan dengan fungsi menyediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan rumah sakit menyangkut berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah sakit 1. Pengertian rumah sakit Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan yang kompleks, padat pakar, danpadat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan rumah

Lebih terperinci

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN: X, Vol.1, No.2, Oktober 2013

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN: X, Vol.1, No.2, Oktober 2013 ANALISIS EFISIENSI PELAYANAN RAWAT INAP BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON PADA BANGSAL KELAS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI PERIODE TRIWULAN TAHUN 2012 Dwianto 1, Tri Lestari 2 APIKES Mitra Husada Karanganyar

Lebih terperinci

2 Menurut Alamsyah (2012) salah satu aktivitas yang rutin dilakukan dalam statistik rumah sakit adalah menghitung tingkat efisiensi hunian tempat tidu

2 Menurut Alamsyah (2012) salah satu aktivitas yang rutin dilakukan dalam statistik rumah sakit adalah menghitung tingkat efisiensi hunian tempat tidu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, pengertian rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, mempunyai tiga pilar otoritas, yang masing-masing bekerja

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, mempunyai tiga pilar otoritas, yang masing-masing bekerja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan satu sistem/bagian dari sistem pelayanan kesehatan, mempunyai tiga pilar otoritas, yang masing-masing bekerja secara otonom namun harus terkoordinir

Lebih terperinci

GAMBARAN EFFISIENSI PENGGUNAAN TEMPAT TIDUR RUANG PERAWATAN KELAS III DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TASIKMALAYA TAHUN 2011 DAN 2012

GAMBARAN EFFISIENSI PENGGUNAAN TEMPAT TIDUR RUANG PERAWATAN KELAS III DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TASIKMALAYA TAHUN 2011 DAN 2012 Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN:2337-585X, Vol.2, No.1, Maret 2014 GAMBARAN EFFISIENSI PENGGUNAAN TEMPAT TIDUR RUANG PERAWATAN KELAS III DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TASIKMALAYA TAHUN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencari dan menerima pelayanan kedokteran dan tempat pendidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencari dan menerima pelayanan kedokteran dan tempat pendidikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Pengertian Rumah Sakit Menurut Wolfer dan Pena, rumah sakit merupakan tempat orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran dan tempat pendidikan klinik

Lebih terperinci

PENILAIAN EFISIENSI PELAYANAN RAWAT INAP BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN PERIODE TRIWULAN TAHUN 2011

PENILAIAN EFISIENSI PELAYANAN RAWAT INAP BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN PERIODE TRIWULAN TAHUN 2011 PENILAIAN EFISIENSI PELAYANAN RAWAT INAP BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN PERIODE TRIWULAN TAHUN 2011 Mardiyono, Tri Lestari, Rohmadi APIKES Mitra Husada Karanganyar

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kepustakaan : 11 ( )

ABSTRAK. Kepustakaan : 11 ( ) ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN TEMPAT TIDUR DI UNIT PELAYANAN PENYAKIT DALAM DI BANGSAL CEMPAKA 1 DAN CEMPAKA 2 BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON DI RSUD KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2012 Nanang Sukma Kurniawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesehatan dan. mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesehatan dan. mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pelayanan kesehatan adalah bagian dari pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Rekam Medis menurut Huffman EK, diagnosa dan pengobatan serta merekam hasilnya. (6)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Rekam Medis menurut Huffman EK, diagnosa dan pengobatan serta merekam hasilnya. (6) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit Rumah sakit adalah bagian yang integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan yang dihubungkan melalui rencana pembangunan kesehatan. (1) B. Rekam Medis 1.

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN PERSENTASE PENGGUNAAN TEMPAT TIDUR DI RSUD SRAGEN PERIODE TAHUN

HUBUNGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN PERSENTASE PENGGUNAAN TEMPAT TIDUR DI RSUD SRAGEN PERIODE TAHUN HUBUNGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN PERSENTASE PENGGUNAAN TEMPAT TIDUR DI RSUD SRAGEN PERIODE TAHUN 2009-2010 Purwanto 1, Sri Sugiarsi 2, Tri lestari 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar

Lebih terperinci

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.2 Oktober 2016 ISSN: (online); X (Printed)

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.2 Oktober 2016 ISSN: (online); X (Printed) Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.2 Oktober 2016 ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed) ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN TEMPAT TIDUR PER RUANGAN BERDASARKAN INDIKATOR DEPKES

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. American Hospital Association mendefinisikan rumah sakit. sebagai sebagai organisasi yang didalamnya terdiri atas tenaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. American Hospital Association mendefinisikan rumah sakit. sebagai sebagai organisasi yang didalamnya terdiri atas tenaga 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit American Hospital Association mendefinisikan rumah sakit sebagai sebagai organisasi yang didalamnya terdiri atas tenaga kesehatan yang berkompeten dibidangnya

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PELAYANAN RAWAT INAP BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON PADA BANGSAL KELAS III DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI PERIODE TRIWULAN TAHUN

ANALISIS EFISIENSI PELAYANAN RAWAT INAP BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON PADA BANGSAL KELAS III DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI PERIODE TRIWULAN TAHUN ANALISIS EFISIENSI PELAYANAN RAWAT INAP BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON PADA BANGSAL KELAS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI PERIODE TRIWULAN TAHUN 2012 Dwianto 1, Tri Lestari 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Karakteristik Kelas Perawatan: - Kapasitas Tempat Tidur Rekapitulasi Rawat Inap: - Jumlah pasien keluar hidup dan mati - Jumlah hari perawatan - Jumlah hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PENGELOLAAN TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2015

ANALISIS EFISIENSI PENGELOLAAN TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2015 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016 231 ANALISIS EFISIENSI PENGELOLAAN TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2015 Maya Nanda Dewi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. dan Undang-undang No. 36 tahun 2010 tentang kesehatan, membawa

BAB 1 PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. dan Undang-undang No. 36 tahun 2010 tentang kesehatan, membawa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rumah Sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan yang mempunyai peran penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Pengertian Rumah Sakit Suatu bagian dari organisasi medis dan sosial yang mempunyai fungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat, baik

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan (1, 2)

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan (1, 2) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas atau mutu pelayanan yang ada di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas atau mutu pelayanan yang ada di rumah sakit. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta, I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Salah satu tujuan dari pembangunan kesehatan di Indonesia adalah upaya memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan. Pelayanan berkualitas ini harus dapat dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009). Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009). Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan kesehatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit berperan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat pada bidang Kesehatan. Rumah sakit bertujuan dalam memulihkan kondisi kesehatan seseorang menjadi sehat kembali.

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA

INDIKATOR KINERJA UTAMA Instansi Visi Misi Tujuan Tugas Fungsi : RS Jiwa Menur : RS Jiwa kelas A pendidikan dengan pelayanan prima : 1. Mewujudkan pelayanan kesehatan jiwa subspesialistik yang prima paripurna serta pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permenkes RI No. 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk praktik kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kebutuhan masyarakat akan pentingnya kesehatan. rumah sakit sebagai suatu organisasi melalui tenaga medis

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kebutuhan masyarakat akan pentingnya kesehatan. rumah sakit sebagai suatu organisasi melalui tenaga medis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kesadaran dan kebutuhan masyarakat akan pentingnya kesehatan semakin meningkat, sehingga dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan non profit, yaitu unit usaha yang bertujuan tidak untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan non profit, yaitu unit usaha yang bertujuan tidak untuk mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit termasuk unit usaha yang tergolong dalam jenis perusahaan non profit, yaitu unit usaha yang bertujuan tidak untuk mencari keuntungan. Adapun tujuannya untuk

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DATA PASIEN MASUK, KELUAR DAN TRANSFER DI TEMPAT PENDAFTARAN PASIEN RSU JATI HUSADA KARANGANYAR

PENGELOLAAN DATA PASIEN MASUK, KELUAR DAN TRANSFER DI TEMPAT PENDAFTARAN PASIEN RSU JATI HUSADA KARANGANYAR PENGELOLAAN DATA PASIEN MASUK, KELUAR DAN TRANSFER DI TEMPAT PENDAFTARAN PASIEN RSU JATI HUSADA KARANGANYAR Wahyu Untari Aji 1, Moch. Arief TQ 2, Antik Pujihastuti 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis, sarana pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis, sarana pelayanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis, sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA

INDIKATOR KINERJA UTAMA Instansi Visi Misi Tujuan Tugas Fungsi : RS Jiwa Menur : RS Jiwa kelas A pendidikan dengan pelayanan prima : 1. Mewujudkan pelayanan kesehatan jiwa subspesialistik yang prima dan paripurna serta pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil, dan ahli serta

BAB I PENDAHULUAN. tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil, dan ahli serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil, dan ahli serta disusun dalam satu program kesehatan

Lebih terperinci

Indikator pelayanan rumah sakit By : Setiadi

Indikator pelayanan rumah sakit By : Setiadi Indikator pelayanan rumah sakit By : Setiadi Tugas elearning: Bacalah makalah ini dengan seksama dan jawab pertanyaan dengan baik pakai metode tulisan tangan sebagai tugas per individu dan dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan. Pengelolaan obat yang efisien diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi rumah sakit dan pasien

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015 EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015 I. Pelayanan RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat RSUD Patut Patuh Patju kabupaten Lombok Barat merupakan

Lebih terperinci

admission kedua tercatat pada statistik. lilywijaya 2

admission kedua tercatat pada statistik. lilywijaya 2 1. Admission Proses resmi yang dialami seseorang pada saat diterima/ masuk RS dengan tujuan u. memberikan pelay. pengobatan pada pasien tersebut. Jika pasien tersebut keluar secara resmi dari rumah sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan kesehatan di suatu instansi kesehatan dipengaruhi olehbanyak faktor. Salah satunya adalah tersedianya sumber daya manusia yang mempunyai kualifikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat, baik kuratif maupun preventif, rumah sakit juga

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat, baik kuratif maupun preventif, rumah sakit juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah suatu bagian dari organisasi medis dan sosial yang mempunyai fungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat, baik kuratif maupun

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Tahun Pemerintah berkewajiban mengupayakan tersedianya pelayanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Tahun Pemerintah berkewajiban mengupayakan tersedianya pelayanan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Lebih terperinci

Analisis pemanfaatan data sensus harian rawat inap untuk pelaporan indikator pelayanan rawat inap di rumah sakit umum daerah dr.

Analisis pemanfaatan data sensus harian rawat inap untuk pelaporan indikator pelayanan rawat inap di rumah sakit umum daerah dr. Analisis pemanfaatan data sensus harian rawat inap untuk pelaporan indikator pelayanan rawat inap di rumah sakit umum daerah dr. Soeroto ngawi Agung Kurniawan, Tri Lestari, Rohmadi APIKES Mitra Husada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk meningkatkan mutu. pelayanan kesehatan demi kepuasan masyarakat yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk meningkatkan mutu. pelayanan kesehatan demi kepuasan masyarakat yang menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan, oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan demi kepuasan masyarakat

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 (IKU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 VISI : Menjadi Rumah Sakit yang Bermutu Internasional dalam Pelayanan, Pendidikan, dan Penelitian MISI : Menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. sehat. Namun saat ini rumah sakit bukan hanya sebagai fasilitas sarana kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. sehat. Namun saat ini rumah sakit bukan hanya sebagai fasilitas sarana kesehatan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat. Namun saat ini rumah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai salah satu pembangunan nasional merupakan investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan kesehatan diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

ANALISIS DESKRIPTIF NILAI TOI PADA BANGSAL BAITUL MA RUF DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG TAHUN

ANALISIS DESKRIPTIF NILAI TOI PADA BANGSAL BAITUL MA RUF DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG TAHUN ANALISIS DESKRIPTIF NILAI TOI PADA BANGSAL BAITUL MA RUF DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG TAHUN 2009-2014 Silvia Dwi Oktaviani *) ; Kriswiharsi Kun Saptorini **) *) Alumni D3 RMIK UDINUS **)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengutamakan pelaksanaannya melalui upaya penyembuhan pasien, rehabilitasi dan pencegahan gangguan kesehatan. Rumah sakit berfungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengutamakan pelaksanaannya melalui upaya penyembuhan pasien, rehabilitasi dan pencegahan gangguan kesehatan. Rumah sakit berfungsi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah instansi pemberi pelayanan kesehatan yang mengutamakan pelaksanaannya melalui upaya penyembuhan pasien, rehabilitasi dan pencegahan gangguan kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diolah sebagai bahan pembuat laporan pelayanan rumah sakit. Rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. diolah sebagai bahan pembuat laporan pelayanan rumah sakit. Rumah sakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Pelayanan untuk pasien di rumah sakit umumnya meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rekam medis merupakan berkas yang berisi catatan dan dokumen mengenai identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lainnya yang diterima oleh

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA

INDIKATOR KINERJA UTAMA INSTANSI : RSUD MARDI WALUYO KOTA BLITAR TUJUAN TUGAS FUNGSI : Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat : Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang Pelayanan Kesehatan Paripurna.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pusat latihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian biososial.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pusat latihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian biososial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO, rumah sakit adalah suatu bagian menyeluruh dari organisasi sosial dan medis berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap kepada masyarakat, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, hal itu disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, hal itu disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebutuhan masyarakat akan jasa layanan kesehatan semakin hari semakin meningkat, hal itu disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

HUBUNGAN JUMLAH PASIEN RAWAT INAP DENGAN BOR (BED OCCUPANCY RATE) DI RSUD DR. MOEWARDI PERIODE TAHUN

HUBUNGAN JUMLAH PASIEN RAWAT INAP DENGAN BOR (BED OCCUPANCY RATE) DI RSUD DR. MOEWARDI PERIODE TAHUN HUBUNGAN JUMLAH PASIEN RAWAT INAP DENGAN BOR (BED OCCUPANCY RATE) DI RSUD DR. MOEWARDI PERIODE TAHUN 29-211 Muhammad Sholeh S, Tri Lestari APIKES Mitra Husada Karanganyar apikesmitra@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. seseorang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Hal ini sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia dimana keadaan dari badan dan jiwa tidak mengalami gangguan sehingga memungkinkan seseorang untuk hidup produktif secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang fungsi utamanya memberikan pelayanan, perawatan, dan pengobatan kepada seluruh pasien, baik rawat inap, rawat jalan,

Lebih terperinci

PEDOMAN ORGANISASI UNIT REKAM MEDIS DISUSUN OLEH : UNIT REKAM MEDIS RSUD KOTA DEPOK

PEDOMAN ORGANISASI UNIT REKAM MEDIS DISUSUN OLEH : UNIT REKAM MEDIS RSUD KOTA DEPOK PEDOMAN ORGANISASI UNIT REKAM MEDIS DISUSUN OLEH : UNIT REKAM MEDIS RSUD KOTA DEPOK RSUD KOTA DEPOK 1 BAB I PENDAHULUAN Meningkatkan derajat kesehatan bagi semua lapisan masyarakat Kota Depok melalui pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, maka tuntutan

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, maka tuntutan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemangku kepentingan pemberi pelayanan kesehatan. Semakin tingginya tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat mutlak. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

BAB I PENDAHULUAN. bersifat mutlak. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang bersifat mutlak. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial

Lebih terperinci

Penilaian pelayanan di RSUD AM Parikesit menggunakan indikator pelayanan kesehatan, adapun data indikator pelayanan dari tahun yaitu :

Penilaian pelayanan di RSUD AM Parikesit menggunakan indikator pelayanan kesehatan, adapun data indikator pelayanan dari tahun yaitu : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya Pembangunan Nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

Lebih terperinci

TINJAUAN PELAKSANAAN SENSUS HARIAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI TAHUN 2013

TINJAUAN PELAKSANAAN SENSUS HARIAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI TAHUN 2013 TINJAUAN PELAKSANAAN SENSUS HARIAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI TAHUN 2013 Igustin Budiyanti Yusuf, Tri Lestari, Harjanti APIKES Mitra Husada Karanganyar apikesmitra@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, masyarakat. Dalam rangka memberikan pelayanan yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN. secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, masyarakat. Dalam rangka memberikan pelayanan yang bermutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna

Lebih terperinci

NAMA SKPD VISI MISI TUGAS POKOK FUNGSI. a. Penyelenggaraan pelayanan medis

NAMA SKPD VISI MISI TUGAS POKOK FUNGSI. a. Penyelenggaraan pelayanan medis NAMA SKPD VISI MISI TUGAS POKOK FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BA'A Terwujudnya Rumah Sakit Umum Daerah Berkualitas Bertumpu Pada Semangat Melayani Dengan Memanfaatkan Sumber Daya Secara Optimal 1. Mewujudkan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TRIWULANAN RSUD LAWANG TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA TRIWULANAN RSUD LAWANG TAHUN 2015 LAMPIRAN LAPORAN KINERJA TRIWULANAN RSUD LAWANG TAHUN 2015 RSUD Lawang mempunyai 2 sasaran srategis, yaitu : 1. Meningkatnya sumber daya manusia, sarana, prasarana, peralatan, dan kebijakan untuk pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan yang tujuan utamanya adalah preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan) dengan sasaran masyarakat (Notoatmodjo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah sumber daya manusia (Depkes, 2002). penunjang lainnya. Diantara tenaga tersebut, 40% diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah sumber daya manusia (Depkes, 2002). penunjang lainnya. Diantara tenaga tersebut, 40% diantaranya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA KECENDERUNGAN INTERNAL

BAB 3 ANALISA KECENDERUNGAN INTERNAL BAB 3 ANALISA KECENDERUNGAN INTERNAL Analisa kondisi internal RSUD Kabupaten Belitung Timur akan ditentukan terlebih dahulu Variabel internal, yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai kecenderungan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KABUPATEN SIDOARJO

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KABUPATEN SIDOARJO (IKU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KABUPATEN SIDOARJO UNIT KERJA : RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SIDOARJO TUGAS POKOK : Melaksanakan upaya kesehatan yang berdayaguna dengan menggunakan upaya penyembuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (health service). Sarana Pelayanan Kesehatan merupakan tempat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (health service). Sarana Pelayanan Kesehatan merupakan tempat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan diwujudkan dalam suatu wadah pelayanan kesehatan, yang disebut sarana atau pelayanan kesehatan (health service). Sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tidak terlepas dari peran tenaga medis dan nonmedis.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tidak terlepas dari peran tenaga medis dan nonmedis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin tinggi tingkat kecerdasan dan sosial ekonomi masyarakat, maka pengetahuan mereka terhadap penyakit, biaya, administrasi maupun upaya penyembuhan semakin baik.

Lebih terperinci

Edi Susilo, Nopriadi, Efisiensi Pendayagunaan Tempat Tidur Dengan Metode Grafik Barber-Johnson Di Rs Lancang Kuning Pekanbaru Tahun 2011

Edi Susilo, Nopriadi, Efisiensi Pendayagunaan Tempat Tidur Dengan Metode Grafik Barber-Johnson Di Rs Lancang Kuning Pekanbaru Tahun 2011 Efisiensi Pendayagunaan Tempat Tidur dengan Metode Grafik Barber- Johnson di Rs Lancang Kuning Bed Utilization Efficiency With Graphic Of Barber-Johnson Method In Lancang Kuning Pekanbaru Hospital Year

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang kompleks dengan padat karya dan padat modal. Untuk melaksanakan fungsi yang demikian kompleks,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain kepada pasien di sarana

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT A. SEJARAH DAN KEDUDUKAN RUMAH SAKIT Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rengat Kabupaten Indragiri Hulu pada awalnya berlokasi di Kota Rengat Kecamatan Rengat (sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Salah satu sarana pelayanan kesehatan yang ada

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Salah satu sarana pelayanan kesehatan yang ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pelayanan kesehatan, tidak dapat dilepaskan dari sarana pelayanan kesehatan. Salah satu sarana pelayanan kesehatan yang ada adalah rumah sakit. Menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA RSUD Dr.ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA RSUD Dr.ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2015 INDIKATOR KINERJA UTAMA RSUD Dr.ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2015 1 NAMA ORGANISASI RSUD Dr. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI. 2 TUGAS Melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasilguna dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun. memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun. memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (2000) rumah sakit adalah suatu bagian menyeluruh dari organisasi sosial dan medis yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu bagian menyeluruh dari organisasi sosial

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu bagian menyeluruh dari organisasi sosial BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rumah sakit adalah suatu bagian menyeluruh dari organisasi sosial dan medis yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap kepada masyarakat baik kuratif

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA UPT RUMAH SAKIT KUSTA SUMBERGLAGAH TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA UPT RUMAH SAKIT KUSTA SUMBERGLAGAH TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA UPT RUMAH SAKIT KUSTA SUMBERGLAGAH TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR RUMAH SAKIT KUSTA SUMBERGLAGAH JL.SUMBERGLAGAH PACET, MOJOKERTO Telp. (0321) 690441 Kode Pos. 61374 Fax

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan jasa kesehatan. Keberhasilan sebuah rumah sakit dinilai dari mutu

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan jasa kesehatan. Keberhasilan sebuah rumah sakit dinilai dari mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Rumah sakit merupakan salah satu unit usaha yang memberikan pelayanan jasa kesehatan. Keberhasilan sebuah rumah sakit dinilai dari mutu pelayanan kesehatan yang diberikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang lengkap kepada masyarakat baik kuratif. bersifat rahasia. Dokumen tersebut dinamakan sebagai rekam medis.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang lengkap kepada masyarakat baik kuratif. bersifat rahasia. Dokumen tersebut dinamakan sebagai rekam medis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (2000) rumah sakit adalah suatu bagian menyeluruh dari organisasi sosial dan medis yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perorangan yang menyediakan rawat inap dan rawat jalan yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. perorangan yang menyediakan rawat inap dan rawat jalan yang memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan rawat inap dan rawat jalan yang memberikan pelayanan kesehatan jangka pendek dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pelayanan jasa kesehatan berkembang sangat pesat di Indonesia. Di wilayah Yogyakarta sendiri terdapat 2.403 rumah sakit. Terdiri dari 1.850 Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Latar belakang Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan peraturan tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Daerah) yaitu Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

SISTEM PENGOLAHAN DATA RAWAT INAP DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN BERBASIS MULTIUSER

SISTEM PENGOLAHAN DATA RAWAT INAP DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN BERBASIS MULTIUSER SISTEM PENGOLAHAN DATA RAWAT INAP DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN BERBASIS MULTIUSER Disusun Oleh : Nama : Hery Kurniawan NIM : 065610087 Jurusan : Sistem Informasi SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit adalah organisasi yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan, dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan dari pelayanan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN RSUD PLOSO KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 RUMUS/ FORMULA. tahun = Jumlah pasien rawat inap + Jumlah pasien rawat jalan

RENCANA KINERJA TAHUNAN RSUD PLOSO KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 RUMUS/ FORMULA. tahun = Jumlah pasien rawat inap + Jumlah pasien rawat jalan RENCANA KINERJA TAHUNAN RSUD PLOSO KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 VISI : Misi 1 : Menjadi rumah profesional dan berkualitas dengan berorientasi kebutuhan masyarakat Melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih jasa pelayanan dari suatu rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih jasa pelayanan dari suatu rumah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan medis semakin meningkat, sehingga masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih jasa pelayanan dari suatu rumah sakit. Perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai industri jasa kesehatan pada dasarnya bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai industri jasa kesehatan pada dasarnya bertujuan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit sebagai industri jasa kesehatan pada dasarnya bertujuan memberikan kepuasan bagi pasiennya. Dalam konsep perspektif mutu total (Perspectif Total Quality)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama oleh badan layanan umum seperti rumah sakit. (SIRS) seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik

BAB I PENDAHULUAN. terutama oleh badan layanan umum seperti rumah sakit. (SIRS) seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan data dan informasi saat ini berkembang sangat pesat, dilihat dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Dengan telah berlakunya Undang Undang Nomor 14 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nyata penyediaan layanan publik di bidang kesehatan adalah adanya rumah

BAB I PENDAHULUAN. nyata penyediaan layanan publik di bidang kesehatan adalah adanya rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah pelayanan publik yang bersifat mutlak dan erat kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat. Untuk semua pelayanan yang bersifat mutlak, negara dan aparaturnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (Peraturan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (Peraturan Menteri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan keunggulan masing-masing agar bisa bertahan. Rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan keunggulan masing-masing agar bisa bertahan. Rumah sakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi yang padat dengan informasi, teknologi dan pengetahuan, segala sesuatu akan bergerak dan berubah dengan cepat. Perubahan ini akan menimbulkan

Lebih terperinci