ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUB SEKTOR FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUB SEKTOR FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)"

Transkripsi

1 ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUB SEKTOR FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) Siti Hadijah dan Augustina Kurniasih Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana ardefira@yahoo.co.id ABSTRACT The purpose of this study was to analyze the financial condition of the company manufacturing food and beverages sub-sectors listed in the Indonesia Stock Exchange (IDX). This study used descriptive research methods. Descriptive research study aims to describe, analyze, interpret and describe the level of corporate financial health by using the Altman Z-Score. The population in this study is manufacturing companies in the food and beverages sub-sectors listed on the Stock Exchange. There are 14 companies. Based on purposive sampling techniques, the number of samples that meet the criteria are 12 companies, the observations made in the period of The results showed most companies during the study period are in the vulnerable category of bankruptcy. In the period of 2009 to 2011 the results show that the average Z-Score showed are increase. It means the companies show a better financial health. Key words : Altman Z-Score, Category of Bankruptcy ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kondisi keuangan perusahaan manufaktur di sub sektor food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif pada penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, menganalisis, menginterprestasikan dan menggambarkan tingkat kesehatan keuangan perusahaan dengan menggunakan metode Altman Z-Score. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur di sub sektor food and beverages yang terdaftar di BEI yang berjumlah 14 perusahaan. Berdasarkan teknik purposive sampling, jumlah sampel yang memenuhi kriteria adalah 12 perusahaan, pengamatan dilakukan pada periode Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar perusahaan selama periode penelitian termasuk dalam kategori rawan bangkrut. Antara tahun 2009 hingga 2011 berdasarkan hasil rata-rata perhitungan Z-Score menunjukkan tingkat kesehatan keuangan yang semakin baik. Kata kunci : Altman Z-Score, Kategori Kebangkrutan PENDAHULUAN Perusahaan pada umumnya bertujuan memperoleh keuntungan atau laba dari hasil produksinya baik dalam bentuk barang dan jasa. Laba yang diperoleh tersebut akan berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan. Perusahaan menggunakan laba yang diperolehnya untuk mengembangkan dan mempertahankan kontinuitas perusahaan. Laba yang diperoleh juga dapat digunakan sebagai salah satu ukuran keberhasilan manajemen dalam menjalankan usahanya. Para investor biasanya sangat memperhatikan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atas penggunaan modalnya. Namun kenyataannya banyak perusahaan yang tidak mampu bersaing atau berkembang, bahkan mengalami kebangkrutan. Kebangkrutan perusahaan ini disebabkan oleh faktor luar (ekstern) seperti bencana alam, kondisi perekonomian, atau keadaan geografis tertentu. Sebagai contoh faktor ekstern yang mempengaruhi kondisi perusahaan di Indonesia adalah krisis ekonomi yang cukup panjang. Faktor dalam (intern) perusahaan yang dapat mengakibatkan kebangkrutan perusahaan antara lain kesalahan manajemen dalam mengelola hutang, kurang kerjasama dalam manajemen perusahaan, dan lain sebagainya. Sibarani (2010) menyatakan bahwa salah satu penyebab umum terjadinya kebangkrutan pada perusahaan manufaktur adalah turunnya tingkat penjualan. Penurunan penjualan itu sendiri bisa menyebabkan terjadinya penurunan pendapatan perusahaan dan berdampak pada turunnya laba. Apabila perusahaan tidak mampu 302

2 303 Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 3, Maret 2014, hlm mendeteksi hal tersebut maka lama-kelamaan perusahaan akan merugi dan akhirnya perusahaan akan bangkrut. Selanjutnya Irawan (2007) menjelaskan bahwa sekitar tahun , banyak isuisu negatif yang berkembang seputar makanan dan minuman yang beredar di Indonesia. Secara umum isu negatif itu adalah adanya bahan-bahan berbahaya yang terkandung dalam makanan atau minuman yang beredar di pasaran. Isu-isu semacam itu dapat mengurangi minat masyarakat untuk mengkonsumsi produk makanan dan minuman. Akibatnya permintaan atas produk makanan dan minuman akan menurun. Bila permintaan masyarakat akan produk itu berkurang, maka pendapatan perusahaan akan mengalami penurunan dan dalam jangka waktu yang lama jika tidak diatasi dapat berakibat pada kebangkrutan perusahaan. Informasi dari sumber lain juga menjelaskan bahwa pada saat krisis global yang terjadi pada tahun 2008 silam, sektor industri makanan dan minuman sempat mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar 2,73% ( industri-makanan-dan-minuman.html). Informasi tersebut diperkuat sumber lain yang menyatakan selama pasca krisis ekonomi global tahun 2008 yang melanda dunia, perekonomian dunia mengalami berbagai penurunan ekspor. Salah satu industri yang mengalami penurunan ekspor adalah industri makanan dan minuman. Penurunan ekspor ini terutama terjadi pada ekspor ke negara-negara tujuan utama, seperti Amerika Serikat, Singapura, Jepang dan Eropa. Terjadinya penurunan ekspor di negara tujuan utama tersebut disebabkan oleh imbas krisis ekonomi global yang belum secara keseluruhan pulih dari keempat negara tersebut. Selain itu, penurunan ekspor makanan dan minuman olahan Indonesia juga terjadi hampir di semua negara tujuan ekspor hingga akhir tahun 2009 ( Industri makanan dan minuman bagian dari industri manufaktur. Karakteristik utama industri manufaktur adalah mengolah sumber daya menjadi barang jadi melalui proses pabrikasi. Bagaimanakah potensi kebangkrutan perusahaan di sub sektor ini? KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN TERDAHULU Kebangkrutan (bankruptcy) merupakan kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi kewajibannya (Toto, 2008). Kebangkrutan biasanya dapat pula diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan karena insolvabilitas. Menurut Reny (2011), faktor-faktor penyebab kebangkrutan dapat dibagi menjadi tiga faktor, yaitu: 1) Faktor Umum, 2) Faktor Internal, dan 3) Faktor Eksternal perusahaan. Faktor Umum dapat berasal dari Sektor Ekonomi, Sektor Sosial, Sektor Teknologi, dan Sektor Pemerintah. Beberapa penyebab kebangkrutan dari sektor ekonomi adalah gejala inflasi dan deflasi atas harga barang dan jasa, kebijakan keuangan suku bunga, dan devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya dengan uang asing serta neraca pembayaran, surplus atau defisit dalam hubungannya dengan perdagangan luar negeri. Faktor sosial yang sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan cenderung pada perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa ataupun cara perusahaan berhubungan dengan karyawan. Faktor sosial lain yang juga berpengaruh yaitu kekacauan yang terjadi masyarakat. Selanjutnya penggunaan teknologi informasi juga menyebabkan biaya-biaya yang ditanggung perusahaan membengkak terutama untuk pemeliharaan dan implementasi. Pembengkakan biaya terjadi, jika penggunaan teknologi informasi tersebut kurang terencana oleh pihak manajemen. Adapun pengaruh Pemerintah terhadap kebangkrutan perusahaan misalnya karena kebijakan pemerintah atas tingkat pajak perusahaan, pencabutan subsidi pada perusahaan, pengenaan tarif ekspor dan impor barang yang berubah, dan kebijakan undang-undang baru. Yanuar (2009) menjelaskan bahwa penyebab kebangkrutan biasanya merupakan akibat keputusan yang tidak tepat di masa lalu atau mungkin karena pihak manajemen

3 Analisis Potensi Kebangkrutan Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) 304 perusahaan gagal mengambil tindakan yang tepat pada saat yang dibutuhkan. Faktor internal itu dapat berupa: 1. Kebijakan Kredit. Kredit yang diberikan pada pelanggan terlalu besar karena persyaratan kredit yang sangat longgar atau jangka waktu kredit sangat panjang. 2. Ketidakmampuan manajemen. Sering kali suatu bisnis gagal karena kurang cakapnya manajer, kualifikasi personalia pihak manajemen yang kurang bagus dan kurangnya kemampuan, pengalaman, keterampilan, serta kurang inisiatif yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan perusahaan. 3. Kekurangan Modal. Jika perusahaan mengalami kerugian operasi maka perusahaan dapat mengalami kekurangan modal. Kemungkinan besar perusahaan tidak mampu lagi untuk membiayai operasi dan membayar kewajibannya tepat pada tanggal jatuh tempo. Faktor eksternal yang bisa menyebabkan kebangkrutan merupakan faktor di luar perusahaan namun berhubungan langsung dengan perusahaan, yang meliputi (Reny, 2011): 1. Sektor Pelanggan Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh perusahaan yang mengakibatkan pelanggan tidak lagi loyal sehingga terjadi penurunan dalam pendapatan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan perlu menciptakan produk baru yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. 2. Sektor Pemasok Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk produksi. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus menjaga hubungan baik dengan pemasok dan tidak menggantungkan kebutuhan bahan baku pada satu pemasok saja sehingga resiko kekurangan bahan baku dapat diatasi. 3. Sektor Pesaing Persaingan bisnis semakin ketat menuntut perusahaan selalu memperbaiki diri sehingga bersaing dengan perusahaan lain memenuhi kebutuhan pelanggan. Menurut Hanafi dan Halim (2009) informasi kebangkrutan bisa bermanfaat bagi beberapa pihak. Pihak yang berkenaan dengan informasi potensi kebangkrutan suatu perusahaan anatara lain adalah pemberi pinjaman, investor, pemerintah, akuntan, dan pengelola perusahaan (manajemen). Bagi pemberi pinjaman (misalnya Bank) adanya informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada. Investor atas saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut. Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut (misal sektor perbankan). Juga pemerintah mempunyai badan-badan usaha (BUMN) yang harus selalu diawasi. Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan-tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal. Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu perusahaan. Adapun bagi pengelola perusahaan, kebangkrutan berarti munculnya biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan dan biaya ini cukup besar. Suatu penelitian menunjukkan biaya kebangkrutan bisa mencapai 11-17% dari nilai perusahaan. Contoh biaya kebangkrutan yang langsung adalah biaya akuntan dan biaya penasihat hukum. Sedangkan contoh biaya kebangkrutan yang tidak langsung adalah hilangnya kesempatan penjualan dan keuntungan karena beberapa hal seperti pembatasan yang mungkin diberlakukan oleh pengadilan. Apabila manajemen bisa mendeteksi kebangkrutan ini lebih awal, maka tindakantindakan penghematan bisa dilakukan, misal

4 305 Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 3, Maret 2014, hlm dengan melakukan merger atau restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari. Salah satu ukuran prediksi kebangkrutan perusahaan adaalah Z-score. Z-Score merupakan suatu persamaan multi variabel yang digunakan oleh Altman dalam rangka memprediksi tingkat kebangkrutan (Toto, 2008). Edward I. Altman di New York pada jurnalnya tahun 1968 menggunakan analisis diskriminan dengan menyusun suatu model untuk memprediksi kebangkrutan perusahan. Dalam studinya, setelah menyeleksi 22 rasio keuangan, Altman menemukan 5 rasio yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut. Analisis ini dikenal dengan nama analisis Altman Z-Score. Penggunaan model Altman sebagai salah satu pengukuran kinerja kebangkrutan tidak bersifat tetap atau stagnan. Model Altman berkembang dari waktu ke waktu, dimana pengujian dan penemuan model terus diperluas oleh Altman hingga penerapannya tidak hanya pada perusahaan manufaktur publik saja tapi sudah mencakup perusahaan manufaktur non publik, perusahaan non manufaktur, dan perusahaan obligasi korporasi (Iqbal, 2012). Tidak semua perusahaan go public. Bagi perusahaan yang tidak go public, tidak mempunyai nilai pasar. Untuk beberapa negara seperti Indonesia, perusahaan semacam itu merupakan bagian terbesar yang ada. Persamaan di bawah ini dapat dipakai untuk menghitung Z-score baik untuk perusahaan yang go public maupun tidak go public (Toto, 2008). Z = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4 +0,998 X5 Dimana X1 = (Aset lancar Kewajiban lancar)/total aset X2 = Laba ditahan/total aset X3 = Laba sebelum bunga dan pajak/total aset X4 = Nilai buku saham preferen dan saham biasa/nilai buku total hutang X5 = Penjualan/Total Aset Tabel 1. Titik Cut-Off yang dilaporkan Altman (dengan nilai buku) Nilai cut-off Z < 1,20 Keterangan Bangkrut 1,20 < Z < 2,90 Rawan Bangkrut Z > 2,90 Tidak Bangrut Sumber: Hanafi dan Halim (2009:275) Nilai Z-score yang dihasilkan dari persamaan di atas dapat diintepreasikan sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Dengan demikian perusahaan yang sehat adalah perusahaan yang nilai Z-scorenya besar, lebih besar dari 2,90. Beberapa penelitian terdahulu sehubungan dengan kebangkrutan perusahaan telah dilakukan. Widyastuti (2012) dan Sibarani (2010) melakukan penelitian untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kasmaya (2011) meneliti kebangkrutan perusahaan sektor manufaktur. Harjanti (2011) meneliti kebangkrutan perusahaan Bank Umum Swasta Devisa. Setiadi (2011) meneliti potensi kebangkrutan di suatu perusahaan. Selanjutnya Naniati (2013) meneliti financial distress perusahaan real estate dan properti serta pengaruhnya terhadap return saham. Masih terdapat perbedaan dalam hal periode penelitian maupun sektor industri yang diteliti. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Objek yang diteliti dianalisis dengan pendekatan Altman Bangkruptcy Prediction Mode (Z-Score). Data penelitian berupa data sekunder, dan bersumber dari laporan keuangan (auditan). Data dipeorleh dengan penelitian kepustakaan (Library Research). Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur di Sub Sektor Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012, yang jumlahnya 14 perusahaan. Agar jumlah pengamatan cukup besar untuk dianalisis dengan pendekatan statistika, maka digunakan periode pengamatan selama 3 (tiga) tahun, yaitu

5 Analisis Potensi Kebangkrutan Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) 306 tahun Dengan demikian penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu memilih sampel dengan kriteria tertentu sesuai dengan penelitian yang dirancang. Tabel 2. Sampel Penelitian Kriteria Perusahaan Food and Beverages terdaftar di BEI pada 2012 Perusahaan tercatat di BEI pada periode Perusahaan menerbitkan laporan keuangan lengkap pada periode Sumber: Data diolah Jumlah 14 perusahaan 14 perusahaan 12 perusahaan Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif, menggunakan analisis diskriminan model Altman. Hasil analisis akan menunjukkan nilai Z-score perusahaan yang dapat memprediksi kemungkinan kebangkrutan pada suatu perusahaan. Selanjutnya dilakukan dangkan, Analisis Kualitatifnya yaitu menginterprestasikan dan menganalisis hasil dari analisis kuantitatif sesuai dengan teoriteori yang mendukung penelitian. Berdasarkan hasil perhitungan Z-Score tiap tahun, dapat diprediksi apakah suatu perusahaan termasuk dalam kategori perusahaan yang bangkrut atau tidak bangkrut. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 3 berikut ini menunjukkan Z-Score masing-masing perusahaan Makanan dan Minuman di BEI pada periode Di tahun 2009 perusahaan yang berada pada kategori sehat berjumlah 4 dan yang berpotensi kuat mengalami kebangkrutan berjumlah 2. Tahun 2011 perusahaan pada kategori sehat menjadi 5 dan yang berpotensi kuat mengalami kebangkrutan berjumlah 1 (satu) perusahaan. Data tersebut menunjukkan bahwa perusahaan di industri Makanan dan Minuman di BEI pada periode mengalami perbaikan. Dari 12 perusahaan yang diteliti, ada 3 perusahaan yang termasuk dalam kategori sehat pada tahun penelitian Perusahaan tersebut adalah: PT Delta Djakarta Tbk (DLTA), PT Multi Bintang Indonesia Tbk. (MLBI), dan PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI). Tabel 3. Z-Score Perusahaan Sub Sektor Food and Beverages No PERUSAHAAN Z-SCORE Rata-rata ADES B B 0.35 B B 2 CEKA 3.52 S 1.56 RB 2.91 S 2.64 RB 3 DLTA 4.95 S 5.78 S 5.98 S 5.57 S 4 ICBP 2.03 RB 3.29 S 3.26 S 2.86 RB 5 INDF 1.68 RB 2.01 RB 2.18 RB 1.95 RB 6 MYOR 2.99 S 3.11 S 2.52 RB 2.87 RB 7 MLBI 3.14 S 3.86 S 3.91 S 3.64 S 8 ROTI 2.87 RB 3.93 S 3.12 S 3.31 S 9 PSDN 1.18 RB 1.89 RB 2.74 RB 1.94 RB 10 SKLT 2.26 RB 2.55 RB 2.57 RB 2.46 RB 11 AISA 0.82 B 0.80 B 1.38 RB 1.00 B 12 ULTJ 2.54 RB 2.45 RB 2.38 RB 2.46 RB Rata-rata 2.23 RB 2.60 RB 2.77 RB 2.53 RB Sumber: Data diolah Grafik-1 berikut menunjukkan nilai Z-score masing-masing perusahaan selama periode pengamatan. PT. Delta Djakarta Tbk (DLTA) merupakan perusahaan yang memiliki nilai Z-Score tertinggi. Artinya DLTA merupakan perusahaan yang paling sehat di antara perusahaan Makanan dan Minumn terdaftar di BEI. PT. Delta Djakarta Tbk adalah salah satu produsen minuman, khususnya bir terbesar di Indonesia. Selama lebih dari 75 tahun dalam industri ini, PT Delta Djakarta telah memproduksi dan mendistribusikan merk merk bir terbaik di dunia, di antaranya: Anker Bir, Anker Stout, Carlsberg, San Miguel, dan Kuda Putih. Perusahaan ini juga merupakan perusahaan dalam industri minuman non-alkohol dengan merk Sodaku. Pengalaman panjang di industri ini, membuat PT Delta Djakarta mencapai tingkat keberhasilan yang dapat dibanggakan, baik dari kualitas produk, distribusi, hingga ke penjualan. Sejak pertama kali didirikan pada 1932, hingga menjadi perusahaan publik pada PT Delta Djakarta juga mempertahankan sertifikasi ISO 9001:2008 (sistem manajemen mutu)

6 307 Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 3, Maret 2014, hlm Gambar 1. hasil perhitungan Z-Score pada 12 Perusahaan manufaktur di sub sektor Food and Beverages yang terdaftar di BEI pada tahun Sumber: data diolah Di sisi lain, perusahaan yang memiliki nilai Z-Score terendah adalah PT Akasha Wira International Tbk (ADES). Pada tahun 2007 ADES mengalami kerugian. Biaya produksi di atas pendapatannya dan besar kemungkinan perusahaan telah mengalami kerugian berlarut-larut sebelumnya ( wordpress.com/2012/12/28/pt-akasha-wirainternational-tbk-ades/). Situs tersebut juga menyebutkan bahwa retained earnings masih pada posisi defisit (menunjukkan akumulasi rugi) dan masih memerlukan waktu relatif panjang hingga perusahaan dapat sampai pada level membagikan dividen. Informasi lain menyebutkan bahwa BEI mensuspensi atau menghentikan perdagangan saham sementara PT Akasha Wira International Tbk pada 1 Oktober 2010 ( com/bei/news/view/43724). BEI melakukan suspensi dikarenakan terjadi peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada saham ADES sebesar Rp2.245 atau 330,15% dari harga penutupan Rp680 pada 6 September 2010 menjadi Rp2.925 pada 30 September. Pada waktu itu BEI menghimbau para investor untuk sementara waktu melakukan cooling down atas investasinya tersebut. Grafik-2 berikut ini menegaskan bahwa Z-score perusahaan di industri makanan dan minuman secara rata-rata belum berada pada kategori sehat. Dengan kata lain berdasarkan nilai Z-score perusahaan Makanan dan Minuman berpotensi mengalami kebangkrutan. Nilai rata-rata Z-score di masing-masing tahun di bawah 2,90. Namun demikian dari tahun ke tahun terlihat ada perbaikan. Jika di tahun 2009 nilai Z-score rata-rata adalah 2,23, maka di tahun 2010 dan 2011 berturut-turut menjadi 2,60 dan 2,77. Berarti secara umum pengelola memperbaiki kinerja perusahaan untuk menghindari kebangkrutan.

7 Analisis Potensi Kebangkrutan Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) 308 Gambar 2. Rata-rata nilai Z-Score dari 12 perusahaan manufaktur di sub sektor food and beverages yang terdaftar di BEI pada tahun Sumber: data diolah Memperhatikan peningkatan nilai Z-score baik dari masing-masing perusahaan maupun secara rata-rata, dapat dikatakan bahwa industri ini mengalami perbaikan. Nilai Z-score yang belum memuaskan di periode mungkin karena akibat krisis kedua di tahunh Melihat jumlah penduduk Indonesia yang besar dan masih mengalami pertumbuhan penduduk, tidak mustahil industri ini akan semakin tumbuh. Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta orang merupakan pasar domestik yang sangat potensial. Ditambah lagi saat ini daya beli masyarakat sedang menunjukkan trend positif. Hal ini setidaknya tercermin dari tingkat keyakinan masyarakat dan indeks ekspektasi konsuman yang menunjukkan optimisme masyarakat terhadap tingkat penghasilan dan daya beli yang akan terus meningkat di masa mendatang. Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan terus tumbuh. Potensi Indonesia ini bukan hanya ditopang dari kebutuhan pasar domestik yang besar, tapi juga ketersediaan bahan baku yang melimpah. Jika data pada Tabel-1 diperhatikan kembali diketahui bahwa pada tahun penelitian perusahaan yang termasuk dalam kategori Sehat (S) sebanyak 4 perusahaan atau 33,33%. Perusahaan dalam kategori Rawan Bangkrut (RB) sebanyak 6 perusahaan (50%) dan perusahaan dalam kategori Bangkrut (B) sebanyak 2 perusahaan (16,67%). Tahun 2010 perusahaan yang termasuk dalam kategori Sehat (S) meningkat menjadi 5 perusahaan (41,67%), sama dengan jumlah perusahaan dalam kategori Rawan Bangkrut (RB). Sedangkan perusahaan dalam kategori Bangkrut (B) sebanyak 2 perusahaan (16,67%). Tahun 2011 perusahaan yang termasuk dalam kategori Sehat (S) sama dengan jumlah perusahaan kategori sehat di tahun 2010, yaitu sebanyak 5 perusahaan. Namun perusahaan dalam kategori Bangkrut (B) tinggal 1 (satu) perusahaan (8,33%). Total rata-rata persentase untuk tahun penelitian yang termasuk dalam kategori sehat yaitu sebesar 38,89%, untuk kategori rawan bangkrut sebesar 50% dan untuk kategori bangkrut sebesar 8,33%. Hasil penelitian ini serupa dengan Widyastuti (2012) yang menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil perhitungan Altman Z-score diketahui terdapat 4 (empat) perusahaan makanan dan minuman memiliki kondisi

8 309 Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 3, Maret 2014, hlm sehat di masa yang akan datang. Selanjutnya 5 (lima) perusahaan kemungkinan mengalami rawan kebangkrutan di masa yang akan datang. Sisanya ada 1 (satu) perusahaan yang berpotensi kuat mengalami kebangkrutan. Naniati (2013) meneliti seluruh perusahaan real estat dan properti yang memenuhi kriteria peneliti. Dari 44 perusahaan yang properti listing di BEI tahun 2011, didapatkan sampel 37 perusahaan. Dari sampel tersebut hanya 10,81% perusahaan Real Estat dan Properti yang berada dalam kondisi sehat atau tidak mengalami kesulitan keuangan. Perusahaan yang berada di wilayah grey area atau dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan, namun kemungkinan terselamatkan dari kemungkinan bangkrut sebesar 21,62%. Selebihnya, sebesar 67,57% merupakan perusahaan yang berada dalam kondisi berpotensi kuat mengalami kebangkrutan. Dengan demikian, jika sub sektor industri makanan dan minuman dibandingkan terhadap sektor real estate and property maka sub sektor industri makanan dan minuman di tahun 2011 lebih baik kondisinya. Hasil selanjutnya dari penelitian Naniati menyimpulkan bahwa nilai Z-score perusahaan yang secara umum berpotensi bangkrut tersebut ternyata berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham tahun 2012 Tabel 4. Prosentase Perusahaan pada Keriga Kategori di Tahun 2011: Perbandingan Sub Sektor Food and Beverages vs sektor Real Estate and Property Kategori Sub sektor Food and Beverages Sumber: data diolah dan diperbandingkan KESIMPULAN DAN SARAN Sub sektor Real Estate and Property Sehat % 10,81% Rawan Bangkrut 50 % 21,62% Bangkrut 8.33 % 67,57% Secara rata-rata Z-score perusahaan industri makanan dan minuman pada periode berada pada kondisi rawan bangkrut. Perusahaan dengan kondisi paling sehat dicapai oleh DLTA. Sedangkan perusahaan yang paling berpotensi mengalami kebangkrutan adalah ADES. Pada periode , secara umum perusahaan di industri makanan dan minuman mengalami peningkatan kondisi kesehatannya. Jika dibandingkan dengan industri lain, seperti Real Estat dan Properti, diketahui bahwa kondisi kesehatan perusahaan Makanan dan Minuman relatif lebih baik. Saran bagi perusahaan yang termasuk dalam kategori sehat atau tidak bangkrut, hendaknya manajemen mempertahankan kinerja keuangannya. Efisiensi penggunaan aset yang dimiliki perusahaan untuk dapat menghasilkan penjualan perlu diperhatikan dengan seksama. Rasio tersebut merupakan rasio dengan koefisien terbesar dalam menentukan Z-score perusahaan. Bagi perusahaan yang termasuk dalam kategori bangkrut, beberapa saran yang diajukan adalah 1) Perusahaan hendaknya melakukan suatu inovasi, pengembangan, maupun perbaikan organisasi serta manajemen pada lingkup internal agar menuju ke arah yang lebih baik lagi. DLTA yang memiliki Z-score tertinggi menerapkan ISO 9001:2008 sebagai sistem manajemen mutunya. Mungkin langkah ini juga bisa ditiru perusahaan lainnya, 2) perusahaan perlu mengelola likuiditasnya agar mampu memenuhi semua kewajibannya pada saat jatuh tempo, dengan demikian kredibilitas perusahaan terjaga dan mampu menarik minat para investor dan kreditor, 3) stabilitas modal kerja perlu dijaga dan ditingkatkan sehingga kegiatan operasi sehari-hari dapat dipertahankan, 4) Pengaturan efisiensi biaya agar tetap dapat dihasilkan laba, 5) meningkatkan penjualan dengan menghasilkan berbagai produk yang lebih memiliki nilai tambah sesuai dengan kebutuhan pelanggan sehingga mampu menghadapi persaingan pasar yang semakin ketat. Investor yang akan berinvestasi di perusahaan sub sektor makanan dan minuman tidak perlu ragu untk melakukan investasinya. Secara umum perusahaan menunjukkan perbaikan dalam 3 (tiga) tahun terakhir.

9 Analisis Potensi Kebangkrutan Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) 310 Di masa yang akan datang dapat dilakukan analisis pengaruh Z-score terhadap return yang dihasilkan saham di industri makanan dan minuman. Jika di penelitian ini potensi kebangkrutan dihitung dengan metode Altman Z-Score, dapat pula dilakukan prediksi kebangkrutan menggunakan pendekatan lain seperti score Springate atau Zmijewski. Analisis logit untuk mendiskriminasi perusahaan bangkrut atau tidak bangkrut juga dapat dilakukan. DAFTAR PUSTAKA beranda.miti.or.id Meneropong Potensi Industri Makanan dan Minuman di Indonesia. or.id/?p=624. Diakses 05 Februari 2013 ceksaham.wordpress.com Cek Saham Teliti Sebelum Membeli. wordpress.com/2012/12/28/pt-akashawira-international-tbk-ades/. Diakses 28 Desember Harjanti, Reny Sri Analisis Pengaruh Rasio-rasio Keuangan Terhadap Prediksi Kebangkrutan Bank (Studi pada Bank Umum Swasta Devisa yang terdaftar di Bank Indonesia tahun ), Skripsi Strata-1, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang. Iqbal, Mokhamad Analisis Prediksi Financial Distress dengan Menggunakan Model Altman Z-Score Modifikasi 1995, Skripsi Strata-1, Universitas Diponegoro, Semarang. Kasmaya, Yanuar Imas Analisis Kebangkrutan Perusahaan dengan Pendekatan Z-Score pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), Skripsi Strata-1, Fakultas Ekonomi, Universitas Mercu Buana, Jakarta. khairunnisafathin.wordpress.com. Sektor Industri. wordpress.com/ 2011/03/31/sektorindustri/. Diakses 31 Maret 2011 Lesmana, Rico dan Rudy Surjanto Financial Performance Analyzing, PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Mamduh, M. Hanafi dan Abdul Halim Analisis laporan keuangan, Edisi 4, UPP STIM YKPN, Yogyakarta. m.handiirawan.com Konsumen Indonesia; Semakin Sadar Akan Kesehatan kah?. com/articles/the_uniqueness_of_ indonesian_consumer/konsumen_ indonesia_semakin_sadar_akan_ kesehatan_kah.html. Diakses 20 Juni 2007 Naniati Analisis Financial Distress dan Pengaruhnya Terhadap Return Saham Perusahaan Real Estat dan Properti Terdaftar di BEI, Tesis Strata-2, Fakultas Ekonomi, Universitas Mercu Buana, Jakarta. Prihadi, Toto Analisis Rasio Keuangan, Cetakan I, PPM Duta Utama, Jakarta. Setiadi, Benny Analisis Tingkat Kebangkrutan Suatu Perusahaan dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score (Studi Kasus Pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk.), Skripsi Strata-1, Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin, Makasar. Sibarani, Harry Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Berdasarkan Analisa Model Z-Score Altman pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), Skripsi Strata-1, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, Medan. Widyastuti, Astri Analisis Z-score dalam Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ( ), Skripsi Strata-1, Fakultas Ekonomi, Universitas Mercu Buana, Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh faktor luar (ekstern) seperti bencana alam dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh faktor luar (ekstern) seperti bencana alam dan kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan pada umumnya bertujuan memperoleh keuntungan atau laba dari hasil produksinya baik dalam bentuk barang dan jasa yang besar pengaruhnya terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebangkrutan 2.1.1 Pengertian Kebangkrutan Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya atau dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. mengetahui tingkat keuntungan dan tingkat risiko perusahaan.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. mengetahui tingkat keuntungan dan tingkat risiko perusahaan. BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Hanafi dan Halim (1996 : 49) laporan keuangan perusahaan merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan pasar modal terbesar di Indonesia hasil gabungan antara Bursa Efek Surabaya dan Bursa Efek Jakarta pada tahun 2007.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tidak langsung dengan melalui internet. Data sekunder dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. tidak langsung dengan melalui internet. Data sekunder dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data penelitian yang di peroleh peneliti dari berbagai sumber yang telah ada dan secara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 48 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan Komponen Z-Score Uraian pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa model Altman (Z-Score) yang telah dikemukakan oleh Altman untuk negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. poitif. Bedasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. poitif. Bedasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini pertumbuhan ekonomi di indonesia menunjukkan angka yang poitif. Bedasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar modal adalah sarana yang mempertemukan penjual dan pembeli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar modal adalah sarana yang mempertemukan penjual dan pembeli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal adalah sarana yang mempertemukan penjual dan pembeli dana.tempat penawaran penjualan efek ini dilaksanakan berdasarkan satu lembaga resmi yang disebut bursa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami penurunan karena berbagai dampak terutama faktor eksternal atau luar negeri antara lain: meningkatnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data penelitian yang di peroleh peneliti dari berbagai sumber yang telah ada dan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan operasi sebuah perusahaan bagian yang terpenting yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan operasi sebuah perusahaan bagian yang terpenting yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kegiatan operasi sebuah perusahaan bagian yang terpenting yaitu bidang keuangannya, baik itu pada perusahaan go public ataupun yang belum go public, terutama

Lebih terperinci

BAB I. sangat panjang (going concern). Hal ini berarti dapat diasumsikan bahwa

BAB I. sangat panjang (going concern). Hal ini berarti dapat diasumsikan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan didirikan dengan harapan akan menghasilkan profit sehingga mampu untuk bertahan dan berkembang dalam jangka waktu yang sangat panjang (going

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tinggi rendahnya tingkat likuiditas perusahaan dapat ditunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tinggi rendahnya tingkat likuiditas perusahaan dapat ditunjukkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tinggi rendahnya tingkat likuiditas perusahaan dapat ditunjukkan oleh aset likuid yang mudah dikonversi menjadi kas diantaranya kas, bank, piutang, surat-surat berharga,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Saham 1. Pengertian Saham Saham adalah tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas seperti yang telah diketahui bahwa tujuan pemodal membeli saham untuk memperoleh penghasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui

Lebih terperinci

ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI

ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI Anggraini Aprilia B anggrainiaprilia@gmail.com Aniek Wahyuati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia mengelompokkan seluruh perusahaan terbuka yang mencatatkan sahamnya ke dalam sembilan sektor pada kelompok sektor industri, yaitu sektor pertanian,

Lebih terperinci

PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z -SCORE PADA PT SKYBEE, Tbk. DAN ENTITAS ANAK

PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z -SCORE PADA PT SKYBEE, Tbk. DAN ENTITAS ANAK PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z -SCORE PADA PT SKYBEE, Tbk. DAN ENTITAS ANAK Sasialimia Email: sasialimia@yahoo.co.id Program Studi Akuntansi STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Sinambela, 2009). Pada dasarnya tujuan didirikannya suatu perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. (Sinambela, 2009). Pada dasarnya tujuan didirikannya suatu perusahaan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan siklus ekonomi di Indonesia yang sangat cepat menyebabkan semakin banyak kasus yang terjadi dalam dunia usaha, baik dari sisi finansial ataupun non finansial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah

BAB I PENDAHULUAN. atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah menghasilkan barang atau jasa

Lebih terperinci

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT MULIA INDUSTRINDO, Tbk.

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT MULIA INDUSTRINDO, Tbk. PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT MULIA INDUSTRINDO, Tbk. DAN ENTITAS ANAK Arifin Hengan Ejen email: arifinhenganejen98@gmail.com Program

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Rasio dan Analisis Rasio Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Rasio dan Analisis Rasio Keuangan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Rasio Keuangan 2.1.1 Pengertian Rasio dan Analisis Rasio Keuangan Rasio adalah satu angka yang dinyatakan dalam hubugannya dengan yang lain (Harvarindo 2010:12). Dimana angka

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2015

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2015 PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN BERDASARKAN ANALISIS MODEL Z-SCORE ALTMAN PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) (PERIODE 2012-2014) PROPOSAL SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perusahaan makanan dan minuman merupakan salah satu kategori sektor industri

I. PENDAHULUAN. Perusahaan makanan dan minuman merupakan salah satu kategori sektor industri 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan makanan dan minuman merupakan salah satu kategori sektor industri di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mempunyai peluang untuk tumbuh dan berkembang. Industri

Lebih terperinci

digunakan untuk ekspansi perusahaan melalui berbagai kegiatan dimasa terus meningkat setiap periodenya agar mendapat laba terus-menerus demi

digunakan untuk ekspansi perusahaan melalui berbagai kegiatan dimasa terus meningkat setiap periodenya agar mendapat laba terus-menerus demi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan suatu kata yang sangat popular dikalangan dunia bisnis, sebagai salah satu ukuran yang sangat penting dalam menilai kinerja keuangan sebuah perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Penyebab, dan Manfaat Informasi Kebangkrutan 2.1.1 Pengertian Kebangkrutan Dalam kenyataannya, tidak semua perusahaan mampu bertahan hidup dalam jangka panjang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari kedua tujuan tersebut, maka pihak manajemen harus dapat menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Dari kedua tujuan tersebut, maka pihak manajemen harus dapat menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama didirikan suatu perusahaan adalah untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan dan memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan. Dari kedua tujuan tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pasti memiliki tujuan untuk memperoleh laba sebanyakbanyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pasti memiliki tujuan untuk memperoleh laba sebanyakbanyaknya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan pasti memiliki tujuan untuk memperoleh laba sebanyakbanyaknya. Namun apabila perusahaan mengalami kegagalan dalam menjalankan usahanya kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dunia bisnis yang semakin ketat dewasa ini membuat setiap

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dunia bisnis yang semakin ketat dewasa ini membuat setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan dunia bisnis yang semakin ketat dewasa ini membuat setiap perusahaan berupaya mencari strategi yang tepat untuk dapat unggul dari para pesaingnya

Lebih terperinci

FINANCIAL DISTRESS DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT PELAYARAN TEMPURAN EMAS DAN ENTITAS ANAK

FINANCIAL DISTRESS DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT PELAYARAN TEMPURAN EMAS DAN ENTITAS ANAK FINANCIAL DISTRESS DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT PELAYARAN TEMPURAN EMAS DAN ENTITAS ANAK Julian Purnama Sari Program STudi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAK Kesulitan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1997 telah menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya stabilitas pasar

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1997 telah menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya stabilitas pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis moneter dan perbankan yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 telah menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya stabilitas pasar keuangan dan

Lebih terperinci

JURNAL ONLINE INSAN AKUNTAN, Vol.2, No.1, Juni 2017, E-ISSN:

JURNAL ONLINE INSAN AKUNTAN, Vol.2, No.1, Juni 2017, E-ISSN: JURNAL ONLINE INSAN AKUNTAN, Vol.2, No.1, Juni 2017, 49 60 E-ISSN: 2528-0163 49 Perbandingan Model Altman Z-Score, Zmijewski, Springate, dan Grover Dalam Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan Perbankan (Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Potensi kebangkrutan yang dimiliki oleh setiap perusahaan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Potensi kebangkrutan yang dimiliki oleh setiap perusahaan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi kebangkrutan yang dimiliki oleh setiap perusahaan akan memberi kekhawatiran dari berbagai pihak baik sektor internal maupun pihak eksternal, pihak investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia, volume kebutuhan terhadap makanan dan minuman pun terus meningkat. Sektor industri makanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya peranan tersebut mempunyai kesamaan antara negara yang

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya peranan tersebut mempunyai kesamaan antara negara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara, yang pada dasarnya peranan tersebut mempunyai kesamaan antara negara yang satu dengan negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi demi memperoleh keunggulan kompetitif dari perusahaan lain. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. terjadi demi memperoleh keunggulan kompetitif dari perusahaan lain. Salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat di era globalisasi saat ini, perusahaan dituntut untuk dapat melakukan penyesuaian terhadap keadaan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan tersebut yaitu dengan cara memperoleh pendanaan tambahan. Kebijakan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan tersebut yaitu dengan cara memperoleh pendanaan tambahan. Kebijakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat menimbulkan persaingan yang ketat antar perusahaan. Perusahaan berlomba-lomba untuk melakukan inovasi produk, teknologi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Kepailitan suatu perusahaan biasanya diawali dengan kesulitan keuangan (financial distress) yang ditandai oleh adanya ketidakpastian profi

PENDAHULUAN Kepailitan suatu perusahaan biasanya diawali dengan kesulitan keuangan (financial distress) yang ditandai oleh adanya ketidakpastian profi JURNAL SKRIPSI ANALISIS PENGGUNAAN ALTMAN Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI POTENSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2007-2011 Butet Agrina Kurniawanti Fakultas Ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menabung. Imbalan yang diperoleh dengan kepemilikan saham adalah

BAB I PENDAHULUAN. menabung. Imbalan yang diperoleh dengan kepemilikan saham adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pasar modal (capital market) adalah pasar atau tempat yang menfasilitasi perdagangan dan penerbitan dana-dana jangka panjang seperti saham, obligasi atau surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan kesehatan lembaga-lembaga keuangan yang membentuk sistem

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan kesehatan lembaga-lembaga keuangan yang membentuk sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis moneter dan perbankan yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 telah menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya stabilitas pasar keuangan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian ini direncanakan selama enam bulan yang dimulai dari September 2013 sampai dengan Februari 2014 dimana penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam memasuki pasar bebas perdagangan dunia, aktivitas perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam memasuki pasar bebas perdagangan dunia, aktivitas perekonomian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memasuki pasar bebas perdagangan dunia, aktivitas perekonomian di Indonesia sedang gencar dilaksanakan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin anjlok, terjun bebas dari Rp ,-/dollar AS hingga tembus hampir

BAB I PENDAHULUAN. semakin anjlok, terjun bebas dari Rp ,-/dollar AS hingga tembus hampir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi global yang berimbas ke Indonesia dapat saja terulang kembali seperti tahun 2008. Hal ini terjadi karena ekonomi dunia sudah saling terkait. Terjadinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis yang melanda Indonesia, banyak masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis yang melanda Indonesia, banyak masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan adanya krisis yang melanda Indonesia, banyak masalah yang dialami bangsa ini, termasuk dalam aspek ekonomi yakni terpuruknya kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tangguh. Seiring perkembangan zaman, permasalahan selalu datang dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tangguh. Seiring perkembangan zaman, permasalahan selalu datang dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Dunia bisnis selalu mengalami perkembangan setiap tahun, dengan keadaan yang selalu berkembang perusahaan harus mempersiapkan perusahaan yang kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Statistik Pasar Modal Minggu ke-2 Desember 2012, Bapepam

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Statistik Pasar Modal Minggu ke-2 Desember 2012, Bapepam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lingkungan bisnis yang kompetitif menyebabkan perusahaan harus berjuang agar perusahaannya bisa bertahan. Perusahaan berinovasi, membeli teknologi baru,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari permasalahan ekonomi. Permasalahan ekonomi yang terjadi dapat

BAB I PENDAHULUAN. dari permasalahan ekonomi. Permasalahan ekonomi yang terjadi dapat 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia termasuk dalam kategori negara berkembang yang tidak terlepas dari permasalahan ekonomi. Permasalahan ekonomi yang terjadi dapat mengakibatkan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal mengalami suatu fenomena dimana pasar modal mulai menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. modal mengalami suatu fenomena dimana pasar modal mulai menunjukkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal berkembang cepat sejak tahun 1989, sepanjang tahun ini pasar modal mengalami suatu fenomena dimana pasar modal mulai menunjukkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Blackberry sebelumnya bernama Research In Motion (RIM).

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Blackberry sebelumnya bernama Research In Motion (RIM). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan Blackberry sebelumnya bernama Research In Motion (RIM). Perusahaan ini secara resmi mengganti namanya di bursa saham pada 4 Februari 2013. BlackBerry mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN

BAB II TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN BAB II TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN 2.1 Tinjauan teoretis 2.1.1 Go Public 1. Pengertian Go Public Pada hakekatnya Go public secara terjemahan adalah proses perusahaan yang Go public atau pergi ke masyarakat

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat di gunakan sabgai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. a. Pengertian Laporan Keuangan. mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi pihak-pihak yang

BAB II TINJAUAN TEORITIS. a. Pengertian Laporan Keuangan. mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi pihak-pihak yang BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan berisi tentang posisi perusahaan pada suatu waktu tertentu maupun operasinya selama beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ukuran pasar dalam sektor industri tertentu mengindikasikan potensi pasar dan tingkat kompetisi dalam industri tersebut. Jika pertumbuhan ukuran

Lebih terperinci

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN USAHA PADA KSP.MADANI NTB

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN USAHA PADA KSP.MADANI NTB ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN USAHA PADA KSP.MADANI NTB I Nengah Arsana, Baehaki Syakbani Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AMM Mataram Email: arsana.inengah@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan secara baik dan maksimal. Dalam hal ini menyebabkan. dengan kemampuan perusahaan memperoleh laba.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan secara baik dan maksimal. Dalam hal ini menyebabkan. dengan kemampuan perusahaan memperoleh laba. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi di era globalisasi mengakibatkan persaingan semakin tajam menuntut setiap manager keuangan perusahaan untuk selalu berupaya membuat struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam berinvestasi. Contoh investasi yang diminati oleh berbagai kalangan

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam berinvestasi. Contoh investasi yang diminati oleh berbagai kalangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tersedianya ragam produk investasi di pasar modal Indonesia belum dapat menjamin ketertarikan investor untuk menjadikan pasar modal sebagai tujuan utama dalam berinvestasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Arisyi F.Raz, Tamarind, Dea Artikasih, Syalinda Citra 2012)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Arisyi F.Raz, Tamarind, Dea Artikasih, Syalinda Citra 2012) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan didirikan dengan harapan mampu menghasilkan keuntungan sehingga mampu bertahan atau berkembang dalam jangka panjang dan tidak mengalami likuidasi.

Lebih terperinci

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only. BAB I PENDAHULUAN

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software  For evaluation only. BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis moneter dan perbankan yang melanda Indonesia pada tahun 1997 memakan biaya fiskal yang amat mahal. Krisis tersebut telah menumbuhkan kesadaran akan

Lebih terperinci

: Yoga Wicaksana NPM :

: Yoga Wicaksana NPM : ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI DI BURSA EFEK INDONESIA. Nama : Yoga Wicaksana NPM : 28210647 Latar Belakang Tujuan Investasi di pasar modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, jika hal itu terjadi akan memberikan kehawatiran pada pihak pihak

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, jika hal itu terjadi akan memberikan kehawatiran pada pihak pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan didirikan tidak luput dari harapan pemilik bahwa perusahaan akan tetap eksis dalam jangka waktu yang lama. Tetapi hal tersebut tidak akan selamanya

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. melalui Pojok Bursa UIN SUSKA dengan data waktu penelitian periode 2009-

BAB III METODELOGI PENELITIAN. melalui Pojok Bursa UIN SUSKA dengan data waktu penelitian periode 2009- BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan electronic research melalui situs IDX dan melalui Pojok Bursa UIN SUSKA dengan data waktu penelitian periode

Lebih terperinci

KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z- SCORE UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PT APAC CITRA CENTERTEX, Tbk.

KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z- SCORE UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PT APAC CITRA CENTERTEX, Tbk. KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z- SCORE UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PT APAC CITRA CENTERTEX, Tbk. DAN ENTITAS ANAK ABSTRAK Lidwina Wenny Sinja email: wdwina95@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan kontribusi yang sangat positif terhadap dunia usaha dan

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan kontribusi yang sangat positif terhadap dunia usaha dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri perbankan Indonesia selama dekade terakhir mengalami perkembangan yang pesat dan penuh gejolak. Kebijaksanaan pemerintah pada bulan Oktober 1988 yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan semakin besar juga seiring dengan semakin berkembangnya kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. akan semakin besar juga seiring dengan semakin berkembangnya kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya mengembangkan kegiatan bisnis, perusahaan membutuhkan dana yang besar untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Kebutuhan dana akan semakin besar juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masalah pendanaan menjadi tombak dalam dunia usaha dan perekonomian. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan adanya going concern, suatu entitas dianggap mampu. aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan adanya going concern, suatu entitas dianggap mampu. aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan. Dengan adanya going concern, suatu entitas dianggap mampu mempertahankan usahanya dalam jangka panjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan erat dengan pasar modal. Dengan adanya pasar modal,

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan erat dengan pasar modal. Dengan adanya pasar modal, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi tidak lepas dari kondisi investasi di suatu negara yang berkaitan erat dengan pasar modal. Dengan adanya pasar modal, memungkinkan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan sebuah entitas bisnis yang menjalankan usahanya dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan Govindarajan (2008:175)

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian dan Gambaran Populasi (Obyek) Penelitian

BAB 3 METODA PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian dan Gambaran Populasi (Obyek) Penelitian 38 BAB 3 METODA PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian dan Gambaran Populasi (Obyek) Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif. Pendekatan penelitian kuantitatif dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dalam Kartikawati, 2008). Financial distress juga didefinisikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dalam Kartikawati, 2008). Financial distress juga didefinisikan sebagai 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Financial Distress Financial distress atau kesulitan keuangan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis yang semakin pesat, mengakibatkan semakin ketatnya persaingan yang terjadi dalam dunia usaha. Dalam era persaingan global yang semakin ketat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1993:4). Perusahaan merupakan organisasi yang mencari keuntungan sebagai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1993:4). Perusahaan merupakan organisasi yang mencari keuntungan sebagai tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu badan yang didirikan oleh perorangan atau lembaga dengan tujuan utama untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham (Weston, 1993:4). Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 dan 2009 merupakan tahun-tahun yang penuh tantangan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 dan 2009 merupakan tahun-tahun yang penuh tantangan bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun 2008 dan 2009 merupakan tahun-tahun yang penuh tantangan bagi ekonomi dunia. Pada kedua tahun tersebut pertumbuhan ekonomi dunia akan menurun dari 4,9%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN.  A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumber daya alam dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumber daya alam dan mengakibatkan perkembangan pada sektor pertambangan seperti minyak dan gas bumi, mineral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian perusahaan pada umumnya bertujuan untuk mendapatkan profit,

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian perusahaan pada umumnya bertujuan untuk mendapatkan profit, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian perusahaan pada umumnya bertujuan untuk mendapatkan profit, untuk itu perusahaan membutuhkan modal/pendanaan sebagai dasar untuk melakukan aktivitas operasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perolehan laba merupakan tujuan akhir yang dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah perolehan laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global pernah terjadi pada tahun 2008 bermula pada krisis

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global pernah terjadi pada tahun 2008 bermula pada krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi global pernah terjadi pada tahun 2008 bermula pada krisis ekonomi Amerika Serikat yang disebabkan oleh kredit macet sektor perumahan, lalu membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan krisis ekonomi global yang melanda dunia, banyak masalah dan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan krisis ekonomi global yang melanda dunia, banyak masalah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan krisis ekonomi global yang melanda dunia, banyak masalah dan penderitaan yang dialami Indonesia. Salah satu yang menonjol adalah aspek ekonomi, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Secara resmi, pasar modal di Indonesia telah berdiri sejak 14 Desember 1912 yang dikenal dengan Vareniging voor de Effectenhandel, bertempat di Jakarta.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dimana dihapuskan batasan antar Negara, menyebabkan persaingan antar perusahaan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis sudah semakin maju. Ini

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis sudah semakin maju. Ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dewasa ini perkembangan dunia bisnis sudah semakin maju. Ini ditandai dengan tingginya persaingan bisnis diantara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kredit oleh perbankan, Oleh karena itu, disini manager diberi kepercayaan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kredit oleh perbankan, Oleh karena itu, disini manager diberi kepercayaan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya, suatu perusahaan dihadapkan pada kondisi yang mendorong mereka untuk lebih kreatif dalam memperoleh sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki abad 20, dunia investasi semakin semarak, meskipun badai krisis di Indonesia masih terasa sampai sekarang, namun para investor mulai mendapatkan titik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber dan alternatif bagi perusahaan disamping bank. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber dan alternatif bagi perusahaan disamping bank. Pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi, terutama di negara yang menganut sistem ekonomi pasar. Pasar modal menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Sumber: Majalah SWA 6 Desember 2007

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Sumber: Majalah SWA 6 Desember 2007 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia usaha dewasa ini semakin maju ditandai dengan semakin ketatnya persaingan di antara perusahaan-perusahaan yang ada. Persaingan ini terjadi di dalam

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH ROA, ROE, DAN DER TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BEI SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH ROA, ROE, DAN DER TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BEI SKRIPSI ANALISIS PENGARUH ROA, ROE, DAN DER TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BEI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Z-SCORE ANALYSIS IN MEASURING THE FINANCIAL PERFORMANCE TO PREDICT BANKRUPTCY ON SEVEN MANUFACTURING COMPANIES IN JAKARTA STOCK EXCHANGE

Z-SCORE ANALYSIS IN MEASURING THE FINANCIAL PERFORMANCE TO PREDICT BANKRUPTCY ON SEVEN MANUFACTURING COMPANIES IN JAKARTA STOCK EXCHANGE Z-SCORE ANALYSIS IN MEASURING THE FINANCIAL PERFORMANCE TO PREDICT BANKRUPTCY ON SEVEN MANUFACTURING COMPANIES IN JAKARTA STOCK EXCHANGE Sinta Kartikawati, Iman Murtono Soenhadji, Ph.D. Undergraduate Program,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pasar dunia mengalami keruntuhan / degresi dan mempengaruhi sektor lainnya di

BAB 1 PENDAHULUAN. pasar dunia mengalami keruntuhan / degresi dan mempengaruhi sektor lainnya di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi Global adalah peristiwa dimana seluruh sektor ekonomi pasar dunia mengalami keruntuhan / degresi dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh

Lebih terperinci

ANALISIS LOGIT PADA CV ALBIRUNI

ANALISIS LOGIT PADA CV ALBIRUNI ANALISIS LOGIT PADA CV ALBIRUNI Sarsiti, Suradi 2, Nasriah 3,2,3 Universitas Surakarta Abstrak Globalisasi perekonomian menyebabkan persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat, tidak hanya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan (agent of development). Hal ini dikarnakan adanya fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan (agent of development). Hal ini dikarnakan adanya fungsi utama BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perbankan dalam kehidupan suatu negara adalah salah satu agen pembangunan (agent of development). Hal ini dikarnakan adanya fungsi utama dari perbankan itu sendiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. investor dan perusahaan yang telah go public (emiten). Bagi emiten, pasar modal

BAB 1 PENDAHULUAN. investor dan perusahaan yang telah go public (emiten). Bagi emiten, pasar modal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah bagian dari pasar finansial dan tempat bertemunya investor dan perusahaan yang telah go public (emiten). Bagi emiten, pasar modal merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Analisis kebangkrutan penting dilakukan dengan pertimbangan kebangkrutan suatu perusahaan yang go public akan merugikan banyak pihak. Pihak-pihak tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian yang semakin pesat, didukung dengan peluang usaha yang sangat besar membuat persaingan bisnis antar perusahaan menjadi semakin

Lebih terperinci

Keywords: financial ratio, financial distress, z-score

Keywords: financial ratio, financial distress, z-score ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS Eka Noverita Woro Astuti echa.noverita@gmail.com Djawoto Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT This research is

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu sepuluh tahun terakhir, dimana kapitalisasi pasar modal Indonesia tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. waktu sepuluh tahun terakhir, dimana kapitalisasi pasar modal Indonesia tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pasar Modal dan Industri Keuangan Non Bank di Indonesia mengalami perkembangan yang memuaskan. Hal ini bisa dilihat khususnya dalam kurun waktu sepuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dari sisi financial maupun non-financial. Hal ini berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. baik dari sisi financial maupun non-financial. Hal ini berdampak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan siklus ekonomi di Indonesia saat ini yang pesat menimbulkan semakin banyaknya masalah yang terjadi dalam perusahaan, baik dari sisi financial maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah wahana untuk mempertemukan pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah wahana untuk mempertemukan pihak-pihak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pasar modal adalah wahana untuk mempertemukan pihak-pihak yang memerlukan dana jangka panjang dengan pihak yang memiliki dana tersebut yang diwujudkan dalam bentuk-bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan industri manufaktur terutama pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan industri manufaktur terutama pada sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan dan perkembangan industri manufaktur terutama pada sektor barang konsumsi, saat ini menyebabkan semakin pesatnya laju perekonomian dan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. model dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan Food and Beverages yang

BAB V PENUTUP. model dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan Food and Beverages yang BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis tingkat keakurasian model dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci