BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Penelitian mengenai tindak tutur dan penerapan strategi kesantunan sudah banyak dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan terlebih dahulu dan berkaitan dengan masalah yang diteliti penulis dalam penelitian ini akan dipaparkan sebagai berikut. Yustin Fatimah (2015) dengan skripsinya yang berjudul Tindak Tutur Komisif Berjanji dan Strategi Kesantunan dalam Acara Debat Capres 2014 di Televisi: Tinjauan Pragmatik. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan 2 hal. Pertama, dalam acara Debat Capres 2014 di televisi terdapat empat penanda realisasi tuturan langsung pada tindak tutur komisif berjanji. Empat penanda tersebut meliputi, akan, pasti, Insya Allah, dan harus. Untuk tuturan tidak langsung pada tindak tutur komisif berjanji dalam acara Debat Capres 2014 ditentukan oleh konteks yang melingkupi ketika proses komunikasi berlangsung. Konteks berperan penting untuk menafsirkan maksud atau tujuan dari tindak tutur yang dipilih. Kedua, strategi yang digunakan dalam acara Debat Capres 2014 di televisi, adalah strategi kesantunan tanpa basa-basi, strategi kesantunan positif, strategi kesantunan negatif, dan strategi kesantunan samar-samar. Mefi Ellini (tahun 2014) dengan skripsinya yang berjudul Tindak Ilokusi Ustaz Yusuf Mansur dalam Acara Wisata Hati di Stasiun Televisi ANTV. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan 2 hal. Pertama, tindak ilokusi yang digunakan oleh Ustaz Yusuf Mansur dalam acara Wisata Hati di stasiun televisi ANTV 10

2 11 terdapat 233 tuturan. Tindak ilokusi tersebut di antaranya, tindak tutur representatif, tindak tutur direktif, tindak tutur ekspresif, dan tindak tutur deklarasi. Kedua, strategi bertutur yang digunakan oleh Ustaz Yusuf Mansur dalam acara Wisata Hati di stasiun televisi ANTV di antaranya, strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi, strategi bertutur dengan basa-basi kesantunan positif, dan strategi bertutur dengan basa-basi kesantunan negatif. Konteks situasi tutur dalam tindak tutur ilokusi Ustaz Yusuf Mansur dalam situasi tutur topik sensitif suasana santai, cenderung digunakan strategi bertutur terus terang dengan basa basi kesantunan positif; dalam situasi tutur topik sensitif suasana formal, cenderung digunakan strategi bertutur terus terang dengan basa basi kesantunan negatif; dalam situasi tutur topik tidak sensitif suasana santai, cenderung digunakan strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi; dalam situasi tutur topik tidak sensitif suasana formal, cenderung digunakan strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi. Rossida Ayu Wardhani tahun (2014) dengan skripsinya yang berjudul Tindak Tutur Direktif dan Strategi Kesantunan Berbahasa Dai dalam Wacana Dakwah Dialogis acara Kata Ustad Solmed, Sarapan Hati, dan Cahaya Hati di Televisi (Suatu Pendekatan Pragmatik). Penelitian ini menyimpulkan dua hal: Pertama, terdapat enam jenis tindak tutur direktif dai yang terdapat dalam wacana dakwah dialogis acara Kata Ustad Solmed, Sarapan Hati, dan Cahaya Hati di televisi, yang meliputi mempersilakan, mengajak, melarang, menyuruh, mengharap, dan menasihati. Tindak tutur direktif yang paling banyak digunakan adalah tindak tutur mempersilakan. Kedua, dalam realisasi strategi kesantunan yang terdapat dalam wacana dakwah dialogis acara Kata Ustad Solmed,

3 12 Sarapan Hati, dan Cahaya Hati ditemukan sebanyak tiga strategi kesantunan. Ketiga strategi kesantunan yang digunakan dai meliputi, (a) strategi tanpa basabasi, (b) strategi kesantunan positif, dan (c) strategi kesantunan negatif. Strategi positif yang digunakan oleh dai ditemukan tiga substrategi. Substrategi tersebut adalah (i) strategi menggunakan bentuk-bentuk identitas kelompok, (ii) strategi melibatkan penutur dan petutur dalam kegiatan, dan (iii) strategi berkelakar atau lelucon. Adapun untuk strategi kesantunan negatif ditemukan dua substrategi kesantunan, yaitu (i) strategi menggunakan ungkapan secara tidak langsung dan (ii) strategi memberi penghormatan. Berdasarkan hasil analisis data, menunjukkan bahwa dari ketiga strategi kesantunan yang ditemukan, strategi yang paling banyak digunakan adalah strategi tanpa basa-basi. Yuli Ratna Nur Pratiwi tahun (2013) dalam skripsi yang berjudul Tindak Tutur dan Strategi Kesantunan Juri dalam Acara Indonesian Idol Musim Ketujuh di RCTI, Master Chef Indonesia Musim Kedua di RCTI, dan Indonesia Mencari Bakat 3 di Trans Tv. Hasil dari penelitian ini adalah (1) terdapat tujuh tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur asertif, tindak tutur direktif, tindak tutur verdiktif, tindak tutur komisif, tindak tutur ekspresif, tindak tutur performatif, dan tindak tutur fatis. (2) Strategi kesantunan negatif yang digunakan oleh juri pada saat mengomentari para peserta terdiri dari sembilan strategi dan strategi kesantunan positif yang digunakan juri pada saat mengomentari peserta terdiri dari sepuluh strategi. Penjabaran di atas merupakan kajian yang pernah mengkaji objek penelitian dengan menggunakan kajian analisis pragmatik. Beberapa penelitian tersebut membahas mengenai masalah tindak tutur dan strategi kesantunan dalam

4 13 sebagai objek kajian penelitiannya. Data yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah media elektronik yang diambil dari televisi. Berbeda dengan penelitian yang sudah ada, penelitian yang membahas mengenai tindak tutur dan strategi kesantunan dalam komentar ajang pencarian bakat D Academy Asia sejauh ini belum pernah dilakukan. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa penelitian tentang tindak tutur dan strategi kesantunan dengan data yang diambil dari sesi komentar dalam ajang pencarian bakat D Academy Asia layak untuk dilakukan. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Dengan kata lain, penelitian ini adalah tindak lanjut dari penelitian tentang tindak tutur dan strategi kesantunan dalam kajian pragmatik. B. Landasan Teori Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori-teori pragmatik sebagai landasan teori, yakni sebagai berikut. 1. Pragmatik Ada bermacam-macam definisi pragmatik menurut para ahli. Istilah pragmatik sudah dikenalkan oleh seorang filsuf yang bernama Charles Morris (Levinson, 1983: 1). Charles Morris membagi ilmu semiotika menjadi tiga cabang, yaitu sintaksis (studi mengenai relasi formal yang bersifat linear antara tanda itu satu sama lain), semantik (studi mengenai relasi antara tanda itu dengan sesuatu yang diacu oleh tanda itu), pragmatik (studi mengenai relasi antara tanda bahasa dengan penggunanya). Levinson (1983: 21) sendiri mendefinisikan pragmatik

5 14 sebagai ilmu yang mengkaji hubungan antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar untuk memahami bahasa. Jenny Thomas dalam bukunya yang berjudul Meaning in Interaction: an Introduction to Pragmatics juga memberikan batasan dalam ilmu pragmatik. Menurut Thomas (1995: 22) pragmatik adalah bidang ilmu yang mengkaji makna dalam interaksi atau meaning in interaction. Pengertian tersebut dengan mengandaikan bahwa pemaknaan merupakan proses dinamis yang melibatkan negosiasi antara pembicara dan pendengar serta antara konteks ujaran (fisik, sosial, dan linguistik) dan makna potensial yang mungkin dari sebuah ujaran. Leech (dalam terjemahan M.D.D. Oka, 1993:8) mendefinisikan pragmatik sebagai studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations). Leech melihat pragmatik sebagai bidang kajian dalam linguistik yang mempunyai kaitan dengan semantik. Keterkaitan ini ia sebut semantisisme, yaitu melihat semantik sebagai bagian dari semantik; pragmatisisme, yaitu melihat pragmatik sebagai bagian dari semantik; dan komplementarisme, atau melihat semantik dan pragmatik sebagai dua bidang yang saling melengkapi. George Yule (1996: 3) mengartikan pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Yule juga mengutarakan bahwa ilmu pragmatik memiliki empat batasan: 1. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang maksud penutur.

6 15 2. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang makna kontekstual. 3. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang bagaimana agar lebih banyak disampaikan daripada yang dituturkan. 4. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang ungkapan jarak hubungan. Menurut Asim Gunarwan (dalam PELLBA 7, 1994: 83-84), pragmatik adalah bidang kajian linguistik yang mempelajari maksud ujaran, bukan makna kalimat yang diujarkan. Pragmatik mempelajari maksud ujaran atau daya (force) ujaran. Pragmatik juga mempelajari fungsi ujaran, yakni untuk apa suatu ujaran itu dibuat atau dilakukan. Dari pengertian-pengertian para ahli di atas dapat ditegaskan bahwa pragmatik merupakan studi yang mengkaji tentang makna dalam sebuah ujaran. Pragmatik mempelajari makna ujaran yang disampaikan oleh penutur dan bagaimana mitra tutur dapat memahami maksud yang disampaikan oleh penutur. Selain itu, makna ujaran di sini tidak hanya melibatkan penutur dan mitra tutur, tetapi makna ujaran di sini juga harus dikaitkan dengan konteks yang melatarbelakangi ujaran. Jadi, dapat dikatakan bahwa hubungan antara bahasa dengan konteks merupakan dasar untuk mempelajari pragmatik. 2. Situasi Tutur Leech (dalam terjemahan M.D.D. Oka, 1993:19-20 menjelaskan bahwa, situasi tutur mencakupi lima komponen, yaitu menyapa (penyapa) atau yang disapa (pesapa), konteks sebuah tuturan, tujuan sebuah tuturan, tindak tutur sebagai bentuk tindakan atau kegiatan: tindak ujar, dan tuturan sebagai produk

7 16 tindak verbal. a) Yang menyapa (penyapa) atau yang disapa (pesapa) Orang yang menyapa dinyatakan sebagai penutur, sedangkan orang yang disapa dinyatakan sebagai petutur. Penutur disimbolkan dengan n dan petutur disimbolkan dengan t, yang merupakan singkatan untuk penutur/penulis dan petutur/pembaca. Jadi, penggunaan n dan t tidak membatasi pragmatik pada bahasa lisan saja, tetapi juga bahasa tulis. Dalam hal ini perlu dibedakan antara penerima (orang yang menerima dan menafsirkan pesan) dan yang disapa (orang yang seharusnya menerima dan menjadi sasaran pesan). Seorang penerima berusaha mengartikan isi wacana hanya berdasarkan bukti kontekstual yang ada saja tanpa menjadi sasaran si penutur, sedangkan yang disapa atau si petutur selalu menjadi sasaran tuturan. b) Konteks sebuah tuturan Leech mengartikan konteks sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan petutur. Konteks membantu petutur dalam menafsirkan makna tuturan. Selain itu, konteks juga dapat diartikan sebagai aspek-aspek yang bergantung dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan. c) Tujuan sebuah tuturan Istilah tujuan atau fungsi lebih berguna daripada maksud penutur mengucapkan sesuatu. Istilah tujuan lebih netral daripada maksud, karena tidak membebani pemakainya dengan suatu kemauan atau motivasi yang sadar, sehingga dapat digunakan secara umum untuk kegiatan-kegiatan yang

8 17 berorientasi tujuan. Untuk kegiatan terakhir ini penggunaan istilah maksud dapat menyesatkan. d) Tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan: tindak ujar Tata bahasa berurusan dengan wujud-wujud statis yang abstrak (abstract static entities), seperti kalimat dalam (dalam sintaksis), dan proposisi (dalam semantik), sedangkan pragmatik berurusan dengan tindak-tindak verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu. Dengan demikian pragmatik menangani bahasa pada tingkatan yang lebih konkret daripada tata bahasa. e) Tuturan sebagai produk tindak verbal Selain sebagai tindak ujar atau tindak verbal itu sendiri, dalam pragmatik kata tuturan dapat digunakan dalam arti yang lain, yaitu sebagai produk suatu tindak verbal (bukan tindak verbal itu sendiri). 3. Tindak Tutur Istilah tindak tutur (speech act) pertama kali digunakan oleh J.L. Austin yang disebut-sebut sebagai Bapak Teori Tindak Tutur. Istilah ini mulai diperkenalkan pada pidato kuliahnya yang dikumpulkan dalam sebuah buku yang berjudul How to do Things with Words (1962). Dalam bukunya itu, Austin mengemukakan bahwa menuturkan kata-kata tidak selalu berarti menyatakan atau menggambarkan sesuatu, tetapi dapat juga berarti melakukan tindakan (act). Dalam kaitannya dengan tindak tutur, Austin (dalam Leech edisi terjemahan M.D.D. Oka, 1993: 280) mengemukakan dua terminologi yang berkaitan dengan tindak tutur, yaitu tuturan performatif (performative) dan tuturan konstatif (constative). Menurut Austin, tuturan konstatif dapat dievaluasi

9 18 dari segi benar-salah yang tradisional, sedangkan performatif tidak dievaluasi sebagai benar atau salah, tetapi sebagai tepat atau tidak tepat. Tindak tutur yang dilangsungkan dengan kalimat performatif oleh Austin (dalam Leech edisi terjemahan M.D.D Oka, 1993: 316) dirumuskan sebagai tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak ilokusi (locutionary act), tindak ilokusi (ilocutionary act), dan tindak perlokusi (perlocutionary act). Tindak lokusi (locutionary act) merupakan tindak tutur yang dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu dalam hal ini semata-mata adalah tindak berbicara. Atau dengan kata lain tindak mengucapkan kata atau kalimat sesuai dengan makna kata itu dan makna sintaksisnya. Tindak tutur ini disebut sebagai The Act of Saying Something. Tindak ilokusi (ilocutionary act) merupakan tindak tutur yang dimaksudkan tidak hanya untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu tetapi juga digunakan untuk melakukan sesuatu. Tindak tutur ini disebut sebagai The Act of Doing Something. Tindak perlokusi (perlocutionary act) mengacu kepada efek yang dihasilkan penutur dengan mengatakan sesuatu. Sebuah tuturan yang diutarakan seseorang seringkali mengandung daya pengaruh (perlocutionary force), atau efek bagi yang mendengarkannya. Efek atau pengaruh ini dapat ditimbulkan oleh penutur secara sengaja maupun secara tidak sengaja. Jadi, tindak perlokusi merupakan tindak tutur yang dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur. Tindak tutur perlokusi ini disebut dengan The Act of Effecting Someone.

10 19 Searle (1979: 12-16) mengkategorikan tindak ilokusi menjadi lima jenis. Kelima jenis tindak tutur itu adalah asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklarasi. 1. Asertif (Assertives) Tindak tutur asertif adalah tindak tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan. Bagian dari tindak tutur asertif ini wajib diukur dengan penilaian benar atau salah. Dalam bukunya yang berjudul Foundations of Illocutionary Logic (1985: 182), Searle memaparkan yang termasuk dalam jenis tindak tutur asertif adalah, menyatakan, yakin, membantah, memberi tahu, mengingatkan, memprediksi, melaporkan, menerka, menduga, mengaku, menuduh, menyalahkan, mencela, mengeluh, membual, memberi kesaksian. 2. Direktif (Directives) Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur. Dengan sikap yang rendah hati/sopan santun, penutur berusaha agar mitra tutur melakukan sesuai yang dituturkan oleh penutur. Searle (1985: 198) memaparkan yang termasuk dalam tindak tutur direktif ini adalah meminta, memesan, memerintah, memohon, menuntut, memberi nasihat, menghendaki, melarang, mengizinkan, menyarankan, berharap. 3. Komisif (Commissive) Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penutur pada suatu tindakan di masa depan. Searle (1985: 192) memaparkan bahwa yang

11 20 termasuk dalam kategori tindak tutur komisif ini adalah berjanji, mengancam, bersumpah, menerima, menyetujui, menolak, menawarkan, bertaruh. 4. Ekspresif (Exspresives) Tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang berfungsi mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis dengan kesungguhan hati penutur terhadap keadaan yang mengandung muatan proposisi. Searle (1985: 211) memaparkan bahwa yang termasuk dalam tindak tutur ekspresif ini adalah mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam, memuji, mengucapkan belasungkawa, mengucap salam, menyesal, menyambut, menyanggah. 5. Deklarasi (Declarations) Tindak tutur deklarasi adalah tindak tutur yang menghubungkan proposisi dengan kenyataan. Searle (1985: 205) memaparkan bahwa yang termasuk dalam tindak tutur deklarasi ini adalah, mengundurkan diri, menangguhkan, membaptis, mengesahkan, menamai, memanggil, memecat, memberi nama, merestui, menjatuhkan hukuman, mengucilkan/ membuang, mengangkat (pegawai), memaki. Adapun jenis-jenis tindak tutur yang lain adalah tindak tutur langsung dan tidak langsung. Yule (1996: 54-56) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan tindak tutur langsung dan tidak langsung adalah sebagai berikut. a) Tindak Tutur Langsung Menurut Yule (1996: 54-55), tindak tutur langsung terjadi apabila ada hubungan langsung antara struktur dengan fungsi. Jadi, tindak tutur langsung adalah bentuk deklaratif yang digunakan untuk membuat suatu pernyataan.

12 21 Secara formal, berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif). Secara konvensional kalimat berita digunakan untuk memberikan suatu (informasi), kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu, dan kalimat perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan, atau permohonan. Bila kalimat berita difungsikan secara konvensional untuk mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak, memohon, dan sebagainya tindak tutur yang terbentuk adalah tindak tutur langsung (direct speech act) (Wijana, 1996: 30). Contoh: Supri memiliki lima ekor kucing. Jadi, tindak tutur langsung adalah tuturan yang dituturkan secara langsung sesuai dengan maksud yang ingin disampaikan. Seperti pada contoh tuturan di atas. Tuturan tersebut disebut dengan kalimat berita (deklaratif), yang berfungsi untuk memberikan informasi. Sudah jelas bahwa maksud yang ingin disampaikan dalam tuturan itu adalah menginformasikan bahwa Supri memiliki lima ekor kucing b) Tindak Tutur Tidak Langsung Yule (1996: 55) memaparkan bahwa tindak tutur tidak langsung terjadi apabila ada hubungan tidak langsung antara struktur dengan fungsi. Jadi tindak tutur tidak langsung adalah bentuk deklaratif yang digunakan untuk membuat suatu pernyataan. Tindak tutur tidak langsung bisa digunakan untuk berbicara secara sopan, perintah dapat diutarakan dengan kalimat berita atau kalimat tanya

13 22 agar orang yang diperintah tidak merasa diperintah (Wijana, 1996: 30), seperti dalam contoh berikut. Contoh: Ada makanan di almari. Dalam tuturan itu, perintah diutarakan dengan kalimat berita. Tidak hanya berfungsi untuk menginformasikan, namun tuturan tersebut juga berfungsi memerintah untuk mengambil makanan di almari. 4. Strategi Kesantunan Brown Levinson Leech (edisi terjemahan oleh M. D. D. Oka, 1993:170) menggambarkan kesopanan sebagai usaha untuk membuat kemungkinan adanya keyakinankeyakinan dan pendapat-pendapat tidak sopan menjadi sekecil mungkin. Yule (1996: 60) mengungkapkan bahwa politeness in an interaction, can then be defined as the means employed to show awareness of another person s face. In this sense, politeness can be accomplished in situations of social distance or closeness. Yang artinya adalah kesantunan dalam suatu interaksi dapat didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk menunjukkan kesadaran tentang wajah orang lain. Dalam pengertian ini, kesantunan dapat disempurnakan dalam situasi kejauhan dan kedekatan sosial. Menurut Asim Gunarwan (dalam PELLBA 7, 1994: 87) ada beberapa pakar yang membahas kesantunan berbahasa yaitu Lakoff, Fraser, Brown dan Levinson, dan Leech. Teori mereka pada dasarnya beranjak dari pengamatan yang sama, bahwa dalam komunikasi yang sebenarnya, penutur tidak mematuhi Prinsip Kerja Sama Grice, yang terdiri atas maksim kualitas, kuantitas, hubungan dengan cara itu. Perbedaannya antara lain terletak pada bagaimana pakar-pakar itu melihat wujud kesantunan kaidah (kaidah sosial).

14 23 Asim Gunarwan (dalam PELLBA 7, 1994: 90) mengungkapkan bahwa teori kesantunan berbahasa menurut Brown Levinson berkisar atas nosi muka (face), yang dibagi menjadi dua, yaitu muka negatif dan muka positif. Muka negatif mengarah ke citra diri setiap orang (yang rasional) yang berkeinginan agar dihargai dengan jalan membiarkannya bebas melakukan tindakan atau membiarkannya bebas dari keharusan mengerjakan sesuatu. Muka positif, sebaliknya, mengacu pada citra diri setiap orang (yang rasional) yang berkeinginan agar apa yang dilakukannya, apa yang dimilikinya atau apa yang merupakan nilai-nilai yang ia yakini (sebagai akibat dari apa yang dilakukan atau dimilikinya itu) diakui orang lain sebagai suatu hal yang baik, yang menyenangkan, yang dihargai, dan seterusnya. Menurut Brown Levinson, sebuah tindak tutur dapat merupakan sebuah ancaman terhadap muka, hal ini disebut dengan face treathening act (FTA). Karena ada dua sisi muka terancam, yaitu muka negatif dan muka positif, kesantunan pun dibagi menjadi dua: kesantunan negatif (untuk menjaga muka negatif) dan kesantunan positif (untuk menjaga muka positif). Brown Levinson dalam bukunya yang berjudul Politeness Some Universals in Language Usage (1987) mengemukakan bahwa terdapat lima macam strategi yang dapat digunakan untuk melakukan FTA, yaitu: 1. Strategi tanpa basa-basi (bald on record) 2. Strategi kesantunan positif (positive politeness) 3. Strategi kesantunan negatif (negative politeness) 4. Strategi samar-samar (off record) 5. Strategi jangan lakukan FTA (don t do the FTA)

15 24 Perlu dikemukakan bahwa urutan strategi 1 sampai dengan strategi 5 di atas tidak bersifat acak, tetapi bersifat hierarkis. Semakin tinggi angkanya semakin tinggi juga tingkat kesantunannya. Menurut Brown Levinson, setiap FTA memiliki bobot (weightness) yang berbeda-beda. Untuk mengetahui bobot FTA, bisa membuat kalkulasi berdasarkan tiga faktor sosiologis. Ketiga faktor sosiologis itu adalah: a. Jarak sosial (social distance), dalam hal ini terdapat hubungan simetris antara penutur dan mitra tutur. Faktor jarak sosial ini bisa dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, dan latar belakang sosio kultural seseorang. b. Kekuasaan relatif (relative power), dalam hal ini terdapat hubungan asimetris antara penutur dan mitra tutur. Faktor kekuasaan relatif ini dipengaruhi oleh faktor besarnya perbedaan kekuasaan di antara penutur dan mitra tutur. c. Derajat imposisi (rank of imposition), status relatif jenis tindak tutur yang diujarkan penutur dalam budaya yang bersangkutan. 1. Strategi Tanpa Basa-Basi (Bald on Record) Strategi ini dilakukan dengan mengemukakan FTA secara jelas, lugas, ringkas tidak ambigu, apa adanya, tanpa basa-basi, dan tanpa adanya upaya penyelamatan muka. FTA diungkapkan secara langsung, tanpa memberikan opsi kepada petutur. Penutur lebih mementingkan komunikasi efektif daripada penyelamatan muka mitra tutur. Situasi penggunaan strategi bald on record adalah sebagai berikut:

16 25 a. Penutur dan mitra tutur sama-sama menyadari bahwa mereka berada dalam keadaan yang bersifat mendesak maka hal-hal yang terkait dengan muka dapat ditangguhkan terlebih dahulu. b. Bilamana ancaman terhadap muka mitra tutur sangatlah kecil, misalnya untuk tindakan yang terkait pada penawaran, permintaan, saran, dan lain-lain yang jelas-jelas mengacu pada kepentingan mitra tutur dan tidak membutuhkan pengorbanan yang besar pada pihak penutur. c. Penutur memiliki kekuasaan yang jauh lebih tinggi dibandingkan mitra tutur, atau penutur mendapatkan dukungan luas untuk melakukan tindakan menganca muka mitra tutur tanpa harus kehilangan mukanya sendiri. Berdasarkan situasi tersebut, maka tindakan penyelamatan muka mitra tutur dibutuhkan karena penutur biasanya berkeinginan untuk menjaga kelangsungan hubungan yang harmonis dengan mitra tuturnya. Brown Levinson (1987:69-70) mendefinisikan tindakan penyelamatan muka redressive action sebagai tindakan yang memberi muka kepada mitra tutur, yang berusaha untuk menangkal rasa kurang senang mitra tutur akibat tindakan yang kurang menyenangkan. Tindakan penyelamatan muka bisa dilakukan dengan cara melakukan penambahan dan perubahan tuturan sedemikian rupa yang dapat ditunjukkan secara jelas kepada mitra tutur bahwa keinginan untuk melakukan tindakan yang kurang menyenangkan tersebut sebenarnya tidak dikehendaki sama sekali oleh penutur. Penutur sesungguhnya memahami keinginan mitra tutur dan menginginkan keinginan mitra tutur tersebut bisa tercapai. Tindakan

17 26 penyelamatan muka tersebut tercipta dalam dua bentuk tergantung aspek muka (negatif atau positif) yang diberi tekanan S = penutur, H = mitra tutur. 2. Strategi Kesantunan Positif (Positive Politeness) Strategi ini dilakukan dengan mengemukakan FTA secara jelas, tidak ambigu, dan tidak multitafsir, tetapi disertai dengan kesantunan positif. Kesantunan positif adalah kesantunan untuk melindungi muka positif. Muka positif berkenaan dengan keinginan agar apa yang dilakukan, apa yang dimiliki, atau apa yang merupakan nilai-nilai yang diyakini dihargai orang lain dan diakui sebagai sesuatu yang baik, yang menyenangkan, dan sebagainya. Strategi kesantunan positif menekankan segi kedekatan, keakraban, solidaritas, persahabatan, dan hubungan baik antara penutur dan mitra tutur. Strategi kesantunan positif ini dapat dilakukan dengan lima belas macam strategi seperti berikut ini. a. Strategi 1: Notice; attend to H (His interests, wants, needs, goods) (memperhatikan minat, keinginan, kebutuhan, dan barang-barang mitra tutur). Contoh: Sepertinya ada kelihatan sangat lelah, bagaimana jika istirahat dulu. b. Strategi 2: Exaggerate (interest, approval, sympathy with H) (melebihlebihkan rasa ketertarikan, persetujuan, simpati terhadap mitra tutur). Contoh: Penampilan Anda malam ini benar-benar sangat mengagumkan. c. Strategi 3: Intesify interest to H (meningkatkan rasa tertarik terhadap mitra tutur). Contoh: Cuaca hari ini cerah, iya kan?

18 27 d. Strategi 4: Use in-group identity marks (menggunakan penanda yang menunjukkan kesamaan jati diri atau kelompok). Contoh: Sayang, bagaimana kabarmu hari ini? e. Strategi 5: Seek agreement (mencari dan mengusahakan persetujuan dengan mitra tutur). Contoh: A: Joni pergi ke Jerman akhir minggu ini! B: Ke Jerman! f. Strategi 6: Avoid disagreement (menghindari pertentangan dengan mitra tutur). Contoh: A: Kenapa dia, tubuhnya pendek? B: Ya, ya dia memang pendek, tapi tidak terlalu pendek tapi juga tidak terlalu tinggi. g. Strategi 7: Pressupose/raise assert common ground (menimbulkan persepsi sejumlah persamaan penutur dengan mitra tutur). Contoh: A: Oh, ini sangat menyakitkan, Bu. B: Iya sayang, ibu tahu, ini sangat sakit. h. Strategi 8: Joke (berkelakar atau lelucon). Contoh: A: OK, if I tackle those cookies now? B: How about lending me this old heap of junk? (H s new cadillac).

19 28 i. Strategi 9: Assert or presuppose S s knowledge of and concern for H s (membuat persepsi bahwa penutur memahami keinginan mitra tutur). Contoh: Saya tahu kamu suka mawar, tapi di toko bunga sudah tidak ada lagi, jadi aku membelikanmu tulip. (mengandung permohonan) j. Strategi 10: Offer, promise (membuat penawaran dan janji). Contoh: Saya akan membawakannya minggu depan. k. Strategi 11: Be optimistic (menunjukkan rasa optimis). Contoh: Saya yakin jika kamu bisa melakukannya. l. Strategi 12: Include both S and H in the activity (berusaha melibatkan penutur dan mitra tutur dalam suatu aktivitas tertentu). Contoh: Mari kita membuat kue. m. Strategi 13: Give (or ask for) reason (memberi dan meminta alasan). Contoh: Mengapa kita tidak jadi mendaki gunung? n. Strategi 14: Assume or assert reciprocity (menawarkan suatu tindakan timbal balik). Contoh: Saya akan memberi kamu hadiah, jika kamu berhasil dalam pertandingan itu. o. Strategi 15: Give sympathy to H (memberikan hadiah pada mitra tutur). Contoh: Saya memahami kesulitan Anda. 3. Strategi Kesantunan Negatif (Negative Politeness) Strategi ini dilakukan dengan mengemukakan FTA secara jelas, tidak ambigu, dan tidak multitafsir, tetapi disertai dengan kesantunan negatif. Kesantunan negatif adalah kesantunan untuk melindungi muka negatif. Muka negatif mengacu pada keinginan agar dirinya bebas melakukan suatu tindakan

20 29 dan bebas dari keharusan melakukan suatu tindakan (freedom of action and freedom from imposition). Kesantunan negatif menekankan pada segi penghormatan terhadap mitra tutur. Kesantunan negatif dapat dilakukan dengan sepuluh macam strategi, yakni sebagai berikut. a. Strategi 1: Be conventioally indrect (ungkapkan FTA secara tidak langsung sesuai dengan konvensi). Contoh: Bisakah kamu mengambilkan garam itu, tolong? b. Strategi 2: Question, hedge (gunakan bentuk-bentuk berpagar). Contoh: Tutup jendelanya, jika kamu bisa! c. Strategi 3: Be pessimistic (bersikaplah pesimistis). Contoh: Mungkin kamu bisa menolongku. d. Strategi 4: Minimize the imposition (minimalkan imposisi terhadap mitra tutur). Contoh: Saya hanya ingin Anda datang tepat waktu besok. e. Strategi 5: Give deference (beri penghormatan pada mitra tutur). Contoh: Permisi, Tuan, berkenankah Anda jika saya menutup jendelanya? f. Strategi 6: Apologize (gunakan permohonan maaf). Contoh: Maaf, telah menyusahkanmu. g. Strategi 7: Impersonalize S and H (jangan menyebutkan penutur dan mitra tutur). Contoh: Surat itu harus segera diketik secepatnya. h. Strategi 8: State the FTA as a general rule (nyatakan tindakan mengancam muka sebagai suatu ketentuan sosial yang umum berlaku).

21 30 Contoh: Penumpang dimohon untuk tidak merokok di dalam kereta. i. Strategi 9: Nominalize (kemukakan pernyataan dalam bentuk nominal). Contoh: Anda tampil dengan sangat baik dan kami sangat terkesan. j. Strategi 10: Go on record as icurring a debt, or as not indebting (nyatakan bahwa penutur berhutang budi pada mitra tutur). Contoh: Saya akan sangat berterima kasih jika kamu bisa Strategi Samar-Samar (Off Record) Strategi ini pada umumnya dilakukan dengan cara mengemukakan FTA secara ambigu. FTA yang dikemukakan sengaja dibuat sedemikian rupa agar dapat diinterpretasikan lebih dari satu makna. Mitra tutur dibiarkan menafsirkan sendiri apa yang sesungguhnya yang dimaksud oleh penutur dengan tuturannya. Strategi ini cenderung dikemukakan dengan menggunakan tuturan tidak langsung, karena hanya tuturan samar-samar yang memungkinkan dapat memberikan makna yang ambigu. Strategi samar-samar (off record) dapat dilakukan dengan lima belas cara, yaitu: a. Strategi 1: Give hints (memberi isyarat). Contoh: Betapa membosankan film itu! b. Strategi 2: Give association chies (memberi petunjuk asosiasi). Contoh: Rumah saya di Jalan Dr. Sutomo. Tidak jauh dari sini dan tidak sulit mencarinya. c. Strategi 3: Presuppose (menggunakan presuposisi). Contoh: Wah, hari ini aku cuci piring lagi ya. d. Strategi 4: Understate (menggunakan ungkapan yang lebih halus). Contoh: Ian kurang pandai di sekolah.

22 31 e. Strategi 5: Overstate (menggunakan ungkapan yang berlebih). Contoh: Kamu tidak pernah mencuci sama sekali. f. Strategi 6: Use tautologiesi (gunakan tautologi). Contoh: Perang tetaplah perang. g. Strategi 7: Use contradictions (menggunakan kontradiksi). Contoh: Saya nggak apa-apa. Kecewa tidak. Nggak kecewa juga tidak. h. Strategi 8: Be ironic (menggunakan ironi). Contoh: Rumahmu bersih sekali ya. (sangat kotor dan tidak pernah disapu). i. Strategi 9: Use metaphors (menggunakan metafora). Contoh: Hasan betul-betul kuda. (kuat berlari tanpa kenal lelah) j. Strategi 10: Use rhetorical questions (menggunakan pertanyaan retorik). Contoh: Aku harus ngomong apa lagi? (Sudah aku jelaskan panjang lebar, tetapi kamu masih tidak mengerti). k. Strategi 11: Be ambiguous (menggunakan ungkapan ambigu). Contoh: Aku mau beli semangka, tapi dompetku ketinggalan. l. Strategi 12: Be vague (menggunakan ungkapan samar-samar). Contoh: Perhaps someone did something naughty. m. Strategi 13: Over-generalize (menggunakan generalisasi berlebihan) Contoh: Orang dewasa tidak boleh menangis. n. Strategi 14: Displace H (tidak mengacu ke mitra tutur langsung). Contoh: Tito, buatkan ayah minum, ya! o. Strategi 15: Be incomplete (menggunakan ungkapan tidak lengkap). Contoh: Jika kamu meninggalkan anakmu selama tiga bulan...

23 32 5. Strategi jangan lakukan FTA Strategi ini digunakan ketika ancaman muka mitra tutur sangat tinggi. Untuk menghindari sesuatu yang tidak menyenangkan atas diri mitra tutur dan bahkan bisa menimbulkan ketidakharmonisan hubungan penutur dan mitra tutur, maka penutur memilih strategi Bertutur dalam Hati. Guna kepentingan analisis serta untuk keefektifan dalam mempergunakan teori, maka di dalam penelitian ini penulis hanya meneliti tentang tindak tutur dan strategi kesantunan menurut Brown dan Levinson. 5. D Academy Asia D Academy Asia merupakan ajang kompetisi menyanyi yang diikuti oleh beberapa negara di Asia, di antaranya Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura. Acara ini disiarkan langsung di stasiun televisi Indosiar. Dalam kompetisi ini, lagu yang dibawakan peserta adalah lagu bergenre dangdut dan melayu. Acara ini mulai tayang pada tanggal 16 November 2015 dan berakhir pada tanggal 29 Desember Ajang pencarian bakat D Academy Asia ini dipandu oleh 4 pembawa acara yaitu, Ramzi, Rina Nose, Irfan Hakim, dan Andhika Pratama. Selain itu, ada pula dewan juri yang menjadi tim penilai yaitu Hetty Koes Endang, Hendro Saky, DJ Daffy, Hans Anwar, Pak Ngah, Zul 2BY2, dan Mayuni Omar. Setiap peserta setelah tampil juga mendapatkan komentar dari para komentator. Komentator tersebut adalah Saipul Jamil, Soimah, Ivan Gunawan, Iis Dahlia, Inul Daratista, Benigno, Nassar, Fakhrul Razi, Mas Idayu, Amelina, dan Rosalina Musa (

24 33 Acara ajang pencarian bakat sangat diminati masyarakat, hal ini dikarenakan lagu yang dibawakan adalah lagu bergenre dangdut yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Terlebih kompetisi ini adalah acara tingkat Asia yang menampilkan peserta, dewan juri, serta komentator dari negara Asia. Selain suguhan lagu dangdut, komentar menyenangkan, komentar tidak menyenangkan, sekaligus candaan antara komentator dan pembawa acara menjadi suguhan dan hiburan tersendiri untuk masyarakat. Penonton bisa menikmati acara ini berjam-jam tanpa kebosanan. C. Kerangka Pikir Kerangka pikir adalah sebuah cara kerja yang dilakukan oleh penulis untuk menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti. Kerangka berpikir yang terkait dalam penelitian ini secara garis besar digambarkan pada bagan di bawah ini.

25 34 Sumber Data Ajang pencarian bakat D Academy Asia Pendekatan Data Tuturan yang mengandung tindak tutur dan strategi kesantunan dalam komentar D Academy Asia Pragmatik dengan tindak tutur (Searle) dan strategi kesantunan (Brown dan Levinson) Metode Pengumpulan Data Metode simak dan teknik catat Metode Analisis Data Mendeskripsikan tindak tutur dan strategi kesantunan dalam komentar D Academy Asia Kontekstual, cara-tujuan (means end), dan heuristik

26 35 Bagan di atas menggambarkan bahwa sumber data dalam penelitian ini adalah acara ajang pencarian bakat D Academy Asia. Data yang diperoleh dari sumber data berupa tuturan komentator, saat mengomentari peserta kompetisi. Tuturan yang diambil adalah tuturan yang mengandung jenis tindak tutur dan strategi kesantunan berbahasa. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah realisasi tindak tutur dan strategi kesantunan yang terdapat pada tuturan dalam komentar ajang pencarian bakat D Academy Asia. Komentar dalam acara ajang pencarian bakat D Academy Asia akan dianalisis dengan teori tindak tutur dari Searle dan strategi kesantunan berbahasa dari Brown dan Levinson. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode simak dan teknik catat. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis kontekstual, cara-tujuan (means end), dan heuristik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu memiliki cara masing-masing dalam bertutur. Individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu memiliki cara masing-masing dalam bertutur. Individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki cara masing-masing dalam bertutur. Individu bertutur dengan individu yang lain untuk saling berkomunikasi dan mengekspresikan perasaannya.tuturan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN STRATEGI KESANTUNAN DALAM KOMENTAR D ACADEMY ASIA

TINDAK TUTUR DAN STRATEGI KESANTUNAN DALAM KOMENTAR D ACADEMY ASIA TINDAK TUTUR DAN STRATEGI KESANTUNAN DALAM KOMENTAR D ACADEMY ASIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Sebelum melakukan penelitian, ada beberapa sumber kajian yang dijadikan acuan dari penelitian ini yaitu hasil penelitian sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejatinya, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi antarsesama. Akan tetapi, tidak jarang bahasa juga digunakan oleh manusia sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Tindak Tutur Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang melakukan beberapa tindakan seperti melaporkan, menjanjikan, mengusulkan, menyarankan, dan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, perkawinan, tindak tutur, dan konteks situasi. Keempat konsep ini perlu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berikut beberapa penelitian yang dapat menjadi acuan dan perbandingan dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) sucimuliana41@yahoo.com Abstrak Penelitian yang berjudul tindak tutur ekspresif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap mitra tutur dengan suatu tujuan dan maksud. Dalam pragmatik tindak tutur dibagi menjadi tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan subbab-subbab yaitu, (1) latar belakang, (2) fokus masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian dan (6) definisi operasional. Masing-masing

Lebih terperinci

DIRECTIVE SPEECH ACT OF POLITENESS STRATEGY OF PARTICIPANS ON THE MEETHING OF BEM FKIP RIAU UNIVERSITY

DIRECTIVE SPEECH ACT OF POLITENESS STRATEGY OF PARTICIPANS ON THE MEETHING OF BEM FKIP RIAU UNIVERSITY 1 DIRECTIVE SPEECH ACT OF POLITENESS STRATEGY OF PARTICIPANS ON THE MEETHING OF BEM FKIP RIAU UNIVERSITY Eli Mandari 1, Charlina 2, M.Nur Mustafa 3 fidearly@gmail.com. No. HP. 085263570873 charlinahadi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai alat komunikasi dan interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai alat komunikasi dan interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat komunikasi dan interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia, bahasa memiliki peran yang sangat penting di dalam kehidupan manusia. Manusia menggunakan bahasa

Lebih terperinci

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Pustaka. penelitian yang bersumber dari acara infotainment talkshow baru pertama kali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Pustaka. penelitian yang bersumber dari acara infotainment talkshow baru pertama kali BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai prinsip kesantunan dan implikatur yang menggunakan pendekatan pragmatik sudah banyak dilakukan, akan tetapi penelitian

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Oleh: Latifah Dwi Wahyuni Program Pascasarjana Linguistik Deskriptif UNS Surakarta Abstrak Komunikasi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, melainkan juga memberikan sarana kepada pembaca untuk menyampaikan gagasan, baik pada redaksi maupun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari interaksi yang menggunakan sebuah media berupa bahasa. Bahasa menjadi alat komunikasi yang digunakan pada setiap ranah profesi.

Lebih terperinci

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang

Lebih terperinci

BAB 2 PRAGMATIK DAN PROGRAM TV BERSAMA ROSSY. Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Yule

BAB 2 PRAGMATIK DAN PROGRAM TV BERSAMA ROSSY. Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Yule BAB 2 PRAGMATIK DAN PROGRAM TV BERSAMA ROSSY 2.1 Pragmatik Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Yule (1996) dalam Makyun Subuki (http://tulisanmakyun.blogspot.com/2007/07/linguistikpragmatik.html)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Pragmatik Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama Charles Morris. Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu dalam dunia ekonomi, politik, sosial budaya dan teknologi, menyadarkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. itu dalam dunia ekonomi, politik, sosial budaya dan teknologi, menyadarkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman, semua aspek kehidupan di dunia baik itu dalam dunia ekonomi, politik, sosial budaya dan teknologi, menyadarkan bahwa komunikasi

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam berbahasa diperlukan kesantunan, karena tujuan berkomunkasi bukan hanya bertukar pesan melainkan menjalin hubungan sosial. Chaer (2010:15) mengatakan

Lebih terperinci

STRATEGI KESANTUNAN POSITIF DAN NEGATIF PADA KALIMATDEKLARATIF DALAM DRAMA RICH MAN POOR WOMAN ARTIKEL ILMIAH OLEH: DIAH IKA MEIRINA NIM

STRATEGI KESANTUNAN POSITIF DAN NEGATIF PADA KALIMATDEKLARATIF DALAM DRAMA RICH MAN POOR WOMAN ARTIKEL ILMIAH OLEH: DIAH IKA MEIRINA NIM STRATEGI KESANTUNAN POSITIF DAN NEGATIF PADA KALIMATDEKLARATIF DALAM DRAMA RICH MAN POOR WOMAN ARTIKEL ILMIAH OLEH: DIAH IKA MEIRINA NIM 0911120090 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal lain(kbbi, 2003:58). 2.1.1Implikatur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi antarmanusia. Manusia berbahasa setiap hari untuk berkomunikasi. Berbahasa adalah suatu kebutuhan, artinya berbahasa merupakan

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

Tabel 1 Tindak Tutur Mengkritik dalam Acara Sentilan Sentilun di Metro TV

Tabel 1 Tindak Tutur Mengkritik dalam Acara Sentilan Sentilun di Metro TV digilib.uns.ac.id Tabel 1 Tindak Tutur Mengkritik dalam Acara Sentilan Sentilun di Metro TV No. Jenis Tindak Tutur Nomor Data Jumlah data Mengkritik A. Mengkritik Langsung 1. Penilaian Negatif 01, 02,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). Komunikasi merupakan suatu hal penting dalam membangun relasi antarindividu. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini, diuraikan segala hal mengenai pendekatan penelitian yang digunakan, data dan sumber data, prosedur pengumpulan data, dan teknik pengolahan data.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan berkomunikasi antar manusia terbagi menjadi dua bentuk komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua bentuk yaitu lisan dan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA SUTRADARA HERWIN NOVIANTO, RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENYIMAK, DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Sri Utami Fatimah Program

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi BAB II KAJIAN TEORI Untuk mendukung penelitian ini, digunakan beberapa teori yang dianggap relevan dan dapat mendukung penemuan data agar memperkuat teori dan keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari penelitian lapangan, baik dari buku-buku maupun skripsi yang sudah ada. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan BAB I PENDAHULUAN Di dalam pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan beberapa definisi kata kunci

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DAI PADA WACANA DAKWAH DIALOGIS. DI TELEVISI (Suatu Pendekatan Pragmatik)

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DAI PADA WACANA DAKWAH DIALOGIS. DI TELEVISI (Suatu Pendekatan Pragmatik) TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DAI PADA WACANA DAKWAH DIALOGIS DI TELEVISI (Suatu Pendekatan Pragmatik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia kreatif menciptakan media baru sebagai sarana untuk mempermudah proses berkomunikasi. Media yang tercipta misalnya bentuk media cetak dan elektronik. Dua media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya dalam kehidupannya. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia saling berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang politisi yang menggunakan bahasa lisan dalam berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang politisi yang menggunakan bahasa lisan dalam berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M., yang biasa disapa Ahok adalah seorang politisi yang memiliki fungsi dan kedudukan khusus di DKI Jakarta. Ahok dikenal sebagai seorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif berusaha memahami makna dari fenomena-fenomena, peristiwa-peristiwa,

Lebih terperinci

Strategi Kesopanan dalam Tindak Tutur Tak Langsung pada Film Harry Potter and the Deathly Hallows

Strategi Kesopanan dalam Tindak Tutur Tak Langsung pada Film Harry Potter and the Deathly Hallows Strategi Kesopanan dalam Tindak Tutur Tak Langsung pada Film Harry Potter and the Deathly Hallows Oleh Adrian Kurniawan Zahar * ABSTRAK Jurnal ini menjelaskan tentang strategi kesopanan dalam tindak tutur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI USTAZ YUSUF MANSUR DALAM ACARA WISATA HATI DI STASIUN TELEVISI ANTV

TINDAK TUTUR ILOKUSI USTAZ YUSUF MANSUR DALAM ACARA WISATA HATI DI STASIUN TELEVISI ANTV TINDAK TUTUR ILOKUSI USTAZ YUSUF MANSUR DALAM ACARA WISATA HATI DI STASIUN TELEVISI ANTV Mefi Ellini 1, Novia Juita 2, Hamidin 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang Email: mefi.ellini@gmail.com

Lebih terperinci

Jurnal Cakrawala ISSN , Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA

Jurnal Cakrawala ISSN , Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Jurnal Cakrawala ISSN 1858-449, Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Oleh : Bowo Hermaji ABSTRAK Tindak tutur merupakan tindakan yang dimanifestasikan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Definisi Operasional 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, karenaujarantersebutmengandung pemikiran-pemikiran

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut... PRAGMATIK Pengantar Linguistik Umum 10 Desember 2014 APAKAH PRAGMATIK ITU? Sistem Bahasa Penjelasan Pragmatik Dunia bunyi Pragmatik Struk tur baha sa* Dunia makna Pragmatik Di dalam dunia bunyi dan dunia

Lebih terperinci

STRATEGI KESANTUNAN PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN

STRATEGI KESANTUNAN PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN STRATEGI KESANTUNAN PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN Sri Mulatsih Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dian Nuswantoro Semarang ABSTRACT Kesantunan berbahasa merujuk pada keaadaan yang menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media pembentuk kebahasaan yang menjadi kunci pokok bagi kehidupan manusia di dunia ini, karena melalui bahasa baik verbal maupun non verbal manusia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Tindak Tutur Direktif Guru dalam Komunikasi Proses Belajar

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Tindak Tutur Direktif Guru dalam Komunikasi Proses Belajar 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian tentang bahasa khususnya tindak tutur direktif (kajian pragmatik) sebelumnya pernah dilakukan oleh Yuda Eka Setyaningsih (2004) dengan judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau interaksi sosial. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat

Lebih terperinci

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji strategi komunikasi politik calon gubernur dan wakil gubernur Jabar periode 2013-2018 yang direalisasikan dengan tindak tutur dan kesantunannya

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang II. LANDASAN TEORI 2.1 Pragmatik Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu salah satunya yaitu tentang pragmatik. Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK NUSA INDAH BANUARAN PADANG

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK NUSA INDAH BANUARAN PADANG TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK NUSA INDAH BANUARAN PADANG Oleh: Winda Elmita 1, Ermanto 2, Ellya Ratna 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh manusia untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan memiliki daya ekspresi dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana dalam menjalankan segala jenis aktivitas, antara lain sebagai sarana untuk menyampaikan informasi, meminta informasi, memberi perintah, membuat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bagian ini akan dijelaskan metode penelitian, teknik serta instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bagian ini akan dijelaskan metode penelitian, teknik serta instrumen 64 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bagian ini akan dijelaskan metode penelitian, teknik serta instrumen penelitian, data dan sumber data penelitian, dan teknik analisis data. 3.1 Metode Penelitian Untuk

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN KESANTUNAN NEGATIF DALAM REALITY SHOW MINTA TOLONG DI RAJAWALI CITRA TELEVISI INDONESIA

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN KESANTUNAN NEGATIF DALAM REALITY SHOW MINTA TOLONG DI RAJAWALI CITRA TELEVISI INDONESIA digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN KESANTUNAN NEGATIF DALAM REALITY SHOW MINTA TOLONG DI RAJAWALI CITRA TELEVISI INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam BAB V SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam menangani siswa bermasalah dilihat dari tindak tuturnya. Selain itu telah dibahas juga mengenai bentuk ilokusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa manusia akan sulit berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya. Selain itu bahasa juga menjadi

Lebih terperinci

TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK

TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH 1. Pendahuluan KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK Ratna Zulyani Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat komunikasi bagi kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan dengan sesama anggota masyarakat

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG Oleh Atik Kartika Nurlaksana Eko Rusminto Mulyanto Widodo Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya senantiasa melakukan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting karena dengan bahasa orang dapat menerima

Lebih terperinci

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH UTAMA DALAM FILM KEHORMATAN DI BALIK KERUDUNG SUTRADARA TYA SUBIYAKTO DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENYIMAK DAN BERBICARA DI KELAS X SMA Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesantunan berbahasa merupakan aspek penting dalam kehidupan untuk menciptakan komunikasi yang baik di antara penutur dan lawan tutur. Kesantunan berbahasa memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan langkah-langkah penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu 1) realisasi tindak tutur petugas penerangan dengan masyarakat di kelurahan, 2) alas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu kehidupan masyarakat sehari-hari komunikasi sangat penting digunakan untuk berinteraksi antar manusia di dalam lingkungan masyarakat. Setiap manusia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI, 2007: 588). 2.1.1 Tindak Tutur Istilah dan teori tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu (Effendy, 1986:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk menjalankan segala aktivitas. Bahasa juga sebagai salah satu aspek tindak tutur yang terkait

Lebih terperinci

TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS

TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS Ahmad Fadilahtur Rahman Guru Bahasa Indonesia SMPN 4 Situbondo Email: fadilahtur_rahman@yahoo.com Abstract: This study aimed to describe the form

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat penting dalam kehidupan individu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bahasa dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan yang lain, juga untuk

Lebih terperinci

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik. Tindak tutur (istilah Kridalaksana pertuturan speech act, speech event) adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan ide-ide atau gagasan-gagasan, dan konversasi atau percakapan (Tarigan, 2009:22). Wacana direalisasikan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN PELANGGARAN PRINSIP KESOPANAN DALAM KOLOM KOMENTAR ARTIKEL KOMPASIANA

TINDAK TUTUR DAN PELANGGARAN PRINSIP KESOPANAN DALAM KOLOM KOMENTAR ARTIKEL KOMPASIANA digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DAN PELANGGARAN PRINSIP KESOPANAN DALAM KOLOM KOMENTAR ARTIKEL KOMPASIANA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan

Lebih terperinci

Pelaksanaan Tindak Ujaran. Dwiyanti Nandang ( ) Meita Winda Lestari ( ) Pamela Yunita Sari ( ) Riza Indah Rosnita ( )

Pelaksanaan Tindak Ujaran. Dwiyanti Nandang ( ) Meita Winda Lestari ( ) Pamela Yunita Sari ( ) Riza Indah Rosnita ( ) Pelaksanaan Tindak Ujaran Dwiyanti Nandang ( 056174 ) Meita Winda Lestari ( 0608215 ) Pamela Yunita Sari ( 056089 ) Riza Indah Rosnita ( 056255 ) Ujaran Tujuan Lokusi ( saying something ) Tujuan dari ujaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan sesuatu yang bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak diteliti dan diamati orang. Namun, sejauh yang peneliti ketahui dalam konteks proses

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB TV ONE

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB TV ONE ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB TV ONE ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20)

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu tuturan pasti mempunyai maksud serta faktor yang melatarbelakangi penutur dalam menyampaikan tuturannya kepada mitra tutur. Yule (2006: 82-83) mengemukakan

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM INTERAKSI INSTRUKSIONAL GURU SD DI SURABAYA

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM INTERAKSI INSTRUKSIONAL GURU SD DI SURABAYA Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya 13 KESANTUNAN BERBAHASA DALAM INTERAKSI INSTRUKSIONAL GURU SD DI SURABAYA ABSTRAK Agung Pramujiono Nunung Nurjati pram4014@yahoo.com nunung.nurjati@gmail.com Universitas

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Ilokusi Austin membagi tuturan berdasarkan jenisnya menjadi tiga jenis, yaitu tuturan lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi, digunakan oleh anggota masyarakat untuk berinteraksi, dengan kata lain interaksi atau segala macam kegiatan komunikasi di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu dalam kehidupan. Bahasa pada dasarnya dapat digunakan untuk menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran kita.

Lebih terperinci

ILOKUSI DAN PERLOKUSI DALAM TAYANGAN INDONESIA LAWAK KLUB

ILOKUSI DAN PERLOKUSI DALAM TAYANGAN INDONESIA LAWAK KLUB ILOKUSI DAN PERLOKUSI DALAM TAYANGAN INDONESIA LAWAK KLUB Putri Suristyaning Pratiwi Fathiaty Murtadho Sam Mukhtar Chan 110 Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan perwujudan ilokusi dan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG Nensi Yuferi 1), Hasnul Fikri 2), Gusnetti 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia 2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu hal yang mutlak dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan melakukan komunikasi dengan sesamanya

Lebih terperinci