KESANTUNAN BERBAHASA DALAM INTERAKSI INSTRUKSIONAL GURU SD DI SURABAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KESANTUNAN BERBAHASA DALAM INTERAKSI INSTRUKSIONAL GURU SD DI SURABAYA"

Transkripsi

1 Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya 13 KESANTUNAN BERBAHASA DALAM INTERAKSI INSTRUKSIONAL GURU SD DI SURABAYA ABSTRAK Agung Pramujiono Nunung Nurjati Universitas PGRI Adi Buana Surabaya Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) wujud verbal yang merepresentasikan kesantunan berbahasa dalam interaksi intruksional guru SD di Surabaya dan (2) strategi kesantunan berbahasa yang digunakan dalam interaksi instruksional guru SD di Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan ancangan etnopragmatik. Data penelitian ini berupa ujaran dalam interaksi instruksional guru SD yang merepresentasikan wujud dan strategi kesantunan. Sumber data penelitian ini adalah wacana interaksi instruksional delapan orang guru SD di Surabaya. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode simak dengan teknik rekam. Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif. Berdasarkan hasil analisis data ditemukan (1) wujud verbal kesantunan berbahasa dalam interaksi instruksional di SD direalisasikan dalam ujaran bermodus deklaratif, interogatif, dan imperatif. Ujaran bermodus deklaratif direalisasikan dalam tindak tutur asertif memberitahukan dan tindak tutur ekspresif menasihati dan memuji. Ujaran bermodus interogatif direalisasikan dalam tindak tutur direktif meminta penjelasan, memerintah, dan meminta izin. Ujaran bermodus imperatif direalisasikandalam tindak tutur direktif meminta tolong, melarang, mengajak, menasehati, dan menyilakan. (2) Strategi yang digunakan dalam interaksi instruksional di SD meliputi strategi langsung; strategi kesantunan positif dengan substrategi memberikan perhatian dan simpati kepada Mt, menggunakan penanda identitas kelompok, melibatkan Mt dalam Aktivitas, memberikan pujian,) mengulang ujaran, meminta alasan atau memberikan pertanyaan, dan memberikan hadiah; strategi kesantunan negatif dengan substrategi menggunakan ketentuan umum dan meminta maaf. Kata kunci: kesantunan berbahasa, interaksi instruksional, wujud kesantunan, strategi kesantunan PENDAHULUAN Dalam proses pembelajaran, guru dituntut mampu menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif sehingga siswa dapat melakukan pembelajaran untuk mencapai perkembangan optimal (Surya, 2006). Suasana pembelajaran yang kondusif tersebut hanya dapat diciptakan jika guru bersikap ramah kepada siswa. Guru menggunakan bahasa yang santun sehingga tidak mengancam muka siswa. Bahasa guru yang santun akan dapat dijadikan sebagai model oleh siswa. Dengan demikian, secara tidak langsung guru sekaligus menanamkan nilai karakter sopan santun kepada peserta didik. Sopan santun merupakan salah satu nilai karakter yang dicanangkan pemerintah untuk ditanamkan kepada peserta didik (Samani dan Hariyanto, 2011) dan salah satu strategi yang harus dilakukan adalah melalui keteladanan (Lickona, 1992). Namun demikian, realita di lapangan menunjukkan hal yang memprihatinkan. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyatakan bahwa 80% guru di Indonesia pada 2011 menggunakan hukuman badan atau melakukan kekerasan verbal terhadap anak (Arum, 2012). Dalam perspektif teori kesantunan, kekerasan verbal melanggar prinsip-prinsip kesantunan karena tindakan tersebut pada dasarnya akan mengancam muka interaktan (Brown dan Levinson, 1987) sehingga d apat menimbulkan disharmoni (Leech, 1993). Karena itu penelitian kesantunan berbahasa guru dalam interaksi instruksional, khususnya di jenjang pendidikan dasar perlu dilakukan. Penelitian ini difokuskan pada (1) wujud verbal yang merepresentasikan kesantunan berbahasa dalam interaksi instruksional guru sekolah dasar di Surabaya dan (2) strategi kesantunan berbahasa dalam interaksi instruksional guru sekolah dasar di Surabaya. Dalam penelitian ini untuk mengkaji fokus pertama, wujud verbal kesantunan digunakan pandangan Halim (1984) dan Fairclough (1989) tentang modus ujaran yang meliputi deklaratif, imperatif, dan interogatif; sedangkan untuk mengkaji fokus kedua digunakan Teori Kesantunan Brown dan Levinson (1987) tentang strategi kesantunan berbahasa yang meliputi strategi langsung, strategi kesantunan negatif, strategi kesantunan positif, dan strategi tersamar (Pramujiono, 2012). METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dengan ancangan perspektif etnopragmatik. Etnopragmatik merupakan interdisipliner pragmatik dan etnografi komunikasi (Pramujiono, 2013). Data penelitian ini berupa ujaran yang merepresentasikan wujud verbal kesantunan dan strategi kesantunan. 111

2 Unika Atma Jaya, 8-9 April 2015 Sumber data penelitian ini adalah wacana instruksional dalam pembelajaran empat SDN di Surabaya dengan delapan guru sebagai model. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu metode simak dengan teknik rekam (Sudaryanto, 1993) dan teknik observasi nonpartisipasi (Kuswarno, 2008).Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif. Dalam menganalisis wujud kesantunan akan dideskripsikan penggunaan ujaran dengan modus deklaratif, interogatif, dan direktif dalam tindak ilokusi asertif, imperatif, dan ekspresif (Alwi,dkk., 2000; Rahardi, 2000; Fairclough, 1989: ).Analisis terhadap strategi kesantunan berbahasa dilakukan dengan mengkaji secara mendalam penggunaan strategi kesantunan yang meliputi (1) bertutur secara langsung, (2) bertutur dengan strategi kesantunan positif, (3) bertutur dengan strategi kesantunan negatif, dan (4) bertutur secara tersamar sesuai dengan Teori Kesantunan oleh Brown dan Levinson (1987). PEMBAHASAN Wujud Verbal Kesantunan dalam Interaksi Instruksional Guru SD di Surabaya Wujud Kesantunan Berbahasa dalam Ujaran Bermodus Deklaratif (WKBUBDek) Ujaran bermodus deklaratif dalam bahasa Indonesia memunyai makna memberitahukan sesuatu kepada Pt (Rahardi, 2000 dan Alwi, dkk., 2000). WKBUBDek dalam interaksi intruksional guru SD di Surabaya direalisasikan dalam berbagai bentuk tindak tutur. Keragaman tindak tutur tersebut meliputi (1) tindak tutur asertif memberitahukan; dan (2) tindak tutur ekspresif menasihati dan memuji. Contoh WKBUBDek dalam interaksi instruksional guru SD di Surabaya dapat dilihat pada data berikut. 1. Guru Kita akan belajar membuat jam. Ayo dikeluarkan bukunya, kita akan belajar membuat jam. Ada yang punyak uang logam? Ya sudah bentuk jamnya boleh lingkaran atau persegi. Kalau gak bawa uang logam gak papa, menggunakan penggaris. Siswa (melakukan perintah guru) (SM ) 2. Guru Kelompoknya Rido bagus, sempurna, bagus. Ceritanya berurutan. Bahasanya menggunakan bahasa sendiri. Bagus. Sekarang kelompok bunga sakura! Siswa Guru Tidak bisa, Bu. Semuanya bisa, hanya membacakan hasilnya di depan kelas. Harus berani. Ayo, harus berani nanti dibantu sama Bu Yanti. Yang keras membacanya. Ayo semuanya dengarkan temannya kelompok sakura. (SDM ) Pada (1) konteks ujarannya adalah guru mengawali pembelajaran dengan menginformasikan apa yang akan dilakukan oleh siswa. Ujaran, Kita akan belajar membuat jam merupakan ujaran bermodus deklaratif dalam tindak tutur asertif memberitahukan. Penggunaan kata kitamenunjukkan digunakannya strategi kesantunan positif oleh guru. Dengan digunakan kata ganti tersebut guru berusaha melibatkan siswa dalam pembelajaran. Konteks ujaran (2) adalah guru memberikan tanggapan atas cerita yang ditampilkan oleh siswa. Ujaran bermodus deklaratif yang direalisasikan dalam tindak tutur ekspresif memuji yaitu Kelompoknya Rido bagus, sempurna, bagus. Ceritanya berurutan. Bahasanya menggunakan bahasa sendiri. Bagus. Pujian tersebut diberikan oleh guru atas tampilan kelompok Rido yang dinilai baik oleh guru. Pemberian pujian merupakan salah satu substrategi kesantunan positif. Dengan pemberian pujian akan membuat siswa senang. Hal ini akan menumbuhkan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Pada data (2) tersebut juga tampak upaya guru dalam memotivasi siswa untuk berani tampil. Guru juga melakukan pengondisian kelas untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif. Wujud Kesantunan Berbahasa dalam Ujaran Bermodus Interogatif (WKBUBInt) Ujaran bermodus interogatif memunyai maksud untuk menanyakan sesuatu kepada Pt. (Rahardi, 2000 dan Alwi, dkk., 2000). WKBUBInt dalam interaksi intruksional guru SD di Surabaya direalisasikan dalam tindak tutur direktif meminta penjelasan, memerintah, dan meminta izin. Contoh WKBUBInt dalam interaksi instruksional guru SD di Surabaya dapat dilihat pada data berikut. 3. Guru : Coba dengarkan. Tadi malam di tempatnya anak-anak hujan tidak? Siswa : Hujan. Guru : O hujan. Bisa nyanyikan lagu tik-tik-tik bunyi hujan? 112

3 Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya 13 Siswa : Bisa. Guru : Yuk.. Kita semangat menyanyikan bersama! Sudah hafal lagunya? Siswa : Sudah. (STM ) Pada (3), konteks ujarannya guru mengajak anak menyanyikan lagu Tik tik tik bunyi hujan. Sebelumnya guru melakukan pengondisian dengan menanyakan apakah di tempat mereka tadi malam hujan. Ujaran bermodus interogatif dalam tindak tutur direktif memerintah dapat dilihat pada ujaran, Bisa nyanyikan lagu tik-tik-tik bunyi hujan? Pertanyaan tersebut berfungsi untuk memerintah secara tidak langsung. Pada ujaran tersebut guru menggunakan kekuasaannya untuk mengatur kelas. Wujud Kesantunan Berbahasa dalam Ujaran Bermodus Imperatif (WKBUBImp) Dalam interaksi instruksional guru SD di Surabaya ditemukan beberapa jenis bentuk WKBUBImp dalam tindak tutur direktif memerintah, yaitu bentuk imperatif halus dengan pemarkah kesantunantolong, silakan, ayo dan imperatif langsung. WKBUBImp tersebut direalisasikan dalam tindak tutur direktif meminta tolong, melarang, mengajak, menasehati, dan menyilakan. Contoh WKBUBImp dalam interaksi instruksional guru SD di Surabaya dapat dilihat pada data berikut. 4. Guru : Danang sudah dimasukkan? Sudah segera masuk. Kalau sudah duduk tertib dulu. Tolong lihat sini! Ini kan tinggal keringnya ya. Nanti kalau sudah kering kamu hias. Kalian hias ini apa misalnya bumi, apa suku, apa binatang dihias dengan apa? Dengan cat terserah. Intinya lampion ini kalian gambari apa bebas. Temanya bebas kalian boleh bintang, boleh bunga, boleh apa ya? Boleh apa lagi yah? Boleh buah misalnya gitu. Siswa : Bolanya tidak dilubangi Bu? (STM ) 5. Guru : Capek? Ayo ditata yang rapi! Siswa : Ini lho masih kotor. Tidak boleh ini uda bersih. Guru : Yang sini ditata! Dibantu itu! Sudah dirapikan yang bersih! Ini dirapikan. Sudah kalau sudah dirapikan cuci tangan dulu! Siswa : Siapa di sini? Guru : Kalau sudah kembali ke tempatnya! Yang belum dibantu itu! Ayo dibantu! Mejanya sudah bersih? Siswa : Sudah. (STM ) Konteks ujaran (4) adalah guru mengajarkan materi keterampilan kepada siswa. Siswa diajari membuat lampion. Ketika pembelajaran sedang berjalan, ada siswa yang terlambat datang. Guru meminta siswa tersebut segera masuk dan segera duduk dengan tertib. Ujaran bermodus imperatif dalam tindak tutur direktif meminta tolong dapat dilihat pada ujaran, Tolong lihat sini! Guru meminta siswa yang baru datang untuk memperhatikan. Penggunaan kata tolong pada ujaran tersebut memperlunak daya ilokusi. Pada (5) konteksnya adalah guru mengajak siswa membersihkan kelas setelah pelajaran keterampilan. Ujaran bermodus imperatif dalam tindak tutur direktif mengajak dapat dilihat pada ujaran, Ayo ditata yang rapi!danayo dibantu! Dalam ujaran tersebut guru menggunakan strategi langsung. Guru menggunakan power yang dimiliki untuk mengatur siswa. Dalam pembelajaran tersebut guru sekaligus menanamkan nilai-nilai disiplin, tanggung jawab, dan hidup bersih. Guru mengajak siswa untuk membersihkan dan menata kembali kelas sehingga nyaman untuk belajar. Strategi Kesantunan dalam Interaksi Instruksional Guru SD di Surabaya Berdasarkan hasil analisis data diketahui strategi kesantunan berbahasa yang digunakan dalam interaksi instruksional guru SD di Surabaya meliputi strategi langsung, strategi kesantunan positif, dan strategi kesantunan negatif. Penggunaan tiap-tiap strategi dipaparkan sebagai berikut. Strategi Langsung Dalam perspektif teori kesantunan Brown dan Levinson (1987), strategi langsung digunakan ketika ujaran Pn memunyai ancaman yang rendah terhadap muka Mt Dalam interaksi instruksional guru menggunakan strategi langsung untuk mengondisikan dan mengatur kelas. Guru menggunakan power yang dimilikinya untuk menciptakan situasi yang kondusif agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Di samping itu juga digunakan guru untuk memerintah siswa agar melakukan suatu tindakan seperti yang diinginkan oleh guru. 113

4 114 Unika Atma Jaya, 8-9 April 2015 Contoh penggunaan strategi langsung dalam interaksi intruksional guru SD di Surabaya dapat dilihat pada data berikut. 6. Guru : Coba berdiri semua! Fida pimpin di sini! Semua sikapnya bagaimana saat menyanyikan lagu Indonesia Raya? Siswa : (semua siswa menyanyikan lagu Indonesia Raya) (STM ) 7. Guru : Sudah? (guru mengarahkan siswa kepada tempat kelompoknya) Sudah? Siswa :. Guru : Jangan memakai topi Galuh! Siswa : (siswa ramai dan sibuk dengan kelompoknya sendiri-sendiri) Guru : Sudah? Mulai dikerjakan! (guru mengarahkan siswa pada setiap kelompoknya) Sudah Wahyu kenapa pelajaran ada di situ? Mau ngambil ya? Siswa :... Guru : Ini Galuh di sini. Sudah? Ayo mulai kerja! Agak maju. (STM ) Konteks ujaran (6) adalah guru mengajarkan materi IPS tentang Sumpah Pemuda. Guru lalu meminta siswa untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya untuk bias merasakan bagaimana suasana ketika dinyanyikan lagu tersebut. Guru secara langsung memerintah siswa untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bentuk direktif langsung ini dapat dilihat pada ujaran, Coba berdiri semua! Fida pimpin di sini! Dalam ujaran tersebut tampak guru menggunakan powernya (P +) untuk mengatur kelas dan memerintah salah satu siswanya yang bernama Fida untuk memimpin di depan kelas, memandu teman-temannya menyanyikan lagu Indonesia Raya. Demikian pula dengan (7), guru bertanya secara langsung apakah siswa sudah duduk sesuai dengan kelompoknya. Hal ini dapat dilihat pada bentuk interogatif, Sudah? Guru juga menegor secara langsung ketika ada siswanya menggunakan topi di dalam kelas, Jangan memakai topi Galuh! Guru juga memerintah langsung kepada siswa untuk segera mengerjakan tugasnya. Hal ini dapat dilihat pada ujaran, Sudah? Ayo mulai kerja! Pada ujaran tersebut guru menunjukkan powernya untuk mengondisikan kelas dan mengatur aktivitas siswa. Pada konteks ini (P +) dan (D +). Strategi Kesantunan Positif Strategi kesantunan positif merupakan upaya yang dilakukan oleh Pn untuk membangun kedekatan hubungan dengan Pt dan menjaga muka positif Pt. Sesuai dengan perspektif kesantunan Brown dan Levinson dalam kesantunan positif power diminimalisir (P -). Demikian pula dengan jarak sosial (D -) sehingga terbangun kedekatan hubungan antara Pn dengan Mt. Dalam interaksi instruksional guru SD di Surabaya, strategi kesantunan positif yang digunakan meliputi (1) memberikan perhatian dan simpati kepada Mt, (2) menggunakan penanda identitas kelompok, (3) melibatkan Mt dalam Aktivitas, (4) memberikan pujian, (5) mengulang ujaran, (6) meminta alasan atau memberikan pertanyaan, dan (7) memberikan hadiah. Contoh penggunaan strategi kesantunan positif dalam interaksi intruksional giru SD di Surabaya dapat dilihat pada data berikut. 8. Guru : Kok wajahnya gak cantik dan gak ngganteng? Kok lemes? Usahakan selalu seger. Kalian tadi belajar tentang apa? Siswa : Matematika. (STM ) 9. Guru : Ayo liat ke sini semua! Kalian liat dulu! Kita kerjakan dulu yang pertama! Bangun apa ini? Siswa : Segitiga sama kaki. (STM ) Konteks ujaran (8) adalah guru akan melakukan peralihan m ateri pembelajaran. Sebelumnya mereka telah belajar matematika dan akan melanjutkan belajar tentang keterampilan. Melihat siswanya tampak kelelahan, guru memberikan motivasi dengan menyapa siswanya. Bentuk perhatian guru terhadap siswanya tersebut dapat dilihat pada ujaran berikut. Kok wajahnya gak cantik dan gak ngganteng? Kok lemes? Usahakan selalu seger. Dalam ujaran tersebut tampak guru berusaha memberikan perhatian dan membangun kedekatan dengan siswa. Pada konsteks ini, P (-) dan D (-) sehingga ujarannya santun. Konteks ujaran (9) guru mengajarkan materi matematika tentang bangun ruang. Sebelumnya guru meminta anak-anak untuk memperhatikannya terlebih dahulu. Ujaran, Ayo liat ke sini semua! Kalian liat dulu! Kita kerjakan dulu yang pertama! merupakan ujaran bermodus imperatif dalam tindak tutur direktif memerintah. Penggunaan kata kita dalam ujaran tersebut merupakan strategi untuk melibatkan siswa selaku Mt dalam kegiatan. Penggunaan kata kita menunjukkan guru bersama-sama dengan siswa

5 Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya 13 melakukan aktivitas itu. Dengan digunakan kata ganti orang pertama jamak tersebut P ( -) dan D ( -) sehingga terbina kedekatan guru dengan siswa. Dalam pembelajaran yang demokratis dan humanis, guru perlu membangun kedekatan dengan siswanya. Strategi Kesantunan Negatif Berdasarkan hasil analisis data, strategi kesantunan negatif yang ditemukan dalam interaksi instruksional guru SD di Surabaya meliputi (1) menggunakan ketentuan yang bersifat umum dan (2) meminta maaf. Contoh penggunaan strategi kesantunan negatif dalam interaksi intruksional guru SD di Surabaya dapat dilihat pada data berikut. 10. Guru : Iya tidak apa-apa biar tidak mengantuk. Jafia rusuk apa lagi yang kamu ketahui? Siswa : DH. Guru : Rusuk DH? Siswa : GH. Guru : Oh... GH? Maaf Ibu tidak mendengar. Padahal Jafia bilang GH Betul? (STM ) Konteks ujaran ( 10) guru meminta maaf karena tidak mendengar siswa yang sudah menjawab dengan benar. Ujaran, Oh... GH? Maaf Ibu tidak mendengar. Padahal Jafia bilang GH Betul? merupakan ujaran bermodus deklaratif dalam tindak tutur ekspresif meminta maaf. Guru secara tidak langsung memberikan keteladanan kepada siswa dan menanamkan nilai karakter jujur dengan mengakui kesalahan yang dilakukan oleh diri sendiri. Meminta maaf merupakan salah satu substrategi kesantunan negatif. Dengan strategi ini Pn berusaha menghormati Mt sesuai dengan status yang dimilikinya. Di sini guru memberikan contoh yang sangat positif dalam mendidik siswa untuk tidak menang sendiri dan tidak mau mengakui kesalahannya. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan (1) Wujud verbal kesantunan berbahasa dalam interaksi instruksional di SD direalisasikan dalam ujaran bermodus deklaratif, interogatif, dan imperatif. WKBUBDekdirealisasikan dalam tindak tutur asertif memberitahukan dan tindak tutur ekspresif menasihati dan memuji. WKBUBIntdirealisasikan dalam tindak tutur direktif meminta penjelasan, memerintah, dan meminta izin. WKBUBImpdirealisasikan dalam tindak tutur direktif meminta tolong, melarang, mengajak, menasehati, dan menyilakan. (2) Strategi yang digunakan dalam interaksi instruksional di SD meliputi strategi langsung; strategi kesantunan positif dengan substrategi (a) memberikan perhatian dan simpati kepada Mt, (b) menggunakan penanda identitas ke lompok, (c) melibatkan Mt dalam Aktivitas, (d) memberikan pujian, (e) mengulang ujaran, (f) meminta alasan atau memberikan pertanyaan, dan (g) memberikan hadiah; dan strategi kesantunan negatif dengan substrategi (1) menggunakan ketentuan umum dan (b) meminta maaf. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diajukan saran hendaknya guru memperhatikan penggunaan kesantunan berbahasa dalam melakukan interaksi instruksional di kelas. Baik penggunaan wujud verbal kesantunan maupun strategi kesantunan berbahasa. Dengan bahasa yang santun, guru akan dijadikan model dan teladan oleh siswa. Dengan demikian guru sudah berpartisipasi dalam menanamkan karakter santun pada siswa. DAFTAR PUSTAKA Arum, N. S % Guru di Indonesia Lakukan Kekerasan Verbal dalam Diunduh 15 Februari Brown, P. dan Levinson, S.C Politeness Some Universals in Language Usage. New York: Cambridge University Press. Fairclough, N Language and Power. London: Longman. Halim, A intonasi dalam hubungannya dengan sintaksis bahasa indonesia. Jakarta: Penerbit Djambatan. Kuswarno, E., Etnografi Komunikasi Suatu Pengantar dan Contoh Penelitiannya. Bandung: Widya Padjajaran. Leech, G Prinsip-Prinsip Pragmatik. (Penerjemah M.D.D. Oka.) Jakarta: UI Press. Lickona, T Educating for Character How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York: A Bantam Book Publishing History. Listiyono, Agus Kekerasan di Sekolah dalam Diunduh 15 Februari

6 Unika Atma Jaya, 8-9 April 2015 Pramujiono, A Kesantunan Berbahasa dalam Wacana Dialog di Televisi. (Disertasi tidak dipublikasikan). Surabaya: Pasca Sarjana Unesa. Pramujiono, A Strategi Langsung ( Bald on record) dan Tersamar ( off Record) Brown dan Levinson dalam Wacana Dialog di TV dalam Prosiding Setahun Linguistik (SETALI) UPI Bandung: UPI. Rahardi, K Imperatif dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Samani, M. dan Hariyanto Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Rosda dan Unesa. Surya, M Percikan Perjuangan Guru menuju Guru Profesional, Sejahtera, dan Terlindungi. Jakarta: Pustaka Bani Quraisy. RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap Institusi Pendidikan Minat Penelitian Agung Pramujiono Nunung Nurjati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas PGRI Adi Buana Surabaya S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Malang 1990 S2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Surabaya 2005 S3 Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Surabaya 2012 S1 Ekonomi Manajemen Universitas Airlangga 1991 S2 Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Katholik Widya Mandala Surabaya 2006 S3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya (sedang ditempuh) Pragmatik Analisis Wacana Pembelajaran Bahasa Pragmatik Pembelajaran Bahasa 116

CIRI PROSODI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM INTERAKSI INSTRUKSIONAL GURU SD DI SURABAYA

CIRI PROSODI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM INTERAKSI INSTRUKSIONAL GURU SD DI SURABAYA CIRI PROSODI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM INTERAKSI INSTRUKSIONAL GURU SD DI SURABAYA Agung Pramujiono Universitas PGRI Adi Buana Surabaya agungpramujiono.unipasby@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi antarmanusia. Manusia berbahasa setiap hari untuk berkomunikasi. Berbahasa adalah suatu kebutuhan, artinya berbahasa merupakan

Lebih terperinci

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

Guru sebagai Model Kesantunan Berbahasa dalam Interaksi Instruksional di Sekolah Dasar

Guru sebagai Model Kesantunan Berbahasa dalam Interaksi Instruksional di Sekolah Dasar MIMBAR PENDIDIKAN: Jurnal Indonesia untuk Kajian Pendidikan, 2(2) September 2017 AGUNG PRAMUJIONO & NUNUNG NURJATI dalam Interaksi Instruksional di Sekolah Dasar ABSTRAKSI: Dalam interaksi instruksional

Lebih terperinci

TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS

TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS Ahmad Fadilahtur Rahman Guru Bahasa Indonesia SMPN 4 Situbondo Email: fadilahtur_rahman@yahoo.com Abstract: This study aimed to describe the form

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

KRITIK DALAM MASYARAKAT JAWA: SEBUAH KAJIAN PEMBERDAYAAN FUNGSI BAHASA SEBAGAI SARANA KONTROL SOSIAL

KRITIK DALAM MASYARAKAT JAWA: SEBUAH KAJIAN PEMBERDAYAAN FUNGSI BAHASA SEBAGAI SARANA KONTROL SOSIAL KRITIK DALAM MASYARAKAT JAWA: SEBUAH KAJIAN PEMBERDAYAAN FUNGSI BAHASA SEBAGAI SARANA KONTROL SOSIAL Edy Jauhari Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga, Surabaya Mahasiswa Pascasarjana UNS Surakarta

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian kesantunan bertutur dialog tokoh dalam film Sang

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian kesantunan bertutur dialog tokoh dalam film Sang BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian kesantunan bertutur dialog tokoh dalam film Sang Kiai karya Rako Prijanto, ditemukan tuturan yang menaati maksim-maksim kesantunan bertutur yang

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah

BAB 4 KESIMPULAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah BAB 4 KESIMPULAN 4.1 Pengantar Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah didapatkan, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dan disarankan untuk penelitian selanjutnya.

Lebih terperinci

REALISASI TINDAK TUTUR REPRESENTATIF DAN DIREKTIF GURU DAN ANAK DIDIK DI TK 02 JATIWARNO, KECAMATAN JATIPURO, KABUPATEN KARANGANNYAR NASKAH PUBLIKASI

REALISASI TINDAK TUTUR REPRESENTATIF DAN DIREKTIF GURU DAN ANAK DIDIK DI TK 02 JATIWARNO, KECAMATAN JATIPURO, KABUPATEN KARANGANNYAR NASKAH PUBLIKASI REALISASI TINDAK TUTUR REPRESENTATIF DAN DIREKTIF GURU DAN ANAK DIDIK DI TK 02 JATIWARNO, KECAMATAN JATIPURO, KABUPATEN KARANGANNYAR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). Komunikasi merupakan suatu hal penting dalam membangun relasi antarindividu. Dengan adanya

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KESADARAN PEDAGANG KAKI LIMA DI SEPANJANG PANTAI PADANG DALAM HAL KESANTUNAN BERBAHASA UNTUK KEMAJUAN PARAWISATA

UPAYA PENINGKATAN KESADARAN PEDAGANG KAKI LIMA DI SEPANJANG PANTAI PADANG DALAM HAL KESANTUNAN BERBAHASA UNTUK KEMAJUAN PARAWISATA UPAYA PENINGKATAN KESADARAN PEDAGANG KAKI LIMA DI SEPANJANG PANTAI PADANG DALAM HAL KESANTUNAN BERBAHASA UNTUK KEMAJUAN PARAWISATA Gusdi Sastra dan Alex Dermawan Fak. Sastra Universitas Andalas Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga untuk belajar mengajar merupakan tempat untuk menerima dan memberi pelajaran serta sebagai salah satu tempat bagi para siswa untuk menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas

Lebih terperinci

Tabel 1 Tindak Tutur Mengkritik dalam Acara Sentilan Sentilun di Metro TV

Tabel 1 Tindak Tutur Mengkritik dalam Acara Sentilan Sentilun di Metro TV digilib.uns.ac.id Tabel 1 Tindak Tutur Mengkritik dalam Acara Sentilan Sentilun di Metro TV No. Jenis Tindak Tutur Nomor Data Jumlah data Mengkritik A. Mengkritik Langsung 1. Penilaian Negatif 01, 02,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Sebelum melakukan penelitian, ada beberapa sumber kajian yang dijadikan acuan dari penelitian ini yaitu hasil penelitian sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya senantiasa melakukan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting karena dengan bahasa orang dapat menerima

Lebih terperinci

REALISASI BENTUK TINDAK TUTUR DIREKTIF MENYURUH DAN MENASIHATI GURU-MURID DI KALANGAN ANDIK TK DI KECAMATAN SRAGEN WETAN. Naskah Publikasi Ilmiah

REALISASI BENTUK TINDAK TUTUR DIREKTIF MENYURUH DAN MENASIHATI GURU-MURID DI KALANGAN ANDIK TK DI KECAMATAN SRAGEN WETAN. Naskah Publikasi Ilmiah 0 REALISASI BENTUK TINDAK TUTUR DIREKTIF MENYURUH DAN MENASIHATI GURU-MURID DI KALANGAN ANDIK TK DI KECAMATAN SRAGEN WETAN Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, perkawinan, tindak tutur, dan konteks situasi. Keempat konsep ini perlu

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN PRAGMATIK IMPERATIF KUNJANA RAHARDI DALAM RUBRIK SURAT PEMBACA PADA MAJALAHCAHAYAQU

REALISASI KESANTUNAN PRAGMATIK IMPERATIF KUNJANA RAHARDI DALAM RUBRIK SURAT PEMBACA PADA MAJALAHCAHAYAQU REALISASI KESANTUNAN PRAGMATIK IMPERATIF KUNJANA RAHARDI DALAM RUBRIK SURAT PEMBACA PADA MAJALAHCAHAYAQU Netty Nurdiyani Politeknik Negeri Semarang nettynurdiyani@ymail.com Abstrak Surat pembaca merupakan

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 324 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Penelitian ini berjudul Strategi Tindak Tutur Direktif Guru dan Respons Warna Afektif Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP. Kajian pragmatik dan implikasinya

Lebih terperinci

JENIS TINDAK TUTUR GURU DAN RESPON SISWA DALAM KBM DI SMPN SURAKARTA. Woro Retnaningsih IAIN Surakarta

JENIS TINDAK TUTUR GURU DAN RESPON SISWA DALAM KBM DI SMPN SURAKARTA. Woro Retnaningsih IAIN Surakarta JENIS TINDAK TUTUR GURU DAN RESPON SISWA DALAM KBM DI SMPN SURAKARTA Woro Retnaningsih IAIN Surakarta woro_solo@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tindak tutur jenis apa saja yang

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah 0 TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7 Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN STRATEGI KESANTUNAN DALAM KOMENTAR D ACADEMY ASIA

TINDAK TUTUR DAN STRATEGI KESANTUNAN DALAM KOMENTAR D ACADEMY ASIA TINDAK TUTUR DAN STRATEGI KESANTUNAN DALAM KOMENTAR D ACADEMY ASIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK NUSA INDAH BANUARAN PADANG

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK NUSA INDAH BANUARAN PADANG TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK NUSA INDAH BANUARAN PADANG Oleh: Winda Elmita 1, Ermanto 2, Ellya Ratna 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas

Lebih terperinci

STRATEGI KESANTUNAN PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN

STRATEGI KESANTUNAN PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN STRATEGI KESANTUNAN PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN Sri Mulatsih Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dian Nuswantoro Semarang ABSTRACT Kesantunan berbahasa merujuk pada keaadaan yang menunjukkan

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM MENGUNGKAPKAN PERINTAH

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM MENGUNGKAPKAN PERINTAH KESANTUNAN BERBAHASA DALAM MENGUNGKAPKAN PERINTAH Yeni Mulyani Supriatin Balai Bahasa Bandung PENGANTAR Sopan santun dapat ditunjukkan tidak hanya dalam bentuk tindakan, tetapi juga dalam bentuk tuturan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with

Lebih terperinci

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA Oleh: Tatang Suparman FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XII SMK NEGERI 1 NARMADA. Munawir Guru SMK Negeri 1 Narmada

TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XII SMK NEGERI 1 NARMADA. Munawir Guru SMK Negeri 1 Narmada TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XII SMK NEGERI 1 NARMADA Munawir Guru SMK Negeri 1 Narmada Abstrak Guru sebagai insan akademik memiliki peranan untuk menyampaikan materi

Lebih terperinci

STRATEGI KESANTUNAN TUTURAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 4 KOTA MALANG : DENGAN SUDUT PANDANG TEORI KESANTUNAN BROWN DAN LEVINSON

STRATEGI KESANTUNAN TUTURAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 4 KOTA MALANG : DENGAN SUDUT PANDANG TEORI KESANTUNAN BROWN DAN LEVINSON STRATEGI KESANTUNAN TUTURAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 4 KOTA MALANG : DENGAN SUDUT PANDANG TEORI KESANTUNAN BROWN DAN LEVINSON SKRIPSI Oleh JANJI WIJANARKO NIM 09340080 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH UTAMA DALAM FILM KEHORMATAN DI BALIK KERUDUNG SUTRADARA TYA SUBIYAKTO DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENYIMAK DAN BERBICARA DI KELAS X SMA Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan

Lebih terperinci

REPRESENTASI KEKUASAAN PADA TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA. Abstract

REPRESENTASI KEKUASAAN PADA TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA. Abstract REPRESENTASI KEKUASAAN PADA TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Oleh Jully Andry Yanto Nurlaksana Eko Rusminto Wini Tarmini kandreinz@gmail.com Abstract The objective of this research

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI DIREKTIF PADA TUTURAN KHOTBAH SALAT JUMAT DI LINGKUNGAN MASJID KOTA SUKOHARJO

TINDAK TUTUR ILOKUSI DIREKTIF PADA TUTURAN KHOTBAH SALAT JUMAT DI LINGKUNGAN MASJID KOTA SUKOHARJO TINDAK TUTUR ILOKUSI DIREKTIF PADA TUTURAN KHOTBAH SALAT JUMAT DI LINGKUNGAN MASJID KOTA SUKOHARJO Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Progam Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taman kanak-kanak merupakan salah satu sarana pendidikan yang baik dalam perkembangan komunikasi anak sejak usia dini. Usia empat sampai enam tahun merupakan masa

Lebih terperinci

DIRECTIVE AND EXPRESSIVE SPEECH ACTS MARIO TEGUH SUPER SHOW IN MNCTV

DIRECTIVE AND EXPRESSIVE SPEECH ACTS MARIO TEGUH SUPER SHOW IN MNCTV 1 DIRECTIVE AND EXPRESSIVE SPEECH ACTS MARIO TEGUH SUPER SHOW IN MNCTV Mita 1, Hasnah Faizah 2, Mangatur Sinaga 3 Mita_Hasan94@yahoo.com.No. Hp. 085658274134. hasnahfaizahar@yahoo.com, mangatur.sinaga83162@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan langkah-langkah penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu 1) realisasi tindak tutur petugas penerangan dengan masyarakat di kelurahan, 2) alas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, melainkan juga memberikan sarana kepada pembaca untuk menyampaikan gagasan, baik pada redaksi maupun

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Pada bagian metodologi penelitian ini akan dijelaskan antara lain metode penelitian dan teknik penelitian. 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian digunakan adalah metode penelitian

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, karenaujarantersebutmengandung pemikiran-pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam berbahasa diperlukan kesantunan, karena tujuan berkomunkasi bukan hanya bertukar pesan melainkan menjalin hubungan sosial. Chaer (2010:15) mengatakan

Lebih terperinci

FORMAT LAMPIRAN TINDAK TUTUR ILOKUSI GURU KELAS DUA SD 138/I JANGGA BARU DALAM KOMUNIKASI PEMBELAJARAN A. :... B. :... C. :... D. :

FORMAT LAMPIRAN TINDAK TUTUR ILOKUSI GURU KELAS DUA SD 138/I JANGGA BARU DALAM KOMUNIKASI PEMBELAJARAN A. :... B. :... C. :... D. : 65 LAMPIRAN I FORMAT LAMPIRAN TINDAK TUTUR ILOKUSI GURU KELAS DUA SD 138/I JANGGA BARU DALAM KOMUNIKASI PEMBELAJARAN PERCAKAPAN...... A. :... B. :... C. :... D. :......... III. FUNGSI......... 66 LAMPIRAN

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK TINDAK TUTUR PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE-LIYE. Naskah Publikasi

ANALISIS BENTUK TINDAK TUTUR PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE-LIYE. Naskah Publikasi ANALISIS BENTUK TINDAK TUTUR PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE-LIYE Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW Syamsul Arif Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Kesantunan berbahasa merupakan hal yang penting dalam kegiatan berkomunikasi.

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) sucimuliana41@yahoo.com Abstrak Penelitian yang berjudul tindak tutur ekspresif

Lebih terperinci

KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN

KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA PADA SISWA KELAS I SD MUHAMMADIYAH 1 MALANG SKRIPSI

KESANTUNAN BERBAHASA PADA SISWA KELAS I SD MUHAMMADIYAH 1 MALANG SKRIPSI KESANTUNAN BERBAHASA PADA SISWA KELAS I SD MUHAMMADIYAH 1 MALANG SKRIPSI OLEH NICKEN WIDYO RETNO NIM 09390153 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejatinya, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi antarsesama. Akan tetapi, tidak jarang bahasa juga digunakan oleh manusia sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF GURU SEBAGAI WUJUD KESANTUNAN POSITIF DALAM PENANAMAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

TINDAK TUTUR EKSPRESIF GURU SEBAGAI WUJUD KESANTUNAN POSITIF DALAM PENANAMAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH TINDAK TUTUR EKSPRESIF GURU SEBAGAI WUJUD KESANTUNAN POSITIF DALAM PENANAMAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH Agus Setiawan; Indri Kusuma Wardani Universitas Sebelas Maret bestari.agus@gmail.com; indrikusumawardani10@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap suku-suku pasti memiliki berbagai jenis upacara adat sebagai perwujudan

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK

KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK Dr.H.Muhammad Sukri,M.Hum., dan Siti Maryam, M.Pd. FKIP Universitas Mataram sukrimuhammad75@gmail.com Abstrak Masalah

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA SAMA, IMPLIKATUR PERCAKAPAN, DAN KESANTUNAN ANTARA GURU DAN SISWA DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SEKOLAH MASTER ABSTRAK

PRINSIP KERJA SAMA, IMPLIKATUR PERCAKAPAN, DAN KESANTUNAN ANTARA GURU DAN SISWA DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SEKOLAH MASTER ABSTRAK PRINSIP KERJA SAMA, IMPLIKATUR PERCAKAPAN, DAN KESANTUNAN ANTARA GURU DAN SISWA DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SEKOLAH MASTER oleh Erha Aprili Ramadhoni, Totok Suhardiyanto Program Studi Indonesia,

Lebih terperinci

WUJUD KESANTUNAN BERBAHASA MAHASISWA DALAM WACANA AKADEMIK

WUJUD KESANTUNAN BERBAHASA MAHASISWA DALAM WACANA AKADEMIK WUJUD KESANTUNAN BERBAHASA MAHASISWA DALAM WACANA AKADEMIK Muhammad Saleh dan Baharman Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar Jalan Daeng Tata Raya, Kampus Parangtambung UNM, Makassar

Lebih terperinci

LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN : Vol. 11 No. 2 (2016) 21 31

LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN : Vol. 11 No. 2 (2016) 21 31 LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN : 0216-7433 Vol. 11 No. 2 (2016) 21 31 KESANTUNAN DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR DI SMP ANGGREK BANJARMASIN Haswinda Harpriyanti 1

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK SIKLUS I

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK SIKLUS I 35 Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK SIKLUS I Tema Kelas/Semester Waktu : Keluarga : I/I : 4 x 35 menit (2 x pertemuan) Standar Kompetensi Bahasa Indonesia : Memahami teks pendek dengan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DAI PADA WACANA DAKWAH DIALOGIS. DI TELEVISI (Suatu Pendekatan Pragmatik)

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DAI PADA WACANA DAKWAH DIALOGIS. DI TELEVISI (Suatu Pendekatan Pragmatik) TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DAI PADA WACANA DAKWAH DIALOGIS DI TELEVISI (Suatu Pendekatan Pragmatik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar

Lebih terperinci

Tindak Tutur Direktif Guru Perempuan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI SMA

Tindak Tutur Direktif Guru Perempuan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI SMA Tindak Tutur Direktif Guru Perempuan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI SMA Oleh: Iros Niya Wati; Nurlaksana Eko Rusminto; Bambang Riadi Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas

Lebih terperinci

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji strategi komunikasi politik calon gubernur dan wakil gubernur Jabar periode 2013-2018 yang direalisasikan dengan tindak tutur dan kesantunannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulis dalam berkomunikasi. Menurut Arifin (2000: 3), dalam wacana lisan,

BAB I PENDAHULUAN. tulis dalam berkomunikasi. Menurut Arifin (2000: 3), dalam wacana lisan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama. Secara umum penggunaan bahasa lisan lebih sering digunakan dari pada bahasa tulis dalam berkomunikasi.

Lebih terperinci

TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK

TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH 1. Pendahuluan KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK Ratna Zulyani Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat komunikasi bagi kehidupan

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG Oleh Atik Kartika Nurlaksana Eko Rusminto Mulyanto Widodo Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penggunaan bahasa merupakan realitas interaksi komunikasi antara penutur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penggunaan bahasa merupakan realitas interaksi komunikasi antara penutur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa merupakan realitas interaksi komunikasi antara penutur dan lawan tutur yang berlangsung dalam kegiatan berkomunikasi. Komunikasi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu hal yang mutlak dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan melakukan komunikasi dengan sesamanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pak-pak Dairi, dan Batak Angkola Mandailing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan proses interaksi manusia satu dengan yang lainnya. Komunikasi bertujuan memberikan informasi atau menyampaikan pesan kepada mitra tutur.

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. bahasa dari aspek pemakaian aktualnya. Adapun hal-hal yang akan dibahas

II. LANDASAN TEORI. bahasa dari aspek pemakaian aktualnya. Adapun hal-hal yang akan dibahas 7 II. LANDASAN TEORI 2.1. Tindak Tutur Tindak tutur merupakan analisis pragmatik, yaitu cabang ilmu bahasa yang mengkaji bahasa dari aspek pemakaian aktualnya. Adapun hal-hal yang akan dibahas dalam tindak

Lebih terperinci

WUJUD KESANTUNAN BAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DI KELAS

WUJUD KESANTUNAN BAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DI KELAS WUJUD KESANTUNAN BAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DI KELAS Erniati SMP Negeri 2 Kei Kecil Jalan Pesisir Timur Desa Elar MalukuTenggara Email: erniati.iwa@gmail.com Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam BAB V SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam menangani siswa bermasalah dilihat dari tindak tuturnya. Selain itu telah dibahas juga mengenai bentuk ilokusi

Lebih terperinci

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS KESANTUNAN IMPERATIF DALAM TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AT TAUBAH: KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

ANALISIS KESANTUNAN IMPERATIF DALAM TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AT TAUBAH: KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan ANALISIS KESANTUNAN IMPERATIF DALAM TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AT TAUBAH: KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO Oleh Yorista Indah Astari Nurlaksana Eko Rusminto Munaris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan e-mail: yoristaindahastari@ymail.com

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab 5 ini akan disajikan simpulan dan saran berdasarkan hasil temuan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab 5 ini akan disajikan simpulan dan saran berdasarkan hasil temuan BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada Bab 5 ini akan disajikan simpulan dan saran berdasarkan hasil temuan dari dua pertanyaan penelitian dan pembahasan pada pada Bab 4. Bab ini diawali dengan simpulan dan ditutup

Lebih terperinci

Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TINDAK TUTUR DIREKTIF DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI 1 JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari interaksi yang menggunakan sebuah media berupa bahasa. Bahasa menjadi alat komunikasi yang digunakan pada setiap ranah profesi.

Lebih terperinci

rekreasi gambar 7.1 berwisata ke pantai

rekreasi gambar 7.1 berwisata ke pantai tema 7 rekreasi gambar 7.1 berwisata ke pantai ini keluarga dani keluarga dani sedang rekreasi dani mendapatkan haknya hak untuk bermain hak untuk bergembira kamu harus mampu setelah mengikuti pembelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat berperan penting di samping bahasa tulis. Percakapan itu terjadi apabila

I. PENDAHULUAN. sangat berperan penting di samping bahasa tulis. Percakapan itu terjadi apabila I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taman kanak-kanak merupakan salah satu sarana pendidikan yang baik dalam perkembangan komunikasi anak sejak usia dini. Usia empat sampai enam tahun merupakan masa

Lebih terperinci

Artikel Publikasi TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN

Artikel Publikasi TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN Artikel Publikasi TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA. Naskah Publikasi

TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA. Naskah Publikasi TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA Naskah Publikasi Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM DIALOG BERITA BEDAH EDITORIAL MEDIA INDONESIA DI METRO TV

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM DIALOG BERITA BEDAH EDITORIAL MEDIA INDONESIA DI METRO TV TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM DIALOG BERITA BEDAH EDITORIAL MEDIA INDONESIA DI METRO TV SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Memelihara kebersihan lingkungan merupakan salah satu contoh aturan yang ada di masyarakat.

Memelihara kebersihan lingkungan merupakan salah satu contoh aturan yang ada di masyarakat. Memelihara kebersihan lingkungan merupakan salah satu contoh aturan yang ada di masyarakat. Bagaimana jika kelasmu kotor? Sampah berserakan di manamana? Tentu kalian tidak senang! Dalam menerima pelajaran

Lebih terperinci

ABSTRACT Keywords: rhetoric interpersonal, pragmatic, speech act, lecture, students ABSTRAK

ABSTRACT Keywords: rhetoric interpersonal, pragmatic, speech act, lecture, students ABSTRAK RETORIKA INTERPERSONAL PRAGMATIK DALAM TINDAK TUTUR DIREKTIF ANTARA DOSEN DAN MAHASISWA DALAM KEGIATAN AKADEMIK (Studi Kasus di Politeknik Indonusa Surakarta) Ratna Susanti 1 ; Sumarlam 2 ; Djatmika 2

Lebih terperinci

WUJUD KALIMAT IMPERATIF TUTURAN GURU TAMAN KANAK-KANAK KARYA PKK PACONGKANG KABUPATEN SOPPENG

WUJUD KALIMAT IMPERATIF TUTURAN GURU TAMAN KANAK-KANAK KARYA PKK PACONGKANG KABUPATEN SOPPENG WUJUD KALIMAT IMPERATIF TUTURAN GURU TAMAN KANAK-KANAK KARYA PKK PACONGKANG KABUPATEN SOPPENG Munirah, Lili Suriani munirah.fkip@gmail.com Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Magister Universitas

Lebih terperinci

KAJIAN PRAGMATIK TERHADAP TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU SMA DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI KELAS

KAJIAN PRAGMATIK TERHADAP TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU SMA DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI KELAS KAJIAN PRAGMATIK TERHADAP TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU SMA DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI KELAS Mulyani SMA Negeri 1 Ponorogo yani71_lingua@yahoo.co.id Abstrak Tindak tutur guru memiliki karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Sutedi (2003: 2) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Oleh: Latifah Dwi Wahyuni Program Pascasarjana Linguistik Deskriptif UNS Surakarta Abstrak Komunikasi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa manusia akan sulit berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya. Selain itu bahasa juga menjadi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan dibahas mengenai kesimpulan hasil penelitian Analisis Pemanfaatan Prinsip Kesantunan Berbahasa pada Kegiatan Diskusi Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian

Lebih terperinci

diperoleh mempunyai dialek masing-masing yang dapat membedakannya

diperoleh mempunyai dialek masing-masing yang dapat membedakannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan sosial kemasyarakatan, santun berbahasa sangat penting peranannya dalam berkomunikasi. Tindak tutur kesantunan berbahasa harus dilakukan oleh semua pihak untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan memberikan informasi kepada sesama. Dalam hal ini, keberadaan bahasa diperlukan sebagai

Lebih terperinci

Jurnal Cakrawala ISSN , Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA

Jurnal Cakrawala ISSN , Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Jurnal Cakrawala ISSN 1858-449, Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Oleh : Bowo Hermaji ABSTRAK Tindak tutur merupakan tindakan yang dimanifestasikan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan BAB I PENDAHULUAN Di dalam pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan beberapa definisi kata kunci

Lebih terperinci