Susy Purnawati. Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Jl. PB Sudirman Denpasar

Transkripsi

1 Susy Purnawati Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Jl. PB Sudirman Denpasar

2 Pendahuluan Perkembangan studi-studi tentang stres kerja dewasa ini tidak terlepas dari konsep teori tentang stres kerja yang pertama kali dipopulerkan oleh Karasek pada tahun Konsep Karasek ini dikenal sebagai the job demands-control (JD-C) model atau deman-control-support (DCS) model

3 Pendahuluan Dalam NIOSH job stress model, teori tentang stres kerja mengacu pada konsep yang secara skematis dapat dilihat dalam skema pada gambar berikut. 1. Work environment improvement Job stressors Role stress Interpersonal conflict Lack of job control Job overload Responsibility for people Work organization Work and task condition etc. 3. Individualoriented stress management Personal factors Gender, age, personality, marital status 2. Supervisor education/training Support from supervisors, coworkers, and family/friends Buffering factors Stress reaction Psychological Physical Behavioral Illness Disease/Injury From the US NIOSH Job Stress Model (Hurrell & McLaney, 1988)

4 Pendahuluan Murphy 1996 Program manajemen stres (definisi): Berbagai teknik dan program yang dirancang untuk membantu pekerja memodifikasi appraisal mereka terhadap stressful situations atau mengatasi berbagai gejala stres, atau keduanya

5 Pendahuluan Sampai saat ini berbagai program manajemen stres telah diperkenalkan oleh para pakar kesehatan kerja dan industri. Beberapa program memiliki kelemahan karena cakupan program tidak bersifat holistik. Idealnya program manajemen stres kerja mencakup penanganan aspek kondisi kerja (termasuk juga peran supervisor) dan aspek individu pekerja

6 Pendahuluan Ergo-JSI (Ergonomics job stress intervention) merupakan program manajemen stres kerja yang holistik dengan pendekatan organisasi (berbasis ergonomi -partisipatori) dan berorientasi individu (Susy-Purnawati, 2011)

7 Tahap-tahap dalam Program 1. Pembentukan komitment pimpinan 2. Penilaian kondisi kerja (walk through survey dilengkapi MHACL (Yoshikawa et al, 2007), Ergonomics Check Point (ILO, 2010) dan BJSQ (Shimomitsu, 2000 in Kawakami, 2010) dan monitoring biologi (kortisol darah/saliva) 3. FGD dengan perwakilan perusahaan 4. Kesepakatan intervensi 5. Aplikasi Program 6. Follow up

8 Intervensi dalam Ergo-JSI 1. Pendekatan Organisasi (perbaikan kondisi kerja: aspek task, organisasi, lingkungan). Mis: Supervisi harian Bagian EDP dan sistem komputerisasi perbankan yang safe dan dioptimalkan untuk mengurangi stres teknologi Penerapan sistem usulan perbaikan tiada henti / Kaizen : form isian, feedback, realisasi. (mis. sistem penggajian baru dengan memperhitungkan masa kerja, penggantian warna meja kerja (furniture)

9 Perbaikan kondisi kerja.. (lanj.) Penerapan sistem usulan perbaikan tiada henti / Kaizen

10 Perbaikan kondisi kerja.. (lanj.) Mengubah postur kerja menjadi lebih ergonomis Meningkatkan intensitas penerangan dengan memaksimalkan pencahayaan alami

11 Perbaikan kondisi kerja.. (lanj.) Peregangan di tempat kerja untuk menurunkan keluhan muskuloskeletal dan membuat mood positif

12 Ergo-JSI. (lanj.) 2. Pendekatan/Berorientasi individu: Pemberdayaan problem-focused coping yaitu traning dalam kelas untuk meningkatkan kemampuan coping individu dalam mengantisipasi stres kerja. Dirancang secara ergonomis (60 menit tiap sesi, environment, AVA, materi informasi, display, interaktif)

13 Dilengkapi dengan buku suplemen pembelajaran. Topik-topik yang diajarkan disesuaikan dengan stresor yang ada dan maturitas/status pendidikan individu (karyawan).

14 Evaluasi Program Evaluasi keberhasilan program dapat dinilai dari peningkatan penampilan kerja ataupun produktivitas kerja. Selain itu juga dapat dinilai menggunakan beberapa paramater lain (misalnya: self efficacy, stresor dan distres psikologi dari kuesioner BJSQ, dan beberapa marker biologi dari pemeriksaan kortisol darah atau saliva)

15 Follow Up Dilakukan pengukuran kembali parameter-parameter yang menggambarkan efektivitas program Setelah 3 atau 6 bulan aplikasi program Jika efektivitas program sudah menurun maka dibutuhkan training-training diulangi kembali disertai dengan program improvement

16 Simpulan Program manajemen stres kerja di perusahaan harus mencakup perbaikan kondisi kerja serta berorientasi individu. Agar program dapat berkesinambungan maka sangat dibutuhkan pendekatan holistik dan mengedepankan pendekatan partisipatori sejak persiapan sampai pada tahap follow up program.

17