BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Energi Angin Energi angin yang kita kenal merupakan bentuk tidak langsung dari energi matahari karena angin terjadi oleh adanya pemanasan yang tidak merata yang terjadi pada permukaan bumi oleh matahari dan perputaran bumi pada porosnya. Dimana pemanasan yang terjadi di garis ekuator lebih besar dari pada di daerah kutub hal ini menyebabkan udara hangat di daerah tropik naik dan mengalir melalui atmosfer ke kutub dan udara dingin dari kutub mengalir ke ekuator di dekat permukaan bumi, Juga pengaruh perbedan panas antara daratan dan laut. Dari sejumlah energi matahari yang terserap oleh bumi, 20% atau 2x10 6 Watt diserap oleh atmosfer, penyerapan energi panas ini dapat memanaskan atmosfer bumi yang merupakan suatu penyimpanan energi termal[1]. Energi angin telah tumbuh ke tingkat dimana pengembangannya telah siap diterima secara umum untuk digunakan pada teknologi pembangkitan. Teknologi turbin angin telah mengalami perubahan yang signifikan selama 15 tahun terakhir, pengembangan dari ilmu pingiran pada tahun 1970an menjadi turbin angin modern pada tahun 2000an yang sudah mengunakan teknologi elektronika daya, model aerodinamis, dan model gearbox mekanis [2]. Banyak negara yang meningkatkan produksi energi listrik yang berasal dari energi angin dimana kita ketahui potensi energi angin di Indonesia menurut beberapa literatur kecepatan angin yang di butuhkan untuk turbin angin berada pada kecepatan 3 m/detik sampai dengan 20 m/detik. Potensi energi angin di

2 indonesia umumnya berkecepatan lebih dari 5 m/detik. Hasil pemetaan Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN) pada 120 lokasi di indonesia menunjukan beberapa wilayah memiliki kecepatan angin di atas 5m/detik, yaitu NTT, Sulawesi Selatan dan Pantai Selatan Jawa mencapai 20 m/detik[1]. 2.2 Turbin Angin Turbin angin adalah alat untuk mengambil energi kinetik dari angin, dengan mengambil sebagian energi kinetik dari angin maka kecepatan angin akan menurun namun hanya sebagian massa angin yang melewati turbin. Angin digunakan untuk menghasilkan energi listrik dengan proses pengubahan energi angin menjadi putaran mekanis (energi kinetik) dan selanjutnya menjadi energi listrik melalui sebuah generator[1]. Di negara-negara maju, sudah banyak pemanfaatan turbin angin sebagai pembangkit listrik. Turbin angin yang digunakan dapat menghasilkan kapasitas listrik yang tinggi yaitu mencapai ratusan megawatt dimana jumlah daya angin yang ditangkap oleh turbin angin tergantung diameter baling-baling turbin dan kecepatan angin di daerah tersebut. Turbin angin dapat di golongkan menjadi turbin angin sumbu vertikal (Vertical-Axis Wind Turbines) dan turbin angin sumbu horizontal (Horizontal- Axis Wind Turbines) dan dibedakan berdasarkan kecepatan rotornya yaitu turbin angin kecepatan tetap (Fixed-Speed Wind Turbines) dan turbin angin kecepatan tidak tetap (Variable-Speed Wind Turbines).

3 2.2.1 Turbin Angin Sumbu Vertikal Turbin angin sumbu vertikal memiliki poros atau sumbu perputaran rotor yang tegak lurus atau vertikal. Turbin angin sumbu vertikal menggunakan airfoil simetris yang vertikal dimana tenaga pengerak di hasilkan oleh bilah turbin yang menghadap arah datangnya angin. Satu satunya turbin vertikal yang telah di produksi secara komersil dengan ukuran berapapun adalah turbin Darrieus, dimana nama tersebut diambil dari nama insiyur prancis penemu turbin tersebut yaitu Prancis Georges Darrieus yang mematenkan desain pada tahun Namun pada akhir 1980an penelitian dan produksi turbun angin vertikal telah dihentikan di seluruh dunia dan saat ini turbin angin sumbu horizontal mendominasi pasar [3]. Keuntungan dari turbin angin ini yaitu tidak membutuhkan tower dan generator dan gearbox yang berat dapat di pasang pada dasar permukaan sehingga perawatan lebih mudah, tidak menganggu visibilitas dan investasi lebih murah. Turbin ini bekerja langsung menghadap arah angin sehingga tidak memerlukan mekanisme perubah arah [3]. Namun dari berbagai kelebihan tersebut turbin memiliki banyak kekurangan yaitu tidak dapat mulai bergerak sendiri karena turbin ini memiki torsi awal yang rendah. Torsi yang dihasilkan berfluktuasi setiap revolusi karena bilah turbin akan mendekat dan menjauh dari arah angin. sulit melakukan pengaturan kecepatan pada angin berkecepatan tinggi. Karena tidak mengunakan menara maka turbin ini memanfaatkan angin permukaan yang terhalang oleh bangunan dan kecepatan angin yang diterima lebih kecil [3].

4 Gambar 2.1 Bentuk dan Komponen Turbin Angin Sumbu Vertikal [Scottish Executive,2007] Turbin Angin Sumbu Horizontal Turbin angin sumbu horizontal adalah turbin angin yang memiliki poros rotor utama yang horizontal dan berada di puncak tower, dan merupakan bentuk umum dari turbin angin yang sering kita lihat karena memiliki model seperti kincir angin. Turbin angin horizontal memiliki generator dan gearbox di puncak menara dan harus diarahkan ke arah angin. Turbin ukuran kecil mengunakan tail vane untuk mengarahkan ke arah angin sedangkan turbin ukuran besar mengunakan motor pengerak yang mengarahkan sesuai dengan arah angin yang di dapat dari sensor arah angin[3]. Keuntungan dari turbin angin sumbu horizontal adalah menara yang tinggi mengakibatkan turbin dapat mengambil energi dari angin yang lebih kuat. Mengarahkan turbin ke arah angin maka turbin dapat mengambil energi lebih banyak karena bilah turbin selalu bergerak tegak lurus terhadap arah angin sehingga bilah turbin selalu menerima daya selama putaran[3].

5 Kelemahan turbin angin horizontal adalah investasi pembagunan yang mahal karena kontruksi menara yang besar dan kuat untuk menopang beban turbin angin, gearbox, generator dan komponen lainya. Membutuhkan motor pengerak untuk mengarahkan turbin ke arah angin. Dan menggunakan sistem pengereman untuk angin yang kencang untuk mencegah kerusakan. Tower yang tinggi dan bilah yang panjang menganggu visibilitas masyarakat dan perputaran turbin menghasilkan bunyi derau yang menggangu[3]. Komponen utama dari turbin angin sumbu horizontal di tunjukan pada gambar 2.2 : Gambar 2.2 Bentuk dan Komponen turbin angin sumbu horizontal [siemens wind turbine catalog swt ]

6 Komponen turbin angin sumbu horizontal : 1. Pemutar 2. braket pemutar 3. Bilah 4. Bearing bilah 5. Penghubung rotor 6. Bearing utama 7. Poros utama 8. Gearbox 9. Rem cakram 10. Kopling 11. Generator 12. Crane Perawatan 13. Sensor cuaca 14. Menara 15. Yaw assist gear 16. Yaw motor 17. Alas nacelle 18. Saringan oli 19. Kanopi 20. Kipas generator Turbin Angin Kecepatan Tetap Turbin angin berkecepatan tetap atau dikenal sebagai konsep Denmark adalah turbin angin paling dasar yang beroperasi sekitar tahun 1970an. Turbin ini beroperasi dengan sedikit variasi kecepatan pada rotor turbin dan menggunakan generator induksi dengan rotor sangkar yang kecepatan nya diatur oleh frekuensi jaringan. Dukungan daya reaktif eksternal dibutuhkan untuk mengimbangi daya reaktif yang di konsumsi oleh mesin induksi[4]. Karena turbin beroperasi pada kecepatan tetap, turbin ini rentan terhadap lonjakan torsi yang dapat merusak subsistem mekanis dalam turbin. Turbin ini menggunakan stall control, active stall control, pitch angle control untuk mengatur daya pada kecepatan tinggi. Meskipun relatif kuat dan andal, ada beberapa kelemahan teknologi ini, yaitu energi yang diambil dari angin tidak optimal dan membutuhkan kompensasi daya reaktif [4]. Skema turbin angin kecepatan tetap ditunjukan pada gambar 2.3

7 Gambar 2.3 Skema turbin angin kecepatan tetap Turbin Angin Kecepatan Variable Turbin angin kecepatan berubah-ubah yang di rancang untuk beroperasi pada berbagai kecepatan angin. Turbin ini biasanya menggunakan kontrol pitch angle untuk pengaturan daya. Kontrol kecepatan dan daya membuat turbin ini mampu mengambil lebih banyak energi dari angin pada kecepatan tertentu dari pada turbin kecepatan tetap. Turbin ini mengunakan generator induksi dengan rotor belitan sehingga memungkinkan kontrol pada bagian stator maupun rotor mesin[4]. Rotor mesin ini terhubung dengan konverter AC/DC, konverter diaktifkan untuk mengendalikan tahanan efektif pada rangkaian rotor mesin untuk memungkinkan variasi slip yang berbeda. Namun menghasilkan rugirugi daya yang hilang sebagai panas pada tahanan rotor. Kontrol dapat di gunakan untuk memvariasikan tahanan rotor yang efektif untuk ektraksi daya yang optimal namun kompensasi daya reaktif masih diperlukan pada turbin angin ini[4]. Skema turbin angin kecepatan variable ditunjukan pada gambar 2.4

8 Gambar 2.4 Skema turbin angin kecepatan tidak tetap 2.3 Kontrol Daya Energi kinetik yang ada dalam aliran udara melalui area yang berhadapan dengan arah angin adalah : 1 2 vv2 per laju aliran massa. Untuk aliran udara yang mengalir melalui area A maka laju aliran massa adalah : ρ A v oleh karena itu energi angin sama dengan [3]: PP = (ρ. A. vv) xx 1. 2 vv2 = 1 ρ. A. 2 vv3 (2.1) Dimana: ρ adalah massa jenis angin (Kg/M=m 3 ) A adalah luas area sapuan turbin (m 2 ) V adalah kecepatan angin (m/s) P adalah daya yang dihasilkan (Watt)

9 Dari persamaan 2.1 daya yang terdapat pada aliran angin merupakan fungsi pangkat 3 dari kecepatan angin. Itu berarti bahwa 2 kali lipat kecepatan angin menghasilkan 8 kali output daya mekanis dari turbin. Oleh karena itu, turbin harus dirancang untuk mendukung kecepatan angin yang lebih tinggi dari pada kecepatan nominalnya untuk mencegah terjadinya kerusakan[3]. Turbin angin mencapai efisiensi tertinggi pada kecepatan angin antara 10 sampai 15 m/s. Bila kecepatan angin melebihi 15m/s, daya keluaran rotor harus dikendalikan. Angin kencang terjadi untuk waktu yang singkat dan hanya memiliki sedikit pengaruh dalam produksi energi, namun bila tidak dikendalikan dapat merusak gearbox dan juga generator [3]. Dengan demikian semua turbin angin dirancang dengan kontrol daya tertentu. Ada berbagai cara untuk mengendalikan gaya aerodinamis pada rotor turbin dan karena itu membatasi kekuatan angin kencang untuk menghindari kerusakan pada turbin angin. Terdapat 4 metode untuk mengontrol daya keluaran yang digunakan saat ini yaitu : Yaw Control Turbin angin sumbu horizontal menggunakan mekanisme penggerak yaw untuk menjaga turbin mengarah ke arah angin, mekanisme yang sama untuk mengarahkan turbin keluar dari arah angin untuk membatasi daya keluaran yang dihasilkan merupakan pembahasan yang menarik. Sistem kontrol ini hanya dapat dilakukan untuk turbin angin kecepatan berubah-ubah dimana energi hembusan angin dapat disimpan sebagai energi kinetik pada rotor sampai turbin mengarah ke arah angin yang tepat [6].

10 Gambar 2.5 Cara kerja kontrol arah pada turbin angin Stall Control Stall control adalah metode kontrol yang paling simpel, murah dan kuat. Metode kontrol ini sudah lama digunakan untuk turbin komersial ukuran kecil dan sedang, dikenal juga sebagai kontrol pasif, karena tidak ada komponen bergerak yang diatur. Sifat aerodinamika baling-baling menentukan besaran daya keluaran. Lengkungan dan ketebalan baling-baling rotor yang dibentuk sedemikian rupa akan menyebabkan turbulensi pada baling-baling ketika kecepatan angin melebihi batas kecepatan yang ditentukan. Turbulensi ini akan menyebabkan energi angin yang ditransfer menjadi berkurang dan meminimalisir daya keluaran saat kecepatan angin tinggi. Dengan kata lain, desain dari aerodinamika baling-baling menyebabkan rotor kehilangan daya saat kecepatan angin melebihi batas tertentu. Dengan demikian, kekuatan aerodinamis dari baling-baling terbatas[3]. Kekurangan dari metode kontrol ini adalah rendahnya efisiensi saat kecepatan angin rendah dan tidak ada bantuan saat turbin mulai bergerak dari keadaan diam. Selain itu, metode kontrol ini hanya dapat diaplikasikan pada

11 turbin angin dengan kecepatan konstan dimana, seperti yang telah di jelaskan bahwa turbin angin jenis ini menghasilkan efisiensi daya yang lebih kecil di bandingkan dengan turbin angin dengan kecepatan yang berubah-ubah [3] Pitch Control Baling-baling pada turbin angin yang memiliki pitch control dapat diatur menjauhi atau mendekati arah datangnya angin saat daya keluaran sangat tinggi ataupun sangat rendah, berurutan. Sudut baling-baling rotor dapat diatur secara aktif oleh sistem kontrol untuk mengurangi daya yang tidak dibutuhkan. Pitch control bekerja relatif cepat dan dapat digunakan untuk membatasi kecepatan rotor dengan mengatur aliran aerodinamika energi angin [3]. Keuntungan utama tipe kontrol ini adalah kontrol daya menjadi baik (daya yang dibangkitkan mendekati daya yang diinginkan saat kecepatan angin tinggi), dapat membantustart-up turbin dan bisa memberhentikan turbin dalam keadaan bahaya. Selain itu, turbin dengan Stall control harus dimatikan ketika kecepatan angin melebihi batasnya dimana turbin dengan pitch control dapat langsung mengatur sudut baling-baling untuk mengurangi gaya aerodinamika yang ditimbulkan oleh energi angin [3]. Kekurangan yang dapat dipertimbangkan adalah kerumitan yang timbul dari mekanisme pengaturan sudut baling-baling dan bertambahnya beban berat pada turbin [3]. Pada saat kecepatan angin rendah dan sedang, sudut baling-baling diatur untuk memungkinkan turbin angin bekerja pada kondisi optimumnya. Sedangkan saat kecepatan angin sedang tinggi, sudut baling-baling

12 akandinaikkan agar daya aerodinamika berkurang dan menjaga kecepatan putaran rotor agar tetap dalam batas yang dapat dikontrol. Seiring dinaikannya sudut pada baling-baling, maka turbin angin akan bekerja pada efisiensi yang rendah. Saat ini, turbin angin ukuran besar beroperasi mengunakan sistem kontrol sudut baling-baling [3]. Gambar 2.6 cara kerja kontrol Pitch Angle pada turbin angin Active Stall Control Seperti namanya, Active stall control adalah kombinasi dari 2 teknik yaitu stall control dan pitch angle control. Pada kecepatan angin rendah dan sedang, maka baling-baling akan diatur sudutnya serupa dengan turbin yang diatur dengan pitch control. Ketika turbin angin mencapai kapasitasnya maksimumnya, maka baling-baling akan mengarahkan sudutnya ke arah berlawanan untuk menjaga daya keluaran agar tetap beroperasi dengan efektif [3].

13 2.4 Pitch Angle Control Method Metode terbaik untuk mengambil energi angin secara maksimal adalah menggunakan turbin angin kecepatan berubah-ubah dengan kontrol sudut bilah[6]. Tujuan utama metode kontrol ini adalah: Optimasi daya keluaran dari turbin angin, dimana metode ini menghasilkan daya sebanyak mungkin dengan kecepatan angin yang tersedia. Pencegahan agar daya mekanik yang dihasilkan tidak melebihi daya yang diinginkan pada angin yang kencang (kecepatan angin diatas kecepatan nominal/diinginkan). Berperan sebagai proteksi terhadap beban lebih pada struktur turbin dan resiko kerusakan pada struktur fisiknya. Terdapat 2 metode dalam pengontrolan pitch angle pada turbin angin, metode konvensional yaitu menggunakan Proportional and Integral (PI) Controller dan metode modern yang menggunakan kecerdasan buatan yaitu Fuzzy Logic Controller (FLC) sebelum itu akan kita bahas Power coefficient pada turbin angin Power Coefficient Persamaan model aerodinamis memungkinkan untuk menghitung daya mekanik yang dihasilkan untuk mengerakan generator listrik. Dengan pertimbangan kecepatan angin yang berbeda dan sudut bilah yang berbeda maka dihasilkan daya mekanis yang berbeda. Model aerodinamis tidak

14 tergantung pada jenis generator atau jenis kontrol pada konverter [6]. Persamaan (2.1) menunjukan energi yang di hasilkan angin, dimana CP adalah perbandingan daya mekanis yang di hasilkan turbin berbanding daya pada angin yang mengenai turbin. CCCC = DDDDDDDD MMMMMMMMMMMMMM DDDDDDDD AAAAAAAAAA = PPPP PPPP (2.2) Persamaan 2.3 di bawah menunjukan daya mekanis yang dapat diambil dari angin. PPPP = PPPP. CCCC PPmm = PPPP CCCC ( λλ, ββ ) PPPP = 1 2. ρ. A. CCCC ( λλ, ββ ). vv ww 3 (2.3) Dimana: Pm = Daya mekanis ( Watt ) ρ = Massa jenis udara (kg/m 3 ) A = Luas area sapuan turbin (m 2 ) Cp = Power coefficient β = Blade pitch angle( ) v w = Kecepatan angin (m/s) λ = tip speed ratio Power Coefficient bergantung pada sudut bilah (β) dan kecepatan ujung bilah (λ). Power coefficient menunjukan efisiensi turbin angin dalam

15 mengubah energi kinetik angin menjadi energi mekanik. Menurut Betz limit, untuk turbin angin sumbu horizontal nilai maksimum adalah 0,593 [6] Tip speed ratio / kecepatan ujung bilah adalah rasio antara kecepatan pada ujung bilah pada turbin angin berbanding dengan kecepatan angin.[3] λλ = VVVVVVVV VVVVVVVVVV = ωω.rr VVVV (2.4) dimana : λ = tip speed ratio ω = turbine rotor speed(rad s) R = Jari-jari bilah turbin angin ( m ) v w = Kecepatan angin (m/s) Pitch angle / sudut bilah adalah sudut kemiringan bilah terhadap arah angin, dimana Cp terbaik di dapat saat sudut bilah = 0. Hubungan antara λλ dan ββ dalam Cp di tunjukan persamaan 2.5 berikut: CCCC(λλ, ββ) = CC 1 CC CC6 2 λλ CC λλ 3. ββ CC 4 ee ii + CC 6. λλ (2.5) ii Dimana : 1 λλ ii = 1 0,035 λλ 0,88 ββ ββ 3 +1 (2.6) Nilai koefisien C 1 sampai C 6 adalah : C 1 = 0,5176, C 2 = 116, C 3 = 0,4, C 4 = 5, C 5 = 21 dan C 6 = 0,0068. Dimana nilai maksimum Cp = 0,48 yang

16 mana nilai ini di dapat saat kondisi β = 0 dan λ = 8,1 yang merupakan nilai nominal pada simulasi MATLAB-Simulink[7] Proportional and Integral (PI) Controller Kontroler PI merupakan kontroler dengan mekanisme umpan balik yang biasanya di pakai pada sistem kontrol industri. Kontroler ini secara terus menerus menghitung nilai kesalahan sebagai perbedaan antara nilai yang di inginkan dan variabel yang terukur.[8] P bertangung jawab untuk nilai kesalahan saat ini. I bertangung jawab untuk nilai kesalahan sebelumnya. Kombinasi dari Proporsional dan Integral meningkatkan kecepatan respon dan meminimalisir kesalah pada keadaan stabil[8]. Diagram blok dari kontroler PI di tunjukan pada Gambar 2.7 berikut : Gambar 2.7 Blok diagram kontroler PI Kontroler PI memiliki persamaan sebagai berikut: uu(tt) = KK PP ee(tt) + KK ii ee (tt)dddd (2.7)

17 Dimana, Kp dan Ki digunakan untuk mengendalikan respon dalam keadaan stabil dan keluaran sistem. Masukan pengontrol PI adalah kesalahan antara Variable referensi dan variable sebenarnya dan keluarannya merubah sudut bilah / pitch angle[8] Fuzzy Logic Controller (FLC) Logika fuzzy, diusulkan oleh Lotfi Zadeh dengan tujuan untuk mendapatkan suatu nilai keluaran tanpa masukan yang terlalu presisi. Menggunakan metode menerjemahkan bahasa verbal yang tidak presisi dan bersifat kualitatif yang umumnya digunakan pada komunikasi antara manusia. Keutungan utamanya adalah tidak dibutuhkan deskripsi analitis dari sistem yang di kontrol[6]. Pada sistem kontrol, sistem fuzzy umumnya bekerja pada waktu yang bersamaan untuk mendapat performa optimal. Penggunaan aturan fuzzy memastikan bahwa status pengoperasian perangkat tetap berada dalam kisaran operasi yang diinginkan[6]. Pembangunan sistem fuzzy logic memiliki langkah-langkah sebagai berikut[6]: Mendefinisikan Variabel yang digunakan; Mendefinisikan fungsi keanggotaan Mendefenisikan Aturan Mengkonversi keluaran variabel menjadi nilai numerik sesuai aturan. Set aturan dan variabel dilakukan sesuai dengan hasil simulasi karena nilai awal diperkirakan sesuai karakteristik tertentu dari turbin, sebagai daya yang dihasilkan. Set aturan kontrol Fuzzy Logic ditunjukan oleh gambar 2.8

18 Rule Base Input Fuzzification Inference Defuzzification Output Gambar 2.8 Blok diagram kontroler Fuzzy Logic Dari uraian blok diatas dapat kita ketahui bahwa di dalam Fuzzy Logic, terdiri atas 4 bagian penting yaitu: Fuzzifikasi adalah proses untuk mengubah variabel numerik menjadi variabel fuzzy logic yang sesuai dengan fungsi keanggotaan. Inferensi adalah menerjemahkan pernyataan-pernyataan fuzzy dalam Rule Base menjadi perhitungan matematika. Defuzzifikasi adalah proses pengubahan data-data fungsi keanggotaan menjadi data data numerik. Rule Base berisi pernyataan Fuzzy Logic yang berbentuk (IF-THEN) dari kumpulan aturan yang menyatakan suatu kondisi. Penyusunan rule base sangat berpengaruh pada presisi model yang akan dibuat.

2. Tinjauan Pustaka. konversi dari energi kinetik angin. Turbin angin awalnya dibuat untuk

2. Tinjauan Pustaka. konversi dari energi kinetik angin. Turbin angin awalnya dibuat untuk 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Turbin Angin Turbin angin adalah elemen utama dari sebuah pembangkit listrik tenaga angin dan digunakan untuk memproduksi energi listrik yang merupakan hasil konversi dari energi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Turbin Angin Turbin angin adalah suatu sistem konversi energi angin untuk menghasilkan energi listrik dengan proses mengubah energi kinetik angin menjadi putaran mekanis rotor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Angin Angin adalah gerakan udara yang terjadi di atas permukaan bumi. Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara, ketinggian dan temperatur. Semakin besar

Lebih terperinci

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENGARUH VARIASI JUMLAH STAGE TERHADAP KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS TIPE- L Krisna Slamet Rasyid, Sudarno, Wawan Trisnadi

Lebih terperinci

PENGATURAN PITCH ANGLE TURBIN ANGIN BERBASIS KENDALI LOGIKA FUZZY (Aplikasi Pada Data Angin Daerah Medan Tuntungan dan sekitarnya)

PENGATURAN PITCH ANGLE TURBIN ANGIN BERBASIS KENDALI LOGIKA FUZZY (Aplikasi Pada Data Angin Daerah Medan Tuntungan dan sekitarnya) PENGATURAN PITCH ANGLE TURBIN ANGIN BERBASIS KENDALI LOGIKA FUZZY (Aplikasi Pada Data Angin Daerah Medan Tuntungan dan sekitarnya) Emir Lutfi Pahlevi (1), Syiska Yana (2) Konsentrasi Teknik Energi Listrik,

Lebih terperinci

BAB I LANDASAN TEORI. 1.1 Fenomena angin

BAB I LANDASAN TEORI. 1.1 Fenomena angin BAB I LANDASAN TEORI 1.1 Fenomena angin Angin adalah udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan udara dengan arah aliran angin dari tempat yang memiliki tekanan lebih tinggi ke tempat yang bertekanan

Lebih terperinci

PEMBANGKIT LISRIK TENAGA ANGIN. Nama : M. Beny Djaufani ( ) Ardhians A. W. ( Benny Kurnia ( Iqbally M.

PEMBANGKIT LISRIK TENAGA ANGIN. Nama : M. Beny Djaufani ( ) Ardhians A. W. ( Benny Kurnia ( Iqbally M. PEMBANGKIT LISRIK TENAGA ANGIN Nama : M. Beny Djaufani (11-2009-035) Ardhians A. W. (11-2009-0 Benny Kurnia (11-2009-0 Iqbally M. (11-2009-0 Pengertian PLTB Pembangkit Listrik Tenaga Angin atau sering

Lebih terperinci

Maximum Power Point Tracking (MPPT) Pada Variable Speed Wind Turbine (VSWT) Dengan Permanent Magnet Synchronous Generator

Maximum Power Point Tracking (MPPT) Pada Variable Speed Wind Turbine (VSWT) Dengan Permanent Magnet Synchronous Generator Maximum Power Point Tracking (MPPT) Pada Variable Speed Wind Turbine (VSWT) Dengan Permanent Magnet Synchronous Generator (PMSG) menggunakan Switch Mode Rectifier (SMR) Armaditya T.M.S. 2210 105 019 Dosen

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. sering disebut sebagai Sistem Konversi Energi Angin (SKEA).

BAB II TEORI DASAR. sering disebut sebagai Sistem Konversi Energi Angin (SKEA). BAB II TEORI DASAR 2.1 Energi Angin Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Turbin Angin Bila terdapat suatu mesin dengan sudu berputar yang dapat mengonversikan energi kinetik angin menjadi energi mekanik maka disebut juga turbin angin. Jika energi

Lebih terperinci

Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal

Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal A. Pendahuluan Angin merupakan sumberdaya alam yang tidak akan habis.berbeda dengan sumber daya alam yang berasal dari fosil seperti gas dan minyak. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU. Muhammad Suprapto

ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU. Muhammad Suprapto ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU Muhammad Suprapto Program Studi Teknik Mesin, Universitas Islam Kalimantan MAB Jl. Adhyaksa No.2 Kayutangi Banjarmasin Email : Muhammadsuprapto13@gmail.com

Lebih terperinci

E =Fu... (1) F = ρav(v-u) BAB II TEORI DASAR. 2.1 Energi Angin. Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin

E =Fu... (1) F = ρav(v-u) BAB II TEORI DASAR. 2.1 Energi Angin. Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin BAB II TEORI DASAR 2.1 Energi Angin Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah.

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Energi Angin

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Energi Angin BAB DASAR TEORI.1 Energi Angin Energi merupakan suatu kekuatan yang dimiliki oleh suatu zat sehingga zat tersebut mempunyai pengaruh pada keadaan sekitarnya. Menurut mediumnya dikenal banyak jenis energi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Literatur Beberapa penelitian yang telah melakukan penelitian terkait ilmu yang menyangkut tentang turbin angin, antara lain: Bambang setioko (2007), Kenaikan harga BBM

Lebih terperinci

ANALISA PEMANFAATAN POTENSI ANGIN PESISIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK

ANALISA PEMANFAATAN POTENSI ANGIN PESISIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK ANALISA PEMANFAATAN POTENSI ANGIN PESISIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK Ahmad Farid 1, Mustaqim 2, Hadi Wibowo 3 1,2,3 Dosen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal Abstrak Kota Tegal dikenal

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL

PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL Soebyakto Dosen Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal E-mail : soebyakto@gmail.com ABSTRAK Tenaga angin sering disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Turbin Cross Flow Tanpa Sudu Pengarah Pengujian turbin angin tanpa sudu pengarah dijadikan sebagai dasar untuk membandingkan efisiensi

Lebih terperinci

Studi dan Simulasi Getaran pada Turbin Vertikal Aksis Arus Sungai

Studi dan Simulasi Getaran pada Turbin Vertikal Aksis Arus Sungai JURNAL TEKNIK POMITS Vol, No, () -6 Studi dan Simulasi Getaran pada Turbin Vertikal Aksis Arus Sungai Anas Khoir, Yerri Susatio, Ridho Hantoro Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Energi Angin Energi merupakan suatu kekuatan yang dimiliki oleh suatu zat sehingga zat tersebut mempunyai pengaruh pada keadaan sekitarnya. Menurut mediumnya dikenal banyak jenis

Lebih terperinci

OPTIMASI DAYA PADA SISTEM TURBIN ANGIN MENGGUNAKAN KONTROL PITCH ANGLE DENGAN FUZZY LOGIC CONTROL

OPTIMASI DAYA PADA SISTEM TURBIN ANGIN MENGGUNAKAN KONTROL PITCH ANGLE DENGAN FUZZY LOGIC CONTROL OPTIMASI DAYA PADA SISTEM TURBIN ANGIN MENGGUNAKAN KONTROL PITCH ANGLE DENGAN FUZZY LOGIC CONTROL (APLIKASI PADA KECEPATAN ANGIN DAERAH NIAS UTARA) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Prinsip Kerja Turbin Angin Prinsip kerja dari turbin angin adalah mengubah energi mekanis dari angin menjadi energi putar pada kincir. Lalu putaran kincir digunakan untuk memutar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Proses perancangan suatu alat ataupun mesin yang baik, diperlukan perencanaan yang cermat dalam pendesainan dan ukuran. Teori teori yang berhubungan dengan alat yang dibuat perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekanan udara. Udara akan bergerak dari kawasan yang bertekanan tinggi menuju

BAB I PENDAHULUAN. tekanan udara. Udara akan bergerak dari kawasan yang bertekanan tinggi menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angin adalah salah satu gejala alam yang terbentuk akibat perbedaan tekanan udara. Udara akan bergerak dari kawasan yang bertekanan tinggi menuju ke tempat yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TORI

BAB II LANDASAN TORI BAB II LANDASAN TORI Proses perancangan suatu alat ataupun yang mesin yang baik, diperlukan perencanaan yang cermat dalam perhitungan dan ukuran. Teori teori yang berhubungan dengan alat yang dibuat perlu

Lebih terperinci

Pengujian Kincir Angin Horizontal Type di Kawasan Tambak sebagai Energi Listrik Alternatif untuk Penerangan

Pengujian Kincir Angin Horizontal Type di Kawasan Tambak sebagai Energi Listrik Alternatif untuk Penerangan Pengujian Kincir Angin Horizontal Type di Kawasan Tambak sebagai Energi Listrik Alternatif untuk Penerangan Agus Sifa a, Casiman S b, Habib Rizqon H c a Jurusan Teknik Mesin,Politeknik Indramayu,Indramayu

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional BAB II DASAR TEORI Bab ini berisi dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain daya angin, daya turbin angin, TSR (Tip Speed Ratio), aspect ratio, overlap ratio, BHP (Break Horse

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem serta realisasi perangkat keras pada perancangan skripsi ini. 3.1. Gambaran Alat Alat yang akan direalisasikan adalah sebuah alat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Proses Pengambilan dan Pengolahan Data Berdasarkan pembelajaran mengenai pembangkit energi tenaga angin yang telah ada maka berdasar dengan fungsi dan kegunaan maka dapat

Lebih terperinci

Pembangkit listrik tenaga angin adalah suatu pembangkit listrik yang menggunakan angin sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi listrik.

Pembangkit listrik tenaga angin adalah suatu pembangkit listrik yang menggunakan angin sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi listrik. Pembangkit listrik tenaga angin adalah suatu pembangkit listrik yang menggunakan angin sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi listrik. Pembangkit ini dapat mengkonversikan energi angin menjadi

Lebih terperinci

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN A. Pembangkit Listrik Tenaga Angin Pembangkit listrik tenaga angin adalah suatu pembangkit listrik yang menggunakan angin sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH BLADE DAN VARIASI PANJANG CHORD TERHADAP PERFORMANSI TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL (TASH)

PENGARUH JUMLAH BLADE DAN VARIASI PANJANG CHORD TERHADAP PERFORMANSI TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL (TASH) Dinamika Teknik Mesin, Volume No. Juli 01 Kade Wiratama, Mara, Edsona: Pengaruh PENGARUH JUMLAH BLADE DAN VARIASI PANJANG CHORD TERHADAP PERFORMANSI TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL (TASH) I Kade Wiratama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini energi angin merupakan salah satu energi terbarukan yang mungkin akan terus dikembangkan di Indonesia. Hal ini disebabkan energi fosil yang mengalami keterbatasan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PROFIL DAN JUMLAH SUDU PADA VARIASI KECEPATAN ANGIN TERHADAP DAYA DAN PUTARAN TURBIN ANGIN SAVONIUS MENGGUNAKAN SUDU PENGARAH DENGAN LUAS SAPUAN ROTOR 0,90 M 2 SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. diketahui bahwa jumlahnya terus menipis dan menghasilkan polusi yang cukup

1. Pendahuluan. diketahui bahwa jumlahnya terus menipis dan menghasilkan polusi yang cukup 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Perkembangan kebutuhan masyarakat akan tenaga listrik terus mengalami kenaikan. Saat ini kebutuhan akan tenaga listrik masih sangat bergantung pada energi fosil. Energi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMBUATAN DESAIN PROGRAM Pembuatan desain program komputer untuk pemilihan kincir angin pembangkit tenaga listrik dimulai dengan menentukan komponen input dan output program

Lebih terperinci

Bab 2 Dasar Teori Prinsip Konversi Energi Angin Energi kinetik dalam benda bergerak dirumuskan dengan persamaan (2.1)

Bab 2 Dasar Teori Prinsip Konversi Energi Angin Energi kinetik dalam benda bergerak dirumuskan dengan persamaan (2.1) Bab Dasar Teori.1. Prinsip Konversi Energi Angin Energi kinetik dalam benda bergerak dirumuskan dengan persamaan E = 1 mv (.1) dimana: m : massa udara yang bergerak (kg) v : adalah kecepatan angin (m/s).

Lebih terperinci

Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN

Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN UJI PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS-H DENGAN PROFIL SUDU NACA 0012 DAN ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MENGGUNAKAN VARIASI JUMLAH SUDU DAN SUDUT PITCH Farel H. Napitupulu 1, Ekawira K. Napitupulu

Lebih terperinci

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius Bambang Arip Dwiyantoro*, Vivien Suphandani dan Rahman Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pembangkit Listrik Tenaga Angin Pembangkit Listrik Tenaga Angin memberikan banyak keuntungan seperti bersahabat dengan lingkungan (tidak menghasilkan emisi gas), tersedia dalam

Lebih terperinci

Bab IV Analisis dan Pengujian

Bab IV Analisis dan Pengujian Bab IV Analisis dan Pengujian 4.1 Analisis Simulasi Aliran pada Profil Airfoil Simulasi aliran pada profil airfoil dimaskudkan untuk mencari nilai rasio lift/drag terhadap sudut pitch. Simulasi ini tidak

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENGATURAN PITCH ANGLE TURBIN ANGIN BERBASIS KENDALI LOGIKA FUZZY. (Aplikasi Pada Data Angin Daerah Medan Tuntungan dan Sekitarnya)

TUGAS AKHIR PENGATURAN PITCH ANGLE TURBIN ANGIN BERBASIS KENDALI LOGIKA FUZZY. (Aplikasi Pada Data Angin Daerah Medan Tuntungan dan Sekitarnya) TUGAS AKHIR PENGATURAN PITCH ANGLE TURBIN ANGIN BERBASIS KENDALI LOGIKA FUZZY (Aplikasi Pada Data Angin Daerah Medan Tuntungan dan Sekitarnya) Diajukan untuk memenuhi persyaratan Menyelesaikan pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI JUMLAH BLADE TERHADAP AERODINAMIK PERFORMAN PADA RANCANGAN KINCIR ANGIN 300 Watt

PENGARUH VARIASI JUMLAH BLADE TERHADAP AERODINAMIK PERFORMAN PADA RANCANGAN KINCIR ANGIN 300 Watt Dinamika Teknik Mesin, Volume 4 No. 2 Juli 2014 jumlah Blade Sayoga, Wiratama, Mara, Agus Dwi Catur: Pengaruh Variasi PENGARUH VARIASI JUMLAH BLADE TERHADAP AERODINAMIK PERFORMAN PADA RANCANGAN KINCIR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUKURAN

BAB III METODOLOGI PENGUKURAN BAB III METODOLOGI PENGUKURAN Kincir angin merupakan salah satu mesin konversi energi yang dapat merubah energi kinetic dari gerakan angin menjadi energi listrik. Energi ini dibangkitkan oleh generator

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. Blade Falon Dasar dari usulan penelitian ini adalah konsep turbin angin yang berdaya tinggi buatan Amerika yang diberi nama Blade Falon. Blade Falon merupakan desain sudu turbin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Pemodelan Sistem Turbin Angin. menggunakan software MATLAB SIMULINK. Turbin Angin Tersusun

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Pemodelan Sistem Turbin Angin. menggunakan software MATLAB SIMULINK. Turbin Angin Tersusun 54 BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1. Pemodelan Sistem Turbin Angin Pada penelitian ini Sistem Turbin Angin dibuat dengan menggunakan software MATLAB SIMULINK. Turbin Angin Tersusun atas turbin angin yang

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Angin adalah udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan udara

BAB II TEORI DASAR. Angin adalah udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan udara BAB II TEORI DASAR 2.1 Definisi Angin Angin adalah udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan udara antara satu tempat dan tempat yang lain (Yusman, 2005). Adapun penyebab perbedaan tekanan udara

Lebih terperinci

PERANCANGAN TURBIN STRAIGHT BLADE DARRIEUS DENGAN TIGA SUDU

PERANCANGAN TURBIN STRAIGHT BLADE DARRIEUS DENGAN TIGA SUDU EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol No. Mei 05; 4-46 ERANANGAN TURBIN STRAIGHT BLADE DARRIEUS DENGAN TIGA SUDU Supriyo rogram Studi Teknik Konversi Energi oliteknik Negeri Semarang Jl. rof. H. Sudarto, S.H.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panas yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar menjadi energi mekanik, dan

BAB I PENDAHULUAN. panas yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar menjadi energi mekanik, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menghasilkan energi listrik, terjadi konversi energi dari energi mekanik menjadi energi listrik melalui suatu alat konversi energi, dalam hal ini disebut dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya konsumsi bahan bakar khususnya bahan bakar fosil sangat mempengaruhi peningkatan harga jual bahan bakar tersebut. Sehingga pemerintah berupaya mencari

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KARAKTERISTIK RANCANGAN AWAL ROTOR TURBIN ANGIN

PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KARAKTERISTIK RANCANGAN AWAL ROTOR TURBIN ANGIN PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KARAKTERISTIK RANCANGAN AWAL ROTOR TURBIN ANGIN Sulistyo Atmadi Ahmad Jamaludln Fltroh Peneliti Pusat Teknologi Dirgantara Terapan, LAPAN ABSTRACT A method for determining

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA TUGAS AKHIR Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Strata-1 Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sebagai Sumber angin telah dimanfaatkan oleh manusaia sejak dahulu, yaitu untuk transportasi, misalnya perahu layar, untuk industri dan pertanian, misalnya kincir angin untuk

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK PADA VERTICAL AXIS WIND TURBINE

STUDI EKSPERIMENTAL SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK PADA VERTICAL AXIS WIND TURBINE STUDI EKSPERIMENTAL SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK PADA VERTICAL AXIS WIND TURBINE (VAWT) SKALA KECIL ( Citra Resmi, Ir.Sarwono, MM, Ridho Hantoro, ST, MT) Jurusan Teknik Fisika FTI ITS Surabaya Kampus ITS

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, listrik merupakan kebutuhan primer masyarakat pada umumnya. Faktor yang paling berpengaruh pada peningkatan kebutuhan listrik adalah majunya teknologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Energi Angin Angin merupakan udara yang bergerak akibat adanya rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara dengan arah aliran angin dari tempat yang memiliki

Lebih terperinci

PERFORMANSI TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN EMPAT SUDU UNTUK MENGGERAKKAN POMPA SKRIPSI

PERFORMANSI TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN EMPAT SUDU UNTUK MENGGERAKKAN POMPA SKRIPSI PERFORMANSI TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN EMPAT SUDU UNTUK MENGGERAKKAN POMPA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ALVI SYUKRI 090421064 PROGRAM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sudu Sudu adalah baling baling pada turbin angin. Sudu pada turbin angin sendiri biasanya dihubungkan dengan rotor pada turbin angin. Sudu merupakan salah satu bagian dari turbin

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE PARAMETER AWAL ROTOR TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS

PENGEMBANGAN METODE PARAMETER AWAL ROTOR TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS Pengembangan Metode Parameter Awal Rotor... (Sulistyo Atmadi et al.) PENGEMBANGAN METODE PARAMETER AWAL ROTOR TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS Sulistyo Atmadi, Ahmad Jamaludin Fitroh Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI ENERGI ANGIN DI DAERAH KAWASAN PESISIR PANTAI SERDANG BEDAGAI UNTUK MENGHASILKAN ENERGI LISTRIK

KAJIAN POTENSI ENERGI ANGIN DI DAERAH KAWASAN PESISIR PANTAI SERDANG BEDAGAI UNTUK MENGHASILKAN ENERGI LISTRIK KAJIAN POTENSI ENERGI ANGIN DI DAERAH KAWASAN PESISIR PANTAI SERDANG BEDAGAI UNTUK MENGHASILKAN ENERGI LISTRIK Ilmi Abdullah 1, Jufrizal Nurdin 2*, Hasanuddin 3 1,2,3) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Analisa Peletakan Multi Horisontal Turbin Secara Bertingkat

Analisa Peletakan Multi Horisontal Turbin Secara Bertingkat JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No., (05) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) G-0 Analisa Peletakan Multi Horisontal Turbin Secara Bertingkat Agus Suhartoko, Tony Bambang Musriyadi, Irfan Syarif Arief Jurusan Teknik

Lebih terperinci

TURBIN ANGIN POROS VERTIKAL UNTUK PENGGERAK POMPA AIR

TURBIN ANGIN POROS VERTIKAL UNTUK PENGGERAK POMPA AIR TURBIN ANGIN POROS VERTIKAL UNTUK PENGGERAK POMPA AIR Slamet Riyadi, Mustaqim, Ahmad Farid Progdi Teknik Mesin Fakultas Universitas Pancasakti Tegal Email: mesinftups@gmail.com ABSTRAK Angin merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyediaan energi dimasa depan merupakan permasalahan yang senantiasa menjadi perhatian semua bangsa, karena bagaimanapun juga kesejahteraan manusia dalam kehidupan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KINCIR ANGIN SEDERHANA DENGAN DUA SUDU POROS HORIZONTAL

ANALISIS KINERJA KINCIR ANGIN SEDERHANA DENGAN DUA SUDU POROS HORIZONTAL ANALISIS KINERJA KINCIR ANGIN SEDERHANA DENGAN DUA SUDU POROS HORIZONTAL Yeni Yusuf Tonglolangi Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Mesin, UKI Toraja email: yeni.y.tonglolangi@gmail.com Abstrak Pola

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BENTUK SUDU SETENGAH SILINDER ELLIPTIK UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TURBIN SAVONIUS

PENGGUNAAN BENTUK SUDU SETENGAH SILINDER ELLIPTIK UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TURBIN SAVONIUS 5 PENGGUNAAN BENTUK SUDU SETENGAH SILINDER ELLIPTIK UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TURBIN SAVONIUS Muhammad Irsyad Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung Keywords : Turbin Angin Savonius Sudu Elliptik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Chen, dkk (2013) meneliti tentang Vertical Axis Water Turbine (VAWT) yang diaplikasikan untuk menggerakkan power generation untuk aliran air dalam pipa. Tujuannya

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT PITCH TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN DARRIEUS-H SUMBU VERTIKAL NACA 0012

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT PITCH TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN DARRIEUS-H SUMBU VERTIKAL NACA 0012 STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT PITCH TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN DARRIEUS-H SUMBU VERTIKAL NACA 0012 Nur Aklis, H mim Syafi i, Yunika Cahyo Prastiko, Bima Mega Sukmana Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

KONTROL KECEPATAN TURBIN ANGIN DENGAN DAYA-SENDIRI

KONTROL KECEPATAN TURBIN ANGIN DENGAN DAYA-SENDIRI KONTROL KECEPATAN TURBIN ANGIN DENGAN DAYA-SENDIRI Ali Mashar*, Dja far Sodiq**, Lalu Irlan J.**, Ichsan Ramadhan** *Jurusan Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Bandung, Jl. Gegerkalong Hilir Ds.

Lebih terperinci

PERANCANGAN TURBIN ANGIN TIPE SAVONIUS L SUMBU VERTIKAL. Hendra Darmawan Penulis, Program Studi Teknik Elektro, FT UMRAH,

PERANCANGAN TURBIN ANGIN TIPE SAVONIUS L SUMBU VERTIKAL. Hendra Darmawan Penulis, Program Studi Teknik Elektro, FT UMRAH, PERANCANGAN TURBIN ANGIN TIPE SAVONIUS L SUMBU VERTIKAL Hendra Darmawan Penulis, Program Studi Teknik Elektro, FT UMRAH, hendradarmawan11@gmail.com Ibnu Kahfi Bachtiar ST, M.Sc Dosen Pembimbing, Program

Lebih terperinci

Energi angin (Wind Energy) Hasbullah, S.Pd., MT

Energi angin (Wind Energy) Hasbullah, S.Pd., MT Energi angin (Wind Energy) Hasbullah, S.Pd., MT Dasar Energi Angin Semua energi yang dapat diperbaharui dan berasal dari Matahari. (kecuali.panas bumi) Matahari meradiasi 1,74 x 1.014 kilowatt jam energi

Lebih terperinci

Turbin angin poros vertikal tipe Savonius bertingkat dengan variasi posisi sudut

Turbin angin poros vertikal tipe Savonius bertingkat dengan variasi posisi sudut Dinamika Teknik Mesin 6 (2016) 107-112 Turbin angin poros vertikal tipe Savonius bertingkat dengan variasi posisi sudut I.B. Alit*, Nurchayati, S.H. Pamuji Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mataram,

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Kenaikan harga BBM mendorong masyarakat untuk mencari alternatif energi baru yang murah dan mudah didapat untuk mendapatkan tenaga listrik. Tenaga angin merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Angin Angin adalah gerakan udara dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Kekuatan angin berlebihan dapat dikontrol menggunakan sistem manual atau otomatik.

Lebih terperinci

Prestasi Kincir Angin Savonius dengan Penambahan Buffle

Prestasi Kincir Angin Savonius dengan Penambahan Buffle Prestasi Kincir Angin Savonius dengan Penambahan Buffle Halim Widya Kusuma 1,*, Rengga Dwi Cahya Hidayat 1, Muh Hamdani 1, 1 1 Teknik Mesin S1, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI SUDUT BLADE AIRFOIL CLARK-Y FLAT BOTTOM PADA UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT

PENGARUH VARIASI SUDUT BLADE AIRFOIL CLARK-Y FLAT BOTTOM PADA UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT PENGARUH VARIASI SUDUT BLADE AIRFOIL CLARK-Y FLAT BOTTOM PADA UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT Novi Caroko 1,a, Wahyudi 1,b, Aditya Ivanda 1,c Universitas

Lebih terperinci

a. Turbin Impuls Turbin impuls adalah turbin air yang cara kerjanya merubah seluruh energi air(yang terdiri dari energi potensial + tekanan +

a. Turbin Impuls Turbin impuls adalah turbin air yang cara kerjanya merubah seluruh energi air(yang terdiri dari energi potensial + tekanan + Turbin air adalah alat untuk mengubah energi potensial air menjadi menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini kemudian diubah menjadi energi listrik oleh generator.turbin air dikembangkan pada abad 19

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan kegiatan yang lainnya.

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan kegiatan yang lainnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Turbin angin pada awalnya dibuat untuk mengakomodasi kebutuhan para petani dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan kegiatan yang lainnya. Turbin angin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Denhas (2014) melakukan penelitian mengenai peningkatan unjuk kerja turbin angin vertikal axis savonius dengan cara menambahkan sudu pengarah

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL TIGA SUDU BERDIAMETER 3,5 METER. Adi Andriyanto

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL TIGA SUDU BERDIAMETER 3,5 METER. Adi Andriyanto PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL TIGA SUDU BERDIAMETER 3,5 METER TUGAS SARJANA Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh Adi Andriyanto 13102131

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 UJI PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS-H DENGAN PROFIL SUDU NACA 4415 DAN ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MENGGUNAKAN VARIASI JUMLAH SUDU DAN SUDUT PITCH SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. maka dari hukum Newton diatas dapat dirumuskan menjadi: = besar dari gaya Gravitasi antara kedua massa titik tersebut;

BAB II DASAR TEORI. maka dari hukum Newton diatas dapat dirumuskan menjadi: = besar dari gaya Gravitasi antara kedua massa titik tersebut; BAB II DASAR TEORI Pada bab ini penulis akan menjelaskan teori - teori penunjang yang diperlukan dalam merancang dan merealisasikan tugas akhir ini. Teori - teori yang digunakan adalah gaya gravitasi,

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA II.1 Umum Motor induksi merupakan motor arus bolak balik ( AC ) yang paling luas digunakan dan dapat dijumpai dalam setiap aplikasi industri maupun rumah tangga. Penamaannya

Lebih terperinci

BAB 2 TEORI DASAR Jaringan Listrik Mikro

BAB 2 TEORI DASAR Jaringan Listrik Mikro 2.3. Jaringan Listrik Mikro BAB 2 TEORI DASAR Jaringan listrik mikro merupakan jaringan penyedia sumber daya dengan kapasitas kecil, yang dihasilkan oleh pembangkit energi terbarukan. Daya yang dihasilkan

Lebih terperinci

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDU PENGARAH ALIRAN (GUIDE VANE) TERHADAP DAYA PADA TURBIN SAVONIUS SKRIPSI

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDU PENGARAH ALIRAN (GUIDE VANE) TERHADAP DAYA PADA TURBIN SAVONIUS SKRIPSI UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDU PENGARAH ALIRAN (GUIDE VANE) TERHADAP DAYA PADA TURBIN SAVONIUS SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh : YASIR DENHAS NIM.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh : GALIH PERMANA NIM. I

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh : GALIH PERMANA NIM. I UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH JUMLAH DAN SUDUT SUDU PENGARAH (GUIDE VANE) TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN CROSS FLOW YANG TERINTEGRASI DENGAN MENARA PENDINGIN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik EKAWIRA K NAPITUPULU NIM

SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik EKAWIRA K NAPITUPULU NIM UJI PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS-H DENGAN PROFIL SUDU NACA 0012 DAN ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MENGGUNAKAN VARIASI JUMLAH SUDU DAN SUDUT PITCH SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan energi angin di Indonesia masih sangat kecil, baik yang dimanfaatkan untuk membangkitkan energi listrik ataupun untuk menggerakkan peralatan mekanis seperti

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/naval JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro ISSN 2338-0322 Analisa Pengaruh Variasi Bentuk Sudu,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN. yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1. Gambar 3.

BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN. yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1. Gambar 3. 29 BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN 3.1 Konsep Perancangan Sistem Adapun blok diagram secara keseluruhan dari sistem keseluruhan yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Turbin Air Turbin air adalah turbin dengan media kerja air. Secara umum, turbin adalah alat mekanik yang terdiri dari poros dan sudu-sudu. Sudu tetap atau stationary blade, tidak

Lebih terperinci

OPTIMASI DAYA TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN VARIASI CELAH DAN PERUBAHAN JUMLAH SUDU

OPTIMASI DAYA TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN VARIASI CELAH DAN PERUBAHAN JUMLAH SUDU Optimasi Daya Turbin Angin Savonius dengan Variasi Celah (Farid) OPTIMASI DAYA TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN VARIASI CELAH DAN PERUBAHAN JUMLAH SUDU Ahmad Farid Prodi. Teknik Mesin, Universitas Pancasakti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Energi Angin Salah satu energi terbarukan yang berkembang pesat di dunia saat ini adalah energi angin. Angin adalah udara yang bergerak karena adanya perbedaan

Lebih terperinci

Pembangkit Listrik Tenaga Air. BY : Sulistiyono

Pembangkit Listrik Tenaga Air. BY : Sulistiyono Pembangkit Listrik Tenaga Air BY : Sulistiyono Pembangkit listrik tenaga air Tenaga air bahasa Inggris: 'hydropower' adalah energi yang diperoleh dari air yang mengalir. Air merupakan sumber energi yang

Lebih terperinci

Pengaruh Desain Sudu Terhadap Unjuk Kerja Prototype Turbin Angin Vertical Axis Savonius

Pengaruh Desain Sudu Terhadap Unjuk Kerja Prototype Turbin Angin Vertical Axis Savonius TURBO Vol. 5 No. 2. 2016 p-issn: 2301-6663, e-issn: 2477-250X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo Pengaruh Desain Sudu Terhadap Unjuk Kerja Prototype

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN 4.1 Pengambilan data Pengambilan data dilakukan pada tanggal 11 Desember 212 di Laboratorium Proses Produksi dengan data sebagai berikut : 1. Kecepatan angin (v) = 3

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Perpindahan Panas Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Pembebanan Pada Poros Utama Turbin Angin Terhadap Putaran, Daya Listrik, dan Kinerja Turbin Angin Golden Blade

Pengaruh Variasi Pembebanan Pada Poros Utama Turbin Angin Terhadap Putaran, Daya Listrik, dan Kinerja Turbin Angin Golden Blade Pengaruh Variasi Pembebanan Pada Poros Utama Turbin Angin Terhadap Putaran, Daya Listrik, dan Kinerja Turbin Angin Golden Blade Bella Rukmana *, Sapto Wiratno Satoto, Wowo Rossbandrio Batam Polytechnics

Lebih terperinci