Bab 2. Landasan teori. Masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri. Erikson dalam Hurlock

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 2. Landasan teori. Masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri. Erikson dalam Hurlock"

Transkripsi

1 Bab 2 Landasan teori 2.1 Konsep Remaja Jepang Masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri. Erikson dalam Hurlock (1999 : 208), megemukakan: Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat. Apakah ia seorang anak atau seorang dewasa? Apakah nantinya ia dapat menjadi seorang suami atau ayah?...apakah ia mampu percaya diri sekalipun latar belakang ras atau agama atau nasionalnya membuat beberapa orang merendahkannya? Secara keseluruhan, apakah ia akan berhasil atau akan gagal. Selayaknya remaja pada umumnya, remaja Jepang juga masih berada pada tahap pencarian jati diri. Sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Marcia dan Nielsen (1997 : 146), kondisi dimana para remaja yang masih terbawa arus dan belum tahu harus mengarah kemana disebut dengan diffused identity, dan remaja yang berjuang dalam pencarian jati diri disebut moratorium.hal mengenai pencarian jati diri remaja juga dikemukakan Takeuchi (2004 : 61) : 青年期はモラトリアムを脱し 職業選択から自律性擭得と自我同一性達成に至る大きいな発達的移行期である 青年は職業選択作業を遂行する途上で自己の同一性に 出会う 発達過程をたどる Terjemahan: Remaja seharusnya keluar dari status moratoriumnya, dan melangkah menuju tahap dimana mereka dapat mencapai otonomi mereka sendiri dan masuk ke dalam perkembangan transisi berikutnya termasuk bertugas menemukan pekerjaaan atau menemukan jalan menuju karir yang diinginkan. Dalam mencari jati diri, remaja sangat membutuhkan arahan untuk menentukan yang terbaik. Arahan-arahan yang dapat diberikan kepada remaja dalam menemukan jati dirinya, adalah melalui komunikasi. Apabila komunikasi tidak tercipta dengan baik, remaja tidak bisa memiliki arahan yang tepat dalam membentuk jati dirinya. Seperti yang diungkapkan Erikson dalam Semiun (2003 : 321):

2 Remaja tidak dapat membiarkan dirinya untuk tidak menjadi apa-apa, ia berjuang agar dirinya diperhatikan meskipun ia berfungsi dalam cara yang berlawanan dengan apa yang diterima oleh masyarakat dan kebudayaannya. Dan ini yang disebut identitas negatif. Dari teori di atas, dapat diketahui bahwa komunikasi merupakan hal yang penting dalam pembentukan identitas remaja. Mengenai pencarian jati diri remaja dan komunikasi, Takashi (2008 : 170), mengungkapkan: 議論の回避を高く示す青年はアイデンティティ達成得点が短く 職業決点におけるモラトリアムの決点が高かった 逆に議論による立場の明確化を高く示す青年は模索の得点が高かった Terjemahan: Menghindari pembicaraan atau komunikasi memiliki efek negatif terhadap status nilai achieved identity, dan mempunyai efek positif terhadap nilai moratorium. Pembicaraan atau komunikasi untuk mencari jalan keluar memiliki korelasi positif dengan nilai achieved identity. 2.2 Definisi Konsep Diri Konsep diri merupakan bagian penting dalam kehidupan setiap individu. Menurut Ahmed dan Bruinsma (2006 : 551), teori konsep diri merupakan teori evaluasi diri. Secara lebih mendalam mengenai konsep diri, Papalia ( 2006 : 279) mengemukakan: Self concept is our total image of ourselves. It is what we believe about who we are our total picture of our abilities and traits. Terjemahan: Konsep diri adalah keseluruhan gambaran tentang diri kita. Konsep diri merupakan apa yang kita percaya mengenai diri kita seluruh gambaran mengenai kemampuan dan sifat kita. Tidak jauh berbeda, Hurlock (1990 : 58) memberikan pengertian tentang konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri ini

3 merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi. Pendapat yang serupa yang disampaikan oleh Brim dan Traeger dalam Prayitno (2002 : 119), konsep diri merupakan pendapat, perasan, gambaran seseorang tentang dirinya sendiri baik yang menyangkut materi, fisik maupun psikhis (sosial, emosi, moral dan kognitif yang dimiliki seseorang. Adapun : 1. Konsep diri yang menyangkut materi, yaitu pendapat seseorang tentang segala sesuatu yang dimilikinya, baik yang menyangkut harta benda maupun bentuk tubuhnya. 2. Konsep diri yang menyangkut sosial, yaitu perasaan eseorang tentang kualitas hubungannya dengan orang lain. 3. Konsep diri yang menyangkut emosi, yaitu pendapat seseorang tentang keadaan emosinya (bahagia, sedih, menderita, berani dan sebagainya). 4. Konsep diri yang menyangkut moral, yaitu pandangan seseorang bahwa ia jujur, penyayang, taat beragama dan sebagainya. 5. Konsep diri yang menyangkut kognitif yaitu pendapat seseorang tentang kecerdasannya baik dalam memecahkan masalah maupun prestasinya. Dari beberapa pengertian di atas dapat dietahui bahwa konsep diri merupakan cara pandang dan keyakinan seseorang mengenai dirinya sendiri. Pandangan ini mencakup keseluruhan mengenai dirnya (fisik, kepribadian, kemampuan, kelemahan dan sebagainya). Konsep diri merupakan refleksi dari apa yang dipandang, dirasakan, dan apa yang dialami individu mengenai dirinya sendiri. Dengan demikian, seseorang yang berkata saya mampu atau saya tidak mampu, saya pemberani atau saya penakut, merupakan konsep orang tersebut terhadap dirinya.

4 2.2.1 Perkembangan Konsep Diri Konsep diri bukanlah faktor yang terbentuk atau dibawa sejak lahir. Rogers dalam Burns (1993 : 50), menyatakan bahwa perkembangan konsep diri merupakan pertumbuhan pengalaman yang lambat. Tidak ada konsep diri yang terbentuk dengan terpisah dari pengalaman pribadi dan kesadaran seseorang. Dengan demikian semakin dewasa seseorang, maka semakin banyak pengalaman hidupnya, dan semakin mantap pula konsep diri orang tersebut. Menurut Willey dalam Calhoun dan Acocela (1995 : 76 ), dalam perkembangan konsep diri, yang digunakan sebagai sumber pokok infomasi adalah interaksi dengan orang lain, karena seiring dengan pertumbuhannya, individu selalu berinteraksi dengan orang lain. Tidak jauh berbeda, Baldwin dan Holmes dalam Calhoun dan Acocella (1995 : 77), mengemukakan bahwa konsep diri merupakan hasil belajar seseorang melalui hubungannya dengan orang lain (significant others). Yang dimaksud dengan significant others oleh Calhoun dan Acocella (1995 : 77-79), adalah: a. Orangtua Kontak dengan orangtua adalah kontak sosial yang paling awal yang seseorang lakukan. Bayi sangat bergantung pada orangtua untuk kelangsungan hidupnya, misalnya dalam masalah makanan, perlindungan, dan kenyamanan. Akibatnya, orangtua menjadi amat penting di mata anak. Kenyataan ini menyebabkan apa yang dikomunikasikan orangtua pada anak, lebih berkesan daripada informasi lain yang anak terima sepanjang hidupnya. Orangtua memberikan informasi yang cenderung konstan tentang diri seorang anak dan sangat mempengaruhi harapan yang anak ingin capai. Akhirnya, yang paling penting adalah orangtua mengajarkan anak bagaimana ia menilai dirinya sendiri. Bagaimanapun perlakuan

5 orangtua terhadap anak, anak akan menerimanya dengan anggapan bahwa ia memang pantas diperlakukan seperti itu. Nilai diri yang dimilikinya diperoleh dari nilai yang diberikan orangtua kepada mereka. Penilaian yang berasal dari orangtua akan berlangsung terus menerus dalam diri anak. Burns (1993 : 203) mengatakan bahwa umpan balik dari orang yang dihormati merupakan salah satu faktor penting pembentuk konsep diri individu. Umpan balik yang diberikan oleh orangtua kepada anak akan menentukan bentuk konsep diri yang akan berkembang pada anak konsep diri positif atau konsep diri negatif. Pengalaman tentang penolakan atau disayangi oleh orangtua, mempengaruhi cara individu memandang dirinya. Dalam masa permulaan anak-anak, mereka sangat percaya bahwa persepsi tentang dirinya dapat dilihat dari reaksi yang diberikan oleh orang-orang yang dihormatinya, khususnya orangtua. b. Teman sebaya Kawan sebaya menempati kedudukan kedua setelah orangtua sebagai salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pembentukan konsep diri seseorang. Pada awalnya, anak merasa cukup hanya dengan mendapatkan cinta dan penerimaan dari orangtua. Dalam perkembangannya, anak membutuhkan penerimaan dari anakanak lain dalam kelompoknya. Jika penerimaan ini tidak ia terima, misalnya: diejek dan dijauhi, maka pembentukan konsep dirinya akan terganggu. Hubungan anak dengan teman sebayanya mempengaruhi penilaiannya terhadap diri sendiri. c. Masyarakat Penilaian masyarakat mempengaruhi perkembangan konsep diri seseorang. Pandangan masyarakat tentang diri seorang anak, akan dianggap oleh anak tersebut sebagai sebuah kebenaran dan menjadi nyata dalam hidupnya, misalnya bila

6 masyarakat menganggap bahwa ia adalah seorang anak yang sukses, maka ia percaya bahwa ia akan menjadi orang yang sukses. Tapi bila masyarakat menilai bahwa anak itu akan tumbuh sebagai seorang penjahat, maka besar kemungkinannya ia akan tumbuh sebagai seorang penjahat. Seperti pengaruh orangtua dan kawan sebaya, masyarakat memberikan penilaian terhadap diri seseorang dan penilaian itu diterimanya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa individu tidak lahir dengan konsep diri. Konsep diri terbentuk seiring dengan perkembangan hidup individu. Konsep diri merupakan suatu faktor yang dipelajari oleh seseorang, yang terbentuk dari pengalaman seseorang dalam berhubungan dengan orang lain. Sumber informasi mengenai konsep diri seseorang dapat diperoleh melalui interaksinya dengan orang lain, yaitu orang tua, teman sebaya dan masyarakat Dimensi Konsep Diri Menurut Calhoun & Acoccela (1995 : 67), konsep diri memiliki 3 dimensi, yaitu : a. Pengetahuan Konsep diri dapat diperoleh dari pengetahuan atau gambaran indvidu terhadap dirinya. Dalam hal ini pengetahuan mengacu pada hal-hal yang berada di luar (kuantitas) maupun dalam diri individu (kualitas). Hal-hal yag berada di luar diri individu meliputi usia, jenis kelamin, kebangsaan, pekerjaan, dan lainnya. Sedangkan hal yang berada dalam diri manusia merujuk pada sifat, kemampuan, temperamen dan sebagainya. Dengan demikian, julukan yang individu berikan terhadap dirinya sendiri, merupakan hasil dari pengetahuan yang individu miliki terhadap dirinya.

7 Pengetahuan bisa diperoleh dengan cara membandingkan diri individu dengan kelompok pembandingnya. Pengetahuan yang dimiliki individu tidaklah menetap sepanjang hidupnya. Pengetahuan bisa berubah dengan cara merubah tingkah laku individu tersebut atau dengan cara merubah kelompok pembanding. b. Harapan Dimensi kedua dari konsep diri adalah harapan. Selain pandangan tentang siapa dirinya, individu juga mempunyai satu set pandangan lain, yaitu tentang kemungkinan menjadi apa dimasa mendatang. Singkatnya, individu mempunyai pengharapan bagi dirinya sendiri. Pengharapan yang dimiliki setiap individu terhadap dirinya, tidaklah selalu sama. Pengharapan terhadap diri sendiri dapat dikatakan sebagai ideal diri. Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana individu harus berperilaku berdasarkan standar, tujuan, atau penilaian personal tertentu (Stuart dan Sundeen, 1998 : 229). Dalam hal ini, standar dapat ditentukan berdasarkan cita-cita atau nilai-nilai yang ingin dicapai individu. Dari standar yang telah ditentukan tersebut, ideal diri dapat membantu individu untuk mencapai cita-cita atau nilai yang ingin dicapainya. Akan tetapi jika standar yang ditetapkan individu terlalu tinggi melampaui diri nyata (diri empiris), akan terjadi ketidakcocokan persepsi antar diri nyata dan diri ideal, sehingga sangat mungkin timbul frustasi pada individu tersebut (Calhoun dan Acocella, 1995 : 70). c. Penilaian Dimensi yang terakhir dari konsep diri adalah penilaian terhadap diri sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri berasal dari pengukuran individu tentang keadaannya saat ini dengan apa yang menurutnya dapat terjadi pada dirinya. Penilaian juga dapat berasal dari keyakinan individu tentang bagaimana orang lain mempersepsikannya.

8 Penilaian menyangkut unsur evaluasi, seberapa besar individu menyukai dirinya sendiri. Penilaian inilah yang kemudian menghasilkan harga diri individu. Perolehan harga diri pada individu (baik harga diri rendah atau tinggi), dapat dilihat dari frekuensi pencapaian tujuan. Individu yang sering menemui kegagalan dalam hidupnya, akan memperoleh harga diri yang rendah, begitu pula sebaliknya. Harga diri juga dapat diperoleh dari orang lain. Cinta, penghargaan, penerimaan dari orang lain akan berpengaruh pada penilaian individu terhadap dirinya (Keliat, 1992). Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa konsep diri terdiri dari beberapa dimensi yang dipadukan, yang pada akhirnya membentuk konsep diri. Dimulai dari pengetahuan individu tentang dirinya (dari dalam maupun luar). Setelah memiliki pengetahuan tentang dirinya, individu mulai memiliki harapan-harapan terhadap dirinya. Harapan tersebut memunculkan ideal diri, yaitu keinginan individu berlaku sesuai dengan standar. Setelah ideal diri terbentuk muncullah penilaian individu terhadap dirinya. Penilaian ini menghasilkan harga diri. Suka atau tidak suka, baik atau buruk penilaian individu, serta penolakan atau penerimaan yang diberikan orang lain akan mempengaruhi perolehan harga diri individu Jenis Konsep Diri Konsep diri individu yang satu dengan lainnya, tidaklah selalu sama. Konsep diri bergantung pada respon individu terhadap rangsangan yang ada di sekitarnya. Calhoun dan Acocella membedakan Konsep diri dibedakan menjadi 2, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Konsep diri merupakan bagian diri yang mempengaruhi setiap aspek pengalaman, baik itu pikiran, perasaan, persepsi dan tingkah laku individu. Dengan demikian, positif atau negatif konsep diri seseorang, dapat dilihat dari tingkah lakunya. Apabila seseorang memiliki konsep diri positif,

9 maka perilaku yang muncul pun cenderung positif, dan sebaliknya, seseorang yang menilai dirinya negatif, maka perilaku yang muncul pun cenderung negatif (Calhoun dan Acocella, 1990 : 72) Konsep Diri Positif Konsep diri positif diukur dari besarnya penerimaan diri individu. Individu yang memiliki konsep diri yang positif adalah individu yang memahami betul dirinya, serta menerima fakta yang beragam mengenai dirinya serta menerima dirinya apa adanya (baik kekurangan maupun kelebihannya) secara positif. Individu dengan konsep diri positif akan mampu merancang tujuan-tujuan hidup yang sesuai dengan realita, sehingga lebih besar kemungkinan individu untuk mencapai tujuan hidupnya (Calhoun dan Acocella, 1995 : 74). Menurut Brooks dalam Rakhmat (2005 : 105), individu yang memiliki konsep diri positif ditandai oleh 5 hal, yaitu: 1. Ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah. Dengan konsep diri yang positif, individu akan memiliki rasa percaya diri bahwa ia mampu menghadapi serta mengatasi masalah yang ia hadapi. 2. Ia merasa setara dengan orang lain Individu yang merasa setara dengan orang lain, memiliki karakteristik rendah diri, tidak sombong, tidak menganggap rendah orang lain, dan selalu mengahargai orang lain. 3. Ia menerima pujian tanpa rasa malu Pujian yang diberikan orang lain, mampu diterima individu tanpa rasa malu. Meskipun demikian, pujian yang diterimanya tidak membuatnya terlalu membanggakan diri apalagi meremehkan orang lain.

10 4. Ia menyadari bahwa setiap orang memiliki perasaan, keinginan serta perilaku yang tidak seluruhnya dapat disetujui masyarakat. Dalam hal ini individu mampu memiliki kepekaan yang cukup besar terhadap perasaan orang lain. Ia akan mencoba untuk memahami dan menghargai orang lain, walaupun terkadang perilaku orang tersebut tidak disetujui oleh masyarakat. 5. Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha merubahnya. Individu yang memiliki konsep diri positif akan mampu menerima kekurangankekurangan dalam dirinya. Ia akan mampu mengintrospeksi dirinya, dan mampu mengubah dirinya agar menjadi lebih baik sehingga dapat diteeima di tengah masyarakat. Apabila individu memiliki konsep diri yang positif, maka ia akan mampu menata masa depannya dengan sikap optimis. Calhoun dan Acocella (1995 : 74) mengemukakan bahwa seseorang yang memiliki konsep diri positif memungkinkan orang tersebut untuk dapat maju ke depan secara bebas, berani dan spontan, serta mampu menghargai orang lain. Baginya kehidupan merupakan sesuatu yang menyenangkan dan penuh kejutan. Konsep diri yang positif akan menjadi modal individu dalam merancang kehidupannya di masa kini maupun masa mendatang. Dengan konsep diri positif, individu akan memandang positif dirinya maupun orang lain, sehingga ia akan mendapat umpan balik yang positif pula dari lingkungannya Konsep Diri Negatif yaitu: Calhoun dan Acocella (1995 : 72), membagi konsep diri negatif menjadi dua,

11 1. Individu memandang dirinya secara acak, tidak teratur, tidak stabil, dan tidak ada keutuhan diri. Ia tidak mengetahui siapa dirinya, kelemahannya, kelebihannya serta apa yang dihargai dalam hidupnya. 2. Kebalikan dari jenis konsep diri negatif yang pertama, individu yang memiliki konsep diri negatif memandang dirinya terlalu stabil dan terlalu teratur. Dengan demikian individu memjadi seorang yang kaku dan tidak bisa menerima ide-ide baru yang bermanfaat baginya. Burns (1993 : 72) menjelaskan bahwa konsep diri negatif merupakan evaluasi diri negatif (negative self-evaluation), membeci diri (self-hatred), perasaan rendah diri (inferiority), kurang menghargai serta menerima diri (lack of feeling of personal worthiness and self acceptance). Individu yang memiliki konsep diri yang negatif akan memiliki penilaian negatif terhadap dirinya sehingga merasa bahwa dirinya tidak cukup berharga dibandingkan oranglain. Konsep diri seseorang dapat dilihat dari sikap mereka. Seperi yang diungkapkan Murmanto (2007 : 67): Konsep diri yang jelek akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak berani mencoba hal-hal baru, tidak berani mencoba hal-hal yang menantang, takut gagal, takut sukses, merasa diri bodoh, rendah diri, merasa tidak berharga, merasa tidak layak untuk sukses, pesimis, dan masih banyak perilaku inferior lainnya. Tidak jauh berbeda, Brooks dalam Rakhmat (2005 : 105), mengemukakan bahwa perilaku individu yang negatif ditandai dengan: 1. Peka terhadap kritik Bagi individu dengan konsep diri negatif, kritik merupakan hal yang salah. Ia sangat tidak tahan terhadap kritik dan mudah menjadi marah dan naik pitam karena kritik tersebut. Ia tidak mampu mengendalikan emosinya dan mempersepsikan bahwa kritik adalah suatu usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Oleh karena itu ia

12 akan menghindari dialog yang terbuka dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan berbagai logika yang keliru. 2. Sangat responsif terhadap pujian Ia tidak bisa menyembunyikan antusiasmenya terhadap pujian yang diterimanya. Baginya segala sesuatu yang menjunjung harga dirinya menjadi pusat perhatiannya. 3. Cenderung bersikap hiperkritis Ia selalu mencela, meremehkan dan mengeluh tentang apapun dan siapapun. Ia tidak sanggup mengungkapkan pengakuan atau pengahargaan terhadap kelebihan orang lain. 4. Cenderung merasa tidak disenangi dengan orang lain Ia merasa tidak diperhatikan orang lain, karena itulah ia bereaksi pada orang lain sebagai musuh sehingga tidak dapat menciptakan kehangatan dan keakraban persahabatan. Ia selalu merasa rendah diri atau bahkan berperilaku negatif (membenci, mencela, mengajak berkelahi, bermusuhan dan sebagainya). 5. Bersikap pesimis terhadap kompetisi Hal ini dapat terlihat dari keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Ia menganggap bahwa dirinya tidak berdaya melawan persaingan yang hanya akan merugikan dirinya. Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa konsep diri seseorang menjadi bagian yang sangat penting dalam diri individu karena sangat mempengaruhi cara individu berperilaku. Individu yang memiliki konsep diri yang negatif akan memiliki pandangan yang negatif, baik tentang dirinya maupun orang-orang yang ada di sekitarnya. Hal ini tentunya akan mempengaruhi hubungannya dengan lingkungan sekitarnya. Seperti yang dikemukakan oleh bahwa individu dengan konsep diri

13 posiitifdengan demikian, penilaian seseorang terhadap dirinya maupun terhadap lingkungan, bergantung dari konsep diri yang dimilikinya. 2.3 Teori Labeling Teori labeling berfokus pada signifikan labeling (nama, reputasi) yang diberikan kepada kita (Henslin, 2007 : 155). Dalam teori ini, labeling mengacu pada labeling yang negatif, misalnya penjahat, pelacur, cabul, brandalan, serampangan, anak bodoh dan sebagainya. Teori labeling menekankan pada pentingnya melihat sebuah penyimpangan dari sudut pandang individu yang menyimpang tersebut. Teori ini mengupas persoalan tentang bagaimana dan mengapa seseorang bisa memperoleh cap atau labeling dan efek labeling tersebut terhadap tingkah laku berikutnya. Lemert dalam Hurton (1999 : 199), mengemukakan: Dengan mencap suatu perbuatan sebagai perbuatan menyimpang, maka itu berarti kita mulai menciptakan serangkaian perbuatan yang cenderung mendorong orang untuk melakukan penyimpangan yang lebih besar, dan akhirnya menciptakan pola hidup menyimpang. Jadi tindakan pemberian cap mengawali pembenaran ramalan-pribadi (self-fulfilling prophesy). Pernyataan di atas, menjelaskan bahwa seseorang yang diberi cap penjahat akan benar-benar menjadi penjahat. Teori ini menekankan bahwa pemberian julukan, yang merupakan suatu reaksi dari masyarakat, akan mempengaruhi diri individu yang diberi julukan. Hurton (1999 : 200), juga menjelaskan bahwa proses pemberian cap sangatlah penting karena ia dapat merupakan awal perjalanan hidup yang terus-menerus menyimpang dan tanpa akhir. Labeling yang pada akhirnya menjadi kenyataan, terjadi melalui suatu proses. Hurton (1999 : 200), memberikan gambaran mengenai suatu proses labeling yang menjadi pemicu suatu tindakan penyimpangan.gambaran proses tersebut antara lain:

14 1. Seseorang yang dicap penyimpang akan diberhentikan dari pekerjaannya atau dikucilkan dari kelompok profesinya, diasingkan oleh orang-orang konvensional dan bahkan mungkin dipenjarakan dan disebut sebagai kriminal untuk selamalamanya. 2. Pada saat seseorang telah tergantung pada hubungan-hubungan yang bersifat menyimpang, ia mulai menggunakan tindakan menyimpang sebagai alat pelindung terhadap tekanan masyarakat konvensional yang mencap dirinya sebagai penyimpang. 3. Penyimpangan menjadi fokus perhatian utama reorganisasi perjalanan hidup orang tersebut. Berdasarkan pemaparan proses di atas, penyimpangan yang terjadi karena labeling, diawali oleh perlakuan masyarakat terhadap seseorang yang dianggap menyimpang. Setelah memberi labeling penyimpang, masyarakat mulai benarbenar memperlakukan orang tersebut sebagai penyimpang. Tindakan tersebut ditandai dengan pengabaian, pengucilan, dan pengasingan. Tindakan pengasingan terkadang diiringi oleh pernyataaan dan sikap tidak hormat masyarakat (Hurton, 1999 : 200). Melalui pengucilan tersebut, si penyimpang tidak bisa berinteraksi dengan normal dengan lingkungan sekitarnya, dan mereka seperti dipaksa untuk berhubungan dengan hal-hal yang hanya berhubungan dengan peyimpangan. Dan sebagai hasil akhirnya, hanya hal-hal yang bersifat menyimpanglah yang bisa ia lakukan. Singkatnya, orang yang dijuluki penjahat, akan mulai diperlakukan sebagai penjahat dan khirnya orang tersebut akan benar-benar menjadi penjahat. 2.4 Hubungan Labeling Dengan Konsep Diri Mengenai nama julukan atau labeling yang diterima seseorang, Mulyana (2002 : 275) mengemukakan bahwa:

15 Nama yang kita terima tidak hanya mempengaruhi kehidupan kita, tetapi juga mempengaruhi orang lain untuk memperlakukan kita, dan terpenting mempengaruhi kita dalam mempersepsi diri-sendiri...nama adalah bagian dari konsep-diri yang sangat penting. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Hurlock (1999 : 173 & 235), yang menjelaskan bahwa nama dan julukan dapat mempengaruhi konsep diri anak-anak dan remaja. Sebuah nama yang mengakibatkan cemoohan atau yang menggambarkan status kelompok minoritas, dapat mengakibatkan perasaan rendah diri. Perasaan rendah diri merupakan bagian dari konsep diri negatif, yang ditandai dengan tidak adanya kepercayaan terhadap diri sendiri, pengabaian terhadap peraturan, serta tidak memiliki tanggung jawab. Individu yang memiliki konsep diri yang negatif mengalami kesulitan dalam menerima dirinya sendiri sehingga menyebabkan buruknya penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial pada diri mereka (Hurlock, 1992 : 261). Perasaan rendah diri dapat ditunjukkan dengan adanya gangguan dalam hubungan sosial, perasaan tidak mampu yang menyebabkan rendahnya motivasi untuk berprestasi, pandangan hidup yang pesimis dan penarikan diri secara sosial (Stuart dan Sundeen, 1998: 230). Labeling cenderung menjadi bagian dari konsep diri kita dan membantu kita ke jalur yang mendorong kita ke penyimpangan ataupun mengalihkan kita dari labeling tersebut (Henslin, 2007 : 155). Pada kasus Shinagawa Daichi, labeling mendorongnya ke arah penyimpangan. Hal ini terjadi karena labeling yang diterimanya telah diterakan dalam dirinya, membentuk konsep dirinya, sehingga pada akhirnya ia menerima dirinya sebagai seorang peyimpang. Seperti yang dikemukakan Atkinson (1999 : 171), bahwa seorang anak yang mendapatkan celaan atau hukuman, akan mengintegrasikan pengalamannya ke dalam citra dirinya. Mungkin mereka akan menyimpulkan bahwa mereka bukan orang yang baik dan

16 merasa malu. Dengan demikian, seorang anak yang dilabel bodoh, akan benar- benar berpikir bahwa dirinya memang bodoh dan bertindak selayaknya anak yang bodoh, misalnya tidak adanya motivasi untuk berprestasi sehingga presatasinya di sekolah kurang baik. Tidak jauh berbeda, Coloraso (2003 : 155) menjelaskan bahwa : bahwa ketika pikiran, perasaan dan kecenderungan diabaikan, diremehkan atau dihukum, anak-anak dapat sampai pada keyakinan bahwa memang ada sesuatu yang salah dengan mereka, dan mereka mulai berperilaku seolah-olah bahwa hal itu memang benar. Dari teori-teori di atas, dapat diperoleh pengertian bahwa labeling memiliki pengaruh yang besar terhadap konsep diri, karena penilaian yang seseorang dapat tentang dirinya berasal dari lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, jika orangorang yang berada di lingkungan sekitar memberikan label yang negatif kepada seseorang, maka orang tersebut juga akan memandang negatif dirinya sehingga mereka akan benar-benar berpikir bahwa dirinya memang penyimpang dam mulai bertindak selaras sesuai dengan label yang diberikan. Selanjutnya, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, seseorang yang diberi labeling negatif akan mulai diasingkan, ditolak, dan tidak dihormati lingkungan sekitarnya. Proses pengasingan tersebut juga menjadi salah satu pemicu timbulnya perasaan tidak berharga dan tidak diterima. Dengan demikian, labeling negatif yang diberikan kepada seseorang akan mempengaruhi penilaiannya terhadap dirinya, yang pada akhirnya membentuk konsep diri negatif negatif yang tercermin pada perilaku-perilaku negatif. 2.5 Teori penokohan Dalam suatu cerita, tokoh memiliki peranan yang penting. Tokoh memiliki peranan sebagai pelaku dan pembawa cerita. Dengan demikian, tanpa kehadiran tokoh, sebuah cerita tidak mungkin dapat disampaikan. Nurgiyantoro (2002 : 165), menjelaskan:

17 Istilah tokoh dapat menunjuk kepada orangnya atau perilaku ceritanya dan istilah tokoh cerita. Dapat juga dikatakan sebagai orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan, melalui tindakan. Untuk mengukur kepribadian seorang tokoh, dapat dilakukan melalui metode verbal dan non verbal. 1. Metode Verbal (melalui percakapan) Nurgiyantoro (2002 : 201), mengemukakan bahwa percakapan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam sebuah cerita, dimaksudkan untuk menggambarkan sifat dari tokoh-tokoh tersebut. Tidak semua percakapan menunjuk kan sikap tokoh. Namun percakapan yang baik dan efektif adalah percakapan yang menunjukkan sifat atau watak dari tokoh pelakunya. 2. Metode non Verbal (melalui deskripsi perbuatan) Metode non verbal merupakan penyampaian info tanpa menggunakan bahasa. Seperti yang dijelaskan Nurgiyantoro (2002 : 203) : Apa yang dilakukan orang dalam wujud tindakan dan tingkah laku, dapat dipandang sebagai menunjukkan reaksi, tanggapan, sifat dan sikap yang mencerminkan sifat-sifat kediriannya. Dengan demikian, melalui metode verbal (percakapan), dan metode non verbal (tingkah laku, ekspresi wajah, penampilan, postur, isyarat dan lain-lain), kita dapat memperoleh pengetahuan mengenai unsur-unsur yang berkaitan dengan tokoh yang ada dalam alur cerita karya sastra. 2.6 Teknik Montase Menurut Humprey (2005 : 150), teknik montase adalah salah satu teknik mendasar dalam sinema. Teknik montase itu sendiri berasal dari perfilman, yang

18 memiliki arti memotong-motong, memilah-milah, serta menyambung-nyambung gambar sehingga menjadi kesatuan yang utuh. Teknik montase dalam bidang perfilman digunakan untuk memperlihatkan antar hubungan atau asosiasi gagasan. Sehingga pada dasarnya, teknik montase mengambil sebuah kegiatan yang terdapat pada sebuah film, menggabung-gabungkannya dan membentuk kesatuan yang utuh sehingga mampu dimengerti oleh orang umum. Teknik montase juga seringkali digunakan untuk mencuptakan suasana. Teknik ini juga digunakan dalam penyajian ekacakap karena pikiran-pikiran yang susulmenyusul. Teknik montase pun bisa menyajikan kesibukan latar seperti hiruk pikuk kota atau suatu kekalutan.

Bab 2. Landasan Teori. Secara umum, persahabatan mengacu pada hubungan dyadic yang dekat dengan

Bab 2. Landasan Teori. Secara umum, persahabatan mengacu pada hubungan dyadic yang dekat dengan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Persahabatan Secara Umum Secara umum, persahabatan mengacu pada hubungan dyadic yang dekat dengan beberapa teman ( Hetherington & Parke, 1999 : 64 ). Esensi dari persahabatan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Ditinjau dari segi ilmu bahasa, kata psikologi berasal dari kata psyche yang

Bab 2. Landasan Teori. Ditinjau dari segi ilmu bahasa, kata psikologi berasal dari kata psyche yang Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Psikologi Ditinjau dari segi ilmu bahasa, kata psikologi berasal dari kata psyche yang diartikan jiwa dan kata logos yang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan. Karena itu kata

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. dalam sebuah novel tidaklah harus seorang pahlawan tetapi sebagai salah satu

Bab 2. Landasan Teori. dalam sebuah novel tidaklah harus seorang pahlawan tetapi sebagai salah satu Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Tokoh dalam sebuah cerita memegang peran yang penting untuk menceritakan sebuah cerita. Seperti yang dikatakan Ishihara (2009: 42) bahwa seorang pahlawan dalam

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Analisis Pengaruh Labeling Terhadap Konsep

Bab 5. Ringkasan. Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Analisis Pengaruh Labeling Terhadap Konsep Bab 5 Ringkasan Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Analisis Pengaruh Labeling Terhadap Konsep Diri Pada Tokoh Shinagawa Daichi Dalam Drama Yankee Kun To Megane Chan Bab pertama, yaitu pendahuluan, yang berisi

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui

BAB II URAIAN TEORITIS. adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Pengertian Komunikasi Manusia tercipta sebagai mahkluk social yang tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui sebuah komunikasi

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. kelompok dimana mereka berada dalam masyarakat, terutama tempat dimana

Bab 2. Landasan Teori. kelompok dimana mereka berada dalam masyarakat, terutama tempat dimana Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Shuudanshuugi ( 集団祝儀 ) Orang Jepang pada umumnya cenderung memiliki ketertarikan yang kuat terhadap kelompok dimana mereka berada dalam masyarakat, terutama tempat dimana

Lebih terperinci

ANALISIS TOKOH BOTCHAN DALAM DRAMA TVBOTCHANDENGAN TEORI HIRARKI KEBUTUHAN BERTINGKATDARI ABRAHAM MASLOW SKRIPSI

ANALISIS TOKOH BOTCHAN DALAM DRAMA TVBOTCHANDENGAN TEORI HIRARKI KEBUTUHAN BERTINGKATDARI ABRAHAM MASLOW SKRIPSI ANALISIS TOKOH BOTCHAN DALAM DRAMA TVBOTCHANDENGAN TEORI HIRARKI KEBUTUHAN BERTINGKATDARI ABRAHAM MASLOW SKRIPSI YULIS KARTIKA DEWI 2012110055 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS DARMA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Davies dan Osamu Ikeno (2002:95), giri merupakan kunci dalam

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Davies dan Osamu Ikeno (2002:95), giri merupakan kunci dalam Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Giri( 義理 ) Menurut Davies dan Osamu Ikeno (2002:95), giri merupakan kunci dalam memahami konsep budaya Jepang dan karakteristik tertentu pola perilaku di antara masyarakat

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang

Bab 2. Landasan Teori. Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Psikologi Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Karena itu psikologi bisa diartikan sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS TOKOH OBAKETAROU DALAM CERITA ANAK OBAKETAROU WA ICHINENSEI MELALUI PSIKOLOGI UMUM YACOB HAMONANGAN

ANALISIS TOKOH OBAKETAROU DALAM CERITA ANAK OBAKETAROU WA ICHINENSEI MELALUI PSIKOLOGI UMUM YACOB HAMONANGAN ANALISIS TOKOH OBAKETAROU DALAM CERITA ANAK OBAKETAROU WA ICHINENSEI MELALUI PSIKOLOGI UMUM YACOB HAMONANGAN 2012110154 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS DARMA PERSADA JAKARTA 2016

Lebih terperinci

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN SAVOY HOMANN ホテルのエグセクテイブカラオケ JUN はビジネスマンの商談や海外の旅行者をリラックスさせるための憩いの憩いの場所

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Konsep keluarga, menurut Elliot & Bogardus dalam Khairuddin (1997) tidak hanya

Bab 2. Landasan Teori. Konsep keluarga, menurut Elliot & Bogardus dalam Khairuddin (1997) tidak hanya Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Keluarga Jepang Konsep keluarga, menurut Elliot & Bogardus dalam Khairuddin (1997) tidak hanya menjangkau orang-orang yang menikah dan mempunyai ikatan darah. Seseorang

Lebih terperinci

BJ システムについて Mengenai BJ System

BJ システムについて Mengenai BJ System BJ システムについて Mengenai BJ System BJ システムは日本語の文法 および漢字を基準にして独自に開発したシステム教材です BJ System adalah sistem pembelajaran bahasa Jepang yang berdasarkan tata bahasa dan tulisan KANJI. 文法を基準にしておりますので 汎用性の高い日本語を習得できます

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ayah 1. Definisi Peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun informal (Supartini,

Lebih terperinci

Membangun Konsep Diri Positif Pada Anak

Membangun Konsep Diri Positif Pada Anak Membangun Konsep Diri Positif Pada Anak Sri Redjeki FIP IKIP Veteran Semarang Email : basiroh_1428@yahoo.co.id ABSTRAK Setiap manusia sebagai organisme memiliki dorongan untuk berkembang sampai mencapai

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Sutedi (2003, hal.2), menjelaskan bahwa bahasa adalah alat komunikasi untuk

Bab 5. Ringkasan. Sutedi (2003, hal.2), menjelaskan bahwa bahasa adalah alat komunikasi untuk Bab 5 Ringkasan Sutedi (2003, hal.2), menjelaskan bahwa bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan. Sedangkan Green (1972, hal.25), berpendapat bahwa bahasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berjudul Peningkatan Konsep Diri Positif dengan Layanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berjudul Peningkatan Konsep Diri Positif dengan Layanan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini berjudul Peningkatan Konsep Diri Positif dengan Layanan Konseling Kelompok pada Siswa kelas VIII di SMP N 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015. Untuk itu akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di sepanjang kehidupannya sejalan dengan pertambahan usianya. Manusia merupakan individu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Fenomena remaja yang terjadi di Indonesia khususnya belakangan ini terjadi penurunan atau degredasi moral. Dalam segala aspek moral, mulai

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam

Bab 2. Landasan Teori. Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam suatu cerita. Menurut Nurgiyantoro (2012), penokohan adalah pelukisan gambaran yang

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Ada pepatah dalam bahasa Inggris berbunyi, A friend in need is a friend indeed,

Bab 2. Landasan Teori. Ada pepatah dalam bahasa Inggris berbunyi, A friend in need is a friend indeed, Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Persahabatan Secara Umum Ada pepatah dalam bahasa Inggris berbunyi, A friend in need is a friend indeed, yang mengandung makna bahwa seorang sahabat akan hadir di saat-saat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erikson (Hurlock, 1980:208) berpendapat, identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat. Apakah

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Risanti Baiduri NIM :

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan melalui bahasanya. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:88), yang selanjutnya

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Masyarakat Jepang yang Berhubungan dengan Amae ( 甘え )

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Masyarakat Jepang yang Berhubungan dengan Amae ( 甘え ) Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Masyarakat Jepang yang Berhubungan dengan Amae ( 甘え ) Konsep masyarakat Jepang bersifat tidak logis dan lebih intuitif, kenyataan ini berhubungan erat dengan besarnya pengaruh

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan BAB IV KESIMPULAN Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan dochira terdapat dua makna, yaitu; arti terjemahan atau padanan terjemahan yang berupa padanan dinamis dan arti leksikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah usia seseorang yang sedang dalam masa transisi yang sudah tidak lagi menjadi anak-anak, dan tidak bisa juga dinilai dewasa, saat usia remaja ini anak ingin

Lebih terperinci

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ICHSAN SALIM 2012110152 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja (adolescence) sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, mempelajari bahasa bertujuan untuk memperoleh empat keterampilan berbahasa (language competence) yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Interaksi Sosial. Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara

BAB II LANDASAN TEORI. A. Interaksi Sosial. Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara 7 BAB II LANDASAN TEORI 1. Pengertian Interaksi Sosial A. Interaksi Sosial Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi. Lampiran 1 Soal Pre Test Terjemahkan kedalam bahasa jepang! 1. Anda boleh mengambil foto. ~てもいいです 2. Mandi ofuro Sambil bernyanyi. ~ ながら 3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK Secara umum, bahasa merupakan alat komunikasi yang hanya dimiliki oleh manusia. Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ. (Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) こんじょう Percakapan: まま : さすが ママの子 いざとなると 根性あるわっ あさり ガンバレ! Terjemahan: Mama: Anak mama memang hebat. Walau dalam keadaan susah, tetap bersemangat. Berusaha Asari! b.

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. 1 BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. Dimulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua. Pada setiap masa pertumbuhan manusia

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini. Teori tersebut antara lain, Teori Keigo yang berupa sonkeigo ( 尊敬語 ) dan kenjoogo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Dalam bab ini penulis akan menganalisis pengaruh labeling terhadap konsep diri

Bab 3. Analisis Data. Dalam bab ini penulis akan menganalisis pengaruh labeling terhadap konsep diri Bab 3 Analisis Data Dalam bab ini penulis akan menganalisis pengaruh labeling terhadap konsep diri tokoh Shinagawa Daichi. Penulis akan berfokus pada labeling serta konsep diri negatif. Penulis akan membagi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG

PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA 2012110024 FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG UNIVERSITAS DARMA PERSADA JAKARTA 2016 i HALAMAN PERNYATAAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil Belajar. Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku siswa

TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil Belajar. Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku siswa 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku siswa terbentuk dan berkembang seiring dengan proses pembelajaran. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tak lepas dari interaksi berupa komunikasi antara manusia satu dan manusia lainnya. Pembelajar bahasa Jepang sebagai pelaku komunikasi

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mempelajari bahasa kedua terjadi di seluruh dunia karena berbagai sebab seperti imigrasi, kebutuhan perdagangan dan ilmu pengetahuan serta pendidikan. Belajar bahasa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Esa, karena berkat rahmat dan anugerah-nya, penulisan skripsi yang berjudul

KATA PENGANTAR. Esa, karena berkat rahmat dan anugerah-nya, penulisan skripsi yang berjudul KATA PENGANTAR Pertama-tama puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan anugerah-nya, penulisan skripsi yang berjudul Pengaruh Pola Asuh Ibu Terhadap Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri. Ia selalu berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan manusia dari jaman primitif hingga masa modern. Komunikasi berperan sangat penting dalam menjalin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep Diri Banyak pengertian yang diberikan oleh para ahli mengenai konsep diri. Fitts (dalam Agustiani, 2006), mengemukakan bahwa konsep diri merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang berlangsung sejak usia 10 atau 11 tahun, atau bahkan lebih awal yang disebut

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau シンタクス. Sutedi (2003, hal.61) berpendapat bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji

Lebih terperinci

MAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI

MAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI SKRIPSI MAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI CLARISSA AULIA PRAHARSACITTA 1101705006 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsep Diri Istilah konsep diri biasanya mengarah kepada sebuah pembentukan konsep pribadi dari diri seseorang. Secara umum konsep diri adalah pandangan dan sikap

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori. Pada bab ini, penulis akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan dalam

BAB 2. Landasan Teori. Pada bab ini, penulis akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan dalam BAB 2 Landasan Teori Pada bab ini, penulis akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan dalam menganalisis penyakit hiperseksual yang diderita oleh tokoh Yuriko Hirata. 2.1. Teori Penokohan Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method =

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method = BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method = tatacara). Eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu eksperimen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia agar mampu mandiri, menjadi anggota masyarakat yang berdaya guna dan

Lebih terperinci

Bab 2. Tinjauan Pustaka

Bab 2. Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Teori Pragmatik Pragmatik merupakan suatu cabang dari linguistik yang menjadi objek bahasa dalam penggunaannya, seperti komunikasi lisan maupun tertulis. Menurut Leech (1999:

Lebih terperinci

PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG. Oleh : Amaliatun Saleha NIP:

PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG. Oleh : Amaliatun Saleha NIP: PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG Oleh : Amaliatun Saleha NIP: 19760609 200312 2 001 JURUSAN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2006 ABSTRAK Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkadang masyarakat lebih memilih menggunakan idiom untuk menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. terkadang masyarakat lebih memilih menggunakan idiom untuk menyampaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat, seringkali terjadi keadaan saat masyarakat ingin mengungkapkan gagasan, pikiran maupun pendapat kepada orang lain dan terkadang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 SKRIPSI OLEH : IKA KURNIAWATI ANDIANA 115110607111008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. responden, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: mitra tutur, ungkapan yang digunakan responden disesuaikan dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. responden, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: mitra tutur, ungkapan yang digunakan responden disesuaikan dengan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Dari analisa data yang diperoleh dari kuisoner yang diberikan kepada responden, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam mengungkapkan penolakan terhadap

Lebih terperinci

KOMUNIKASI INTRAPERSONAL PERSEPSI INTERPERSONAL DAN KONSEP DIRI

KOMUNIKASI INTRAPERSONAL PERSEPSI INTERPERSONAL DAN KONSEP DIRI KOMUNIKASI INTRAPERSONAL PERSEPSI INTERPERSONAL DAN KONSEP DIRI Ada empat perbedaan antara persepsi objek dengan persepsi interpersonal. 1. Pada persepsi objek, stimuli ditangkap oleh alat indera kita

Lebih terperinci

ASSALAMUALAIKUM WR.WB PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010

ASSALAMUALAIKUM WR.WB PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 ASSALAMUALAIKUM WR.WB PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 KONSEP DIRI DAN KEMANDIRIAN REMAJA PengertianKonsepDiri Konsep diri adalah gambaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan

Lebih terperinci

CARA EFEKTIF DALAM PEMEROLEHAN DAN PENGUASAAN GOI DALAM MATA KULIAH KAIWA ABSTRAK

CARA EFEKTIF DALAM PEMEROLEHAN DAN PENGUASAAN GOI DALAM MATA KULIAH KAIWA ABSTRAK CARA EFEKTIF DALAM PEMEROLEHAN DAN PENGUASAAN GOI DALAM MATA KULIAH KAIWA Aji Setyanto Universitas Brawijaya adjie_brawijaya@yahoo.co.jp ABSTRAK Dalam pembelajaran bahasa asing, goi (kosa kata), adalah

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Persahabatan sangat mengutamakan sebuah rasa perhatian yang khusus kepada

Bab 2. Landasan Teori. Persahabatan sangat mengutamakan sebuah rasa perhatian yang khusus kepada Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep persahabatan secara umum Persahabatan sangat mengutamakan sebuah rasa perhatian yang khusus kepada seorang teman atau sahabat, yang mana rasa perhatian yang khusus ini bisa

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna Bab 4 Simpulan dan Saran Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna figuratif yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan Vol.32 sebagai bahasa sasaran dan manga クレヨンしんちゃん

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Ikumen Moteki (2011: 7) menjelaskan bahwa istilah Ikumen berasal dari permainan kata seperti halnya Ikemen. Moteki memberikan definisinya mengenai Ikumen sebagai berikut

Lebih terperinci

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJA PANTI ASUHAN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada seseorang, tanpa adanya kepercayaan diri akan banyak. atribut yang paling berharga pada diri seseorang dalam kehidupan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada seseorang, tanpa adanya kepercayaan diri akan banyak. atribut yang paling berharga pada diri seseorang dalam kehidupan 15 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kepercayaan Diri 1. Pengertian Kepercayaan Diri Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang penting pada seseorang, tanpa adanya kepercayaan diri akan banyak menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya. 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang pelatihan berpikir optimis untuk meningkatkan harga diri pada remaja di panti asuhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Adapun tujuan dan metode penelitian juga tercantum dalam pendahuluan.

Bab 5. Ringkasan. Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Adapun tujuan dan metode penelitian juga tercantum dalam pendahuluan. Bab 5 Ringkasan 5.1 Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Analisis Psikologi Transgender Pada Tokoh Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Dalam bab ini, penulis akan menjabarkan ringkasan dari

Lebih terperinci

METODE PENGAJARAN MENULIS Sudjianto (Universitas Pendidikan Indonesia)

METODE PENGAJARAN MENULIS Sudjianto (Universitas Pendidikan Indonesia) METODE PENGAJARAN MENULIS Sudjianto (Universitas Pendidikan Indonesia) A. Pengantar Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang sifatnya produktif, menghasilkan, memberi, atau menyampaikan.

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tanda Baca Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu: dari kejauhan terdengar sirene -- bahaya; 2 gejala: sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional mengharapkan upaya pendidikan formal di sekolah mampu membentuk pribadi peserta didik menjadi manusia yang sehat dan produktif. Pribadi

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs. M.A. Work Shop Pendidikan Bahasa Jepang FPS UPI 2009 FAKTOR KEMAMPUAN BERCAKAP-CAKAP Faktor kemampuan memahami melalui

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah : LAMPIRAN PROGRAM TAHUNAN Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Program : X Tahun Pelajaran : 2008 / 2009 Semester : 1 dan 2 Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan seiringnya waktu, bahasa terus mengalami perkembangan dan perubahan. Bahasa disampaikan oleh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendefinisian dan klarifikasi istilah dilakukan di awal penelitian dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendefinisian dan klarifikasi istilah dilakukan di awal penelitian dengan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Definisi Pendefinisian dan klarifikasi istilah dilakukan di awal penelitian dengan tujuan menyamakan persepsi mengenai hal yang sedang dibahas. Dalam hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan penuturnya untuk menyampaikan gagasan, pikiran, ide, dan perasaannya dalam berbagai situasi. Cara penyampaian pikiran,

Lebih terperinci

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang. PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang Abstrak Fokus penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran yang berpusat

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTER DAN KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BOCCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI. Mei Ambar Sari*

ANALISIS KARAKTER DAN KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BOCCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI. Mei Ambar Sari* ANALISIS KARAKTER DAN KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BOCCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI Mei Ambar Sari* Abstrak Novel Bocchan karya Natsume Souseki merupakan salah satu novel yang masih banyak dibaca oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992).

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian Konsep Diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 KONTEKS MASALAH Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang tidak akan pernah terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Kita mengetahui bahwa manusia merupakan makhluk yang

Lebih terperinci

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 LUBUK SIKAPING ABSTRACT

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 LUBUK SIKAPING ABSTRACT PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 LUBUK SIKAPING Teza Andriani 1, Yuzarion Zubir 2, Septya Suarja 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan Dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak menimbulkan perubahan dan perkembangan, sekaligus menjadi tantangan. Tantangan akibat

Lebih terperinci

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup BAB II SOFTWERE JLOOK UP 2.1 SOFTWERE KAMUS JLOOK UP Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup handal, karena di samping dapat mengartikan bahasa Jepang ke Inggris dan begitu juga

Lebih terperinci