BAB III TINJAUAN KECAMATAN JUWIRING, KLATEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III TINJAUAN KECAMATAN JUWIRING, KLATEN"

Transkripsi

1 BAB III TINJAUAN KECAMATAN JUWIRING, KLATEN A. TINJAUAN KABUPATEN KLATEN 1. KONDISI FISIK Kabupaten merupakan salah satu bagian dari wilayah Propinsi Jawa Tengah yang secara geografis terletak diantara 100 o 34 57, 79 BT dan 110 o 35 40, 79 BT serta 7 o LS dan 7 o LS, dengan luas wilayah Ha. Batas wilayah Kabupaten Klaten sebagai berikut: Batas Utara : Kabupaten Dati II Boyolali Batas Barat : Kabupaten Dati II Sleman (DIY) Batas Selatan : Kabupaten Dati II Gunung Kidul (DIY) Batas Timur : Kabupaten Dati II Sukoharjo Gambar 3.1 Peta Kabupaten Klaten Sumber : PEMKAB Klaten KONDISI NON FISIK Secara administratif Kabupaten Klaten terbagi dalam 26 kecamatan, 391 desa dan 10 kelurahan. Seluruh desa yang ada merupakan desa swasembada. Desa swasembada adalah desa yang masyarakatnya telah mampu memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya alam dan potensinya sesuai dengan kegiatan pembangunan regional. Dalam upaya pengembangan dan pembangunan, wilayah Kabupaten Klaten terbagi dalam Struktur Tata Ruang Wilayah. Struktur tata ruang III - 1

2 wilayah dibuat berdasarkan pembagian Sub Wilayah Pembangunan (SWP) yang terdiri dari : SWP I, meliputi Kecamatan Klaten Utara, Klaten Tengah, Klaten Selatan, Kalikotes, Wedi, Gantiwarno, Jogonalan, Kebonarum, Karangnongko, dan Ngawen, dengan pusat pertumbuhan di Kota Klaten. SWP II, meliputi Kecamatan Delanggu, Polanharjo, Wonosari, dan Juwiring, dengan pusat pertumbuhan di Kota Kecamatan Delanggu. SWP III, meliputi Kecamatan Prambanan, Manisrenggo dan Kemalang, dengan pusat pertumbuhan di Kota Kecamatan Prambanan. SWP IV, meliputi Kecamatan Bayat, Cawas, dan Trucuk, dengan pusat pertumbuhan di Kota Kecamatan Cawas. SWP V, meliputi Kecamatan Pedan, Ceper, dan Karangdowo, dengan pusat pertumbuhan di Kota Kecamatan Pedan. SWP VI, meliputi Kecamatan Jatinom, Tulung, dan Karangaom, dengan pusat pertumbuhan di Kota Kecamatan Jatinom. Gambar 3.2 Struktur Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klaten Sumber : PEMKAB Klaten 2010 Pengembangan kawasan peruntukan industri ditetapkan sebagai berikut: - Kecamatan Ceper sebagai sentra industri cor logam - Kecamatan Pedan sebagai sentra industri tenun ATBM - Kecamatan Wedi sebagai sentra industri konveksi - Kecamatan Juwiring dan Kecamatan Trucuk sebagai sentra industri mebel/furnitur - Kecamatan Bayat sebagai sentra industri gerabah/keramik III - 2

3 - Kecamatan Trucuk dan Manisrenggo sebagai sentra industri tembakau asapan - Kecamatan Ngawen sebagai sentra industri soon - Kecamatan Jogonalan sebagai sentra makanan kecil B. TINJAUAN KECAMATAN JUWIRING 1. Keadaan Geografis Kecamatan Juwiring Kecamatan Juwiring memiliki luas wilayah 29,79 km 2 dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa (Pemkab Klaten, 2010). Secara administratif terdapat 19 desa dan 208 dukuh. Batas wilayah Kecamatan Juwiring sebagai berikut: Batas Utara : Kecamatan Wonosari Batas Barat : Kecamatan Delanggu Batas Selatan : Kecamatan Pedan, Kecamatan Karang dowo, Kecamatan Ceper. Batas Timur : Kabupaten Sukoharjo Gambar 3.3 Peta Kecamatan Juwiring Sumber : Google image Berikut ini 19 kelurahan yang terdapat di Kecamatan Juwiring: III - 3

4 1) Bolopleret 11) Kwarasan 2) Bulurejo 12) Mrisen 3) Carikan 13) Pundungan 4) Gondangsari 14) Sawahan 5) Jaten 15) Serenan 6) Jetis 16) Taji 7) Juwiran 17) Tanjung 8) Juwiring 18) Tlogorandu 9) Kenaiban 19) Trasan 10) Ketitang 2. Keadaan Alam Kecamatan Juwiring Kecamatan Juwiring mempunyai ketinggian dibawah 100 meter di atas permukaan air laut. Hal tersebut menjadikan wilayah Kecamatan Juwiring memiliki permukaan tanah yang landai. Sebagian besar merupakan lahan pertanian. Berada di daerah iklim tropis-lembab dengan spesifikasi sebagai berikut: suhu rata-rata tiap tahun 26,9 derajat celcius. Kecepatan angin rata-rata 0,5 knot. Curah hujan 16,9 mm dan kelembapan 78,7 mb. C. KABUPATEN KLATEN SEBAGAI DESTINASI WISATA Klaten memiliki kedudukan strategis dalam kaitannya dengan kota-kota di sekitarnya. Posisi Kabupaten Klaten termasuk dalam persimpangan jalur utama dan lingkup kawasan segitiga pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah, yaitu Joglosemar (Yogyakarta, Solo, Semarang). Pusat Kabupaten Klaten berada pada jalur utama jalan raya Yogyakarta-Solo. 1. KUNJUNGAN WISATAWAN KABUPATEN KLATEN Profil Wisatawan Kabupaten Klaten Data aktual terkait jumlah kunjungan wisatawan ke daerah Klaten tidaklah mudah diperoleh. Data terakhir, berdasarkan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPP) Kabupaten Klaten tahun 2002, menyatakan bahwa terdapat jumlah wisatawan sebesar orang pada tahun 2000, yang melonjak menjadi orang pada tahun berikutnya (2001). Selanjutnya, menurut data Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudpar PO) III - 4

5 Kabupaten Klaten, jumlah total wisatawan untuk Klaten diperkirakan terus meningkat, dengan rata-rata sebesar 10% tiap tahunnya (Disbudpar PO 2009). Tabel 3.1 Jumlah Wisatawan Klaten Kelompok Umur Persentase Kurang dari 18 tahun 6% tahun 50% tahun 16% tahun 4% 55 tahun ke atas 2% Sumber : Laporan Kemajuan RIPP Kab. Klaten Tahun 2002 Asal Wisatawan Kabupaten Klaten Wisatawan nusantara yang berkunjung ke Kabupaten Klaten berasal dari berbagai daerah, khususnya yang masih berada dalam lingkup Pulau Jawa. Wisatawan asal Jawa Tengah mendominasi jumlah kunjungan dengan persentase 48%, diikuti wisatawan Jawa Timur 22%, wisatawan Jakarta dan D. I. Yogyakarta masing-masing 10%, wisatawan Jawa Barat dan Banten 6%, dan sisanya 4% berasal dari daerah lainnya (RIPP Kabupaten Klaten 2002). 2. POLA KUNJUNGAN WISATAWAN Pola kunjungan wisatawan ke Kabupaten Klaten meliputi pola perjalanan (jalur yang dilalui, moda transportasi yang digunakan, rute transit, serta cara mengatur perjalanan), pola kunjungan (Objek Daya Tarik W isata yang dikunjungi dan lama waktu kunjungan), serta pola menginap (lama waktu tinggal dan pilihan tempat untuk menginap). a. Pola Perjalanan Wisatawan Untuk berkunjung ke Kabupaten Klaten, dapat melalui jalur darat maupun udara. Rute jalur darat menuju Klaten adalah sebagai berikut: - Dengan kendaraan pribadi/bus: 1) Wisatawan dari Jawa Timur atau asal Solo, datang melalui Solo; menempuh jalur Solo-Sukoharjo-Klaten. 2) Wisatawan dari Jakarta dan Jawa Barat, datang melalui Semarang atau Yogyakarta. III - 5

6 3) Wisatawan yang datang melalui Semarang dapat menempuh jalur Semarang-Magelang-Yogyakarta-Klaten atau Semarang- Salatiga-Boyolali-Klaten. - Dengan kereta api: 1) Dari Semarang, jalur kereta Semarang-Solo-Klaten-Yogyakarta. 2) Dari Solo maupun Yogyakarta, dengan kereta cepat Prameks jurusan Solo-Yogyakarta. - Dengan bus: Dari Yogyakarta sudah ada rute bus TransJogja langsung ke Prambanan, dengan jarak tempuh sekitar 30 menit. - Rute udara melalui dua pintu gerbang utama, yaitu: 1) Bandara Internasional Adisumarmo, Solo, dan 2) Bandara Internasional Adisucipto, Yogyakarta. Melihat rute perjalanan di atas, tampak jelas peran penting Kota Solo dan Yogyakarta bagi kepariwisataan Klaten. Sebagian besar wisatawan, baik wisatawan domestik maupun mancanegara, yang mengunjungi Klaten berasal dari kedua kota ini. b. Pola Kunjungan Candi Prambanan beserta Komplek Candi Sewu yang berlokasi tidak jauh, menjadi tujuan utama kedatangan wisatawan ke Klaten, baik nusantara maupun mancanegara. Lokasi Taman Wisata Candi Prambanan berada di tepi jalur utama Yogyakarta-Solo menjadikan objek wisata ini strategis sebagai lokasi transit utama wisatawan dari Yogyakarta yang menuju Solo. c. Pola Menginap Kemudahan akses serta tingginya proporsi wisatawan jarak pendek berdampak kepada rendahnya lama waktu tinggal wisatawan (length of stay) di Kabupaten Klaten. Khususnya wisatawan nusantara, karena daerah asal yang tidak terlalu jauh, wisatawan memilih melakukan perjalanan one day trip (tidak menginap). Adapun bagi wisatawan yang menginap, akomodasi dan tempat istirahat tersedia di komplek wisata Candi Prambanan. Namun, III - 6

7 Yogyakarta dan Solo menjadi pilihan utama sebagai tempat menginap para wisatawan. 3. RUTE PARIWISATA MENUJU KLATEN Wisatawan yang pergi ke Klaten umumnya juga berkunjung ke kota-kota lainnya, baik sebelum maupun sesudah dari Klaten. Kota yang paling banyak dikunjungi sebelum ke Kabupaten Klaten adalah Yogyakarta, dengan persentase sebesar 54%, sedangkan kota yang paling banyak dikunjungi setelah dari Kabupaten Klaten adalah Solo (46%). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pola perjalanan utama wisatawan Kabupaten Klaten adalah dari Yogyakarta-Klaten-Solo. Dalam hal ini, Klaten masih dipandang sebagai daerah transit antara Yogyakarta dan Solo. Namun, ditinjau dari perspektif internal, Kabupaten Klaten pun sesungguhnya memiliki sejumlah potensi daya tarik yang dapat dikembangkan untuk mempromosikan Klaten sebagai destinasi pariwisata unggulan. Peran penting D.I. Yogyakarta dan Kota Solo bagi kepariwisataan Kabupaten Klaten. Kedua daerah ini bukan saja merupakan daerah asal wisatawan, melainkan juga berperan sebagai rute transit wisatawan nusantara dan mancanegara menuju Kabupaten Klaten. Secara lebih rinci digambarkan pada skema berikut: Skema 3.1 Pola Pergerakan Wisatawan dari Daerah Asal Sumber : Analisa Penulis, III - 7

8 Pemosisian Kabupaten sebagai daerah antara atau kota satelit bagi D.I. Yogyakarta dan Solo ini, dapat memunculkan beberapa peluang bagi pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Klaten, misalnya sebagai berikut: - Pengembangan zonasi/rencana spasial pengembangan pariwisata dengan memperhatikan pola perjalanan wisatawan dan posisi jalur jalan utama Yogyakarta-Solo sebagai pusat pergerakan wisatawan. - Peran Candi Prambanan sebagai daya tarik utama wisatawan ke objekobjek wisata lainnya di Kabupaten Klaten. Hal ini perlu didukung dengan pengembangan sistem linkage dan program-program kunjungan wisata untuk menghubungkan antar destinasi di wilayah Kabupaten Klaten. - Sinergi dengan daerah sekitarnya, misalnya Yogyakarta dan Solo, untuk menciptakan suatu produk pariwisata regional yang menawarkan pengalaman pariwisata lintas batas administratif. - Kerjasama dengan wilayah-wilayah transit dan daerah asal wisatawan dalam hal promosi dan penyebaran informasi. 4. DAYA TARIK OBJEK WISATA KLATEN Daya tarik utama pariwisata Kabupaten Klaten terletak pada potensi pariwisata budaya seperti Candi Prambanan, Candi Plaosan, Museum Gula Jawa Tengah, serta berbagai kegiatan budaya dan kesenian tradisional. Potensi lainnya mencakup kondisi alam dan lingkungan yang beragam, baik berupa alam pegunungan, hutan, perkebunan, serta area perairan atau rawa dengan keragaman flora dan faunanya. Peluang utama pariwisata Kabupaten Klaten hingga saat ini masih terletak pada Kawasan Candi Prambanan dan Plaosan yang sudah dikenal luas sebagai daya tarik pariwisata unggulan baik bagi segmen pasar wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Selain itu, terdapat peluang lain pengembangan pariwisata yang berasal dari berbagai produk kerajinan dan industri, serta daya tarik pariwisata budaya maupun alam yang sangat menarik untuk dikunjungi. III - 8

9 a. Kawasan peruntukan wisata budaya - Candi Prambanan, Candi Sujiwan, Candi Bubrah, Candi Lumbung, Candi Sewu, Candi Asu/Gana, Candi Lor/Candirejo, Candi Plaosan Lor, Candi Plaosan Kidul berada di Kecamatan Prambanan. - Candi Merak dan Candi Karangnongko berada di Kecamatan Karangnongko. - Museum Gula Jawa Tengah berada di Kecamatan Jatinom. - Makam Ki Ageng Gribig dan Tradisi Yaqowiyu berada di Kecamatan Jatinom. - Makam Ki Ageng Pandanaran berada di Kecamatan Bayat. - Makam Ki Ageng Ronggowarsito berada di Kecamatan Trucuk. - Makam Ki Ageng Perwito berada di Kecamatan Wonosari. b. Kawasan peruntukan wisata lokal - Desa Wisata Kebondalem Kidul Kecamatan Prambanan - Desa Wisata Melikan Kecamatan Wedi - Desa Wisata Duwet Kecamatan Ngawen - Desa Wisata Soran Kecamatan Ngawen - Desa Wisata Ponggok Kecamatan Polanharjo - Desa Wisata Plawikan Kecamatan Jogonalan - Desa Wisata Jimbung Kecamatan Kalikotes - Desa Wisata Krakitan Kecamatan Bayat - Desa Wisata Pokak Kecamatan Ceper - Desa Wisata lainnya sesuai dengan karakteristik dan potensi wilayah. c. Kawasan peruntukan wisata alam - Deles Indah berada di Kecamatan Kemalang - Gunung Watu Prau dan Pegunungan Kidul berada di Kecamatan Bayat - Kawasan keunikan batuan dan fosil berada di Kecamatan Bayat d. Kawasan peruntukan wisata buatan - Rawa Jombor Permai berada di Kecamatan Bayat - Objek Wisata Mata Air Cokro (OMAC), Pemandian Lumban Tirto, Pemancingan Janti berada di Kecamatan Tulung III - 9

10 - Pemandian Umbul Ponggok berada di Kecamatan Polanharjo - Pemandian Jolotundo berada di Kecamatan Karanganom - Pemandian Tirtomulyono dan Pemandian Tirtomulyani berada di Kecamatan Kebonarum Gambar 3.4 Lokasi Objek Wisata di Kabupaten Klaten Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Klaten D. KECAMATAN JUWIRING SEBAGAI DESTINASI WISATA 1. AKSESIBILITAS Kecamatan Juwiring berada di lokasi yang strategis, merupakan jalur penghubung dari Sukoharjo menuju Klaten dan sebaliknya. Juwiring dapat diakses dari kota-kota lain di sekitar Klaten seperti Sukoharjo, Wonogiri, Surakarta, dan Jogja. U SURAKARTA Jalan Jogja-Solo Jalan Sukoharjo -Wonogiri SUKOHARJO JOGJA WONOGIRI Gambar 3.5 Aksesibilitas Kecamatan Juwiring Sumber : Analisa Penulis, III - 10

11 Aksesibilitas Kecamatan Juwiring dari wilayah-wilayah di sekitar Klaten: a) Yogyakarta Melalui jalur protokol di Jalan Jogja-Solo, kemudian melalui Kecamatan Delanggu menuju Juwiring. b) Sukoharjo Dari pusat kota Sukoharjo (alun -alun) ke arah Barat melalui Jalan Veteran menuju Juwiring. c) Wonogiri Melalui Jalan Sukoharjo-Wonogiri sampai di pusat kota Sukoharjo, kemudian melalui Jalan Veteran menuju Juwiring. d) Surakarta Melalui Jalan Jogja-Solo, atau melalui Jalan Sukoharjo-Wonogiri. 2. PRODUK KHAS JUWIRING a. Payung Hias Juwiring Payung Juwiring merupakan warisan budaya yang ada di Klaten sejak tahun 1800-an. Payung Juwiring banyak digunakan dalam upacara-upacara adat di keraton Surakarta dan keraton Yogyakarta. Payung Juwiring juga digunakan dalam upacara Ngaben di Bali. Saat ini fungsi payung Juwiring sudah banyak mengalami pergeseran, dahulu digunakan sebagai alat pelindung dari cuaca namun sekarang lebih banyak digunakan untuk dekorasi atau hiasan. Payung Juwiring ini dapat dimanfaatkan sebagai penghias langit-langit atau dijadikan sebagai kap lampu. Selain itu, payung Juwiring juga digunakan sebagai pelengkap dalam pagelaran seni terutama seni tari. Gambar 3.6 Kerajinan Payung Khas Juwiring Sumber : google image III - 11

12 b. Furnitur/Mebel Juwiring 1) Sejarah Kerajinan mebel di Juwiring hingga tahun 1970-an masih menggunakan bahan baku dari kayu jati dengan produksi sangat sederhana, seperti meja, kursi, dan mebel lainnya yang masih sangat sederhana. Alatalat yang digunakan semuanya masih manual tradisional seperti: pasah, gergaji dorong, gergaji sentheng, gobel, gergaji puter, pasah undhuk panjang dan pendek, pahat, bor. Produksi dari alat-alat sederhana tersebut hanya mampu memasok bagi kebutuhan lokal untuk kepentingan masyarakat desa sekitar dan kota terdekatnya seperti Delanggu, Klaten, dan Solo. Pada awal tahun 1980-an produk-produk kerajinan mebel Juwiring mulai dikenal oleh masyarakat secara luas di kota-kota besar seperti di Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Sekitar tahun 1998 seiring dengan meningkatnya permintaan mebel, pengrajin di Juwiring mulai menggunakan alat produksi yang modern. Dengan adanya peralatan yang modern dalam suatu usaha atau kegiatan akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas produksi. Penggunaan alat-alat yang sudah modern sangat mendukung peningkatan produksi massal. Dengan demikian, order atau permintaan yang ada dapat dipenuhi, karena proses produksi hanya memakan waktu yang lebih singkat dan kualitas produksi yang baik. Hingga tahun 2008, telah terdapat 978 unit usaha di Juwiring yang tersebar di 8 dukuh. Penduduk yang paling dominan pekerjaannya sebagai pengrajin kayu adalah Serenan merupakan awal mulai usaha kerajinan tersebut, kemudian sebagai perluasan di sekitar Serenan yaitu Gondangsari, Ketitang, dan Ngepringan. 2) Bahan Baku Bahan baku yang banyak digunakan dalam usaha industri kerajinan mebel antara lain kayu mahoni, kayu jati, sono keling, kayu nangka, dan kayu akasia. Karena mahalnya harga kayu jati dan sono keling, sekarang ini banyak digunakan kayu mahoni. Disamping harganya lebih murah, penyediaan kayu mahoni jumlahnya lebih banyak dan mudah diperoleh. III - 12

13 Pengadaan bahan baku ini diperoleh dari daerah-daerah di Jawa Tengah seperti Magelang, Ngawi, Wonogiri, Pacitan. 3) Lokasi Pengrajin Mebel di Juwiring Kecamatan Juwiring merupakan kawasan peruntukan sentra industri furnitur/mebel. Industri furnitur/mebel ini adalah mata pencaharian utama warga Juwiring setelah bidang pertanian. Pengrajin mebel tersebar di seluruh wilayah kecamatan Juwiring. Pengrajin furnitur terpadat berada di desa Serenan yang merupakan awal mula pengrajin mebel di Juwiring. Kemudian, Desa Gondangsari dan Desa Ketitang sebagai wilayah perluasannya. Gambar 3.7 Lokasi Pengrajin Mebel di Juwiring Sumber : Analisis Penulis, 2016 III - 13

BAB III TRANSPORTASI ANGKUTAN JALAN RAYA KABUPATEN KLATEN

BAB III TRANSPORTASI ANGKUTAN JALAN RAYA KABUPATEN KLATEN BAB III TRANSPORTASI ANGKUTAN JALAN RAYA KABUPATEN KLATEN 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Klaten 3.1.1 Ruang Lingkup Kabupaten Klaten Kabupaten Klaten adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya

Lebih terperinci

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng)

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng) BAB II DISKRIPSI DAERAH 2.1 Letak Geografi Kabupaten Klaten termasuk daerah di Propinsi Jawa Tengah dan merupakan daerah perbatasan antara Propinsi Jawa Tengah dengan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Tengah yang terkenal dengan kerajinan, beras, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Tengah yang terkenal dengan kerajinan, beras, dan lain 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kabupaten klaten merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah yang terkenal dengan kerajinan, beras, dan lain sebagainya. Terdapat banyak kerajinan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN Rancangan Sekolah Luar Biasa tipe C yang direncanakan berlokasi di Kabupaten Klaten. Perencanaan suatu pembangunan haruslah mengkaji dari berbagai aspek-aspek

Lebih terperinci

PROFIL POTENSI INVESTASI KABUPATEN KLATEN. Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Klaten

PROFIL POTENSI INVESTASI KABUPATEN KLATEN. Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Klaten PROFIL POTENSI INVESTASI KABUPATEN KLATEN Poten al Investment Profile of Klaten Regency Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Klaten KONDISI GEOGRAFI KABUPATEN KLATEN Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN / WILAYAH

BAB III TINJAUAN KAWASAN / WILAYAH BAB III TINJAUAN KAWASAN / WILAYAH 3.1 Kondisi Geografis Kabupaten Klaten Gambar 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Klaten Sumber : http://penataanruangjateng.info/index.php/galeri-kab/25 /11/11/2015 Secara

Lebih terperinci

STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh:

STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh: STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR Oleh: WINARSIH L2D 099 461 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. Gambaran Kondisi Umum Daerah 2.1.1. Aspek Geografis Kabupaten Klaten dalam lingkup Pemerintah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu dari 35 kabupaten/kota yang

Lebih terperinci

RINGKASAN RANCANGAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

RINGKASAN RANCANGAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI Lampiran II PERDA APBD TA. Nomor 2016 :...TAHUN 2016 Tanggal : 21 September 2016 PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gempa bumi. Gempa bumi merupakan pergerakan (bergesernya) lapisan. batu bumi yang berasal dari dasar atau bawah permukaan bumi.

BAB I PENDAHULUAN. gempa bumi. Gempa bumi merupakan pergerakan (bergesernya) lapisan. batu bumi yang berasal dari dasar atau bawah permukaan bumi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak pengertian atau definisi tentang bencana yang pada umumnya merefleksikan karakteristik tentang gangguan terhadap pola hidup manusia, dampak bencana bagi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Klaten 3.1.1 Ruang lingkup Kabupaten Klaten Gambar 3.1 : Lokasi Kab. Klaten Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/14/lo cator_kabupaten_klaten.gif

Lebih terperinci

(SP2010) merupakan dasar. administrasi terkecil. tim. dasar. tangga. Klaten, Agustus 2010 BPS Kabupaten. Klaten Kepala,

(SP2010) merupakan dasar. administrasi terkecil. tim. dasar. tangga. Klaten, Agustus 2010 BPS Kabupaten. Klaten Kepala, Sekapur Sirih Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 tahun 1997 tentang Statistik, Badan Pusat Statistik bertanggung jawab menyediakan data statistik dasar. Sensus Penduduk 2010 (SP2010) merupakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena produksi padi Indonesia yang masih rendah dan ditambah dengan. diperbaiki dengan manajemen pascapanen yang benar.

BAB I PENDAHULUAN. karena produksi padi Indonesia yang masih rendah dan ditambah dengan. diperbaiki dengan manajemen pascapanen yang benar. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan utama di Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai sumber karbohidrat. Kebutuhan pangan pokok beras

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori dasar yang digunakan oleh penulis sebagai acuan dalam membangun sistem informasi. 3.1 Sistem Informasi 3.1.1 Konsep Dasar Sistem Sistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian dalam perekonomian nasional merupakan sektor yang cukup baik dan terbukti mampu bertahan pada saat krisis Indonesia tahun 1997-1998. Pembangunan sektor

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 12 Tahun 2014 Tanggal : 31 Desember 2014 PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 KODE 1.01.01 DINAS

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 1 TAHUN 2014 Tanggal : 15 Januari 2014 KABUPATEN KLATEN RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 KODE 1.01.01 DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa RAPERDA APBD TA. 2016 Nomor :... TAHUN 2015 Tanggal : 30 October 2015 PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2016 KODE

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perkonomian

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perkonomian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perkonomian nasional. Padi adalah tanaman pangan yang utama. Sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Klaten merupakan daerah dengan potensi bencana yang

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Klaten merupakan daerah dengan potensi bencana yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Klaten merupakan daerah dengan potensi bencana yang cukup tinggi, karena berada pada jalur cincin api (Ring of Fire). Jalur api ini berasal dari jalur Mediterania

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak ragam pariwisata dan budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Mulai dari tempat wisata dan objek wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya memlalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu bukti kerawanan gempa tersebut adalah gempa tektonik yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. satu bukti kerawanan gempa tersebut adalah gempa tektonik yang terjadi pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Yogyakarta dan sekitarnya berada di dua lempeng aktif, Indo- Australia dan Eurasia yang membentang dari belahan barat Sumatera hingga belahan selatan Nusa

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN BUPATI KLATEN,

BUPATI KLATEN BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN KEPUTUSAN BUPATI KLATEN NOMOR 18/297/2011 TENTANG PENUNJUKAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID)DAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID) PEMBANTU PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang bertujuan untuk perubahan dan pertumbuhan ekonomi serta perbaikan mutu hidup dan kesejahteraan seluruh warga masyarakat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggali, mengelola, dan mengembangkan sumber-sumber ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. menggali, mengelola, dan mengembangkan sumber-sumber ekonomi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan bidang ekonomi dilakukan untuk mencapai sasaran pembangunan nasional, yaitu mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Pencapaian sasaran yang dilakukan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KLATEN. NOMOR : /PP.05.3-Kpt/3310/KPU-Kab/ /2017 TENTANG

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KLATEN. NOMOR : /PP.05.3-Kpt/3310/KPU-Kab/ /2017 TENTANG DRAFT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KLATEN NOMOR : /PP.05.3-Kpt/3310/KPU-Kab/ /2017 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGANGKATAN ANGGOTA PANITIA PEMUNGUTAN SUARA (PPS) SE KABUPATEN KLATEN DALAM PEMILIHAN

Lebih terperinci

PENYUSUNAN USULAN PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI KURSI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KLATEN DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN

PENYUSUNAN USULAN PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI KURSI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KLATEN DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN PENYUSUNAN USULAN PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI KURSI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KLATEN DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019 Oleh: KPU Kabupaten Klaten A. LATAR BELAKANG Daerah Pemilihan/Dapil

Lebih terperinci

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 3.1 Deskripsi Umum Lokasi Lokasi perancangan mengacu pada PP.26 Tahun 2008, berada di kawasan strategis nasional. Berda satu kawsan dengan kawasan wisata candi. Tepatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat disebabkan oleh faktor. alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat disebabkan oleh faktor. alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana merupakan rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam

Lebih terperinci

1 Indra santoso, Kamus praktis bahasa indonesia, Ibid 3 Ibid 4 Ibid 5 Ibid 6 Ibid

1 Indra santoso, Kamus praktis bahasa indonesia, Ibid 3 Ibid 4 Ibid 5 Ibid 6 Ibid 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 PEMBANGUNAN PERMUKIMAN KELAS MENENGAH ke BAWAH di KOTA KLATEN 1.2 Pengertian Judul Judul : PEMBANGUNAN PERUMAHAN KELAS MENENGAH KEBAWAH DI KOTA KLATEN PEMBANGUNAN Berasal dari kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan Pipa Air Minum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan Pipa Air Minum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Informasi Geografi adalah suatu sistem manajemen berupa informasi berbasis komputer yang berkaitan erat dengan dengan sistem pemetaan dan analisis terhadap segala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi berasal dari kata co dan operation, yang mengandung arti kerjasama untuk mencapai tujuan (Widiyanti dan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi berasal dari kata co dan operation, yang mengandung arti kerjasama untuk mencapai tujuan (Widiyanti dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi berasal dari kata co dan operation, yang mengandung arti kerjasama untuk mencapai tujuan (Widiyanti dan Sunindhia, 2008). Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan

Lebih terperinci

PENGARUH KEBERADAAN TRANSPORTASI UMUM ANGKUTAN DESA TERHADAP PERGERAKAN PENDUDUK DI KECAMATAN DELANGGU KABUPATEN KLATEN. Publikasi Karya Ilmiah

PENGARUH KEBERADAAN TRANSPORTASI UMUM ANGKUTAN DESA TERHADAP PERGERAKAN PENDUDUK DI KECAMATAN DELANGGU KABUPATEN KLATEN. Publikasi Karya Ilmiah PENGARUH KEBERADAAN TRANSPORTASI UMUM ANGKUTAN DESA TERHADAP PERGERAKAN PENDUDUK DI KECAMATAN DELANGGU KABUPATEN KLATEN Publikasi Karya Ilmiah Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN KLATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI KLATEN,

Lebih terperinci

ARI WISONO X

ARI WISONO X FASILITAS WISATA AIRMATA AIR INGAS COKRO TULUNG DI KLATEN TATA RUANG LUAR, TATA MASSA DAN PENAMPILAN BANGUNAN YANG MFRESPON POTFNSI ALAM BAB I A. LATAR BELAKANG 1. Umum Indonesia memiliki potensi alam

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KLATEN. NOMOR : 11/PP.05.3-Kpt/3310/KPU-Kab/II/2018 TENTANG

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KLATEN. NOMOR : 11/PP.05.3-Kpt/3310/KPU-Kab/II/2018 TENTANG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KLATEN NOMOR : 11/PP.05.3-Kpt/3310/KPU-Kab/II/2018 TENTANG PENETAPAN LOKASI KAMPANYE KABUPATEN KLATEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN 3.1 Data Lokasi Gambar 30 Peta Lokasi Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 62 1) Lokasi tapak berada di Kawasan Candi Prambanan tepatnya di Jalan Taman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman dan kekayaan akan budaya yang telah dikenal luas baik oleh masyarakat baik dalam maupun luar negeri, sehingga menjadikan Indonesia

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN 2017

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN 2017 BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II A. DESKRIPSI UMUM KABUPATEN KLATEN & SEJARAH PENGELOLAAN KAWASAN WISATA RAWA JOMBOR DAN BUKIT SIDAGORA

BAB II A. DESKRIPSI UMUM KABUPATEN KLATEN & SEJARAH PENGELOLAAN KAWASAN WISATA RAWA JOMBOR DAN BUKIT SIDAGORA BAB II A. DESKRIPSI UMUM KABUPATEN KLATEN & SEJARAH PENGELOLAAN KAWASAN WISATA RAWA JOMBOR DAN BUKIT SIDAGORA 1. Gambaran Administratif Klaten Kabupaten Klaten (Bahasa Jawa: Klathèn), adalah sebuah kabupaten

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3. 54 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.185,80 km 2 dengan perbatasan wilayah dari arah Timur : Kabupaten Wonogiri di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mancanegara. Potensi-potensi tersebut menjadikan Indonesia sebagai salah satu daerah

BAB I PENDAHULUAN. mancanegara. Potensi-potensi tersebut menjadikan Indonesia sebagai salah satu daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu industri yang tidak akan pernah ada habisnya, juga menjadi andalan utama sumber devisa di berbagai negara. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sebagai suatu sektor kehidupan, telah mengambil peran penting

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sebagai suatu sektor kehidupan, telah mengambil peran penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata sebagai suatu sektor kehidupan, telah mengambil peran penting dalam pembangunan perekonomian bangsa - bangsa di dunia yang ditunjukkan dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu Negara yang mempunyai beragam jenis pariwisata, misalnya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu Negara yang mempunyai beragam jenis pariwisata, misalnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu industri yang tidak akan pernah ada habisnya, juga menjadi andalan utama sumber devisa di berbagai negara. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

*) Bibit Supardi, S.Pd., MT adalah guru SMAN 3 Klaten dan Alumni S2 Mikrohidro Magister Sistem Teknik UGM.

*) Bibit Supardi, S.Pd., MT adalah guru SMAN 3 Klaten dan Alumni S2 Mikrohidro Magister Sistem Teknik UGM. PLTMH SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN SUMBER ENERGI LISTRIK DI KABUPATEN KLATEN OLEH : BIBIT SUPARDI, S.Pd., MT*) Pendahuluan Kebutuhan energi di Indonesia khususnya dan di dunia pada umumnya terus meningkat

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA

BAB IV TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA BAB IV TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA IV.1. Kondisi Kota Yogyakarta IV.1.1. Letak Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta (D.I.Y) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian selatan Pulau

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KLATEN

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KLATEN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KLATEN Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN 2005-2025 RPJP Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2005-2025 I- 1 PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KLATEN. NOMOR : 4/PP.05.3-Kpt/3310/KPU-Kab/XI/2017 TENTANG

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KLATEN. NOMOR : 4/PP.05.3-Kpt/3310/KPU-Kab/XI/2017 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR : 4/PP.05.3-Kpt/3310/KPU-Kab/XI/2017 TENTANG PENETAPAN DAN PENGANGKATAN KETUA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN (PPK) SE DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR

Lebih terperinci

Fuzzy Decision Making dalam Pemilihan Hotel di Kabupaten Klaten

Fuzzy Decision Making dalam Pemilihan Hotel di Kabupaten Klaten SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 T - 30 Fuzzy Decision Making dalam Pemilihan Hotel di Kabupaten Klaten Retno Ambarwati, Nur Ayomi, Agus Maman Abadi Program Studi Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Sleman 3.1.1 Kondisi Geografis Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34

Lebih terperinci

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini sangat ramai dibicarakan karena berkembangnya sektor pariwisata maka pengaruh terhadap sektor lainnya sangat besar, oleh karena itu permintaan

Lebih terperinci

ANALISIS KESEIMBANGAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN TAHUN SKRIPSI

ANALISIS KESEIMBANGAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN TAHUN SKRIPSI ANALISIS KESEIMBANGAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN TAHUN 2005-2009 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh : Nur Salim

Lebih terperinci

BAB III: TINJAUAN LOKASI

BAB III: TINJAUAN LOKASI BAB III: TINJAUAN LOKASI 3.1. Tinjauan Taman Wisata Prambanan 3.1.1. Profil Taman Wisata Prambanan Gagasan pendirian PT. TWCBPRB ini diawali dengan adanya Proyek Pembangunan Taman Wisata Candi Borobudur

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA 3.1 TINJAUAN UMUM WILAYAH YOGYAKARTA 3.1.1 Kondisi Geografis dan Aministrasi Kota Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa dengan luas 32,50 km2. Kota

Lebih terperinci

tahun ke tahun. Demand bidang perdagangan dan perekonomian kota Sragen dalam kurun waktu mencapai peningkatan 60%. Namun perkembangan yang

tahun ke tahun. Demand bidang perdagangan dan perekonomian kota Sragen dalam kurun waktu mencapai peningkatan 60%. Namun perkembangan yang 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu daerah disertai pertambahan penduduk dengan pergerakan yang tinggi mempengaruhi peningkatan mobilitas antar Propinsi, Kabupaten, Kecamatan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan yang dapat menjadi suatu aset dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain sektor pertanian,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata kedua di Indonesia setelah Bali. DIY juga menjadi salah satu propinsi yang menjadi pusat pengembangan

Lebih terperinci

REST AREA DI KLEDUNG PASS WONOSOBO

REST AREA DI KLEDUNG PASS WONOSOBO TUGAS AKHIR PERIODE 107 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REST AREA DI KLEDUNG PASS WONOSOBO Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh:

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Cirebon adalah salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada dipesisir utara Jawa Barat dan termasuk ke dalam wilayah III (Cirebon,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. ini telah menjadi pendorong pada integrasi kota-kota besar di Indonesia, dan juga di

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. ini telah menjadi pendorong pada integrasi kota-kota besar di Indonesia, dan juga di BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota-kota di Indonesia, seperti juga dengan yang terjadi di negara-negara berkembang lainnya, khususnya di Asia, akan semakin kompleks dengan semakin terbukanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang cukup luas dengan penduduk yang beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SURAKARTA. Gambar 1.1. Jaringan Transportasi Kota Surakarta dengan Kota Kota di Pulau Jawa Sumber : Widiyanto_2005,Analisis Penulis

BAB I PENDAHULUAN SURAKARTA. Gambar 1.1. Jaringan Transportasi Kota Surakarta dengan Kota Kota di Pulau Jawa Sumber : Widiyanto_2005,Analisis Penulis BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Surakarta sebagai pusat Wilayah Pengembangan VIII Propinsi Jawa Tengah, mempunyai peran yang strategis bagi pengembangan wilayah di Propinsi Jawa Tengah. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan di galakkannya kembali pemberdayaan potensi kelautan maka sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH. Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa

KEADAAN UMUM WILAYAH. Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM WILAYAH A. Kabupaten Sleman 1. Kondisi Geografis Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara geografis Kabupaten Sleman terletak diantara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi Tahap inventarisasi merupakan tahap yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang mendukung dan dibutuhkan pada perencanaan jalur hijau jalan ini. Berdasarkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 3.2 Analisa Kemampuan Keuangan Daerah... III Kebijakan Umum Anggaran... III. 29

DAFTAR ISI. 3.2 Analisa Kemampuan Keuangan Daerah... III Kebijakan Umum Anggaran... III. 29 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I. 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I. 4 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I. 7 1.4 Maksud dan Tujuan... I. 13 1.5 Sistematika Penulisan...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari / BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada hasil dan pembahasan akan diuraikan hasil dan analisa dari penelitian mengenai zona rawan banjir di Sub DAS Dengkeng. Aspek-aspek yang dianalisa antara lain adalah jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT ' BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terletak di bagian selatan tengah Pulau Jawa yang dibatasi oleh Samudera Hindia di bagian selatan dan Propinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya alam. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang tinggi, baik

Lebih terperinci

Kabupaten Klaten memiliki wilayah seluas 665,56km 2 administratif terbagi dalam 26 kecamatan dan 401 desa/kelurahan.

Kabupaten Klaten memiliki wilayah seluas 665,56km 2 administratif terbagi dalam 26 kecamatan dan 401 desa/kelurahan. BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KLATEN 3.1. Kabupaten Klaten Selayang Pandang Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi dari 33 provinsi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Jaringan Kereta Api di Surakarta dan Kota-Kota Sekitarnya

BAB I PENDAHULUAN Jaringan Kereta Api di Surakarta dan Kota-Kota Sekitarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Jaringan Kereta Api di Surakarta dan Kota-Kota Sekitarnya Kota Surakarta merupakan pusat Wilayah Pengembangan VIII Propinsi Jawa Tengah yang mempunyai peran

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR Oleh : BETHA PATRIA INKANTRIANI L2D 000 402 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAGIAN 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1.1.1 Potensi Prambanan sebagai Daerah Tujuan Wisata Prambanan sebagai daerah wisata yang berada di perbatasan DIY dan Klaten, sebuah daerah yang memiliki

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan beberapa wilayah lainnya di Pulau Jawa. Tingkat kehidupan Jakarta dan sekitarnya

Lebih terperinci

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi. penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi. III.1.3. Kondisi Ekonomi Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik, perhitungan PDRB atas harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat berperan dalam pertumbuhan ekonomi pada suatu negara tidak terkecuali di Indonesia. Pariwisata juga tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam kekayaan sumber daya alam. Keberagaman potensi alam, flora, fauna serta berbagai macam budaya, adat istiadat,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Provinsi D.I. Yogyakarta 3.1.1. Keadaan Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta terletak diantara 110 0 00-110 0 50 Bujur Timur dan antara 7 0 33-8 0 12 Lintang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Air, Antara Ketersediaan dan Konflik Kepentingan

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Air, Antara Ketersediaan dan Konflik Kepentingan KONDISI SUMBER AIR DI DAERAH VULKAN : STUDI KASUS DI DAERAH KABUPATEN KLATEN, JAWA TENGAH (Suharjo, Karyono, Munawar Cholil, Alif Noor Anna) I. Pendahuluan Konflik antar Negara karena masalah air telah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. 1. Rendahnya tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kulon Progo dapat

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. 1. Rendahnya tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kulon Progo dapat BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan 1. Rendahnya tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kulon Progo dapat dipengaruhi oleh; (1) daya tarik produk-produk wisata yang dimilik; (2) biaya yang

Lebih terperinci

PUSAT INFORMASI PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN DI KABUPATEN KARANGANYAR

PUSAT INFORMASI PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN DI KABUPATEN KARANGANYAR TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (PPA) PUSAT INFORMASI PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN DI KABUPATEN KARANGANYAR Diajukan Sebagai Pelengkap dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten. 1. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten.

BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten. 1. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten. BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten 1. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten berdiri sejak tahun 1984 yang telah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Judul Hotel Resort Pantai Wedi Ombo Gunung Kidul dengan pendekatan arsitektur tropis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Judul Hotel Resort Pantai Wedi Ombo Gunung Kidul dengan pendekatan arsitektur tropis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Hotel Resort Pantai Wedi Ombo Gunung Kidul dengan pendekatan arsitektur tropis. 1.2 Pengertian Judul Hotel adalah suatu bangunan atau sebagian daripadanya yang khusus disediakan

Lebih terperinci