PERWUJUDAN KOSMOLOGI PADA BANGUNAN RUMAH TRADISIONAL TORAJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERWUJUDAN KOSMOLOGI PADA BANGUNAN RUMAH TRADISIONAL TORAJA"

Transkripsi

1 LANTING Journal of Architecture, Volume 1, Nomor 1, Februari 2012, Halaman 1-10 ISSN PERWUJUDAN KOSMOLOGI PADA BANGUNAN RUMAH TRADISIONAL TORAJA Mashuri JURUSAN ARSITEKTUR UNIVERSITAS TADULAKO PALU Abstrak Salah satu fitur yang kuat dalam arsitektur vernacular adalah kosmologi yang muncul dalam dekorasi lingkungan, baik dalam bentuk makro (settlement) dan mikro (rumah).orientasi kosmologi dapat dikenali dalam bangunan yang memiliki ruang yang berfungsi sacral dan profan.toraja, sebuah kelompok etnis yang hidup diutara Sulawesi Selatan memiliki arsitektur tradisional yang unik dan indah. Ini adalah ekspresi dari agama "Aluk Todolo" dan cara hidupnya. Konsep kosmologi dan teori "Aluk Todolo" diekspresikan dalam arsitektur Toraja, baik dalam ekspresi ruangan secara horizontal dan vertikal. Key Word: rumah tradisiona, Toraja, kosmologi Abstract One of the strong features of vernacular architecture is cosmology that appears in the environment decoration, both in the form of macro (settlement) and micro (house). Cosmology orientation can be recognized in the building, which has a room functioned, both as sacred and profane. Toraja, an ethnic group that lives in the northern of south Sulawesi has unique and beautiful traditional architecture. It is the expression of religion Aluk Todolo and its way of life. The concept of cosmology and the theory of Aluk Todolo areexpressed in the architecture of Toraja, both in the expression of the room horizontally and vertically. Keywords: traditional house, Toraja, cosmology PENDAHULUAN Manusia sebagai makhluk yang berbudaya, mengandung pengertian bahwa manusia menciptakan budaya dan kemudian kebudayaan memberikan arah dalam hidup dan tingkah laku manusia.dalam kebudayaan tercakup hal-hal bagaimana tanggapan manusia terhadap dunianya dan lingkungan masyarakatnya.seperangkat nilai yang menjadi landasan untuk menentukan sikap terhadap dunia luarnya, bahkan untuk mendasari langkah-langkah kegiatan yang hendak dan harus dilakukan sehubungan dengan kondisi alam maupun pola hidup kemasyarakatannya. Kebudayaan paling sedikit mempunyai tiga kategori yaitu: 1. Berupa wadah bagi suatu kompleks ideide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, normanorma dan peraturan. Haln-hal ini berada dalam pikiran warga masyarakat, atau dalam tingkat perkembangan tertentu sudah berupa tulisan-tulisan, karangankarangan warga masyarakat yang bersangkutan. 2. Kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas manusia yang berpola, menciptakan suatu system social bagi masyarakat yang bersangkutan 3. Berupa wadah untuk menghasilkan benda-benda pakai dan karya seni, berbentuk nyata sebagai obyek riil, seperti bangunan rumah, lukisan, patung, kerajinan, benda pakai, senjata (Koentjaraningrat, 1974). Ketiga wujud kebudayaan di atas, saling terkait satu sama lain. Adanya ide dan gagasan mengakibatkan terjadinya aktifitas yang menghasilkan suatu karya (kebudayaan fisik).salah satu bentuk kebudayaan fisik tersebut adalah bangunan rumah. Dalam konsep tradisional Toraja, sebuah rumah tidak hanya memiliki dimensi fungsional sebagai tempat hunian, tetapi juga sekaligus melalui unsur-unsur bentuk tertentu menampilkan pandangan kosmologis dan filosofis yang 1

2 mendalam.lebih jauh lagi rumah dianggap sebagai simbol dari jagad raya/kosmos, di mana hirarki kosmos ditampilkan pada zona vertikal dan horizontal dari sebuah rumah. Berdasarkan latar belakang tersebut maka pertanyaan penelitian tentang nilainilai kosmologi pada bangunan tradisional Toraja dapat disusun sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep kosmologi Toraja yang dikaitkan dengan rumah tradisionalnya? 2. Seperti apa wujud dari nilai-nilai kosmologi yang terdapat pada rumah tradisional Toraja? Adapun tujuan penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan wujud nilai-nilai kosmologi pada bangunan rumah tradisional Toraja agar dapat mendorong peningkatan apresiasi masyarakat terhadap arsitektur, khususnya arsitektur tradisional. KAJIAN PUSTAKA Kosmologi Kosmologi berasal dari istilah Yunani; kosmos, yang berarti susunan atau juga ketersusunan yang baik. Lawannya adalah khaos, yang berarti keadaan kacau balau ( Kosmologi mencari struktur-struktur dan hukum-hukum yang paling umum dan mendalam dalam kenyataan duniawi seluruhnya. Kosmologi misalnya bertanya: dunia itu apa; materi itu apa; kuantitas dan kualitas itu apa; perubahan itu apa; ruang dan waktu itu apa; penyebaban itu apa. (Baker, 1995 dalam Said,2004) Amos Rapoport berpendapat bahwa arsitektur dapat dipandang sebagai manifestasi dari aspek sosial, budaya, teknik, ritual dan mampu mengekspresikan keyakinan atau kaidah-kaidah yang bersifat kosmologis, serta mampu mengkomunikasikan informasi yang mengandung sistem nilai (Rapoport, 1969). Lebih lanjut Rapoport menyebutkan bahwa ciri yang kuat pada arsitektur vernakuler adalah adanya kosmologi dalam penataan lingkungan permukiman, orientasi kosmologi ini dapat ditandai dengan adanya ruang yang bersifat sakral (sacred) dan ruang yang bersifat profan (profane). Menurut Moerdjoko (2006), dalam masyarakat tradisional rumah dianggap sebagai bentuk mikro kosmos sebagai penjelmaan dari bentuk makro kosmos (alam raya) yang terbagi atas tiga bagian yaitu: Dunia atas, adalah daerah suci sebagai tempat para dewa Dunia tengah, adalah daerah yang dihuni oleh manusia Dunia bawah, adalah daerah kotor yang dihuni oleh binatang Rumah Tradisional Rumah menurut Van Romondt (1965, dalam Said,2004) adalah suatu shelter atau tempat berlindung manusia dalam menghadapi cuaca panas, dingin, hujan dan angin. Dahulu, pengertian rumah tinggal adalah sebagai tempat berlindung dari panasnya terik sinar matahari atau serangan binatang buas yang menjadi musuh manusia. Namun sekarang, selain untuk hal tersebut di atas, juga berarti sebagai tempat beristirahat, membina individu/keluarga, tempat bekerja, dan sekaligus juga sebagai lambing sosial.bagi masyarakat primordial, rumah merupakan tempat berlindung untuk menghindari dari bahaya-bahaya rohani yang mengancam. Adapun pengertian rumah tradisional, yaitu suatu bangunan dimana struktur, cara pembuatan, bentuk, fungsi, dan ragam hiasnya mempunyai ciri khas tersendiri, yang diwariskan secara turuntemurun, serta dapat dipakai oleh penduduk daerah setempat untuk melakukan aktifitas kehidupan dengan sebaik-baiknya (Said,2004). Kata tradisi mengandung arti suatu kebiasaan yang dilakukan dengan cara yang sama oleh beberapa generasi tanpa atau sedikit sekali mengalami perubahanperubahan. Dengan kata lain, kebiasaan yang sudah menjadi adat dan membudaya. Dengan demikian istilah rumah tradisional dapat diartikan sebuah rumah yang dibangun dan digunakan dengan cara yang sama sejak beberapa generasi. Rumah tradisional Toraja yang disebut Tongkonan mempunyai peranan yang sangat penting karena berhubungan langsung dengan kepercayaan Aluk Todolo, terutama dalam pesta adat dan kehidupan ritual di Tana Toraja.Penyelenggaraan pesta adat pada tingkat-tingkat tertentu, dilaksanakan dengan mengacu pada konsep kosmologi Toraja, dan berpedoman pada 2

3 keempat titik mata-angin, di mana Tonkonan adalah sebagai titik pusat. Utara dan Selatan digambarkan sebagai kepala dunia dan ekor dunia, atau tempat bersemayamnya Puang Matua dan Pong Tulakpadang, yang menjaga keseimbangan alam raya (kosmos) (Tangdilinting,1981). Adat dan Kepercayaan Adat adalah aturan-aturan tentang kehidupan manusia yang disepakati penduduk dalam suatu daerah tertentu untuk mengatur tingkah laku anggota masyarakatnya sebagai kelompok sosial. Setiap manusia yang berada dalam lingkaran kehidupan adat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari unit sosial tersebut, atau dengan lain perkataan, seluruh mekanisme kehidupan sosial bagi semua anggota dijiwai oleh adat. Manusia telah menerima adat secara total sebagai sistem kehidupan sosialnya, serta percaya bahwa hanya dengan berpedoman pada adatlah maka ketentraman dan kebahagiaan bagi setiap anggota masyarakat dapat terjamin. Kepercayaan erat hubungannya dengan upacara-upacara religius, dan menentukan tata ukur daripada unsur-unsur acara serta rangkaian alat-alat yang dipakai dalam upacara itu (Koentjaraningrat,1974). Orang Toraja percaya segala sesuatu yang ada dalam dunia ini mempunyai nyawa. Nyawa manusia tetap hidup walaupun ia sudah meninggal. Oleh sebab itu kehidupan manusia tergantung pada segala sesuatu yang sepanjang pengetahuannya dapat memberi untung dan celaka. Semuanya itu, baik makhluk hidup ataupun benda mati, dianggap oleh orangorang Toraja mempunyai nyawa atau jin. Oleh sebab itu sebaiknya bersatu dan berteman karib dengahn jiwa-jiwa yang mereka anggap berpengaruh dalam kehidupannya (Harahap,1952 dalam Said,2004). Landasan Teori Landasan teori yang digunakan dalam membahas wujud kosmologi pada rumah tradisional Toraja mengacu pada apa yang dikemukakan oleh Tangdilinting (1981) dalam bukunya Toraja dan Kebudayaannya yang menyatakan bahwa selain dari klasifikasi alam raya ini yang berdasarkan keempat arah mata-angin, dikenal pula adanya pelapisan dari alam raya berdasarkan kosmologi Aluk Todolo yang menganggap Tongkonan sebagai alam kecil (mikrokosmos) dan merupakan bagian dari alam-raya (makrokosmos). METODOLOGI Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskripsi rasionalistik yang mengacu kepada landasan teori yang telah disusun. Bahan penelitian berupa data-data sekunder yang diperoleh dari beberapa literatur. TEMUAN/KAJIAN ATAS TEMUAN Tinjauan Geografis, Topografis dan Administratif Tana Toraja atau yang lebih dikenal dengan Tator sebutan oleh orang-orang Toraja sendiri untuk wilayahnya adalah salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan.Saat ini Saat ini Tator secara administrasi masuk dalam Kabupaten Toraja, terdiri dari 9 kecamatan dan 32 desa.luas wilayah 3178 Km2, sebagian besar (40%) terdiri dari pegunungan dan dataran tinggi (25%). Wilayah Tator terletak sekitar 350 Km di utara kota Makassar, antara 240'-325' lintang selatan dan 11930'-12025' bujur timur (Said,2004). Di tengah-tengah wilayah berbukit-bukit tersebut mengalir dari utara ke selatan Sungai Sa'dang yang berpengaruh secara sosial, budaya dan ekonomi bagai masyarakat Toraja.Istilah Toraja Sa'dang dipakai untuk menyebut wilayah dan kelompok etnis di kawasan Sungai Sa'dang.Sebutan tersebut untuk membedakan dengan kelompok dan tempat dengan sebutan Toraja-Mamasa, berada di sebelah baratnya beberapa puluh kilometer, dipisahkan oleh lembah dan gunung.menurut legenda, suku Toraja- Mamasa berasal dari suku Toraja-Sa'dang yang merantau ke arah barat, tidak kembali dan membentuk masyarakat Toraja di tempatnya yang baru. 3

4 Gambar 1. Peta Kabupaten Tana Toraja (Said,2004) Di Tana Toraja terdapat dua pusat berupa kota kembar, yaitu kota Makale berfungsi sebagai pusat administrasi terletak disebelah selatan, dan kota Rantepao terletak 18 Km di sebelah utara kota Makale, yang lebih berfungsi sebagai pusat pelayanan dan jasa. Asal Mula Nama Toraja Sebelum kata Toraja dipergunakan sebagai sebutan untuk daerah yang sekarang dinamakan Kabupaten Tana Toraja, sebenarnya dagulu adalah suatu negeri yang berdiri sendiri dan dinamakan Tondok Lepongan Bulan Tana Matarik Allo (tondok = negeri; lepongan = kebulatan,kesatuan; bulan = bulan; matarik = bentuk; allo = matahari). Artinya: negeri yang bentuk pemerintahan dan kemasyarakatannya merupakan kesatuan yang bundar/bulat bagaikan bulan dan matahari (Said,2004). Beberapa pendapat lain mengenai asal kata Toraja, yaitu: Berasal dari istilah yang diberikan oleh orang Bugis Sidenreng (Kerajaan Sidenreng), yaitu toriaja. To artinya orang, riaja artinya sebelah atas atau bahagian utara (Said,2004). Hal ini disebabkan negeri Tondok Lepongan Bulan Tana Matarik Allo itu berada di sebelah utara Kerajaan Sidenreng. Oleh karena itu orang-orang yang berasal dari daerah itu disebut toraja yang artinya orang yang berasal dari ketinggian di sebelah utara. Berasal dari istilah orang Bugis Luwu (Kerajaan Luwu), yaitu to Rajang. To artinya orang, Rajang artinya di sebelah barat Kerajaan Luwu. Jadi Toraja maksudnya adalah orang yang berasal dari daerah sebelah barat (Izarwisma,1986). Sama seperti yang dijelaskan di atas, Jowa Imre Kis-Jovak (1988) dalam Said (2004) juga menjelaskan seperti di bawah ini: Toraja may originally have been a name given to these groups by Buginese people, and means those who live upstream, or people living in the mountains. Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas dapat dipahami bahwa namatoraja lebih merujuk kepada suatu tempat yang letaknya berada di daerah ketinggian, yang bila dikaitkan dengan kondisi topografis Toraja memang berada di daerah yang tinggi. Adat dan Kepercayaan Toraja Masyarakat Toraja saat ini, sekitar 66% beragama Kristen, 12% Roma Katolik, sekitar 7% Muslim, hanya 16% masih memeluk agama adat yang disebut Aluk Todolo (Kantor Statistik Kabupaten Tana Toraja, 1995 dalam Said,2004). Namun demikian, secara bersamaan masih banyak anggota masyarakatnya melaksanakan adat kepercayaan Aluk Tomatua upacara ritual bagian dari Aluk Todolo. Dalam kehidupan sehari-hari adat tersebut antara lain terungkap dalam berbagai upacara seperti misalnya Rambu Tuka berarti suka cita atau dalam hal ini perkawinan, upacara memasuki rumah baru. Menurut adat Toraja yang paling penting adalah upacara Rambu Solo yaitu upacara pemakaman. Aluk Todolo kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Toraja artinya adalah agama/aturan dari leluhur (aluk = agama/aturan, todolo = nenek moyang) (Tangdilinting,1981). Aluk Todolo menurut penganutnya diturunkan oleh Puang Matua atau Sang Pencipta mulanya pada leluhur pertama Datu La Ukku' yang kemudian menurunkan ajarannya kepada anak cucunya (Tangdilinting,1981). Oleh karena itu menurut kepercayaan ini, manusia harus 4

5 menyembah, memuja dan memuliakan Puang Matua atau Sang Pencipta diwujudkan dalam berbagai bentuk sikap hidup dan ungkapan ritual antara lain berupa sajian, persembahan maupun upacaraupacara. Setelah Puang Matua menurunkan Aluk kepada Datu La Ukku sebagai manusia pertama, kemudian memberikan kekuasaan kepada para Deata atau Dewa untuk menjaga dan memelihara manusia. Oleh karena itu Deata disebut pula sebagai Pemelihara yang menurut ajaran Aluk Todolo tidak tunggal tetapi di golongan menjadi tiga yaitu: Deata Langi' (Sang Pemelihara Langit menguasai seluruh isi langitdan cakrawala), Deata Kapadanganna (Sang Pemelihara Bumi, menguasai semua yang ada di bumi) dan Deata Tangngana Padang (Sang Pemelihara Tanah, menguasai isi bumi). Masing-masing golongan terdiri dari beberapa Deata yang menguasai bagian-bagian tertentu misalnya gunung, sungai, hutan dan lain-lain (Tangdilinting,1981). Selain kepada Deata dengan kekuasaan masing-masing Puang Mattua atau Sang Penguasa juga memberikan kepercayaan kepada To MembaliPuang atau Todolo (Leluhur) yang juga diwajibkan dipuja dan disembah karena merekalah yang memberi berkah kepada para keturunannya (Tangdilinting,1981). Pemujaan kepada ketiga unsur yang masing-masing berupa kelompok Deata tersebut, oleh masyarakat penganut Aluk Todolo diungkapkan dalam bentuk upacaraupacara ritual dengan berbagai sajian, persembahan atau korban.persembahan ini bermacam-macam bentuk, tempat dan arahnya disesuaikan dengan ketiga unsur tersebut di atas. Kepada Para Deata atau Pemelihara, dipersembahkan babi atau ayam dengan mengambil tempat di sebelah timur rumah/tongkonan dan untuk Tomembali Puang/Todolo atau Leluhur sebagai pengawas manusia dipersembahkan babi atau ayam di sebelah barat Tongkonan atau di tempat kuburan (Tangdilinting,1981). Adanya kepercayaan terhadap para Dewa tersebut terkait dengan pandangan masyarakat Toraja terhadap tata ruang jagad raya atau makro kosmos yang dipandang terdiri dari tiga unsur yaitu: langi' (sorga), lino atau padang berarti bumi dan Deata to Kengkok atau Puang to Kebali'bi' (Dewa Berekor) artinya bagian di bawah bumi (Tangdilinting,1981). Kosmologi Toraja Menurut Tangdilintin (1981), skema kosmologi dari masyarakat Toraja digambarkan sebagai berikut: Puang Matua (Sang Pencipta) di Utara/atas/langit tiga kelompok Deata berada di Timur, Tomembali Puang/Todolo di Barat dan bumi tempat kehidupan manusia di bawah. Gambar 2. Kedudukan Oknum Yang Dipuja Menurut Ajaran Aluk Todolo (Tangdilinting,1981) Jowa Imre Kis-Jovak peneliti dari Belanda, membuat intepretasi kosmologi dari Aluk Todolo dengan gambaran terlihat dalam gambar 3.Ulluna Langi digolongkan ke dalam dunia atas, berada di titik Zenith atau puncak dari bola langit.permukaan bumi dipandang sebagai Dunia Tengah atau dalam bahasa Toraja disebut Lino sering pula disebut Padang, terletak pada bidang potong tengah bola langi' yang berarti langit.dalam hal ini langit diartikan udara atau Puya tempat tinggal jiwa.di dunia tengah inilah terdapat kehidupan manusia termasuk di dalamnya tongkonan.menurut interpretasi Kis-Jovak dari hasil penelitian antropologisnya, dunia tengah dalam hal ini terletak di sebelah timur Gunung Bamba Puang dan pohon-pohon palem sebagai pintu keluar-masuk para Dewa di sebelah barat ( Kis-Jovak, 1988 dalam Said,2004). Dunia Bawah terdiri dari PongTulak Padang dan roh-roh dalam tanah mendukung dunia 5

6 tengah rumah dan kediaman manusia di muka bumi. Menurut Kis-Jovak, di luar sistem bola langit di sebelah barat terdapat Pongko', yang dalam mitos merupakan asal orang Toraja, dibatasi oleh tasik atau laut dengan ketiga bagian dunia tersebut di atas.cakrawala adalah keseluruhan sebagai pembungkus dunia tengah dipandang sebagai palullungan yang artinya atap. Dunia bawah dipikul oleh Tulakpadang artinya Ia yang memikul bumi dengan kepala dan pohon-pohon palem di tangannya. Ia menjaga keseimbangan dan bermukim 12 tingkat di bawah bumi. Meskipun demikian, kadang-kadang terjadi ketidak seimbangan karena Indo' Ongan-ongan istrinya yang suka bertengkar, mengganggu hingga terjadi gempa bumi.dunia bawah dapat dicapai melalui lobang-lobang belahan dan jurangjurang. "rongga-rongga" dalam perut bumi ini merupakan suatu ciptaan yang luar biasa, mengagumkan dan ditakuti manusia ( Kis- Jovak, 1988 dalam Said,2004) Gambar 3. Pandangan Kosmologi Masyarakat Toraja Berdasarkan Analisis Jowa Imre Kis- Jovak (Jowa Imre Kis-Jovak,1988 dalam Said,2004) Keterangan: a. Pangko'; b. Tasik (laut); c. Gunung Bamba Puang; d. Puya (Tanah dari semua yang berjiwa); e. Padang/lino Dunia Tengah/dunia manusia; f. Langi. g. Dunia Bawah; h. Pong Tulak Padang; i. Roh di dalam bumi. j. Puang Matua di Zenith atau Ulunna Langi ; k. Tongkonan. Rumah Tradisional Toraja Rumah tradisional Toraja yang mempunyai fungsi adat dinamakan Tongkonan yang pada saat ini tidak banyak lagi ditempati sebagai wadah hunian oleh pemiliknya sendiri, tapi lebih sering digunakan untuk kebutuhan yang bersifat publik seperti kegiatan sosial dan tempat upacara religi bagi rumpun keluarga yang memilikinya. Hal itu disebabkan karena salah satu fungsi Tongkonan adalah pusat tempat penyelenggaraan upacara-upacara adat seperti pesta adat yang terkenal: Rambu Tuka' dan Rambu Solo'. Tongkon artinya duduk, mendapat akhiran 'an' maka menjadi 'Tongkonan' yang artinya `tempat duduk'. Maksudnya duduk bermusyawarah, mendengarkan perintah, atau menyelesaikan masalah-masalah adat yang terjadi di masyarakat.tongkonan juga merupakan istana raja atau penguasa adat dan pusat pertalian keluarga. Rumah tradisional di beberapa daerah di Asia Tenggara diakui mempunyai banyak signifikansi.ruang di dalam rumah yang merupakan wadah tiga dimensional, tidak hanya sebagai suatu bagian yang membatasi ruang dengan dunia sekelilingnya secara fisik, tapi juga dalam arti keberadaannya sebagai ruang yang merupakan ungkapan simbolik. Terdapat pengertian yang lebih luas mengenai konsep dan struktur kosmos, seperti strata vertikal mengenai `surga' (dunia atas), `bumi' dan 'dunia bawah', atau aturan- aturan horizontal yang mengacu pada `cardinal point' (titik pusat) termasuk juga catatan mengenai lokasi antara gunung dan laut. Kesemuanya itu dirangkum dalam simbolik dan divisualisasikan pada wujud bagian-bagian rumah.konsep tersebut selalu memainkan peranan penting pada pembangunan sebuah rumah, yang bertujuan untuk menentukan posisi rumahdi lingkungan alamnya.dengan demikian rumah merupakan suatu miniatur kosmos atau dapat disebut gambaran mengenai mikrokosmos. 6

7 Gambar 4.Pembagian Zona Tongkonan Berdasarkan Kosmologi Toraja (Said,2004) Tabel 1. Tinjauan Tongkonansebagai Mikrokosmos berdasarkan Pandangan Kosmologi Toraja (Struktur Horizontal Tongkonan) TONGKONAN LOKASI FUNGSI KONOTASI/SIMBOLIK Bagian Depan Bagian Belakang Bagian Kanan Bagian Kiri Sumber : Said,2004 Bagian Utara Halaman depan rumah Bagian Selatan Halaman belakang rumah Bagian Timur Halaman samping rumah Bagian Barat Halaman samping rumah Tempat bermain anakanak dan kegiatan bagi kaum laki-laki Tempat menumbuk padi Tempat bermain anakanak Tempat bermain anakanak Ulunna langi (kepala langit), sebagai tempat bersemayam Puang Matua Bagian yang dianggap suci, terhormat, mewakili unsur lakilaki Tata hadap Tongkonan kea rah utara, sebagai ungkapan simbolik: penghormatan kepada Puang Matua Pollona langi (ekor langit) Bagian yang dianggap mewakili unsur perempuan Tempat bombo (setan jahat), membuang kesialan, bagian yang dianggap kotor Areal ritual Aluk Rambu Tuka Rampe mataallo, penjuru tempat terbitnya matahari Bagian yang dianggap baik, terang, mendatangkan kebahagiaan dan kegembiraan. Areal ritual Aluk Rambu Solo Tempat para Deata Tempat para leluhur atau Tomembali Puang Bagian yang dianggap buruk, gelap, tempat kedukaan, kesedihan Tongkonan di Toraja selalu menghadap ke arah utam, ke arah ulunna lino(kepala dunia) menurut pandangan kosmologi Toraja. Tara hadap Tongkonanitu merupakan ungkapan simbolik sebagai penghormatan dan pemuliaan kepada Puang Matua,sang pencipta jagad raga, yang dipercaya bersemayam di bagian utara, sehingga penjuru utara tidak boleh dibelakangi, artinya Tongkonan harus selalu menghadap ke Puang Matuaagar selalu mendapat berkah dari-nya. Dengan mengacu pada sistem budaya Toraja, maka tata letak/posisi Tongkonan menjadi tanda indeks bagi penjuru mata angin: Utara, Selatan, Timur, dan Barat, yang sekaligus bermakna simbolik sebagai penjuru utarna dalam pandangan kosmologi Toraja. Oleh karena itu upacara adat untuk memuja dan memuliakan Puang Matua dilaksanakan di depan (di bagian utara) Tongkonan, seperti pada pesta adat dengan upacara penyembelihan hewan kurban sebagai sesajen dalam peresmian pembuatan atau pembaharuan (renovasi) sebuah Tongkonan yang dinamakan mangrara banua. Hal ini dimaksudkan sebagai ungkapan yang memuliakan Puang Matua dan sekaligus merupakan cara bersyukur atas berkah-nya. Tongkonan merupakan rumah panggung yang berbentuk persegi empat panjang.dibuat sebagai rumah panggung, agar penghuni tidak mudah diganggu binatang buas maupun musuh. Ditinjau dari sistem struktur vertikalnya, bangunan tongkonan terbagi atas tiga bagian utama, yaitu: (a) bagian kaki (kolong), (b) bagian badan rumah, dan (c) bagian atas (atap). 7

8 Gambar 5.a.Tampak depan Tongkonan; b.tampak potongan Tongkonan (Said,2004) Tabel 2. Tinjauan Tongkonan sebagai Mikrokosmos berdasarkan Pandangan Kosmologi Toraja(Struktur Vertikal Tongkonan) BAGIAN TONGKONAN FUNGSI KONOTASI/SIMBOLIK STRUKTUR Bagian atas Bagian tengah Bagian bawah, terdiri dari tiang-tiang dan kayu sulur melintang (roroan) yang mengikat tiang-tiang atau sama lainnya sehingga terbentuk seperti kurungan Sumber : Said,2004 Atas Tengah Bawah Atap rumah, sebagai penutup seluruh struktur rumah Badan rumah (kale banua), merupakan wadah untuk kegiatan fuungsional praktis penghuni(tidur, masak,makan) Kolong rumah (sulluk banua) Konstruksi penopang rumah Dahulu, dipergunakan sebagai kandang hewan Bentuk atap dikonotasikan sebagai metafora bentuk yang mirip perahu atau tanduk kerbau Bahagian yang dianggap suci, terhormat Dunia atas: Langi (langit), tempat Puang Matua Wadah bagi azas-azas hidup manusia untuk menciptakan kehidupan harmonis. Tempat persilangan keempat penjuru mata angin, dan pertemuan antara dunia atas dengan dunia bawah Tempat dihidangkan sajian persembahan kepada Puang Matua, Deata-Deata, dan Tomembali Puang Dunia Tengah: Lino(bumi) Bahagian yang dianggap terendah dan kotor Wadah bagi hewan, air, sungai, tanaman, yang dimanfaatkan oleh manusia dalam menjalani kehidupan, terutama dalam melaksanakan upacara adat. Tempat Pong Tulakpadang yang dipercaya mendukung dan member spirit pada Tongkonan dan kehidupan manusia di bumi (lino). Dunia Bawah Bagian kaki (kolong) Tongkonan disebut sulluk banua, yaitu kolong bangunan rumah yang terbentuk oleh hubungan antara tiang-tiang dengan sulur atau roroan. Dahulu berfungsi sebagai tempat mengurung binatang (kerbau dan babi) pada malam hari, dan tidak mempunyai fungsi religius. Tiang-tiang Tongkonan terbuat ari kayu, biasanya berbentuk segi empat.penggunaan pondasi batu alam menunjukkan bahwa mereka telah berusaha melindungi tiangtiang kayu dari air tanah dan mencegah turunya bangunan karena lunaknya tanah (Sutedjo, 1982). Gambar 6. Denah Lantai Bawah Tongkonan (kolong) (Said,2004) 8

9 Bagian badan Tongkonan disebut kale banua, terdiri atas ruang-ruang yang berjejer dari utara ke selatan. Ruang di bagian depan (utara) disebut tangdo, berfungsi sebagai ruang istirahat dan tempat tidur bagi tamu keluarga, sedang fungsi religiusnya sebagai tempat untuk melaksanakan upacara pengucapan syukur. Ruang tengah disebut sali, lebih luas dan agak rendah dari ruang lainnya, berfungsi sebagai dapur, tempat makan dan musyawarah keluarga. Bila ada orang mati yang sedang dalam proses pelaksanaan upacara pemakamanya maka biasanya ditempatkan di ruang ini. Sedang ruang belakang (selatan) atau yang disebut dengan sumbung, dipergunakan untuk tidur oleh anggota keluarga. Tabel 3.Tinjauan Struktur Horizontal Badan Tongkonan (Kale Banua) menurutaluk Todolo TONGKONAN LOKASI FUNGSI KONOTASI/SIMBOLIK Ruang tidur, terima tamu Kepala rumah (ulu banua) Bagian depan, yaitu ruang Utara Tempat dihidangkan sajian Tempat pemujaan dan persembahan depan (tangdo) persembahan kepada Puang Matua Bagian tengah, yairu ruang tengah (sali) Bagian belakang,yaitu ruang belakang (sumbung) Bagian samping kanan,yaitu sisi kanan dari badan Tongkonan pembagian ini ditandai denga pata yaitu kayu melintang dari ruang depan ke belakang dan membagi badan rumah secara simetris Bagian samping kiri badan Tongkonan, yaitu bagian kiri pata dari Tongkonan Sumber : Said,2004 Selatan Timur Barat Sehubungan dengan ritual yang dilaksanakan di dalam Tongkonan, menurut Aluk Todolo, bila dihidangkan sajian upacara di dalam Tongkonan maka harus mengikuti arah Timur-Barat. Pada upacara rambu tuka, sajiannya dihidangkan di bagian timur, sedangkan sajian untuk upacara rambu solo dihidangkan di bagian barat dalam Tongkonan (Said,2004). Dapur, ruang makan, musyawarah keluarga. Tempat bagi anak menimba pengetahuan dengan mendengarkan wejangan,cerita,mitos,legenda,fals afah dari orang tua Tempat tidur bagi anak perempuan, dan tempat menyimpan pakaian/barang, yaitu ruang di bawah atap = rattiang. Pada bagian ini ditempatkan: dapur (dapo ),pintu masuk dan tangga (eran). Tempat sajian kurban persembahan dihidangkan pada upacara Alur Rampe Mataallo Ruang makan dan musyawarah keluarga Tempat sajian kurban persembahan dihidangkan pada upacara Aluk Rampe Matampu Pusat bumi (lino), dibagian bawah terdapat a riri posi, sedang bagian atas terdapat petuo Ekor rumah (pollo banua) Dianggap sebagai tempat masuknya penyakit,sehingga orang sakit ditempatkan di ruang ini Bahagian yang dianggap baik dan tenang Tempat pemujaan dan persembahan kepada Deata-deata Bahagian yang dianggap buruk dan gelap Tempat pemujaan kepada Tomembali Puang(todolo) Gambar 7. Pembagian Ruang Kale Banua Tongkonan (Said,2004) Bagian atas (atap) Tongkonan. Atap bangunan yang paling tua, terbuat dari bambu yang dipilah menjadi dua dan disusun saling tumpang tindih. Sebagian 9

10 masyarakat Toraja menganggap bentuk atap Tongkonan adalah abstraksi dari bentuk perahu. Hal ini berdasarkan pada dugaan adanya ikatan budaya perahu yang dibawa oleh leluhur mereka yaitu bentuk erong yang menyerupai bentuk perahu. Mereka ingin mempertahankan atau menggambarkan hal-hal yang berhubungan dengan perahu sebagai pengakuan terhadap warisan budaya nenek moyangnya, seperti halnya dengan beberapa penulis lain yang menyatakan bahwa bentuk perahu berpengaruh terhadap bentuk atap pelana rumah di kawasan Austronesia (Roxana, 1990 dalam Said,2004). alam raya tersebut termanifestasikan dalam bentuk pembagian ruang Tongkonan secara horizontal, dimana utara dikonotasikan sebagai : kepala,bagian depan,bagian yang dihormati dan dianggap sebagai tempat suci, selatan dikonotasikan sebagai : kaki,bawahan,ekor,pengikut dan tempat kotor, timur dikonotasikan sebagai kehidupan,dan dianggap secara kualitas mewakili: kebahagiaan,terang,kesukaandan sumber kehidupan, barat merujuk pada kematian,secara kualitas mewakili unsur gelap,kedukaan,dan semua hal-hal yang mendatangkan kesusahan. Secara vertikal kosmologi Toraja mengklasifikasikan alam raya berdasarkan pelapisan dunia yang terwujud dalam bangunan Tongkonan dalam bentuk: Atap Tongkonan sebagai manifestasi dari dunia atas Badan /dinding Tongkonan sebagai manifestasi dari dunia tengah Kolong Tongkonan sebagai manifestasi dari dunia bawah KEPUSTAKAAN Gambar 8.Atap Tongkonan sebagai abstraksi dari bentuk perahu (Said,2004) Sementara itu beberapa tokoh masyarakat setempat, justru menginterpretasikan garis dan bentuk atap sebagai gambar bentuk tanduk kerbau. Hal ini dapat diterima melihat sosok atau outline atap Tongkonan mempunyai kemiripan dengan garis dari bentuk tanduk kerbau, selain itu kerbau adalah lambang yang berkaitan dengan kepercayaan mereka terhadap tedong garanto eanan artinya: kerbau sebagai simbol pokok harta benda (Said,2004). Izarwisma,dkk., 1985, Arsitektur Tradisional Daerah Sulawesi Selatan, Proyek Inventarisasi Kebudayaan Daerah Sulawesi Selatan, Depdikbud, Jakarta. Koentjaraningrat, 1974, Pengantar Ilmu Antropologi, Rineka Cipta, Jakarta Moerdjoko, 2006, Discourseto The Concept of Place in The Vernacular Settlement, Prosiding 3 rd International Seminar on Vernacular Settlement, Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra, Surabaya. Rapoport,A., 1969, House, Form and Culture. Prentice-Hall,Inc., Engelwood Cliffs, New Jersey. Said, A..A., 2004, Simbolisme Unsur Visual Rumah Tradisional Toraja, Ombak, Yogyakarta. Gambar 9. Interpretasi atap Tongkonan dari bentuk tanduk kerbau (Said,2004) KESIMPULAN Kosmologi Toraja mengklasifikasikan alam raya ini berdasarkan empat arah mata angin. Perwujudan pengklasifikasian Sutedjo, S.B., 1997, Pencerminan Nilai Budaya dalam Arsitektur di Indonesia, Penerbit Djambatan, Jakarta. Tangdilinting, L.T., 1981, Toraja dan Kebudayaannya, Yayasan Lepongan Bulan, Tana Toraja. 10

PERWUJUDAN KONSEP DAN NILAI-NILAI KOSMOLOGI PADA BANGUNAN RUMAH TRADISIONAL TORAJA

PERWUJUDAN KONSEP DAN NILAI-NILAI KOSMOLOGI PADA BANGUNAN RUMAH TRADISIONAL TORAJA PERWUJUDAN KONSEP DAN NILAI-NILAI KOSMOLOGI PADA BANGUNAN RUMAH TRADISIONAL TORAJA Mashuri Staf Pengajar Fakultas Teknik, Jurusan Arsitektur Universitas Tadulako Abstrak Salah satu ciri yang kuat pada

Lebih terperinci

TANA TORAJA P E N G A N T A R P E N G A N T A R K E P E R C A Y A A N. Aluk Todolo. Puang Matua. Desain Interior - Akademi Teknik PIKA 1

TANA TORAJA P E N G A N T A R P E N G A N T A R K E P E R C A Y A A N. Aluk Todolo. Puang Matua. Desain Interior - Akademi Teknik PIKA 1 TANA TORAJA Perkembangan Arsitektur Tradisional Oleh : Eka Kurniawan A.P, ST 1 P E N G A N T A R Nama Toraja diberikan suku Bugis Sidenreng dan suku Luwu. Orang Bugis Sidengreng menyebut orang Toraja dengan

Lebih terperinci

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja Upacara pemakaman yang dilangsungkan saat matahari tergelincir ke barat. Jenazah dimakamkan di gua atau rongga di puncak tebing batu. Sebagai tanda

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM MASYARAKAT TORAJA. Luwu. Orang Sidenreng menamakan penduduk daerah ini To Riaja yang

BAB IV GAMBARAN UMUM MASYARAKAT TORAJA. Luwu. Orang Sidenreng menamakan penduduk daerah ini To Riaja yang BAB IV GAMBARAN UMUM MASYARAKAT TORAJA 4.1 Asal Usul Masyarakat Toraja 4.1.1 Asal Mula Nama Toraja Nama Toraja mulanya diberikan oleh suku Bugis-Sidenreng dan orang Luwu. Orang Sidenreng menamakan penduduk

Lebih terperinci

TRANSFORMASI TATANAN RUANG DAN BENTUK PADA INTERIOR TONGKONAN DI TANA TORAJA SULAWESI SELATAN

TRANSFORMASI TATANAN RUANG DAN BENTUK PADA INTERIOR TONGKONAN DI TANA TORAJA SULAWESI SELATAN TRANSFORMASI TATANAN RUANG DAN BENTUK PADA INTERIOR TONGKONAN DI TANA TORAJA SULAWESI SELATAN Shandra Stephany Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra - Surabaya ABSTRAK

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Tampak samping Rumah Tongkonan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993)

Gambar 1.1 Tampak samping Rumah Tongkonan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tana Toraja, sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan tempat tinggal bagi suku aslinya yaitu Suku Toraja. Kabupaten yang seluruh daerahnya

Lebih terperinci

ARSITEKTUR TANA TORAJA

ARSITEKTUR TANA TORAJA PENGELOLAAN SUMBER BELAJAR ELEKTRONIK Disusun oleh : Eka Kurniawan A.P (0104510007) KTP PPS Unnes Sumber Belajar untuk MK. Perkembangan Arsitektur Tradisional (MATERI ARSITEKTUR TORAJA) Program Studi Desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehidupan dan kematian merupakan dua hal yang harus dihadapi oleh setiap manusia termasuk orang Toraja, karena ini merupakan hukum kehidupan menurut adat Toraja. Sebagai

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) PENGELOLAAN SUMBER BELAJAR Disusun oleh : Eka Kurniawan A.P (0104510007) KTP PPS Unnes RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Perguruan Tinggi Program Studi Mata Pelajaran Semester / SKS Pertemuan ke Standar

Lebih terperinci

KOSMOLOGI DALAM ARSITEKTUR TORAJA

KOSMOLOGI DALAM ARSITEKTUR TORAJA KOSMOLOGI DALAM ARSITEKTUR TORAJA Yulianto Sumalyo Staf Pengajar Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Hasanuddin Makasar ABSTRAK Modernisme dalam arsitektur selalu menunjuk pada hal-hal yang

Lebih terperinci

SUKU TORAJA. Rangga Wijaya ( ) Putri Raudya Sofyana ( )

SUKU TORAJA. Rangga Wijaya ( ) Putri Raudya Sofyana ( ) SUKU TORAJA Rangga Wijaya (14148117) Putri Raudya Sofyana (14148140) Geografis dan Wilayah Letak suku Toraja : 119 0-120 0 BT dan 2 0-3 0 LS Terletak di sekitar pegunungan Latimojong dan Quarles. Berada

Lebih terperinci

POLA RUANG DALAM BANUA TONGKONAN DAN BANUA BARUNG- BARUNG DI DUSUN TONGA, KELURAHAN PANTA'NAKAN LOLO, TORAJA UTARA

POLA RUANG DALAM BANUA TONGKONAN DAN BANUA BARUNG- BARUNG DI DUSUN TONGA, KELURAHAN PANTA'NAKAN LOLO, TORAJA UTARA POLA RUANG DALAM BANUA TONGKONAN DAN BANUA BARUNG- BARUNG DI DUSUN TONGA, KELURAHAN PANTA'NAKAN LOLO, TORAJA UTARA Christabel Annora P. Parung¹, Antariksa², Noviani Suryasari² ¹Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Lebih terperinci

Karakter Tektonika Rumah Tongkonan Toraja

Karakter Tektonika Rumah Tongkonan Toraja Karakter Tektonika Rumah Tongkonan Toraja Andi Eka Oktawati 1, Wasilah Sahabuddin 2 1 Dosen, Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains & Teknologi UIN Alauddin Makassar 2 Dosen, Jurusan Teknik Arsitektur

Lebih terperinci

TEKNOLOGI DAN KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL TORAJA (TONGKONAN) Technology And Construction Of Toraja Traditional House (Tongkonan)

TEKNOLOGI DAN KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL TORAJA (TONGKONAN) Technology And Construction Of Toraja Traditional House (Tongkonan) TEKNOLOGI DAN KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL TORAJA (TONGKONAN) Technology And Construction Of Toraja Traditional House (Tongkonan) 1 St. Hadidjah Sultan, 2 Karina Mayasari 1,2 Balai Pengembangan Teknologi

Lebih terperinci

JURNAL INTRA Vol. 2, No. 2, (2014)

JURNAL INTRA Vol. 2, No. 2, (2014) JURNAL INTRA Vol. 2, No. 2, (2014) 777-782 777 Aplikasi Kosmologi pada Interior Tongkonan (Studi Kasus Interior Tongkonan Di Desa Sa'dan, Kabupaten Toraja Utara) Kevin Samuel Hosen, Lintu Tulistyantoro

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan identitas dari komunitas suatu daerah yang dibangun dari kesepakatan-kesepakatan sosial dalam kelompok masyarakat tertentu. Budaya menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki aneka ragam budaya. Budaya pada dasarnya tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan individu yang ada dari

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN ARSITEKTUR TRADISIONAL TORAJA

BAB IV TINJAUAN ARSITEKTUR TRADISIONAL TORAJA BAB IV TINJAUAN ARSITEKTUR TRADISIONAL TORAJA 4.1. Filosofi AlukTodol Todolo olo Aluk Todolo kepercayaan dianut oleh masyarakat Toraja artinya adalah agama/aturan dari leluhur (aluk = agama/aturan, ama/

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI 8.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan dalam penelitan ini maka dibuat kesimpulan dari fokus kajian mengenai, perubahan ruang hunian, gaya hidup dan gender,

Lebih terperinci

MODEL TEKTONIKA ARSITEKTUR TONGKONAN TORAJA

MODEL TEKTONIKA ARSITEKTUR TONGKONAN TORAJA Model Tektonika Arsitektur Tongkonan Toraja (Mochsen Sir dkk.) MODEL TEKTONIKA ARSITEKTUR TONGKONAN TORAJA Mohammad Mochsen Sir 1, Shirly Wunas 2, Herman Parung 3, Jhon Patandu 3 Mahasiswa Program Doktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi lokasi penelitian ini adalah Tana Toraja. Daerah ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi lokasi penelitian ini adalah Tana Toraja. Daerah ini adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki potensi budaya yang beraneka ragam, dan dimiliki oleh masing-masing daerah di dalamnya. Salah satu daerah yang

Lebih terperinci

NILAI-NILAI VERNAKULAR PADA ARSITEKTUR MASYARAKAT WANUKAKA, SUMBA BARAT

NILAI-NILAI VERNAKULAR PADA ARSITEKTUR MASYARAKAT WANUKAKA, SUMBA BARAT NILAI-NILAI VERNAKULAR PADA ARSITEKTUR MASYARAKAT WANUKAKA, SUMBA BARAT Suryo Tri Harjanto Dosen Arsitektur FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Indonesia dikenal dengan negara banyak pulau. Masing-masing pulau memiliki

Lebih terperinci

Arsitektur Dayak Kenyah

Arsitektur Dayak Kenyah Arsitektur Dayak Kenyah Propinsi Kalimantan Timur memiliki beragam suku bangsa, demikian pula dengan corak arsitekturnya. Namun kali ini hanya akan dibahas detail satu jenis bangunan adat yaitu lamin (rumah

Lebih terperinci

KEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA

KEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA KEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA Oktavianus Patiung Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prosesi budaya Toraja dijelaskan secara visual dalam penataan. pemukiman tradisional beserta penggunaan lahannya yang dirancang

BAB I PENDAHULUAN. Prosesi budaya Toraja dijelaskan secara visual dalam penataan. pemukiman tradisional beserta penggunaan lahannya yang dirancang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Prosesi budaya Toraja dijelaskan secara visual dalam penataan pemukiman tradisional beserta penggunaan lahannya yang dirancang berdasarkan kebutuhan adat atau

Lebih terperinci

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi PLPBK DI KAWASAN HERITAGE MENTIROTIKU Kabupaten Toraja Utara memiliki budaya yang menarik bagi wisatawan dan memilki banyak obyek

Lebih terperinci

TEKNOLOGI ARSITEKTUR TRADISIONAL RUMAH HONAI SUKU DANI PAPUA

TEKNOLOGI ARSITEKTUR TRADISIONAL RUMAH HONAI SUKU DANI PAPUA 1 TEKNOLOGI ARSITEKTUR TRADISIONAL RUMAH HONAI SUKU DANI PAPUA A. Pendahuluan Secara umum, arsitektur tradisional suku-suku yang terdapat di Papua terbagi menjadi beberapa tipe bentuk hunian, yaitu: 1.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Sekolah Seni

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Sekolah Seni 128 BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Sekolah Seni Pertunjukan Tradisi Bugis ini adalah mencakup tiga aspek yaitu Konsep kosmologis rumah bugis, beserta

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

Pengaruh Ritual Budaya Dalam Penataan Pola Permukiman (Studi Kasus : Ritual Bersih Desa Di Kota Malang)

Pengaruh Ritual Budaya Dalam Penataan Pola Permukiman (Studi Kasus : Ritual Bersih Desa Di Kota Malang) Ritual Budaya Dalam Pola Permukiman Debby Budi Susanti Pengaruh Ritual Budaya Dalam Penataan Pola Permukiman (Studi Kasus : Ritual Bersih Desa Di Kota Malang) Debby Budi Susanti 1) 1) Dosen Prodi Arsitektur

Lebih terperinci

Tradisi Membangun Arsitektur Tradisional Folajiku Sorabi, Tidore Kepulauan

Tradisi Membangun Arsitektur Tradisional Folajiku Sorabi, Tidore Kepulauan TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Tradisi Membangun Arsitektur Tradisional, Tidore Kepulauan Sherly Asriany Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Khairun. Abstrak Kebudayaan membangun dalam arsitektur

Lebih terperinci

NILAI KENUSANTARAAN ARSITEKTUR BOLA UGI MENURUT SANRO BOLA DI DUSUN KAJUARA KABUPATEN BONE

NILAI KENUSANTARAAN ARSITEKTUR BOLA UGI MENURUT SANRO BOLA DI DUSUN KAJUARA KABUPATEN BONE NILAI KENUSANTARAAN ARSITEKTUR BOLA UGI MENURUT SANRO BOLA DI DUSUN KAJUARA KABUPATEN BONE Hamka Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Nasional Malang, Jl. Bendungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap lingkungan budaya senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap lingkungan budaya senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap lingkungan budaya senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang diacuh oleh warga masyarakat penghuninya. Melalui suatu proses belajar secara berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

KAJIAN PENDEKATAN TEKTONIKA ARSITEKTUR TORAJA DALAM PERANCANGAN GEDUNG KESENIAN

KAJIAN PENDEKATAN TEKTONIKA ARSITEKTUR TORAJA DALAM PERANCANGAN GEDUNG KESENIAN KAJIAN PENDEKATAN TEKTONIKA ARSITEKTUR TORAJA DALAM PERANCANGAN GEDUNG KESENIAN Andi Eka Oktawati *1, V. Totok Nurwasito 2, Murni Rachmawati 3 1 Mahasiswa, Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya,

Lebih terperinci

PENGETAHUAN TEKTONIKA ARSITEKTUR TONGKONAN

PENGETAHUAN TEKTONIKA ARSITEKTUR TONGKONAN PENGETAHUAN TEKTONIKA ARSITEKTUR TONGKONAN Mohammad Mochsen Sir 1 1 Dosen Jurusan Arsitektur, Universitas Hasanuddin, Jalan Perintis Kemerdekaan KM-1-, Telp 0411588111, email: mohammadmsir@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan tradisional adalah salah satu aset nasional yang sangat besar artinya dan perlu dilestarikan karena mempunyai nilai budaya yang tinggi. Disamping itu, dapat

Lebih terperinci

FAKTOR PENENTU ORIENTASI RUMAH DI PERMUKIMAN NELAYAN DUSUN SALARANG KABUPATEN MAROS

FAKTOR PENENTU ORIENTASI RUMAH DI PERMUKIMAN NELAYAN DUSUN SALARANG KABUPATEN MAROS PROS ID I NG 2 0 1 1 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK FAKTOR PENENTU ORIENTASI RUMAH DI PERMUKIMAN NELAYAN DUSUN SALARANG KABUPATEN MAROS Ria Wikantiri, Venni Veronica & Marwah M. Jurusan Teknik Arsitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan etnis budaya, dimana setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut memiliki

Lebih terperinci

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO Joglo merupakan kerangka bangunan utama dari rumah tradisional Jawa terdiri atas soko guru berupa empat tiang utama dengan pengeret tumpang songo (tumpang sembilan) atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat panjang dan sudah dilakukan nenek moyang mereka sejak ribuan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat panjang dan sudah dilakukan nenek moyang mereka sejak ribuan bahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberadaan manusia yang ada pada tempatnya sekarang merupakan proses migrasi yang sangat panjang dan sudah dilakukan nenek moyang mereka sejak ribuan bahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau

Lebih terperinci

GEREJA KATOLIK KRISTUS RAJA DI WASUPONDA, LUWU TIMUR, SULAWESI SELATAN

GEREJA KATOLIK KRISTUS RAJA DI WASUPONDA, LUWU TIMUR, SULAWESI SELATAN LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEREJA KATOLIK KRISTUS RAJA DI WASUPONDA, LUWU TIMUR, SULAWESI SELATAN TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI

Lebih terperinci

PERUBAHAN BENTUK RUMAH ADAT TONGKONAN TANA TORAJA BERDASARKAN PENDAPAT TEORI LESESAU

PERUBAHAN BENTUK RUMAH ADAT TONGKONAN TANA TORAJA BERDASARKAN PENDAPAT TEORI LESESAU PERUBAHAN BENTUK RUMAH ADAT TONGKONAN TANA TORAJA BERDASARKAN PENDAPAT TEORI LESESAU 1) Alfiah & Elsa Supriyani 1) Dosen Tetap Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Jepang terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah olahraga. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu olahraga.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 SUMBER DATA Data data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek tugas akhir ini akan diambil dari berbagai sumber, diantaranya: 1. Literatur : media cetak (buku), media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik merupakan bunyi yang terorganisir dan tersusun menjadi karya yang dapat dinikmati oleh manusia. Musik memiliki bentuk dan struktur yang berbeda-beda dan bervariasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Masyarakat Bugis di Provinsi Sulawesi Selatan memiliki ciri khas dan budaya yang unik. Rumah tinggal berbentuk panggung, aksara khusus, dan catatan kuno yang disebut lontaraq.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 178 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Situs Kabuyutan Ciburuy, terletak di Desa Pamalayan Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Di dalam lingkungan situs ini terdapat artefak-artefak

Lebih terperinci

sendiri diatur dalam pasak 303 ayat (3) KUHP yang berbunyi:

sendiri diatur dalam pasak 303 ayat (3) KUHP yang berbunyi: Saat ini, berbagai macam dan bentuk perjudian sudah meluas dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Sebagian masyarakat memandang bahwa perjudian sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian tentang arsitektur rumah tradisional di Desa Pinggirpapas, dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut: 1. Arsitketur tradisional Madura

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, pertama rumah Besemah disebut ghumah baghi yang berarti rumah lama. Rumah tersebut

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Bangsa bisa disebut juga dengan suku,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan dalam masyarakat tidak begitu saja ada dengan sendirinya. Kebudayaan itu sendiri merupakan sebuah hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia yang diperoleh melalui

Lebih terperinci

PERAN KOSMOLOGI TERHADAP PEMBENTUKAN POLA RUANG PERMUKIMAN DUSUN SEGENTER

PERAN KOSMOLOGI TERHADAP PEMBENTUKAN POLA RUANG PERMUKIMAN DUSUN SEGENTER PERAN KOSMOLOGI TERHADAP PEMBENTUKAN POLA RUANG PERMUKIMAN DUSUN SEGENTER Yofangga Rayson, A.M. Ridjal, Noviani Suryasari Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Alamat Email penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara,

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah bagian dari suatu ekosistem yang harus diperhatikan eksistensinya. Manusia harus menciptakan lingkungan budayanya menjadi enak dan nyaman. Orang yang

Lebih terperinci

Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada 1

Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada   1 Ethos (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat): 75-84 SILAU NA TONGKONAN SEBAGAI SEBUAH REALITAS TONDOK 1 Imam Indratno, 2 Sudaryono, 3 Bakti Setiawan, 4 Kawik Sugiana 1 Mahasiswa S3 Program Studi

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara memiliki berbagai keistimewaan masing-masing. Proses pembuatan atau pembangunan rumah tersebut,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG

IDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG TEMU ILMIAH IPLBI 2013 IDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG Wienty Triyuly (1), Sri Desfita Yona (2), Ade Tria Juliandini (3) (1) Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Tinjauan Tema Berikut ini merupakan tinjauan dari tema yang akan diterapkan dalam desain perencanaan dan perancangan hotel dan konvensi. 3.1.1 Arsitektur Heritage Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia. Semakin jelas harmonisasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia memiliki keanekaragaman suku yang tersebar diseluruh bagian tanah air. Masing-masing dari suku tersebut memiliki sejarahnya tersendiri. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Budaya Lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dimana karakter tersebut menyatu secara harmoni

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA 4.1. Letak Geografis Sumba Tengah Pulau Sumba terletak di barat-daya propinsi Nusa Tenggara Timur-NTT sekitar 96 km disebelah selatan Pulau Flores, 295 km disebelah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain dikarenakan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PENGARUH KOSMOLOGI PADA KEDATON KESULTANAN TERNATE

IDENTIFIKASI PENGARUH KOSMOLOGI PADA KEDATON KESULTANAN TERNATE IDENTIFIKASI PENGARUH KOSMOLOGI PADA KEDATON KESULTANAN TERNATE Hartati Kapita 1,Lisa Dwi Wulandari 2, Jenny Ernawati 3 Abstraksi Arsitektur merupakan simbol mikrokosmos dari alam semesta (makrokosmos)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,

Lebih terperinci

KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN HUNIAN TRADISIONAL TORAJA

KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN HUNIAN TRADISIONAL TORAJA KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN HUNIAN TRADISIONAL TORAJA Muchlis Alahudin muchlisalahudin@yahoo.co.id Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Musamus ABSTRAK Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku dan budaya yang ada di Indonesia menjadi salah satu ciri khas masyarakat Indonesia. Masing-masing etnis yang ada di Indonesia tentu memiliki keunikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat Bab 5 Ringkasan Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat perayaan-perayaan ataupun festival yang diadakan setiap tahunnya. Pada dasarnya, perayaan-perayaan yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari yang terendah: Mate di Bortian (meninggal dalam kandungan), Mate Posoposo

BAB I PENDAHULUAN. Dari yang terendah: Mate di Bortian (meninggal dalam kandungan), Mate Posoposo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera Utara. Nama Batak merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT TORAJA RANTAU ATAS UPACARA RAMBU SOLO

PERSEPSI MASYARAKAT TORAJA RANTAU ATAS UPACARA RAMBU SOLO PERSEPSI MASYARAKAT TORAJA RANTAU ATAS UPACARA RAMBU SOLO Dina Toding, Indah Rizki, Mic Finanto Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan pustaka yang berkaitan dengan topik yang

Lebih terperinci

POLA LETAK STRUKTUR PONDASI PADA RUMAH LAMA PEKANBARU

POLA LETAK STRUKTUR PONDASI PADA RUMAH LAMA PEKANBARU POLA LETAK STRUKTUR PONDASI PADA RUMAH LAMA PEKANBARU Oleh : Boby Samra boby@unilak.ac.id Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Unilak Jalan Yos Sudarso km 8 Pekanbaru Abstrak Bangunan rumah lama kota

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN SUKU BANJAR

KEBUDAYAAN SUKU BANJAR KEBUDAYAAN SUKU BANJAR 1. Batasan Membahas tentang kebudayaan suatu kelompok masyarakat merupakan bagian yang paling luas lingkupnya. Dalam tulisan ini kebudayaan dipahami sebagai sesuatu yang menunjuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gorga Sopo Godang merupakan sebuah tempat atau rumah yang hanya memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Gorga Sopo Godang merupakan sebuah tempat atau rumah yang hanya memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gorga Sopo Godang merupakan sebuah tempat atau rumah yang hanya memiliki satu ruang tanpa kamar atau pembatas, yang berfungsi untuk tempat tinggal serta memusyahwarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT

SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Komunikasi Lintas Budaya Oleh : Jesicarina (41182037100020) PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNKASI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

PERADABAN MACHUPICCHU

PERADABAN MACHUPICCHU PERADABAN MACHUPICCHU Masyiana Arifah A R (36911) Audra Nesia Pratidina (37269) Irma Ramadan (36688) Nurinda Fauzia A (36452) Maya Meiditta F (36462) Riri Chairiyah (36143) Nuzuli Ziadatun N (37195) Annisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ageng Sine Yogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ageng Sine Yogi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan wilayah yang memiliki keanekaragaman kebudayaan dan masyarakat multikultural. Setiap wilayah memiliki corak dan kekhasannya masing-masing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan penyebaran agama-agama di Indonesia selalu meningkat, baik itu agama Kristen Katholik, Protestan, Islam, dan sebagainya. Tidak hanya menyebarkan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.1 No. 2, Agustus 2012 ISSN

Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.1 No. 2, Agustus 2012 ISSN KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN HUNIAN TRADISIONAL TORAJA (Studi kasus Tongkonan dengan material atap Seng) Muchlis Alahudin E-mail: muchlisalahudin@yahoo.co.id Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

KAJIAN SOSIAL-BUDAYA RAMBU SOLO DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK

KAJIAN SOSIAL-BUDAYA RAMBU SOLO DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK Tersedia secara online EISSN: 2502-471X Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 1 Nomor: 2 Bulan Februari Tahun 2016 Halaman: 154 158 KAJIAN SOSIAL-BUDAYA RAMBU SOLO DALAM PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (1947), wujud kebudayaan ada tiga macam: 1)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (1947), wujud kebudayaan ada tiga macam: 1) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah keseluruhan aktivitas manusia, termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat, dan kebiasaan kebiasaan lain. Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kesatuan dari berbagai pulau dan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kesatuan dari berbagai pulau dan daerah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan dari berbagai pulau dan daerah yang memiliki kekayaan budaya, bahasa, cara hidup, dan tradisi. Tradisi di Indonesia terdiri

Lebih terperinci

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center KONSEP RANCANGAN Latar Belakang Surabaya semakin banyak berdiri gedung gedung pencakar langit dengan style bangunan bergaya modern minimalis. Dengan semakin banyaknya bangunan dengan style modern minimalis

Lebih terperinci

berbentuk persegi panjang yaitu memanjang dari selatan ke utara. Di desa ini

berbentuk persegi panjang yaitu memanjang dari selatan ke utara. Di desa ini Desa Tenganan Pegringsingan II Oleh: I Ketut Darsana, Dosen PS Seni Tari Jika dilihat dari bentuk geografisnya, desa Tenganan Pegringsingan berbentuk persegi panjang yaitu memanjang dari selatan ke utara.

Lebih terperinci

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara Kampung Wisata -> suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional

Lebih terperinci