GONDANG SABANGUNAN DALAM UPACARA MARDEBATA. H Adi Putra Sirait ABSTRAK
|
|
- Budi Agusalim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 51 GONDANG SABANGUNAN DALAM UPACARA MARDEBATA H Adi Putra Sirait ABSTRAK Gondang merupakan bagian dari kebudayaan musik suku Batak. Dalam upacara Mardebata pada sebagian masyarakat Batak gondang sabangunan dapat digunakan menjadi musik pengiring dalam upacara mardebata tersebut. Tulisan ini menjelaskan keberadaan gondang sabangunan dalam mengiringi upacara mardebata. Kata Kunci : Gondang Sabangunan, Musik, Mardebata A. Pendahuluan Di adat batak ada dikenal dengan Gondang sabangunan atau ogung, sabagunan adalah separangkat gendang dan gong merupakan instrumen inti musik gondang batak. Gondang sabangunan terdiri dari: tagading, ogung dan sarune. Tagading terdiri dari lima jenis,sedangkan ogung terdiri dari: ogung oloan, ogung ihutan, ogung doal dan ogung jeret. Sarune juga terdiri dari lima lobang. Umumnya gondang sabangunan dimainkan untuk memohon berkat dari arwah para leluhur. Gondang Raja Silahisabungan dikenal dengan nama: Gondang sitolupulutolu dan dimainkan atau diadakan dalam acara horja bius di Silalahi nabolak. Gondang Silahisabungan berbeda dengan gondang Toba yang sering kita dengar. Gondang sitolupulutolu adalah perpaduan dari gondang Toba,Karo,Pakpak dan Simalungun. Dibandingkan dengan gondang Toba, gondang Silahisabungan bentuknya lebih kecil, baik gondangnya ataupun sarunenya tetapi suaranya lebih nyaring. Sebab itu ketika upacara Malahat horbo (Menarik kerbau) diadakan ke hau borotan diiringi gondang Silahisabungan, maka kerbau itu akan kelihatan lebih liar. Sebaliknya kalau diiringi dengan gondang Toba maka kerbau yang mau digiring tampak lebih jinak. Makna Gondang Silahisabungan adalah sitolu gugung,sitolu harajaon, sisada hadirion. Berhubungan dengan alam kepercayaan yang dianut Raja Silahisabungan saat itu dimana dipercaya tiga alam dan tiga penguasanya yaitu: Batara guru sebagai penguasa banua ginjang, Soripada sebagai penguasa banua tonga, dan Mangalabulan sebagai penguasa banua toru.gondang ini diciptakan oleh Ompu Raja Silahisabungan. Raja silahisabungan memaknai dalam pengalaman hidupnya bahwa kehidupan ditentukan oleh tiga unsur yaitu :Langit sebagai sumber pernafasan(udara),darat sebagai sumber makanan dan laut sebagai sumber air minum(air). Ketiga unsur tersebut dipercaya dikuasai oleh suatu kekuatan yaitu Mulajadi Nabolon.
2 52 Ulos Raja Silahisabungan juga berbeda denga ulos batak pada umunya.ulos tersebut disebut ulos gobar mempunyai garis putih di permukaannya. Demikian sekedar informasi bagi orang tapanuli terutama bagi keturunan Silahisabungan dimanapun berada. Prinsip pertama penulis dalam memulai tulisan ini adalah menghargai setiap perbedaan pelaksanaan adat istiadat maupun tata-cara di berbagai tempat dan menjadikannya sebagai kekayaan budaya yang masih perlu digali, dipelajari, dan dilestarikan. Dewasa ini umpasa/umpama di atas telah disesuikan dengan perkembangan zaman, iinkulturasikan atau dimodernisasikan menurut agama, tempat, kumpulan, dsb. Sehingga muncullah umpama baru yang mengatakan :Mumpat talutuk, sega gadu-gadu Salpu uhum na buruk, ro ma uhum na imbaru Patok tercabut, rusak pematang sawah Hukum lama batal, datang hukum baru Muba tano, muba duhutna. Muba Huta muba uhumna Beda tanah, beda rumputnya. Beda kampung beda peraturannya. Pepatah yang sama lain lubuk, lain ikannya yang dapat diartikan bahwa adat atau kebiasaan berbeda menurut tempat, marga, atau kumpulan lainnya.demikian pula halnya tata cara pelaksanaan Gondang Sabangunan yang selalu ditemukan perbedaan (lebih tepat disebut variasi) di berbagai tempat. Bila penatua kampung di suatu luat (negeri) lebih terbuka maka diambillah jalan keluar yang praktis aek godang tu aek laut, dos ni roha sibahen na saut (air laut luas sekali, kata sepakatlah yang jadi), artinya sepakat saja mau berbuat apa meskipun tidak serupa dengan yang biasa. Tetapi adakalanya penatua kampung tetap pada kebiasaan atau adat setempat dan berkata si dapot solup do na ro artinya pendatang harus ikut dengan adat kebiasaan setempat. Urutan manortor (menari) pun juga mengalami hal yang sama. Ada yang mendahulukan tulang (pihak ibu) atau hula-hula (pihak isteri), handai tolan, kemudian Dongan Tubu (teman se marga) dan kemudian Huta paampuhon (penatua kampung menutup acara), selanjutnya diakhiri Hasuhuton mangampu (yang berpesta mengatakan ucapan terima kasih). Ada luat justru melaksanakan urutan sebaliknya, bahkan ada yang disusun sesuai kebutuhannya saja. Jadi dalam tulisan diupayakan mengumpulkan rupa-rupa pengalaman yang pernah dilihat, dialami, atau didiskusikan, tidak ada maksud untuk menerapkan suatu pola/standard tertentu, melainkan hanya lebih bersifat membagi pengalaman, kecuali memang bila temuan tetang hal-hal yang menarik seperti sisi ritualnya dan lain sebagainya diharapkan memberikan sesuatu yang dapat diserap menjadi pembanding atau sekedar membantu untuk menemukan panduan yang lebih sesuai. B. Musik Batak Toba Musik Batak dimainkan dengan berbagai jenis alat musik baik secara bersama (orkestra) maupun solo, a.l.: Gondang Sabangunan (orkestra Batak Toba), pemainnya disebut pargual-pargonsi. Gondang sabangunan dimainkan oleh delapan orang (susunan ini disebut pangeran), bahkan oleh lebih dari jumlah itu. Alat musiknya terdiri dari lima buah tagading, sebuah gordang, satu atau dua buah serunai, empat buah ogung (gong) yang masing-masing berbeda ukuran dan tebalnya disebut saparangguan, masing-masing dinamai : panggora, doal ( panonggahi), ihutan, dan oloan, serta sebuah hesek (besi atau sejenisnya untuk alat pengatur ritme). Uning-uningan (sejenis orkestra juga) dapat dimainkan oleh hanya empat lima orang. Alat musiknya terdiri dari serunai kecil, hasapi/kecapi (sejenis gitar yang hanya punya dua
3 53 senar tanpa grip), seruling, hesek, dan garantung (terdiri dari lima atau tujuh lempengan kayu yang berbeda ukuran, tebal, dan nada yang dihasilkannya). Alat musik yang dimainkan oleh hanya satu orang saja : a. Jenggong, alat musik dengan bahan besi, mirip saga-saga, ditiup dengan dengan lidah yang digetarkan di depan mulut. Wanita biasanya lebih pandai memainkannya. b. Hapetan, sebenarnya adalah kecapi dengan bentuk yang berbeda. Sering dibawa ke pantai, dimainkan sambil menunggui doton (sejenis jala panjang) menjerat ikan. Atau oleh pemuda menghibur para gadis yang sedang menumbuk padi. c. Odap, sejenis gendang kecil yang kedua sisinya ditutup dengan kulit (mangodapodapi artinya memukul dengan keras kedua sisi odap itu untuk tujuan menyemangati). d. Sordam, sejenis seruling yang dipakai untuk memanggil arwah, biasanya lebih besar dari seruling dan dihembus dari ujung/pangkalnya. e. Sulim, suling, alat tiup dari bambu. Salah satu pangkalnya terbuka. Mempunya 8 lobang, satu untuk tempat meniup dan 7 (6 di atas dan 1 di bawah) untuk mengatur nada. f. Salohat, suling yang lubang tiupannya ada di tengah-tengah. g. Tulila, sejenis seruling kecil. Lobang atas empat buah, di bawah satu buah, suaranya merdu dan tajam. Para gembala sering membawanya menjadi pengisi waktu senggang. h. Saga-saga, sejenis tulila, harmonica mulut terbuat dari serat bambu atau enau. Alat ini biasanya menjadi bunyi-bunyian bahasa cinta antara orang muda. Kedua tangan memegang ujungnya dan menarik-narik ke kiri-kanan sembari mengeluarkan nafas perlahan. Kekuatan nada diatur dengan mengangakan atau menyempitkan mulut. i. Salempang, mirip tulila/sagasaga. Harmonika dari hodong (pelepah) ditarik-tarik hingga menimbulkan getaran di depan mulut. j. Talatoit, (bentuk yang sama dengan tulila) seruling kecil terbuat dari ruas bambu yang kecil dan panjangnya antara cm. Biasanya dipakai pada malam hari oleh orang yang ingin mengungkapkan perasaan cinta, kesedihan, kecemasan, harapan, dan sebagainya. C. Gondang Sabangunan Gondang Sabangunan digelar untuk suatu hajatan yang melibatkan kehadiran banyak orang, baik sebagai hiburan/pesta maupun untuk acara ritual. Pada hakekatnya hampir semua pesta gondang sabangunan ada keterkaitannya antara orang yang masih hidup dan arwah/roh orang yang sudah meninggal, baik berupa pemujaan, memperingati atau setidaknya ada dalam kata-kata pengantar. Lembaga agama dewasa ini begitu gigihnya campur tangan dalam mencoba menginkulturasikan visi dan misi adat-istiadat dalam pelaksanaan pesta gondang dengan visi dan misi agama. Peralatan Gondang Toba ada lima macam, sebagai berikut : 1. Tagading, terdiri dari lima buah gendang yang hampir bersamaan besarnya, terbuat dari kayu. Lobang atas ditutup dengan kulit diikat dengan rotan, menyuarakan notasi do, re, mi, fi, sol dimainkan oleh satu orang. Sebagaimana pada banyak bangsa lain yang memakai tagading (gendang) dalam bentuk yang berbeda-beda sebagai sarana
4 54 ritual atau hiburan, demikian juga tagading pada bangsa Batak. Bentuknya juga berbeda-beda, ada yang pendek, panjang, kecil, atau besar. Di Mandailing bentuknya besar-besar, di Tanah Karo kecil-kecil. Di Dairi, Simalungun, dan Toba bentuknya dapat dikatakan sama. 2. Gordang, sebuah gendang yang lebih besar berfungsi membantu ritme bass. Cara pembuatan-nya sama dengan pembuatan tagading, bagian atasnya ditutup dengan kulit sapi. Panggordangi (pemukul gordang) biasanya sekali-sekali berteriak memberi semangat kepada pemusik lainnya. Dahulu ada kebiasaan setelah datu selesai dengan acara ritual pembukaan gondang (disebut gondang sipitupitu) maka Hasuhuton dipanggil naik ke balkon atas untuk 'buha gordang'. Hasuhuton memukul gordang sebagai pertanda acara gondang dimulai. Dewasa ini buha gordang tidak populer lagi karena memulai acara godang telah diserahkan kepada Pengurus Gereja. 3. Sarune (serunai), musik tiup terbuat dari kayu bulat yang dilobangi lima lobang untuk mengubah suara, empat di sebelah atas dan satu di sebelah bawah (serunai kecil terkadang dibuat dari bambu saja). Di bagian mulut ditempelkan ipit-ipit, sejenis selongsong pipih yang dapat diganti-ganti. Cara memainkannya dengan meniup. Selama meniup maka pemain menghirup atau membuang udara hanya melalui hidung saja, hal ini bisa dilakukan hingga lebih 30 menit 4. Ogung (gong) sebanyak empat buah, disebut saparangguan, masing-masing bernama panggora, doal, ihutan, dan oloan (nama-nama sesuai dengan susunan letaknya bila dimainkan). Masing-masing ogung dimainkan oleh satu orang, tetapi kadang-kadang ihutan dan oloan dapat dimainkan oleh satu orang. Doal atau panonggahi (nada sol), dimainkan dua kali lebih cepat daripada panggora (nada sol) juga, atau empat kali lebih cepat dari ihutan (nada mi) dan oloan (nada do). Oloan adalah ogung yang sedikit lebih besar dari ketiga ogung lainnya dan dimainkan berganti-ganti dengan ihutan pada tempo yang tetap. Karena ke empat ogung ini menyuarakan notasi mi, sol, sol, do, maka perpaduan suara ogung itu bila mengikuti orkestra/gondang terdengar menjadi sol-mi-sol, sol-do-sol. 5. Hesek, suatu alat ketukan ritme. Bisa dari dua batang besi yang saling dipukulkan. Dewasa ini ada yang hanya memakai botol dan sendok. Jenis Pesta Gondang : Dapat dikatakan bahwa nama jenis pesta gondang adalah sesuai dengan tujuan atau tata-caranya, jadi jumlah jenis dan tujuan gondang itu sangat banyak. Namun secara umum semua jenis tersebut dapat dikategorikan menjadi lima jenis pesta gondang saja, yaitu : 6. Gondang Dalan, sejenis prosesi. Alat orkestra tidak lengkap dimainkan, hanya dipakai sarune, satu atau dua taganing, ogung, dan hesek. Suatu cara menghormati dan menyambut tamu terhormat. Gondang yang sama adalah Mangogungi, tetapi jenis ini lebih memberatkan penghormatan kepada orang yang meninggal. 7. Gondang Sahala (Gondang Mamele). 8. Gondang Mandudu, memanggil roh halus (bisa nenek moyang atau roh yang dianggap penguasa alam) untuk suatu tujuan tertentu. Mis. untuk memohonkan kesuburan tanah, panen yang berlimpah, keselamatan dan kesehatan, kerukunan, kebahagiaan, dll. 9. Gondang Daung, menggantungkan seekor ikan dan menari untuk menghormati arwah nenek moyang serta mohon campur tangan arwah nenek moyang dalam kehidupan di dunia nyata. Mis. memohon ilmu kebal, pidoras (pukulan berlipat ganda kekuatannya), aji marulak (supaya orang merasakan apa yang diperbuatnya, mis. yang memukul kitalah yang merasa sakit atau luka pada bagian tubuh kita yang
5 55 dipukulnya, sementara yang dipukul tidak merasakan sakit). Untuk hal seperti ini biasanya dipakai ihan batak/ jurung. Tetapi bila untuk kepentingan ilmu gaib/sihir maka adakalanya para datu mengganti dengan ikan paniasi (ikan raja), insor (sejenis ikan gabus yang kecil sekali), atau halu (sejenis ikan sepat yang beratnya bisa mencapai sepuluhan kilogram). D. Peran Gondang Sabangunan dalam Upacara Mardebata Dalam upacara Mardebata Gondang Sabangunan mempunyai peranan penting yaitu untuk mengesahkan dan menghantarkan permohonan-permohonan kepada Ompung Mulajadi Nabolon dan penguasa alam roh lainnya. Gondang Sabangunan juga berfungsi sebagai pengiring tortor yang merupakan bahagian dari upacara mardebata. Berdasarkan konsep diatas, maka yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah jalannya upacara mardebata termasuk gondang sabangunan yang merupakan bahagian dari upacara mardebata, sampai sejauh mana fungsi dan penggunaan gondang sabangunan di dalam pelaksanaan upacara mardebata tersebut. Dalam hubungan ini akan dikaji juga tentang proses upacara, makna upacara, pelaku upacara, benda atau peralatan upacara, serta ensambel musik yang digunakan di dalam upacara. Pada aspek musikalnya, penulis akan mengkaji dan menganalisa 2 (dua) melodi gondang sabangunan yang dimainkan oleh sarune bolon yaitu melodi gondang Ni Tuhan dan melodi gondang tu Raja Nasiakbagi. Dalam hal ini yang akan dianalisa adalah skala tangga nada, nada dasar, wilayah nada, jumlah pemakaian nada, interval, bentuk melodi, frasa, dan pola-pola kadensa. E. Dasar Teori dalam Melakukan Penelitian Kebudayaan Teori dapat digunakan sebagai landasan kerangka berpikir dalam membahas permasalahan. Untuk itu penulis mencoba mengambil beberapa teori yang dianggap perlu sebagai referensi atau acuan dalam tulisan ini. (Bachtiar 1997:10) mendefenisikan teori sebagai ketentuan-ketentuan dasar saintifik yang akan diaplikasikan, dimana kebenarannya telah diuji dengan mengikuti disiplin tertentu oleh para pakarnya. Seeger (1958:184) menyebutkan, Deskriptif adalah penyampaian suatu objek dengan menerangkannya terhadap pembaca secara tulisan ataupun lisan dengan sedetail-detailnya. Dengan demikian deskriptif yang dimaksudkan dalam penulisan ini adalah bersifat menyatakan dan menyampaikan sesuatu apa adanya dengan menggambarkannya secara tulisan dan secara jelas mengenai upacara Mardebata oleh masyarakat Parmalim Hutatinggi-Laguboti. Menurut Aryono Suyono dalam Hutahaean (1955:17) pengertian upacara ritual (ceremony) adalah: 1. Sistem aktifitas atau rangkuman tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat pada berbagai macam peristiwa, wujud dari adat istiadat yang berhubungan dengan segala peristiwa tetap yang biasanya terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan. 2. Suatu kegiatan pesta tradisional yang diatur menurut tata adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat dalam rangka memperingati peristiwa-peristiwa penting atau lain-lain dengan ketentuan adat yang berlaku. Koentjaraningrat (1980:241) memberikan pengertian upacara adalah suatu kelakuan keagamaan yang dilaksanakan menurut tata kelakuan yang baku sesuai dengan komponen keagamaan. Komponen keagamaan itu dapat dilihat dari : tempat upacara, saat dan waktu upacara dilaksanakan, benda-benda atau alat-alat upacara, orang yang melaksanakan dan memimpin upacara. Beliau juga mengatakan bahwa dunia gaib bisa dihadapi manusia dengan berbagai macam perasaan seperti cinta, hormat, bakti tetapi juga takut, ngeri, dan sebagainya. Dengan berbagai macam perasaan itu mendorong manusia untuk melakukan suatu upacara
6 56 keagamaan. Manusia selalu dihinggapi suatu emosi keagamaan yang dilaksanakan menurut tata laksana baku dari upacara keagamaan atau ritus (1985:234). Dalam studi musikologis pada dasarnya merupakan kerja analisis sehingga secara struktural dapat diketahui dengan jelas. Untuk aspek musik ini penulis mengacu pada pendapat Alan P Merriam yang mengatakan bahwa beberapa bagian penting yang harus diperhatikan dalam menganalisis melodi adalah : 1) scale (tangga nada), 2) pitch centre (nada dasar), 3) range (wilayah nada), 4) frequency of note (jumlah pemakaian nada), 5) interval (jarak nada), 6) cadence patterns (pola-pola kadens), 7) melodic form (bentuk melodi), 8) contour (kontur/grafik melodi). Untuk mendukung pembahasan dari aspek musik diatas, diperlukan suatu transkripsi. Bruno Netll mengartikan, transkripsi adalah proses menotasikan bunyi atau membuat bunyi menjadi simbol visual (1964:99). Dalam upacara Mardebata terdapat beberapa repertoar Gondang yang dimainkan. Diantara repertoar gondang yang dimainkan penulis memilih dua repertoar gondang yang akan ditranskripsi yaitu Gondang Ni Tuhan, dan Gondang tu Raja Nasiakbagi. Mengenai hubungan Gondang Sabangunan dengan upacara Mardebata, penulis mengacu pada pendapat Alan P Meriam mengenai penggunaan dan fungsi musik yang mengatakan bahwa :?use then refers to the situation in which is employed in human action : function concern the reason for its employment and particulary the broader purpose which it serves? (1964:210). Dari kalimat diatas, dapat diartikan bahwa use (penggunaan) menitikberatkan pada masalah situasi atau cara yang bagaimana musik itu digunakan, sedangkan function (fungsi) menitikberatkan pada alasan penggunaan atau menyangkut tujuan pemakaian musik, terutama maksud yang lebih luas, sampai sejauh mana musik itu mampu memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri. Dalam mengkaji fungsi musik, tulisan ini berpedoman pada pendapat Merriam (1964: ) yang membagi fungsi musik ke dalam 10 kategori fungsi, yaitu fungsi : 1) pengungkapan emosional, 2) penghayat estetis, 3) hiburan, 4) komunikasi, 5) perlambangan, 6) reaksi jasmani, 7) berkaitan dengan norma-norma sosial, 8) pengesahan lembaga sosial, 9) kesinambungan kebudayaaan, 10) pengintegrasian masyarakat. Dari ke-10 fungsi musik tersebut, upacara Mardebata pada masyarakat Parmalim termasuk dalam fungsi pengungkapan emosional, fungsi komunikasi, fungsi reaksi jasmani, fungsi hiburan, fungsi perlambangan, fungsi, fungsi kesinambungan kebudayaan, dan fungsi pengintegrasian masyarakat. F. Referensi Dalam Mencari Musik Gondang Sabangunan Sumber referensi dilakukan sebagai landasan dalam hal tulisan, yakni dengan mengumpulkan literatur atau sumber bacaan mengenai Gondang Sabangunan yang akan menjadi dasar dalam melakukan tulisan. Sumber-sumber bacaan ini dapat berupa buku, ensiklopedi, jurnal, bulletin, skripsi, dan lain-lain. Dengan melakukan studi kepustakaan ini penulis akan dapat melakukan cara yang efektif dalam membuat tulisan tentang peranan gondang sabangunan dalam upacara Mardebata. Dalam tulisan ini penulis akan membahas salah satu dari upacara ritual Parmalim yaitu upacara Mardebata, dimana upacara ini belum pernah dibahas sebelumnya. Dalam kerja lapangan penulis melakukan pengamatan dan pengambilan data melalui perekaman dan mencatat jalannya upacara secara keseluruhan, serta melakukan berbagai wawancara dengan beberapa parmalim dan juga informan lainnya. Tehnik wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara berfokus (focus interview) yaitu melakukan pertanyaan selalu berpusat pada pokok permasalahan. Selain itu juga melakukan wawancara bebas (free
7 57 interview) yaitu pertanyaan tidak selalu berpusat pada pokok permasalahan tetapi pertanyaan dapat berkembang ke pokok permasalahan lainnya dengan tujuan untuk memperoleh data yang beraneka ragam namun tidak menyimpang dari pokok permasalahan. Begitu juga dalam penulisan jurnal ini. Harus dilakukan kerja lapangan langsung dalam mendapatkan data-data hasil mengenai gondang sabangunan dan upacara adat Mardebata. Setelah semua data yang diperoleh dari lapangan maupun bahan dari studi kepustakaan terkumpul, selanjutnya dilakukan pembahasan dan penyusunan tulisan. Sedangkan untuk hasil rekaman dilakukan pentranskripsian dan selanjutnya dianalisa. Pada akhirnya hasil dari pengolahan data dan penganalisaan disusun secara sistematis dengan mengikuti kerangka penulisan. Seperti telah dijelaskan pada sebelumnya bahwa upacara Mardebata adalah upacara ritual Parmalim yang dilakukan karena seseorang atau keluarga telah menyimpang dari ajaran Patik. Upacara ini dilakukan adalah sebagai sarana pengampunan dosa-dosa kepada Ompung Mulajadi Nabolon dan penguasa lainnya karena telah melanggar ajaran Patik. Mengakui kesalahan dan dosa serta memohon pengampunan dosa kepada Ompung Mulajadi Nabolon adalah kewajiban bagi masyarakat parmalim agar memperoleh bekal untuk kehidupan yang abadi diluar kehidupan dunia ini. Untuk mencapai kehidupan diluar kehidupan dunia ini, dalam ajaran Ugamo Malim disebutkan : Indion ma pangan hamu na Hupapungu na di sopo on, mardos roha ma hamu marbagi i, umbaen na Hupapungu i, asa adong do mangudut haleonmu. Artinya : Inilah kamu makan, yang telah Kusediakan dalam rumah ini, seiasekatalah kamu membaginya, sebab ini kusediakan agar kelak kamu tidak berkekurangan. Bekal yang dimaksud adalah Poda (firman Tuhan), Tona (perintah Tuhan), Patik (aturan Tuhan), dan Uhum (hukum Tuhan). Hal ini terpadu di dalam Patik ni Ugamo Malim. Setiap perilaku kehidupan apabila dicerminkan kepada Patik, dapat diketahui kesalahan atau dosa apa yang telah dilakukan, kebaikan atau kebajikan yang telah dilakukan. Kesalahan dan dosa, kebaikan atau kebajikan, semua dipersembahkan kepada Ompung Mulajadi Nabolon. Agar dosa diampuni, kebajikan diberkati menjadi pengabdian kepada-nya. Setiap saat Parmalim diwajibkan membaca ulang kegiatan kehidupannya untuk kemudian menata kehidupan bercermin kepada Patik dan aturan Ugamo Malim. G. Tempat Upacara Mardebata Upacara Mardebata adalah upacara yang sifatnya pribadi (perseorangan), maka yang menjadi tempat pelaksanaan upacara mardebata ini adalah di rumah si suhut atau penyelenggara upacara yaitu di Desa Siregar, Kecamatan LumbanJulu Kabupaten Toba Samosir. Hal ini berbeda dengan upacara ritual parmalim lainnya yaitu sipaha sada dan sipaha lima yang pelaksanaannya dilakukan di Bale Pasogit Partonggoan yang merupakan pusaat peribadaataan parmalim, berada di Desa Hutatinggi-Laguboti. Gambar Upacara Madebata
8 58 Saat pelaksanaan upacara Mardebata ditentukan dengan cara maniti ari (menentukan hari yang tepat) untuk menentukan hari yang baik pelaksanaan upacara mardebata yang akan dilakukan. Maniti ari dilakukan oleh ihutan atau ulu punguan yaang ditentukan berdasarkan pada Parhalaan yaitu kalender Batak dahulu yang sampai sekarang masih tetap dipedomani dalam menentukan hari pelaksanaan suatu pesta atau upacara. Parhalaan ini berisi nama-nama hari dan nama bulan serta simbol (lambang) dari masing-masing hari. DAFTAR PUSTAKA Damanik, Abdi Mulia. (1995). Studi Deskriptif dan Musikologis Gondang Sabangunan dalam Upacara Parsahadatan Sipaha Lima Parmalim di Desa Hutatinggi Kecamatan Laguboti Kabupaten Tapanuli Utara. Skripsi Sarjana. Medan : Universitas Sumatra Utara. Endraswara, Suwardi. (2006). Metode, Teori, Tehnik Penelitian Kebudayaan, Ideologi, Episrem dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Widyatama. Kozok, Uli. (1999). Surat Batak (Pengantar Filologi dan Aksara Batak). Medan : USU Press. Panggabean, HP. Dan Sinaga, Richard. (2004). Hukum Adat Dalihan Na Tolu Tentang Hak Waris. Jakarta : Dian Utama dan Kerabat. Purba, Mauly. (2003). Dinamika Pertunjukan Gondang Sabangunan dan Tortor Pada Masyarakat Batak Toba. Medan : Bahan Sarasehan Musik Tradisional Sumatera Utara. Manurung, Restawati. (2007). Studi Deskriptif dan Musikologis Gondang Sabangungan Dalam Upacara Mardebata pada Masyarakat Parmalim hutatinggi-laguboti di Desa Siregar Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir. Medan : Skripsi Universitas Sumatra utara. Vergouwen, J. V. (1986). Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba. Jakarta : Pustaka Azet.
BAB I PENDAHULUAN. Panaek Gondang merupakan salah satu ritual yang menjadi bagian dari seluruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Panaek Gondang merupakan salah satu ritual yang menjadi bagian dari seluruh rangkaian upacara adat perkawinan dalam masyarakat Mandailing,jika perkawinan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok
Lebih terperinciDAFTAR INFORMAN. 2. Nama : M. Simalango. : Pemusik dan Pengrajin Alat Musik. : Desa Salaon Kec. Ronggurni Huta. 3. Nama : J.
DAFTAR INFORMAN 1. Nama : G. Sitohang : 74 Tahun : Pensiunan Penilik Kebudayaan Kecamatan Harian Pengrajin Alat Musik Traditional Batak Toba, Pemusik. : Desa Turpuk Limbong Harian Boho 2. Nama : M. Simalango
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera Utara. Suku Batak Toba termasuk dalam sub etnis Batak, yang diantaranya adalah, Karo, Pakpak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik manusia sebagai individu, manusia sebagai kelompok masyarakat. Kondisi ekonomi, sosial dan adat istiadat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang Sabangunan dan Gondang Batak. Gondang Sabangunan (Gondang Bolon) untuk mengiringi upacara adat
Lebih terperinciBAB II TRADISI KEBUDAYAAN MUSIK BATAK TOBA. yang tinggal di Sumatera Utara. Empat kelompok etnik lainnya yaitu Pakpak,
BAB II TRADISI KEBUDAYAAN MUSIK BATAK TOBA 2.1 Gambaran Umum Masyarakat Batak Toba Batak Toba merupakan salah satu suku dari lima kelompok etnik suku Batak yang tinggal di Sumatera Utara. Empat kelompok
Lebih terperinciJURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FUNGSI, TEKNIK PERMAINAN INSTRUMENN DAN BENTUK PENYAJIAN MUSIK TRADISIONAL GONDANG G HASAPI KELUARGA SENI BATAK JAPARIS BAGI MASYARAKAT BATAK TOBA DI YOGYAKARTA RINGKASANN SKRIPSI Oleh Awal Ahmad Syahputra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. [Type text]
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang memiliki kebudayaan tersendiri. Salah satu unsur kebudayaan itu adalah musik 1. Musik di dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung unsur-unsur irama, melodi, dan tempo. Disamping itu, musik juga merupakan hasil dari
Lebih terperinciSKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H RESTAWATI MANURUNG NIM : UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN
STUDI DESKRIPTIF DAN MUSIKOLOGIS GONDANG SABANGUNAN DALAM UPACARA MARDEBATA PADA MASYARAKAT PARMALIM HUTATINGGI-LAGUBOTI DI DESA SIREGAR KECAMATAN LUMBAN JULU KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik merupakan bunyi yang terorganisir dan tersusun menjadi karya yang dapat dinikmati oleh manusia. Musik memiliki bentuk dan struktur yang berbeda-beda dan bervariasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. spesifik akan memfokuskan pembahasan pada perubahan dan kontinuitas ritual
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Skripsi ini akan membahas aspek ritual pembuatan taganing dan secara lebih spesifik akan memfokuskan pembahasan pada perubahan dan kontinuitas ritual pembuatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang dilatarbelakangi kebudayaan yang beranekaragam. Sebagai bangsa besar, Indonesia merupakan negara yang di kawasan nusantaranya
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN BIOGRAFI SINGKAT GUNTUR SITOHANG
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN BIOGRAFI SINGKAT GUNTUR SITOHANG Pada bab II ini penulis akan membahas gambaran umum lokasi penelitian dan biografi singkat Guntur Sitohang. Namun sebelum membahas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk simbol yang mengandung arti yang beraneka ragam salah satunya digunakan sebagai sarana untuk mengekspresikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lepas dari masyarakat karena mencakup aktivitas masyarakat dari tiap tiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan unsur kebudayaan yang dalam kehidupannya tidak lepas dari masyarakat karena mencakup aktivitas masyarakat dari tiap tiap daerah tempat kesenian itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diterima dan dirasakan oleh pencipta atau pengamat seni.
1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Negara Indonesia adalah merupakan suatu negara yang terdiri dari beriburibu pulau dengan berbagai ragam suku bangsa dan adat istiadat, seni dan budayanya tentu berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tari, seni ukir, seni tekstil, seni patung, serta seni musik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia dikenal dengan keberagaman suku dan etnisnya, setiap suku dan etnis tentunya memiliki kekhasan ada istiadat dan budaya masingmasing. Dalam
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang merupakan Negara kepulauan, memiliki
BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang merupakan Negara kepulauan, memiliki masyarakat yang terdiri dari berbagai etnis dan beragam budaya yang tampak pada kebiasaan-kebiasaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan unsur-unsur budi daya luhur yang indah, misalnya; kesenian, sopan santun, ilmu pengetahuan. Hampir setiap daerah yang ada di berbagai pelosok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok masyarakat tertentu. Dalam budaya, kita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di zaman modern, mereka tetap melanjukan tradisi leluhurnya, seperti yang dapat dilihat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Batak Toba 1 adalah masyarakat yang mewarisi adat leluhur.kendati hidup di zaman modern, mereka tetap melanjukan tradisi leluhurnya, seperti yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Samosir merupakan salah satu daerah pariwisata yang cukup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Samosir merupakan salah satu daerah pariwisata yang cukup terkenal di Indonesia.Keindahan alam dan pemandangan serta banyaknya peninggalan-peninggalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, beragam suku bangsa, kaya akan nilai budaya maupun kearifan lokal. Negara mengakui perbedaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Simalungun adalah salah satu suku batak yang ada di Sumatera Utara. Sama seperti suku
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Simalungun adalah salah satu suku batak yang ada di Sumatera Utara. Sama seperti suku batak yang lainnya, Simalungun mempunyai adat dalam setiap upacara salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya hampir disemua bidang termasuk bidang kesenian terkhusus seni musiknya, dimana terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten yang tekstur wilayahnya bergunung-gunung. Tapanuli Utara berada
Lebih terperinciBAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN
BAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN 2.1 Deskripsi Masyarakat Batak Toba di Kota Medan 2.1.1 Etnografi Kota Medan Kota Medan merupakan ibukota provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap masyarakat dalam kelompok masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mandailing adalah sekolompok masyarakat yang mendiami daerah pesisir barat daya daratan di Pulau Sumatera, tepatnya di Tapanuli Selatan. Pada masyarakat Mandailing
Lebih terperinciBAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun
BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Semua etnis memiliki budaya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara merupakan kebanggaan yang luar biasa bagi negaranya sendiri. Begitu juga dengan keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara adalah sebuah provinsi yang terletak di pulau Sumatera, berbatasan dengan Aceh disebelah utara dan dengan Sumatera Barat serta Riau disebelah selatan.
Lebih terperinciGONG DAN ALAT-ALAT MUSIK LAIN DALAM ENSAMBEL
GONG DAN ALAT-ALAT MUSIK LAIN DALAM ENSAMBEL 33 GONG DAN ALAT-ALAT MUSIK LAIN DALAM ENSAMBEL VCD 1: VIDEO CD track 2 Ensambel dengan gong Nusantara; track 3 Ensambel dengan gong Mancanegara; track 13 Gamelan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam budaya Batak Toba terdapat jenis Ragam Hias (Ornamen) yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam budaya Batak Toba terdapat jenis Ragam Hias (Ornamen) yang sarat dengan nilai serta banyak melahirkan karya yang memiliki kekhususan, citra unggul, unik
Lebih terperinciKerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk
LAMPIRAN Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk 85 KERANGKA MATERI VIDEO PEMBELAJARAN MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA Materi Pengertian Musik Tradisional Nusantara Lagu Tradisional Nusantara Penggolongan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalamnya terdapat aspek mood dan emosi (Pautz, 2010). Lebih lanjut, Pautz
14 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mood merupakan salah satu aspek psikologis yang termasuk dalam afek yang dialami manusia. Afek adalah perasaan yang dialami seseorang, yang di dalamnya terdapat aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa dan budaya. Seluruh suku yang tersebar mulai dari sabang sampai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang penuh dengan keanekaragaman suku bangsa dan budaya. Seluruh suku yang tersebar mulai dari sabang sampai merauke mempunyai budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Batak terdiri dari beberapa etnik yaitu Toba, Simalungun, Karo, Angkola/Mandailing dan Pakpak Dairi. Namun sekarang ini sebutan Batak hanya ditunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. T.A 2010/2011 s.d. T.A 2011/2012) berturut-turut di program studi Etnomusikologi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu mata kuliah praktek yang saya ikuti selama empat semester (sejak T.A 2010/2011 s.d. T.A 2011/2012) berturut-turut di program studi Etnomusikologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara Indonesia. Sumatera Utara memiliki keanekaragaman suku dan budaya. Suku yang berada di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan nenek moyang. Sejak dulu berkesenian sudah menjadi kebiasaan yang membudaya, secara turun temurun
Lebih terperinciANALISIS MUSIKOLOGIS PENYAJIAN GONDANG MULA-MULA PADA UPACARA PERNIKAHAN ADAT BATAK TOBA DI YOGYAKARTA. TUGAS AKHIR Program Studi S-1 Seni Musik
ANALISIS MUSIKOLOGIS PENYAJIAN GONDANG MULA-MULA PADA UPACARA PERNIKAHAN ADAT BATAK TOBA DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR Program Studi S-1 Seni Musik Oleh: Yedija Remalya Sidjabat NIM: 1111652013 JURUSAN SENI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara adalah sebuah Provinsi di Indonesia yang memiliki beraneka ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing, Melayu dan Nias.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ALAT MUSIK DAN TARIAN
BAB IV ANALISIS ALAT MUSIK DAN TARIAN A. ALAT MUSIK A.1 SASANDU Sasandu adalah alat musik berdawai yang dimainkan dengan cara dipetik. Alat musik dari Rote ini berbentuk tabung panjang yang terbuat dari
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. sebagai keadaan keterbangkitan (arousal) yang memiliki dua dimensi, yaitu
BAB II LANDASAN TEORI A. MOOD 1. Definisi Mood Zevon, Tellegen, dan Watson (dalam Ekkekakis, 2012) menyatakan mood sebagai keadaan keterbangkitan (arousal) yang memiliki dua dimensi, yaitu dimensi affective
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beribu ribu pulau, dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. Keberagaman budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keyboard adalah instrumen dengan susunan kunci yang ditata secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keyboard adalah instrumen dengan susunan kunci yang ditata secara horizontal dan menghasilkan berbagai bunyi antara lain: piano, organ, klavikord, harpsikord, dan lain-lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Dairi, Nias, Sibolga, Angkola, dan Tapanuli Selatan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi yang memiliki beberapa sub etnis, dimana setiap etnis memiliki kebudayaan atau ciri khas yang berbeda-beda kebudayaan. Ciri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 44 : Tablatular Latar Belakang Masalah
Gambar 44 : Tablatular... 68 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Simalungun adalah salah satu kelompok etnis yang ada di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Etnis Simalungun merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia yaitu melestarikan musiknya. setiap titik sudutnya adalah batu sebagaimana dalihan ( tungku).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai keragaman budaya yang bersejarah dan bernilai tinggi, walau memiliki latar belakang budaya yang berbeda namun bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Batak Toba yang sebagian besar berdomisili di pulau Sumatera tepatnya di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batak Toba merupakan salah satu etnik (suku) besar di Indonesia. Suku Batak Toba yang sebagian besar berdomisili di pulau Sumatera tepatnya di Sumatera Utara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia memiliki keanekaragaman suku yang tersebar diseluruh bagian tanah air. Masing-masing dari suku tersebut memiliki sejarahnya tersendiri. Selain
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah produk atau hasil yang dilakukan atau diciptakan oleh sekelompok masyarakat dalam berbagai aktifitas kegiatan yang mempunyai tujuan sesuai
Lebih terperinciGLOSARIUM. (menerangkan arti kata yang terdapat dalam bahasa Batak Toba sehubungan dengan judul. yang melanggar aturan.
GLOSARIUM (menerangkan arti kata yang terdapat dalam bahasa Batak Toba sehubungan dengan judul tesis ini) Ban : Hukum atau siasat gereja dalam memberi sanksi kepada jemaat yang melanggar aturan. Bona pasogit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bakkara (2011) ada 3 Bius induk yang terdapat di Tanah Batak sejak awal peradaban bangsa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghargai dan melestarikan warisan budaya leluhur adalah sebuah tugas mulia yang harus kita emban sebagai generasi penerus. Keterpurukan dan kepunahan warisan budaya
Lebih terperinciPERUBAHAN DAN KESINAMBUNGAN TRADISI GONDANG
PERUBAHAN DAN KESINAMBUNGAN TRADISI GONDANG DAN TORTOR DALAM PESTA ADAT PERKAWINAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI MEDAN Emmi Simangunsong ABSTRACT In general, this study aims to determine the development
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai seperangkat norma, nilai, kepercayaan, adat-istiadat, aturan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya tersusun dari beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merayakan upacara-upacara yang terkait pada lingkaran kehidupan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Karo. Upacara atau perayaan berhubungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang menganut paham demokrasi dan memiliki 33 provinsi. Terdapat lebih dari tiga ratus etnik atau suku bangsa di Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai upaya yang dilakukan ansambel musik Sopo Nauli dalam mempertahankan keberadaan musik tradisi Batak Toba di Kota Medan, maka sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bereaksi, dan merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan suatu cara yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran memiliki beberapa komponen yaitu: tujuan pengajaran, peserta didik, guru, perencanaan pengajaran, strategi pembelajaran, media pengajaran, dan evaluasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda, yang di dalam kebudayaan tersebut terdapat adat istidat, seni tradisional dan bahasa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam membedakan suku-suku yang ada di Sumatera Utara. Yaitu ende dan ende-ende atau endeng-endeng. Ende adalah nyanyian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mandailing merupakan salah satu bagian dari suku batak yang ada di Sumatera Utara. Sumatera Utara merupakan salah satu Propinsi yag memiliki beraneka macam suku
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, yang memiliki keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki suatu bangsa dapat dijadikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikerjakan, dan diterapkan oleh manusia (budi-daya manusia). Kata kebudayaan berasal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keragaman suku. Pada setiap suku memmpunyai hasil kebudayaan masing-masing. Kebudayaan hadir dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.guna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam dari kebudayaan yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, system mata pencaharian
Lebih terperinciDAFTAR ISTILAH UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISTILAH Amang : Bapak Ari hatutubu : Hari kelahiran Ari holang : Hari cuti / istirahat Ari Sabtu : Hari Sabtu Bangke : Bangkai Banua ginjang : Benua atas Banua tonga : Benua tengah Banua toru :
Lebih terperinciTARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING
TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING Oleh: Neni Puji Nur Rahmawati 1 Sebelum membahas tentang tari Giring-Giring, berikut deskrispsi dari tarian tersebut: Daerah asal : Dusun Paju Ampat, Kec. Dusun Timur,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terdapat beranekaragam suku bangsa, yang memiliki adat-istiadat, tradisi dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang di dalamnya terdapat beranekaragam suku bangsa, yang memiliki adat-istiadat, tradisi dan kebiasaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal tersebut dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur-unsur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keunikan masyarakat Indonesia itu sangat berkaitan erat dengan keberadaan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia sangat dikenal dengan keberagaman suku bangsanya, dari Sabang sampai Merauke begitu banyak terdapat suku beserta keberagaman tradisinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hasil penelitian Naim (1984:9) bahwa ada beberapa kelompok masyarakat yang. Banjar, Bugis, dan termasuk juga orang Batak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena perpindahan penduduk sudah terjadi sejah dahulu kala dan bukanlah suatu hal yang baru bagi masyarakat Indonesia. Hal ini terbukti dari hasil penelitian
Lebih terperinciBAB III BANSI DALAM KEBUDAYAAN MINANGKABAU DAN DI SUMATERA UTARA. Awal perkembangan instrument musik Bansi adalah di daerah Pesisir Selatan
BAB III BANSI DALAM KEBUDAYAAN MINANGKABAU DAN DI SUMATERA UTARA 3.1 Cerita Rakyat Tentang Bansi Awal perkembangan instrument musik Bansi adalah di daerah Pesisir Selatan (Painan), Kabupaten Pesisir Selatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu adalah sesuatu yang difikirkan, dilakukan, diciptakan oleh manusia. Manusia adalah makhluk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa, yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan berbangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki kebudayaan sendiri yang menjadi ciri khas bagi setiap suku tersebut. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Orang Batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang. Struktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan serta memiliki beraneka ragam budaya. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya suku ataupun etnis
Lebih terperinciDESKRIPSI POLA RITEM TAGANING PENGIRING LAGU-LAGU POP BATAK TOBA DI LAPO TUAK DI KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG
DESKRIPSI POLA RITEM TAGANING PENGIRING LAGU-LAGU POP BATAK TOBA DI LAPO TUAK DI KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG Atmadi Simanullang 1, Jagar Lumban Toruan 2, Tulus Handra Kadir 3 Jurusan Sendratasik
Lebih terperinciBAB II LATAR BELAKANG SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT BATAK TOBA. dan dataran tinggi serta pegunungan Bukit Barisan yang membujur
BAB II LATAR BELAKANG SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT BATAK TOBA 2.1 Letak Geografis Wilayah Sumatera Utara terdiri dari daerah pantai, dataran rendah dan dataran tinggi serta pegunungan Bukit Barisan yang membujur
Lebih terperinciBAB II BIOGRAFI BAPAK ROSSUL DAMANIK DALAM KONTEKS BUDAYA SIMALUNGUN DI KECAMATAN SIDAMANIK KABUPATEN SIMALUNGUN
BAB II BIOGRAFI BAPAK ROSSUL DAMANIK DALAM KONTEKS BUDAYA SIMALUNGUN DI KECAMATAN SIDAMANIK KABUPATEN SIMALUNGUN 2.1 Pengertian Biografi Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mayoritas adalah Suku Batak Toba. Masyarakat di daerah ini datang dari daerahdaerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal di desa Lobu Singkam, Kecamatan Sipoholon mayoritas adalah Suku Batak Toba. Masyarakat di daerah ini datang dari daerahdaerah sekitarnya
Lebih terperinciGONDANG SABANGUNAN PADA TOR-TOR SIGALE-GALE DI DESA TOMOK KECAMATAN SIMANINDO KABUTAPEN SAMOSIR. Ester Debora S
GONDANG SABANGUNAN PADA TOR-TOR SIGALE-GALE DI DESA TOMOK KECAMATAN SIMANINDO KABUTAPEN SAMOSIR Ester Debora S. 071222510095 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan, peranan dan alat musik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajemukan bangsa Indonesia dikenal dengan banyaknya suku dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajemukan bangsa Indonesia dikenal dengan banyaknya suku dan etnisnya, setiap suku, etnis ini tentunya memiliki kekhasan adat istiadat dan budaya masing-masing. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam upacara religi hampir setiap suku bangsa di dunia. Demikian halnya juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peralatan musik tradisional pada umumnya mencakup seluruh instrumen yang diperlukan dalam mengiringi tari, teater, dan musik. Alat musik atau bunyibunyian merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. negara ini memiliki beragam adat budanya dan hukum adatnya. Suku-suku
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara majemuk yang dikenal dengan keaneka ragaman suku dan budayanya, dimana penduduk yang berdiam dan merupakan suku asli negara ini memiliki
Lebih terperinci11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: )
11. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Upacara Adat Upacara adalah sistem aktifitas atau rangkaian atau tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan
Lebih terperinciSKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN RUTH DEBORA MARBUN NIM: UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2014
PARTAGANING PEREMPUAN DALAM TRADISI GONDANG SABANGUNAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA: STUDI KASUS DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN, KECAMATAN PARANGINAN, DESA LUMBAN BARAT SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan dan merupakan tiang yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan dan merupakan tiang yang menopang keberadaan masyarakat dalam berbagai upacara adat, seperti upacara keagamaan, perkawinan,
Lebih terperinciSUARA DAN GAYA Instrumentasi 1
SUARA DAN GAYA 45 SUARA DAN GAYA VIDEO CD VCD I: track 13 dan 14 Gamelan Jawa Tengah track 15 Kentangan dan geniqng, Benuaq Kaltim track 16 Gondang Sabangunan, Batak Toba track 17 Gong Waning, flores track
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sumedang memang dikenal memiliki beraneka ragam kesenian tradisional berupa seni pertunjukan yang biasa dilaksanakan dalam upacara adat daerah, upacara selamatan,
Lebih terperinci