SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H RESTAWATI MANURUNG NIM : UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H RESTAWATI MANURUNG NIM : UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN"

Transkripsi

1 STUDI DESKRIPTIF DAN MUSIKOLOGIS GONDANG SABANGUNAN DALAM UPACARA MARDEBATA PADA MASYARAKAT PARMALIM HUTATINGGI-LAGUBOTI DI DESA SIREGAR KECAMATAN LUMBAN JULU KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H RESTAWATI MANURUNG NIM : UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2007 Restawati Manurung : Studi Deskriptif Dan Musikologis Gondang Sabangunan Dalam Upacara Mardebata..., 2007 USU e-repository 2009

2 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan syukur dan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan kasih-nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyajikan satu karya ilmiah berupa Skripsi Sarjana. Skiripsi yang berjudul Studi Deskriptif dan Musikologis Gondang Sabangunan dalam Upacara Mardebata pada Masyarakat Parmalim Hutatinggi-Laguboti di Desa Siregar Kec. Lumban Julu, Kab. Toba samosir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni (S,Sn) pada Jurusan Etnomusikologi, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua tercinta : ayahanda W. Manurung dan ibunda T. Sitinjak yang banyak sekali memberikan dorongan moril dan materil serta selalu mendoakan penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada bapak Drs. Irwansyah Harahap, MA selaku pembimbing I, dan kepada ibu Frida Deliana, M.si selaku pembimbing II sekaligus ketua Jurusan Etnomusikologi yang telah membimbing penulis hingga selesainya skripsi ini. Dan kepada bapak dan ibu dosen di Jurusan Etnomusikologi yang telah membantu penulis selama perkuliahan. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada Ompung RM Naipospos (Ihutan Parmalim), kepada Ompung R. Simanjuntak (Ulu Punguan Medan), dan kepada Ompung S. Sitorus (Ulu Punguan Sihorbo, sekaligus parsarune Parmalim) yang banyak memberikan informasi yang sangat penulis perlukan dalam i

3 menyelesaikan skripsi ini. Dan kepada informan lainnya yang telah memberikan informasi dan penjelasan, penulis mengucapkan banyak terimakasih. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan-kekurangan yang mungkin karena keterbatasan penulis dalam penyajiannya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sekalian demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Medan, September 2007 Penulis Restawati Manurung ii

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN BAB I : PENDAHULUAN LATAR BELAKANG POKOK PERMASALAHAN TUJUAN DAN MANFAAT KONSEP DAN TEORI Konsep Teori METODE PENELITIAN Studi Kepustakaan Kerja Lapangan Kerja laboratorium Lokasi Penelitian BAB II IDENTIFIKASI DESA SIREGAR Identifikasi Desa Siregar Identifikasi Masyarakat Desa Siregar Penduduk dan Bahasa Sistem Religi Sistem Kekerabatan iii

5 2.6 Sistem Mata Pencaharian BAB III DESKRIPSI UPACARA MARDEBATA Pengertian dan Tujuan Upacara Mardebata Tempat Upacara Saat Upacara Peralatan dan Perlengkapan Upacara Pendukung Upacara Ihutan Parmalim Ihutan Parmalim Suhut Pargonci Peserta Upacara Pelaksanaan Upacara Persiapan Upacara Jalannya Upacara Fungsi Gondang Sabangunan dalam Upacara Fungsi Pengungkapan Emosional Fungsi Komunikasi Fungsi Reaksi Jasmani Fungsi Hiburan Fungsi Perlambangan Fungsi Kesinambungan Kebudayaan Fungsi Pengintegrasian Masyarakat iv

6 BAB IV TRANSKRIPSI DAN ANALISIS Pemilihan Repertoar Gondang Yang Ditranskripsi Proses Pentranskripsian Transkripsi Kedua Repertoar Gondang Analisis Tangga Nada Nada Dasar Range (wilayah Nada) Frekwensi Pemakaian Nada Interval Melodic Form (Bentuk melodi) Analisis Bentuk Gondang Ni Tuhan Analisis Bentuk Gondang tu Raja Nasiakbagi Frasa Analisis Frasa Gondang Ni Tuhan Analisis Frasa Gondang tu Raja Nasiakbagi Pola Kadensa BAB V PENUTUP Rangkuman Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA DAFTAR INFORMAN LAMPIRAN v

7 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 : Foto-Foto Pelaksanaan Upacara Mardebata : Glosarium vi

8 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ugamo Malim 1 adalah salah satu aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang sejak dahulu sampai sekarang masih tetap hidup dan berkembang di tengah-tengah bangsa Batak yaitu Batak Toba. Secara harfiah kata Ugamo berarti ajaran, dan Malim berarti suci (bersih), Sehingga Ugamo Malim berarti ajaran-ajaran suci. Pengikut dari Ugamo Malim disebut dengan Parmalim, dengan kata lain Parmalim adalah sekumpulan orang-orang yang menjalankan dan mengamalkan ajaran-ajaran suci dalam kehidupannya sehari-hari. 2 Hal ini terlihat dari sikap dan kehidupan Parmalim yang terdiri dari 5 (lima) bentuk kesucian yang harus dijalankan yaitu Malim Parmanganon (mengendalikan diri dalam hal mencari nafkah hidup), Malim Pamerengon (bersikap baik dalam kehidupan bermasyarakat), Malim Parhundulon (sopan santun terhadap sesama), Malim Panghataion (kehormatan dan tata susila), dan Malim Pardalanon (ketekunan dan kepatuhan). Hal ini disebut juga dengan Pangalaho Hamalimon yang merupakan ciri-ciri seseorang dapat dikatakan Parmalim. 1 Ugamo Malim sebagai kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa terdaftar pada Departemen Pendidikan Nasional R.I. nomor 1.1/F.3/N.1.1/ Dikutip dari skripsi Sarjana Abdi Mulia S. Damanik, Studi Deskriptif dan Musikologis Gondang Sabangunan dalam Upacara Parsahadatan Sipaha Lima Parmalim di Desa Hutatinggi Kec. LagubotiToba Samosir 1

9 Ugamo Malim merupakan kepercayaan yang didirikan oleh Raja Sisingamangaraja sekitar tahun 1870 sebelum agama Kristen, Islam, dan penjajahan Belanda datang ke tanah Batak 3. Sejak jaman penjajahan hingga sekarang Parmalim tidak pernah absen dalam melaksanakan upacara-upacara penghayatan atau peribadatan walaupun dahulu sering mengalami hambatan dari pihak-pihak yang tidak menginginkan nama Raja Sisingamangaraja disebut-sebut apalagi disembah dan dipuja. Akan tetapi, Parmalim meyakini sepenuhnya bahwa Raja Sisingamangaraja adalah titisan roh suci dari Tuhan Yang Maha Esa menjadi raja pemimpin dan raja iman bagi bangsa Batak. Parmalim mempercayai adanya sesuatu yang memiliki kuasa yang Maha besar yang menjadikan langit, bumi dan segala isinya termasuk manusia dan segala keberadaannya di bumi ini. Mereka menyebutnya dengan Ompung 4 Debata Mulajadi Nabolon. Mulajadi Nabolon adalah asal mula (mulajadi), Yang Maha Besar (Nabolon). Ompung Debata Mulajadi Nabolon adalah Tuhan Yang Maha Esa bagi masyarakat Parmalim yang memberikan berkat kepada mereka dan semua ciptaannya. Hal ini terlihat dari tonggo atau doa parmalim yang selalu diucapkan Ihutan Parmalim 5 dalam setiap ibadah : Mauliate hudok hami tu Ho ale Ompung Debata Mulajadi Nabolon marhite somba nami timpul ni daupa dahot pangurason on, ala Ho do namanjadihon langit, manjadihon tano on, manjadihon saluhut nasa na adong Artinya : 3 Sebelumnya kepercayaan ini ditangani oleh Parbaringin selaku pembantu utama Raja Sisingamangaraja di tiap-tiap bius (kumpulan beberapa desa) 4 Sebutan Ompung adalah meluhurkan/memuliakan dalam kedudukan yang paling tinggi derajatnya dan sangat dihorrmati 5 Ihutan Parmalim adalah pimpinan / pemimpin tertinggi di Ugamo Malim, dan saat ini diemban oleh bapak R.M. Naipospos. 2

10 Kami ucapkan terimakasih kepada-mu Ompung Debata Mulajadi Nabolon melalui asap kemenyan dan air suci ini, karena Engkau yang menjadikan langit, menjadikan bumi, dan menjadikan segala yang ada. Adalah suatu kewajiban bagi Parmalim untuk mengakui kesalahan dan dosa, dan memohon pengampunan atas dosa-dosanya tersebut kepada Ompung Debata Mulajadi Nabolon, serta melakukan penghayatan terhadap semua aturan ugamo malim agar memperoleh bekal untuk kehidupan yang abadi diluar kehidupan dunia ini. Tujuan itu tersirat dalam ajaran patik dalam bahasa batak disebutkan: Marpanghirimon do namangoloi jala namangulahon patik ni Debata, nadapotsa do sogot hangoluan ni tondi asing ni ngolu ni diri on. Artinya : Mereka yang mematuhi dan melaksanakan aturan-aturan Tuhan Yang Maha Esa mempunyai harapan kelak memperoleh kehidupan yang abadi diluar kehidupan dunia ini. Parmalim selaku pengikut dari ajaran Ugamo Malim hidup ditengah-tengah masyarakat yang berbeda kepercayaannya. Kehidupan parmalim dalam bermasyarakat disamping menuruti tatanan kepercayaannya, juga berlaku tatanan adat Batak, sebab adat Batak yang murni dan kapercayaan ugamo malim adalah saling mendukung. Adat dan haporseaon (kepercayaan) adalah sejalan dan seirama dalam kehidupan parmalim. Hal ini dapat dilihat dari penganutnya yang mayoritas suku Batak Toba, bahasa yang digunakan dalam setiap peribadatan adalah bahasa Batak Toba, pemakaian ulos Batak (kain khas suku Batak Toba), serta penggunaan Gondang Sabangunan ataupun Gondang Hasapi sebagai musik pengiring dalam beberapa upacara ritual. 3

11 Kepercayaan ugamo malim merupakan budaya spiritual leluhur yang secara melembaga dilaksanakan oleh Raja Sisingamangaraja dengan mendirikan Bale Pasogit (rumah peribadatan terhadap Ompung Debata Mulajadi Nabolon). Setelah bale pasogit ini dibakar oleh pemerintah Belanda pada tanggal 15 agustus 1883, kepada Raja Mulia Naipospos 6 diamanahkan agar kelak mendirikan bale pasogit di Hutatinggi sebagai pengganti bale pasogit yang telah dibakar Belanda. Amanah tersebut dapat diwujudkan setelah mendapat izin pemerintahan Belanda melalui Surat Controleur Van Toba nomor 1494/13 tanggal 25 juni 1921 untuk mendirikan rumah peribadatan parmalim di Hutatinggi. Hari ini juga ditentukan sebagai saat berdirinya parmalim, dan secara struktural organisasi parmalim terdiri dari : 1. Ihutan, yaitu pemimpin tertingggi parmalim 2. Ulu Punguan, yaitu pemimpin di tiap-tiap wilayah 3. Pangula Ugasan Torop, yaitu orang-orang yang membantu ihutan atau ulu punguan dalam menjalankan tugasnya 4. Punguan 7, yaitu kelompok parmalim yang tersebar di beberapa daerah Dalam kehidupannya sehari-hari Parmalim mengenal upacara penghayatan atau peribadatan yang secara rutin dilaksanakan yaitu : Mararisabtu (peribadatan rutin setiap hari sabtu), Martutuaek (upacara pembabtisan dan pemberian nama pada bayi yang baru lahir), Pasahat Tondi (upacara penyerahan roh orang yang telah meninggal), Mardebata (upacara pengampunan dosa yang bersifat personal/pribadi), Mangan Napaet (upacara peribadatan memohon pengampunan dosa), Sipaha Sada 6 Raja Mulia Naipospos adalah ihutan parmalim yang pertama, yang juga adalah murid (sisean) Raja Sisingamangaraja 7 Sampai saat ini terdapat 39 punguan parmalim yang tersebar di seluruh Indonesia 4

12 (upacara penyambutan kelahiran Tuhan Simarimbulubosi dan merupakan penyambutan tahun baru ugamo malim), dan Sipaha Lima (upacara syukuran kepada Ompung Mulajadi Nabolon). Dari ke-7 upacara tersebut, penulis terfokus pada upacara Mardebata. Mardebata berarti Marsomba tu Debata (menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa). Upacara Mardebata merupakan salah satu upacara ritual Parmalim yang dilakukan atas niat pribadi atau perseorangan. Upacara ini terdiri dari dua bentuk pelaksanaan yaitu Mardebata di alaman atau di luar rumah yang diiringi dengan Gondang Sabangunan, selanjutnya Mardebata di jabu atau di dalam rumah yang diiringi dengan Gondang Hasapi. Adapun yang menjadi bahasan penulis disini adalah upacara Mardebata di alaman atau di luar rumah yang diiringi Gondang Sabangunan. Parmalim melakukan upacara Mardebata dilatarbelakangi karena dua hal pokok yaitu karena seseorang (keluarga) telah menyimpang atau lari dari ajaran patik (aturan-aturan dalam Ugamo Malim), dan melakukan upacara mardebata sebagai alat atau sarana meminta pengampunan atas dosa-dosanya kepada Ompung Mulajadi Nabolon. Selanjutnya karena seseorang (keluarga) selama hidupnya telah menerima berkat dari Ompung Debata Mulajadi Nabolon, dan melakukan upacara mardebata sebagai ucapan syukur dan terimakasih. Adapun yang menjadi inti dari penulisan skripsi ini adalah upacara Mardebata yang dilakukan atas niat seseorang yang telah menyimpang dari ajaran patik sebagai sarana pengampunan dosa kepada Ompung Mulajadi Nabolon. Pustaha Habonoron (kitab suci Parmalim) dalam bahasa Batak mengatakan bahwa: Manang ise na mipo manang lupa di patik, sipajongjongonna hau sarung marneak, topaonna sitompion, halangonna gondang bolon, patupaonna ulos 5

13 jugianasosipot, dohot suri-suri pandapotan, parbue santi, daung maligas, manuk lahibini, hambing puti dohot lombu sitio-tio. Artinya: Bagi siapa melanggar atau lupa terhadap ajaran patik, harus mendirikan langgatan, menyediakan sitompion, memainkan gondang besar, menyediakan ulos jugianasopipot dan suri-suri pandapotan, menyediakan beras si pir ni tondi, daung maligas (ikan yang dikeringkan), ayam, kambing dan lembu. Dalam upacara Mardebata, untuk dapat berkomunikasi memohon pengampunan dosa kepada Ompung Debata Mulajadi Nabolon dan penguasa lainnya, Parmalim menyampaikannya melalui tonggo-tonggo (doa), dan juga melalui pelean (sesaji/persembahan kepada Ompung Mulajadi Nabolon dan penguasa lainnya) yang disampaikan oleh Ihutan parmalim selaku pemimpin upacara. Sebagaimana pesan Ompung Debata Mulajadi Nabolon dalam bahasa batak disebutkan : Asa saor hamu parbanua tonga tu hami parbanua ginjang ikkon marisi pelean tanganmu, ikkon ias do pelean i bahenonmu, namamelehon i pe ikkon ias jala malim. Artinya: Apabila manusia ingin berhubungan dengan parbannua ginjang (penghuni benua atas), haruslah ada sesaji (pelean) sebagai alas tangan, dan sesaji itu haruslah bersih dan suci, demikian pula yang menyajikannya haruslah bersih dan suci. Hal inilah yang menjadi dasar bagi Parmalim dalam melakukan setiap upacara peribadatan, termasuk dalam melakukan upacara Mardebata. Adapun pelean dalam upacara ini adalah : indahan na las (nasi putih), dengke nilaean (ikan batak), pira ni ambalungan (telur rebus), manuk nabontar (ayam berwarna putih), manuk mirapolin (ayam berwarna merah), manuk jarumbosi (ayam berwarna hitam), manuk nanidugu (ayam panggang), hambing puti/lombu sitiotio (kambing/lembu), naniura 6

14 (ikan yang dibumbui tanpa dimasak), pohul-pohul (kue yang dibuat dari tepung), openg-openg (kue yang dibuat dari tepung dan pisang), sitompion (kue yang dibuat dari tepung), itak gurgur (kue yang dibuat dari tepung dan kelapa diparut), rondangrondang (padi digongseng), pisang, mentimun, gajut (tempat sirih yang diisi daun sirih, beras, pinang, dan bane-bane atau daun kemangi), pangurason (air suci), daupa (dupa), dan paradatan (ulos, kain putih, dan uang). Semua pelean-pelean ini disebut dengan pelean Debata. Selain pelean Debata, ada juga pelean habonaran yaitu pelean persembahan kepada roh-roh kebenaran yang mereka percaya sebagai pendamping mereka setiap saat. Roh ini biasanya berada di dalam rumah, dalam kampung (desa), maupun dalam langkah perjalanan. Adapun isi pelean habonaran antara lain : manuk mirapolin (ayam berwarna merah), manuk jarumbosi (ayam berwarna hitam), manuk nabontar (ayam berwarna putih) ; nasi dua warna yaitu nasi putih dan nasi kuning ; naniura (ikan yang diberi bumbu dan jeruk nipis tanpa dimasak) ; pira ni ambalungan (telur rebus) ; sitompion (kue yang dibuat dari tepung dibungkus daun pisang dan dikukus) ; openg-openg (kue yang dibuat dari tepung dan pisang) ; pohul-pohul (kue yang dibuat dari tepung) ; itak gurgur (kue yang dibuat dari tepung dan kelapa diparut) ; rondang-rondang (padi digongseng) ; mentimun ; pisang ; sirih ; bane-bane (daun untuk memercikkan aek pangurason) ; gajut yaitu tempat sirih yang diisi dengan beras, telur, kemiri, sirih, pinang, dan bane-bane (daun untuk memercikkan aek pangurason). Pelean ini disajikan di dalam sebuah mombang yang terbuat dari daun enau, pucuk enau, rotan, dan tali yang dibuat dalam bentuk yang indah. Pelean ini nantinya akan digantungkan di langit-langit rumah suhut. 7

15 Untuk menyampaikan pelean Debata dan pelean Habonaran harus diiringi dengan Gondang Sabangunan. Kehadiran Gondang Sabangunan dalam upacara ini berfungsi untuk mengesahkan dan menghantarkan permohonan-permohonan kepada Ompung Debata Mulajadi Nabolon dan penguasa lainnya. Selain itu, Gondang Sabangunan juga berfungsi sebagai pengiring tortor (tarian masyarakat Batak Toba) yang juga merupakan bahagian dari pelaksanaan upacara Mardebata. Setelah semua disiapkan, pelean kemudian dimasukkan ke dalam langggatan (tempat pelean/sesaji). Ada dua langggatan dalam upacara Mardebata di alaman atau di luar rumah yaitu langggatan sebelah kanan sebagai tempat pelean kepada Ompung Debata Mulajadi Nabolon, Tuhan Debata Natolu, Siborudeakparujar, Siboru Saniangnaga, Patuan Raja Uti, dan Tuhan Simarimbulubosi. Sedangkan langgatan sebelah kiri adalah tempat pelean kepada Raja Naopatpuluopat, Raja Sisingamangaraja, dan Raja Nasiakbagi. Setelah pelean Debata dimasukkan ke dalam langgatan dan pelean habonaran dimasukkan ke dalam mombang, upacara Mardebatapun dimulai. Upacara ini dimulai dengan marsintua gabe (tanya jawab) antara suhut dan ihutan parmalim. Setelah marsintua gabe, Ihutan kemudian meminta kepada Bataraguru Humundul (pargonsi) 8 untuk memainkan gondang Alu-alu kepada Raja Nasiakbagi, kepada Raja Naopatpuluopat, dan kepada Ompung Debata Mulajadi Nabolon. Setelah Gondang Alu-alu, Ihutan kembali berdoa mengucapkan puji syukur dan terimakasih kepada Ompung Debata Mulajadi Nabolon dan penguasa alam roh 8 Pargonsi adalah orang/beberapa orang yang memainkan ensambel gondang sabangunan. 8

16 lainnya, sekaligus memohon kepada-nya agar apa yang diminta oleh suhut diterima dan dikabulkan. Setiap selesai berdoa, selalu diikuti dengan bunyi Gondang dan seluruh peserta upacara manortor. Demikian seterusnya sampai tonggo (doa) kepada Raja Nasiakbagi. Setelah tonggo (doa) dan tortor kepada Raja Nasiakbagi, Ihutan kemudian memberikan beras si pir ni tondi kepada suhut dan memercikkan aek pangurason (air suci) kepada seluruh peserta upacara. Acara kemudian dilanjutkan dengan manortor yaitu dari kelompok ama (bapak), kelompok ina (ibu), dan kelompok naposo bulung (muda-mudi). Setelah semua kelompok manortor, dilanjutkan dengan tortor suhut. Setelah suhut manortor kemudian ihutan dan suhut manortor bersama, sementara semua peserta upacara yang lain manatea. Setelah ihutan dan suhut manortor, seluruh peserta upacara berdiri dan manortor yang dipimpin oleh ihutan parmalim. Adapun gondang yang dimainkan adalah gondang hasahatan. Dengan berakhirnya gondang hasahatan, upacara mardebata di alaman atau di luar rumah tahap pertama selesai. Selanjutnya seluruh peserta upacara makan bersama. Setelah makan malam, Gondang kemudian dimasukkan ke dalam rumah si suhut. Kemudian martonggo (berdoa) yang dipimpin oleh Ihutan dan diikuti dengan bunyi Gondang dan seluruh peserta upacara manortor. Adapun gondang ini dimainkan adalah untuk mempersembahkan Pelean Habonaran. Setelah manortor, acara kemudian ditutup oleh Ihutan Parmalim dengan harapan apa yang diminta oleh 9

17 suhut diterima dan dikabulkan oleh Ompung Debata Mulajadi Nabolon dan penguasa lainnya. Acara kemudian selesai yang diakhiri dengan kata Horas...horas...horas 9 Bagi masyarakat Parmalim upacara Mardebata merupakan upacara yang sangat penting karena dengan melakukan upacara ini mereka yakin dan percaya bahwa dosa-dosa mereka telah diampuni oleh Ompung Debata Mulajadi Nabolon. Segala rasa takut, kebingungan, rasa khawatir akibat dosa-dosa tersebut akan hilang dengan melakukan upacara Mardebata. Benarkah demikian? Dalam pelaksanaan upacara Mardebata, ensambel Gondang Sabangunan mempunyai peranan yang sangat penting karena merupakan pengiring tortor bagi seluruh peserta upacara dalam mengikuti jalannya upacara, merupakan media penyampaian pelean (sesaji) dan tonggo-tongggo (doa) kepada Ompung Debata Mulajadi Nabolon dan penguasa lainnya. Dalam hal ini ensambel Gondang Sabangunan juga berperan sebagai pelean. Bagi masyarakat parmalim gondang tidak semata-mata dimaknai hanya sebatas ungkapan ekspresif estetik-musikal tradisi batak toba, tetapi lebih dari itu, gondang merupakan representasi simbolik dari ungkapan penyampaian doa (tonggo) yang ditujukan bagi sang pencipta serta berbagai kekuatan supranatural yang mereka yakini. 10 Adapun ensambel gondang sabangunan ini terdiri dari : 1 buah sarune bolon (aerophone), 5 buah taganing (membranophone), 1 buah gordang (membranophone), 4 buah ogung (metalophone) yakni ogung oloan, ogung pangalusi (pangihuti), doal panggora, doal na godang, dan 1 buah hesek (idiophone). 9 Horas berarti selamat, damai sejahtera, tentram 10 Irwansyah Harahap (2007), Gondang Batak dalam Ritual Parmalim : Makna dan Aspek Performatif. 10

18 Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk membahasnya secara detail dalam sebuah skripsi yang berjudul : Studi Deskriptif dan Musikologis Gondang Sabangunan Dalam Upacara Mardebata Pada Masyarakat Parmalim Hutatinggi-Laguboti di Desa Siregar Kec. Lumban Julu, Kab. Toba Samosir. 1.2 Pokok Permasalahan Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah 1. Bagaimana Deskripsi Jalannya Upacara Mardebata di Desa Siregar, kec. Lumban Julu, Kab. Toba-Samosir 2. Bagaimana fungsi dan Penggunaan Gondang Sabangunan dalam Upacara Mardebata di Desa Siregar, Kec. Lumban Julu, Kab. Toba-Samosir. 1.3 Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Untuk Memperoleh Deskripsi Pelaksanaan Upacara Mardebata di Desa Siregar, Kec. Lumban Julu, Kab. Toba-Samosir 2. Untuk mengetahui Fungsi dan Pengggunaan Gondang Sabangunan dalam Upacara Mardebata di Desa Siregar, Kec. Lumban Julu, Kab. Toba-Samosir. 1.4 Konsep dan Teori Konsep Konsep adalah pengertian abstrak dari sejumlah konsepsi-konsepsi atau pengertian, pendapat (paham) yang telah ada dalam pikiran (Bachtiar 1997:10). Konsep juga merupakan defenisis dari apa yang perlu diamati, dan merupakan penentuan antara variabel-variabel jika ingin menentukan adanya hubungan empiris. 11

19 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata studi adalah kajian, telaah, penelitian, dan penyelidikan ilmiah (1990:860) ; deskriptif adalah menggambarkan apa adanya (1990:201) ; musikologis adalah berkaitan dengan ilmu musik, aspek historis, sosiologis (1990:602) ; upacara adalah 1) tanda tanda kebesaran, 2) peralatan (menurut adat istiadat), rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat kepada aturan-aturan tertentu menurut adat atau agama, 3) perbuatan atau perayaan yang dilakukan atau diadakan sehubungan dengan peristiwa penting (1990:994) ; ritual adalah berkenaan dengan ritus, hal ikhwal ritus ; dan ritus adalah tata cara dalam upacara keagamaan (1990:751). Dalam Ensiklopedia Indonesia agama adalah manusia mengakui adanya yang suci ; ada suatu kekuasaan yang melebihi segala yang ada. Kekuasaan ini dianggap sebagai asal atau khalik segala yang ada. Menurut H. Endang Saifuddin Anshari, agama adalah sistem credo (tata keimanan atau tata keyakinan) dan satu sistem ritus (tata peribadatan) manusia akan adanya sesuatu yang dianggap Mutlak diluar manusia; agama juga adalah satu sistem norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan sesama dan hubungan manusia dengan alam lainnya sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan tersebut. Lebih jauh Pasaribu mengatakan bahwa dasar dari agama adalah kepercayaan, ucapan syukur dan kesadaran akan kelemahan atau kekurangan dengan tujuan mencapai keharmonisan, perdamaian, dan pengharapan. Menurut beliau beberapa hal yang menjadi tujuan agama yakni : mengajar manusia tentang asal usulnya, mengajar manusia tentang moralitas, mengajar manusia menghargai orang lain, mengajar manusia tentang 12

20 tujuan kehidupan, mengajar manusia memelihara keseimbangan, mengajar manusia memberikan bimbingan dalam hidup, mengajar manusia menentramkan batin. Dari uraian diatas, pengertian atau defenisi serta tujuan dari agama terdapat juga dalam Ugamo Malim. Dalam ajaran Ugamo Malim juga terdapat nilai-nilai religius yang bertujuan menata pola manusia menuju keharmonisan, baik sesama maupun kepada pencipta. Akan tetapi pemerintah menganggap bahwa Ugamo Malim bukanlah agama melainkan hanya sebuah budaya yang bersifat religius. Pemerintah mengatakan bahwa Ugamo Malim adalah salah satu aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah salah satu bentuk kebudayaan. Menurut beberapa pandangan ilmu sosial Ugamo Malim layak dijadikan sebagai agama resmi, hanya saja pemerintah membantah advokasi tersebut dengan alasan masih adanya terdapat kejanggalan-kejanggalan, misalnya ketidakadaan dokumen sejarah yang jelas mengenai kapan Ugamo Malim pertama kali diyakini sebagai sebuah kepercayaan di tanah Batak, alasan lain yang tentu saja mengacu pada persepsi umum adalah ketidakadaan kitab suci parmalim, disamping itu masih saja ada persepsi masyarakat yang mengatakan bahwa ajaran Ugamo Malim adalah ajaran sesat. Oppung R.M.Naipospos mengatakan Ugamo Malim bukan ajaran sesat, bahkan ajaran Ugamo Malim menuntut manusia agar hidup dalam kesucian dan hidup untuk mengayomi sesama dan meluhurkan Ompung Mulajadi Nabolon. Dalam mendefenisikan Masyarakat, penulis mengacu pada pendapat Koentjaraningrat (1986: ) yaitu Masyarakat adalah sebagai kesatuan hidup 13

21 manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan terikat oleh suatu rasa identitas. Parmalim menurut bapak R.M.Naipospos adalah halak namangoloi ajar ni Malim (orang yang menuruti ajaran suci), sipulung pelean ambu-ambuan Malim (orang yang mengumpulkan dan memberikan persembahan suci), siparngoluhon ajar ni Malim marojahan dibagasan hamalimon dohot dalan marsolam diri (orang yang hidup dalam ajaran suci, berdiri di dalam kesucian dengan jalan menahan dan membatasi diri). Dengan kata lain, Parmalim ditujukan kepada jemaat atau umatnya, yaitu sekumpulan orang-orang yang mengikuti dan menjalankan ajaran-ajaran suci dalam kehidupannya. Dalam kepercayaan parmalim, ugamo adalah Dalan Pardomuan Dompak Debata artinya jalan untuk bertemu dan berkomunikasi dengan Tuhan Yang Maha Esa. Salah satu cara atau jalan untuk dapat berkomunikasi dan berhubungan dengan Tuhan yaitu dengan melakukan upacara Mardebata. Mardebata berarti Marsomba tu Debata (menyembah kepada Tuhan). Adapun tujuan upacara ini dilakukan adalah sebagai sarana pengampunan dosa kepada Ompung Debata Mulajadi Nabolon melalui pelean yang bersih, dan melalui bunyi Gondang Sabangunan. Dalam upacara Mardebata, untuk menyampaikan pelean dan permohonan kepada Ompung Mulajadi Nabolon dilakukan dengan Martangiang yang kemudian diikuti dengan Manortor. Kata martangiang berasal dari kata Tangi yang berarti bege atau mendengar, dan kata iang yang berarti nabasa atau yang sudi menolong. Tangiang ditujukan kepada oknum yang lebih berkuasa dan memiliki kuasa-kuasa gaib. Jadi tangiang adalah suatu aktifitas, perbuatan atau pekerjaan manusia untuk mendengarkan kepada 14

22 sesuatu yang dianggap lebih berkuasa, lebih illahi yaitu Ompung Debata Mulajadi Nabolon. Kemudian kata manortor adalah aktifitas menari pada masyarakat Batak Toba. Dalam upacara Mardebata Gondang Sabangunan mempunyai peranan penting yaitu untuk mengesahkan dan menghantarkan permohonan-permohonan kepada Ompung Mulajadi Nabolon dan penguasa alam roh lainnya. Gondang Sabangunan juga berfungsi sebagai pengiring tortor yang merupakan bahagian dari upacara mardebata. Berdasarkan konsep diatas, maka yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah jalannya upacara mardebata termasuk gondang sabangunan yang merupakan bahagian dari upacara mardebata, sampai sejauh mana fungsi dan penggunaan gondang sabangunan di dalam pelaksanaan upacara mardebata tersebut. Dalam hubungan ini akan dikaji juga tentang proses upacara, makna upacara, pelaku upacara, benda atau peralatan upacara, serta ensambel musik yang digunakan di dalam upacara. Pada aspek musikalnya, penulis akan mengkaji dan menganalisa 2 (dua) melodi gondang sabangunan yang dimainkan oleh sarune bolon yaitu melodi gondang Ni Tuhan dan melodi gondang tu Raja Nasiakbagi. Dalam hal ini yang akan dianalisa adalah skala tangga nada, nada dasar, wilayah nada, jumlah pemakaian nada, interval, bentuk melodi, frasa, dan pola-pola kadensa Teori Teori dapat digunakan sebagai landasan kerangka berpikir dalam membahas permasalahan. Untuk itu penulis mencoba mengambil beberapa teori yang dianggap 15

23 perlu sebagai referensi atau acuan dalam penulisan skripsi ini. (Bachtiar 1997:10) mendefenisikan teori sebagai ketentuan-ketentuan dasar saintifik yang akan diaplikasikan, dimana kebenarannya telah diuji dengan mengikuti disiplin tertentu oleh para pakarnya. Seeger (1958:184) menyebutkan, Deskriptif adalah penyampaian suatu objek dengan menerangkannya terhadap pembaca secara tulisan ataupun lisan dengan sedetail-detailnya. Dengan demikian deskriptif yang dimaksudkan dalam penulisan ini adalah bersifat menyatakan dan menyampaikan sesuatu apa adanya dengan menggambarkannya secara tulisan dan secara jelas mengenai upacara Mardebata oleh masyarakat Parmalim Hutatinggi-Laguboti Menurut Aryono Suyono dalam Hutahaean (1955:17) pengertian upacara ritual (ceremony) adalah: 1. Sistem aktifitas atau rangkuman tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat pada berbagai macam peristiwa, wujud dari adat istiadat yang berhubungan dengan segala peristiwa tetap yang biasanya terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan. 2. Suatu kegiatan pesta tradisional yang diatur menurut tata adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat dalam rangka memperingati peristiwaperistiwa penting atau lain-lain dengan ketentuan adat yang berlaku. Koentjaraningrat (1980:241) memberikan pengertian upacara adalah suatu kelakuan keagamaan yang dilaksanakan menurut tata kelakuan yang baku sesuai dengan komponen keagamaan. Komponen keagamaan itu dapat dilihat dari : tempat upacara, saat dan waktu upacara dilaksanakan, benda-benda atau alat-alat upacara, 16

24 orang yang melaksanakan dan memimpin upacara. Beliau juga mengatakan bahwa dunia gaib bisa dihadapi manusia dengan berbagai macam perasaan seperti cinta, hormat, bakti tetapi juga takut, ngeri, dan sebagainya. Dengan berbagai macam perasaan itu mendorong manusia untuk melakukan suatu upacara keagamaan. Manusia selalu dihinggapi suatu emosi keagamaan yang dilaksanakan menurut tata laksana baku dari upacara keagamaan atau ritus (1985:234). Dalam studi musikologis pada dasarnya merupakan kerja analisis sehingga secara struktural dapat diketahui dengan jelas. Untuk aspek musik ini penulis mengacu pada pendapat Alan P Merriam yang mengatakan bahwa beberapa bagian penting yang harus diperhatikan dalam menganalisis melodi adalah : 1) scale (tangga nada), 2) pitch centre (nada dasar), 3) range (wilayah nada), 4) frequency of note (jumlah pemakaian nada), 5) interval (jarak nada), 6) cadence patterns (pola-pola kadens), 7) melodic form (bentuk melodi), 8) contour (kontur/grafik melodi). Untuk mendukung pembahasan dari aspek musik diatas, diperlukan suatu transkripsi. Bruno Netll mengartikan, transkripsi adalah proses menotasikan bunyi atau membuat bunyi menjadi simbol visual (1964:99). Dalam upacara Mardebata terdapat beberapa repertoar Gondang yang dimainkan. Diantara repertoar gondang yang dimainkan penulis memilih dua repertoar gondang yang akan ditranskripsi yaitu Gondang Ni Tuhan, dan Gondang tu Raja Nasiakbagi. Mengenai hubungan Gondang Sabangunan dengan upacara Mardebata, penulis mengacu pada pendapat Alan P Meriam mengenai penggunaan dan fungsi musik yang mengatakan bahwa : 17

25 use then refers to the situation in which is employed in human action : function concern the reason for its employment and particulary the broader purpose which it serves (1964:210) Dari kalimat diatas, dapat diartikan bahwa use (penggunaan) menitikberatkan pada masalah situasi atau cara yang bagaimana musik itu digunakan, sedangkan function (fungsi) menitikberatkan pada alasan penggunaan atau menyangkut tujuan pemakaian musik, terutama maksud yang lebih luas, sampai sejauh mana musik itu mampu memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri. Dalam mengkaji fungsi musik, tulisan ini berpedoman pada pendapat Merriam (1964: ) yang membagi fungsi musik ke dalam 10 kategori fungsi, yaitu fungsi : 1) pengungkapan emosional, 2) penghayat estetis, 3) hiburan, 4) komunikasi, 5) perlambangan, 6) reaksi jasmani, 7) berkaitan dengan norma-norma sosial, 8) pengesahan lembaga sosial, 9) kesinambungan kebudayaaan, 10) pengintegrasian masyarakat. Dari ke-10 fungsi musik tersebut, upacara Mardebata pada masyarakat Parmalim termasuk dalam fungsi pengungkapan emosional, fungsi komunikasi, fungsi reaksi jasmani, fungsi hiburan, fungsi perlambangan, fungsi, fungsi kesinambungan kebudayaan, dan fungsi pengintegrasian masyarakat. 1.5 Metode Penelitian Dalam hal metode penelitian, penulis memakai metode penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penekanan kajian diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh (Bogdan dan Taylor 1975:5). Suatu penelitian kualitatif memungkinkan kita memahami masyarakat secara personal dan memandang mereka sendiri mengungkapkan pandangan dunianya (Bogdan1975:4-5). 18

26 Menurut Netll (1964:62-64) ada 2 hal yang esensial untuk melakukan aktifitas penelitian dalam disiplin etnomusikologi yaitu : kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (desk work). Kerja lapangan meliputi pemilihan informan, pendekatan dan pengambilan data, pengumpulan dan perekaman data. Sedangkan kerja laboratorium meliputi pengolahan data, menganalisis dan membuat kesimpulan dari keseluruhan data-data yang diperoleh. Namun demikian, sebelum melakukan hal ini terlebih dahulu dilakukan studi kepustakaan yakni mendapatkan literatur atau sumber-sumber bacaan yang berkaitan dengan pokok permasalahan. Adapun penelitian yang penulis lakukan adalah bertempat di desa Siregar Kec. Lumban julu. Kab. Toba Samosir. Di desa inilah penulis melihat dan menyaksikan jalannya upacara mardebata oleh masyarakat parmalim Studi Kepustakaan Studi kepustakaan dilakukan sebagai landasan dalam hal penelitian, yakni dengan mengumpulkan literatur atau sumber bacaan yang akan menjadi dasar dalam melakukan penelitian. Sumber-sumber bacaan ini dapat berupa buku, ensiklopedi, jurnal, bulletin, skripsi, dan lain-lain. Dengan melakukan studi kepustakaan ini penulis akan dapat melakukan cara yang efektif dalam melakukan penelitian lapangan dan penyusunan skripsi ini. Dalam tulisan ini penulis akan membahas salah satu dari upacara ritual Parmalim yaitu upacara Mardebata, dimana upacara ini belum pernah dibahas sebelumnya Kerja Lapangan Dalam kerja lapangan penulis melakukan pengamatan dan pengambilan data melalui perekaman dan mencatat jalannya upacara secara keseluruhan, serta 19

27 melakukan berbagai wawancara dengan beberapa parmalim dan juga informan lainnya. Tehnik wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara berfokus (focus interview) yaitu melakukan pertanyaan selalu berpusat pada pokok permasalahan. Selain itu juga melakukan wawancara bebas (free interview) yaitu pertanyaan tidak selalu berpusat pada pokok permasalahan tetapi pertanyaan dapat berkembang ke pokok permasalahan lainnya dengan tujuan untuk memperoleh data yang beraneka ragam namun tidak menyimpang dari pokok permasalahan Kerja Laboratorium Setelah semua data yang diperoleh dari lapangan maupun bahan dari studi kepustakaan terkumpul, selanjutnya dilakukan pembahasan dan penyusunan tulisan. Sedangkan untuk hasil rekaman dilakukan pentranskripsian dan selanjutnya dianalisa. Pada akhirnya hasil dari pengolahan data dan penganalisaan disusun secara sistematis dengan mengikuti kerangka penulisan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian penulis adalah di desa Siregar kecamatan Lumban julu, kabupaten Toba Samosir. Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena di desa ini masih terdapat masyarakat penganut agama asli batak toba yaitu parmalim (parugamo malim). Di daerah ini juga penulis melihat dan menyaksikan secara langsung pelaksanaan upacara mardebata oleh masyarakat parmalim tersebut. 20

28 BAB II IDENTIFIKASI DESA SIREGAR 2.1 Identifikasi Desa Siregar Desa Siregar merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir. Menurut sejarah desa yang dikemukakan oleh bapak M. Siregar selaku kepala desa di desa Siregar, bahwa desa Siregar sebenarnya adalah tanah hak milik Nairasaon yaitu marga Butar-butar. Akan tetapi beberapa puluh tahun yang lalu Guru Nilaingan (marga Siregar) dan Guru Mandatas (marga Gultom) datang sekaligus bertempat tinggal di desa Siregar tersebut. Hal ini mengakibatkan pihak marga Butar-butar marah karena merasa tanah hak milik mereka dirampas oleh marga Siregar. Hal ini juga menimbulkan perang antara kedua belah pihak. Akan tetapi perang tersebut dimenangkan oleh marga Siregar, sehingga sampai sekarang ini desa Siregar menjadi hak milik dari marga Siregar. Hal ini juga terlihat dari penduduk desa Siregar yang didominasi oleh marga Siregar. Selain itu putra keturunan marga Siregar juga kebanyakan memperistri boru Butar-butar (Nairasaon), dan menurut adat di desa Siregar tersebut, marga Butar-butar memberikan kepada putrinya yang akan menikah sebidang sawah yang disebut dengan Pauseang. Suatu ketika marga Siregar menemukan satu mata air panas di desa tersebut, dan sejak itulah mereka menyebut desa Siregar dengan nama Siregar Aek na Las. 21

29 Desa Siregar terdiri dari 3 (tiga) dusun yaitu : 1. Dusun I Desa Sosor Mual 2. Dusun II Desa Lumban Hinabean 3. Dusun III Toba Holbung Desa Siregar memiliki area 350 Ha, yang terdiri dari areal pemukiman penduduk, perladangan, sawah, hutan tanaman rakyat, dan selebihnya merupakan hutan dan semak belukar. Kedudukan Desa Siregar berbatasan dengan : - Sebelah Utara : Panamean (sampuara) - Sebelah Selatan : Sigaol Barat - Sebelah Barat : Danau Toba - Sebelah Timur : Sampuara (parik) 2.2 Identifikasi Masyarakat Desa Siregar Dalam membahas identifikasi masyarakat Desa Siregar, penulis mengacu kepada pendapat yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1986: ), bahwa : masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat konyinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Demikian juga masyarakat di desa Siregar yang terbentuk karena adanya interaksi antar warga-warganya, adanya ikatan adat istiadat, adanya norma-norma, hukum, dan aturan-aturan khas yang mengatur seluruh pola tingkah laku masyarakat, adanya kontinuitas dalam waktu, serta adanya suatu rasa identitas kuat yang mengikat semua warga menjadi masyarakat di desa Siregar. 22

30 2.3 Penduduk dan Bahasa Penduduk desa Siregar berjumlah 528 jiwa. Laki-laki 256 jiwa dan perempuan 272 jiwa. Monografi desa Siregar menjelaskan bahwa perkembangan penduduk selalu berubah setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan penduduk yang menunjukkan grafik naik turun. Dengan demikian, keadaan penduduk selalu berubah dalam hal jumlah, usia, dan lain sebagainya. Cepat atau tidaknya keadaan suatu desa berkembang sangat dipengaruhi oleh masyarakat pendukungnya itu sendiri yaitu dengan melihat banyaknya penduduk yang mengecap pendidikan. Dalam hal pendidikan di desa Siregar, faktor yang mendukung masih sangat kurang. Hal ini terlihat dari sekolah-sekolah yang berdiri di desa Siregar yang hanya terdiri dari SD dan SLTP, sedangkan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat SMU, anak-anak dari desa Siregar harus ke ibukota kecamatan yang berjarak 14 km dari desa Siregar. Bahasa yang digunakan di desa Siregar adalah bahasa Batak Toba, karena semua penduduk desa Siregar adalah suku Batak Toba dan suku di luar Batak Toba jarang bahkan tidak ada dijumpai di desa ini, sehingga dalam melakukan komunikasi seharihari penduduk desa Siregar menggunakan bahasa Batak Toba. 2.4 Sistem Religi Religi berasal dari religion yang berarti kepercayaan kepada hal-hal spiritual, perangkat kepercayaan dan spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri dari ideologi mengenai hal-hal yang bersifat spiritual. Koentjaraningrat (1985: ) mengatakan bahwa religi terdiri dari 4 komponen yaitu : 1. Emosi keagamaan 23

31 2. Sistem keyakinan manusia tentang sifat Tuhan, tentang wujud akan gaib (supranatural), serta nilai, norma-norma dan ajaran dari religi yang bersangkutan 3. Sistem ritus dan upacara yang merupakan usaha manusia mencari hubungan dengan Tuhan, dewa-dewa atau mahluk halus yang mendiami alam gaib 4. Umat dan kesatuan sosial yang menganut sistem keyakinan dan melaksanakan ritus dan upacara Sebelum masuknya agama kristen dan agama islam ke tanah Batak khususnya desa Siregar, masyarakat mengenal konsepsi kepercayaan bahwa yang menguasai alam semesta ini dan yang menciptakannya adalah Mulajadi Nabolon. Ia Maha besar, Maha mutlak, dan Dialah asal mula segala yang ada. Masyarakat Batak Toba mengenal beberapa konsep tentang roh dan jiwa, yakni : 1) Tondi, yang merupakan roh seseorang yang memiliki kekuatan sebagai penggerak raga. Tondi sudah dapat diterima seseorang semasa dalam kandungan. 2) Sahala, yaitu kekuatan atau daya khusus dari tondi. Sahala merupakan pemberian Mulajadi Nabolon kepada seseorang dalam kualitas dan jumlah yang berbeda. 3) Begu, yaitu tondi dari orang yang telah meninggal. Setelah agama kristen dan agama islam memasuki tanah Batak khususnya desa Siregar, sebagian besar masyarakat menerima agama tersebut. Masyarakat desa Siregar mayoritas memeluk agamam kristen khatolik dan kristen protestan. Akan tetapi sampai saat ini masih ada masyarakat desa Siregar yang menganut kepercayaan Batak Toba asli yang disebut dengan Ugamo Malim (parmalim). Walaupun 24

32 penganutnya hanya sedikit yakni hanya 103 orang dari 528 orang, mereka tetap menjalankan dan mempertahankan kepercayaannya tersebut. Sama seperti agama lainnya, parmalim juga mempunyai acara ibadah rutin yang biasanya dilaksanakan pada hari sabtu. Ibadah ini disebut dengan Mararisabtu. Selain Mararisabtu ibadah yang rutin dilaksanakan, yakni : Mangan Napaet, yaitu upacara peribadatan memohon pengampunan dosa ; Sipaha Sada, yaitu upacara peribadatan penyambutan kelahiran Tuhan Simarimbulubosi dan juga merupakan penyambutan tahun baru Ugamo Malim ; Sipaha Lima, yaitu upacara syukuran kepada Ompung Mulajadi Nabolon. Selain upacara tersebut, upacara peribadatan yang secara khusus yang dilakukan parmalim yakni : Martutuaek, yaitu upacara pembabtisan dan pemberian nama pada bayi yang baru lahir ; Mardebata, yaitu upacara yang dilakukan sebagai sarana pengampunan dosa ; Pasahat Tondi, yaitu upacara penyerahan roh orang yang telah meninggal. 2.5 Sistem Kekerabatan Kekerabatan adalah hubungan erat antara individu yang satu dengan yang lain, atau antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai ikatan yang menghubungkan anggota-anggotanya satu sama lain. Ikatan dasar dan hakiki adalah ikatan akibat adanya hubungan darah dan hubungan perkawinan. Masyarakat Batak Toba dalam menentukan garis keturunan adalah berdasarkan garis keturunan dari pihak laki-laki (ayah) yang dikenal dengan istilah patrilineal. Sistem garis keturunan ini akan diteruskan oleh anak laki- 25

33 laki, dan garis keturunan ini akan punah apabila tidak ada anak laki-laki yang dilahirkan. Dalam adat istiadat masyarakat Batak Toba khususnya di desa Siregar, perempuan dan laki-laki yang mempunyai marga yang sama disebut mariboto (bersaudara), dan mereka tidak diperbolehkan menikah, apabila hal ini terjadi maka mereka akan dikucilkan dari masyarakat serta tidak berhak ikut dalam kegiatan adat. Seperti masyarakat Batak Toba pada umumnya, masyarakat desa Siregar mengenal sistem kemasyarakatan yang disebut dengan Dalihan Natolu. Secara harfiah berarti Tungku nan Tiga. Adapun fungsi Dalihan Natolu ini adalah mengatur hubungan antara tiga kelompok kekerabatan yang merupakan satu kesatuan sosial yang erat. Ketiga kelompok kerabat tersebut adalah : 1. Dongan Sabutuha. Secara harfiah artinya teman satu perut atau teman lahir, atau pengertian yang lebih tepatnya adalah saudara seibu yang dianggap seperti saudara kandung dan mempunyai hubungan yang istimewa. Sebuah pepatah dikenal yang menggambarkan hubungan ini adalah manat mardongan tubu yang artinya penuh tenggang rasa. Kebiasaan yang terjadi walaupun belum saling mengenal namun sudah saling mengetahui, bahwa seseorang yang mempunyai marga yang sama dengannya akan merasa lebih akrab dan mendapat sambutan yang hangat. 2. Hula-hula yaitu keluarga pihak pemberi istri. Mempunyai sifat yang sangat peka, oleh sebab itu bagi masyarakat Batak Toba tindakan atau perlakuan terhadap hula-hulanya harus hati-hati. Kehati-hatian tersebut digambarkan dengan sebuah pepatah somba marhula-hula artinya bersembah sujud 26

34 3. Boru yaitu pihak yang menerima gadis (istri). Pihak boru menganggap bahwa dirinya berkewajiban menolong hula-hulanya dalam segala hal, terlebih dalam kegiatan adat. Di lain pihak hula-hula juga berhak untuk menerima sumbangan dari borunya. Oleh sebab itu, boru tidak akan pernah merasa rugi apabila memberikan yang terbaik bahkan terkadang sampai berkorban hutang demi memberikan sumbangan kepada hula-hulanya. Hal ini dapat terjadi karena adanya anggapan bahwa hula-hula dapat menjatuhkan kutuk selama tujuh generasi, doa restu hula-hula dapat menjadikan seseorang kaya, dan doa restu hula-hula dapat menjadikan agar memiliki keturunan. Ketiga kelompok kekerabatan dalam Dalihan Natolu, dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari, dan dalam melakukan upacara adat mereka saling mengisi dan mempunyai tugas masing-masing. 27

35 2.6 Sistem Mata Pencaharian Sebagian besar masyarakat di desa Siregar dalam memenuhi kebutuhan hidupnya adalah dengan cara bertani dan berladang. Tanaman yang biasa ditanami adalah padi dan umbi-umbian. Selain bertani dan berladang, kelompok ibu-ibu juga martonun yaitu membuat ulos yang nantinya akan dijual, sedangkan kelompok bapak-bapak adalah sebagai nelayan. Namun beberapa bulan terakhir pekerjaan sebagai nelayan telah ditinggalkan, hal ini disebabkan semakin punahnya ikan-ikan di danau wawancara dengan kepala desa Siregar. 28

36 BAB III DESKRIPSI UPACARA MARDEBATA 3.1 Pengertian dan Tujuan Upacara Mardebata Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa upacara Mardebata adalah upacara ritual Parmalim yang dilakukan karena seseorang atau keluarga telah menyimpang dari ajaran Patik. Upacara ini dilakukan adalah sebagai sarana pengampunan dosa-dosa kepada Ompung Mulajadi Nabolon dan penguasa lainnya karena telah melanggar ajaran Patik. Mengakui kesalahan dan dosa serta memohon pengampunan dosa kepada Ompung Mulajadi Nabolon adalah kewajiban bagi masyarakat parmalim agar memperoleh bekal untuk kehidupan yang abadi diluar kehidupan dunia ini. Untuk mencapai kehidupan diluar kehidupan dunia ini, dalam ajaran Ugamo Malim disebutkan : Indion ma pangan hamu na Hupapungu na di sopo on, mardos roha ma hamu marbagi i, umbaen na Hupapungu i, asa adong do mangudut haleonmu. Artinya : Inilah kamu makan, yang telah Kusediakan dalam rumah ini, seiasekatalah kamu membaginya, sebab ini kusediakan agar kelak kamu tidak berkekurangan. Bekal yang dimaksud adalah Poda (firman Tuhan), Tona (perintah Tuhan), Patik (aturan Tuhan), dan Uhum (hukum Tuhan). Hal ini terpadu di dalam Patik ni Ugamo Malim. Setiap perilaku kehidupan apabila dicerminkan kepada Patik, dapat diketahui kesalahan atau dosa apa yang telah dilakukan, kebaikan atau kebajikan 29

37 yang telah dilakukan. Kesalahan dan dosa, kebaikan atau kebajikan, semua dipersembahkan kepada Ompung Mulajadi Nabolon. Agar dosa diampuni, kebajikan diberkati menjadi pengabdian kepada-nya. Setiap saat Parmalim diwajibkan membaca ulang kegiatan kehidupannya untuk kemudian menata kehidupan bercermin kepada Patik dan aturan Ugamo Malim Tempat Upacara Upacara Mardebata adalah upacara yang sifatnya pribadi (perseorangan), maka yang menjadi tempat pelaksanaan upacara mardebata ini adalah di rumah si suhut atau penyelenggara upacara yaitu di Desa Siregar, Kecamatan LumbanJulu Kabupaten Toba Samosir. Hal ini berbeda dengan upacara ritual parmalim lainnya yaitu sipaha sada dan sipaha lima yang pelaksanaannya dilakukan di Bale Pasogit Partonggoan yang merupakan pusaat peribadaataan parmalim, berada di Desa Hutatinggi-Laguboti. 3.3 Saat Upacara Saat pelaksanaan upacara Mardebata ditentukan dengan cara maniti ari (menentukan hari yang tepat) untuk menentukan hari yang baik pelaksanaan upacara mardebata yang akan dilakukan. Maniti ari dilakukan oleh ihutan atau ulu punguan yaang ditentukan berdasarkan pada Parhalaan yaitu kalender Batak dahulu yang sampai sekarang masih tetap dipedomani dalam menentukan hari pelaksanaan suatu pesta atau upacara. Parhalaan ini berisi nama-nama hari dan nama bulan serta simbol (lambang) dari masing-masing hari. Adapun nama-nama hari dalam parhalaan tersebut adalah : 1. Artia 30

38 2. Suma 3. Anggara 4. Muda 5. Boraspati 6. Singkora 7. Samisara 8. Artian Ni aek 9. Suma Ni Mangadop 10. Anggara Na Sampulu 11. Muda Ni Mangadop 12. Boraspati Ni Tangkup 13. Singkora Ni Purasa 14. Samisara Ni Purasa 15. Tula 16. Suma Ni Holom 17. Anggara Ni Holom 18. Muda Ni Holom 19. Boraspati Ni Holom 20. Singkora Maraturun 21. Samisara Maraturun 22. Artian Ni Angge 23. Suma Ni Mate 24. Anggara Ni Begu 25. Muda Ni Mate 26. Borasspati Na Gok 27. Singkora Duduk 28. Samisara Bulan Mate 29. Hurung 30. Ringkar Kemudian Nama-nama Bulan Batak : 1. Sipaha Sada 2. Sipaha Dua 3. Sipaha tolu 4. Sipaha Opat 5. Sipaha Lima 6. Sipaha Onom 7. Sipaha Pitu 8. Sipaha Ualu 9. Sipaha Sia 10. Sipaha Sampulu 11. Bulan Li 12. Bulan Hurung 13. Bulan Lamadu (tiga tahun sekali) 31

39 3.4 Peralatan dan Perlengkapan Upacara Adapun peralatan yang digunakan dalam upacara Mardebata yaitu : 1. Daupa dan aek Pangurason Dalam setiap menjalankan tata ritual atau ibadahnya parmalim tidak pernah lepas dari penyertaan daupa (asap kemenyan) dan aek pangurason 12 (air suci pengurapan) karena keduanya merupakan pelean yang utama diantara peleanpelean (persembahan) yang lainnya. Adapun fungsi dari daupa dan aek pangurason ini adalah sebagai alat untuk mengurapi atau mensucikan terhadap pelean yang disajikan dan juga mensucikan parmalim sebelum dan sesudah upacara mardebata dilaksanakan. 2. Pelean (persembahan) Pelean adalah persembahan (sesaji) yang merupakan syarat utama dari pelaksanaan upacara mardebata. Pelean dalam upacara mardebata ada dua bagian, yaitu pelean Debata yakni pelean persembahan kepada Ompung Debata Mulajadi Nabolon dan penguasa lainnya, dan pelean habonaran yakni pelean persembahan kepada roh-roh kebenaran Ompung Debata Mulajadi nabolon dan roh kebenaran penguasa yang lainnya. Selain daupa dan aek pangurason, pelean yang akan dipersembahkan antara lain : indahan na las (nasi putih), dengke nilaean (ikan batak), pira ni ambalungan (telur ayam), manuk mirapolin (ayam berwarna merah), manuk jarumbosi (ayam berwarna hitam), manuk nabontar (ayam berwarna putih), manuk nanidugu (ayam panggang), hambing puti 12 Aek pangurason adalah air bersih yang dicampur dengan perasan air jeruk purut. Ditaruh di dalam mangkuk putih (cawan), serta menggunakan bane-bane (daun kemangi) untuk memercikkannya. 32

40 (kambing putih), naniura (ikan yang dibubui tanpa dimasak), pohul-pohul (kue yang dibuat dari tepung), openg-openg (kue yang dibuat dari tepung dan pisang), sitompion (kue dari tepung), itak gurgur (kue dari tepung dan kelapa yang diparut), rondang (padi yang digongseng), mentimun, pisang, daun sirih, banebane (daun kemangi), gajut (tempat sirih yang diisi dengan beras, daun sirih, dan bane-bane), serta paradatan (ulos, hio puti/kain putih, dan uang). Adapun fungsi dari pelean-pelean ini adalah untuk menghormati dan memuliakan oknum yang dituju yang dimintakan dalam tonggo-tonggo (doa) sekaligus mengundang kehadiran oknum yang dituju tersebut dalam upacara mardebata yang sedang dilaksanakan. 2. Langgatan, yaitu tempat meletakkan pelean. Terbuat dari bambu dengan tinggi kira-kira 1 meter. Langgatan dalam upacara mardebata ada dua yaitu langgatan sebelah kanan yaitu tempat pelean kepada Ompung Mulajadi Nabolon, Tuhan Debata Natolu, Siborudeakparujar, Siborusaniangnaga, Patuan Raja Uti, dan Tuhan Simarimbulubosi. Sedangkan langgatan sebelah kiri yaitu tempat pelean kepada Raja Naopatpuluopat, Raja Sisingamangaraja, dan Raja Nasiakbagi. Langgatan ini ditutup dengan kain warna putih serta dihiasi dengan mare-mare (daun enau) dan bunga-bungaan. 3. Tiang Sitolu Rupa (3 buah bendera masing-masing berwarna merah, putih dan hitam). Tiang ini adalah lambang dari Tuhan Debata Natolu Ensambel Gondang Sabangunan, terdiri dari : 13 Debata Natolu adalah 3 wujud kuasa Mulajadi Nabolon yaitu Bataraguru, Sorisohaliapan, dan Bala bulan. Ketiganya mampunyai tugas masing-masing dari Mulajadi Nabolon. 33

41 a) Taganing (membranofon), yaitu seperangkat gendang bernada bermuka satu yang terdiri dari odap, paidua odap, paitonga, paidua tingting, dan tingting. Taganing berfungsi sebagai pembawa variasi ritem dan melodi b) Gordang (membranofon),yaitu gendang-bas bermuka satu yang lebih besar dan lebih rendah. Gordang berfungsi sebagai pembawa ritem yang tetap. c) Ogung (metalofon), yaitu empat buah gong dengan ukuran yang berbeda, yaitu panggora, pandoali (doal), oloan, dan ihutan. Pola bunyi yang dihasilkan mengorganisasikan pola ritmik yang konstan dan terus menerus diulang dimana panjangnya empat ketukan. d) Sarune bolon (aerofon), yaitu jenis alat musik tiup berlidah ganda. Sarune bolon berfungsi sebagai pembawa melodi repertoar (lagu). e) Hesek (idiofon), yaitu alat dari plat besi, botol kosong, atau benda lain yang menghasilkan bunyi tajam. Hesek berfungsi menuntun instrumen yang lain secara bersama-sama dimainkan. Berfungsi juga sebagai patokan ritem atau pembawa ritem konstan. 3.5 Pendukung Upacara Mengenai pendukung upacara akan dijelaskan sebagai berikut : Ihutan Parmalim Ihutan Parmalim sampai sekarang ini di emban oleh Bapak R.M.Naipospos. Beliau selaku pemimpin tertinggi Parmalim bertugas memimpin seluruh tahapan pelaksanaan upacara Mardebata, termasuk dalam memimpin atau menyampaikan 34

42 tonggo-tonggo (doa) dan permohonan-permohonan kepada Ompung Mulajadi Nabolon dan penguasa lainnya Ulu Punguan Ulu punguan bertugas sebagai pembantu ihutan dalam pelaksanaan upacara Mardebata, khususnya dalam mempersiapkan pelean yang akan dipersembahkan kepada Ompung Mulajadi Nabolon dan penguasa lainnya. Ulu punguan membantu ihutan dalam membagi pelean-pelean dan menaruhnya kedalam piring yang telah disediakan. Ulu punguan juga membantu ihutan memercikkan aek pangurason kepada seluruh peserta upacara pada saat memulai tonggo-tonggo dan setelah upacara selesai Suhut Suhut adalah penyelenggara upacara Mardebata. Suhut bertugas mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk kebutuhan upacara, termasuk dalam menyediakan pelean. Semua biaya dalam upacara ini ditanggung oleh Suhut Pargonci Pargonci adalah sebutan kepada yang memainkan ensambel gondang sabangunan. Mereka sering dipanggil dengan amang panggual pargonci atau amang pande nami atau amang tukkang nami. Kedudukan pargonci dengan ihutan dalam pelaksanaan upacara mardebata adalah sama. Ihutan adalah yang memimpin dalam menyampaikan pelean dan permohonan melalui tonggo-tonggo (doa) sedangkan pargonci adalah yang menyampaikan melalui bunyi gondang sabangunan. Menurut bapak S. Sitorus (pemain sarune parmalim), kriteria untuk enjadi pargonci adalah harus mengetahui dan menguasai ruhut-ruhut ni ulaon hamalimon, 35

43 artinya dia harus mengetahui semua aturan-aturan dalam ugamo malim. Beliau juga mengatakan bisa saja dia pintar memainkan alat musik misalnya sarune, tetapi jika dia tidak menguasai ruhut-ruhut ni ulaon hamalimon dia tidak bisa menjadi pargonci di parmalim. Selain itu kriteria yang harus dipenuhi untuk menjadi pargonci parmalim adalah tentu saja dia harus parmalim Peserta Upacara Adapun peserta yang dimaksud adalah kelompok ama (bapak), ina (ibu), dan naposo bulung (muda-mudi), mereka adalah tamu yang diundang hadir untuk menghadiri pelaksanaan upacara mardebata Pelaksanaan Upacara Mengenai pelaksanaan upacara, penulis menjelaskan berdasarkan hasil penelitian yang penulis peroleh di lapangan pada tanggal 24 oktober 2006, di desa Siregar, Kec. Lumban Julu, Kab. Toba Samosir. Adapun pelaksanaan upacara yang dilakukan adalah sebagai berikut : Persiapan Upacara Pada pagi harinya peserta upacara dari kelompok ama (bapak), kelompok ina (ibu), dan kelompok naposo bulung (muda-mudi) yang datang dari tempatnya masing-masing semuanya marhobas (bekerja) mempersiapkan segala sesuatu untuk keperluan upacara. Ada yang memasak pelean, melilit langgatan dengan kain warna putih, menghias langgatan dengan bunga-bungaan, mendirikan Tiang Sitolu rupa (bendera 3 warna, merah putih, dan hitam), menyiapkan pardaupaan (dupa), menyiapkan tikar untuk alas duduk, dan lain sebagainya. Demikian juga bagi 14 Wawancara dengan bapak S.Sitorus. 36

44 pargonci (pemusik), mereka mempersiapkan alat-alat musiknya, memasang dan menset alat musik tersebut serta padomuhon (menyamakan) suara sarune dengan gondang sehingga suaranya sesuai dengan yang diinginkan. Setelah semuanya selesai disiapkan, seluruh peserta upacara Mardebata kemudian makan bersama. Setelah makan bersama selanjutnya pelean-pelean diatur, ditata dengan harmonis di atas tikar di rumah si suhut oleh Ihutan Parmalim dan beberapa orang dari kelompok ama (bapak), sementara peserta yang lainnya mempersiapkan diri untuk mengikuti upacara. Selain mempersiapkan diri secara fisik, mereka juga mempersiapkan diri secara rohani yakni memusatkan perhatian dan pikiran hanya untuk pelaksanaan upacara Mardebata. Kemudian peserta upacara mengambil tempat masing-masing sesuai dengan kelompoknya masing-masing yaitu kelompok ama (bapak), kelompok ina (ibu), dan naposo bulung (muda-mudi) Jalannya Upacara Setelah semua pelean tersusun dan tertata dengan rapi di atas tikar, upacara Mardebata dimulai. Upacara mardebata dimulai dengan Marsintua gabe yaitu Tanya jawab antara Ihutan dan Suhut. Adapun Tanya jawab yang dimaksud adalah sebagai berikut: Ihutan Suhut Ihutan Suhut Ihutan : marsintu gabe ma hita suhut nami : mauliate ma Raja nami, marsintua gabe ma hita : gabe ma hita jala horas, asi ma roha ni Ompunta Debata marpungu hita nuaeng di bagas on, hundul hita di lage tiar sai tiur ma panggabean tiur parhorasan. Marsangap martua ma hita tu joloan ni ari on pasu-pasuon ni Ompunta Debata. Lolo dison indahan na las, dengke ni laean, pira ni ambalungan, manuk naipelei, hambing puti, sitompion na bolon, napuran martomuuruk, dohot sanggul bane-bane : mauliate ma Raja nami, ba hata ni i panggabean ma dohot parhorasan : panggabean ma tutu dohot parhorasan, angkup ni panggabean dohot parhorasan, ba paboa suhut nami 37

45 Suhut Ihutan : mauliate ma raja nami, asi ni roha ni Ompunta Debata do angkup ni pasu-pasu ni namarsangap namartua I, mangajari hami asa lam marroha manuturi hami lam marbisuk, mangugamohon harajaon ni Ompunta Debata asa botoon nami mangulahon lomo ni rohana. Alai ala gale ni roha nami, jot-jot do hami Raja nami manimpang sian dalan ni amanta I, mamboan-boan lomo nami. Alai alani pangabaraonmu Raja nami, dang dijujur Ho I tu parbadanon lumobi tu partondion nami. Dipaloas do hami sahat ro di tingkion manghasuhuthon tinonahon nai mandok mauliate tu Ompunta Debata dohot mangido asi ni roha. Tung so huboto hami pe nuaeng among manggoari akka hasalaan nami, mangelek ma Ho tu Debata asa disesahon sian parningotanna disoadahon sian bagasan rohana, anggiat sahat dipargogoi diparbisuhi hami boi songon sininta-sinta ni rohami, jolma namarguna. Angkup ni i Raja nami, adong dope sipangidoon nami, sian ias ni roha ni Debata napinangidomi dilehon di hami parpinomparon. Digongggom mai hot di gonggoman nai, ala sai dong doi natarboan-boan lomo na. Pangidoan nami raja nami, asa mulaki Raja nami tu gonggomanmu : mauliate ma, marasi ma rohani Ompunta Debata sai dilehon ma asiasina di hamu suhut nami nang dohot di hita saluhutna. Artinya : Ihutan Suhut Ihutan Suhut Ihutan Suhut : suhut kami, marilah kita marsintua gabe : terimakasih raja kami, marilah kita marsintua gabe : damai sejahtera bagi kita semua, kasih karunia Ompung Debata Mulajadi Nabolon kita berkumpul di rumah ini, duduk di atas tikar, damai sejahtera bagi kita semua, di hari yang akan datang semoga kita selalu diberkati Ompung Debata Mulajadi Nabolon. Disini telah tersedia nasi putih, ikan batak, telur rebus, ayam yang sudah dimasak, kambing, sitompion, daun sirih, dan banebane. Maksud dan tujuannya, suhut kami bisa jelaskan : terimakasih, adapun maksud dari pelean-pelean ini adalah untuk damai sejahtera : damai dan juga sejahtera, selain dari itu suhut kami bisa jelaskan : terimakasih raja kami, akan kami jelaskan. Karena kasih Ompung Debata Mulajadi Nabolon dan berkat dari yang kudus dan mulia, mengajari, membimbing kami. Mengajarkan kerajaan Ompung Mulajadi Nabolon agar kami tahu berbuat sesuai dengan keinginan-nya. Akan tetapi karena kelemahan kami, kami sering menyimpang dari ajaran Bapa kita, terbawa-bawa keinginan kami masing-masing. Namun, karena kasih-mu raja kami, Engkau tidak membalas dosa-dosa kami ke badan terlebih ke jiwa kami. Kami masih diberi kesempatan hingga saat ini melaksanakan amanah-nya, mengucapkan terimakasih kepada 38

46 Ihutan Ompung Debata Mulajadi Nabolon, serta memohon kepada kasih-nya. Kami telah satu hati dibawah lindungan-mu. Walaupun kami tidak bisa menyebutkan segala kesalahan kami, mohonkanlah kepada Ompung Debata Mulajadi Nabolon agar dosa-dosa kami dilupakan dari ingatan- Nya dihapus dari dalam hati-nya, semoga kami diberi kekuatan, diajari, sehingga kami bisa menjadi manusia sesuai dengan keinginan-nya, orang yang berguna. Selain itu, masih ada permohonan kami kepada Ompung Mulajadi Nabolon yang Engkau mintakan, memberikan anak buat kami. Dibimbinglah dia agar tetap dibawah lindungan-nya. Akan tetapi, masih saja ada yang terbawa-bawa akan keinginannya sendiri, kami memohon agar dia kembali kepada lindungan-mu : terimakasih, semoga Ompung Debata Mulajadi Nabolon memberikan kasih- Nya kepada suhut kami dan kepada kita semua. Selanjutnya Ihutan dan suhut berjalan menuju ke halaman rumah dan menghadap ke langgatan. Kemudian beberapa dari kelompok ama (bapak) berdiri dan mulai dari dalam rumah hingga ke langgatan. Masing-masing saling memberi dan menerima pelean yang telah tersedia di atas tikar. Namun untuk meletakkan dan menyusun pelean ke dalam langgatan dilakukan oleh Ihutan selaku pemimpin upacara. Hal ini bertujuan untuk menjamin keabsahan dari pelean tersebut. Ihutan menerima dan menyusun pelean-pelean ke dalam langgatan sesuai letak yang telah ditentukan. Ada dua langgatan dalam upacara Mardebata di alaman atau di halaman rumah yaitu : 1. Langgatan sebelah kanan yaitu tempat pelean kepada Ompung Mulajadi Nabolon, Tuhan Debata Natolu, Siborudeakparujar, Siborusaniangnaga, Patuan Raja Uti, dan kepada Tuhan Simarimbulubosi. Adapun pelean dalam langgatan ini adalah : indahan na las (nasi putih), dengke nilaean (ikan batak), pira ni ambalungan (telur rebus) ; manuk nabontar (ayam berwarna putih), manuk jarumbosi (ayam berwarna hitam), manuk mirapolin (ayam merah) ; manuk nanidugu (ayam panggang) ; naniura (ikan yang diberi bumbu dan jeruk nipis tanpa dimasak) ; hambing puti 39

47 (kambing putih) ; pohul-pohul (kue yang dibuat dari tepung) ; openg-openg (kue yang dibuat dari tepung dan pisang) ; sitompion (kue yang dibuat dari tepung) ; pisang ; mentimun ; daun sirih ; pangurason (air suci pengurapan) ; gajut yaitu tempat sirih yang diisi dengan parbue santi (beras), kemiri, telur, sirih, pinang, dan bane-bane (daun untuk memercikkan aek pangurason). 2. Langgatan sebelah kiri yaitu tempat pelean kepada Raja Naopatpuluopat, Raja Sisingamangaraja, dan Raja Nasiakbagi. Adapun pelean dalam langgatan ini adalah : indahan na las (nasi putih), dengke ni laean (ikan batak), pira ni ambalungan (telur rebus) ; manuk mirapolin (ayam berwarna merah) ; hambing puti (kambing putih) ; itak gurgur (kue yang dibuat dari tepung dan kelapa parut) ; pisang ; mentimun ; rondang (padi yang digongseng) ; sitompion (kue yang dibuat dari tepung) ; aek pangurason yaitu air suci pengurapan ; paradatan (ulos Batak, kain putih, dan uang). Setelah semua pelean Debata disusun dan ditata di dalam langgatan, kemudian pelean habonaran di masukkan ke dalam mombang. Adapun isi pelean ini adalah : manuk mirapolin (ayam berwarna merah), manuk jarumbosi (ayam berwarna hitam), manuk nabontar (ayam berwarna putih) ; nasi dua warna yaitu nasi putih dan nasi kuning ; naniura yaitu ikan yang dibumbui tanpa dimasak ; pira ni ambalungan (telur rebus) ; sitompion (kue yang dibuat dari tepung) ; openg-openg (kue yang dibuat dari tepung dan pisang) ; pohul-pohul (kue yang dibuat dari tepung) ; itak gurgur (kue yang dibuat dari tepung dan kelapa parut) ; rondang (padi digongseng) ; mentimun ; pisang ; sirih ; bane-bane yaitu daun untuk memercikkan aek pangurason 40

48 ; gajut yaitu tempat sirih yang diisi dengan beras, telur, kemiri, sirih, pinang, dan bane-bane (daun untuk memercikkan aek pangurason). Setelah semua pelean disiapkan, selanjutnya ihutan mengambil pangurason dan sitompion dari langgatan sebelah kanan dan memberikannya kepada suhut yang telah berdiri menghadap langgatan. Di belakang mereka telah berdiri ina paniaran (kelompok ibu yang merupakan keluarga dari suhut) dan kelompok ama (bapak) yang berdiri mengelilingi langgatan. Kemudian Ihutan meminta kepada Bataraguru Humundul (pargonci) untuk memainkan Gondang Alu-alu. Ihutan kemudian berkata : Alu-aluhon ma tu Amanta Raja Nasiakbagi parajar sioloan I, ajar naima na taoloi uhum naima na ta parngoluhon. Di ari nauli mula na denggan on, ro hasuhuton on pasahathon pelean puji-pujian tu Ompunta Debata Mulajadi Nabolon. Di gohi ma hata pangidoan nami. Artinya: Ajukanlah kepada Bapa kita Raja Nasiakbagi yang menjadi teladan bagi kita. Ajar-Nya yang kita jalankan, hukum-nya yang kita jalankan. Di hari yang baik awal yang baik ini hasuhuton datang membawa pelean puji-pujian kepada Ompung Mulajadi Nabolon, dikabulkanlah permintaan kita Kemudian pargonci memainkan gondang alu-alu. Gondang ini hanya dimainkan oleh partaganing saja. Kemudian Ihutan berkata : Alu-aluhon ma tu Rajanta Raja Naopatpuluopat, panggomal ni portibi pangarahut hata pangkansing ni desa na ualu on Artinya : Ajukanlah kepada Raja kita Raja Naopatpuluopat yang mempunyai kuasa di bumi ini Kemudian pargonci memainkan gondang alu-alu. Gondang ini hanya dimainkan oleh partaganing saja. Kemudian Ihutan berkata : 41

49 Alu-aluhon ma tu Ompunta Debata Mulajadi Nabolon, sombahononta ma pelean puji-pujion on mardongan Gondang Sabangunan Artinya : Ajukanlah kepada Ompung Mulajadi Nabolon, kita akan mempersembahkan pelean puji-pujian ini bersama dengan Gondang Sabangunan Setelah Gondang alu-alu, kemudian Ihutan martonggo (berdoa) dan seluruh peserta upacara berdoa dengan posisi tangan menyembah. Adapun tonggo (doa) yang disampaikan oleh Ihutan secara berurutan ditujukan kepada : 1. Ompung Debata Mulajadi Nabolon 2. Tuhan Debata Natolu 3. Siborudeakparujar 4. Nagapadohaniaji 5. Siborusaniangnaga 6. Patuan Raja Uti 7. Tuhan Simarimbulubosi 8. Raja Naopatpuluopat 9. Raja Sisingamangaraja 10. Raja Nasiakbagi Ihutan kemudian berkata : Marsomba mardaulat hami tu Ho ale Ompung Debata Mulajadi Nabolon, marhite timpul ni daupa dohot pangurason on, ala Ho do namanjadihon langit, manjadihon tanoon, manjadihon saluhut nasa na adong. Nunga dilehon Ho tondimi ale Ompung Debata tinindanghon harajaonmu di banua tonga on, ima ni ugamohon ni amanami Raja Nasiakbagi, Raja tubu, Raja sitau-tau, Patuan Raja Malim, parajar si oloan i. Hata nai ma naniingot ni hasuhuton on mandok mauliate tu sangapmu nabadia I dohot mangido hasesaon ni dosa marhite pelean nami indahan na alas, dekke ni laean, pira ni ambalungan, manuk na dipelei, hambing puti, pelean parsaratanna sitompion na bolon, napuran martomuuruk angkup ni daung maligas dohot sanggul bane-bane mardongan gondang sabangunan. Nunga sahat bane ni roham ale Ompung Debata pasahathon hata pangidoan nami marhite amanami Raja Nasiakbagi, dilehon Ho do parhorason di hami, dilehon Ho do ngolu na denggan, dohot parpinomparon. Alai manjahai parngoluan naima hami ale Ompung Debata, huparhatutu hami godang do akka hasalaan dohot akka dosa naung huulahon hami. Dang dijujur Ho dope I tu parngoluan nami lumobi nang tu partondion nami. Mangelek-elek ma hami tu Ho ale Ompung Debata marhite pelean nami on, marsiulak ma roham ale Ompung Debata, 42

50 apuli ma akka dongan nami natangis, hehei ma akka na sorat, lehon ma hamalumon ni sahit di akka namarsahit dohot hatiuron ni roha di akka namarsak roha. Nang pinompar ni Hasuhuton on pe ale Ompung Debata naung sanga manimbil sian bogas ni amanami Raja Nasiakbagi, suruhon ma habonaran mi manata borat ni nasida, asa anggiat hot nasida di gomgoman ni amanami Raja Nasiakbagi. Angkup ni I ale Ompung Debata, nunga sahata saoloan hami, marsahata ama dohot akka ina dohot ianakkon nami na ro sian huta naa dao, sian holangholang ni desa na ualu on marnatampak marsomba tu adopanmu marhite pelean puji-pujian on. Asi ma roham ale Ompung Debata tambai ma di hami ngolu na denggan tamba ni parhorasan, angkup ni hatoropon bisuk nang dohot gogo. Tambai di hami ale Ompung Debata asi-asimi, tondi pangajari tondi panuturi jongjong tongtong di tonga-tonga nami, manghopol hami jala marsonang-sonang hami, mariaia mangoloi hamalimon tinindanghon ni amanami Raja Nasiakbagi. Di ajari ma hami asa lam marroha, dituturi ma hami asa lam marbisuk. Angkup ni I ale Ompung Debata ulian ni habonaraanmu nunga hupatupa hami di atas ni mombang, baro ma annon nasida manjalo turpukna, pasiathon bagianna. Sahat hupelehon hami somba puji-pujian namion tu adopanmu nabadia i, sahat hot ma hami di patikmi, gabe hami jala horas. Artinya : Kami menyembah kepada-mu Ompung Debata Mulajadi Nabolon, melalui asap kemenyan dan air suci ini, karena Engkau yang menjadikan langit, menjadikan bumi, menjadikan segala yang ada. Engkau telah memberikan roh-mu Ompung Mulajadi Nabolon menegakkan kerajaan-mu di bumi ini, yakni yang diajarkan Bapa kami Raja Nasiakbagi, Raja yang lahir, Raja Mahatau, Patuan Raja Malim, pengajar teladan yang menjadi panutan bagi kami. Ajar-Nyalah yang diingat oleh suhut kami mengucapkan terimakasih dan memohon pengampunan dosa kepada-mu yang Maha mulia melalui persembahan kami, nasi putih, ikan batak, telur rebus, ayam yang telah dimasak, kambing, sitompion yang besar, daun sirih, ditambah daung maligas (ikan batak yang telah dikeringkan) dan bane-bane (daun untuk memercikkan pangurason) bersama gondang sabangunan. Telah sampai kasih karunia-mu Ompung Debata Mulajadi Nabolon, mengabulkan permohonan kami melalui Bapa kami Raja Nasiakbagi, Engkau beri kesehatan bagi kami, Engkau beri hidup yang baik serta keturunan. Akan tetapi, melihat kehidupan mereka Ompung Mulajadi Nabolon, kami menyadari banyak kesalahan dan dosa yang telah kami perbuat, namun Engkau belum membalas dosa-dosa kami ke badan kami terlebih jiwa kami. Kami memohon kepada-mu Ompung Mulajadi Nabolon melalui pelean kami ini, ampunilah kami, berkatilah mereka yang sedang menangis, berilah kesembuhan bagi mereka yang sedang sakit, serta ketabahan bagi mereka yang sedang dalam kebingungan. Demikian juga 43

51 dengan anak-anak dari suhut kami ini Ompung Mulajadi Nabolon yang telah menyimpang dari ajar Bapa kami Raja Nasiakbagi. Selain itu Ompung Mulajadi Nabolon, kami telah satu hati, bapak-bapak, ibuibu, dan anak-anak kami yang datang dari jauh, menyembah kehadapan-mu melalui pelean puji-pujian kami. Ampunilah kami Ompung Mulajadi Nabolon, berikanlah hidup yang baik, kesehatan dan kekuatan bagi kami. Berikan juga Ompung Mulajadi Nabolon kasih karunia-mu, roh-mu selalu berdiri di tengah-tengah kami, menemani kami bergembira ria melaksanakan kesucian yang diajarkan Bapa kami Raja Nasiakbagi. Kami diajari agar lebih mengasihi, agar lebih mengetahui. Disamping itu, untuk roh kebenaran-mu telah kami sediakan di atas mombang. Semoga mereka hadir untuk menerima bagian-nya masing-masing. Demikianlah kami sembahkan puji-pujian kami ini ke hadapan-mu yang mulia, semoga kami hidup dan tetap berpegang pada patik-mu, kami damai selalu. Selesai martonggo (berdoa), kemudian diikuti dengan bunyi gondang somba kepada Ompung Mulajadi Nabolon. Selanjutnya Ihutan dan Suhut manortor, sementara peserta yang lain yaitu kelompok ama (bapak), ina (ibu), dan naposo bulung manatea, 15 yakni posisi duduk bersila, kedua belah tangan disatukan di depan dada serta menggerakkan ujung telapak tangan mengikuti alunan gondang sabangunan. Dalam hal tonggo (doa) yang disampaikan oleh Ihutan, penulis tidak menuliskan secara keseluruhan karena yang menjadi inti, isi, dan tujuan serta pelaksanaannya sama seperti tonggo (doa) kepada Ompung Mulajadi Nabolon. Perbedaan hanya pada oknum yang dituju. Setelah tonggo (doa) kepada Tuhan Simarimbulubosi, kemudian Ihutan meminta pangurason dan sitompion yang dipegang oleh suhut, dan meletakkannya ke dalam langgatan sebelah kanan. Kemudian Ihutan mengambil pangurason dan sitompion dari langgatan sebelah kiri dan memberikannya kepada suhut. Sehingga 15 Arti dari manatea adalah bersiap-siap menerima berkat. 44

52 ketika tonggo kepada Raja Naopatpuluopat, kepada Raja Sisingamangaraja, dan kepada Raja Nasiakbagi, pangurason dan sitompion yang digunakan adalah dari langgatan sebelah kiri. Setelah tonggo (doa) dan tortor kepada Raja Nasiakbagi, Ihutan mengambil segenggam beras si pir ni tondi dari langgatan dan menaruhnya ke ubun-ubun si suhut. Ihutan juga mengambil pangurason dan memercikkannya kepada suhut dan seluruh peserta upacara. Selanjutnya Ihutan meminta pangurason dan sitompion dari si suhut dan meletakkannya kembali ke dalam langgatan sebelah kiri. Kemudian Ihutan dan suhut beristirahat sejenak. Acara kemudian dilanjutkan dengan manortor, yaitu dari kelompok ama (bapak), kelompok ina (ibu), dan kelompok naposo bulung (muda-mudi). Yang pertama kali manortor adalah dari kelompok ama (bapak). Salah seorang dari kelompok ama (bapak) bertindak sebagai pemimpin kelompok atau yang mewakili dari kelompok tersebut dan berkata : Na huparsangapi hami amanami, inanami. Tongtong do hami mandok mauliate tu Ompunta Debata Mulajadi Nabolon dohot tu saluhut sahala marsangap sahala martua dohot tu saluhut sahala habonaranna na tongtong mangiring-iring hami, boi hami hipas sahat tu huta on sian akka huta nami be di namangoloi jou-jou ni amanami, ina nami manang hasuhuton on, di namangoloi aturan tinonahon ni amanta Raja Nasiakbagi marhite pardebataan manang ulaon parsahataon. Ba ipe amang pargonci nami, baenma gondang puji-pujian nami tu Ompunta Debata Mulajadi Nabolon. Artinya : Yang kami hormati bapak dan ibu sekalian, kami selalu mengucapkan terimakasih kepada Ompung Mulajadi Nabolon dan kepada semua yang kudus dan mulia, serta kepada semua roh kebenaran-nya yang selalu menemani kami, kami bisa sampai ke tempat ini menghadiri undangan bapak dan ibu dari hasuhuton untuk melaksanaakan aturan yang telah dipesankan Bapa kita Raja Nasiakbagi melalui upacara Mardebata. Demikian pemusik kami, perdengarkanlah gondang pujian kami kepada Ompung Mulajadi Nabolon 45

53 Selanjutnya Gondang dimainkan dan seluruh kelompok ama (bapak) manortor somba. Setelah manortor, pemimpin kelompok ama (bapak) kemudian berkata : Mandok mauliate do hami tongtong tu saluhut sahala marsangap sahala martua dohot saluhut pinaranak pinarboru ni Ompunta Debata Mulajadi Nabolon, manghatindanghon harajaonna di banua tonga on. Ba ipe amang panggual pargonci nami, baenma gondang puji-pujian nami tu saluhut sahala marsangap sahala martua Artinya : Terimakasih kami ucapkan kepada semua yang kudus dan mulia, dan kepada semua keturunan Ompung Mulajadi Nabolon yang menegakkan kerajaan-nya di bumi ini. Demikian pemusik kami, perdengarkanlah gondang pujian kami kepada semua yang kudus dan mulia Selanjutnya gondang dimainkan dan seluruh kelompok ama (bapak) manortor. Setelah manortor pemimpin kelompok kemudian berkata : Mandok mauliate do hami tongtong tu saluhut sahala habonaran na tongtong mangaramoti hami, mangiringiring hami dohot manangan-nangan hami sian akka huta nami be sahat tu huta on. Tongtong do hami mangido nang di akka ari nanaeng ro anggiat tongtong diihuthon habonarannai mangaramoti, manangan-nangan hami, mangajari hami anggiat nian boi hami tongtong marsada ni roha. Di ajar-ajari hami tongtong, di ihuthon tondi habonaranna, unang nian hami mipo di angka ajar ni amanami Raja Nasiakbagi, jala hot hami di bona ni patik dohot di ujung ni patik. Ba ipe amang pargonci nami baenma gondang puji-pujian nami tu saluhut sahala habonaran di banua ginjang dohot di banua tonga on. Artinya : Terimakasih juga kami ucapkan kepada semua roh kebenaran yang selalu melindungi kami, menemani langkah kami, membimbing kami dari tempat kami masing-masing hingga sampai di tempat ini. Untuk hari yang akan datang kami juga meminta agar roh kebenaran-nya selalu mengikuti kami, melindungi kami, membimbing kami, mengajari kami agar kami bisa satu hati selalu. Kami di ajari, roh kebenaran-nya selalu mengikuti kami. Janganlah kiranya kami lupa kepada ajar Bapa kami Raja Nasiakbagi, dan hidup kami selalu berpegang kepada ajaran patik. Demikianlah pemusik kami, 46

54 perdengarkanlah gondang pujian kami kepada semua roh kebenaran-nya di bumi dan di sorga. Kemudian gondang dimainkan dan seluruh kelompok ama (bapak) manortor. Setelah manortor kemudian pemimpin kelompok berkata : Baen ma amang gondang si tortoran nami, tortor parsaoran di hami anggiat manian di joloan ni ari manang di ari nanaeng ro, boi hami marsaor hami akka namarhahamaranggi. Dinamangoloi ulaon pardebataon on hita, di joloan ni ari anggiat ma nian boi hita lam marsada ni roha. Ba ipe amang pagonci nami, baen ma gondang parsaoran nami Artinya : Perdengarkanlah gondang kami, tortor perdamaian kami. Semoga di hari yang akan datang kami yang bersaudara bisa damai. Dengan melaksanakan upacara mardebata ini, dihari yang akan datang semoga kita bisa lebih satu hati. Demikianlah pemusik kami, perdengarkanlah gondang kami. Kemudian gondang dimainkan dan seluruh kelompok ama (bapak) manortor. Selanjutnya pemimpin kelompok berkata : Ba nunga tapasaut tona ni amantai sahat dibonarhon ma tutu haroronta sahat ditambai ma pasu-pasuna di hita di joloan ni ari on. Baen ma amang gondang si tio-tio hasahatan i Artinya : Telah kita laksanakan aturan Bapa kita, semoga kedatangan kita dibenarkan, dihari yang akan datang kita semakin diberkati. Perdengarkanlah gondang hasahatan Kemudian gondang dimainkan dan seluruh kelompok ama (bapak) manortor, dan gondang ini sekaligus mengakhiri tortor dari kelompok ama (bapak). Setelah manortor kelompok ama (bapak) kemudian kembali ke tempat semula. Dalam pelaksanaan tortor kelompok ini, penulis tidak menuliskan tortor dari kelompok yang lain, karena yang menjadi inti, tujuan, serta pelaksanaannya sama dengan tortor yang dilakukan oleh kelompok ama (bapak). 47

55 Setelah tortor kelompok, selanjutnya adalah tortor dari si suhut. Kemudian suhut berkata : Santabi godang ma di punguan napinarsangapan, mauliate ma tu Ompunta Debata dohot tu sahala martua I namangalehon tondina gabe ama di hita, mangajari hita asa lam marroha manuturi hita asa lam marbisuk, asa botoonta mangulahon lomo ni roha ni Ompunta Debata. Alai ala gale ni rohanta, ngolunta, tondinta, jotjot do hita manimpang sian hasintongan ni poda naung pinasahat nai, nadeba tarboan-boan lomona di ajar haportibion on, lalap, manimbil akka siulaonna. Lumobi anakkon nami, naung tarsurat di gonggoman ni bale pasogit, na lalap, naung manimbil sian ajar ni amanta I. Alai marhite pangabaraion ni amanta I mangelek-elek tu Ompunta Debata dang dijujuri tu parbadanon, tu parngoluon, sahat ro di partondion nami. Di paloas do hami sahat ro di ombas on pasauthon sangkap nami manghatindanghon aturan tinonahon ni amanta I. Asi do roha ni amanta I mangelek-elek tu Ompunta Debata asa mulak nasida tu ajar hamalimon I, tu tumpal hangoluan I, asa ikkon sadalan do hita. Sidohononku tu hamu akka naposo, pogos do hita amang di parngoluan, otik do hita di bilangan, marpisik-pisik do hita di desa na ualu on. Jot-jot do sahat tu sipareonta pangkuling ni namaluai, mandok hita nalilu, mandok hita sipele begu, ala sai taoloi ajar ni amanta I, mardebatahon Ompunta Debata Mulajadi Nabolon, marrajahon Sisingamangaraja. Hamu akka ianakkon nami, unang lalap hamu inang da, unang lalap hamu hasian, pos roham, tangihon hata sian siamun sian hambirangmi, bereng, parrohahon, jala surathon tu roham boa-boa ni amanta I. Na tangkas huingot, ianggo sorang ni jolma naboido martabuni marhite parbinotoan ni jolma. Alai leanon ni Debata do didok hagogoon tu aek, hagogoon tu ari, hagogoon tu alogo, hagogoon tu sada nai dang huingot. Opat hagogoon, dang adong partabunian molo ikkon i nama pasauton ni Ompunta Debata, pasauthon lumba-lumba ni amanta I. Apala ido nahudok si nangkin, mandok mauliate tu sahala habonaran ni Ompunta Debata, tu habonaran ni amanta I, pangidohon asa di dasdas hot hita mulak tu sambubu nai. Manang tung diape hatakkon sian rohakku doi. Asa tapaulak ma rohanta marmuduhon poda ni amanta I. Ima nahuondolhon tu hamu akka anakkon nami, ima nahuondolhon tu hamu akka ama nang dohot tu hamu ina nami. Amang panggual pargonci, manang na hujolo pe manang na hupudi nahuhatahon nangking, bah pangidoanku asima roha ni amanta I, cita-cita mai nagabe poda, asa marimbalo tu roha ni angka dongan ama, ina, lumobi akka ianakkon nami. Ba mauliate ma tukkang nami, saluhutna akka hata pangidoan nami dohot naso huboto hami mangido dope, nakking nunga di rimpun amanta. Jadi baen majo gondang ni Tuhantai, dibonarhon ma haroro 48

56 nami di ulaon sadarion asa lam huboto hami marbenget ni roha, mananda diri dohot patalu roha asa boi hami sahata.. Artinya : Saya minta maaf kepada punguan yang saya hormati, terimakasih kepada Ompung Debata Mulajadi Nabolon dan kepada yang kudus yang telah memberikan roh-nya menjadi Bapa bagi kita, mengajari kita, membimbing kita agar kita tahu melakukan apa yang diinginkan Ompung Debata Mulajadi Nabolon. Akan tetapi karena lemahnya hati kita, hidup dan jiwa kita, kita sering menyimpang dari amanah yang telah disampaikan kepada kita, terbawa-bawa keinginan di ajar dunia ini, lupa, perbuatan kita menyimpang. Tetapi karena kasih Bapa kita memohon kepada Ompung Mulajadi Nabolon, dosa kita tidak dibalas ke badan kita, hidup kita, dan jiwa kita. Kita masih diberi kesempatan hingga saat ini melaksanakan niat kita, melaksanakan amanah yang disampaikan Bapa kita. Terlebih kepada anak kami yang sudah terdaftar di bale pasogit, mereka telah lupa. Akan tetapi Bapa kita Maha pengasih memohon kepada Ompung Mulajadi Nabolon agar mereka kembali kepada hidup yang kekal, karena kita harus sejalan. Yang ingin saya sampaikan kepada anak-anak kami sekalian, kita miskin dalam hidup ini, jumlah kita sedikit, terpencar di bumi ini. Kita sering mendengar omongan mereka yang mengatakan kita sesat, kita menyembah setan, karena kita melaksanakan ajar Bapa kita, menyembah Ompung Mulajadi Nabolon, dan memuja Raja Sisingamangaraja. Anak-anak kami sekalian, jangan takut, jangan ragu, yakinkan hatimu, dengarkan dari sebelah kiri dan kananmu, lihat, perhatikan, dan tuliskan di dalam hatimu amanah Bapa kita. Yang paling saya ingat, bahwa manusia bisa sembunyi karena ilmu yang dimilikinya, tetapi Ompung Mulajadi Nabolon akan memberikan kakuatan kepada air, ke matahari, kepada angin, dan kekuatan kepada saya lupa satu lagi. Ada empat kekuatan, dan tidak akan ada persembunyian jika hal itu yang akan terjadi. Inilah yang saya katakan tadi, mengucapkaan terimakasih kepada roh kebenaran Ompung Mulajadi Nabolon, memohon kepada Bapa kita agar kita diajari agar tetap kembali kepada ajar-nya. Apa yang saya katakan ini, adalah dari hati saya yang tulus. Mari kita kembali dan berpegang pada ajaran Bapa kita. Itulah yang saya tekankan kepada anak-anak kami sekalian, dan juga kepada bapak-bapak, ibuibu sekalian. Bapak pemusik kami, apapun yang saya katakan tadi, saya memohon kasih Bapa kita semoga menjadi cita-cita yang menjadi amanah agar berguna bagi anak-anak kami, berguna bagi bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian. Terimakasih pemusik kami, semua permintaan kami, dan juga yang kami tidak tahu meminta, tadi telah digenapi ihutan kita. Jadi pemusik kami perdengarkanlah gondang Tuhan kita, pada acara hari ini semoga kedatangan kami dibenarkan, agar kami lebih mengenal diri, menahan diri, agar kami selalu berdamai... 49

57 Kemudian gondang dimainkan dan suhut manortor. Setelah manortor, suhut kemudian berkata : berkata : berkata : Mauliate ma tukkang nami, baen ma gondang habengeton nai, gabe gogo mai di au marmuduhon akka ianakkonhu hot digonggoman Nai. Artinya : Terimakasih pemusik kami, perdengarkanlah gondang yang menjadi kekuatan bagiku untuk membimbing dan mengajari anak-anakku agar tetap dalam naungan-nya. Kemudian gondang dimainkan dan suhut manortor. Setelah manortor, suhut Mauliate ma amang, baen ma gondang ni Amantai, Raja Nasiakbagi, amanta pangihutantai, asa anggiat tongtong hami diiring-iring, dipargogoi, asa unang hami tarlandit tu naso tupa tu lomo ni rohana. Artinya : Terimakasih pemusik kami, perdengarkanlah gondang Bapa kita, Raja Nasiakbagi, Bapa pemimpin kita. Agar kita selalu dibimbing, diberi kekuatan, kita tidak terjatuh di tempat yang tidak diinginkannya. Kemudian gondang dimainkan dan suhut manortor. Setelah manortor, suhut Mauliate ma amang nunga dioloi ho pangidoan nami. Baenma gondang sitio hasahatan i, asi ma roha ni Ompunta martua Debata dohot saluhut akka amanta namarsangap namartua dohot sahala habonaranna, sahat ma hita leleng mangolu ojak di panggabean. Artinya : Terimakasih pemusik kami, permintaan kami telah engkau kabulkan. Perdengarkanlah gondang sitio hasahatan, semoga kasih Ompung Mulajadi Nabolon dan semua yang kudus dan mulia, serta semua roh kebenarannya, kita diberi umur panjang dan selalu dalam damai sejahtera. Kemudian gondang dimainkan dan suhut manortor. Gondang ini sekaligus 50

58 mengakhiri gondang dari suhut. Selanjutnya Ihutan berdiri dan berkata : Nunga dipodahon Amanta I taringot tu partinandaan, mananda nauli, mananda na roa, mananda na denggan dohot mananda naso denggan. Patik ido gabe sorminon di parngoluon, patik ido gabe tungkot dipardalanan, jala patik i gabe sulu-sulu di haholomon ni roha. Nunga diparhatutu hamu na angka naung salpui, naso tarolophon hamu si lasni roha ni Amanta Raja Nasiakbagi di naung pinatupa muna nasailaon. Atik pei tarida do goarmu di gonggoman ni Raja Nasiakbagi. Alai tung tadok pe hita porsea tu Debata, tung tadok pe hita parmalim, manang parugamo malim, ia so marroha do hita di hamalimon i, ia so mangolu do hita di hamalimon i, ia so olo hita ditata hamalimon i, mangula angka ulaonta siganup ari, ragam-ragam ni angka sibolusonta si ganup ari, dang marhaposan hita tu Debata atik pe tadok hita parmalim, tarida ma angka halumlamon, tarida ma angka pargadombusan na tongtong tubu di tonga-tonganta, marisuang do pangajaran nabadia i tu hita. Molo sai margadombus do hita paihut-ihut pingkiranta sandiri, dang taboto mangarajai simanghudapta, ai so maringanan di bagasan badanta patik ni Debata, dang mangolu di hita hata ni Debata, marisuang do saluhut angka ulaontai. Ianggo sintong do hita marngoluhon ajar hamalimon i, marroha hamalimon hita, marngolu hamalimon jala martondi hamalimon, tarsahap do dame i tu hita. Jadi, ingkon di parrohai patik ido hita, patik ima mangajari hita marroha, ingkon ditata patik ido hita jala di toto hita mardalan di hasintongan di bagasan haporseaon tu Debata. Tunduk ma hita tu Debata. Tunduk ma hita tu Debata jala taoloi ma aturan ni Debata, unang tatompas. Ima namangajari hita mardame-dame hita sama hita, ido diida Amantai. Jadi nuaeng, sangkap ni roha muna nunga dipasahat hamu marhite pelean puji-pujian tu Debata. Manang ahape namasa, tu Debata do hita pasahathon puji-pujian, ai Ompunta Debata do namanjadihon hita. Jadi hamu hasuhuton, nunga dipasahat hamu gajut namarisi parbue, sai toropma hamu dijoloan niari on pasu-pasuon ni Ompunta Debata hot di gonggoman ni Amanta Patuan Raja Malim. Dilehon ma sininta ni rohamu jala rap hita mangidohon tu Ompunta Debata. Sai disahaphon Ompunta Debata ma sinta-sinta ni rohamu, lumobi dinamangido hasesaon ni dosa hamu sai disesa ma saluhut nasa dosa-dosamu, dilupahon mai sian parningotan-na disoadahon sian bagasan roha-na. Sai ditolopi angka namarsangap namartua I ma angka ulaon muna manang didia pe hamu maringanan ginonggom ni tondi ni Amanta Raja Nasiakbagi. Unang be lalap di parlinggoman ni haportibion on nasai patupahon pangiburuon, pangapianon dohot angka pangalaho nasai dipinsang patik. Hobas ma hita, taparbadia ma angka aturan ni Raja Nasiakbaagi anggiat nian dioloi angka pangidoanta. Jadi di hamu hasuhuton nang pinompar ni hasuhuton on naung sanga paboan-boan lomo ni rohana, missat ma hamu sian bangko naung salpui, muba ma sian pambahenan nasai mangalaosi poda dohot patik ni Raja Nasiakbagi. Ai sada asi ni roha ni Amanta Patuan Raja Malim doon di hamu molo olo hamu martinanda di 51

59 hasintongan naung niajarhonna I. Tapatupa ma halomoan ni Amantai ima marpangoloion jala marparulan di patik dohot uhum. Jadi hita saluhutna ama dohot ina, molo taparrohahon do namasa nahumaliang hita, tasorminton mai marhite patik dohot uhum ni Debata, botoonta do nasintong manang naso sintong na taulahon i. Molo dung sintong na taulahon i olophononta mai marhite pangalaho. Alai molo dipinsang patik ido i, manolsoli ma hita. Alai adong do dibahen haluaon, aek daon ni ngenge, topot-topot daon ni sala, manang ise na manopoti salana sian nasa rohana ido saean sala, na manggarar utang dosana sian nasa rohana ido saean dosa. Jadi unang be tapangolu dibagasan rohanta pangalaho hagigian ni Debata. On ma musu ni Debata, jala angka parroha si songonon ma naso dihalomohon Debata. Unang patimbo-timbo parbinotoan hita, patimbo-timbo sinadonganta. Jadi ipe amang panggual pargonsi, nunga jong-jong hami rap hasuhuton on, baen ma gondang somba nami tu Ompunta Debata Mulajadi Nabolon dohot tu saluhut sahala marsangap sahala martua i, sahat disahaphon Ompunta Debata ma sinta-sinta ni roha ni hasuhuton on jala ditolopi angka namarsangap namartuai ma angka si ulaonta, baenma amang Artinya : Bapa kita telah mengajarkan tentang mana yang baik dan mana yang tidak baik. Patik yang menjadi cerminan dalam hidup, patik itu tongkat dalam perjalanan, dan patik adalah cahaya penerang dalam kegelapaan hati kita. Kalian telah menyadari perbuatan-perbuatan kalian di hari-hari yang lalu, yang tidak bisa menyenangkan hati Bapa kita Raja Nasiakbagi. Tapi walaupun demikian nama kalian masih ada dalam lindungan Raja Nasiakbagi. Walaupun kita katakan kita percaya kepada Ompung Mulajadi Nabolon, kita kata katakan kita parmalim, tetapi kita tidak berjiwa hamalimon, kita tidak hidup dalam hamalimon, kita tidak mau diatur oleh hamalimon melakukan pekerjaan kita setiap hari, segala sesuatu yang akan kita lewati setiap hari kita tidak percaya kepada Ompung Mulajadi Nabolon walaupun kita katakan kita parmalim, akan terjadi kekacauan, akan terjadi keributan ditengah-tengah kita, ajaran suci yang ada pada kita akan sia-sia. Apabila kita selalu dalam keributan, terbawa pikiran kita sendiri, kita tidak bisa mengontrol mulut kita, karena Patik Ompung Mulajadi Nabolon tidak ada dalam diri kita. Apabila kita benar-benar hidup dalam ajar hamalimon, berjiwa hamalimon, hidup dalam hamalimon, kita akan damai. Jadi, kita harus dibimbing oleh patik. Patik yang mengajari kita, patik yang mengatur kita, dan kita dituntun berjalan dalam kebenaran dengan selalu percaya kepada Ompung Mulajadi Nabolon. Mari kita tunduk kepada Ompung Mulajadi Nabolon, tunduk dan lakukanlah aturan Ompung Mulajadi Nabolon, jangan kita langgar. Inilah yang mengajari kita berdamai, dan inilah yang diinginkan oleh Bapa kita. 52

60 Dan sekarang, niat baik kalian telah kalian sampaikan melalui persembahan puji-pujian kepada Ompung Mulajadi Nabolon. Apapun yang akan terjadi, kepada Ompung Mulajadi Nabolon kita menyampaikan pesembahan pujian kita karena Ompung Mulajadi Nabolon yang menjadikan kita. Jadi, kalian telah memberikan gajut berisi beras, semoga di hari yang akan datang kalian diberkati Ompung Mulajadi Nabolon dan hidup dalam lindungan Bapa kita Patuan Raja Malim. Semoga permintaan kalian dikabulkan dan kita bersamasama meminta kepada Ompung Mulajadi Nabolon. Semoga permohonan kalian dikabulkan terlebih agar dosa-dosa diampuni, dilupakan dari ingatan- Nya dihapuskan dari dalam hati-nya, diberkati semua yang kudus dan mulialah semua pekerjaan kita dimanapun kita berada dilindungan Bapa kita Raja Nasiakbagi. Janganlah larut dalam ajar dunia ini yang selalu menimbulkan kecemburuan dan semua perilaku yang dilarang patik, mari kita kuduskan aturan Raja Nasiakbagi agar semua permohonan kita dikabulkan. Jadi buat hasuhuton terlebih anak hasuhuton yang sempat terbawa-bawa keinginan sendiri, tinggalkanlah kebiasaan yang dulu, tinggalkanlah perbuatan yang selalu melanggar amanah dan patik Raja Nasiakbagi, karena satu karunia bagi kalian apabila mau mengenal kebenaran yang diajarkan-nya. Mari kita berikan keinginan Bapa kita yakni berperilaku sesuai dengan ajaran patik. Jadi kita semua bapak dan ibu sekalian, apabila kita perhatikan apa yang terjadi disekitar kita, kita cerminkan pada patik dan hukum Ompung Mulajadi Nabolon, kita akan tahu benar atau tidak apa yang kita lakukan tersebut. Apabila yang kita lakukan sudah benar, tunjukkan dari perbuatan, akan tetapi apabila dilarang oleh patik, kita akan menyesal. Tapi kita diberi satu jalan kebebasan air membesihkan yang kotor, maaf untuk kesalahan. Yang meminta maaf dari dalam hati yang tulus, kesalahannya akan selesai, dan yang membayar hutang dosa dari hati yang tulus dosanya akan selesai. Apabila kita sudah berada di jalan kebebasan tersebut, apa yang akan kita lakukan. Jadi janganlah kita tanamkan dalam hati kita apa yang dibenci Ompung Mulajadi Nabolon, karena itu adalah musuh Ompung Mulajadi Nabolon, dan orang yang demikian tidak diinginkan Ompung Mulajadi Nabolon. Kita tidak perlu meninggi-ninggikan pengetahuan kita, meninggi-ninggikan kekayaan kita. Jadi Bapak pemusik kami, disini kami berdiri bersama hasuhuton, perdengarkanlah gondang persembahan kami kepada Ompung Mulajadi Nabolon dan kepada semua yang kudus dan mulia, semoga Ompung Mulajadi Nabolon mengabulkan permohonan kami, pekerjaan kita diberkati semua yang kudus dan mulia, perdengarkanlah. Setelah Ihutan menyampaikan kata-kata tersebut, ihutan dan suhut kemudian manortor. Dalam tortor ini, ihutan memberkati si suhut. Sambil manortor ihutan 53

61 mengambil ulos yang dipakainya dan ditortorkan kepada si suhut. Setelah ihutan memberkati suhut dengan ulosnya, kemudian seluruh peserta upacara secara bergilir berdiri sambil menyalami suhut dan memberikan sidongkana. 16 Setelah selesai manortor, selanjutnya ihutan parmalim meminta gondang hasahatan. Ihutan kemudian berkata : Baenma hasahatan ni somba nami tu Ompung Mulajadi Nabolon namanjadihon langit, namanjadihon tano on, namanjadihon saluhut nasa na adong. Artinya : Perdengarkanlah gondang bahwa sembah kami telah sampai kepada Ompung Mulajadi Nabolon, yang menjadikan langit, menjadikan bumi, dan menjadikan segala yang ada kemudian gondang dimainkan, ihutan, suhut, dan seluruh peserta upacara manortor. Selanjutnya ihutan berkata : Baenma gondang hasahatan ni somba nami tu Tuhan Debata Natolu, tu Batara Guru, tu Batara Sori, dohot tu Bala Bulan Artinya : Perdengarkanlah gondang bahwa sembah kami telah sampai kepada Tuhan Debata Natolu, kepada Batara Guru, kepada Debata Sori, dan kepada Bala Bulan Kemudian gondang dimainkan, ihutan, suhut, dan seluruh peserta upacara manortor. Selanjutnya ihutan berkata : Baenma gondang hasahatan ni somba nami tu sahala ni inanta Siborudeakparujar Artinya : 16 Sidongka adalah sejumlah uang yang diberikan oleh peserta upacara kepada suhut (penyelenggara upacara). Menurut bapak R.M. Naipospos jumlah uang yang diberikan tidak dibatasi, tergantung dari niat hati yang memberikan. 54

62 Perdengarkanlah gondang bahwa sembah kami telah sampai kepada ibunda kita Siborudeakparujar kemudian gondang dimainkan, ihutan, suhut, dan seluruh peserta upacara manortor. Selanjunya ihutan berkata : Baenma gondang hasahatan ni somba nami tu sahala ni namboru nami Siborusaniangnaga naumpegang mual sitio-tio, partaoar nasumurungi Artinya : Perdengarkanlah gondang bahwa sembah kami telah sampai kepada namboru kami Siboru Saniangnaga yang memegang air suci, pengobat yang maha baik... kemudian gondang dimainkan, ihutan, suhut, dan seluruh peserta upacara manortor. Selanjutnya ihutan berkata : Baenma gondang hasahatan ni somba nami tu Ompunta Patuan Raja Uti, Uti na sora mate, Uti na sora matua, hasahatan ni somba, sipangidohon anak namarsangap dohot baru namartua Artinya : Perdengarkanlah gondang bahwa sembah kami telah sampai kepada Ompung Patuan Raja Uti, Uti yang tidak pernah mati yang tidak pernah tua, kepadanya kita sampaikan sembah kita Kemudian gondang dimainkan, ihutan, suhut, dan seluruh peserta upacara manortor. Selanjutnya ihutan berkata : Baenma gondang hasahatan ni somba nami tu Tuhanta Simarimbulubosi, pargogo naso hatudosan i Artinya : Perdengarkanlah gondang bahwa sembah kami telah sampai kepada Tuhan kita Simarimbulubosi yang mempunyai kekuatan yang tak tertandingi... Kemudian gondang dimainkan, ihutan, suhut, dan seluruh peserta upacara manortor. Selanjutnya ihutan berkata : 55

63 Baenma gondang hasahatan ni somba nami tu Rajanta Raja Naopatpuluopat, panggomal ni portibi pangarahut hata pangkansing ni desa naualu on Artinya : Perdengarkanlah gondang bahwa sembah kami telah sampai kepada Raja kita Raja Naopatpuluopat yang berkuasa di dunia ini Kemudian gondang dimainkan, ihutan, suhut, dan seluruh peserta upacara manortor. Selanjutnya ihutan berkata : Baenma gondang hasahatan ni somba nami tu Rajanta Sisingamangaraja, Raja panggomgomi Artinya : Perdengarkanlah gondang bahwa sembah kami telah sampai kepada Raja Sisingamangaraja, Raja pelindung kita Kemudian gondang dimainkan, ihutan, suhut, dan seluruh peserta upacara manortor. Kemudian ihutan berkata : Baenma gondang hasahatan ni somba nami tu rajanta Raja Nasiakbagi parajar sioloani Artinya : Perdengarkanlah gondang bahwa sembah kami telah sampai kepada Raja kita Raja Nasiakbagi, pengajar yang menjadi teladan bagi kita... Kemudian gondang dimainkan, ihutan, suhut, dan seluruh peserta upacara manortor. Gondang ini sekaligus mengakhiri upacara mardebata di alaman tahap yang pertama. Setelah gondang berhenti, seluruh peserta upacara mengucapkan horas...horas...horas... Selanjutnya seluruh peserta upacara makan malam bersama. Setelah makan malam kemudian gondang dimasukkan ke dalam rumah si suhut yang kemudian 56

64 diikuti dengan seluruh peserta upacara untuk mempersebahkan pelean habonaran. Selanjutnya Ihutan berdiri dan memimpin tonggo-tonggo (doa). Ihutan kemudian berkata : Mauliate ma hudok hami tu Ho ale Ompung Mulajadi Nabolon, ala Ho do namanjadihon hami, manjadihon saluhut nasa na adong. Nunga dibangkit Ho ale Ompung Debata ima amanami Raja Nasiakbagi tinindanghon hamalimonmu ima nadiingot ni hasuhuton on di ari nauli mula na denggan on mandok mauliate dohot mangido hasesaon ni dosa tu hasangaponmu, manitang pelean puji-pujian tu adopanmu ima asi-asim di hami. Marhite gondang sabangunan hami marsomba tu Ho ale Ompung Mulajadi Nabolon, tondi habonaranmi ma tongtong namandongani hami dohot mangiring-iring hami, diramothon ma badan nang tondi nami. Angkup ni i, ulian ni habonaranmu nunga hupatupa hami di atas ni mombang boru, ba ro ma nasida manjalo turpukna mansinganhon bagianna. Sahat hupelehon hami somba puji-pujian nami, sahat gabe hami jala horas. Mauliate ma hudok hami tu sahala ni Tuhan nami Tuhan Debata Natolu, Tuhan Bataraguru, Tuhan Harajaon Sori, Tuhan Balabulan. Nunga sahata saoloan hasuhuton on ale Ompung Debata Natolu mandok mauliate dohot mangido hasesaon ni dosa, martuahon saluhut asi ni roha dohot denggan ni basami di parngoluan nasida, manombahon pelean puji-pujian tu adopanmu nabadia i. Sian Ho do hagogoon ale Tuhan, sian Ho do parbinotoan, sian Ho do tondi na ias tondi hamalimon i. Suruhon ma habonaranmi ale Tuhan manata-nata nasida anggiat hot di gonggoman ni amanami Raja Nasiakbagi. Angkup ni i ale Tuhan, di saluhut angka parngoluan naung binolus nasida apuli ma nasida na tangis, hehei sian nasorat, tambai ma denggan ni parngoluan, parhorasan, bisuk dohot gogo. Tuhan ulian ni habonaranmu pasahaton nami ma pelean on di atas ni mombang boru, marsijalo turpukna ma nasida marsinganhon bagianna. Mamasu-masu ma nasida di hami jala manghorasi nabolon nang na metmet. Dipadao ma parmaraan ni badan nang parmaraan ni tondi. Mauliate ma hudok hami tu sahala ni ina nami Siborudeakparujar. Ajar ni ama nami Raja Nasikbagi do na diingot ni hasuhuton on ale inong di ari nauli mula na denggan on mandok mauliate dohot mangido hasesaon ni dosa tu hasangaponmi ala naung diparhatutu nasida do di parngoluan nasida parulan dohot pangalaho nasida siganup ari naung godang manimbil sian ajar hamalimonmi. Saluhut nai hujujur hami do ale inong akka pangalaosion nami doi, ala ni bojok ni roha dohot nasoada haporseaon nami. Dibahen i marningot ma hami di poda ni ama nami Raja Nasiakbagi namandok aek daon ni ngenge, topot-topot daon ni sala, marsiulak ma roham ale inong unang ma baloshon dosa dohot pangalaho nasida i tu parngoluan lumobi 57

65 nang tu partondion nasida. Tambai ma di hami ngolu na denggan, tamba ni parhorasan, hatoropon, bisuk nang dohot gogo. Angkup ni i ulian ni habonaranmu nunga hupatupa hami di atas ni mombang boru, ro ma nasida manjalo turpukna mansinganhon bagianna. Sahat hupelehon hami ma pelean on tu adopanmu nabadia i. Mauliate ma hudok hami tu sahala ni namboru nami Boru Saniangnaga, na umpegang mual sitio-tio naung pinasahatmu asa gabe parsombaan pujipujian tu Ompunta Mulajadi Nabolon, tu Ompunta Debata Natolu, tu Inanta nai pangampu nai pangulosi i, dohot tu saluhut naung marsiakbagi humonghop hami. Ale namboru uhum tinindanghon ni ama nami Raja Nasiakbagi na diingot ni hasuhuton on manombahon puji-pujian tu Ompunta Debata Mulajadi Nabolon dohot tu hasangaponmi namboru. Asima roham di hami saluhut ginonggom ni tondi ni ama nami Raja Nasiakbagi, mangidohon tu Ompunta Debata Mulajadi Nabolon, di apuli ma hami akka natangis, di sesei akka nasorat. Marsiulak ma roham namboru, asi ma roham marhite mual napinegangmi natau taoar mai di hami. Di ari marsangap mula na denggan on ro hasuhuton on mandok mauliate dohot mangido hasesaon ni dosa tu Ompung Debata Mulajadi Nabolon, sai di urasi ma parngoluan nasida lumobi nang dohot partondian nasida. Nang di ulian ni habonaranmu ale namboru naung hupatupa hami di atas ni mombang boru, ro ma nasida manjalo turpukna mansinganhon bagianna. Sahat hupelehon hami somba puji-pujian on tu adopanmu nabadia i. Mauliate ma hudok hami tu saluhut hamu akka namarsangap namartua sitindang hata ni Ompung Debata Mulajadi nabolon di banua tonga on. Tu sahala ni Raja nami Patuan Raja Uti, tu sahala ni Tuhan nami Tuhan Simarimbulubosi, tu sahala ni Raja nami Raja Naopatpuluopat. Ale Raja nami namarsangap namartua, Ho do hasahatan nami, uhum tinindanghon ni ama nami Raja Nasiakbagi naniuluhon ni hasuhuton on di ari nauli ari nadenggan on mandok mauliate dohot mangido hasesaon ni dosa manitang pelean puji-pujian tu Ompunta Mulajadi Nabolon mardongan gondang sabangunan. Janghon ma haroro nami marsomba ale Raja nami, sahat marsiulak ma rohamu manambai asi-asi di hami, denggan ni parngoluan nami, tamba ni parhorasan, angkup ni hatoropan, bisuk dohot gogo. Suruhon ma haboranmi tongtong manghopol hami, dipadao ma sian hami parmaraan ni daging nang parmaraan ni tondi. Angkup ni i, ulian ni akka habonaranmu pe ale Raja nami nunga hupatupa hami di atas ni mombang boru. Ro ma nasida manjalo turpukna mansinganhon bagianna. Sahat hupelehon hami ma pelean puji-pujian on tu adopan ni hamu saluhut sahala marsangap sahala martua sitindang hata ni Ompung Debata Mulajadi Nabolon di banua tonga on. Mauliate ma hudok hami tu sahala ni Raja nami Raja Sisingamangaraja, singa mangalompoi singa naso halompoan. Mauliate ma hudok hami tu Ho 58

66 among Raja Nasiakbagi, among Raja Tubu, Raja Sitau-tau, Patuan Raja Malim.Nunga marsiakbagi hamu among manghonghop hami, mangugamohon hata ni Ompunta Mulajadi Nabolon siparngoluan nami ima napinatuduhon ni hasuhuton on ale among Raja Nasiakbagi di ari nauli mula nadenggan on manitang pelean puji-pujian tu Ompunta Debata Mulajadi Nabolon marhite goarmu nabadia i. Urupi ma nasida among, rimpun ma hata pangidoan nami mangelek-elek tu Ompunta Mulajadi Nabolon. Nunga diboto Ho among akka naringkot tu parngoluan hasuhuton on, sahaphon ma pasu-pasum tu nasida asa lam togu haporseaon nasida hot di patik dohot di uhum na tinindanghonmi, mardongan gondang sabangunan hami marsomba. Nang di ulian ni habonaranmu pe ale among Raja Nasiakbagi nunga hupatupa hami di atas ni mombang boru, ro ma nasida manjalo turpukna mansinganhon bagianna. Sahat hupelehon hami somba puji-pujian nami on Artinya : Terimakasih kami ucapkan kapadamu Ompung Mulajadi Nabolon, karena Engkau yang menjadikan kami, manjadikan segala yang ada. Engkau telah mengutus bapa kami Raja Nasiakbagi menegakkan kesucianmu, hal inilah yang diingat hasuhuton di hari yang baik awal yang baik ini mengucapkan terimakasih serta memohon pengampunan dosa kepadamu yang mulia, membawa persembahan puji-pujian kepadamu yang menjadi berkat bagi kami. Bersama gondang sabangunan kami menyembah kepadamu Ompung Mulajadi Nabolon, roh kebenaranmu selalu menyertai kami, memberkati badan dan jiwa kami. Kepada roh kebenaranmu telah kami sediakan di atas mombang boru, agar mereka hadir untuk menerima bagiannya masingmasing, kami persembahkan sembah puji-pujian kami, kiranya damai sejahtera bagi kami selalu. Terimakasih kami ucapkan kepada Tuhan kami Debata Natolu, Tuhan Bataraguru, Tuhan Harajaon Sori, Tuhan Balabulan. Hasuhuton telah seiasekata Ompung Debata Natolu untuk mengucapkan terimakasih serta memohon pengampunan dosa kepadamu yang mulia. Berterimakasih atas semua kasih dan karuniamu dalam kehidupan mereka, mempersembahkan puji-pujian kehadapanmu. Tuhan kekuatan, pengetahuan, serta kesucian berasal dari padamu, berikanlah roh kebenaranmu ya Tuhan membimbing mereka agar tetap dalam lindungan bapa kami Raja Nasiakbagi. Selain itu Tuhan, dalam hidup yang sudah mereka lewati berkatilah mereka yang menangis, berikan kehidupan yang lebih baik, damai sejahtera serta kekuatan. Tuhan, untuk roh kebenaranmu yang baik akan kami persembahkan yang telah tersedia di atas mombang boru, agar mereka hadir untuk menerima bagiannya masing-masing, diberkatilah kami yang besar maupun yang kecil, dijauhkan roh jahat dari badan dan jiwa kami. 59

67 Terimakasih kami ucapkan kepada Ibunda kami Siborudeakparujar. Ajar bapa kami Raja Nasiakbagi yang diingat hasuhuton di hari yang baik awal yang baik ini mengucapkan terimakasih dan memohon pengampunan atas dosadosa mereka kepadamu, karena mereka telah sadar akan perilaku dan perbuatan mereka dalam hidupnya sehari-hari yang telah banyak menyimpang dari ajar hamalimon. Semuanya kami sadari adalah karena kami ingkar, karena kelemahan kami, serta lemahnya keyakinan kami. Oleh karena itu, mengingat amanah bapa kami Raja Nasiakbagi yang mengatakan air untuk membersihkan yang kotor, mohon maaf untuk perbuatan yang salah. Ampunilah kami, jangan Engkau balas dosa dan perbuatan mereka kepada hidup dan jiwa mereka. Berikanlah kehidupan yang lebih baik bagi kami, damai sejahtera serta kekuatan. Selain itu untuk roh kebenaranmu telah kami sediakan diatas mombang boru, agar mereka hadir untuk menerima bagiannya masing-masing. Kami persembahkan sembah kami kapadamu yang kudus dan mulia. Terimakasih kami ucapkan kepada namboru kami Boru Saniangnaga, yang memegang air suci yang Engkau berikan agar menjadi persembahan pujipujian kami kepada Ompung Mulajadi Nabolon, kepada Tuhan Debata Natolu, kepada Ibunda yang kudus dan mulia, serta kepada semua yang telah menderita karena kami. Namboru, hukum yang di ajarkan bapa kami Raja Nasiakbagi yang diingat hasuhuton mempersembahkan puji-pujian kepada Ompung Mulajadi Nabolon dan kepadamu namboru. Kasihanilah kami semua lindungan roh bapa kami Raja Nasiakbagi memohon kepada Ompung Mulajadi Nabolon, diberkatilah kami yang menangis, diringankan beban hidup kami. Ampunilah kami namboru melalui air suci yang engkau pegang kiranya menjadi obat bagi kami. Di hari yang baik awal yang baik ini hasuhuton datang mengucapkan terimakasih serta memohon pengampunan dosa kepada Ompung Mulajadi Nabolon. Terimalah sembah dan pujian kami, kasihanilah kami memohon kepada Ompung Mulajadi Nabolon, agar hidup dan jiwa mereka diberkati. Demikian juga untuk roh kebenaranmu telah kami sediakan di atas mombang boru, agar mereka hadir menerima bagiannya masing-masing. Kami persembahkan sembah kami ini kepadamu yang mulia. Terimakasih kami ucapkan kepada semua yang kudus dan mulia yang menegakkan firman Ompung Mulajadi Nabolon di dunia ini. Kepada Raja kami Patuan Raja Uti, kepada Tuhan kami Tuhan Simarimbulubosi, kepada Raja kami Raja Naopatpuluopat. Raja kami yang kudus dan mulia, engkaulah tujuan kami, hukum yang diajarkan bapa kami Raja Nasiakbagi yang dilaksanakan hasuhuton di hari yang baik awal baik ini mengucapkan terimakasih dan memohon pengampunan dosa mempersembahkan puji-pujian kepada Ompung Mulajadi Nabolon bersama gondang Sabangunan. Terimalah kedatangan kami menyembah kepadamu, ampunilah kami, berikanlah berkat bagi kami, hidup yang lebih baik, damai sejahtera, kesehatan dan kekuatan. Berikanlah roh kebenaranmu agar selalu menyertai kami. Selain itu untuk roh 60

68 kebenaranmu telah kami sediakan di atas mombang boru, agar mereka hadir menerima bagiannya masing-masing. Kami persembahkan puji-pujian kami kehadapan semua yang kudus dan mulia yang telah menegakkan firman Ompung Mulajadi Nabolon di bumi ini. Terimakasih kami ucapkan kepada Raja kami Sisingamangaraja. Terimakasih juga kami ucapkan kepada bapa kami Raja Nasiakbagi, Raja yang lahir, Raja Maha tau, Patuan Raja Malim. Engkau telah menderita karena kami, mengajarkan firman Ompung Mulajadi Nabolon agar menjadi pegangan hidup kami, inilah yang dilaksanakan hasuhuton di hari yang baik awal yang baik ini membawa persembahan puji-pujian kepada Ompung Mulajadi Nabolon melalui namamu yang kudus, tolonglah mereka bapa, kabulkanlah permohonan kami memohon kepada Ompung Mulajadi Nabolon. Engkau Mahatau bapa apa yang baik untuk hidup hasuhuton. Berkatilah mereka agar iman mereka semakin kuat dan tetap berpegang pada patik dan hukum yang Engkau ajarkan. Bersama gondang sabangunan kami menyembahmu. Dan kepada semua roh kebenaranmu telah kami sediakan di atas mombang boru, agar mereka hadir untuk menerima bagiannya masing-masing. Kami persembahkan puji-pujian kami. Setelah ihutan mengucapkan tonggo (doa) tersebut, kemudian gondang dimainkan dan seluruh peserta upacara manortor. Setelah manortor, ihutan kemudian duduk di tempat yang telah disediakan. Acara selanjutnya adalah manortor dari masing-masing kelompok yaitu kelompok ama (bapak), kelompok ina (ibu), dan kelompok naposo bulung (muda-mudi). Atas Kesepakatan bersama, kelompok yang pertama manortor adalah kelompok ina (ibu). Kemudian semua ina (ibu) berdiri, dan salah seorang dari ina (ibu) bertindak sebagai pemimpin kelompok atau yang mewakili untuk meminta gondang. Pemimpin kelompok kemudian berkata : Mauliate jala santabi ma di punguan napinarsangapan, jongjong nuaeng hami dison namangoloi hami di jou-jou ni hasuhuton on ima dinamangulahon aturan tinonahon ni amanta Raja Nasiakbagi hita. Ba ipe amang pande nami, ala marmula do nauli marmula do na denggan, baen ma amang gondang mula-mula i. Artinya : Terimakasih dan mohon maaf kepada punguan yang kami hormati, disini kami berdiri dalam rangka menghadiri panggilan dari hasuhuton untuk 61

69 melaksanakan aturan bapa kita Raja Nasiakbagi. Bapak kami yang pintar, karena bermula yang indah bermula yang baik, perdengarkanlah gondang mula-mula. Kemudian gondang mula-mula dimainkan, dan semua kelompok ina (ibu) manortor. Selanjutnya pemimpin kelompok berkata : Mauliate ma amang pande nami, baenma gondang somba nami tu sahala habonaran ni Ompunta Debata Mulajadi Nabolon dohot namarsangap namartua na di banua ginjang. Artinya : Terimakasih bapak kami yang pintar, perdengarkanlah gondang sembah kami kepada roh kebenaran Ompung Debata Mulajadi Nabolon dan roh kebenaran yang kudus dan mulia yang ada di benua atas. Kemudian gondang dimainkan dan semua kelompok ina (ibu) manortor. Selanjutnya pemimpin kelompok berkata : Mauliate ma amang pande nami, baenma gondang somba nami tu sahala habonaran ni saluhut namarsangap namartua na di banua tongaon, anggiat diihuthon habonarannai hami tongtong, mangaramoti, mangajar-ajari hami. Baenma amang. Artinya : Terimakasih bapak kami yang pintar, perdengarkanlah gondang persembahan kami kepada roh kebenaran semua yang kudus dan mulia yang ada di bumi ini, semoga roh kebenarannya selalu mengikuti kami, melindungi dan mengajari kami. Perdengarkanlah. Kemudian gondang dimainkan dan semua kelompok ina (ibu) manortor. Selanjutnya pemimpin kelompok berkata : Mauliate ma pande nami, baenma gondang somba nami tu saluhut sahala habonaran ni Ompunta Debata Mulajadi Nabolon, dibonarhon ma haroro nami, dibonarhon ma nang hobas nami. 62

70 Artinya : Terimakasih bapak kami yang pintar, perdengarkanlah gondang sembah kami kepada seluruh roh kebenaran Ompung Mulajadi Nabolon, dibenarkanlah kedatangan kami, dibenarkanlah pekerjaan kami. kemudian gondang dimainkan, dan semua kelompok ina (ibu) manortor. Selanjutnya pemimpin kelompok berkata : Mauliate ma pande nami, marasi ma Ompunta Debata manambai asi-asina di hita saluhut. Baenma amang sitio hasahatan i. Artinya : Terimakasih bapak kami yang pintar, semoga Ompung Mulajadi Nabolon semakin memberikan berkatnya bagi kita semua. Perdengarkanlah. Kemudian gondang dimainkan dan semua kelompok ina (ibu) manortor. Gondang ini sekaligus mengakhiri tortor dari kelompok ina (ibu). Setelah tortor dari kelompok ina (ibu), kemudian semua ina (ibu) kembali ke tempat semula. Dalam pelaksanaan tortor kelompok ini, penulis tidak menuliskan tortor dari kelompok yang lain karena yang menjadi inti, tujuan serta pelaksanaannya sama dengan tortor yang dilakukan oleh kelompok ina (ibu). Selanjutnya suhut berdiri dan berkata : Santabi godang ma di tonga-tonganta, nunga taulahon be sangkap ni roha nami mangido tu Ompunta Mulajadi Nabolon dohot tu saluhut sahala marsangap namartua godang ni asi-asina anggiat dilehon hasesaon ni dosa di hami, dilupahon mai sian parningotanna disoadahon sian bagasan rohana, jala ditambai di hami pasu-pasuna, tamba ni parhorason dohot denggan ni parngoluan. Ba ipe amang panggual pargonci nami baenma gondang somba elek-elek nami tu sahala habonaran ni parbanua ginjang, diihuthon ma hami tongtong tudiape hami mangalangka. Artinya : Saya minta maaf di tengah-tengah kita, telah kita laksanakan niat hati kami memohon berkat kepada Ompung Mulajadi Nabolon dan kepada semua yang 63

71 kudus dan mulia agar diberi pengampunan atas dosa-dosa kami, semoga dilupakan dari ingatannya ditiadakan dari dalam hatinya, serta memberikan berkatnya bagi kami, damai sejahtera serta kehidupan yang lebih baik lagi. Bapak pemusik kami, perdengarkanlah gondang permohonan kami kepada roh kebenaran parbanua atas, kemanapun kami melangkah roh kebenarannya mengikuti kami selalu. Kemudian gondang dimainkan dan semua keluarga dari suhut manortor. Selanjutnya suhut berkata : Mauliate ma amang, baenma gondang somba elek-elek nami tu sahala habonaran ni parbanua tongaon, di iringiring ma hami, di tangan-tangani, jala di ramoti ma akka si ulaon nami. Artinya : Terimakasih bapak kami, perdengarkanlah gondang sembah permohonan kami kepada roh kebenaran di bumi ini, kami di iringiring, dibimbing, serta diberkatilah semua pekerjaan kami. Kemudian gondang dimainkan dan semua keluarga dari suhut manortor. Selanjutnya suhut berkata : Mauliate ma amang, mangido dope hami, baenma gondang somba nami tu amanta Raja Nasiakbagi, asima roha ni amanta i mangidohon tu Ompung Debata Mulajadi Nabolon anggiat disahaphon pasu-pasunai di hami nang di hita saluhut. Artinya : Terimakasih pemusik kami, kami masih meminta, perdengarkanlah gondang sembah kami kepada bapa kita Raja Nasiakbagi, memohon kepada Ompung Debata Mulajadi nabolon memberikan berkatnya bagi kami dan bagi kita semua. kemudian gondang dimainkan dan semua keluarga dari suhut manortor. Selanjutnya suhut berkata : Baenma amang sitio-tio hasahatan i. Artinya : 64

72 Perdengarkanlah si tio hasahatan. Kemudian gondang dimainkan dan semua keluarga dari suhut manortor. Gondang ini sekaligus mengakhiri tortor suhut. Setelah suhut manortor, acara selanjutnya adalah Manggohi yaitu acara penutup. Kemudian ihutan berdiri dan berkata : Ta gohi ma ulaonta... Artinya : Marilah kita tutup acara kita... Kemudian seluruh peserta upacara berdiri. Selanjutnya ihutan berkata : Baenma gondang hasahatan ni somba nami tu sahala habonaran ni Ompunta Debata Mulajadi Nabolon. Artinya : Perdengarkanlah gondang bahwa sembah kami telah sampai kepada roh kebenaran Ompung Mulajadi Nabolon. Kemudian gondang dimainkan dan seluruh peserta upacara manortor. Selanjutnya ihutan berkata : Baenma gondang hasahatan ni somba nami tu sahala habonaran ni Ompunta Tuhan Debata Natolu. Artinya : Perdengarkanlah gondang bahwa sembah kami telah sampai kepada roh kebenaran Tuhan Debata Natolu. Kemudian gondang dimainkan dan seluruh peserta upacara manortor. Selanjutnya ihutan berkata : Baenma gondang hasahatan ni somba nami tu sahala habonaran ni inanta siborudeakparujar. 65

73 Artinya : Perdengarkanlah gondang bahwa sembah kami telah sampai kepada roh kebenaran ibunda kita siborudeakparujar. Kemudian gondang dimainkan dan seluruh peserta upacara manortor. Selanjutnya ihutan berkata : Baenma gondang hasahatan ni somba nami tu sahala habonaran ni namborunta boru Saniangnaga. Artinya : Perdengarkanlah gondang bahwa sembah kami telah sampai kepada roh kebenaran namboru kita boru Saniangnaga. Kemudian gondang dimainkan dan seluruh peserta upacara manortor. Selanjutnya ihutan berkata : Baenma gondang hasahatan ni somba nami tu sahala habonaran ni Ompunta Patuan Raja Uti. Artinya : Perdengarkanlah gondang bahwa sembah kami telah sampai kepada roh kebenaran Patuan Raja Uti. Kemudian gondang dimainkan dan seluruh pesrta upacara manortor. Selanjutnya ihutan berkata : Baenma gondang hasahatan ni somba nami tu sahala habonaran ni Tuhanta Tuhan Simarimbulubosi. Artinya : Perdengarkanlah gondang bahwa sembah kami telah sampai kepada roh kebenaran Tuhan kita Tuhan Simarimbulubosi. Kemudian gondang dimainkan dan seluruh peserta upacara manortor. Selanjutnya ihutan berkata : 66

74 Baenma gondang hasahatan ni somba nami tu sahala habonaran ni rajanta Raja Naopatpuluopat. Artinya : Perdengarkanlah gondang bahwa sembah kami telah sampai kepada roh kebenaran Raja kita Raja Naopatpuluopat. Kemudian gondang dimainkan dan seluruh peserta upacara manortor. Selanjutnya ihutan berkata : Baenma gondang hasahatan ni somba nami tu sahala habonaran ni Rajanta Raja Sisingamangaraja. Artinya : Perdengarkanlah gondang bahwa sembah kami telah sampai kepada roh kebenaran Raja kita Raja Sisingamangaraja. Kemudian gondang dimainkan dan seluruh peserta upacara manortor. Selanjutnya ihutan berkata : Baenma gondang hasahatan ni somba nami tu sahala habonaran ni amanta Raja Nasiakbagi di iring-iring ma hita tongtong hot di gonggoman Nai. Artinya : Perdengarkanlah gondang bahwa sembah kami telah sampai kepada roh kebenaran bapa kita Raja Nasiakbagi, kita dibimbing agar tetap dalam ajar bapa kita Raja Nasiakbagi. Kemudian gondang dimainkan dan seluruh peserta upacara manortor. Tortor ini sekaligus mengakhiri pelaksanaan upacara mardebata. Pada akhir gondang seluruh peserta upacara mengucapkan horas...horas...horas Fungsi Gondang Sabangunan dalam Upacara Pada pelaksanaan upacara Mardebata, ensambel Gondang Sabangunan mempunyai peranan yang sangat penting. Pemakaian Gondang Sabangunan tidak dapat dipisahkan dari tahapan upacara Mardebata di alaman atau di luar rumah, 67

75 karena melalui bunyi Gondang Sabangunan inilah segala pujian dan permohonan mereka dapat sampai kepada Ompung Mulajadi Nabolon. Bunyi Gondang Sabangunan merupakan perantara mereka dengan Ompung Mulajadi Nabolon, hal ini dapat dilihat dari tonggo-tonggo (doa) yang disampaikan oleh Ihutan, yaitu : Ima na niingot ni hasuhuton on di ari nadenggan mula nadenggan on mandok mauliate tu hasangaponmi ale Ompung Mulajadi Nabolon, dohot mangido hasesaon ni dosa nasida tu adopanmu nabadia I, sai unang ma baloshon tu parbadanon lumobi nang tu partondion nasida, ido umbaen naro hasuhuton on ale Ompung Mulajadi Nabolon manitang pelean puji-pujian tu adopanmu mardongan Gondang Sabangunan, tondi habonaranmi ma tongtong namandongani hami. Artinya : Inilah yang diingat oleh hasuhuton di hari yang baik awal yang baik ini mengucapkan terimakasih kepada-mu Ompung Mulajadi Nabolon, serta memohon pengampunan atas dosa-dosa mereka ke hadapan-mu yang mulia, dosa mereka jangan Engkau balas ke badan terlebih ke jiwa mereka, karena inilah suhut datang kepada-mu Ompung Mulajadi Nabolon membawa pelean persembahan puji-pujian bersama Gondang Sabangunan, roh kebenaran-mu yang selalu menemani kami. Untuk membahas fungsi Gondang Sabangunan dalam upacara Mardebata, penulis berpedoman kepada 10 fungsi musik yang dikemukakan Merriam (1964: ) yaitu : 1) Fungsi pengungkapan emosional, 2) Fungsi penghayat estetis, 3) Fungsi hiburan, 4) Fungsi komunikasi, 5) Fungsi perlambangan, 6) Fungsi reaksi jasmani, 7) Fungsi pengesahan lembaga social, 8) Fungsi yang berkaitan dengan norma-norma sosial, 9) Fungsi kesinambungan kebudayaan, 10) Fungsi pengintegrasian masyarakat. Dari ke-10 fungsi tersebut, penulis melihat ada 7 diantaranya yang terdapat pada upacara Mardebata. Ke-7 fungsi tersebut adalah sebagai berikut : 68

76 3.7.1 Fungsi Pengungkapan Emosional Hal ini dapat dilihat ketika mereka manortor, terlebih Suhut ketika mendengar bunyi melodi gondang sabangunan, sambil manortor mereka menangis menyesali perbuatan atau dosa-dosa yang telah mereka lakukan dalam hidupnya sehari-hari. Penyesalan ini dengan diiringi bunyi gondang sabangunan memancing emosi mereka, sambil menangis mereka memohon pengampunan kepada Ompung Mulajadi Nabolon dan penguasa lainnya atas dosa-dosanya akibat telah melanggar ajaranajaran Patik Fungsi Komunikasi Dalam upacara Mardebata, sebelum meminta Gondang selalu didahului dengan Martonggo (berdoa). Tonggo-tonggo (doa) ini berisikan puji syukur dan terimakasih serta permohonan pengampunan atas dosa-dosa kepada Ompung Mulajadi Nabolon dan penguasa lainnya. Mereka percaya bahwa tonggo (doa) yang mereka sampaikan akan saampai melalui bunyi Gondang Sabangunan. Pemakaian Gondang Sabangunan merupakan komunikasi yang vertikal antara manusia dengan Tuhannya. Dengan kata lain, setelah mereka menyampaikan puji syukur dan permohonan pengampunan dosa kepada Ompung Mulajadi Nabolon dalam bentuk tonggo (doa), maka semuanya itu akan sampai melalui bunyi Gondang Sabangunan Fungsi Reaksi Jasmani Kaitan fungsi ini dengan upacara Mardebata dapat dilihat ketika mereka mendengar bunyi melodi Gondang Sabangunan, secara spontan merangsang perasaan mereka untuk menggerakkan jasmani mereka dan melakukan tortor serta manatea. 69

77 Terlebih ketika mereka manortor somba, secara serempak mereka mengangkat kedua telapak tangan dan menyatukannya di depan dada. Dalam hal manortor, Mangaraja Asal (1985:1) mengatakan: Molo binege mangkuling ogung (mongmongan), tutu do roha manortor. Ia so manortor pe iba, ianggo daging niba marbinege soara ni ogung dohot taganing namarhutabungi, mardomu muse tu tabo ni soara ni sarune namaoutout i, sai manigor meoleol doi tu siamun tu siambirang. Sada jolma namarmudar Batak, molo binege do soara ni ogung sada bangunan, dang tarjua so manigor las rohana huhut mengkel jala naeng tortoranna hinorhon ni pangonjar ni hagiotna atik pe nian so diboto manortor. Asa marhite sian i dapot ma nuaeng antusan paboa namarsemangat situtu do gondang Batak Artinya: Apabila mendengar bunyi seperangkat gong, secara spontan timbul keinginan hati untuk menari. Walaupun tidak menari, namun mendengar bunyi gong dan gondang yang bergemuruh ditambah lagi bunyi sarune yang mendayu-dayu, badan kita langsung melenggak lenggok ke kanan dan ke kiri. Seseorang yang berdarah Batak, apabila mendengar bunyi seperangkat gondang sabangunan, tak dapat dipungkiri bahwa hatinya bergembira dan tertawa serta ingin menari karena didorong oleh keinginan hatinya walaupun dia tidak tahu menari. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gondang Batak benar-benar bersemangat Fungsi Hiburan Sebagaimana halnya musik berfungsi sebagai komunikasi, dimana melalui fungsi ini mereka mengadakan hubungan dengan Ompung Mulajadi Nabolon dan penguasa lainnya untuk meminta pengampunan atas dosa-dosanya, maka sebagai hasil dari permohonan tersebut mereka meyakini bahwa dosa-dosa mereka telah terampuni. Karena dosa-dosa mereka telah diampuni, mereka merasa telah memperoleh hidup yang baru yang membuat mereka merasa terhibur. 70

78 3.7.5 Fungsi Perlambangan Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya (lihat bab I) bahwa pelaksanaan upacara Mardebata bertujuan untuk meminta pengampunan atas dosa-dosa kepada Ompung Mulajadi Nabolon. Dengan melakukan upacara ini mereka percaya bahwa dosa-dosa mereka telah terampuni. Hal ini juga membawa kegembiraan bagi mereka. Dalam hal ini untuk menyampaikan permohonan pengampunan dosa, mereka menggunakan Gondang Sabangunan sebagai perantaraannya. Dari penjelasan ini dapat dilihat bahwa fungsi Gondang Sabangunan sebagi perlambang permohonan dosa dan sebagai perlambang kegembiraan mereka karena dosa-dosa mereka telah diampuni Fungsi Kesinambungan Kebudayaan Pemakaian gondang sabangunan dalam upacara mardebata akan mempertahankan salah satu alat musik tradisional batak toba. Pemakaian gondang sabangunan dalam setiap upacara adalah sebagai jaminan akan kelangsungan tradisi ini untuk masa yang akan datang Fungsi Pengintegrasian Masyarakat Telah dijelaskan sebelumnya bahwa gondang sabangunan merupakan media penyampaian permohonan kepada Ompung Mulajadi Nabolon dan penguasa lainnya. Permohonan ini merupakan permohonan bersama antara ihutan, suhut, dan peserta upacara yang lain agar dosa terampuni. Disini dapat dilihat kesatuan hati dan keinginan bersama parmalim dengan menyatukan tujuan mereka melakukan upacara untuk memohon pengampunan dosa dan memohon berkat dari Ompung Mulajadi Nabolon dan penguasa lainnya yang mereka percayai. 71

79 BAB IV TRANSKRIPSI DAN ANALISIS 4.1 Pemilihan Repertoar Gondang Yang Ditranskripsi Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa untuk proses pentranskripsian penulis memilih dua repertoar gondang yaitu gondang ni Tuhan dan gondang tu Raja Nasiakbagi. Kedua repertoar gondang ini merupakan dua diantara repertoar gondang yang diminta oleh suhut selaku penyelenggara upacara. Pemilihan kedua repertoar gondang ini dilatarbelakangi karena dalam kepercayaan parmalim diyakini bahwa Tuhan yaitu Tuhan Simarimbulubosi adalah yang memberikan berkat bagi yang menjalankan ajaran patik dan memberikan bura atau hukuman bagi yang melanggar patik atau orang-orang berdosa. Sedangkan Raja Nasiakbagi adalah perantara manusia kepada Ompung Mulajadi Nabolon dan penguasa lainnya. Selain itu, pada saat kedua repertoar gondang ini dimainkan sambil manortor, suhut menangis histeris menyesali dosa-dosa mereka. Sambil menangis mereka memohon agar dosa-dosa mereka diampuni Ompung Mulajadi Nabolon dan roh spiritual lainnya yang mereka percaya dapat melepaskan mereka dari belenggu dosa. 4.2 Proses Pentranskripsian Untuk mentranskripsikan kedua repertoar gondang, penulis berpedoman pada apa yang dikemukakan oleh Bruno Nettl (1964:68) yang mengatakan bahwa : di dalam pentranskripsian dan pendeskripsian suatu musik ada dua pendekatan yang dapat digunakan, yaitu : 1) pendekatan yang berdasarkan apa yang kita dengarkan lalu 72

80 mendeskripsikannya dan menganalisa, 2) pendekatan yang berdasarkan penglihatan kita dan kemudian menulis dan mendeskripsikannya. Demikian juga dalam analisa, dengan analisa kita akan lebih mengetahui hal-hal yang menarik dalam suatu musik. Charles Seeger (1971:23-24) mengatakan, metode untuk transkripsi adalah metode transkripsi preskriptif dan metode transkirpsi deskriptif. Metode transkripsi preskriptif hanya digunakan untuk menuliskan sebahagian tertentu yang menonjol dalam musik, dan tidak harus menuliskan secara lengkap tentang detaildetail yang terdapat dalam musik tersebut. Sedangkan metode transkripsi deskriptif merupakan cara pentranskripsian yang menuliskan secara terperinci dan mendetail dalam musik tersebut. Dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan metode deskriptif. Pada tahap awal penulis melakukan perekaman dan berusaha mentranskripsikan kedua repertoar gondang dengan memfokuskan pada suara sarune bolon sebagai pembawa melodi. Penulisan melodi sarune dilakukan dengan menuliskan seluruh gondang (nada lagu) dari hasil rekaman. Tujuan dari penulisan keseluruhan gondang (nada lagu) tersebut adalah dari panjangnya gondang akan dapat diketahui pengulanganpengulangan bentuk frase dan motif dari gondang yang dimainkan. Untuk menentukan hitungan dasar ketukan (beat), penulis mengambil bunyi hesek yang dibunyikan dalam penyajian ensambel gondang sabangunan. Bunyi hesek tersebut sekaligus menentukan metronon repertoar gondang. Kedua repertoar gondang yang ditranskripsi telah mempunyai pola meter tertentu, oleh karena itu untuk menentukan birama, meter dan ritemnya tidak begitu menyulitkan penulis dalam proses pentranskripsian. Dalam menuliskan kedua repertoar gondang, penulis menggunakan sistem notasi musik barat dengan menyertakan beberapa simbol khusus yakni dengan menggunakan 73

81 tanda kunci G yang diberi tanda kurung ( ) yang bertujuan agar nada-nada dari melodi yang dituliskan tidak diasosiasikan persis seperti nada-nada pada notasi barat. Selanjutnya nada asli dan nada dasar dari repertoar gondang ni Tuhan adalah nada D, sedangkan nada asli dan nada dasar dari repertoar gondang tu Raja Nasiakbagi adalah G, namun dalam penulisannya untuk mengefisienkan penggunaan tanda kromatis maka susunan nada-nada ditulis dalam tangga nada netral. 4.3 Transkripsi Kedua Repertoar Gondang 74

82 Gondang Ni Tuhan MM=75 75

83 76

84 Gondang tu Raja Nasiakbagi MM=95 77

85 78

86 4.4 Analisis Pada dasarnya dalam proses transkripsi sudah terjadi proses analisis, karena dalam proses tersebut telah dilakukan suatu pengamatan terhadap semua karakteristik musik yang ditranskripsikan. Dalam menganalisis kedua repertoar gondang, penulis mengacu kepada beberapa karakteristik dalam menganalisa melodi yang dikemukakan oleh Malm, yakni : 1) scale (tangga nada), 2) pitch centre (nada dasar), 3) range (wilayah nada), 4) frekwensi of note (jumlah pemakaian nada), 5) interval, 6) cadence patters (pola-pola kadens), 7) melodic form (formula melodi), 8) contour (kontur/grafik melodi) Tangga Nada Tangga nada merupakan urutan nada-nada terendah sampai nada-nada oktaf. Untuk menentukan tangga nada yang dipakai pada kedua repertoar gondang yaitu gondang ni Tuhan dan Gondang tu Raja Nasiakbagi, penulis berpedoman kepada pendapat yang dikemukakan Malm (1977:8) yang mengatakan bahwa cara menentukan tangga nada dapat dilihat dari nada pokok/modal. Nada pokok/modal yang dimaksud adalah nada-nada yang dipakai dalam repertoar gondang setelah ditranskripsikan. Selanjutnya tangga nada dikelompokkan menurut beberapa klasifikasi berdasarkan jumlah nada, yakni : diatonic (dua nada), tritonic (tiga nada), tetratonic (empat nada), pentatonic (lima nada), heksatonic (enam nada). Dalam kaitannya dengan kedua repertoar gondang yang ditranskripsi, maka keduanya termasuk ke dalam tangga nada pentatonic (lima nada). Adapun tangga nada tersebut adalah : Gambar (1) Tangganada repertoar Gondang Ni Tuhan 79

87 Gambar (2) Tangganada repertoar Gondang tu Raja Nasiakbagi Namun untuk mempermudah penulis dalam melakukan kerja analisis, maka nada asli dari sarune bolon yang ditranskripsi kemudian ditransposisi. Untuk repertoar Gondang Ni Tuhan, nada asli dari sarune bolon diturunkan sebanyak Second Mayor, yakni dari D menjadi C yang diberi simbol 2M. Sedangkan untuk repertoar Gondang tu Raja Nasiakbagi nada asli dari sarune bolon dinaikkan sebanyak Kwart Murni, yakni dari G menjadi C yang diberi simbol 4M. Nada-nada inilah yang selanjutnya digunakan untuk dianalisis. Dengan demikian hasil transposisi terhadap nada diatas menjadi : Gambar (3) Tangganada repertoar Gondang Ni Tuhan setelah di transposisi Gambar (4) Tangganada repertoar Gondang tu Raja Nasiakbagi setelah ditransposisi Nada Dasar Tonalitas atau nada dasar adalah nada yang dipakai sebagai dasar untuk menentukan nada mana yang menjadi patokan dasar dalam suatu lagu (dalam hal ini 80

88 repertoar gondang). Nettl (1964: ) mengatakan bahwa untuk menentukan nada dasar dari sebuah komposisi musik ada beberapa cara, yakni : 1) patokan yang paling umum adalah melihat nada mana yang sering dipakai dan nada mana yang jarang dipakai dalam komposisi tersebut, 2) kadang-kadang nada yang harga ritmisnya besar dianggap nada dasar walaupun jarang dipakai, 3) nada pada bagian tengah komposisi dianggap mempunyai fungsi penting dalam komposisi tersebut, 4) nada yang menduduki posisi paling rendah dalam tangga nada atau pada posisi tepat di tengah-tengah dapat dianggap penting, 5) interval-interval yang terdapat pada nada kadang-kadang dipakai sebagai patokan, 6) adanya tekanan ritmis pada sebuah nada juga bisa dipakai sebagai patokan tonalitas, 7) harus diingat bahwa ada barangkali gaya-gaya musik yang mempunyai sistem tonalitas yang tidak bisa dideskripsikan dengan patokan-patokan diatas. Untuk mendeskripsikan sistem tonalitas seperti itu, cara terbaik tampaknya adalah pengalaman lama dan pengenalan akrab dengan gaya musik tersebut. Dengan melihat ketujuh metode diatas, maka dalam menentukan nada dasar dari kedua repertoar gondang yang ditranskripsi, penulis memakai metode (cara) pertama yakni nada yang paling sering digunakan. Sehingga dapat diketahui bahwa nada dasar dari gondang ni Tuhan adalah nada D sedangkan nada dasar dari gondang tu Raja Nasiakbagi adalah nada E Range (wilayah nada) Wilayah nada adalah daerah (ambitus) nada yang frekwensinya paling rendah dengan nada yang frekwensinya paling tinggi dalam satu komposisi lagu. Setelah penulis mentranskripsikan kedua repertoar gondang, maka dapat dilihat dalam kedua repertoar wilayah nada yang digunakan. 81

89 Gambar (5) Wilayah Nada repertoar Gondang Ni Tuhan Wilayah nada yang terdapat pada gondang ni Tuhan adalah dari G G I Gambar (6) Wilayah Nada Gondang tu Raja Nasiakbagi Wilayah nada yang terdapat pada gondang tu Raja Nasiakbagi adalah daro G-G Frekwensi Pemakaian Nada Untuk mengetahui frekwensi pemakaian nada dari kedua repertoar gondang penulis mengacu pada apa yang dikemukakan oleh Nettl bahwa untuk mendeskripsikan modus lagu paling tidak harus menyebut nada mana yang berfungsi sebagai nada dasar (tonal centre), nada-nada yang terpenting dalam lagu itu, nada-nada yang hanya dipakai sebagai nada awal atau pendamping nada lain, dan sebagainya. Lebih lanjut dikatakan bahwa gambaran tangga nada dan modus disampaikan melalui notasi (tangga nada). Ditulis diatas garis paranada dengan harga-harga yang menandai fungsi-fungsi nada, dan membedakan nada yang sering walaupun yang jarang dipakai dalam komposisi. Nada dasar biasanya dituliskan sebagai not utuh, nada penting lainnya sebagai not setengah, nada biasa sebagai not seperempat, nada biasa (nada yang jarang muncul) sebagai not seperdelapan atau seperenambelas (1964:146). Berdasarkan apa yang dikemukakan diatas, maka frekwensi pemakaian nada dari repertoar gondang ni Tuhan adalah : 82

90 Gambar (7) Jumlah pemakaian nada pada repertoar Gondang Ni Tuhan. Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa nada yang sering muncul adalah nada D yaitu sebanyak 355 kali, nada E sebanyak 303 kali, nada C sebanyak 222 kali, nada F sebanyak 137 kali, dan nada G sebanyak 27 kali. Sedangkan untuk repertoar gondang tu Raja Nasiakbagi frekwensi pemakaian nadanya adalah : Gambar (8) Jumlah pemakaian nada pada repertoar Gondang tu Raja Nasiakbagi Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa nada yang paling sering muncul adalah nada E yaitu 221 kali, nada F 193 kali, nada D 146 kali, nada G 49 kali, dan nada C 16 kali Interval Interval adalah jarak antara satu nada ke nada berikutnya. Pada repertoar gondang ni Tuhan, jenis interval yang digunakan adalah Prime Murni (1P), Second minor (2m), Second Mayor (2M), Ters minor (3m), Ters Mayor (3M), Kwart Perfect (4P), dan Kwint Perfect (5P). Sedangkan pada repertoar gondang tu Raja Nasiakbagi interval yang digunakan adalah Prime Murni (1P), Secong minor (2m), Second Mayor (2M), Ters minor (3m), Ters Mayor (3M), dan Septime minor (7m). Semua interval tersebut cara 83

91 penghitungannya dengan mempertimbangkan adanya nada-nada yang naik dan turun, kecuali pada interval Prime Murni yang tidak mempunyai interval naik dan turun. Susunan interval yang terdapat pada kedua repertoar gondang dapat dilihat pada tabel berikut : Distribusi Interval Gondang Ni Tuhan Interval Naik Turun Jumlah Prime Murni Second minor Second Mayor Ters minor Ters Mayor Kwart Perfect Kwint Perfect Jumlah 1016 Keseluruhan Gbr (7) Distribusi Interval Gondang Ni Tuhan Distribusi Interval Gondang Tu Raja Nasiakbagi Interval Naik Turun Jumlah Prime Murni Second minor Second Mayor

92 Ters minor Ters Mayor Septime minor Jumlah 706 Keseluruhan Gbr (8) Distribusi Interval Gondang Tu Raja Nasiakbagi Melodic Form (Bentuk Melodi) Bentuk adalah hubungan diantara bagian-bagian dari suatu komposisi termasuk hubungan diantara melodis dan ritmis (Nettle 1964: ). Dalam menganalisa bentuk, Malm menawarkan beberapa pendapat antaralain: 1) repetitive yaitu bentuk nyanyian yang diulang-ulang, 2) Iterative yaitu bentuk nyanyian yang memakai melodi kecil dengan kecenderukan pengulangan-pengulangan seluruh nyanyian, 3) Reverting yaitu bentuk nyanyian yang terjadi pengulangan pada frasa pertama setelah terjadi penyimpangan-penyimpangan melodis, 4) Progresive yaitu bentuk nyanyian yang terus dengan menggunakan materi melodi yang selalu baru. Berdasarkan keterangan diatas, penulis melihat bahwa bentuk melodi dari kedua gondang yang ditranskripsikan adalah Repetitive. Hal ini disimpulkan karena terjadinya pengulangan-pengulangan dalam perjalanan melodinya Analisis Bentuk Gondang Ni Tuhan Perjalanan melodi gondang ni Tuhan sebenarnya terdiri dari 6 (enam) bentuk yaitu : A-B-C-D-E-F. Namun di dalam perjalanan melodinya terjadi 3 (tiga) kali pengulangan dari bentuk A, 1 (satu) kali pengulangan pada bentuk B, 4 (empat) kali pengulangan pada bentuk C, 1 (satu) kali pengulangan pada bentuk D, dan 1 (satu) kali 85

93 pengulangan pada bentuk F. Sehingga perjalanan melodi gondang ni Tuhan menjadi : A- B-C-D-A-C-C-E-D-A-B-C-C-F-F-A. Perjalanan melodi gondang ni Tuhan dimulai dari frasa pembuka yaitu mulai dari birama 1 sampai birama 5 ketukan ke 3. setelah frasa pembuka dilanjutkan dengan bentuk A yang dimulai dari birama 5 ketukan ke 3 sampai birama 13 ketukan ke 3 nada pertama. Bentuk B dimulai dari birama 13 ketukan 3 nada ke 2 sampai birama 17 ketukan ke 3. bentuk C dimulai dari birama 17 ketukan 4 sampai birama 21 ketukan 3 nada pertama. Bentuk D dimulai dari birama 21 ketukan 3 nada ke 2 sampai birama 35. kemudian terjadi pengulangan bentuk A yang dimulai dari birama 36 sampai birama 41 (pada bentuk ini terjadi pengembangan dari bentuk A). Selanjutnya terjadi pengulangan bentuk C mulai dari birama 42 sampai birama 45. Kemudian terjadi pengulangan bentuk C mulai dari birama 46 sampai birama 49 ketukan 3 nada pertama. Selanjutnya terjadi bentuk baru yaitu bentuk E mulai dari birama 49 ketukan 3 nada ke 2 sampai birama 51 ketukan 3 nada pertama. Kemudian terjadi pengulangan bentuk D mulai dari birama 51 ketukan 3 nada ke 2 sampai birama 65. Selanjutnya terjadi pengulangan bentuk A mulai dari birama 66 sampai birama 73 ketukan 4 nada pertama. Kemudian pengulangan bentuk B mulai birama 73 ketukan 4 nada ke 2 sampai birama 77. terjadi lagi pengulangan bentuk C mulai birama 78 sampai birama 81 ketukan 4 nada pertama. Selanjutnya terjadi pengulangan bentuk C dimulai dari birama 81 ketukan 4 nada ke 2 sampai birama 85 ketukan 4 nada pertama (bentuk ini merupakan pengembangan dari bentuk C). Kemudian terjadi bentuk yang baru yaitu bentuk F mulai dari birama 85 ketukan 4 nada ke 2 sampai birama 89 ketukan 4 nada pertama. Selanjutnya terjadi pengulangan bentuk F mulai dari birama 89 ketukan 4 nada ke 2 sampai birama 94 ketukan pertama. Kemudian pada 86

94 bagian penutup adalah merupakan pengulangan dari bentuk A mulai dari birama 94 ketukan ke 2 sampai birama 103. secara keseluruhan untuk melihat perjalanan bentuk melodi gondang ni Tuhan dapat dilihat pada contoh berikut ini : Bentuk A Bentuk B Bentuk C Bentuk D Bentuk A1 Bentuk C Bentuk C Bentuk E 87

95 Bentuk D Bentuk A Bentuk B Bentuk C Bentuk C1 Bentuk F Bentuk F Bentuk A 88

96 Analisis Bentuk Gondang tu Raja Nasiakbagi Perjalanan melodi gondang tu Raja Nasiakbagi terdiri dari 2 (dua) bentuk dasar yaitu A dan B. Namun di dalam perjalanan melodinya terjadi 2 (dua) kali pengulangan dari bentuk B, sehingga keseluruhan perjalanan melodi tersebut menjadi 4 (empat) bentuk yaitu : A-B-B-B. Perjalanan melodi Gondang tu Raja Nasiakbagi di mulai dari frasa pembuka yaitu pada birama 2 ketukan 3 sampai birama 5 ketukan 2 nada pertama. Bentuk A dimulai dari birama 5 ketukan 2 nada ke 2 sampai birama 19 ketukan ke 2 nada pertama. Bentuk B dimulai dari birama 19 ketukan 2 nada ke 2 sampai birama 33 ketukan 2 nada pertama. Kemudian terjadi pengulangan bentuk B mulai dari birama 33 ketukan 2 nada ke 2 sampai birama 47 ketukan 2 nada pertama. Kemudian pada bagian penutup terjadi lagi pengulangan bentuk B mulai dari birama 47 ketukan 2 nada ke 2 sampai birama 61. Untuk melihat bentuk melodi gondang tu Raja Nasiakbagi lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh berikut : Bentuk A Bentuk B 89

97 Bentuk B Bentuk B Frasa Frasa adalah bagian-bagian dari bentuk perjalanan melodi Analisis Frasa Gondang Ni Tuhan Frasa-frasa yang terdapat pada gondang ini terdiri dari frasa pembuka yang dimulai dari birama 1 ketukan ke 2 sampai birama 4 ketukan 3. Selain frasa pembuka, frasa-frasa yang terdapat pada gondang ini adalah : a,a1,a2,a3,b,c,c1,d,d1,e,f. Frasa a dimulai dari birama 5 ketukan ke 4 sampai birama 8 ketukan 3. Terjadi pengulangan frasa a mulai birama 9 ketukan 4 sampai birama 12 ketukan 3 nada pertama. Frasa b dimulai dari birama 13 ketukan 3 nada ke 2 sampai birama 17 ketukan 3 nada ke 2. frasa c dimulai dari birama 17 ketukan 4 sampai birama 21 ketukan 3 nada pertama. Frasa d dimulai dari birama 21 ketukan 3 nada ke 2 sampai birama 25 ketukan 3 nada pertama. Kemudian terjadi pengulangan frasa d mulai dari birama 25 ketukan 3 nada ke 2 90

98 sampai birama 27 ketukan 3 nada pertama. Kemudian terjadi lagi pengulangan frasa d mulai birama 27 ketukan 3 nada ke 2 sampai birama 31 ketukan 3 nada pertama. Terjadi lagi pengulangan frasa d mulai dari birama 31 ketukan 3 nada ke 2 sampai birama 35. Selanjutnya terjadi pengulangan frasa a mulai birama 36 sampai birama 39. kemudian terjadi lagi pengulangan frasa a yang diikuti dengan pengembangan sehingga membentuk frasa yang baru yaitu a1 mulai dari birama 40 sampai birama 41. kemudian terjadi pengulangan frasa c mulai dari birama 42 sampai birama 45. terjadi lagi pengulangan frasa c mulai birama 46 sampai birama 49 ketukan 4 nada pertama. Frasa e dimulai dari birama 49 ketukan 4 nada ke 2 sampai birama 51 ketukan 3 nada pertama. Kemudian terjadi pengulangan frasa d mulai birama 51 ketukan 3 nada ke 2 sampai birama 55 ketukan 3 nada pertama. Terjadi lagi pengulangan frasa d mulai birama 59 ketukan 3 nada ke 2 sampai birama 63 ketukan 3 nada pertama. Terjadi lagi pengulangan frasa d yang diikuti dengan pegembangan sehingga membentuk frasa yang baru yaitu d1 mulai birama 63 ketukan 3 nada ke 2 sampai birama 65. Selanjutnya pengulangan frasa a dan diikuti pengembangan sehingga membentuk frasa baru yaitu a2 mulai dari birama 66 sampai birama 69. kemudian terjadi lagi pengulangan frasa mulai birama 70 sampai birama 73 ketukan 4 nada pertama. Selanjutnya terjadi pengulangan frasa b mulai birama 73 ketukan 4 nada ke 2 sampai birama 77. kemudian terjadi pengulangan frasa c mulai birama 78 sampai birama 81 ketukan 4 nada pertama. Selanjutnya pengulangan frasa c dengan pengembangan sehingga membentuk frasa baru yaitu frasa c1 mulai birama 81 ketukan 4 nada pertama sampai birama 85 ketukan 4 nada pertama. 91

99 Frasa f dimulai dari birama 85 ketukan 4 nada ke 2 sampai birama 89 ketukan 4 nada pertama. Terjadi pengulangan frasa f mulai birama 89 ketukan 4 nada ke 2 sampai birama 94 ketukan pertama. Kemudian terjadi pengulangan frasa a2 mulai birama 94 ketukan 2 sampai birama 98 ketukan pertama. pada bagian penutup merupakan pengulangan frasa a yang diikuti pengembangan sehingga membentuk frasa baru yaitu a3 mulai birama 98 ketukan 2 sampai birama 103. Contoh frasa a Contoh frasa a1 Contoh frasa a2 Contoh frasa a3 Contoh frasa b Contoh frasa c Contoh frasa c1 Contoh frasa d 92

100 Contoh frasa d1 Contoh frasa e Contoh frasa f Analisis Frasa Gondang tu Raja Nasiakbagi Frasa-frasa yang terdapat pada Gondang tu Raja Nasiakbagi terdiri dari frasa pembuka yaitu mulai birama 2 ketukan 3 sampai birama 5 ketukan 2 nada pertama. Selain frasa pembuka, frasa-frasa yang terdapat pada gondang ini adalah frasa a,b,c,c1, dan c2. Frasa a terjadi pada birama 5 ketukan 2 nada ke 2 sampai birama 11 ketukan 3 nada pertama. Frasa b terjadi pada birama 11 ketukan 3 nada ke 2 sampai birama 19 ketukan 2 nada pertama. Frasa c terjadi pada birama 19 ketukan 2 nada ke 2 sampai birama 25 ketukan 3 nada pertama. Kemudian terjadi pengulangan frasa b mulai birama 25 ketukan 3 nada ke 2 sampai birama 33 ketukan 2 nada pertama. Pengulangan frasa c mulai birama 33 ketukan 2 nada ke 2 sampai birama 39 ketukan 3 nada pertama. Terjadi lagi pengulangan frasa b mulai birama 39 ketukan 3 nada ke 2 sampai birama 47 ketukan 2 nada pertama. Kemudian terjadi lagi pengulangan frasa c yang diikuti pengembangan sehingga membentuk frasa baru yaitu frasa c1 mulai birama 47 ketukan 2 nada ke 2 sampai birama 51 ketukan 3 nada pertama. 93

101 Selanjutnya terjadi pengulangan frasa b mulai birama 51 ketukan 3 nada ke 2 sampai birama 59 ketukan 2 nada pertama. Pada bagian penutup adalah pengulangan frasa c yang diikuti dengan pengembangan sehingga membentuk frasa baru yaitu frasa c2 mulai birama 59 ketukan 2 nada ke 2 sampai birama 61. Contoh frasa a Contoh frasa b Contoh frasa c Contoh frasa c1 Contoh frasa c Pola-Pola Kadensa Pola kadensa adalah nada-nada yang dipergunakan pada akhir tiap frasa melodi (dalam hal ini yang dimaksud adalah tiga nada terakhir). Seperti kita ketahui bahwa frasafrasa yang terdapat pada Gondang Ni Tuhan adalah : a,a1,a2,a3,b,c,c1,d,d1,e,f. 94

102 Untuk melihat kadensa dari tiap akhir frasa tersebut, penulis mengambil bagian dua birama akhir dari frasa yang dimaksud. Sedangkan untuk menjelaskan nada-nada yang menjadi kadensa, penulis membuat tanda (...). kadensa yang terdapat pada frasafrasa tersebut adalah : Frasa a diakhiri dengan nada c-c-c frasa a1 diakhiri dengan nada e-e-c Frasa a2 diakhiri dengan nada e-f-g Frasa a3 diakhiri dengan nada g-d-d Frasa b diakhiri dengan nada e-e-c Frasa c diakhiri dengan nada d-c-c Frasa c1 diakhiri dengan nada d-c-c Frasa d Diakhiri dengan nada e-d-c Frasa d1 diakhiri dengan nada c-c-c Frasa e 95

103 diakhiri dengan nada d-c-c Frasa f dakhiri dengan nada c-c-c Sedangkan frasa untuk gondang tu Raja Nasiakbagi adalah frasa a,b,c,c1, dan c2. Polapola kadensa pada frasa tersebut yaitu : Frasa a diakhiri dengan nada f-e-e Frasa b diakhiri dengan nada d-c-e Frasa c diakhiri dengan nada f-e-e Frasa c1 diakhiri dengan nada f-e-e Frasa c2 dakhiri dengan nada f-g-d 96

104 BAB V PENUTUP 5.1 Rangkuman Ugamo Malim atau Parmalim adalah salah satu kepercayaan asli Batak Toba yang masih ada dan tetap hidup dan berkembang hingga saat ini. Kepercayaan Ugamo Malim didirikan oleh Raja Sisingamangaraja sekitar tahun 1870 yang merupakan upaya beliau untuk menghadapi ajaran-ajaran keagamaan dan penjajah yang datang dari luar tanah Batak. Setelah wafatnya Raja Sisingamangaraja, kepemimpinan parmalim (ugamo malim) dilanjutkan oleh Raja Mulia Naipospos seorang murid (sisean) Raja Sisingamangaraja (sebagai generasi pertama pimpinan parmalim), beliau disebut Ihutan Bolon parmalim. Sebelum wafatnya Raja Mulia Naipospos beliau telah menyerahkan tugas kepemimpinannya kepada putra tunggalnya yaitu Raja Ungkap Naipospos (generasi kedua pimpinan parmalim). Dan Raja Ungkap Naipospos kemudian mewariskan tugas kepemimpinannya tersebut kepada putra sulungnya yaitu Raja Marnangkok Naipospos (generasi ketiga pimpinan parmalim hingga sekarang). Kepercayaan parmalim merupakan kepercayaan yang bersumber pada adat dan tradisi Batak Toba. Adat batak yang murni dan ugamo malim adalah saling mendukung. Hal ini dapat dilihat dari penganutnya yang mayoritas adalah suku Batak Toba, bahasa pengantar yang digunakan dalam peribadatannya adalah bahasa batak toba, pakaian yang selalu memakai ulos dalam setiap peribadatan, serta pemakaian gondang sabangunan maupun gondang hasapi dalam beberapa upacara keagamaan. 97

105 Ugamo Malim menurut penganutnya adalah Dalan Pardomuan Dompak Debata (jalan untuk dapat bertemu dan berkomunnikasi dengan Tuhan). Salah satu cara untuk dapat berkomunikasi dan berhubungan dengan Tuhan adalah dengan melakukan upacara mardebata yaitu upacara yang dilakukan sebagai sarana ritual pembersihan diri dari dosa dan kesalaham yang dilakukan seseorang atau keluarga dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam pelaksanaan upacara mardebata untuk dapat berkomunikasi memohon pengampunan dosa kepada Ompung Mulajadi Nabolon dan penguasa lainnya, parmalim menyampaikannya melalui bunyi musik Gondang Sabangunan (manortor), serta melalui pelean yang bersih (bersaji) yang dipimpin oleh Ihutan Parmalim. Pelaksanaan upacara mardebata tidak terlepas dari penyertaan gondang sabangunan karena gondang sabangunan mempunyai peranan yang sangat penting yaitu sebagai media penyampaian pujian dan permohonan kepada Ompung Mulajadi Nabolon dan penguasa lainnya. Gondang Sabangunan juga berfungsi sebagai pengiring tortor bagi seluruh peserta upacara dalam mengikuti jalannya upacara. Dalam hal ini Gondang sabangunan juga berperan sebagai pelean. Adapun repertoar gondang yang dipilih sebagai bahan untuk transkripsi adalah Gondang Ni Tuhan dan Gondang tu Raja Nasiakbagi. Pada perjalanan melodi kedua repertoar gondang terdapat pengulangan-pengulangan frasa dan bentuk dengan penambahan variasi ritmis dan melodi. Pada penggunaan gondang sabangunan dalam upacara mardebata ini, penulis melihat terdapat 7 (tujuh) dari 10 (sepuluh) fungsi musik yang ditawarkan A.P.Merriam yaitu fungsi pengungkapan emosonal, fungsi komunikasi, fungsi hiburan, fungsi perlambangan, fungsi kesinambungan kebudayaan, dan fungsi pengintegrasian masyarakat. 98

106 5.2 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap pelaksanaan upacara mardebata di desa Siregar, penulis mengambil beberapa kesimpulan bahwa upacara mardebata merupakan salah satu upacara ritual parmalim yang sifatnya personal (private ritual). Adapun upacara ini dilakukan bertujuan untuk memohon pengampunan dosa kepada Ompung Mulajadi Nabolon dan penguasa lainnya. Dengan demikian, menurut kepercayaan mereka diyakini bahwa dosa yang telah dilakukan telah terampuni. Upacara mardebata merupakan simbol kemenangan iman bagi masyarakat parmalim yang sekaligus membawa mereka kepada kehidupan yang baru (ngolu naimbaru) yang membuat mereka merasa tenteram dan damai. Seluruh rangkaian upacara mardebata disertai dengan daupa (asap kemenyan) dan aek pangurason (air suci), pelean (sesaji), serta gondang sabangunan. Dalam upacara mardebata antara gondang (musik) dan tonggo (doa) mempunyai hubungan yang erat, dan dapat dikatakan bahwa tonggo merupakan pujian dan permohonan dalam bentuk verbal-tekstual, sedangkan gondang merupakan pujian dan permohonan dalam bentuk simbolik bunyi (sounds simbolic). Akhir kata penulis menyadari bahwa tulisan ini belum dapat dikatakan sempurna, karena tentu masih banyak hal-hal yang perlu dilakukan demi penelitian objek tersebut diatas. Untuk itu penulis mengharapkan sekali masukan-masukan, kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan tulisan ini. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya. 99

107 DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1991/1992. Naskah Pemaparan Budaya Spiritual Organisasi Ugamo Malim (parmalim). Bogor. Tanpa penerbit. Damanik, Abdi Mulia Studi Deskriptif dan Musikologis Gondang Sabangunan dalam Upacara Parsahadatan Sipaha Lima Parmalim di Desa Hutatinggi Kecamatan Laguboti Kabupaten Tapanuli Utara. Skripsi Sarjana. Medan : Universitas Sumatera Utara. Durkheim, Emile Sejarah Agama. Yogyakarta : IRCISOD Endraswara, Suwardi Metode, Teori, Tehnik Penelitian Kebudayaan, Ideologi, Epistemologi dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Widyatama. Harahap, Irwansyah Rasionalisasi Religius dalam Diskursus Keagamaan di Indonesia : kasus Parmalim Batak Toba. Jurnal Antropologi Indonesia no 61. Harahap, Irwansyah Gondang Batak dalam Ritual Parmalim : Makna dan Aspek Performatif. Makalah Seminar Peringatan 100 tahun gugurnya Pahlawan Nasional Raja Sisingamangaraja XII. Hutahaean, Desmond TP Studi eskriptif dan Musikologis Gondang Hasapi pada Upacara Ritual Parmalim Sipaha Sada di Hutatinggi kec. Laguboti kab. Tapanuli Utara. Skripsi Sarjana. Medan : Universitas sumatera Utara. Hutasoit,M Gondang dohot Tortor Batak. Tarutung : Silindung. Koentjaraningrat Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia. Koentjaraningrat Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Baru. Merriam, Alan P The Anthropology of Music. Bloomington, Indiana : University Press. Naiborhu, Torang Gondang Hasapi : Fungsinya pada Upacara Ritual Parmalim Sipaha Sada Batak Toba.Etnomusikologi, Jurnal Ilmu Pengetahuan dan seni. Medan. Naipospos, RM Haporseaon Ni Halak Batak dohot Hamalimon Niugamohon Ni Raja Nasiakbagi. Buku Pedoman tanpa penerbit. 100

108 Naipospos, RM. (tanpa tahun). Pustaha Parguruan Taringot Tu Ugamo Malim. Buku Pedoman tanpa penerbit. Nettl, Bruno Theory and Method in Etnomusicology. New york. Saifuddin Anshari, H. Endang Agama dan Kebudayaan. Surabaya : PT. Bina Mulia. Siahaan, Nalom Adat Dalihan Natolu Prinsip dan Pelaksanaannya. Soeharto, M Kamus Musik. Jakarta : PT Gramedia Widia Sarana Indonesia. Malm. William P Kebudayaan Musik Pasifik, Timur Tengah, dan asia. Diterjemahkan oleh M.Takari. Medan : Etnomusikologi. Universitas Sumatera Utara. Parmalim, Tunas Naimbaru Sulu, Media Informasi dan Komunikasi Parmalim edisi I. Buku Pedoman tanpa penerbit. Parmalim, Tunas Naimbaru Sulu, Media Informasi dan Komunikasi Parmalim edisi II. Buku Pedoman tanpa penerbit 101

109 DAFTAR INFORMAN Nama : R.M.Naipospos Umur : 67 tahun Pekerjaan : Pensiunan PNS Kodam I-Bukit Barisan Jabatan di Ugamo malim : Ihutan Parmalim Alamat : Jl. Seksama Gg Jaya 2 no 21, Medan Nama : Ir. M. Naipospos Umur : 50 tahun Pekerjaan : Wiraswasta Jabatan di Ugamo malim : Sekretaris Pusat Alamat : Hutatinggi-Laguboti Nama : S. Siregar Umur : 53 tahun Pekerjaan : Petani Jabatan di Ugamo Malim : - Alamat : Desa Siregar Nama : S. Sitorus Umur : 50 tahun Pekerjaan : Petani Jabatan di Ugamo Malim : Ulu Punguan Sihorbo/Pemain sarune Alamat : Desa Sihorbo Nama : S. Simanjuntak Umur : 54 tahun Pekerjaan : Wiraswasta Jabatan di Ugamo Malim : Ulu Punguan Medan

110 Alamat : Jl. Seksama Ujung no 215 Nama Umur Pekerjaan Alamat : W. Manurung : 56 tahun : Petani : Desa siregar Nama Umur Pekerjaan Alamat : M. Siregar : 56 Tahun : Kepala Desa Siregar : Desa Siregar

111 Lampiran 1 Pargonci Parmalim mengiringi pelaksanaan upacara mardebata Ihutan Parmalim meletakkan pelean ke dalam langgatan Ihutan Parmalim memimpin tonggo-tonggo (doa)

112 Ihutan parmalim dan peserta upacara sedang manortor Suhut sedang manortor Ihutan parmalim memberkati suhut

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Panaek Gondang merupakan salah satu ritual yang menjadi bagian dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Panaek Gondang merupakan salah satu ritual yang menjadi bagian dari seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Panaek Gondang merupakan salah satu ritual yang menjadi bagian dari seluruh rangkaian upacara adat perkawinan dalam masyarakat Mandailing,jika perkawinan tersebut

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang merupakan Negara kepulauan, memiliki

BAB. I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang merupakan Negara kepulauan, memiliki BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang merupakan Negara kepulauan, memiliki masyarakat yang terdiri dari berbagai etnis dan beragam budaya yang tampak pada kebiasaan-kebiasaan,

Lebih terperinci

GONDANG SABANGUNAN DALAM UPACARA MARDEBATA. H Adi Putra Sirait ABSTRAK

GONDANG SABANGUNAN DALAM UPACARA MARDEBATA. H Adi Putra Sirait ABSTRAK 51 GONDANG SABANGUNAN DALAM UPACARA MARDEBATA H Adi Putra Sirait ABSTRAK Gondang merupakan bagian dari kebudayaan musik suku Batak. Dalam upacara Mardebata pada sebagian masyarakat Batak gondang sabangunan

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR ISTILAH UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR ISTILAH Amang : Bapak Ari hatutubu : Hari kelahiran Ari holang : Hari cuti / istirahat Ari Sabtu : Hari Sabtu Bangke : Bangkai Banua ginjang : Benua atas Banua tonga : Benua tengah Banua toru :

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten yang tekstur wilayahnya bergunung-gunung. Tapanuli Utara berada

Lebih terperinci

GONDANG HASAPI: FUNGSINYA PADA UPACARA RITUAL PARMALIM SIPAHASADA BATAK TOBA

GONDANG HASAPI: FUNGSINYA PADA UPACARA RITUAL PARMALIM SIPAHASADA BATAK TOBA GONDANG HASAPI: FUNGSINYA PADA UPACARA RITUAL PARMALIM SIPAHASADA BATAK TOBA Torang Naiborhu Alan P. Merriam mengatakan bahwa fungsi musik merupakan masalah yang sangat penting dalam etnomusikologi, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal tersebut dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam budaya Batak Toba terdapat jenis Ragam Hias (Ornamen) yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam budaya Batak Toba terdapat jenis Ragam Hias (Ornamen) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam budaya Batak Toba terdapat jenis Ragam Hias (Ornamen) yang sarat dengan nilai serta banyak melahirkan karya yang memiliki kekhususan, citra unggul, unik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera Utara. Suku Batak Toba termasuk dalam sub etnis Batak, yang diantaranya adalah, Karo, Pakpak,

Lebih terperinci

Parhalaan Sejak zaman dahulu orang batak sudah mengetahui perjalanan bulan dan bintang setiap harinya. Parhalaan Batak adalah cerminan pane nabolon

Parhalaan Sejak zaman dahulu orang batak sudah mengetahui perjalanan bulan dan bintang setiap harinya. Parhalaan Batak adalah cerminan pane nabolon Parhalaan Sejak zaman dahulu orang batak sudah mengetahui perjalanan bulan dan bintang setiap harinya. Parhalaan Batak adalah cerminan pane nabolon hukum alam terhadap setiap manusia. Apa yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak.

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hula - hula dalam adat Batak Toba adalah keluarga laki-laki dari pihak istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. Hula - hula merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat

Lebih terperinci

GLOSARIUM. (menerangkan arti kata yang terdapat dalam bahasa Batak Toba sehubungan dengan judul. yang melanggar aturan.

GLOSARIUM. (menerangkan arti kata yang terdapat dalam bahasa Batak Toba sehubungan dengan judul. yang melanggar aturan. GLOSARIUM (menerangkan arti kata yang terdapat dalam bahasa Batak Toba sehubungan dengan judul tesis ini) Ban : Hukum atau siasat gereja dalam memberi sanksi kepada jemaat yang melanggar aturan. Bona pasogit

Lebih terperinci

UPACARA SIPAHA SADA PADA AGAMA PARMALIM DI MASYARAKAT BATAK TOBA DALAM KAJIAN SEMIOTIKA Oleh: Wiflihani Agung Suharyanto

UPACARA SIPAHA SADA PADA AGAMA PARMALIM DI MASYARAKAT BATAK TOBA DALAM KAJIAN SEMIOTIKA Oleh: Wiflihani Agung Suharyanto UPACARA SIPAHA SADA PADA AGAMA PARMALIM DI MASYARAKAT BATAK TOBA DALAM KAJIAN SEMIOTIKA Oleh: Wiflihani Agung Suharyanto Abstrak Bunyi gondang hasapi mengalun dari dalam parsantian (rumah ibadah) mengiringi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, beragam suku bangsa, kaya akan nilai budaya maupun kearifan lokal. Negara mengakui perbedaan

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMAN. 2. Nama : M. Simalango. : Pemusik dan Pengrajin Alat Musik. : Desa Salaon Kec. Ronggurni Huta. 3. Nama : J.

DAFTAR INFORMAN. 2. Nama : M. Simalango. : Pemusik dan Pengrajin Alat Musik. : Desa Salaon Kec. Ronggurni Huta. 3. Nama : J. DAFTAR INFORMAN 1. Nama : G. Sitohang : 74 Tahun : Pensiunan Penilik Kebudayaan Kecamatan Harian Pengrajin Alat Musik Traditional Batak Toba, Pemusik. : Desa Turpuk Limbong Harian Boho 2. Nama : M. Simalango

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Batak terdiri dari beberapa etnik yaitu Toba, Simalungun, Karo, Angkola/Mandailing dan Pakpak Dairi. Namun sekarang ini sebutan Batak hanya ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara majemuk yang kaya akan keragaman suku,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara majemuk yang kaya akan keragaman suku, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara majemuk yang kaya akan keragaman suku, budaya, agama, dan kepercayaan yang tersebar dari ujung Sabang sampai Merauke. Maka tak heran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Adat istiadat merupakan konsepsi pemikiran yang lahir sebagai rangkaian pemikiran manusia yang bersumber dari hakikat kemajuan akalnya. Sebelumnya disebut bahwa adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Orang Batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik manusia sebagai individu, manusia sebagai kelompok masyarakat. Kondisi ekonomi, sosial dan adat istiadat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik merupakan bunyi yang terorganisir dan tersusun menjadi karya yang dapat dinikmati oleh manusia. Musik memiliki bentuk dan struktur yang berbeda-beda dan bervariasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap masyarakat dalam kelompok masyarakat

Lebih terperinci

Kitab Debata Sori Sohaliapan

Kitab Debata Sori Sohaliapan Kitab Debata Sori Sohaliapan Putih Debata Sori Sohaliapan adalah pancaran kesucian Allah. Kitab ini berisi tatanan hidup manusia, mana yang dapat dilakukan dan mana yang tidak dapat dilakukan sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA Adat bagi masyarakat Batak Toba merupakan hukum yang harus dipelihara sepanjang hidupnya. Adat yang diterima

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN LUMBANJULU. Kecamatan Lumbanjulu adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Toba

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN LUMBANJULU. Kecamatan Lumbanjulu adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Toba BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN LUMBANJULU 2.1 Kondisi geografis Kecamatan Lumbanjulu Kecamatan Lumbanjulu adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir yang dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa penting tersebut dikaitkan dengan upacaraupacara yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari masyarakat karena mencakup aktivitas masyarakat dari tiap tiap

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari masyarakat karena mencakup aktivitas masyarakat dari tiap tiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan unsur kebudayaan yang dalam kehidupannya tidak lepas dari masyarakat karena mencakup aktivitas masyarakat dari tiap tiap daerah tempat kesenian itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk simbol yang mengandung arti yang beraneka ragam salah satunya digunakan sebagai sarana untuk mengekspresikan

Lebih terperinci

BAB II TRADISI KEBUDAYAAN MUSIK BATAK TOBA. yang tinggal di Sumatera Utara. Empat kelompok etnik lainnya yaitu Pakpak,

BAB II TRADISI KEBUDAYAAN MUSIK BATAK TOBA. yang tinggal di Sumatera Utara. Empat kelompok etnik lainnya yaitu Pakpak, BAB II TRADISI KEBUDAYAAN MUSIK BATAK TOBA 2.1 Gambaran Umum Masyarakat Batak Toba Batak Toba merupakan salah satu suku dari lima kelompok etnik suku Batak yang tinggal di Sumatera Utara. Empat kelompok

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Awal dari sebuah kehidupan adalah sebuah penciptaan. Tanpa adanya sebuah penciptaan maka kehidupan di muka bumi tidak akan pernah ada. Adanya Sang Pencipta yang akhirnya berkarya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Satuan pendukung kebahasaannya meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: )

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: ) 11. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Upacara Adat Upacara adalah sistem aktifitas atau rangkaian atau tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merayakan upacara-upacara yang terkait pada lingkaran kehidupan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Karo. Upacara atau perayaan berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh masyarakat adat batak toba. Sistem ini dalam arti positif merupakan suatu sistem dimana seseorang

Lebih terperinci

BAB II. IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk. 2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba

BAB II. IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk. 2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba BAB II IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk 2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba Pada tahun 1952 penduduk km 9 dan 10 yang sebahagian besar berasal dari toba samosir dan janjiraja yang beragama

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N

P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Sebagaimana telah kita ketahui, Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari berbagai-bagai pulau dari Sabang sampai Merauke, dan didiami oleh berbagai-bagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang memiliki kebudayaan tersendiri. Salah satu unsur kebudayaan itu adalah musik 1. Musik di dalam

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Semua etnis memiliki budaya yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI. pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan daerah pemekaran

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI. pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan daerah pemekaran BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI 2.1. Letak Geografis Desa Sigaol Marbun merupakan salah satu desa di Kecamatan Palipi yang berada di Kabupaten Samosir. Kecamatan Palipi terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keturunan maka penerus silsilah orang tua dan kekerabatan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keturunan maka penerus silsilah orang tua dan kekerabatan keluarga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan kebahagiaan, kebanggaan, penerus keturunan, serta harta kekayaan pada sebuah keluarga. namun tidak semua keluarga dapat memperoleh keturunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. memperoleh nilai secara finansial masyarakatnya, namun lebih kepada penonjolan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. memperoleh nilai secara finansial masyarakatnya, namun lebih kepada penonjolan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Upacara Pangurason dilaksanakan bukan semata ditampilkan untuk memperoleh nilai secara finansial masyarakatnya, namun lebih kepada penonjolan identitas masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara merupakan kebanggaan yang luar biasa bagi negaranya sendiri. Begitu juga dengan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spesifik akan memfokuskan pembahasan pada perubahan dan kontinuitas ritual

BAB I PENDAHULUAN. spesifik akan memfokuskan pembahasan pada perubahan dan kontinuitas ritual BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Skripsi ini akan membahas aspek ritual pembuatan taganing dan secara lebih spesifik akan memfokuskan pembahasan pada perubahan dan kontinuitas ritual pembuatan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN BIOGRAFI SINGKAT GUNTUR SITOHANG

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN BIOGRAFI SINGKAT GUNTUR SITOHANG BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN BIOGRAFI SINGKAT GUNTUR SITOHANG Pada bab II ini penulis akan membahas gambaran umum lokasi penelitian dan biografi singkat Guntur Sitohang. Namun sebelum membahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki kebudayaan sendiri yang menjadi ciri khas bagi setiap suku tersebut. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk komunikasi dan situasi. Kehidupan semacam inilah terjadi interaksi, dari hasil interaksi ini

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. penduduk, sistem kekerabatan, agama dan kepercayaan, dan sistem kesenian

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. penduduk, sistem kekerabatan, agama dan kepercayaan, dan sistem kesenian BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada bab ini merupakan penjelasan tentang gambaran secara umum wilayah penelitian, yang tidak hanya mengenai lokasi penelitian melainkan juga meliputi penduduk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa, yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan berbangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah adat Batak Toba atau yang disebut (Jabu) juga sangat sangat banyak ditemukan.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah adat Batak Toba atau yang disebut (Jabu) juga sangat sangat banyak ditemukan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Samosir merupakan sebuah pulau yang terletak ditengah-tengah Danau Toba. Daerah ini merupakan pusat kebudayaan masyarakat Batak Toba. Di pulau inilah lahir si

Lebih terperinci

BAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN

BAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN BAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN 2.1 Deskripsi Masyarakat Batak Toba di Kota Medan 2.1.1 Etnografi Kota Medan Kota Medan merupakan ibukota provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang memiliki kebiasaan, aturan, serta norma yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun adalah salah satu suku batak yang ada di Sumatera Utara. Sama seperti suku

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun adalah salah satu suku batak yang ada di Sumatera Utara. Sama seperti suku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Simalungun adalah salah satu suku batak yang ada di Sumatera Utara. Sama seperti suku batak yang lainnya, Simalungun mempunyai adat dalam setiap upacara salah

Lebih terperinci

Gambar 2. Silsilah si Raja Batak. c. Posisi duduk dalam ritual Batak

Gambar 2. Silsilah si Raja Batak. c. Posisi duduk dalam ritual Batak b. Tarombo Tarombo adalah silsilah, asal usul menurut garis keturunan ayah atau patrilineal dalam suku Batak. Sudah menjadi kewajiban bagi masyarakat suku bangsa Batak untuk mengetahui silsilahnya agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Samosir merupakan salah satu daerah pariwisata yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Samosir merupakan salah satu daerah pariwisata yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Samosir merupakan salah satu daerah pariwisata yang cukup terkenal di Indonesia.Keindahan alam dan pemandangan serta banyaknya peninggalan-peninggalan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 88 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari pembahasan pada Bab IV terdahulu dapat disimpulkan bahwa Bale Parsantian merupakan tempat untuk melakukan kegiatan keagamaan yaitu ibadah pada umat Parmalim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang terdiri dari banyak suku, bangsa, adat istiadat, agama, bahasa, budaya, dan golongan atas dasar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung

IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Singkat Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung 1. Punguan Pomparan Raja Silahisabungan Punguan Pomparan Raja Silahisabungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun antara perorangan dengan kelompok manusia. Hartomo, H (1997)

BAB I PENDAHULUAN. maupun antara perorangan dengan kelompok manusia. Hartomo, H (1997) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang hidup di suatu wilayah tertentu dan saling berinteraksi satu sama lain. Masyarakat yang saling berhubungan satu dengan

Lebih terperinci

TOR-TOR PADA UPACARA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT TAPANULI SELATAN

TOR-TOR PADA UPACARA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT TAPANULI SELATAN TOR-TOR PADA UPACARA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT TAPANULI SELATAN Deni Eva Masida Dalimunthe Program Studi Tari Jurusan Sendratasik Universitas Negeri Medan ABSTRAK Tapanuli Selatan adalah salah satu Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa wilayah di Indonesia. Di pulau Sumatera sendiri khususnya di Sumatera Utara, suku Batak bisa ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang Sabangunan dan Gondang Batak. Gondang Sabangunan (Gondang Bolon) untuk mengiringi upacara adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai suku, bahasa, budaya ataupun adat istiadat serta agama. Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai suku, bahasa, budaya ataupun adat istiadat serta agama. Bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, yang penduduknya terdiri dari berbagai suku, bahasa, budaya ataupun adat istiadat serta agama. Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan nenek moyang. Sejak dulu berkesenian sudah menjadi kebiasaan yang membudaya, secara turun temurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

3. Laklak Debata Bulan (Kitab Debata Bulan)

3. Laklak Debata Bulan (Kitab Debata Bulan) MERAH Menyala Bulan adalah cerminan kekuatan Allah. Kitab ini berisi kekuatan manusia dalam menjalani hidup termasuk bumi dan seni bela diri batak dalam menjalani hidup sehari-hari. 3. Laklak Debata Bulan

Lebih terperinci

DESKRIPSI MUSIK PADA PERTUNJUKAN OPERA BATAK DALAM CERITA PEREMPUAN DI PINGGIR DANAU OLEH PLOt (PUSAT LATIHAN OPERA BATAK) DI MEDAN

DESKRIPSI MUSIK PADA PERTUNJUKAN OPERA BATAK DALAM CERITA PEREMPUAN DI PINGGIR DANAU OLEH PLOt (PUSAT LATIHAN OPERA BATAK) DI MEDAN DESKRIPSI MUSIK PADA PERTUNJUKAN OPERA BATAK DALAM CERITA PEREMPUAN DI PINGGIR DANAU OLEH PLOt (PUSAT LATIHAN OPERA BATAK) DI MEDAN SKIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : TUMPAK JOSEPIN SINAGA NIM :

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO. 42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi

Lebih terperinci

JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FUNGSI, TEKNIK PERMAINAN INSTRUMENN DAN BENTUK PENYAJIAN MUSIK TRADISIONAL GONDANG G HASAPI KELUARGA SENI BATAK JAPARIS BAGI MASYARAKAT BATAK TOBA DI YOGYAKARTA RINGKASANN SKRIPSI Oleh Awal Ahmad Syahputra

Lebih terperinci

BAB II ETNOGRAFI MASYARAKAT BATAK TOBA DI HUMBANG HASUNDUTAN. Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan yaitu desa Pandumaan.

BAB II ETNOGRAFI MASYARAKAT BATAK TOBA DI HUMBANG HASUNDUTAN. Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan yaitu desa Pandumaan. BAB II ETNOGRAFI MASYARAKAT BATAK TOBA DI HUMBANG HASUNDUTAN 2.1 Keadaan Geografis Daerah Penelitian Geografis daerah penelitian berlokasi di sebuah kampung kecil di Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari beragam budaya dan ragam bahasa daerah yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mandailing adalah sekolompok masyarakat yang mendiami daerah pesisir barat daya daratan di Pulau Sumatera, tepatnya di Tapanuli Selatan. Pada masyarakat Mandailing

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan

BAB 1 PENDAHULUAN. adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan

Lebih terperinci

Pusat Aktivitas Ritual Ugamo Malim di Huta Tinggi Laguboti Toba Samosir

Pusat Aktivitas Ritual Ugamo Malim di Huta Tinggi Laguboti Toba Samosir Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik 4 (2) (2016): 182-195. Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jppuma Pusat Aktivitas Ritual Ugamo Malim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bakkara (2011) ada 3 Bius induk yang terdapat di Tanah Batak sejak awal peradaban bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Bakkara (2011) ada 3 Bius induk yang terdapat di Tanah Batak sejak awal peradaban bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghargai dan melestarikan warisan budaya leluhur adalah sebuah tugas mulia yang harus kita emban sebagai generasi penerus. Keterpurukan dan kepunahan warisan budaya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT BATAK TOBA TURPUK LIMBONG

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT BATAK TOBA TURPUK LIMBONG BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT BATAK TOBA TURPUK LIMBONG Pada bab II ini penulis akan membahas latar belakang masyarakat Batak Toba di desa turpuk limbong, termasuk gografi, topografi, ekonomi, pendidikan

Lebih terperinci

BAB II ONAN RUNGGU. atas permukaan laut. Wilayah Onan Runggu memiliki luas sekitar 60,89 Km 2

BAB II ONAN RUNGGU. atas permukaan laut. Wilayah Onan Runggu memiliki luas sekitar 60,89 Km 2 BAB II ONAN RUNGGU 2.1 Letak Geografis Onan Runggu adalah satu wilayah di Kabupaten Samosir yang terletak diantara 2 o 26 2 o 33 LU dan 98 o 54 99 o 01 BT dengan ketinggian 904 1.355 meter di atas permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Dairi, Nias, Sibolga, Angkola, dan Tapanuli Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Dairi, Nias, Sibolga, Angkola, dan Tapanuli Selatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi yang memiliki beberapa sub etnis, dimana setiap etnis memiliki kebudayaan atau ciri khas yang berbeda-beda kebudayaan. Ciri

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental diri objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DAN FUNGSI ENSAMBEL CHUI KO DALAM UPACARA BING YI GUAN PADA MASYARAKAT TIONGHOA DI YAYASAN BALAI PERSEMAYAMAN ANGSAPURA MEDAN

PENGGUNAAN DAN FUNGSI ENSAMBEL CHUI KO DALAM UPACARA BING YI GUAN PADA MASYARAKAT TIONGHOA DI YAYASAN BALAI PERSEMAYAMAN ANGSAPURA MEDAN PENGGUNAAN DAN FUNGSI ENSAMBEL CHUI KO DALAM UPACARA BING YI GUAN PADA MASYARAKAT TIONGHOA DI YAYASAN BALAI PERSEMAYAMAN ANGSAPURA MEDAN SKRIPSI SARJANA DISUSUN O L E H NAMA : HERBERT F. S NIM : 020707019

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai seperangkat norma, nilai, kepercayaan, adat-istiadat, aturan dan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai seperangkat norma, nilai, kepercayaan, adat-istiadat, aturan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya tersusun dari beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman budaya, suku dan kesenian yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung unsur-unsur irama, melodi, dan tempo. Disamping itu, musik juga merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut. BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang multikultural, hal ini terbukti dengan banyaknya suku bangsa di Indonesia yang mempunyai budaya berbedabeda. Perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN RUTH DEBORA MARBUN NIM: UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2014

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN RUTH DEBORA MARBUN NIM: UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2014 PARTAGANING PEREMPUAN DALAM TRADISI GONDANG SABANGUNAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA: STUDI KASUS DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN, KECAMATAN PARANGINAN, DESA LUMBAN BARAT SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E

Lebih terperinci