Penerapan model Almost Ideal Demand System ( AIDS ) pada pola konsumsi pangan rumah tangga nelayan di Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penerapan model Almost Ideal Demand System ( AIDS ) pada pola konsumsi pangan rumah tangga nelayan di Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas"

Transkripsi

1 Penerapan model Almost Ideal Demand System ( AIDS ) pada pola konsumsi pangan rumah tangga nelayan di Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas Kim Budiwinarto * ) * ) Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk : (1). mengetahui pola konsumsi pangan dan non pangan yang dapat digunakan sebagai indikator tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan, (2). menerapkan model AIDS untuk mengetahui pola konsumsi suatu komoditas kaitannya dengan jumlah tanggungan keluarga, harga komoditas itu sendiri, harga komoditas lain, dan pendapatan. Penelitian dilakukan terhadap rumah tangga nelayan di Kelurahan Karang Pucung KecamatanTambak Kabupaten Banyumas. Pendugaan parameter menggunakan metode Generalized Least Square (GLS) melalui persamaan Seemingly Unrelated Regression (SUR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi konsumsi pangan sebesar 80,76 %. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan masih belum membaik. Proporsi konsumsi pangan yang dominan adalah komoditas ikan laut sebesar 10,47%. Sedangkan elastisitas harga sendiri mempunyai tanda negatip, mengindikasikan bahwa komoditas itu adalah kebutuhan pokok. Elastisitas pendapatan bertanda positip, mengindikasikan bahwa komoditas itu adalah barang normal. Pada umumnya, elastisitas harga silang bertanda negatip, mengindikasikan bahwa antar komoditas pangan saling melengkapi. Pendahuluan Beberapa tahun terakhir ini, pemerintah berusaha untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat nelayan yang sebagian besar adalah rumah tangga miskin. Usaha pemerintah tersebut dilaksanakan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan c. q. Direktorat Jendral Pesisir dan Pulau-pulau Kecil melalui kegiatan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir ( PEMP ). Peningkatan pendapatan masyarakat selalu akan berdampak terhadap tingkat konsumsi dan pola konsumsi masyarakat tersebut. Atau dengan kata lain, dengan adanya perubahan tingkat pendapatan akan berpengaruh terhadap jumlah masing-masing barang yang dibeli akan berubah. Barang-barang yang dibeli bisa berupa pangan dan non pangan. 27

2 Permasalahan pangan banyak sekali dikaji oleh peneliti, baik dari sisi pola konsumsinya maupun dari sisi barangnya itu sendiri. Pola konsumsi pangan telah dijadikan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan rumah tangga. Makin besar tingkat pendapatan rumah tangga rumah tangga cenderung proporsi pengeluaran (konsumsi) untuk pangan makin kecil dan proporsi pengeluaran untuk non pangan makin tinggi. Keadaan seperti ini, suatu rumah tangga dikatakan tingkat kemakmuran ( kesejahteraan ) ekonominya semakin membaik. Pernyataan tersebut juga dikenal sebagai Hukum Engel, dimana Engel menarik generalisasi empiris tentang teori perilaku konsumen berdasarkan penelitian terhadap 153 keluarga di Belgia pada tahun 1857 ( Nicholson, 1995 ). Oleh karena itu, studi pola konsumsi rumah tangga dapat menggunakan metode sistem permintaan pasar yang didasarkan pada teori perilaku konsumen ( Teklu, et. al., 1992 ). Banyumas adalah salah satu kota yang memperoleh dana proyek PEMP pada tahun 2001 dan diperuntukkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan. Setelah masyarakat nelayan memperoleh dana tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana tingkat kesejahteraannya sekarang. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan pola konsumsi rumah tangga yang merupakan implikasi dari perubahan pendapatan rumah tangga. Untuk melihat pola konsumsi rumah tangga dapat menggunakan pengeluaran rumah tangga tersebut untuk berbagai komoditas. Konsumsi ( pengeluaran ) suatu rumah tangga untuk komoditas yang satu akan saling berkaitan dengan komoditas yanglain. Untuk itu, dalam mengkaji pola konsumsi rumah tangga memerlukan suatu model yang dapat menggambarkan pola konsumsi rumah tangga secara lengkap. Untuk membuat model yang menggambarkan fenomena tersebut diperlukan beberapa fungsi permintaan yang dipandang sebagai suatu sistem. Dalam penelitian ini, digunakan model Almost Ideal Demand System ( AIDS ) yang dikembangkan oleh Deaton dan Muelbuer ( 1980 ). Adapun penelitian ini bertujuan : ( 1 ). untuk mengetahui pola konsumsi pangan dan non pangan yang dapat digunakan sebagai indikator tingkat kesejahteraan rumah tangga; ( 2 ). menerapkan model AIDS untuk mengetahui pola konsumsi rumah tangga terhadap suatu komoditas kaitannya dengan jumlah tanggungan keluarga, harga komoditas itu sendiri, harga komoditas lain, dan pendapatan, yang dicerminkan dengan nilai elastisitas permintaan. 28

3 Tinjauan Pustaka Menurut Thomas (1987), ada dua pendekatan untuk menduga persamaan permintaan. Pertama, pendugaan persamaan tunggal yang mengkosentrasikan pada permintaan pangan tertentu. Pendekatan kedua, pendugaan sistem lengkap secara simultan yang berisi persamaan permintaan untuk setiap kelompok pangan yang dibeli konsumen. Kelompok pangan yang dikonsumsi rumah tangga bermacam-macam dan saling terkait satu sama lainnya. Sehingga salah satu model yang sesuai dengan fenomena tersebut adalah model Almost Ideal Demand System( AIDS ) yang dikembangkan oleh Deaton dan Meullbauer ( 1980 ). Bentuk akhir dari model ini adalah : w i = α i + Y γ i j ln (p j ) + β i ln ( ) j P dimana : i, j = 1, 2,..., G = komoditas w i p j Y i Y = pangsa pengeluaran untuk komoditas ke-i = Y i / Y = harga agregat komoditas ke-j = biaya pengeluaran komoditas ke-i = pendapatan nominal α i, γ i j, β i = parameter model AIDS P = Indeks Stone, yaitu : ln P = w i ln P i i Pada analisis ekonometrik, biasanya koefisien yang diperoleh diterjemahkan dalam bentuk elastisitas. Besarnya elastisitas permintaan untuk pengeluaran, harga sendiri, dan harga silang adalah ( Setiawan, 1992 ) : 1. Elastisitas harga sendiri : e ii = -1 + ( γ ii / w ii ) - β i 2. Elastisitas harga silang : e i j = ( γ i j / w i ) - ( β i w j / w i ) 3. Elastisitas pengeluaran : η = 1 + ( β i / w i ) Model AIDS dari Deaton dan Meullbauer telah populer dan menjadi model pilihan untuk analisis permintaan (Buse, 1994). Daud ( 1986 ) telah menggunakan model AIDS untuk komoditas makanan di Indonesia dengan menggunakan data Susenas Setiawan ( 1992 ) telah menggunakan model AIDS untuk komoditas makanan dan non makanan yang 29

4 dikonsumsi masyarakat petani di Kecamatan Binong Kabupaten Subang Jawa Barat. Rahman et. al ( 1994 ) telah menggunakan model ini untuk mengkaji permintaan tanaman pangan di Indonesia. Juniman ( 1996 ) juga menggunakan model ini untuk analisis pola konsumsi rumah tangga di Jakarta Selatan. Budiwinarto ( 2002 ) menerapkan model AIDS ini untuk mengkaji pola konsumsi masyarakat kota Padang dengan menggunakan data Susenas Metode Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di Kabupaten Banyumas Padang terhadap rumah tangga nelayan di Kelurahan karang Pucung Kecamatan Tambak pada bulan Maret April Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari wawancara dengan responden (nelayan). Responden yang dipilih sebagai sampel didasarkan kepada pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling) sebanyak 62 rumah tangga nelayan di kelurahan Karang Pucung Daftar pertanyaan dalam kuesioner meliputi jumlah anggota keluarga, pendapatan nominal per minggu, pengeluaran untuk konsumsi pangan per minggu, banyaknya dan harga makanan yang dikonsumsi rumah tangga. Sedangkan komoditas pangan yang disurvei adalah : 1. Komoditi daging, seperti sapi, kerbau, dan kambing 2. Komoditi ikan laut 3. Komoditi ayam broiler dan ayam kampung 4. Komoditi telur, seperti telur ayam ras, ayam kampung, dan itik 5. Komoditi makanan lainnya Berdasarkan model AIDS di atas, dalam hal ini jumlah anggota rumah tangga (D) dimasukkan dalam model, maka modelnya adalah sbb : 1. Fungsi pangsa pengeluaran untuk komoditi ke-1 ( daging ) : w 1 = α 1 + φ 1 D + γ 11 ln p 1 + γ 12 ln p 2 + γ 13 ln p 3 + γ 14 ln p 4 + γ 15 ln p 5 + β 1 ln (Y / P) + ε 1 2. Fungsi pangsa pengeluaran untuk komoditi ke-2 ( ikan laut ) : w 2 = α 2 + φ 2 D + γ 21 ln p 1 + γ 22 ln p 2 + γ 23 ln p 3 + γ 24 ln p 4 + γ 25 ln p 5 + β 2 ln (Y / P) + ε 2 30

5 3. Fungsi pangsa pengeluaran untuk komoditi ke-3 ( ayam ) : w 3 = α 3 + φ 3 D + γ 31 ln p 1 + γ 32 ln p 2 + γ 33 ln p 3 + γ 34 ln p 4 + γ 35 ln p 5 + β 3 ln (Y / P) + ε 3 4. Fungsi pangsa pengeluaran untuk komoditi ke-4 ( telur ) : w 4 = α 4 + φ 4 D + γ 41 ln p 1 + γ 42 ln p 2 + γ 43 ln p 3 + γ 44 ln p 4 + γ 45 ln p 5 + β 4 ln (Y / P) + ε 4 5. Fungsi pangsa pengeluaran untuk komoditi ke-5 ( makanan lainnya ) : w 5 = α 5 + φ 5 D + γ 51 ln p 1 + γ 52 ln p 2 + γ 53 ln p 3 + γ 54 ln p 4 + γ 55 ln p 5 + β 5 ln (Y / P) + ε 5 dimana : Y = pendapatan nelayan per minggu baik pendapatan sebagai nelayan maupun pendapatan sampingan di luar mata pencaharian nelayan ( dalam rupiah ) D = banyaknya anggota rumah tangga yang menjadi tanggungan kepala rumah tangga baik istri, anak dan saudara ( dalam orang ) P = indeks harga Stone p 1 = harga agregat komoditi daging ( dalam rupiah ) p 2 = harga agregat komoditi ikan laut ( dalam rupiah ) p 3 = harga agregat komoditi ayam ( dalam rupiah ) p 4 = harga agregat komoditi telur ( dalam rupiah ) p 5 = harga agregat komoditi makanan lainnya ( dalam rupiah ) w 1 w 2 w 3 w 4 w 5 = pangsa pengeluaran komoditi daging = pangsa pengeluaran komoditi ikan laut = pangsa pengeluaran komoditi ayam = pangsa pengeluaran komoditi telur = pangsa pengeluaran komoditi makanan lainnya Apabila ditinjau dari struktur persamaan (fungsi) AIDS di atas, maka persamaan-persamaan tersebut merupakan persamaan Seemingly Unrelated Regression ( SUR ) dikemukakan oleh Zellner pada tahun 1962 (Setiawan, 1992, 1997, Pindyck dan Rubinfeld, 1991). Koefisien regresinya diduga dengan metode Generalized Least Square (GLS) dengan software SAS

6 Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari 62 rumah tangga nelayan, ternyata terdapat 14 responden yang konsumsinya lebih besar dari pendapatannya, sehingga 14 responden tersebut tidak dimasukkan dalam analisis. Dari responden rumah tangga nelayan tersebut diperoleh bahwa rata-rata pendapatan nelayan per minggu adalah Rp ,- dengan simpangan baku sebesar Rp ,-. Rata-rata banyaknya anggota rumah tangga yang menjadi tanggungan kepala rumah tangga adalah 5 6 orang. Pengeluaran rumah tangga untuk mengkonsumsi makanan, rata-ratanya adalah Rp ,- per minggu dengan simpangan baku sebesar Rp ,- per minggu. Sedangkan rata-rata pengeluaran rumah tangga untuk mengkonsumsi non makanan adalah Rp ,- per minggu dengan simpangan baku sebesar Rp ,-. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pangsa ( share ) pengeluaran untuk makanan lebih dari 50 % yaitu rata-ratanya sebesar 80,76 % dengan kisaran 52,17 % dan 99,80 % ( Gambar 1 ). Ini berarti bahwa rata-rata masyarakat nelayan mempergunakan 80,76 % dari total pengeluaran konsumsinya untuk memenuhi kebutuhan pangan dan sisanya digunakan untuk kebutuhan selain pangan. Dengan kata lain, 80,76 % dari pendapatan yang diperoleh digunakan untuk mengkonsumsi makanan, sehingga pangan mendapat porsi lebih besar dari non pangan. Sebagai pembanding hasil penelitian terdahulu, yaitu Budiwinarto ( 2002 ) dengan menggunakan data SUSENAS 1996 menyimpulkan bahwa rata-rata proporsi konsumsi makanan adalah sebesar 62,21 % untuk rumah tangga di Kotamadya Padang. Sehingga terlihat bahwa rata-rata proporsi konsumsi makanan rumah tangga nelayan Koto Tangah lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga di Kota Padang. Oleh karena itu, hasil penelitian terhadap nelayan di Koto Tangah menunjukkan bahwa tingkat kemakmuran (kesejahteraan) ekonomi masyarakat nelayan dikatakan belum baik. 32

7 1,2 1,0,8,6,4,2 0,0 -,2 N = pangsa makanan pangsa non makanan Gambar 1. Boxplot Pangsa Pengeluaran Makanan dan Non Makanan Sedangkan pangsa/proporsi (share) dari pengeluaran rumah tangga untuk suatu komoditas tertentu dapat digunakan untuk mengetahui pola konsumsi suatu masyarakat. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 2. sebagai berikut : 1,0,8,6,4, ,0 -,2 N = pangsa daging pangsa laut pangsa ayam pangsa telur pangsa lain Gambar.2. Boxplot Pangsa Pengeluaran 5 Bahan Makanan yang Dikonsumsi Rumah Tangga Nelayan Dari Gambar 2. nampak bahwa kelompok yang dominan adalah makanan lainnya, karena kelompok makanan lainnya merupakan kelompok agregat makanan selain kelompok makanan yang diteliti. Tetapi dari 4 kelompok makanan selain kelompok makanan lainnya, kelompok makanan yang dominan adalah kelompok ikan laut yang secara rata-rata sebesar 10,47 %. Besarnya proporsi pengeluaran untuk ikan laut mudah dipahami karena ikan laut 33

8 yang ia peroleh selain dijual ( untuk mendapatkan penghasilan ) juga dikonsumsi sendiri. Pangsa pengeluaran makanan kelompok daging mendapatkan porsi kedua setelah kelompok ikan laut dari pendapatannya yaitu sebesar 4,17 % yang diikuti oleh pangsa pengeluaran makanan kelompok ayam sebesar 3,26 % dan kelompok telur sebesar 2,99 %. Sedangkan hasil pendugaan koefisien regresi dari kelima persamaan pada model AIDS dengan software SAS adalah sbb : Tabel. 1. Hasil Pendugaan Koefisien-koefisien Regresi untuk Pangsa Komoditas Daging Model: W1 Dependent variable: W1 Parameter Estimates Parameter Standard T for H0: Variable DF Estimate Error Parameter=0 Prob > T INTERCEP D LNP LNP LNP LNP LNP LNYP Tabel. 2. Hasil Pendugaan Koefisien-koefisen Regresi untuk Pangsa Komoditas Ikan Laut Model: W2 Dependent variable: W2 Parameter Estimates Parameter Standard T for H0: Variable DF Estimate Error Parameter=0 Prob > T INTERCEP D LNP LNP LNP LNP LNP LNYP Tabel. 3. Hasil Pendugaan Koefisien-koefisen Regresi untuk Pangsa Komoditas Ayam 34

9 Model: W3 Dependent variable: W3 Parameter Estimates Parameter Standard T for H0: Variable DF Estimate Error Parameter=0 Prob > T INTERCEP D LNP LNP LNP LNP LNP LNYP Tabel. 4. Hasil Pendugaan Koefisien-koefisen Regresi untuk Pangsa Komoditas Telur Model: W4 Dependent variable: W4 Parameter Estimates Parameter Standard T for H0: Variable DF Estimate Error Parameter=0 Prob > T INTERCEP D LNP LNP LNP LNP LNP LNYP Tabel. 5. Hasil Pendugaan Koefisien Regresi untuk Pangsa Komoditas Makanan Lainnya Model: W5 Dependent variable: W5 Parameter Estimates Parameter Standard T for H0: Variable DF Estimate Error Parameter=0 Prob > T INTERCEP D LNP LNP LNP LNP LNP LNYP

10 Secara umum, dengan taraf signifikansi ( α ) sebesar 0,05, ternyata bahwa banyaknya tanggungan keluarga tidak berpengaruh terhadap konsumsi semua komoditas, artinya pola konsumsi rumah tangga nelayan tidak dipengaruhi oleh banyaknya tanggungan keluarga. Sedangkan semua variabel harga komoditas itu sendiri berpengaruh signifikan terhadap konsumsi makanan yang bersangkutan pada α = 0,05. Variabel harga komoditas yang satu sebagian besar berpengaruh terhadap permintaan komoditas lainnya. Pada umumnya, pendapatan masyarakat nelayan berpengaruh signifikan terhadap permintaan makanan, kecuali permintaan komoditas daging. Sedangkan besarnya nilai Koefisien Determinasi Sistem dari ke-5 persamaan ( WR 2 ) sebesar 0,9989. Artinya 99,89 % dari keragaman total dari data dapat diterangkan oleh model. Data pada penelitian ini merupakan data cross-section, menurut Kuntjoro (1982) bahwa anggaran ( pendapatan ) rumah tangga yang diperoleh menunjukkan perilaku konsumen, sehingga elastisitasnya dapat diidentifikasikan sebagai hubungan permintaan dan tidak mencerminkan keadaan penawaran. Pada Tabel 6 dapat dilihat hasil perhitungan elastisitas harga sendiri dan elastisitas pendapatan untuk semua persamaan pangsa pengeluaran. Tabel.6. Elastisitas Harga Sendiri dan Pendapatan untuk Semua Persamaan Pangsa Pengeluaran Elastisitas Harga Sendiri ( e Komoditas i Elastisitas Pendapatan ( η i ) ) Daging - 0,8167 0,9683 Ikan laut - 0,1405 0,8877 Ayam - 0,8173 0,9167 Telur - 0,7180 0,8795 Lainnya - 0,6500 0,9025 Nilai elastisitas harga sendiri yang diperoleh mempunyai nilai negatif yang berkisar antara - 0,1405 sampai dengan 0,8173. Artinya bahwa semakin tinggi harga suatu komoditas, maka semakin kecil jumlah komoditas tersebut dikonsumsi. Permintaan ke-5 komoditas tersebut semuanya bersifat inelastis, artinya bila terjadi perubahan harga yang relatif besar, maka banyaknya komoditas yang dikonsumsi hampir tidak berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa komoditas-komoditas tersebut merupakan kebutuhan pokok. Nilai elastisitas harga sendiri yang terendah adalah komoditas ikan laut sebesar 0,1405. Ini berarti bila terjadi kenaikan harga ikan laut, maka konsumsi ikan laut hanya berpengaruh 36

11 sangat kecil. Jika terjadi kenaikan harga ikan laut sebesar 10 % maka pangsa konsumsi ikan laut turun sebesar 1,405 %. Rendahnya nilai elastistas pada komoditas ikan laut ini menunjukkan bahwa ikan laut merupakan konsumsi utama masyarakat nelayan dan tingkat konsumsinya paling tinggi diantara komoditas lainnya. Hal ini dapat terjadi karena nelayan mudah memperoleh ikan laut dan tidak terlalu dipengaruhi harga ikan laut. Nilai elastisitas harga sendiri yang tertinggi adalah komoditas ayam sebesar 0,8173. Ini berarti konsumsi ayam paling responsif dibandingkan komoditas lainnya bila terjadi perubahan harga. Jika terjadi kenaikan harga ayam, maka masyarakat nelayan cukup berpengaruh dalam jumlah sedikit untuk mengkonsumsinya. Sedangkan semua elastisitas pendapatan yang diperoleh mempunyai nilai positip yang berkisar antara 0,8795 sampai dengan 0,9683. Artinya komoditas-komoditas tersebut konsumsinya akan meningkat jika terjadi peningkatan pendapatan rumah tangga. Sehingga komoditas-komoditas tersebut merupakan barang normal. Nilai elastistas pendapatan yang terendah adalah komoditas telur, sedangkan yang tertinggi adalah komoditas daging. Ini berarti komoditas daging lebih superior bila dibandingkan dengan komoditas telur. Dengan kata lain, jika terjadi kenaikan pendapatan rumah tangga, maka proporsi pengeluaran komoditas daging lebih besar dibandingkan komoditas telur. Sedangkan dilihat hasil perhitungan elastisitas harga silang untuk semua persamaan pangsa pengeluaran dapat dilihat pada Tabel 7. Nilai elastisitasnya ada bertanda positip dan negatip. Nilai elastisitas bertanda negatip artinya hubungan kedua komoditas bersifat komplementer atau saling melengkapi. Nilai elastisitas bertanda positip artinya hubungan kedua komoditas bersifat substitusi atau saling menggantikan. Tabel 7. Elastisitas Harga Harga Silang Harga H a r g a Daging Ikan Laut Ayam Telur Lainnya Daging - - 0,2575 0,0036-0,1946-0,4332 Ikan Laut - 0,0307 0, ,7264 Ayam - - 0,0624-1,3023 Telur - - 1,03 Lainnya - 37

12 Pada umumnya, hubungan kedua komoditas adalah bersifat komplementer kecuali hubungan komoditas daging dan ayam, ikan laut dan ayam, serta akan laut dan telur yang bersifat substitusi. Walaupun ada komoditas yang bersifat substitusi, tetapi nilainya sangat kecil sekali bahkan mendekati nilai 0, artinya jika terjadi perubahan harga suatu komoditas tidak berpengaruh terhadap konsumsi komoditas lain. Sedangkan hubungan antara komoditas ayam & makanan lainnya dan telur & makanan lainnya bersifat komplementer dan elastis. Nilai elastisitas silang antara telur dan makanan lainnya adalah merupakan nilai elastisitas silang yang paling tinggi. Kesimpulan 1. Rata-rata pendapatan per minggu masyarakat nelayan adalah sebesar Rp ,-. Dari pendapatan yang diperoleh tersebut, digunakan untuk mengkonsumsi makanan sebesar 80,76 % dan non makanan sebesar 19,24 %. Sehingga pola konsumsi rumah tangga nelayan jika dilihat dari rata-rata proporsi konsumsi makanan lebih besar dari proporsi konsumsi non makanan. Sedangkan proporsi konsumsi makanan yang dominan adalah konsumsi ikan laut yaitu sebesar 10,47 %. Pola konsumsi seperti ini dapat dijadikan sebagai salah satu indikator bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan masih belum membaik. 2. Banyaknya tanggungan keluarga tidak mempengaruhi pengeluaran untuk setiap komoditas ( pola konsumsi pangan ) 3. Semua nilai elastisitas harga sendiri mempunyai tanda negatip. Ini berarti bahwa komoditas yang dikonsumsi masyarakat nelayan merupakan barang-barang kebutuhan pokok. Sedangkan elastisitas pendapatan bernilai positip, hal ini menunjukkan bahwa komoditas yang dikonsumsi rumah tangga nelayan merupakan barang normal. Jika dilihat dari nilai elastisitas silang pada umumnya bertanda negatip, hal ini menunjukkan bahwa hubungan keterkaitan antara dua komoditas bersifat saling melengkapi ( komplementer ). 4. Model AIDS yang dibuat cukup tepat. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi sistem ( WR 2 ) yaitu 0,9989. Saran Untuk dapat memperoleh gambaran pola konsumsi yang lengkap perlu diteliti lebih lanjut mengenai komoditas yang dikonsumsi rumah tangga nelayan lebih mendetail. 38

13 DAFTAR PUSTAKA Buse, A Evaluating the Linearized Almost Ideal Demand System. Amer. J. Agr. Econ 76, pp Budiwinarto, K Analisis Permintaan Pangan Rumah Tangga di Kotamadya Padang : Penerapan Model Linear Aproximation Almost Ideal Demand System (LA/AIDS). Makalah pada Seminar Bulanan Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta Departemen Kelautan dan Perikanan Pedoman Umum Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir ( PEMP ). Daud, L. A Kajian Sistem Permintaan Makanan Penting di Indonesia Suatu Penerapan Model Almost Ideal Demand System ( AIDS ) dengan Data Susenas Tesis S2. Program Pascasarjana IPB, Bogor. Tidak Dipublikasikan. Deaton, M. and J. Muellbauer An Almost Ideal Demand System. American Economic Rewiew 70 : pp Greene, W. H Econometric Analysis. Maxwell Macmillan Publishing Company, Inc, Singapore. Juniman Penerapan Model Almost Ideal Demand System untuk Analisis Pola Konsumsi Rumah Tangga di Jakarta Selatan. Skripsi. Jurusan Statistika FMIPA IPB, Bogor. Tidak Dipublikasikan Kuntjoro, S. U Elastisitas Pendapatan dari Permintaan Beras Penduduk Indonesia, Jurnal Agro Ekonomi, Vol. 1 No. 2 Nicholson, W Teori Mikroekonomi. Ed. ke-2. Terjemahan: Daniel Wirajaya. Binarupa Aksara, Jakarta. Pindyck, R. S. and D. L. Rubinfeld Econometric Models and Economic Forecasts. 3rd ed. McGraw-Hill, Inc., New York. Rachman, H. dan Erwidodo Kajian Sistem Permintaan Tanaman Pangan di Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi, Vol. 13. No 2.: Setiawan Kajian Tentang Seemingly Unrelated Regression ( SUR ) dan Penerapannya pada Model Almost Ideal Demand System ( AIDS ). Tesis S2. Program Pascasarjana IPB, Bogor. Tidak Dipublikasikan Metode Weighted Seemingly Unrelated Regression. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian. ITS, Surabaya. Thomas, R. L Applied Demand Analysis. Longman Inc., New York. 39

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN:

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN: APLIKASI SISTEM PERSAMAAN SEEMINGLY UNRELATED REGRESSIONS PADA MODEL PERMINTAAN PANGAN Kim Budiwinarto 1 1 Progdi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta Abstrak Fenomena ekonomi yang kompleks

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH HARGA DAN PENDAPATAN TERHADAP PROPORSI PENGELUARAN MAKANAN RUMAH TANGGA (PENDEKATAN MODEL LINIER PERMINTAAN LENGKAP)

KAJIAN PENGARUH HARGA DAN PENDAPATAN TERHADAP PROPORSI PENGELUARAN MAKANAN RUMAH TANGGA (PENDEKATAN MODEL LINIER PERMINTAAN LENGKAP) KAJIAN PENGARUH HARGA DAN PENDAPATAN TERHADAP PROPORSI PENGELUARAN MAKANAN RUMAH TANGGA (PENDEKATAN MODEL LINIER PERMINTAAN LENGKAP) Juni Trisnowati 1, Kim Budiwinarto 2 1) 2) Progdi Manajemen Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR KOMODITAS PROTEIN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM (AIDS)

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR KOMODITAS PROTEIN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM (AIDS) Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 3 Hal. 162 166 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND ANALISIS KETERKAITAN ANTAR KOMODITAS PROTEIN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM (AIDS)

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI. : ANALISIS PERMINTAAN KONSUMSI SAYURAN DI JAWA TENGAH

PROPOSAL SKRIPSI. : ANALISIS PERMINTAAN KONSUMSI SAYURAN DI JAWA TENGAH PROPOSAL SKRIPSI. : ANALISIS PERMINTAAN KONSUMSI SAYURAN DI JAWA TENGAH PROPOSAL SKRIPSI Nama : Anindita Ardha Pradibtia Kelas : 4 SE 1 NIM : 09.5878 Judul Proposal : Analisis Permintaan Konsumsi Sayuran

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI. : Analisis Permintaan Konsumsi Sayuran di Jawa Tengah

PROPOSAL SKRIPSI. : Analisis Permintaan Konsumsi Sayuran di Jawa Tengah PROPOSAL SKRIPSI Nama : Anindita Ardha Pradibtia Kelas : 4 SE 1 NIM : 09.5878 Judul Proposal : Analisis Permintaan Konsumsi Sayuran di Jawa Tengah Dosen Pembimbing : Dr. Hamonangan Ritonga M.Sc. LATAR

Lebih terperinci

VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA

VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA 161 VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA Pemodelan suatu fenomena seringkali tidak cukup hanya dengan satu persamaan, namun diperlukan beberapa persamaan. Pada Bab IV telah disebutkan bahwa ditinjau

Lebih terperinci

Kata Kunci : Konsumsi Pangan Hewani, Almost Ideal Demand System (AIDS), Elastisitas, Konsumen Rumatangga.

Kata Kunci : Konsumsi Pangan Hewani, Almost Ideal Demand System (AIDS), Elastisitas, Konsumen Rumatangga. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI PANGAN HEWANI PADA KONSUMEN RUMAHTANGGA DI KOTA PADANG Noni Novarista, Rahmat Syahni, Jafrinur Abstract: The objectives of this research were to determine: (1)

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan dan Analisis Data

4 METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan dan Analisis Data 29 4 METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Jenis data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder tahunan deret waktu (time series), dari tahun 1985 hingga 2011. Adapun sumbersumber

Lebih terperinci

RESPON PERMINTAAN IKAN DI PROVINSI RIAU

RESPON PERMINTAAN IKAN DI PROVINSI RIAU RESPON PERMINTAAN IKAN DI PROVINSI RIAU Dinda Julia, Djaimi Bakce, Jumatri Yusri Fakultas Pertanian Universitas Riau Hp: 085278262490; Email: dinda_agb08@yahoo.com ABSTRACT This research aim to analyze

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR Ahmad Ridha Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Samudra Email : achmad.ridha@gmail.com

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang digunakan adalah data rumah tangga, khususnya untuk

Lebih terperinci

ANALISIS ELASTISITAS TIGA BAHAN PANGAN SUMBER PROTEIN HEWANI DI INDONESIA

ANALISIS ELASTISITAS TIGA BAHAN PANGAN SUMBER PROTEIN HEWANI DI INDONESIA ANALISIS ELASTISITAS TIGA BAHAN PANGAN SUMBER PROTEIN HEWANI DI INDONESIA Daru Wahyuni, Losina Purnastuti, & Mustofa Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia Email: daruwahyuni@yahoo.co.id Abstrak: Analisis

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL FUNGSI KONSUMSI UNTUK KOMODITI PANGAN HEWANI (KASUS KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT) Jafrinur, Jum atri Yusri, dan Rahmi Wati

PENGEMBANGAN MODEL FUNGSI KONSUMSI UNTUK KOMODITI PANGAN HEWANI (KASUS KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT) Jafrinur, Jum atri Yusri, dan Rahmi Wati PENGEMBANGAN MODEL FUNGSI KONSUMSI UNTUK KOMODITI PANGAN HEWANI (KASUS KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT) Jafrinur, Jum atri Yusri, dan Rahmi Wati Abstrak Untuk dapat dicapai rata-rata tingkat konsumsi

Lebih terperinci

PERMINTAAN BUAH-BUAHAN RUMAHTANGGA DI PROPINSI LAMPUNG

PERMINTAAN BUAH-BUAHAN RUMAHTANGGA DI PROPINSI LAMPUNG Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 4 No 2, Desember 2016); halaman 137-148 137 PERMINTAAN BUAH-BUAHAN RUMAHTANGGA DI PROPINSI LAMPUNG Rini Desfaryani 1, Sri Hartoyo 2, dan Lukytawati Anggraeni 2 1)Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Kota Medan. Lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Kota Medan. Lokasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pemilihan Daerah Sampel dan Waktu Penelitian Daerah penelitian tentang permintaan daging sapi yaitu di Kelurahan Sei Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DAERAH PERKOTAAN DAN PEDESAAN SERTA KETERKAITANNYA DENGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DAERAH PERKOTAAN DAN PEDESAAN SERTA KETERKAITANNYA DENGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DAERAH PERKOTAAN DAN PEDESAAN SERTA KETERKAITANNYA DENGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : Nilam Anggar Sari.,SE.,M.Si Penulis adalah Pengajar

Lebih terperinci

ANALISIS KONSUMSI PANGAN BERBASIS PROTEIN HEWANI DI KABUPATEN LEBONG: PENDEKATAN MODEL AIDS (ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM)

ANALISIS KONSUMSI PANGAN BERBASIS PROTEIN HEWANI DI KABUPATEN LEBONG: PENDEKATAN MODEL AIDS (ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM) ANALISIS KONSUMSI PANGAN BERBASIS PROTEIN HEWANI DI KABUPATEN LEBONG: PENDEKATAN MODEL AIDS (ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM) Animal Protein Based Food Consumption Analysis In District Of Lebong: AIDS approach

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. disusun, ditabulasi, dianalisis, kemudian diterangkan hubungan dan dilakukan uji

METODE PENELITIAN. disusun, ditabulasi, dianalisis, kemudian diterangkan hubungan dan dilakukan uji III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif analisis, yaitu penelitian yang didasarkan pemecahan masalah-masalah aktual yang

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER PROTEIN HEWANI BERDASARKAN GOLONGAN PENDAPATAN DI KABUPATEN CIREBON RADEN HENI HINDAWATI

ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER PROTEIN HEWANI BERDASARKAN GOLONGAN PENDAPATAN DI KABUPATEN CIREBON RADEN HENI HINDAWATI ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER PROTEIN HEWANI BERDASARKAN GOLONGAN PENDAPATAN DI KABUPATEN CIREBON RADEN HENI HINDAWATI DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN. Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN. Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN Rizki Andini *), Satia Negara Lubis **), dan Sri Fajar Ayu **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemiskinan Kemiskinan mengandung banyak pengertian, berbeda antara satu lokasi/daerah dengan daerah yang lain pada setiap waktu. Definisi kemiskinan dalam Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Setiabudi 8

METODE PENELITIAN. Setiabudi 8 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai sikap konsumen terhadap daging sapi lokal dan impor ini dilakukan di DKI Jakarta, tepatnya di Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data 20 METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data Penelitian ini menggunakan data Susenas Modul Konsumsi tahun 2005 yang dikumpulkan dengan desain cross sectional. Data Susenas Modul Konsumsi terdiri

Lebih terperinci

ICASERD WORKING PAPER No.56

ICASERD WORKING PAPER No.56 ICASERD WORKING PAPER No.56 ANALISIS PERILAKU KONSUMSI PANGAN SUMBER PROTEIN HEWANI DAN NABATI PADA MASA KRISIS EKONOMI DI JAWA Ening Ariningsih Juli 2004 Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS HARGA DAN ELASTISITAS PEMASARAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN LANGKAT

ANALISIS HARGA DAN ELASTISITAS PEMASARAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN LANGKAT ANALISIS HARGA DAN ELASTISITAS PEMASARAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN LANGKAT Analysis of Price and Elasticity Marketing of Eggs in Langkat District Suci Asdiana Rezeki 1, Usman Budi 2 dan Iskandar Sembiring

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di enam kelurahan di Kota Depok, yaitu Kelurahan Pondok Petir, Kelurahan Curug, Kelurahan Tapos, Kelurahan Beji, Kelurahan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di beberapa peternak plasma ayam broiler di Kota Depok. Penentuan lokasi penelitian dilakukan atas dasar pertimbangan

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

PENDEKATAN REGRESI TOBIT PADA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK PENDIDIKAN DI JAWA TIMUR

PENDEKATAN REGRESI TOBIT PADA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK PENDIDIKAN DI JAWA TIMUR PENDEKATAN REGRESI TOBIT PADA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK PENDIDIKAN DI JAWA TIMUR Neser Ike Cahyaningrum 1307100012 Dosen Pembimbing Dr. Dra. Ismaini Zain, M.Si AGENDA

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT BERBASIS KARBOHIDRAT DI KOTA BENGKULU: APLIKASI MODEL AIDS

POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT BERBASIS KARBOHIDRAT DI KOTA BENGKULU: APLIKASI MODEL AIDS POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT BERBASIS KARBOHIDRAT DI KOTA BENGKULU: APLIKASI MODEL AIDS CARBOHYDRATE-BASED FOOD CONSUMPTION PATTERNS OF SOCIETY IN THE CITY OF BENGKULU Felycia Tiera Kencana, Ketut Sukiyono,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. jenis penelitian yang bertujuan untuk mempelajari sebab-akibat, atau jika peneliti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. jenis penelitian yang bertujuan untuk mempelajari sebab-akibat, atau jika peneliti BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Survei adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk mempelajari sebab-akibat, atau jika

Lebih terperinci

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA Penelitian ini membagi responden berdasarkan jenis lahan, yaitu lahan sawah irigasi dan tadah hujan, serta keikutsertaan petani dalam

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Ketimpangan Pendapatan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Ketimpangan Pendapatan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Ketimpangan Pendapatan Identifikasi pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan dilakukan melalui analisa data panel dengan model

Lebih terperinci

6 ESTIMASI SUPPLY DAN DEMAND IKAN DI KOTA AMBON

6 ESTIMASI SUPPLY DAN DEMAND IKAN DI KOTA AMBON 103 6 ESTIMASI SUPPLY DAN DEMAND IKAN DI KOTA AMBON 6.1 Pendahuluan Penyediaan pangan masih merupakan masalah penting di Indonesia. Sumber daya manusia Indonesia perlu dibangun agar tangguh dan kuat, dari

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Sapi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Sapi V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Sapi Permintaan daging sapi di D.I Yogyakarta dipengaruhi oleh beberapa hal seperti pendapatan, jumlah penduduk, harga daging

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan (prediction).

Lebih terperinci

PERMINTAAN KUANTITAS DAN KUALITAS BUAH-BUAHAN RUMAH TANGGA DI PROVINSI LAMPUNG RINI DESFARYANI

PERMINTAAN KUANTITAS DAN KUALITAS BUAH-BUAHAN RUMAH TANGGA DI PROVINSI LAMPUNG RINI DESFARYANI PERMINTAAN KUANTITAS DAN KUALITAS BUAH-BUAHAN RUMAH TANGGA DI PROVINSI LAMPUNG RINI DESFARYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A.

II. LANDASAN TEORI A. 7 II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Michael (1985) yang berjudul Estimating Cross Elasticities of Demand for Beef, menggunakan variabel harga daging sapi, harga ikan, harga daging unggas,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH KODE : Sosial Humaniora ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH Zaenul Laily 1*, Wahyu Dyah Prastiwi 2 dan Hery Setiyawan 3 1 2 3 Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

1) Kriteria Ekonomi Estimasi model dikatakan baik bila hipotesis awal penelitian terbukti sesuai dengan tanda dan besaran dari penduga.

1) Kriteria Ekonomi Estimasi model dikatakan baik bila hipotesis awal penelitian terbukti sesuai dengan tanda dan besaran dari penduga. LAMPIRAN Lampiran 1. Evaluasi Model Evaluasi Model Keterangan 1) Kriteria Ekonomi Estimasi model dikatakan baik bila hipotesis awal penelitian terbukti sesuai dengan tanda dan besaran dari penduga. 2)

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI RUMAH TANGGA DI PROVINSI JAWA BARAT ENDAH NORA SUSANTI

ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI RUMAH TANGGA DI PROVINSI JAWA BARAT ENDAH NORA SUSANTI ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI RUMAH TANGGA DI PROVINSI JAWA BARAT ENDAH NORA SUSANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian

Lebih terperinci

Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan

Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan Oleh: Ainul Fatwa Khoiruroh (1310100096) Pembimbing: Dr. Setiawan, M.S. JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi merupakan bentuk analisis hubungan antara variabel prediktor

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi merupakan bentuk analisis hubungan antara variabel prediktor 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Analisis Regresi Analisis regresi merupakan bentuk analisis hubungan antara variabel prediktor (variabel independent) dengan variabel outcome (variabel dependen) untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENILITIAN. Konsumen rumahtangga adalah responden yang diwakili oleh ibu

III. METODE PENILITIAN. Konsumen rumahtangga adalah responden yang diwakili oleh ibu 41 III. METODE PENILITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsumen rumahtangga adalah responden yang diwakili oleh ibu rumahtangga sebagai pengambil keputusan untuk membeli daging sapi segar guna

Lebih terperinci

Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan

Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan 1 Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan Ainul Fatwa Khoiruroh, Setiawan Jurusan Statistika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

PEMODELAN KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN METODE SEEMINGLY UNRELATED REGRESSION (SUR) SPASIAL

PEMODELAN KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN METODE SEEMINGLY UNRELATED REGRESSION (SUR) SPASIAL PEMODELAN KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN METODE SEEMINGLY UNRELATED REGRESSION (SUR) SPASIAL Dibyo Adi Wiboao 1), Setiawan 2), dan Vita Ratnasari 3) 1) Program Studi Magister Statistika, Institut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data. merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi oleh

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data. merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data panel dan merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Semangka merah tanpa biji adalah salah satu buah tropik yang diproduksi dan

III. METODE PENELITIAN. Semangka merah tanpa biji adalah salah satu buah tropik yang diproduksi dan 49 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup seluruh pengertian yang digunakan untuk keperluan analisis dan menjawab tujuan yang telah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Variabel Penelitian Statistika deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan objek penelitian yang diambil dari sampel atau populasi sehingga

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 199 IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 9.1. Kesimpulan 1. Berdasarkan data Susenas tahun 2008, dapat dikatakan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia di berbagai wilayah lebih banyak mengkonsumsi

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI TOBIT PADA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN RUMAHTANGGA UNTUK MAKANAN BERPROTEIN TINGGI. Abstrak

ANALISIS REGRESI TOBIT PADA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN RUMAHTANGGA UNTUK MAKANAN BERPROTEIN TINGGI. Abstrak Seminar Nasional Statistika IX Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 ANALISIS REGRESI TOBIT PADA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN RUMAHTANGGA UNTUK MAKANAN BERPROTEIN TINGGI 1

Lebih terperinci

Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan

Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-200 Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan Ainul Fatwa

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS (Suatu Kasus di Kecamatan Seruyan Hilir Kabupaten Kuala Pembuang Kalimantan Tengah)

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS (Suatu Kasus di Kecamatan Seruyan Hilir Kabupaten Kuala Pembuang Kalimantan Tengah) ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS (Suatu Kasus di Kecamatan Seruyan Hilir Kabupaten Kuala Pembuang Kalimantan Tengah) Oleh: TIRSA NEYATRI BANDRANG Program Studi Ekonomi Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. berkorelasi secara contemporaneous. Korelasi galat contemporaneous terjadi

BAB IV PENUTUP. berkorelasi secara contemporaneous. Korelasi galat contemporaneous terjadi 76 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Model Seemingly Unrelated Regression (SUR) merupakan perluasan dari analisis regresi linear yang berupa sistem persamaan yang terdiri dari beberapa persamaam regresi yang

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum permintaan,

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum permintaan, II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Permintaan Teori permintaan adalah teori yang menjelaskan tentang ciri hubungan antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum

Lebih terperinci

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI Pangan merupakan kebutuhan pokok (basic need) yang paling azasi menyangkut kelangsungan kehidupan setiap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia dan BPS Provinsi Maluku Utara.

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI UBI KAYU DI INDONESIA. (Font Times New Romans, Ukuran 9, Huruf Depan Kapital) PENDAHULUAN

POLA KONSUMSI UBI KAYU DI INDONESIA. (Font Times New Romans, Ukuran 9, Huruf Depan Kapital) PENDAHULUAN P r o s i d i n g 55 POLA KONSUMSI UBI KAYU DI INDONESIA Ratya Anindita (1), Fitrotul Laili (2), Nur Baladina (3) (1), (2), (3) Program Studi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara sederhana, ekonometrika berarti pengukuran indikator ekonomi. Meskipun pengukuran secara kuantitatif terhadap konsep konsep ekonomi seperti produk domestik

Lebih terperinci

PERMINTAAN DAGING AYAM RAS PEDAGING PADA RUMAH MAKAN DI KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERMINTAAN DAGING AYAM RAS PEDAGING PADA RUMAH MAKAN DI KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PARIGI MOUTONG J. Agrisains 17 (1) : 8-15, April 2016 ISSN : 1412-3657 PERMINTAAN DAGING AYAM RAS PEDAGING PADA RUMAH MAKAN DI KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PARIGI MOUTONG Afandi 1), Yudi Mujayin 1) Muhamad Azim 2) 1) Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Indonesia dengan menggunakan data Tingkat Pengangguran Terbuka, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Upah Minimum dan Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

PENERAPAN REGRESI POISSON DAN BINOMIAL NEGATIF DALAM MEMODELKAN JUMLAH KASUS PENDERITA AIDS DI INDONESIA BERDASARKAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI

PENERAPAN REGRESI POISSON DAN BINOMIAL NEGATIF DALAM MEMODELKAN JUMLAH KASUS PENDERITA AIDS DI INDONESIA BERDASARKAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 58 65 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENERAPAN REGRESI POISSON DAN BINOMIAL NEGATIF DALAM MEMODELKAN JUMLAH KASUS PENDERITA AIDS DI INDONESIA

Lebih terperinci

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA Tria Rosana Dewi dan Irma Wardani Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Islam Batik Surakarta Email : triardewi@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

METODE ANALISIS HARGA PANGAN 1

METODE ANALISIS HARGA PANGAN 1 METODE ANALISIS HARGA PANGAN 1 Handewi P.S. Rachman Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161 Abstrak Harga dan kaitannya dengan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Analisis Regresi Kata regresi (regression) diperkenalkan pertama kali oleh Francis Dalton pada tahun 1886. Menurut Dalton, analisis regresi berkenaan dengan studi

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Reni Kustiari Pantjar Simatupang Dewa Ketut Sadra S. Wahida Adreng Purwoto Helena

Lebih terperinci

Statistik merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling banyak

Statistik merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling banyak BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Analisis Regresi Statistik merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling banyak mendapatkan perhatian dan dipelajari oleh ilmuan dari hampir semua ilmu bidang

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN SALAK PONDOH (Studi Kasus di Desa Sigaluh Kecamatan Sigaluh Banjarnegara) ABSTRAK

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN SALAK PONDOH (Studi Kasus di Desa Sigaluh Kecamatan Sigaluh Banjarnegara) ABSTRAK 94 ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN SALAK PONDOH (Studi Kasus di Desa Sigaluh Kecamatan Sigaluh Banjarnegara) Sulistyani Budiningsih dan Pujiati Utami Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Lebih terperinci

5. DETERMINAN KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN RUMAH TANGGA

5. DETERMINAN KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN RUMAH TANGGA 5. DETERMINAN KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN RUMAH TANGGA 5.1 Determinan Ketahanan Pangan Regional Analisis data panel dilakukan untuk mengetahui determinan ketahanan pangan regional di 38 kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hubungan Antara Penerimaan DAU dengan Pertumbuhan PDRB Dalam melihat hubungan antara PDRB dengan peubah-peubah yang mempengaruhinya (C, I, DAU, DBH, PAD, Suku Bunga dan NX)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Depok Jawa Barat. Depok sebagai penyangga DKI Jakarta dihuni oleh masyarakat yang sangat heterogen dengan tingkat

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Secara garis besar kebutuhan rumah tangga dapat dikelompokkan dalam 2 kategori besar, yaitu kebutuhan pangan dan non pangan. Dengan demikian pada tingkat pendapatan tertentu, rumah

Lebih terperinci

BAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISIS MODEL. Tabel 5.1. Output regresi model persentase penduduk miskin absolut (P 0 )

BAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISIS MODEL. Tabel 5.1. Output regresi model persentase penduduk miskin absolut (P 0 ) 97 BAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISIS MODEL 5.1. Hasil Estimasi Model Persentase Penduduk Miskin Absolut (P 0 ) Head count index (P 0 ) merupakan jumlah persentase penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan.

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM KARAKTERISTIK DAN ARAH PERUBAHAN KONSUMSI DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA Oleh : Harianto

Lebih terperinci

VII. PERMINTAAN LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

VII. PERMINTAAN LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR VII. PERMINTAAN LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR 7.1 Permintaan LPG Pedagang Martabak Kaki Lima di Kota Bogor Permintaan LPG pedagang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian adalah daerah tempat akan diadakannya penelitian yang mendukung dalam penulisan penelitian itu sendiri. Dalam hal ini yang akan dijadikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kabupaten induknya yaitu Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi ke

BAB III METODE PENELITIAN. kabupaten induknya yaitu Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi ke BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder periode tahun 2001-2008 yang mencakup wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta. Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta. Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil yang tercantum pada Tabel 6.1. Koefisien determinan (R 2 ) sebesar

Lebih terperinci

PENGARUH HARGA BAWANG MERAH IMPOR TERHADAP PERMINTAAN IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA TAHUN

PENGARUH HARGA BAWANG MERAH IMPOR TERHADAP PERMINTAAN IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA TAHUN PENGARUH HARGA BAWANG MERAH IMPOR TERHADAP PERMINTAAN IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA TAHUN 2002-2012 Julika Rahma Siagian Program Studi Ilmu Ekonomi, Pasca Sarjana, Medan Sumatera Utara Universitas Negeri

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Energi (KKPE) dari Bank Rakyat Indonesia Cabang Sumedang.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Energi (KKPE) dari Bank Rakyat Indonesia Cabang Sumedang. III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek pada penelitian ini adalah para Peternak Sapi Perah di Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang yang menerima Kredit Ketahanan Pangan dan Energi

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul Modifikasi

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul Modifikasi 38 III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul Modifikasi Gaya Hidup Berbasis Sekolah untuk Meningkatkan Konsumsi

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. semua variabel independen tidak signifikan pada tingkat 1%.

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. semua variabel independen tidak signifikan pada tingkat 1%. A. Uji Kualitas Data 1. Uji Heteroskedastisitas BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidakstabilan varians dari residual

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam tulisan Anonimous (2012) dikatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia diperlukan asupan gizi yang baik.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Tingkat Kesenjangan Pendapatan dan Trend Ketimpangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Tingkat Kesenjangan Pendapatan dan Trend Ketimpangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Tingkat Kesenjangan Pendapatan dan Trend Ketimpangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Penghitungan kesenjangan pendapatan regional antar kabupaten/kota di Provinsi

Lebih terperinci

STK 511 Analisis statistika. Materi 7 Analisis Korelasi dan Regresi

STK 511 Analisis statistika. Materi 7 Analisis Korelasi dan Regresi STK 511 Analisis statistika Materi 7 Analisis Korelasi dan Regresi 1 Pendahuluan Kita umumnya ingin mengetahui hubungan antar peubah Analisis Korelasi digunakan untuk melihat keeratan hubungan linier antar

Lebih terperinci

VI. HASIL PENDUGAAN FUNGSI KEUNTUNGAN, ELASTISITAS PENAWARAN OUTPUT DAN PERMINTAAN INPUT

VI. HASIL PENDUGAAN FUNGSI KEUNTUNGAN, ELASTISITAS PENAWARAN OUTPUT DAN PERMINTAAN INPUT VI. HASIL PENDUGAAN FUNGSI KEUNTUNGAN, ELASTISITAS PENAWARAN OUTPUT DAN PERMINTAAN INPUT 6.1. Pendugaan Fungsi Keuntungan Translog Menurut Shidu and Baanante (1981) bahwa fungsi keuntungan yang direstriksi

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN (Studi Kasus di Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Medan Tuntungan)

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN (Studi Kasus di Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Medan Tuntungan) Saintia Matematika Vol. 1, No. 3 (2013), pp. 249 259. BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN (Studi Kasus di Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Medan Tuntungan) Yuliana,

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DAN AYAM BURAS DI PROPINSI DKI JAKARTA : PENERAPAN MODEL ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM DENGAN DATA SUSENAS 2005

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DAN AYAM BURAS DI PROPINSI DKI JAKARTA : PENERAPAN MODEL ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM DENGAN DATA SUSENAS 2005 ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DAN AYAM BURAS DI PROPINSI DKI JAKARTA : PENERAPAN MODEL ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM DENGAN DATA SUSENAS 2005 SKRIPSI HILMA RAMDHIANI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Factors which affecting the demand of beef in Special Region of Yogyakarta Anisa Haryati / 20130220035 Ir. Lestari Rahayu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah pokok yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia sebagai negara berkembang yang dikelompokkan berdasarkan tingkat kesejahteraan masyarakatnya adalah

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN PRODUK PETERNAKAN DI DESA TAWAANG KECAMATAN TENGA KABUPATEN MINAHASA SELATAN

ANALISIS PERMINTAAN PRODUK PETERNAKAN DI DESA TAWAANG KECAMATAN TENGA KABUPATEN MINAHASA SELATAN ANALISIS PERMINTAAN PRODUK PETERNAKAN DI DESA TAWAANG KECAMATAN TENGA KABUPATEN MINAHASA SELATAN Reynol Loho*, B. Rorimpandey**, M. T. Massie**, N. Santa** Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan) Muhammad Febri Anggian Siregar, Iskandarini, Hasman Hasyim Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan

Lebih terperinci

PRAKIRAAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN PRODUK PANGAN TERNAK DI INDONESIA

PRAKIRAAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN PRODUK PANGAN TERNAK DI INDONESIA PRAKIRAAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN PRODUK PANGAN TERNAK DI INDONESIA Oleh : I Wayan Rusast Abstrak Pertumbuhan ekonomi telah menggeser pola konsumsi dengan penyediaan produk pangan ternak yang lebih besar.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis dan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian deskriptif dan penelitian kuantitatif, serta menggunakan

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI DAN KECUKUPAN PROTEIN HEWANI RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SUKABUMI NINDYA SHINTA H

POLA KONSUMSI DAN KECUKUPAN PROTEIN HEWANI RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SUKABUMI NINDYA SHINTA H POLA KONSUMSI DAN KECUKUPAN PROTEIN HEWANI RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SUKABUMI NINDYA SHINTA H14100010 ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJAMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. bebas X yang dihubungkan dengan satu peubah tak bebas Y.

BAB 2 LANDASAN TEORI. bebas X yang dihubungkan dengan satu peubah tak bebas Y. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Regresi Linier Sederhana Regresi linier sederhana merupakan suatu prosedur untuk mendapatkan hubungan matematis dalam bentuk suatu persamaan antara variabel tak bebas tunggal dengan

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER PADA MODEL SIMULTAN. Oleh: M. Rondhi, Ph.D

PENDUGAAN PARAMETER PADA MODEL SIMULTAN. Oleh: M. Rondhi, Ph.D PENDUGAAN PARAMETER PADA MODEL SIMULTAN Oleh: M. Rondhi, Ph.D Standar Kompetensi Kompetensi dasar Metode Pembelajaran : Mahasiswa dapat menganalisis model simultan : 1. Mahasiswa menjelaskan contoh perekonomian

Lebih terperinci