III. METODE PENELITIAN
|
|
- Hadi Iskandar
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang digunakan adalah data rumah tangga, khususnya untuk enam provinsi di Pulau Jawa, yang berasal dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) periode pencacahan bulan Maret, dari tahun 2007 sampai dengan Pada tahun jumlah sampel Susenas yang berhasil dicacah berturut-turut adalah sebanyak , , , dan rumah tangga dengan tingkat estimasi terendah sampai pada level provinsi (total rumah tangga). Untuk Pulau Jawa, jumlah sampel yang ada pada tahun 2007 hingga tahun 2010 berturut-turut adalah , , , dan rumah tangga. Total dari tahun 2007 sampai dengan 2010 adalah rumah tangga. Susenas mengumpulkan data kor dan data modul konsumsi/pengeluaran dan pendapatan rumahtangga. Data yang dikumpulkan dalam kor antara lain keterangan anggota rumah tangga, kesehatan, pendidikan, perumahan, dan sosial ekonomi lainnya. Sedangkan susenas modul berisi tentang kuantitas dan nilai konsumsi makanan yang mencakup 215 komoditi dengan sub kelompok sebanyak 14 sub kelompok komoditi. Ke-14 sub kelompok komoditi tersebut adalah: padipadian, umbi-umbian, ikan/udang/kerang, daging, telur dan susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, bahan minuman, bumbubumbuan, konsumsi lainnya, makanan dan minuman jadi, serta tembakau dan sirih. Pengeluaran/konsumsi rumahtangga untuk non makanan mencakup 108 item pengeluaran dengan sub kelompok sebanyak 6 sub kelompok item yaitu: perumahan dan fasilitas rumahtangga, barang dan jasa, pakaian/alas kaki dan tutup kepala, barang-barang tahan lama, pajak dan asuransi, serta keperluan pesta dan upacara serta berisikan pendapatan, penerimaan, dan pengeluaran bukan konsumsi. 3.2 Metode Analisis Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis ekonometrika dengan menggunakan model LA-AIDS (Linear approximation
2 22 Almost Ideal Demand System). Analisis deskriptif bertujuan untuk mengeksplorasi dan menelusuri struktur dan pola data rumah tangga di enam provinsi di Pulau Jawa, khususnya mengenai pola konsumsinya dari tahun Pengolahan dilakukan dengan menggunakan Excel 2007, StataIC 10, dan SAS Model LA-AIDS Salah satu model untuk mempelajari fungsi konsumsi dengan variabel sosial ekonomi adalah model Almost Ideal Demand System (AIDS). Model AIDS merupakan pengembangan dari kurva Engel dan persamaan Marshall yang diturunkan dari teori maksimisasi kepuasan. Deaton dan Muellbauer (1980) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pendapatan (pengeluaran) dengan tingkat konsumsi yang dinyatakan dalam bentuk budget share, sebagai berikut: w i = α i + β ilog x...(3.1) Model permintaan AIDS dibangun berdasarkan fungsi biaya yang didefinisikan sangat spesifik sehingga dapat mewakili struktur preferensi individu. Dengan struktur preferensi ini dimungkinkan dilakukannya agregasi preferensi dari tingkat mikro sampai level yang lebih tinggi secara konsisten. Deaton dan Muellbauer (1980) membangun model permintaan AIDS berdasarkan fungsi biaya yang menunjukkan biaya minimum dari kebutuhan konsumen dalam memaksimalkan utilitasnya pada tingkat dan harga tertentu. Fungsi biaya dapat dinyatakan dengan: ln c(u, p) = (1 u) ln[a( p)]+ u ln[b( p)]...(3.2) dengan c menunjukkan total pengeluaran, u dan p menunjukkan nilai utilitas dan vektor harga. Pada persamaan 3.2 fungsi a(p) dan b(p) bersifat linear positif dan homogen berderajat satu terhadap harga. Fungsi a(p) bernilai antara 0 dan 1 sehingga dapat diinterpretasikan sebagai biaya subsisten jika nilai u adalah 0. Sedangkan b(p) merupakan biaya kenikmatan (cost of bliss) jika nilai u adalah 1. Dalam bentuk logaritma dengan sejumlah k komoditi persamaan 3.2 dapat ditulis menjadi: lnc(u, p) = α 0 + ln p j + keterangan: α, β, dan γ adalah parameter. ln ln...(3.3) Derivasi parsial terhadap harga ln c(u, p) / ln p i = q i dan dengan asumsi nilai u yang konstan serta mengalikan kedua sisi dengan,, maka
3 23,, sehingga persamaan 3.3 menghasilkan fungsi permintaan berupa budget share komoditi i atau dinotasikan w i : ln...(3.4) Dalam memaksimalkan kepuasaan konsumen, total pengeluaran X sama dengan c(u, p), sehingga u dan budget share dapat dinyatakan sebagai fungsi dari pengeluaran dan harga dalam bentuk: ln ln...(3.5) Persamaan 3.5 dikenal sebagai model AIDS Deaton & Muellbauer (1980). P adalah indeks harga, dengan bentuk fungsional : ln P = α 0 + ln p j + ln ln...(3.6) Indeks harga dalam bentuk fungsional tersebut akan membentuk persamaan AIDS yang cenderung non linear, sehingga nilai P (Price indeks) diestimasi dengan Stone s Price indeks : ln P = ln p i dengan demikian persamaan 3.6 menjadi model Linear Approximation AIDS : ln log x ln...(3.7) Model AIDS dapat bersifat restricted atau unrestricted. Model yang restricted mengharapkan terpenuhinya beberapa asumsi dari fungsi permintaan, yaitu: Adding Up : Homogeneity : 1, 1, 0, untuk setiap i 0, 0 Symmetry :γ ij = γ ji Fungsi biaya AIDS yang berbentuk fleksibel mengakibatkan fungsi permintaan persamaan 3.7 merupakan first order approximation dari prilaku konsumen dalam memaksimumkan kepuasaannya. Dalam hal maksimasi kepuasaan tidak terpenuhi atau tidak diasumsikan terjadi, fungsi permintaan AIDS tetap merupakan fungsi yang berhubungan dengan pendapatan dan harga, sehingga tanpa restriksi homogeneity dan symmetry, fungsi tersebut masih merupakan first order approximation terhadap fungsi permintaan secara umum.
4 24 Beberapa kelebihan model AIDS, di antaranya: 1) Dapat digunakan untuk mengestimasi sistem persamaan yang terdiri atas beberapa kelompok komoditi yang saling berkaitan, 2) Model lebih konsisten dengan data pengeluaran konsumsi yang telah tersedia, sehingga estimasi permintaan dapat dilakukan tanpa data kuantitas, 3) Karena model merupakan semilog, maka secara ekonometrik model akan menghasilkan parameter yang lebih efisien artinya dapat digunakan sebagai penduga yang baik, 4) Secara umum konsisten dengan teori permintaan karena adanya restriksi yang dapat dimasukkan dalam model dan dapat digunakan untuk mengujinya. Perilaku konsumsi masyarakat pada kenyataannya tidak selalu rasional yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti rutinitas dan kebiasaan hidup sehari-hari, sehingga asumsi homogenitas dan simetri sulit terpenuhi. Asumsi kehomogenan dan simetri sangat tergantung dari kekonsistenan data, dan asumsi tersebut perlu diuji (Daud, 2006) SUR (Seemingly Unrelated Regression) Untuk melakukan estimasi dengan model AIDS dapat digunakan pemodelan SUR dan diestimasi dengan prosedur GLS (Generalized Least Square). Model SUR terdiri atas suatu kumpulan peubah-peubah endogen yang dipertimbangkan sebagai suatu kelompok karena memiliki hubungan yang erat satu sama lain, sehingga SUR diartikan sebagai regresi yang seolah-olah tidak berkaitan satu sama lain yang disebabkan oleh kedekatan secara teoritis antar persamaan tersebut. Suatu ketidakefisienan terjadi karena metode seperti 2SLS dan peubah instrumental tidak mempertimbangkan korelasi antar sisaan dari persamaanpersamaan yang dibentuk. Untuk itu SUR terdiri atas sekumpulan persamaan yang masing-masing variabel endogen saling berhubungan satu sama lain karena adanya korelasi antar sisaan untuk setiap kelompok persamaan. Model SUR menggunakan prosedur GLS dan dapat meningkatkan efiensi dugaan dengan cara mempertimbangkan secara eksplisit bahwa terdapat korelasi sisaan. Model SUR ini pertama kali diperkenalkan oleh Zellner pada tahun 1962, yang pada intinya
5 25 melakukan iterasi dua tahap. Prosedur GLS digunakan dalam kasus bahwa asumsi klasik OLS seperti homosedasticity (ragam konstan) dan non-autokorelasi (sisaan tidak berkorelasi) tidak terpenuhi. Substitusi antar barang menunjukkan permintaan setiap komoditi memiliki hubungan satu sama lain sehingga estimasi parameter lebih efisien menggunakan GLS. 3.3 Model Penelitian Model penelitian dibentuk untuk masing-masing kelompok, yakni kelompok rumah tangga dan kelompok industri. Adapun model-modelnya adalah sebagai berikut: ln ln.(3.8) dengan asumsi E(e i ) = 0 dan E(e i e j ) = σ ij I untuk setiap i,j selanjutnya persamaan di atas diestimasi dengan Seemingly Unrelated Regression (Zellner,1962). keterangan: i, j = 1,2,...(komoditi/kelompok komoditi) w i = proporsi/budget share pengeluaran kelompok komoditi ke-i ln p j = logaritma natural estimasi harga kelompok komoditi ke-j ln (y/ P) = ln total pengeluaran yang dideflasi dengan indeks harga Stone P = indeks harga Stone, dengan ln P = ln p i d = dummy, dengan d = 0 untuk desa dan d = 1 untuk kota t = tren waktu, dengan t = 0, 1, 2, dan 3 berturut-turut untuk tahun e i = error term. Adapun kelompok komoditi yang digunakan dalam analisis ada enam kelompok, yakni kelompok komoditi energi (terdiri atas energi listrik; LPG, gas kota, dan briket/batu bara; minyak tanah; bensin, dan solar), kelompok komoditi makanan, dan kelompok komoditi non makanan lainnya. Analisis dilakukan secara menyeluruh serta dibedakan antara desa dan kota. Pengolahan dilakukan dengan mengurangi satu persamaan untuk memenuhi restriksi adding up. Pengukuran respon perubahan variabel di sini merupakan besaran elastisitas yang meliputi respon perubahan permintaan suatu komoditi akibat perubahan harga (elastisitas harga sendiri), respon perubahan permintaan suatu
6 26 komoditi akibat perubahan harga komoditi lainnya (elastisitas silang), respon perubahan permintaan suatu komoditi akibat terjadinya perubahan tingkat pendapatan (elastisitas pendapatan/pengeluaran). Elastisitas pendapatan diukur melalui pendekatan elastisitas pengeluaran (total pengeluaran untuk komoditi terpilih). Bentuk umum elastisitas harga pada permintaan yang tidak terkompensasi dari model LA-AIDS adalah: / / (3.9) keterangan: δ ij = 1 untuk i = j dan δ ij = 0 untuk i j. dalam penurunan ini diasumsikan dlnp/dlnp j = w j (Chalfant, J, 1987) Berdasarkan penurunan di atas, bisa dituliskan rumusan elastisitasnya adalah sebagai berikut: a. Own-Price Elasticity : 1.(3.10) b. Cross-Price Elasticity :...(3.11) c. Income Elasticity : 1.(3.12) 3.4 Cakupan Penelitian Penelitian ini mencakup rumah tangga di Pulau Jawa yang menjadi sampel Susenas tahun periode pencacahan bulan Maret. Ada enam provinsi yang ada di Pulau Jawa, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten. Rentang waktu yang diteliti adalah selama sesuai rentang waktu data yang digunakan, yakni tahun Rumah tangga sampel tersebut dibedakan menurut daerah perkotaan dan perdesaan. Sehingga analisis bisa dilakukan secara menyeluruh dan juga terpisah untuk perkotaan dan perdesaan. Selain itu, juga dilihat perkembangannya dari tahun 2007 sampai dengan Oleh karena tidak semua rumah tangga mengkonsumsi setiap kelompok komoditi sesuai asumsi dari model, maka dilakukan justifikasi nilai konsumsi terhadap beberapa rumah tangga yang dalam penelitian ini tidak mengkonsumsi seluruh kelompok komoditi dimaksud. Selain itu, karena penelitian ini menggunakan data dari tahun 2007 sampai tahun 2010, nilai pengeluaran tiap
7 27 komoditi dibagi dengan indeks harga konsumen pada bulan dan tahun yang bersesuaian, sehingga perbedaan nilai akibat pengaruh inflasi bisa dihilangkan. Nilai harga kelompok komoditi energi merupakan harga implisit yang dihasilkan dari proksi total pengeluaran terhadap total konsumsi (unit value). Untuk kelompok komoditi energi dilakukan konversi satuan, sehingga setiap kelompok persamaan memiliki satuan yang sama. Berbeda dengan komoditi energi, proksi harga untuk komoditi non makanan memang berbeda karena tidak semua komoditi ini dikonsumsi secara rutin oleh rumah tangga, sehingga proksi harga juga dicoba didekati dengan harga implisit. Analisis konsumsi dilakukan dengan mengelompokkan komoditi yang dikonsumsi rumah tangga menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok makanan, kelompok energi, dan kelompok non makanan lainnya. Adapun kelompok energi dibagi lagi menjadi empat sub kelompok, yaitu listrik; lpg, gas kota, dan batu bara; minyak tanah, bensin dan solar. 3.5 Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan Penentuan status atau kategori suatu wilayah ke dalam desa atau kota yang dilakukan oleh BPS menggunakan skoring berdasarkan karakteristik wilayah tersebut.variabel kepadatan penduduk,persentase rumah tangga bekerja di sektor pertanian, jarak ke fasilitas sosial ekonomi terdekat masih mendominasi penentuan skoring. Desa/kelurahan yang memilikiskor lebih dari atau sama dengan 10 digolongkan sebagai daerah perkotaan, sebaliknya skor kurang dari 10 digolongkan sebagai daerah perdesaan. Metodologi penentuan skoring berdasarkan hasil pendataan PODES (PotensiDesa) yang dilaksanakan menjelang Sensus Penduduk. Berikut secara ringkas penentuan skoring daerah perkotaan : a. Variabel kepadatan penduduk: 500 = skor 1, = skor 2-4, = skor 5-7, 8500 = skor 8 b. Persentase rumahtangga pertanian: 70 = skor 1, = skor 2-4, 20-5 = skor 5-7, 5 = skor 8 c. Akses fasilitas umum 2,5 km (ada = skor 1) : Taman kanak-kanak, SMP, SMU
8 28 d. Akses fasilitas umum 2 km (ada = skor 1) : pasar, pertokoan e. Akses fasilitas umum 5 km (ada = skor 1) : bioskop, rumah sakit f. Hotel/bilyard/diskotek/panti pijat/salon (ada = skor 1) g. Persentase pengguna telepon ( 8 = skor 1) h. Persentase pengguna listrik ( 90 = skor 1) 3.6 Simulasi Perubahan Harga dan Pendapatan Rumah Tangga Selain memberikan gambaran deskriptif pola konsumsi energi rumah tangga di Pulau Jawa dan estimasi elastisitas permintaan komoditi-komoditi yang dianalisis berdasarkan karakteristik wilayah dan perkembangannya dari waktu ke waktu, akan dilakukan juga simulasi perubahan jumlah barang yang diminta jika beberapa variabel mengalami perubahan. Berdasarkan nilai elastisitas permintaan yang diperoleh untuk rumah tangga di Pulau Jawa pada tahun (total), akan dilakukan simulasi dengan beberapa skenario. Skenario pertama adalah kenaikan harga bbm (bensin dan solar) sebesar 11 persen dan harga listrik sebesar 15 persen. Kenaikan harga bbm tersebut dikaitkan dengan opsi meningkatkan harga premium sebesar 500 rupiah dari 4500 rupiah (persentase kenaikan adalah 11,11 persen, untuk simulasi digunakan hanya 11 persen (dibulatkan)). Kenaikan harga listrik terkait dengan wacana pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik (tdl) pada tahun 2012 sebesar 15 persen. Skenario yang kedua adalah kenaikan harga yang sama untuk bbm dan listrik seperti pada skenario pertama, namun diiringi dengan peningkatan pendapatan rumah tangga sebesar 4 persen (terkait dengan laju pertumbuhan pengeluaran rumah tangga pada tahun 2011 (BPS)). Adapun bentuk matematis simulasi yang dilakukan adalah sebagai berikut: ln E ln ln ln...(3.13)
9 29 Keterangan: x dan z adalah komoditi makanan, listrik, lpg, gas kota, dan batu bara, minyak tanah, bensin dan solar, non makanan lainnya E adalah matrik 6 x 7 elastisitas harga dan elastisitas pengeluaran rumah tangga. p dan r adalah harga komoditi y adalah pengeluaran rumah tangga
III. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pulau Jawa yang terdiri dari 6 provinsi yaitu, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemiskinan Kemiskinan mengandung banyak pengertian, berbeda antara satu lokasi/daerah dengan daerah yang lain pada setiap waktu. Definisi kemiskinan dalam Rencana Pembangunan
Lebih terperinciANALISIS KETERKAITAN ANTAR KOMODITAS PROTEIN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM (AIDS)
Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 3 Hal. 162 166 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND ANALISIS KETERKAITAN ANTAR KOMODITAS PROTEIN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM (AIDS)
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data
20 METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data Penelitian ini menggunakan data Susenas Modul Konsumsi tahun 2005 yang dikumpulkan dengan desain cross sectional. Data Susenas Modul Konsumsi terdiri
Lebih terperinciKAJIAN PENGARUH HARGA DAN PENDAPATAN TERHADAP PROPORSI PENGELUARAN MAKANAN RUMAH TANGGA (PENDEKATAN MODEL LINIER PERMINTAAN LENGKAP)
KAJIAN PENGARUH HARGA DAN PENDAPATAN TERHADAP PROPORSI PENGELUARAN MAKANAN RUMAH TANGGA (PENDEKATAN MODEL LINIER PERMINTAAN LENGKAP) Juni Trisnowati 1, Kim Budiwinarto 2 1) 2) Progdi Manajemen Fakultas
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, karena dalam
57 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, karena dalam penelitiannya penulis menggunakan data analisis dan interprestasi dari arti
Lebih terperinciPERMINTAAN BUAH-BUAHAN RUMAHTANGGA DI PROPINSI LAMPUNG
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 4 No 2, Desember 2016); halaman 137-148 137 PERMINTAAN BUAH-BUAHAN RUMAHTANGGA DI PROPINSI LAMPUNG Rini Desfaryani 1, Sri Hartoyo 2, dan Lukytawati Anggraeni 2 1)Program
Lebih terperinciPROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN:
APLIKASI SISTEM PERSAMAAN SEEMINGLY UNRELATED REGRESSIONS PADA MODEL PERMINTAAN PANGAN Kim Budiwinarto 1 1 Progdi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta Abstrak Fenomena ekonomi yang kompleks
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung yang terdiri dari 14 kabupaten/kota
41 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung yang terdiri dari 14 kabupaten/kota meliputi rumah tangga miskin yang dijadikan sampel Susenas di Provinsi Lampung
Lebih terperinci4 METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan dan Analisis Data
29 4 METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Jenis data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder tahunan deret waktu (time series), dari tahun 1985 hingga 2011. Adapun sumbersumber
Lebih terperinciIV. POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA MISKIN DI PULAU JAWA
IV. POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA MISKIN DI PULAU JAWA Data pola konsumsi rumah tangga miskin didapatkan dari data pengeluaran Susenas Panel Modul Konsumsi yang terdiri atas dua kelompok, yaitu data pengeluaran
Lebih terperinciPenerapan model Almost Ideal Demand System ( AIDS ) pada pola konsumsi pangan rumah tangga nelayan di Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas
Penerapan model Almost Ideal Demand System ( AIDS ) pada pola konsumsi pangan rumah tangga nelayan di Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas Kim Budiwinarto * ) * ) Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta
Lebih terperinciANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI RUMAH TANGGA DI PROVINSI JAWA BARAT ENDAH NORA SUSANTI
ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI RUMAH TANGGA DI PROVINSI JAWA BARAT ENDAH NORA SUSANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN
Lebih terperinciANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DAERAH PERKOTAAN DAN PEDESAAN SERTA KETERKAITANNYA DENGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DAERAH PERKOTAAN DAN PEDESAAN SERTA KETERKAITANNYA DENGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : Nilam Anggar Sari.,SE.,M.Si Penulis adalah Pengajar
Lebih terperinciKata Kunci : Konsumsi Pangan Hewani, Almost Ideal Demand System (AIDS), Elastisitas, Konsumen Rumatangga.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI PANGAN HEWANI PADA KONSUMEN RUMAHTANGGA DI KOTA PADANG Noni Novarista, Rahmat Syahni, Jafrinur Abstract: The objectives of this research were to determine: (1)
Lebih terperinciV. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa
72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk
Lebih terperinciANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DAN AYAM BURAS DI PROPINSI DKI JAKARTA : PENERAPAN MODEL ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM DENGAN DATA SUSENAS 2005
ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DAN AYAM BURAS DI PROPINSI DKI JAKARTA : PENERAPAN MODEL ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM DENGAN DATA SUSENAS 2005 SKRIPSI HILMA RAMDHIANI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN
Lebih terperinciWARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL
Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Di Kabupaten Kendal Bulan April 2016 DEFLASI 0,41 Persen Bulan April 2016 di Kabupaten Kendal terjadi deflasii 0,41 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapkan dengan berbagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapkan dengan berbagai kebutuhan yang tiada henti, karena memang pada dasarnya manusia tidak lepas dari kebutuhan
Lebih terperinciANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER PROTEIN HEWANI BERDASARKAN GOLONGAN PENDAPATAN DI KABUPATEN CIREBON RADEN HENI HINDAWATI
ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER PROTEIN HEWANI BERDASARKAN GOLONGAN PENDAPATAN DI KABUPATEN CIREBON RADEN HENI HINDAWATI DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciPERMINTAAN KUANTITAS DAN KUALITAS BUAH-BUAHAN RUMAH TANGGA DI PROVINSI LAMPUNG RINI DESFARYANI
PERMINTAAN KUANTITAS DAN KUALITAS BUAH-BUAHAN RUMAH TANGGA DI PROVINSI LAMPUNG RINI DESFARYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-Teori Teori Permintaan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-Teori 2.1.1 Teori Permintaan Permintaan menunjukkan jumlah barang dan jasa yang akan dibeli konsumen pada periode waktu dan keadaan tertentu. Hubungan antara jumlah
Lebih terperinciANALISIS ELASTISITAS TIGA BAHAN PANGAN SUMBER PROTEIN HEWANI DI INDONESIA
ANALISIS ELASTISITAS TIGA BAHAN PANGAN SUMBER PROTEIN HEWANI DI INDONESIA Daru Wahyuni, Losina Purnastuti, & Mustofa Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia Email: daruwahyuni@yahoo.co.id Abstrak: Analisis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang. Definisi tersebut menjelaskan bahwa pembangunan tidak hanya
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2009
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 26/07/31/Th XI, 1 Juli 2009 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2009 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta pada bulan Maret
Lebih terperinciWARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL
Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Di Kabupaten Kendal Bulan Pebruari 2016 DEFLASI 0,20 Persen Bulan Pebruari 2016 di Kabupaten Kendal terjadi deflasi 0,20 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK)
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2. 1 Fungsi Permintaan Fungsi permintaan menunjukkan hubungan antara jumlah produk yang diminta oleh konsumen dengan harga produk (Nicholson, 2005). Tugas eksperimen ini adalah melakukan
Lebih terperinciBPS KABUPATEN KENDAL
BPS KABUPATEN KENDAL PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN KENDAL BULAN APRIL 2015 INFLASI 0,19 PERSEN Bulan April 2015 di Kabupaten Kendal terjadi inflasi 0,19 persen dengan Indeks Harga
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN 22/04/73/Th. XIX, 1 April PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI MARET PROVINSI SULAWESI SELATAN INFLASI 0,50 PERSEN Pada et, Provinsi Sulawesi Selatan terjadi inflasi
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2015
No. 05/01/36/Th.X, 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2015 MENCAPAI 690,67 RIBU ORANG Pada bulan ember 2015, jumlah penduduk miskin (penduduk
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI
BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI PAPUA BARAT No. 36/08/91 Th. VIII, 04 Agustus 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI Pada bulan 2014, Kota Manokwari mengalami inflasi sebesar
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI
BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI PAPUA BARAT No. 16/04/91 Th. VIII, 01 April 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI Pada bulan Maret 2014, Kota Manokwari mengalami deflasi sebesar
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
No. 05/02/36/Th.IX, 2 Februari 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JANUARI 2015 BANTEN DEFLASI -0,34 PERSEN Mengawali tahun 2015 harga barang-barang/jasa kebutuhan pokok masyarakat di Banten
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI
BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI PAPUA BARAT No. 14/03/91 Th. IX, 02 Maret 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI Pada bulan 2015, Kota Manokwari mengalami inflasi sebesar 0,04
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2011
No. 07/01/62/Th. VI, 2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2011 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan)
Lebih terperinciANALISIS POLA KONSUMSI DAERAH PERKOTAAN DAN PEDESAAN SERTA KETERKAITANNYA DENGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DI PROPINSI BANTEN MUHARDI KAHAR
ANALISIS POLA KONSUMSI DAERAH PERKOTAAN DAN PEDESAAN SERTA KETERKAITANNYA DENGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DI PROPINSI BANTEN MUHARDI KAHAR SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
Lebih terperinciRESPON PERMINTAAN IKAN DI PROVINSI RIAU
RESPON PERMINTAAN IKAN DI PROVINSI RIAU Dinda Julia, Djaimi Bakce, Jumatri Yusri Fakultas Pertanian Universitas Riau Hp: 085278262490; Email: dinda_agb08@yahoo.com ABSTRACT This research aim to analyze
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN WONOGIRI No. 01/02/3312/Th 2016, ruari 2016 INFLASI KABUPATEN WONOGIRI PADA BULAN JANUARI 2016 SEBESAR 0,48% Bulan uari 2016 mencatat inflasi sebesar 0,48 persen. Perekonomian
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2014
No. 31/07/36/Th. VIII, 1 Juli 2014 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2014 MENCAPAI 622,84 RIBU ORANG Pada bulan Maret 2014, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/12/Th. XVII, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JANUARI 2016 INFLASI 0,37 PERSEN Pada Januari 2016 di Kota Bekasi terjadi inflasi sebesar
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT a No. 16/03/76/Th. IX, 2 Maret 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI FEBRUARI 2015 MAMUJU DEFLASI -1,13 PERSEN Berdasarkan hasil Survei Harga Konsumen 82 kota di Indonesia
Lebih terperinciBPS PROVINSI SULAWESI SELATAN
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN 06/02/73/Th. XX, 1 Februari PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI SULAWESI SELATAN BULAN JANUARI Bulan uari Sulawesi Selatan 1,22 persen Pada bulan uari, Sulawesi Selatan
Lebih terperinciNo. 01/3307/2017, 9 Mei 2017
No. 01/3307/2017, 9 Mei 2017 Pada bulan April 2017 Wonosobo mengalami inflasi sebesar 0,02 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 124,27. Inflasi April 2017 lebih tinggi dibandingkan Maret 2017
Lebih terperinciPROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA
PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA Tria Rosana Dewi dan Irma Wardani Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Islam Batik Surakarta Email : triardewi@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN 66/12/73/Th. XVIII, 1 Desember PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI NOPEMBER PROVINSI SULAWESI SELATAN INFLASI 1,41 PERSEN Pada ember, Provinsi Sulawesi Selatan terjadi
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2015 INFLASI 0,03 PERSEN
BPS KABUPATEN KEBUMEN No. 06/06/33/05/Th. VI, 01 April 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2015 INFLASI 0,03 PERSEN Pada Bulan Maret 2015 di Kota Kebumen terjadi
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN 17/03/73/Th. XIX, 2 Maret PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI FEBRUARI PROVINSI SULAWESI SELATAN DEFLASI -0,27 PERSEN Pada ruari, Provinsi Sulawesi Selatan terjadi
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
No. 08/74/32/ThXVII, 2 September 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI AGUSTUS 2015 KOTA CIREBON DEFLASI 0,06 PERSEN Pada Agustus 2015 Kota Cirebon mengalami deflasi sebesar 0,06 persen dengan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG K e p a l a,
KATA PENGANTAR Perubahan data Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator ekonomi makro yang penting untuk memberikan gambaran tentang pola konsumsi masyarakat serta dapat menunjukkan keseimbangan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
No. 10/04/36.73/Th.V, 4 Mei PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI APRIL KOTA SERANG INFLASI 0,94 PERSEN Memasuki bulan ini harga barang-barang/jasa kebutuhan pokok masyarakat di Kota Serang banyak
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) KOTA BEKASI
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI F E B R U A R I PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN () KOTA BEKASI Pada Kota Bekasi mengalami inflasi sebesar 1,15 persen dengan Indeks Harga Konsumen () sebesar 110,36
Lebih terperinciGaris Kemiskinan. Rumus Penghitungan : GK = GKM + GKNM. GK = Garis Kemiskinan GKM = Garis Kemiskinan Makanan GKNM = Garis Kemiskinan Non Makan
Garis Kemiskinan Garis kemiskinan atau batas kemiskinan adalah tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar hidup yang mencukupi di suatu negara. Garis kemiskinan berguna
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT a No. 06/02/76/Th. X, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JANUARI 2016 MAMUJU DEFLASI -0,06 PERSEN Berdasarkan hasil Survei Harga Konsumen 82 kota di
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. berupa time series dari tahun 1995 sampai tahun Data time series
III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, berupa time series dari tahun 1995 sampai tahun 2011. Data time series merupakan data
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
No. 20/05/36/Th.IX, 4 Mei PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI APRIL BANTEN INFLASI 0,71 PERSEN Memasuki bulan harga barang-barang/jasa kebutuhan pokok masyarakat di Banten secara umum mengalami
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN 26/05/73/Th. XIX, 4 MEI PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI APRIL PROVINSI SULAWESI SELATAN INFLASI 0,33 PERSEN Pada il, Provinsi Sulawesi Selatan terjadi inflasi
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK KOTA DEPOK
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA DEPOK Juli Bulan Juni di Kota Depok terjadi inflasi sebesar 0.36 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 118.75 persen. Dari 7 (tujuh) kelompok tercatat lima kelompok
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
No. 06/12 Th. IX, 2 Januari 2012 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DESEMBER 2011 BREBES INFLASI SEBESAR 0,05 PERSEN Pada bulan 2011 di Brebes terjadi inflasi sebesar 0,05 persen dengan Indeks
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI
BADAN BPS PROVINSI PUSAT STATISTIK PAPUA BARAT No. 35/07/91 Th. X, 01 Juli 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI Pada bulan 2016, Kota Manokwari mengalami inflasi sebesar 1,77
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 21/07/31/Th. XII, 1 Juli 2010 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN 01/01/73/Th. XIX, 2 Januari 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI DESEMBER PROVINSI SULAWESI SELATAN INFLASI 2,75 PERSEN Pada ember, Provinsi Sulawesi Selatan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit
47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usaha ternak ayam adalah usaha yang membudidayakan ayam ras pedaging probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.
Lebih terperinciVII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA
161 VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA Pemodelan suatu fenomena seringkali tidak cukup hanya dengan satu persamaan, namun diperlukan beberapa persamaan. Pada Bab IV telah disebutkan bahwa ditinjau
Lebih terperinciPenelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis. melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive),
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive),
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI
BADAN PUSAT STATISTIK No. 55/10/91 Th. X, 03 Oktober 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI Pada bulan 2016, Kota Manokwari mengalami deflasi sebesar -0,67 persen dengan Indeks
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI
BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI PAPUA BARAT No. 55/10/91 Th. IX, 01 Oktober 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI Pada bulan 2015, Kota Manokwari mengalami inflasi sebesar 0,38
Lebih terperinciKOTA METRO BULAN JANUARI 2017 INFLASI SEBESAR 0,72 PERSEN
p BPS KOTA METRO Bulan Januari 2017, memasuki bulan pertama di tahun 2017, Kota Metro mengalami inflasi. Kelompok pengeluaran yang menjadi pemicu terjadinya inflasi didominasi oleh kelompok perumahan,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
No. 01/01/36/Th.IX, 2 Januari 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DESEMBER BANTEN INFLASI 2,51 PERSEN Mengakhiri tahun harga barang-barang/jasa kebutuhan pokok masyarakat di Banten secara umum
Lebih terperinciWARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL
Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Di Kabupaten Kendal Bulan Januari 2016 INFLASI 0,43 Persen Bulan Januari 2016 di Kabupaten Kendal terjadi Inflasi 0,43 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK)
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN INFLASI KOTA BOGOR APRIL SEBESAR 0,07 PERSEN MEI Kota Bogor masih mengalami kenaikan harga sehingga secara umum masih terjadi kenaikan
Lebih terperinciWARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL
WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Di Kabupaten Kendal Bulan April 2017 INFLASI 0,16 Persen Bulan April 2017 di Kabupaten Kendal terjadi inflasi
Lebih terperinci3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia
3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia Manusia pada hakekatnya merupakan mahluk Tuhan yang sangat kompleks, dimana secara hirarki penciptaan manusia dilatarbelakangi adanya asal usul manusia sebagai mahluk yang
Lebih terperinciPROPOSAL SKRIPSI. : ANALISIS PERMINTAAN KONSUMSI SAYURAN DI JAWA TENGAH
PROPOSAL SKRIPSI. : ANALISIS PERMINTAAN KONSUMSI SAYURAN DI JAWA TENGAH PROPOSAL SKRIPSI Nama : Anindita Ardha Pradibtia Kelas : 4 SE 1 NIM : 09.5878 Judul Proposal : Analisis Permintaan Konsumsi Sayuran
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
BADAN PUSAT STATSTK KOTA DEPOK Maret 2014 Bulan Februari 2014 di Kota Depok terjadi nflasi sebesar 0.54 persen dengan indeks harga konsumen (HK) sebesar 112.13 persen. Dari 7 (tujuh) kelompok tercatat
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN 53/09/73/Th. XIX, 1 September PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI AGUSTUS PROVINSI SULAWESI SELATAN INFLASI 0,37 PERSEN Pada, Provinsi Sulawesi Selatan terjadi inflasi
Lebih terperinciRayinda Citra Utami dan Djoni Hartono: Analisis Daya saing Harga Pariwisata Indonesia: Pendekatan Elastisitas Permintaan
Rayinda Citra Utami dan Djoni Hartono: Analisis Daya saing Harga Pariwisata Indonesia: Pendekatan Elastisitas Permintaan ANALISIS DAYA SAING HARGA PARIWISATA INDONESIA: PENDEKATAN ELASTISITAS PERMINTAAN
Lebih terperinciWARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Di Kabupaten Kendal Bulan September 2016 INFLASI 0,06 Persen Bulan September 2016 di Kabupaten Kendal terjadi
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014
No. 07/01/62/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)
Lebih terperinciPROPOSAL SKRIPSI. : Analisis Permintaan Konsumsi Sayuran di Jawa Tengah
PROPOSAL SKRIPSI Nama : Anindita Ardha Pradibtia Kelas : 4 SE 1 NIM : 09.5878 Judul Proposal : Analisis Permintaan Konsumsi Sayuran di Jawa Tengah Dosen Pembimbing : Dr. Hamonangan Ritonga M.Sc. LATAR
Lebih terperinciKEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2016
No. 50/07/71/Th. X, 18 Juli 2016 KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2016 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan melalui Survei Sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Pada tahun 2010 prevalensi merokok
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, mengkonsumsi rokok dan produk tembakau lainnya sudah merupakan kebiasaan. Prevalensi konsumsi rokok cenderung meningkat dari
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data
3. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Departemen Kesehatan. Data yang
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
BADAN PUSAT STATSTK KOTA DEPOK Oktober 2014 Bulan September 2014 di Kota Depok terjadi inflasi sebesar 0.04 persen dengan indeks harga konsumen (HK) sebesar 113.85 persen. Dari 7 (tujuh) kelompok tercatat
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011
No. 37/07/33/Th. V, 1 Juli 2011 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Jawa Tengah pada bulan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2003), penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan memperoleh data
Lebih terperinciBPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 06/01/21/Th X, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2014 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi
Lebih terperinciKEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2016
No. 89/01/71/Th. XI, 03 Januari 2017 KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2016 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan melalui Survei
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
No. 59/11/36/Th.X, 1 November PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI OKTOBER BANTEN INFLASI 0,08 PERSEN Memasuki bulan harga barang-barang/jasa kebutuhan pokok masyarakat di Banten secara umum mengalami
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016
No. 07/01/62/Th. XI, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
No. 06/02/36/Th.X, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JANUARI 2016 BANTEN INFLASI 0,88 PERSEN Mengawali tahun 2016 harga barang-barang/jasa kebutuhan pokok masyarakat di Banten
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 61/11/76/Th. X, 1 November 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI OKTOBER 2016 MAMUJU DEFLASI 0,17 PERSEN Berdasarkan hasil Survei Harga Konsumen 82 kota di Indonesia
Lebih terperinciBPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 06/01/21/Th.VII, 2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2011 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi
Lebih terperinciADULTEQUIVALENT. (AnalisisKonsumsiRumahtangga)
Kat al ogbps :3201012.b p s. go.id ADULTEQUIVALENT ht tp :// w w w (AnalisisKonsumsiRumahtangga) BadanPusatSt at i st i k DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI
BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI PAPUA BARAT No. 19/04/91 Th. X, 01 April 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI Pada bulan 2016, Kota Manokwari mengalami inflasi sebesar 0,13
Lebih terperinciBPS PROVINSI SULAWESI SELATAN
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN 01/01/73/Th. XX, 4 JANUARI 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI SULAWESI SELATAN BULAN DESEMBER Bulan Sulawesi Selatan 0,70 persen Pada bulan, Sulawesi Selatan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KABUPATEN TULUNGAGUNG APRIL 2016 DEFLASI 0.52 PERSEN
No.1/05/3504/Th.XVI, 2 Mei 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KABUPATEN TULUNGAGUNG APRIL 2016 DEFLASI 0.52 PERSEN Pada bulan April 2016 Kabupaten Tulungagung mengalami Deflasi sebesar 0.52
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian
28 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif kuantitatif. Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk melihat
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010
BADAN PUSAT STATISTIK No. 45/07/Th. XIII, 1 Juli 2010 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2010 MENCAPAI 31,02 JUTA Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran
Lebih terperinciPOLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT BERBASIS KARBOHIDRAT DI KOTA BENGKULU: APLIKASI MODEL AIDS
POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT BERBASIS KARBOHIDRAT DI KOTA BENGKULU: APLIKASI MODEL AIDS CARBOHYDRATE-BASED FOOD CONSUMPTION PATTERNS OF SOCIETY IN THE CITY OF BENGKULU Felycia Tiera Kencana, Ketut Sukiyono,
Lebih terperinci