BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
|
|
- Teguh Halim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu negara harus memenuhi syarat-syarat tertentu berdasarkan Konvensi Montevideo tahun 1933 untuk dapat disebut sebagai negara yang berdaulat. Negara harus memiliki penduduk yang tetap, teritori dan pemerintahan. Syarat lain yang penting untuk dipenuhi oleh negara agar dapat dikategorikan ke dalam negara yang berdaulat ialah adanya pengakuan. Peran dari pengakuan sangat krusial bagi negara, karena pemberian pengakuan akan berdampak pada kemampuan negara yang diakui dalam mengadakan hubungan internasional. 1 Pengakuan dibutuhkan oleh entitas-entitas agar dapat berfungsi sebagai entitas normal yaitu menjadi sebuah negara berdaulat untuk menjalankan sistem internasional. Negara yang mendapatkan pengakuan secara terbatas akan menyulitkan akses negara tersebut terhadap pasar, pinjaman dan perlindungan dari norma non-intervensi misalnya. Karakter yang sering diasosiasikan dengan negara-negara yang banyak tidak diakui internasional ialah ketidakpatuhan pada hukum internasional, kekerasan dan radikalisme etnis-nasional. Negara-negara tersebut umumnya akan berusaha mengubah pandangan dan menunjukkan bahwa negara tersebut adalah negara demokratis serta entitas yang layak diterima oleh komunitas internasional. 2 Pentingnya pengakuan membuat negara terus memperjuangkan statusnya sebagai negara berdaulat. Namun, terdapat beberapa negara yang status internasionalnya masih diperdebatkan. 1 Council on Foreign Relations, Montevideo Conventions on the Right and Duties of States (daring), < diakses 16 Agustus N. Capersen, States Without Sovereignity: Imitating Democratic Statehood dalam N. Capersen & G. R. V. Stansfield, Introduction: Unrecognized States in International System, Routledge, Abingdon, 2011, p. 78 1
2 Salah satu negara yang status internasionalnya masih diperdebatkan (debatable) adalah Republic of China (Taiwan). Konsensus 1992 yang merupakan pertemuan wakil tidak resmi antara Cina dan Taiwan menghasilkan kesepakatan adanya 1 Cina. Sementara itu, intrepetasi tentang 1 Cina (One China Policy) dimaknai berbeda oleh Cina maupun Taiwan. Kebijakan hanya ada 1 Cina menimbulkan isu penting tentang status internasional yang dimiliki oleh Taiwan. Hal tersebut menimbulkan pilihan bagi negara-negara untuk memberikan pengakuan kepada Cina atau Taiwan. Kompetisi antara Cina dan Taiwan dalam memperebutkan pengaruh di negara-negara lain utamanya mengenai pengakuan dapat dilihat dari tahun 1970an. Pada periode tersebut, Taiwan kehilangan keanggotaan di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sehingga membuat Taiwan perlu mencari pengakuan sedapat mungkin. Upaya Taiwan dalam memperoleh pengakuan secara signifikan meliputi negara-negara kecil di Afrika, kawasan Amerika Tengah, Kepulauan Karibea dan Pasifik. 3 Selain kawasan-kawasan tersebut, negaranegara memilih mengakui Cina. Sebagian besar negara di dunia apabila telah memberikan pengakuan untuk Cina atau Taiwan, cenderung mempertahankan pengakuan ke salah satu negara tersebut. Contohnya Indonesia yang membuka hubungan diplomatik dengan Cina pada tahun 1950, meskipun hubungan sempat putus di tahun 1967 hingga Akan tetapi, sejak membuka kembali hubungan diplomatik dengan Cina di tahun 1990, Indonesia tetap mengakui Cina hingga sekarang. 4 Hal tersebut juga terjadi dengan Jepang yang telah mengakui Cina sebagai negara berdaulat sejak tahun T. Wesley-Smith, China in the Pacific Islands: impact and implications, dalam C. P. Freeman (ed.), Handbook on China and Developing Countries, Edward Elgar Publishing, Cheltenham, 2015, p A. M. Murphy, Indonesia Responds to China s Rise, dalam B. Gilley & A. O Neil (ed.), Middle Powers and The Rise of China, Georgetown University Press, Washington DC, 2014, pp M. Shirashi, Japan and the Reconstruction of Indochina, dalam G. Faure (ed.), New Dynamics between China and Japan in Asia: How to Build the Future from the Past?, World Scientific Publishing, Danvers, 2010, p
3 Kebijakan untuk tetap mengakui Cina pun dilakukan oleh Amerika Serikat. Perbaikan hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan Cina diawali kunjungan Nixon ke Cina pada tahun Baru di tahun 1979, Amerika Serikat membangun hubungan diplomatik secara penuh dengan Cina. 6 Setelah memberikan pengakuan diplomatik untuk Cina di tahun tersebut, Amerika Serikat tetap mempertahankan pengakuannya. Gambia mempunyai posisi yang unik dalam memberikan pengakuan untuk Taiwan. Pasca merdeka dari Inggris di tahun 1965, Gambia mengakui Taiwan sebagai negara yang berdaulat tepatnya di tahun Namun, setelah Cina mendapatkan kursi di PBB pada tahun 1971, Gambia beralih posisi dengan mengakui Cina tepatnya pada tahun Perubahan pengakuan Gambia pun terjadi lagi dimana Gambia kembali mengakui Taiwan di tahun Beberapa tahun kemudian yaitu di tahun 2013, Gambia memutuskan hubungan diplomatik dengan Taiwan. Selang 3 tahun pemutusan hubungan diplomatik dengan Taiwan, Gambia pun mengakui Cina lagi pada Maret Padahal, hubungan antara Gambia dan Taiwan begitu erat di tahun 2010 dengan adanya kerjasama yang intens di bidang kesehatan, pendidikan dan pelatihan, agrikultur serta pembangunan infrastruktur. 8 Pada tahun 2011, hubungan Gambia dan Taiwan juga semakin menguat terutama di sektor perdagangan bilateral. Hubungan antara Gambia dan Taiwan yang semakin kuat di tahun 2011 tersebut, tidak terlepas dari kerjasama ekonomi utamanya di bidang perdagangan antara Gambia dan Republic of China (Taiwan) dimana volume perdagangan pada tahun sebelumnya mencapai US$4.147 juta. 9 Dapat 6 D. Wang, The United States and China: A History from the Eighteenth Century to the Present, Rowman & Littlefield Publishers, Plymouth, 2013, p. 7 7 A. Ramzy, China Resumes Diplomatic Relations with Gambia, Shutting Out Taiwan, The New York Times (daring), 18 March 2016, < diakses 23 Agustus N. Jawneh, Gambia-Taiwan Relations Deepen, as ROC Embassy Marks 99th National Day, The Point (daring), 11 October 2010, < diakses 23 Agustus Admin, Taiwan Boosts Trade Relations with Gambia Through the Gambia Trade Fair 2011, Business Wire (daring), 4 December 2011, < Relations-Gambia-Gambia-Trade>, diakses 23 Agustus
4 dikatakan bahwa Gambia mempunyai inkonsistensi dalam memberikan pengakuannya untuk Taiwan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka pertanyaan penelitian yang penulis ajukan adalah Mengapa terjadi inkonsistensi dalam kebijakan pengakuan (recognition) oleh Gambia terhadap Taiwan dan Cina? C. Landasan Konseptual Untuk menjawab rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis menggunakan landasan konseptual sebagai berikut: 1. Recognition Dalam Hukum Internasional, recognition merupakan bentuk pernyataan formal tentang status negara yang berdaulat dari suatu negara kepada negara lainnya. Recognition sebagai sebuah tindakan diplomatik dapat diberikan secara sepihak oleh 1 negara maupun lebih. Tujuan praktis dari recognition adalah untuk mengawali hubungan resmi antara negara yang mengakui dengan negara yang diakui. Pengakuan secara konstitutif dapat menciptakan status kenegaraan atau melengkapi otoritas pemerintahan baru di lingkungan internasional. 10 Pengakuan de jure berarti menurut negara negara yang mengakui, negara yang diakui secara formal telah memenuhi persyaratan berdasarkan hukum internasional untuk dapat berpartisipasi aktif di dalam masyarakat internasional. 11 Pada prakteknya, pengakuan lebih ke masalah politik daripada masalah hukum. Pilihan untuk mengakui negara lain terutama ditentukan oleh perlunya perlindungan atas kepentingan-kepentingan negara yang mengakui dengan negara yang diakui. Terdapat pertimbanganpertimbangan politis lainnya seperti perdagangan, strategi dan sebagainya yang mempengaruhi pemberian pengakuan oleh suatu negara. Atas dasar tersebut, 10 J. G. Starke, Introduction to International Law, edisi kesepuluh Bahasa Indonesia Pengantar Hukum Internasional, diterjemahkan oleh Bambang Iriana Djajaatmadja, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, pp J. G. Starke, pp
5 muncul tendensi (kecenderungan) negara-negara untuk menggunakan prinsipprinsip hukum sebagai kamuflase guna menutupi keputusan-keputusan politiknya. 12 Gambia memberikan pengakuan untuk Taiwan karena Taiwan dinilai telah memenuhi syarat-syarat sah sesuai hukum internasional sebagai negara berdaulat. Selain itu, faktor politik dan kepentingan strategis atas persoalan domestik juga menjadi hal yang dipertimbangkan oleh pemerintah Gambia ketika mengakui Taiwan maupun Cina. 2. The Rational Actor Model The Rational Actor Model merupakan teori yang penting dalam memahami pembuatan keputusan luar negeri suatu negara. Berdasarkan model ini, aktor yang rasional diasumsikan mampu mengidentifikasi alternatifalternatif beserta konsekuensi-konsekuensinya dan menyeleksi alternatifalternatif tersebut dengan tujuan untuk memaksimalkan kepuasan. Dalam kondisi yang dihadapkan pada pilihan-pilihan, maka pembuat keputusan yang rasional diharapkan dapat mencapai sasaran dan tujuan. Graham Allison mendefinisikan rasionalitas sebagai pilihan yang konsisten dan valuemaximizing di dalam hambatan yang ada. Pembuat keputusan yang rasionalitas akan memilih alternatif dengan konsekuensi yang paling disukai. Allison juga menambahkan bahwa rational actor model juga menekankan tentang utility maximization yang berarti aktor pembuat keputusan akan memilih alternatif yang memberikan keuntungan-keuntungan bersih (net benefits) paling besar. Rasionalitas sendiri masih dibagi ke dalam 2 bagian yaitu thin rationality yang bertujuan mengejar kepentingan strategis yang sifatnya stabil dan preferensi sesuai yang ditentukan. Sementara itu, thick rationality mengasumsikan aktor mempunyai preferensi-preferensi tertentu yang umumnya berbentuk material self-interest atau melanggengkan maupun memperluas kekuasaan politisi. 13 Berubahnya posisi Gambia dalam memberikan pengakuan untuk Taiwan dilandasi oleh kepentingan ekonomi. Gambia memilih mengakui Cina kembali 12 J. G. Starke, p A. Mintz & K. DeRouen Jr., Understanding Foreign Policy Decision Making, Cambridge University Press, New York, 2010, pp
6 sebagai negara yang berdaulat karena akan lebih besar keuntungan ekonomi yang diperoleh Gambia ketika mengakui Cina daripada memberi pengakuan ke Taiwan. 3. Reciprocity Reciprocity (resiprositas) merupakan fondasi dalam memahami hukum internasional. Selain itu, resiprositas adalah komponen yang esensial pada sistem kedaulatan dan persamaan hukum. Pentingnya resiprositas terlihat melalui diplomasi yang menjadi media pertama dari interaksi negara-negara. Robert Keohane mengidentifikasi 2 bentuk resiprositas dalam hubungan internasional yang dibedakan berdasarkan sifat dan level interaksinya. Pertama adalah specific reciprocity dan kedua yaitu diffuse reciprocity. Specific reciprocity menjelaskan situasi dimana aktor yang melakukan hubungan bilateral menukarkan item atau keputusan yang nilainya kira-kira sebanding dalam interaksi keduanya. Kontrak atau perjanjian adalah contoh dari specific reciprocity karena terdapat pertukaran-pertukaran antara barang maupun jasa secara jelas. Keohane menambahkan bahwa specific reciprocity merupakan kerjasama yang dapat berubah dan akan menghalangi pihak yang menginginkan sebuah perjanjian yang stabil dan menguntungkan. Kontrak atau perjanjian yang termuat dalam specific reciprocity biasanya bersifat sementara dan tertutup. Specific reciprocity juga kerap mengabaikan perjanjian-perjanjian yang ada dan lebih menganggapnya sebagai pelengkap kepentingan negara, alih-alih norma yang mengikat perilaku negara bersama. Sementara itu, diffuse reciprocity menurut Keohane mempunyai cakupan yang lebih luas dalam hal komitmen menerima standar berperilaku demi mengurangi konflik. Diffuse reciprocity hanya akan dapat dicapai jika aktor-aktor memiliki kepentingan yang sesuai dan kepatuhan pada norma bersama. Tanpa adanya prasyaratprasyarat tersebut, diffuse reciprocity akan membuat pihak-pihak mengalami eksploitasi. Penerapan dan pengaplikasian resiprositas seringkali bergantung pada 3 hal yaitu : a) Sumber legal dari kepatuhan norma 6
7 b) Kedudukan politik dari aktor yang dikenai kewajiban c) Evaluasi subjektif kewajiban 14. Hubungan Gambia dan Taiwan terutama mengenai kebijakan pengakuan dari Gambia untuk Taiwan ada resiprositas di dalamnya. Sebab pengakuan yang diberikan oleh negara Gambia untuk Taiwan terdapat hal-hal yang dipertukarkan. D. Argumentasi Utama Gambia yang merupakan negara di benua Afrika memiliki posisi unik dalam pemberian pengakuan kepada Taiwan. Negara Gambia semula mengakui Taiwan kemudian berpindah mengakui Cina, mengakui Taiwan lagi dan akhirnya kembali ke Cina. Hal tersebut menunjukkan adanya inkonsistensi dalam pemberian pengakuan Gambia terhadap Taiwan. Pengakuan Gambia untuk Taiwan diberikan secara resmi karena Taiwan dinilai telah memenuhi syarat-syarat secara hukum internasional sebagai sebuah negara berdaulat. Namun, inkonsistensi yang terjadi di dalam pengakuan Gambia terhadap Taiwan muncul kembali pada bulan Maret Inkonsistensi disebabkan oleh beberapa hal utama yaitu kepentingan politik dan ekonomi Gambia, bentuk resiprositas, kepentingan strategis untuk mengatasi persoalan domestik serta meluasnya peran Cina secara politik dan ekonomi di kawasan Afrika dan di level internasional. E. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan sumber data sekunder berupa studi kepustakaan. Data yang digunakan untuk menganalisis dan menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini adalah literatur buku, jurnal, koran resmi pemerintah dan milik organisasi, serta artikel-artikel lain dari internet. Dalam skripsi ini data yang penulis kumpulkan adalah mengenai inkonsistensi pemberian pengakuan dari 14 S. Watts, Reciprocity and the Law of War, Harvard International Law Journal I, vol. 50, no. 2, 2009, pp
8 Gambia terhadap Taiwan dan Cina dari tahun 1968 hingga 2016 dan faktorfaktor yang mempengaruhi inkonsistensi kebijakan pengakuan Gambia untuk Taiwan dan Cina dengan mengacu juga pada pernyataan yang dirilis oleh lembaga berwenang pada periode tersebut. F. Lingkup Waktu Lingkup waktu tahun 1968 sampai 2016 dipilih oleh penulis karena pada rentang waktu tersebut terdapat peristiwa-peristiwa penting dalam hubungan Gambia dengan Taiwan dan Cina khususnya dalam hal kebijakan pengakuan Gambia. Negara Gambia mengakui Taiwan pada tahun 1968 lalu mengakui Cina di tahun Namun, Gambia kembali menjalin hubungan dengan Taiwan di tahun Pemutusan hubungan diplomatik di tahun 2013 mengakhiri pengakuan formal yang diberikan Gambia untuk Taiwan sejak Meskipun Gambia telah memutuskan hubungan diplomatik sekaligus mencabut pengakuan internasional (international recognition) untuk Taiwan, Gambia tidak langsung memberikan pengakuan internasional untuk Cina. Setelah 3 tahun memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Taiwan, baru pada bulan Maret 2016 Gambia mengakui hanya ada 1 Cina yaitu People s Republic of China (PRC) dan Taiwan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari PRC. Pemilihan rentang waktu dari 1968 hingga 2016 oleh penulis berdasarkan adanya inkonsistensi yang muncul kembali atas kebijakan pengakuan Gambia untuk Taiwan. G. Sistematika Penulisan Skripsi ini direncanakan akan terdiri dari empat bab. Bab Pertama akan membahas mengenai setting dari pengkajian isu yang diteliti, latar belakang mengenai isu penelitian dan mengapa penulis memilih dan menilai isu tersebut sebagai isu yang menarik untuk diteliti. Selanjutnya dalam Bab Kedua akan dijelaskan lebih lanjut mengenai inkonsistensi kebijakan pengakuan oleh Gambia terhadap Taiwan. Bab Ketiga penulis akan menguraikan tentang analisis inkonsistensi pengakuan Gambia pada Taiwan 8
9 dan Cina. Pada Bab Ketiga ini penulis akan menggunakan landasan konseptual recognition, the rational actor model dan reciprocity untuk menganalisis inkonsistensi Gambia tersebut. Skripsi akan diakhiri dengan Bab Empat yang berisi kesimpulan dan inferensi dari hasil temuan penelitian yang penulis dapatkan. 9
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia tersebut. Upaya upaya pembangunan ini dilakukan dengan banyak hal,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Negara negara dunia pasca perang dunia II gencar melaksanakan pembangunan guna memperbaiki perekonomian negaranya yang hancur serta memajukan kesejahteraan penduduknya
Lebih terperinciKEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004
KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004 1. Ketentuan UUD 1945: a. Pra Amandemen: Pasal 11: Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia dan Thailand merupakan dua negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang sedang berusaha mengembangkan sektor industri otomotif negerinya. Kenyataan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat
Lebih terperinciJUDUL: NEGARA MIKRO (MICRO NATION)
KARYA TULIS JUDUL: NEGARA MIKRO (MICRO NATION) DISUSUN OLEH KELOMPOK V: 1. RIKA PUSPITA (10411733000103) 2. NADYA OKTAVIANI C. (10411733000020) 3. SOMA WIJAYA (10411733000099) 4. TUBAGUS REZA (10411733000108)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penetapan batas wilayah teritorial laut telah menjadi permasalahan antar negaranegara bertetangga sejak dulu. Kesepakatan mengenai batas teritorial adalah hal penting
Lebih terperinciPengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan
Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Cina dan Taiwan adalah dua kawasan yang memiliki latar belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media dan demokrasi merupakan dua entitas yang saling melengkapi. Media merupakan salah satu produk dari demokrasi. Dalam sejarah berkembangnya demokrasi, salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga berarti bahwa kekayaan terkonsentrasi di bagian atas masyarakat (indonesiainvestments,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan tindakan suatu negara yang berguna untuk memenuhi kebutuhan negaranya masing-masing termasuk Indonesia. Dalam perdagangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. New York, 2007, p I. d Hooghe, The Expansion of China s Public Diplomacy System, dalam Wang, J. (ed.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cina merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi pesat dan saat ini dianggap sebagai salah satu kekuatan besar dunia. Dengan semakin besarnya kekuatan Cina di dunia
Lebih terperinciDAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki
Lebih terperinci2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Trade Organization (WTO) secara resmi berdiri pada. tanggal 1 Januari 1995 dengan disepakatinya Agreement the World
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Trade Organization (WTO) secara resmi berdiri pada tanggal 1 Januari 1995 dengan disepakatinya Agreement the World Trade Organization ditandatangani para
Lebih terperinciH. Budi Mulyana, S.IP., M.Si
H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si PASAL 3, DEKLARASI MONTEVIDEO 1933: Keberadaan politik suatu negara, bebas dari pengakuannya oleh negara lain. PERMASALAHAN: 1. Recognition is a political act with legal consequences.
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat.
BAB IV KESIMPULAN Terjadinya Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat turut mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat. Salah satunya adalah sikap yang ditunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan. dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. timur China yang beribu kotakan di Taipei. Secara resmi memang banyak negara belum
BAB V KESIMPULAN Taiwan merupakan salah satu negara yang memiliki pengaruh kuat di kawasan Asia. Negara yang memisahkan diri dan merdeka dari China ini merupakan sebuah pulau di sebelah timur China yang
Lebih terperinciSATUAN ACARA PENGAJARAN ( SEJARAH DAN DIPLOMASI BUDAYA CHINA)
SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SEJARAH DAN DIPLOMASI BUDAYA CHINA) SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2014/2015 Dosen Pengampu : Indrawati, M.A A. Deskripsi Mata kuliah ini dirancang agar mahasiswa dapat mengetahui
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.
BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jepang merupakan negara yang unik karena konsep pasifis dan anti militer yang dimilikinya walaupun memiliki potensi besar untuk memiliki militer yang kuat. Keunikan
Lebih terperinciPENGAKUAN. Akibat: Permasalahan: Pasal 3, Deklarasi Montevideo 1933: politik suatu negara, bebas dari pengakuannya oleh negara lain.
PENGAKUAN Iman Prihandono, SH., MH., LL.M Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Airlangga E-Mail: iprihandono@unair.ac.id Blog: imanprihandono.wordpress.com Pasal 3, Deklarasi Montevideo
Lebih terperinciPELANGGARAN KEDAULATAN NEGARA TERKAIT TINDAKAN SPIONASE DALAM HUBUNGAN DIPLOMASI INTERNASIONAL
PELANGGARAN KEDAULATAN NEGARA TERKAIT TINDAKAN SPIONASE DALAM HUBUNGAN DIPLOMASI INTERNASIONAL Oleh Ngakan Kompiang Kutha Giri Putra I Ketut Sudiartha Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR- LESTE TENTANG AKTIFITAS KERJA SAMA DIBIDANG PERTAHANAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,
Lebih terperinciRealisme dan Neorealisme I. Summary
Realisme dan Neorealisme I. Summary Dalam tulisannya, Realist Thought and Neorealist Theory, Waltz mengemukakan 3 soal, yaitu: 1) pembentukan teori; 2) kaitan studi politik internasional dengan ekonomi;
Lebih terperinciGARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN [GBPP]
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN [GBPP] Program Studi Hubungan Versi/revisi: Nama Mata Kuliah : Dosen : Very Aziz, Lc., M.Si. SKS : 3 SKS Berlaku Mulai : Maret 2017 Silabus/Deskripsi singkat Tujuan
Lebih terperinciPENGAKUAN. AKIBAT: PERMASALAHAN: PASAL 3, DEKLARASI MONTEVIDEO 1933: POLITIK SUATU NEGARA, BEBAS DARI PENGAKUANNYA OLEH NEGARA LAIN
PENGAKUAN. AKIBAT: PERMASALAHAN: PASAL 3, DEKLARASI MONTEVIDEO 1933: POLITIK SUATU NEGARA, BEBAS DARI PENGAKUANNYA OLEH NEGARA LAIN PENGAKUAN Iman Prihandono, Prihandono, SH., MH., LL.M Departemen Hukum
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makhluk individu, negara juga memiliki kepentingan-kepentingan yang harus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara-negara dalam melakukan hubungan-hubungan yang sesuai kaidah hukum internasional tidak terlepas dari sengketa. Seperti halnya manusia sebagai makhluk individu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan Indonesia terkait dengan prinsip Wawasan Nusantara telah membuahkan hasil dengan diakuinya konsep negara kepulauan atau archipelagic state secara
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan
Lebih terperinciPERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM
PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada
Lebih terperinci: Treaties Under Indonesian Law: A Comparative Study Penulis buku : Dr. iur. Damos Dumoli Agusman : PT. Remaja Rosda Karya
REVIEW BUKU Judul : Treaties Under Indonesian Law: A Comparative Study Penulis buku : Dr. iur. Damos Dumoli Agusman Penerbit : PT. Remaja Rosda Karya Bahasa : Inggris Jumlah halaman : 554 Halaman Tahun
Lebih terperinciSILABUS 2015 KULIAH HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FISIPOL UGM
SILABUS 2015 KULIAH HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FISIPOL UGM Drs. Usmar Salam, M. Int. Stu (Jelita Sari Wiedoko Vicky Anugerah Tri Hantari Ignatius Stanley Andi Pradana) A.
Lebih terperinciPERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN THAILAND MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN MODAL
PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN THAILAND MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN MODAL Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Thailand,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal kemerdekannya, Indonesia memiliki kondisi yang belum stabil, baik dari segi politik, keamanan, maupun ekonomi. Dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik internasional antar dua negara cukup terdengar akrab di telinga kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih terganggu akibat
Lebih terperinciSINGKATAN DAN ISTILAH...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR SINGKATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri Arab Saudi pada dasarnya berfokus pada kawasan Timur Tengah yang dapat dianggap penting dalam kebijakan
Lebih terperinciPeningkatan Kerjasama Indonesia India
Peningkatan Kerjasama Indonesia India Tulisan ini dimuat dalam buletin Atase Pendidikan KBRI New Delhi Edisi VI, ditampilkan di blog dengan harapan agar bisa berbagi informasi bagi teman-teman yang belum
Lebih terperinci1 BAB V: PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
100 1 BAB V: PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses penandatangan MoU Microsoft - RI. Proses tersebut tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui proses politisasi hak kekayaan intelektual
Lebih terperinciBAB V KESIMPULA. Pariwisata internasional merupakan sumber penting bagi pemasukan
BAB V KESIMPULA Pariwisata internasional merupakan sumber penting bagi pemasukan devisa sebuah negara terutama di negara berkembang. Selain itu, sektor pariwisata secara cukup signifikan juga menyerap
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan
99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat berlangsungnya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur, Vietnam ikut terlibat dalam Perang Vietnam melawan Amerika Serikat (AS). Blok barat
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT CHINA TENTANG KERJA SAMA AKTIVITAS DALAM BIDANG PERTAHANAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, distirbusi informasi serta mobilitas manusia menjadi lebih mudah. Hal ini merupakan dampak langsung dari adanya pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cina mulai mengajukan diri untuk menjadi anggota WTO sejak Juli 1986
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cina mulai mengajukan diri untuk menjadi anggota WTO sejak Juli 1986 dimana saat itu WTO masih berbentuk GATT ( General Agreement On Tariffs and Trade ). Dengan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayah, hingga Sumber Daya Alamnya. Dilihat dari jumlah penduduknya, penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara di Asia Tenggara dan merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. 1 Indonesia adalah negara yang sangat besar. Mulai dari jumlah penduduk, luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Politik Luar Negeri merupakan sikap dan komitmen suatu Negara terhadap lingkungan eksternal, strategi dasar untuk mencapai tujuan kepentingan nasional yang harus
Lebih terperinciKepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan. Recovery Act
Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan Terlibat Dalam Lord's Resistance Army Disarmament and Northern Uganda Recovery Act Lord s Resistance Army (LRA) suatu kelompok pemberontak
Lebih terperinciPENDAHULUAN. negara kepulauan yang beriklim tropis, dan bukan suatu yang aneh jika. pun dapat tumbuh dan berkembang di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa Indonesia adalah negara kepulauan yang beriklim tropis, dan bukan suatu yang aneh jika pelbagai penyakit, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Sistem Produksi adalah suatu gabungan dari komponen-komponen yang saling berhubungan dan
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini terlihat suatu kecenderungan yang semakin kuat dan sedang terjadi di dalam perekonomian dunia, yaitu adanya globalisasi pasar dan produksi.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH NEGARA QATAR MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang stabil dalam hal politik maupun ekonomi. Oleh sebab itu, para imigran yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Australia merupakan negara yang banyak dijadikan tujuan oleh para imigran dari berbagai negara untuk mendapatkan perlindungan dan memulai kehidupan baru yang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN tahun sebelum Masehi dengan menggunakan transportasi air. 1 Sedangkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdagangan telah berkembang pesat seiring dengan perkembangan teknologi dan pertumbuhan manusia. Perdagangan dipercaya sudah terjadi sepanjang sejarah umat manusia
Lebih terperinciPertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.
PAPARAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI NILAI STRATEGIS DAN IMPLIKASI UNCAC BAGI INDONESIA DI TINGKAT NASIONAL DAN INTERNASIONAL PADA PERINGATAN HARI ANTI KORUPSI SEDUNIA JAKARTA, 11 DESEMBER 2017 Yang terhormat
Lebih terperinciKEABSAHAN KLAIM KEDAULATAN JEPANG ATAS KEPULAUAN SENKAKU
KEABSAHAN KLAIM KEDAULATAN JEPANG ATAS KEPULAUAN SENKAKU SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Ichsan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara yang membawa akibat-akibat hukum yang sangat kompleks.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suksesi negara adalah suatu keadaan di mana terjadi perubahan atau penggantian kedaulatan dalam suatu negara sehingga terjadi semacam pergantian negara yang membawa
Lebih terperinciKEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA
KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA 151060046 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciAdapun penulis menyadari beberapa kekurangan dari penelitian ini yang diharapkan dapat disempurnakan pada penelitian mendatang :
BAB 5 PENUTUP Berkembangnya regionalisme yang dipicu dari terbentuknya pasar Uni Eropa (UE) yang merupakan salah satu contoh integrasi ekonomi regional yang paling sukses, telah menarik negara-negara lain
Lebih terperinciBAB 1 SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL
BAB 1 SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL 1.0 Pendahuluan Hukum internasional, pada dasarnya terbentuk akibat adanya hubungan internasional. Secara spesifik, hukum internasional terdiri dari peraturan-peraturan
Lebih terperincisebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.
BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara pada prinsipnya mempunyai kedaulatan penuh atas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara pada prinsipnya mempunyai kedaulatan penuh atas wilayahnya baik darat, air, maupun udara, dimana hukum yang berlaku adalah hukum nasional negara masing-masing.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap
Lebih terperinciJURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA
UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.88, 2010 PENGESAHAN AGREEMENT. REPUBLIK INDONESIA- USA. Prosedur Notifikasi. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN
Lebih terperinciSumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.
Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan
Lebih terperinciSignifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si
Signifikasi Kawasan Asia Pasifik Yesi Marince, S.Ip., M.Si A NEW WORLD AND ASIA PACIFIC ORDER Bagaimana Berakhirnya Perang Dingin mempengaruhi kawasan Asia Pasifik? 1. Alasan pelaksanaan containment policy
Lebih terperinciTATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK. Hendra Wijayanto
TATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK Hendra Wijayanto PERTANYAAN Apa yang dimaksud government? Apa yang dimaksud governance? SEJARAH IDE GOVERNANCE Tahap 1 Transformasi government sepanjang
Lebih terperincimerupakan masalah klasik yang telah menjadi isu internasional sejak lama. Sudah berabad-abad negara menerima dan menyediakan perlindungan bagi warga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengungsi internasional merupakan salah satu hal yang masih menimbulkan permasalahan dunia internasional, terlebih bagi negara tuan rumah. Negara tuan rumah
Lebih terperinciBAB I. Tenggara dengan luas wilayah sebesar km 2 serta terletak di posisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang ada di kawasan Asia Tenggara dengan luas wilayah sebesar 1.904.569 km 2 serta terletak di posisi strategis yang diapit
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR-LESTE TENTANG KEGIATAN KERJA SAMA DI BIDANG
Lebih terperinciPERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH NEGARA QATAR MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN MODAL
LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH NEGARA QATAR MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN
Lebih terperinciK143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975
K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan undang-undang atau keputusan pengadilan. Hukum internasional
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam satu negara, kepentingan hukum dapat diadakan dengan berdasarkan kontrak di antara dua orang atau lebih, kesepakatan resmi, atau menurut sistem pemindahtanganan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1996 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF FINLAND FOR THE PROMOTION
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK SINGAPURA TENTANG PENETAPAN GARIS BATAS LAUT WILAYAH KEDUA NEGARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelanggaran HAM, karena anak adalah suatu anugerah yang diberikan oleh Allah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sebagai anggota keluarga warga negara yang sangat rentan terhadap pelanggaran HAM, karena anak adalah suatu anugerah yang diberikan oleh Allah SWT yang
Lebih terperinciKontrak: Pendekatan-pendekatan Hukum Perdata dan Common Law
Kontrak: Pendekatan-pendekatan Hukum Perdata dan Common Law Sistem Common Law: Kebanyakan negara-negara yang dulunya di bawah pemerintahan Kolonial Inggris manganut sistem hukum kasus (common law) Inggris.
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 83, 2004 () KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA
Lebih terperinciAnalisis Isi Media Judul: MIP No. 252 Dugaan Jasa Lobi dalam Kunjungan Presiden. Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 10/11/2015
Analisis Isi Media Judul: MIP No 252 Dugaan Jasa Lobi dalam Kunjungan Presiden Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 10/11/2015 Sebaran Media Monitoring media hari ini, 10 November 2015, memberitakan tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara merdeka yang berdaulat. 1 Salah satu kedaulatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara merdeka yang berdaulat. 1 Salah satu kedaulatan negara adalah menjalin kerjasama dengan negara lainnya untuk memenuhi kepentingan nasionalnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN Pemilihan judul skripsi didasarkan pada permasalahan mengenai tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia sektor domestik yang bekerja di Malaysia. Terutama mengenai
Lebih terperinciRPKPS (RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER)
RPKPS (RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER) Berdasarkan : KBK (KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI) KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN KESEHATAN KUI 661 Koordinator mata kuliah: Laksono Trisnantoro BAGIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut perspektif sebuah negara, diplomasi terdiri dari perumusan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut perspektif sebuah negara, diplomasi terdiri dari perumusan, pembentukan dan implementasi kebijakan luar negeri. Diplomasi adalah instrumen negara melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam berbagai perjanjian penanaman modal asing, investor asing cenderung memilih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam berbagai perjanjian penanaman modal asing, investor asing cenderung memilih arbitrase internasional daripada arbitrase nasional sebagai pilihan forum penyelesaian
Lebih terperinciRESENSI BUKU. : Investor-State Arbitration. Rubins, Borzu Sabahi. Judul. Penulis buku : Christopher F. Dugan, Don Wallace, Jr., Noah D.
RESENSI BUKU Judul : Investor-State Arbitration Penulis buku : Christopher F. Dugan, Don Wallace, Jr., Noah D. Rubins, Borzu Sabahi Penerbit : Oxford University Press Bahasa : Inggris Jumlah halaman :
Lebih terperinciNASKAH PENJELASAN PENGESAHAN
NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN SECOND PROTOCOL TO AMEND THE AGREEMENT ON TRADE IN GOODS UNDER THE FRAMEWORK AGREEMENT ON COMPREHENSIVE ECONOMIC COOPERATION AMONG THE GOVERNMENTS OF THE MEMBER COUNTRIES OF
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Peranan jieitai..., Nurlita Widyasari..., FIB UI, 2008
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara industri di dunia yang mampu bersaing dengan negara industri lainnya, seperti Eropa Barat dan Amerika Serikat. 1 Persaingan antara negara-negara
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan. Seperti negara-negara lain, Republik Turki juga telah menjalin kerja sama
BAB V Kesimpulan Seperti negara-negara lain, Republik Turki juga telah menjalin kerja sama ekonomi melalui perjanjian perdagangan bebas dengan beberapa negara secara bilateral, seperti perjanjian perdagangan
Lebih terperinciuntuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang
Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 1996 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH UKRAINA MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN
Lebih terperinci