BAB I PENDAHULUAN. Cina mulai mengajukan diri untuk menjadi anggota WTO sejak Juli 1986

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cina mulai mengajukan diri untuk menjadi anggota WTO sejak Juli 1986 dimana saat itu WTO masih berbentuk GATT ( General Agreement On Tariffs and Trade ). Dengan tidak mengecilkan arti yang telah dicapai GATT, kini masih terdapat masalah besar yang senantiasa mengancam kelancaran dan ketertiban perdagangan internasional yang tidak hanya harus efektif dan efisien, tetapi juga adil ( fair trade ), karena masih sering terjadi ketidakpatuhan ( non- compliance ) negara terutama negara berkembang terhadap ketentuan-ketentuan GATT. 1 GATT ditandatangani oleh sebagian besar negara dengan pertimbangan bahwa hubungan antar negara di bidang perdagangan dan ekonomi harus dijalankan dengan tujuan meningkatkan penghasilan kebutuhan masing-masing negara, memanfaatkan sumber daya dunia, memperluas wilayah pertukaran barang. Tujuan lain dari dibentuknya GATT adalah : 1. Mengadakan pengaturan timbal balik perdagangan internasional yang saling menguntungkan negara. 2. Menurunkan tarif dan hambatan perdagangan internasional. 3. Menghilangkan diskriminasi perdagangan internasional. 1 Perdagangan Internasional Dalam Sistem GATT dan WTO. Aspek-aspek Hukum dan Non Hukum. Dr. Hata, SH., MH. Dikutip pada Desember 2015 Pukul

2 2 Setelah GATT bermetamorfosis menjadi WTO tahun 1995, Cina masih belum berhasil masuk menjadi anggota tetap WTO. Banyak sebab yang mendasari hal tersebut, diantaranya adalah sistem ekonomi Cina yang belum sesuai dengan aturan WTO dan untuk itu Cina perlu terlebih dahulu melakukan reformasi ekonomi dari sistem sebelumnya dimana Cina sangat mengisolasi sistem ekonominya dari pengaruh asing kearah sistem pasar yang lebih terbuka ( gaige kaifang ) agar dapat mengikuti dinamika negara dunia dalam memenuhi aturan perdagangan internasional untuk menciptakan iklim perdagangan yang lebih maju, adil dan berimbang. Akhirnya pada tanggal 11 Desember 2001, Cina resmi menjadi anggota WTO. Peristiwa ini menjadi sangat penting bagi Cina dan bagi dunia, karena dengan masuknya Cina ke dalam keanggotaan WTO, hal itu berarti Cina membuka kerjasama ekonominya di ranah yang lebih luas lagi dalam perdagangan dunia. Keanggotaan Cina di WTO pun memiliki makna bahwa Cina harus siap dengan segala konsekuensi yang terdapat dalam WTO dan bagaimana Cina harus menyesuaikan rezim perdagangannya dengan berkomitmen di bawah WTO. Aturan tersebut antara lain, Cina harus siap bersaing dengan negara lain untuk melakukan perdagangan bebas, melakukan penurunan tarif bea masuk produk dan barang ke negaranya, mengatasi masalah moral dan etika dalam negara yang berkaitan dengan komitmen tiap negara untuk mematuhi aturan dalam perjanjian perdagangan. Sehingga, sebagai anggota WTO, Cina bertanggung jawab penuh dalam mewujudkan undang-undang nasionalnya agar seirama dengan peraturan

3 3 WTO, termasuk aturan TRIPS dengan masa transisi selama 5 tahun setelah masuknya Cina sebagai anggota tetap. Namun seiring berjalannya Cina menjadi anggota WTO, terdapat bentukbentuk pelanggaran terutama dalam bidang industri yang berkaitan dengan perjanjian TRIPS ( Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights ). Salah satunya adalah Cina melakukan pembajakan produk dan barang elektronik produksi Amerika Serikat. 2 Pembajakan adalah tindakan memproduksi, mendistribusikan dan memperjual-belikan suatu barang dengan tujuan menciptakan barang tiruan yang mirip agar dapat dijual kepada pelanggan. Di zaman modern ini, warga negara Cina yang berprofesi sebagai pengusaha rentan melakukan pelanggaran hak cipta di bidang industri dan perdagangan. 3 Sebagaimana diketahui, sebagian besar hasil karya cipta seperti barang elektronik canggih dan terkenal lebih banyak dihasilkan oleh negara maju termasuk Amerika Serikat. Sebagai mitra dagang, sekaligus sesama negara anggota WTO, Amerika Serikat menganggap bahwa aksi pembajakan yang dilakukan Cina merupakan masalah serius yang harus diselesaikan karena Amerika Serikat merupakan pihak yang dirugikan. Berdasarkan data terakhir dari jurnal Pusat Studi Perdagangan Dunia, sebagai produsen terbesar dari produk industri, akumulasi kerugian pabrik penghasil barang elektronik Amerika Serikat dapat mencapai kurang lebih 4 milyar dolar Amerika tiap tahunnya terhitung sejak tahun Pemerintah 2 Letupan-letupan Perang China Mendatang. The Coming China Wars. Peter Navaro. Gramedia. Jakarata Dikutip Desember 2015 pukul Kasus Pelanggaran Terhadap Pembuatan Karya Cipta Universitas Gunadarma. Diakses dari Jurnal Ekonomi Internasional pada Desember 2015 pukul

4 4 Amerika Serikat merasa khawatir akan menurunnya kualitas barang elektronik dan rumah tangga dalam stabilitas neraca perdagangan di kawasan Asia Timur pada umumnya dan Cina khususnya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam laporan penelitian penulis yaitu : Apa bentuk-bentuk pelanggaran Cina terhadap TRIPS dalam WTO? C. Landasan Konseptual Perjanjian TRIPS ( Trade Related Intelectual Property Rights ) Kekayaan intelektual diartikan sebagai segala sesuatu yang memiliki sifat kebendaan dan dapat diciptakan oleh manusia. Sesuai dengan konsep kekayaan itu, hukum mengenalnya sebagai hak penciptaan yang berwujud seperti handphone, rumah, tas, kendaraan, perhiasan serta benda-benda kasatmata lainnya. Perjanjian TRIPS bertujuan untuk mengurangi gangguan dan hambatan dalam perdagangan internasional. Mengingat perlunya untuk mempromosikan perlindungan yang efektif dan layak atas suatu produk serta menjamin bahwa tindakan dan prosedur dalam memberlakukan hak milik intelektual agar tidak menjadi penghalang dalam aturan perdagangan yang sah. Dengan demikian, TRIPS lahir sebagai landasan hukum yang melindungi setiap anggota dalam organisasi perdagangan dunia (WTO) setelah diadakan perundingan akhir Putaran Uruguay di Marakesh, Maroko tanggal 15 April 1994.

5 5 Persetujuan ini dilampirkan sebagai lampiran C (Annex C). Apabila dikaji secara rinci, isi lampiran C pada persetujuan akhir perundingan Marakesh yaitu tentang aspek-aspek dagang yang terkait dengan perjanjian TRIPS yang tujuannya adalah 4 : 1. Meningkatkan perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual atau produk yang diperdagangkan. 2. Menjamin prosedur pelaksanaan hak kekayaan intelektual agar tidak menghambat kegiatan perdagangan. 3. Merumuskan aturan dan disiplin mengenai pelaksanaan perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual. 4. Mengembangkan prinsip-prinsip, aturan dan mekanisme kerjasama internasional untuk menangani kasus perdagangan barang hasil pemalsuan dan pembajakan. Perjanjian TRIPS yang merupakan perjanjian perlindungan perdagangan internasional di bidang hak kekayaan intelektual tidak terlepas dari perjanjian yang telah ada sebelumnya, seperti Konvensi Roma yakni konvensi internasional mengenai perlindungan terhadap ciptaan pertunjukan, produser rekaman musik dan penyiaran yang disepakati di Roma tanggal 26 Oktober 1961, Konvensi Paris tentang perjanjian perlindungan terhadap ciptaan karya tulis dan seni pada tanggal 14 Juli 1971.Gabungan perjanjian kekayaan intelektual tersebut dinamakan 4 Pustaka Mandiri Hal 122 ( juga dalam W.R Cornish, Intellectual Property, Edisi 2, London: Sweet & Maxwell hal 167 ).

6 6 Intelectual Property Integrated Circuits yang dikenal dengan IPIC Treaty yang disepakati di Washington 25 Mei Berdasarkan karakteristiknya, hak kekayaan intelektual berkaitan dengan kekayaan secara fisik. Hak atas kekayaan seperti itu hanya dapat dilindungi dengan klaim atau tindakan hukum. Artinya, kekayaan tersebut tidak hanya tercatat sebagai format hak bagi pencipta, namun pelaksanaannya harus memiliki landasan hukum yang kuat, terutama apabila muncul pelanggaran terhadap hasil dari ciptaan tersebut oleh suatu pihak. Karena itu lah, perjanjian hak kekayaan intelektual tidak hanya menuntut adanya sikap pengakuan dan penghargaan, tetapi juga perlindungan. Bahkan yang paling penting adalah sikap kesediaan masyarakat yang juga memberi perlindungan terhadap kepentingan ekonomi pemilik hak kekayaan intelektual dengan aturan ketat bahwa negara yang sudah terikat dalam perjanjian TRIPS tidak diperbolehkan menggandakan, membajak dan meniru hak cipta suatu produk yang sudah terdaftar dalam institusi internasional resmi tanpa persetujuan dari pihak pencipta atau pemilik sah. Apabila terjadi pelanggaran atas perjanjian tersebut, maka harus diambil langkah untuk meluruskan perkara dan mempertahankan kebenaran hukum dari pemilik sah. Siapa saja yang menciptakan sebuah ciptaan dapat menjadi pencipta, bahkan anak-anak atau amatir sekalipun. Tidak menjadi soal apakah mutu ciptaan baik atau buruk, selama ciptaan itu ekspresi orisinil dari pemikiran dan perasaan orang yang bersangkutan. 5 Suatu karya cipta dapat laku dijual atau tidak, sangat 5 Buku Panduan Hak Cipta Asia. Asian Copyright Handbook. Masri Maris dan Ajip Rosidi. Ikapi Dikutip pada Januari Hal 49.

7 7 ditentukan oleh suasana pasar. Pemegang hak cipta mengharapkan keuntungan dari suatu karya cipta untuk dapat kembali dalam bentuk pemasukan atau uang yang memang berhak diterimanya dengan hasil karya ciptanya tersebut. Dalam hal ini, terjadilah transaksi jual beli karya cipta yang semakin meningkatkan aktivitas perdagangan internasional. D. Argumen Utama Adapun bentuk-bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh Cina adalah Cina melakukan pemalsuan dan pembajakan atas produk asli buatan Amerika Serikat. Cina menjual bahkan mengekspornya dengan harga yang lebih murah dengan kualitas dibawah produk asli buatan Amerika Serikat. Padahal telah disebutkan bahwa setiap negara yang menjadi anggota WTO, wajib mematuhi setiap ketentuan-ketentuan di dalam perjanjian TRIPS ( Trade Related Intelectual Property Rights ) tanpa terkecuali negara maju seperti Amerika Serikat. Namun, fakta yang terjadi di pasar bebas, Cina yang merupakan negara anggota WTO dikenal menjadi pembajak nomor satu dalam memalsukan produk-produk buatan Amerika Serikat. E. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode riset kepustakaan ( library research ). Metode pemaparan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif yaitu metode yang menjelaskan dan

8 8 menganalisis peristiwa yang terjadi secara kronologis yakni kejadian berdasarkan urutan waktu dengan bersumber dari fakta dan data yang telah penulis temukan. Dalam hal ini, merujuk pada analisis pelanggaran Cina terhadap perjanjian TRIPS dalam WTO atas hak kekayaan intelektual melalui pembajakan produk elektronik Amerika Serikat. F. Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari empat bab, yang dalam setiap pembahasan pada babnya akan dijelaskan dan dijabarkan lebih terperinci ke dalam sub-sub bab. Pembahasan antara satu bab dengan bab yang lain akan terkait satu sama lain sehingga pada hasilnya dapat diperoleh penulisan ilmiah yang sistematis. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut : BAB I Pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, kerangka konseptual, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II Ketentuan-ketentuan TRIPS yang Menjadi Kewajiban Untuk Dipatuhi Oleh Cina. Bab ini mendeskripsikan awal mula penerapan perjanjian TRIPS oleh pemerintah Cina dan hal apa saja yang menjadi ketentuan TRIPS untuk dipatuhi oleh masyarakat Cina dalam WTO.

9 9 BAB III Bentuk-bentuk Pelanggaran Cina Atas TRIPS. Dalam bab ini penulis akan menjelaskan bentuk-bentuk Pelanggaran Cina Atas TRIPS khususnya pembajakan barangbarang produksi Amerika Serikat oleh Cina dan upaya pemerintah Amerika Serikat dalam menangani pelanggaran atas hak kekayaan intelektual. BAB IV Kesimpulan dan Saran Dalam bab ini akan dijelaskan secara singkat dan jelas hasil dari penelitian dengan mengacu pada data sekaligus memberikan saran bagi permasalahan hak kekayaan intelektual di dunia.