KETERKAITAN FAKTOR PEMBENTUK DAN KARAKTERISTIK TANAH SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PEMETAAN POTENSI SUMBERDAYA LAHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KETERKAITAN FAKTOR PEMBENTUK DAN KARAKTERISTIK TANAH SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PEMETAAN POTENSI SUMBERDAYA LAHAN"

Transkripsi

1 KETERKAITAN FAKTOR PEMBENTUK DAN KARAKTERISTIK TANAH SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PEMETAAN POTENSI SUMBERDAYA LAHAN The Relationship between Soil Forming Factors and Characteristics as an Approach in Land Resource Potential Mapping CHENDY TAFAKRESNANTO 1, IRSAL LAS 1, DARMAWAN 2, DAN BUDI MULYANTO 2 Naskah Diterima 30 April 2012; Hasil Evaluasi 28 Mei 2012; Hasil Perbaikan 22 November 2012 ABSTRAK Memahami peran dan pengaruh faktor pembentuk tanah terhadap kualitas dan karakteristik tanah sangat penting. Hal ini karena kualitas dan karakteristik tanah sangat terkait dengan potensi sumberdaya lahan. Keterkaitan faktor pembentuk atau antar faktor pembentuk tanah dengan karakteristik tanah dapat dijadikan pendekatan dalam pemetaan potensi sumberdaya lahan. Penggunaan basis data tanah merupakan awal untuk mengetahui keterkaitan antara faktor pembentuk dan karakteristik tanah melalui analisis multivariate korespodensi dan keragaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan faktor pembentuk dan karakteristik tanah yang akan digunakan sebagai pendekatan dalam pemetaan potensi sumberdaya lahan pertanian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor bahan induk merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas dan karakteristik tanah-tanah di Indonesia. Bahan induk berpengaruh terhadap karakteristik tekstur dan ph tanah, iklim berpengaruh terhadap karakteristik reaksi (ph) dan Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah, sedangkan topografi (relief) berpengaruhi terhadap karatteristik ph, KTK, dan drainase tanah. Kualitas dan karakteristik tanah yang mempengaruhi potensi sumberdaya lahan ditentukan oleh faktor pembentuk tanah yang terwadahi dalam satuan karakteristik dayadukung lahan pertanian (SKDLP). Karaksteristik tanah yang sulit diduga pada SKDLP adalah kedalaman tanah, KTK, dan drainase tanah. Karakteristik kedalaman tanah hanya dapat dipastikan melalui pengamatan lapangan, KTK tanah melalui analisis laboratorium, dan drainase tanah dapat dibantu dengan citra satelit. SKDLP terbentuk dari faktor-faktor pembentuk tanah yang mencerminkan kualitas dan karakteristik tanah, sehingga dapat digunakan untuk pemetaan potensi sumberdaya lahan. SKDLP tersebut dapat dibangun dari data citra satelit, data DEMs, dan peta geologi (litologi) dengan menggunakan Inderaja, sehingga pelaksanaan pemetaan potensi sumberdaya lahan akan lebih cepat dan akurat. Kata kunci : Faktor pembentuk tanah, Karakteristik tanah, Potensi sumberdaya lahan, Satuan karakteristik dayadukung lahan pertanian ABSTRACT Understanding the role and influence of soil forming factors on soil quality and characteristics is very important. It is becaused soil quality and characteristics are strongly associated with potential land resources. The linkage of the soil forming factors or among soil forming factors and soil characteristics can be used as an approach in mapping land resource potential. The use of soil database is to determine the relationship between soil forming factors and soil characteristics through the analysis of correspondent multivariate and diversity. This study aimed to determine the relationship between soil forming factors and soil characteristics to be used as an approach for mapping the potential of agricultural land resources. The results showed that the parent material factor was the most influential factor on soil characteristics and quality in Indonesia. Parent materials influenced the characteristics of the soil texture and ph, climate influenced the characteristics of soil ph and cation exchangeable capacity (CEC), while the topography (relief) influenced the characteristics of soil ph, CEC, and drainage. Soil characteristics and quality that influenced land resource potential are determined by soil forming factors in the Characteristics Unit of Agricultural Land Carrying Capacity (SKDLP). Soil characteristics that are unpredictable on SKDLP were soil depth, CEC, and drainage. The characteristics of soil depth can be obtained only through field observation, soil CEC through laboratory analyses, and soil drainage should be interpreted through satellite imagery. The SKDLP was formed from soil forming factors that reflect soil quality and characteristics; hence it can be used for mapping land resources potential. The SKDLP can be constructed from satellite imagery data, DEMs, and geological maps (lithology) using remote sensing technique, so that the implementation of land resources potential mapping can be conducted more quickly and accurately. Keywords : Soil forming factors, Soil characteristics, Land resources potential, Characteristics unit of agricultural land carrying capacity PENDAHULUAN Tanah merupakan media tumbuh tanaman, informasi mengenai kualitas dan karakteristik tanah menjadi sangat penting dalam menunjang pengembangan pertanian yang berkelanjutan. Menurut Jeni (1941), tanah dalam proses pembentukannya dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu: bahan induk, iklim, topografi (relief), organisme 1. Peneliti pada Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor. 2 Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. ISSN

2 JURNAL TANAH DAN IKLIM NO. 36/2012 (flora dan fauna), dan waktu. Sebenarnya masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi proses pembentukan tanah, akan tetapi kelima faktor itu dianggap paling berperan dalam menentukan kualitas dan karakteristik tanah. Data/informasi kualitas dan karakteristik tanah diperoleh dari kegiatan survei dan pemetaan tanah. Survei dan pemetaan tanah bertujuan untuk menyediakan data/informasi spasial sumberdaya tanah pada berbagai skala peta. Penyediaan data/informasi tersebut salah satunya untuk mengetahui potensi sumberdaya lahan pertanian. Potensi sumberdaya lahan pada tingkat tinjau digunakan sebagai dasar perencanaan pembangunan pertanian di tingkat provinsi atau regional, sedangkan tingkat semi detil untuk perencanaan dan pelaksanaan operasional program pengembangan wilayah serta mendukung penyusunan tataruang kabupaten. Dalam pemetaan sumberdaya lahan saat ini yang pada umumnya menggunakan pendekatan landform yang didasarkan kepada keterkatian antara landform dengan karakteristik tanah. Untuk mempelajari landform dibutuhkan waktu dan pemahaman geomorfologi. Interpretasi landform membutuhkan data sekunder, seperti potret udara/citra satelit, peta kontur, dan peta geologi. Dalam interpretasi landform sering ditemukan kendala dalam penamaan. Pembagian landform yang lebih detil, seharusnya diikuti dengan informasi terhadap karakeristik tanah yang detil/berbeda, tetapi prakteknya sampai saat ini tidak demikian. Informasi karakteristik tanah tidak berbeda, walaupun landform lebih detil berbeda. Di sisi lain, sering dijumpai tingkat keragaman karakteristik tanah yang tinggi dalam satu landform (Wibisono, 2011). Dengan demikian, penelusuran basis data tanah menjadi penting untuk mengetahui faktorfaktor penentu dalam mempengaruhi karakteristik tanah di Indonesia. Dengan mengetahui hubungan ini, maka satuan peta potensi sumberdaya lahan dapat didekati dari penelaahan unsur-unsur landform serta faktor-faktor pembentuk tanah lain. Pengetahuan pedogenesis merupakan landasan untuk analisis multivariate korespondensi dan keragaman dari basis data tanah dalam menyusun satuan pemetaan sebagai pendekatan dalam pemetaan potensi sumberdaya lahan. Memahami pengaruh faktor pembentuk tanah terhadap karakteristik tanah yang terbentuk merupakan sesuatu yang sangat penting, karena karakteristik tanah sangat terkait dengan potensi daya dukung sumberdaya lahan (Sys, 1987). Keterkaitan faktor pembentuk dan antar faktor pembentuk tanah dengan karakteristik tanah dapat dijadikan kunci pendekatan dalam pemetaan potensi sumberdaya lahan. Keterkaitan yang konsisten antara faktor pembentuk tanah dan karakteristik tanah membentuk suatu satuan karakteristik daya dukung lahan. Untuk kepentingan pembangunan pertanian, maka satuan karakteristik daya dukung lahan ini dapat diarahkan pada karakteristik lahan yang relevan untuk pertanian, sehingga merupakan satuan karakteristik dayadukung lahan pertanian (SKDLP). Satuan tersebut merupakan satuan peta yang mengandung data dan informasi sumberdaya lahan pertanian. Kemajuan teknologi citra satelit, digital elevation models (DEMs), dan didukung dengan teknik SIG, diharapkan akan dapat mempercepat dan lebih efisien dalam pemetaan potensi sumberdaya lahan. Dengan demikian diharapkan pemetaan potensi sumberdaya lahan akan lebih cepat, murah, dan akurat. Penelitian ini bertujuan untuk mencari pendekatan yang lebih efektif dalam pemetaan potensi sumberdaya lahan. BAHAN DAN METODE Bahan penelitian Bahan penelitian yang digunakan adalah data pedon analisis dari hasil survei dan pemetaan tanah Land Resources Evaluation Planning Proyect I dan II (LREPP I dan II) yang telah bersistim (basis data) terdapat di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP). Diagram alir tahap kerja penelitian ini disajikan pada Gambar 1. 24

3 CHENDY TAFAKRESNANTO ET AL. : Keterkaitan Faktor Pembentuk dan Karakteristik Tanah PENGETAHUAN PEDON ANALISIS KARAKTERISTIK TANAH (n) π FAKTOR PEMBENTUK TANAH Bahan Induk, Relief, Iklim KARAKTERISTIK TANAH (5) Tekstur, ph, Drainase, KTK, Ked. tanah Penentuan Satuan Lahan Analisis Korespondensi Katagorisasi Analisis Keragaman KK >66% HUBUNGAN FAKTOR PEMBENTUK TANAH DAN KARAKTERISTIK TANAH Pendekatan : Karakteristik kunci dalam penentuan potensi SDL <66% SATUAN KARAKTERISTIK DAYADUKUNG LAHAN PERTANIAN/SKDLP <66% Gambar 1. Diagram alir tahapan kerja penelitian Figure 1. Flowchart of research work stages Pengelompokkan data Analisis data Pedon analisis diekstrak lima karakteristik tanah, yaitu: tekstur, reaksi tanah (ph H20), drainase, KTK tanah, dan kedalaman tanah. Data parameter drainase dan kedalaman tanah diperoleh dari site, sedangkan tekstur, reaksi tanah (ph H20), dan KTK tanah dari data analisis laboratorium masing-masing horison rata-rata sampai kedalaman 100 cm atau kontak litik. Pengelompokkan karakteristik tanah dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1. Faktor pembentuk tanah yang dikaji terdiri dari: bahan induk, relief, dan iklim. Penentu SKDLP berdasarkan pedogenesis dan karakteristik tanah Pedogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan tanah. Proses ini sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang menghasilkan ciri dan karakteristik tanah tertentu. Ciri dan karakteristik tanah yang terbentuk dapat diamati melalui profil tanah (data horizon). Ciri tanah yang diamati dan terukur pada masing-masing horison dalam profil tanah dapat digunakan sebagai gambaran prosesporses yang telah terjadi dalam pembentukan tanah dan untuk memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah tersebut. Oleh karena itu, karakteristik tanah yang dihasilkan merupakan pengaruh gabungan dari iklim dan jasat hidup terhadap batuan induk dengan ditentukan oleh kondisi relief selama jangka waktu pembentukannya. Dengan demikian pemahaman ilmu pedogenesis sangat diperlukan untuk mengetahui proses-proses yang terjadi di dalam tubuh tanah. Pemahaman pedogenesis dan pengalaman dalam pemetaan tanah ditempatkan pada kerangka pikir dalam penentuan SKDLP. 25

4 JURNAL TANAH DAN IKLIM NO. 36/2012 Tabel 1. Pengelompokkan karakteristik tanah Table 1. Soil characteristic grouping Parameter Kelas Kriteria Rincian Tekstur tanah *) I Kasar Pasir berlempung, pasir, lempung berpasir II Sedang Lempung berliat, lempung berdebu, lempung liat berdebu, lempung, lempung liat berpasir III Halus Liat berat, liat, liat berpasir, liat berdebu ph tanah I Masam ph <5,5 II Agak masam ph 5,5-6,5 III Netral-alkalis ph >6,5 Drainase tanah I Buruk Sangat terhambat, terhambat, agak terhambat II Baik Sedang, baik, agak cepat, cepat KTK tanah I Rendah 24 me/100 g tanah II Tinggi >24 me/100 g tanah Kedalaman tanah I Dangkal 50 cm dari permukaan tanah II Dalam >50 cm dari permukaan tanah Analisis statistik Besarnya pengaruh faktor pembentuk tanah terhadap kualitas dan karakteristik tanah (klasifikasi tanah) yang terbentuk dan seberapa besar tingkat keragaman masing-masing karakteristik yang terbentuk, dilakukan uji statistik sederhana, yaitu melalui analisis multivariate korespondensi dan analisis keragaman. Analisis multivariate korespondensi Besarnya pengaruh faktor pembentuk tanah (bahan induk, relief, dan iklim) terhadap karakteristik tanah yang terbentuk (tekstur, reaksi tanah, drainase, KTK, dan kedalaman tanah) dapat difahami dari analisis multivariate korespondensi. Kedekatan hubungan antar variabel dapat dijelaskan oleh grafik/garis dua dimensi yang mempresentasikan masing-masing atribut yang dicerminkan oleh sudut dari antara faktor dependent (bebas) dan independent (tidak bebas), semakin dekat hubungan, sudut yang terbentuk semakin kecil. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS), Versi 15. Analisis keragaman Untuk membandingkan keragaman antar karakteristik tanah pada masing-masing satuan lahan dan keragaman internal antar satuan lahan dari satu karakteristik tanah digunakan nilai koefisien keragaman (KK). Nilai koefisien keragaman dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut : KK = ( s ) 100% x Adapun x merupakan nilai rata-rata dari suatu karakteristik tanah, sedangkan s adalah simpangan baku dari rumus : { xi 2 (xi 2 ) } n S = n

5 CHENDY TAFAKRESNANTO ET AL. : Keterkaitan Faktor Pembentuk dan Karakteristik Tanah dimana : x = nilai suatu karakteristik tanah setiap contoh tanah n = jumlah contoh/populasi setiap karakteristik tanah i = contoh ke-i Kriteria klasifikasi keragaman karakteristik tanah berdasarkan nilai koefisien keragaman disajikan pada Tabel 2 (Sitorus, 1983). Tabel 2. Kriteria klasifikasi keragaman tanah berdasarkan nilai koefisien keragaman Table 2. Criteria of soil variety classification based on diversity coeficient value Kelas keragaman Koefisian keragaman % Sangat rendah < 15 Rendah Sedang Tinggi > 66 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh faktor pembentuk tanah terhadap karakteristik tanah Hasil analisis multivariate korespondensi menunjukkan bahwa tiga faktor pembentuk tanah, yaitu: bahan induk, relief, dan iklim mempengaruhi kualitas dan karakteristik tanah yang terbentuk. Hubungan antara faktor pembentuk tanah dan karakteristik tanah (klasifikasi tanah) digambarkan dengan nilai KK karakteristik-karakteristiknya (Gambar 2). Gambar ini memperlihatkan bahwa kualitas dan karakteristik tanah di Indonesia sangat dipengaruhi bahan induk, dibandingkan dengan iklim dan relief. Hal ini ditunjukkan oleh sudut antara bahan induk dengan karakteristik tanah relatif kecil, bila dibandingkan dengan faktor pembentuk tanah lainnya. Dengan demikian bahan induk membawa sifat inherent yang mempengaruhi kualitas dan karateristik tanah dalam proses pelapukan. Gambar 2. Pengaruh faktor pembentuk tanah terhadap karakteristik tanah Figure 2. Influence of soil genesis factor to the soil characteristics Hubungan bahan induk dengan karakteristik tanah Bahan induk tanah dari pedon analisis dikelompokkan menjadi bahan aluvial (A), volkan (V), dan sedimen (S). Uji keragaman pengelompokkan bahan induk tersebut terhadap karakteristik tanah menunjukkan nilai KK yang tinggi, sehingga perlu pengelompokkan bahan induk lebih detil/rinci. Tabel 3 menyajikan pengelompokkan bahan induk lebih detil/rinci dalam penelitian ini yang berdasarkan atas karakteristik bahan induknya. Hasil uji keragaman terhadap pengelompokkan bahan induk lebih detil/rinci menunjukkan nilai KK yang rendah (Tabel 4). Secara umum fraksi liat mempunyai nilai KK rendah dibandingkan fraksi lain, hal ini menunjukkan bahwa tekstur tanah dalam perkembangannya mengarah ke fraksi halus (liat). Dengan demikian, tanah yang terbentuk dari proses endapan dan sedimen kasar masam, fraksi pasir menjadi penentu tekstur tanah, sedangkan yang terbentuk selain proses itu, fraksi liat sebagai penentu tekstur tanah. Tabel 4 menunjukkan bahwa ph tanah, kedalaman tanah, dan tekstur fraksi liat mempunyai nilai KK rendah, sedangkan litologi dari endapan kasar (bahan induk pasir dan kerikil) dan sedimen kasar masam (bahan induk batupasir, 27

6 JURNAL TANAH DAN IKLIM NO. 36/2012 Tabel 3. Rincian bahan induk Table 3. Detail of parent materials Asal Kode Uraian Litologi Bahan induk Aluvial ef Endapan halus Liat, lumpur, debu (A) eq Endapan kasar Pasir, kerikil efq Endapan halus kasar Liat, lumpur, pasir, kerikil Volkan a Intermedier-basis Tuf andesit, lava andesit dan basal (V) d Masam Dasit, liparit, granit, diorit Sedimen f Halus masam Batuliat, batulumpur, batulanau, serpih, serpih, batusabak, skis (S) q Kasar masam Batupasir, kuarsit, gneiss, konglomerat, breksi fk Halus non masam Batugamping, napal, batukapur, batuliat berkapur qk Kasar non masam Batupasir berkapur, breksi berkapur Tabel 4. Koefisien keragaman karakteristik tanah antar litologi/bahan induk Table 4. Variability coeficient of soil characteristic of lithology and parent materials Asal bahan Litologi Tekstur Pasir Debu Liat ph KTK tanah Kedalaman tanah... %... A f 82,47 30,33 12,10 20,42 39,37 19,65 A fq 43,32 43,09 29,41 21,06 56,42 24,39 A q 24,37 52,86 31,81 13,17 57,91 50,44 S f 64,42 42,36 27,30 11,49 59,44 21,61 S fk 89,91 32,90 23,05 9,53 28,70 46,50 S q 23,91 56,10 32,30 9,97 72,32 28,07 S qk 32,22 48,10 24,75 15,17 101,47 46,94 V a 52,97 42,97 29,14 11,17 46,18 21,63 V d 33,70 48,09 32,85 9,26 68,60 20,37 kuarsit, gneiss, konglomerat, breksi), tekstur fraksi pasir cenderung mempunyai nilai KK rendah. Hubungan bahan induk dengan karakteristik tanah dilakukan analisis multivariate korespondensi (Gambar 3). Gambar ini memperlihatkan bahwa bahan induk sangat berpengaruh terhadap tekstur dan ph tanah. Hal ini ditunjukkan oleh sudut antara ph dan tekstur tanah dengan bahan induk relatif kecil, bila dibandingkan dengan karakteristik lainnya. Bahan volkan intermedier-basis mempunyai tekstur halus dan ph masam-agak masam, sedangkan volkan masam mempunyai tekstur sedang dan ph masam. Bahan sedimen halus masam mempunyai tekstur halus dan ph masam. Bahan sedimen kasar masam mempunyai tekstur sedang dan ph masam. Bahan sedimen halus non masam mempunyai tekstur halus dan ph netral. Bahan sedimen kasar non masam mempunyai tekstur sedang dan ph netral. 28

7 CHENDY TAFAKRESNANTO ET AL. : Keterkaitan Faktor Pembentuk dan Karakteristik Tanah KTK dan ph tanah dari pada karakteristik lainnya, seperti ditunjukkan oleh sudut yang relatif kecil. Gambar 3. Pengaruh bahan induk terdahap karakteristik tanah Figure 3. Influence of parent material to the soil characteristics Pada daerah iklim basah dengan curah hujan tinggi dan temperatur udara tinggi, proses pencucian (leaching) berlangsung sangat intensif, sehingga menyebabkan KTK dan ph tanah cenderung rendah dan sebaliknya. Dengan demikian, pengelompokkan pengaruh iklim (curah hujan dan temperatur udara) terhadap karakteristik tanah didasarkan atas nilainilai KTK dan ph tanah. Dalam penelitian ini anasir temperatur udara didekati dengan ketinggian tempat (elevasi), sedangkan anasir curah hujan didekati dengan jumlah curah hujan tahunan dan jumlah bulan kering (<100 mm). Berdasarkan uji keragaman faktor iklim (curah hujan) dan elevasi terhadap KTK dan ph tanah menunjukkan bahwa curah hujan dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) basah (b) (CH >1.500 mm th -1 dan tidak terdapat bulan kering >4 bl berturut-turut) dan (2) kering (k) (CH<1.500 mm th -1 atau CH <2.500 mm dan terdapat bulan kering >4 bl berturut-turut), sedangkan untuk evelasi dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) dataran rendah (r) (elevasi<750 m dpl) dan (2) dataran tinggi (t) (ketinggian >750 m dpl). Hubungan topografi (relief) dengan karakteristik tanah Gambar 4. Pengaruh iklim terdahap karakteristik tanah Figure 4. Influence of climate to the soil characteristics Hubungan iklim dengan karakteristik tanah Iklim dengan anasir curah hujan dan temperatur udara mempengaruhi proses pembentukan tanah. Hubungan iklim dengan karakteristik tanah digambarkan dengan hasil analisis multivariate korespondensi (Gambar 4). Gambar ini menunjukkan bahwa iklim lebih berhubungan erat dengan nilai Hubungan relief dengan karakteristik tanah digambarkan dengan hasil analisis multivariate korespondensi (Gambar 5). Gambar ini menunjukkan bahwa relief lebih berhubungan erat dengan ph, KTK, dan drainase tanah dibandingkan oleh karakteristik lainnya yang ditunjukkan oleh sudut yang relatif kecil. Di wilayah tropika basah, proses erosi berlangsung sangat intensif dan hasil erosi diendapkan pada wilayah bawah (cekung), bahan organik dan mineral basa-basa terakumulasi pada wilayah tersebut, sehingga KTK tanah tinggi, berpengaruh terhadap ph tanah, dan cenderung drainase buruk. 29

8 JURNAL TANAH DAN IKLIM NO. 36/2012 Gambar 5. Pengaruh relief terdahap karakteristik tanah Figure 5. Influence of relief to the soil characteristics Satuan karakteristik dayadukung lahan pertanian (SKDLP) Hubungan yang konsisten antara faktor pembentuk tanah (bahan induk, iklim, dan relief) dan karakteristik tanah yang dihasilkan dari analisis basis data tanah digunakan untuk menyusun satuan karakteristik daya dukung lahan. Satuan yang terbentuk tersebut, diyakini mempunyai hubungan dengan potensi sumberdaya lahan pertanian, karena disusun dari faktor pembentuk tanah. Satuan tersebut selanjutnya disebut satuan karakteristik dayadukung lahan pertanian (SKDLP). Atribut SKDLP merupakan faktor-faktor pembentuk tanah, yaitu: bahan induk, iklim, dan relief. Dalam implementasinya, SKDLP dibangun dari data citra satelit, data DEMs, dan peta geologi (litologi) dengan menggunakan teknologi modern, sehingga lebih cepat dan akurat. SKDLP yang terbentuk merupakan alternatif pendekatan untuk pemetaan potensi sumberdaya lahan. SKDLP yang dibangun dari tiga grup bahan, yaitu aluvial, volkan, dan sedimen disajikan pada Gambar 6. Keterkaitan SKDLP dengan karakteristik tanah dan mencari karakteristik tanah yang sulit diduga Gambar 6. Alternatif SKDLP dari tiga grup bahan Figure 6. SKDLP alternatives from three group of materials dari SKDLP, telah dilakukan analisis perbandingan antara nilai KK karakteristik tanah pada setiap SKDLP dengan nilai KK karakteristik tanah antar SKDLP. Apabila nilai KK karakteristik tanah pada SKDLP lebih tinggi daripada nilai KK karakteristik tanah antar SKDLP, berarti karakteristik tanah tersebut sulit diduga dan sebaliknya. Nilai KK masing-masing SKDLP dibandingkan dengan nilai KK keseluruhan SKDLP umumnya mempunyai nilai lebih rendah, hal ini menunjukkan bahwa SKDLP mempunyai karakteristik tanah yang dapat diduga, sedangkan yang mempunyai nilai KK sedang-tinggi, menunjukkan karakteristik tanah tersebut sulit diduga. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa karaksteristik tanah yang sulit diduga adalah KTK tanah dan kedalaman tanah. Karakteristik kedalaman tanah merupakan karakteristik penting dalam menentukan potensi sumberdaya lahan (Balittanah, 2003). Verifikasi lapangan diperlukan untuk mengetahui karakteristik kedalaman tanah, terutama pada wilayah beriklim kering dan tanah yang 30

9 CHENDY TAFAKRESNANTO ET AL. : Keterkaitan Faktor Pembentuk dan Karakteristik Tanah Tabel 5. Karakteristik tanah masing-masing SKDLP Table 5. Soil characteristics of each SKDLP Karakteristik tanah Asal Relief bahan/ Iklim Teks ph n u r c h m litologi KTK Ked Drai KTK Ked Drai KTK Ked Drai KTK Ked Drai KTK Ked Drai KTK Ked Drai Bahan aluvial (A) ef br h m-am r-t dl bu-bi kr h n t dl bu-bi t dl bi efq br s-h am-n r-t dl bu-bi r-t dl bi kr s-h n t dl bi t dl bi eq br k m-am r dl bu-bi Bahan sendimen (S) sf br h m r-t dl bu-bi r-t dl bi r-t dl bi r dl bi r dl bi r dk-dl bi bt h m r dl bi r dk-dl bi kr h n t dl bi t dk-dl bi t dk-dl bi fk br h am-n t dk-dl bi t dk-dl bi t dk-dl bi t dk-dl bi kr h n t dl bi t dl bi t dk-dl bi t dk-dl bi t dk-dl bi t dk-dl bi sq br s m r dl bu-bi r dl bi r dl bi r dl bi r dl bi r dk-dl bi bt s m r dl bi r dk-dl bi kr s m t dk-dl bi t dk-dl bi qk br s am-n t dl bi t dk-dl bi kr s n t dk-dl bi Bahan volkan (V) a br h m-am r-t dl bu-bi r-t dl bi r-t dl bi r-t dl bi r-t dl bi r-t dl bi bt s m t dl bi t dl bi t dl bi t dl bi t dl bi t dk-dl bi kr h am t t dl bi t dl bi t dk-dl bi d br s m r dl bu-bi r dl bi r dl bi r dl bi r dl bi r dl bi bt s m r-t dl bi r-t dl bi r-t dl bi r-t dl bi r-t dl bi r-t dk-dl bi kr s am t t dk-dl bi Keterangan : Teks = Tekstur, Ked = Kedalaman tanah, Drai = Drainase, k = kasar, s = sedang, h = halus, m = masam, am = agak masam, n = netral, r = rendah, t = tinggi, dk = dangkal, dl = dalam, bu = buruk, bi = baik, br = basah rendah, bt = basah tinggi, kr = kering rendah A = aluvial, V = volkan, S = sendimen ef = endapan halus, eq = endapan kasar, efq = endapan halus dan kasar sf = sendimen halus masam, sq = sendimen kasar masam, fk = sendimen halus non masam qk = sendimen kasar non masam, a = intermedier-basis, d = masam br = dataran rendah basah, bt = dataran tinggi basah, kr = dataran rendah kering terbentuk dari bahan sedimen non masam. Untuk karakteristik KTK tanah dihasilkan dari analisis laboratorium, tetapi untuk tanah beriklim kering, tanah yang terbentuk dari bahan sedimen non masam dan volkan intermedier-basis dataran tinggi cenderung mempunyai KTK tanah tinggi. Hal ini karena pada wilayah beriklim kering dan bahan sedimen non masam didominasi oleh mineral liat tipe 2:1, sedangkan pada relief datar merupakan sumbangan dari bahan organik yang terawetkan. Tabel 5 menyajikan karakteristik tanah pada berbagai bahan induk, iklim, dan relief. Dari Tabel 5 terlihat bahwa bahan aluvial (A) yang terbentuk dari proses endapan, peranan bahan induk dan iklim kurang menonjol dibandingkan asal bahan sedimen dan volkan yang terbentuk dari proses endogen (tektonik dan volkanik). Lahan dengan relief datar (lereng <3%) dataran rendah mempunyai drainase tanah buruk sampai baik khususnya pada bahan aluvial (A), dengan demikian pada wilayah tersebut perlu dilakukan pengamatan lapangan dan dibantu dengan citra satelit melalui analisis tingkat kebasahan lahan (wetness) yang mampu membedakan lahan/tanah basah (akuik) dan kering (non akuik) (Sukarman, 2005). 31

10 JURNAL TANAH DAN IKLIM NO. 36/2012 KESIMPULAN 1. Kualitas dan karaktristik tanah di Indonesia sangat dipengaruhi faktor bahan induk tanah. 2. Karakteristik tekstur dan ph tanah sangat dipengaruhi oleh bahan induk, sedangkan iklim dan relief sangat mempengaruhi KTK dan ph tanah. Tanah yang terbentuk dari bahan volkan intermedier-basis bertekstur halus dan ph masam-agak masam, sedangkan dari bahan volkan masam bertekstur sedang dan ph masam. Untuk tanah yang terbentuk dari bahan sedimen halus masam bertekstur halus dan ph masam, sedangkan dari bahan sedimen kasar masam bertekstur sedang dan ph masam. Bahan sedimen halus dan kasar non masam membentuk karakteristik ph netral dan karakteristik kedalaman tanah dangkal-dalam. 3. Karaksteristik tanah yang sulit diduga pada SKDLP adalah kedalaman tanah, KTK, dan drainase tanah. Karakteristik kedalaman tanah hanya dapat dipastikan melalui pengamatan lapangan, KTK tanah melalui analisis laboratorium, dan drainase tanah dapat dibantu dengan citra satelit. 4. SKDLP terbentuk dari faktor-faktor pembentuk tanah yang mencerminkan kualitas dan karakteristik tanah, dapat digunakan untuk pemetaan potensi sumberdaya lahan. SKDLP tersebut dapat dibangun dari data citra satelit, data DEMs, dan peta geologi (litologi) dengan menggunakan Inderaja, sehingga pelaksanaan pemetaan potensi sumberdaya lahan akan lebih cepat dan akurat. Departemen Kehutanan, Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Derektorat Konservasi Tanah, Jakarta. Jeni, H Factors Soil Farmation. Mc Graw Hill. New York. Sitorus, S.R P The Analysis of Soil Variability for Land Capability Assesment. Unpublished. Ph.D. Thesis. Univ. Sheffield. Sheffield. Subagjo, H.S Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Penataran PPS Bidang Ilmu Tanah dan Pemupukan ke-1 tanggal 14 Desember Januari Direktorat Jenderal Pertanian, Lembaga Penelitian Tanah, Bogor. Sukarman Identifikasi Unsur-Unsur Satuan Peta Tanah Semi Detail menggunakan Citra Landsat 7 ETM dan Model Elevasi Digital di Daerah Bogor. Disertasi S3 Program Pascasarjana IPB, Bogor. (tidak dipublikasikan). Soepraptohardjo, M Suatu Cara Penilaian Untuk Klasifikasi Kemampuan Wilayah. Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Pertanian, Lembaga Penelitian Tanah, Bogor. Sys A distributed approach for inferring production. Published in: Proceeding IJCAI'87 Proceedings of the 10th international joint conference on Artificial intelligence - Volume 1. Morgan Kaufmann Publishers Inc. San Francisco, CA, USA. Wibisono, G.M Kajian Keterkaitan antara Karakteristik dan Klasifikasi Tanah dengan Landform, Sebagai Evaluasi Terhadap Metode Pemetaan Tanah di Indonesia. Seminar Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Faperta IPB, tanggal 4 Agustus Faperta, IPB, Darmaga. DAFTAR PUSTAKA Balai Penelitian Tanah Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Pertanian. Balittanah, Bogor. Direktorat Konservasi Tanah Pedoman Praktis Penentuan Kemampuan Lahan untuk Rehabilitasi dan Komnservasi Tanah DAS. 32

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi pustaka dari hasil-hasil survei dan pemetaan tanah LREPP II yang tersedia di arsip data base Balai Besar Litbang Sumberdaya

Lebih terperinci

CHENDY TAFAKRESNANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

CHENDY TAFAKRESNANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENGEMBANGAN METODOLOGI IDENTIFIKASI DAN EVALUASI POTENSI SUMBERDAYA LAHAN DENGAN MENGINTEGRASIKAN BASIS DATA TANAH, CITRA SATELIT, DAN MODEL ELEVASI DIGITAL CHENDY TAFAKRESNANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sifat-sifat Tanah. Sifat Morfologi dan Fisika Tanah. Sifat morfologi dan fisika tanah masing-masing horison pada pedon pewakil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sifat-sifat Tanah. Sifat Morfologi dan Fisika Tanah. Sifat morfologi dan fisika tanah masing-masing horison pada pedon pewakil HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat-sifat Tanah Sifat Morfologi dan Fisika Tanah Pedon Berbahan Induk Batuliat Sifat morfologi dan fisika tanah masing-masing horison pada pedon pewakil berbahan induk batuliat disajikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Lahan adalah lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi dimana faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaan lahannya (Hardjowigeno et

Lebih terperinci

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan Evaluasi Lahan Evaluasi lahan merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan merupakan proses penilaian atau keragaab lahan jika

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada Januari 2013 sampai Juli 2014. Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di: 1) Wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Iklim Daerah aliran sungai (DAS) Siulak di hulu DAS Merao mempunyai luas 4296.18 ha, secara geografis terletak antara 101 0 11 50-101 0 15 44 BT dan

Lebih terperinci

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd TANAH / PEDOSFER OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd 1.Definisi Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral organic, air, udara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Luas DAS Cileungsi

HASIL DAN PEMBAHASAN Luas DAS Cileungsi 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Luas DAS Cileungsi Wilayah DAS Cileungsi meliputi wilayah tangkapan air hujan yang secara keseluruhan dialirkan melalui sungai Cileungsi. Batas DAS tersebut dapat diketahui dari

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6 1. Komponen tanah yang baik yang dibutuhkan tanaman adalah.... bahan mineral, air, dan udara bahan mineral dan bahan organik

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data hasil analisis laboratorium parameter kalium tukar dari tiap titik sampel. Kontrol I II III

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data hasil analisis laboratorium parameter kalium tukar dari tiap titik sampel. Kontrol I II III LAMPIRAN Lampiran 1. Data hasil analisis laboratorium parameter kalium tukar dari tiap titik sampel Kontrol 0-20 0.12 0.25 0.94 20-40 0.34 0.41 0.57 40-60 0.39 0.45 0.50 60-80 0.28 0.39 0.57 80-100 0.23

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK... I. PENDAHULUAN 1.

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK... I. PENDAHULUAN 1. DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK... I. PENDAHULUAN II. 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan... 3 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya LEMBAR KERJA SISWA KELOMPOK :. Nama Anggota / No. Abs 1. ALFINA ROSYIDA (01\8.6) 2.. 3. 4. 1. Diskusikan tabel berikut dengan anggota kelompok masing-masing! Petunjuk : a. Isilah kolom dibawah ini dengan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Daerah penelitian terletak di daerah Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Daerah penelitian terletak di daerah Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Penelitian Daerah penelitian terletak di daerah Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat (pedon AM1 s/d AM8), dan Kabupaten Serang Propinsi Banten (pedon AM9 dan AM10)

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis Daerah penelitian terletak pada 15 7 55.5 BT - 15 8 2.4 dan 5 17 1.6 LS - 5 17 27.6 LS. Secara administratif lokasi penelitian termasuk ke dalam wilayah Desa

Lebih terperinci

3. TAHAP ANALISA CONTOH TANAH 4. TAHAP ANALISA DATA

3. TAHAP ANALISA CONTOH TANAH 4. TAHAP ANALISA DATA 1. TAHAP PERSIAPAN 2. TAHAP SURVEI LAPANGAN a) PRA SURVEI b) SURVEI UTAMA 3. TAHAP ANALISA CONTOH TANAH 4. TAHAP ANALISA DATA 1 GARIS BESAR KEGIATAN SURVEI TANAH Peta Dasar Mosaik Foto Digitasi Peta Persiapan

Lebih terperinci

KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI

KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh : JUMIYATI NIRM: 5.6.16.91.5.15

Lebih terperinci

Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan

Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan Oleh : Idung Risdiyanto 1. Konsep dan Batasan Evaluasi Lahan dan Zonasi Pertanian 1.1. Pengertian Dasar (dikutip dari Evakuasi Lahan Puslitanak) Dalam

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Profil

Lampiran 1. Deskripsi Profil Lampiran 1. Deskripsi Profil A. Profil pertama Lokasi : Desa Sinaman kecamatan Barus Jahe Kabupaten Tanah Karo Simbol : P1 Koordinat : 03 0 03 36,4 LU dan 98 0 33 24,3 BT Kemiringan : 5 % Fisiografi :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi segala kebutuhan hidup, sehingga dalam pengelolaannya harus dilakukan dengan hatihati dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. Untuk dapat melakukan perencanaan secara menyeluruh dalam hal

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. Untuk dapat melakukan perencanaan secara menyeluruh dalam hal TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Untuk dapat melakukan perencanaan secara menyeluruh dalam hal penggunaan dan pengelolaan suatu lahan, maka hal pokok yang perlu diperhatikan adalah tersedianya informasi faktor

Lebih terperinci

Pemetaan Tanah.

Pemetaan Tanah. Pemetaan Tanah nasih@ugm.ac.id Peta Geologi dan Fisiografi Daerah Istimewa Yogyakarta Peta : alat pemberita visual suatu wilayah Peta ilmu bumi (geografi) Peta topografi Peta geologi dan sebagainya Peta

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan pengamatan awal, daerah penelitian secara umum dicirikan oleh perbedaan tinggi dan ralief yang tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur pada

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI TANAH RAWA PASANG SURUT DI KARANG AGUNG ULU SUMATERA SELATAN. E. DEWI YULIANA Fakultas MIPA, Universitas Hindu Indonesia

KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI TANAH RAWA PASANG SURUT DI KARANG AGUNG ULU SUMATERA SELATAN. E. DEWI YULIANA Fakultas MIPA, Universitas Hindu Indonesia KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI TANAH RAWA PASANG SURUT DI KARANG AGUNG ULU SUMATERA SELATAN E. DEWI YULIANA Fakultas MIPA, Universitas Hindu Indonesia ABSTRACT This study is aimed at identifyimg the characteristics

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian adalah interaksi dari proses eksogen dan proses endogen (Thornburry, 1989). Proses eksogen adalah proses-proses

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan tubuh alam yang menyelimuti permukaan bumi dan merupakan sumberdaya yang sangat penting bagi makhluk hidup. Tanah mempunyai kemampuan untuk mendukung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Tujuan survey dan pemetaan tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu satuan peta tanah yang

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014). I. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah dan Lahan Tanah merupakan sebuah bahan yang berada di permukaan bumi yang terbentuk melalui hasil interaksi anatara 5 faktor yaitu iklim, organisme/ vegetasi, bahan induk,

Lebih terperinci

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Manggis (Garcinia Mangosta Linn) Di Desa Wanayasa Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Manggis (Garcinia Mangosta Linn) Di Desa Wanayasa Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta 1 Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 1, April 2016 Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Manggis (Garcinia Mangosta Linn) Di Desa Wanayasa Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta Oleh : N.Nurhaeni, D.Sugandi

Lebih terperinci

KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN JATINOM KABUATEN KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH

KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN JATINOM KABUATEN KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN JATINOM KABUATEN KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh : GATOT JOKO MARDIYANTO

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Geomorfologi Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuklahan yang menyusun permukaan bumi, baik diatas maupun dibawah permukaan air laut dan menekankan pada asal mula

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) 1. Karakteristik Tanaman Ubi Jalar Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan, dan terdiri dari 400 species. Ubi jalar

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA)

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA) ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA) Nandian Mareta 1 dan Puguh Dwi Raharjo 1 1 UPT. Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Jalan Kebumen-Karangsambung

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB KARAKTERISTIK TANAH Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB Pendahuluan Geosfer atau bumi yang padat adalah bagian atau tempat dimana manusia hidup dan mendapatkan makanan,, mineral-mineral

Lebih terperinci

Gambar 4.15 Kenampakan Satuan Dataran Aluvial. Foto menghadap selatan.

Gambar 4.15 Kenampakan Satuan Dataran Aluvial. Foto menghadap selatan. Gambar 4.15 Kenampakan Satuan Dataran Aluvial. Foto menghadap selatan. Gambar 4.16 Teras sungai pada daerah penelitian. Foto menghadap timur. 4.2 Tata Guna Lahan Tata guna lahan pada daerah penelitian

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 16 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Luas dan Letak Desa Kinam dan Desa Kiriwas-was merupakan dua desa yang terletak di Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak dengan total luas Distrik Kokas 1.786 km

Lebih terperinci

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PENGERTIAN TANAH Pedosfer berasal dari bahasa latin yaitu pedos = tanah, dan sphera = lapisan. Pedosfer yaitu lapisan kulit bumi yang tipis yang letaknya

Lebih terperinci

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATAGUNA LAHAN PERKEBUNAN

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATAGUNA LAHAN PERKEBUNAN BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATAGUNA LAHAN PERKEBUNAN 4.1 Geomorfologi Telah sedikit dijelaskan pada bab sebelumnya, morfologi daerah penelitian memiliki beberapa bentukan khas yang di kontrol oleh litologi,

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN B. PROFIL TANAH

BAB II PEMBAHASAN B. PROFIL TANAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adapun yang melatarbelakangi penulisan makalah ini, yaitu karena masih banyak diantara kita yang sudah sering melihat serta memanfaatkan tanah dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan terdahulu dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Perbedaan tekstur tanah dan elevasi, tidak menyebabkan perbedaan morfologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun. Berdasarkan iklimnya, lahan kering

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI TANAH PADA SATUAN LAHAN VOLKAN TUA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH : DEA WALUCKY SARAGIH ILMU TANAH

KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI TANAH PADA SATUAN LAHAN VOLKAN TUA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH : DEA WALUCKY SARAGIH ILMU TANAH KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI TANAH PADA SATUAN LAHAN VOLKAN TUA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH : DEA WALUCKY SARAGIH 120301034 ILMU TANAH PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LAHAN RAWAN LONGSOR DAN INDEKS BAHAYA EROSI DI KABUPATEN SOLOK, PROVINSI SUMATERA BARAT

IDENTIFIKASI LAHAN RAWAN LONGSOR DAN INDEKS BAHAYA EROSI DI KABUPATEN SOLOK, PROVINSI SUMATERA BARAT IDENTIFIKASI LAHAN RAWAN LONGSOR DAN INDEKS BAHAYA EROSI DI KABUPATEN SOLOK, PROVINSI SUMATERA BARAT S. Marwanto, A. Dariah, D. Subardja, dan Y. Hadian ABSTRAK Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat secara

Lebih terperinci

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet 57 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet Sektor pekebunan dan pertanian menjadi salah satu pilihan mata pencarian masyarakat yang bermukim

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Berdasarkan bentuk topografi dan morfologi daerah penelitian maka diperlukan analisa geomorfologi sehingga dapat diketahui bagaimana

Lebih terperinci

Relationship between WCa Ratios in the Soil Solution with the Dynamic of K in UZtisol and Vertisol of Upland Area ABSTRACT

Relationship between WCa Ratios in the Soil Solution with the Dynamic of K in UZtisol and Vertisol of Upland Area ABSTRACT Iurnal Tanah dan Lingkungan,Vol. 6 No. 1, April 2004: 7-13 ISSN 1410-7333 HUBUNGAN NISBAH K/Ca DALAM LARUTAN TANAH DENGAN DINAMIKA HARA K PADA ULTISOL DAN VERTISOL LAHAN KERING I/ Relationship between

Lebih terperinci

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

III.1 Morfologi Daerah Penelitian TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi suatu daerah merupakan bentukan bentang alam daerah tersebut. Morfologi daerah penelitian berdasakan pengamatan awal tekstur

Lebih terperinci

TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS

TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS 2018 TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS Sudarto, Aditya Nugraha Putra & Yosi Andika Laboratorium Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan (PSISDL) 9/4/2018 TUGAS SURVEI TANAH

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Ubi jalar atau ketela rambat (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu jenis tanaman budidaya yang dimanfaatkan bagian akarnya yang membentuk umbi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi CV. Jayabaya Batu Persada secara administratif terletak pada koordinat 106 O 0 51,73 BT dan -6 O 45 57,74 LS di Desa Sukatani Malingping Utara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Survei tanah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk dapat membedakan tanah satu dengan yang lain yang kemudian disajikan dalam suatu peta (Tamtomo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuklahan dan proses proses yang mempengaruhinya serta menyelidiki hubungan timbal balik antara bentuklahan dan proses

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 PEMBENTUKAN TANAH 2.1 Penggolongan Batuan Menurut Lingkungan Pembentukan : 1. Batuan Beku (Batuan Magmatik)

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM. Kelas Kriteria

PERANCANGAN SISTEM. Kelas Kriteria Kelas Kriteria Lahan S2 Unit lahan memiliki lebih dari 4 pembatas ringan, dan/atau memiliki tidak lebih dari 3 pembatas sedang S3 Unit lahan memiliki lebih dari 3 pembatas sedang, dan/atau 1 atau lebih

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993) TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Evaluasi Lahan Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaman lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei serta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survai Tanah. lapangan maupun di laboratorium dengan tujuan pendugaan penggunaan lahan umum

TINJAUAN PUSTAKA. Survai Tanah. lapangan maupun di laboratorium dengan tujuan pendugaan penggunaan lahan umum TINJAUAN PUSTAKA Survai Tanah Survai tanah merupakan pekerjaan pengumpulan data kimia, fisik dan biologi di lapangan maupun di laboratorium dengan tujuan pendugaan penggunaan lahan umum maupun khusus.

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 2.1 Penggolongan Batuan Menurut Lingkungan Pembentukan : 1. Batuan Beku (Batuan Magmatik) 2. Batuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Survei Tanah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tebal. Dalam Legend of Soil yang disusun oleh FAO, Ultisol mencakup sebagian

TINJAUAN PUSTAKA. tebal. Dalam Legend of Soil yang disusun oleh FAO, Ultisol mencakup sebagian TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah kering sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik atau fragipan dengan lapisan liat tebal. Dalam Legend of Soil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

TUJUAN PEMBELAJARAN : Survei Tanah dan Evaluasi Lahan

TUJUAN PEMBELAJARAN : Survei Tanah dan Evaluasi Lahan Survei Tanah dan Evaluasi Lahan INTERPRETASI DATA SURVEI TANAH INTERPRETASI DATA TANAH TUJUAN PEMBELAJARAN : 1. Memahami tujuan, prinsip dan cara 2 Interpretasi Data Tanah 2. Mengenal dan bisa membedakan

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Bentuk dan Pola Umum Morfologi Daerah Penelitian Bentuk bentang alam daerah penelitian berdasarkan pengamatan awal tekstur berupa perbedaan tinggi dan relief yang

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN BANDAR KABUPATEN BATANG PROVINSI JAWA TENGAH NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN BANDAR KABUPATEN BATANG PROVINSI JAWA TENGAH NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN BANDAR KABUPATEN BATANG PROVINSI JAWA TENGAH NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Disusun Oleh:

Lebih terperinci

4.1. Bahan Induk Tanah, Komposisi Mineral dan Sifat-Sifat Tanah Sawah

4.1. Bahan Induk Tanah, Komposisi Mineral dan Sifat-Sifat Tanah Sawah IV. PEMBAHASAN UMUM Solok dikenal sebagai Sentra Produksi Beras. Beras yang dihasilkan Sentra Produksi, di samping mensuplai kebutuhan pangan masyarakat Sumatera Barat, juga masyarakat di luar Sumatera

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN TANAH PARANITA ASNUR

PEMBENTUKAN TANAH PARANITA ASNUR PEMBENTUKAN TANAH PARANITA ASNUR FAKTOR PEMBENTUKAN TANAH Iklim Faktor Lain Topogr afi Tanah Waktu Bahan Induk Organi sme Konsep Pembentukan Tanah Model proses terbuka Tanah merupakan sistem yang terbuka

Lebih terperinci

KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SIMO KABUATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH. Skripsi S-1 Program Studi Geografi

KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SIMO KABUATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH. Skripsi S-1 Program Studi Geografi 1 KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SIMO KABUATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH Skripsi S-1 Program Studi Geografi Oleh : WIWIK CAHYANINGRUM NIRM:.5.16.91.5.117 Kepada FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

Grup Perbukitan (H), dan Pergunungan (M)

Grup Perbukitan (H), dan Pergunungan (M) Grup Perbukitan (H), dan Pergunungan (M) Volkan (V) Grup volkan yang menyebar dari dat sampai daerah tinggi dengan tut bahan aktivitas volkanik terdiri kerucut, dataran dan plato, kaki perbukitan dan pegunungan.

Lebih terperinci

PENULISAN LAPORAN FIELDWORK & UAP PRAKTIKUM SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN

PENULISAN LAPORAN FIELDWORK & UAP PRAKTIKUM SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN PENULISAN LAPORAN FIELDWORK & UAP PRAKTIKUM SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN Ketentuan : 1. Laporan survei disusun secara berkelompok 2. Laporan diketik tanpa ada copy paste 3. Revisi Laporan dalam bentuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DAS (Daerah Aliran Sungai) Daerah aliran sungai adalah merupakan sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis, yang menampung, menyimpan dan mengalirkan curah hujan yang

Lebih terperinci

Kata kunci: lahan kering, kedelai

Kata kunci: lahan kering, kedelai EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KERING UNTUK BUDIDAYA TANAMAN KEDELAI DI DESA PUCUNG, KECAMATAN GIRISUBO, KABUPATEN GUNUNGKIDUL DRY LAND SUITABILITY EVALUATION FOR CULTIVATION OF SOYBEAN IN PUCUNG VILLAGE, GIRISUBO

Lebih terperinci

II. PEMBENTUKAN TANAH

II. PEMBENTUKAN TANAH Company LOGO II. PEMBENTUKAN TANAH Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS Arief Darmawan, S.Si., M.Sc Isi A. Konsep pembentukan tanah B. Faktor pembentuk tanah C. Proses pembentukan tanah D. Perkembangan lapisan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat- sifat tertentu yaitu

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat- sifat tertentu yaitu 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Lahan Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat- sifat tertentu yaitu adanya persamaan dalam hal geologi, geomorfologi,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan

Lebih terperinci

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan di 4 (empat) desa di Kecamatan Windusari yaitu Desa Balesari, Desa Kembangkunig, Desa Windusari dan Desa Genito. Analisis terhadap

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Metode Penelitian. diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Metode Penelitian. diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah dan Laboraturium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan nasional, pengembangan pertanian di lahan kering mempunyai harapan besar untuk mewujudkan pertanian yang tangguh di Indonesia, mengingat

Lebih terperinci

Evaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan

Evaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan Evaluasi Lahan Evaluasi Kemampuan Lahan Evaluasi Lahan Penilaian kinerja lahan (land performance) untuk penggunaan tertentu Kegiatan Evaluasi Lahan meliputi survai lahan interpretasi data hasil survai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Lahan Lahan mempunyai pengertian yang berbeda dengan tanah (soil), dimana lahan terdiri dari semua kondisi lingkungan fisik yang mempengaruhi potensi penggunaannya, sedangkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Terdapat 11 profil tanah yang diamati dari lahan reklamasi berumur 0, 5, 9, 13 tahun dan lahan hutan. Pada lahan reklamasi berumur 0 tahun dan lahan hutan, masingmasing hanya dibuat

Lebih terperinci

KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi

KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Diajukan Oleh : ANA DWI JONI ARGENTINA NIRM: 95.6.16.91.5.11

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Analisis Struktur Daerah Pasirsuren dan Sekitarnya, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Analisis Struktur Daerah Pasirsuren dan Sekitarnya, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir adalah matakuliah wajib dalam kurikulum pendidikan sarjana strata satu di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (http://www.asiamaya.com/peta/bandung/suka_miskin/karang_pamulang.

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (http://www.asiamaya.com/peta/bandung/suka_miskin/karang_pamulang. BAB II KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Geografis dan Administrasi Secara geografis daerah penelitian bekas TPA Pasir Impun terletak di sebelah timur pusat kota bandung tepatnya pada koordinat 9236241

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus Secara geografis wilayah Kabupaten Tanggamus terletak pada posisi 104 0 18 105 0 12 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

PENENTUAN KAWASAN JENIS USAHA BUDIDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN DATA SPASIAL

PENENTUAN KAWASAN JENIS USAHA BUDIDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN DATA SPASIAL PENENTUAN KAWASAN JENIS USAHA BUDIDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN DATA SPASIAL Riszky Pramudiyanti dan Ankiq Taofiqurohman S Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret-Agustus 2015 9 ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Galih Damar Pandulu PS. Teknik Sipil, Fak. Teknik, Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Sifat Kimia Tanah di Wilayah Studi Penambangan PT Kaltim Prima Coal

Tabel Lampiran 1. Sifat Kimia Tanah di Wilayah Studi Penambangan PT Kaltim Prima Coal LAMPIRAN 45 46 Tabel Lampiran 1. Sifat Kimia Tanah di Wilayah Studi Penambangan PT Kaltim Prima Coal No Sifat Kimia Tanah Nilai Keterangan 1 ph (H 2 O) 4,59 Masam 2 Bahan Organik C-Organik (%) 1,22 Rendah

Lebih terperinci

Kriteria dan Klasifikasi Tingkat Degradasi Lahan di Lahan Kering (Studi Kasus : Lahan Kering di Kabupaten Bogor)

Kriteria dan Klasifikasi Tingkat Degradasi Lahan di Lahan Kering (Studi Kasus : Lahan Kering di Kabupaten Bogor) Kriteria dan Klasifikasi Tingkat Degradasi Lahan di Lahan Kering (Studi Kasus : Lahan Kering di Kabupaten Bogor) A Preliminary Criteria and Classification of Land Degradation Level on Dryland (Case Study

Lebih terperinci

KLASIFIKASI TANAH INDONESIA

KLASIFIKASI TANAH INDONESIA Klasifikasi Tanah Indonesia KLASIFIKASI TANAH INDONESIA (Dudal dan Supraptoharjo 1957, 1961 dan Pusat Penelitian Tanah (PPT) Bogor 1982) Sistem klasifikasi tanah yang dibuat oleh Pusat Penelitian Tanah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian dari bentang alam ( Landscape) yang mencakup pengertian lingkungan

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian dari bentang alam ( Landscape) yang mencakup pengertian lingkungan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Lahan adalah wilayah dipermukaan bumi, meliputi semua benda penyusun biosfer baik yang berada di atas maupun di bawahnya, yang bersifat tetap atau siklis (Mahi,

Lebih terperinci