PERANCANGAN SISTEM. Kelas Kriteria
|
|
- Yulia Susanti Santoso
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Kelas Kriteria Lahan S2 Unit lahan memiliki lebih dari 4 pembatas ringan, dan/atau memiliki tidak lebih dari 3 pembatas sedang S3 Unit lahan memiliki lebih dari 3 pembatas sedang, dan/atau 1 atau lebih pembatas berat N Unit lahan memiliki pembatas sangat berat PERANCANGAN SISTEM Skema sistem yang akan dibangun dalam penelitian ini secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 4. Analisis Kebutuhan Perancangan (Design) Pemrograman (coding) Pengujian (testing) Operasi dan Pemeliharaan Gambar5. Bagan alir pengembangan sistem model waterfall Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan merupakan langkah awal dalam perancangan sistem, karena merupakan dasar keberhasilan dari implementasi sistem. Analisis kebutuhan pada penelitian ini mencakup analisis pengguna sistem, akuisisi pengetahuan, representasi pengetahuan,, pengolahan data dan output dari sistem. Pengguna yang akan menggunakan sistem ini adalah para pengembang di bidang sektor pertanian. Gambar 4. Skema sistem evaluasi kesesuaian lahan budidaya tanaman Tahapan perancangan sistem yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode waterfall karena metode ini bersifat sistematis dan berurutan dalam membangun sistem. Aliran dari fase satu ke fase yang lain lebih jelas terlihat (Sommerville, 1996 dalam Kurniasih, 2003). Secara garis besar bagan alir dari pengembangan sistem model waterfall ini dapat dilihat pada Gambar 5. Metode yang digunakan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan budidaya tanaman adalah metode pembatas yang berkaitan dengan banyaknya dan intensitas pembatas. Akusisi pengetahuan dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa sumber yaitu buku, dokumen tentang persyaratan hidup tanaman, dan hasil wawancara dengan pakar yang dilakukan oleh Sitanggang (2002) untuk penelitiannya. Pengetahuan yang diperoleh meliputi : 1. Bentuk bentuk pembatas yang digunakan dalam penentuan kelas kesesuaian lahan 2. Karakteristik lahan yang digunakan untuk menentukan tingkat pembatas 3. Data kebutuhan (persyaratan tumbuh) dari berbagai jenis tanaman. 4. Kriteria penentuan kelas kesesuaian lahan. Pengetahuan ini selanjutnya diekstrak dari sumber pengetahuan untuk kemudian direpresentasikan ke dalam basis pengetahuan. 7
2 bentuk-bentuk pembatas yang digunakan dalam menentukan kelas kesesuaian lahan adalah pembatas yang dinyatakan dalam sub kelas kesesuaian lahan dalam kerangka FAO. Selain bentuk pembatas tersebut ada pembatas tambahan yaitu pembatas penyiapan lahan. Karakteristik lahan dipilih dari Tabel 2. Penentuan kelas kesesuaian lahan penelitian ini dibatasi pada penentuan kelas kesesuaian untuk tanah mineral dan tidak dapat digunakan untuk penentuan kelas kesesuaian lahan pada tanah gambut. Pembatas dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu iklim, landscape dan tanah, dan penyiapan lahan. Ketiga bentuk pembatas tersebut beserta karakteristik lahannya diberikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Data Atribut Kesesuian Lahan Budidaya Tanaman Karakteristik Lahan Iklim Temperatur rata rata Curah hujan Kelembaban udara Landscape dan Tanah 1. Topografi 2. Kebasahan 3. Tanah secara fisik 4. Fertilitas tanah 5. Salinitas dan alkalinitas Kemiringan Genangan (bahaya banjir) Drainase Tekstur Bahan kasar Kedalaman tanah KTK tanah ph kejenuhan basa C-Organik Salinitas Alkalinitas Penyiapan lahan Batuan di permukaan Singkapan batuan Data kebutuhan tanaman diklasifikasikan berdasarkan kelas kesesuaian lahan S1,S2,S3 dan N. Sebagai contoh, data kebutuhan untuk tanaman asparagus diberikan dalam Lampiran 1. Terdapat dua jenis data kebutuhan tanaman yaitu data numerik dan bukan data numerik. Karakteristik lahan yang nilainya dinyatakan dalam data numerik adalah temperatur ratarata, curah hujan, kelembaban udara, bahan kasar, kedalaman tanah, KTK tanah, kejenuhan basa, ph, C-Organik, salinitas, alkalinitas, kemiringan, batuan di permukaan, dan singkapan batuan, sedangkan karakteristik lahan yang nilainya dinyatakan dalam data bukan numerik adalah drainase, tekstur, dan genangan. Logika fuzzy digunakan untuk mentransformasi interval data ke dalam suatu nilai dari 0 sampai 1, dimana 1 berarti benar secara absolut dan 0 berarti tidak benar secara absolut. Nilai kebenaran tersebut menyatakan derajat keanggotaan data karakteristik lahan dalam suatu interval tertentu. Untuk memperoleh transformasi demikian, interval data kebutuhan tanaman dinyatakan dalam interval yang overlap. Interval overlap diperoleh dengan cara memperlebar kisaran (range) dari interval dengan tetap memperhatikan keabsahaan kebutuhan tanaman. Perubahan interval data tersebut didapat dari hasil wawancara dengan pakar dalam bidang pertanian yang dilakukan oleh Sitanggang (2002). Tingkat overlap yang diperoleh dari wawancara untuk setiap karakteristik lahan diberikan dalam Lampiran 2. Interval overlap untuk asparagus diberikan dalam Lampiran 3. Berdasarkan Tabel 3, tingkat pembatas dapat ditentukan untuk setiap interval overlap data kebutuhan penentuan kelas kesesuaian. Sebagai contoh penentuan tingkat pembatas temperatur rata rata untuk tanaman asparagus, ditunjukkan dalam Tabel 7. Data kebutuhan tanaman diperoleh dari penelitian dan aktivitas pemetaan lahan yang dilakukan oleh para peneliti dan praktisi dalam bidang kesesuaian lahan. 8
3 Tabel 7. Tingkat pembatas untuk interval temperatur rata-rata asparagus Interval Kelas Kesesuaian <10.5 Tidak sesuai (N) Sesuai marginal (S3) Cukup sesuai (S2) sesuai (S1) Cukup sesuai (S2) Sesuai marginal (S3) >34.5 Tidak sesuai (N) Tingkat Pembatas berat Berat Ringan Berat berat Karakteristik lahan yang dinyatakan secara numerik dapat dikelompokkan untuk masing masing interval datanya. Sebagai contoh temperatur rata-rata untuk asparagus dikelompokkan sebagai berikut: Tabel 8. Kelompok temperatur rata rata Kelompok Interval Dingin < 10.5 dingin Sejuk Hangat panas panas >34.5 Dengan adanya pengelompokan data tersebut, untuk data temperatur rata-rata maupun data karakteristik lainnya dapat dipandang sebagai variabel linguistik yang memiliki nilai linguistik dingin, agak dingin, sejuk, sedang, hangat, agak panas dan panas. Nilai linguistik untuk karakteristik lainnya diberikan dalam Lampiran 4. Selain karakteristik lahan, tingkat pembatas juga dinyatakan dalam variabel linguistik dengan nilai nilai linguistiknya adalah tidak ada, ringan, sedang, berat dan sangat berat. Masing masing pembatas diberikan rating seperti pada Tabel 9. Tabel 9. Tingkat pembatas dan ratingnya Tingkat Pembatas Rating Tidak ada > 90 Ringan Berat berat < 45 Karakteristik lahan yang tidak dinyatakan dalam data numerik seperti karakteristik dalam pembatas yang berhubungan dengan tesktur dan kebasahan yang terdiri dari genangan dan drainase, dinyatakan dalam kelas kelas karakteristik pembatas tersebut. Kelas kelas untuk karakteristik genangan yaitu F0 (tidak ada pembatas genangan), F1 (ringan), F2 (sedang), F3 (berat), F4 (sangat berat). Kelas kelas untuk karakteristik drainase adalah cepat, agak cepat, agak baik, agak terhambat, terhambat, sangat terhambat, sedangkan Kelas kelas untuk karakteristik yang berhubungan dengan tekstur ditunjukkan dalam Tabel 10. Kelas Halus halus kasar Kasar Tabel 10. Kelas Tekstur Tekstur Liat berpasir (SC), liat I, liat berdebu (SiC) Lempung berliat(cl), lempung liat berpasir(scl), lempung liat berdebu (SiCL). Lempung berpasir sangat halus (VFSL), lempung (L), Lempung berdebu (SiL), debu (Si) Lempung berpasir kasar (SCL), lempung berpasir (SL), Lempung berpasir halus (SFL) Pasir(S), pasir berlempung (LS) Pengetahuan yang diperoleh dari proses akuisisi direpresentasikan agar dapat dilakukan proses inferensi. Teknik representasi pengetahuan yang digunakan adalah kaidah produksi dimana pengetahuan dinyatakan dalam bentuk aturan IF THEN. Ada dua kelompok aturan IF THEN yang digunakan, yaitu untuk penentuan tingkat pembatas dan untuk penentuan kelas kesesuaian 9
4 lahan. Bagian premis yang digunakan untuk penentuan tingkat pembatas merupakan proposisi fuzzy dan proposisi bukan fuzzy yang berkaitan dengan kelompok karakteristik lahan, sedangkan bagian kesimpulan berkaitan dengan tingkat pembatas. Proposisi fuzzy adalah proposisi yang berkaitan dengan karakteristik lahan yang dinyatakan sebagai variabel linguistik, sedangkan proposisi bukan fuzzy digunakan untuk drainase, tekstur dan genangan. Bagian premis yang digunakan untuk penentuan kelas kesesuaian lahan merupakan proposisi yang berkaitan dengan pembatas lahan, sedangkan bagian kesimpulan berkaitan dengan kelas kesesuaian lahan. Aturan aturan untuk masing masing karakteristik lahan dalam menentukan tingkat pembatas diberikan pada Lampiran 5. Desain Input Desain input diperoleh dari hasil akuisisi data yang terdiri dari data karakteristik lahan berupa data input crisp dan data nilai linguistik yang dimasukkan oleh pemakai (user), ditunjukkan pada Gambar 6. lahan yang dimasukkan. Untuk karakteristik lahan yang dinyatakan dalam variabel linguistik yaitu, karakteristik yang berkaitan dengan iklim, topografi, tanah secara fisik (kecuali tekstur), fertilitas tanah, salinitas, alkalinitas dan penyiapan lahan. Tingkat pembatas diperoleh berdasarkan proses inferensi tahap 1. Proses inferensi tahap 1 terdiri dari proses fuzzifikasi, inferensi, komposisi dan defuzzifikasi. Metode inferensi yang digunakan adalah min, dan metode komposisi yang digunakan adalah max. Fuzzifikasi Fungsi keanggotaan dari temperatur rata rata, curah hujan dan kelembaban udara atau data karakteristik lahan yang berhubungan dengan iklim untuk tumbuhan asparagus berturut turut dapat dilihat pada Gambar 7, Gambar 8 dan Gambar 9. Dingin Dingin Sejuk Hangat Panas Panas Gambar 7. Fungsi Keangotaan Temperatur Rata Rata Tinggi Tinggi Tinggi Desain Proses Gambar 6. UseCase Desain Input Gambar 8. Fungsi Keangotaan Curah Hujan Proses pengolahan data pada penelitian ini menggunakan proses inferensi dalam menentukan kelas kesesuaian lahan. Proses inferensi terdiri atas dua tahap : 1. Proses inferensi dilakukan untuk menentukan tingkat pembatas (Inferensi Tahap I). 2. Proses inferensi dilakukan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan (Inferensi Tahap II). Proses inferensi dilakukan dengan menggunakan metode pelacakan ke depan (forward chaining). Tinggi Tinggi Gambar 9. Fungsi Keangotaan Kelembaban Udara Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa nilai temperatur rata rata berada dalam kelompok sedang dengan derajat keanggotaan 1 jika nilai tersebut berada dalam interval ( ). Dalam proses inferensi tahap 1, tingkat pembatas disimpulkan dari nilai karakteristik 10
5 Fungsi keanggotaan untuk karakteristik lahan yang lain ditentukan dengan cara yang sama. Selain karakteristik lahan, tingkat pembatas juga memiliki fungsi keanggotaan yang dapat dilihat pada Gambar 10. Sangaberat Berat Ringan Tidak ada Gambar 10. Fungsi Keangotaan Tingkat Pembatas Nilai pusat (center) dari setiap kelompok tingkat pembatas diberikan dalam Tabel 11. Tabel 11. Nilai center tingkat pembatas Tingkat pembatas Nilai pusat berat 35 Berat Ringan 90 Tidak ada 100 Untuk memperjelas proses fuzzifikasi diberikan contoh data karakteristik lahan yang berhubungan dengan iklim: - Temperatur rata rata : o C - Curah hujan : 1996 mm - Kelembaban udara : 40 % Dari fungsi keanggotaan untuk karakteristik lahan yang berhubungan dengan iklim(gambar 7-9) dapat diperoleh nilai keanggotaan untuk data input dalam kelompok kelompok tersebut. Nilai keanggotaan untuk data input temperatur berada dalam kelompok hangat dan agak panas. Nilai keanggotaan untuk curah hujan berada dalam kelompok sedang dan agak tinggi, sedangkan nilai keanggotaan untuk kelembaban udara berada dalam kelompok agak tinggi. Nilai nilai keanggotaan tersebut adalah Temperatur rata rata(tr): µhangat (29.75) = 0.75 dan µagakpanas (29.75) = 0.25 Curah hujan(ch): µsedang (1996) = 0.6 dan µagaktinggi(1996) = 0.4 Kelembaban udara(ku): µagaktinggi(40) = 1. Berdasarkan nilai nilai keanggotaan tersebut diperoleh empat aturan terpicu dengan premis premisnya adalah : Premis Aturan 1 (R1) : tr adalah hangat AND ch adalah sedang AND ku agak tinggi. Premis Aturan 2 (R2) : tr adalah hangat AND ch adalah agak tinggi AND ku agak tinggi. Premis Aturan 3 (R3) : tr adalah agak panas AND ch adalah sedang AND ku agak tinggi. Premis Aturan 4 (R4) : tr adalah agak panas AND ch agak tinggi AND ku agak tinggi. Dengan menggunakan operator min diperoleh nilai kebenaran premis sebagai berikut : Premis R1 : min(0.75,0.6,1) = 0.6 Premis R2 : min(0.75,0.4,1) = 0.4 Premis R3 : min(0.25,0.6,1) = 0.25 Premis R4 : min(0.25,0.4,1) = 0.25 Inferensi min Merupakan output yang diperoleh dari fungsi keanggotaan tingkat pembatas dari aturan aturan terpicu yang dipotong pada ketinggian yang disesuaikan dengan nilai kebenaran premis. Komposisi max Output dari komposisi max adalah himpunan fuzzy yang dibentuk dari titik titik maksimum dari semua himpunan fuzzy untuk setiap aturan yang dihasilkan dari proses inferensi. Defuzzifikasi Himpunan fuzzy yang dihasilkan dari proses komposisi dikonversi ke dalam bentuk crisp dengan menggunakan metode center average defuzzifier dengan mencari nilai pusat dari pembatas terlebih dahulu. Inferensi tahap II dilakukan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan berdasarkan tingkat pembatas yang diperoleh dari proses inferensi tahap I. Desain proses untuk penentuan kelas kesesuaian digambarkan dalam bentuk flowchart seperti pada Gambar 11, sedangkan 11
6 usecase diagram dan sequence diagram ditunjukkan pada Lampiran 6 dan Lampiran 7. Karateristik lahan Nilai linguistik Kisaran data Panas >35 Curah hujan(mm) < tinggi Tinggi tinggi >1900 Gambar 11. Flowchart penentuan kelas kesesuaian Data syarat tumbuh tanaman disimpan dalam engine database yang digunakan untuk proses penentuan kelas kesesuaian lahan, selain sebagai tempat penyimpanan tujuan penggunaan database adalah agar dapat dilakukan proses penentuan kelas kesesuaian untuk tanaman lain dengan cara menambah data syarat tumbuh tanaman lain. Selain input crisp, data yang digunakan sebagai input dalam penelitian ini adalah data input yang dinyatakan dalam nilai linguistik. Nilai nilai linguistik untuk setiap karakteristik lahan yang dapat diinput ke dalam sistem diberikan dalam Tabel 12. Karateristik lahan Temperatur rata rata ( o C) Nilai linguistik Dingin < 18 Kisaran data dingin Sejuk Hangat Kelembaban udara (%) < tinggi Tinggi >90 Kemiringan (%) Datar < 2 Berombak 2 8 Bergelomba ng 8 16 Berbukit Bahan kasar (%) < 35 Kedalaman (cm) tanah tinggi Tinggi >55 Dangkal < 50 dangkal dalam Dalam >100 panas
7 Karateristik lahan Nilai linguistik Kisaran data KTK lahan (cmol) <= 16 Tinggi >16 PH H2O asam < 5.8 asam Desain Ouput Desain ouput bertujuan untuk menampilkan informasi sesuai dengan kebutuhan dan tujuan. Output yang diharapkan adalah rating, tingkat pembatas dan kelas kesesuaian lahan budidaya tanaman yang dibagi menjadi empat kelas yaitu S1, S2, S3 dan N diberikan pada Gambar 12. Netral basa basa > 8.0 Kejenuhan (%) basa < Tinggi > 35 C-Organik (%) < Tinggi >1.2 Salinitas (ds/m) < 4 tinggi Tinggi >8 Alkalinitas (%) < 15 Batuan permukaan (%) Singkapan (%) di batuan tinggi Tinggi > 25 < tinggi Tinggi >40 < tinggi Tinggi >25 Pemograman Gambar 12. UseCase desain output Proses pemograman pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bahasa pemograman JAVA karena bahasa pemograman ini merupakan bahasa pemograman berorientasi objek yang artinya, penulisan program dapat dibuat dalam bentuk object dan class kemudian memodelkan sifat masing masing object dan class dalam program (Siallagan, 2009). Hubungan antar objek dan contoh kode untuk penentuan kelas kesesuaian yang berhubungan dengan iklim diberikan pada Lampiran 8 dan Lampiran 9. Pengujian Pengujian sistem dilakukan dengan menggunakan data karakteristik lahan wilayah Bogor yang terbagi atas tiga wilayah yaitu : Cisarua, Sukamantri dan Dramaga untuk data input crisp dan satu data berupa data nilai lingustik. Operasi dan Pemeliharan Tahap ini merupakan tahap akhir dari metode waterfall, tahap ini dilakukan jika sistem sudah berjalan dengan baik. Implementasi Sistem Perangkat keras yang digunakan dalam membangun sistem ini adalah personal komputer dengan spesifikasi : Perangkat keras 13
PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA
Latar Belakang PENDAHULUAN Permintaan informasi mengenai kelas kesesuaian lahan bagi budidaya tanaman semakin meningkat sejalan dengan pembangunan sektor pertanian. Informasi ini sangat berguna bagi para
Lebih terperinciIV. PERANCANGAN 4.1 Kerangka Sistem Yang Dirancang
69 IV. PERANCANGAN 4.1 Kerangka Sistem Yang Dirancang Kerangka sistem yang dirancang ini dikembangkan dari kerangka pemikiran sistem pakar yang telah disebutkan pada bagian metodologi. Pada kerangka sistem
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi
IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember sampai bulan April di lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi terdiri
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun
LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 20002009 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 2000 47 99 147 114 65 19 56 64 220 32 225
Lebih terperinciLampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C)
Lampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C) Bln/Thn 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Total Rataan Jan 25.9 23.3 24.0 24.4 24.7
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA A.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN
IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai Februari hingga Mei 2017 di Kecamatan Playen yang terletak di Kabupaten Gunungkidul serta Laboratorium Tanah Fakultas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) 1. Karakteristik Tanaman Ubi Jalar Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan, dan terdiri dari 400 species. Ubi jalar
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY mulai
IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian evaluasi kesesuaian lahan ini dilakukan di lahan pasir pantai Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017 sampai Maret 2017 di Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Laboratorium
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah dan Lahan Tanah merupakan sebuah bahan yang berada di permukaan bumi yang terbentuk melalui hasil interaksi anatara 5 faktor yaitu iklim, organisme/ vegetasi, bahan induk,
Lebih terperinciTUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS
2018 TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS Sudarto, Aditya Nugraha Putra & Yosi Andika Laboratorium Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan (PSISDL) 9/4/2018 TUGAS SURVEI TANAH
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun
LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 20002009 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 2000 47 99 147 114 65 19 56 64 220 32 225
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 2.1 Survei Tanah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Metode Penelitian. diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah dan Laboraturium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciKesesuian lahan untuk tanaman papaya dan durian dipolitani
KESESUAIAN LAHAN Kesesuian lahan untuk tanaman papaya dan durian dipolitani Ahmad Tohir 1, Hasnah Wita 1 1 Mahasiswi semester 3 Prodi. Tata Air Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian
Lebih terperinciLampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit
Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit Persyaratan penggunaan lahan/ karakteristik lahan Temperatur (tc) Temperatur rerata ( C) 25-28 22 25 28 32 Kelas keesuaian lahan S1 S2 S3 N Ketersedian
Lebih terperinci2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
5 2013, No.1041 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS
Lebih terperinciBab IV. Hasil Pengujian dan Analisis
Bab IV Hasil Pengujian dan Analisis Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian mengenai sistem yang sudah dirancang dan dibuat. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian dengan memberikan inputan yang
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
8 V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Budidaya Singkong Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Karawang merupakan wilayah yang dijadikan sebagai lokasi penelitian. Ketiga lokasi tersebut dipilih karena
Lebih terperinciKarakteristik dan Kesesuaian Lahan Tanaman Cabai & Bawang Merah Dr. Dedi Nursyamsi
Karakteristik dan Kesesuaian Lahan Tanaman Cabai & Bawang Merah Dr. Dedi Nursyamsi Kepala BB. Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian Topik bahasan : KONSEP DASAR EVALUASI LAHAN SYARAT TUMBUH CABAI & BAWANG
Lebih terperinciBAB II: TINJAUAN PUSTAKA
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan memberikan penjelasan awal mengenai konsep logika fuzzy beserta pengenalan sistem inferensi fuzzy secara umum. 2.1 LOGIKA FUZZY Konsep mengenai logika fuzzy diawali
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Desa Panapalan, Kecamatan Tengah Ilir terdiri dari 5 desa dengan luas 221,44 Km 2 dengan berbagai ketinggian yang berbeda dan di desa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu
TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai
Lebih terperinciLampiran 1. Deskripsi Profil
Lampiran 1. Deskripsi Profil A. Profil pertama Lokasi : Desa Sinaman kecamatan Barus Jahe Kabupaten Tanah Karo Simbol : P1 Koordinat : 03 0 03 36,4 LU dan 98 0 33 24,3 BT Kemiringan : 5 % Fisiografi :
Lebih terperinciMela Febrianti * 1. Pendahuluan. Abstrak KESESUAIAN LAHAN
KESESUAIAN LAHAN Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2 No. 2 (2015) 038-042 http://www.perpustakaan politanipyk.ac.id. Kesesuaian Lahan Kopi, Sawit, Jagung, Kayu Manis, Kelapa, Tembakau, Kedelai, Kakao
Lebih terperinciLampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara
Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara Data curah hujan (mm) Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jan 237 131 163 79 152 162 208
Lebih terperinciJURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) ( X Print) 1
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Perancangan Sistem Pakar Fuzzy Sebagai Pendukung Keputusan Manajemen Pola Tanam Tanaman Pangan Berdasarkan Ketersediaan Air
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung tepatnya pada koordinat 7 19 20.87-7
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)
LAMPIRAN Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Persyaratan Penggunaan/Karakteristik Lahan Temperatur (tc) Temperatur ratarata ( 0 C) 1618 14 16 Ketersediaan Air (wa)
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Ubi jalar atau ketela rambat (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu jenis tanaman budidaya yang dimanfaatkan bagian akarnya yang membentuk umbi
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah terdiri dari 12 desa dengan luas ± 161,64 km2 dengan kemiringan kurang dari 15% di setiap
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pasir Pantai. hubungannya dengan tanah dan pembentukkannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan Pasir Pantai Lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi sebagai lingkungan fisik yang meliputi tanah beserta faktor yang mempengaruhi penggunaannya seperti iklim relief/topografi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun
LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 19982007 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 1998 77 72 117 106 68 30 30 227 58 76 58 63
Lebih terperinciKesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah di Desa Sampuran, Kecamatan Ranto Baek, Kabupaten Mandailing Natal
KESESUAIAN LAHAN Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2 No.2 (2015) 001-004 http://www... Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah di Desa Sampuran, Kecamatan Ranto Baek, Kabupaten Mandailing Natal Endang
Lebih terperinciEvaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan
Evaluasi Lahan Evaluasi Kemampuan Lahan Evaluasi Lahan Penilaian kinerja lahan (land performance) untuk penggunaan tertentu Kegiatan Evaluasi Lahan meliputi survai lahan interpretasi data hasil survai
Lebih terperinciKesesuaian Lahan Kayu Manis di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
KESESUAIAN LAHAN Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2 No.1 (2015) 038-042 http://www.perpustakaan politanipyk.ac.id. Kesesuaian Lahan Kayu Manis di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Adeha Suryani1
Lebih terperinciIV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas
IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan di 4 (empat) desa di Kecamatan Windusari yaitu Desa Balesari, Desa Kembangkunig, Desa Windusari dan Desa Genito. Analisis terhadap
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Pisang. Pertumbuhan tanaman pisang sangat dipengaruhi faktor-faktor yang
6 TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pisang Pertumbuhan tanaman pisang sangat dipengaruhi faktor-faktor yang menjadi syarat tumbuh tanaman pisang untuk dapat berproduksi dengan optimal, yaitu : 1. Iklim a. Iklim
Lebih terperinciIV. PERANCANGAN. Gambar 9. Diagram Alir Formulasi Sistem yang Dirancang
IV. PERANCANGAN 4.1 Kerangka Sistem Yang Dirancang Kerangka sistem yang dirancang ini dikembangkan dari kerangka model sistem manajeme ahli yang telah disebutkan pada bagian metodologi. Pada kerangka sistem
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Evaluasi Lahan Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaman lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei serta
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian terletak di Kecamatan Membalong, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Secara geografis Kecamatan Membalong terletak di
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk, namun hal ini tidak dibarengi dengan peningkatan kuantitas dan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet
57 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet Sektor pekebunan dan pertanian menjadi salah satu pilihan mata pencarian masyarakat yang bermukim
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan,
12 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai Januari sampai Maret 2017. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan, Kecamatan
Lebih terperinciEvaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan
Evaluasi Lahan Evaluasi lahan merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan merupakan proses penilaian atau keragaab lahan jika
Lebih terperinciAnalisis Sistem Inferensi Fuzzy Sugeno dalam Menentukan Kesesuaian Lahan Tembakau di Kabupaten Temanggung
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Analisis Sistem Inferensi Fuzzy Sugeno dalam Menentukan Kesesuaian Lahan Tembakau di Kabupaten Temanggung Dewi Imawati, Agus Maman Abadi Program
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan
TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2016 sampai April 2017 di
IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2016 sampai April 2017 di Desa Sendangrejo, Kecamatan Bogorejo yang terletak di Kabupaten Blora
Lebih terperinciKlasifikasi Kemampuan Lahan
Survei Tanah dan Evaluasi Lahan M10 KLASIFIKASI KEMAMPUAN LAHAN Widianto, 2010 Klasifikasi Kemampuan Lahan TUJUAN PEMBELAJARAN : 1. Mampu menjelaskan arti kemampuan lahan dan klasifikasi kemampuan lahan
Lebih terperinciHimpunan Tegas (Crisp)
Logika Fuzzy Logika Fuzzy Suatu cara untuk merepresentasikan dan menangani masalah ketidakpastian (keraguan, ketidaktepatan, kekuranglengkapan informasi, dan kebenaran yang bersifat sebagian). Fuzzy System
Lebih terperinciLampiran 1. Peta/ luas areal statement kebun helvetia. Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Peta/ luas areal statement kebun helvetia Lampiran 2. Struktur organisasi Kebun Helvetia STRUKTUR ORGANISASI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II (PERSERO) KEBUN HELVETIA WILAYAH HELVETIA MANAGER Kadis
Lebih terperinciOleh: ABDUL AZIS JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013
Oleh: ABDUL AZIS 1209 100 073 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013 Sektor pertanian merupakan salah satu penopang perekonomian
Lebih terperinciSeminar Tugas Akhir. Perancangan Sistem Pakar Fuzzy Untuk Pengenalan Dini Potensi Terserang Stroke Berbasis Web
Seminar Tugas Akhir Perancangan Sistem Pakar Fuzzy Untuk Pengenalan Dini Potensi Terserang Stroke Berbasis Web Oleh: Harmuda Pandiangan 1209 100 089 Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Logika Fuzzy Fuzzy secara bahasa diartikan sebagai kabur atau samar yang artinya suatu nilai dapat bernilai benar atau salah secara bersamaan. Dalam fuzzy dikenal derajat keanggotan
Lebih terperinciKESESUAIAN LAHAN DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH UNTUK BUDIDAYA KEDELAI
TOPIC KESESUIAN OF MANUSCRIPT LAHAN Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2. No.2 (2015) 17-21 http:www... KESESUAIAN LAHAN DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH UNTUK BUDIDAYA KEDELAI Puspita Handayani
Lebih terperinciSISTEM PAKAR MENGGUNAKAN MESIN INFERENSI FUZZY. Wilis Kaswidjanti. Abstrak
Jurnal Teknik Elektro Vol. No. Juli - Desember 0 9 SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN MESIN INFERENSI FUZZY Wilis Kaswidjanti Abstrak Salah satu cara untuk menangani ketidakpastian pada bidang sistem pakar dapat
Lebih terperinciKesesuaian Lahan Jagung Pada Tanah Mineral dipoliteknik Pertanian Negeri Payakumbuh
KESESUAIAN LAHAN Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2 No.1 (2015) 020-024 http://www.perpustakaan.politanipyk.ac.id Kesesuaian Lahan Jagung Pada Tanah Mineral dipoliteknik Pertanian Negeri Payakumbuh Moratuah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian, data yang dikumpulkan bisa berupa data primer maupun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang menjadikan sektor pertanian sebagai sektor utama dalam pembangunan perekonomian di Indonesia, karena sekitar 70% penduduk di Indonesia
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Jaringan syaraf tiruan, learning vector quantization, evaluasi kesesuaian lahan ABSTRACT
Anifuddin Azis dkk,evaluasi Kesesuaian Lahan EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK BUDIDAYA TANAMAN PANGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN (An Evaluation of Suitable Landscape to Crop Food Cultivation by
Lebih terperinciBAB III METODE FUZZY MAMDANI
29 BAB III METODE FUZZY MAMDANI Fuzzy Inference System merupakan sebuah kerangka kerja perhitungan berdasarkan konsep teori himpunan fuzzy dan pemikiran fuzzy yang digunakan dalam penarikan kesimpulan
Lebih terperinci11. TINJAUAN PUSTAKA
11. TINJAUAN PUSTAKA, r,. t ' -! '. 2.1. Evaluasi Kesesuaian Lahan Lahan merupakan bagian dari bentang darat (land scape) yang mencakup lingkungan fisik seperti iklim, topografi, vegetasi alami yang semuanya
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
17 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Menurut Moh. Pabundu Tika ( 2005:6) survei merupakan suatu metode penelitian
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa kesesuaian
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta. Secara astronomis Dusun Ngampon terletak pada 7 o 50 LS - a) Sebelah utara : Dusun Padangan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kondisi Fisik Daerah Penelitian 1. Letak, Batas dan Luas Dusun Ngampon merupakan salah satu dusun yang ada di Desa Sitimulyo yang terletak di Kecamatan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. pasir di semua wilayah penelitian sehingga cukup baik untuk meloloskan air.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Lahan pertanian untuk tanaman kering di Kecamatan Doloksanggul memiliki karakteristik dengan ratarata suhu tahunan 22 0 C, dengan ratarata curah hujan tahunan
Lebih terperinciKata kunci: lahan kering, kedelai
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KERING UNTUK BUDIDAYA TANAMAN KEDELAI DI DESA PUCUNG, KECAMATAN GIRISUBO, KABUPATEN GUNUNGKIDUL DRY LAND SUITABILITY EVALUATION FOR CULTIVATION OF SOYBEAN IN PUCUNG VILLAGE, GIRISUBO
Lebih terperinci8/19/2015 SENAWI SNHB-FKT-UGM
1 PRINSIP ESL-KESESUAIAN LAHAN 1. Kesesuaian lahan dinilai berdasarkan macam/jenis penggunaan lahan tertentu. 2. Evaluasi lahan membutuhkan pembandingan antara keuntungan yang diperoleh dengan masukan
Lebih terperinciJURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 4 NO. 1 SEPTEMBER 2011
OPTIMALISASI PRODUK MOBIL DENGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BERBASIS FUZZY Dedy Irfan 1 ABSTRACT Make decision is required to utilize one among some existing alternatives. Decision made to solve problem,
Lebih terperinciPraktikum sistem Pakar Fuzzy Expert System
Praktikum sistem Pakar Fuzzy Expert System Ketentuan Praktikum 1. Lembar Kerja Praktikum ini dibuat sebagai panduan bagi mahasiswa untuk praktikum pertemuan ke - 8 2. Mahasiswa akan mendapatkan penjelasan
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Metode EOR
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Metode EOR Metode peningkatan perolehan minyak tingkat lanjut atau Enhanced Oil Recovery (EOR) adalah suatu teknik peningkatan produksi minyak setelah tahapan produksi
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB LANDASAN TEORI. Himpunan Himpunan adalah setiap daftar, kumpulan atau kelas objek-objek yang didefenisikan secara jelas, objek-objek dalam himpunan-himpunan yang dapat berupa apa saja: bilangan, orang,
Lebih terperinciIMPLEMENTASI MESIN INFERENSI FUZZY (STUDI KASUS SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT TANAMAN CABE MERAH)
IMPLEMENTASI MESIN INFERENSI FUZZY (STUDI KASUS SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT TANAMAN CABE MERAH) Wilis Kaswidjanti Jurusan Teknik Informatika UPN Veteran Yogyakarta Jl. Babarsari 2 Tambakbayan
Lebih terperinciImplementasi Logika Fuzzy Mamdani untuk Mendeteksi Kerentanan Daerah Banjir di Semarang Utara
Scientific Journal of Informatics Vol. 2, No. 2, November 2015 p-issn 2407-7658 http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/sji e-issn 2460-0040 Implementasi Logika Fuzzy Mamdani untuk Mendeteksi Kerentanan
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. Tabel 2. Persyaratan Kondisi Iklim dan Tanah yang Optimum untuk Kopi Robusta dan Arabika
II. LANDASAN TEORI 2.1 Kopi Kopi merupakan tanaman tropis yang dapat tumbuh di mana saja asalkan temperaturnya tidak terlalu dingin atau bukan merupakan daerah tandus (Aak, 1988). Kondisi lingkungan tumbuh
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Lahan adalah lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi dimana faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaan lahannya (Hardjowigeno et
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Iklim Daerah aliran sungai (DAS) Siulak di hulu DAS Merao mempunyai luas 4296.18 ha, secara geografis terletak antara 101 0 11 50-101 0 15 44 BT dan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan
TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM
BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas perancangan serta penerapan pengendalian berbasis logika fuzzy pada sistem Fuzzy Logic Sebagai Kendali Pendingin Ruangan Menggunakan MATLAB. Dan simulasi
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN Sistem Kontrol Robot. Gambar 3.1. Blok Diagram Sistem
BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan sistem yang meliputi sistem kontrol logika fuzzy, perancangan perangkat keras robot, dan perancangan perangkat lunak dalam pengimplementasian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan pendekatan ekologi. Penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan ekologi
Lebih terperinciPresentasi TA DETEKSI PENYAKIT PARU-PARU OBSTRUKTIF KRONIS MENGGUNAKAN METODE FUZZY : STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT XYZ. Muhammad Reza Budiman
Presentasi TA DETEKSI PENYAKIT PARU-PARU OBSTRUKTIF KRONIS MENGGUNAKAN METODE FUZZY : STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT XYZ Muhammad Reza Budiman 5209100075 Jurusan Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran
31 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian tentang prediksi meledaknya wabah suatu penyakit sudah banyak dilakukan oleh para peneliti. Mereka mencoba mencari pola dan relasi dari data set
Lebih terperinciPengaturan Air Cooler untuk Ruangan menggunakan Logika Fuzzy
Pengaturan Air Cooler untuk Ruangan menggunakan Logika Fuzzy Willy Setiawan - 13508043 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10
Lebih terperinciDENIA FADILA RUSMAN
Sidang Tugas Akhir INVENTORY CONTROL SYSTEM UNTUK MENENTUKAN ORDER QUANTITY DAN REORDER POINT BAHAN BAKU POKOK TRANSFORMER MENGGUNAKAN METODE FUZZY (STUDI KASUS : PT BAMBANG DJAJA SURABAYA) DENIA FADILA
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
7 terboboti dari daerah output fuzzy. Metode ini paling dikenal dan sangat luas dipergunakan. First of Maxima (FoM) dan Last of Maxima (LoM) Pada First of Maxima (FoM), defuzzifikasi B( y) didefinisikan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. informasi dari sumber-sumber lain yang relevan (Rayes, 2007).
TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Survei tanah dapat didefinisikan sebagai penelitian tanah di lapangan dan di laboratorium, yang dilakukan secara sistematis, disertai dengan mendeskripsikan, mengklafikasikan,
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu sektor pertanian yang dikembangkan saat ini adalah intensifikasi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor pertanian yang dikembangkan saat ini adalah intensifikasi hortikultura. Prioritas dari komoditas holtikultura tersebut adalah tanaman buah. Subsektor
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009).
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Geomorfologi Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuklahan yang menyusun permukaan bumi, baik diatas maupun dibawah permukaan air laut dan menekankan pada asal mula
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan
Lebih terperinciLEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya
LEMBAR KERJA SISWA KELOMPOK :. Nama Anggota / No. Abs 1. ALFINA ROSYIDA (01\8.6) 2.. 3. 4. 1. Diskusikan tabel berikut dengan anggota kelompok masing-masing! Petunjuk : a. Isilah kolom dibawah ini dengan
Lebih terperinciAnalisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan
Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan Oleh : Idung Risdiyanto 1. Konsep dan Batasan Evaluasi Lahan dan Zonasi Pertanian 1.1. Pengertian Dasar (dikutip dari Evakuasi Lahan Puslitanak) Dalam
Lebih terperincigeografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super "Solusi Quipper" F. JENIS TANAH DI INDONESIA
KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami jenis tanah dan sifat fisik tanah di Indonesia. F. JENIS TANAH
Lebih terperinciPENINGKATAN EFEKTIVITAS PUPUK DI LAHAN MARGINAL UNTUK KELAPA SAWIT. Research & Development of Fertilizer Division SARASWANTI GROUP
PENINGKATAN EFEKTIVITAS PUPUK DI LAHAN MARGINAL UNTUK KELAPA SAWIT Research & Development of Fertilizer Division SARASWANTI GROUP PERKENALAN SARASWANTI GROUP HEAD OFFICE: AMG Tower Lt.19-21 Jl. Dukuh Menanggal
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan mulai Januari 2015 hingga April 2015 di
IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai Januari 2015 hingga April 2015 di Kecamatan Kasihan yang terletak di Kabupaten Bantul DIY dengan daerah studi terdiri
Lebih terperinciWilis Kaswidjanti Jurusan Teknik Informatika UPN Veteran Yogyakarta
TELEMATIKA, Vol. 06, No. 0, JANUARI, 00, Pp. 3 40 ISSN 89-667X SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN MESIN INFERENSI FUZZY UNTUK MENENTUKAN HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN BAWANG MERAH Wilis Kaswidjanti Jurusan Teknik
Lebih terperinciKesesuaian Padi Sawah di Lahan Gambut Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
KESESUAIAN LAHAN Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2 No.1 (2014) 7-11 http://www.perpustakaan.politanipyk..co.id Kesesuaian Padi Sawah di Lahan Gambut Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Beni Saputra
Lebih terperinci