ANALISA DESKRIPTIF VARIASI KASUS FRAKTUR DI BANGSAL BETA RS PANTI WILASA DR. CIPTO SEMARANG TRIWULAN 1 TAHUN 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA DESKRIPTIF VARIASI KASUS FRAKTUR DI BANGSAL BETA RS PANTI WILASA DR. CIPTO SEMARANG TRIWULAN 1 TAHUN 2016"

Transkripsi

1 ANALISA DESKRIPTIF VARIASI KASUS FRAKTUR DI BANGSAL BETA RS PANTI WILASA DR. CIPTO SEMARANG TRIWULAN 1 TAHUN 2016 Disusun oleh : ROSALIA INDRI HAPSARI LOLAN D PROGRAM STUDI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG

2 HALAMAN HAK CIPTA 2016 Hak Cipta Karya Tulis Ilmiah Ada Pada Penulis

3

4

5

6

7

8 HAL PERSEMBAHAN Karya Tulis ini secara khusus saya persembahkan untuk ; Tuhan Yesus yang senantiasa selalu menyertai dan membantu saya, yang senantiasa menguatkan hati saya, yang selalu menjaga saya, sampai ini tugas akhir ada kata end.nyaa Buat Kedua orang tua saya yang selalu menyemangati saya, selalu menyadarkan saya, sampai harus marah-marah karena saya yang ngeyelan hahahah Buat tante gueeee, tante kriswiii yang selalu sabarrrrr ngandepin guee, yang gak pernah berhenti ngingetin soal deadline, yang selalu ngasih semangatt, yang sering banget ngorbanin waktunya demi gueee pokokknnyaaa mah tengkisss banyakkkk ntee, maap yaa nte sering nyusahin sama sering bikin marah hihihi Buat cuy2 guee ganis, nenes, amah, riris, pepi, yang selalu ada buat gue, yang selalu ngisi hari2 gue dengan penuh kekonyolan hhahahah tengkisss bangetttt Buatt temen2 sekelas guee kelompok 1 yang selalu nyemangatin satu sama lain, selalu kompak yee, suksess buat kalian semuaa, dan jangan lupa yaaa kita pernah ngekek bareng2 jadi kalo ketemu dijalan jangan jadi kayak mantan pacar yaa, pas papasan berasa gak kenal hahaahah Buat bapak ibu kakak adek mas mbak karyawan RS Panti Wilasa dr Cipto yang selalu nyemangati, yang selalu ngajak jalan ngabisin duit pas lagi frustasi hahahhah makasihhh bangettttt Terimaaa kasihhlahh kalian semua yang selalu bantuin guee hahahahaah Cintaaa kaliaannnnn say2kuuuu

9 RIWAYAT HIDUP Nama : Rosalia Indri Hapsari Lolan Tempat, Tanggal Lahir : Larantuka, 7 April Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Khatolik Riwayat Pendidikan 1. SDK Lebao Tengah 1, SMP Negeri 1 Larantuka SMA Negeri 1 Larantuka Diterima di Program Studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang tahun 2013

10 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan karunia-nya sehingga penulis mampu menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul Analisa Deskriptif Variasi Kasus Fraktur Di Bangsal Beta Di Rumah Sakit Panti Wilasa Dr.Cipto Semarang Triwulan I Karya Tulis Ilmiah ini disusun guna sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepadap ihak pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Ucapan terima kasih ini berikan kepada : 1. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang 2. Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang 3. Arif Kurniadi, M.Kom selaku Kaprodi DIII RMIK Universitas Dian Nuswantoro Semarang 4. Dr. Daniel Budi Wibowo, selakudirektur RS PantiWilasa dr. Ciptosemarang 5. Kriswiharsi Kun Saptorini, M.Kes(Epid) selaku Dosen Pembimbing dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

11 6. Segenap staf dan dosen program studi DIII RMIK Universitas Dian Nuswantoro Semarang 7. Segenap staf RS PantiWilasa dr. cipto Semarang Dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis berharap pembaca dapat memberi kritik dan saran yang baik dan bersifat membangun. Semarang, 29 Juli 2016 Penulis

12

13 ROSALIA INDRI HAPSARI LOLAN Program Studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Fakultas Kesehatan Unversitas Dian Nuswantoro Semarang 2016 ABSTRAK ANALISA DESKRIPTIF VARIASI KASUS FRAKTUR DI BANGSAL BETHA RS PANTI WILASA DR CIPTO SEMARANG TRIWULAN I TAHUN 2016 xvii + 62 hal + 18 tabel + 3 lampiran Rumah sakit merupakan bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan. Hasil survey menunjukkan pada tahun 2015, bangsal Betha adalah bangsal yang paling banyak pasiennya yaitu mencapai 3589 pasien. Hasil survey awal peneliti, pada 10 pasien BPJS yang mengalami fraktur menunjukkan bahwa 80% memiliki nilai klaim yang lebih rendah dari nilai tarif rumah sakit. Hal ini berarti rumah sakit mengalami kerugian. Besar kerugiannya mencapai Rp Tujuan penelitian ini adalah menganalisa variasi kasus fraktur di bangsal Betha RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang triwulan I tahun Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dan pendekatan cross sectional. Populasi dan sampel penelitian ini adalah pasien rawat inap dengan kasus fraktur (BPJS dan non BPJS) yang dirawat di bangsal Betha pada triwulan I tahun 2016 sejumlah 117 pasien. Metode pengumpulan data adalah observasi laporan rekapitulasi rawat inap triwulan I tahun 2016, index penyakit dan dokumen rekam medis pasien serta wawancara dengan petugas Indeksing dan Koding, petugas INA CBG s, dan Kepala rekam medis. Analisis data secara deskriptif. Selama bulan Januari Maret 2016, jumlah pasien dengan kasus fraktur sebanyak 117 pasien, jumlah pasien BPJS dengan kasus fraktur sebanyak 21 pasien (17,94%). Pada pasien BPJS dengan kasus fraktur paling banyak dengan diagnosis utama Fraktur Radius dan Fraktur Collis Sinistra masing-masing (14,3%). Pasien non BPJS dengan kasus fraktur paling banyak dengan diagnosis utama Fraktur Nasal (11,5%). Pada pasien BPJS dengan kasus fraktur paling banyak dengan diagnosis sekunder anemia (9,5%). Pasien non BPJS dengan kasus fraktur paling banyak dengan diagnosis sekunder hipertensi (3,1%). Pasien BPJS dengan kasus fraktur paling banyak dengan jenis tindakan ORIF (33,3%). Pasien non BPJS dengan kasus fraktur paling banyak dengan jenis tindakan ORIF (72,94%). Pasien BPJS dengan kasus fraktur paling banyak memiliki lama dirawat 2 hari (47,6%). Pasien non BPJS dengan kasus fraktur paling banyak memiliki lama dirawat 3 hari (30,2%). Pasien BPJS dengan kasus fraktur dengan tingkat keparahan I (61,9%) lebih besar dibandingkan tingkat keparahan II (38,1%). Pasien BPJS dengan kasus fraktur, lebih banyak terjadi kerugian (85,7%). Besar kerugiannya mencapai Rp Disarankan perlu dibuat dan ditetapkan clinical pathway yang berlaku di RS Panti Wilasa Dr. Cipto sebagai pedoman dalam pelayanan, perlu dibentuk tim kendali mutu dan kendali biaya, perlu adanya sosialisasi tentang penulisan diagnosis maupun kode sebab luar.

14 Kata kunci : Fraktur, Variasi Kasus, Deskriptif Kepustakaan : 15 buah ( ) The Diploma Program on Medical Records and Health Information Faculty of Health Dian Nuswantoro University Semarang 2016 ABSTRACT ROSALIA INDRI HAPSARI LOLAN DESCRIPTIVE ANALYSIS THE VARIATION OF FRACTURE CASES IN BETHA WARD IN PANTI WILASA DR CIPTO HOSPITAL SEMARANG AT THE FIRST QUARTER 2016 xvi + 62 pages + 18 tables + 3 appendix Hospital was an integral part of all health care system. The survey showed in 2015, the Betha ward has the most patients reach 3589 patients. The results of the initial survey, of 10 BPJS patients of fracture showed that 80% had value of claim lower than the value of hospital rates. This means the hospital suffered a loss. The losses reached Rp. 25,187,339. The purpose of this study was to analyze the variation of fracture cases in Betha wards of Panti Wilasa Dr. Cipto Hospital Semarang in the first quarter of This research was descriptive, and cross-sectional approach. Population and sample was patients with fractures (BPJS and non BPJS) that treated in Betha ward in the first quarter of 2016 of 117 patients. Data collection methods were observation of inpatient summary report at first quarter 2016, the disease index and medical records document and interviews with officers of Indexing and Coding, INA CBG's officer, and chief of medical record unit. Data analyzed descriptively. During January to March 2016, the number of patients with fractures were 117 patients, the number of BPJS patients with fractures as many as 21 patients (17.94%). BPJS patients with fractures most with principal diagnosis of Radius Fractures and Fracture Collis Sinistra respectively 14.3%. Non BPJS patients with fractures most with principal diagnosis of nasal fractures (11.5%). BPJS patients with fractures most with secondary diagnosis of anemia (9.5%). Non BPJS patients with fractures most with secondary diagnosis of hypertension (3.1%). BPJS patients with fractures most with ORIF (33.3%). Non BPJS patients with fractures most with ORIF (72.94%). BPJS patients with fractures most have length of stay for 2 days (47.6%). Non BPJS patients with fractures most have length of stay for 3 days (30.2%). BPJS patients with fractures at 1st severity level (61.9%) was higher than the 2nd severity level (38.1%). BPJS patients with fractures, get losses (85.7%). Large losses reached Rp Suggested that clinical pathways need to be created and assigned prevailing in Panti Wilasa Dr. Cipto Hospital as a guide in the service, created a team of quality control and cost control, socialization of diagnosis writing and external cause code. Keywords : Fractures, Case Variation, Descriptive Bibliography : 15 buah ( )

15 DAFTAR ISI JuduL... i Hak Cipta... ii Persetujuan Laporan Tugas Akhir... iii Pengesahan Dewan Penguji... iv Pernyataan Keaslian... v Pernyataan Persetujuan Publikasi... vi Halaman Persembahan... vii Riwayat Hidup... viii Kata Pengantar... ix Abstrak Indonesia... xi Abstrak Inggris... xii Daftar Isi... xiii Daftar Tabel... xiv Daftar Singkatan... xvii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 3 D. Manfaat Penelitian... 5 E. Keaslian Penelitian... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep... 34

16 B. Jenis Penelitian C. Variabel Penelitian D. Definisi Operasional E. Populasi Sampel F. Pengumpulan Data G. Pengolahan Data H. Analisa Data BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum RS B. Jumlah Pasien Dengan Kasus Fraktur C. Umur Pasien dengan Fraktur D. Diagnosa Utama E. Diagnosa Sekunder F. Jenis Tindakan G. Lama Dirawat H. Tingkat Keparahan Pada Pasien BPJS I. Perbandingan Tarif RS dengan Tarif Ina CbGs BAB V PEMBAHASAN BAB VI SIMPULAN dan SARAN... A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

17 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1.1 Keaslian Penelitian Defenisi Operasional Jumlah Pasien Diagnosa Utama Diagnosa Se Jenis Tindakan Lama Dirawat Tingkat Keparahan Tarif INA CBG s Perbandingan Tarif INA CBG s dengan Tarif RS Kode Diagnosa dan External Cause Tabulasi Silang Diagnosa Sekunder dengan Lama Dirawat Pasien Non BPJS Tabulasi Silang Diagnosa Sekunder dengan Lama Dirawat Pasien BPJS Tabulasi Silang Tindakan dengan Lama Dirawat Pasien Non BPJS Tabulasi Silang Tindakan dengan Lama Dirawat Pasien BPJS Tabulasi Silang Tingkat Keparahan dengan Lama Dirawat

18 Pasien BPJS Tabulasi Silang Tingkat Keparahan dengan Diagnosa Sekunder Pasien BPJS Tabulasi Silang Perbandingan Tarif dengan Tingkat Keparahan Pasien Non BPJS...60

19 Daftar Singkatan CHF CKD HNP IHD INA CBGs ORIF : Congestive Heart Failure : Chronic Kidney Disease : Hernia Nucleus Pulposus : Ischaemic Heart Disease : Indonesia Case Base Groups : Open Reduction Internal Fixation

20 Daftar Singkatan CHF CKD HNP IHD INA CBGs ORIF : Congestive Heart Failure : Chronic Kidney Disease : Hernia Nucleus Pulposus : Ischaemic Heart Disease : Indonesia Case Base Groups : Open Reduction Internal Fixation

21 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan. Sehingga pengembangan rumah sakit saat ini tentu saja tidak terlepas dari kebijakan pembangunan kesehatan yaitu harus sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 034/Birhup/1972 tentang perencanaan dan pemeliharaan rumah sakit, disebutkan bahwa guna menunjang terselenggaranya rencana induk yang baik, maka setiap rumah sakit diwajibkan untuk mempunyai dan merawat statistik yang terkini, dan membina medical record berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan [1]. Dalam Permenkes RI No 269/MENKES/PER/III/2008 menyebutkan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana kesehatan [2]. Untuk itu setiap instalasi pemberi pelayanan kesehatan diharuskan untuk dapat mengelola rekam medis secara lebih lengkap dan akurat dalam hal isi dari rekam medis setiap pasien. [2] Berdasarkan survei awal yang dilakukan pada bulan April 2016 di RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang, pembagian pasien berdasarkan bangsal mulai ditetapkan setelah rumah sakit dinyatakan lulus Akreditasi Paripurna oleh KARS yaitu pada bulan Desember RS Panti Wilasa

22 Dr. Cipto Semarang memiliki 8 bangsal. Hasil survey menunjukkan pada tahun 2015, bangsal Betha adalah bangsal yang paling banyak pasiennya yaitu mencapai 3589 pasien. Bangsal Betha dikhususkan untuk menangani pasien dengan kasus bedah, seperti pasien dengan kasus tumor, fraktur, dan lainnya. Data pasien di bangsal Bethadengan diagnosa patah tulang (fraktur) sebanyak 39 pasien untuk bulan Januari 2016, 49 pasien untuk bulan Februari 2016, dan 52 pasien untuk bulan Maret Data tersebut menunjukkan adanya peningkatan jumlah kasus. Peningkatan kasus fraktur tidak terlepas dari tingginya angka kecelakaan akibat meningkatnya perkembangan teknologi di bidang transportasi.sebagian besar kasus fraktur diakibatkan oleh kecelakaan dimana fraktur dapat menimbulkan beberapa komplikasi. Data dari Riset Kesehatan Dasar (2007), di Indonesia terjadi kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam ataupun tumpul. Dari peristiwa kecelakaan yang mengalami fraktur sebanyak orang (3,8%), dari kasus kecelakaan lalu lintas, yang mengalami fraktur sebanyak orang (8,5%), dari trauma benda tajam atau tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7%). [3] Hasil survey awal peneliti, pada 10 pasien BPJS yang mengalami fraktur menunjukkan bahwa 80% memiliki nilai klaim yang lebih rendah dari nilai tarif rumah sakit. Hal ini berarti rumah sakit mengalami kerugian. Besar kerugiannya mencapai Rp ,-. Selain hal tersebut, hasil observasi terhadap lembaran anamnesa menunjukkan pencatatan data tentang penyebab terjadinya fraktur yang kurang lengkap sehingga tidak

23 dapat ditentukan kode sebab luar. Selama ini, data rekam medis hanya dimanfaatkan untuk kepentingan pelaporan saja, juga tidak ada ketetapan mengenai penentuan kode sebab luar. Padahal menurut kegunaannya, rekam medis dapat dimanfaatkan untuk aspek riset, edukasi, dan epidemiologi yaitu sebagai bahan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, maupun sebagai bahan pengelolaan sumber daya yang dimiliki rumah sakit. Berdasarkan hasil survey dengan mengambil 10 pasien BPJS sebagai sampel dan 8 diantaranya mengalami kerugian, serta mengingat besarnya manfaat dari pengelolaan data rekam medis yang mana di lembar anamnesa masih banyak kekurangan yaitu sering sekali anamnesa pasien tidak tertulis, peneliti tertarik mendeskripsikan tentang variasi kasus fraktur, dimana nantinya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengelolaan rumah sakit yaitu dalam kaitannya dengan perencanaan sumber daya rumah sakit. B. Rumusan Masalah Bagaimana analisa deskriptif variasi kasus fraktur di bangsal Betha RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang triwulan I tahun 2016? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisa variasi kasus fraktur di bangsal Betha RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang triwulan I tahun 2016

24 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi jumlah pasien dengan kasus fraktur yang di rawat inap di bangsal Betha RS Panti Wilasa Dr Cipto b. Mengidentifikasi diagnosa utama pasien dengan kasus fraktur yang di rawat inap di bangsal Betha RS Panti Wilasa Dr Cipto c. Mengidentifikasi diagnosa sekunder pasien dengan kasus fraktur yang di rawat inap di bangsal Betha RS Panti Wilasa Dr Cipto d. Mengidentifikasi jenis tindakan yang diberikan pasien dengan kasus fraktur yang di rawat inap di bangsal Betha RS Panti Wilasa Dr Cipto e. Mengidentifikasi lama dirawat pasien dengan kasus fraktur yang di rawat inap di bangsal Betha RS Panti Wilasa Dr Cipto f. Mengidentifikasi tingkat keparahan pasien BPJS dengan kasus fraktur yang di rawat inap di bangsal Betha RS Panti Wilasa Dr Cipto g. Membandingkan tarif RS dengan tarif INA CBGs pasien BPJS dengan kasus fraktur yang di rawat inap di bangsal Betha RS Panti Wilasa Dr Cipto h. Menganalisa kasus fraktur menurut diagnosa utama, diagnosa sekunder, jenistindakan, lama dirawat, tingkat keparahan dan tarif INA CBGs

25 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit Sebagai bahan masukan bagi RS agar dapat memberikan pelayanan dan perencanaan tindakan yang lebih baik 2. Bagi Institusi Sebagai bahan refrensi dan informasi kepentingan pengembangan keilmuan rekam medis. 3. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan di bidang rekam medis dan informasi kesehatan khususnya variasi kasus fraktur. E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul KTI 1 Analisa Deskriptif TerhadapK asus Data Persalinan di Bangsal Obsgin pada Triwulan IV RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang Nama Peneliti / Tahun Penelitian Dedy Arisandi / 2011 Lokasi Peneliti an RS Panti Wilasa Dr. Cipto Variabel Penelitian Kasus Persalinan Tahun 2011, Umur Ibu, Diagnosa Utama Persalinan, Diagnosa Sekunder Metode Penelitian Metode Penelitian Observasi dengan Pendekatan Retrospektif Hasil Penelitian Prosentas e kasus obsgin dengan bekas Sectio Caesarea (14%), Ketuban Pecah Dini (13%), Partus Tak Maju (16%), Pre Eklampsi a Berat (10%), Induksi Gagal

26 2 Analisa Kualitatif dan Kuantitatif Dokumen Rekam Medis Rawat Inap Kasus Bedah Pada Tindakan Herniorrha py di RSUD Tugurejo Semarang pada Triwulan I Tahun Analisis Lama Perawatan Atika Rizky Rahmawa ti / 2014 Clara Rahayuni ngtyas / RSUD Tugure jo Semar ang RSUD Tugure jo Review Identifikasi, Review Autentifikas i, Review Pencatatan, Review Pelaporan, Tingkat Kelengkapa n Dan kekonsisten sian Penulisan Diagnosa, Deliquent Medical Record Hari perawatn, jumlah Metode yang dilakukan adalah Observasi, dengan Pendekatan Cross Sectional. Metode yang digunakan adalah (8%), dan Fetal Distress (10%) Dari 51 DRM yang diteliti Review Identitikas i sebanyak 31 DRM lengkap dan 20 DRM tidak lengkap. Review Autentifik asi 6 DRM lengkap dan 45 DRM tidak lengkap, Review Pencatata n sebanyak 8 DRM baik dan 43 DRM tidak baik, Review Pelapora n sebanyak 5 DRM lengkap dan 46 DRM tidak lengkap, Deliquent Medical Record sebanyak 48 DRM tidak lengkap Dari 71 pasien herniaing

27 dan Epidemiolo gi Kasus Hernia Inguinalis Pasien BPJS di RSUD Tugurejo Semarang Tahun Analisa Deskriptif Lama Perawatan (LOS) Pasien RI Jamkesma s pada Kasus Benigna Hyperplasi a Prostate 2015 Semar ang Kartika Sakti / 2013 RSI Sultan Agung Semar ang Tahun 2012 pasien keluar hidup dan mati, clinical pathway, diagnosa utama, diagnosa sekunder, diagnosa komplikasi Hari perawatn, jumlah pasien keluar hidup dan mati, tingkat keparahan, diagnosa utama, diagnosa metode observasi, dengan pendekatan cross sectional Metode penelitian yang digunakan adalah Observasi uinalis tahun 2014 terdapat 67,61% yang tidak sesuai (>3 hari), 32,39% sesuai (3 hari). Jenis kelamin prialah yang paling sering terjadi yaitu sebanyak 97,18% pada rentan usia tahun. Sehingga dapat disimpulk an bahwa lama perawata n dipengaru hi oleh jebis kelamin, usia, dan diagnosa sekunder dan komplikas i. Dari hasil penelitian diketahui sebanyak 50% dari 10 DRM yang diamati mempuny ai lama dirawat melebihi

28 (BPH) di RSI Sultan Agung Semarang sekunder. standar INA CBGs. Dari hasil penelitin sebanyak 37 DRM pasin jamkesm as tahun 2012 Penderita BPH yang dirawat yang melebihi standar sebanyak 45,9% dengan tingkat keparaha n tertinggi yaitu tingkat keparaha n II (70,6%) dan tindakan medis tertinggi yaitu TURP sebanyak 53%. 5 Analisis Lama Perawatan (LOS) pada Partus Secsio Caesaria (SC) Pasien RI Jamkesma s Berdasark an Lama Perawatan (LOS) Jamkesma s INA- CBGs Sendika Nofitasari / 2012 RSI Sultan Agung Semar ang Hari perawatn, jumlah pasien keluar hidup dan mati, tingkat keparahan, diagnosa utama, diagnosa sekunder, dan diagnosa komplikasi, Metode penelitian yang digunakan adalah Observasi Dari hasil penelitan kasus sectio caesaria tahun 2010 sebanyak 40,62% dari 160 pasien jamkesm as mempuny ai LOS melebih standar dengan tingkat

29 Tahun 2010 di RSI Sultan Agung Semarang keparaha n INA CBGs tingkat I dan II sebanyak 97,50%. Perbedaan penelitian ini dan penelitian sebelumnya terletak pada lokasi yaitu bangsal yang diteliti penulis sebelumnya adalah bangsal Kandungan (Obgyn) sedangkan penelitian ini meneliti di bangsal bedah yaitu bangsal Betha RS Panti Wilasa Dr Cipto. Waktu penelitian dari penelitian sebelumnya dilakukan dari tahun dan penelitian ini dilakukan dengan,mengambil data tahun 2016.

30 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Pengertian Rumah Sakit Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Menurut World Health Organizationrumah sakit adalah suatu bagian dari organisasi medis dan sosial yang mempunyai fungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat, baik kuratif maupun preventif pelayanan keluarnya menjangkau keluarga dan lingkungan rumah. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 340/MENKES/PER/III/2010, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. [4] Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, dinyatakan bahwa Rumah sakit

31 merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. [5] 2. Tujuan Rumah Sakit Menurut Undang-undang No 44 tahun 2009 tujuan rumah sakit adalah sebagai berikut : a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan b. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan SDM di rumah sakit c. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit d. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, SDM rumah sakit. 3. Klasifikasi Rumah Sakit di Indonesia Menurut Azrul Azwar (2010), Rumah Sakit Umum pemerintah diklasifikasikan menjadi : a. Rumah Sakit Umum kelas A adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas b. Rumah Sakit Umum kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis luas dan subspesialis terbatas

32 c. Rumah Sakit Umum kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan spesialis terbatas d. Rumah Sakit Umum kelas D adalah rumah sakit yang bersifat transisi karena pada suatu saat akan ditingkatkan menjadi Rumah Sakit Kelas C e. Rumah Sakit Kelas E adalah rumah sakit khusus yang menyelenggarakan hanya satu macam pelayanan kedokteran saja. B. Rekam Medis 1. Pengertian Rekam Medis Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/ MENKES/ PER/ III/ 2008 Bab II Pasal 2 bahwa rekam medis merupakan catatan berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. [6] Menurut Huffman EK, 1992 rekam medis adalah rekaman atau catatan mengenai siapa, apa, mengapa, bilamana pelayanan yang diberikan kepada pasien selama masa perawatan yang memuat pengetahuan mengenai pasien dan pelayanan yang diperolehnya serta memuat informasi yang cukup untuk menemukenali (mengidentifikasi) pasien, membenarkan diagnosis dan pengobatan serta merekam hasilnya. [7]

33 2. Tujuan dan kegunaan rekam medis Tujuan rekam medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tanpa didukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, mustahil tertib administrasi rumah sakit akan berhasil sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan tertib administrasi merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam pelayanan kesehatan [8]. Kegunaan rekam medis dilihat dari berbagai aspek yang disingkat ALFRED. a. Aspek Administrasi Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan. b. Aspek Legal Rekam medis mempunyai nilai hukum karena isinya menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum dalam rangka menegakkan hukum serta penyediaan bahan bukti untuk menegakkan keadilan. c. Aspek Finansial Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai keuangan karena rekam medis sebagai bahan untuk menetapkan biaya pembayaran pelayanan di rumah sakit. Tanpa adanya bukti

34 catatan tindakan pelayanan medis maka pembayaran tidak dapat dipertanggung jawabkan. d. Aspek Riset Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena rekam medis mengandung data/ informasi yang dipergunakan sebagai bahan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan. e. Aspek Edukasi Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena rumah sakit berisi data dan informasi tentang perkembangan kronologis kegiatan medis yang diberikan kepada pasien, yang berguna sebagai bahan pendidikan dan pengajaran. f. Aspek Dokumentasi Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena rekam medis menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasi dan dipakai sebagai bahan pertanggung jawaban serta laporan rumah sakit C. INA CBGs 1. Pengertian INA CBGs INA-CBG merupakan sebuah singkatan dari Indonesia Case Base Groups yaitu sebuah aplikasi yang digunakan rumah sakit untuk mengajukan klaim pada pemerintah. Menurut kepala Dinas kesehatan DKI Jakarta, Dien Emmawati, INA-CBG merupakan sistem pembayaran dengan sistem "paket",

35 berdasarkan penyakit yang diderita pasien.kjs menerapkan sistem pembayaran ini untuk pelayanan baru kesehatan bagi warga Jakarta. Arti dari Case Base Groups (CBG) itu sendiri, adalah cara pembayaran perawatan pasien berdasarkan diagnosis-diagnosis atau kasus-kasus yang relatif sama. Rumah Sakit akan mendapatkan pembayaran berdasarkan rata-rata biaya yang dihabiskan oleh untuk suatu kelompok diagnosis. Untuk lebih gamblang, sebuah contoh dipaparkan Dien. Misalnya, seorang pasien menderita demam berdarah. Dengan demikian, sistem INA-CBG sudah "menghitung" layanan apa saja yang akan diterima pasien tersebut, berikut pengobatannya, sampai dinyatakan sembuh. 2. Keunggulan INA CBGs Selain memudahkan perencanaan dan pengalokasian anggaran program JKN, sistem pembayaran ini juga memudahkan pihak rumah sakit dari segi perencanaan (planning), pengelolaan (management), pengukuran keluaran (output) dan pembandingan (benchmarking). Penerapan sistem INA-CBG s juga dapat mendorong pihak rumah sakit untuk dapat melakukan pelayanan kesehatan secara efektif, efisien, dan sesuai dengan kompetensinya. 3. Sistem Pembayaran INA CBGs Tarif INA-CBG s dalam program JKN berbasis pada data costing 137 RS Pemerintah dan RS Swasta serta data coding 6 juta kasus penyakit. Ada sejumlah aspek yang mempengaruhi

36 besaran biaya INA CBG s, yaitu diagnosa utama, adanya diagnosa sekunder berupa penyerta (comorbidity) atau penyulit (complication), tingkat keparahan, bentuk intervensi, serta umur pasien. Tarif INA-CBG s dibayarkan per episode pelayanan kesehatan, yaitu suatu rangkaian perawatan pasien sampai selesai. Dengan pola INA-CBG s, paket pembayaran sudah termasuk konsultasi dokter, pemeriksaan penunjang, seperti laboratorium, radiologi (rontgen) dll, obat Formularium Nasional (Fornas) maupun obat bukan Fornas, bahan dan alat medis habis pakai, akomodasi atau kamar perawatan, biaya lainnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan pasien. D. Patah Tulang (Fraktur) 1. Pengertian Fraktur Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang disebabkan trauma atau rudapaksa. Fraktur adalah keadaan dimana hubungan kesatuan jaringan terputus. Fraktur adalah suatu patahan kontinuitas struktur tulang 2. Penyebab Fraktur Fraktur biasanya disebabkan oleh karena cedera atau trauma akibat kecelakaan, olahraga, ataupun jatuh. Fraktur juga dapat terjadi karena osteoporosis atau kerapuhan tulang.

37 Jenis-jenis fraktur antara lain : a. Fraktur Komplit Patah tulang dimana garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang. b. Fraktur tidak komplit Fraktur dimana garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang. c. Fraktur terbuka Patah tulang dengan luka pada pada kulit (merobek kulit) dan atau membran mukosa sampai patah tulang Fraktur terbuka memiliki tingkatan yaitu : 1) Grade I : fraktur terbuka dengan luka bersih kurang dari 1 cm 2) Grade II : fraktur dengan luka lebih luas namun tidak merusak jaringan sekitar 3) Grade III : Fraktur dengan kondisi luka mengalami kerusakan jaringan lunak dan terkontaminasi d. Fraktur tertutup Patah tulang yang tidak menyebabkan robekan pada kulit. e. Greenstick Retak tulang di mana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya membengkok. f. Transversal Retak tulang sepanjang garis tengah tulang.

38 g. Oblik Retak tulang membentuk sudut dengan garis tengah tulang h. Spiral Retak tulang memuntir seputar batang tulang i. Komunitif Retak tulang dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen j. Depresi Retak tulang dengan fragmen patahan terdorong ke dalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan wajah) k. Kompresi Retak tulang di mana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)\ l. Patologik Retak tulang yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, paget, metastasis tulang, tumor) m. Impaksi Retak tulang di mana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya. n. Avulsi Tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendon pada perlekatannya 3. Manifestasi Klinis Nyeri biasanya merupakan gejala yang sangat nyata. Nyeri bisa sangat hebat dan biasanya makin lama makin memburuk. Jika tulang yang terkena patah tulang digerakkan akan terasa sangat

39 menyakitkan. Hanya dengan menyentuh bagian yang mengalami patah tulang dapat menimbulkan nyeri yang luar biasa. Perubahan dan gejala yang ditimbulkan akibat patah tulang atau fraktur adalah pergeseran fragmen tulang yang menyebabkan deformitas tulang, pemendekan tulang karena kontraksi otot yang melekat diatas maupun dibawah bagian yang mengalami fraktur, ditemukan adanya krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lainnya, pembengkakan dan perubahan warna lokal kulit akibat trauma dan pendarahan. 4. Pemeriksaan Foto rontgen biasanya bisa menunjukkan adanya patah tulang. Kadang perlu dilakukan CT scan atau MRI untuk bisa melihat dengan lebih jelas daerah yang mengalami kerusakan. Jika tulang mulai membaik, foto rontgen juga digunakan untuk memantau penyembuhan 5. Pengobatan Dalam mengobati atau mengembalikan fungsi dan letak tulang yang mengalami pergeseran membutuhkan waktu yang cukup lama. Bagi pasien yang berusia lanjut waktu penyembuhan cukup lama dikarenakan perbedaan kondisi tulang yang kadang sudah mengalami masa osteoporosis. Bagi pasien anak-anak penyembuhan dilakukan kurang lebih 4 minggu. Pengobatan tidak hanya dengan dibantu oleh pengobatan dari luar tetapi pasienpun harus membantu pengobatan dari dalam seperti menjaga pola makan, beristirahat yang banyak, mendengarkan saran dokter dan

40 selalu berpikiran positif. Berikut adalah pengobatan yang dilakukan yang dapat mengembalikan fungsi tulang seperti semula, sebagai berikut : a. Reduksi : mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis 1) Reduksi Terbuka : Dengan pendekatan bedah. Seperti menggunakan alat dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku, dll 2) Reduksi Tertutup : Dengan manipulasi dan traksi manual seperti menggunakan traksi (penarikan), bidai, gips b. Immobilisasi : Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksternal dan internal. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi status neurovaskuler selalu dipantau meliputi peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan. Perkiraan waktu imobilisasi yang dibutuhkan untuk penyatuan tulang yang mengalami retak tulang adalah kurang lebih 3 bulan tergantung dari regio mana yang mengalami retak tulang, serta nutrisi yang diberikan 6. Diagnosis Penulisan diagnosis fraktur didasarkan pada jenistulang yang patah (femur, tibia, dan sebagainya), lokalisasinya (proksimal, tengah, distal dan sebagainya), pola garis fraktur (simpel seperti transversal,oblik, kominutif, dan sebagainya) dan integritas kulit daerah tulang yang mengalami fraktur (tertutup atau terbuka).

41 Sebagai contoh: fraktur femur distal dengan garis fraktur transversal tertutup sinister. Untuk mencapai diagnosis tersebut, perlu diidentifikasi riwayat keluhan penderita dengan deskripsi yang jelas, mencakup biomekanisme trauma, lokasi dan derajat nyeri serta kondisi penderita sebelum kecelakaan seperti penyakit Hipertensi dan sebagainya. Pemeriksaan fisik pada penderita fraktur selalu dimulai dengan look, kemudian feel dan terakhir movement. Pada inspeksi (look) bagian lesi terlihat asimetri dari bentuk maupun posture, kebiruan, atau kerusakan kulit akibat trauma maupun edema (swelling) yang terlokalisir dan berakhir menjadi diffuse. Pada palpasi (feel) terasa nyeri tekan (tenderness) yang terlokalisir pada daerah fraktur, gerakan abnomal, krepitasi, dan deformitas. Perlu juga memeriksa gangguan sensibilitas dan temperature bagian distal lesi serta nadinya. Pemeriksaan gerakan (movement) dapat secara pasif dan aktif pada sendi terdekat dari fraktur perlu dikerjakan dengan teliti. Pemeriksaan sendi dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi perluasan fraktur ke sendi tersebut. Umumnya suspek fraktur dapat dibuat hanya dari riwayat dan pemeriksaan fisik. 7. Pemeriksaan Radiologi Untuk setiap penderita yang diperkirakan fraktur, pemeriksaan radiologis hanya sebagai konfirmasi/ diagnosis, rencana terapi dan kritik medicolegal pada tindakan pertama yang dilakukan terhadap penderita tersebut serta perkiraan prognosis nya. Oleh karena itu pada permintaan X-ray proyeksi dan daerah / ara yang

42 diminta harus jelas. Bahkan pemeriksaan yang lebih canggih seperti MRI, CT-scan dan lainnya perlu dipikirkan untuk informasi yang rinci terhadap penderita. 8. Terapi pada fraktur a. Terapi konservatif merupakan penatalaksanaan non pembedahan agar immobilisasi pada patah tulang dapat terpenuhi. 1) Proteksi (tanpa reduksi atau immobilisasi). Proteksi fraktur terutama untuk mencegah trauma lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah. 2) Imobilisasi degan bidai eksterna (tanpa reduksi). Biasanya menggunakan plaster of paris (gips) atau dengan bermacam-macam bidai dari plastic atau metal. Metode ini digunakan pada fraktur yang perlu dipertahankan posisinya dalam proses penyembuhan. 3) Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang menggunakan gips. Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi dilakukan dengan pembiusan umum dan local. Reposisi yang dilakukan melawan kekuatan terjadinya fraktur. Penggunaan gips untuk imobilisasi merupakan alat utama pada teknik ini. 4) Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Tindakan ini mempunyai dua tujuan utama, yaitu berupa reduksi yang bertahap dan imobilisasi.

43 b. Terapi pembedahan. 1) Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-Wire (kawat kirschner), misalnya pada fraktur jari. 2) Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF:Open Reduction internal Fixation). Merupakan tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada derah fraktur, kemudian melakukan implant pins, screw, wires, rods, plates dan protesa pada tulang yang patah. E. External Cause (Penyebab Luar) 1. Pengertian External cause atau penyebab luar dalam ICD-10 merupakan klasifikasi tambahan yang mengklasifikasikan kemungkinan kejadian lingkungan dan keadaan sebagai penyebab cedera, keracunan dan efek samping lainnya. Kode external cause (V01-Y89) harus digunakan sebagai kode primer kondisi tunggal dan tabulasi penyebab kematian (underlying cause) dan pada kondisi yang morbid yang dapat diklasifikasi ke bab XIX (injury, poisoning, and certain other consequences of external cause). Bila kondisi morbid diklasifikasi pada bab I-XVIII, kondisi morbid itu sendiri akan diberi kode sebagai penyebab kematian utama (underlying cause) dan jika diinginkan dapat digunakan kategori bab external cause sebagai kode tambahan. Pada kondisi cedera, keracunan atau akibat lain dari sebab ekternal harus

44 dicatat, hal ini penting untuk menggambarkan sifat kondisi dan keadaan yang menimbulkannya. 2. Manfaat Koding External Cause Manfaat kode external causes adalah untuk [9] : a. Melaporkan Rekapitulasi Laporan (RL4b) atau Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Penyebab Kecelakaan dalam bentuk kode. b. Melaporkan Rekapitulasi Laporan (RL 3.2) Pelayanan Gawat Darurat. c. Membuat surat keterangan medis klaim asuransi kecelakaan. d. Sebagai penyebab kematian pada surat sertifikat kematian jika pasien kasus kecelakaan meninggal e. Indeks penyakit sebagai laporan internal rumah sakit 3. Kodefikasi External Cause a. Klasifikasi Kode External Cause Pada umumnya penyebab luar sebaiknya ditabulasi baik menurut Bab XIX dan Bab XX, pada kondisi ini, kode dari Bab XX harus digunakan untuk memberikan informasi tambahan untuk beberapa analisis kondisi [10]. Bab XX dibagi menjadi beberapa subbab, yaitu : 1) Transport Acciden a. V01-V09 : Pejalan kaki terluka di kecelakaan transportasi

45 b. V10-V19 : Pengendara sepeda terluka di kecelakaan transportasi c. V20-V29 : Pengendara motor terluka di kecelakaan transportasi d. V30-V39 : Penumpang motor roda 3 terluka di kecelakaan transportasi e. V40-V49 : Penumpang mobil terluka di kecelakaan transportasi f. V50-V59 : Penumpang pick up, truk, atau van terluka di kecelakaan transportasi g. V60-V69 : Penumpang kendaraan berat terluka di kecelakaan transportasi h. V70-V79 : Penumpang bus terluka di kecelakaan transportasi i. V80-V89 : Kecelaan transportasi darat lainnya j. V90-V94 : Kecelakaan transportasi laut k. V95-V97 : Kecelakaan transportasi udara l. V98-V99 : Kecelakaan transportasi lain tidak spesifik 2) W00-X59 : Penyebab ekstenal lainnya cedera disengaja a. W00-W19 : Jatuh b. W20-W49 : Paparan untuk mematikan kekuatan mekanik c. W50-W64 : Paparan untuk menghidupkan kekuatan mekanik

46 d. W65-W74 : Melempar disengaja dan perendaman e. W75-W84 :Kecelakaan lain untuk bernafas f. W85-W99 :Paparan arus listrik, radiasi, suhu dan tekanan udara g. X00-X09 : Paparan asap dan kebakaran h. X10-X19 : Kontak dengan zat panas i. X20-X29 : Kontak dengan racun binatang dan tumbuhan j. X30-X39 : Paparan kekuatan alam k. X40-X49 : Disengaja keracunan oleh dan paparan zat berbahaya l. X50-X57 : Kelelahan, wisata, kemelaratan m. X58-X59 : Kecelakaan paparan faktor-faktor lain dan tidak ditentukan n. X60-X84 : Sengaja menyakiti diri sendiri o. X85-Y09 : Serangan p. Y10-Y34 : Acara niat belum ditentukan q. Y35-Y36 : Intervensi hukum dan operasi perang r. Y40-Y84 : Komplikasi perawatan medis dan bedah s. Y40-Y59 : obat-obatan dan zat biologis menyebabkan efek samping pada perawatan t. Y60-Y69 :Kesialan pasien selama perawatan medis dan

47 bedah u. Y70-Y82 : Peralatan medis kaitan dengan dengan insiden yang merugikan di diagnosa dan terapi v. Y83-Y84 : Prosedur medis bedah lainnya sebagai penyebab reaksi abnormal pasien, atau akhir-akhir komplikasi, tanpa menyebutkan kecelakaan pada saat prosedur w. Y85-Y89 : Sisa gejala dari penyebab luar morbiditas dan mortalitas x. Y90-Y98 : Faktor tambahan yang terkait dengan penyebab kesakitan dan kematian diklasifikasikan di tempat lain b. Karakter Kode Tempat Kejadian Kategori berikut disediakan untuk digunakan untuk mengidentifikasikan tempat kejadian penyebab luar mana yang relevan sebagai karakter keempat pada kode external cause. [11] a. 0 : Tempat tinggal b. 1 : Tempat tinggal institusi c. 2 : Sekolah, fasilitas umum, rumah sakit, bioskop, tempat hiburan d. 3 : Tempat olah raga e. 4 : Jalan umum

48 f. 5 : Area perdagangan dan jasa g. 6 : Industri dan konstruksi area h. 7 : Perkebunan i. 8 : Tempat yang spesifik lainnya j. 9 : tempat tidak spesifik c. Karakter Kode Aktivitas Kategori berikut disediakan untuk digunakan untuk menunjukan aktivitas orang yang terluka saat peristiwa itu terjadi sebagai karakter kelima kode external cause. [12] a. 0 : Sedang melakukan aktivitas olah raga b. 1 : Sedang melakukan aktivitas waktu luang c. 2 : Sedang melakukan aktivitas bekerja ( income ) d. 3 : Sedang melakukan aktivitas pekerjaan rumah e. 4 : Sedang istirahat, tidur, makan, atau aktivitas vital lainnya f. 8 : Sedang melakukan aktivitas spesifik lainnya g. 9 : Sedang melakukan aktivitas tidak spesifik d. Kode Tambahan Kecelakaan Transportasi Kode tambahan kecelakaan transportasi digunakan sebagai karakter keempat untuk mengidentifikasikan korban kecelakaan dan penyebab kecelakaan, dimana kode tersebut digunakan untuk V01-V89 dan kode kelima yang digunakan

49 adalah kode tempat kejadian kecelakaan dan tidak perlu disertai kode aktivitas. [13] a. 0 : Pengemudi terluka dalam kecelakan bukan lalu lintas b. 1 : Penumpang terluka dalam kecelakan bukan lalu lintas c. 2 : Pengemudi terluka dalam kecelakan bukan lalu lintas tidak spesifik d. 3 : Seseorang terluka saat menumpang atau turun e. 4 : Pengemudi terluka dalam kecelakaan lalu lintas f. 5 : Penumpang terluka dalam kecelakaan lalu lintas g. 9 : Pengemudi terluka dalam kecelakaan lalu lintas tidak spesifik 4. Langkah-langkah Koding External Cause a. Tentukan tipe pernyataan yang akan dikode, dan buka volume 3 Alphabetical Index (kamus). Bila pernyataan adalah istilah penyakit atau cedera atau kondisi lain yang terdapat pada Bab I-XIX dan XXI (Volume 1), gunakanlah sebagai lead-term untuk dimanfaatkan sebagai panduan menelusuri istilah yang dicari pada seksi I indeks (Volume 3). Bila pernyataan adalah penyebab luar (external cause) dari cedera ( bukan nama penyakit ) yang ada di Bab XX (Volume 1), lihat dan cari kodenya pada seksi II di Indeks (Volume 3).

50 b. Baca dengan seksama dan ikuti petunjuk catatan yang muncul di bawah istilah yang akan dipilih pada Volume 3. c. Lihat daftar tabulasi (Volume 1) untuk mencari nomor kode yang paling tepat. Lihat kode tiga karakter di indeks dengan tanda minus pada posisi keempat yang berarti bahwa isian untuk karakter keempat itu ada di dalam volume 1 dan merupakan posisi tambahan yang tidak ada dalam indeks (Volume 3). Perhatikan juga perintah untuk membubuhi kode tambahan (additional code) serta aturan cara penulisan dan pemanfaatannya dalam pengembangan indeks penyakit dan dalam sistem pelaporan morbiditas dan mortalitas. d. Ikut pedoman Inclusion dan Exclusion pada kode yang dipilih atau bagian bawah suatu bab (chapter), blok, kategori atau subkategori. Adapun proses kodefikasi external cause menggunakan ICD-10 sebagai berikut : a. Tentukan diagnosa external cause yang akan dikode. b. Jika external cause merupakan kecelakaan transportasi maka buka ICD-10 volume 3 pada section II ( external causes of injur ) lihat Table of land transport accident. Bagian vertikal merupakan korban dan bagian horizontal merupakan jenis kendaraan yang menyebabkan kecelakaan.

51 c. Pertemuan bagian vertikal dan horizontal merupakan kode external cause sampai karakter ketiga yang menjelaskan bagaimana kecelakaan terjadi. d. Pastikan kode pada buku ICD-10 Volume I (Tabular List) untuk menentukan karakter keempat dan kelima dari kode external cause tersebut. e. Untuk cedera akibat bukan kecelakaan transportasi, maka dicari tahu dulu apakah hal tersebut terjadi karena disengaja atau tidak. Jika disengaja maka buka ICD-10 volume 3 pada section II dengan leadterm assault, kemudian cari lagi pada bagian bawah leadterm tindakan apa yang dialami korban hingga menyebabkan cidera. f. Contoh kasus external cause lainnya dan digunakan untuk leadterm antara lain : 1) Jatuh ( Fall, falling from, falling on ) 2) Terpukul ( Strike, contact with ) 3) Gigitan ( Bite ) 4) Kebakaran ( Burn ) 5) Tercekik ( Choked ) 6) Tabrakan ( Collision ) 7) Terjepit,tergencet ( Crushed ) 8) Terpotong ( Cut, cutting ) 9) Tenggelam ( Drowning) 10) Bencanaalam(earthquake, flood, storm, dst) 11) Tertimbun ( earth falling (on) )

52 12) Ledakan ( explosion ) 13) Terpapar ( exposure, contact (to) ) 14) Gantungdiri, tergantung ( hanging (accidental)) 15) Suhupanas ( heat, hot) 16) Sengatan ( ignition (accidental)) 17) Insidentindakanmedis ( Incident, adverse,misadventure) 18) Terhisap ( Inhalation ) 19) Keracunan ( Intoxication, poisoning ) 20) Tertendang ( Kicked by ) 21) Terbunuh ( Killed, killing ) 22) Terpukul ( Knock down (accidentally)) 23) Terdorong ( pushed ) 24) Tertusuk ( piercing) 25) Radiasi ( radiation ) g. Pada kasus keracunan maka buka ICD-10 volume 3 pada section III Table of Drugs and Chemical dengan melihat nama zatnya dan melihat keracunan disebabkan oleh apa : 1) Kolom accidental untuk keracunan yang tidak disengaja 2) Kolom Inventional self-harm untuk keracunan yang disengaja menyakiti diri sendiri 3) Kolom Undetermined Intent untuk keracunan yang belum ditentukan niatnya 4) Kolom Advere effect in therapeutic use untuk keracunan yang disebabkan pada saat perawatan terapi

53 h. Pastikan kode pada buku ICD-10 Volume I (Tabular List) untuk menentukan karakter keempat dan kelima dari kode external cause tersebut. F. Kerangka Teori Pasien di bangsal bedah Diagnosa Utama Non BPJS Tarif RS Diagnosa Sekunder BPJS Jenis Tindakan IndeksPenyakit Lama dirawat Grouping INA CBG s Tingkat Keparahan Tarif INA CBG s

54 BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Non BPJS --- Diagnosa Utama Tarif RS Jumlah Pasien Fraktur bangsal Betha= Diagnosa Sekunder JenisTindakan Lama Di rawat BPJS Grouping Tingkat Keparahan Tarif INA CBG s B. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu masalah kesehatan yang terjadi dalam suatu populasi tertentu [4]. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dimana variabel penelitian diukur secara serentak dalam waktu yang bersamaan.

55 C. Variabel Penelitian 1. Jumlah pasien dengan kasus fraktur 2. Diagnosa utama 3. Diagnosa sekunder 4. Jenis Tindakan 5. Lama dirawat 6. Tingkat keparahan kasus pada pasien BPJS 7. Tarif RS dan tarif INA CBG s pada pasien BPJS D. Defenisi Operasional Table 3.1 Defenisi Operasional NO VARIABEL PENGERTIAN 1 Jumlah pasien dengan kasus fraktur Banyaknya pasien yang didiagnosis mengalami frakturbaikpasien BPJS maupun non BPJS yang mendapatkan pelayanan rawat inap di bangsal Betha berdasarkan observasi pada indeks penyakitpadatriwulan I tahun Diagnosa Utama Diagnosa akhir atau diagnosa final yang ditetapkan dokter pada akhir hari perawatan dengan kriteria paling banyak menggunakan sumber daya dan atau hari perawatan yang paling lama berdasarkan observasi pada lembar RM 1 dan resume medis. 3 Diagnosa Sekunder Diagnosa yang muncul atau sudah ada sebelum atau selama dirawat berdasarkan observasi pada pada lembar RM 1 dan resume medis. 4 Jenis Tindakan Tindakan yang dilakukan terhadap pasien yang berhubungan dengan diagnosa utama berdasarkan observasi pada lembar RM 1 dan resume medis. 5 Lama dirawat Lama waktu yang menunjukkan perawatan pasien dalam satuan hari yang dihitung dari tanggal keluar tanggal masuk, berdasarkan observasi dari lembar RM 1 6 Tingkat Keparahan pada pasien BPJS 7 Tarif RS dan tarif INA CBG s pada pasien Derajat keparahan penyakit yang diderita pasien BPJS berdasarkan observasi pada hasil grouping INA CBG s. Perbandingn tarif RS dan tarif pembayaran klaim oleh BPJS kesehatan kepada rumah sakit atas

56 BPJS paket layanan yang didasarkan kepada pengelompokkan diagnosa penyakit dan prosedur berdasarkan hasil grouping INA CBG s dan wawancara dengan petugas E. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah pasien rawat inap baik BPJS dan Non BPJS dengan kasus fraktur yang dirawat di bangsal Betha selama triwulan I tahun 2016 sejumlah 117 pasien. Sampel penelitian ini adalah total populasi sejumlah 117 pasien. F. Pengumpulan Data 1. Jenis dan Sumber Data a. Data Primer Data primer didapatkan dari hasil wawancara langsung terhadap petugas Indeksing dan Koding, petugas INA CBG s, dan Kepala RM b. Data Sekunder Data sekunder didapatkan dari laporan rekapitulasi rawat inap triwulan I tahun 2016, index penyakit dan DRM pasien kasus fraktur yang dirawat dibangsal Betha. 2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara. 3. Instrumen Penelitian

57 Instrumen penelitian ini adalah pedoman wawancara dan pedoman observasi G. Pengolahan Data Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan : 1. Collecting Mengumpulkan data dalam penelitian ini dari bagian Indeksing dan Koding 2. Tabulation Menyusun tabel-tabel dari data yang telah dikumpulkan 3. Penyajian Data Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan diagram H. Analisa Data Penelitian ini menggunakan analisa deskriptif yaitu mendeskripsikan variasi kasus fraktur triwulan I tahun 2016 dalam bentuk narasi.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Sehingga pengembangan rumah sakit saat ini. harus sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Sehingga pengembangan rumah sakit saat ini. harus sesuai dengan undang-undang yang berlaku. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan. Sehingga pengembangan rumah sakit saat ini tentu saja terlepas dari kebijakan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan tenaga ahli kesehatan lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Pengertian Rumah Sakit Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan

Lebih terperinci

ANALISA DESKRIPTI KASUS FRAKTUR DI BANGSAL BETA RS PANTI WILASA DR CIPTO SEMARANG TRIWULAN 1 TAHUN 2016

ANALISA DESKRIPTI KASUS FRAKTUR DI BANGSAL BETA RS PANTI WILASA DR CIPTO SEMARANG TRIWULAN 1 TAHUN 2016 ANALISA DESKRIPTI KASUS FRAKTUR DI BANGSAL BETA RS PANTI WILASA DR CIPTO SEMARANG TRIWULAN 1 TAHUN 2016 Rosalia Indri Hapsari Lolan*), Kriswiharsi K.S, SKM, M.Kes(Epid)**) *) Alumni Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibuat secara tertulis, lengkap, dan jelas. PERMENKES RI No

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibuat secara tertulis, lengkap, dan jelas. PERMENKES RI No BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis 1. Pengertian Rekam Medis Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam KEPMENKES RI No. 377/MENKES/SK/ III/2007 tentang. Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam KEPMENKES RI No. 377/MENKES/SK/ III/2007 tentang. Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan disebutkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam KEPMENKES RI No. 377/MENKES/SK/ III/2007 tentang Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan disebutkan bahwa kompetensi pertama dari seorang petugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa perubahan ke arah perkembangan di bidang industri yang lebih maju. Hal ini ditandai dengan munculnya industri-industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelatihan medik maupun paramedik serta sebagai pelayanan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. pelatihan medik maupun paramedik serta sebagai pelayanan peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu penyelenggara pelayanan kesehatan untuk masyarakat dimana terdapat pelayanan gawat darurat, rawat jalan dan rawat inap. Serta terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma /ruda paksa atau tenaga fisik yang ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan mutu pelayanan, rumah sakit harus memberikan mutu pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan mutu pelayanan, rumah sakit harus memberikan mutu pelayanan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana yang memberikan pelayanan kesehatan. Dalam meningkatkan mutu pelayanan, rumah sakit harus memberikan mutu pelayanan yang sesuai

Lebih terperinci

KEAKURATAN KODE DIAGNOSA UTAMA DOKUMEN REKAM MEDIS PADA KASUS PARTUS DENGAN SECTIO CESAREAN DI RUMAH SAKIT PANTI WILASA CITARUM TAHUN 2009

KEAKURATAN KODE DIAGNOSA UTAMA DOKUMEN REKAM MEDIS PADA KASUS PARTUS DENGAN SECTIO CESAREAN DI RUMAH SAKIT PANTI WILASA CITARUM TAHUN 2009 Kean Kode Diagnosa Utama... - Eko A, Lily K, Dyah E KEAKURATAN KODE DIAGNOSA UTAMA DOKUMEN REKAM MEDIS PADA KASUS PARTUS DENGAN SECTIO CESAREAN DI RUMAH SAKIT PANTI WILASA CITARUM TAHUN 2009 Eko Arifianto

Lebih terperinci

*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. **) Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. **) Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro ANALISIS DESKRITIF LAMA PERAWATAN, KARAKTERISTIK PASIEN DAN PEMBIAYAAN PADA KASUS HEMATOLOGI DENGAN TINDAKAN KEMOTERAPI PASIEN BPJS NON PBI PADA TAHUN 2015 DI RSUP DR KARIADI SEMARANG Dwi Ratna Yuliyanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No.983/Menkes/SK/XI/1992 menyebutkan bahwa rumah sakit umum adalah

BAB I PENDAHULUAN. No.983/Menkes/SK/XI/1992 menyebutkan bahwa rumah sakit umum adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian rumah sakit berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No.983/Menkes/SK/XI/1992 menyebutkan bahwa rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA KODING/INDEKSING BPJS DENGAN METODE WISN DI RS. PANTI WILASA Dr.CIPTO SEMARANG TAHUN 2015

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA KODING/INDEKSING BPJS DENGAN METODE WISN DI RS. PANTI WILASA Dr.CIPTO SEMARANG TAHUN 2015 ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA KODING/INDEKSING DENGAN METODE WISN DI RS. PANTI WILASA Dr.CIPTO SEMARANG TAHUN 2015 Oleh Elsa Dita Rusdiana*), Maryani Setyowati**) *) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis 1. Pengertian Rekam Medis Berdasarkan PerMenKes Nomor:269/Menkes/PER/III/2008 tentang rekam medis menjelaskan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan

Lebih terperinci

TINJAUAN HUBUNGAN ANTARA SPESIFISITAS DIAGNOSIS UTAMA DENGAN AKURASI KODE KASUS PENYAKIT BEDAH PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014

TINJAUAN HUBUNGAN ANTARA SPESIFISITAS DIAGNOSIS UTAMA DENGAN AKURASI KODE KASUS PENYAKIT BEDAH PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014 TINJAUAN HUBUNGAN ANTARA SPESIFISITAS DIAGNOSIS UTAMA DENGAN AKURASI KODE KASUS PENYAKIT BEDAH PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014 Andreas Surya Pratama Abstract Based on the initial survey that has been conducted

Lebih terperinci

*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. **) Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. **) Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro TINJAUAN SPESIFISITAS PENULISAN DIAGNOSIS PADA SURAT ELIGIBILITAS PESERTA (SEP) PASIEN BPJS RAWAT INAP BULAN AGUSTUS DI RUMAH SAKIT PANTI WILASA CITARUM SEMARANG PERIODE 2015 Molek Dua na Ahlulia*), Dyah

Lebih terperinci

ABSTRACT. : Inpatient Medical Record Documents patients BPJS case SectioCaesaria, Review of Quantitative, Qualitative Review, Accuracy Code.

ABSTRACT. : Inpatient Medical Record Documents patients BPJS case SectioCaesaria, Review of Quantitative, Qualitative Review, Accuracy Code. TINJAUAN KELENGKAPAN DATA KUANTITATIF DAN KUALITATIF DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN BPJS KASUS SECTIO CAESARIA PERIODE TRIWULAN IV TAHUN 2014 DI RSUD KOTA SEMARANG Muchsinah Febrina Kurniandari *), Dyah Ernawati,

Lebih terperinci

Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi:

Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi: DEFINISI Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur, sebagaimana yang dikemukakan para ahli melalui berbagai literature. Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan tidak dapat dilepaskan dari sarana pelayanan kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Perekam Medis

Lebih terperinci

TINJAUAN TARIF INA-CBG S PASIEN KASUS BEDAH DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH MAYONG JEPARA TAHUN 2016

TINJAUAN TARIF INA-CBG S PASIEN KASUS BEDAH DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH MAYONG JEPARA TAHUN 2016 TINJAUAN TARIF INA-CBG S PASIEN KASUS BEDAH DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH MAYONG JEPARA TAHUN 2016 ANISA FITRIANA*), KRISWIHARSI K.S, SKM, M.Kes(Epid)**) *) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS SAMBUNGMACAN II. No.../.../.../SK/... TENTANG STANDARISASI KODE KLASIFIKASI DIAGNOSA DAN TERMINOLOGI

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS SAMBUNGMACAN II. No.../.../.../SK/... TENTANG STANDARISASI KODE KLASIFIKASI DIAGNOSA DAN TERMINOLOGI PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN DINAS KESEHATAN KABUPATEN SRAGEN UPTD PUSKESMAS SAMBUNG MACAN II Jalan Raya Timur km 15 Banaran Sambungmacan Sragen Telp (0351) 671294, Kode pos 57253 KEPUTUSAN KEPALA UPTD

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... ABSTRACT... i ii

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN KODE EXTERNAL CAUSE DI RSUD KABUPATEN BREBES

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN KODE EXTERNAL CAUSE DI RSUD KABUPATEN BREBES ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN KODE EXTERNAL CAUSE DI RSUD KABUPATEN BREBES Kartika Asih Pratiwi, Dyah Ernawati, Program Studi Rekam Medis dan Infomasi Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan SK Menteri kesehatan Nomor:269/Menkes/Per/III/2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan SK Menteri kesehatan Nomor:269/Menkes/Per/III/2008 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis 1. Pengertian Rekam Medis Berdasarkan SK Menteri kesehatan Nomor:269/Menkes/Per/III/2008 tentang rekam medis menjelaskan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan

Lebih terperinci

PERAN PENTING PENULISAN DIAGNOSIS UTAMA DAN KETEPATAN KODE ICD-10 SEBAGAI DATA BASE SURVEILANS MORBIDITAS STUDI KASUS DI RS KOTA SEMARANG

PERAN PENTING PENULISAN DIAGNOSIS UTAMA DAN KETEPATAN KODE ICD-10 SEBAGAI DATA BASE SURVEILANS MORBIDITAS STUDI KASUS DI RS KOTA SEMARANG PERAN PENTING PENULISAN DIAGNOSIS UTAMA DAN KETEPATAN KODE ICD-10 SEBAGAI DATA BASE SURVEILANS MORBIDITAS STUDI KASUS DI RS KOTA SEMARANG Retno Dwi Vika Ayu*), Dyah Ernawati**) *) Asri Medical Center Yogyakarta

Lebih terperinci

DESCRIPTIVE ANALYSIS INDICATORS GROSS DEATH RATE ( GDR ) AND NET DEATH RATE ( NDR ) IN RSUD TUGUREJO SEMARANG

DESCRIPTIVE ANALYSIS INDICATORS GROSS DEATH RATE ( GDR ) AND NET DEATH RATE ( NDR ) IN RSUD TUGUREJO SEMARANG DESCRIPTIVE ANALYSIS INDICATORS GROSS DEATH RATE ( GDR ) AND NET DEATH RATE ( NDR ) IN RSUD TUGUREJO SEMARANG 2010-2014 Leonardo Budi Kusuma*), Kriswiharsi Kun Saptorini**) *) Alumni Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan berat ringannya fraktur.

Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan berat ringannya fraktur. Definisi fraktur Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa

Lebih terperinci

analisis kuantitatif kelengkapan dokumen rekam medis Pasien rawat inap kasus Cedera kepala ringan di rsud kabupaten karanganyar TaHun 2013

analisis kuantitatif kelengkapan dokumen rekam medis Pasien rawat inap kasus Cedera kepala ringan di rsud kabupaten karanganyar TaHun 2013 analisis kuantitatif kelengkapan dokumen rekam medis Pasien rawat inap kasus Cedera kepala ringan di rsud kabupaten karanganyar TaHun 2013 aprilia dwi a 1, Harjanti 2, Bambang W 3 mahasiswa apikes mitra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis professional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara berkembang dan menuju industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat terutama dalam bidang penggunaan

Lebih terperinci

QUANTITATIVE AND QUALITATIVE ANALYSIS OF THE IN-PATIENT MEDICAL RECORD DOCUMENTS FOR PATIENTS WITH HYPERTENSION AT THE PANTI WILASA DR

QUANTITATIVE AND QUALITATIVE ANALYSIS OF THE IN-PATIENT MEDICAL RECORD DOCUMENTS FOR PATIENTS WITH HYPERTENSION AT THE PANTI WILASA DR QUANTITATIVE AND QUALITATIVE ANALYSIS OF THE IN-PATIENT MEDICAL RECORD DOCUMENTS FOR PATIENTS WITH HYPERTENSION AT THE PANTI WILASA DR.CIPTO HOSPITAL IN SEMARANG IN FIRST QUARTER IN 2015 Yuliana Laraswati*),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan rumah. Rumah sakit juga merupakan pusat untuk latihan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan rumah. Rumah sakit juga merupakan pusat untuk latihan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization, rumah sakit adalah suatu bagian dari organisasi medis dan sosial yang mempunyai fungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan lengkap

Lebih terperinci

JURNAL VISIKES - Vol. 10 / No. 1 / April 2011

JURNAL VISIKES - Vol. 10 / No. 1 / April 2011 AKURASI KODE DIAGNOSIS UTAMA PADA RM 1 DOKUMEN REKAM MEDIS RUANG KARMEL DAN KARAKTERISTIK PETUGAS KODING RAWAT INAP RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS PERIODE DESEMBER 2009 Hetty Rahayu*), Dyah Ernawati**),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan. rawat darurat. Rustiyanto (2010), mengatakan bahwa pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan. rawat darurat. Rustiyanto (2010), mengatakan bahwa pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Permenkes No. 147 tahun 2010 tentang perizinan rumah sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat mutlak. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

BAB I PENDAHULUAN. bersifat mutlak. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang bersifat mutlak. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial

Lebih terperinci

ANALISA KELENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN BEDAH NON ASURANSI DI RSU AISYIYAH KUDUS PADA TRIWULAN I TAHUN 2015

ANALISA KELENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN BEDAH NON ASURANSI DI RSU AISYIYAH KUDUS PADA TRIWULAN I TAHUN 2015 ANALISA KELENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN BEDAH NON ASURANSI DI RSU AISYIYAH KUDUS PADA TRIWULAN I TAHUN 2015 Dita Ningias*), Arif Kurniadi*) *) *) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Rumah sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Rumah sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki peran sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. representasi bagi data tersebut. Dalam bidang kesehatan, koding berarti

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. representasi bagi data tersebut. Dalam bidang kesehatan, koding berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya.

BAB 1 PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL. Tinjauan Spesifisitas Penulisan Diagnosis Dan Ketepatan Kode Berdasarkan ICD-10 Pada

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL. Tinjauan Spesifisitas Penulisan Diagnosis Dan Ketepatan Kode Berdasarkan ICD-10 Pada HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL Tinjauan Spesifisitas Penulisan Diagnosis Dan Ketepatan Kode Berdasarkan ICD-10 Pada Pasien Jamkesmas Kasus Fraktur Di Rumah Sakit Umum Kota Semarang Periode 2012 Disusun Oleh

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base Groups) digunakan untuk proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. sesuai dengan klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. sesuai dengan klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan pelayanan kesehatan, rekam medis menjadi salah satu faktor pendukung terpenting. Dalam Permenkes RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang rekam medis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah dengan memantapkan penjaminan kesehatan melalui. jaminan kesehatan. Permenkes No. 71 tahun 2013 tentang Pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah dengan memantapkan penjaminan kesehatan melalui. jaminan kesehatan. Permenkes No. 71 tahun 2013 tentang Pelayanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya yang ditempuh pemerintah dalam pembiayaan kesehatan adalah dengan memantapkan penjaminan kesehatan melalui jaminan kesehatan. Permenkes No. 71 tahun

Lebih terperinci

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi Atik Dwi Noviyanti 1, Dewi Lena Suryani K 2, Sri Mulyono 2 Mahasiswa Apikes Mitra Husada Karanganyar

Lebih terperinci

Kata Kunci PENDAHULUAN

Kata Kunci PENDAHULUAN ANALISA KUANTITATIF DAN KUALITATIF DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP PADA PASIEN OBSTETRI TERKAIT DENGAN RISIKO KEHAMILAN POST SECTIO CAESAREA TRIWULAN I DI RSIA HERMINA PANDANARAN SEMARANG TAHUN 2016 Aning

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tangan terentang. Sebagian besar fraktur tersebut ditangani dalam unit

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tangan terentang. Sebagian besar fraktur tersebut ditangani dalam unit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur ekstremitas atas cukup sering terjadi, biasanya disebabkan karena jatuh dengan tangan terentang. Sebagian besar fraktur tersebut ditangani dalam unit rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Menurut Badan Pusat Statistik BPS (2010), diketahui jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Menurut Badan Pusat Statistik BPS (2010), diketahui jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik BPS (2010), diketahui jumlah penduduk indonesia mencapai 237 juta jiwa lebih, setelah merdeka hingga sampai tahun 2010 telah dilakukan enam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menghimpun beberapa negara di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada tahun 2014. Masyarakat mulai menyadari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis 1. Pengertian Rekam Medis Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pengertian Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

Program Studi DIII Rekam Medis & Informasi Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang 2013 ABSTRAK

Program Studi DIII Rekam Medis & Informasi Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang 2013 ABSTRAK Program Studi DIII Rekam Medis & Informasi Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang 2013 ABSTRAK FENDI KAHONO ANALISA TINGKAT KEAKURATAN KODE DIAGNOSA UTAMA PASIEN RAWAT INAP UNTUK

Lebih terperinci

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Jamkesmas ( Jaminan Kesehatan Masyarakat ) kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Jamkesmas ( Jaminan Kesehatan Masyarakat ) kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jamkesmas ( Jaminan Kesehatan Masyarakat ) Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia dan juga merupakan pondasi pembangunan bangsa seperti yang tercantum dalam undang undang dasar (UUD 45) pasal 28

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Jumlah penduduk di Indonesia setiap tahunya mengalami peningkatan, total jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan pusat statistik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Sarana pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Sarana pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting untuk diperhatikan. Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan secara maksimal, sarana pelayanan kesehatan harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh pasien, baik rawat jalan, rawat inap, maupun gawat darurat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana yang BAB I PENDAHULUAN Dalam rangka mencapai cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 maka diselenggarakanlah pembangunan nasional pada semua bidang yang salah

Lebih terperinci

Analisa Beban Kerja Petugas Koding BPJS Rawat Inap Dengan Metode WISN Di RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2014 FARADILA AYU DINIRAMANDA.

Analisa Beban Kerja Petugas Koding BPJS Rawat Inap Dengan Metode WISN Di RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2014 FARADILA AYU DINIRAMANDA. Analisa Beban Kerja Petugas Koding BPJS Rawat Inap Dengan Metode WISN Di RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2014 FARADILA AYU DINIRAMANDA Abstract RSUP Dr. Kariadi Semarang is a type hospital as the final

Lebih terperinci

Sosialisasi Kaidah Koding sesuai Permenkes 76 tahun RIRIS DIAN HARDIANI Tim Teknis Ina CBG Kementerian Kesehatan

Sosialisasi Kaidah Koding sesuai Permenkes 76 tahun RIRIS DIAN HARDIANI Tim Teknis Ina CBG Kementerian Kesehatan Sosialisasi Kaidah Koding sesuai Permenkes 76 tahun 2016 RIRIS DIAN HARDIANI Tim Teknis Ina CBG Kementerian Kesehatan PENULISAN DIAGNOSA DAN TINDAKAN LENGKAP DAN SPESIFIK KETEPATAN KODING INA-CBG YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Permenkes RI No. 269/Menkes/Per/III/2008 Tentang Rekam Medis pasal 1 ayat 3 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Permenkes RI No. 269/Menkes/Per/III/2008 Tentang Rekam Medis pasal 1 ayat 3 adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sarana pelayanan kesehatan menurut Permenkes RI No 269/Menkes/Per/III/2008 Tentang Rekam Medis pasal 1 ayat 3 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rumah Sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang mutlak dibutuhkan oleh segenap lapisan masyarakat dalam upaya peningkatan derajat kesehatan baik individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan merupakan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan dan memelihara serta meningkatkan derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional) yang diselenggarakan oleh BPJS (Badan Pelaksanan Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional) yang diselenggarakan oleh BPJS (Badan Pelaksanan Jaminan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan perkembangan pelayanan kesehatan, pemerintah sedang menggalakkan pelaksanaan program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) yang diselenggarakan oleh BPJS

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. W POST OP CRANIATOMY HARI KE- 2 DENGAN CEDERA KEPALA BERAT DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. W POST OP CRANIATOMY HARI KE- 2 DENGAN CEDERA KEPALA BERAT DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. W POST OP CRANIATOMY HARI KE- 2 DENGAN CEDERA KEPALA BERAT DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya

Lebih terperinci

LAELA MIFTAHUL JANNAH

LAELA MIFTAHUL JANNAH QUANTITATIVE AND QUALITATIVE ANALYSIS INCOMPLETENESS CHARGING DOCUMENT PATIENTMEDICAL RECORD IN THE CASE OF DISEASE WARDTYPHOID IN 1 ST QUARTER 2014 HOSPITAL SUNAN KALIJAGA DEMAK ABSTRACT LAELA MIFTAHUL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALIFIKASI PETUGAS FILING DENGAN KETEPATAN PENYIMPANAN REKAM MEDIS DI RS BHAYANGKARA POLDA DIY

HUBUNGAN KUALIFIKASI PETUGAS FILING DENGAN KETEPATAN PENYIMPANAN REKAM MEDIS DI RS BHAYANGKARA POLDA DIY HUBUNGAN KUALIFIKASI PETUGAS FILING DENGAN KETEPATAN PENYIMPANAN REKAM MEDIS DI RS BHAYANGKARA POLDA DIY Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah Disusun oleh : IKA ARIA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian 1. Gambaran karakteristik Pasien Hasil penelitian diperoleh jumlah subjek sebanyak 70 pasien. Subjek penelitian yang memenuhi kriteria

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior

BAB 1 PENDAHULUAN. muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur os nasal merupakan fraktur paling sering ditemui pada trauma muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior wajah merupakan faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Setiap tindakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis Rekam Medis adalah rekaman atau catatan mengenai siapa, apa, mengapa, bilamana dan bagaimana pelayanan yang diberikan kepada pasien selama masa perawatan yang memuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Hal ini memunculkan secercah harapan akan peluang (opportunity)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Hal ini memunculkan secercah harapan akan peluang (opportunity) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sedang dan akan menghadapi era globalisasi di bidang kesehatan. Hal ini memunculkan secercah harapan akan peluang (opportunity) dalam mengembangkan

Lebih terperinci

Lampiran I. Panduan Wawancara. NO Uraian Jawaban /Penjelasan

Lampiran I. Panduan Wawancara. NO Uraian Jawaban /Penjelasan LAMPIRAN Lampiran I 98 Panduan Wawancara Nama Umur Jabatan Pendidikan Lama bekerja :. :. :. :. :. NO Uraian Jawaban /Penjelasan 1 2 Apakah saudara mengetahui adanya Standar Operasional Prosedur Rekam Medis/Koding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang. Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang. Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia tidak akan pernah lepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalani kehidupannya dengan baik. Maka dari itu untuk mencapai derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menjalani kehidupannya dengan baik. Maka dari itu untuk mencapai derajat kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi setiap individu untuk menjalani kehidupannya dengan baik. Maka dari itu untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN INFRA MERAH, MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF CLOSED FRAKTUR ANTEBRACHII DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN INFRA MERAH, MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF CLOSED FRAKTUR ANTEBRACHII DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PENATALAKSANAAN INFRA MERAH, MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF CLOSED FRAKTUR ANTEBRACHII DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Oleh : LENY MUSTIKA PUTRI J 100 050 049 KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau permukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan

BAB I PENDAHULUAN. atau permukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, lempeng epiphyseal atau permukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan lunak, tekanan fisik yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan masyarakat ada beberapa kegiatan atau aktivitas fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS PASCA OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 TENGAH DEXTRA DENGAN PEMASANGAN INTRA MEDULLARY NAIL DI RSO Prof. Dr. SOEHARSO SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun non medis. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan. Republik Indonesia No. 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun non medis. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan. Republik Indonesia No. 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting untuk diperhatikan. Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan secara maksimal, sarana pelayanan kesehatan harus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Definisi fraktur secara umum adalah pemecahan atau kerusakan suatu bagian terutama tulang (Dorland, 2002). Literatur lain menyebutkan bahwa fraktur atau patah tulang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Pengambilan data yang dilakukan secara retrospektif melalui seluruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rekam medis mempunyai peran yang dominan dalam proses pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Rekam medis mempunyai peran yang dominan dalam proses pelayanan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rekam medis mempunyai peran yang dominan dalam proses pelayanan yang diberikan oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya kepada pasien. Oleh sebab itu, rekam medis haruslah

Lebih terperinci

TINJAUAN KEAKURATANKODE DIAGNOSIS DAN EXTERNAL CAUSE PADA KASUS KECELAKAAN LALU LINTAS PASIEN RAWAT INAPDI RUMAH SAKIT DR. MOERWARDI PERIODE TAHUN

TINJAUAN KEAKURATANKODE DIAGNOSIS DAN EXTERNAL CAUSE PADA KASUS KECELAKAAN LALU LINTAS PASIEN RAWAT INAPDI RUMAH SAKIT DR. MOERWARDI PERIODE TAHUN TINJAUAN KEAKURATANKODE DIAGNOSIS DAN EXTERNAL CAUSE PADA KASUS KECELAKAAN LALU LINTAS PASIEN RAWAT INAPDI RUMAH SAKIT DR. MOERWARDI PERIODE TAHUN 2012 Carlina Mahardika Loka,Rano Indradi Sudra, M. Arief

Lebih terperinci

dalam pelayanan kesehatan yang lebih bermutu. Adapun salah satu upaya dilakukan melalui suatu sistem jaminan kesehatan.

dalam pelayanan kesehatan yang lebih bermutu. Adapun salah satu upaya dilakukan melalui suatu sistem jaminan kesehatan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini sejalan dengan meningkatnya pendidikan dan keadaan sosial ekonomi, sehingga mempengaruhi tuntutan kebutuhan masyarakat dalam pelayanan kesehatan yang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN KODE EXTERNAL CAUSE PADA DRM RAWAT INAP DI RSUD KABUPATEN BREBES TAHUN Karya Tulis Ilmiah ( KTI )

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN KODE EXTERNAL CAUSE PADA DRM RAWAT INAP DI RSUD KABUPATEN BREBES TAHUN Karya Tulis Ilmiah ( KTI ) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN KODE EXTERNAL CAUSE PADA DRM RAWAT INAP DI RSUD KABUPATEN BREBES TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah ( KTI ) Disusun untuk memenuhi syarat dalam mencapai gelar Diploma

Lebih terperinci

RS dan JKN T O N A N G D W I A R D Y A N T O

RS dan JKN T O N A N G D W I A R D Y A N T O RS dan JKN T O N A N G D W I A R D Y A N T O Evolusi Layanan Kesehatan Doing things cheaper (efficiency) Doing things right (Effectiveness) Doing things better (quality improvement) Doing the right things

Lebih terperinci

: Queue, TPPRJ, labor requirement

: Queue, TPPRJ, labor requirement ANALISA DESKRIPTIF LAMA PERAWATAN (LOS) PASIEN RI JAMKESMAS PADA KASUS PENYAKIT KANKER PAYUDARA (CA MAMMAE) DENGAN TINDAKAN MASTEKTOMI YANG DIRAWAT DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG TAHUN 2012. Mentari Mariana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap rumah sakit diwajibkan menyelenggarakan rekaman atau. rekam medis. Menurut Huffman (1994), rekam medis adalah rekaman atau

BAB I PENDAHULUAN. Setiap rumah sakit diwajibkan menyelenggarakan rekaman atau. rekam medis. Menurut Huffman (1994), rekam medis adalah rekaman atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap rumah sakit diwajibkan menyelenggarakan rekaman atau catatan dari segala pelayanan yang diberikan kepada pasien yang disebut rekam medis. Menurut Huffman (1994),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya pembangunan di bidang industri yang sangat maju yang

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya pembangunan di bidang industri yang sangat maju yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya pembangunan di bidang industri yang sangat maju yang diiringi dengan kemajuan yang pesat dari ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan masyarakat

Lebih terperinci

PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL Dr. Moch Bachtiar Budianto,Sp.B (K) Onk RSUD Dr SAIFUL ANWAR MALANG PEMBAHASAN REGULASI ALUR PELAYANAN PERMASALAHAN REGULASI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG

Lebih terperinci

: DIKA BAYU SETIANTO NIM D

: DIKA BAYU SETIANTO NIM D ARTIKEL ILMIAH TINJAUAN KEAKURATAN PENETAPAN KODE DIAGNOSIS UTAMA BERDASARKAN SPESIFIKASI PENULISAN DIAGNOSA UTAMA PADA DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PERMATA MEDIKA SEMARANG PERIODE 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 2 yaitu fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit. fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 2 yaitu fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit. fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan pada fragmen tulang. Fraktur dibagi menjadi 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga, setiap individu, keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga, setiap individu, keluarga dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga, setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang dihubungkan melalui rencana pembangunan kesehatan sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang dihubungkan melalui rencana pembangunan kesehatan sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah bagian yang integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan yang dihubungkan melalui rencana pembangunan kesehatan sehingga pengembangan rumah

Lebih terperinci